Upload
ika-kartina
View
90
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker harus semakin diwaspadai mengingat jumlah penderitanya yang
terus bertambah. Jenis kanker pun semakin banyak dan hampir semua organ
tubuh bisa terkena. salah satunya adalah kanker lambung. Penyakit ini,
memang jumlah penderitanya di Indonesia masih sangat kecil, tetapi seperti
jenis kanker lainnya, kanker lambung sulit untuk disembuhkan.
Kanker lambung merupakan keganasan yang berasal dari mukosa
lambung, dengan angka prevalensi keempat terbanyak dari semua jenis kanker
yang ada, dan menempati urutan kedua terbanyak penyebab kematian akibat
kanker di dunia.1,2,3,4,5 Setiap tahunnya sekitar 880.000 orang yang
terdiagnosa sebagai kanker lambung, dan 700.000 orang diantaranya
meninggal dunia akibat penyakit ini. Tumor jinak di lambung tidak
menimbulkan gejala atau masalah medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa
mengalami perdarahan atau berkembang menjadi kanker. Sekitar 99% kanker
lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung lainnya adalah
leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih
sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25 % kanker tertentu terjadi pada
orang di bawah usia 50 tahun. Di Cina, Jepang, Cili dan Iceland, kanker
lambung sering sekali ditemukan. Di AS, lebih sering terjadi pada orang
miskin, orang kulit hitam dan orang yang tinggal di utara. Dan merupakan
penyebab kematian no. 7, yang terjadi pada sekitar 8 dari setiap 100.000 orang
( Rudi Prasetyo,2008).
Karsinogenesis lambung merupakan proses yang multistep dan melibatkan
kelainan genetika secara umum maupun spesifik yang dapat merangsang
perubahan sifat sel secara progresif. Gastritis kronik yang disebabkan oleh
infeksi Helicobacter pylori, mempunyai insidensi yang paling tinggi. Karena
1
kanker lambung mempunyai prognosis yang jelek, dan salah satu strategi
utama yang berguna untuk klinik adalah menemukan secara dini infeksi
Helicobacter pylori lambung penderita yang mempunyai keluhan secara klinis.
Salah satu cara menemukan infeksi Helicobacter pylori adalah pada jaringan
biopsi lambung yang didapat pada saat melakukan pemeriksaan endoskopi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kanker Lambung ?
2. Bagaimana Prevalensi Kanker Lambung ?
3. Apa saja penyebab Kanker Lambung ?
4. Bagaimana Patofisiologi Kanker Lambung ?
5. Apa saja manifestasi klinis Kanker Lambung ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Kanker Lambung ?
7. Bagaimana Diagnosa Kanker Lambung ?
8. Bagaimana penatalaksanaan Kanker Lambung ?
9. Bagaimana Konsep Keperawatan Kanker Lambung ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker lambung ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Kanker Lambung .
2. Untuk Mengetahui Prevalensi Kanker Lambung.
3. Untuk Mengetahui Etiologi Kanker Lambung.
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Kanker Lambung.
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Kanker Lambung.
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Kanker Lambung.
7. Untuk Mengetahui Diagnosa Kanker Lambung.
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Kanker Lambung.
9. Untuk mengetahui konsep keperawatan kanker lambung.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
lambung .
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Kanker lambung atau tumor maligna perut, biasanya suatu
adenokarsinoma. Kanker ini menyebar ke paru-paru, nodus limfe dan hepar
( Diyono, 2013 ).
Kanker lambung merupakan bentuk neoplasma maligna gastrointestinal.
Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling
sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat
kanker (Cancer Facts and Figures, 1991)
B. Prevalensi
Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau masalah
medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau
berkembang menjadi kanker. Sekitar 99% kanker lambung adalah
adenokarsinoma. Kanker ini biasanya terjadi pada pria dan mereka yang
berusia diatas 40 tahun ( terkadang juga terjadi pada orang yang lebih muda ).
Kanker lambung lainnya adalah leiomneosarkoma(kanker otot polos) dan
limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari
25% kanker tentu terjadi pada orang dibawah usia 5 tahun. Di Cina, Jepang,
Icelant, kanker lambung sering sekali ditemukan. Di AS, lebih sering terjadi
pada orang miskin, orang kulit hitam dan orang yang tingggal di utara. Dan
merupakan penyebab kematian no 7, yang terjadi pada sekitar 8 dari setiap
100 orang.
3
C. Penyebab
Secara pasti tidak diketahui tetapi ada faktor resiko, yaitu meliputi gastritis
atrofik kronik dengan metaplasia usus, anemia pernisiosa atau pernah
mengalami reseeksi lambung ( lebih dari 15 tahun ), konsumsi alkohol tinggi
adan merokok . Selain itu faktor eksogen dalam lingkungan seperti bahan
kimia karsinogen, virus onkogenik mungkin mengambil bagian penting dalam
karsinoma lambung. Karena lambung mempunyai kontak lama dengan
makanan. Ada yang timbul sebagai hubungan dengan konsumsi gram yang
meningkat. Ingesti nitrat dan nitrit dalam diet tinggi protein telah memberikan
perkembangan dalam teori bahwa senyawa karsinogen seperti nitrosamine dan
nitrosamide dapat dibentuk oleh gerak pencernaan. ( Diyono, 2013 ).
Kanker lambung sering dimulai sisi dimana lapisan lambung meradang.
Tetapi banyak ahli yakni bahwa peradangan adalah akibat dari kanker
lambung, bukan sebagi penyebab kanker. Beberapa ahli berpendapat, ulkus
gastrikus bisa menyebabkan kanker. Tapi kebanyakan penderita ulkus dan
kanker lambung, kemungkinan sudah mengidap kanker yang tidak terdeteksi
sebelum tukaknya terbentuk ( Rahayu, 2013 ).
Helicobacter pylori, kuman yang memegang peranan penting dalam ulkus
dou denalis, juga bisa berperan dalam terjadinya kanker lambung ( Rahayu,
2013 ).
Polip lambung, suatu pertumbuhan jinak yang berbentuk bundar, yang
tumbuh dalam rongga lambung, di duga merupakan pertanda kanker dan oleh
karena itu kolip selalu diangkat. Kanker mungkin terjadi bersamaan dengan
jenis polip tertentu, yaitu polip yang lebih besar dari 1,8 cm atau polip yang
jumlahnya lebih dari satu ( Rahayu, 2013 ).
Faktor makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker
lambung. Faktor-faktor ini meliputi :
1. Asupan garam yang tinggi
4
2. Asupan karbohidrat yang tinggi
3. Asupan bahan pengawet (nitrat) yang tinggi
4. Asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.
Penyebab dari kanker lambung ini sering dikaitkan dengan konsumsi
makanan yang kurang baik atau kurang sehat dan tidak memenuhi
kebutuhan nutrisi yang seharusnya.Bukankah dalam Al-Qur’an juga
telah dijelaskan mengenai perintah untuk mengonsumsi makanan yang
sehat dan halal untuk kita , seperti dalam ( Q.S Al-Baqarah : 128 ) :
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
D. Patofisiologi
Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering
ditemukan pada sepertiga distal, bentuk kanker lambung yang terbanyak
adalah adenokarsinoid dalam bentuk polipoid, ulseratif, dan infiltratif.
Bentuk ulseratif merupakan yang tersering dan mungkin tampak sebagai
gejala-gejala semacam ulkus peptikum sehingga sering memperlambat
diagnosis dan mendorong pasien untuk mengobati diri sendiri. Kanker
lambung pada jaringan-jaringan yang berdekatan ke pembuluh limfe,
kelenjar limfe regional di lambung dan organ-organ perut lain . Dengan
adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskulatis propia dan
akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening regiaonal. Lesi pada
kanker lambung memberikan berbagai macam keluhan yang timbul, gangguan
dapat dirasakan pada pasien biasanya jika sudah pada fase orogesif, dimana
berbagai kondisi akan muncul seperti dispepsia, anoreksis, penurunnan BB , nyeri
abdomen, konstipasi, anemia, mual serta muntah. Kondisi ini akan memberikan
berbagai masalah keperawatan. ( Diyono, 2013 ).
5
E. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal kanker lambung, gejalanya tidak jelas dan sering tidak
di hiraukan jika gejalanya berkembang, bisa membantu menentukan dimana
lokasi kanker lambung tersebut. Sebagai contoh, perasaan penuh dan tidak
nyaman setelah makan bisa menunjukkan adanya kanker pada bagian bawah
lambung. Penurunan berat badan atau kelelahan biasanya di sebabkan oleh
kesulitan makan atau ketidakmampuan menyerap beberapa vitamin dan
mineral ( Wahyu, 2012).
Anemia bisa di akibatkan oleh perdarahan bertahap yang tidak
menyebabkan gejala lainnya kadang penderita juga bisa mengalami muntah
darah yang banyak atau hematemesis atau mengeluarkan tinja
kehitaman(melena). Bila kanker lambung bertambah besar, mungkin akan
teraba adanya massa pada dinding perut.
Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa menyerang
(metastasis) ke tempat yang jauh penyebaran tumor bisa menyebabkan
pembesaran hati, sakit kuning(jaundice), pengumpulan, cairan di perut atau
asites dan nodul kulit yang bersifat ganas. Penyebaran kanker juga bisa
menyebabkan pengeroposan tulang, sehingga terjadi patah tulang ( Wahyu,
2012).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X GI bagian atas dengan media kontras awalnya
menunjukkan kecurigaan ulserasi yang memerlukan evaluasi
lanjut.
2. Endoskopi dengan biopsi dan sitologi untuk memastikan penyakit
maligna.
3. Studi pencitraan ( pemindai tulang, hati) untuk menentukan
metastasis ( Diyono, 2013 )
6
G. Diagnosa
Gejala kanker lambung bisa di kelirukan dengan tukak lambung. Bila
gejala tidak hilang setelah penderita minum obat untuk ulkus atau bila
gejalanya meliputi penurunan berat badan, maka di curigai suatu kanker
lambung ( Wahyu, 2012).
Pemeriksaan rontgen yang menggunakan barium untuk menandai
perubahan di permukaan lambung sering dilakukan, tetapi jarang bisa
menemukan kanker lambung yang kecil dan dalam stadium awal ( Wahyu,
2012).
Endoskopi adalah prosedur diagnostik yang paling baik karena:
Memungkinkan dokter melihat lambung secaa langsung
Bisa mencarui adanya helicobacter pylory,kuman yang berperan dalam
kanker lambung.
Bisa mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis.
H. Penatalaksanaan
Polip lambung jinak diingat dengan menggunakan endoskopi. Bila
karsinoma ditemukan didalam lambung,pembedahan biasanya dilakukan
untuk mencoba menyembuhkannya.sebagian besar atau semua lambung dan
kelenjar getah bening didekatnya ikut diangkat ( Wahyu, 2012).
Bila karsinoma telah menyebar keluar dari lambung ,tujuan
pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan
hidup. Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala. Hasil
kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma lebih baik dari pada
karsinoma. Mungkin penderita akan bertahan hidup bahkan bisa sembuh total
( wahyu, 2012 ).
7
1.2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses
keperawatan. Diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar
dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Sebagai sumber informasi
dapat digunakan yaitu : pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas
kesehatan lainnya ( Eny Sutria. 2015).
Tahap pengkajian meliputi 4 kegiatan yaitu :
1. Pengumpulan data
Data yang berhubungan dengan kasus kanker lambung :
a. Biodata
1.) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, dan
alamat.
2.) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan alamat
serta hubungan keluarga.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
1.) Adanya nyeri epigastrium.
2.) Di sertai mual, muntah, anoreksia, Penurunan berat badan
3.) Anemia
4.) Kelemahan
5.) Hematemesis
6.) Disfagia
7.) Mudah kenyang
8.) Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis
makan
d. Riwayat kesehatan sebelumnya
1.) Merokok
2.) Minum alkohol
3.) Riwayat kanker
8
4.) Riwayat ulkus gastrik
5.) Aklorhidria atau anemia pernisiosa
e. Aspek-aspek lain yang berhubungan misalnya pola istirahat, aspek
psikososial dan spiritual.
f. Data-data pengkajian klien
1.)Aktivitas/Istrahat
a.)Gejala : rasa sakit saat melakukan aktivitas
b.)Tanda : keadaan umum lemah,
2.) Integritas ego
a.)Gejala : takut kalau penyakitnya tidak sembuh
b.)Tanda : gelisah, pucat, berkeringat
3.)Eliminasi
a.)Gejala : adanya perubahan pada saat defekasi
b.)Tanda : nyeri pada waktu BAB, adanya diare dan konstipasi
4.)Makanan/cairan
a.)Gejala : mual dan muntah, kurang nafsu makan
b.)Tanda : porsi makan tidak dihabiskan
5.)Nyeri/kenyamanan
a.)Gejala : nyeri pada bagian atas perut
b.)Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit
Nyeri tekan pada daerah abdomen
2. Klasifikasi data
Mengklasifikasikan dala data subjektif dan data objektif.
a. Data subjektif
Adalah persepsi klien terhadap masalah-masalah yang dikeluhkan
sehubungan dengan kanker lambung.
b. Data objektif
Adalah semua data senjang pada klien dengan kanker lambung yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik (inspeksi,palpasi,perkusi,
auskultasi, dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik).
9
3. Analisa data
Dengan melihat data subjektif dan data objektif dapat ditentukan
permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan
patofisiologi mengenai penyebab penyakit kanker lambung sampai timbul
permasalahannya tersebut ( Eny Sutria. 2015).
B. Penyimpangan KDM
10
C. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas yang berhubungan dengan penyakit dan antisipasi terapi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan mudah kenyang atau anoreksia
3. Nyeri yang berhubungan dengan massa tumor
4. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan diagnosis kanker
5. Defisiensi pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri
( Brunner&Suddarth, 2014).
D. Perencanaan dan Tujuan
Tujuan utama untuk pasien dapat mencakup penurunan ansietas, nutrisi
yang optimal, redanya nyeri , dan penyesuaian terhadap diagnosis serta
antisipasi perubahan gaya hidup ( Brunner&Suddarth, 2014).
E. Intervensi Keperawatan
1. Ansietas yang berhubungan dengan penyakit dan antisipasi terapi
a. Ciptakan lingkungan yang relaks, tidak mengancam ( bantu pasien
mengekspresikan rasa takut, kekhawatiran, dan kemarahan).
b. Semangati keluarga dalam upaya untuk mendukung pasien,
menenangkan pasien, dan mendukung upaya koping yang positif.
c. Informasikan setiap prosedur atau terapi yang dilakukan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan mudah kenyang atau anoreksia
a. Dorong asupan makanan yang tidak mengiritasi dalam jumlah
sedikit namun sering untuk menurunkan iritasi lambung.
b. Fasilitasi perbaikan jaringan dengan memastikan bahwa suplemen
makanan tinggi kandungan kalori dan vitamin A dan C dan zat
besi.
c. Berikan vitamin B12 parenteral dalam waktu tak terbatas jika
gastrektomi total dilakukan
d. Pantau kecepatan dan frekuensi IV
11
e. Catat asupan, keluaran, dan berat badan setiap hari.
f. Kaji tanda-tanda dehidrasi (rasa haus, membran mukosa kering,
turgor kulit buruk, takikardia, penurunan pengeluaran urine ).
g. Tinjau hasil pemeriksaan laboratorium harian untuk mencatat
adanya kelainan metabolik (natrium, kalium, glukosa, BUN).
h. Berikan agen antimetik sesuai program
3. Nyeri yang berhubungan dengan massa tumor
a. Berikan agent analgesik sesuai program ( infusi, opioid lanjutan ).
b. Kaji frekuensi, intensitas, dan durasi nyeri untuk menentukan
efektivitas agents analgesik.
c. Bekerja bersama pasien untuk membantu mengatasi nyeri dengan
menganjurkan metode non farmakologis untuk meredakan nyeri,
seperti perubahan posisi, imajinasi, distraksi, latihan relaksasi
( melakukan audiotape relaksasi), gosok punggung, pijat punggung
dan periode istirahat dan relaksasi.
4. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan diagnosis kanker
a. Bantu pasien mengekspresikan rasa takut, khawatir, dan berduka
terkait dengan diagnosis.
b. Jawab pertanyaan pasien dengan jujur
c. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang terapi
d. Dukung rasa tidak percaya pasien dan waktu yang diperlukan
untuk menerima diagnosis
e. Berikan dukungan emosional dan libatkan anggota keluarga dan
orang terdekat pasien kapanpun jika memungkinkan, yakinkan
bahwa rspon emosional adalah hal yang wajar dan telah
diperkirakan sebelumnya .
f. Waspadai perubahan alam perasaan dan mekanisme pertahanan
(penyangkalan, rasionalisasi, pengalihan, regresi).
12
g. Berikan layanan profesional sesuai kebutuhan ( misalnya dukungan
dari pemuka agama, spesialis perawat klinis, psikiatrik, psikolog,
pekerja sosial dan psikiater).
h. Bantu pengambilan keputusan mengenai perawatan akhir hayat dan
lakukan perujukan sesuai kebutuhan.
5. Defisiensi pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri
a. Mengajarkan pasien tentang perawatan diri
b. Ajarkan aktifitas perawatan diri yang spesifik untuk regimen terapi
c. Masukkan informasi mengenai diet dan nutrisi, regimen terapi ,
aktifitas dan perubahan gaya hidup, penatalaksanaan nyeri dan
komplikasi.
d. Jelaskan kemungkinan sindrom dumping yang terjadi pada setiap
pemberian makanan internal, dan ajarkan cara-cara untuk
menanganinya.
e. Jelaskan pentingnya periode istirahat sehari-hari dan kunjungan
yang sering ke dokter setelah pasien pulang.
f. Rujuk pasien untuk menjalani perawatan di rumah, perawatan
dapat mensupervisi setiap pemberian makan enternal atau
parenteral dan mengajarkan pasien dan anggota keluarga cara
menggunakan perlengkapan dan formula serta cara mendeteksi
komplikasi.
g. Ajarkan pasien untuk mencatat asupan dan pengeluaran serta berat
badan setiap hari.
h. Ajarkan pasien tentang cara mengatasi nyeri, mual, muntah, dan
kembung.
i. Ajarkan pasien untuk mengenali dan melaporkan komplikasi yang
memerlukan perhatian medis, seperti perdarahan (hematemesis
nyata atau tersembunyi, melena), obstruksi, perforasi , atau adanya
gejala yang terus memburuk.
j. Jelaskan regimen kemoterapi atau radiasi dan perawatan yang
dibutuhkan selama dan setelah terapi.
13
( Brunner & Suddarth, 2013 ).
5.Implementasi
Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien
memenuhi kebutuhan yang telah direncanakan.
14
BAB III
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
SKENARIO :
Seorang pria berusia 62 tahun yang telah menjalani gastrektomi subtotal
untuk kanker lambung stadium III pada 10 minggu yang lalu mengalami kesulitan
dalam menjalani berat badannya. Berat badan biasanya adalah 86 kg, baru-baru ini
berat badanya turun menjadi 76 kg. Istrinya melaporkan bahwa suaminya depresi,
tidak ingin makan, dan tidur sepanjang hari di kursinya. Istrinya mengatakan,
“saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan lagi! Saya pikir dia hanya ingin
mati.” Dia kemudian mulai menangis.
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
1) Nama : Tn. “G”
2) Umur : 62 tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Pendidikan : Tamat SMA
5) Pekerjaan : Pensiun PNS
6) Agama : Islam
7) Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
8) Status : Menikah
9) Alamat : Jl.Kandea 2
10) Diangnosa Medis : Ca. Gaster
b. Identitas penanggung
1) Nama : Ny. “P”
2) Umur : 58 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Pekerjaan : IRT
5) Status : Kawin
15
6) Hubungan Dengan Klien : Istri
7) Alamat : Jl.Kandea 2
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Berat badan klien menurun secara drastis
2) Riwayat keluhan utama : Istri klien mengatakan bahwa klien
mengalami depresi, tidak ingin makan dan mengalami penurunan
berat badan secara drastis yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu.
Klien juga sering merasakan nyeri di daerah epigastrium yang
disertai dengan perasaan mual .
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien pernah mengeluh nyeri ulu hati pada tahun 2015 dan di rawat di
Rumah sakit karena menderita gastritis. Istri klien mengatakan bahwa
klien adalah seorang perokok aktif dan baru beberapa bulan ini
menghentikan aktivitas merokoknya. Klien bukan seorang peminum
alkohol dan juga klien baru-baru ini menjalani operasi yaitu
gastrektomi subtotal.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien diketahui tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama dengan penyakit yang diderita klien saat ini.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah.
b. Kesadaran : Composmentis.
c. Tinggi Badan : 160
Berat Badan Sebelum Sakit : 86 Kg
Berat Badan Selama Sakit : 76 Kg
d. Tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : 90/50 mmHg
2) Nadi : 82 x/menit
3) Pernafasan : 20 x/menit
4) Suhu : 36,50C
16
e. Kulit
Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada eritema, kulit tidak pucat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit kurang.
f. Kepala
Inspeksi : rambut beruban, penyebaran tidak merata, keadaan kulit
kepala tampak bersih, tidak tampak adanya luka/massa.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa.
g. Muka
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak pucat, ekspresi wajah tampak
meringis, klien tampak murung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya benjolan.
h. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya oedema pada
palpebra, sclera tidak icterus, conjungtiva tidak pucat, refleks cahaya
pada pupil kanan positif pada pupil kiri negatif (katarak), bulu mata
menyebar rata, bola mata dapat bergerak ke segala arah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada peningkatan tekanan
intrakokuler.
i. Hidung
Inspeksi : tidak tampak adanya deviasi septum dan polip, tidak
tampak adanya sekret atau perdarahan.
Palpasi : tidak ada nyeri pada sinus frontalis, ethmoidalis,
maksillaris.
j. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya peradangan,
tidak ada serumen/sekret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada tragus, mastoid.
k. Mulut
Inspeksi : bibir tampak kering, tidak cyanosis, gusi tidak ada
peradangan, lidah tidak kotor
l. Tenggorokan
17
Inspeksi : posisi ovula di tengah, tidak tampak adanya peradangan
pada tonsil.
m. Leher
Inspeksi : tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, limfe,
dan vena jugularis
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis.
n. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal diameter anterior posterior :
transversal 1 : 2, pengembangan dada seimbang kiri dan kanan, tipe
pernafasan eupnea, frekuensi pernafasan 20 x/menit, irama pernafasan
teratur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada, vokal fremitus getaran
seimbang kiri dan kanan.
Perkusi : sonor pada semua lapang paru, pekak pada ICS 3 – 5
midklavikula kiri, batas paru-paru – hepar pekak pada ICS 6, batas
paru-paru – lambung tympani pada ICS 8.
Auskultasi: Bunyi nafas vesikuler di seluruh lapang paru.
o. Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis.
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 5 midklavikula sinistra
Perkusi : pekak pada daerah jantung ICS 3 – 5 dada kiri.
Auskultasi: S I : trikuspidalis pada ICS 5 midklavikula kiri, mitral pada
ICS 4 linea parsternalis kiri, terdengar murni dan teratur, tidak
terdengar bunyi tambahan.
S II : aorta pada ICS 2 parasternalis kanan, pulmonal pada ICS 2
parasternalis kiri, terdengar murni dan teratur, tidak terdengar bunyi
tambahan.
p. Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar, tidak tampak adanya luka, warna kulit
sama dengan sekitarnya.
18
Auskultasi: peristaltik usus 8 x/menit, durasi 4 detik, interval teratur.
Perkusi : tympani pada area abdomen, pekak pada area hepar.
Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan daerah di bawah
processus xifoideus, tidak teraba pembesaran hepar, ginjal.
Keluhan : klien mengeluh sakit ulu hati.
4. Pola Kegiatan Sehari-Hari
1) Nutrisi
NO. Kondisi Sebelum Sakit Selama Sakit
1.
2.
3.
Selera makan
Menu makanan
Frekuensi makan
Baik
Nasi + Lauk Pauk
3 sehari
Ayam goreng,
Istri klien
mengatakan klien
mual, muntah dan
tidak mau makan
porsi makan tidak
dihabiskan, hanya
½ porsi yang
dihabiskan
Bubur + telur
1 sehari
19
4.
5.
6.
Makanan yang disukai
Makanan pantangan
Masalah
makanan pedas.
Tidak ada
Tidak ada
Sayur
Makanan keras,
Makanan Pedas.
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2) Cairan
NO. Kondisi Sebelum sakit Selama sakit
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis minuman
Frekuensi minum
Kebutuhan cairan
Cara pemenuhan
Masalah
Air putih, Kopi, Teh
6 – 8 x perhari
1500 – 2000 cc/ hari
Oral
Tidak ada
Air putih
4 x perhari
1500 – 2000 cc/ hari
Oral + Intravena
Tidak ada
3) Eliminasi BAB dan BAK
No Kondisi Sebelum sakit Selama sakit
1. BAB
Tempat
20
2.
pembuangan
Frekuensi
Konsistensi
Masalah
BAK
Tempat
pembuangan
Frekuensi
Warna urine
Masalah
WC
1 x sehari
Padat
Tidak ada
Kamar mandi
3 – 5 x sehari
Kekuning-kuningan
Tidak ada
WC
1 x sehari
Cair
Nyeri saat BAB
Kamar mandi
3 – 5 x sehari
Kekuning-kuningan
Tidak ada
4) Istirahat tidur
No. Kondisi Sebelum sakit Selama sakit
21
1.
2.
Jam tidur
Siang
Malam
Pola tidur
Siang
Malam
Klien tidak suka tidur
siang
20.00 – 06.00
Klien tidak suka tidur
siang
Nyenyak dan tidak
terjaga
Main
11.00 – 04.00
21.00 – 06.00
Dapat tidur nyenyak
Dapat tidur nyenyak
5) Aktifitas / Mobilitas fisik
Tidak ada, klien bed rest, Istri klien mengatakan klien hanya duduk
dikursinya dan merasa sakit ketika beraktivitas
6) Aspek Psikososial Dan Spiritual
1. Spiritual : Klien rajin melaksanakan shalat lima waktu.
2. Pola Interaksi Sosial :
a. Orang yang terdekat dengan klien adalah istri.
b. Klien mudah mendapat teman.
c. Jika mempunyai masalah, dibicarakan dengan keluarga.
d. Interaksi dengan keluarga baik.
22
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Istri klien mengatakan bahwa
berat badan klien menurun
secara drastis.
2. Istri klien mengatakan klien
tidak mau makan.
3. Istri klien mengatakan klien
mengalami depresi karena
memikirkan penyakitnya.
4. Klien mengatakan nyeri pada
bagian atas perut.
5. Istri klien mengatakan klien
hanya tidur sepanjang hari di
kursinya.
6. Istri klien mengatakan bahwa
ia tidak tahu apa yang harus
dilakukan.
1. Klien tampak lemas.
2. Klien tampak pucat.
3. Klien tampak dibantu dalam
melakukan aktivitas.
4. Klien tampak meringis.
5. Nyeri tekan pada daerah
abdomen
6. Porsi makan tidak dihabiskan
7. Klien tampak cemas
8. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/50
mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS :
- Istri Klien mengatakan
berat badan klien
menurun dan klien tidak
mau makan.
DO :
- - Klien tampak pucat.
- - Klien Tampak lemas
- - Porsi makan tidak
dihabiskan.
Kanker lambung
¯
Pengrusakan dinding lambung
¯
Peningkatan HCL
¯
Stimulus Pada Pusat Muntah
Di Medulla Oblongata¯
Perubahan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
23
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
- - Tanda-tanda vital :
T : 90/50 mmHg
N : 72 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,50C
Mual
¯
Nafsu Makan
Menurun/Berkurang¯
Perubahan Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
2. DS :
-Istri Klien mengatakan
bahwa klien merasa
depresi dengan
penyakitnya.
-Istri klien mengatakan
klien hanya tidur
sepanjang hari di
kursinya.
DO :
- Klien tampak depresi
Klien tampak murung dan
cemas
Proses penyakit¯
Kurangnya informasi terkait
penyakit ¯
Stress¯
Cemas
Ansietas
3. DS :
- Istri klien mengatakan
bahwa ia tidak tahu apa
yang harus dilakukan.
- Istri klien mengatakan
klien hanya tidur
sepanjang hari di
kursinya.
Kanker lambung
¯
Pengrusakan dinding lambung
¯
Kurang terpapar informasi mengenai kondisi, prognosis
dan pengobatan
¯
Berduka
Adaptif
24
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
DO :
- - Klien tampak murung.
- Klien tampak sedih
- Keluarga klien tampak
sedih
Ansietas¯
Perasaan Sedih dan
Menangis¯
Berduka Adaptif
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia
2. Ansietas yang berhubungan dengan proses penyakit.
3. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan diagnosis kanker
C. Intervensi Keperawatan1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme
Nafsu makan meningkat
Tidak terjadi penurunan berat badan
a. Intervensi :
Observasi asupan,keluaran dan berat badan klien setiap hari.
Rasional : Memantau setiap perkembangan berat badan klien.
b. Intervensi :
Pantau Kecepatan dan frekuensi IV
25
c. Intervensi:
Ajarkan pasien hal-hal sbb : hindari pandangan, bau, bunyi-
bunyi yang tidak menyenangkan didalam lingkungan selama
waktu makan.
Rasional:
anoreksia dapat distimulasi atau ditingkatkan dengan stimuli
noksius.
d. Intervensi:
Sarankan makan yang disukai dan yang ditoleransi dengan
baik oleh pasien, lebih baik lagi makanan dengan kandungan
tinggi kalori/protein, zat besi, vitamin A dan C. Hormati
kesukaan makanan berdasarkan etnik.
Rasional:
makanan kesukaan yang dioleransi dengan baik dan tinggi
kandungan kalori serta proteinnya akan mempertahankan
status nutrisi selama periode kebutuhan metabolic yang
meningkat.
e. Intervensi:
Berikan dorongan masukan cairan yang adekuat, tetapi
batasi cairan pada waktu makan.
Rasional:
tingkat cairan diperlukan untuk menghilangkan produk
sampah dan mencegah dehidrasi.
f. Intervensi:
Meningkatkan kadar cairan bersama makanan dapat
mengarah pada keadaan kenyang. Pertimbangkan makanan
dingin, jika diinginkan.
Rasional:
makanan dingin tinggi kandungan protein sering lebih
dapat ditoleransi dengan baik dan tidak berbau dibanding
makanan yang panas.
26
g. Intervensi:
Kolaboratif pemberian diet cair komersial dengan cara
pemberian makan enteral melalui selang, diet makanan
elemental/makanan yang diblender melalui selang makan
silastik sesuai indikasi.
Rasional:
pemberian makanan melalui selang mungkin diperlukan
pada pasien yang sangat lemah yang sistem
gastrointestinalnya masih berfungsi
2. Ansietas b/d keganasan proses penyakit
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan ansietas klien menurun.
Kriteria hasil :
Klien lebih rileks
Nadi normal
Klien tidak murung
Klien tidak depresi
a. Intervensi:
Berikan lingkungan yang rileks dan tidak mengancam.
Rasional:
pasien dapat mengekspresikan rasa takut, masalah, dan
kemungkinan rasa marah akibat diagnosisi dan prognosisi.
b. Intervensi:
Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarganya
dalam keputusan perawatan dan pengobatan.
Rasional:
untuk mempertahankan kemandirian dan kontrol pasien.
c. Intervensi:
Anjurkan pasien mendiskusikan perasaan pribadi dengan orang
pendukung misalnya rohaniawan bila diinginkan.
Rasional:
menfasilitasi proses berduka dan perawatan spiritual.
27
d. Intervensi :
Anjurkan klien untuk mengontrol rasa cemasnya dengan
mendengarkan murottal Al-Qur’an atau membaca Ayat Suci Al-
Quran serta berdzikir .
Rasional : Ayat Suci Al-Quran membantu dalam memberikan
ketenangan dan mengurangi kecemasan.
e. Intervensi :
Ajarkan pada klien teknik mengontrol cemas dan stress dengan
berdzikir.
f. Informasikan setiap prosedur atau terapi yang dilakukan.
Rasional : Informasi yang tepat mengenai penyakit dan setiap
prosesnya dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien dan
keluarga.
28
3. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan diagnosis kanker
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan respon klien terhadap
penyakitnya menjadi baik ( Respon Duka Cita baik ).
Kriteria hasil :
Klien lebih rileks
Nadi normal
Keluarga klien dapat tenang
a. Intervensi :
Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan/
mengekspresikan rasa takut dan berduka terkait dengan diagnosis.
Rasional : pasien dapat mengekspresikan rasa takut, masalah, dan
kemungkinan rasa marah akibat diagnosisi dan prognosisi.
b. Intervensi :
Informasikan dan jawab pertanyaan pasien dengan jujur.
Rasional : Informasi yang tepat mengenai penyakit dan setiap
prosesnya dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien dan
keluarga.
c. Intervensi :
Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang terapi
Rasional : untuk mempertahankan kemandirian dan kontrol pasien.
d. Intervensi :
Dukung rasa tidak percaya pasien dan waktu yang diperlukan
untuk menerima diagnosis
Rasional : Membantu klien dalam proses penerimaan mengenai
masalah dan kondisi yang dihadapi.
e. Intervensi :
Berikan dukungan emosional dan libatkan anggota keluarga dan
orang terdekat pasien kapanpun jika memungkinkan, yakinkan
bahwa respon emosional adalah hal yang wajar dan telah
diperkirakan sebelumnya .
29
Rasional : menfasilitasi proses berduka
f. Intervensi :
Berikan layanan profesional sesuai kebutuhan ( misalnya dukungan
dari pemuka agama, spesialis perawat klinis, psikiatrik, psikolog,
pekerja sosial dan psikiater).
Rasional : menfasilitasi proses berduka dan perawatan spiritual.
g. Intervensi :
Bantu pengambilan keputusan mengenai perawatan akhir hayat dan
lakukan perujukan sesuai kebutuhan.
30
BAB IVPEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini, akan di bahas mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien dengan diagnosa kanker lambung untuk
menentukan kesesuaian data pengkajian dan teori yang didapatkan. Untuk
pembahasan dari pertanyaan antara lain :
1. Apa yang harus dikatakan perawat kepada istri pasien?
2. Siapa yang harus perawat hubungi untuk membantu keluarga tersebut?
3. Mengapa klien berada pada masalah resiko nutrisi?
4. Apa pengkajian keperawatan lebih lanjut yang dibutuhkan?
Pembahasan dari pertanyaan diatas adalah :
1. Memberikan health education beserta dukungan yang bersifat
membangun dan memberi semangat kepada klien agar klien dapat
termotivasi dan memiliki keinginan untuk sembuh dan tidak berlarut-larut
dalam kesedihan dan depresi yang dialaminya.
2. Dalam hal tentang siapa yang harus perawat hubungi untuk membantu
keluarga pasien adalah dengan melakukan kolaborasi dengan tim gizi
untuk mengatasi masalah nutrisinya dan berkolaborasi dengan konselor /
perawat konselor dalam mengatasi masalah depresinya.
3. Klien berada dalam masalah resiko nutrisi dikarenakan pasien mengalami
anoreksia dan pasien juga mengalami depresi sehingga membuat pasien
terlalu sering memikirkan penyakitnya yang berdampak pada
berkurangnya semangat hidup sehingga nafsu makan menjadi menurun.
4. Pengkajian keperawatan lebih lanjut yang dibutuhkan klien adalah
melakukan pengkajian tentang kebutuhan nutrisi dan faktor-faktor
pencetus depresi.
Dilihat dari kasuss di atas bahwa seorang pria berusia 62 tahun
yang telah menjalani gastrektomi subtotal untuk kanker lambung stadium
III pada 10 minggu yang lalu mengalami kesulitan dalam menjalani berat
badannya. Berat badan biasanya adalah 86 kg, baru-baru ini berat badanya
31
turun menjadi 76 kg. Istrinya melaporkan bahwa suaminya depresi, tidak
ingin makan, dan tidur sepanjang hari di kursinya. Istrinya mengatakan,
“saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan lagi! Saya pikir dia hanya
ingin mati.” Dia kemudian mulai menangis. Dalam kasus ini ada beberapa
hal yang perlu dibahas antara lain :
A. Pengkajian
Pada pengkajian ditemukan keluhan yang dirasakan klien antara
lain penurunan berat badan secara drastis dimana berat badan sebelum
klien sakit itu 86 Kg tetapi saat sakit berat badan klien menurun menjadi
76 Kg, nafsu makan menurun, klien merasa depresi, klien juga merasa
cemas dengan penyakitya dan hanya tidur sepanjang hari di kursinya. Jika
di hubungkan dengan teori tentang kanker lambung tanda dan gejala yang
muncul pada pasien dengan diagnosa kanker lambung anatara lain : berat
badan menurun,mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri epigastrium,
disfagia, kelemahan, anemia, hematemesis dan mudah kenyang. Jadi dari
pengkajian yang dilakukan tidak ditemukan kesenjangan anatara teori dan
kasus yang didapatkan.
B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian pada studi kasus didapatkan diagnosa keperawatan yaitu :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia
b. Ansietas yang berhubungan dengan proses penyakit.
c. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan diagnosis kanker
Sedangkan menurut literatur diagnosa keperawatan utama pada gastritis
mencakup :
a. Ansietas yang berhubungan dengan penyakit dan antisipasi terapi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan mudah kenyang atau anoreksia
c. Nyeri yang berhubungan dengan massa tumor
32
d. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan diagnosis kanker
e. Defisiensi pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri
Berdasarkan literatur diagnosa yang didapatkan, terdapat 2 diagnosa yang
tidak diangkat karena hal ini tidak memiliki hubungan yang sangat jelas
dengan kasus. Dalam diagnosa keperawatan beradasarkan kasus ini
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dijadikan sebagai
prioritas diagnosa keperawatan karena berdasarkan kasus di atas, pasien
dan istrinya mengeluh terjadi penurunan berat badan yang sangat drastis
disertai dengan nafsu makan yang menurun, Jadi hal yang perlu dijadikan
prioritas adalah bagaimana membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya sehingga berat badannya bisa dipertahankan dan mempercepat
proses penyembuhan. Selanjutnya, diagnosa yang dijadikan prioritas
kedua adalah ansietas karena berdasarkan kasus diatas, klien tampak
depresi dan istri klien sangat cemas dengan keadaan klien yang mengalami
penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan jadi sebagai seorang
perawat tugas kita adalah bagaimana agar kita dapat membantu klien
maupun keluarganya untuk mengatasi kecemasan dan memberikan
penjelasan yang tepat kepada pasien maupun keluarganya tentang penyakit
yang dideritanya.
C. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, selanjutnya
menetapkan tujuan dan hasil yang dicapai serta intervensi yang tepat
disesuaikan dengan masalah, kebutuhan dan respon yang diberikan oleh
klien.
Masalah kebutuhan dan respon keluarga mendasari penyusunan
rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan pada kanker
lambung disesuaikan dengan kondisi aktual yang ditemukan.
Penyusunan rencana ini melibatkan keluarga dan sumber lainnya yang
menjadi dasar dalam penyusunan rencana keperawatan pada situasi yang
nyata sehingga rencana keperawatan yang disusun menjadi efektif bagi
33
pemenuhan masalah dan kebutuhan klien yang terganggu ditinjau dari
kebutuhan dasar manusia.
Ada beberapa intervensi yang ditambahkan oleh penyusun dan tidak
terdapat dalam beberapa literatur yang di temukan anatara lain :
Intervensi yang diberikan pada diagnosa ansietas, penyusun menambahkan
intervensi yaitu menganjurkan dan mengajarkan klien teknik mengontrol
dan mengatasi kecemasan dengan membiasakan klien untuk
mendengarkan murottal Al-Qur’an maupun menganjurkan klien untuk
lebih rutin membaca ayat suci Al-Qur’an serta berdzikir agar dapat
meringankan kecemasannya karena hal ini berhubungan dengan firman
Allah S.W.T dalam Q.S. Ar-Raad : 28 yang artinya :
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS. ar-Raad : 28).
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker lambung merupakan keganasan yang berasal dari mukosa
lambung, dengan angka prevalensi keempat terbanyak dari semua jenis kanker
yang ada, dan menempati urutan kedua terbanyak penyebab kematian akibat
kanker di dunia. Di Jepang, Chili, Costa Rica dan Eropa bagian Timur,
insidensinya meningkat hingga lebih dari 20 kali dibandingkan Amerika
Utara, Eropa bagian Utara, Afrika dan Asia Tenggara. Karsinogenesis
lambung merupakan proses yang multistep dan melibatkan kelainan genetika
secara umum maupun spesifik yang dapat merangsang perubahan sifat sel
secara progresif. Gastritis kronik yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter
pylori, mempunyai insidensi yang paling tinggi. Karena kanker lambung
mempunyai prognosis yang jelek, dan salah satu strategi utama yang berguna
untuk klinik adalah menemukan secara dini infeksi Helicobacter pylori
lambung penderita yang mempunyai keluhan secara klinis.
B. Saran
1. Dalam merencanakan tindakan keperawatan dilakukan dengan prosedur
keperawatan dan kode etik keperawatan.
2. Perencanaan harus sesuai dengan kebutuhan utama pasien, sehingga
pelaksanaan keperawatan akan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
penyembuhan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu , Wahyu. 2012. Mengenali, Mencegah dan mengobati 35 jenis
kanker. Jakarta:Victory Inti Cipta.
Brunner & Suddarth . 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC).
Diyono, dkk. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Sistem
Pencernaan. Jakarta : Kencana
Sutria, Eny. 2015. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia. Makassar:Alauddin
University Press
Sudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Wijaya, Sheila. 2015. Sinyal Bahaya Dari Tubuh. Yogyakarta :
FlashBooks
Sibuea, Herdin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : PT RINEKA
CIPTA.
Elly, Nurachmah, dkk. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
36