62
KAJIAN PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus florida) Oleh: INDAH NUR TARINI YANUATI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN MALANG 2007

Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

KAJIAN PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus florida)

Oleh:

INDAH NUR TARINI YANUATI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN MALANG

2007

Page 2: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

ii

ii

KAJIAN PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus florida)

Oleh:

INDAH NUR TARINI YANUATI

0310420021-42

SKRIPSI

Disampaikan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian Strata 1 (S1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN MALANG

2007

Page 3: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

iii

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan

MAJELIS PENGUJI

Tanggal lulus :

Penguji I

Ir. Soeprapto Martodisastro, MS NIP. 130 676 020

Penguji II

Prof. Dr. Ir. Tatik Wardiyati, MS NIP. 130 604 496

Penguji III

Ir. Endang Moerdiati, MS NIP. 130 809 318

Penguji IV

Dr. Ir. Damanhuri, MS NIP. 131 691 693

Page 4: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

iv

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : KAJIAN PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus florida).

Nama : INDAH NUR TARINI YANUATI NIM : 0310420021-42 Jurusan : Budidaya Pertanian Program Studi : Hortikultura Menyetujui : Dosen Pembimbing Pertama,

Prof. Dr. Ir. Tatik Wardiyati, MS NIP. 130604496

Kedua,

Ir. Endang Moerdiati, MS NIP. 130809318

Mengetahui

Ketua Jurusan,

Dr. Ir. Agus Suryanto, MS NIP. 130 935 809

Page 5: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

v

v

RINGKASAN Indah Nur Tarini Yanuati. 0310420021-42. Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus florida). Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Tatik Wardiyati, MS dan Ir. Endang Moerdiati, MS.

Jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak di konsumsi oleh masyarakat dengan gizi yang baik, di dalamnya terkandung 9 asam amino esensial dengan kadar protein 19-35%. Pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat tergantung pada nutrisi yang tersedia pada media tanam. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut, pada media tanam ditambahkan dedak sebagai sumber nutrisi. Dalam memenuhi kebutuhan dedak tersebut, petani mendapatkan kendala dari harga yang semakin mahal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan proporsi dedak yang rendah tetapi efisien pada media tanam jamur tiram putih (Pleurotus florida) sehingga pertumbuhan jamur tersebut tetap optimal dan produktifitasnya tinggi. Dengan hipotesis bahwa pengurangan proporsi dedak tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih (Pleurotus florida ). .

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlogomas Kec. Lowokwaru Kota madya Malang dengan ketinggian ± 500 m dpl dengan suhu rata-rata 24-30ºC dan kelembaban 80-90%. Penelitian akan dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2007.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur tiram putih (Pleurotus florida), serbuk gergaji, dedak, tepung tongkol jagung, air dan kapur tohor. Alat yang digunakan meliputi plastik polibag dari plastik PP, plastik penutup, cincin, steam, kertas grafik, timbangan, karet gelang, bunsen dan spatula panjang.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Setiap ulangan terdapat 80 baglog sehingga keseluruhan terdapat 240 baglog . Perlakuan tersebut adalah : 1. P1 = 22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung 2. P2 = 22 kg serbuk kayu + 1,8 kg tepung tongkol jagung 3. P3 = 22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung 4. P4 = 22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung 5. P5 = 22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung 6. P6 = 22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung 7. P7 = 22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung 8. P8 = 22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung 9. P9 = 22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung 10. P10 = 22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung

Pengamatan yang dilakukan meliputi Panjang miselium (cm) yang diamati 7 hari setelah inokulasi interval 3 hari, saat muncul badan buah (pin head) pertama (HSI), saat panen pertama (HSI), berat segar badan buah (gram), diameter badan buah (cm) setiap panen dan frekuensi panen (kali).

Analisa data menggunakan analisa (uji F) uji taraf 5 % apabila terjadi beda nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %.

Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa perbedaan proporsi dedak ini berpengaruh pada parameter a). panjang miselium dengan perlakuan yang memiliki pertumbuhan miselium paling cepat adalah P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5

Page 6: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

vi

vi

kg tepung tongkol jagung) yaitu 19,19 cm; b). saat munculnya pin head pertama dengan perlakuan yang cepat adalah P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung ) yaitu 35,026 HSI; c). saat panen pertama dengan perlakuan yang cepat adalah P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung ) yaitu pada 37,789 HSI d) berat segar total badan buah dengan perlakuan yang memiliki berat total yang besar P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) yaitu 416,99 gram. Perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) dengan berat segar total 409,15 gram, perlakuan P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) dengan berat total 410,57 gram dan P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) yaitu 403,71 gram dan e) frekuensi panen dengan perlakuan yang memiliki frekuensi panen yang banyak adalah P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) yaitu 3,911 kali panen dalam 100 hari. Perlakuan pengurangan proporsi dedak ini tidak berpengaruh terhadap diameter badan buah.

Perlakuan pengurangan proporsi dedak tidak mempengaruhi berat segar total produksi jamur sampai proporsi dedak 2 kg yaitu P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung). Dari hasil analisis ekonomi, perlakuan P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) memberikan keuntungan paling tinggi yaitu Rp.1.589,- per baglog atau 94,36 % dari biaya produksi. Angka tersebut lebih tinggi 9,74 % dari perlakuan kontrol P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) dengan keuntungan sebesar Rp. 1.529,- per baglog.

Page 7: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

vii

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta

hidayahNya, sehingga bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Kajian Perbedaan

Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih dan Hasil

(Pleurotus florida) ”.

Atas terselesaikannya penyusunan Skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada : Ayah dan Ibu yang telah memberikan semangat dan doa, Prof. Dr.

Ir. Tatik Wardiyati, MS selaku dosen Pembimbing Utama, Ir. Endang Moerdiati, MS

selaku Pembimbing Pendamping dan Ir. Soeprapto Martodisastro, MS selaku dosen

Pembahas atas bimbingan, saran dan arahan yang telah diberikan selama penyusunan

laporan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Agus Suryanto, MS

selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian. Semua teman dari HTC ‘03 yang banyak

memberikan bantuan dan semangat. Semua pihak yang telah membantu baik secara

material maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk

kesempurnaan isi dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dalam menambah pengetahuan dan wawasan kita dalam bidang pertanian.

Malang, November 2007

Penulis

Page 8: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

viii

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putri pertama dari 4 bersaudara pasangan bapak Sutarno, BE

dan ibu Dra. Ririen Subekti yang lahir di Blitar pada tanggal 2 januari 1985.

Memulai studi di TK Anggrek Bhirawa Blitar dan lulus pada tahun 1991,

melanjutkan ke SD Kalipang 1 Blitar pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Pada

tahun yang sama, penulis diterima sebagai siswi pada SLTP 1 Sutojayan Blitar dan

lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan studi di SMU Negeri 1 Sutojayan Blitar

lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi

Hortikultura Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Malang melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Kegiatan non Akademis yang pernah diikuti meliputi AMECC (American

English Communicative Course), panitia Kejurnas Tapak Suci Brawijaya Open II, staf

kaderisasi HIMADATA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian) periode 2004-

2005.

Page 9: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

ix

ix

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK ................................................................................. x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian............................................................................ 3 1.3 Hipotesis ........................................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Umum Jamur Tiram Putih .............................................. 4 2.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih ................................................. 5 2.3 Dedak ............................................................................................ 8 2.4 Komposisi media tanam ................................................................. 9

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 11 3.2 Bahan dan Alat ............................................................................... 11 3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 11 3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan ............................................................................... 11 3.4.2 Tahapan Pembuatan Media ................................................... 12 3.4.3 Tahapan Budidaya Jamur Tiram Putih.................................... 12 3.4.4 Pengamatan ........................................................................... 14

3.5 Analisa Data .................................................................................. 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Panjang miselium (cm) .......................................................... 22 4.1.2 Saat Muncul pin Head Pertama (HSI) .................................... 24 4.1.3 Saat Panen Pertama (HSI) ..................................................... 25 4.1.4 Berat Segar Total Badan Buah (gram).................................... 26 4.1.5 Diameter Badan Buah (cm) ................................................... 29 4.1.6 Frekuensi Panen (kali) ........................................................... 30

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Jamur Tiram ...................... 31

Page 10: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

x

x

4.2.2 Hasil Jamur Tiram ................................................................. 33 4.2.3 Analisis Ekonomi .................................................................. 38

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 39 5.2 Saran ............................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xi

xi

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1 Kandungan nutrisi yang terdapat pada dedak ............................... 10

2 Komposisi kimia kayu ................................................................. 12

3 Kandungan nutrisi yang terdapat pada tepung jagung................... 13

4 Kandungan nutrisi yang terdapat pada tepung tongkol jagung...... 13

5 Komposisi bahan umum media jamur kayu.................................. 14

6 Rata - rata panjang miselium pada 7HSI, 10 HSI, 13 HSI dan

16 HSI ....................................................................................... 22

7 Rata - rata panjang miselium pada 19 HSI, 22 HSI dan 25 HSI.... 23

8 Rata - rata muncul pin head pertama ....... ..................................... 24

9 Rata - rata Panen Pertama ........................................................... 26

10 Berat segar badan buah per panen ............................................... 27

11 Berat total badan buah .............................................................. 29

12 Rata-rata diameter badan buah ................................................... 30

13 Rata-rata frekuensi panen ............................................................ 31

14 Analisis Ekonomi ....................................................................... 38

No Halaman

Lampiran

1 Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 7 HSI ............................ 42

2 Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 10 HSI .......................... 42

3 Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 13 HSI ......................... 42

4 Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 16 HSI ......................... 42

5 Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 19 HSI ......................... 42

6 Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 22 HSI ......................... 43

7 Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 25 HSI ......................... 43

8 Analisis Ragam Saat Munculnya Pin Head Pertama .................... 43

Page 12: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xii

xii

9 Analisis Ragam Saat Panen Pertama ........................................... 43

10 Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 1 ............... 43

11 Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 2 ............... 44

12 Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 3 ............. 44

13 Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 4 ............ 44

14 Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 5 ............ 44

15 Analisis Ragam Berat Segar Total Badan Buah ......................... 44

16 Analisis Ragam Diameter Badan Buah ...................................... 45

17 Analisis Ragam Frekuensi Panen ............................................... 45

Page 13: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xiii

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1 Gambar Jamur Tiram Putih ..................................................... 4

No Halaman

Lampiran

1 Hasil Panen Jamur Tiram putih ............................................... 49

2 Panjang Miselium Tiap Perlakuan .......................................... 51

Page 14: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xiv

xiv

DAFTAR GRAFIK

No Teks Halaman

1 Grafik Berat segar badan buah per panen ............................... 28

Page 15: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xv

xv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur tiram putih (Pleurotus florida) adalah salah satu jenis jamur kayu yang

banyak di konsumsi oleh masyarakat dengan gizi yang baik, di dalamnya terkandung 9

asam amino esensial dengan kadar protein 19-35%. Jadi jamur ini dapat dijadikan

sumber protein nabati di samping kacang-kacangan. Jenis vitamin di dalam jamur

adalah vitamin B1, B2, niasin, biotin dan vitamin C. Selain itu di dalamnya terdapat

mineral K, P, Ca, Na, Mg dan Cu. Jamur tiram putih sudah banyak dikenal oleh

konsumen sehingga telah memiliki pasar yang baik. Dibandingkan dengan jamur yang

dapat di makan (edible mushroom) lainnya, jamur tiram putih memiliki harga yang

lebih terjangkau oleh konsumen. Jamur tiram putih ini memiliki sifat menetralkan racun

dan zat radioaktif dalam tanah. Khasiat kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan

mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit diabetes

militus, menambah vitalitas dan memperlancar buang air besar. Oleh karena itu, banyak

masyarakat yang mengkonsumsi jamur tiram putih ini.

Potensi jamur tiram sangat bagus, sehingga banyak dari penduduk yang

kemudian mulai membudidayakan jamur tiram putih ini. Media tanam yang digunakan

pada umumnya adalah serbuk kayu (misalnya kayu sengon), dedak padi atau bekatul,

tepung jagung dan kapur pertanian. Pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat

tergantung pada banyaknya nutrisi yang ada atau tersedia dalam media yang dapat

diserap dan digunakan oleh jamur. Dalam hal ini, dedak merupakan salah satu sumber

nutrisi tersebut. Dedak memiliki fungsi yang penting dalam budidaya jamur. Dedak

merupakan sumber nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan

jamur. Dedak ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam, sebagai sumber

karbohidrat, karbon dan nitrogen (Cahyana, Muchroji dan M Bakrun, 1997).

Untuk menyediakan bahan – bahan tersebut, petani jamur banyak menemui

kendala dari harga dedak. Harga dari dedak semakin tinggi, hal ini akan sangat

mempengaruhi tingkat keuntungan. Dedak merupakan hasil sisa dari penumbukan atau

Page 16: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xvi

xvi

penggilingan gabah padi. Indonesia merupakan negara produsen padi (9% dari total

produksi dunia) tetapi juga merupakan negara pengimpor beras terbesar (14% dari padi

yang diperdagangkan di dunia). Departemen Perdagangan menyatakan harga beras

selama 2006 mengalami kenaikan 14,8% dari Rp 4.170 pada Januari menjadi Rp 4.780

per kilogram (Ardiansyah. 2006). Dengan harga beras yang semakin tinggi akan

meningkatkan harga dedak padi yang dibutuhkan dalam pembuatan media tanam jamur

tiram putih.

Kenaikan harga dedak bukan hanya karena harga beras yang semakin tinggi,

akan tetapi dedak yang juga menjadi kebutuhan utama dari peternak yang membuat

pakan campuran sendiri. Sehingga ada persaingan antara petani jamur dengan peternak

dalam pemenuhan kebutuhan dedak. Dengan harga yang semakin tinggi dan jumlah

yang semakin sedikit karena juga banyak dibutuhkan oleh peternak, membuat para

petani jamur menemui kendala dalam memenuhi kebutuhan dedak untuk produksi

jamur. Keuntungan yang didapatkan petani lebih rendah karena biaya produksi semakin

tinggi tetapi harga jual jamur tetap. Hal ini mendorong penulis untuk mengadakan

penelitian mengenai perbedaan proporsi dedak dalam media tanam terhadap

pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Pleurotus florida). Dengan adanya penelitian

ini diharapkan bisa membantu petani jamur tiram putih untuk mengatasi permasalahan

proporsi dedak pada media tanam sehingga pertumbuhan jamur tiram tetap bagus

dengan proporsi dedak yang seminimal mungkin.

Page 17: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xvii

xvii

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan proporsi dedak yang rendah tetapi efisien pada media tanam

jamur tiram putih ( Pleurotus florida ) sehingga pertumbuhan jamur tersebut tetap

optimal dan produktifitasnya tinggi dengan biaya yang lebih murah.

1.3 Hipotesis

Pengurangan proporsi dedak tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan jamur tiram putih ( Pleurotus florida ).

Page 18: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xviii

xviii

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur Tiram Putih

Jamur tiram (Pleurotus florida) adalah jamur kayu yang tumbuh berderet

menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh

mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur

memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram

berukuran 5 – 15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang

berwarna putih dan lunak. Sedangkan tangkai berukuran 2 – 6 cm yang mana

menyangga tudung agak lateral (di bagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah)

(Djarijah, 2001).

Jamur tiram putih adalah jamur kayu yang mana termasuk dalam kelas

Basidiomycetes yang mempunyai ciri-ciri : tubuh buah yang berbentuk cembung, tetapi

jika kandungan oksigen yang tersedia dalam jumlah banyak, maka tudung buah

berbentuk payung, lamella dan tangkai. Bentuk tudung buah tersebut agak membulat,

lonjong, melengkung seperti cangkang tiram dengan permukaan yang licin dan sedikit

basah (Suhardiman, 1990).

Jamur tiram memiliki spora berwarna. Pemberian nama dari beberapa jenis

jamur tiram ini berdasarkan dari warna tudung tubuh buah atau sporanya yang berbeda

untuk jenis jamur tiram yang satu dengan jenis lainnya.

Gambar 1. Jamur Tiram Putih (Pleurotus florida)

Page 19: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xix

xix

Jamur tiram merupakan keluarga Agaricaceae atau Tricholomataceae dari

kelas Basidiomycetes. Klasifikasi jamur tiram putih adalah :

Super kingdom : Eukaryota

Kingdom : Myceteae (fungi)

Divisio : Amastigomycota

Sub divisio : Basidiomycotae

Klas : Basidiomycetes

Ordo : Agaricales

Familia : Agariceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus florida (Djarijah, 2001)

Secara umum jamur dari kelas Basidiomycetes berupa sulur halus yang

menempel pada kompos. Sulur ini berbentuk seperti serabut tanaman yang disebut

dengan miselium. Miselium ini bercabang dan pada titik pertemuannya berbentuk bintik

kecil yang disebut sporangium yang akhirnya tumbuh menjadi pin head yang kemudian

berkembang menjadi badan buah atau fruit body (Nurman, 1990).

Jamur tiram merupakan tanaman makroskopik yang tidak memiliki klorofil.

Jamur sebagai tanaman yang memiliki spora dan merupakan sel-sel lepas yang

bersambungan membentuk benang bersekat dan disebut hifa. Hifa jamur terdiri atas sel-

sel yang berinti satu. Hifa jamur menyatu membentuk jaringan yang disebut miselium.

Miselium bercabang dan pada titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut

sporangium yang akan berkembang menjadi pin head (calon tubuh buah jamur)

(Djarijah, 2001).

Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih :

a. Perkecambahan spora

Jamur tiram putih (Pleurotus florida) termasuk dalam kelas Basidiomycetes.

Spora terdapat dalam basidiospora yang terletak secara eksternal pada sel berbentuk

gada yang disebut basidia ( Volk, 1993 ).

Basidiospora terletak pada lapisan hymenium yang menyelubungi lamela.

Spora akan jatuh terbawa oleh aliran udara akibat pengaruh gravitasi setelah lepas dari

stigma. Proses ini didukung oleh letak tubuh buah dan lamela. Dijelaskan oleh

Page 20: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xx

xx

Stamets dan Chilton (1983) bahwa sebagian besar spora jamur memiliki “germ pore”

bentuk tonjolan ke arah dalam pada salah satu ujung sebuah spora. Germ spora

merupakan tempat kecambah pertama kali muncul berupa miselium haploid yang

disebut hifa

b. Pertumbuhan miselium

Volk (1983) menyatakan bahwa miselium merupakan hifa yang saling

membelit membentuk massa benang yang cukup besar. Dijelaskan oleh Edmond,

Musser dan Andrews (1975) bahwa fungsi miselium adalah untuk menyerap air,

nutrisi dan bahan organik dari media untuk memacu pertumbuhan jamur. Masa

pertumbuhan miselium membutuhkan kelembaban udara antara 65%-70% dengan

suhu 25°C - 30°C. Keadaan ruangan yang gelap akan mengoptimalkan pertumbuhan

miselium.

2.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih

Jamur tiram merupakan tanaman heterotropik yang mana hidupnya tergantung

pada kondisi lingkungan tempat tumbuh. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan jamur adalah air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu dan

ketersediaan nutrisi.

ð Suhu dan Kelembaban

Pada umumnya, jamur ini bisa tumbuh pada suhu 24°-28°C. Suhu tersebut

akan menghasilkan pertumbuhan jamur tiram yang optimal. Jika suhu diatas 30°C

maka pertumbuhan dari jamur akan terhambat. Media tanam yang kurang steril

dengan suhu kurang dari 20°C akan mempercepat pertumbuhan mikroba lainnya

yang akan menghambat pertumbuhan jamur. Pada saat pembentukan badan buah,

jamur tiram memerlukan suhu yang lebih rendah yaitu berkisar antara 16°-22°C.

Kelembaban yang diperlukan dalam budidaya jamur tiram ± 80 – 90%

dengan keadaan air pada substrat tanaman antara 60-65%. Kelembaban ini akan

sangat berpengaruh terhadap suhu yang optimal untuk pertumbuhan dan

perkembangan jamur. Untuk menjaga kelembaban agar tetap dalam kondisi yang

Page 21: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxi

xxi

sesuai dengan kebutuhan, dapat dilakukan dengan penyemprotan air bersih di sekitar

ruangan (Cahyana et al. , 1997).

ð Cahaya

Pertumbuhan jamur tiram putih kurang membutuhkan intensitas cahaya yang

tinggi karena cahaya hanya bersifat sebagai pendorong pembentukan pin head dan

perkembangan badan buah saja. Karenanya tempat teduh dibawah pohon pelindung

ataupun didalam ruangan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan jamur (Suriawiria, 1993).

Miselium akan tumbuh paling cepat dalam keadaan gelap tanpa sinar. Maka

setelah inokulasi selama masa penumbuhan, media tanam diletakkan dalam ruangan

yang gelap dan hal ini akan menguntungkan pertumbuhan miselium (Yu, 1995).

Pada masa penumbuhan badan buah, diperlukan adanya rangsangan sinar.

Pada tempat yang sama sekali tidak ada sinar, badan buah tidak akan tumbuh

(Wahyuni, 1995). Budidaya jamur tiram putih sebaiknya dilakukan dalam ruangan

saja supaya tidak terkena sinar matahari secara langsung sehingga tidak kering

karena jamur tiram putih membutuhkan kelembaban yang tinggi. Meskipun

demikian, intensitas cahaya yang terlalu rendah akan menyebabkan elongasi atau

perpanjangan tangkai dan pembentukan tudung buah akan terhambat (Webster,

1991)

Intensitas cahaya yang dibutuhkan pada saat pertumbuhan jamur tiram

sekitar 10 % saja ( Cahyana et al. , 1997).

ð Kadar air

Kadar air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium

jamur. Air diperlukan untuk transportasi partikel antar sel sehingga kadar air harus

mencukupi. Miselium akan tumbuh optimal pada media dengan kadar air sekitar

65%. Jika terlalu tinggi maka jamur bisa busuk dan akhirnya mati, tetapi jika kadar

air terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan jamur (Djarijah, 2001).

Page 22: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxii

xxii

ð Keasaman (pH)

Kondisi keasaman ini berpengaruh terhadap ketersediaan beberapa unsur

yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur. Pada pH rendah unsur magnesium, besi,

kalsium dan seng tersedia sedangkan pada pH tinggi unsur - unsur tersebut tidak

tersedia (Suriawiria, 2000).

Miselium jamur bisa tumbuh optimal dalam keadaan gelap dengan kondisi

asam (pH 5,5 – 6,5). Jika pH terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terganggu

(Djarijah, 2001). Untuk jamur tiram putih memang menghendaki pH yang lebih

asam jika dibandingkan dengan jamur tiram lainnya (Kristiawati, 1992).

ð Aerasi

Ketersediaan oksigen dan karbondioksida di lingkungan sekitar sangat

menentukan pertumbuhan jamur. Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki

klorofil sehingga oksigen dan karbondioksida sangat diperlukan sebagai senyawa

pada pertumbuhannya. Lingkungan yang kurang unsur O2 akan mengakibatkan

pertumbuhan tubuh buah kecil, abnormal dan mudah layu yang akhirnya

menimbulkan kematian (Djarijah, 2001).

Pertumbuhan miselium membutuhkan kandungan karbondioksida tinggi

sekitar 15%-20% dari volume udara. Jika kandungan tersebut terlalu tinggi akan

terjadi gangguan pertumbuhan sehingga bentuk tudung jamur akan lebih kecil dari

tangkainya (Adiyuwono, 2001).

2.3 Dedak

Dedak padi (hu’ut dalam bahasa sunda) merupakan hasil sisa dari penumbukan

atau penggilingan gabah padi. Gabah tersusun dari 15-30 % kulit luar (sekam), 4-5%

kulit ari, 12-14% dedak, 65-67% endosperm dan 2-3% lembaga.

Dedak tersusun dari tiga bagian yang masing masing berbeda kandungan

zatnya. Ketiga bagian tersebut adalah:

a. Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral

b. Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral.

c. Lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna.

Page 23: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxiii

xxiii

Dedak mengandung beberapa nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan dan

perkembangan jamur. Nutrisi yang dibutuhkan dalam bentuk unsur hara seperti

nitrogen, fosfor, belerang, karbon serta beberapa unsur yang lain terdapat pada serbuk

gergaji dalam jumlah yang terbatas sehingga diperlukan penambahan nutrisi yang bisa

didapatkan dari dedak. Dedak mengandung protein, selulosa, serat, nitrogen, lemak dan

P2O5 (Genders, 1986).

Dedak mengandung paling tidak 65% dari zat gizi mikro penting yang terdapat

pada beras. Dedak banyak mengandung komponen tanaman bermanfaat yang disebut

fitokimia, berbagai vitamin (thiamin, niacin, vitamin B-6), mineral (besi, fosfor,

magnesium, potassium), asam amino, asam lemak esensial, dan antioksidan (Hariyadi,

2003). Kandungan kaya gizi itu, membuat dedak menjadi bahan pangan fungsional

yang penting, yang mengurangi risiko terjangkitnya penyakit dan meningkatkan status

kesehatan tubuh. Dedak juga merupakan bahan bersifat hipoalergenik dan sumber serat

makan (dietary fiber) yang baik. Dedak berpotensi dikembangkan dalam industri

pangan, farmasi, dan pangan suplemen (termasuk dietary supplement). Dedak padi

dapat digunakan sebagai bahan baku produk sereal dan dikembangkan menjadi bahan

dasar produk minuman fungsional. Dedak juga dapat dijadikan sumber minyak yang

diperoleh dari proses ekstraksi. Minyak dedak dedak ini tergolong memiliki kualitas

tinggi. Yang mengejutkan, minyak dedak padi (rice brand oil) bermanfaat untuk

penderita diabetes karena kemampuannya mengurangi kadar gula dalam darah. Sebuah

studi yang dipublikasikan dalam Journal of Nutritional Biochemistry pada Maret 2002

menyebutkan bahwa suplementasi minyak dedak padi mampu menurunkan kadar gula

(glukosa) dalam darah, untuk penderita diabetes tipe I maupun tipe II. Produk

komersialnya, antara lain RiSoluble atau RiceMucil yang diproduksi RiceX Co di

California (Suhartiningsih, 2004). Begitu banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dari

dedak, membuat dedak banyak dibutuhkan dan dicari sehingga harga dari dedak

semakin tinggi. Nutrisi yang terdapat dalam dedak bisa dilihat pada tabel 1.

Page 24: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxiv

xxiv

Tabel 1. Kandungan nutrisi yang terdapat pada dedak

Kandungan Persen (%)

Kadar air 2,49

Protein 8,77

Lemak 1,09

Abu 1,60

Serat 1,69

Karbohidrat 84,36

Kalori 382,32 kal

Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.

Menurut kelas nilainya, dedak dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

• Dedak Kasar

Adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan lembaga beras

dan daya cernanya relatif rendah. Analisa kandungan nutrisi: 10.6% air, 4.1% protein,

32.4% bahan ekstrak tanpa N, 35.3% serat kasar, 1.6% lemak dan 16% abu serta nilai

Martabat Pati 19. Sebenarnya dedak kasar ini sudah tidak termasuk sebagai bahan

makanan penguat (konsentrat) sebab kandungan serat kasarnya relatif terlalu tinggi

(35.3%) (Anonymous, 2006).

• Dedak halus biasa.

Merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak

kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga

selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi

akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar

dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang

dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N,

16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53

(Anonymous, 2006).

Page 25: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxv

xxv

• Dedak lunteh

Merupakan hasil ikutan dari pengasahan/pemutihan beras (slep atau polishing

beras). Dari semua macam dedak, dedak inilah yang banyak mengandung protein dan

vitamin B1 karena sebagian besar terdiri dari selaput perak dan bahan lembaga, dan

hanya sedikit mengandung kulit. Di beberapa tempat dedak ini disebut juga dedak

murni. Analisa nutrisi: 15.9% air, 15.3% protein, 42.8% bahan ekstrak tanpa N, 8.1%

serat kasar, 8.5% lemak, 9.4% abu serta nilai MP adalah 67 (Anonymous, 2006).

• Bekatul Merupakan hasil sisa ikutan dari pabrik pengolahan khususnya bagian

asah/slep/polish. Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta lebih sedikit

mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan pecahan-pecahan kecil

lembaga beras (menir). Oleh sebab itu masih dapat dimanfaatkan sebagai makanan

manusia sehingga agak sukar didapat. Analisa nutrisi: 15% air, 14.5% protein, 48.7%

lemak dan 7.0% abu serta nilai MP adalah 70 (Anonymous, 2006).

2.4 Komposisi media tanam

Dalam budidaya jamur tiram putih, komposisi media sangat perlu diperhatikan

dengan baik. Komposisi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

jamur. Media yang biasa digunakan adalah kayu atau serbuk kayu yang mengandung

karbohidrat, serat lignin yang dapat membantu pertumbuhan serta zat ekstraktif (zat

pengawet alami) yang menghambat pertumbuhan. Oleh karena itu, serbuk kayu yang

digunakan sebagai media diusahakan berasal dari kayu yang tidak banyak mengandung

zat pengawet tersebut, seperti kayu albasia atau sengon, randu dan meranti. Menurut

penelitian Lestari (2005), penggunaan media tanam serbuk gergaji kayu sengon yang

dikomposkan selama 20 hari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan

dan hasil jamur tiram putih jika dibandingkan dengan serbuk gergaji kayu jati atau

randu. Bahan ini biasanya didapatkan dari pabrik penggergajian kayu yang tidak

dipergunakan sehingga biaya produksi lebih murah. Dalam pemilihan media serbuk

kayu ini harus memperhatikan tingkat kekeringan, kebersihannya, tidak ditumbuhi

jamur atau kapang lain dan tidak busuk. Serbuk kayu yang baik adalah serbuk yang

berasal dari kayu keras dan tidak banyak mengandung getah (Cahyana et al. , 1997).

Page 26: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxvi

xxvi

Untuk perkembangan dan pertumbuhan jamur, nutrisi yang ada pada media sangat

penting. Nutrisi terpenting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium dan

pembentukan badan buah adalah selulosa, hemiselulosa, lignin dan protein yang banyak

terdapat dalam kayu. Komposisi kimia kayu sengon bisa dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia kayu sengon

Komponen kimia unsur penyusun %

Selulosa Pentosa Lignin Abu

48,3 16,3 27,3 3,4

Sumber : Syahri (1989) dalam Winarni (2001).

Media tanam yang digunakan harus bisa mendukung pertumbuhan jamur secara

optimal. pH media harus sesuai dengan syarat tumbuh dari jamur, yang mana bisa diatur

dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3). Selain itu, CaCO3 juga digunakan

sebagai sumber kalsium (untuk memperkokoh media sehingga tidak mudah rusak,

memiliki daya tahan lama dan masa produksi panjang) dan untuk meningkatkan mineral

yang dibutuhkan bagi pertumbuhan. Nutrisi yang terkandung dalam media tanam harus

mencukupi kebutuhan. Kebutuhan nutrisi bisa dipenuhi dengan penambahan dedak,

tepung jagung atau tepung tongkol jagung pada media tanam. Kandungan nutrisi yang

terdapat pada tepung jagung dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Kandungan nutrisi yang terdapat pada tepung jagung.

Kandungan Persen (%)

Air Protein Lemak Abu Karbohidrat

12.0 8.9 49 1.0

72.0

Sumber: Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya (1994) dalam Rustiami(1995).

Sedangkan kandungan nutrisi pada tepung tongkol jagung dapat dilihat pada tabel

4.

Page 27: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxvii

xxvii

Tabel 4. Kandungan nutrisi yang terdapat pada tepung tongkol jagung.

Kandungan Persen (%)

Air Protein Lemak Abu Karbohidrat

14.98 2.12 0.33 1.75 80.82

Sumber: Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya (2006) dalam Anggraeni (2007).

Dari segi ekonomis, tepung tongkol jagung memiliki harga yang lebih murah

daripada tepung jagung. Berdasarkan penelitian Anggraeni (2007), limbah tongkol

jagung dapat dimanfaatkan sebagai media pengganti tepung jagung pada budidaya

jamur tiram putih dengan komposisi serbuk kayu : dedak : tepung tongkol jagung

sebesar 20 : 4 : 2. Penambahan tepung tongkol jagung dengan volume 2 meningkatkan

hasil panen 12% dibandingkan media tepung jagung.

Bahan tersebut harus di campur dengan takaran tertentu sehingga mendapatkan

komposisi yang tepat untuk mendapatkan produktifitas jamur yang tinggi. Komposisi

media jamur tiram dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Komposisi bahan umum media jamur tiram (Agus et al. , 2004)

Bahan media Komposisi

Serbuk gergaji

Bekatul

Kapur ( CaCO3)

Gipsum (CaSO4)

TSP

Tepung jagung

Air bersih

100 kg

10 kg

0,5 kg

1,5 kg

0,5 kg

0,5 kg

45-50 L

Page 28: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxviii

xxviii

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlogomas Kec. Lowokwaru Kota Malang dengan ketinggian ± 500 m dpl dengan suhu rata-rata 24-30ºC dan kelembapan 80-90%. Penelitian akan dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2007.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur Tiram putih (Pleurotus florida), serbuk gergaji kayu sengon, dedak, tepung tongkol jagung, alkohol, CaCO3, CaSO4, dan air. Alat yang digunakan meliputi ketel uap, tongkat kayu, spatula besi, bunsen, plastik polibag dari plastik PP (Polipropilene), kapas, plastik penutup, cincin, karet gelang, kertas grafik, penggaris dan timbangan.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 10 perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Masing – masing

ulangan terdapat 80 baglog, sehingga keseluruhan terdapat 240 baglog. Perlakuan

tersebut adalah :

1 P1 = 22 kg serbuk gergaji + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung

2. P2 = 22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung

3. P3 = 22 kg serbuk gergaji + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung

4. P4 = 22 kg serbuk gergaji + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung

5. P5 = 22 kg serbuk gergaji + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung

6. P6 = 22 kg serbuk gergaji + 5,4 kg tepung tongkol jagung

7. P7 = 22 kg serbuk gergaji + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung

8. P8 = 22 kg serbuk gergaji + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung

9. P9 = 22 kg serbuk gergaji + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung

10. P10 = 22 kg serbuk gergaji + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung

Page 29: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxix

xxix

Denah Rancangan Percobaan :

Ulangan 1 P1 P9 P7 P2 P3 P6 P4 P8 P5 P10

Ulangan 2 P4 P1 P6 P8 P2 P5 P9 P7 P10 P3

Ulangan 3 P8 P5 P2 P10 P7 P1 P3 P4 P6 P9

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan

Penelitian ini menggunakan bahan yaitu serbuk kayu, dedak, tepung jagung

dan tepung tongkol jagung. Serbuk kayu yang digunakan berasal dari jenis kayu sengon

(Albasia sp) karena tidak banyak mengandung minyak dan getah, lebih mudah lapuk,

memiliki serat yang kasar dan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi

sehingga sangat membantu pertumbuhan miselium jamur. Serbuk yang digunakan harus

dikomposkan terlebih dahulu untuk menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa

sederhana sehingga lebih mudah diserap dan digunakan untuk proses pertumbuhan dan

perkembangan jamur. Pengomposan dilakukan dengan menambahkan kalsium sulfat

(CaSO4) sebanyak 2% dari jumlah total serbuk gergaji. Pengomposan dilakukan selama

± 20 hari dan dilakukan pembalikan setiap satu minggu sekali agar proses pengomposan

merata. Setelah dikompos, serbuk gergaji kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran

yang seragam.

Tepung tongkol jagung diperoleh dengan menggiling tongkol jagung yang

telah kering. Tongkol jagung yang digunakan harus bersih, masih baru sehingga tidak

berjamur. Tongkol jagung digiling hingga menghasilkan tepung dengan ukuran ± 0,02

cm. Tepung tongkol jagung diayak terlebih dahulu untuk mendapatkan ukuran yang

seragam.

Dalam budidaya jamur, alat dan ruangan yang digunakan harus steril. Oleh

karena itu sebelum digunakan, alat dan ruangan disterilkan dengan menggunakan

alkohol 70%.

Page 30: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxx

xxx

3.4.2 Pembuatan Media

Bahan – bahan yang dipergunakan yaitu serbuk gergaji, tepung jagung, tepung

tongkol jagung dan dedak di timbang sesuai dengan perbandingan komposisi pada

setiap perlakuan. Pada setiap perlakuan, ditambahkan kalsium karbonat (CaCO3)

sebanyak 0,7% dari berat total bahan. Tujuan dari penambahan (CaCO3) adalah sebagai

sumber mineral dan mengatur pH media sehingga media memiliki pH yang sesuai untuk

pertumbuhan jamur. Semua bahan dicampur hingga merata dan ditambahkan air hingga

± 65%. Setelah semua bahan tercampur rata, dimasukkan dalam plastik polipropilene

dengan ukuran 18cm x 36 cm x 0,03 mm. Bahan tersebut kemudian dipadatkan hingga

memiliki berat tiap media tanam 1,2 kg dengan ketinggian 19–20 cm dan pada ujungnya

diberi cincin. Untuk mempermudah penempatan bibit, pada media diberi lubang dengan

menggunakan tongkat kayu yang dimasukkan ± 10 cm ke dalam media tanam melalui

cincin. Cincin kemudian diberi kapas lalu ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet

gelang.

3.4.3 Sterilisasi

Media tanam dalam plastik tersebut (baglog) ditata dalam krat untuk

disterilkan. Fungsi sterilisasi adalah untuk mematikan mikroba, yang dapat mengganggu

pertumbuhan jamur tiram. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan ketel uap pada

ruang sterilisasi dengan suhu 95°C konstan selama 5 jam. Baglog ditata dengan jarak

yang teratur, tidak terlalu rapat agar proses sterilisasi bisa merata pada seluruh media

tanam yang ada. Setelah media tanam disterilkan, kemudian dilakukan pendinginan

dengan membiarkan media tanam tetap dalam ruang sterilisasi selama ± 24 jam sampai

suhu dalam ruangan tersebut ± 26°C. Media tanam kemudian dikeluarkan dan dibiarkan

hingga tidak panas lagi.

3.4.4 Inokulasi

Inokulasi merupakan proses penanaman bibit jamur pada media tanam yang

telah disterilkan dan didinginkan. Bibit dalam botol terlebih dahulu dihancurkan dengan

Page 31: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxi

xxxi

menggunakan spatula panjang yang telah disemprot alkohol dan dibakar diatas api

bunsen. Bibit tersebut kemudian dimasukkan pada media tanam melalui mulut cincin

plastik dengan membuka kapas dan plastik penutup terlebih dahulu. Bibit yang

dimasukkan sebanyak ± 15 gram. Setelah bibit dimasukkan, cincin ditutup kembali

dengan menggunakan kapas tanpa plastik. Pada proses inokulasi, alat dan ruangan yang

digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan menyemprotkan alkohol. Pelaksana

inokulasi harus memakai masker, pakaian yang bersih serta tangan terlebih dahulu

disemprot dengan alkohol. Proses inokulasi harus dilakukan dengan cepat untuk

mengurangi terjadinya kontak media bagian dalam dengan udara sehingga kontaminasi

bisa dihindari.

3.4.5 Inkubasi

Inkubasi merupakan proses penumbuhan miselium. Dilakukan dengan

menyimpan media yang telah diisi bibit pada ruangan dan kondisi tertentu agar

miselium jamur tumbuh. Suhu yang diperlukan untuk proses inkubasi adalah 25-30ºC

dengan kelembaban 65-70% dan intensitas cahaya ± 10%. Ruangan yang digunakan

harus selalu dibersihkan untuk menghindari adanya kontaminasi pada media. Inkubasi

dilakukan hingga seluruh media berwarna putih oleh miselium secara merata antara 30 -

40 hari setelah inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan miselium jamur dapat diketahui ±1

minggu setelah inokulasi. Pada setiap media tanam akan ditempel dengan kertas grafik

untuk mempermudah pengamatan panjang miselium. Setelah miselium penuh, media

tanam siap dipindahkan ke ruang penumbuhan (kumbung).

3.4.6 Penumbuhan

Penumbuhan dilakukan pada ruangan khusus dengan kondisi yang diperlukan

yaitu suhu antara 16-22ºC dan kelembaban 80-90%. Ruang yang akan digunakan

dibersihkan terlebih dahulu dan semprot dengan alkohol 70%. Pada ruang penumbuhan,

media tanam ditata secara horisontal pada rak yang telah dibersihkan dan kapas penutup

media tanam kemudian dibuka perlahan. Penempatan media tanam secara horisontal

Page 32: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxii

xxxii

untuk efektifitas ruang dan memudahkan proses pemanenan. Sedangkan pembukaan

kapas dimaksudkan untuk memberikan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan tubuh

buah jamur.

3.4.7 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar suhu dan kelembaban ruang

penumbuhan tetap sesuai untuk perkembangan badan buah sehingga produksi jamur

tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan menyiram lantai ruang penumbuhan dan

pengkabutan atau penyemprotan air dengan hand sprayer pada ruang penumbuhan. Air

yang disemprotkan diusahakan tidak mengenai bagian dalam baglog karena bisa

menyebabkan kebusukan media. Penyiraman air pada lantai dilakukan setiap hari,

sedangkan untuk pengkabutan dilakukan jika media tanam dirasakan terlalu kering.

3.4.8 Pemanenan

Kurang lebih 1 minggu setelah media tanam dipindah dalam ruang

penumbuhan, akan tumbuh badan buah (pin head). Tubuh buah jamur yang telah

berkembang optimal (± 2-4 hari setelah pin head mulai tumbuh) dan memiliki tepi yang

lebih tipis, kemudian dipanen. Pemanenan dilakukan dengan mencabut semua bagian

dari jamur hingga pangkalnya. Bagian jamur yang tertinggal pada media bisa

menyebabkan kebusukan pada media. Sehingga tidak bisa berproduksi lagi. Pemanenan

dilakukan pagi atau sore hari untuk menjaga kesegaran jamur tersebut.

3.4.9 Parameter pengamatan

Parameter pengamatan meliputi :

1. Panjang miselium (cm).

Pengamatan terhadap panjang miselium dilakukan 7 hari setelah inokulasi (HSI)

dengan interval 3 hari. Panjang miselium diukur mulai dari bagian cincin bagian

bawah atau bagian paling atas dari media tanam hingga batas tumbuh miselium pada

bagian bawah media. Untuk mempermudah dalam menghitung panjang miselium,

dipergunakan alat bantu berupa kertas grafik yang dipotong dengan lebar ± 1 cm

Page 33: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxiii

xxxiii

yang kemudian di tempelkan secara vertikal pada setiap media tanam. Setiap media

tanam di tempel 3 buah kertas grafik pada 3 titik yang berbeda agar data yang

diperoleh benar-benar mewakili panjang miselium pada media tanam tersebut. Data

yang digunakan merupakan hasil rata-rata dari pengukuran pada ketiga kertas grafik

yang terdapat pada setiap media tanam. Pengamatan panjang miselium dilakukan

sampai media tanam penuh dengan miselium hingga bagian dasar dari media tanam

tersebut.

2. Saat muncul badan buah (pin head) pertama (HSI).

Pin head atau badan buah berbentuk bulatan kecil yang muncul ± 1 cm keluar

dari sekitar mulut cincin. Saat munculnya badan buah pertama dihitung sejak proses

inokulasi hingga terbentuknya pin head.

3. Saat panen pertama (HSI)

Saat panen pertama dihitung sejak proses inokulasi hingga jamur siap panen.

Jamur yang telah siap dipanen memiliki ciri badan buah yang bagian tepi telah

menipis dan memiliki ukuran yang optimal, pada umumnya panen dilakukan 2-3

hari setelah munculnya pin head. Pemanenan dilakukan dengan mencabut

keseluruhan bagian dari jamur hingga tidak meninggalkan sisa pada media tanam

pada pagi atau sore hari untuk menjaga kesegaran jamur. Jika masih ada bagian dari

jamur yang tertinggal dalam media tanam, akan menyebabkan kebusukan pada

media. Media tanam yang busuk akan mempengaruhi panen selanjutnya.

4. Berat segar total badan buah (gram)

Jamur yang telah dipanen dibersihkan dari kotoran yang masih menempel

kemudian ditimbang untuk mengetahui berat segar total. Berat segar badan buah per

baglog yang telah ditimbang setiap panen kemudian dijumlahkan untuk

mendapatkan produktifitas jamur tiap baglog.

5. Diameter badan buah (cm).

Jamur yang telah dipanen kemudian diukur diameter tiap tudungnya dengan

menggunakan penggaris. Dalam setiap rumpun jamur, terdapat beberapa tangkai

jamur. Pengukuran harus dilakukan dengan teliti sehingga tidak ada tudung jamur

yang belum diukur diameternya.

Page 34: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxiv

xxxiv

6. Frekuensi panen (kali).

Setiap baglog dicatat berapa kali panen atau bisa berproduksi dalam jangka

waktu 100 hari setelah media tanam tersebut dipindahkan ke ruang penumbuhan.

3.5 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis (uji F) uji taraf 5 % apabila terjadi beda

nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %.

Page 35: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxv

xxxv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 Panjang Miselium

Pengamatan panjang miselium mulai dilakukan pada 7 hari setelah inokulasi (7

HSI). Kemudian pengamatan diteruskan dengan interval 3 hari. Untuk parameter

panjang miselium ini, pengamatan dilakukan pada 7 HSI, 10 HSI, 13 HSI, 16 HSI, 19

HSI, 22 HSI dan 25 HSI. Hasil pengamatan terhadap panjang miselium pada 7 HSI

sampai 16 HSI dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Rata – rata Panjang miselium pada 7HSI, 10 HSI, 13 HSI dan 16 HSI.

Perlakuan Panjang miselium pada hari ke- (cm) 7 HSI 10 HSI 13 HSI 16 HSI

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 1.43 a 2.39 a 3.81 a 5.86 a P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 1.84 b 3.96 bc 5.91 c 7.89 b P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 1.81 b 3.90 b 6.26 d 8.86 c P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 2.11 cd 4.14 bcd 6.41 de 8.96 c P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 2.12 cd 4.31 cde 6.64 e 9.10 c P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 2.03 bc 4.20 bcde 6.40 de 8.83 c P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 2.69 f 5.21 f 7.82 g 10.78 e P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 2.36 e 4.42 de 6.52 de 9.15 c P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 2.33 de 4.54 e 6.99 f 9.67 d P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 1.39 a 2.57 a 4.46 b 5.88 a BNT 5% 0.228 0.361 0.285 0.385

Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Dari hasil analisis ragam diperoleh hasil bahwa pengurangan proporsi dedak

pada media tanam berpengaruh terhadap panjang miselium. Perlakuan yang memiliki

pertumbuhan miselium yang cepat pada 7 HSI, 10 HSI, 13 HSI dan 16 HSI adalah

perlakuan P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) yaitu

2,69 cm pada 7 HSI dan 10,78 cm pada 16 HSI sehingga rata-rata pertumbuhan

miseliumnya adalah 0,898 cm per hari. Sedangkan perlakuan dengan pertumbuhan

miselium yang lambat pada 7 HSI adalah P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg

tepung jagung) dengan panjang miselium 1,39 cm. Pada 10 HSI sampai 16 HSI

perlakuan P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung )

Page 36: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxvi

xxxvi

memiliki pertumbuhan miselium yang lambat yaitu 2,39 cm pada 10 HSI; 3,81 cm pada

13 HSI dan pada 16 HSI sepanjang 5,86 cm sehingga rata-rata pertumbuhan miselium

adalah 0,578 cm per hari.

Hasil pengamatan panjang miselium pada 19 HSI sampai 25 HSI bisa dilihat

pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Rata-rata panjang miselium pada 19 HSI, 22 HSI dan 25 HSI.

Perlakuan Panjang miselium pada hari ke- 19 HSI 22 HSI 25 HSI

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 7.82 b 9.89 b 11.73 b P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 10.20 c 12.40 c 14.48 c P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 11.77 de 14.22 e 16.57 de P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 11.80 de 14.47 e 16.84 e P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 12.16 ef 14.58 ef 16.90 e P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 11.55 d 13.57 d 16.01 d P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 13.58 g 16.45 g 19.19 g P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 11.94 de 14.51 e 16.99 e P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 12.54 f 15.13 f 17.63 f P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 7.19 a 8.77 a 10.35 a BNT 5% 0.549 0.565 0.586 Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan

tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Hasil pengamatan terhadap panjang miselium pada 19 HSI sampai 25 HSI

memiliki pola yang hampir sama dengan hasil pengamatan pada 7 HSI sampai 16

HSI. Pengamatan dilakukan sampai 25 HSI karena pada hari tersebut, sudah ada salah

satu perlakuan dari keseluruhan perlakuan yang miseliumnya telah memenuhi media

tanam. Sehingga pengamatan terhadap panjang miselium dihentikan.

Pada akhir pengamatan (25 HSI) perlakuan yang memiliki pertumbuhan

miselium paling cepat adalah perlakuan P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg

tepung tongkol jagung) dengan panjang miselium pada awal pengamatan adalah 2,7

cm dan akhir pengamatan adalah 19,19 cm sehingga rata-rata pertumbuhan miselium

adalah 0,916 cm per hari. Perlakuan yang memiliki pertumbuhan miselium yang

lambat adalah perlakuan P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung)

dengan panjang miselium awal 1,39 cm dan 10,35 cm pada akhir pengamatan

sehingga rata-rata pertumbuhan miseliumnya 0,498 cm tiap hari.

Page 37: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxvii

xxxvii

Setiap perlakuan pada akhir pengamatan (25 HSI) memberikan perbedaan

yang nyata, perlakuan yang tidak saling berbeda nyata yaitu perlakuan P4 (22 kg

serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) tidak beda nyata dengan

P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung), P5 (22 kg

serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) dan P8 (22 kg serbuk

kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung).

4.1.2 Saat muncul badan buah (pin head) pertama

Pada 30 HSI, semua media tanam ini telah dipindahkan kedalam kumbung untuk

proses pertumbuhan jamur. Pin head merupakan calon badan buah, munculnya badan

buah ini dihitung mulai saat inokulasi hingga pin head ini berukuran seperti jarum

pentul ± 1 cm keluar dari mulut cincin. Rata-rata muncul badan buah (pin head) pertama

dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8. Rata-rata muncul pin head pertama.

Perlakuan Rata-rata muncul

pin head pertama (HSI)

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 48.982 d

P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 54.917 e

P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 43.04 c

P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 41.074 bc

P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 40.704 bc

P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 48.90 d

P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 40.333 bc

P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 37.921 ab

P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 35.026 a

P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 53.348 e BNT 5% 3.950 Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

BNT 5%. Dari hasil analisa ragam, menunjukkan bahwa pengurangan proporsi dedak pada

media tanam berpengaruh terhadap rata-rata pemunculan pin head pertama. Perlakuan

dengan rata-rata pemunculan pin head yang cepat adalah P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg

dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) yaitu 35,026 HSI. Perlakuan ini tidak berbeda

nyata dengan perlakuan P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol

jagung). Sedangkan perlakuan P8 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P7 (22 kg serbuk

Page 38: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxviii

xxxviii

kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung), P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak

+ 1,8 kg tepung tongkol jagung) dan P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg

tepung tongkol jagung). Perlakuan yang memberikan hasil rata-rata pemunculan pin

head pertama yang lambat adalah perlakuan P2 (22 kg serbuk kayu + 1,8 kg tepung

tongkol jagung) yaitu 54,917 HSI. Perlakuan ini tidak berbeda nyata terhadap perlakuan

P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) yaitu 53,348 HSI.

Untuk perlakuan dengan proporsi tepung tongkol jagung yang sama tetapi

proporsi dedak yang semakin dikurangi ( perlakuan P1 sampai perlakuan P5), P2 (22 kg

serbuk kayu + 1,8 kg tepung tongkol jagung) berbeda nyata terhadap P3 (22 kg serbuk

kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) sedangkan P3 tidak berbeda nyata

terhadap P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) dan P5

(22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung). Perlakuan dengan

kombinasi perubahan proporsi dedak dan tepung tongkol jagung (P6 sampai P9),

didapatkan hasil bahwa P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) dengan

rata-rata munculnya pin head adalah 48,9 HSI berbeda nyata terhadap P9 (22 kg serbuk

kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) dengan rata-rata munculnya pin

head pertama pada 35,026 HSI..

4.1.3 Saat panen pertama

Panen pertama dihitung mulai saat inokulasi hingga jamur tersebut siap untuk

dipanen. Hasil pengamatan terhadap rata-rata panen pertama dapat dilihat pada tabel 9

berikut :

Page 39: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xxxix

xxxix

Tabel 9. Rata-rata Panen Pertama.

Perlakuan Rata-rata panen pertama (HSI)

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 50.982 e

P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 56.917 f

P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 45.405 d

P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 43.019 cd

P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 42.241 bc

P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 50.900 e

P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 42.347 bc

P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 39.750 ab

P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 37.789 a

P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 55.315 f

BNT 5% 2.7 Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata

pada uji BNT 5%.

Dari hasil analisis ragam, perlakuan perubahan proporsi dedak ini memberikan

pengaruh terhadap rata-rata panen pertama. Perlakuan yang mempunyai rata-rata panen

yang cepat adalah P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung)

yaitu 37,789 HSI. Perlakuan yang memberikan rata-rata panen pertama yang lambat

adalah P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) yaitu 56,917 HSI

yang mana perlakuan ini tidak berbeda nyata terhadap P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg

dedak + 1 kg tepung jagung). Perlakuan P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg

tepung tongkol jagung) dengan rata-rata panen pertama pada 45,405 HSI berbeda nyata

dengan perlakuan P2 (22 kg serbuk kayu + 1,8 kg tepung tongkol jagung).

4.1.4 Berat segar total badan buah

Jamur yang telah dipanen, dibersihkan dari sisa-sisa media tanam yang masih

menempel pada ujung tangkai jamur kemudian ditimbang untuk mengetahui berat segar

badan buah. Penimbangan dilakukan pada semua badan buah jamur per media tanam.

Hasil pengamatan terhadap berat segar badan buah per panen mulai panen pertama

hingga panen kelima dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10. Rata – rata berat segar badan buah per panen

Page 40: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xl

xl

Panen ke - Perlakuan

1 2 3 4 5

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 113.07 96.75 b 82.64 cd 72.86 51.67

P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 79.38 66.94 a 57.77 a - -

P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 108.36 94.79 b 63.02 ab 56.67 35.00

P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 112.16 108.6 b 77.99 bcd 64.83 45.56

P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 114.04 105 b 78.83 bcd 67.70 45.00

P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 105.21 70.42 a 71.67 abc - -

P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 97.02 102.59 b 95.12 d 75.97 -

P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 113.36 104.08 b 91.87 d 59.28 -

P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 106.83 98.018 b 78.98 bcd 56.04 33.33

P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 99.50 108.13 b 86.25 cd 70.83 39.00 BNT 5% tn 23.42 19.42 tn tn Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama,menunjukkan tidak berbeda nyata

pada uji BNT 5%.

Perlakuan pengurangan proporsi dedak ini memberikan pengaruh hanya pada

panen kedua dan ketiga saja, sedangkan panen selebihnya tidak berbeda nyata. Pada

panen kedua perlakuan P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung )

menghasilkan berat badan buah yang paling sedikit yaitu 66,94 gram. Perlakuan ini

tidak berbeda nyata dengan perlakuan P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol

jagung) dengan berat badan buah 70,42 gram tetapi berbeda nyata dengan semua

perlakuan yang lainnya. Sedangkan delapan perlakuan yang lainnya tidak saling

berbeda nyata satu dengan yang lainnya. Perlakuan dengan berat yang tinggi adalah

perlakuan P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) dengan berat

badan buah 108.13 gram. Pada panen ketiga, perlakuan dengan berat total paling tinggi

adalah perlakuan P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung)

dengan berat badan buah sebesar 95,12 gram dan perlakuan P2 (22 kg serbuk gergaji

+ 1,8 kg tepung tongkol jagung ) memiliki berat badan buah paling rendah yaitu 57,77

gram.

Data berat badan buah yang disajikan per panen pada tabel 10 tersebut kemudian

dibuat dalam bentuk grafik untuk mengetahui pada panen keberapakah yang merupakan

puncak atau menghasilkan jamur yang paling banyak dan bagaimana fluktuasi berat

jamur yang dihasilkan mulai panen pertama hingga panen terakhir pada 130 HSI atau

100 hari terhitung mulai media tanam dipindahkan kumbung dari ruang inkubasi. Grafik

Page 41: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xli

xli

berat segar total setiap perlakuan pada panen pertama hingga terakhir dapat dilihat pada

grafik 1 berikut.

Grafik 1. Berat segar badan buah per panen

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5Panen ke-

bera

t seg

ar (g

ram

)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

Berat segar badan buah tiap panen kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan

berat total badan buah keseluruhan dari setiap perlakuan. Dengan begitu, akan diketahui

perlakuan mana yang memiliki total produksi jamur yang paling tinggi dan yang paling

rendah. Berat total badan buah setiap perlakuan mulai dari panen pertama hingga

terakhir bisa dilihat pada tabel 11 berikut.

Page 42: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xlii

xlii

Tabel 11. Berat segar total badan buah

berat total Perlakuan badan buah

(gram/baglog)

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 416.99 d

P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 204.09 a

P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 357.84 c

P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 409.14 d

P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 410.57 d

P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 247.30 b

P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 370.70 c

P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 368.59 c

P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 373.20 c

P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 403.71 d BNT 5% 25.445

Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang, menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Dari analisis ragam, dapat diketahui bahwa perlakuan pengurangan proporsi

dedak memberikan pengaruh. Perlakuan dengan berat total yang tinggi adalah perlakuan

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) dengan berat

total 416,99 gram yang mana tidak berbeda nyata dengan perlakuan P4 (22 kg serbuk

kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) dengan berat total 409,14 gram,

P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) dengan berat

total 410,57 dan P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) dengan

berat total 403,71 gram. Sedangkan perlakuan dengan berat total yang rendah sebesar

204,1 gram adalah perlakuan P2 (22 kg serbuk kayu + 1,8 kg tepung tongkol jagung).

4.1.5 Diameter badan buah

Jamur yang telah ditimbang kemudian diukur diameter badan buahnya.

Pengamatan ini dilakukan pada semua badan buah setiap rumpun. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan penggaris. Setelah semua badan buah diukur, data

tersebut kemudian dicari rata-ratanya sehingga didapatkan data diameter badan buah

setiap media tanam. Pengukuran harus dilakukan dengan teliti agar tidak ada badan

buah dari jamur yang tidak di amati karena setiap rumpun jamur memiliki beberapa

badan buah. Hasil pengamatan diameter jamur dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Page 43: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xliii

xliii

Tabel 12. Rata-rata diameter badan buah

Perlakuan Rata-rata diameter (cm)

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 7.175

P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 6.940

P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 7.458

P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 7.198

P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 7.634

P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 7.212

P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 7.067

P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 6.939

P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 7.747

P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 7.049 BNT 5% tn

Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Dari analisis ragam diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan pengurangan

proporsi dedak tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter badan buah

pada jamur. Perlakuan dengan rata-rata diameter yang lebar adalah perlakuan P9 (22 kg

serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) dengan lebar rata-rata 7,747

cm. Badan buah yang memiliki rata-rata diameter paling kecil adalah perlakuan P2 (22

kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) dengan rata-rata diameter 6,940

cm.

4.1.6 Frekuensi panen

Setiap media tanam bisa berproduksi atau di panen beberapa kali. Setiap media

tanam akan dihitung mampu berproduksi sampai berapa kali dalam 100 hari setelah

media tanam dipindahkan dalam kumbung atau 130 HSI. Hasil pengamatan terhadap

frekuensi panen setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 13 berikut :

Page 44: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xliv

xliv

Tabel 13. Rata-rata frekuensi panen

Perlakuan Rata-rata frekuensi

panen (kali)

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 3.911 d

P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 2.222 a

P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 3.037 b

P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 3.62 cd

P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 3.879 d

P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 2.241 a

P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 3.228 bc

P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 3.634 cd

P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 3.889 d

P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 3.707 cd BNT 5% 0.485

Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa pengurangan proporsi dedak

memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Perlakuan dengan frekuensi panen yang

tinggi adalah perlakuan P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol

jagung ) dengan rata-rata frekuensi panen selama 100 hari adalah 3,911 kali. Perlakuan

ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan P4, P5, P8, P9 dan P10 yang masing- masing

memiliki rata-rata frekuensi 3,62 kali; 3,879 kali; 3,634 kali; 3,889 kali dan 3,707 kali.

Perlakuan dengan rata-rata frekuensi panen yang rendah adalah perlakuan P2 (22 kg

serbuk kayu + 1,8 kg tepung tongkol jagung) yaitu 2,222 kali.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih

Jamur tiram putih merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil tetapi

memiliki spora yang merupakan sel yang saling bersambung membentuk benang

bersekat yang disebut hifa. Hifa yang menyatu akan membentuk suatu jaringan yang

disebut miselium. Fungsi dari miselium adalah menyerap air, nutrisi dan bahan organik

dari media tanam untuk digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram

putih.

Page 45: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xlv

xlv

Pengamatan terhadap panjang miselium dilakukan dengan mengukur panjang

miselium mulai dari media tanam yang paling atas atau tepat di bagian bawah cincin

hingga memenuhi keseluruhan media tanam yang mempunyai rata-rata ketinggian

sebesar 19-20 cm. Pengamatan terhadap panjang miselium dilakukan 7 HSI (hari

setelah inokulasi) karena miselium mulai terlihat berkembang ± 1 minggu setelah proses

inokulasi. Pengamatan dilakukan hingga miselium memenuhi media tanam dengan

interval pengamatan 3 hari. Pada penelitian ini, pengamatan panjang miselium

dilakukan sampai 25 HSI, karena pada 25 HSI sudah ada salah satu dari sepuluh

perlakuan yang media tanamnya telah dipenuhi oleh miselium.

Dari hasil analisis ragam (lampiran 1), diketahui bahwa perlakuan pengurangan

proporsi dedak berbeda nyata terhadap panjang miselium. Perlakuan yang memberikan

miselium paling panjang adalah perlakuan P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg

tepung tongkol jagung) dengan panjang miselium 19,19 cm pada 25 HSI. Perlakuan ini

berbeda nyata dengan perlakuan P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung

tongkol jagung) yang memiliki panjang miselium 16,57 cm pada 25 HSI. Perlakuan

dengan proporsi dedak yang dikurangi tetapi proporsi tepung tongkol jagung sama yaitu

perlakuan P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung), P4 (22

kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) dan P5 (22 kg serbuk

kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) saling tidak berbeda nyata. Akan

tetapi pada perlakuan P2 (22 kg serbuk kayu + 1,8 kg tepung tongkol jagung) berbeda

nyata dengan ketiga perlakuan di atas dengan panjang miselium yang lebih rendah. Hal

ini bisa disebabkan karena nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium cukup

terpenuhi dengan jumlah dedak 1 kg. Dengan 1 kg dedak, bisa memenuhi kebutuhan

nutrisi untuk pertumbuhan miselium yang hampir sama dengan 3 kg dedak. Sehingga

meskipun pada komposisi media dengan 3 kg dedak menghasilkan miselium yang lebih

panjang, tetapi tidak berbeda nyata dengan dedak 1 kg. Selain itu, kepadatan media

tanam juga berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan miselium. Perlakuan kontrol

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) memiliki

panjang miselium yang lebih rendah dari ketiga perlakuan di atas yaitu 11,73 cm pada

25 HSI. Perlakuan ini memiliki proporsi dedak paling tinggi. Sehingga memiliki

kepadatan media yang lebih tinggi. Hal ini akan menghambat pertumbuhan miselium

meskipun karbohidrat yang digunakan sebagai sumber nutrisi tersedia dalam jumlah

Page 46: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xlvi

xlvi

besar. Begitu juga dengan perlakuan P2 (22 kg serbuk kayu + 1,8 kg tepung tongkol

jagung) yang berbeda nyata dengan ketiga perlakuan di atas dengan panjang miselium

yang lebih rendah.Hal ini disebabkan karena kandungan karbohidrat total pada

perlakuan ini paling sedikit jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya,

sedangkan karbohidrat diperlukan sebagai sumber nutrisi pada pertumbuhan miselium

(Gabriel,2004). Sehingga dapat dikatakan bahwa pengurangan proporsi dedak dalam

komposisi dari proporsi yang biasa dilakukan oleh petani sebanyak 4 kg hingga 1 kg

tidak mempengaruhi panjang miselium. Perlakuan dengan proporsi dedak yang sama

tetapi proporsi tepung tongkol jagung yang lebih tinggi menghasilkan pertumbuhan

miselium yang lebih cepat. Hal ini disebabkan karena kandungan karbon pada tepung

tongkol jagung lebih tinggi daripada dedak. Dalam Gunawan (2005) dijelaskan bahwa

semua unsur yang terdapat dalam karbon seperti monosakarida, polisakarida, asam

organik, asam amino, alkohol, lemak, selulosa dan lignin dapat digunakan oleh jamur

untuk memenuhi kebutuhan energi dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur.

Dari penelitian ini ada beberapa perlakuan yang mengkombinasikan perlakuan

pengurangan proporsi dedak dengan penambahan proporsi tepung tongkol jagung yaitu

perlakuan P6 hingga P9. Perlakuan P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung

tongkol jagung) memiliki panjang miselium yang paling panjang. Akan tetapi faktor apa

yang mempengaruhi hal tersebut belum bisa diketahui karena memiliki proporsi dedak

dan tepung tongkol jagung yang di berbeda atau dikombinasikan. Sehingga perlakuan

ini hanya digunakan untuk mengetahui kombinasi proporsi media yang mana dari

keempat perlakuan tersebut yang mempunyai pertumbuhan miselium yang paling baik.

4.2.2 Hasil jamur tiram putih

Setelah fase vegetatif atau pertumbuhan spora dan miselium, maka fase

berikutnya adalah pembentukan badan buah jamur. Miselium jamur bercabang-cabang

dan pada titik pertemuannya akan membentuk bintik kecil yang kemudian berkembang

menjadi pin head (calon badan buah jamur).

Setelah media tanam penuh dengan miselium, semua media tanam tersebut akan

dipindahkan dari ruang inkubasi ke dalam ruang penumbuhan atau kumbung. Pada 31

HSI semua media media tanam telah dipindahkan ke ruang penumbuhan dan dibuka

kapas penutupnya untuk memberikan udara yang cukup pada media tanam. Jamur

Page 47: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xlvii

xlvii

merupakan tanaman yang tidak berklorofil sehingga ketersediaan oksigen dan

karbondioksida sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan.

Setiap media tanam akan dilakukan pengamatan terhadap saat munculnya pin

head pertama yaitu calon badan buah yang mana telah memiliki ukuran sebesar jarum

pentul dan keluar dari cincin ± 1 cm terhitung mulai proses inokulasi (HSI). Dari

analisis ragam (lampiran 1) diperoleh data bahwa terjadi beda nyata antar perlakuan.

Data saat munculnya pin head pertama ini sangat berhubungan dengan hasil

pengamatan panjang miselium. Perlakuan dengan panjang miselium yang lebih panjang

yaitu perlakuan P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung)

yaitu 19,19 cm maka pin head akan muncul lebih cepat yaitu pada 35,026 HSI.

Sebaliknya perlakuan dengan miselium paling pendek pada akhir pengamatan yaitu

perlakuan P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) sepanjang 10,35

cm memiliki saat muncul pin head pertama yang lebih lambat yaitu 53,348 HSI. Hal ini

disebabkan karena miselium yang telah memenuhi media tanam tersebut akan

mensuplai nutrisi lebih awal dibandingkan dengan media tanam lainnya yang

miseliumnya belum penuh. Sesuai dengan Edmond, Musser dan Andrews (1975) yang

menyatakan bahwa fungsi dari miselium adalah untuk menyerap nutrisi, air dan bahan

organik dari media tanam untuk pertumbuhan jamur. Sehingga media tanam dengan

miselium yang penuh lebih cepat mengumpulkan energi untuk pembentukan pin head.

Begitu juga dengan data panen pertama (HSI), yang sangat berhubungan dengan

hasil pengamatan saat munculnya pin head pertama. Calon badan buah (pin head)

berkembang menjadi badan buah dan siap di panen dengan ciri-ciri memiliki ukuran

badan buah yang optimal dengan tepi yang lebih tipis, pada 2-3 hari setelah munculnya

pin head. Jamur yang telah siap dipanen akan tetapi tidak di panen akan menurunkan

kualitas dari jamur tersebut. Badan buah akan kering sehingga mengurangi berat segar

jamur, tepi badan buah mengeriting dan berwarna kecoklatan. Oleh karena itu waktu

panen harus tepat sehingga akan menghasilkan jamur yang segar. Pemanenan dilakukan

dengan mencabut keseluruhan bagian jamur hingga tidak ada yang tersisa pada media

tanam agar tidak terjadi kebusukan pada media yang akan mengganggu produktifitas

jamur. Dari hasil analisis ragam (lampiran 1) diperoleh data adanya beda nyata antar

perlakuan. Perlakuan yang paling cepat muncul pin head pertama yaitu perlakuan P9 (22

kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) akan lebih cepat untuk

Page 48: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xlviii

xlviii

dipanen yaitu pada 37,789 HSI. Sedangkan perlakuan yang paling lambat muncul pin

head yaitu perlakuan P2 (22 kg serbuk kayu + 1,8 kg tepung tongkol jagung) memiliki

saat panen pertama yang paling lambat yaitu 56,917 HSI.

Setelah jamur dipanen, pengamatan selanjutnya adalah diameter badan buah

(cm). Pengukuran diameter ini dilakukan dengan menggunakan penggaris pada semua

badan buah yang ada setiap rumpun jamur yang dipanen. Penghitungan harus dilakukan

dengan teliti agar tidak ada badan buah yang terlewati. Dari analisis data (lampiran 1)

diperoleh bahwa perlakuan pengurangan proporsi dedak ini tidak berbeda nyata.

Diameter badan buah ini dipengaruhi oleh banyaknya tangkai setiap rumpun jamur. Jika

pada satu rumpun jamur memiliki tangkai yang lebih banyak, maka ukuran atau

diameter badan buahnya akan relatif lebih rendah. Hal ini dikarenakan nutrisi yang

didapatkan setiap badan buah pada rumpun dengan tangkai yang lebih banyak akan

lebih sedikit jika dibandingkan dengan badan buah dengan jumlah tangkai yang sedikit.

Sehingga diameter badan buah memiliki korelasi negatif terhadap tangkai badan buah.

Pengamatan selanjutnya adalah berat segar total jamur (gram). Jamur yang telah

dibersihkan dari sisa media tanam yang masih menempel pada jamur kemudian

ditimbang. Dari hasil analisis data (lampiran 1) diketahui adanya beda nyata antar

perlakuan. Perlakuan dengan total berat segar paling tinggi adalah perlakuan P1 (22 kg

serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) dengan berat segar total

416,99 gram. Perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan P2 (22 kg serbuk kayu + 1,8

kg tepung tongkol jagung) yang memiliki berat segar total paling rendah yaitu 204,1

gram. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P2 (22 kg serbuk kayu + 1,8 kg tepung

tongkol jagung), karbohidrat dan protein yang merupakan sumber nutrisi untuk

perkembangan jamur hanya didapatkan dari tepung tongkol jagung dengan proporsi

yang sedikit. Sedangkan karbohidrat dan protein lebih banyak terdapat pada dedak,

sehingga sangat kurang untuk proses perkembangan jamur. Dari perlakuan P1 hingga P5

dengan proporsi dedak semakin meningkat tetapi proporsi tepung tongkol jagung tetap

menghasilkan berat segar total jamur yang semakin meningkat. Jamur membutuhkan

sumber nutrisi dalam bentuk unsur hara seperti nitrogen, fosfor, belerang, karbon serta

beberapa unsur yang lain. Unsur tersebut terdapat dalam jaringan kayu dengan jumlah

ketersediaan yang terbatas. Sehingga perlu adanya penambahan nutrisi dari luar (

Suriawiria, 1980). Nutrisi tambahan tersebut antara lain dedak yang mengandung

Page 49: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

xlix

xlix

protein kasar, selulosa, serat kasar, nitrogen, pentosa, lemak dan P2O5 ( Genders, 1986).

Perlakuan P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung)

dengan berat segar total 409,15 gram tidak berbeda nyata dengan perlakuan P5 (22 kg

serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) dan perlakuan kontrol P1

(22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) meskipun berat

segar total perlakuan P5 dan P1 lebih tinggi yaitu 410,57 gram dan 416,99 gram.

Pengurangan proporsi dedak hingga 2 kg tidak mempengaruhi berat segar total.

Penggunaan dedak sebanyak 2 kg telah memenuhi kebutuhan nutrisi untuk

perkembangan dan pertumbuhan jamur. Penambahan dedak hingga 4 kg memang

meningkatkan berat segar total tetapi tidak berbeda nyata. Sehingga tidak memberikan

pengaruh yang besar terhadap berat segar badan buah. Pada perlakuan P1 (22 kg serbuk

kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) yaitu 416,99 gram tidak berbeda

nyata dengan perlakuan P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung)

yaitu 403,71 gram karena nutrisi yang terdapat pada tepung tongkol jagung dengan

proporsi 2 kg hampir sama dengan tepung jagung dengan proporsi 1kg sehingga

menghasilkan jamur dengan berat segar total yang hampir sama.

Perlakuan P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung)

dan P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) yang

memiliki proporsi tepung tongkol jagung sama yaitu 2 kg dan proporsi dedak berurutan

yaitu 2 kg dan 3 kg memiliki berat segar total masing-masing 409,15 gram dan 410,57

gram. Sedangkan perlakuan P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung

tongkol jagung) dan P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol

jagung) yang memiliki proporsi dedak berurutan sama dengan perlakuan P4 dan P5

ternyata memiliki berat segar total jamur yang lebih rendah yaitu 368,59 gram dan

373,20 gram meskipun proporsi tepung tongkol jagung lebih tinggi. Hal ini disebabkan

oleh miselium pada perlakuan P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung

tongkol jagung) dan P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol

jagung) lebih tebal. Sehingga nutrisi yang ada pada media tanam lebih banyak

digunakan untuk pembentukan miselium daripada pembentukan badan buah yang

mengakibatkan berat segar totalnya rendah. Energi yang diserap lebih banyak

digunakan pada fase vegetatif sehingga pada fase generatif energi yang tersisa pada

Page 50: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

l

l

media lebih sedikit. Ketebalan miselium pada media tanam tidak selalu memberikan

berat segar jamur yang tinggi.

Pengamatan yang terakhir adalah frekuensi panen. Frekuensi panen didapatkan

dari jumlah panen yang bisa dilakukan pada setiap media tanam selama 100 hari dalam

ruang penumbuhan atau 130 HSI. Dari analisis ragam (lampiran 1) dapat diketahui

adanya beda nyata antar perlakuan. Perlakuan dengan rata-rata frekuensi paling banyak

adalah perlakuan P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung

) yaitu 3,911 kali panen. Perlakuan ini tidak berbeda dengan perlakuan P4 (22 kg serbuk

kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) dan P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg

dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) yaitu 3,62 kali dan 3,879 kali. Frekuensi panen

yang tidak berbeda nyata meskipun memiliki proporsi dedak yang lebih sedikit bisa

disebabkan oleh panen yang dilakukan sampai 100 hari setelah media tanam berada

dalam kumbung. Sehingga masih ada kemungkinan media tanam masih berproduksi.

Perlakuan yang memiliki frekuensi panen paling rendah adalah P2 (22 kg serbuk kayu +

1,8 kg tepung tongkol jagung) karena memiliki jumlah nutrisi hanya dari tepung tongkol

jagung saja dengan jumlah yang paling sedikit.

Page 51: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

li

li

Lampiran 1. Analisis Ragam Tabel 15. Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 7 HSI

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 4.517 0.502 27.713 2.39 3.46

Galat 20 0.362 0.018 Total 29 4.879

BNT 5% = 0.228 KK = 0.067 Tabel 16. Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 10 HSI

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 20.19 2.243 50.265 2.39 3.46

Galat 20 0.893 0.045 Total 29 21.083

BNT 5% = 0.361 KK = 0.054 Tabel 17. Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 13 HSI

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 37.221 4.136 146.257 2.39 3.46

Galat 20 0.566 0.028 Total 29 37.787

BNT 5% = 0.285 KK = 0.027 Tabel 18. Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 16 HSI

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 65.982 7.331 145.042 2.39 3.46

Galat 20 1.011 0.051 Total 29 66.993

BNT 5% = 0.385 KK = 0.026 Tabel 19. Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 19 HSI

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 114.086 12.676 121.455 2.39 3.46

Galat 20 2.087 0.104 Total 29 116.174

BNT 5% = 0.549 KK = 0.13 Tabel 20. Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 22 HSI

Sumber db JK KT F Hitung F tabel

Page 52: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lii

lii

Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 154.674 17.186 156.393 2.39 3.46

Galat 20 2.198 0.11 Total 29 156.872

BNT 5% = 0.565 KK = 0.025 Tabel 21. Analisis Ragam Panjang Miselium Pada 25 HSI

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 201.211 22.357 187.978 2.39 3.46

Galat 20 2.379 0.119 Total 29 199.959

BNT 5% = 0.586 KK = 0.022 Tabel 22. Analisis Ragam Saat Munculnya Pin Head Pertama

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragamn 5% 1% Perlakuan 9 1214.553 134.95 25.08 2.39 3.46

Galat 20 107.617 5.381 Total 29 1322.17

BNT 5% = 3.95 KK = 0.052 Tabel 23. Analisis Ragam Saat Panen Pertama

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 1185.998 131.778 52.314 2.39 3.46

Galat 20 50.38 2.519 Total 29 1236.377

BNT 5% = 2.69 KK = 0.034 Tabel 24. Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 1

Sumber db JK KT F Hitung F tabel

Keragaman 5% 1%

Perlakuan 9 3099.474 344.386 2.274 tn 2.39 3.46

Galat 20 3028.796 151.440

Total 29 6128.270 Tabel 25. Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 2

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 5995.145 666.127 3.523 2.39 3.46

Page 53: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

liii

liii

Galat 20 3781.851 189.193 Total 29 9776.996

BNT 5% = 23.42 KK = 0.144 Tabel 26. Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 3

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 3745.915 416.213 3.203 2.39 3.46

Galat 20 2599.052 129.953 Total 29 6344.967

BNT 5% = 19.42 KK = 0.145 Tabel 27. Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 4

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 7 1211.15 173.021 2.502 tn 2.66 4.03

Galat 16 1106.562 69.16 Total 23 2317.712

Tabel 28. Analisis Ragam Berat Segar Badan Buah Pada Panen 5

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 5 741.605 148.321 2.877 tn 3.32 5.64

Galat 10 515.63 51.563 Total 15 1257.235

Tabel 29. Analisis Ragam Berat Segar Total Badan Buah

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 142097.93 15788.66 70.74 2.39 3.46

Galat 20 4463.9 223.19 Total 29 146561.83

BNT 5% = 25.445 KK = 0.042 Tabel 30. Analisis Ragam Diameter Badan Buah

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 2.14 0.238 2.244 tn 2.39 3.46

Galat 20 2.119 0.106 Total 29 4.259

Page 54: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

liv

liv

Tabel 31. Analisis Ragam Frekuensi Panen

BNT 5% = 0.485 KK = 0.085

Sumber db JK KT F Hitung F tabel Keragaman 5% 1% Perlakuan 9 11.338 1.26 15.585 2.39 3.46

Galat 20 1.617 0.081 Total 29 12.955

Page 55: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lv

lv

Lampiran 2

Rincian Biaya Produksi Pembuatan 1000 Media Tanam A. Biaya bahan yang sama untuk semua perlakuan

Keterangan Biaya

1. Serbuk Gergaji 35 karung @ Rp. 2.800,- 98.000,-

2. Tenaga kerja untuk buat baglog 290.000,-

3. Tenaga kerja untuk sterilisasi 25.000,-

4. Tenaga kerja untuk inokulasi 50.000,-

5. Plastik PP 20 bungkus @ Rp. 4.500,- 90.000,-

6. Karet gelang 2 bungkus @ Rp. 6.000,- 12.000,-

7. Cincin paralon 1000 buah @ Rp. 80,- 80.000,-

8. Minyak tanah 60 L @ Rp. 2.500,- 150.000,-

9. Kapas steril dan kapuk 150.000,-

10. Bibit jamur tiram 34 botol @ Rp. 10.000,- 340.000,-

11. Sewa alat sterilisasi 250.000,-

Total 1.535.000,-

Biaya per media tanam Rp. 1.535,-

B. Biaya bahan untuk setiap perlakuan

Perlakuan Keterangan Biaya

P1 Dedak 160 Kg @ Rp. 1.200 192.000,-

Tepung tongkol jagung 80 Kg @ Rp. 1.000,- 80.000,-

Total 272.000,-

P2 Tepung tongkol jagung 80 Kg 80.000,-

P3 Dedak 40 Kg 48.000,-

Tepung tongkol jagung 80 Kg 80.000,-

Total 128.000,-

P4 Dedak 80 Kg 96.000,-

Page 56: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lvi

lvi

Tepung tongkol jagung 80 Kg 80.000,-

Total 176.000,-

P5 Dedak 120 Kg 144.000,-

Tepung tongkol jagung 80 Kg 80.000,-

Total 224.000,-

P6 Tepung tongkol jagung 240 Kg 240.000,-

P7 Dedak 40 Kg 48.000,-

Tepung tongkol jagung 200 Kg 200.000,-

Total 248.000,-

P8 Dedak 80 Kg 96.000,-

Tepung tongkol jagung 160 Kg 160.000,-

Total 256.000,-

P9 Dedak 120 Kg 144.000,-

Tepung tongkol jagung 120 Kg 120.000,-

Total 264.000,-

P10 Dedak 160 Kg 192.000.-

Tepung jagung 80 Kg @ 2.000,- 160.000,-

Total 352.000,-

Page 57: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lvii

lvii

Rincian pendapatan per baglog pada setiap perlakuan

Harga jual jamur di pasar Rp. 8.000,- per kilogram atau Rp. 8,- per gram.

Pendapatan per baglog = Berat total jamur per baglog (gram) x Rp. 8,-.

Perlakuan Berat total (gr) Pendapatan (Rp)

P1 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 416,99 3.336

P2 (22 kg serbuk gergaji + 1,8 kg tepung tongkol jagung ) 204,09 1.633

P3 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 357,84 2.863

P4 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 409,14 3.273

P5 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 1,8 kg tepung tongkol jagung) 410,57 3.284

P6 (22 kg serbuk kayu + 5,4 kg tepung tongkol jagung) 247,30 1.978

P7 (22 kg serbuk kayu + 1 kg dedak + 4,5 kg tepung tongkol jagung) 370,70 2.966

P8 (22 kg serbuk kayu + 2 kg dedak + 3,6 kg tepung tongkol jagung) 368,59 2.949

P9 (22 kg serbuk kayu + 3 kg dedak + 2,7 kg tepung tongkol jagung) 373,20 2.986

P10 (22 kg serbuk kayu + 4 kg dedak + 1 kg tepung jagung) 403,71 3.230

Page 58: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lviii

lviii

Lampiran 3. Dokumentasi Gambar 2. Gambar hasil panen jamur tiram

Perlakuan P1 Perlakuan P2

Perlakuan P3 Perlakuan P4

Perlakuan P5 Perlakuan P6

Page 59: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lix

lix

Perlakuan P7 Perlakuan P8

Perlakuan P9 Perlakuan P10

Page 60: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lx

lx

Gambar 3. Gambar Miselium

Dari kiri ke kanan : Perlakuan P1, P2, P3, P4, P5.

Dari kiri ke kanan : Perlakuan P6, P7, P8, P9, P10

Page 61: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lxi

lxi

Daftar Pustaka

Adiyuwono, H. 2001. Mengenal kayu untuk Media Jamur. Trubus XXXI (362).

Agus, G.T.K., Agus, K.A., Dianawati, A., Dipi, U.T., Irawan, E.S., Miharja, K., Gusyadi, L., Luluk, A.M., Maman, N., Karno, P.S., Dachlan, P., Udin, S., Ujang, J.M., Yana, T., dan Sastro, Y. 2004. Budidaya Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anggraeni, F. 2007. Pemanfaatan Tongkol Jagung sebagai Nutrisi Tambahan pada Media Jamur Tiram Putih (Pleurotus florida). Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Anonymous. 2006. Terminologi bahan pakan dari hasil ikutan industri pangan. http://manglayang.blogsome.com/2006/04/21. diakses pada tanggal 14 Agustus 2007.

. 2007. Dua Tahun Revitalisasi Pertanian: Retorika apa Bukan?. http://members.bumnri.com/ptpnxiv/news.html?news_id=20815. diakses pada tanggal 14 Agustus 2007.

Ardiansyah. 2006. Harga Beras 2006 Naik 14 Persen. http://www.tempointeraktif. com/hg/ekbis/2006/12/29/brk,20061229-90251,id.html. diakses pada tanggal 14 Agustus 2007.

Cahyana, Muchroji dan M. Bakrun. 1997. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.

Chang, S.T dan P.G miles. 1987. Edible Mushroom and Their Cultivation. CRC Press. Boca Raton Florida. p. 81-87

Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Jakarta. pp.67

Edmond J.B, A.M Musser dan F.S Andrews. 1975. Fundamental of Horticulture Second Edition. MC Grow Hill Book Company Inc. New York. pp.560

Genders, R. 1986. Bercocok Tanam Jamur. Pionir Jaya. Bandung.

Hariyadi. 2003. Petani dan Pohon Industri Padi. http://www.korantempo.com/ news/2004/8/31/Ilmu%20dan%20Teknologi/36.html. diakses pada tanggal

14 Juli 2007.

Kristiawati, R. 1992. Budidaya Jamur Kayu. Yayasan Social Tani Membangun. Trubus XIII (271) : 1- 16.

Nurman, S dan A. Vahar. 1990. Bertani Jamur dan Seni Memasaknya. Angkasa.

Bandung

Page 62: Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida)

lxii

lxii

Stamets, paul dan J.S Chilton. 1983. The Mushroom Cultivator. Agaricon press. Washington. pp. 415

Suhardiman, P. 1990. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya. Jakarta

Suriawiria, H. 2000. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu, Shittake, Kuping, Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.

Volk, Wesley A dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta. Webster, J. 1991. Introduction Fungi. Cambridge University Press. Cambridge.

Yu, Y. H. 1995. Cara Budidaya Jamur Shittake Dengan Polybag Berisi Serbuk Gergaji. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. D.I Yogyakarta.

Widowati, Sri. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Buletin Agrobio (1): 33-38.