Upload
muhammad-pringgo-arifianto
View
23
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jiwa
Citation preview
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 27 tahun
Alamat : Magelang
Pekerjaan : Buruh pasir
Pendidikan : SLTP (tamat)
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Belum menikah
Masuk RS : 30 Oktober 2010
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan pada 4 November 2010 yang diperoleh dari autoanamnesis di
RSSM dan alloanamnesis di rumah pasien. Alloanamnesis diperoleh dari:
1 2 3 4Nama Tn. S Ny. S Tn. W Ny. KUmur 65 tahun 57 tahun 45 tahun 30 tahunJenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki PerempuanAlamat Magelang Magelang Magelang MagelangAgama Islam Islam Islam IslamPendidikan SD SDPekerjaan Buruh Buruh Perangkat IRT
desaHubungan dengan pasien Ayah Ibu Paman Kakak
Lamanya perkenalanSejak kecil Sejak kecil
Sejak kecil Sejak kecil
Sifat perkenalan Akrab Akrab Akrab Akrab
A. Sebab dibawa ke Rumah Sakit
Pasien marah-marah tanpa alasan yang jelas.
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
10 tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien yang tamat sekolah di madrasah
tsanawiyah tidak melanjutkan ke SMU karena ingin bekerja. Ayah pasien
memasukkan pasien ke kursus montir di dekat rumah selama 3 bulan. Setelah itu,
ayah pasien mengirim pasien untuk bekerja pada pamannya sebagai penggiling
jagung. Pasien tinggal di tempat pamannya dan bergaul dengan teman-teman yang
mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. Menurut keluarga, pasien hanya
mengkonsumsi alkohol dan tidak menggunakan narkoba. 3 bulan kemudian pasien
diminta ayahnya pulang ke rumah.
Setelah pulang ke rumah, pasien berkenalan dengan seorang teman yang
menurutnya memiliki ilmu, pasienpun belajar “ilmu kebatinan” kepada temannya.
Ritual yang dilakukan pasien untuk mendapatkan kesaktian dari ilmu tersebut adalah
dengan berziarah ke makam keramat dan “menarik” benda-benda gaib dari tempat-
tempat yang dianggap sakral. Pada kurun waktu tersebut, pasien jarang berada di
rumah dan lebih sering keluyuran sampai tengah malam. Pasien pernah masuk ke
pekarangan rumah tetangga dengan alasan di tempat tersebut terdapat benda gaib. Hal
ini mengakibatkan salah paham dengan warga, yang berakibat pasien hampir dihajar
warga, namun berhasil dicegah oleh keluarga. Kegiatan ini dilakukan oleh pasien
hingga kira-kira 3 bulan lamanya sampai ketika teman -yang juga guru ilmu
kebatinan- pasien meninggal dunia.
Setelah itu, pasien tidak pernah melakukan ritual maupun perilaku aneh. Menurut
keluarga, pasien kembali seperti biasa lagi. Pasien kemudian bekerja sebagai buruh
pasir. Jika tidak bekerja, pasien lebih sering menghabiskan waktu di rumah dengan
tidur atau menonton televisi. Pasien bergaul dengan pemuda-pemuda di kampungnya.
Pasien kadang mengikuti kegiatan pengajian di masjid. Pasien kadang masih
mengkonsumsi minuman beralkohol.
2 tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai dekat dengan seorang gadis
berusia 19 tahun yang dikenalnya lewat seorang teman. 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit, pasien meminta kejelasan hubungan mereka, namun sang gadis tidak
kunjung memberikan jawaban. Menurut keluarga, pasien sepertinya kecewa dengan
hal itu.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai mengalami perubahan
perilaku. Pasien sering mengoceh sendiri tentang malaikat jibril, malaikat mikail,
surga, neraka. Keluarganya menuturkan bahwa pasien kembali mempelajari ilmu
gaib. Pasien mulai keluyuran malam dan kembali ziarah ke kuburan yang dianggap
sakral. Pasien sering berendam di sungai belakang rumah tanpa melepas pakaian.
Pasien sulit tidur, mudah tersinggung jika diingatkan, dan sering marah-marah.
Pasien tidak dapat merawat diri, rambut dibiarkan gondrong dan dikuncir ke
belakang. Pasien pun jadi sering memaki tetangga maupun menantang berkelahi
orang-orang di sekitarnya tanpa sebab yang jelas. Hal ini membuat tetangga pasien
menjadi takut. Keluarga pernah memanggilkan kyai untuk mengobati pasien. Saat itu,
begitu pasien mulai tenang, pasien menangis dan memohon maaf di depan
orangtuanya. Pasien bahkan bersujud di depan orangtuanya dan minta agar kepalanya
diinjak sebagai permintaan maafnya.
3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien berbuat ulah di rumah pacarnya di
kampung sebelah. Menurut keluarga, pasien mengatakan ingin mengobati nenek
pacarnya yang sakit, pasien mengaku dukun dan berbuat onar sehingga hampir
dihajar oleh orang kampung. Paman pasien diminta warga untuk menjemput pasien.
Di perjalanan pulang, pasien hanya mengatakan kepada pamannya, “dukun cabul iki,
le`” dan mengatakan bahwa hanya gadis tersebut yang akan menjadi jodohnya.
Pasien tidak mau bercerita tentang perbuatannya atau mengapa ia melakukannya.
Pasien jarang berbicara dengan anggota keluarga. Pasien hanya mengoceh tentang
dunia akhirat, malaikat. Pasien masih sering teriak-teriak ke tetangga seperti mau
mengajak berkelahi dan mengeluarkan sumpah serapah. Selain berendam di sungai,
setiap kali akan sholat, pasien mengguyur dirinya yang berpakaian lengkap dengan
air dengan pakaian lengkap. Keluarga berpendapat bahwa pasien tidak kuat dalam
mempelajari ilmu gaib nya, dan bukan karena sakit medis, sehingga tidak dibawa ke
rumah sakit.
Pada hari masuk rumah sakit, pasien mengalami peningkatan gejala. Pasien
mengamuk di rumah, mengancam, dan memaki keluarganya tanpa alasan yang jelas.
Akhirnya pasien dibawa ke RSSM.
AUTOANAMNESIS
Pasien mengatakan bahwa dirinya dapat mendengar suara malaikat Jibril dan
malaikat Mikail yang dikirimkan Tuhan untuk menuntunnya supaya beribadah agar
selamat dunia akhirat dan menuntun orang lain agar selamat. Selain itu, pasien
didatangi oleh suara mbahnya dan mbah pacarnya. Suara-suara tersebut dapat masuk
ke dalam pikiran pasien, namun pikiran pasien tidak ditarik keluar. Suara-suara
tersebut sering mengomentari dan menasehati pasien untuk melakukan ibadah. Suara
tersebut yang menyuruh pasien untuk membersihkan diri dengan berendam di sungai,
menantangnya untuk berkelahi dan menyuruhnya untuk menantang tetangga. Pasien
tidak bisa menolak perintah suara-suara tersebut. Kadang pasien menyumpahi dirinya
dan menyumpahi malaikat Jibril tersebut. Pasien merasa dirinya tidak memiliki
keistimewaan dan hanyalah manusia biasa. Pasien tidak merasa dikejar-kejar, merasa
memiliki banyak dosa 6 tahun ini tapi tidak memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Pasien tidak merasa isi pikirannya tersiar keluar, namun pasien mengaku memiliki
indra keenam yang dapat membaca pikiran orang lain. Pasien menyangkal dirinya
sakit.
Pasien mengakui memiliki masalah dengan pacarnya sekitar 3 bulan yang lalu.
Pacarnya saat itu dicium paksa oleh kakak ipar sang pacar. Pasien merasa sangat
marah, namun tidak melakukan apa-apa. Menurut pengakuannya, ia hanya meminta
pacarnya untuk bertaubat dengan taubatan nasuha, dengan cara memperbanyak shalat
malam dan wirid. Pasien mengakui bahwa pacarnya belum ingin ke tahap yang lebih
serius karena alasan pekerjaan, dan pasien mengaku baik-baik saja dengan hal itu.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Psikiatri
Ini merupakan sakit yang pertama dan mondok yang pertama.
2. Medis Umum
Pasien tidak pernah mengalami cedera kepala berat maupun demam tinggi.
Menurut orang tua, pasien pernah kejang saat berumur 3 tahun. Kejang tanpa
disertai demam, berupa badan anak yang kaku dan seperti menggeretakkan gigi,
berlangsung sekitar setengah jam, yang dialami sebanyak empat kali. Oleh orang
tua, pasien sering diberi minum kopi, lalu pasien tidak pernah kejang lagi.
3. Penyalahgunaan Obat-obatan, Alkohol, dan Zat Adiktif
Menurut keluarga, 6 tahun yang lalu pasien mengkonsumsi minuman beralkohol,
tidak sering, namun sekarang tidak lagi.
D. Faktor Pencetus
Masalah dengan pacar
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Usia ibu sewaktu hamil
pasien adalah 27 tahun. Pasien merupakan anak yang diinginkan oleh kedua
orangtuanya. Sewaktu hamil, ibu pasien tidak mengeluh sakit fisik, tidak meminum
jamu-jamuan. Ibu pasien bahagia dengan kehamilannya. Pasien dilahirkan di rumah,
ditolong dukun, lahir pada waktunya, secara normal, dan langsung menangis saat
lahir.
B. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya sendiri. Pasien diberi ASI sampai usia 2
tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak sebayanya. Pasien
tumbuh sehat. Toilet training diajarkan oleh orang tuanya. Pasien tidak lagi
mengompol pada usia 3,5 tahun. Pasien tidak punya kebiasaan menghisap jempol
atau menggigit kuku. Tidak ada riwayat perpisahan dengan orang yang dekat dengan
pasien.
C. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak sebayanya. Pasien
pernah kejang tanpa demam sebanyak 4 kali pada usia 3 tahun. Pasien masuk TK
pada usia 5 tahun dan masuk SD saat usia 6 tahun. Pasien tidak pernah tinggal kelas,
prestasi di sekolah biasa saja. Pasien memiliki banyak temand di sekolah. Pasien
tertutup, tidak pernah bercerita tentang dirinya pada orang rumah.
D. Masa Kanak Akhir dan Remaja (11-18 tahun)
Masa remaja pasien menjadi anak yang tertutup dan kalem. Pasien tidak pernah
bercerita tentang masalahnya, tentang apa yang ia pikirkan, tentang perasaannya.
Sejak kecil, pasien tidah pernah berbuat yang aneh-aneh, dan sangat jarang meminta
sesuatu pada orangtuanya. Pasien termasuk jarang marah. Pasien akur dengan
saudaranya dan jarang bertengkar dengan temannya.
E. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien masuk TK pada usia 5 tahun, masuk SD pada usia 6 tahun, masuk
Madrasah Tsanawiyah (MTS) pada usia 11 tahun. Pasien tidak pernah tinggal
kelas, meskipun prestasi di sekolah biasa saja. Pasien punya cukup banyak
teman. Setelah lulus SD, pasien melanjutkan ke MTS. Prestasi sekolah pasien
biasa saja, pasien tidak pernah tinggal kelas. Pasien tidak melanjutkan ke SLTA
karena ingin bekerja. Pasien tidak temasuk anak yang rajin belajar.
2. Riwayat Pekerjaan
Setelah tamat sekolah, pasien bekerja sebagai penggiling jagung di tempat
pamannya selama 3 bulan. Pasien lalu bekerja sebagai buruh pasir sampai saat
ini.
3. Riwayat Keagamaan
Penanaman nilai-nilai keagamaan diperoleh dari keluarga dan sekolah. Setelah
tamat MTS, pasien pernah mendalami ilmu kebatinan dari temannya.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
5. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
6. Riwayat Hukum
Pasien belum pernah melanggar hukum. Pasien pernah hampir diamuk massa
karena mengganggu di kampung sebelah.
7. Aktivitas Sosial
Pasien bergaul dengan pemuda di desanya, kadang ikut pengajian di masjid,
kadang ikut bermain sepak bola bersama pemuda desa. Jika tidak bekerja pasien
lebih sering berada di rumah untuk tidur atau menonton televisi.
F. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki teman dekat wanita sejak 2 tahun lalu yang ingin ia nikahi,
namun sang gadis tidak juga memberikan jawaban pasti.
G. Riwayat Keluarga
Hubungan dengan saudara cukup harmonis, orang tua akur dan jarang
bertengkar. Orang tua tidak membeda-bedakan anaknya. Kasih sayang yang diterima
pasien cukup. Ayah pasien jarang marah kepada pasien karena sejak kecil pasien
tidak pernah berbuat ulah. Pasien merupakan anak yang manut pada orangtua.
Genogram:
Keterangan:
Laki-laki tanpa gangguan jiwa
Perempuan tanpa gangguan jiwa
Laki-laki dengan gangguan jiwa
Laki-laki telah meninggal dunia
Perempuan telah meninggal dunia
Pasien
Tinggal satu rumah dengan pasien
H. Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai
Pasien ingin segera pulang untuk menemui keluarga
I. Taraf Kepercayaan Alloanamnesis
Dapat dipercaya
IV. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Laki-laki, sesuai umur, rawat diri kurang, status gizi cukup
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif, kooperatif. Pasien sering menarik napas dalam lalu mendekapkan
tangan pada dada dan menunduk.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Mood dan Afek
Mood : eutimik
Afek : menyempit
Keserasian : appropiate
C. Pembicaraan
Pasien cukup banyak bicara, respon menjawab berlebihan, pasien sering menarik
napas dalam-dalam saat mau berbicara, kecepatan bicara cukup, intonasi dan volume
suara kurang.
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik
E. Pikiran
1. Bentuk Pikir : non realistik, autistik
2. Isi Pikir : waham bizarre, waham kebesaran, waham sisip pikir,
waham kendali pikir, delution of influence, delution of control
3. Progresi Pikir : irrelevan, flight of ideas
4. Hubungan Jiwa : sulit
5. Perhatian : dapat ditarik sulit dicantum (DDSC)
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat kesadaran : compos mentis
2. Orientasi Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
Situasi : baik
3. Daya ingat Jangka Segera : cukup
Jangka Sedang : cukup
Jangka Panjang : cukup
4. Konsentrasi : cukup
5. Kemampuan membaca menulis : cukup
6. Pikiran abstrak : cukup
7. Intelegensi dan daya informasi : cukup
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian diri selama pemeriksaan : baik
Respons pasien terhadap pertanyaan pemeriksa : baik
H. Tilikan Diri (Insight)
Derajat I
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Keadaan Umum : compos mentis, gizi kesan baik
Tanda Vital : TD: 110/80 mmHg, N: 84x/menit, RR: 20x/menit, T: afebris
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, JVP tidak
meningkat
Jantung : konfigurasi kesan normalS1 S2 tunggal, tidak ada bising
Pulmo : tidak ada ketinggalan gerak, sonor, suara dasar vesikuler
Abdomen : supel, peristaltik dalam batas normal
Extremitas : dalam batas normal
B. Status Neurologis
Nervi craniales : dalam batas normal
Refleks fisiologis : positif normal
Refleks patologis : tidak ada
Kesan : dalam batas normal
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki, sesuai umur, beragama Islam, tinggal di Magelang, bekerja
sebagai buruh pasir, pendidikan terakhir Madrasah Tsanawiyah (MTS), suku Jawa,
belum menikah, masuk RSSM pada 30 Oktober 2010 karena di rumah marah-marah
dengan alasan yang tidak jelas.
Perjalanan penyakit dimulai sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengalami perubahan perilaku seperti mengoceh sendiri tentang malaikat jibril,
mikail, surga, dan neraka. Pasien sering keluyuran untuk ziarah ke kuburan yang
dianggap sakral, sering berendam di sungai belakang rumah tanpa melepas pakaian,
sulit tidur, mudah tersinggung jika diingatkan, dan sering marah-marah. Pasien juga
menantang berkelahi orang-orang di sekitarnya tanpa sebab yang jelas. Setiap kali
akan sholat, pasien mengguyur dirinya yang berpakaian lengkap dengan air. Pasien
tidak dapat merawat dirinya dan tidak merasa sakit. Pasien marah-marah di rumah
tanpa alasan yang jelas sehingga dibawa ke RSSM.
Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan seorang laki-laki sesuai dengan umur, gizi
cukup, rawat diri kurang. Pasien normoaktif dan kooperatif. Pasien sering menarik
napas dalam lalu mendekapkan tangan pada dada dan menunduk. Sikap terhadap
pemeriksa kooperatif, mood eutimik, afek menyempit, serta appropiate. Pasien cukup
banyak bicara, respon menjawab berlebihan, pasien sering menarik napas dalam-
dalam saat mau berbicara, kecepatan bicara cukup, intonasi dan volume suara kurang.
Terdapat halusinasi auditorik, dengan bentuk pikir non realistik dan autistik. Terdapat
gangguan isi pikir seperti waham bizarre, waham sisip pikir, waham kendali pikir,
delution of influence, dan delution of control. Progresi pikir pasien adalah irrelevan
dan terdapat flight of ideas. Hubungan jiwa sulit, perhatian pasien dapat ditarik dan
sulit dicantum (DDSC). Pasien compos mentis, orientasi (waktu, tempat, orang,
situasi) baik. Daya ingat jangka pendek, jangka sedang, dan jangka panjang cukup,
dengan konsentrasi yang cukup, kemampuan membaca menulis yang cukup, daya
pikiran abstrak cukup, intelegensi dan daya informasi cukup. Pasien dapat
mengendalian diri selama pemeriksaan dan berespon baik terhadap pertanyaan
pemeriksa. Pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit (insight derajat I).
VII. FORMULA DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya simptom yang bermakna yang menandakan
bahwa pasien mengalami gangguan jiwa. Onset gangguan jiwa yang dialami pasien
termasuk akut dengan onset 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Dalam PPDGJ III,
pedoman diagnostik untuk gangguan psikotik akut dan sementara adalah:
Urutan prioritas yang dipakai:
a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-
gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang
gejalanyasering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh
kelompok.
b) Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka-ragamdan
berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas)
c) Adanya stres akut yang berkaitan (tidak selalu ada)
d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manik atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala
afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia.
Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Psikotik lir Skizofrenia Akut dengan penyerta stres akut
(F23.21)
Aksis II : Tidak ada diagnosis (Z 03.2)
Aksis III : Ciri kepribadian introvert
Aksis IV : Stressor masalah yang berhubungan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF mutakhir : 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
IX. PENATALAKSANAAN
A. Psikofarmaka
Risperidon 2x2 mg
B. Psikoterapi
1) Psikoterapi Individual
Psikoterapi individual bertujuan sebagai promosi terhadap kesembuhan pasien
atau mengurangi penderitaan pasien.
2) Psikoterapi Kelompok
3) Edukasi keluarga
Edukasi keluarga bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai
gangguan jiwa yang dialami pasien dan bagaimana merawat pasien di rumah,
seperti: menciptakan lingkungan yangkondusif bagi pasien, memberikan
dukungan pada pasien, memberikan komunikasi yang efektif, mengawasi
minum obat, mengajarkan perawatan diri dan melibatkan pada aktivitas
sehari-hari.
X. PROGNOSIS
Premorbid:
- Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga (+) jelek
- Status perkawinan: belum menikah jelek
- Dukungan keluarga : baik baik
- Status sosial ekonomi : kurang jelek
- Stressor jelas baik
Morbid:
- Onset usia : dewasa muda jelek
- Jenis penyakit : psikotik jelek
- Perjalanan penyakit : akut baik
- Penyakit organik : (-) baik
- Regresi : (-) baik
- Respon terapi (obat-obatan) : cepat baik
- Kepatuhan minum obat : patuh baik
Prognosis : dubia ad bonam
Onset muda jelek
Faktor pencetus jelas baik
Onset akut baik