Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JenteraTerkasa
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah
BALAIBAHASA JAWA TENGAHBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2018
JENTERATERKASAKumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah
Fenulis:
Mustofa Bisri dkk.
Penanggung Jawab:Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah
Penyunting:Esti Apisari, Getmi Arum Puspitasari, Umi Farida, Ema Rahardian, KustriSumiyardana
Pracetak:
Endro Nugroho Wasono Aji, Ika Inayati, Moch. Fikri, Ery AgusKurnianto, Agus Sulistyo, Takarina Indriyanta, Umiluningsih
Desain Grafis:
Muda Bagus Syaraful
Penerbit:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BAD AN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASABALAI BAHASA JAWA TENGAHJalan Elang Raya 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang 50272,Telepon 024-76744357,76744356, Faksimile 024-76744358Laman: [email protected].
Katalog dalam Terbitan (KDT)JENTERA TERKASA Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah, Mustofa Bisridkk., Semarang: Baiai Bahasa Jawa Tengah, 2018.ISBN: 978-602-53192-8-0
xii + 312 him., 14,5 x 21 cm
Cetakan Pertama oleh Taman Budaya Jawa Tengah, 1998.Cetakan Kedua oleh Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018.
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi bukuini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis daripenerbit.
Isi tulisan (karangan) menjadi tanggung jawab penulis.
PENGANTAR
KEPALA BALAIBAHASA JAWA TENGAH
Sejak awal mula persoalan bahasa dan sastra bukan sekadarpersoalan komunikasi dan seni, melainkan lebih jauh dari itu,yaitu persoalan yang secara esensial membangun kunci-kuncijawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana menyikapi ke-hidupan ini dengan cara pandang dan logika berpikir yangdinamis, kreatif, jemih, dan jujur. Bahasa lebih dari sekadar simbolhuruh kata, dan kalimat yang digunakan sebagai sarana yangmemungkinkan manusia berada dalam jaring-jaring sosial; dansastra lebih dari sekadar permainan ekspresi manusia sebagaisalah satu realisasi sifatnya yang homo ludens. Oleh karena itu,bahasa dan sastra, sejak awal mula dan sampai pada akhirnya,membangun upaya terus-menerus yang membawa manusia dankehidupannya tidak sekadar sampai pada arti, tetapi juga sampaipada makna. Hal itu berarti bahwa persoalan bahasa dan sastralayak diposisikan sebagai sesuatu yang sangat penting dan mestidiperhatikan.
Berpegang pada pemyataan itulah, sebagai instansi peme-rintah yang mendapat tugas di bidang kebahasaan dan kesastraan,Balai Bahasa Jawa Tengah, Badan Pengembangan dan PembinaanBahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melakukanserangkaian aktivitas yang diharapkan menjadi modal dan faktorpendorong terciptanya bangiman kehidupan masyarakat (manusia) yang lebih bermakna, tidak hanya sebatas di wilayah JawaTengah, tetapi di mana pun juga. Di antara sekian banyak aktivitastersebut, selain pembinaan langsimg kepada para penggima (pe-nutur) bahasa dan penikmat (apresiator) sastra yang antara lain
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah jji
bempa penyuluhan, bengkel, pelatihan, festival, dan lomba atausayembara, juga pengembangan korpus yang antara lain berupapenyusunan dan penerbitan buku-buku kebahasaan dan kesastra-an, baik Indonesia maupun daerah.
Penyusunan dan penerbitan buku-buku kebahasaan dan ke-sastraan menjadi sangat penting artinya karena aktivitas demikian,lagi-lagi, tidak sekadar berhenti pada nilai dokumentasi, tetapimelalui penyusunan dan penerbitan buku-buku tersebut dipasti-kan akan terbangun sebuah peradaban. Diyakiru demikian karenasampai hari ini kita percaya bahwa -menurut pepatah Latin-kata-kata tertulis (tulisan, scripta) akan selalu abadi (dikenang,berulang, manent), sedangkan kata-kata lisan (ucapan, verba) akancepat sima (hilang, musnah, volent). Memang benar bahwa kitatidak akan tahu selamanya siapa itu Plato, Aristoteles,Mangkunegara, Ranggawarsita, Pramoedya Ananta Toer, Rendra,dan tokoh-tokoh besar lainnya tanpa pernah membaca buku(tulisan) mereka. Oleh karena itu, sudah sepantasnya apabilapenerbitan buku-buku kebahasaan dan kesastraan sebagai upayapembangunan peradaban (yang humanis) mendapat dukimgandari semua pihak.
Buku Jentera Terkasa: Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah yangberisi puisi-puisi karya para penyair dari kota-kota yang dike-lompokkan berdasarkan wilayah eks-karesidenan di Jawa Tengah(Banyumas, Kedu, Pati, Pekalongan, Semarang, dan Surakarta)ini merupakan salah satu wujud aktivitas penerbitan sebagaimanadimaksudkan di atas. Pada tahun 1998 buku ini telah diterbitkan
oleh Taman Budaya Jawa Tengah, tetapi karena banyak pihakmenghendakinya, buku ini dicetak ulang oleh Balai Bahasa JawaTengah.
Atas nama Balai Bahasa Jawa Tengah kami mengucapkanterima kasih kepada seluruh tim kerja, baik penggagas, penulis(penyair), penyunting, maupun panitia penerbitan sehingga bukuini layak dibaca oleh khalayak (masyarakat). Secara khusus kamimengucapkan terima kasih kepada Kepala Taman Budaya Jawa
iV JENTEKA TERKASA
Tengah yang telah mengizinkan kami imtuk menerbitkan ulangbuku ini. Kami yakin bahwa tak ada satu pun kerja yang sempuma.Oleh karena itu, kehadiran buku ini terbuka bagi kritik dan saran.Kami hanya ingin buku ini membuka cakrawala hidup danpikiran kita.
Semarang, Oktober 2018
Dr. Tirto Suwondo, M. Hum.
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah
SEKADAR PEN6ANTAR
Sebagaimana hajatan "pASAR pUISI" yang relatif bersifatlebih terbuka daripada event-event sastra lainnya, kumpulan puisiJentera Terkasa ini pun demikian. Namun, sebagai sarana tegursapa puitika - tanpa bermaksud menanggalkan fungsi dokumen-tasi— kumpulan ini sejauh mungkin dirancang untuk, palingtidak, mampu mewakili wajah puitika dan perkembangankepenyairan di Jawa Tengah saat ini.
Solo, 1 April 1998
Panitia ''pASAR pUISI"
Kumpulan PuIsi PenyairJawa Tengah vii
DAFTARISI
PENGANTAR KEPALA B ALAIBAHASA JAWA TENGAH.. iii
SEKADAR PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
Sajak-Sajak
PENYAIR BAmUMAS
Sajak-sajak Admono 2
Sajak-sajak Asa Jatmiko 5Sajak-sajak Badruddin Emce 8
Sajak-sajak Bambang Set 12Sajak-sajak Dharmadi 16
Sajak-sajak Edi Romadhon 19Sajak-sajak Haryono Sukiran 22Sajak-sajak Herman Affandi 25
Sajak-sajak Mas'ut 28Sajak-sajak Nanang Anna Noor 31Sajak-sajak Surya Esa 34
Sajak-sajak Sutamo Jayadhiatma 37
Sajak-sajak Yon Montaris 40
Sajak-Sajak
PENYAIR KEDU
Sajak-sajak Ahmad Dalady 44
Sajak-sajak Ariadi Rasidi 46
Sajak-sajak Bambang Eka Prasetya 48Sajak-sajak Bambang Mulyantono 53
Kum/>uian Puisi Penyair Jawa Tengah jx
Sajak-sajak Dedet Setiadi 57Sajak-sajak Dorothea Rosa Herliany 60Sajak-sajak Es Wibowo 53Sajak-sajak Gatot Widodo R 66Sajak-sajak Goeswali 58Sajak-sajak M.L. Budi Agung 71Sajak-sajak Roso Titie Sakoro 74Sajak-sajak Soekoso D.M 77Sajak-sajak Sumanang Tirtasujana 80Sajak-sajak Suroto S. Toto 83Sajak-sajak S. Suryo Pramono 86Sajak-sajak Thomas Haryanto Soekiran 90
Sajak'Sajak
PENYAIR PATI
Sajak-sajak Agusno Setiawan 94Sajak-sajak Ali Emje 97Sajak-sajak Amir Yahyapati 100Sajak-sajak A. Musthofa Bisri 104Sajak-sajak Bambang Supranoto 109Sajak-sajak Darmanto Nugroho 112Sajak-sajak Jumari H.S 115Sajak-sajak Maria Magdalena Bhoemomo 118Sajak-sajak Muhsi Siradj 122Sajak-sajak Mukti Sutarman Espe 125Sajak-sajak Nuryana A. Saddys Asmara 128Sajak-sajak Puntadewa 132Sajak-sajak Rohadi Noor 135Sajak-sajak Rum Akip Kayoman 138Sajak-sajak Sunardi K.S 141Sajak-sajak Yudhi Ms 144
JENTERA TERKASA
Sajak-Sajak
PENYAIRPEKALONGAN
Sajak-sajak Ahmad Marzuki 148Sajak-sajak Akhmad Sekhu 152Sajak-sajak Apito Lahire I55Sajak-sajak Budi Pratikto 157Sajak-Sajak Diah Setyawati 160Sajak-Sajak Dewi Erry Susanto 163Sajak-Sajak Embung Riyadi Dayak 167Sajak-Sajak Fauzi Al-Quthubi Robbani 169
Sajak-Sajak Lanang Setiawan 172Sajak-Sajak Maghfur Saan 175Sajak-Sajak Moch. Mi'roj Adhika A.S 178Sajak-Sajak M. Enthieh Mudakir 181
Sajak-Sajak Numgudiono 184Sajak-Sajak Piek Ardjianto Soeprijadi 187Sajak-Sajak Waryono Ibnu Syahiri 191Sajak-Sajak Widjati 193
Sajak-Sajak
PENYAIR SEMARANG
Sajak-sajak Anggoro Suprapto 198Sajak-sajak Budi Tunggal Rahayu 202Sajak-sajak Darmanto Jatman 206
Sajak-sajak Gunoto Saparie 210Sajak-sajak Handy T.M 213
Sajak-sajak lyang Nur Ch 215
Sajak-sajak Soedjarwo 218
Sajak-sajak Soekamto 221
Sajak-sajak Sri Boentoro 224
Sajak-sajak S, Prasetyo Utomo 227
Sajak-sajak Triyanto Triwikromo 230
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah Xi
Sajak-Sajak
PENYAIR SURAKARTA
Sajak-sajak Achmad D. S 234Sajak-sajak Andrik Purwasito 237Sajak-sajak Bambang Kamo 240Sajak-sajak Koes Buris 243Sajak-sajak K.R.T. Sujonopuro 246Sajak-sajak Muchus Budi Rahayu 251Sajak-sajak Muddiono 254Sajak-sajak Mh. Zaelani Tamaka 257Sajak-sajak Roeswardiyatmo 260Sajak-sajak R.S.W. Lawu P.U 263Sajak-sajak Siswanto 266Sajak-sajak Sosiawan Leak 269Sajak-sajak Sus S. Harjono 271Sajak-sajak Sutamo Priyamarsono 276Sajak-sajak Tok Indratno 279Sajak-sajak Wary Wirana 282Sajak-sajak Wieranta 285Sajak-sajak Yant Mujianto 288
BIODATA PENYAIR 293
XI1 JENTERA TERKASA
Sajak-Sajak
PENYAIR BANYUMAS
□ Sajak-sajakAdmono
AKUARIUM
ikan-ikan berkata:"Beri kami kebebasan hatinurani iintuk bicara terbuka. imtukmemperoleh kebebasan sesungguhnya!"
di luar,para pemilik akuarium berkata pula:"ini akuarium cinta. kalian ikan-ikan mendapat segalarupa. mendapat keindahan, dalam dunia gemerlap.aku diam.
Purhalingga, 15 Oktober 1993
JENTERA TERKA5A
TAMSIL BURUNG-BURUNG
kepakkan sayap-sayapmuterbang dan jelajahi selumh kekuasaanjagad raya. tuhanmu berikan sayap-sayap untukkebebasanmu dan sampaikan firman-firman yang laamanatkan padamusampaikan padaku:
ngambangmu di udara, rumahmu di rerimbunan pohon-pohon,kawin dan beranak pinak, kicaumu di ranting-rantingdan kau tetap burung-burung yang menyampaikan tiadaletih bahasa-bahasa kebebasan bagi siapa pun jugatermasuk bunga dan batu-batu
terima kasih burung-burung!
Purbalingga, 30 Oktober 1994
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah
DOA-DOA JALAN AN
gusti alloh...masuklah dalam ruang hatiku. menjadi rindudalam kerinduanku. masuklah menjadi cinta, menjadikasih sayang, menjadi marah, menjadi benci, menjadipilu, duka, lara, sendu, ketawa, air mata...
masuklah ke pori-pori kulitkuke nadi dan peredaran darahke urat leherku, ke kepala, ke otak, ke mata, ke hidung,ke telinga, ke bibirdagu, tangan, dada, jantung, punggung,perut, pinggul, lutut, kakimasuklah ke duburku sekali pun
ke pantat, telapak kaki.
gusti alloh...masuklah dengan setia menjadikarunia di dasar hatiku
masuklah dalam tulang kemaluankumenyatu paduagar pesonamu takkan simaditikam keragu-raguan di dalam jiwaku.masuklah ke segalaku!
JENTERA TERKASA
Q Sajak-sajakAsaJatmiko
NASIHAT ULAT KEPADA ULAT,
KEKASIHNYA
Kita lalui saja jalan ini. Jalan di mana kaki-kaki kitatahu benar lekak-likunya. Berjalan saja sampai kitamenjangkau senja masing-masing.Kita nikmati saja suara itu. Suara di mana telingamakin diruncingkan sebab tajamnya. Suara yang pastimembimbing nurani memetik bunga di padang-padangdatar.
aku tak janji, namun jalan dan biar saja. Sambil tetapmenatap naiknya matahari, Kita pasti diterangi,sebab kemanapun kita,kan sampai
rumah-Nya.
1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah
MAWAR DAN BATU NISAN
: kawan-kawan di KSSY
Tentukan sendiri di mana nisan semestinya
diberdirikan, kebersamaan ini semata kebetulanmenziarahi gunung-gunung bisu sampai batasbumi dan cakrawala tak terbaca, kecuali kitayang menabnr mawar di atas batu nisan sendiri,
Antara mawar dan batu nisan terhimpit sepasang
rel yang menembus senja, lalu kita melewatinyaada suara seperti panggil panggil kita, tapi ah!tetapkan saja langkah peziarahan ini, hinggatitian memuncak pada ranting cahaya paling tinggi.
1997
JENTERA TERKASA
INTERVAL PERKAWINAN
Isteri, mari kita sama-sama membuka malam
dengan sebatang lilin kecil yang menyalatanpa bahasa mari kita saling membaca
Hapus air matamu itu (jangan buatku!)biarkan karang menangisi kesendiriannyamenjaga waktu menahan gelombang
Isteri, mari pergi ke pantai menyaksikanmatahari yang tak lama lunglaidan setelah cinta selebihnya cuma bangkai
Purbalingga, 1998
tCumpufun Puisi PenyairJawa Tengah
□ Sajak-sajak Badruddin Emce
THE KUDA LUMPING TRANCE
Apa yang telah dijanjikan laki-laki?Asap yang menggapai-gapai biru angkasa.
Untuk desa bahagia ini.Ditinggalkannya beberapa tumpuk abu jeramiDi sawah merangkak kembali.
Ujung pematang. Siapa mencakung di sanaSerta jauh dari rumputan?
Baiklah ku kan nari lagi.Meledakkan cemeti di atas jiwaDengan tubuh bergulinganMenggilas pecahan kaca bertebaran!Tapi semua itu kan usai!
Dan luka ngucur darah iniKan pnla terasa.Dan harga padiHanya sedikit lebih tinggiDari kehendak sederhana para istriJelas sekali di kanan-kiriOrang yang memikulnya!
1994
JENTERA TERKASA
KOPI HANGAT MASIH SEPARUH GELAS
bagi Pantai Teluk Penyu
Seperti pipa-pipa baja, kekasihTulang-tulang kering harimuDi kubur memanjang.Dapatkah ini, darah mudaku, menggapai kilang dalamgenggaman
Makhliik laut menipu
Tampak di sana, dekat perahuBercat wama-wami,
Seluruhnya tuk pagi hariSedikitpim tak terselip rencanaBerlindung atau menentangnya
Anak siapakahOmbak besar tiba-tiba ini
Rambut dikibas-kibaskan,
Kemudian dengan tangan kotor berpasirNggebrak meja waning
Dan sebelahku, tergagap
Sebuah kampiing penuh kenangan,Merengkuh piindak nelayan lewat,Untuk pegangan.
Mungkin pula gantung bunga-bunga!
Jadi demi tetapnya keluasan, kulepas sajaSama buning ngnngsi ke bukit-bukit di Utara,
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tenyah
Kopi hangat masih separuh gelas.Di seberang, lantaran kabutNusakambangan perlahan tenggelam.
1994-1995
10 JENTERA TERKASA
SAJAK BIKINAN TEMAN ANAKKU
Sudah lama vas dalam lemari saja!Mawar, untuk tumbuh beroleh arti
Sebatang pohon bungaPinjam saat santai istri-ayahku.
Pagi dilingkupi cahaya tertatih,Sekelilingku debu enggan bermain pula.
Bentuknya, mawar, terkadang di antaraSuara kerekan timba rusak.
Malahan persis suara kerekan timba rusak!
Aih, sepasang kaki cilik ini, mawarDiseret pikiran kakak-kakakku.
Atas halaman panjang berkerikil ini,Mawar, siapa yang dudukMengubah rumput,
Seperti sawah-sawah
Bakal terlempar menjadi anak kegelapan
Serta jauh dari kota. Hanya kunang di sana,Tidak bosan-bosannya memahkotai.
1994-1995
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tenyah X1
□ Sajak-sajak Bambang Set
MULUT TELAH DILUMATKAN
Kuambil BoardingPassCheck-In Counter 188, Terminal 5Mulai hafalkan jawaban untukPertanyaan; Siapa Nama-mu?Negri-mu? Benua-mu?
Bahu kanan dan kiri merekahsaling membidikkan anak panahsebelum pesawat merebah di tanahBenarkah 2 Malaikat tengah menelaah?
Turun dari tangga membawa lukaKobaran api di mana-manaKulit jadi kerak tubuh sendiriPada negri yang menyala
Nun, la menatap sengitdari puncak garis perspektifMenanyakan Visa, Paspor, danExit Permit
Suaranya menyentuh langit;Orang datang! Pilih panas mana?
Ketika Tangan menyingkap megaAngkasa dipenuhi matahariSatu di antaranya, melumatkanku
12 JEMTERA TERKASA
Aku tak punya mulut, ajur mumurLalu bagaimana hams menjawab?
Purzookerto, 1997
Kumputan Puisi Peni/air Jaurn Tengah 13
DI KAMPUNG TAK ADA LAUT
Di kampungku tak ada lautgelombang hanya tarian rumputmeliuk-liuk ditiup Satu mulut
Kemarau adalah rumah pergaiilanBocah bebas bermain matahari
Cuma cahaya bisa jadi bencanamenjadikan pohon mati bunga
Di kampungku jalan hanya satuberdebu, lalu-lalang pedatimengusung umbi keriputberwama tanah
wama kulitku juga anakku
Jika hari terdengar, layaknya tamasyaTikar pandan digelar sepanjang haridan air seni bayi basahi mimpiseperti buih-buih pantaiTangisnya
debur ombak dalam diri
Purwokerto, 1997
14 JENTERA TERKASA
WANITA LAPARKU DI MAKASSAR
Makassar mengingatkanSup iga sapi dan sepiring nasiMenyantap kehidupan pedasDi bawah rembulan pantai losariMeja makan bergetardigoyangkan taksi bawa geliatWanita mengejar bintang jatuhdi tanah seberangMakassar menghitungJumlah makanan yang diganyangTangan selipkan uang dalam kutangWanita malam tusuk badik birahi
Muncrat darah pelautBasahi pusatnya cahaya lampuKamar tak lagi persegiMenjadi bundar dibentuk temaramMakassar menendangbantam seluruh lubang pori-poriBanjir keringat di mana-manaBergerak mencari muara penantianBersama wanita laparku
menunggu kapan gelombang paksa pulang
Purwokerto, 1997
Catatan Perjalanan 1992
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 15
□ Sajak-sajak Dharmadi
HARI-HARI BERKABUT
melukis mimpi di kelelahan bumidalam hari-hari berkabutlangit tak mengirim sejumput pun cahaya
masih saja ada mengoleskanjelaga di kaca-kaca jendela
klik; seperti kunci magazine terbukamasihkah ada yang tega ingin berburudi kegelapan seperti ini?
angin menyuarakan ancaman-ancamandi hari-hari berkabut tak ada bayangmuapalagi ujud
dan lukisan mimpiku gemetardi bawah todongan
1996
16 JENTERA TERKASA
KARTU JIWA DALAM PERJUDIAN
tak ada perbincanganmeja telah jadi ajang permainankartu jiwa dalam perjudianantara kalah menang
darah mengalir dalam baranyala apinya mencipta bayangan
mangsa, mangsa, mangsa
mari kita can alas hati
dalam lesehan
sambil merendahkan diri
tanpa impian tingginya korsi
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 17
TIRAI DAMAI TIRAI MENYEKAT RUANG
-a.d. donggo-
tirai demi tirai
tumn menyekat
sejengkal demi sejengkalmengurangi jarak pandang
dan kemudian tersekat tenggorokankehilangan teriakan
berdiri dalam himpitan kisi-kisi segi empatproses pencucian otak menghapus masa silam
terurai pintalan sejarahmenjurai dalam tiupan angin
dengan cara bagaimana menceritakan kembalikebenaran sejarah dalam rangkaianketika telah tercerai dalam sejuta tafsiran
zaman telah berlari meski tetap berdiri
tak bisa bergerak lagi
kehilangan inti
Purwokerto, '98
18 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Edi Romadhon
MENGHADAP MONUMEN SOEDIRMAN
Aku tidak akan melaporkan angin puyuh kepadamumenjadikan orang-orang asing di rumah sendiriaku hanya ingin menjadi patungagar bincang denganku teramat sunyidan mulai berani membiarkan sengketa menjadijadi patimg kita tak lagi membangim emosijadi patung kita hanya menjadi saksiburung-bunmg tinggal bertempelan di dindingetalase satwa empunya minum segar kopiterkekeh pagi harisambil menatapi cerobongnya sendiri memamah sawahtanpa henti tanpa hentiikan-ikan mati karena sungai menjadi air keringatpemilik pabrik. Aku cuma menyaksikan dengan pelanorang-orang saling menggali kubumya sendiritapi aku ingin menjadi patungagar leluasa bersaksi tanpa emosi.
di gubuk sawah dekat monumenhampir terminal bus-1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah ^9
DALAM PAMERAN PRODUKSI
Ribuan pejalan antar stand saling merubahkaki-kaki memburu kepala yang menyediakan laci-lacitangan-tangein mengulurkan hati penuh lacilaci-laci menjadi anjing pelacak dengan liumyake toko-toko, sebab toko-toko saling menjadi gadismanis dari bibimya berkepulan ganjaotak-otak dimamahnya sangat sempuma
seperti para majikan yang selalu mengajaripara pelayan menjadi tanah liat.
Merdeka, produksi makin sempumapelayan membentangkan beha-beha celana-celanaMerdeka, produksi makin sempumapelayan amat cekatan mengeruki laci-laci kepala pembeliMerdeka, produksi makin sempumabarang habis menjadi berbagai mang di mmah-mmahpara toko saling terkekeh habis dibohongiMerdeka, produksi siapa makin sempiunamemasuki Indonesia
Saksi dalam stand pameran
1998
20 JENTERA TERKASA
KETIKA KARTINI DALAM DISKOTIK
Entah berapa kertas lagi yang bakal kau kurasJika pada setiap botol dan denting gelasmenjadi cerita ramai bemama sepientah berapa kali lagi jemariku memijat jidatjika pada setiap degup-degup nada dan nyala lampu pelangimenjadi cerita riuh bersama sunyi
Lalu kaku di sofa juga bir diantar ke mejakau hitung semua wanitadengarlah keluhan satu persatu dari merekakau tak bakalan mendengamyasebab mereka cuma bisa tertawa
tetapi ketika bir hendak ditenggak olehmusemua melarangnya dengan tangis membumiartinya, ada sandiwara yang hams diselesaikan
kau pun pulang dengan nada penuh muatansambil menyeka keringat kau masih menengokkerlip lampu di belakangmu: masih ada harap masih ada harapkaum lelaki kutimggu sampai kapan kau mengertiaku ingin menyelesaikan sandiwara iniagar wanita menjadi bulan malambukan bulan-bulanan lelaki
Tango Diskotik, '98
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 21
□ Sajak-sajak Haryono Sukiran
harapan si kecil
Katakan; burung prenjak nari kian kemarimeloncat dari dahan ke dahankabarkan akan datang tamu istimewadengan senyum mumi di wajahnya
Katakan; bunmg prenjak nembus kabutmenclok pada gigir telagabanyak sahabatnya saling bercengkeramamusik alam nyaring permaiseolah lupakan persoalansekalipun sesaat
Katakan; sarang yang ditinggalkan seharianditunggu si kecil nahan kelaparandan mereka saling hangatkan badandengan gosokkan tubuh pada ilalangkarena gerimis telah berubah hujan
Purbalingga, 1997
22 JENTERA TERKASA
REAKSI SINGKAT 1
Kujenguk rumahmuyang selama ini tak pemah terbukatemyata di depannya ada kali kecil
mengalirkan air ke sawah-sawahke dalam tengah-tengah tanah
Purbalingga, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 2 3
ASMARADHANA
Tembang asmaradhana kakek yang dulu dikumandangkanpada saat mulai menguak pintu malam, kini terdengar lagidengan suara parau termakan usia uziirkata-kata bemyawa muda, napas membabi butamalah aku yang merasa bertambah umiirrambut putihku sudah kembar rambut kepala kakekdi sini pula kerajaan langit bumi berkuasakita kian kerdil menghadapi putaran semesta.
Ingin rasanya tembang asmaradhcina dari mulutkuagar mereka tahu aku pun sanggup mendendang lagudi tengah-tengah gelombang perputaran bumi-MUsambil menyeni nama-Mu
Purbalingga, 1997
24 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Herman AfTandi
FISABILILLAH YAIKHWANuntuk Mustofa W. Hasyim
Perang berlarut-larutanMenderap kuda putihmuKau bentang busur gandewa
Selaksa anak panah melesatBerujung mahkota bunga
1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 25
KODE S L E RS SARJITO 93—94ibu Sri Wulan
dr. Bowo P. cs
Apa bedanya malam dan siangBila derita berkepanjangan?
Tak sepilu ruang nestapa
Dewa-dewa ganteng kalung stetoskopDewi-dewi kerudung putih pujaan
Hati widodari sayang mulutnya judes!
A dieu Titi Tespatiani!
Mala parasit telah terbang laluMenjelma pupuk hara istimewa
Taman kembangan di atas sanaSemogalah semoga Allahuma Amin!
Purwokerto, Desember 1995
26 JENTERA TERKASA
TRAGEDIBAYANG-BAYANG
Don quixote berperangMenantang anginTerbantai dan terkapar dia
Tak sudi mengaduh menahan lukaTerasa mengiris-irisHarga dirinya
Geram protesnya: hai keadilan!Siapa lebih bermakna
Aku-ku atau angin lalu?
Seberkas tanya terbengkalaiPanggung telah sunyi dan kosongTabir telah ditangkupkan
Di antara penonton garis depanFriederich Nietzche menguapdalam kantuknya: "Ohaheem....tuhan memang telah lama mati..."
Memang
Para spekulan tak jera jugaMeski selalu menanggung rugi
1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah "2.1
□ Sajak-sajakMas'ut
NYANYIAN DAUN JATI
seperti tubuhmu yang selalumenggugurkan daim-dauntak peduli akan arti sebuah musimdan keangkuhan peradaban
kau gugurkan daun-daunmeski kau menjadi telanjang
mestinya aku malu kepadamuyang enggan bertelanjangwalau hanyauntuk sebuah kebohongan
Sokaraja, 1997.
28 JENTERA TERKASA
BURUNG KECIL
seekor burung kecil belajar terbangdari satu dahan ke dahan lainnyakepak sayap kecilnya adalah lantunanzikir mengagungkan asma-Nya
di siang hari yang terik itutak terdengar lagi lantunan zikirmengagungkan asma-Nya
sayap kecil itu patah, luluh terbakarada tangan keangkuhan peradaban yangatas nama takdir menjadikan musim kemaraudan kekeringan sebagai kambing hitam
kalau hutan dengan sengaja dibakarkekeringan dan kelaparan kian melandatak ada lagi bening telaga dengan ketenanganair yang jemih
bila hati manusia tak lagi sebening air telagadan biunmg kecil tlah patah sayapnyalalu siapa lagi yang akan melantimkanzikir mengagungkan kebesaran asma-Nya.
Sokaraja, 1998.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 29
ZlARAH
tatkala tiang-tiang pancang peradabankian menancap di relung hati umat manusiaputih tak lagi seputih salju. menguap ke atasawan berubah menjadi sekawanan burung gagak
30 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Manang Anna Moor
MENEPI DI SEKITAR PERADABAN
kita menepi di sekitar peradabanlaut mabuk
berenang kalah dengan para pelarimaraton
yang memberondongkita terpasimg di lokasi hurufhutan batin di lembah-lembah yang tergusurkota menjamur wama-wami diskotiknimah suci menepi di seputar onggokanbau ciu
kata-kata membeku laut mabukkita menggapai-gapai angkasasaat tinggal satu jari telunjuknyaris tenggelammeski laut mabuk
satu jarikununjukimu
Gumelar, Purwokerto '98
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 31
MUSIM BERGANTI MAWAR
musim berganti mawar
siapkan
seribu pisau
buat nggunting risauketajaman
bulan jatuhnya perlahansetiap lembar
gelinding matanya nggoyang
irama bau wangi
bulan sinamya di atasjatuh, perlahanibu, petikan aku syairtanpa duri-duri
di atasnya menarilagu bunda pertiwi
Purwokerto, '98
32 JENTERA TERKASA
DI HALAMAN RUMAH KATA-KATA
mereka bermain di halaman rumah
kata-kata yang tertinggaldi lorong leher
nyumbat semua, anak anakberdiri acungkan senjatamereka berteriak:
kereta api di kubah mimpiini kebakaran yang kesekian kalijangan biarkan merambat
ke dalam bumi tempat kami
kumpulkan huruf seribu tahimrumah dan halaman yangkubangun
Gumelar, Purwokerto, '98
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 33
□ Sajak-sajak Surya Esa
Di Tengah Hutan
air gunung yang jemih mengalirjatuh di bebatuangemericik suaranyasepanjang hari
kicau burung bermacam-macamangin semilirrusa kenyang bermesraanrusa beranak-pinakdi kejauhan terdengar cekikian senda gurau anak macanaku di Sana
kamu di sana
masih juga membangun rumah di atas pohon
34 JENTERA TERKASA
Sajak Burang Rajawali
aku banggamenjadi bagianmutumbuh liar
menaungi panas dingin
melindungi otot nadimenerangi catatan mantra
aku rela
dengan silimya angintumbuh liar
mendengarkan tawa atau pun tangismelihat jemih matamencium aroma lumpur sawah
beberkan pada duniasuka duka runcingnya bambuaku
kamu
satu
menggapai kemenanganagar sayap berkepak-kepak senantiasa
menjelajah jagadhinggap pada dahan sakurasembari cerita biak-biak dengan burung kondormengunyah pizza
menyaksikan matadordan
sarapan mendoan bukan mie
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 35
aku bangga
menjadi bagianmutumbuh liar
berbaju merah putihmenentukan putaran bumi mataharisambil kunyanyikan ilogondang dan eling-eling Banyumasan
Purwokerto, 5 April '97
(Dari kecintaan seorang anak kepada bapanya)
36 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Sutarno Jayadhiatma
DUKA HUTAN PAYAU SEGARA ANAKAN
angin lautdercak ombak
lumpur pesisirtelah bertahun-tahun menahan kegundahanmerambah hutan payau segara anakansisa legenda pulebahas dan nusakambanganpucuk-pucuk daim nipah nampak begitu legamterbungkus asap hitam yang tak pemah berhentiterhembus cerobong kilang minyakakar-akar bako pun nampak pucat mencengkeramlumpur yang selalu berkilat limbah residuyang tak terpedulikanikan-ikan yang tak mau matiterpaksa melahap gumpalan aspal yang mengapungdi setiap celah ombakakh, kita hanya bisa mengeluhtak bisa mengaduh!
Jojok, Deseinber, 1997.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 37
SEGARA ANAKAN, SEBUAH PENYESALAN
naik perahu menyusuri hutan bakau segara anakantak lagi kusaksikan ikan-ikan b6rloncatan,
bangau beterbangankera bergelantungan
dan
perahu nelayan berseliwerankini hembusan angin tak lagi semilir
udara terasa pengap
rimbun daun tampak legamdan
sisa embun pun tak menetes
para nelayan telah lama kehilangan jejak ikankarena air kian menghitam terbias lunbah,
naik perahu menganmgi segara anakanaku telah kehilangan lanskap masa laluyang penuh pesona: anak-anak nelayanberamai menarik jaring penuh ikanberkecipak mengambang di air beningyang begitu ramahnya.
naik perahu menyaksikan segara anakanhanyalah sebuah penyesalan
Jojok-Cilacap, 1987.
33 JENTERA TERKASA
PUISI DAN MESIN KETIK
malam telah larut
kutinggalkan mesin ketikmenari sendiri bersama ilusiku
yang telah lama terkunci
di balik almari
mudah-mudahan besok
jadi puisi
aku tertidur!
Sidareja, 1998.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 39
□ Sajak-sajak Von Montaris
DAUN TUA:pada generasi lelah
Daun tua
Matahari senjaAsam larut garam laut di tubuhmuDari lahimya embunSampai senja menabuh genderang pemberhentianMelihat cermin di wajahGurat guliran peristiwa memancing layar rantingmu
Daun tua
Beri jejak pada barisan di belakangmu;daundaun bam
Belik, Petnalang
40 JENTERA TERKASA
SIBUK
Aku-kau tertanam di diinia asingJauh dari pelangiJauh
Sulit menghadirkan cahayaMeski jeda sekian lebamya. MengangaIngin menelan segala
Kita belum pemah bertanya, di mana sesungguhnya bulanSebab kita terlalu sibuk tertawa
Purbalingga
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 41
SAJAK BELASUNGKAWA
Keberangkatanmu kualiri sungai menggelegakMenghanyutkan ke hulu semua gambaran hitamPergilah ke suara memanggil. KatakanDi sini masih dengan cerita sama: Membakar bumi yang tak henti memancing birahi
Purbalingga, Griya Kinasih
42 JENTERA TERKASA
Sajak-Sajak
PENYAIR KEDU
43
□ Sajak-sajak Ahmad Dalady
Pukau Batu
pukaumu o, batumenggumpalkan akal dan rasa manusiahitam beku
pukaumu o, batumembungkam nurani manusiadiam bisu
pukaumu o, batumembumpat telinga hati manusiacongek tuli
pukaumu o, batumembebat matahati manusiapepat buta
pukaumu o, batumemerangkap jiwa manusialumpuh mati
pukaumu o, batumau kau buta tulikan nuranidari segala pukaumu
Magelang, 1997
44 JENTERA TERKASA
Dan Ibunda Masih
dan ibunda masih saja setiamenjerang embun di atas tungku usiayang sudah mulai mengelam
aku masih juga makan dan minum dari suapannya
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 45
□ Sajak-sajakAriadi Rasidi
KETIKA SEMBAHYAN6
Ketika muazin meniup peluit panjangmaka roda pun meninggalkan jejakmenuju muhapus segala keluh kesah angkasa murka
senyap merambat di kamar pengapmudari atas sajadah tuauntaian doa menyapamusepanjang perjalanan
lalu lintasan peristiwa mengalun dalam desahpanjang-panjang sekalimelengking-lengkingmenguak matahari dari genggaman rembulan
aku hadir Bapaksetelah sekian lamamelupakan mu
45 JENTERA TERKASA
CATATAN DI TENGAH KOTA
Ingin kutumpahkan tentang gelisah hatiketika berseling tanya pada angkasa rayamengapa udara kelihatan cerah berseiilalu tunm ke kota jadi bencanasedikit udara bersih bagi umat manusia
kumencari jawab pada semilir anginpada tiupan wama jelaga dari knalpot dancerobong pabrik lalu kuingat gagahnya pegununganyang menjulang
mengenang pohon-pohon dan rerimbunan daun
Oi, burung-burung pun menukik membagi wartadari pohon dan gemerisik daun awal kehadirannyakian banyak kian sempumalah angkasa rayalalu kusadari kotaku pun hams hijaubetapa sehat anak bangsa menghimp semilir angirmya
Temanggung, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 47
□ Sajak-sajak Bambang Eka Prasetya
PRAHARA
Dalam temaram sinar blencongTerbakar lakon pakeliran:
Bumi bergetar saat kabar tersiarPagi buta putra sang Raja tinggalkan puraSeisi kraton gempar: Kemana putra mahkota?
Seorang abdi dalem buruk sangkamengira sang putra diculik dan dianiayaprajurit utusan raja negeri jiran
Semua marahBaginda dan permaisuri tersenyum ramah: Rakyatku tak perlu kalian gelisah
Tak ada alasan terliput kecemasan
Seluruh rakyat terlena, meski hati bertanya-tanyaKetika berita semakin jelas justrubanyak kawula menjadi cemasKabar burung berubah kabar burukDiam-diam putra mahkota berguru,kepada saudagar!
Bah, kau lacurkan kebenaran!
Tiba-tiba penonton menjadi beringasDengar sinar mata membara
43 JENTERA TERKASA
mereka melemparkan apa saja kepada dalangYang tak setia alur cerita
Seorang kakek berceloteh,: Itu kisah dalang kacau!Tak mungkin putra Raja bergurukepada saudagar. Itu tidak benar!Ksatria pantang berdagang
Orang muda di dekatnya berkelit,; Kek, kini era globalperdagangan bebas merambah seluruh negeriSemua kasta punya hak samaTak keliru anak menteri jual nasi
: Wah! Bila ini terjadikami tak mampu berebut rezeki!
: Ini tuntutan zaman Pak Tua
Kita mau apa?
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 49
PERJALANAN PENGEMBARAAN
Sepagi ini kau berjalan sendiriberebut dulu dengan bayang-bayangmuMengapa mentari mengejar langkahmu?Mestinya belum kau awali pengembaraansyair lagumu belum usai kau dendangDi ladangmu sebatang pohon pun belum kau tanamwalau gerimis tak henti menyapaBongkah tanah merah gapura perjalananmenghembuskan keharuman bimga setamanSerafin dan Kerubin menanti
dengan seuntai kuncup melatiMega-mega bemyanyi menggenapi lagumumengalim pesan: kau akan sampaipada sebuah hati berlimpah kerahimanSedu sedan tak tertahan
ketika seribu kereta beriring perlahanmenghantarmu
menuju perhentian terakhirDi mana tak lagi kau jumpa deraDi singgasana yang kau kenalBapamu menanti dengan sejuta rinduSelamat jalan kasihDi dadaku masih tergores pesan
yang dulu kau ucapkan: Dunia ini bukan
tempat anak-anak Bapa
untuk selamanya
50 JENTERA TERKASA
GATRA GETIR DARI PINGGIR
Belum juga mentari
menggeliat dalam pelukan pagikau katakan,
: Negeri ini
untaian mutiara
setiap jengkal tertapak
adalah kemurahan
Dan kami terbelunggudalam lilitan lapar
Ketika bumi ini
terbakar terik
kau lantang teriakkan,: Tanah airmu
hamparan kerahiman
tiap-tiap celah
tawarkan kesejukan
Kini kami tercekik laknat haus
Saat temaram menggelayut ujung-ujung gelap
lagi kau hadir mencibir,
: Pemalas terhimpit
dingin malamtelanjang memalukan
Kau biarkan kami lunglai
lapar
haus
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 51
beku
bisu
Suaramu, kuasamu
manjakan serakahmu
mestikah kami tingal menanti?
52 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Bambang Mulyantono
KONTEMPLASI KURSI
AnginTanda abadi
Kepala tumbuh di daun-daunnyaMentok di pohon-pohonnyaMengigau tentang malampadahal hari telah berlaluseperti makan malam: menelan diriAndrawina - Seba
Statistik senyummu: cinta kliseSekadar kebetulan: sama-sama duduk dan bergoyangdi Pohon Abu
Wajah transparan: gagu40 tahim menimba teknik wawancara
pada socrates: biang lukaTan pae rarasing jiwaRenggan wiramaning gending
Serahkan lagunya sebelum terbetot pasar-pasarBenda-benda seperti komposisi pada nasi kuningruwatan
Kecamuk yang tega memenggal kepalanya sendiriBukan permintaan Salome, dulitapi akar dari segala mesinCetak sebanyak-banyaknya pada kliseyang belum berhenti tertawaLithografi swastikaHitler menari-nari
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 53
RBPRESENTASI EKONOMI TABEL SATU
oada suatu November, HUT PGRI
- Engkau patriot pahlawan bangsa(Tanpa tanda jasa)
Estetika angkutanMenarik Narusman
Guru SLTP di kota pinggiran
Malam minggu terminal ajangNgejar setoran: 2500 penumpangDalam kaca bening
Empat anak di gayutan
Malam kepompong embun
Siang mengejar matahariPagi: buku paket kumalTerbang di kelas-kelas buramPenanya tajam
Kelas menakar senyumnya yang ikhlasMalam: rodanya menggilasNasibnya yang menikam-nikamDiabet akut: obat tak dapat ditahanJam berpusing dalam waktu yang sama di benaknyaAnak - istri berteriak dalam gaung kotaGaung benda-benda
Gaung karya-karya
Gaung suara sendiri
Himne selalu membelah angan-angannya
—Engkau patriot pahlawan bangsa(Tanpa tanda jasa)
54 JENTERA TERKASA
Malam mengejar setoran
Gajinya hanya cukup setengah bulanLima belas hari digenapi di terminalBiar jadi kelelawar: asal aman
Menimang anak cucu
Berpacu dengian milenium
Hijetnya mulai berkarat
Setoran tak terdengar lagi oleh himne
—Engkau patriot pahlawan bangsa(Tanpa tanda jasa)
Suatu hari Narusman memekik
Peluhnya jadi tarianTanpa jendela : tanpa jedaMelawan kenaikan hargaInflasi menggulung bangunan rumedmyaMemorakkan dapur dan perutnya
Tapi Narusman tak peduli
la terns memacu mobilnya
Menuju surga
1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 55
OMBAK BERBUNCAK SURATMUmeniadi tua ialah memasuki
masa silam
(Surat Isa Ashari dari Serui)
Dari perangkonya masih tersisa bau ikan bakardari laut Serui
Radek Gibran berlari-lari di ombaknyaIsa tak pemah mungkir mendayung rumahnyaperahu tumpal tempat ngobrol di sampanSeperti Li Po deklamasiBunmg-burung terbang rendahasap lapar dan selera menjadi keriting di ususSurat hijau kusam, di kanvas yang dulu kita sangka hutanBersampan lagi: lagu-lagu tifa, kelaparan menggaruk udaraBurung mengendus dayung, tanda setia kita pada lautikan bakar, peluh di tungkuJangan biarkan misbah kosong: sesaji para pemasmurSebelum kita menepi, sebelum kita surutsebelum kita berangkat lagi
1995
56 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Dedet Setiadi
IMAJl BATU BATA
Tanah tempat berpijak segala hidupSudah lama digali dan diaduk. Sumur-sumur pimmengangaDi sekitar kerucut hari-hari tanpa nama
Maka kupilih belajar pada batu batayang beijajar di halaman. Kematangan itu kutemuSetelah ditempa dalam arena bakar
Lihat, lidi dan bawang merah ditancapkanSegulimg benang dibentangAgar tumpukan harap tak roboh diguncang duka
Dan di sini satu demi satu
Batangan-batangan hatiku bergilir menyusun keyakinanBergilir menyangga sejarahYang berabad-abad bertengger di atap rumah
Magelang, 1995
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 57
MATAKAIL
Di emper bukit gelisah itu kubaringkanAkar memilih gelisahkuMenghujamkannya ke celah-celah waktuDitindih batu-batu
Aku melempar umpan
Deras puisi menghanyutkanku sampai ke dasartak ada ikan
tapi joran hidupku bergetarSeperti ada yang memainkan
Entah siapa?
Di sini mulut waktu menganga
Slap melahap apa saja
Di kepala helai-helai rambut memilihditampar angin bewama jinggadi sekujur alis matahari mendaratmemanggil senja dan usiaTapi mata kailku masih mengembaraWalau ikan bukan lagi sasarannya
Magelang, 1995
58 JENTERA TERKASA
IMAJI GEMBALA
Dari pintu langit yang growong
orang-orang di kampungku keluar menabuh kentonganHanya aku yang bersemayam dalam puisidi kepucatan malam
yang gaduh oleh sihir bela sungkawa ini
Ada bulan mati!
Ada bulan m'ati!
Iringan pelayat mengusung keranda ke pekuburan sunyiTak tabu bahwa yang terkubur di sanajenazah pikirannya sendiri
(Ah, kapan gerhana ini berlalusebab dari lubang otak setiap kepalaaku melihat juluran lidah naga)
Magelang, 1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 59
□ Sajak-sajak Dorothea Rosa Herliany
ZIARAH BATU
bahasa batu yang diairi/ keras dalamdentum arus tak ke manaudara dalam cucuran darahmenetes beratus tahunmengikis keringat kebisuan nurani
bahasa batu yang dinginbeku meremas ribuan abad rindu dendammencari-cari udara terbukakekosongan yang menyimpan dengusnapas hewan-hewan liaryang mencari tanahdalam sejengkal jiwanya
kupilih bahasa batubuat memecah keangkuhan nuranimu
60 JEWTERA TERKASA
OBSESI HITAM PUTIH
—untuk lukisan
Gusti Alit
aku terperangkap lagu hujandi antara ilalang: bulan yang itu jugamendaki dukaku yang pemama
lereng-lereng dan tebing hati tuamelukiskan ketakutan:
kabut melingkardalam gelombang jerit seranggadi hutan jauh.
setetes langit hitam menghiburkudi antara daun-daun terbang, angsa dansekawanan bangau mencari keteduhanyang menggenang dnka-renta dalam sepercikcahaya merah
matahari mengabut dalam genangan bulanmenggantung di kekosongan kalbu.di manakah bertemu antara segalayang terpisahkan?
tak ada yang bisa kubacadari pikiran tua yang mencari segalayang tiba-tiba hilang. selain ketakutan.
lalu bisikan dari entah siapa-apa, "kekasih,malam itu getar lolong hewan liar!"
Maret, 1997 - Januari, 1998
tCuHipu/an Puisi PenyairJawa Tengah 61
DUNIA MENUJU SEKARAT
—sebuah lukisan realis
dunia menuju sekaratjalanan berdarahtikungan membentur jidatmu yang rentajiwa tenggorok bagai kakek tuamenunggu gugur daun, tulang menuadan rabun yang memangkas usia demi usia
dunia menuju sekarat: kematian,puing peradaban, dan nurani yang gersang.
tengoklah hatimumencercit bagi jerit rem
membesut aspal ngilu jiwamu
dimia menuju sekarat:nurani mengubur dalam segala tanda.menggumpal dalam rahasia.tak ada dibaca lewat segala bahasa!
Maret, 1997 - Februari, 1998
62 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Es Wibowo
BABAD TAN AH JAWI
Seperti sejarah hidup manusiaYang terikat oleh tali samsaraCandi Borobudur yang memancarkan takhayulDan penuh kegaiban ituJuga mencatat sejarah pembangkangan yangMendatangkan malapetaka bagi kaum pemberontak
Dengan ketabahan musafir yang dahagaKucangkuli situs purbakala sekeras bajaDan para dewa yang menjaga alam semestaMelemparkan kitab pusaka ke arahkuTentang silsilah 'Babad Tanah Jawi'Tetapi siapa pemberontak kerajaan Mataram itu?
Ini malapetaka di tahun 1709Dengan tombak, keris dan pedangTentara Mataram mengepung Candi BorobudurMemadamkan api pemberontakan dari selatanDan kau pembangkang yang selalu kalahMengapa kau hams dibinasakan?
Kemudian relief-relief di dinding candiBerebutan mengacungkan telunjuk jariMeminta jadi saksiSedang area yang tak berkepala ituMenimtut keadilan. Katanya:"Mengapa aku tumt dipenggal?"
1991
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 63
2000 MEGAWATT YANG MENAKUTKAN
Aku ingin membakar kebencian dari2000 megawatt yang mengalir menuju sawah ladangkuBatu gamping yang kucangkuli dengan keringatTiba-tiba menjadi horor yang menakutkan danUdara gimung yang sangat kucinta ituMenghembuskan gas beracun lewat pori-pori tanahDalam radius yang tak terjangkau kakimuAku mencium bau belerang serta gumpalan radio aktifMembakar cintaku menjadi kemarahanAku ingin membangun laut tanpa limbahKubiarkan kemerdekaan hidupmu: lumut-lumutan,ganggang
Ubur-ubur, gelombang besar, kepiting, ikan danPasir putih di dalam kerangKukirimkan angin sejuk dari puncak MuriaMata air yang jemih sertaGugusan awan tak BeradiasiDan dinding lembah menghadirkan kerinduanPada kabut
Aku ingin membakar kebencian dari2000 megawatt yang mengalir menuju sawah ladangkuMaka kunyalakan kobaran api padaBajak kayu trembesi yang diseret kerbauUntuk mengolah sawah ladangkuDi kaki Gimung Muria ini
Aku hams bertahan memelihara kehidupan dan
Menjaga bumi dari prahara yang berembusLewat telapak tangan kekuasaanmu
1995
54 JENTERA TERKASA
NYANYIAN KALI PROGO
Dengan keyakinan jiwaku terns bergolakMendeburkan gelombang kebencianKepada pintu air yangmenyumbat perjalanan hidupkuBiarkanlah aku mengalir menempuh kemerdekaanUntuk mengairi sawah-sawah penduduk
Bertahim-tahun lamanya kunyalakan semangatKetabahan, keberanian serta kesetiaan menerimaZikir malam dan doa subuh yang melnncurDari puncak Gnnung SumbingSedang batu-batu tasbih berguguranMenghanyutkan wiridku ke Samudra Indonesia
Izinkanlah aku mengalirMengapungkan nilai-nilai kebenaran yangTerpendam di dasar bumi
Tetapi untuk apa kau malah menenggelamkannya?Jangan tuan! Bukalah pintu air kemerdekaan ituAgar kesadaranku tidak membangkitkan kemarahan
1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 55
□ Sajak-sajak Gatot Widodo R.
PEMBBRANGKATAN
Menda)aing perahuke pulau dewapastikan perjalanan ombaksebelum pantai
Wonosobo, 1998
66 JENTERA TERKASA
GUA
Gemuruh angin menusukgua-gua gelap
kehampaanharapan sisabelahan malam
separo kabur
separo terkubur
Wonosobo, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tenyah gy
□ Sajak-sajak Goeswali
JIKA
: NOVIAWATI
Jika kutabur garam ke lautapa kau kata?Jika gaung azan memanggil-manggillalu aku sembahyangapa pula bedanya?Itu dari ibiiku aku belajarlewat dia aku mengenal kautukang sulap tak tertara.Ketika kelelawar maut menyambarsenja berbuihdosa
sebelum sempat merangkum ke sayapnyakau sulapjadi udara mawarberebut masuk ke dalamnapaskauDan?
telah sampai waktumatahari sia-sia melelehkan panasnyatak berbuah dan daun gugur membusukpohon di tanah gembur.Kutanggalkan angin topan yang tersimpandan napas yang melemabpada cemrdn yang pemah kutiupkansedalam mata Fir'aun
aku menatap kau.Sulaplah aku
68 JENTERA TERKASA
jadi tukang sihimyadi hadapan Musa
Jika kau ingin persahabatan kitatak terdindingberlumut.Dan aku ingin.
1 Agustus 1995
tCumf)u(an Putsi Penyair Jawa Tangah 69
MATAHARI
IN MEMORIAM: IBUNDA PAIRAH
Bagaimana aku hams berceritaKepadamu
Dan dari mana hams kumulai
Tentang kesia-siaan dan pengingkaranYang oleh matahariDianggapnya selesaiKala sang maut mengadang
Pagi tumn
Matahari terbit
Menyisihkan malam tanpa katakBersama embun
Nyanyi burung dan rericik kaliWajahnya! Wajahnya!Dengan tangannya yang perkasaMatahari peluk diriku erat-eratLalu dibawanya aku ke peraduannya
Parakan, 1 Desember 1997
70 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak M.L Budi Agung
GEMBALA-GEMBALA
gembala-gembalapergilah pulang, pulang menuju peradabangiring dombamu ke kandang tuhantutup pintu rapat-rapatagar singa tak mencuri anak dombagembala-gembalabeijagalah jangan terlelap jangan bermimpikema engkau tengah menghadapi ancamansulut perapiansulut obor dengan minyakpasang mata jemihkan isi telingakalau perlu siagakan tongkat gembalamujangan beranjak jangan bicarasebelum anak malaikat membuat tandasebuah bintang timur dalam tiga rupa
Kaloran, 14 November 1994
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 71
DOMBA-DOMBA
domba-domba
turunlah ke bawah bukit padangsebelum air sungai mendidihterpanggang api tengah hutan.penuhi isi perutmu
kerna kita akan kelaparan sebulan atau setahunsampai hutan padam dan harga beras murah
domba-domba
diamlah di dalam kandang
padamkan lampu isyaratkan doakita tunggu fajarbermatahari keadilan
berangin demokrasiberembun pagi suarga
Kaloran, Maret 1998
72 JENTERA TERKASA
MATAHARI TUA
memahami matahari tua
membaca lukaluka langit tergurat asapkutanya tuhan dalam bahasa bencanagumpalan ozon yang pecahgumpalan awan terburai badai
memahami matahari tua
memahami bumi hangus berdebu; hutan-hutan terbakar api keserakahan
jalan-jalan terbakar api revolusikota-kota terbakar api demokrasi
jiwa-jiwa terbakar api tiranikutanya tuhan dalam bahasa dukasiapa mencipta bencana baru
siapa mencipta tangis baru
(memahami matahari tua
memahami tangan terkepal tuhan)
Kaloran, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 73
□ Sajak-sajak Roso Tide Sakoro
TAK DENGAN KATA-KATA
kubasuh dingin subuhsegala noda tubuh rapuhkucari cinta keabadianmu kekasihdalam hening sepidetak waktu denyut nadi
kueja tak dengan kata-katahanyut mengalir zikirberjuta semut penghuni rumahkubergulir merangkai tasbihmenunggu kaupanggil pulangdalam dekapan cinta keabadian
Tetnanggung, Febrmri 1998
74 JENTERA TERKASA
AIR MATA HUJAN
tetes air mata tuhan
membasahi tanah air terluka
tuhan, jangan bosan-bosanmewama rembulan mawar
Temanggung, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 75
DAUN-DAUN MENGERTAS SUDAH
batu-batu luruh luluh mendebu
aku tertegun hening tugumata air di ulu jantung nadikumengering sudahberubah air mata darah
(sementara di atas sana
langit angkuh kosong suwung)
reranting pohonan tambatan jiwa kerontangkering ranggas di pematang rengkahdaun-daun di kebun hatiku mengertas sudahjangankan bunga harapkan buah
(duh gusti, adakah langit laindi negeri ini, berjuta rakyatmenanti suksesi mentari pagi)
Temanggung, 1997
76 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Soekoso DM.
SAJAK MESIN KETIK
berjalan bersama hurufhurufnyamanusia ngembara
ke padangpadang, ke gunmgurunke abadabad, ke tahimtahun
memburu makna kehidupan
melangkah bersama tiktaknyapara pujangga ngembara
menganmgi angkasa dan samudradengan perahu prosaprosa
meniti seribusatu bianglala mimpilengkungan suka dan sedihdengan kepakan sayapsayap puisi
tapi siapa dan siapa di balik mejaberkerudimg kertas karbon
mengaduk gumpalan jelagamenyimgsang lelakon
: fakta didustakan, benar disamarkannyata dibenamkan, palsu dibubungkan
hingga angkaangka terlukadan hunifhuruf sakitjiwa
entah demi apa?
mesin ketik cuma saksi bisucuaca aneh sudah membungkam mulutnya
ia enggan bicarasyarafnya koma, lidahnya kelu
meski ada bening dicemari tuba!
2997, Potrowijayan
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 77
MEMORI MONOGRAM PASKA: X
lolos dari wajah jemari, tibatiba kauakusampai di sini
di simpang jalan, antara gamang dan sangsiantara bimbang dan tak pasti
musti terus, membelok atau berhenti
dalam kembara ini
beberapakah jarak, antara persimpangan inidengan dermaga hati
antara kenyataan dan mimpimimpi
lalu ke manakah lagi, perjalanan muskilpenuh rambu dan duri
bakalkah menelusuri lorong nalar dan rasa
kembali meniti nnrani
ataukah kauaku memilih mengunyah baramemanggang diri dalam alpa?
berapakah waktu, untuk simakan kabut
demi cahya rembulankelembutan kisah kasih tak kunjung surut
(selalu pertanyaanpertanyaan tak terjawabkan: embun, bisakah kau berikan kebeningan?)
1997
78 JENTERA TERJCASA
KUPUKUPU DEKAT LAMPU
kupukupu dekat lampugemelepar
gagu dan ragu
kupukupu sepikah itugelisah
membenturi kacakaca cermindi bilik kalbu
rindu apitakut sendiri
kupukupu bersayap retakmemberontak
memburu kebebasan gerak
: cahya, cahya!adakah kembang di jambangan ituada sisakan madu
ataukah kehangatan ituhadir dari sumbu api yang semu?
seekor kupukupu sepi bermimpimalam ini
separuh sayapnya terbakar api
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah yg
□ Sajak-sajak Sumanang Tirtasujana
PENYANDANG MANUSIA PURBA
Apa yang akan kamu lakukandengan tanah tandus. Ruang tidurtanpa jendela. Entah petaka apabakal memerangkapmu, bila ruang tanpa udara
Atau kau pilih diam. Kemudian mengendusenduspada peti mati yang terns menantiSementara air matamu mengucur terusdan keterancaman jantung jiwamu kian dekat.Ya, kian dekat.
Kau memilih diam membatu,pasrah pada keterpurukan hasrat yang hancur.sebab harapan doa telah menjadi siasiadengan malapetaka entah apa.Sembari lunglai, kau pasrah menggeletakPada peti mati penyandang manusia purba.
Yogyakarta, 1996
80 JENTERA TERKASA
MENUNGGU EKSEKUSI
Hari ini engkau mengungsikan separo jiwamutepekur dan menggigil di lipatan humfhnrufdoa alkitab. mengibaiba melipat harap.Sedang gairahmu telah menjadi sungai keringterbanting sudah alamat rohmu yang ramping.
Seperti kolam yang menguburkan kedalam tekatekilangkah kaki kian menyimpulkan perkabungan.Hari ini kau tumbangkan harapanharapan
dimana senandimg doamu kian terdengar ngilu.
Tahukah penghuninya bakal terbanggang kaku.
Purworejo, Magelang 1995
Kumpulan Puisi Pmyair Jawa Tengah 81
RUMAH SELOKAN
Kudirikan rumah tanpa pintu
aku nikmati sebuah dunia baru
yang penuh baksilbersama cacingcacing dan lintah.
Pada rumah yang selokanaku tak ingin lenyapIni dunia baksil yang tibatibaharus kau nikmati pula
Di sini kau harus hidup
di antara limbah serta cerobong
pabrik. Yang merangkap rumahparuparumu.
Tertawalah meski kau pingsan
aku percaya kau tak mampu menyihimyamenjadi taman
tanpa menyebarkan duka.
Purworejo, 1996
82 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Suroto S. Toto
SURAT BA6IIBU I
(Pesta pada sebuah pagi)
Ibu, pesta itu di halaman rumah kitamembangunkan tidur matahari pagi-pagiorang berduyun-duyun berdesakanmelempar-lempar seperti anak bermainmereka saling memukul saling berebutramai dan menghanyutkan matahariseperti pesta anak-anak di terangbulan
Ibu, pesta itu sangat lucumereka menjadi anak kembalibermain sandiwara menjadi raja-rajaberebut tahta dan singgasanatanpa dosa beradu senjatasambil tertawa mengobral busa
Ibu, itukah pesta sandiwaramengapa hams menghimus senjatamenikam sesama
Ibu, jangan muram selalukedai kopi itu tetap milik kita
Juli, 1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 83
SURAT BAGIIBU II
(Potret sebuah pesta)
Ibu, inikah rumah kita?
Kalau ini rumah kenapa sepi candaKemarin di sudut rumah saudaraku bermandi darahkulihat nanar mata-mata merah
melepas gores hitam di atas tanah
Ibu, kutangkap elangkakinya kuikat kertas usangbertuliskan "Tolong saudaraku bersimbah darah!"Kulepas elang tak terbang jauh iaberputar mengincar mangsa
hinggap di atap menatap marah
Ibu, aku kehilangan nafsusungai-sungai mengalir darahtak bisa bermain perahu
di mana-mana air berubah merah
Ibu, aku rindu rumah dulu
Jtdi 1996
84 JENTERA TERKASA
PERBMPUAN DI TENGAH JALAN
perempuan di tengah jalanmegapa risau ini mengembara
menembus angin dengan lagu bajatak acuh membisu menawarkan cinta
berjatuhan kimang-kunang dikaiimya
dibalik pandangnya menembus ragubagai burung terpaku menatap waktusendiri ia berjalan menyusur anginsiapa tahu ia bisa lantunkan lagu
perempuan di tengah jalanbagai nyala pelita di angin malamia lagukan jerit kepedihan di tengah angin
dan awan
mengembara di tengah nyala api
di balik yang berkunjung ia mengecap nikmatdengan menyala menembus ragu
terns menangjap bunmg menatap waktusiapa tahu mendengar jeritan angin dan awandalam nada-nada lagu yang terus berlalu
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 85
□ Sajak-sajak S. Suryo Pramono
SEMUT RINDUKAN SULAIMAN
Semut semut di tanah berlarianmondar mandir terengah engah
ia membawa ampas seadanyamemadati sarang aren di mana manadan menggigit sejadi jadinya
ia tahu kan merana selamanyakecuali Sulaiman menynnih berkudamemasuki lubang lubang gua
Kebumen, 1997
86 JENTERA TERKASA
KUDA KUDA AIR
Bila esok pagi kau naiki daun di permukaan sungaikutitip salam pada ikan yang tak sembunyi dalam pusar
Bila di lumpur dasar bertemu ikan lelerayulah senjata tajamnyaagar tak ditikam kutu-kutu malam
Bila alas daimmu tak lagi melajuturunlah di situ bila ingin sampai ke hulu
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 87
SUARA MISTERIUS
Saat nisan bercengkerama dengan kuburansuara yang berabad abad terpenggal babak-babak ceritatiba-tiba bangun bicara;
"Aku terselip
aku ditinggal angin yang merekamkenapa tergesa gesa
hingga kau tak mencariku"
la terisak isak mencari
belulcing yang tak dipahami kala itudan kini sisanya kian menjelma;
"Di mana jaring jaringankuaku sudah tabu berbeda.
kau sudah parau,
dan berani mengecam!"
la telusuri di seluas samudra dan benua yang menghauskanmenghampiri satu per satu di semua cerita cerita ikatan;
"Apa kabar Julius Caesar?kaukah Romeo?
ada apa denganmu Hamlet?aku di dekat dekatmu
aku di pintu pintumu!
tapi aku akan pergiaku sudah menjelma jelmaaku tidak disapa sapa
aku ditimpa!"
88 JENTERA TERKASA
la teruskan kisahnyamengembara dalam gelora dan tiba;
"Kudengar di sini ada MahabarataSangkuriang, Roro Jonggrang dan lainnyadi mana la...?
O, barangkali malu atau ragubiarlah aku dulu yang membisu"
Ketika bertapa, ia terdampar terkapar dan tersadardi tepi sungai yang tabibnya sedang ia cari-cari;
"...Tak percaya ada yang menyapamengobatiku sambil terpapa-papa...bahkan tak ada cacatnya"
la rindu menggebu gebu tak bertemu sampai kambuhtak ada obat semujarab kala itu. Kemudian mengharap;
"Aku akhiri harapan iniaku relakan memecah mecah diri
bersuara dengan segala cara;Meski komandoku di sini
aku akan disiksa raksasa
yang dari dulu memburu
maka temukan segitigaku.Atau kemudian aku menjelma!karena aku ditunggu tungguaku dicari cari
tapi semuanya kan menjadi
sebelum aku kembali"
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 89
□ Sajak-sajak Thomas Haryanto Soekiran
SATU
biirimg gereja terbangke angkasamembawa matahari untukkumasuk ke dalampanasnya menyejukkan darah4.000.000
burung gereja dan mataharihancur di sini
Purworejo, 1990
90 JENTERA TERKASA
PADA ANGIN
Rindu
menampar gerahku
Purworejo, 1998
Kumpuian Puisi Penyair Jawa Tengah 91
MATAHARI
Anakku matahari,
dirimu pasti belum ngertikalau keringat telah mengucur dari rambutkuair mata menetes pada kuku kukudan mata sebentar saja memejam
Anakku matahari,
dirimu pasti belum ngertikalau kencingmu kubiarkan menyatuAnakku matahari,
dirimu pasti belum ngertikalau taimu harum baunya
semegrak di hati
Anakku matahari,
dirimu pasti belum ngerti
kalau semalam kubaca sajak buatmukunyanyikan juga puisi"anak domba,
menjadi jalan satu-satunya ke sorga"
Purworejo, 1998
92 JENTERA TERKASA
Sajak-Sajak
PENYAIR PATI
93
□ Sajak-sajakAgusno Setiawan
NEGERI KENANGAN
datanglah ke negeri petanipepohonan meranggas dalam sunyikemarau telah mengurung beburungdalam sangkar tak bemamahujan menari-nari di pelupuk mataterkisah pembahan yang wajartemak dieksekusi terlalu pagiseruling gembala menangisi langityang bercadaranak petani menanam waktu di ladang industri
datanglah ke negeri petaniyang tak pemah membusungkan dada di harikelaparandan tak pernah mennndukkan kepaladidera kemiskinan
sebuah negeri abadi dalam kenangan
Kudus, 1997
94 JENTERA TERKASA
TAPI KITA TELAH TERDAMPAR DI SINI
mendayiing luka sejarah dalam lautanwaktu yang bergerak dalam diamperahu cinta terbentur karang sebelumpasir di pantai menentramkan gelombang
kebimbangan pada matahari telah membekukan cakrawalagelap dan cahaya mengajarkan makna sedih dan gembirasiapa tertawa berurai airmata
seperti waktu yang tak pemah surut ke belakangkita telah terdampar, tak juga meratapi kehidupansejarah tak mesti dicatat sepasang nisan
Kudus, 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 95
OPERA BELANTARA BETON
Kinikah saatnya
menanam pohon kematiandari benih kumuh dan tanpa kepastiankejujuran menjadi hantu menakutkan
kinikah saatnya
memproklamirkan kemerdekaan jiwakebebasan cuma tipu daya berhala kotasejuta menara terbalut sunyilangit dibungkam udara bertubadi bumi jelata mengemis air mata
kinikah saatnya
penganggur jilati mimpinamun ada juga yang tuntaskan kegilaandalam pengabdian semu
selagi sang raja memberi restu
96 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajakAli Emje
IBU KERAMAT
kini aku tahu betapa besar arti ketulusanmukau rimbun bambu senantiasa senandungkanangin kedamaianajarilah anakmu membaca bahasa alamagar tak timbul tenggelam arungi kehidupan
(kau suara fajar bersama lengking adzanyang mengingatkan kesejukan embun)
1990
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah gy
SEKBRAT ROTI
sekerat roti terhilang, pagi
hasrat tertangguhkanpada kilatan pisautajamnya mengejek keberanian(akankah terbagi
atau tega menyantap sendiri)terbayang piring para pengungsiantre dan kosong!
1992
98 JENTERA TERKASA
DIAM-DIAM
diam-diam desaku terdesak, diam-diam
sawah menghijau menjelma beludni kasursiap melayani kepuasan, diam-diam.
apalah yang masih tersisaselain keinginan demi keinginanyang tertunda, mengalir air kali serasa bisa
tahan napas, pejamkan mata, diam-diamakan kita rasakan kenikmatan
matahari yang meninggalkan, diam-diam
1992
Kumf>ulan Puisi Penyair Jawa Tengah 99
□ Sajak-sajak Amir Yahyapati
BUSUNG
membangunkan lapar dari abad yang menggeramperutku tak kunjimg terjagasedang usia terns berlaga memanjakan kenyangsiang dan malam. siapakah pagi-pagi beginitelah ramai mengibarkan bendera hingga memenuhi lengkunglangit dan saling berebut menomorsatukan dirisampo, odol sikat gigi, asbak, rokok, minuman, kecap,makanan, pestisida, meja-kursi, kulkas, tv, mobil, rumah semirrambut sampai bedah plastik
langit seperti terkunci untuk komunikasi kepada sang MahaSejatiangin terhunus dan memuntahkan jutaan ekor sihir dunialangit tertabok, tanah-tanah dikeduk, gimung-gimungdiledakkan
udara digenjot bagi nurani kelam. aku saksikan jutaan manusiasaling himpit di depan loket fajar yang berkarangbulan, o, bulan sisa semalam telah habis dirampok gigilembun
perburuan harapan. di sana-sini orang sibuk seminartentang pasir, pohon-pohon, batu-batu, gandum, intan, berlianyang akan disulap menjadi benda yang menawan. telah lusuhseluruh pakaian. tubuh penuh daki dan keringat imtukmengejandalam cuaca yang pongah dan menegangkan ini. perutrohaniku
makin melilit-lilit, lapar sangat, meraung-raung mencarikembali
100 JENTERA TERKASA
makna kelahiran. sedang jejak tak kemana-mana, tak kankemana-mana
ia selalu berhujan-hujan di bawah langit yang koyak olehfirman-firmanNya.
Kumputan Puisi Peni^atr Jawa Tengah 101
TENTANG ANGIN DAN OMBAKMU
aku menggeliat di dalam ombakMuselepas lautan prahara masalalu
aku menggeliat di dalam desirMuselepas angin menghajar rumah jiwaku
di dalam ombak dan di dalam angin
wajahku terbias suci di balik cadar
102 JEMTERA TERKASA
PERPISAHAN
aroma selalu saja menggodamengajakku berlayar menuju dermagaimtiik menghirup kembali udarayang telah lama kulupa
kenapa mesti isak dan cucur air mata
menghantarku menempuhi waktu yang tak terhingga?
sedang perpisahan adalah bangunan jembatanmenuju pertemuan yang bebas dari rasa sakit dan kelaparandari kebencian dan pengkhianatan kehidupankarena dibakar kerinduan yang mendalam.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 103
Q Sajak-sajak A. Musthofa Bisri
TERTEGUN
Tertegun dalam kelabu
langitkuaku mencoba membayangkanmentari di balik gemawanyang sejak lama tak menyinari
rumah-rumah kalbu
Tertegim dalam pengapudaraku
aku berusaha menghirupsisa wewangian
yang bergugurandalam bunga-bunga layu
(Burung-burung berpatahansayapnya bahkan
berkaparanoleh racun dari kemasan
yang menyilaukan)
Tertegim dalam keruh
lautku
aku bertanya-tanyadalam kesendirian
masihkah batinmu menyimpanmutiara-mutiara biru?
Tertegun dalam pekatbumiku
104JENTERA TERKASA
aku memandang kosongtanah-tanah yang ditinggalkanatau diperebutkan
orang-orang gagu
(Meraba-raba dalam gelapnegriku
aku mencari-cari
merahputihkuyang terkoyak tangan sendiri)
R. Awal 1418
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 105
SAJAK ATAS NAMA
Ada yang atasnama Tuhan melecehkan TuhanAda yang atasnama negara merampok negaraAda yang atasnama rakyat menindas rakyatAda yang atasnama kemanusiaan memangsa manusiaAda yang atasnama keadilan meruntnhkan keadilanAda yang atasnama persatuan merusak persatuanAda yang atasnama perdamaian mengusik kedamaianAda yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaanMaka atas nama apa saja atau siapa saja
kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Rembang, Agustus 1997
106 JENTERA TERKASA
DI NBGBRIMU
Di negerimu
Manusia tidak pimya tempatKecuali di pinggir-pinggir sejarah yang mampat.
Inilah negeri paling anehdi mana keserakahan dimapankan
kekuasaan dikemcutkan
kemunafikan dibudayakantelinga-telinga disumbat harta dan martabat
mulut-mulut dibimgkam iming-iming dan ancaman.
Orang-orang penting yang berpesta setiap harimembiarkan leher-leher mereka dijerat dasiagar hanya bisa mengangguk dengan tegas
berpose dengan gagahdi depan kamera otomatis yang gagu.
Inilah negeri paling anehNegeri adiluhung yang mengimpor majikan asing dan sampah
Negeri berbudaya yang mengekspor babu-babu dan asapNegeri yang sangat sukses menemakkan kambing hitam dan
tikus-tikus
Negeri yang angkuh dengan utang-utang yang tak terbayarNegeri teka-teki penuh misteri
Di negerimu
Kebenaran ditaklukkan
oleh rasa takut dan ambisi
Keadilan ditundukkan
oleh kekuasaan dan kepentingan
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 107
Nurani dilumpuhkan
oleh nafsu dan angkara.
Di negerimu
Manusia hanya bisa
mengintip masalahnya dibicarakan -menghabiskan anggaran -
oleh entah siapa
yang hanya berkepentinganterhadap anggaran
dan dirinya sendiri.
Di negerimu
angin pun menjadi badaimatahari bersembunyi
bulan dan bintang-bintangtenggelam
burung-burung mati
bunga-bunga layu sebelum berkembangdan tembang menjadi sumbangpuisi menjadi tak indah lagi.
Barangkali yang tersisatinggal doa
dalam rintihan
mereka yang tersia-sia
dan teraniaya.
Rembang, 1998
108 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Bambang Supranoto
PUISI DAUN JATI
daun-daun jati tercampakdi jalanan lengangklakson bis memekakmemecah kesunyian
suara-suara rimba
bergema di ranting-rantingbisik tanpa rupaterlindas jalanan bising
jarak pun makin jauhmenelan tiang-tiang listriklengang sabdaMu gaduhjadi tugu terpaku bisik
1992
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 109
MESIU
mesiu bertaburan di mana-niana
pada bilik ketakutan manusiapada putaran jam yang menderamesiu bertaburan di mana-mana
kemarahan jadi bahasa jelasuntuk menjawab soal sampai timtaslalu letusan senapan
dan rudal yang diledakkan
suara hati kehilangan artitersisih jauh, kembali sunyijalan besi itu yang membaratak berambu tak punya tanda
mesiu bertabur di buku-buku doa
pada tasbih dan alat sembahyangpada liturgi yang gemetar dinyanyikanmesiu bertabur membangim suasana
110 JENTERA TERKASA
DI ATAS FERI PENYBBRANGAN
- selat madura
laut adalah bahasa yang menyatukan dermaga demidermaga
mendekatkan ombak dengan desau angindan lambaian cakrawala yang membuka panorama
kapal-kapal masih setia berlabuhdi antara deretan feri yang mengeluh panjangmembawa ratusan penumpang
yang menjadi pengembara dalam sekali jalan
selalu tak jelas arah dan geraksebab jalur yang dilaluiadalah peta buta yang telah dihapus para nahkodadi antara lapisan alim yang berkejaran di buritanalam memupus selalu rasa jemu
dengan bahasa rahasia dan suara-suara bisu
melayari selat yang terjebat makin akrabterasa dekat jarak pantai yang dulu tak tergapaiwaktu senantiasa mampu memburu perjalanan
jadi potongan-potongan skala yang ingin bertanda
deru mesin feri menyibak keramaian selattak putus-putus merengkuh ribuan penumpangmenjawab tantangan hari sampai jauh malammenumpang gelisah nuranimengepak sejarah yang tak hendak berhenti
Kudus, KPK 1997
Kunipulan Puisi Penyair Jawa Tengah 111
□ Sajak-sajak Darmanto Mugroho
KATEBELECE
Sejengkal tanahyang kutebus dengan darahtelah kau rampasdengan selembar kertas
Kudus, KPK, 1997
112 JENTERA TERKASA
PESTA
Di pesta ini
hanya ada darahmaka
makanlah
(selagi masih bisa)
Kudus, KPK, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 11.3
BAGHAWAT GITA
Siapa ptin
yang ada di depanmuadalah
musuh
Kudus, KPK 1997
114 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Jumari H.S.
AIR
air adalah lambang kehidupanjika mengalir mengajarimu berzikirjika diam mengajarimu bersembahyangjika bening mengajarimu bercerminjika keruh mengajarimu bertakbirjika kering kehidupan berakhir
air tak punya wamadan ada di mana-manatak berbau
selalu berMuara
kalau ia menjadi limbahbukan salahnyakalau ia menjadi lumpurbukan salahnyakalau ia menjadi racunbukan salahnyasebab ia adalah dirimu sendiri.
Kudus, 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 115
TASAWUF
seperti rumput pasrah pada musimaku mengibadahimu sepenuh batindengan kepala menunduk langitdengan jiwa sepasrah bumiaku lantunkan doa-doa semerdu suara seruling
mempesonai hening
lalu,
aku berusaha menjaring keajaiban-keajaibanMudengan dawai-dawai rindutanpa ragu!
o, alangkah indah wajahMuteduhkan diri
dalam damai Abadi.
116 JENTERA TERKASA
MERINDUKAN PERAHU NUH
selagi masih ada ombakudara tak akan habis
meski siang malambermiliar manusia menghirupnyabukankah kau merasakan sendiri
lewat pelayaran hidup yang bertanya-tanyaalangkah senangnyajika bertemu perahu Nuhdan melambai padamu.
Kudus, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 117
□ Sajak-sajak Maria Magdalena Bhoemomo
MENAFSIRKAN KICAU BURUNG
kicau burung pagi haridi atas dahan jatidi samping rumahbarangkali mengabarkan bencanabagi kitabagi pohon-pohon jatibagi negeri iniketika kapak dibiarkan mengamuksepanjang siang sepanjang malam
kicau burung sore haridi atas dahan waktu
di samping rumahbarangkali menggambarkan kematianbagi pikiran anak-anak mudatentang cuaca yang abaditentang badai buihyag hendak memporakporandakan negeri ini
kicau burung dalam sangkarbarangkali adalah doa mohon kebebasanbagi pikiran anak-anak mudauntuk mencoba membuat perahu sendiridan melayarkannya sendirimenuju zaman barumemperpendek jarak antara benua-benuakicau burung yang melintas di atas rumahbarangkali adalah kutukan
118 JENTERA TERKASA
kepada orang-orang tua yang ingin menjadi berhalaagar secepatya meninggal dunia
lalu menjadi mayat-mayat tanpa bungayang slap dikubnrkan tanpa air mata.
Kudus, 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tenyah 119
KUDA HITAM
kuda hitam yang dulu ditunggangi nenek moyangmutelah lama dikutuk menjadi seonggok batuanak-anakku bertanya, apakah seonggok batu itu kuda?aku tak mampu menjawabnya
mereka lantas menganggapnya sebagai kudamereka menungganginya dengan gembiramereka berlagak bagai pemburumereka akhimya menjadi batu
Kudus, 1995
120 JENTERA TERKASA
BELAJAR BICARA
belajar bicaradi musim pancarobalidah terasa kelu
hati selalu ragu
setiap kata
mudah diucapkantetapi setiap suara
bisa menjadi media pengkhianatanorang-orang belajar bicarakepada diriku sendirimeski setiap kata yang terucapmembuat diriku tergagap-gagap.
Kudus, 1997
Kutti/>uian Puisi Penya'trJawa Tengah 121
□ Sajak-sajakMuhsiSirat^
PENYAIR 2
kecemasan meliuk dalam jiwamumeraih penamenggoreskan kata-kata perihdan melukisi sajak-sajakmudengan cipratan darahkegelisahan yang pecahdinding batinmu selalubergetarmenangkap sinyal dan suarakecemasan semesta
1997
122 JENTERA TERICASA
MAKAN SIANG YANG MEWAH
inilah makan siang yang mewahcacahan daging dan kuah darah segarsahabatmu
mulut mimgilmu dengan lahap menyantapdan penuh gairah mensrutupmengalirkan butir-butir keringatmenjelma pijaran-pijaran apimerambati kujnr tubuhmu membakarmu!
Kudus, 1997
Kum|)ulan Puisi PenyairJawa Tengah 123
SAJAK HUJAN
sebagaimana para pecintahujan pun rindu mencumbudengan kata dari lidah yang kelu
dengarlah rinainya
suluk rindu para pencinta
diserap akar pepohonankuncup di daun-daunjadi embun kehidupan
Mlati Kidul, 1998
124 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajakMukti Sutarman Espe
BAHWA PADA AKHIRNYA
bertahun-tahun menghela perahudi kali-kali
akhimya kupaham kedalamanrahasia arus
"bahwa anginlah sebenarnyapenolak buritanlunas penentu haluan."
dan mengikuti jejak kiambangkukaji sifat airkapan di lubuk kapan di jeramsebelum tiba muaramemasuki teka-teki
"bahwa pada akhimyasegala pun sampaike laut
laut!"
Kudus, 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 125
KEHILANGAN HUTAN
kaubangun monumen di keramaiansebuah hutan
tanpa satwa, pepohonan bahkan rohkesunyian
lalu dari kubur waktu orang datangmencari riwayat, jejak kakiikon yang tertinggal pada masa lalupada yang bemama kenangan
tapi mengapa kaulupakan aroma getah?susah payah kuhidupkan kembali rimbadalam ingatan
aku kehilangan hutan
tapi mengapa kaulupakan suara liar satwa?susah payah kuhidupkan kembali belantaradalam bayangan
aku tetap kehilangan hutan
kaubangun monumen hutancuma monumen hutan
bukan hutan!
Kudus, 1998.
126 JENTERA TERKASA
KUDENGAR LAPARMU
kudengar rasa laparmuwahai, orang pulau terbakarlantaran kita seayah-ibulaparmu pun meremas lambungkulewat jarak dalam desir anginbukalah mulutmu, jiwamu
kita makan bersama di kesetiaan
antarinsan
setiap waktu di laparmu
kukirim sepiring puisi: nasi bagi sukma letih
setiap waktu di laparmukukirim nasi
: puisi bagi perut perih
kudengar rasa laparmu
saudaraku!
Kudus, 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 127
□ Sajak-sajak Muryana A. Saddys Asmara
RINDU GELANDANGAN PADA KAMPUNGHALAMAN
hari-hari kita ikan asin seratus peraksekarang makan besok tidakdi kampung nasi terbuang-buang dicibiri ayamdi perantauan daun pun jadi makanandi kampung ikan segar bahkan kucing bosandi sini ikan sindatan kita perebutkandengan lalat-lalat anjing jalanan
"O nikmatnya lapar!""betapa indah kemelaratan!"begitulah kita meghibur dirimenjelajah mimpi tiada hentimenggali-gali perigi relung hatimemanggang kemalasan di tunggu hariya, kita sisipkan sejengkal nasibdi ketegangan zamannapas tersengal diburu hutangasap kematian di pahit kopi yang mengkristal"ah, aku tak bisa!" katamu menggerutubegitulah kecengengan selalubikin seteru
tapi kita sama-sama gelandangantak baik bersitegang memperebutkanasap polusi jalanan di lalu lalang kendaraandi tengah kerinduan kampung halaman
128 JENTERA TERKASA
ya, sepanjang peijalanan menggelandangberkali ulang kita pulang balik ke belakangmasih adakah jejak sesal tertinggal?
Denpasar, 1996-1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 129
KASIDAH LAUT
berbahagialah laut
yang tak henti bertasbihdalam dawam zikir
sembahyang sepanjang waktu
berbahagialah gelombangyang tak henti menariruku' sujud sedalam hati
berbahagialah ombaktak henti-henti nyanyimentakbirkan jiwa
laut yang cintaberbahagialah ikan-ikanberenang dalam sembahyangsembahyang dalam gelombang
berbahagialah pasir
pesisir lambir debar zikirtasbih tahlil istighfarsuluksuluk lontar
hati yang nanar
negeri yang mawar
Denpasar, 1997
X30 JENTERA TERKASA
SEMBAHYANG RINDU
bahkan ombak pun menolak membawarinduku padamu
bersama angin kusembahyangkan dirimentasbihkan daun dan rumputmelambai jauh padamugelora doa di dzikir ombakmentasbikan pasir-pasir
menghampar sepanjang waktu
kini baru kutahu
rindu yang bertahxm kuwiriddi angin malam belum sampai padamu
seperti ombak pulang balik ke tepiannanya deru dzikirku yang lantang
seperti pekik pungguk memanggil bulantangisku mengiris lengangmenunggu kau datang
seperti menangkap bayang
di bancaran kilau cahayamuyang cerlang
Denpasar, 1997
Kumpulan PuisiPenyairJawaTengah 131
□ Sajak-sajak Puntadewa
OTOPSI
Kubakar buku-buku sastrakuagar engkau lega memandangkudi muka cermin kacamu
tak perlu aku berserukarena api adalah air matamengalir tak kenal artikekayaan tak perlu dibanggakan
Kubenamkan suaraku
agar engkau bebas melibaskudi sumur racunmu
karena tawa adalah gigi-gigimenggigit tak kenal artisiapa diri sebenamya
Kucatat kebebasanmu
agar engkau lupa menyapa dirimudi cermin-cermin yang lainwajahmu selalu berubahkarena waktu adalah sepidiam memanggang angan-anganmayat pun dibedah
Kudus, 1997
132 JENTERA TERKASA
TRAGBDI HATI
pro: Bung Prie G.S.
Kutangkap sesosok setansaat engkau malam-malam hadir mengibarkan benderatiang sunyi kemerdekaan kolusi sahabat
tak ada iringan lagu merdu dan doa-doa syahdubiar semua tahu
di hati ini menjelma tragedi
Kutangkap sesosok setan lainsaat engkau mencoba melirikkan rembulanmalam penuh bintang kedamaiantak ada kunang-kunang berkilaudi makam puisiku teronggok khayalantragedi hati anak tiri
Kutangkap suara-suara sumbangkeadilan terbuangsampang runyam berbelukar
di rawa-rawa kejujuran pecundang kematiangelak gagak menyeruakmenemukan bangkai di hati ini di ujung sendiri
Kudus, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 133
JABOTABEK
Sepotong ketela kumakan pagi-pagisaat mentari belum menari
mengiringi embun-embun berlarimencari-cari jati diri
Seteguk air putih menyapa lidahselamat pagi tuan
sudahkah bendera kelaparan tuan kibarkanbatu-batu nisan tuan gadaikansemen-semen tuan timbun di gudang kemarahanburuh-buruh kecil tuan beri sayap
biar terbang seperti debu-debu jalananhinggap di kebun singkongkurus juga badan bertulang kemauandan peluh-peluh berceceran
di tanah bebatuan
jika sebatang rokok terbakarasap mengepul tak henti-hentike mana tuan berjalanpabrik-pabrik diam tak menyapapohon-pohon meranggas pucat menunggu ajaldi pinggir jalanmatahari hadir
Kudus, 1997
134 JENTERA TERKASA
□ Scy'ak-sa/alc Rohadi Moor
JUMAT KEDUA
haruskah begini jauh kucari engkauwahai yang bersemayam tanpa jarakdengan nadiku
Kudus, 1997
Kunipulan Puisi PenyairJawa Tengah 135
EPISODE LELAKI
seorang lelaki tanpa wajahmelambaikan tangan pada masa depankuyang bermuara pada ketidakpastiangelisah yang membatu
selanjutnya kupahatkan huruf-hurufdan angka-angka pada setiap tarikan napas(amboi keindahan apakah begini wewangi
di langit-langit hati
ataukah cuma fatamorgana)
seorang lelaki
mencari-cari selembar wajahnyadi antara lipatan-lipatan waktu
Kudus, 1997
136 JEUTERA TERKASA
KANAK-KANAK
; Bambang Set
Lihatlah kanak-kanak bermain
niscaya kau temukan kejujuranserupa angin
mengalir bersama harapandalam kegembiraan permainansiapa saja bisa menjadi apa sajamaka jangan renggut kebebasannya
Lihatlah kanak-kanak duduk-duduk di kursi
bermain-main jadi mentribiarkan mereka beimimpi
Kudus, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 137
□ Sajak-sajak Rum Akip Kayoman
Bonjour Madame
kita selalu memiliki kesempatanmembaca kembali sejarah, menciptakankearifan dari kekeliruan masa lampau.mari ucapkan selamat pagi padasang tokoh nan anggun lagi flamboyan,berapa persen defisit hari ini, berapapersen inflasi, atau berapa mulutyang terpaksa diistirahatkan dari sekadarmakanan proletar, maria antoinette sangbidadari kebun anggur tokoh terkenalbertubuh sintal. kerling genit menghancurkansang raja louis quatorze, prancis meranarakyat lapar bangkit dengan tegar. bastillelambang angkara poranda. mereka serentak bergerak,hancurkan segala tanpa sisa.kita selalu memiliki kesempatanmembaca kembali sejarah. menciptakankearifan dari kekeliruan masa lampau.mari ucapkan selamat pagi padasang tokoh. berapa persen lagikah kenaikanharga, sebelum akhimya rakyat lapar bangkitdengan tegar.
Mlati Kidul, 98
138 JENTERA TERKASA
Seandainya
seandainya angin jangan ciptakanaku menjadi badai
seandainya badai jangan ciptakanaku menjadi gelombangseandainya gelombang jangan ciptakanaku menjadi mendungseandainya mendimg jangan ciptakanaku jadi petir
seandainya petir jangan ciptakanaku jadi api
seandainya api jangan ciptakanaku jadi berhala
sebab,
telah begitu banyak berhala yang
mereka sembah
Mlati Kidul, 98
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 139
Sketsa Air
pada arus air jiwakuterpaku dalam gulitakeperkasaan melayang pergientah ke mana bulan sembunyi
tak usah bertanya mengapa
badai ini kian menggilabahtera kita terlalu kecil
bagi harapan dan masa keemasantak usah tengok ladang di pesisirtapi mendekatlah...walau sekadar berdiang
pada kering tenggorokan
Mlati Kidul, 1998
140 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Sunardi K.S.
STATBMEN
berjanjilah kepada langitagar laut tak senantiasa surutikan-ikan biarlah leluasa berenangmatahari masih setia mengirim sinarlewat sela mega dan atap perahumuyang berlubang karena tua
ke mana perjalananangin telah bebas menimjukkan arahasal kau tetap waspada menjaga tiang layarmenyiasati hantaman ombak
di sanalah cakrawala
tujuan semestinya kita
Kumf)ulan Puisi Penyair Jawa Tengah 141
KALUT (2)
(sungai-sungai bumpatgot-got sekarat)
di sini
kau rindukan laut
penampung kesumatatau rindu akan kasih sayangmu sendiriyang terendapdengar, dengarlah bisik angindi musim pancarobakau simpan gelombang dalam karangkau simpan anginyang m6nyusup-nyusup hutanmematahkan ranting
(kau tetap setiadi menaramu yang sepitapi yang kau rasakankeriuhan hati
di dermaga
kapal-kapal datangkapal-kapal pergitapi kau telah kehilangan semangatmenenggelamkan kapal-kapalmu sendiripada lautan hatimu)
. . ̂ JENTERA TERKASA142
KITA BAKARI SENDIRI JERAMI-JERAMI
kita bakari sendiri
jerami-jerami milik kita
sehabis panentetapi angin kencang datang tiba-tibakita kuwalahan
api menjalar
ke sawah-sawah sebelah
yang bukan milik kita
menjilat pula ke dada-dada kita
sawah kita jadi hangusapi yang tampaknya segera padammasih menyimpan bara
abu-abunya ditiup angin kencangmuka-muka kiat menghitam
kita bakari sendiri
jerami-jerami kita
tapi masih beruntimgsawah-sawah ini tak menjadi retak-retakdan keras
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 143
□ Sajak-sajakYudhiMs
GERIMIS MALAM
gerimis runcing bertebarmelukai atap seng dan pengap kamarkau dan gelap terasingkan cuacamenggigir hati oleh kilas kisah lamaperadaban lemah cahaya
gerimis itu menggiris malammumenyebar aroma bimga ielayumenggemakan senyap tahlilyang menggiring usungan cekatilbagi sebuah sajak tak terambil
lalu menyelinap takut dan sesaldi antara selimut dan bantal"mengapa begitu cepatmengapa sebelum sempat"
Kudus, 1997
144 JENTERA TERKASA
SUNGAI
merenangi sungai bersama limbah dan
sampah, hanyut batinmu terseret ke arah
samudra, tempat bermuara segalakeriuhan orkhestra dunia
akan hal hulu, muasal sungai itu, takterlintas di kepalamu karena di sanatak lagi menarik gemericik bening airdan keheningan batu, itu pun harusditempuh dengan melawan arusyang sewaktu-waktu menelan-menelanjangijiwamu
Kudus, 1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 145
KU INGIN
ku ingin bentang sajadah seluas lautansetelah sia-sia tenggelam
di limbah peradaban
ku ingin sujud serunduk mmputsetelah sia-sia terhanyut
lumpur kehinaan berkabut
kuingin apungkan imansemesra pelangi berpendaranmenggapai kesejatian Kasih-Sayangagar damai merasuki ladang kehidupan
Kudus, 1997
146 JENTERA TERKASA
Sajak-Sajak
PENYAIR PEKALONGAN
147
□ Sajak-sajak Ahmad Marzuki
Hujan
Hujan semalaman menyegarKepengapan hidup seharianRumput teki mendongakmenggapai langitBasahan air memoles daun-daun bunga nona makan sirihyang lama menahan dahagasengatan surya tengah hariyang tak terhalang gumpalan awan
Sepasang burung Cici berjingkatdari dahan ke dahansebentar terbang berkejaranmenembus cerah pagi
Hujan semalaman menyejuk hatiAkankah kegundahan sima meresapbersama basuhan ke perut bumi
148 JENTERA TERKASA
Terdakwa
Sang terdakwa duduk di kursi tak berkaki
Ketukan palu mendebam di meja hakimpertanda pendewaan dimulai
Rentetan dakwaan ditembakkan dari lobang-lobang kekuasaanTulisan Saudara
ya tulisan Saudara di koran telah menggoncang tahtadewa-dewa di kahyanganTangan-tangan menolakBukan sayaSaya hanya menerima instruksi hatikalau begitu hati di penjaraSebentar
Ingsim nampi dawuh saka kamakalau begitu telinga di penjaraBegini
Saya diperintah mulutKalau begitu mulut di penjaraNanti dulu
Aku hanya diajak kakiIho
Mengapa kalian tak ada serasi
Mengapa kalian saling menghindar diriOh tidak
Kami hanya beda pendapat
Sidang memutuskan
tulisan dan ucapan Saudara mengganggu kententramankemapanan
kelanggengan tahta dewa-dewa
Demi ketenangan masyarakat marcapada
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 149
Saudara
Ya Saudara
harus dihentikan dari segala kegiatantermasuk kegiatan pemapasan
•|^5Q JENTERA TERKASA
Kasih Ibu
Angan menelusur sepanjang relAngan menjelajah pojok kotaAngan memeluk matahari dan bulan
Perempuan malam bergincu birumembuka kisah kasih palsu
Perempuan mole