Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI O MANGUNHARJOTAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama : Tuti HartatiNPM : 4011029Prodi : Pendidikan MatematikaDosen Pembimbing : 1. Dr. Fadli, M.Pd.
2. Dona Ningrum, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI O MANGUNHARJOTAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh Tuti Hartati 1, Fadli 2, Dona Ningrum3
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri O Mangunharjo tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu atau quasi eksperimen dengan desain penelitian berbentuk pre-test and post-test group. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri O Mangunharjo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 186 siswa, dan sebagai sampelnya adalah kelas VII.b yang diambil secara random. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Nilai rata-rata siswa untuk kelas yang diajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) sebesar 82,13. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan
uji-t pada taraf signifikan α=0 , 05 . Berdasarkan hasil perhitungann uju-t, diperoleh thit = 2,88> 1,697. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri O Mangunharjo tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL) secara signifikan tuntas.
Kata kunci: Model Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar, Matematika.
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang
pendidikan formal yang memegang peran penting. Matematika merupakan alat yang
dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi untuk menjadi
studi ataupun pemecahan masalah. Guru merupakan pihak yang berhubungan langsung
dengan siswa. Sehingga dalam memberikan evaluasi diharapkan lebih akurat, objektif,
dan mengoptimalkan hasil belajar.
Menurut Suprijono (2009:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik siswa yang dicapai setelah adanya
pengalaman dan kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 24 april 2015 yang dilakukan oleh
peneliti pada salah satu guru matematika di SMP Negeri O Mangunharjo mengatakan
bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah
metode ceramah. Ada beberapa masalah dihadapi oleh siswa yaitu: 1) siswa kurang
keberanian dalam mengungkapkan pendapat; 2) kebanyakan pasif di kelas dan hanya
menjadi penonton; 3) tidak ada umpan balik antara siswa dan guru sehingga siswa
kurang aktif.
Hasil belajar siswa masih tergolong rendah hal ini terlihat dari nilai ulangan
harian yang diperoleh siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan oleh sekolah itu yaitu 75. Berdasarkan informasi dari guru matematika
SMP Negeri O Mangunharjo bahwa ulangan harian matematika siswa pada pada
pembelajaran matematika siswa kelas VII yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 73 siswa atau 39,25% dari 186 siswa dan siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal 113 siswa atau 60,75% dari 186 siswa.
Melihat permasalahan masih rendahnya hasil belajar siswa dan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pelajaran matematika, maka salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melaksanakan
pembelajaran yang membuat siswa dapat berperan aktif sehingga materi matematika
yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajak siswa berperan aktif
dalam pembelajaran adalah model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran
berbasis masalah.
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pelajaran yang
menuntut siswa aktif, mandiri dan dapat menyelesaikan permasalahan matematika
yang berkatan dengan kehidupan sehari-hari. Model Problem Based Laerning (PBL)
merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi
ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari konsep ini diharapkan hasil belajar
akan meningkat dan bermakna. Proses pembelajaran akan berlangsung secara alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer
pengetahuan dari guru ke siswa.
Melalui model Problem Based Learning (PBL) tersebut diharapkan siswa
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapai hasil belajar
yang maksimal. Diharapkan yang dipelajari siswa berguna bagi hidupnya. Dengan
demikian siswa akan memposisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal
untuk hidupnya nanti.
LANDASAN TEORI
Menurut Jauhar (2011:88), model Problem Based Learning (PBL) atau
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan keterampilan
intelektual; belajar peranan orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman
nyata atau simulasi; serta menjadi pelajar mandiri.
Sedangkan menurut Uno dan Nurdin (2013:112), Problem Based Learning
(PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang yang
menggunakan masalah autentik sebagai sumber belajar, sehingga siswa dilatih berpikir
tingkat tinggi dan mengembangkan kepribadian lewat masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Rusman (2014:245), model Problem Based Learning (PBL)
merupakan suatu rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat
memberdayakan siswa untuk menjadi seseorang individu yang mandiri dan mampu
menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya dikemudian hari.
Langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
1) orientasi siswa kepada masalah; guru meminta pada siswa untuk memperhatikan
suatu kasus di LKS; 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; guru memberikan
petunjuk pada siswa untuk mengerjakan LKS dan mengarahkan siswa untuk
bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKS; 3) membimbing
penyelidikan kelompok; guru membimbing siswa untuk menyelesaikan masalah yang
di berikan dengan cara berkeliling mengamati pekerjaan siswa dan senantiasa
mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang masalah yang disediakan
untuk menggali apa yang difikirkan siswa; 4) mengembangkan dan menyajikan hasil
karya; guru meminta perwakilan tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya dan memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi; 5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah; guru membantu siswa
mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah dan memberikan penjelasan
mengenai hal yang berbeda antar kelompok.
Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian ini adalah
eksperimen semu atau quasi eksperimen. Eksperimen semu atau quasi eksperimen
disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti
cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.
Desain penelitian berbentuk pre-test and post-test group. Di dalam desain ini observasi
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.
Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test, dan observasi sesudah
eksperimen disebut post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri O Mangunharjo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah
186 siswa, sebagai sampel adalah kelas VII. b sebagai kelas eksperimen yang
diberikan perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Tes
yang digunakan adalah tes berbentuk soal uraian sebanyak 6 soal. Tes dalam penelitian
ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) materi
yang diajarkan. Teknis analis data dalam penelitian adalah uji-t, karena data
berdistribusi normal.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri O Mangunharjo Tahun Pelajaran
2015/2016, dimulai dari tanggal 21 September sampai dengan 21 Oktober 2015.
Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan lima kali pertemuan yaitu dengan rincian
satu kali pemberian pre-test, tiga kali mengadakan pembelajaran dengan model
Problem Based Learning (PBL) dan satu kali pemberian post-test.
Kemampuan awal siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based
Learning (PBL). Pemberian pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama tanggal 26
September 2015 dan diikuti oleh 31 siswa. Pelaksanaan pre-test ini berfungsi untuk
mengetahui kemampuan awal tentang suatu materi atau topik sebelum diberi
perlakuan. Soal yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari enam soal.
Untuk rekapitulasi hasil perhitungan nilai rata-rata dan simpangan baku pre-test
dalam lampiran C yang dapat dilahat pada tabel 1:
Tabel 1Rekapitulasi Data Hasil Pre-test
No Kelas N x S
1 Eksperimen 31 19,32 13,28
Dari hasil perhitungan data pre-test , dapat dikemukakan bahwa tidak ada
satupun siswa yang tuntas atau mendapat nilai ≥ 75 dan sebanyak 31 siswa mendapat
nilai < 75 atau tidak tuntas. Nilai terbesar 50 dan nilai terkecil 4 jadi rentang nilainya
adalah 46, rata-rata (x) nilai secara keseluruhan yaitu 19,32 dan simpangan baku (s)
yaitu 13,28. Ketuntasan yang dicapai yaitu 0%, jadi dari tes yang dilakukan nilai
ketuntasan siswa belum tercapai. Hasil analisis ini masih tergolong rendah disebabkan
siswa belum mendapatkan materi operasi bentuk aljabar sebelumnya. Jadi, secara
deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa sebelum diterapkan model
Problem Based Learning (PBL) ini adalah belum tuntas karena nilai rata-ratanya
kurang dari 75 (x < 75).
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi operasi bentuk aljabar
merupakan hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model
Problem Based Learning (PBL). Data mengenai kemampuan akhir siswa diperoleh
melalui post-test. Post-test ini dilakukan pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan
kelima pada tanggal 15 Oktober 2014. Soal tes yang digunakan berbentuk essay yang
terdiri dari enam soal.
Tabel 2Rekapitulasi Data Hasil Post-test
No Kelas N x S
1 Eksperimen 31 82,00 13,55
Berdasarkan hasil perhitungan data post-test (lampiran C), dapat dikemukakan
bahwa siswa yang tuntas atau mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 23 siswa (74,19%) dan
yang tidak tuntas atau mendapat nilai < 75 sebanyak 8 siswa (25,81%). Nilai terbesar
100 dan nilai terendah 47, rata-rata (x) nilai secara keseluruhan 82,00 dan simpangan
baku (s) yaitu 13,55. Jadi, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir
siswa setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL) ini adalah termasuk
kategori tuntas karena nilai rata-ratanya lebih dari 75 (x > 75).
Pembahasan
Sebelum diberikan perlakuan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) terlebih dahulu siswa diberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dan didapatkan rata-rata adalah 19,32. Hal ini disebabkan
peneliti belum menerapkan model Problem Based Learning (PBL).
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) selama 3
kali pertemuan dimana satu kali pertemuan terdiri 2 x 40 menit. Pembelajaran
mengunakan model Problem based Learning (PBL) yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks pembelajaran sehingga siswa lebih tertarik untuk
memecahkan manyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan
siswa lebih banyak senang memecahkan masalah. Oleh karena itu keterampilan siswa
memecahkan masalah semakin meningkat.
Pembelajaran dengan bantuan Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS
dalam model Problem Based Learning (PBL) dapat membantu dalam penyampaian
permasalahan kepada siswa serta member gambaran mengenai objek yang mewakili
suatu masalah sesuai dengan perkembangan siswa. Kelebihan LKS adalah dapat
menarik perhatian siswa karena LKS dibuat semenarik mungkin. Dalam pembelajaran
ini siswa belajar secara berkelompok, kelompok dibagi secara heterogen.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan
kelompoknya. Saat diskusi kelompok siswa harus aktif mencari informasi,
mengkontruk sebuah pengetahuan baru sesuai pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Pada saat siswa melakukan diskusi guru memberikan bantuan baik secara
individual maupun kelompok untuk membantu dalam pemecahan masalah. Setelah
diskusi guru memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas. Dari hasil pemecahan masalah dan
diskusi yang siswa lakukan siswa dapat menarik kesimpulan.
Pada pertemuan pertama siswa kebingungan dengan model pembelajaran yang
diterapkan namun pada pertemuan selanjutnya siswa dapat menyesuikan diri dengan
model pembelajaran yang diterapkan. Siswa harus aktif dan kreatif dalam
mendapatkan pemahaman tentang materi yang dipelajari. Peran guru juga tetap dalam
membimbing siswa. Dalam hal ini siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagasi
fasilitator. Pada pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
siswa sangat antusia mengikuti pembelajaran, hal tersebut dikarenakan siswa belum
pernah mendapat pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) selain
itu juga siswa tertarik pada LKS.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hasil belajar siswa yang
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). KKM yang ditetapkan SMP Negeri O Mangunharjo ini adalah 75.
Dapat terlihat bahwa siswa mengerjakan soal dengan cara mereka sendiri ini
menunjukkan bahwa siswa dapat merumuskan masalah dan menyelesaikan masalah
tersebut. Dengan terbiasanya siswa memecahkan masalah membuat siswa mudah
untuk mengerjakan soal-soal yang ada dan mengakibatkan hasil belajar siswa
meningkat.
Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) diberikan tes akhir (post-test) sebagai ntolak ukur keberhasilan
pembelajaran. Tes akhir dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2015. Berdasarkan
hasil post-test diperoleh nilai rata-rata adalah 82,00. Setelah dilakukan uji-t
menghasilkan bahwa t hitung> ttabel (2,88>1,697 ). Ini membuktikan bahwa hipotesis
dalam penelitian ini diterima.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri O Mangunharjo tahun ajaran 2015/2016
setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL) secara signifikan tuntas.
Rata-rata hasil belajar siswa setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL)
sebesar 82,00 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebanyak 74,19%. Kesimpulan
tersebut diperoleh dari data yang dianalisis menggunakan uji hipotesis pada taraf
signifikan ɑ=¿0.05 dan dk = 30menunjukkan nilai thitung 2,88 > ttabel 1,697 maka H0 tolak
Ha terima.
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Jauhar, M. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara