40
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kawasan Kota Semarang Penelitian ini dilaksanakan di Kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah yang secara geografis terletak pada 6 o 50’- 7 o 10’ LS dan 109 o 35’-110 o 50’ BT, dengan batas administrasi dan fisiografi: sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak; Sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal. Secara administratif, Kota Semarang dengan luas 373,70 Km 2 (37.370 ha) terbagi atas 16 wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan. Adapun fokus penelitian adalah Kawasan pesisir Kota Semarang dengan garis pantai sepanjang ± 13.6 km dan lebar 4 mil laut, yang mempunyai luas kurang lebih 19.160,08 ha.( data satelit IKONOS perekaman 13 Juni, 2009) terdiri dari luas wilayah daratan pesisir seluas 9.111,28 ha (47,6 %) dan luas wilayah perairan seluas 10.048,8 ha. (52,4%) meliputi 4 kecamatan, yakni: Genuk, Semarang Utara, Semarang Barat dan Tugu. Adapun untuk pengamatan dampak pengelolaan waterfront di pesisir Semarang, cakupan penelitian diperluas ke wilayah Kecamatan sekitarnya (wilayah Kota Semarang). Kawasan penelitian Kota Semarang secara geografis merupakan kawasan strategis yang terletak di jalur ekonomi nasional pantai utara Jawa dan merupakan daerah lintasan utama Jakarta- Surabaya. Kawasan Kota Semarang berada di dataran rendah hingga perbukitan, sebagai bentukan akibat adanya beberapa gunung dan pegunungan. Secara topografi, kawasan bagian utara terletak pada ketinggian antara 0- 25 m merupakan dataran rendah, sedang bagian Selatan antara 0 – 359 m. Kawasan berupa kelerengan dan dataran rendah dengan karakteristik: 1. Pesisir Utara Kawasan ini merupakan kawasan pesisir pantai yang ditargetkan sebagai fokus kajian wilayah studi desain kebijakan pengelolaan kota tepian air berkelanjutan, yang sementara ini merupakan kawasan pantai yang dibudidayakan sebagai kawasan tambak, Pelabuhan Tanjung Mas, serta menjadi daerah hilir/muara beberapa sungai besar.

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

93

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI

4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kawasan Kota Semarang

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah

yang secara geografis terletak pada 6o50’- 7o10’ LS dan 109o35’-110o50’ BT,

dengan batas administrasi dan fisiografi: sebelah Utara berbatasan dengan Laut

Jawa; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang; Sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Demak; Sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal.

Secara administratif, Kota Semarang dengan luas 373,70 Km2 (37.370 ha) terbagi

atas 16 wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan.

Adapun fokus penelitian adalah Kawasan pesisir Kota Semarang dengan

garis pantai sepanjang ± 13.6 km dan lebar 4 mil laut, yang mempunyai luas

kurang lebih 19.160,08 ha.( data satelit IKONOS perekaman 13 Juni, 2009)

terdiri dari luas wilayah daratan pesisir seluas 9.111,28 ha (47,6 %) dan luas

wilayah perairan seluas 10.048,8 ha. (52,4%) meliputi 4 kecamatan, yakni:

Genuk, Semarang Utara, Semarang Barat dan Tugu. Adapun untuk pengamatan

dampak pengelolaan waterfront di pesisir Semarang, cakupan penelitian

diperluas ke wilayah Kecamatan sekitarnya (wilayah Kota Semarang).

Kawasan penelitian Kota Semarang secara geografis merupakan kawasan

strategis yang terletak di jalur ekonomi nasional pantai utara Jawa dan

merupakan daerah lintasan utama Jakarta- Surabaya. Kawasan Kota Semarang

berada di dataran rendah hingga perbukitan, sebagai bentukan akibat adanya

beberapa gunung dan pegunungan.

Secara topografi, kawasan bagian utara terletak pada ketinggian antara 0-

25 m merupakan dataran rendah, sedang bagian Selatan antara 0 – 359 m.

Kawasan berupa kelerengan dan dataran rendah dengan karakteristik:

1. Pesisir Utara Kawasan ini merupakan kawasan pesisir pantai yang

ditargetkan sebagai fokus kajian wilayah studi desain kebijakan

pengelolaan kota tepian air berkelanjutan, yang sementara ini merupakan

kawasan pantai yang dibudidayakan sebagai kawasan tambak, Pelabuhan

Tanjung Mas, serta menjadi daerah hilir/muara beberapa sungai besar.

Page 2: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

94

2. Bagian Selatan, merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi yang

sudah tidak aktif lagi. Daerah ini merupakan daerah yang cukup subur,

banyak mata air, hulu sungai, serta tambang mineral. Bagian Timur dan

Tenggara terdapat daerah rawan banjir .

Luas Wilayah Pesisir : 9.111,28 ha Sumber : Hasil pemetaan menggunakan data Satelit IKONOS-1m Perekaman 13 Juni 2009 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang, 2010)

Gambar 4.1. Wilayah Pesisir Kota Semarang, 2009

Page 3: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

95

Gambar 4.2. Wilayah Perairan Kota Semarang

4.2. Kondisi Biofisik

4.2.1. Karakteristik Tepian Pantai

Pesisir pantai utara Semarang memiliki karakteristik bergelombang

rendah dan berpasir lumpur sehingga memiliki potensi pakan bagi burung-

burung air dan burung pantai. Secara geomorfologis wilayah pesisir Kota

Semarang merupakan dataran pantai yang membentang sepanjang garis pantai

dengan lebar bervariasi antara 2 – 5 km. Dengan ketinggian kurang dari 10 m

dan kelerengan kurang dari 2%. Secara karakteristik pantainya dapat

dikelompokkan menjadi 4(empat tipe), yaitu :

a. Pantai dengan relief rendah tersusun oleh pasir pantai

b. Pantai berelief rendah tersusun oleh endapan aluvium berupa paparan

lumpur ditumbuhi hutan bakau (mangrove)

Page 4: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

96

c. Pantai berelief rendah tersusun oleh endapan aluvium berupa paparan

lumpur tanpa mangrove.

d. Kawasan pantai yang telah mengalami pengaruh budaya manusia, yaitu

kawasan wisata, pelabuhan/niaga dan pemukiman.

4.2.2. Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Pesisir dan Lautan

Menurut Rais J (2004), Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan

laut dapat digambarkan oleh terjadinya fenomena alam seperti terjadinya pasang

surut, arus, kondisi suhu dan salinitas serta angin.

Berdasar Laporan Akhir Penyusunan Rencana Tata Ruang Pesisir Kota

Semarang, Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan,

Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Satker Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Jawa Tengah (2007), fenomena yang memberikan kekhasan karakteristik pada

kawasan pesisir Kota Semarang adalah:

Pasang Surut dan Muka Laut

Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir

periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari.

Gaya penggerak pasang surut di perairan Laut Jawa dipengaruhi oleh penetrasi

gelombang panjang pasut dari Samudra Pasifik yang melalui Selat Makasar,

membawa gelombang pasut bertipe diurnal dan juga dipengaruhi gelombang

pasut dari Samudra Hindia yang mempunyai kecenderungan bertipe pasut

semidiurnal. Pengaruh bentuk pantai dan topografi dasar dapat memodifikasi

pasang surut. Tipe pasang surut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi air

pasang-surut dalam satu kali (24 jam). Jika perairan tersebut mengalami satu kali

pasang dan satu kali surut dalam sehari, maka perairan tersebut tergolong bertipe

pasut tunggal. Selanjutnya jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam

sehari maka pasang surutnya tergolong ber tipe ganda. Selain dua tipe pasang

surut tersebut terdapat tipe pasang surut campuran.

Menurut Wirasatria (2006), tipe pasang surut di perairan Semarang

adalah campuran condong ke ganda dengan amplitudo bervariasi antara 1 m saat

pasang purnama dan 0,5 m pasang perbani. Perkembangan kedudukan muka laut

di perairan Semarang yang tercatat di Stasiun Pasut Semarang mengikuti pola

Page 5: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

97

linier dengan persamaan: Y = 4,8967 X – 9645,9 (R2 = 0,9636) dan laju kenaikan

sebesar 5,43 cm/tahun. Kenaikan muka laut global mengakibatkan kenaikan

muka laut di perairan Semarang sebesar 2,65 mm/tahun, laju penurunan tanah

yang terjadi di Stasiun Pasut Semarang sebesar 5,165 cm/tahun. Harga periode

pasang surut bervariasi dari 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

Pasang surut mempengaruhi sistem drainase melalui sungai dan saluran

yang langsung berhubungan dengan laut. Secara hidraulis aliran dalam sungai

dan saluran pada saat air pasang akan terjadi air balik, sehingga menghambat

aliran. Jika elevasi air pasang lebih tinggi dari tanggul dan/atau lahan di

sekitarnya maka akan terjadi limpas dan genangan banjir rob di lahan.

Dalam penyusunan Dokumen Master Plan Drainase Kota Semarang,

dipergunakan tinggi muka air laut rata-rata (Mean High Water Level = MHWL)

berdasarkan data yang diperoleh dari Perum Pelabuhan III Tanjung Emas

Semarang. Tabel Data Pasang Surut dapat dilihat di Lampiran 4 halaman 265.

Gelombang

Hasil pengukuran gelombang di perairan Semarang dengan posisi

geografis 110o21’55,0” BT 6o55’27,1” LS, yang dilakukan pada Juli dan Agustus

dapat diperkirakan, bahwa tinggi gelombang tertinggi mencapai 1,82 meter

dengan periode tertinggi 6,48 detik. Tinggi gelombang signifikan (Hs) dan

periode gelombang signifi kan (Ts) adalah 0,31 meter dan 3,88 detik (Sumber:

Laporan Akhir Departemen Kelautan dan Perikanan Satker Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Jawa Tengah (2007). Tinggi gelombang signifikan dan

periode gelombang signifikan pada bulan Juli adalah 0,24 meter dan 2,42 detik.

Bulan Agustus tinggi gelombang signifikan (Hs) 0,27 meter dengan periode

gelombang signifikan 2,62 detik.

Tabel 4.1 Tinggi Gelombang signifikan (Hs) dan Periode Gelombang Signifikan

(Ts) Bulan Agustus dan Juli

No Bulan Hs (meter) Ts (detik) 1 Juli 0,24 2,42 2 Agustus 0,27 2,62

Sumber: Laporan Akhir Departemen Kelautan dan Perikanan Satker Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah (2007)

Page 6: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

98

Kondisi dan Tingkat Abrasi dan Akresi Wilayah Pesisir Kota Semarang

Karena wilayah pesisir dipengaruhi sifat-sifat laut, maka wilayah pesisir

sering mengalami proses erosi/abrasi dan akresi. Berdasarkan peta topografi

tahun 1999 dan Data Citra Satelit ETM-7 Tahun 2003 terlihat adanya daerah

abrasi sebagaimana tercantum pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Luas Terabrasi Pantai Semarang

No. Lokasi Lebar Garis Pantai Terabrasi (m)

Luas areal (Ha)

1. Sungai Plumbon 1400 62 2. Pesisir Kel. Randugarut 650 32 3. Kaw. Marina dan Tj. Mas 900 19,5 4. Kaw. TPI Tambak Lorok 485 9,5 5. Kaw. Tambak Terminal Terboyo 765 31,5 Jumlah 4200 154,5

Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Tata Ruang Pesisir Kota Semarang, Departemen Kelautan dan Perikanan, Satker Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Tengah, 2007.

Daerah pantai yang terlihat mengalami akresi adalah sebelah barat

marina, tepatnya sisi barat sungai Siangker, dengan luas pertambahan daratan

sekitar 3,8 Ha berupa endapan pasir. Mengingat endapan tersebut masih bersifat

lepas, maka masih mungkin mengalami abrasi kembali dan berpindah ke lain

tempat. Sedangkan di Marina saat ini sedang dilakukan reklamasi dengan

melakukan pengukuran menggunakan material dari luar daerah.

Terjadinya erosi dan abrasi pada pesisir pantai Kota Semarang

mengakibatkan pergeseran/perubahan garis pantai secara signifikan yang

ditunjukkan oleh Gambar 4.1 Hasil pemetaan menggunakan data satelit

IKONOS-1m Perekaman 13 Juni 2009 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota

Semarang, 2010), seperti terlihat pada Gambar 4.2 Panjang Garis Pantai Kota

Semarang 2009, dan Gambar 4.3 Analisa Perubahan Garis Pantai menggunakan

metoda Color Wheel.

Page 7: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

99

Gambar 4.3. Pemetaan Garis Pantai Kota Semarang, 2009

Page 8: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

100

Gambar 4.4. Panjang Garis Pantai Kota Semarang

Gambar 4.5 Analisa Perubahan Pantai menggunakan Metode Color Wheel

Page 9: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

101

Arus di Pantai

Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai

(nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi di

pantai. Pola arus pantai ini ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang

dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai.

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang (Karakteristik

Perairan Laut dan Pemetaan Potensi Sumberdaya Perikanan di Kota Semarang

Sebagai Hasil Inventarisasi Data), karakteristik non-biofisik kelautan di

sepanjang pantai Kota Semarang memperlihatkan bahwa pasang surut yang

terjadi di Kota Semarang tepian pantai berpola campuran condong ke harian

tunggal. Amplitudo pasang surut di perairan Semarang relatif kecil dan berkisar

antara 5-22 cm. Sedangkan arah dan kecepatan arus perairan dipengaruhi oleh

pola arus di Laut Jawa yang sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh musim. Pada

musim barat yang berlangsung dari bulan Desember-Februari, arus bergerak

lebih cepat dari arah Barat menuju ke Timur dengan kecepatan arus berkisar

antara 38-50 detik. Pada musim Timur yang ( bulan Juni-Agustus), kecepatan

arus lebih lambat berkisar antara 12-25 cm/detik. Kota Semarang mempunyai

beberapa sungai besar yang bermuara ke wilayah garis pantai sehingga faktor

sungai sangat berpengaruh terhadap pola arus yang terbentuk.

Suhu dan Salinitas

Suhu dan salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting dalam

sirkulasi untuk mempelajari asal-usul massa air. Kedua parameter ini serta

tekanan menentukan densitas air laut. Perbedaan densitas akan menghasilkan

perbedaan tekanan yang memicu aliran massa air dari tempat yang bertekanan

tinggi ke tempat bertekanan rendah.

Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari; posisi matahari;

letak geografis; musim; kondisi awan; serta proses interaksi antara air dan udara,

seperti alih panas (heat), penguapan, dan hembusan angin. Suhu sangat

berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan

hidup dan pertumbuhan ikan. Pada umumnya laju pertumbuhan ikan akan

meningkat dengan kenaikan temperatur sampai batas tertentu. Secara tidak

Page 10: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

102

langsung pengaruh suhu mempengaruhi/mengurangi kelarutan oksigen dan gas-

gas lain dalam air.

Derajat Keasaman (pH)

Merupakan kondisi asam dan basa suatu perairan yang dapat digunakan

sebagai indeks kualitas lingkungan. Air yang netral atau sedikit basa umumnya

sangat ideal untuk biota laut, karena membantu konversi zat-zar organik menjadi

substansi yang dapat diasimilasi seperti ammonia dan nitrat.

Dari hasil pengukuran derajad keasaman (pH) dari 6(enam) lokasi pesisir

Semarang diperoleh nilai rata-rata 8.64. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 51 tahun 2004 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut

yang diinginkan berkisar antara 7-8.5, sehingga pesisir Semarang dianggap

kurang mendukung untuk usaha budidaya laut.

Siklus Hidrologi

Analisis aliran air atau kajian hidrologi Kota Semarangterdiri dari

hidrologi permukaan dan hidrologi bawah tanah. Hidrologi permukaan Kota

Semarang terbentuk oleh alur sungai dan saluran drainase yang ada.

Permasalahan dalam sungai/saluran di Kota Semarang adalah debit saluran dan

sungai yang tidak sebanding dengan volume air. Banyaknya daerah terbangun

mempengaruhi keadaan tersebut, terutama aliran air sehingga debit air pada

sungai-sungai tersebut juga semakin besar. Adanya sungai yang mengalami

penyempitan dan sedimentasi merupakan faktor penyebab terjadinya banjir

ataupun genangan (rob), khususnya wilayah pesisir Semarang.

Menurut Marfai MA. 2003. Dalam GIS Modelling of River and Tidal

Flood Hazards in a Waterfront City. Case study: Semarang City. Central Java.

Indonesia: Semarang merupakan water front city dimana banjir sungai dan rob

merupakan fenomena yang sering terjadi. Data dan informasi tentang distribusi

spasial, besaran dan kedalaman banjir serta pengaruh banjir terhadap penggunaan

lahan telah ditelaah dalam produk modeling diatas. Berbagai potensi bencana

yang terdapat di Kota Semarang adalah banjir sungai, banjir rob, tanah longsor

dan land subsidence. Banjir sungai disebabkan intensitas hujan yang tinggi

dibarengi dengan sistem drainase yang kurang memadai. Banjir rob terjadi

disebabkan air pasang yang melampaui daerah pantai. Sebagian daerah

Page 11: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

103

perbukitan Kota Semarang merupakan daerah yang rawan longsor. Yang

meliputi dua tipe longsor, yaitu kerawanan terhadap proses longsoran dan daerah

patahan aktif. Sementara itu, land subsidence merupakan masalah bahaya alam

yang semakin besar di Kota Semarang. Perkembangan land subsidence sangat

bervariasi dengan rata-rata 11.5 cm/th dan bahkan lebih sampai dengan 0,2 m/th.

Banjir

Banjir terutama terjadi pada musim hujan, akibat debit besar melam paui

kapasitas penampang aliran yang telah mengalami degradasi kapasitas. Hal ini

diakibatkan oleh hasil erosi dari hulu DAS atau Sub DAS-nya. Disamping

sedimentasi, penurunan fungsi & kapasitas sungai dan drainase perkotaan juga

disebabkan adanya bangunan-bangunan ilegal di bantaran atau bahkan badan

sungai atau saluran, yang mengurangi fungsi kapasitas luberan (High Water

Channel) dari palung sungai (Low Water Channel) diatas debit normal,

meningkatnya unit hydrograph debit banjir, dan semakin cepatnya waktu

konsentrasi debit akibat menurunnya fungsi resapan daerah tangkapan air (DAS)

nya pada waktu musim hujan. Sebaliknya juga, menurunnya baseflow debit

andalan menyebabkan kekeringan dimusim kemarau. Hal ini mengakibatkan

defisit Neraca Air yang berefek pada menyusutnya debit andalan. Dengan

meningkatnya konsentrasi konsentrasi beban kandungan kandungan limbah

termasuk sedimen akan terjadi penurunan kwalitas air.

Rob

Adalah suatu genangan yang disebabkan oleh : 1) Pasang surut

merupakan fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di

langit, terutama matahari dan bulan terhadap masa air laut di bumi. Pasang surut

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap drainase, melalui sungai dan

saluran yang berhubungan dengan laut. Secara hidraulis aliran dalam sungai dan

saluran pada saat air pasang akan terjadi air balik, sehingga menghambat aliran.

Jika elevasi air pasang lebih tinggi dari tanggul dan atau lahan di sekitarnya

maka akan terjadi limpas dan genangan banjir rob di lahan.

2) Penurunan permukaan tanah yang disebabkan pemadatan/konsolidasi di area

pesisir, yang umumnya terdiri atas lapisan allufial yang masih bersifat

compressive ditambah lagi dengan akibat pengambilan air tanah berlebihan yang

Page 12: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

104

tidak diimbangi dengan kemampuan pengisian air tanah, serta naiknya muka air

laut sebagai dampak pencairan es di North Pole dan South Pole akibat

pemanasan global.

Banjir, Rob dan penanggulangannya memang tidak dibahas secara khusus

karena diluar fokus pembahasan “water front city” dengan paradigma baru:

banjir dan rob tidak di tanggulangi dan diatasi, tetapi dengan penyesuaian dan

memelihara harmoni dengan air .

4.2.3. Ekosistem Sungai dan Estuaria

Pemanfaatan Daerah Sungai dan Estuaria

Kondisi lapangan menunjukkan banyaknya sampah di Muara Sungai

Banjir Kanal Barat, yang diduga oleh adanya DAS yang melintasi wilayah

pemukiman padat, hal ini merupakan penyumbang limbah terbesar.

Air tanah

Sistem akuifer air tanah yang dijumpai di wilayah pantai Kota Semarang

berupa air tanah bebas dan air tanah tertekan. Akuifer bebas berupa sumur-sumur

dangkal dengan kedalaman air tanah berkisar 0,2 m – 4 m dari muka tanah

setempat dan beberapa dijumpai sebagai airtanah dalam. Kondisi sumur-sumur

dangkal di daerah dataran rendah ini sebagian berair tawar dan sebagian lagi

payau karena dekat pantai maupun rawa.

Air Permukaan

Air permukaan pada umumnya berupa sungai dan badan-badan air yang

menggenang seperti rawa, bendungan, dan tambak. Pada wilayah pantai Kota

Semarang mengalir beberapa sungai yang tergolong besar adalah Kali Banjir

Kanal Timur, Banjir Kanal Barat, Kali Semarang, Kali Beringin dan Kali Babon.

Disamping itu masih banyak lagi sungai-sungai kecil yang mengalir didaerah

pantai, seperti Kali Tapak, Kali Tugurejo, Kali Jumbleng, Kali Buntu, Kali

Silandak, Kali Siangker, Kali Tawangsari, Kali Asin, Kali Banger, Kali

Tenggang, dan Kali Sringin. Sungai-sungai tersebut hingga kini masih berfungsi

ganda, baik sebagai saluran drainase maupun saluran pembuangan limbah.

Page 13: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

105

4.2.4. Biota Perairan

Biota Perairan berupa nekton atau ikan. Nekton adalah organisme

makroskopik yang berenang secara aktif dalam air. Nekton yang mempunyai

nilai ekonomis adalah yang digolongkan dalam ikan pelagis seperti Selar,

Tembang, Kembung, Teri. Nekton yang tergolong ikan demersal adalah Petek,

Manyung, Pari, Bawal serta Tigawaja. Nekton tersebut terkait erat dengan

kondisi muara, pantai atau pesisir yang ditumbuhi mangrove, maupun perairan

teluk sebagai penyedia, pelindung, tempat berpijah maupun pembesaran. Nilai

Jenis nekton yang tergolong ikan karang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi

di perairan Kota Semarang antara lain ikan ekor kuning. Ikan-ikan tersebut

cenderung bersifat residensial, menggunakan terumbu karang sebagai tempat

penyedia makanan, pelindung, tempat berpijah maupun pembesaran. Strategi

konservasi kawasan dan eksploitase yang terjadwal akan memberikan hasil

eksploitasi yang optimal berkelanjutan.

a. Indeks Keanekaragaman

Menurut Laporan Akhir Departemen Kelautan Dan Perikanan Satker

Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah (2007), hasil analisis

indeks keanekaragaman di perairan Kota Semarang menunjukkan nilai berkisar

antara 0,53 – 1,85. Sebagian besar stasiun pengambilan sampel memiliki nilai

indeks keaneka ragaman berada antara < 1 yang menandakan kondisi komunitas

berada pada pencemaran sedang sampai pencemaran cukup tinggi. Pada kondisi

ini, ekosistem sangat rawan terhadap perubahan lingkungan, seperti penambahan

bahan pencemar (polutan) ke perairan. Nilai indeks keanekaragaman rendah

dijumpai di Air Laut Bagan Tancap perbatasan Kaliwungu, yaitu sebesar 0,53.

4.2.5. Ekosistem Alami

Ekosistem alami bernilai tinggi adalah: hutan mangrove, padang lamun

dan terumbu karang.

a. Mangrove

Luas sebaran mangrove di pantai Kota Semarang sebesar 15 Ha,

sedangkan potensi idealnya adalah seluas 325 Ha.(Semarang dalam angka, 2007)

Page 14: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

106

Dengan demikian masih terdapat kekurangan lahan mangrove seluas 310 Ha

yang perlu dilakukan penanaman kembali.

Tabel 4.3 Kondisi fisik mangrove di Kota Semarang

Parameter Unit % Panjang pantai 25 km - Luas mangrove 15 ha - Mangrove kondisi baik 4 ha 26,67 Mangrove kondisi kritis 11 ha 72,33 Luas mangrove ideal *) 325 ha -

*) Data hasil perhitungan perkalian antara panjang pantai (25 km)x 130 m

Tabel 4.4 Potensi mangrove di wilayah pantai Semarang Desa/Kelurahan Luasan Mangrove Pantai

(m) Jenis Mangrove Kondisi

Mangrove Kemungkinan Penghijauan

Ketebalan Panjang Terboyowetan 6 750 Rhizophora sp.

Avicenia sp *** Mungkin

Tambaklorok - - - - Sulit Tambakharjo 10 1000 Rhizopora sp.

Avicenia sp * Mungkin

Mangunharjo 15 1500 Rhizopora sp Avicenia sp

* Mungkin

Tugu 6 500 Rhizophora *** Mungkin

Keterangan: * = rusak/sedikit ; ** = cukup ; *** = baik ; **** = baik sekali • Mangrove membentuk 279 kelompok-kelompok kecil • Luas minimum yang berhasil dipetakan adalah 0.015 ha • Rerata luas kelompok 0.3 ha • Luas kelompok maksimum 8.58 ha

Sumber: Laporan Akhir Departemen Kelautan dan Perikanan Satker Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah (2007)

b. Padang Lamun

Sangat disayangkan bahwa sangat sedikit lamun yang tumbuh di pesisir

Semarang sehingga dalam penelitian ini bisa di abaikan.

c. Terumbu Karang

Perlu disayangkan bahwa terumbu karang di pesisir Semarang telah rusak

sama sekali sehingga pada penelitian ini dapat di abaikan. Dalam rangka

peningkatan kualitas ekosistem laut dan produktifitas perikanan di perairan Kota

Semarang, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Semarang Propinsi Jawa

Page 15: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

107

Tengah memperkenalkan teknik terumbu karang buatan dan transplantasi karang

kepada masyarakat khususnya para nelayan.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi

4.3.1 Indikator Sosial dan Kependudukan

a. Jumlah dan Perkembangan Penduduk

Total penduduk perkotaan Kawasan Perkotaan Semarang mencapai

1,453,549 jiwa ( Semarang Dalam Angka, 2007). Pada daerah-daerah yang

berbatasan dengan Kota Semarang dan dilewati oleh jalur Pantura,

perkembangan yang disebabkan oleh faktor migrasi cukup signifikan jumlahnya.

Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Kota Semarang sebagai magnet

perkembangan dan adanya jalan Pantura sangat mempengaruhi keputusan orang

untuk datang dan berdomisili di daerah tersebut. Kota Semarang dan Pantura

sebgai koridor nasional masih menjadi tujuan dari wilayah-wilayah sekitarnya.

b. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Distribusi dan kepadatan penduduk di Kawasan Kota Semarang ditinjau

perkecamatan pada tahun 2007 dapat dilihat pada data di lampiran 13 halaman

312 . Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan dengan luas wilayah 373,70 km2

Kepadatan penduduk terbesar di Kota Semarang terdapat pada

Kecamatan Semarang Selatan yaitu 14.460 jiwa/km2. Kepadatan penduduk

tinggi cenderung terdapat di Kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah pusat

kota atau Central Bisnis Distrik (CBD), yaitu Kecamatan Semarang Timur,

Semarang Tengah, Gayamsari, Candisari dan Semarang Utara dengan kepadatan

mencapai lebih dari 10.000 jiwa/km2. Untuk kecamatan-kecamatan yang terletak

di wilayah pinggiran Kota Semarang cenderung memiliki kepadatan yang lebih

rendah, antara 700 sampai 7.000 jiwa/km2 ( Lampiran 6, halaman 267).

4.3.2. Perekonomian Wilayah

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di samping dapat berdampak pada peningkatan

pendapatan, juga akan berpengaruh pada pendapatan daerah.

Page 16: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

108

Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Semarang per tahun dapat

dilihat dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Rata-rata pertumbuhan Ekonomi per tahun 2005 – 2009

No Tahun Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Pertahun (%) 1 2005 5,14 2 2006 5,71 3 2007 5,98 4 2008 5,59 5 2009 *

Sumber: Semarang dalam angka 2008

*belum diperoleh data

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Peningkatan laju pertumbuhan PDRB selama lima tahun mengalami

peningkatan rata-rata 4,40% per tahun. Adapun pertumbuhan sektor

ekonomi Kota Semarang Tahun 2004 – 2008 menurut Lapangan Usaha

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kota Semarang menurut

Lapangan Usaha atas dasar harga konstan 2000. No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian - 1.91 -28.13 -9.66 3.37 4.25

2 Pertambangan & Penggalian 6.11 4.94 8.41 3.72 2.72

3 Industri Pengolahan 2.13 3.10 5.61 4.30 4.16

4 Listrik, Gas & Air Minum 3.99 3.88 3.38 10.87 5.97

5 Bangunan 12.90 6.89 6.86 3.27 3.91

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 3.62 7.15 4.08 4.31 4.56

7 Pengangkutan & Komunikasi 1.68 10.37 8.87 3.79 5.75

8 Keuangan, Persewaan & Js. Perus. -9.46 7.48 2.75 2.49 4.34

9 Jasa-jasa 12.77 2.27 6.40 3.56 4.00

PDRB Total 3.40 4.97 5.11 4.10 4.43

Sumber: PDRB Kota Semarang Tahun 2008, Bappeda dan BPS Kota Semarang

Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh angka PDRB atas dasar

harga konstan 2000 merupakan salah satu indikator untuk melihat

keberhasilan pembangunan. Pada tahun 2007, PDRB Kota Semarang naik

Page 17: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

109

menjadi 18.142.639,96 (Juta Rupiah) dari 17.118.705,28 (Juta Rupiah)

tahun sebelumnya. Ini berarti daerah semakin mampu menggali potensi

ekonomi yang ada, sehingga akan semakin besar PDRB dan PAD-nya

sehingga mampu meningkatkan keuangan daerah dalam menunjang

pelaksanaan otonomi daerah (Lampiran 4 halaman 265 dan Lampiran 5

halaman 266). Tabel 4.6 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan seluruh

sektor pada tahun 2007 dan 2008 menunjukkan pertumbuhan positif.

Sektor Listrik, Gas dan Air Minum mengalami pertumbuhan paling besar.

Peningkatan output sektor listrik berkaitan dengan fungsinya sebagai

penyedia kebutuhan masyarakat dan perkembangannya searah dengan

perkembangan penduduk dan perkembangan ekonomi di suatu wilayah.

Lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB tahun

2008 atas dasar harga berlaku adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran sebesar 30,83 %, dan seterusnya adalah Sektor Industri

Pengolahan sebesar 27,33%; Sektor Bangunan 14,87%; Sektor Jasa-jasa

11,78%; Sektor Angkutan dan Komunikasi 9,66%; Sektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,86%; Sektor Listrik, Gas dan Air bersih

1,31%; Sektor Pertanian 1,19%; Sektor Pertambangan 0,16%.

Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang sangat besar

didorong oleh adanya pusat pelayanan perekonomian yang berskala

regional maupun nasional. Sementara, sektor industri pengolahan, baik

industri besar maupun industri sedang yang memberikan kontribusi yang

cukup besar terhadap PDRB Kota Semarang dapat dijumpai

persebarannya antara lain di Kecamatan Genuk dan Ngaliyan, dan

sebagian kecil terletak di Kecamatan Tugu dan Semarang Barat.

c. Potensi Pertanian dan Perkebunan

Tanah sawah relatif tidak banyak terdapat di Kota Semarang. Dari luas

tanah yang ada, tanah sawah hanya mencakup 6,4% dari total luas

wilayah. Sumberdaya pertanian di Semarang meliputi tanaman pangan

pertanian, tanaman perkebunan dan perikanan. Berdasarkan data Statistik

tahun 2008, luas tanah sawah yang ada di wilayah pesisir Semarang, yaitu

Page 18: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

110

Kecamatan Genuk, Semarang Timur, Semarang Utara, Semarang Barat

dan Tugu adalah 576 ha. Tanah sawah yang ada di Kecamatan Semarang

Timur dan Semarang Utara adalah 0 ha, sedangkan luas tanah

kering/tegalan adalah 920.57 ha. Potensi pertanian padi terbesar di

daerah pesisir Semarang adalah Kecamatan Tugu dan Genuk.

d. Sumberdaya Perikanan

Sumberdaya Perikanan Kota Semarang dipenuhi dari : (1) Sarana dan

Produksi Perikanan Tangkap dan (2) Perikanan Budidaya dan Tambak

Sarana dan Produksi Perikanan Tangkap

Dalam rangka mendukung kegiatan perikanan tangkap,

menggunakan sarana penunjang berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI ) : Tambaklorok dan Boom lama.

Tabel 4.7 Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2002 – 2006

Tahun P R O D U K S I (Kg)

PPI Tambaklorok PPI Boom Lama

2002 333.546 90.191

2003 199.445 64.074

2004 76.672 37.306

2005 21.092 10.036

2006 14.996 0

Produksi perikanan tangkap sebagian besar di daratkan di TPI

Tambaklorok, disebabkan selain lokasi TPI Tambaklorok berdekatan

dengan pasar ikan Pasar Kobong, aktivitas para tengkulak pembeli hasil

tangkapan telah terbentuk dengan baik.

Terlihat banyak mengalami penurunan produksi diduga

disebabkan oleh penurunan aktivitas penangkapan akibat kenaikan BBM,

penurunan sumberdaya perikanan terutama pada jalur 1 (one fishing,

didominasi oleh alat tangkap tradisionil). Sehingga diwilayah ini terjadi

padat kapal dan padat tangkap yang berdampak pada terjadinya over

fishing

Page 19: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

111

Potensi Perikanan Budidaya

Secara umum luas lahan untuk perikanan budidaya mengalami

penurunan terutama budidaya tambak. Penurunan luas areal ini diduga

diakibatkan pemanfaatan luas areal untuk non perikanan dilahan pesisir

semakin meningkat untuk kawasan pemukiman, industri dan lain-lain.

Menurunnya produksi ini diduga disebabkan oleh tidak

berproduksinya lahan tambak akibat kegagalan panen, dan berkurangnya

areal pertambakan yang digunakan untuk diluar bidang perikanan.

Bila dilihat dari data nilai produksi perikanan budidaya, juga

terjadi penurunan yaitu sebesar Rp. 7.744.000.000,- pada tahun 2006 dan

Rp. 10.252.000.000,- pada tahun 2004.

Menurunnya nilai produksi ini secara umum diakibatkan oleh

menurunnya jumlah produksi tambak . Sumbangan terbesar yang

dihasilkan dari penjualan hasil panen budidaya tambak adalah udang,

yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp. 5.441.000.000,- kemudian ikan

bandeng Rp. 2.079.000.000,- . Sampai saat ini budidaya bandeng dan

udang masih di unggulkan dalam budidaya tambak di Kota Semarang.

e. Potensi Pariwisata

Lokasi wisata di daerah pesisir Kota Semarang yang termasuk kategori

lokasi rekreasi pantai adalah Komplek Pantai Marina dan Kawasan

Wisata Tanjung Mas. Kedua lokasi tersebut terletak bersebelahan dan

letaknya strategis karena berdekatan dengan Jalan Lingkar Utara Kota

Semarang. Di Komplek Wisata Marina kondisi alamnya telah dibuat

sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat bermain perahu, berenang

atau sekedar menyaksikan laut terbuka. Sedangkan di Tanjung Mas yang

semula didesain “lagoon buatan”, sekarang tanggulnya telah terabrasi

sehingga kolamnya menyatu dengan laut terbuka. Jalan yang dibuat

mengelilingi kolam telah rusak dan mengganggu kenyamanan

pengunjung.

Potensi pengembangan pariwisata terdiri dari wisata bahari

kerakyatan, wisata pantai modern, wisata budaya/belanja/kuliner, wisata

Page 20: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

112

perairan darat atau kombinasi. Pada kawasan wisata bahari/pantai

disyaratkan untuk menerapkan konsep ekowisata. Ekowisata dapat

dikatakan bukan hanya sebagai salah satu corak kegiatan pariwisata

khusus, melainkan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan

lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian.

Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari wisata bahari di

dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu:

1) Ekowisata bergantung pada kualitas sumberdaya alam,

peninggalan sejarah dan budaya.

2) Melibatkan masyarakat

3) Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam,

nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya

4) Tumbuhnya pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional

5) Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan.

Adapun jenis kegiatan wisata bahari yang dapat/sudah dikembangkan di

Kota Semarang terdiri atas:

a) Wisata pantai kerakyatan di kawasan muara sungai Plumbon

b) Wisata pantai modern diarahkan pada optimalisasi pantai Marina

c) Kegiatan wisata perairan darat dikembangkan di kawasan folder

Tawang.

Adanya kendala kualitas air yang menimbulkan aroma tidak sedap dapat

diatasi melalui pendekatan biologis dengan mengisi jenis ikan tertentu

yang mampu mengekstraksi permasalahan kualitas air tersebut,

disertai/tanpa deairasi.

4.4 Tinjauan Potensi Tepian Pantai Per Kecamatan Wilayah Penelitian

Dari uraian diatas dan bersumber Katalog BPS, Kecamatan dalam angka 2008,

potensi per Kecamatan wilayah penelitian bisa di sarikan sebagai berikut:

4.4.1 Kecamatan Tugu

Pantai ber-relief rendah, tersusun oleh endapan aluvium dengan substrat

pasir dan ada pula sebagian wilayah pantai bersubstrat lempung dan pasir.

Page 21: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

113

Kondisi arus relatif tenang sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan mangrove.

Luas areal Kecamatan Tugu adalah seluas 2.985,99 Ha (IKONOS-1m Perekaman

13 Juni 2009), dengan penggunaan areal tanah sebesar 656,92 Ha (22%) sebagai

tanah sawah, dan sebesar 2.329,07 Ha (78%) berupa tanah kering terdiri dari:

pekarangan untuk bangunan (20,30%), tegalan/kebun (9%), lapangan/padang

rumput (0,40%), tambak (67%) dan lainnya (3,30%).

Jumlah penduduk 26.976 orang dengan mata pencaharian sebagai petani

(4,70%), buruh (49,65%), nelayan (1,53%), pedagang/pengusaha (7,50%),

pegawai negeri/ABRI dan pensiunan (4,98%), dan jasa lainnya (31,64%).

Jumlah industri: industr besar dan sedang (26), industri keci (17), dan industri

rumah tangga (11). Kawasan industri berkembang pada daerah pinggiran Kota

Semarang yaitu koridor Tugu-Kaliwungu. Kawasan industri ini perlu

dimantapkan karena dapat berfungsi sebagai generator pertumbuhan wilayah,

dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang serta ditopang dengan

kebijakan yang mendukung. Kawasan industri yang ada harus dibatasi

perkembangannya agar tidak masuk ke dalam CBD kota dan tidak mengkonversi

lahan produktif yang ada, karena potensi pencemaran yang ditimbulkan.

a. Potensi Sumberdaya Alam

Mangrove

Kawasan mangrove di Kecamatan Tugu benar-benar mengalami

degradasi tingkat tinggi dimana tepian pantainya telah kehilangan sebagian besar

ekosistem mangrovenya karena telah dikonversi menjadi perumahan,

pertambakan, pariwisata dan usaha perubahan lainnya. Dari hasil survey

KeSEMAT, 2008, ditemukan 21 spesies mangrove di Kecamatan Tugu dengan

luasan vegetasi mangrove dari kriteria jarang hingga lebat, dengan kerapatan

masing masing: Station I Tugurejo mempunyai kerapatan paling luas yaitu

13.300 ind/Ha, Station II di perbatasan dengan kerapatan 11.100 ind/Ha dan

Station III Karanganyar dengan kerapatan 9.700 ind/Ha. Melihat kondisi

parameter lingkungan perairan yang berada dalam batas normal dan terdapat

beberapa vegetasi mangrove yang masih bagus, maka dengan didukung oleh

partisipasi masyarakat, daerah bagian barat Kecamatan Tugu sangat

Page 22: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

114

memungkinkan untuk dijadikan daerah hutan lindung atau kawasan wisata alam

(ecotourism) berbasis sistem Sylvofishery (wisata mangrove di pematang

tambak) seperti di kawasan Mangrove Information Center (MIC) Bali.

Di sekitar muara Sungai Beringin, Kecamatan Tugu terdapat jalur pohon

mangrove 3 lapis sepanjang 500 m. Pohon mangrove yang ada dari jenis

Rhizophora sp. dan Avicenia sp. Tinggi pohon antara 2-3 m. dalam keadaan

baik dan memungkinkan untuk penghijauan. Mangrove membentuk

kelompok kecil.

Di wilayah pantai Kelurahan Mangunharjo, terdapat mangrove sepanjang

1500 m dengan ketebalan 15m dalam keadaan sedikit rusak tetapi masih

memungkinkan untuk penghijauan.

Di sekitar perbatasan dengan Kabupaten Kendal terlihat ada upaya

penghijauan mangrove Rhizophora sp. Dibeberapa lokasi terdapat spot-

spot pohon mangrove jenis Avicenia dan juga Rhizophora sp. Terlihat

adanya abrasi di wilayah ini yang perlu mendapatkan perhatian dari

pemerintah. Dulunya pohon mangrove tersebut tertanam di pematang,

disebabkan terkena abrasi dan erosi area tersebut tenggelam dan tercipta

spot-spot tersebut dengan kedalaman air sekitar 1 m.

Potensi Terumbu Karang

Meskipun terumbu karang di pesisir Kota Semarang boleh dikatakan telah

punah, berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota

Semarang dalam rangka peningkatan kualitas ekosistem laut dan produktifitas

perikanan di perairan pantai Kota Semarang dengan cara pembuatan terumbu

karang buatan (artificial reef) dengan teknik transplantasi karang. Survey

dilakukan pada tahun 2006, dengan hasil yang merekomendasikan bahwa lokasi

Perairan Karanganyar, Kecamatan Tugu dipilih sebagai kawasan penenggelaman

terumbu karang buatan dan transplantasi.

Sebagai tindak lanjut hasil survey penentuan lokasi, telah dibuat dan

melaksanakan penenggelaman terumbu karang buatan pada tahun 2007.

Sedangkan kegiatan transplantasi karang telah dilakukan pada tahun 2008.

Page 23: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

115

Produksi perikanan

Luas areal perikanan budidaya tambak seluas 841,90 Ha (2006) bisa

menghasilkan 379 ton ikan per tahun: bandeng (206 ton), udang (136,70 ton) dan

lainnya, dengan total nilai Rp. 6.340.000.000,- (2006). Produksi ikan budi-daya

mengalami penurunan dari tahun ketahun yang disebabkan oleh tidak

berproduksinya lahan tambak akibat kegagalan panen dan berkurangnya areal

pertambakan yang digunakan untuk keperluan lain. Kecamatan Tugu merupakan

penghasil ikan budi-daya terbesar di Kota Semarang

Produksi pertanian

Dengan tanah sawah seluas 22% dari total area, Kecamatan Tugu dan Genuk

merupakan produsen padi terbesar diseluruh Kota Semarang tepian air.

Potensi Wisata

Wisata bahari dan wisata perahu menjadi kesatuan dengan wisata kerakyatan

muara sungai Plumbon, dengan memanfaatkan potensi wisata hutan mangrove

Potensi Industri

Berdasarkan RTRW Kota Semarang, Kecamatan Tugu merupakan wilayah BWK

X yang diperuntukkan sebagai kawasan industri. Terdapat dua kawasan industri

utama, yaitu: Kawasan Industri Guna Mekar dan Kawasan Industri

Wijayakusuma, dengan jenis-jenis industri: furniture, garment, elektronika,

pengolahan kayu, bahan kimia, bahan makanan dan minuman, dan juga berfungsi

sebagai gudang penyimpanan produk.

4.4.2. Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara

Merupakan kawasan pantai yang telah mengalami pengaruh budaya

manusia, yaitu kawasan wisata, pelabuhan/niaga dan pemukiman. Pada bagian

barat, pantai berrelief rendah tersusun oleh endapan aluvium berupa paparan

lumpur, mempunyai potensi untuk ditumbuhi hutan mangrove (semula ditumbuhi

mangrove, tetapi sayangnya telah dibabat untuk program-program reklamasi),

sedangkan dibagian timur, pantai berrelief rendah tersusun oleh endapan aluvium

berupa paparan lumpur tetapi tidak ditumbuhi mangrove. Luas areal Kecamatan

Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara adalah seluas 3.417 Ha

(IKONOS-1m Perekaman 13 Juni 2009) dengan penggunaan areal tanah sebesar

Page 24: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

116

9,23 Ha (0,27%) sebagai tanah sawah, dan sebesar 3.407,77 Ha berupa tanah

kering terdiri dari: pekarangan untuk bangunan (72,93%), tegalan kebun

(0,82%), tambak (2%), dan lainnya (24,25%). Jumlah penduduk 286.115 orang

dengan mata pencaharian: buruh (18%), nelayan (1,28%), industri (13,78%),

pedagang/pengusaha (8,95%), jasa (47,47), PNS/ABRI/pensiunan (10,52%).

Jumlah dan kepadatan penduduk sangat tinggi, diatas 10.000 jiwa per km. dan

ber ada di wilayah Central Bisnis Distrik (CBD)

Potensi Sumberdaya Alam

b. Mangrove

Di sepanjang wilayah pantai Tambak Lorok dapat dikatakan sudah

tidak terdapat pohon mangrove, karena di wilayah tersebut

dimanfaatkan untuk kegiatan pelabuhan dan pendaratan.

c. Potensi Perikanan Budidaya

Kec. Semarang Barat dan Kec. Semarang Utara mempunyai luas areal

tambak sebesar 111,50 Ha. dan Sungai 12,25 Ha.dengan hasil ikan

48,7 ton per tahun (2006)

d. Potensi Pariwisata

Wisata pantai modern diarahkan pada optimalisasi pantai Marina dan

Kawasan Wisata Tanjungmas. Kegiatan wisata perairan darat

dikembangkan di kawasan folder Tawang. Adanya kendala kualitas

air yang menimbulkan aroma tidak sedap dapat diatasi melalui

pendekatan biologis dengan mengisi jenis ikan tertentu yang mampu

mengekstraksi permasalahan kualitas air tersebut, disertai/tanpa

deairasi.

4.4.3. Kecamatan Genuk

Pantainya merupakan kombinasi antara berelief rendah tersusun oleh

endapan aluvium berupa paparan lumpur dan sebagian yang lain tersusun oleh

pasir pantai. Luas areal 2.708,38 Ha (IKONOS-1m Perekaman 13 Juni 2009),

dengan penggunaan areal tanah sebesar 289,40 Ha. berupa tanah sawah dan

sebesar 2.418,98 Ha. berupa tanah kering yang terdiri dari pekarangan untuk

bangunan dan halaman (47%), tegal/kebun (31%), tambak (15,50%), lain-lain

Page 25: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

117

(6,50%). Jumlah penduduk 80.600 orang dengan mata pencaharian sebagai

petani (5,20%), buruh (53,45%), nelayan (0,11%), pengusaha (2,72%),

pedagang/pengusaha (11,91%), jasa (25,55%), dan PNS/ABRI (1,06%).

Kawasan industri juga berkembang pada daerah pinggiran Kota Semarang yaitu

koridor Genuk-Sayung. Sama halnya dengan kawasan industri di koridor Tugu-

Kaliwungu, kawasan industri ini perlu dimantapkan karena dapat berfungsi

sebagai generator pertumbuhan wilayah, dengan menyediakan sarana dan

prasarana penunjang serta ditopang dengan kebijakan yang mendukung. Di sisi

lain, kawasan industri yang ada harus dibatasi perkembangannya agar tidak

masuk ke dalam CBD kota dan tidak mengkonversi lahan produktif yang ada,

karena potensi pencemaran yang ditimbulkan.

Potensi Sumberdaya Alam

a. Mangrove

Sama halnya yang terjadi di Kecamatan Tugu, kawasan mangrove di

Kecamatan Genuk juga mengalami degradasi dan kehilangan sebagian

besar ekosistem mangrovenya karena konversi lahan. Menurut survey

KeSEMAT 2008, di tepian pantai Kelurahan Trimulyo Kecamatan

Genuk, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan lagi antara

pertambakan penduduk dengan lautan lepas karena degradasi lahan

yang menyebabkan abrasi.

Gambar 4.10 Pemetaan Area Mangrove Juni 2009 di Kecamatan Genuk

Page 26: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

118

Disepanjang pantai antara Sungai Babon dan Sungai Seringin Desa Terboyo

Wetan terdapat jalur tumbuhan mangrove setebal 20 m sepanjang 500 m.

Mangrove tersebut terutama dari jenis Rhizophora sp. dan Avicenia sp. dengan

ketinggian yang bervariasi dari yang < 1 m hingga 4 m. Kondisi jalur mangrove

ini baik dan sangat mungkin untuk dilakukan penanaman mangrove untuk lebih

meningkatkan kondisi nya. Selanjutnya di sebelah barat Sungai Seringin di

sebelah utara Terminal Bus Terboyo terdapat spot-spot pohon mangrove dari

jenis Rhizophora sp (Lihat Gambar 4.10)

Sama halnya dengan Kecamatan Tugu, Kecamatan Genuk juga

membutuhkan langkah-langkah penyelamatan /konservasi mangrove karena

mempunyai potensi yang sangat baik untuk pertumbuhan mangrove. Dengan

pemetaan area mangrove dengan resolusi tinggi, jumlah luasan mangrove bisa

terpantau secara detil (Lihat Gambar 4.11)

Gambar 4.11 Pemetaan Area Mangrove Menggunakan Data Satelit Resolusi

Tinggi, 2009

Page 27: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

119

b. Potensi Perikanan Budidaya

Kecamatan Genuk mempunyai areal tambak seluas 27,72 Ha.dan areal

Sungai seluas 32,15 Ha. untuk perikanan budidaya

c. Produksi Pertanian

Dengan tanah sawah seluas 10,65 % dari total area, maka Kec. Genuk

merupakan produsen pertanian berupa padi terbesar kedua setelah Kec Tugu.

d. Potensi Industri

Menurut Inkantrani B.P, 2006, pembangunan di kawasan industri Genuk

sudah melebihi daya dukung lingkungan yang ada. Dalam arti, lingkungan

yang ada sudah tidak mampu lagi mendukung kehidupan mahluk hidup

diatasnya akibat pembangunan/kegiatan industri. Dengan kata lain daerah

Genuk sudah tidak layak lagi untuk dikembangkan sebagai kawasan industri.

Menurut Peta Tata Guna Lahan Bagian Wilayah Kota, Kecamatan Genuk

masuk kedalam BWK IV, dengan Kawasan Industri: Terboyo Semarang,

Terboyo Megah, LIK Bugangan Baru dan Wilayah Industri sepanjang jalan

Kaligawe.

4.5 Kebijakan Umum Pemerintah Kota Semarang

4.5.1 Visi dan Misi

Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah

Kota Semarang Tahun 2005 – 2010, visi dan sekaligus tujuan pembangunan

jangka menengah Kota Semarang adalah “Semarang Kota Metropolitan Yang

Religius Berbasis Perdagangan dan Jasa” sebagai landasan bagi tahap

pembangunan berikutnya sebagai ukuran tercapainya pembangunan lima tahun

mendatang, maka ditetapkan arah kebijakan umum dalam kerangka pencapaian

sasaran pokok:

1. Mewujudkan pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang religius

melalui peningkatan kualitas keimanan dan ke taqwaan, pendidikan dan

derajad kesehatan masyarakat dengan memperbesar akses bagi warga

masyarakat kurang mampu, pengembangan olahraga, penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi

Page 28: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

120

2. Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah menuju tata kelola

pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas pelayanan publik,

kemandirian keuangan daerah, pengembangan profesionalisme aparatur

serta didukung oleh infrastruktur kepemerintahan yang berbasis pada

teknologi.

3. Memantapkan perwujudan tatanan kehidupan politik, sosial dan budaya

yang demokratis serta memperkokoh ketertiban dan keamanan yang

kondusif melalui upaya penegakan hukum dan peraturan, pengembangan

budaya tertib dan disiplin serta menjunjung tinggi hukum dan Hak Asasi

Manusia (HAM).

4. Memantapkan kinerja pertumbuhan ekonomi kota secara terpadu dan

sinergi diantara para pelaku ekonomi yang berbasis pada perdagangan dan

jasa, mendorong kemudahan ber-investasi, penguatan dan perluasan

jaringan kerjasama ekonomi lokal, regional dan internasional.

5. Mewujudkan perlindungan sosial melalui penanganan penyandang

masalah kesejahteraan sosial, anak jalanan, gelandangan dan pengemis,

yatim piatu, korban bencana, perlindungan anak dan keluarga,

pemberdayaan perempuan, dan peningkatan peran pemuda.

6. Mewujudkan terselenggaranya kegiatan penataan ruang yang konsisten

bagi terwujudnya struktur dan pola tata ruang yang serasi, lestari dan

optimal didukung pengembangan infra struktur yang efektif dan efisien

serta pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang

berkelanjutan.

4.5.2 Kebijakan Eksisting mengenai Pengelolaan Kota Semarang Tepian

Pantai

Kota Semarang secara fisik terdiri dari tiga kawasan makro, yaitu

kawasan pantai dan laut, kawasan dataran rendah, dan kawasan atas (kawasan

perbukitan).

Setiap kawasan memiliki karakteristik masing-masing yang harus disesuaikan

dengan konsep pengelolaannya.

Page 29: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

121

1. Kawasan Pantai dan Laut

Terletak di bagian utara Kota Semarang yang merupakan jalur

pantai utara Jawa. Memiliki potensi pengembangan ekonomi yang

cukup kuat , didukung oleh faktor sejarah dan aksesibilitas, namun

kawasan ini memiliki kendala dan batasan pengembangan yang

disebabkan oleh: banjir, rob, penurunan muka tanah, dan lain-lain.

Konsep pengembangan kawasan ini adalah:

Pengembangan Jalan Menyisir Pantai (berfungsi:

Pengembangan Pantai, Jalan dan Sabuk Pantai

Reklamasi Pantai (Pengembangan Water front City Pantai)

Pengembangan kolam tampung air (retarding basin)

Pengembangan Hutan Bakau

2. Kawasan Dataran Rendah

Meliputi kawasan pusat kota yang banyak berfungsi sebagai

kawasan permukiman dan perdagangan. Kawasan yang sangat

potensial untuk dikembangkan, karena pembangunan dapat dilakukan

dengan sangat optimal. Adapun konsep pengelolaan yang akan

diterapkan pada kawasan ini adalah:

Efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan ruang melalui

pengembangan bangunan bertingkat (High Risk Building)

Pengembangan perdagangan dan Jasa

Pengembangan permukiman perkotaan modern (Apartemen,

Rumah Susun)

3. Kawasan Atas (Perbukitan)

Menjadi area pengembangan dan konservasi yang dapat

menyeimbang kan kondisi fisik di Kota Semarang. Area

dikembangkan sebagai penampung luberan perkembangan kegiatan

perkotaan kota bawah. Perkembangan diatur dengan tetap

mempertimbangkan keseimbangan antara kawasan terbangun dan non

terbangun, kepadatan bangunan, kawasan resapan air, dan konservasi.

Konsep pengembangan kawasan ini adalah:

Pengembangan Permukiman Kepadatan Rendah

Page 30: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

122

Sedang

Pengembangan fungsi ekonomi perkotaan yang mendukung

fungsi ekologis, seperti: kawasan wisata hutan kota, taman

buah, taman rekreasi air (danau/embung), pertanian

hydroponik, dan lain-lain.

4.5.3 Kebijakan Tentang RTRW Kota Semarang Tahun 2000-2010.

Sebagaimana diatur di dalam Perda Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2000 – 2010,

telah ditetapkan kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan yang berfungsi

budidaya. Kawasan Lindung meliputi kawasan yang melindungi di bawahnya,

kawasan lindung setempat, dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang

melindungi kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan

>40% yang tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan Lindung setempat

adalah kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan

sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan yang

mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah. Kegiatan budidaya

dikembangkan dalam alokasi pengembangan fungsi budidaya.

4.5.4 Kebijakan Tata Ruang Wilayah Tepian Pantai

Tata Ruang Wilayah Tepian Pantai belum diatur secara khusus dan

sementara masih mengikuti aturan Tata Ruang Wilayah Pesisir yang merupakan

suatu ekosistem yang komplek yang dipengaruhi oleh sistem geofisik, sistem

biologis, sistem sosial ekonomi, sistem perencanaan dan pengelolaan serta sistem

pengawasan dan penegakan hukum.

Kebijakan nasional yang memuat arahan kebijakan mempengaruhi

pengembangan wilayah pesisir dan laut Kota Semarang. Beberapa dokumen

yang digunakan dalam pemanfaatan ruang pesisir adalah Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN) dan arahan kebijakan sektoral (Sektor transportasi

laut, industri dan perdagangan, pariwisata dan kesenian, pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi). Menurut Widodo A 2005, pendekatan yang

Page 31: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

123

digunakan dalam penyusunan RTRWN adalah menggunakan prinsip dasar dalam

penataan ruang darat, laut dan udara dan pendekatan wilayah.

Dasar dalam penataan ruang terdiri dari fungsi utama kawasan yaitu

kawasan lindung dan kawasan budidaya, aspek administrasi yang terdiri dari

RTRWN, RTRWP, RTRW Kota/Kabupaten, aspek fungsi kawasan dan kegiatan

yang terdiri dari kawasan perkotaan, kawasan pedesaan, dan kawasan tertentu.

4.5.5 RTRW Pesisir Kota Semarang

Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Kota Semarang merupakan bagian

dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang yang diatur dalam Perda Kota

Semarang Nomor 5 Tahun 2003 dan mengacu pada pasal 7 UU No. 24 tahun

1992 tentang penataan ruang, dimana kawasan sempadan pantai merupakan

kawasan lindung yang berfungsi untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup

untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan.

1. Kawasan garis pantai menjadi potensi pengembangan yang spesifik untuk

dapat menampung kegiatan rekreasi, ekonomi perikanan dan kehidupan

nelayan.

2. Kawasan ekonomi dasar dikonsentrasikan ber sama-sama dengan

kawasan pelabuhan.

3. Kawasan kota bawah merupakan daerah datar yang mempunyai potensi

keruangan yang efektif, tempat berkembangnya pusat-pusat kegiatan

perkotaan dan permukiman untuk mengembangkan kegiatan

perekonomian, selain sebagai kawasan perlindungan

4. Kawasan kota bawah harus didukung oleh pengembangan drainase yang

baik dan perlindungan daerah genangan.

Kawasan sempadan pantai mempunyai manfaat penting dalam

mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Lokasi kawasan sempadan pantai

Kota Semarang meliputi Kecamatan-kecamatan: Tugu, Semarang Barat,

Semarang Utara dan Genuk, kecuali pada daerah khusus yang ditentukan sebagai

daerah wilayah kerja pelabuhan. Kegiatan yang diperkenankan adalah yang dapat

mendukung pelestarian tebing atau garis pantai dari abrasi dan infiltrasi air laut,

Page 32: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

124

pembangunan prasarana, khususnya untuk perhubungan. Kepemilikan kawasan

sedapat mungkin dipertahankan sebagai tanah negara.

RTRW Kota Semarang ditetapkan dengan Perda No. 01 Tahun 1999

menggantikan Perda 02 Tahun 1990 tentang Rencana Induk Kota Semarang.

Didalam RTRW Kota Semarang memuat tentang kependudukan, Rencana

Struktur Pengembangan Bagian Wilayah Kota, Rencana Sistem Transportasi dan

Rencana Pengaturan Bangunan.

Proses penyusunan RTRW Kota Semarang Tahun 1995 sampai dengan

2000 dilakukan melalui beberapa tahap. Langkah I adalah melakukan evaluasi

terhadap rencana tata ruang sebelumnya. Dari evaluasi ini didapatkan bahwa

sebagian perkembangan Kota Semarang tidak konsisten dengan rencana tata

ruang yang mengaturnya yang disebabkan oleh perkembangan kota Semarang

yang kurang di antisipasi dalam proses penyusunan rencana tata ruang

sebelumnya. Dari tahapan evaluasi rencana tata ruang Kota Semarang

sebelumnya selain akan dihasilkan kesimpulan tentang perlunya revisi terhadap

rencana tata ruang tersebut, juga akan diperoleh pemahaman terhadap

perkembangan Kota Semarang baik fisik maupun non fisik serta rencana

perkembangan baik global, nasional maupun regional. Dengan memperhatikan

hal tersebut, maka disusun RTRW Kota Semarang yang baru.

4.5.6. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Semarang

a. Rencana Tata Guna Lahan Kota Semarang

Menurut Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Rencana Program Investasi

Jangka Menengah (RPIJM), BAPPEDA Kota Semarang 2009, Rencana tata guna

lahan Kota Semarang lebih banyak diperuntukkan sebagai kawasan permukiman,

konservasi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Persentase untuk kawasan

permukiman sebesar 34,4 % sedangkan kawasan konservasi dan RTH sebesar

28,8%. Persentase kawasan permukiman leih tinggi karena jumlah penduduk

yang semakin meningkat akan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tempat

tinggal sehingga perlu tersedianya lahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Kebutuhan peruntukan lahan kawasan konservasi dan RTH sangat

penting untuk menghindari terjadinya bencana seperti banjir dan tanah longsor.

Page 33: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

125

Selain itu juga untuk menjaga keseimbangan antara kawasan terbangun seperti

peruntukan kawasan permukiman, industri, perdagangan jasa dan lain-lain

dengan kawasan yang diperuntukkan sebagai daerah resapan air yaitu kawasan

konservasidan RTH. Peruntukan tata guna lahan yang lain antara lain: jalan

12,5%, industri 8,97%, dan campuran 3,35%.

Definisi Ruang Terbuka Hijau: Menurut Departemen Pekerjaan Umum,

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open

spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan

vegetasi (endemik) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung

yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,

kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.

Menurut UU Tata Ruang, kriteria kota yang nyaman ditinggali adalah

masyarakat dapat mengartikulasikan seluruh aktifitas sosial, ekonomi, budayanya

dengan tenang dan damai. Kota aman dan tenteram, terbebas dari gangguan dan

bencana, adaptif dengan perubahan iklim, warga bisa berke giatan dengan

produktif dan mengaktualisasi jati dirinya. Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal

30% (20% publik, 10% privat).

Berdasarkan PERMEN PU No.5 tahun 2008 memberikan pengertian

Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, tang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang

tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam.

Ruang terbuka hijau dapat dikelompokkan berdasarkan letak dan

fungsinya sebagai berikut:

Ruang terbuka kawasan pantai (coastal open space)

Ruang terbuka di pinggir sungai (river flood plain)

Ruang terbuka pengaman jalanbebas hambatan (green ways)

Ruang terbuka pengaman kawasan bahaya kecelakaan di ujung

landasan Bandar Udara.

Sumber: UU No. 26 Tahun 2007; Permen PU No. 5 Tahun 2008.

Ruang Terbuka Hijau merupakan besaran yang diukur berdasarkan

intensitas ruang terbuka hijau, yaitu proporsi antara Ruang Terbuka Hijau untuk

Page 34: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

126

penghijau an dengan luas petak tanah suatu peruntukan. Berhubung setiap

kecamatan suatu wilayah/kota mempunyai luasan Ruang Terbuka Hijau yang

berbeda, maka dilaku kan perencanaan penetapan besaran luasan Tata Ruang

Hijau yang berbeda pula, dimana setiap kecamatan ditentukan besar minimal

RTH berdasar potensinya, dengan batasan bahwa secara keseluruhan RTH

minimum kota tersebu adalah 30%. Sebagai contoh:

1. Pada wilayah perkotaan (kecamatan), karena luasan Ruang Terbuka se

makin kecil akibat meningkatnya lahan terbangun, maka besar luas an

RTH di arahkan minimal 15%- 25% dari total luas wilayah kecamatan

2. Pada wilayah Ruang Pedesaan Kota, yang relatif Ruang Terbuka Hijau

masih besar, besaran luasan RTH diarahkan minimal sebesar 25% - 40%

dari total luas wilayah kecamatan pedesaan

b. Rencana Kawasan Lindung

Kawasan lindung ditetapkan dalam pemanfaatan ruang memiliki fungsi

utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup

sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta sosial-budaya di

wilayah tepian pantai guna kepentingan pembangunan Kota Semarang yang

berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah

timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup di wilayah tepian pantai Kota

Semarang. Sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah untuk meningkatkan

fungsi lindung terhadap: tanah, air, iklim, tumbuhan & satwa, nilai sejarah &

budaya bangsa, serta mempertahankan keaneka ragaman tumbuhan, satwa, tipe

ekosistem, dan keunikan alam. Sumberdaya dan ekosistem pesisir yang rusak

perlu dilindungi dan diperbaiki (rehabilitasi), sedangkan sumberdaya dan

ekosistem yang masih baik perlu dilakukan perlindungan dan pengawetan

(preservasi). Kawasan Lindung meliputi kawasan yang memberikan

perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan

suaka alam dan cagar budaya dan kawasan rawan bencana.

Kawasan Perlindungan Setempat

1. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

Page 35: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

127

pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai

yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai

minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

2. Pengembangan zona sempadan pantai direncanakan berupa

pengembangan sabuk hijau mangrove maupun sabuk hijau vegetasi

pantai yang dapat berupa tanaman pesisir yang kuat (pohon kelapa,

cemara laut, asam jawa, asam keranji, dsb.)

3. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk

sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat

penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

c. Persepsi Ruang Terbuka Hijau ( minimum 30%) Merupakan besaran yang diukur berdasarkan intensitas ruang terbuka

hijau, yaitu proporsi antara Ruang Terbuka Hijau untuk penghijauan dengan luas

petak tanah suatu peruntukan. Berhubung setiap kecamatan suatu wilayah/kota

mempunyai luasan Ruang Terbuka Hijau yang berbeda, maka dilaku kan

perencanaan penetapan besaran luasan Tata Ruang Hijau yang berbeda pula,

dimana setiap kecamatan ditentukan besar minimal RTH berdasar potensinya,

dengan batasan bahwa secara keseluruhan RTH minimum kota tersebu adalah

30%. Sebagai contoh:

1. Pada wilayah perkotaan (kecamatan), karena luasan Ruang Terbuka

se makin kecil akibat meningkatnya lahan terbangun, maka besar luas

an RTH di arahkan minimal 15%- 25% dari total luas wilayah

kecamatan

2. Pada wilayah Ruang Pedesaan Kota, yang relatif Ruang Terbuka

Hijau masih besar, besaran luasan RTH diarahkan minimal sebesar

25% - 40% dari total luas wilayah kecamatan pedesaan

Dasar penetapan Ruang Terbuka Hijau minimom 30% adalah

Permendagri nomor satu (1) tahun 2007, Undang-undang no 26 tahun 2007

tentang penataan ruang, dimana berdasar Pasal 29, luas RTH 30% dari luas

wilayah kota terbagi 20% Ruang Terbuka Hijau Publik dan 10% RTH privat.

Page 36: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

128

Kawasan Suaka Alam dan Budaya

Kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis

tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya (zona lindung) serta keragaman

budaya.

1. Cagar Budaya merupakan warisan budaya dan pendukung kelestarian

budaya yang perlu dilakukan keberadaannya serta memiliki

keanekaragaman dan fungsi edukasi.

Tabel 4.8 Rencana Kawasan Lindung di pesisir Kota Semarang No. Sebaran Lokasi I. Kawasan Perlindungan

Setempat 1. Kawasan

Sempadan Pantai

BWP Barat: Sepanjang pantai di BWP Barat

BWP Tengah: Sepanjang pantai BWP Barat

BWP Timur:Sepanjang pantai di BWP Timur

3. Kawasan Sempadan Sungai

BWPBarat:Kanan-Kiri sungai yang melintas

BWP Tengah: kanan-kiri sungai melintas

BWP Timur: kanan-kiri sungai melintas

II. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

1. Kawasan Cagar Budaya

BWP Tengah: Kawasan Kota Lama dan Maerokoco

2. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

BWP Timur: kawasan mangrove Terboyo Kulon

BWP Barat: kawasan mangrove Tugu

III. Kawasan Rawan Bencana Alam

1. Kawasan Rawan Abrasi

BWP Barat: Tugurejo, Mangunharjo, Randugarut, Karanganyar, dan Mangkang Wetan (Kec. Tugu) dan Tambakharjo (Kec. Semarang Barat)

BWP Timur: Trimulyo dan Terboyo Wetan (Kec. Genuk)

2. Kawasan Rawan Akresi

BWP Timur: Terboyo Wetan (Kec. Genuk)

3. Kawasan Rawan Rob/ Banjir

BWP Barat : Kec. Semarang Barat

BWP Tengah: Kec. Semarang Utara

BWP Timur: Kec. Genuk Sumber: Tim Penyusun RTRP Kota Semarang, 2008.

Page 37: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

129

2. Cagar Budaya merupakan warisan budaya dan pendukung kelestarian

budaya yang perlu dilakukan keberadaannya serta memiliki

keanekaragaman dan fungsi edukasi.

3. Kawasan Pantai Berhutan Bakau adalah kawasan pesisir laut yang

merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi

memberi perlindungan kepada biota (Spawning & nursery ground) bagi

fauna tipe Psammo-phytophill di pantai dan laut. Perlindungan terhadap

kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk melestarikan habitat vital

hutan bakau dan tempat berkembang biaknya berbagai biota laut

disamping sebagai perlindungan pantai dan pengikisan air laut serta

pelindung usaha budidaya di belakangnya. Kriteria kawasan pantai

berhutan bakau adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air

pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah

ke arah darat.

Kawasan pantai berhutan bakau (mangrove) di wilayah pesisir Kota

Semarang yang direncanakan untuk dilindungi terdapat di BWP Barat dan

BWP Timur ( Kawasan mangrove Tugu, Mangunharjo dan kawasan

mangrove Terboyo Kulon).

Kawasan Rawan Bencana Alam

Adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana

dapat berupa kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tsunami, kawasan

rawan banjir, kawasan rawan abrasi, kawasan rawan gerakan tanah.

1. Kawasan Rawan Abrasi merupakan kawasan yang rawan terjadi

penggerusan pada dinding-dinding pantai yang tak bertanggul yang

disebabkan oleh arus dan atau gelombang. Kawasan rawan abrasi

terdapat di BWP Barat (Tugurejo, Mangunharjo, Randugarut,

Karanganyar, Mangkang Wetan dan Tambakharjo) dan BWP Timur

(Trimulyo dan Terboyo Wetan)

2. Kawasan Rawan Akresi adalah kawasan yang rawan terbentuknya daratan

baru (tanah timbul) yang disebabkan oleh terbawa dan terendapkannya

Page 38: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

130

tanah hasil erosi/abrasi oleh gelombang air laut. Kawasan rawan akresi

berada di Pantai Terboyo Wetan.

3. Kawasan Rawan Rob/Banjir merupakan daerah yang ditandai oleh

genangan air yang muncul dari permukaan tanah akibat dorongan tekanan

dari dalam karena intrusi air laut secara berlebihan, pasang atas air laut

dan tidak berfungsinya resapan atau drainase. Daerah rawan rob/banjir

adalah seluruh wilayah Kecamatan Semarang Barat, Semarang Utara dan

Genuk.

Rencana Kawasan Budidaya

1. Rencana Kawasan Budidaya Laut

Di Kawasan pantai Mangunharjo, Wetan, Randugarut, dan Karanganyar.

Jenis yang di kembangkan adalah: rumput laut jenis Cotonni, Kerang

hijau, Kerapu Lumpur, Kerang dara dan Terumbu karang buatan.

2. Rencana Kawasan Budidaya Tambak

Sylvofishery-Polikultur: bandeng dan udang Kecamatan Tugu: Mangkang

kulon. Mangunharjo dan Mangkang wetan Kecamatan Gayamsari:

Tambakrejo Kecamatan Genuk: Terboyo Kulon.

3. Rencana Kawasan Perikanan Tangkap

Berdasarkan pada kewenangan pemerintah Kabupaten (Kep. Men.

Pertanian No: 392/1999; UU No. 31 tahun 2004 dan UU No. 27 tahun

2007), maka perlu diusahakan agar zona fishing ground (daerah

penangkapan ikan) tidak tumpang tindih dengan zona spawning-ground

(daerah pemijahan ikan) dan nursery ground (daerah asuhan anakan ikan),

untuk menjaga agar stok ikan di laut tetap tersedia dan dapat diremajakan.

Oleh sebab itu zona fishing ground tidak boleh terlalu dekat dengan zona

spawning & nursery ground (mangrove). Kawasan perikanan tangkap

yang berada dibawah kewenangan kota adalah sejauh 4 mil laut dari batas

garis pantai.

4. Rencana Kawasan Pariwisata

Pada kawasan wisata bahari/pantai disyaratkan untuk menerapkan konsep

ekowisata yang didasarkan pada beberapa unsur utama: sangat bergantung

Page 39: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

131

kualitas sumberdaya alam, peninggalan sejarah dan budaya; melibatkan

masyarakat; meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-

nilai peninggalan sejarah dan budaya.

5. Rencana Kawasan Sarana dan Prasarana Kegiatan Perikanan.

Kegiatan perikanan tangkap di dukung dengan sarana penunjang berupa

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang membutuhkan sarana prasarana

perbaikan fisik bangunan PPI/TPI, saluran drainase, air bersih, tempat

MCK dan sarana kebersihan.

6. Rencana Kawasan Pelabuhan.

Pelabuhan berfungsi antara lain melayani kegiatan transportasi laut,

angkutan barang dan manusia. Rencana pengembangan kawasan

pelabuhan lebih pada upaya meng optimalkan pelabuhan yang sudah ada

(Pelabuhan Tanjungmas):

a. Rehabilitasi Jetty (pemecah gelombang) yang rusak

b. Perawatan dan perbaikan dinding revetment dan sea wall

c. Pemeliharaan kebersihan dan kedalaman alur serta kolam pelabuhan

dan fasilitas doking kapal.

d. Pemeliharaan dan perbaikan terminal penumpang (dilengkapi

dengan kantin, halaman parkir, ruang tunggu, mushola, fasilitas

MCK dan poliklinik )

Rencana zonasi pemanfaatan ruang untuk pelabuhan meliputi zona

pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan peningkatan pelabuhan

termasuk sarana dan prasarana pendukungnya.

7. Rencana Kawasan Permukiman

Rencana kawasan permukiman di wilayah Kota Semarang Tepian Pantai

meliputi:

a). Rencana kawasan permukiman yang berada di dalam sistem

perkotaan tepian pantai, dicirikan oleh kegiatan perkotaan dengan sarana-

prasarana penunjang kegiatan yang lengkap. Kawasan permukiman

perkotaan tepian pantai dikembangkan di pusat-pusat pertumbuhan

kecamatan-kecamatan tepian pantai.

Page 40: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI - repository.ipb.ac.id · Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi

132

b). Rencana kawasan sentra pemukiman nelayan, dengan

homogenitas penduduknya bergerak dalam bidang perikanan dan

kelautan. Rencana kawasan sentra pemukiman nelayan ini lebih diarahkan

pada pengembangan kawasan pemukiman pantai yang sudah ada di Kota

Semarang Tepian Pantai.

Pengembangan kawasan ini meliputi penyediaan dan peningkatan sarana

dan prasarana yang dapat menunjang aktifitas penduduk yang tinggal di

kawasan tersebut.

8. Kawasan Pertanian

Rencana zonasi pengembangan kawasan pertanian lahan basah antara lain

ditetapkan sebagai berikut:

Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian lahan

basah

Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan basah

secara ruang dapat memberikan manfaat:

a) Peningkatan produksi pangan dan mendayagunakan investasi

yang ada

b) Meningkatkan perkembangan sektor dan kegiatan ekonomi

sekitarnya

c) Upaya pelestarian sumberdaya alam untuk pertanian pangan

d) Meningkatkan pendapatan masyarakat

e) Meningkatkan pendapatan daerah

f) Menciptakan kesempatan kerja

g) Mendorong perkembangan masyarakat

Pertanian lahan basah di wilayah Kota Semarang Tepian Pantai lebih

banyak dijumpai di Bagian Wilayah Pesisir Barat, yaitu Mangkang

Kulon, Mangunharjo dan Mangkang Wetan. Secara topografi, kawasan

bagian utara terletak pada ketinggian antara 0-25 m dan merupakan

dataran rendah, sedang bagian Selatan memiliki ketinggian antara 0 –

359 m. Kawasan Kota Semarang berada di dataran rendah hingga

perbukitan, sebagai bentukan akibat adanya beberapa gunung dan

pegunungan. Topografi kawasan berupa kelerengan dan dataran rendah.