16
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011 159 PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, SULAWESI BARAT Oleh: Yudhicara 1) dan M. Yosi 2) 1) Badan Geologi, [email protected] 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, [email protected] Diterima : 17-06-2011; Disetujui : 15-11-2011 SARI Saat ini pantai Lombong yang merupakan bagian dari kawasan pantai di Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat mengalami kerusakan akibat abrasi, sehingga sarana dan prasarana umum di beberapa tempat terancam mengalami kerusakan. Untuk itu dilakukan analisis terhadap potensi abrasi melalui suatu penelitian, berupa kegiatan lapangan dan analisis yang antara lain adalah analisis energi fluks gelombang menggunakan data arah dan kecepatan angin; analisis material endapan pantai; analisis arus sepanjang pantai; serta analisis data pasang surut. Berdasarkan hasil pengukuran di atas, beda tinggi dataran pantai tempat pemukiman berada relatif sangat landai (0.2-1.0 m) dengan jarak yang sangat dekat terhadap garis pantai yaitu 18 hingga 52 m. Hasil analisis data angin menunjukkan bahwa arah angin dominan yang dapat memicu timbulnya gelombang di perairan Majene, adalah angin yang berasal dari arah barat (18,11 %) dan angin barat laut (17,41 %). Tinggi gelombang dari arah barat dan barat laut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan dari arah lainnya, karena arah ini mempunyai kecepatan dan panjang fetch angin yang lebih besar. Analisis data pasang surut memunjukkan bahwa rentang air di perairan Majene ini adalah 170 cm dengan tinggi duduk tengah muka laut (MSL) 89.99 cm, sedangkan dari perhitungan konstanta harmonik mengidentifikasikan bahwa tipe pasang surut di perairan Majene tersebut adalah tipe campuran condong harian tunggal (mixed mainly diurnal tides). Berdasarkan hasil perhitungan energi fluks, terlihat bahwa daerah-daerah yang berpotensi mengalami proses abrasi adalah di titik amat 1 - 2; 6 - 13; 14 - 17; 19 - 21, sedangkan pantai yang berpotensi mengalami sedimentasi adalah pada titik amat 2 – 3; 13 – 14; 17 – 19. Titik amat 3 – 6 dan 21 – 22 relatif stabil. Kata kunci: Pantai Lombong, Abrasi, Gelombang, Angin, Pasang surut ABSTRACT Currently, the coastal area of Lombong as part of Malunda sub district, Majene, West Sulawesi has suffered damage caused by abrasion and some places has threatened damaged on public facilities and infrastructure. This is the reason why the study of abrasion potential has been conducted. We did some analysis, such as wave flux energy by using wind direction and velocity; coastal sediment material; longshore current and tidal data analysis beside the field work. Study result indicate that the coastal plain height different is about 0.2 to 1.0 m in term of mean sea level, and the horizontal distance of 18-52 m of the nearest building from the shoreline. Wind analysis

PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011

159

PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, SULAWESI BARAT

Oleh:

Yudhicara1) dan M. Yosi2)

1) Badan Geologi, [email protected] 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, [email protected]

Diterima : 17-06-2011; Disetujui : 15-11-2011

SARI

Saat ini pantai Lombong yang merupakan bagian dari kawasan pantai di Kecamatan Malunda,Kabupaten Majene, Sulawesi Barat mengalami kerusakan akibat abrasi, sehingga sarana danprasarana umum di beberapa tempat terancam mengalami kerusakan. Untuk itu dilakukan analisisterhadap potensi abrasi melalui suatu penelitian, berupa kegiatan lapangan dan analisis yang antaralain adalah analisis energi fluks gelombang menggunakan data arah dan kecepatan angin; analisismaterial endapan pantai; analisis arus sepanjang pantai; serta analisis data pasang surut.

Berdasarkan hasil pengukuran di atas, beda tinggi dataran pantai tempat pemukiman beradarelatif sangat landai (0.2-1.0 m) dengan jarak yang sangat dekat terhadap garis pantai yaitu 18 hingga52 m.

Hasil analisis data angin menunjukkan bahwa arah angin dominan yang dapat memicu timbulnyagelombang di perairan Majene, adalah angin yang berasal dari arah barat (18,11 %) dan angin baratlaut (17,41 %). Tinggi gelombang dari arah barat dan barat laut relatif lebih tinggi dibandingkandengan dari arah lainnya, karena arah ini mempunyai kecepatan dan panjang fetch angin yang lebihbesar.

Analisis data pasang surut memunjukkan bahwa rentang air di perairan Majene ini adalah 170 cmdengan tinggi duduk tengah muka laut (MSL) 89.99 cm, sedangkan dari perhitungan konstantaharmonik mengidentifikasikan bahwa tipe pasang surut di perairan Majene tersebut adalah tipecampuran condong harian tunggal (mixed mainly diurnal tides).

Berdasarkan hasil perhitungan energi fluks, terlihat bahwa daerah-daerah yang berpotensimengalami proses abrasi adalah di titik amat 1 - 2; 6 - 13; 14 - 17; 19 - 21, sedangkan pantai yangberpotensi mengalami sedimentasi adalah pada titik amat 2 – 3; 13 – 14; 17 – 19. Titik amat 3 – 6 dan21 – 22 relatif stabil.

Kata kunci: Pantai Lombong, Abrasi, Gelombang, Angin, Pasang surut

ABSTRACT

Currently, the coastal area of Lombong as part of Malunda sub district, Majene, West Sulawesi hassuffered damage caused by abrasion and some places has threatened damaged on public facilities andinfrastructure. This is the reason why the study of abrasion potential has been conducted. We did someanalysis, such as wave flux energy by using wind direction and velocity; coastal sediment material;longshore current and tidal data analysis beside the field work.

Study result indicate that the coastal plain height different is about 0.2 to 1.0 m in term of mean sealevel, and the horizontal distance of 18-52 m of the nearest building from the shoreline. Wind analysis

Page 2: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.3, Desember 2011

160

result obtained that the dominant wind direction that could lead to a wave in Majene waters are windscoming from the west (18.11%) and northwest (17.41 %) which is relatively higher compared to otherdirection, which has long fetch and greater wind speed.

Tidal data analysis showed that the tidal range in Majene waters is 170 cm and mean sea level is89.99 cm. According to the harmonic constant calculation that identify the type of tide in Majene waters ismixed mainly diurnal tides.

calculation on energi flux reveal that areas which are potentially experiencing on abrasion processare at locations between points of 1 to 2; 6 to13; and 14 to 17, while areas which are potentiallyexperiencing sedimentation are at locations between points 2 to 3; 13 to 14; and 17 to 19, and points 3 to6 and 21 to 22 are relatively stable.

Key words: Lombong beach, abrassion, waves, winds, tides.

PENDAHULUANLombong adalah nama desa yang terdapat di

wilayah Kecamatan Malunda, KabupatenMajene, Sulawesi Barat. Desa ini memilikikawasan pesisir yang cukup luas, danpenduduknya mayoritas bermukim di pinggirpantai. Kondisi pantai dan pesisir menjadi sangatpenting artinya bagi masyarakat di wilayah ini,karena kawasan pesisir dimanfaatkan sebagaitempat untuk melakukan aktivitasperekonomian dan penempatan sarana danprasarana umum.

Perkembangan dinamika dan proses pantaidari waktu ke waktu akan menimbulkan dampakterhadap suatu kawasan pantai. Perkembanganini akan membawa perubahan yang dapatberpengaruh terhadap letak dan kedudukansemua unsur yang berperan. Adanya musimbarat dan musim timur sangat mempengaruhiperubahan dinamika pantai. Hembusan anginyang terjadi di kedua musim tersebut, akanmembangkitkan ombak dan oleh pergerakanombak sejumlah material dapat terangkut, baikyang berasal dari lepas pantai maupun yangberasal dari daratan. Pengaruh angin ini akanmembawa dampak pada pengerosian pantai ataudikenal dengan nama abrasi, yang dampaknyadapat mengakibatkan daratan pantai tergerus,sehingga pantai menjadi mundur ke arah daratdan menyebabkan kerusakan pada sarana danprasarana yang terdapat di sekitarnya.

Berdasarkan dinamika prosespembentukkan pantai, ada tiga jenis proses yangbisa terjadi, yaitu proses sedimentasi (akresi),erosi (abrasi) dan stabil. Sepanjang pantai diwilayah Kabupaten Majene memiliki prosesdinamika pantai yang bervariasi. Hal inidipengaruhi oleh kondisi geologi, klimatologidan oseanografi yang berkembang di wilayahtersebut.

Saat ini pantai Lombong mengalami abrasikuat, sehingga sarana dan prasarana umum sertapemukiman yang terdapat di sepanjang pantai dibeberapa tempat terancam mengalamikerusakan, dan pemukiman yang terdapat disepanjang pantai. Dalam rangka mencegah danmengantisipasi timbulnya kondisi yang lebihburuk akibat abrasi di wilayah ini, makadilakukan penelitian khusus yang meliputiberbagai aspek yang terkait dengan abrasipantai, dan hasilnya diharapkan dapatmemberikan masukan kepada PemerintahDaerah setempat dalam menentukan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan. Metode yangdilakukan dalam penelitian ini antara lain adalahpekerjaan lapangan meliputi pemetaankarakteristik pantai dan pengukuran profilpantai, serta analisis laboratorium meliputianalisis energi fluks gelombang menggunakandata arah dan kecepatan angin; analisis materialendapan pantai; analisis arus sepanjang pantai;serta analisis data pasang surut.

Lokasi penelitian meliputi sepanjang pantaiyang termasuk ke dalam wilayah KecamatanMalunda, Kabupaten Majene, Provinsi SulawesiBarat. Secara geografis wilayah yang ditelititerdapat pada koordinat 2°58’LS-3°05’LS dan118°50’BT-118°53’BT (Gambar 1). Wilayah iniberbatasan di sebelah utara dengan KabupatenMamuju, sebelah tenggara dengan KecamatanUlumanda, sebelah selatan dengan KecamatanTubo dan sebelah barat dengan Selat Makasar.

TINJAUAN UMUM

Kondisi GeologiGeologi daerah penelitian tersusun atas

Formasi Mamuju yang berumur Tersier,sedangkan daerah sepanjang pantai ditutupi olehendapan aluvial pantai berumur Holosen yang

Page 3: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011

161

bersifat lepas dan belum terkonsolidasi terdiridari lempung, lanau, pasir, kerikil hinggakerakal, berumur Kuarter hingga Resen(Gambar 2). Struktur geologi yang berkembangdi daerah penelitian antara lain adalah sesarnaik, sesar mendatar, sinklin dan antiklin.

Proses Pantai Pengertian wilayah pesisir (coast) dapat

dibedakan dengan pantai (shore). Pesisir adalahdaerah di darat di tepi laut yang masih mendapatpengaruh laut, seperti pasang surut, angin lautdan rembesan air laut, sedangkan pantai adalahdaerah di tepi perairan yang dipengaruhi olehpasang tertinggi dan surut terendah (Triatmodjo,1999).

Proses dinamika pantai sangat dipengaruhioleh transport litoral yang didefinisikan sebagaigerak sedimen di daerah dekat pantai. Transportlitoral dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitutransport sepanjang pantai (longshore transport)dan transport tegak lurus pantai (onshore-offshore transport) dan material yang dipindahkandisebut sebagai littoral drift.

Pantai mengalami erosi, akresi(sedimentasi) atau tetap stabil tergantung padasedimen yang masuk dan yang meninggalkan

pantai tersebut. Sebagian besar permasalahanpantai adalah erosi yang berlebihan. Erosi pantai(abrasi) terjadi apabila di suatu pantai yangditinjau mengalami kehilangan ataupengurangan sedimen, artinya sedimen yangterangkut lebih besar daripada yang terangkat.

Menurut Triatmodjo (1999), faktor yangmenyebabkan abrasi pantai dapat dikategorikanke dalam tiga jenis yang memberikan pengaruhlangsung, yaitu: (1) gelombang yang disebabkanoleh tiupan angin; (2) pasang surut yangdiakibatkan oleh adanya gaya tarik benda-bendaangkasa; dan (3) pola arus laut akibat pengaruhpola sirkulasi arah dan kecepatan angin.

MorfologiMorfologi daerah penelitian terbagi atas

satuan morfologi pedataran dan satuan morfologiperbukitan bergelombang hingga bertebingterjal.

Morfologi pedataran dicirikan oleh medanyang datar, dalam hal ini pengaruh pasang surutair laut lebih dominan daripada proses darat.Satuan morfologi ini berada pada ketinggianelevasi 0 - 2 m dari permukaan laut, terdiri darizona fore shore dan zona back shore. Pada zonafore shore yang disebut dengan bibir pantai

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian (di dalam kotak)

Page 4: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.3, Desember 2011

162

memiliki kemiringan bervariasi dari satu tempatke tempat yang lainnya, dan dimanfaatkansebagai tempat tambat perahu nelayan,sedangkan zona back shore dicirikan oleh adanyateras pantai dan dataran pantai. Sebagian darizona ini telah mengalami perubahan akibatadanya aktifitas manusia, seperti didirikannyapemukiman dan bangunan sepanjang pantai.Satuan morfologi perbukitan bergelombangdijumpai pada bagian tengah daerah penelitian,setempat di bagian barat dan bagian timur.Ketinggian rata-rata antara 10 hingga 50 m diatas permukaan laut.

IklimKondisi iklim di daerah penelitian

dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim baratdan musim timur. Musim barat dapat terjadi padabulan Agustus hingga Februari, sedangkanmusim timur terjadi pada bulan Maret hinggaJuli. Rata-rata curah hujan di daerah ini cukuptinggi. Data statistik menunjukkan bahwajumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulanJuli. Keberadaan iklim musim ini sangatberpengaruh terhadap aktifitas yangberlangsung di daerah penelitian, baik aktifitas

penduduk setempat maupun keadaan alam didaerah tersebut.

METODOLOGIMetode yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi: (1) Penyiapan peta dasar dan Studiliteratur; (2) Kegiatan lapangan berupapemetaan karakteristik pantai dan pengukuranlateral pantai; (3) Analisis data angin; dan (4)Analisis data pasang surut.

Penyiapan Peta dan Studi LiteraturPeta dasar yang digunakan dalam penelitian

proses abrasi di Pantai Lombong adalah petarupa bumi lembar Majene, Galung-galung,Malunda dan Tapalang (Bakosurtanal, 1991)Studi literatur dilakukan melalui studi pustakadengan mengkaji hasil penelitian terdahulu didaerah penelitian dan pen

Kegiatan LapanganKegiatan lapangan berupa pemetaan

karakteristik pantai, untuk melihat kondisipantai daerah penelitian dengan melakukanpengamatan secara visual terhadap beberapaparameter antara lain: bentuk garis pantai,geologi dan morfologi pantai (Dolan dkk., 1972)

Gambar 2. Peta Geologi daerah penelitian (modifikasi dari Djuri dkk., 1998)

Page 5: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011

163

serta informasi mengenai infrastruktur danpemanfaatan lahan di daerah penelitian.

Pengukuran lateral pantai dilakukan untukmengetahui relief pantai di daerah penelitian,meliputi jarak datar dan beda tinggi dataranpantai yang dijadikan tempat mendirikanbangunan, sarana dan prasana terhadap garispantai. Hasil pengukuran penampang pantaiyang dilakukan secara vertikal dikoreksi olehnilai duduk tengah muka laut (mean sea level)yang diperoleh dari hasil perhitungan pasangsurut harian oleh Dinas Hidro-oseanografi TNI-AL untuk tahun 2010.

Pengamatan gelombang dilakukan dilapangan, meliputi pengukuran tinggi atauperioda gelombang saat pecah diukur melaluipapan berskala yang dicatat sebagai tinggigelombang. Periode gelombang dicatat denganmenggunakan stopwatch yaitu waktu yangdiperlukan oleh dua puncak gelombang secaraberurutan. Arah atau suatu gelombang saatpecah dengan garis pantai diukur dengan suatukotak pandang dari suatu ketinggian. Garis mukagelombang digambarkan relatif terhadap garispantai adalah sudut gelombang.

Pengumpulan data gelombang mengalamikendala, sehingga kurang lengkap. Analisisgelombang dilakukan menggunakan data angindari Badan Meteorologi Geofisika danKlimatologi (BMKG) tahun 2000 hingga 2009.

Analisis Data AnginData angin yang digunakan dalam analisis

adalah data yang diperoleh dari hasil pengukurandi stasiun klimatologi di daerah Majene. Periodewaktu data angin yang dianalisis adalah 10tahun, yaitu dari tahun 2000 hingga 2009, berupanilai data angin maksimum harian.

Menurut teori Sverdrup, Munk danBretchneider (SMB) (1947), kecepatan anginminimum yang dapat membangkitkangelombang adalah sekitar 10 knot atau setaradengan 5 m/detik. Kecepatan angin ini kemudiandikelompokkan sesuai dengan skala Beaufort,sehingga dari pengelompokkan ini dapat terlihatjumlah (frekuensi) pengaruh angin dengankecepatan tertentu dan arah tertentu yangterjadi di kawasan pantai Lombong.Pengelompokkan kecepatan angin terbagi atas 5interval, yaitu: 11-16 knot; 17-21 knot; 22-27knot; 28-33 knot; dan lebih besar dari 33 knot,sedangkan arah angin dipisahkan menjadi 8 arah

angin utama, yaitu: utara, timur laut, timur,tenggara, selatan, barat daya, barat dan baratlaut.

Untuk mengetahui karakteristik gelombangyang ditimbulkan oleh angin, perlu diketahuiterlebih dahulu karakteristik angin permukaan,yaitu:• Kecepatan dan arah angin• Durasi• Panjang fetch

Data angin yang digunakan dalam analisisgelombang ini adalah data angin sejak tahun2000 hingga 2009.

Kecepatan dan Arah AnginKecepatan dan arah angin dikelompokkan

dengan skala Beaufort, dan daripengelompokkan ini akan terlihat jumlah(frekuensi) pengaruh angin dengan kecepatandan arah tertentu, sehingga diperoleh kecepatanangin dominan berdasarkan jumlah frekuensiterbesar, sedangkan arah angin dominan dapatdiketahui dengan membuat prosentase dariangin-angin kuat yang telah dikelompokkansesuai skala Beaufort untuk setiap arah angin.

Prosentase selama 5 tahun =

Dalam hal ini:nX = frekuensi angin kuat selama 5 tahun

untuk tiap arahNX = jumlah seluruh kejadian selama 5 tahun

DurasiDurasi angin di sini adalah parameter angin

yang menyatakan lamanya angin bertiup dengankecepatan konstan pada fetch tertentu. Durasiyang digunakan di sini adalah durasi hitungbukan durasi data, karena sangat sulit untukmengukur dan mendapatkan data lamanya anginbertiup setiap waktunya.

Panjang FetchFetch merupakan panjang daerah yang

dipengaruhi oleh angin. Panjang fetch ini diukuruntuk delapan arah mata angin yangmemungkinkan, yaitu arah mata angin yangmungkin bertiup di sepanjang pantai Lombongdan sekitarnya, dengan anggapan bahwa anginbertiup melalui lintasan garis lurus.

...........................................(1)

Page 6: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.3, Desember 2011

164

faktor koreksi yang dilakukan terhadap dataangin meliputi kecepatan angin pada ketinggian10 m (U10), durasi kecepatan angin, serta faktorstres angin (UA).

Kecepatan Angin pada Ketinggian 10 m (U10)

Koreksi ini digunakan untukmengkonversikan data kecepatan angin yang adamenjadi data kecepatan angin pada ketinggian 10m. Persamaan yang digunakan adalah:

Dengan:

U(z) = kecepatan angin pada ketinggian z m (m/detik)

(z) = ketinggian pengukuran (m)

Durasi Kecepatan AnginPersamaan durasi kecepatan angin adalah

sebagai berikut:

Jika X adalah nilai rasio antara rata-ratakecepatan angin pada saat t terhadap rata-ratakecepatan angin setiap jamnya, maka nilainyadiperoleh dengan menggunakan rumus(USACE, 1984) di bawah ini:

Rata-rata kecepatan angin dengan durasi 1jam, ditulis dalam persamaan berikut:

Kecepatan angin dinyatakan denganpersamaan berikut:

XT adalah rasio antara rata-rata kecepatanangin pada saat T (durasi angin) terhadap rata-rata kecepatan angin setiap jam atau dapatdinyatakan dalam persamaan:

UT adalah kecepatan angin pada saat durasidata (td) dan nilai Ut=3600 dapat dicari daripersamaan (3.9). Untuk menyederhanakanmasalah diasumsikan kecepatan angin pada saattd sama dengan kecepatan angin pada saat durasi1 jam, sehingga nilai XT=1, maka persamaan(3.10) menjadi:

Faktor Stres Angin (UA)Formula pertumbuhan gelombang dan

grafik monogram merupakan fungsi dari faktorstres angin yang biasa disebut dengan KoefisienDrag, maka dari kecepatan angin yang diperolehdi atas diubah menjadi faktor stres angin denganpersamaan:

Metode peramalan gelombang yangdigunakan untuk penelitian abrasi di Lombong,Majene ini adalah metode Sverdrup, Munk danBretchneider (SMB) (1947).

Prakiraan Tinggi dan Perioda Gelombang untuk Perairan Dangkal

Persamaan-persamaan yang digunakanuntuk meramalkan gelombang di perairandangkal adalah sebagai berikut: durasi kecepatanangin:

Dalam hal ini:F = panjang fetchUA = faktor stres anginG = percepatan gravitasi

Peramalan gelombang pada perairandangkal, biasanya menggunakan kurva yangdiplot dari persamaan (USACE, 1984) di bawahini:

...................................(2)

..........................................(3)

......(4)

..............................................(5)

......................................(6)

...............................(7)

....................................(8)

............................. (9)

...................... (10)

Page 7: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011

165

Energi FluksPersamaan energi fluks gelombang adalah:

N diperoleh dari frekuensi angin maksimumuntuk setiap arah mata angin yang mungkinselama 5 tahun yang terbagi dalam 5 intervalskala Beaufourt.

A diperoleh dari besarnya sudut datanggelombang pada setiap titik tinjau yang dihitungdari normal pantai. Perhitungan dilakukan untuksetiap titik tinjau dan untuk setiap arah yangtelah dipilih, yaitu yang mungkin terjadi di pantaiLombong. Nilai energi fluks untuk setiap titiktinjau adalah hasil penjumlahan dari besarnyamasing-masing energi fluks untuk setiap arahpada setiap titik tinjau, sehingga akhirnya setiaptitik tinjau memperoleh satu nilai energi fluks.

Banyaknya Material Endapan Pantai Besarnya material yang terendapkan dan

arah pengendapannya, dapat diketahui dengancara melakukan perhitungan terhadapbanyaknya material endapan pantai yangberbanding lurus dengan besarnya energi fluksdi setiap titik. Persamaan yang digunakan untukmenghitung banyaknya endapan pantai iniadalah:

Data yang digunakan dalam penelitianabrasi di Lombong, Majene ini adalah datakecepatan angin maksimum (dalam satuan knot)yang terjadi setiap hari dari stasiun Majene.Data diperoleh dari Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selama 10tahun dari 2000 hingga 2009.

Energi fluks gelombang adalah fungsi daritinggi dan periode gelombang. Untukmengetahui kedua parameter tersebut,dilakukan peramalan gelombang.

Analisis Data Pasang SurutData pasang surut yang digunakan dalam

analisis adalah hasil perhitungan pasang surutharian oleh Dinas Hidro-oseanografi TNI AL(Dishidros, 2009) di stasiun Majene. Datapasang surut diplot dalam grafik untuk melihatfluktuasi pasang surut, sehingga diperoleh jenispasang surut dan selisih pasang tertinggi dansurut terendah yang akan menghasilkan nilaikisaran tidal range (tunggang pasang) di lokasipengamatan.

Tinggi pasang surut adalah jarak vertikalantara air tertinggi (puncak air pasang) dan airterendah (lembah air surut) yang berurutan.Periode pasang surut adalah waktu yangdiperlukan dari posisi muka air pada muka rata-rata ke posisi yang sama berikutnya. Periodepasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam50 menit, tergantung pada tipe pasang surut.

Variasi muka air menimbulkan arus yangdisebut dengan arus pasang surut, yangmengangkut massa air dalam jumlah yang sangatbesar. Arus pasang terjadi pada waktu periodepasang dan arus surut terjadi pada periode airsurut. Titik balik ini bisa terjadi pada saat mukaair tertinggi dan muka air terendah, pada saattersebut kecepatan arus adalah nol.

Bentuk pasang surut di berbagai daerahtidak sama. Di suatu daerah dalam satu haridapat terjadi satu kali atau dua kali. Secaraumum pasang surut di berbagai daerah dapatdibedakan dalam empat tipe, yaitu:

........................................ (11)

........................................ (12)

....................(13)

.................................... (14)

Page 8: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.3, Desember 2011

166

• Pasang surut harian ganda (semidiurnaltide), dalam satu hari terjadi dua kali airpasang dan dua kali air surut dengan tinggiyang hampir sama dan pasang surut terjadisecara berurutan secara teratur. Periodepasang surut rata-rata adalah 12 jam 24menit.

• Pasang surut harian tunggal (diurnal tide),dalam satu hari terjadi satu kali air pasangdan satu kali air surut. Periode pasang surutadalah 24 jam 50 menit.

• Pasang surut campuran condong ke harianganda (mixed tide prevailing semidiurnal),dalam satu hari terjadi dua kali pasang dandua kali air surut tetapi periode dantingginya berbeda.

• Pasang surut campuran condong ke hariantunggal (mixed tide prevailing diurnal),dalam satu hari terjadi satu kali air pasangdan satu kali air surut tetapi kadang-kadanguntuk sementara waktu terjadi dua kalipasang dan dua kali surut dengan tinggi danperiode yang sangat berbeda.Metode perhitungan yang digunakan pada

analisa data pasang surut (pasut) adalah metodaHarmonis British Admiralty yaitu menghitungkonstanta harmonis pasang surut yang terdiridari: muka laut rata-rata (mean sea level),amplitudo dan fasa dari 9 (sembilan) komponenutama pasang surut (M2, S2, N2, K1, O1, M4,MS4, K2, dan P1).

Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi airpasang dengan surut setiap harinya. Hal inidisebabkan karena perbedaan respon setiaplokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut.

Selain dengan melihat data pasang surutyang diplot dalam bentuk grafik, tipe pasangsurut juga dapat ditentukan berdasarkanbilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalambentuk (Pond and Pickard, 1983):

dengan ketentuan : • F ≤ 0.25 = Pasang surut tipe ganda

(semidiurnal tides)

• 0,25<F≤1,5 = Pasang surut tipe campurancondong harian ganda (mixed mainlysemidiurnal tides)

• 1,50<F≤3,0 = Pasang surut tipe campurancondong harian tunggal (mixed mainlydiurnal tides)

• F > 3.0 = Pasang surut tipe tunggal (diurnaltides)

HASIL PENELITIAN

Karakteristik PantaiBerdasarkan hasil pemetaan karakteristik

pantai, daerah penelitian memiliki jenis litologipenyusun pantai berupa pasir sangat halushingga halus berwarna abu-abu kehitaman,kerikilan, kerakalan sampai bongkah.

Kondisi morfologi daerah penelitianumumnya landai, dengan relief datar. Prosesdinamika pantai terdiri dari proses sedimentasidan abrasi. Kemiringan bibir pantai di wilayahpantai Lombong berkisar antara 8° hingga 9°,lebar pantai sangat sempit dan jarak pemukimandengan garis pantai kurang dari 1 m.

Penampang Lateral PantaiBerdasarkan hasil pengukuran lateral pantai

di pantai Malunda, Toppo dan Tanisi, diperolehnilai beda tinggi antara dataran pantai yangdigunakan penduduk untuk membangunpemukiman beserta sarana dan prasarananyaterhadap duduk tengah muka laut (mean sealevel) yang diperoleh dari buku prediksi pasangsurut harian tahun 2010 (Dishidros, 2009) danjaraknya terhadap garis pantai seperti terterapada Tabel 1.

Penampang pantai secara lateral dihasilkandari pengukuran tersebut, memperlihatkan jarakdatar pemukiman terhadap garis pantai berkisarantara 18 hingga 52 m, sedangkan beda tinggiantara 0,2 dan 1,0 m di atas duduk tengah mukalaut (MSL), (Gambar 3, 4 dan 5). Berdasarkanpenampang di ketiga lokasi tersebut, reliefpantai relatif datar dengan kondisi dinding pantaiyang sudah mengalami hancuran. Kemiringanbibir pantai berkisar antara 6° dan 8°.

Proses Dinamika PantaiProses dinamika pantai merupakan proses

alami yang dihasilkan oleh interaksi antaradaratan dan laut. Secara umum proses dinamikapantai yang berkembang di daerah penelitian

)22()11(

ASAMAOAKF

++

= ............................. (15)

Page 9: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011

167

berdasarkan kenampakan yang ditemui dilapangan dapat dikelompokkan menjadi duajenis, yaitu pantai mundur (abrasi) seperti yangtampak pada Gambar 6 dan pantai stabil.

Perhitungan Data AnginPeerhitungan data angin dari Badan

Meteorologi Geofisika dan Klimatologidilakukan dengan menentukan titik amat didaerah penelitian sebanyak 22 titik amat(Gambar 7).

Kecepatan angin dipisahkan berdasarkankelompok Beaufort <10, 11-16, 17-21, 22-27,28-33 dan >34 knot. Berdasarkan pemisahandata angin kuat (lebih besar dari 10 knot) selamasepuluh tahun dari tahun 2000 hingga 2009,dihasilkan frekuensi kecepatan di stasiunMajene untuk setiap bulannya selama sepuluhtahun (Tabel 2).

Tabel 1. Hasil pengukuran lateral pantai di Pantai Lombong

No. Nama Lokasi LS BT MSL (m) Beda Tinggi (m) Jarak Datar (m)1. Malunda 3.01108 118.8547 0.4 0.605 51.8092. Toppo 2.98029 118.85578 0.4 0.205 18.3553. Tanisi 2.97127 118.86047 0.4 1.050 31.004

Gambar 3. Profil pantai Malunda

Gambar 4. Profil pantai Toppo

Gambar 5. Profil pantai Tanisi

Page 10: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.3, Desember 2011

168

Gambar 6. Pantai abrasi di daerah Lombong

Gambar 7. Lokasi titik amat proses pantai

Page 11: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011

169

Analisis AnginBerdasarkan pemisahan data angin kuat

(lebih besar dari 10 knot) selama sepuluh tahundari tahun 2000 hingga 2009, dihasilkanfrekuensi terbesar terdapat pada kelompokBeaufort 11-16 knot (Tabel 3). Arah angin yangbertiup didominasi oleh angin yang bertiup daritimur yaitu 34,4%. Angin yang bertiup dari arahtimur, tidak memberikan dampak yang signifikandi daerah penelitian. Hal ini disebabkan daerahpenelitian memiliki muka pantai menghadap kearah barat, sehingga angin yang berpengaruh didaerah ini adalah angin yang berasal dari arah

barat, barat laut dan barat daya. Persentaseangin kuat dari angin yang berasal dari barat18,11%, angin dari barat laut 17,41%, dan anginyang berasal dari arah barat daya sebesar 6,43%,angin dari arah lainnya kurang dari 6%.Frekuensi angin kuat ini digambarkan dalamdiagram bunga, seperti terlihat pada Gambar 8.Dilihat dari persentase besarnya angin tersebut,maka angin yang berpengaruh membangkitkangelombang yang merambat hingga ke pantaiLombong, Majene adalah Angin Barat, BaratLaut dan Barat Daya, dengan panjang fetchmaksimum sebesar 200 km.

Tabel 2. Salah satu hasil pengelompokkan data frekuensi kecepatan angin di Stasiun Majene untuk bulanJanuari tahun 2000-2009.

Arah (°)Kecepatan (knot)

25 11-16 17-21 22-27 28-33 >34

Utara 25

Timur laut 6

Timur 5

Tenggara 6

Selatan 6

Barat daya 24 1

Barat 101

Barat laut 113

Tabel 3. Frekuensi angin kuat di Stasiun Majene tahun 2000-2009

Arah (°) Kecepatan (knot) Jumlah

AnginPersentase(%)<10 11-16 17-21 22-27 28-33 >34

Utara 184 1 185 5.89Timur 285 5 290 9.23Timur 1008 72 1081 34.4Tenggar 165 1 166 5.28Selatan 102 0 102 3.25Barat 201 1 202 6.43Barat 568 1 569 18.11Barat 546 1 547 17.41

Page 12: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.3, Desember 2011

170

Analisis Pasang SurutPasang surut (pasut) laut merupakan suatu

fenomena pergerakan naik turunnya permukaanair laut secara berkala yang diakibatkan olehkombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarikdari benda-benda astronomi terutama olehmatahari, bumi dan bulan. Pengaruh bendaangkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknyalebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Faktor non astronomi yang mempengaruhipasut terutama di perairan semi tertutup sepertiteluk adalah bentuk garis pantai dan topografidasar perairan.

Puncak gelombang disebutpasang tinggi dan lembah gelombangdisebut pasang rendah. Perbedaanvertikal antara pasang tinggi danpasang rendah disebut rentangpasang surut (tidal range). Rentangair di perairan Majene ini adalah 170cm

Berdasarkan metoda HarmonisBritish Admiralty yaitu menghitungkonstanta harmonis pasang surutyang terdiri dari: muka laut rata-rata(mean sea level), amplitudo danfasa dari 9 (sembilan) komponenutama pasang surut (M2, S2, N2, K1,O1, M4, MS4, K2, dan P1). Hasil dariperhitungan mean sea level (MSL)dan sembilan (9) konstanta harmonikdapat dilihat pada Tabel 4. TinggiMSL terhadap bacaan rambu adalah89.99 cm.

Dari perhitungan konstantaharmonik tersebut akan diperoleh

harga bilangan Formzahl yangmengidentifikasikan tipe pasang surut diPerairan Majene tersebut adalah tipe campurancondong harian tunggal (mixed mainly diurnaltides) (Gambar 9).

8.1)22()11(=

++

=ASAMAOAKF

Gambar 8. Diagram Windrose (2000-2009)

Gambar 9. Grafik pasang surut bulan Januari 2010

Page 13: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011

171

Analisis Angkutan Sedimen Sepanjang Pantai

Energi fluks gelombang dihitung sepanjangpantai Lombong, Majene, dengan 22 titik amatmemiliki nilai yang bervariasi. Hal inidisebabkan oleh energi gelombang yang tiba disuatu titik juga bervariasi tergantung daripanjang fetch di titik tersebut, pengaruh anginyang diterima oleh masing-masing titik tinjau,dan perbedaan morfologi pantai. Variasibesarnya energi fluks gelombang dapat dilihatpada Gambar 10, sedangkan banyaknya material

endapan pantai yang terangkut dapat dilihat padaTabel 5.

Bentuk profil pantai sangat dipengaruhioleh hantaman gelombang. Sifat-sifat sedimenseperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi,ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombangdan arus, serta batimetri perairan dekat pantai.Pesisir pantai Lombong, Majene, terdiri daripantai berpasir dan berkerikil, namun untukpenyederhanaan masalah, pada kasus inidiasumsikan pantai Lombong adalah pantaiberpasir.

Tabel 4. Konstanta Harmonik Pasang Surut, Perairan majene

Dalam hal ini:An: besaran amplitudo pasang surut komponen-ng : sudut kelambatan fasaSo : tinggi muka laut rata-rata di atas titik nol rambuM2: konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi bulanS2 : konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh posisi matahariN2: konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh jarak, akibat lintasan bulan yang berbentuk elipsK2: konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh jarak, akibat lintasan matahari yang berbentuk elipsO1: konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulanP1: konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi matahariK1: konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahariM4: konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh bulan sebanyak dua kali (2 x M2)MS4 : konstanta harmonik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara M2 dan S2

  So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4

A (cm) 89.99 13,26 17,08 5,33 6,36 33,36 21,28 9,5 0,16 1,08

g   359,46 213,6 174,78 228,31 211,59 243,48 121,93 130,19 217,51

Gambar 10. Grafik energi fluks gelombang tahunan di perairan Majene

Page 14: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.3, Desember 2011

172

Sedimen yang masuk ke daerah pantai yangditinjau meliputi dari suplai sedimen dari sungai,material yang berasal dari erosi tebing, angkutansedimen sepanjang pantai dan tegak lurus pantai(onshore transport) yang masuk ke ruas yangditinjau, dan penimbunan pantai dan tegak luruspantai (offshore transport) yang keluar dari ruaspantai yang ditinjau dan penambangan pasirpantai. Dalam kasus ini yang diperhitungkanuntuk sedimen yang masuk hanya angkutansedimen sepanjang pantai, demikian juga untuksedimen yang keluar.

PEMBAHASANBatuan penyusun pantai yang terdiri dari

pasir sangat halus, halus, kerikilan, kerakalanhingga bongkah memperlihatkan adanyaaktifitas arus sejajar pantai yangmendistribusikan material pantai, makin jauhdari sumber, maka makin kecil ukuran butirnya.

Kondisi morfologi daerah penelitianumumnya landai, dengan relief datar. dibentukakibat adanya beberapa proses geologi. Prosesyang dominan mempengaruhi kawasan pantaidaerah penelitian adalah proses sedimentasi danabrasi. Terbentuknya kondisi alam yangdiakibatkan oleh proses geologi antara lain olehadanya pengaruh angin, gelombang, pasangsurut, arus laut dan beberapa faktor alamlainnya.

Kemiringan bibir pantai di wilayah pantaiLombong berkisar antara 6° hingga 9°, denganjarak lokasi pemukiman yang kurang dari 1 mterhadap garis pantai, menyebabkan daerah inisangat rentan terhadap potensi bahaya yangdisebabkan oleh gelombang laut, khususnyaabrasi.

Berdasarkan hasil pengukuran penampangpantai secara lateral, beda tinggi dataran pantaitempat pemukiman berada relatif sangat landai(0.2-1.0 m) dengan jarak yang sangat dekatterhadap garis pantai (18-52 m). Berdasarkaninformasi ini sudah dapat diketahui, bahwa saatair laut mengalami pasang, bangunan terdekatakan berada dalam jangkauan air laut. Jarakbangunan yang sangat dekat dengan garis pantai,akan mengalami kerusakan yang cukupsignifikan apabila terus menerus terkena airlaut.

Proses dinamika pantai yang berlangsung didaerah penelitian bervariasi dari relatif stabilhingga abrasi. Tingkat abrasi yang diperlihatkandi daerah penelitian berbeda dari satu tempat ketempat yang lain. Lokasi yang mengalamitingkat abrasi cukup parah terdapat di bagiantengah daerah penelitian. Kondisi tersebutditandai dengan pantai yang sempit, kondisidinding pantai yang hancur, di sepanjang pantaidipagari oleh boronjong kayu uling yang diisidengan bongkah batu berukuran besar (~0,5-1m diameter). Adapun kondisi dinding pantai diDusun Toppo dan Tanisi, sudah tidak memadaidan banyak yang hancur.

Berdasarkan hasi perhitungan energi fluks,terlihat bahwa daerah-daerah yang berpotensimengalami proses abrasi adalah di titik amat 1hingga 2; 6 hingga 13; 14 hingga 17; 19 hingga21, sedangkan pantai yang berpotensimengalami sedimentasi adalah pada titik amat 2hingga 3; 13 hingga 14; 17 hingga 19. Titik amat3 hingga 6 dan 21 hingga 22 relatif stabil(Gambar 11).

Tabel 5. Perhitungan material endapan pantai

Titik Pls (Newton/ Q (m3/1 0.000 3.1582 -0.030 -228.1193 0.000 3.1584 -0.002 -17.8155 0.003 19.5586 -0.002 -12.5937 -0.127 -955.4248 -0.134 -1004.4169 -0.127 -951.03010 -0.154 -1155.82511 -0.125 -937.14112 -0.159 -1193.11513 -0.180 -1351.51814 -0.062 -466.69515 -0.077 -574.64816 -0.135 -1009.99717 -0.186 -1398.47118 -0.046 -341.44419 0.000 3.15820 -0.021 -159.81121 -0.064 -483.38222 -0.063 -472.521

Page 15: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 9, No.3, Desember 2011

173

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil

kesimpulan, antara lain adalah sebagai berikut:Arah angin dominan yang dapat memicu

timbulnya gelombang di perairan Majene, adalahangin yang berasal dari arah barat (18,11 %),angin barat laut (17,41 %), sedangkan anginyang berasal dari arah lainnya kurang dari 10 %.

Tinggi gelombang dari arah barat dan baratlaut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan dariarah lainnya, karena arah ini mempunyaikecepatan dan panjang fetch angin yang lebihbesar.

Berdasarkan hasil perhitungan energi flukspada tiap-tiap titik amat, dapat diprediksi bahwatempat-tempat yang memiliki potensimengalami abrasi, sedimentasi dan stabil disepanjang pantai Lombong, Majene adalahsebagai berikut:

Daerah yang berpotensi mengalami abrasiadalah antara titik-titik amat 1 dan 2; 6 hingga13; 14 hingga 17 dan 19 hingga 21. Daerah yangberpotensi mengalami sedimentasi adalah lokasidi antara titik-titik amat antara 2 hingga 3; 13hingga 14; dan 17 hingga 19. Daerah yangmengalami proses dinamika pantai stabil adalahdi lokasi antara titik-titik amat 3 hingga 6 dan 21hingga 22.

Upaya mitigasi yang sudah dilakukan dandapat dikembangkan lebih lanjut adalah jenispenanaman tanaman mangrove dan nipah, sertapemasangan bronjong kayu uling yang diisidengan bongkah batuan. Pemasangan dindingpantai yang terbuat dari tembok mudah hancurterutama di daerah dengan potensi abrasi kuat.Pemasangan bangunan pemecah gelombang,bisa berupa pemasangan jetty berbentuksegitiga, terutama di daerah yang berpotensimengalami abrasi kuat.

UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih disampaikan kepada

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Baratyang telah memberikan peluang, sehinggapenelitian ini dapat berlangsung dan terimakasihkepada Cecep Sulaeman, Gangsar Turjono danDeden Junaedi atas dukungan dan bantuannyaselama melakukan penelitian di lapangan.

ACUANBadan Koordinasi Survey dan Pemetaan

Nasional (Bakosurtanal), 1991. Peta RupaBumi, Skala 1 : 50.000, Lembar 2012-14(Majene), 2012-41 (Galung-galung), 2012-44 (Malunda) dan 2013-12 (Tapalang),Cibinong, Bogor.

Gambar 11. Peta zonasi proses pantai

Page 16: PROSES ABRASI DI KAWASAN PANTAI LOMBONG, MAJENE, …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 9, No.3, Desember 2011

174

Badan Meteorologi Geofisika dan Klimatologi,2000-2009. Data arah dan kecepatan anginharian, Laporan Intern.

Dinas Hidro-Oseanografi TNI – AL (Dishidros),2009. Daftar Pasang Surut KepulauanIndonesia tahun 2010, Jakarta

Djuri, Sudjatmiko, Bachri, S., dan Sukido, 1998.Peta Geologi Lembar Majene dan BagianBawah Lembar Palopo, Sulawesi, PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung.

Dolan, R., Hayden, B.P., dan Vincent, M.K.,1972. Classification of coastal landform ofAmerica, Zithschr Geomorphology,

Encyclopedia of beaches and coastalenvironment, 3-6.

Sverdrup, H. U., dan W. H. Munk, 1947. Wind,Sea, and Swell: Theory of Relations forForecasting: H. 0. Pub. No. 601, IJ. S. NavyDepartment, 44; pp.

Triatmodjo, B., 1999. Teknik Pantai, Beta offset,Gramedia, ISBN, 9798541057

U. S. Army Corps of Engrgs., Coastal Engrg.,Res., Center (USACE), 1984. ShoreProtection Manual (3rd Ed.), U. S. Gov.Print. Office.