28
1. ANALISA DATA No. Data Subyektif dan Data Obyektif Kemungkinan Penyebab Masalah 1. Data Subjektif: Tn. C mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, rasanya seperti di tusuk-tusuk, nyeri tidak menyebar, dan skala nyeri 4-5, nyeri hanya muncul pada saat beraktivitas atau membalikkan badan. Data Objektif: - TTV: TD = 120/90 mmHg, HR = 80 x/menit, RR = 20 x/menit. - Klien tampak meringis. - Pasien tampak memegang tempat yang sakit. - Post operasi pada hari pertama. - Tampak luka bekas operasi dipinggang Batu ginjal Pembedahan Pascaoperatif Efek anestesi Nyeri pascaoperatif meningkat sekunder Reaksi anestesi Perdarahan pascaoperatif Respon tubuh Nyeri Nyeri

Isi Tugas Analisa Data

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi Tugas Analisa Data

1. ANALISA DATA

No. Data Subyektif dan Data Obyektif

Kemungkinan Penyebab

Masalah

1. Data Subjektif:

Tn. C mengeluh nyeri pada luka

bekas operasi, rasanya seperti di

tusuk-tusuk, nyeri tidak menyebar,

dan skala nyeri 4-5, nyeri hanya

muncul pada saat beraktivitas atau

membalikkan badan.

Data Objektif:

- TTV: TD = 120/90 mmHg, HR

= 80 x/menit, RR = 20 x/menit.

- Klien tampak meringis.

- Pasien tampak memegang

tempat yang sakit.

- Post operasi pada hari pertama.

- Tampak luka bekas operasi

dipinggang sebelah kiri.

Batu ginjal

Pembedahan

Pascaoperatif

Efek anestesi

Nyeri pascaoperatif

meningkat sekunder

Reaksi anestesi

Perdarahan pascaoperatif

Respon tubuh

Nyeri

Nyeri

2. Data Subjektif: -

Data Objektif:

- Suhu = 380C

- Postop Neprholithiasis dihari

pertama.

- Hasil laboratorium tanggal 10-

12-2012 Kreatinin 1,3 mg/dL,

Protein positip (+), darah

positip (++), Nitrit positip,

Leukosit eksterase positip (++

+), leukosit 159/LPB, Eritrosit

18/LPB, bakteri positip (+).

Pembentukan batu ginjal

Rencana pembedaha

Pascaoperatif

Efek anestesi

Adanya luka bedah,

adanya sistem drainase

Risiko tinggi infeksi

Risiko tinggi infeksi

Page 2: Isi Tugas Analisa Data

- Hasil Radiologi BNO (Blass

Nier Oversight) tampak batu

staghorn di ginjal kiri suspect

batu di pool bawah ginjal kiri.

3. Data Subjektif: -

Data Objektif:

- Hematuria

- Hasil pemeriksaan tanggal 11-

12-2012 Hemoglobin = 13,6

g/dL

- Hasil pemeriksaan urinalisa:

darah = positif (++)

- Pasien post op Neprholithiasis

dihari pertama.

- Pada urine dari pigtail warna

kuning kemerahan

Berbagai faktor yang

menimbulkan

terbentuknya batu

Pembentukan batu ginjal

Respons infeksi

Rencana pembedahan

Efek intervensi bedah

Perdarahan pascaoperatif

Risiko perdarahan

Resiko

Perdarahan

4. Data subjektif:

- Pasien mengungkapkan

sebelumnya pernah dirawat di

RS karena penyakit yang sama

(batu ginjal) dan operasi

sebanyak 3 kali.

- Air yang dkonsumsi pasien

sebagai air minum mengandung

kapur.

Data Objektif:

- Pasien tidak mengetahui tentang

penyakitnya.

- Pasien tidak mengetahui tentang

Pembentukan Batu ginjal

Respons infeksi: Infeksi

akibat iritasi batu

Nyeri kolik

Rencana Pemeriksaan

diagnostik dan rencana

pembedahan

Perubahan gaya hidup dan

perilaku

Defisit

pengetahuan

Page 3: Isi Tugas Analisa Data

diet untuk batu ginjal. Kurangnya pengetahuan

Berdasarakan analisa data diatas, maka dapat diambil diagnosa keperawatan:

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat post operasi.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat tindakan pembedahan.

3. Risiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terkait terapi tindakan pembedahan.

4. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan

dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan

kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada

Page 4: Isi Tugas Analisa Data

2. Patoflowdiagram berdasarkan kasus diatas.

Kelainan metabolik pemecahan purin

Faktor gaya hidup.- Air minum mengandung kapur- Suka mengonsumsi susu, ayam goreng, dan

kacang tanah

Larutan metastabil

HiperkalesemiaHiperuresemia

Peningkatan absorpsi di usus dan mobilisasi dari tulang

Paratiroid hormon Kalsitrol

Konsentrasi zat pembentuk batu

Peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu

Pemenuhan InformasiKecemasan

Infeksi saluran kemih

Pengendapan batu

Respons obstruksi

Proses kristalisasi

Pembentukan batu ginjal

Respons infeksi : Infeksi akibat iritasi batu

- Nyeri kolik- Hematuria, Piuria

- Nyeri kolik- Hematuria, Piuria

Nyeri AkutPerubahan Pola Miksi

Pemeriksaan diagnostikRencana pembedahanRespons psikologis

Respons sistemik nyeri kolik (mual, muntah, anoreksia)

Pemenuhan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Tubuh

Batu menahun dalam saluran kemih

Kegagalan fungsi ginjal

Kreatinin

Penurunan laju filtrasi glomerulus

Perubahan Pola Eliminasi

Page 5: Isi Tugas Analisa Data

Patoflowdiagram pasca operasi

Pascaoperatif

Efek anestesi umum dan efek intervensi bedah

B1 (breathing)

Respons depresi pernapasan sekunder

Kontrol kepatenan jalan napas

Lidah secara fisiologis belum optimal

Jalan napas cenderung menutup

Untuk batuk dan muntah

Jalan napas tidak efektif

Risiko tinggi pola napas tidak efektif.

B2 (Blood)

Depresi mekanisme regulasi sirkulasi

normal, Perdarahan pascaoperatif,

Penurunan curah jantung, perubahan kemampuan kontrol

suhu tubuh. Perubahan elektrolit

dan metabolisme. Risiko cedera vaskular

Risiko tinggi penurunan perfusi jaringan.

Risiko tinggi O2

Hipotermi Risiko tinggi

trombosit vena profunda.

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

B3 (Brain)

Kontrol kesadaran masih

Kemampuan orientasi masih

Nyeri pascaoperatif meningkat sekunder. Penurunan reaksi

anestesi Kecemasan

postoperatif.

Penurunan kesadaran.

Nyeri

B4 (Bladder)

Kontrol kemampuan miksi

Gangguan pemenuhan

eliminasi urine

B5 (Bowel)

Kontrol peristaltik usus

Risiko paralisis usus dengan desistensi dan

gejala obstruksi.Kemampuan

pengosongan lambung

Risiko tinggi aspirasi muntah.

Penurunan motilitas usus.

B6 (Bone)

Respons risiko posisi bedah (tromboembosis,

parestesia, cedera tekan).

Adanya luka bedah, adanya sistem drainase.Penurunan kontrol otot

dan keseimbangan

Kerusakan integritas jaringan.

Risiko tinggi infeksi.

Risiko cedera bedah.

Risiko tinggi trauma jatuh

Page 6: Isi Tugas Analisa Data

3. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BATU GINJAL

Pokok Bahasan : Batu Ginjal

Sub Pokok Bahasan : Pengertian Batu Ginjal, Penyebab Batu Ginjal, Tanda dan

Gejala Batu Ginjal, Pencegahan Batu Ginjal.

Sasaran : Tn. C (pasien) dan keluarga.

Hari/ Tanggal : Selasa, 6 Mei 2014

Waktu : Pukul 10.00-10.30 WIB

Tempat : Rumah Sakit

Penyuluh : Etty Rosmalinda Dewi

Tujuan Umum:

Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan pasien dan keluarga

dapat mengetahui dan memahami tentang Pengertian batu ginjal, penyebab batu ginjal, tanda

dan gejala batu ginjal, dan pencegahan batu ginjal.

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan pasien dapat menjelaskan

ulang tentang.

1) Pengertian batu ginjal

2) Penyebab batu ginjal

3) Tanda dan gejala batu ginjal

4) Pencegahan batu ginjal

Metode

Ceramah, dan tanya jawab.

Media

Leaflet

Page 7: Isi Tugas Analisa Data

Pas

ien

lain

Pas

ien

dan

kelu

arga

Penyuluh

Pas

ien

lain

Pas

ien

lain

Pas

ien

lain

Pas

ien

lain

Proses pelaksaaan

No Kegiatan Respon peserta Waktu

1 Pendahuluan

1. Memberi salam

2. Menyampaikan pokok bahasan

3. Menyampaikan tujuan

1. Menjawab salam

2. Menyimak

3. Menyimak

5 menit

2 Isi

Penyampaian materi tentang :

1. Pengertian

2. Penyebab batu ginjal

3. Tanda dan gejala batu ginjal

4. Pencegahan batu ginjal

Memperhatikan,

mendengarkan dan

memahami

25 menit

3 Penutup

1. Tanya jawab

2. Kesimpulan

3. Memberikan salam penutup

1.Tanya jawab

2.Mendengarkan

3.Menjawab salam

10 menit

Setting Tempat

Evaluasi

1. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan pengertian dari batu ginjal.

2. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan penyebab dari batu ginjal.

3. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala dari batu ginjal.

Page 8: Isi Tugas Analisa Data

4. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan pencegahan dari batu ginjal.

Materi:

1. Batu Ginjal

Menurut Muttaqin (2011;108) Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu

keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal.

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), batu saluran kemih dapat

diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliksginjal, pielum, ureter,

buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran

kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena

adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra

yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli

ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi

pelvis serta seluruh kaliks ginjal danmerupakan batu slauran kemih yang paling sering

terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

2. Penyebab Batu Ginjal

Menurut Leonardo (2010; 25), faktor risiko yang mempermudah terbentuknya batu

saluran kemih adalah :

1) Diet tinggi kalsium, oksalat, asam urat, dan fosfat secara rutin. contohnya antara lain

suplemen kalsium, vitamin D atau vitamin C dosis tinggi, air minum dengan

kandungan zat kapur tinggi, obat-obat maag (antasida), teh, kopi, cokelat, makanan

laut, jeroan, kacang-kacangan dan emping.

2) Kebiasaan kurang minum.

3) Kebiasaan menahan kencing.

4) Infeksi saluran kemih berulang.

5) Adanya gangguan fungsi ginjal seperti pada pasien gagal ginjal.

6) Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan, dan PH urine.

Batu saluran kemih merupakan tidak termasuk penyakit keturunan, batu saluran

kemi lebih terkait dengan faktor gaya hidup dan lingkungan. Tapi ada beberapa

kelompok orang yang lebih rentan mengalami batu saluran kemih karena memiliki

faktor-faktor risiko yang diturunkan dalam kelaurga, seperti kelainan metabolik tertentu

(Hiperparatiroid, Hiperoksaluria, Hiperkalsiuria, dan Hiperurisemia).

Page 9: Isi Tugas Analisa Data

Menurut Muttaqin (2011;108), ada beberapa faktor lain yang memungkinkan

terbentuknya batu pada saluran kemih. Yaitu sebagai berikut:

1) Hiperkalsuria adalah kelainan metabolik yang paling umum. Beberapa kasus

hiperkaluria berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan penyerapan kalsium

(dikaitkan dengan kelebihan diet kalsium dan/atau mekanisme penyerapan kalsium

terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resorpsi kalsium dari tulang (yaitu

hiperparatiroidisme), dan beberapa yang berhubungan dengan ketidakmampuan dari

tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium dalam filtrat glomerulus (ginjal

kebocoran hiperkalsiuria).

2) Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi,kelarutan dan pH urine.

3) Lamanya kristal terbentuk di dalam urine, dipengaruhi mobilisasi rutin.

4) Gangguan reabsorpsi ginjal dan aliran urine.

5) Infeksi saluran kemih.

6) Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zzat penghasil batu.

7) Idiopatik.

3. Tanda dan gejala Batu Ginjal

Menurut Leonardo (2010;27) gejala awal pada klien dengan batu ginjal kencing

berwarna merah atau berdarah (Hematoria) tapi biasanya gejala yang ditimbulkan sangat

bergantung pada ukuran, lokasi serta bentuk batu, umumnya gejala yang timbul

merupakan akibat dari sumbatan aliran kemih dan infeksi ikutan yang terjadi

Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri pinggang atau punggung,

rasanya seperti melilit, datangnya seperti hilang timbul, terasa hingga selangkangan dan

paha bagian dalam. Ketika nyeri datang, penderita sangat gelisah dan kesakitan. Nyeri

yang hebat biasanya disertai menggigil, mual hingga muntah. Umumnya gejala nyeri

demikian lebih khas untuk batu yang menyumbat saluran ureter. Gejala lain dapat berupa

panas pada muara kencing saat sedang berkemih, kencing keluar batu atau keruh,

kencing tersendat atau malah terhenti tiba-tiba dan mungkin juga demam.

4. Pencegahan

Menurut Leonardo (2010;36) Pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

1) Minumlah secukupnya, minimal 2 liter atau sekitar 8 gelas setiap hari.

2) Batasi makanan berlemak tinggi seperti goreng-gorengan, mentega, mayones, dan

makanan ringan berlemak tinggi.

Page 10: Isi Tugas Analisa Data

3) Batasi konsumsi beberapa makanan kaya oksalat seperti teh, kacang-kacangan,

cokelat, kopi, bayam dan strowberi.

4) Batasi konsumsi kalsium maupun produk olahan susu.

5) Hindari mengonsumsi suplemen vitamin C, vitamin D, maupun kalsium dosis tinggi

secara harian jika memang tidak diperlukan.

6) Hindari kebiasaan menahan kencing.

7) Biasakan banyak gerak tubuh setiap harinya agar fungsi ginjal pun lancar.

Page 11: Isi Tugas Analisa Data

4. Intervensi diagnosa keperawatan

Intervensi Diagnosa 1

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Nyeri berhubungan dengan

trauma jaringan dan refleks

spasme otot sekunder akibat

post operasi.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24

jam, diharapkan nyeri dapat

berkurang atau teratasi dengan

kriteria hasil.

1. Secara subjektif melaporkan

nyeri berkurang atau dapat

diadaptasi.

2. Skala nyeri 0-3.

3. Klien tidak gelisah dan

tampak rileks.

4. TTV dalam batas normal

(TD = 120/80 mmHg, S =

36-37,5 0C, N = 60x100

x/menit, RR = 16-24

x/menit).

1. Kaji nyeri dengan

menggunakan pendekatan

PQRST.

2. Kaji tanda-tanda vital.

3. Lakukan manajemen nyeri:

Istirahatkan pasien.

4. Manajemen lingkungan :

lingkungan tenang, batasi

pengunjung.

1. Nyeri merupakan respon subjektif

yang dapat dikaji dengan

menggunakan skala nyeri. Klien

melaporkan nyeri biasanya di atas

tingkat cedera.

2. Untuk melihat keadaan umum klien.

3. Istirahat akan menurunkan kebutuhan

O2 jaringan perifer sehingga akan

meningkatkan suplai darah ke

jaringan.

4. Lingkungan yang tenang akan

menurunkan stimulus nyeri eksternal

dan menganjurkan pasien untuk

istirahat dan pembatasan pengunjung

akan membantu meningkatkan

kondisi O2 ruangan yang akan

berkurang apabila banyak pengunjung

di ruangan dan menjaga privasi klien.

Page 12: Isi Tugas Analisa Data

5. Ajarkan teknik relaksasi

pernapasan dalam ketika

nyeri muncul.

6. Ajarkan teknik distraksi

pada saat nyeri.

7. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian analgetik:

Ranitidin 3x1 gr/IV

5. Meningkatkan asupan O2 sehingga

akan menurunkan nyeri sekunder.

6. Distraksi dapat menurunkan

stimuluus internal dengan mekanisme

peningkatan produksi endorfin dan

enkafelin yang dapat memblok

reseptor nyeri agar tidak dikirimkan

ke korteks serebri sehinggga

menurunkan persepsi nyeri.

7. Analgesik memblok lintasan nyeri

sehingga nyeri akan berkurang.

Page 13: Isi Tugas Analisa Data

Intervensi diagnosa 2

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Risiko infeksi berhubungan

dengan tempat masuknya

organisme sekunder akibat

tindakan pembedahan.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24

jam, diharapkan tidak

terjadinya infeksi.

1. Tidak ada tanda dan gejala

infeksi.

2. Suhu 360 C

3. Hasil Lab normal.

1. Kaji faktor-faktor yang

memungkinkan terjadinya

infeksi.

2. Lakukan manajemen

keperawatan.

a. Lakukan perawatan luka

steril pada hari ke-2

pasca bedah apabila kasa

terlihat kotor.

b. Lakukan perawatan luka

secara steril pada luka

pasca bedah dengan

iodin providum dan

dibersihkan dengan

alkohol 70% dengan

1. Nyeri merupakan respon subjektif

yang dapat dikaji dengan

menggunakan skala nyeri. Klien

melaporkan nyeri biasanya di atas

tingkat cedera.

2. Manajemen luka

a. Perawatan luka steril dilakukan

idealnya pada hari ke-2 dan

perawatan selanjutnya tidak setiap

hari. Biasanya dilakukan setiap 2

hari sekali atau apabila kasa

terlihat kotor dapat dilakukan

setiap hari.

b. Teknik swabbing secara steril

dapat membersihkan sisa nekrotik,

debris, dan dapat mengurangi

kontaminasi kuman.

Page 14: Isi Tugas Analisa Data

teknik swaabbing dari

arah dalam ke luar.

c. Desinfeksi daerah

pemasangan fiksasi

eksterna dengan

providum dan bilas

dengan alkohol 70%.

d. Tutup luka dengan kasa

gulung.

e. Pantau kondisi luka.

Apabila kotor segera

lakukan pernggantian

balutan.

3. Pantau/batasi pengunjung.

4. Kolaborasi dalam

pemberian antibiotik:

Pelastin 2x1 gr/IV

c. Desinfeksi dengan iodin providum

dapat menghilangkan kuman pada

sekitar logam yang masuk ke kulit.

Pembersihan iodin providum

dengan alkohol dapat mengurangi

dampak iritasi pada kulit sehingga

dapat meningkatkan pertumbuhan

jaringan.

d. Menghindari kontak dengan udara

luar.

e. Kasa yang kotor akibat sisa

perdarahan pasca bedah merupakan

stimulus yang dapat meningkatkan

resiko infeksi.

3. Mengurangi resiko kontak infeksi dari

orang lain.

4. Antibiotik dapat menurunkan invasi

kuman yang dapat meningkatkan

resiko cedera jaringan lunak.

Page 15: Isi Tugas Analisa Data

Intervensi diagnosa 3

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional

Risiko perdarahan

berhubungan dengan efek

samping terkait terapi

tindakan pembedahan.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 7 jam,

diharapkan perdarahan

berulang tidak terjadi, dengan

kriteria hasil:

1. Tidak ada hematuria

2. Warna urine normal

3. Hemoglobin dalam batas

normal

4. Tekanan darah dalam

batas normal sistol dan

diastole

1. Monitor ketat tanda-tanda

perdarahan

2. Catat nilai Hb dan HT

sebelum dan sesudah

terjadinya perdarahan

3. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake

makanan yang banyak

mengandung vitamin K

4. Berikan produk darah

(platelet atau fresh frozen

plasma)

5. Kolaborasi dalam

pemberian obat koagulan:

Kalnex 3x1 ampul/IV

Vitamin K 3x1

ampul/IV

Decynon 2x1 ampul/IV

1. Agar tidak terjadi perdarahan lanjut

yang bisa mengakibatkan kekurangan

darah.

2. Untuk mengetahui tingkat perdarahan

yang terjadi. Efektif atau tidak terapi

yang diberikan.

3. Vitamin K berguna untuk pembekuan

darah.

4. Untuk menambah produk darah yang

hilang

5. Untuk membantu pembekuan darah.

Page 16: Isi Tugas Analisa Data

Intervensi diagnosa 4

Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional

Defisit pengetahuan tentang

kondisi, prognosis dan

kebutuhan terapi berhubungan

dengan kurang terpajan atau

salah interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif,

kurang akurat/lengkapnya

informasi yang ada

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selam 1x24 jam

diharapkan Klien akan

memperlihatkan peningkatan

pengetahuan tentang penyakit,

pengobatan dan perawatannya

Kriteria Hasil :

1 Pasien dapat

mengulang/menyebutkan

pengertian, tanda dan

pencegahan penyakit batu

ginjal.

2 Klien mampu

mengungkapkan

pemahaman tentang kondisi

dan pengobatannya.

1 Observasi tingkat

pemahaman pasien setelah

diberikan informasi melalui

pendidikan kesehatan

tentang penyakit yang

dideritanya.

2 Diskusikan etiologi

individual dari nyeri kepala

bila diketahui.

3 Bantu klien dalam

mengidentifikasikan

kemungkinan faktor

predisposisi seperti stres,

emosi, suhu yang

berlebihan, alergi terhadap

makanan.

4 Diskusikan mengenai obat-

obatan dan efek

sampingnya.

5 Anjurkan klien/orang

1. Mengetahui sejauh mana

kemampuan pasien menerima

informasi.

2. Mempengaruhi pemilihan terhadap

penanganan dan berkembang

kearah proses penyembuhan.

3. Menghindari/membatasi faktor-

faktor lain ini seringkali dapt

mencegah berulangnya/ kambuhnya

penyakit.

4. Klien mungkin menjadi sangat

ketergantungan terhadap obat dan

tidak mengenali terapi lain.

5. Perasaan yang terlalu berlebihan

Page 17: Isi Tugas Analisa Data

terdekat untuk menyediakan

waktu agar dapat relaksasi

dan bersenang-senang.

6 Anjurkan klien untuk selalu

memperhatikan cairan yang

masuk dan keluar.

7 Berikan informasi melalui

pendidikan kesehatan

kepada pasien tentang

pengertian, penyebab, cara

pencegahan, tanda dan

gejala penyakit batu ginjal.

8 Lakukan pendidikan

kesehatan preoperatif,

untuk dpat memikirkan tugas-tugas

dapat mengarah pada sikap lupa

unuk memikirkan diri sendiri.

6. Memberikan kesempatan untuk

mengidentifikasi faktor yang

mungkin menjadi pencetus

kekambuhan batu ginjal.

7. Untuk memberikan dasar

pengetahuan kepada pasien

mengenai penyakit batu ginjal,

tanda dan gejala serta pencegahan.

8. Manfaat dari instruksi preoperatif

telah dikenal sejak lama. Setiap

pasien diajarkan sebagai seorang

individu dengan

mempertimbangkan segala

keunikan ansietas, kebutuhan dan

harapan-harapannya.

Page 18: Isi Tugas Analisa Data

5. PERAN PERAWAT

Peran perawat dalam kasus Tn.C adalah:

1) Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

Menurut Mubarak (2009: 77) Peran ini sebagai pemberi asuhan keperawatan

ini dapat dilakukan perawat dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar

manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses

keperawatan, sehingga masalah yang muncu dapat ditentukan diagnosis

keperawatannya, perencanaannya, dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai

dengan tingkat kebutuhan yang dialaminya, kemudian dapat dievaluasi tingkat

perkembangannya. Asuhan keperawatan yang diberikan mulai dari hal yang

sederhana sampai dengan masalah yang kompleks.

Pada kasus diatas, perawat telah memberikan pelayanan dalam memberikan

asuhan keperawatan, mulai dari pengakajian, menentukan diagnosa keperawatan,

merencanakan tindakan keperawatan sampai mengevaluasi dari hasil tindakan

perawat. Sebagai pemberi asuhan keperawatan perawat wajib memberikan asuhan

keperawatan secara optimal kepada klien.

2) Perawat sebagai edukator.

Menurut Mubarak (2009: 77) Peran ini dilaksanakan dengan membantu klien

dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan

tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah

dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.

Pada kasus diatas, perawat telah memberikan pendidikan/penyuluhan

kesehatan kepada klien dan keluarga, guna menambah pengetahuan klien dan

keluarga tentang masalah yang dialami.

3) Perawat sebagai kolabolator.

Menurut Mubarak (2009: 78) Peran ini dilakukan karena perawat bekerja

melalui tim kesehatanb yang terdiri atas dokter, fisioterapi, ahli gizi, radiologi,

laboratotium, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan, termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Page 19: Isi Tugas Analisa Data

Dalam kasus diatas dibuktikan perawat berkolaborasi dengan dokter dalam

mendiagnosis penyakit, bagian pemeriksaan radiologi dan laboratorium, dan tim

kesehatan lainnya dalam meningkatkan kesehatan klien.