32
BAB I PENDAHULUAN Kuku memiliki beberapa fungsi penting, yang seringkali hanya disadari pada saat kuku tersebut hilang atau kehilangan fungsinya. 1 fungsi paling nyata adalah sebagai ornamen tangan, namun terdapat fungsi lain seperti proteksi falang distal terhadap trauma, efek counter-pressure yang membantu fungsi berjalan serta untuk sensasi taktil, fungsi menggaruk, dan untuk memanipulasi barang kecil. 1,2 Kuku juga penting dalam penampilan estetik tangan dan kaki. 2 Pada praktik kedokteran sehari-hari pemeriksaan kuku sering terlewatkan, padahal cukup banyak penyakit yang dapat dilihat melalui kuku. 1 Pemeriksaan kuku dapat dijadikan sebagai salah satu modalitas deteksi dini dan skrining penyakit selain kelainan lokal struktur kuku sendiri. 1 Dengan mengamati kondisi kuku, praktisi kesehatan juga dapat memperoleh informasi mengenai kebiasaan, pekerjaan, dan status kesehatan seseorang karena beberapa perubahan bentuk kuku dapat menjadi sebuah petunjuk mengenai suatu penyakit sistemik. 1 Bentuk kuku abnormal seperti finger clubbing sering dikaitkan dengan adanya kelainan paru, nail biting dan onikotilomania merupakan petunjuk mengenai status emosional/psikis seseorang. 1 Sementara perubahan warna kuku (kromonikia) dapat merupakan variasi normal atau 1

Isi Referat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kelainan kuku

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Kuku memiliki beberapa fungsi penting, yang seringkali hanya disadari pada

saat kuku tersebut hilang atau kehilangan fungsinya.1 fungsi paling nyata adalah

sebagai ornamen tangan, namun terdapat fungsi lain seperti proteksi falang distal

terhadap trauma, efek counter-pressure  yang membantu fungsi berjalan serta

untuk sensasi taktil, fungsi menggaruk, dan untuk memanipulasi barang kecil.1,2

Kuku juga penting dalam penampilan estetik tangan dan kaki.2

Pada praktik kedokteran sehari-hari pemeriksaan kuku sering terlewatkan,

padahal cukup banyak penyakit yang dapat dilihat melalui kuku.1 Pemeriksaan

kuku dapat dijadikan sebagai salah satu modalitas deteksi dini dan skrining

penyakit selain kelainan lokal struktur kuku sendiri.1 Dengan mengamati kondisi

kuku, praktisi kesehatan juga dapat memperoleh informasi mengenai kebiasaan,

pekerjaan, dan status kesehatan seseorang karena beberapa perubahan bentuk

kuku dapat menjadi sebuah petunjuk mengenai suatu penyakit sistemik.1 Bentuk

kuku abnormal seperti finger clubbing sering dikaitkan dengan adanya kelainan

paru, nail biting dan onikotilomania merupakan petunjuk mengenai status

emosional/psikis seseorang.1 Sementara perubahan warna kuku (kromonikia)

dapat merupakan variasi normal atau menunjukkan kelainan; dapat disebabkan

suatu infeksi, keganasan, pengaruh obat, atau penyakit sistemik lainnya.3

Kemampuan mendeteksi kelainan kuku dan memberi penanganan yang

sesuai selain berdampak medis, juga dapat mengurangi dampak psikologis akibat

kelainan kuku, yang dapat mengurangi percaya diri dan kemampuan

bersosialisasi.1

Adapun klasifikasi kelainan kuku berdasarkan perubahan berupa kelainan

bentuk kuku, kelainan warna kuku, dan kelainan permukaan kuku.1,3

Di negara Indonesia insidens kelainan kuku baik berdasarkan perubahan

berupa kelainan bentuk, warna dan permukaan tidak diketahui pasti, karena masih

belum banyak penelitian mengenai masalah ini. 1,3

Tulisan ini bermaksud untuk menjabarkan beberapa kelainan kuku yang

sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bagian Kuku

1. Matriks kuku

Merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru

2. Dinding kuku (nail wall)

Merupakan lipatan-lipatan kulit yg menutupi bagian pinggir dan atas

3. Dasar kuku (nail bed)

Merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku

4. Alur kuku (nail groove)

Merupakan celah antara dinding dan dasar kuku

5. Akar kuku (nail root)

Merupakan bagian proksimal kuku, bagian kuku yg terbenam dalam kulit jari

6. Lempeng kuku (nail plate)

Merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku

7. Lunula

Merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku

berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit

8. Eponikium

Merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi bagian

permukaan lempeng kuku

9. Hiponikium

2

Merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free edge)

menebal.4

Gambarna 1. Anatomi Kuku

Gamabar 2: Anatomi Kuku

2.2 Kelainan Kuku

Kelainan kuku dibagi menjadi 3 bagian:

1. Dermatosis yang menyebabkan kelainan kuku

2. Penyakit kuku

3. Perubahan warna pada kuku. 4

3

2.1.1 Dermatosis yang Menyebabkan Kelainan Kuku

1. Paronikia

Paronikia merupakan reaksi inflamasi mengenai lipatan kulit disekitar kuku.

Gejala Klinis

Paronikia ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan dapat

mengeluarkan pus. Bila infeksi telah kronis terdapat celah horisontal pada dasar

kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah.

Etiologi

Gejala pertama karena adanya pemisahan lempeng kuku dari eponikium,

biasanya disebabkan oleh trauma karena maserasi pada tangan yang sering kena

air. Celah yang lembab kemudian terkontaminasi oleh kokus piogenik atau jamur.

Jamur yang tersering adalah Candida albicans, Staphylococcus atau

Pseudomonas-aeruginosa.

Gambar 3. Gambaran khas paronikia

Insidens

4

Sering pada wanita, pekerjaan bar, pencuci, juga acapkali dijumpai pada

penderita diabetes militus dan malnutrisi. Pada anak disebabkan oleh mengisap

jari.

Pengobatan

Cegah adanya trauma dan jaga agar kulit tetap kering. Jika akan mencuci

sebaiknya memakai sarung tangan karet pada pada paronikia akut dengan supurasi

harus diadakan insisi.4

2. Onikomikosis

Infeksi jamur pada kuku, prevalensinya meningkat dengan peningkatan usia.

50% dari populasi umum dan 40% terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. 85% dari

kasus onikomikosis disebabkan oleh Dermatofita dan 15% disebabkan oleh jamur

nondermatofita. Orang dengan imunodefisiensi virus yang terkena infeksi ini

kebanyakan mengalami onikomikosis dengan jenis subungual proksimalis.

Candida albicans adalah penyebab onikomikosis pada pada orang dengan

imunosupresi.5

Terdapat 3 bentuk klinis onikomikosi:

1. Betuk ssubungual distalis

Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini

menjalar ke proksimal kuku dan dibawah kuku terbentuk sisa kuku yang

rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan

hancur dan yang terlihat hanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.

2. Leukonikia trikofita/ leukonikia trikofita

Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihn

dipermukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanya elemen

jamur. Kelainan ini dihubungkan dengan Tricophyton mentagrophytes sebagai

penyebabnya.

3. Bentuk subungual proksimalis

Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama meyerang

kukudan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku dibagian

distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea

5

unguium mempunyai dermatofitosis ditempat lain yang sudah sembuh atau

yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang dibandingkan kuku tangan.

Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama

disembuhkan, kelainan kuku kaki lebih sulit disembuhkan dari pada kuku

tangan. Di Indonesia tidak banyak ditulis tentang tinea unguium. Gouw

Berkesimpulan, bahwa tinea unguium ada di Indonesia, namun tidak banyak.

Tabel 1. Bentuk klinis dari onikomikosis

Pengobatan

Secara topikal dapat dilakukan kompres dengan asam salisilat 5%, asam

benzoate 10%, dan resorsinol 5% dalam spiritus. Pengobatan sistemik dapat

diberikan griseofulvin dosis yang direkomendasikan 15-20 mg/kgbb/ hari dosis dewasa 500-1000 mg/hari. Mengkonsumsi griseofulvin bersamaan dengan makanan berlemak mempercepat absorpsi dan bioavailabilitas dari obat tersebut terapi bervariasi antara 8 sampai 10 minggu.6

3. Liken Planus Kuku Lichen planus pada kuku dapat timbul tanpa kelainan kulit. Perubahan

kuku berupa belah longitudinal, lipatan kuku yg mengembung (pterigium kuku),

kadang kadang anonikia. Lempeng kuku menipis dan papul liken planus dapat

mengenai lempeng kuku.

6

Pada pemeriksaan histopatologi terdapat hiperkeratosis, degenerasi sel

basal, infiltrat limfosit dan histiosit yang seperti susu.4

Gambar 5. Liken Planus Kuku

4. Kuku Psoriasis (Psoriatic nails)

Diperkirakan sekitar 7 juta orang di Amerika Serikat memiliki psoriasis

diantaranya sekitar 10-55% dari semua pasien dengan psoriasis memiliki penyakit

kuku psoriasis.

Gejala berupa adanya pits, terowongan dan cekungan yang transversal

(Beau’s line), leukonikia dengan permukaan yang kasar atau licin. Pada dasar

kuku terdapat perdarahan dan merah. Hiponikia hijau kekuningan pada daerah

onikolisis. Karena adanya keratosis subungual zat tanduk dibawah lempeng kuku

dapat menjadi medium pertumbuhan bakteri ataupun jamur.

Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan triamsinolon asetonid

secara intralesi kadang-kadang menolong. 4

Gambar 5. Kuku psoriasis

7

5. Penyakit Darier

Adanya kuku yang rapuh dan pecah-pecah dengan perubahan warna

longitudinal dan hiperkeratosis dibawah kuku. 4

2.1.1 Penyakit Kuku

1. Hippocratic (Clubbed) Fingers

Perubahan tidak hanya terjadi pada kuku, tetapi juga mengenai falangs

terminal. Kuku menggembung dan berbentuk konveks dalam arah transversal dan

longitudinal seperti gelas arloji. Eponikium menebal dan jaringan lunak falang

terminal menyerupai pemukul drum. Pelebaran ini juga mengenai falangs tengah.4

Etiologi

Finger clubbing dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, secara umum dapat

dibagi menjadi primer dan sekunder. Etiologi primer finger clubbing antara lain

pachydermoperiostosis, osteoartropati hipertrofi, dan familial idiopathic clubbing.

Etiologi sekunder dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar, yaitu

kelainan kardiovaskuler (aneurisma aorta, endokarditis bakterial, gagal jantung

kongestif, penyakit jantung kongenital sianotik), kelainan paru (bronkiektasis,

fibrosis kistik, karsinoma bronkogenik, abses paru, fibrosis paru, tuberkulosis

paru), kelainan gastrointestinal (inflammatory bowel disease, berbagai jenis

kelainan hepar), dan keganasan (mesothelioma, limfoma). 1

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis finger clubbing dapat unilateral maupun bilateral, pada

satu jari, beberapa jari maupun seluruh jari. Finger clubbing dapat disertai

sianosis, nyeri jari tangan, dan adanya “spongy sensation” saat jari ditekan. Pada

pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan yaitu

pemeriksaan Schamroth’s sign, Lovibond angle, dan Curth’s angle. Pada

pemeriksaan Schamroth’s sign, pasien diminta menempelkan bagian punggung

jari kanan dan kiri pasien (umumnya punggung jari telunjuk kanan dengan

punggung jari telunjuk kiri). Pada jari normal, akan terlihat suatu “jendela”

8

berbentuk bujur sangkar. Pada finger clubbing, jendela ini akan. Lovibond’s angle

atau sudut Lovibond merupakan sudut antara lipatan kuku proksimal dan lempeng

kuku. Pada jari normal, sudut ini biasanya sebesar 160º atau bahkan <160º. Bila

sudut ini terukur sebesar 161º –180º, dapat dianggap finger clubbing awal, atau

pseudoclubbing. 1

Gambar 6. Hippocratic (Clubbed) Fingers

Apabila sudutnya melebihi 180º, dapat dipastikan adanya finger clubbing.

Curth’s angle, atau sudut Curth, merupakan sudut yang diukur pada sendi

interfalangs distal. Sudut ini normalnya berukuran 180º atau lebih. Bila sudut ini

berkurang menjadi 160º, dapat dinyatakan bahwa jari tersebut mengalami finger

clubbing. Selain pemeriksaan fisik di atas, dapat dilakukan pemeriksaan lain

untuk memastikan adanya finger clubbing, seperti termografi, jari finger clubbing

akan menunjukkan peningkatan suhu bagian terminal dibandingkan dengan

bagian proksimal. Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan untuk mencari

etiologi, seperti dengan computed tomography scanning (CT Scan), magnetic

resonance imaging (MRI), dan ultrasonografi (USG).

Derajat Finger Clubbing

Derajat finger clubbing ditentukan melalui pemeriksaan fisik. Berikut adalah

parameter yang dibuat oleh chest physician untuk menilai derajat keparahan

finger clubbing:

Derajat 1: fluktuasi dan perlunakan dasar kuku

9

Derajat 2: peningkatan sudut antara dasar kuku dan lipatan kuku proksimal

(Lovibond angle) melebihi 160º

Derajat 3: kuku tampak cembung sekali

Derajat 4: ujung jari berbentuk seperti gada (clubbed appearance)

Derajat 5: kuku dan kulit sekitarnya tampak mengilap disertai garis-garis

longitudinal pada kuku.1

2. Shell Nail Syndrome

Biasanya menyertai bronkiektasis. Kuku menyerupai clubbed nail tapi

dasar kuku atrofi.4

3. Koilonika (Spoon Nails)

Koilonikia atau spoon nail (kuku sendok) merupakan kelainan kuku yang

terjadi pada lempeng kuku, lempeng kuku kehilangan kecembungan normalnya

dan berubah menjadi cekung. Pada dasarnya, koilonikia merupakan kebalikan

finger clubbing.2 Kuku tipis dan berbentuk cembung dengan pinggir meninggi

Menyertai kelainan metabolisme besi yang merupakan gejala sindrom Plummer

Vinson dan juga disebabkan oleh sabun keras atau keadaan lain yang

menyebabkan penipisan kuku.4

Etiologi

Koilonikia dikenal sebagai salah satu manifestasi klinis pada anemia defi

siensibesi, meskipun tidak patognomonik. Koilonikia dapat didasari oleh banyak

etiologi lain, bahkan dapat terjadi secara fisiologis, terutama pada kuku jari kaki

anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Selain anemia defisiensi besi, koilonikia juga

dapat ditemukan pada defisiensi protein (sistein dan methionin), hemokromatosis,

Plummer Vinson Syndrome, skleroderma, dan juga dapat berhubungan dengan

trauma, baik trauma fisik maupun trauma kimiawi yang sering berhubungan

dengan pekerjaan, terutama yang tergolong pekerjaan basah (wet work).

Manifestasi Klinis

Koilonikia umumnya bilateral dan terjadi pada seluruh jari, kecuali pada

anak-anak yang umumnya hanya ditemukan pada kuku ibu jari kaki. Selain itu,

karena paling sering disebabkan oleh defi siensi besi, dapat ditemukan gejala-

10

gejala anemia lainnya seperti dasar kuku pucat. Untuk memastikan adanya

koilonikia, dapat dilakukan water drop test, yaitu dengan meneteskan air pada

permukaan kuku. Pada kuku normal, air tidak akan tertampung karena kuku

normal berbentuk cembung, hal yang sebaliknya terjadi pada kuku yang

mengalami koilonikia. 1

Gambar 7. Koilonikia

4. Onikauksis

Kuku menebal tanpa kelainan kelainan bentuk. Menyertai penyakit

akromegali, Darier, psoriasis, dan Pitiriasis rubra pilaris, dapat juga herediter. 4

Gambar 8. Onikauksis

5. Onikogrifosis

Kuku berubah bentuk dan menebal seperti cakar disebabkan trauma

neuropatia perifer dan perubahan vaskular perifer. Sering disebabkan pemotongan

kuku yang tidak teratur. Dapat mengenai ibu jari kaki orang tua.4

11

Gambar 9. Onikogrifosis

6. Anonikia

Tidak tumbuhnya kuku karena defek Ektoderma kongenital, Iktiosis dan

infeksi berat dan fenomen Raynaud.4

Gambar 10. Anonikia

7. Onikoatrofi

Kuku menjadi tipis dan lebih kecil akibat gangguan vaskular, Epidermolisis

bulosa, liken planus, penyakit Darier dan Sindrom nail-platella-elbow.4

8. Onikolisis

Terpisahnya kuku dari dasarnya terutama bagian distal atau lateral. Warna

kuku berubah kuning karena pus, udara atau skuama. Infeksi Pseudomonas

menimbulkan warna hijau, sedangkan perdarahan menimbulkan warna

kecoklatan. Adanya eksudat yang mengandung glikoprotein akan membentuk

12

“oily spot” pada kuku penderita psoriasis. Penyebab onikolisis adalah jamur

dermatofita atau candida, trauma karena sepatu atau bahan kimia.4

Gambar 11. Onikolisis

9. Pakionikia

Adanya penebalan pada lempeng kuku. Tebal kuku jari tangan yang normal

adalah 0,5 mm dan kuku jari kaki dua kali lebih tebal. Penebalan kuku terjadi

Karena adanya hiperkeratosis dari dasar kuku atau karena perubahan matriks

kuku.4

10. Beau’s lines

Adanya terowongan transversal dimulai dari lunula dan berjalan ke arah

distal sesuai pertumbuhan kuku. Disebabkan karena penghentian sementara fungsi

matriks kuku, morbili dan reaksi obat.4

11. Onikoreksis (Brittle Nail)

Brittle Nail Syndrome, atau sindrom kuku rapuh, merupakan kelompok

penyakit yang ditandai oleh iregularitas bentuk kuku dan diskontinuitas jaringan

kuku. Menurut patofisiologinya sindrom kuku rapuh dibagi dua, yaitu onikoskizia

dan onikoreksis. Pada onikoskizia kelainan terjadi di lempeng kuku, tepatnya pada

bagian distal lempeng kuku, sedangkan pada onikoreksis kelainan terletak pada

matriks kuku

a. Onikoskizia

Etiologi

13

Etiologi onikoskizia sangat bervariasi, yang paling sering adalah

pekerjaan yang tergolong “wet work”, kuku menjadi basah dan kering secara

berulang-ulang, seperti pada ibu rumah tangga dan penata rambut.

Onikoskizia juga sering ditemukan pada penggunaan aseton dan cat kuku.

Selain itu, onikoskizia juga dapat disebabkan oleh trauma, defi siensi

biotinidase, onikomikosis, onikotilomania, dan onikofagia.

Patofisiologi

Pada onikoskizia terjadi dishesi lapisan keratin pada lempeng kuku,

terutama dibagian distal, hingga lapisan-lapisan ini terpisah dan akhirnya

terjadi belahan (splitting) yang nyata. Kejadian ini umumnya dipicu oleh

faktor-faktor eksternal yang sudah dibicarakan di atas, dapat juga

berhubungan dengan onikoreksis, karena pada onikoreksis didapati penipisan

lempeng kuku.

Manifestasi Klinis

Onikoskizia dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Kuku tampak

rapuh pada bagian distal kuku dan terdapat fragmen kuku yang mudah

dipatahkan. Temuan ini dapat disertai dengan atau tanpa penipisan kuku.

b. Onikoreksis

Etiologi

Berbeda dengan onikoskizia, yang umumnya disebabkan oleh faktor

eksternal, onikoreksis disebabkan oleh faktor internal yang mengganggu

pembentukan kuku pada matriks kuku. Contohnya adalah penurunan

vaskulerisasi dan oksigenisasi, kelainan endokrin, kelainan metabolik, dan

kelainan keratinisasi. Selain itu, onikoreksis juga dapat ditemukan pada

keracunan arsen dan kondisi pasca-iradiasi.

Patofisiologi

Pada onikoreksis terdapat faktor-faktor yang mengganggu pembentukan

kuku pada matriks kuku, baik dalam hal proliferasi matriks maupun pada

14

proses keratinisasi yang berakhir dengan pembentukan kuku patologis, yang

menyebabkan splitting, ridging, dan perubahan ketebalan kuku.

Manifestasi Klinis

Sama halnya dengan onikoskizia, onikoreksis dapat terjadi bilateral

maupun unilateral, meskipun lebih sering bilateral. Pada inspeksi, dapat

ditemukan ridging dan splitting pada bagian proksimal kuku, yang dapat

menyebar hingga ke bagian distal lempeng kuku. Perubahan ketebalan kuku

juga sering ditemukan. Onikoreksis juga merupakan salah satu manifestasi

utama liken planus dan pitiriasis rubra pilaris. Pada liken planus, onikoreksis

dapat terjadi bersamaan dengan pterigium pada kuku.

Terapi

Istilah Brittle Nail Syndrome sebetulnya lebih tepat digunakan untuk

menunjukkan manifestasi klinis daripada nama penyakit tersendiri;

pengobatan terbaik Brittle Nail Syndrome adalah mengatasi etiologinya,

terutama untuk onikoreksis, dan menghindari faktor eksternal pencetus untuk

onikoskizia, seperti menghindari pengunaan aseton dan cat kuku. Bila faktor-

faktor eksternal tersebut tidak dapat dihindari, dapat dilakukan tindakan

perlindungan berupa penggunaan sarung tangan atau sarung jari. Selain

mengatasi etiologi dan menghindari pencetus, pelembap berupa emolien dapat

diberikan untuk menjaga kelembapan kuku. Biotin dapat memperbaiki Brittle

Nail Syndrome dan mengembalikan ketebalan kuku normal, dosis yang

dianjurkan adalah 2,5 mg setiap hari selama 6 – 15 bulan. Menurut penelitian,

suplemen biotin 2,5 mg setiap hari selama 15 bulan dapat meningkatkan

ketebalan kuku sebanyak 25%.1

15

12. Hapalonikia

Kuku yang melunak karena defek pada matriks sehingga kuku tipis lunak

dan mudah sobek. Sering menyertai malnutrisi, miksedema, lepra dan fenomen

Raynaud.4

13. Nail-Petella-Elbow syndrome (Osteo onycho-dysplasia)

Pada nail-patella syndrome, kuku hilang atau mengecil berlubang dan

bergelombang. Penyakit Drier menyebabkan bercak warna merah dan putih pada

kuku dan membentuk sudut V yang tajam pada ujung kuku. 8 Tidak adanya atau

hiplopasia patela dan kuku, penebalan skapula dan hiperekstensi sendi. Perubahan

mata berupa katarak dan heterokromia.4

14. Median Nail Dystrophy (Distrofia Unguis Mediana Kanaliformis)

Adanya celah yang longitudinal pada tengah-tengah kuku karena trauma

dapat sembuh spontan dan timbul kembali.4

15. Pterygium Unguis

Kutikel yang tumbuh abnormal sehingga menutupi lempeng kuku bagian

proksimal seperti pada Liken planus.4

16. Hang Nail

16

Eponikium tumbuh berlebihan dan berbelah sehingga timbul fisura pada

pinggir kuku lateral, memberi rasa nyeri. Pengobatan dengan menggunting,

pemakaian emolien untuk menjaga agar kutikel selalu lunak. 4

17. Onikofagia (Nail Biting)

Sering menggigit kuku, merupakan gejala psikis. 4

18. Onychotillomania

Gejala neurosis, penderita merobek kuku. 4

2.1.3 Perubahan Warna Pada Kuku (Kromonikia)

Kromonikia (perubahan warna kuku) merupakan kelainan warna pada dasar

atau permukaan lempeng kuku atau jaringan subungual. Perubahan warna kuku

dapat berupa warna merah, coklat, hijau, kuning, ataupun biru; warna merah dan

coklat lebih umum ditemui.2

Peubahan warna pada kuku sering terjadi disebabkan oleh pigmen melanin

yang dihasilkan oleh melanosit akibat melanogenesis yang berlebihan, dapat juga

disebabkan adanya endapan zat lain pada bagian-bagian kuku. Warna yang timbul

akan bergantung pada tempat dan sifat-sifat zat yang diendapkan.4

Kuku warna merah terjadi karena perdarahan bawah kuku (splinterhem

orrhages) yang sering dihubungkan dengan penyakit endokarditis, meskipun

hanya 15% penderita endokarditis yang mengalami perubahan ini, penyebab lebih

sering adalah akibat trauma. Warna coklat pada kuku umumnya berupa garis

longitudinal dan ditemukan pada 90% orang kulit hitam dan 11% pada orang Asia

sebagai suatu varian normal, sedangkan baik pada anak maupun orang dewasa

kulit putih, sangat jarang ditemukan. Warna coklat ini harus dapat dibedakan

dengan melanoma subungual yang ditemukan pada 50% orang dengan warna kulit

gelap. Sindrom kuku kuning ditemukan pada sekitar 80% kasus limfedema.

Perubahan warna kuku menjadi biru akibat efek samping terapi minosiklin jarang

terjadi, tetapi sering disertai perubahan warna di daerah tubuh lain, termasuk kulit,

sklera, langit-langit mulut, gigi, tiroid, dan tulang. Data kejadian ini sangat

sedikit, laporan menunjukkan bahwa pada 3% sampai 15% pasien yang

17

memperoleh dosis kumulatif minosiklin lebih besar dari 100 g akan terjadi

perubahan warna, setidaknya pada salah satu bagian tubuh. Pasien jarang

mengeluhkan tampilan kuku mereka.2

1. Kuku Bewarna Hijau (Green Nails)

Pada kuku yang mengalami onikolisis dan paronikia yang berat akibat

infeksi Pseudomonas aeroginosa yang menghasilkan pigmen piosianin yang

berwarna hijau. Pigmen tersebut diendapkan pada lempeng kuku Kelainan warna

dapat seluruh permukaan kuku atau hanya sebagian Bila infeksi terjadi berulang

akan timbul garis hijau yang horizontal atau disebut green striated nails, warna

hijau disebabkan oleh Candida albicans atau Aspergilus flavus.4

Pengobatan yang dapat diberikan dengan terapi topikal dengan cara

meneteskanbeberapa tetes pemutih yang diencerkan atau solusio klorheksidin 2-3

kali sehari dapat menghilangkan pigmentasi dalam beberapa minggu.2

2. Kuku Berwarna Hitam (Black Nails)

Warna hitam pada kuku dapat disebabkan karena Melanogenesis yang

berlebihan pada penyakit pinta, def.vit B12, Melanoma maligna dan Peutz-Jegher

syndrome. Infeksi jamur oleh Candida abicans dan Blastomyces dermatitides,

Junction naevi dibawah kuku, Sindrom Cushing yang disertai peningkatan MSH.

Infeksi Proteus mirabilis yang menghasilkan hidrogen sulfida yang bergabung

dengan logam-logam yang ada pada kuku membentuk sulfida yang berwarna

hitam.4

3. Kuku Berwarna Tengguli atau Coklat Atau Merah Tua (Brown Nails)

Perubahan warna coklat pada kuku dapat oleh obat antimalaria (sepeti

klorokuin, kinakrin, dan amodiakin) dan juga fenoftalein; juga dapat terjadi

setelah kuku dikompres dengan larutan permanganas kalikus atau larutan perak

nitrat. Kuku coklat ini juga dapat ditemukan pada penyakit Addison dan akantosis

nigrikans. Kuku coklat yang terdapat hanya pada satu kuku dapat dikaitkan

dengan tumor, seperti melanoma.4

Warna kuku coklat lazim ditemukan pada sekitar 77-96% orang kulit gelap

dan 11% pada orang Asia. Warna coklat pada kuku biasanya berupa garis

longitudinal. Jika hanya satu kuku yang berwarna coklat longitudinal perlu

18

dipertimbangkan adanya tumor matriks kuku.1 Lokasi pada matriks dapat

disimpulkan dari lokasi warna pada lempeng kuku. Pigmentasi pada lempeng

kuku dorsal berasal dari lesi matriks proksimal. Pigmentasi pada lempeng kuku

ventral berasal dari lesi matriks distal. Warna coklat yang hanya mengenai satu

kuku direkomendasikan untuk dibiopsi. Beberapa ciri dermoskopik yang

mengarah ke melanoma adalah warna coklat pada latar belakang kuku dan

warnanya ireguler, adanya jarak, atau ketebalan garis yang longitudinal.2

4. Kuku Berwarna Biru (Blue Nails)

Warna biru pada kuku dapat ditemukan pada penyakit Wilson, argyria,

hematoma subungual, sianosis, dan pengaruh obat malaria seperti minosiklin,

mepakrin.

Bearn dan McKusick (1979) menemuka lunula berwarna biru (azure lunula)

pada penyakit Wilson, yaitu penyakit degenerasi hepatolentikular bawaan. Pada

penyakit ini, terdapat kelainan metabolisme tembaga (Cu) sehingga kadar Cu

dalam tubuh meningkat dan memberi warna biru pada lunula. Koplon (1966)

mengemukakan warna biru tidak hanya terbatas pada lunula. Kuku warna biru

juga ditemukan pada argyria, yaitu akibat mengkonsumsi produk mengandung

perak dalam jangka panjang sehingga terjadi akumulasi di beberapa bagian tubuh

dan memberikan warna biru. Selain itu, pengaruh obat antimalarial (seperti

mepakrin) dapat mengakibatkan pigmentasi longitudinal atau vertikal pada dasar

kuku sehingga membuat kuku berwarna biru.

Warna biru tidak terbatas pada lunula saja, namun dapat mengenai bagian

kuku lain Pada orang kulit hitam, warna biru pada kuku merupakan varian normal.

Pada kuku biru akibat obat antimalaria mepakrin, dengan pemeriksaan lampu

Wood dapat ditemukan fluoresensi kuning kehijauan atau putih (pada kuku

normal fluoresensi berupa biruviolet).2

5. Kuku Berwarna Kuning (Yellow Nails)

Pada sindrom kuku kuning biasanya terjadi penebalan, kadang terdapat

warna hijau yang mungkin disebabkan oleh infeksi sekunder. Kondisi ini biasanya

terjadi pada orang dewasa Kuku berwarna kuning biasanya akibat penebalan dan

19

dapat ditemukan pada beberapa keadaan, seperti limfedema efusi pleura,

hipoalbuminemia, jaundice, penyakit bronkiektasis, reumatoid artritis, dan cedera

termal, serta pengaruh obat seperti tetrasiklin.

Proses terjadinya kuku kuning masih belum diketahui, namun pada

limfangiografi ditemukan penyempitan pembuluh getah bening yang dicurigai

menjadi salah satu faktor penyebab. Kuku kuning dapat diakibatkan oleh

pengaruh obat seperti tetrasiklin. Dalam hal ini, kuku kuning dikatakan

berhubungan dengan fotosensitivitas, membentuk pola dark distal

photoonycholysis di seluruh kuku, dan kembali normal bila obat dihentikan.

Dapat terdiri dari pertumbuhan kuku yang lambat, kuku cembung dan tebal,

lunula tidak tampak, dan seluruh lempeng kuku menjadi kuning, disertai edema

biasanya pada tungkai, wajah, dan efusi pleura (Samman dan White).6,8

Manifestasi klinis lain berupa peningkatan kelengkungan transversal dan

longitudinal serta hilangnya kutikula, kadang terdapat paronikia kronis dengan

onikolisis dan transverse ridging, dan adanya penyakit respiratori atau sinonasal.

Semua kuku dapat terlibat, meskipun ada beberapa yang tidak. Pada pemeriksaan

histologis, jaringan fi brosa padat di dasar dan matriks kuku menggantikan stroma

subungual, disertai banyak pembuluh endotel berlapis yang dilatasi.

Perubahan warna ini biasanya bersifat permanen, namun pada beberapa

kejadian dapat kembali seperti normal. Terapi dapat berupa vitamin E oral dan

topikal, zinc oral, dan mengobati infeksi kronis yang ada. Pemberian itrakonazol

masih menjadi perdebatan. Pengobatan sindrom kuku kuning ini diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan kuku, namun hasilnya masih belum memuaskan.2

6. Kuku Berwarna Putih

Timbulnya warna putih akibat kelainan keratinisasi kuku.

1. Warna putih yang terbatas.

Leukonikia pungtata pada penyakit tifus, nefritis karena trauma, infeksi

jamur, bahkan pada orang normal. Leukonikia striata (garis Mee)/ Mee Line :

perubahan warna kuku berupa garis-garis putih karena kelainan herediter,

keracunan Talium, trauma otak yang hebat Half and half nails : warna kuku

bagian proksimal putih dan bagian distal merah muda dengan batas jelas

disebabkan oleh ginjal kronik. Meen’s transverse band : pita putih yang

20

melintang pada keracunan arsen. Pada Pelagra berat terdapat pita putih susu

berbatas tegas yang menyeluruh

2. Warna putih menyeluruh.

Leukonikia totalis dapat ditemukan pada penderita Sirosis hepatis. Dapat

mengenai seluruh jari tangan terutama ibu jari. Penyebab lain penyakit

Jantung, DM, Tuberkulosis dan Artritis reumatoid, dapat normal pada anak-

anak umur 1-4 tahun. Mungkin ada hubungan dengan adanya kelainan

endokrin yang berhubungan dengan kelainan metabolisme.4

BAB III

KESIMPULAN

Kuku adalah salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan

tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, gunanya selain

membantu jari-jari untuk memegang juga digunkan sebagai cermin kecantikan.

Kelainan kuku dibagi menjadi 3 bagian yaitu dermatosis yang menyebabkan

kelainan kuku (paronkia, liken planus kuku, kuku psoriasis, dan penyakit darier),

penyakit kuku (hippocratic finger, shell nail syndrome, koilonika, onikauksis,

onikogrifosis, anonikia, onikoatrofi,pe onikolisis, pakionikia, beau’s lines,

onikoreksis, hapalonikia, nail-patella-elbow, median nail dystrophy, pterygium

uguis, hang nail, onikofgia, dan onikopilomania) perubahan warna pada kuku

(kuku bewarna hijau, hitam, coklat, biru, kuning, dan putih).

Kuku memiliki beberapa fungsi penting, yang seringkali hanya disadari pada

saat kuku tersebut hilang atau kehilangan fungsinya. Fungsi paling nyata adalah

21

sebagai ornamen tangan, namun terdapat fungsi lain seperti proteksi falangs distal

terhadap trauma, efek counter-pressure yang membantu fungsi berjalan serta

untuk sensasi taktil, fungsi menggaruk, dan untuk memanipulasi barang kecil.

Dengan mengamati kondisi kuku, praktisi kesehatan juga dapat memperoleh

informasi mengenai kebiasaan, pekerjaan, dan status kesehatan seseorang karena

beberapa perubahan bentuk kuku dapat menjadi sebuah petunjuk mengenai suatu

penyakit.2

Pengetahuan anatomi dan fungsi kuku merupakan salah satu hal yang cukup

penting saat melakukan pemeriksaan fisik, karena pemeriksaan teliti pada kuku

jari tangan dan kaki dapat memberikan informasi mengenai penyakit atau

penyebab yang mendasarinya, serta penatalaksanaan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Melanie, A., Wiraputranto, M. C., Wijaya, L. Kelainan Bentuk Kuku.

Cerminan Dunia Kedokteran Volume 41, Nomor 12. 2014.

2. Melanie, A., Wiraputranto, M. C., Wijaya, L. Cerminan Dunia Kedokteran

Volume 42, Nomor 4. 2015.

3. Goodheart HP. Lippincott Williams & Wilkins. 2013. Diagnosis Fotografik

dan Penatalaksanaan Penyakit Kuli. Edisi 3. Jakarta: EGC

4. Soepardiman, Lily. Kelainan Kuku. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi Keenam. Badan Penerbit FKUI. Jakarta. 2013.

5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell. DJ.

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th Edition. Volume one.

The McGrow-Hill Companies. United States of America. 2008.

6. Siregar, R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta. 2013.

22