Upload
dinny-novia-w
View
70
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kelainan kuku
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Kuku memiliki beberapa fungsi penting, yang seringkali hanya disadari pada
saat kuku tersebut hilang atau kehilangan fungsinya.1 fungsi paling nyata adalah
sebagai ornamen tangan, namun terdapat fungsi lain seperti proteksi falang distal
terhadap trauma, efek counter-pressure yang membantu fungsi berjalan serta
untuk sensasi taktil, fungsi menggaruk, dan untuk memanipulasi barang kecil.1,2
Kuku juga penting dalam penampilan estetik tangan dan kaki.2
Pada praktik kedokteran sehari-hari pemeriksaan kuku sering terlewatkan,
padahal cukup banyak penyakit yang dapat dilihat melalui kuku.1 Pemeriksaan
kuku dapat dijadikan sebagai salah satu modalitas deteksi dini dan skrining
penyakit selain kelainan lokal struktur kuku sendiri.1 Dengan mengamati kondisi
kuku, praktisi kesehatan juga dapat memperoleh informasi mengenai kebiasaan,
pekerjaan, dan status kesehatan seseorang karena beberapa perubahan bentuk
kuku dapat menjadi sebuah petunjuk mengenai suatu penyakit sistemik.1 Bentuk
kuku abnormal seperti finger clubbing sering dikaitkan dengan adanya kelainan
paru, nail biting dan onikotilomania merupakan petunjuk mengenai status
emosional/psikis seseorang.1 Sementara perubahan warna kuku (kromonikia)
dapat merupakan variasi normal atau menunjukkan kelainan; dapat disebabkan
suatu infeksi, keganasan, pengaruh obat, atau penyakit sistemik lainnya.3
Kemampuan mendeteksi kelainan kuku dan memberi penanganan yang
sesuai selain berdampak medis, juga dapat mengurangi dampak psikologis akibat
kelainan kuku, yang dapat mengurangi percaya diri dan kemampuan
bersosialisasi.1
Adapun klasifikasi kelainan kuku berdasarkan perubahan berupa kelainan
bentuk kuku, kelainan warna kuku, dan kelainan permukaan kuku.1,3
Di negara Indonesia insidens kelainan kuku baik berdasarkan perubahan
berupa kelainan bentuk, warna dan permukaan tidak diketahui pasti, karena masih
belum banyak penelitian mengenai masalah ini. 1,3
Tulisan ini bermaksud untuk menjabarkan beberapa kelainan kuku yang
sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bagian Kuku
1. Matriks kuku
Merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru
2. Dinding kuku (nail wall)
Merupakan lipatan-lipatan kulit yg menutupi bagian pinggir dan atas
3. Dasar kuku (nail bed)
Merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku
4. Alur kuku (nail groove)
Merupakan celah antara dinding dan dasar kuku
5. Akar kuku (nail root)
Merupakan bagian proksimal kuku, bagian kuku yg terbenam dalam kulit jari
6. Lempeng kuku (nail plate)
Merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku
7. Lunula
Merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit
8. Eponikium
Merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi bagian
permukaan lempeng kuku
9. Hiponikium
2
Merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free edge)
menebal.4
Gambarna 1. Anatomi Kuku
Gamabar 2: Anatomi Kuku
2.2 Kelainan Kuku
Kelainan kuku dibagi menjadi 3 bagian:
1. Dermatosis yang menyebabkan kelainan kuku
2. Penyakit kuku
3. Perubahan warna pada kuku. 4
3
2.1.1 Dermatosis yang Menyebabkan Kelainan Kuku
1. Paronikia
Paronikia merupakan reaksi inflamasi mengenai lipatan kulit disekitar kuku.
Gejala Klinis
Paronikia ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan dapat
mengeluarkan pus. Bila infeksi telah kronis terdapat celah horisontal pada dasar
kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah.
Etiologi
Gejala pertama karena adanya pemisahan lempeng kuku dari eponikium,
biasanya disebabkan oleh trauma karena maserasi pada tangan yang sering kena
air. Celah yang lembab kemudian terkontaminasi oleh kokus piogenik atau jamur.
Jamur yang tersering adalah Candida albicans, Staphylococcus atau
Pseudomonas-aeruginosa.
Gambar 3. Gambaran khas paronikia
Insidens
4
Sering pada wanita, pekerjaan bar, pencuci, juga acapkali dijumpai pada
penderita diabetes militus dan malnutrisi. Pada anak disebabkan oleh mengisap
jari.
Pengobatan
Cegah adanya trauma dan jaga agar kulit tetap kering. Jika akan mencuci
sebaiknya memakai sarung tangan karet pada pada paronikia akut dengan supurasi
harus diadakan insisi.4
2. Onikomikosis
Infeksi jamur pada kuku, prevalensinya meningkat dengan peningkatan usia.
50% dari populasi umum dan 40% terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. 85% dari
kasus onikomikosis disebabkan oleh Dermatofita dan 15% disebabkan oleh jamur
nondermatofita. Orang dengan imunodefisiensi virus yang terkena infeksi ini
kebanyakan mengalami onikomikosis dengan jenis subungual proksimalis.
Candida albicans adalah penyebab onikomikosis pada pada orang dengan
imunosupresi.5
Terdapat 3 bentuk klinis onikomikosi:
1. Betuk ssubungual distalis
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini
menjalar ke proksimal kuku dan dibawah kuku terbentuk sisa kuku yang
rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan
hancur dan yang terlihat hanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.
2. Leukonikia trikofita/ leukonikia trikofita
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihn
dipermukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanya elemen
jamur. Kelainan ini dihubungkan dengan Tricophyton mentagrophytes sebagai
penyebabnya.
3. Bentuk subungual proksimalis
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama meyerang
kukudan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku dibagian
distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea
5
unguium mempunyai dermatofitosis ditempat lain yang sudah sembuh atau
yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang dibandingkan kuku tangan.
Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama
disembuhkan, kelainan kuku kaki lebih sulit disembuhkan dari pada kuku
tangan. Di Indonesia tidak banyak ditulis tentang tinea unguium. Gouw
Berkesimpulan, bahwa tinea unguium ada di Indonesia, namun tidak banyak.
Tabel 1. Bentuk klinis dari onikomikosis
Pengobatan
Secara topikal dapat dilakukan kompres dengan asam salisilat 5%, asam
benzoate 10%, dan resorsinol 5% dalam spiritus. Pengobatan sistemik dapat
diberikan griseofulvin dosis yang direkomendasikan 15-20 mg/kgbb/ hari dosis dewasa 500-1000 mg/hari. Mengkonsumsi griseofulvin bersamaan dengan makanan berlemak mempercepat absorpsi dan bioavailabilitas dari obat tersebut terapi bervariasi antara 8 sampai 10 minggu.6
3. Liken Planus Kuku Lichen planus pada kuku dapat timbul tanpa kelainan kulit. Perubahan
kuku berupa belah longitudinal, lipatan kuku yg mengembung (pterigium kuku),
kadang kadang anonikia. Lempeng kuku menipis dan papul liken planus dapat
mengenai lempeng kuku.
6
Pada pemeriksaan histopatologi terdapat hiperkeratosis, degenerasi sel
basal, infiltrat limfosit dan histiosit yang seperti susu.4
Gambar 5. Liken Planus Kuku
4. Kuku Psoriasis (Psoriatic nails)
Diperkirakan sekitar 7 juta orang di Amerika Serikat memiliki psoriasis
diantaranya sekitar 10-55% dari semua pasien dengan psoriasis memiliki penyakit
kuku psoriasis.
Gejala berupa adanya pits, terowongan dan cekungan yang transversal
(Beau’s line), leukonikia dengan permukaan yang kasar atau licin. Pada dasar
kuku terdapat perdarahan dan merah. Hiponikia hijau kekuningan pada daerah
onikolisis. Karena adanya keratosis subungual zat tanduk dibawah lempeng kuku
dapat menjadi medium pertumbuhan bakteri ataupun jamur.
Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan triamsinolon asetonid
secara intralesi kadang-kadang menolong. 4
Gambar 5. Kuku psoriasis
7
5. Penyakit Darier
Adanya kuku yang rapuh dan pecah-pecah dengan perubahan warna
longitudinal dan hiperkeratosis dibawah kuku. 4
2.1.1 Penyakit Kuku
1. Hippocratic (Clubbed) Fingers
Perubahan tidak hanya terjadi pada kuku, tetapi juga mengenai falangs
terminal. Kuku menggembung dan berbentuk konveks dalam arah transversal dan
longitudinal seperti gelas arloji. Eponikium menebal dan jaringan lunak falang
terminal menyerupai pemukul drum. Pelebaran ini juga mengenai falangs tengah.4
Etiologi
Finger clubbing dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, secara umum dapat
dibagi menjadi primer dan sekunder. Etiologi primer finger clubbing antara lain
pachydermoperiostosis, osteoartropati hipertrofi, dan familial idiopathic clubbing.
Etiologi sekunder dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar, yaitu
kelainan kardiovaskuler (aneurisma aorta, endokarditis bakterial, gagal jantung
kongestif, penyakit jantung kongenital sianotik), kelainan paru (bronkiektasis,
fibrosis kistik, karsinoma bronkogenik, abses paru, fibrosis paru, tuberkulosis
paru), kelainan gastrointestinal (inflammatory bowel disease, berbagai jenis
kelainan hepar), dan keganasan (mesothelioma, limfoma). 1
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis finger clubbing dapat unilateral maupun bilateral, pada
satu jari, beberapa jari maupun seluruh jari. Finger clubbing dapat disertai
sianosis, nyeri jari tangan, dan adanya “spongy sensation” saat jari ditekan. Pada
pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan yaitu
pemeriksaan Schamroth’s sign, Lovibond angle, dan Curth’s angle. Pada
pemeriksaan Schamroth’s sign, pasien diminta menempelkan bagian punggung
jari kanan dan kiri pasien (umumnya punggung jari telunjuk kanan dengan
punggung jari telunjuk kiri). Pada jari normal, akan terlihat suatu “jendela”
8
berbentuk bujur sangkar. Pada finger clubbing, jendela ini akan. Lovibond’s angle
atau sudut Lovibond merupakan sudut antara lipatan kuku proksimal dan lempeng
kuku. Pada jari normal, sudut ini biasanya sebesar 160º atau bahkan <160º. Bila
sudut ini terukur sebesar 161º –180º, dapat dianggap finger clubbing awal, atau
pseudoclubbing. 1
Gambar 6. Hippocratic (Clubbed) Fingers
Apabila sudutnya melebihi 180º, dapat dipastikan adanya finger clubbing.
Curth’s angle, atau sudut Curth, merupakan sudut yang diukur pada sendi
interfalangs distal. Sudut ini normalnya berukuran 180º atau lebih. Bila sudut ini
berkurang menjadi 160º, dapat dinyatakan bahwa jari tersebut mengalami finger
clubbing. Selain pemeriksaan fisik di atas, dapat dilakukan pemeriksaan lain
untuk memastikan adanya finger clubbing, seperti termografi, jari finger clubbing
akan menunjukkan peningkatan suhu bagian terminal dibandingkan dengan
bagian proksimal. Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan untuk mencari
etiologi, seperti dengan computed tomography scanning (CT Scan), magnetic
resonance imaging (MRI), dan ultrasonografi (USG).
Derajat Finger Clubbing
Derajat finger clubbing ditentukan melalui pemeriksaan fisik. Berikut adalah
parameter yang dibuat oleh chest physician untuk menilai derajat keparahan
finger clubbing:
Derajat 1: fluktuasi dan perlunakan dasar kuku
9
Derajat 2: peningkatan sudut antara dasar kuku dan lipatan kuku proksimal
(Lovibond angle) melebihi 160º
Derajat 3: kuku tampak cembung sekali
Derajat 4: ujung jari berbentuk seperti gada (clubbed appearance)
Derajat 5: kuku dan kulit sekitarnya tampak mengilap disertai garis-garis
longitudinal pada kuku.1
2. Shell Nail Syndrome
Biasanya menyertai bronkiektasis. Kuku menyerupai clubbed nail tapi
dasar kuku atrofi.4
3. Koilonika (Spoon Nails)
Koilonikia atau spoon nail (kuku sendok) merupakan kelainan kuku yang
terjadi pada lempeng kuku, lempeng kuku kehilangan kecembungan normalnya
dan berubah menjadi cekung. Pada dasarnya, koilonikia merupakan kebalikan
finger clubbing.2 Kuku tipis dan berbentuk cembung dengan pinggir meninggi
Menyertai kelainan metabolisme besi yang merupakan gejala sindrom Plummer
Vinson dan juga disebabkan oleh sabun keras atau keadaan lain yang
menyebabkan penipisan kuku.4
Etiologi
Koilonikia dikenal sebagai salah satu manifestasi klinis pada anemia defi
siensibesi, meskipun tidak patognomonik. Koilonikia dapat didasari oleh banyak
etiologi lain, bahkan dapat terjadi secara fisiologis, terutama pada kuku jari kaki
anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Selain anemia defisiensi besi, koilonikia juga
dapat ditemukan pada defisiensi protein (sistein dan methionin), hemokromatosis,
Plummer Vinson Syndrome, skleroderma, dan juga dapat berhubungan dengan
trauma, baik trauma fisik maupun trauma kimiawi yang sering berhubungan
dengan pekerjaan, terutama yang tergolong pekerjaan basah (wet work).
Manifestasi Klinis
Koilonikia umumnya bilateral dan terjadi pada seluruh jari, kecuali pada
anak-anak yang umumnya hanya ditemukan pada kuku ibu jari kaki. Selain itu,
karena paling sering disebabkan oleh defi siensi besi, dapat ditemukan gejala-
10
gejala anemia lainnya seperti dasar kuku pucat. Untuk memastikan adanya
koilonikia, dapat dilakukan water drop test, yaitu dengan meneteskan air pada
permukaan kuku. Pada kuku normal, air tidak akan tertampung karena kuku
normal berbentuk cembung, hal yang sebaliknya terjadi pada kuku yang
mengalami koilonikia. 1
Gambar 7. Koilonikia
4. Onikauksis
Kuku menebal tanpa kelainan kelainan bentuk. Menyertai penyakit
akromegali, Darier, psoriasis, dan Pitiriasis rubra pilaris, dapat juga herediter. 4
Gambar 8. Onikauksis
5. Onikogrifosis
Kuku berubah bentuk dan menebal seperti cakar disebabkan trauma
neuropatia perifer dan perubahan vaskular perifer. Sering disebabkan pemotongan
kuku yang tidak teratur. Dapat mengenai ibu jari kaki orang tua.4
11
Gambar 9. Onikogrifosis
6. Anonikia
Tidak tumbuhnya kuku karena defek Ektoderma kongenital, Iktiosis dan
infeksi berat dan fenomen Raynaud.4
Gambar 10. Anonikia
7. Onikoatrofi
Kuku menjadi tipis dan lebih kecil akibat gangguan vaskular, Epidermolisis
bulosa, liken planus, penyakit Darier dan Sindrom nail-platella-elbow.4
8. Onikolisis
Terpisahnya kuku dari dasarnya terutama bagian distal atau lateral. Warna
kuku berubah kuning karena pus, udara atau skuama. Infeksi Pseudomonas
menimbulkan warna hijau, sedangkan perdarahan menimbulkan warna
kecoklatan. Adanya eksudat yang mengandung glikoprotein akan membentuk
12
“oily spot” pada kuku penderita psoriasis. Penyebab onikolisis adalah jamur
dermatofita atau candida, trauma karena sepatu atau bahan kimia.4
Gambar 11. Onikolisis
9. Pakionikia
Adanya penebalan pada lempeng kuku. Tebal kuku jari tangan yang normal
adalah 0,5 mm dan kuku jari kaki dua kali lebih tebal. Penebalan kuku terjadi
Karena adanya hiperkeratosis dari dasar kuku atau karena perubahan matriks
kuku.4
10. Beau’s lines
Adanya terowongan transversal dimulai dari lunula dan berjalan ke arah
distal sesuai pertumbuhan kuku. Disebabkan karena penghentian sementara fungsi
matriks kuku, morbili dan reaksi obat.4
11. Onikoreksis (Brittle Nail)
Brittle Nail Syndrome, atau sindrom kuku rapuh, merupakan kelompok
penyakit yang ditandai oleh iregularitas bentuk kuku dan diskontinuitas jaringan
kuku. Menurut patofisiologinya sindrom kuku rapuh dibagi dua, yaitu onikoskizia
dan onikoreksis. Pada onikoskizia kelainan terjadi di lempeng kuku, tepatnya pada
bagian distal lempeng kuku, sedangkan pada onikoreksis kelainan terletak pada
matriks kuku
a. Onikoskizia
Etiologi
13
Etiologi onikoskizia sangat bervariasi, yang paling sering adalah
pekerjaan yang tergolong “wet work”, kuku menjadi basah dan kering secara
berulang-ulang, seperti pada ibu rumah tangga dan penata rambut.
Onikoskizia juga sering ditemukan pada penggunaan aseton dan cat kuku.
Selain itu, onikoskizia juga dapat disebabkan oleh trauma, defi siensi
biotinidase, onikomikosis, onikotilomania, dan onikofagia.
Patofisiologi
Pada onikoskizia terjadi dishesi lapisan keratin pada lempeng kuku,
terutama dibagian distal, hingga lapisan-lapisan ini terpisah dan akhirnya
terjadi belahan (splitting) yang nyata. Kejadian ini umumnya dipicu oleh
faktor-faktor eksternal yang sudah dibicarakan di atas, dapat juga
berhubungan dengan onikoreksis, karena pada onikoreksis didapati penipisan
lempeng kuku.
Manifestasi Klinis
Onikoskizia dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Kuku tampak
rapuh pada bagian distal kuku dan terdapat fragmen kuku yang mudah
dipatahkan. Temuan ini dapat disertai dengan atau tanpa penipisan kuku.
b. Onikoreksis
Etiologi
Berbeda dengan onikoskizia, yang umumnya disebabkan oleh faktor
eksternal, onikoreksis disebabkan oleh faktor internal yang mengganggu
pembentukan kuku pada matriks kuku. Contohnya adalah penurunan
vaskulerisasi dan oksigenisasi, kelainan endokrin, kelainan metabolik, dan
kelainan keratinisasi. Selain itu, onikoreksis juga dapat ditemukan pada
keracunan arsen dan kondisi pasca-iradiasi.
Patofisiologi
Pada onikoreksis terdapat faktor-faktor yang mengganggu pembentukan
kuku pada matriks kuku, baik dalam hal proliferasi matriks maupun pada
14
proses keratinisasi yang berakhir dengan pembentukan kuku patologis, yang
menyebabkan splitting, ridging, dan perubahan ketebalan kuku.
Manifestasi Klinis
Sama halnya dengan onikoskizia, onikoreksis dapat terjadi bilateral
maupun unilateral, meskipun lebih sering bilateral. Pada inspeksi, dapat
ditemukan ridging dan splitting pada bagian proksimal kuku, yang dapat
menyebar hingga ke bagian distal lempeng kuku. Perubahan ketebalan kuku
juga sering ditemukan. Onikoreksis juga merupakan salah satu manifestasi
utama liken planus dan pitiriasis rubra pilaris. Pada liken planus, onikoreksis
dapat terjadi bersamaan dengan pterigium pada kuku.
Terapi
Istilah Brittle Nail Syndrome sebetulnya lebih tepat digunakan untuk
menunjukkan manifestasi klinis daripada nama penyakit tersendiri;
pengobatan terbaik Brittle Nail Syndrome adalah mengatasi etiologinya,
terutama untuk onikoreksis, dan menghindari faktor eksternal pencetus untuk
onikoskizia, seperti menghindari pengunaan aseton dan cat kuku. Bila faktor-
faktor eksternal tersebut tidak dapat dihindari, dapat dilakukan tindakan
perlindungan berupa penggunaan sarung tangan atau sarung jari. Selain
mengatasi etiologi dan menghindari pencetus, pelembap berupa emolien dapat
diberikan untuk menjaga kelembapan kuku. Biotin dapat memperbaiki Brittle
Nail Syndrome dan mengembalikan ketebalan kuku normal, dosis yang
dianjurkan adalah 2,5 mg setiap hari selama 6 – 15 bulan. Menurut penelitian,
suplemen biotin 2,5 mg setiap hari selama 15 bulan dapat meningkatkan
ketebalan kuku sebanyak 25%.1
15
12. Hapalonikia
Kuku yang melunak karena defek pada matriks sehingga kuku tipis lunak
dan mudah sobek. Sering menyertai malnutrisi, miksedema, lepra dan fenomen
Raynaud.4
13. Nail-Petella-Elbow syndrome (Osteo onycho-dysplasia)
Pada nail-patella syndrome, kuku hilang atau mengecil berlubang dan
bergelombang. Penyakit Drier menyebabkan bercak warna merah dan putih pada
kuku dan membentuk sudut V yang tajam pada ujung kuku. 8 Tidak adanya atau
hiplopasia patela dan kuku, penebalan skapula dan hiperekstensi sendi. Perubahan
mata berupa katarak dan heterokromia.4
14. Median Nail Dystrophy (Distrofia Unguis Mediana Kanaliformis)
Adanya celah yang longitudinal pada tengah-tengah kuku karena trauma
dapat sembuh spontan dan timbul kembali.4
15. Pterygium Unguis
Kutikel yang tumbuh abnormal sehingga menutupi lempeng kuku bagian
proksimal seperti pada Liken planus.4
16. Hang Nail
16
Eponikium tumbuh berlebihan dan berbelah sehingga timbul fisura pada
pinggir kuku lateral, memberi rasa nyeri. Pengobatan dengan menggunting,
pemakaian emolien untuk menjaga agar kutikel selalu lunak. 4
17. Onikofagia (Nail Biting)
Sering menggigit kuku, merupakan gejala psikis. 4
18. Onychotillomania
Gejala neurosis, penderita merobek kuku. 4
2.1.3 Perubahan Warna Pada Kuku (Kromonikia)
Kromonikia (perubahan warna kuku) merupakan kelainan warna pada dasar
atau permukaan lempeng kuku atau jaringan subungual. Perubahan warna kuku
dapat berupa warna merah, coklat, hijau, kuning, ataupun biru; warna merah dan
coklat lebih umum ditemui.2
Peubahan warna pada kuku sering terjadi disebabkan oleh pigmen melanin
yang dihasilkan oleh melanosit akibat melanogenesis yang berlebihan, dapat juga
disebabkan adanya endapan zat lain pada bagian-bagian kuku. Warna yang timbul
akan bergantung pada tempat dan sifat-sifat zat yang diendapkan.4
Kuku warna merah terjadi karena perdarahan bawah kuku (splinterhem
orrhages) yang sering dihubungkan dengan penyakit endokarditis, meskipun
hanya 15% penderita endokarditis yang mengalami perubahan ini, penyebab lebih
sering adalah akibat trauma. Warna coklat pada kuku umumnya berupa garis
longitudinal dan ditemukan pada 90% orang kulit hitam dan 11% pada orang Asia
sebagai suatu varian normal, sedangkan baik pada anak maupun orang dewasa
kulit putih, sangat jarang ditemukan. Warna coklat ini harus dapat dibedakan
dengan melanoma subungual yang ditemukan pada 50% orang dengan warna kulit
gelap. Sindrom kuku kuning ditemukan pada sekitar 80% kasus limfedema.
Perubahan warna kuku menjadi biru akibat efek samping terapi minosiklin jarang
terjadi, tetapi sering disertai perubahan warna di daerah tubuh lain, termasuk kulit,
sklera, langit-langit mulut, gigi, tiroid, dan tulang. Data kejadian ini sangat
sedikit, laporan menunjukkan bahwa pada 3% sampai 15% pasien yang
17
memperoleh dosis kumulatif minosiklin lebih besar dari 100 g akan terjadi
perubahan warna, setidaknya pada salah satu bagian tubuh. Pasien jarang
mengeluhkan tampilan kuku mereka.2
1. Kuku Bewarna Hijau (Green Nails)
Pada kuku yang mengalami onikolisis dan paronikia yang berat akibat
infeksi Pseudomonas aeroginosa yang menghasilkan pigmen piosianin yang
berwarna hijau. Pigmen tersebut diendapkan pada lempeng kuku Kelainan warna
dapat seluruh permukaan kuku atau hanya sebagian Bila infeksi terjadi berulang
akan timbul garis hijau yang horizontal atau disebut green striated nails, warna
hijau disebabkan oleh Candida albicans atau Aspergilus flavus.4
Pengobatan yang dapat diberikan dengan terapi topikal dengan cara
meneteskanbeberapa tetes pemutih yang diencerkan atau solusio klorheksidin 2-3
kali sehari dapat menghilangkan pigmentasi dalam beberapa minggu.2
2. Kuku Berwarna Hitam (Black Nails)
Warna hitam pada kuku dapat disebabkan karena Melanogenesis yang
berlebihan pada penyakit pinta, def.vit B12, Melanoma maligna dan Peutz-Jegher
syndrome. Infeksi jamur oleh Candida abicans dan Blastomyces dermatitides,
Junction naevi dibawah kuku, Sindrom Cushing yang disertai peningkatan MSH.
Infeksi Proteus mirabilis yang menghasilkan hidrogen sulfida yang bergabung
dengan logam-logam yang ada pada kuku membentuk sulfida yang berwarna
hitam.4
3. Kuku Berwarna Tengguli atau Coklat Atau Merah Tua (Brown Nails)
Perubahan warna coklat pada kuku dapat oleh obat antimalaria (sepeti
klorokuin, kinakrin, dan amodiakin) dan juga fenoftalein; juga dapat terjadi
setelah kuku dikompres dengan larutan permanganas kalikus atau larutan perak
nitrat. Kuku coklat ini juga dapat ditemukan pada penyakit Addison dan akantosis
nigrikans. Kuku coklat yang terdapat hanya pada satu kuku dapat dikaitkan
dengan tumor, seperti melanoma.4
Warna kuku coklat lazim ditemukan pada sekitar 77-96% orang kulit gelap
dan 11% pada orang Asia. Warna coklat pada kuku biasanya berupa garis
longitudinal. Jika hanya satu kuku yang berwarna coklat longitudinal perlu
18
dipertimbangkan adanya tumor matriks kuku.1 Lokasi pada matriks dapat
disimpulkan dari lokasi warna pada lempeng kuku. Pigmentasi pada lempeng
kuku dorsal berasal dari lesi matriks proksimal. Pigmentasi pada lempeng kuku
ventral berasal dari lesi matriks distal. Warna coklat yang hanya mengenai satu
kuku direkomendasikan untuk dibiopsi. Beberapa ciri dermoskopik yang
mengarah ke melanoma adalah warna coklat pada latar belakang kuku dan
warnanya ireguler, adanya jarak, atau ketebalan garis yang longitudinal.2
4. Kuku Berwarna Biru (Blue Nails)
Warna biru pada kuku dapat ditemukan pada penyakit Wilson, argyria,
hematoma subungual, sianosis, dan pengaruh obat malaria seperti minosiklin,
mepakrin.
Bearn dan McKusick (1979) menemuka lunula berwarna biru (azure lunula)
pada penyakit Wilson, yaitu penyakit degenerasi hepatolentikular bawaan. Pada
penyakit ini, terdapat kelainan metabolisme tembaga (Cu) sehingga kadar Cu
dalam tubuh meningkat dan memberi warna biru pada lunula. Koplon (1966)
mengemukakan warna biru tidak hanya terbatas pada lunula. Kuku warna biru
juga ditemukan pada argyria, yaitu akibat mengkonsumsi produk mengandung
perak dalam jangka panjang sehingga terjadi akumulasi di beberapa bagian tubuh
dan memberikan warna biru. Selain itu, pengaruh obat antimalarial (seperti
mepakrin) dapat mengakibatkan pigmentasi longitudinal atau vertikal pada dasar
kuku sehingga membuat kuku berwarna biru.
Warna biru tidak terbatas pada lunula saja, namun dapat mengenai bagian
kuku lain Pada orang kulit hitam, warna biru pada kuku merupakan varian normal.
Pada kuku biru akibat obat antimalaria mepakrin, dengan pemeriksaan lampu
Wood dapat ditemukan fluoresensi kuning kehijauan atau putih (pada kuku
normal fluoresensi berupa biruviolet).2
5. Kuku Berwarna Kuning (Yellow Nails)
Pada sindrom kuku kuning biasanya terjadi penebalan, kadang terdapat
warna hijau yang mungkin disebabkan oleh infeksi sekunder. Kondisi ini biasanya
terjadi pada orang dewasa Kuku berwarna kuning biasanya akibat penebalan dan
19
dapat ditemukan pada beberapa keadaan, seperti limfedema efusi pleura,
hipoalbuminemia, jaundice, penyakit bronkiektasis, reumatoid artritis, dan cedera
termal, serta pengaruh obat seperti tetrasiklin.
Proses terjadinya kuku kuning masih belum diketahui, namun pada
limfangiografi ditemukan penyempitan pembuluh getah bening yang dicurigai
menjadi salah satu faktor penyebab. Kuku kuning dapat diakibatkan oleh
pengaruh obat seperti tetrasiklin. Dalam hal ini, kuku kuning dikatakan
berhubungan dengan fotosensitivitas, membentuk pola dark distal
photoonycholysis di seluruh kuku, dan kembali normal bila obat dihentikan.
Dapat terdiri dari pertumbuhan kuku yang lambat, kuku cembung dan tebal,
lunula tidak tampak, dan seluruh lempeng kuku menjadi kuning, disertai edema
biasanya pada tungkai, wajah, dan efusi pleura (Samman dan White).6,8
Manifestasi klinis lain berupa peningkatan kelengkungan transversal dan
longitudinal serta hilangnya kutikula, kadang terdapat paronikia kronis dengan
onikolisis dan transverse ridging, dan adanya penyakit respiratori atau sinonasal.
Semua kuku dapat terlibat, meskipun ada beberapa yang tidak. Pada pemeriksaan
histologis, jaringan fi brosa padat di dasar dan matriks kuku menggantikan stroma
subungual, disertai banyak pembuluh endotel berlapis yang dilatasi.
Perubahan warna ini biasanya bersifat permanen, namun pada beberapa
kejadian dapat kembali seperti normal. Terapi dapat berupa vitamin E oral dan
topikal, zinc oral, dan mengobati infeksi kronis yang ada. Pemberian itrakonazol
masih menjadi perdebatan. Pengobatan sindrom kuku kuning ini diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan kuku, namun hasilnya masih belum memuaskan.2
6. Kuku Berwarna Putih
Timbulnya warna putih akibat kelainan keratinisasi kuku.
1. Warna putih yang terbatas.
Leukonikia pungtata pada penyakit tifus, nefritis karena trauma, infeksi
jamur, bahkan pada orang normal. Leukonikia striata (garis Mee)/ Mee Line :
perubahan warna kuku berupa garis-garis putih karena kelainan herediter,
keracunan Talium, trauma otak yang hebat Half and half nails : warna kuku
bagian proksimal putih dan bagian distal merah muda dengan batas jelas
disebabkan oleh ginjal kronik. Meen’s transverse band : pita putih yang
20
melintang pada keracunan arsen. Pada Pelagra berat terdapat pita putih susu
berbatas tegas yang menyeluruh
2. Warna putih menyeluruh.
Leukonikia totalis dapat ditemukan pada penderita Sirosis hepatis. Dapat
mengenai seluruh jari tangan terutama ibu jari. Penyebab lain penyakit
Jantung, DM, Tuberkulosis dan Artritis reumatoid, dapat normal pada anak-
anak umur 1-4 tahun. Mungkin ada hubungan dengan adanya kelainan
endokrin yang berhubungan dengan kelainan metabolisme.4
BAB III
KESIMPULAN
Kuku adalah salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan
tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, gunanya selain
membantu jari-jari untuk memegang juga digunkan sebagai cermin kecantikan.
Kelainan kuku dibagi menjadi 3 bagian yaitu dermatosis yang menyebabkan
kelainan kuku (paronkia, liken planus kuku, kuku psoriasis, dan penyakit darier),
penyakit kuku (hippocratic finger, shell nail syndrome, koilonika, onikauksis,
onikogrifosis, anonikia, onikoatrofi,pe onikolisis, pakionikia, beau’s lines,
onikoreksis, hapalonikia, nail-patella-elbow, median nail dystrophy, pterygium
uguis, hang nail, onikofgia, dan onikopilomania) perubahan warna pada kuku
(kuku bewarna hijau, hitam, coklat, biru, kuning, dan putih).
Kuku memiliki beberapa fungsi penting, yang seringkali hanya disadari pada
saat kuku tersebut hilang atau kehilangan fungsinya. Fungsi paling nyata adalah
21
sebagai ornamen tangan, namun terdapat fungsi lain seperti proteksi falangs distal
terhadap trauma, efek counter-pressure yang membantu fungsi berjalan serta
untuk sensasi taktil, fungsi menggaruk, dan untuk memanipulasi barang kecil.
Dengan mengamati kondisi kuku, praktisi kesehatan juga dapat memperoleh
informasi mengenai kebiasaan, pekerjaan, dan status kesehatan seseorang karena
beberapa perubahan bentuk kuku dapat menjadi sebuah petunjuk mengenai suatu
penyakit.2
Pengetahuan anatomi dan fungsi kuku merupakan salah satu hal yang cukup
penting saat melakukan pemeriksaan fisik, karena pemeriksaan teliti pada kuku
jari tangan dan kaki dapat memberikan informasi mengenai penyakit atau
penyebab yang mendasarinya, serta penatalaksanaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Melanie, A., Wiraputranto, M. C., Wijaya, L. Kelainan Bentuk Kuku.
Cerminan Dunia Kedokteran Volume 41, Nomor 12. 2014.
2. Melanie, A., Wiraputranto, M. C., Wijaya, L. Cerminan Dunia Kedokteran
Volume 42, Nomor 4. 2015.
3. Goodheart HP. Lippincott Williams & Wilkins. 2013. Diagnosis Fotografik
dan Penatalaksanaan Penyakit Kuli. Edisi 3. Jakarta: EGC
4. Soepardiman, Lily. Kelainan Kuku. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Keenam. Badan Penerbit FKUI. Jakarta. 2013.
5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell. DJ.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th Edition. Volume one.
The McGrow-Hill Companies. United States of America. 2008.
6. Siregar, R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta. 2013.
22