49
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam hal perawatan gigi pasien, kita sebagai dokter gigi harus memperhatikan keadaan kondisi tubuh pasien sebelum datang maupun pada saat datang dengan menganamnesa contohnya untuk mengetahui penyakit yang pernah dialami atau yang sedang dialami pasien. Dengan anamnesa, dokter gigi bisa waspada dan hati – hati saat perawatan gigi pasien serta dapat memikirkan tindakan yang cepat dan tepat bila kemungkinan terburuk yang terjadi disaat pertengahan perawatan gigi pasien. Untuk itu dokter gigi harus mengetahui dan memahami segala macam penyakit serta tindakan dokter gigi dari tiap – tiap penyakit yang ada. 1.2. Rumusan Masalah 1) Apa saja penyakit sistemik yang mugkin muncul pada compromise medis? 2) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan sebelum perawatan? 3) Bagaimana tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat perawatan? 1

Isi Laporan Kegawatdaruratan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi Laporan Kegawatdaruratan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam hal perawatan gigi pasien, kita sebagai dokter gigi harus

memperhatikan keadaan kondisi tubuh pasien sebelum datang maupun pada

saat datang dengan menganamnesa contohnya untuk mengetahui penyakit

yang pernah dialami atau yang sedang dialami pasien. Dengan anamnesa,

dokter gigi bisa waspada dan hati – hati saat perawatan gigi pasien serta dapat

memikirkan tindakan yang cepat dan tepat bila kemungkinan terburuk yang

terjadi disaat pertengahan perawatan gigi pasien. Untuk itu dokter gigi harus

mengetahui dan memahami segala macam penyakit serta tindakan dokter gigi

dari tiap – tiap penyakit yang ada.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa saja penyakit sistemik yang mugkin muncul pada compromise medis?

2) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan sebelum perawatan?

3) Bagaimana tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kegawatdaruratan

pada saat perawatan?

1.3. Tujuan

1) Mengetahui macam-macam penyakit sistemik yang perlu diperhatikan pada

compromise medis.

2) Mengetahui dan memahami hal-hal yang yang perlu diperhatikan sebelum

perawatan.

3) Mengetahui dan memahami tindakan yang dilakukan jika terjadi

kegawatdaruratan pada saat perawatan.

1

Page 2: Isi Laporan Kegawatdaruratan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tujuan Compromise Medis

2.1.1 Memberikan tindakan pertolongan pertama kepada pasien

2.1.2 Menstabilkan keadaan pasien

2.1.3 Mengurangi rasa nyeri dan cemas serta ketidaknyamanan pasien

2.1.4 Memberikan perawatan yang sesuai agar dokter gigi dapat lebih berhati-

hati dengan adanya kondisi sistemik pasien

2.1.5 Untuk dapat melanjutkan perawatan gigi yang dikeluhkan oleh pasien

2.1.6 Mengantisipasi dan mengendalikan situasi saat pemeriksaan dan

perawatan

2.2. Kegawatdaruratan di Bidang Kedokteran Gigi Anak

2

Page 3: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3

Page 4: Isi Laporan Kegawatdaruratan

4

Page 6: Isi Laporan Kegawatdaruratan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.......................................................................................................................... Epilepsi

3.1.1. Gejala Klinis Epilepsi

Epilepsi terbagi atas dua bentuk yang umum, yaitu:

(1) Grand mal

Biasanya mengakibatkan kekejangan dengan hilangnya koordinasi.

(2) Petit mal

Mengakibatkan hilangnya kesadaran tetapi tanpa kekejangan dan kehilangan

kontrol yang nyata. Pasien dalam keadaan berdiri, bahkan tidak akan

kehilangan keseimbangan, hanya kelihatan memeiliki ekspresi kosong

selama beberapa saat.

Kedua bentuk epilepsi ini umumnya berakhir dengan sendirinya dan yang

dibutuhkan hanyalah menunggu sampai kesadaran muncul kembali.

Tanda-tanda Klinis

- Hilangnya kesadaran petit mal

- Kontraksi otot-otot secara umum (tahap kronis)

- Kejang-kejang tubuh yang tidak dapat dikontrol (tahap kronis) grand mal

- interkontinen

3.1.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Epilepsi

1) Edukasi mengenai perawatan yang dilakukan kepada pasien.

2) Mengkondisikan ruangan senyaman mungkin agar pasien tidak nervous,

karena nervous dapat memicu kambuhnya epilepsi.

3) Perawatan diberikan 90 menit setelah pasien makan.

4) Jikan pasien sangat nervous, sebaiknya diberikan obat penenang tambahan.

6

Page 7: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.1.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Epilepsi

1) Petit mal:

- Proses penyembuhan pada serangan petit mal berlangsung cepat, dan tidak

ada pencegahan khusus yang perlu dilaksanakan. Jika perawatan gigi sudah

dimulai, maka dapat dilanjukan kembali.

- Semua peralatan disekitar penderita harus disingkirkan

2) Grand mal:

- Penanganan seperti pada pasien tidak sadar

- Sangat penting untuk mengangkat seluruh benda-benda yang lepas dari

dalam mulut, terutama geligi tiruan penuh, dan melindungi lidah dari

kerusakan.

- Semua peralatan disekitar penderita harus disingkirkan

- Dapat memberikan alat bantu pernafasan Brook

- Tahap klonik/ kejang jarang berakhir lebih dari beberapa menit dan diikuti

dengan keadaan mengantuk yang akan berlangsung selama beberapa menit

sampai beberapa jam, dimana selama masa tersebut pasien akan berbicara

dengan ucapan yang tidak jelas, mengeluh sakit kepala dan umumnya

merasa tidak sehat. Jika perawatan gigi sudah dimulai, maka sebaiknya

dipersingkat.

- Kadang-kadang pada epilepsi yang tidak stabil, serangan mungkin

berlangsung lama atau diikuti dengan serangan lain dalam waktuy yang

cepat. Apabila hal ini terjadi, dengan fase klonik berlangsung lebih dari 10

menit, maka diperlukan advis medis dari dokter ahli atau bantuan ambulans.

- Jika bantuan yang diharapkan belum datang, persediaan benzodiazepines

pada praktik dapat diberikan secara intravena. Diazepam atau midazolam

10mg yang diberikan secara intravena, secara perlahan dapat menggagalkan

serangan. Kadang-kadang bila dibutuhkan dosis yang lebih besar, mintalah

advis medis dari dokter ahli sebelum memberikan dosis yang melebihi

jumlah ini.

7

Page 8: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.2.......................................................................................................................... Asma

3.2.1. Gejala Klinis Asma

Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas dengan sejumlah sel dan

elemen sel yang berperan. Inflamasi kronik è hipereaktivitas saluran napas

meningkat è episodik berulang : sesak napas, mengi, dada terasa berat dan

batuk terutama pada malam atau dinihari. Gejala episodik tersebut berhubungan

dengan obstruksi saluran napas yang difus dengan derajat bervariasi dan bersifat

reversibel baik secara spontan atau dengan pengobatan.

Strategi penatalaksanaan:

- Pendidikan penderita

- Identifikasi dan menghindari faktor pencetus

- Obat-obatan untuk mengontrol asma

- Penentuan klasifikasi asma

- Penatalaksanaan eksaserbasi akut yang adekuat

- Pemantauan dan pengobatan asma jangka panjang

- Latihan fisik atau kebugaran jasmani

3.2.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Asma

1) Posisikan pasien harus tenang dan rileks

2) Mempersiapkan bronkodilator pada penderita asma bronchial

3) Pada asma kardial dihindarkan penambahan vasokonstriktor

3.2.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Asma

1) Mempersiapkan IDT (Inhaler Dosis Terukur) aerosol

- IDT dikocok, tutup dibuka

- Inhaler dipegang tegak, ekspirasi pelan-pelan

- Inhaler di antara bibir yang rapat, inspirasi pelan-pelan, kanester ditekan

tarik napas dalam-dalam

- Tahan napas sampai 10 detik atau hitung 10x

2) Naikkan dosis inhaler 2 kali lipat saat kambuh

8

Page 9: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3) Menempatkan pasien dalam posisi senyaman mungkin dengan menegakkan

tubuh pasien dengan tangan terlentang.

3.3.......................................................................................................................... Infark Miokard

Penyakit jantung mempunyai hubungan penting dengan praktek kedokteran gigi

karena banyak alasan, termasuk resiko bahwa pengobatan oral bisa

mengakibatkan endokarditis bakterialis, penjalaran nyeri insufisiensi koroner ke

wajah bagian bawah dan mandibulum, dan bahaya anestesi umum dan anestesi

lokal dengan adrenalin pada pasien demikian. Infark miokardium adalah penyebab

kedaruratan utama pada pembedahan gigi dan pengenalan awal oleh ahli bedah

mulut mungkin bisa menyelamatkan jiwa seseorang.

3.3.1. Gejala Klinis Infark Miokard

Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan karena

rasa sakit didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi dari

pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien

yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang

menjadi syok dan eadem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja

tampak sehat lalu tiba-tiba meninggal.

Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti

angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa

penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian.

Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina ,maka ia tabu

bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang

berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard akut

terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada jam-jam awal

dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa sakitnya yang bisa

kemudian menghilang berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan

berhari-hari. Nausea dan vomitus merupakan penyerta rasa sakit tsb dan bisa

hebat, terlebih-lebih apabila diberikan martin untuk rasa sakitnya.

9

Page 10: Isi Laporan Kegawatdaruratan

Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik,

mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia

menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas

(sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus

peptikum akut atau pancreatitis akut).

Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun hila pasien-

pasien ini ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya

gangguan pencernaan atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya

sedikit menimbulkan rasa tidak enak/senang. Sekali-sekali pasien akan

mengalami rasa napas yang pendek (seperti orang yang kelelahan) dan

bukanya tekanan pada substernal.Sekali-sekali bisa pula terjadi

cekukan/singultus akibat irritasi diapragma oleh infark dinding inferior.

pasien biasanya tetap sadar ,tetapi bisa gelisah, cemas atau bingung. Syncope

adalah jarang, ketidak sadaran akibat iskemi serebral, sebab cardiac output

yang berkurang bisa sekali-sekali terjadi.Bila pasien-pasien ditanyai secara

cermat, mereka sering menyatakan bahwa untuk masa yang bervariasi

sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu ) ,rasa sakit anginanya menjadi

lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak terhadap pemberian nitrogliserin

atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak substernal yang tersamar

atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan /ancaman /pertanda).

Bila serangan-serangan angina menghebat ini bisa merupakan petunjuk

bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina) dan bahwasanya

dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif.

Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan

berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok

tidak dijumpai.

Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau

inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi

demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102

10

Page 11: Isi Laporan Kegawatdaruratan

derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan

turun ,kembali normal pada akhir dari minggu pertama.

3.3.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Infark Miokard

1) Dalam 6 bulan pertama

Karena tingginya resiko rekurensi infark miokard dan aritmia pada pasien ini,

pekerjaan dokter gigi harus dibatasi pada perawatan paliatif saja. Pengobatan

gigi emergensi harus dibebaskan terkontrol, lingkungan dipantau.

Penggunaan vasokonstriktor pada anestesi lokal relatif dikontraindikasikan.

2) Dalam periode 6-12 bulan

Prosedur bedah sederhana dan non-bedah harus dilaksanankan dengan

penggunaan bijaksana anestesi lokal. Lidocaine 2% dengan lidokain

1:100.000, dan mepivacaine 2% dengan levonordefrin 1:20.000, harus

dibatasi sampai 2 Carpule untuk masing-masing pekerjaan. Prosedur elektif

kompleks, restoratif  dan bedah, masih relatif dikontraindikasikan.

3) Periode > 1 tahun yang lalu

Penting untuk diingat bahwa pasien-pasien ini masih memiliki penyakit arteri

koroner yang penting meskipun mereka stabil sepanjang tahun sebelumnya.

Mereka mampu, walaupun, lebih siap mentolerir prosedur pembedahan non-

gigi dibandingkan pasien-pasien dengan infark miokard yang lebih baru

terjadi. Jika pasien memiliki komplikasi infark miokard dengan gejala sisa

seperti aritmia dan gagal jantung kongestif, perencanaan gigi harus diubah

pada kenyataannya. Sebagai contoh pembuatan gigi palsu parsial yang mudah

dilepas akan lebih disukai dibandingkan protese tanam periodontal kompleks.

Lagi, pembatasan vasokonstriktor hingga 2 Carpule anestesi lokal

konvensional dengan epinefrin 1:100.000 atau levonordefrin 1:20.000 atau

yang sebanding masih direkomendasikan.

11

Page 12: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.3.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Infark Miokard

1) Evaluasi gigi harus termasuk daftar riwayat lengkap seluruh tanggal infark

miokard yang dialami pasien.

2) Anamnesa juga harus mendata komplikasi setelah infark miokard. Riwayat

nyeri dada substernal juga harus menjadikan dokter gigi waspada terhadap

kemungkinan angina. Dispnoe, ortopnea, dispnoe nokturnal paroksismal, dan

edema perifer bisa mengindikasikan gagal jantung kongestif. Palpitasi atau

sinkop harusnya mengesankan kemungkinan aritmia atau kelainan kondiksi.

3) Terkadang dibutuhkan diskusi singkat dengan dokter pribadi pasien, untuk

mendefinisikan status medis pasien. Pemeriksaan fisik terbaru, EKG, dan

roentgenogram dada semuanya sumber informasi yang penting dimiliki

sebelum terapi gigi awal. Abnormalitas apapun harus dialamatkan dengan

tepat.

4) Pasien yang mengalami infark miokard akut tanpa komplikasi bisa

mentolerir prosedur-prosedur (tipe I sampai IV) durasi singkat setiap saat

mengikuti kejadian. Prosedur yang menimbulkan tekanan lebih baik ditunda

sampai 6 bulan setelah infark. Konsultasi dengan dokter disarankan.

5) Tampaknya tidak terdapat kontraindikasi pada penggunaan epinefrin dalam

konsentrasi 1:100.000 pada anestesi lokal pada pasien-pasien ini. Namun,

protokol untuk meminimalkan penggunaan vasokonstriktor harus

dilaksanakan. Komunikasi yang baik antara pasien-dokter gigi, mengurangi

stres, dan pemantauan adalah penting  untuk manajemen tepat pada pasien

paska infark.

3.4.......................................................................................................................... Trakeitis

3.4.1. Gejala Klinis Trakeitis

Trakeitis merupakan nyeri dada bagian tengah (tetapi sulit didiagnosa), terasa di

belakang sternum yang bertambah parah sewaktu batuk. Penyakit ini

kemungkinan diderita penderita ISPA dan batuk kering.

12

Page 13: Isi Laporan Kegawatdaruratan

Rasa sakit pada daerah lateral dada yang menjadi lebih parah sewaktu batuk dan

menarik nafas yang dlam, mungkin menimbulkan pleurisi.

3.4.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Trakeitis

Rasa cemas yang mungkin timbul pada beberapa orang sewaktu perawatan

gigi atau bila pernah mengalami rasa sakit sewaktu dirawat oleh dokter gigi,

dapat menyebabkan hiperventilasi dan memeperhebat rasa skir

3.4.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Trakeitis

1) Baringkan dengan wajah di bawah

2) Bila memungkinkan lakukan oksigenasi

3) Bila tidak tertangani kirim ke rumah sakit

4) Posisikan setengah duduk bila ada tanda-tanda gagal jantung

3.5.......................................................................................................................... Bronkitis

3.5.1. Gejala Klinis Bronkitis

Bronkitis adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang

mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Walaupun diagnosis

bronkitis sering merupakan diagnosis yang sering dibuat, pada anak keadaan ini

agaknya bukan merupakan suatu penyakit tersendiri tetapi merupakan akibat dari

beberapa keadaan lain pada saluran napas atas dan bawah. Manifefstasi klinis

biasanya terjadi akut mengikuti suatu infeksi saluran napas atas.

13

Page 14: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.5.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Bronkitis

Pada tindakan perawatan yang paling penting adalah mengontrol batuk dan

mengontrol lender dengan cara sering mengubah posisi, banyak minum, inhalasi,

nebulizer. Untuk tindakan medisnya jangan berikan antihistamin yang

berlebihan.

3.5.3. Kegawatdaruratan Pasien Bronkitis

Penatalaksanaanya apabila terjadi kegawatdaruratan hampir sama dengan

trakeitis. Yaitu:

1) Baringkan pasien dengan wajah di bawah

2) Berikan oksigen apabila mungkin

3) Mintalah bantuan medis atau ambulan.

4) Rawatlah pasien dalam posisi duduk, bila ada tanda-tanda gagal jantung

dengan dispnea dan sputum yang berbusa serta bercak darah.

3.6.......................................................................................................................... Hipertensi

3.6.1. Gejala Klinis Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala

yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah

kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,

maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan

menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung

dan ginjal.

14

Page 15: Isi Laporan Kegawatdaruratan

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan

koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati

hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

3.6.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dan penatalaksanaan

kegawatdaruratan pada Pasien Hipertensi

1) Peranan dokter gigi

Sebagai seorang dokter gigi, kita haruslah lebih berhati hati dengan pasien jenis

ini,oleh karena pasien ini cenderung mempunyai pendarahan yang berlebihan

bila dilakukan pencabutan gigi misalnya. Pasien yang menkonsumsi obat

hipertensi nampaknya mempunyai kepekaan yang lebih terhadap epinefrin yang

terkandung dalam larutan anestesia, dan nampaknya pasien ini juga

membutuhkan bantuan untuk berdiri dari supine posisi di dental chair.

2) efek samping obat hipertensi

Beberapa obat obatan juga menyebabkan dry mouth ( mulut kering ). Hal ini

tidak menguntungkan karena saliva atau air liur berfungsi sebagai pembilas

makanan, menetralkan asam dari bakteri, dan melumasi mulut. Bila saliva ini

berkurang makan hal ini memicu terjadinya cavities ( lubang gigi ), gum disease

( penyakit gusi ) dan iritasi pada mulut. Dan juga kemungkinan penderita akan

kesulitan untuk memakai denturenya karena support dari saliva ini yang tidak

memadai.

Beberapa obat hipertensi dapat mengakibatkan mulut kering atau mengganggu

indera pengecap. Golongan kalsium antagonis, kadang dapat menyebabkan gusi

membengkak dan menebal, hingga sulit mengunyah. Pada beberapa kasus,

gingivektomi mungkin diperlukan. Perlu diperhatikan juga pada prosedur gigi

yang membutuhkan anestesi, terutama jika obat anestesi mengandung epinefrin.

Penggunaan epinefrin pada beberapa pasien hipertensi dapat menyebabkan

perubahan kardiovaskular, angina, serangan jantung, dan aritmia.

15

Page 16: Isi Laporan Kegawatdaruratan

Pengobatan pada pasien hipertensi biasanya digunakan lebih dari satu macam

golongan obat, misalnya: golongan obat anti hipertensi (mis: captopril) dan

golongan obat diuretik.

- Resiko-resiko yang dapat terjadi pada pencabutan gigi penderita hipertensi,

antara lain :

Resiko akibat Anestesi lokal pada penderita hipertensi. Larutan anestesi lokal

yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah lidokain yang dicampur

dengan adrenalin dengan dosis 1:80.000 dalam setiap cc larutan. Konsentrasi

adrenalin tersebut dapat dikatakan relatif rendah, bila dibandingkan dengan

jumlah adrenalin endogen yang dihasilkan oleh tubuh saat terjadi stres atau

timbul rasa nyeri akibat tindakan invasif. Tetapi bila terjadi injeksi

intravaskular maka akan menimbulkan efek yang berbahaya karena dosis

adrenalin tersebut menjadi relatif tinggi. Masuknya adrenalin ke dalam

pembuluh darah bisa menimbulkan: takikardi, stroke volume meningkat,

sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Resiko yang lain adalah terjadinya

ischemia otot jantung yang menyebabkan angina pectoris, bila berat bisa

berakibat fatal yaitu infark myocardium. Adrenalin masih dapat digunakan

pada penderita dengan hipertensi asal kandungannya tidak lebih atau sama

dengan 1:200.000. Dapat juga digunakan obat anestesi lokal yang lain, yaitu

Mepivacaine 3% karena dengan konsentrasi tersebut mepivacaine mempunyai

efek vasokonstriksi ringan, sehingga tidak perlu diberikan campuran

vasokonstriktor.

3.7.......................................................................................................................... Gagal Jantung

3.7.1. Gejala Klinis Gagal Jantung

Tanda dan gejala utama dari gagal jantung adalah nafas pendek, edema pulpo,

kongesti vena sistemik dan edema. Tidak semua penderita akan mempunyai

semua perubahan dan sangat penting mengenal gejala pada anak-anak dan

orang usia lanjut yang mungkin sedikit berbeda.

16

Page 17: Isi Laporan Kegawatdaruratan

Denyut nadi tidak terkontrol (kurang dari 50x per menit saat serangan).

3.7.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Gagal Jantung

Denyut nadi, sangat penting dalam tanda klinis gagal jantung.

Respiratory (R), pernafasan pasien juga perlu diperhatikan.

3.7.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Gagal Jantung

Jika pasien kehabisan nafas bisa diberikan bantuan oksigen.

Jika keadaan semakin parah dan pasien pingsan karena kecemasan

perawatan dapat segera diteruskan, tapi jika karena kondisi klinis

penurunan denyut nadi dan pernafasan maka perawatan harus segera

dihentikan.

3.8.......................................................................................................................... Diabetes Melitus

3.8.1. Gejala Klinis Diabetes Melitus

Komplikasi oral yang paling telihat pada diabetes baik tipe 1

maupun 2 dapat diamati pada pasien diabetes tak terkontrol. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa ketika hiperglikemia terkontrol baik,

manifestasi oral minimal dan manifestasi tersebut bahkan tidak terlihat

pada beberapa pasien. Penemuan intraoral antara lain penyakit

periodontal yang prevalensinya lebih parah dan lebih tinggi terlihat

dibandingkan dengan pada pasien non-diabetes, xerostomia, burning

mouth syndrome (BMS), candidiasis, penyembuhan luka yang tertunda

dan abnormal, peningkatan kecenderungan infeksi, penurunan aliran

saliva dan pembesaran glandula saliva.

Beberapa komplikasi ini dapat seara langsung berhubungan dengan

peningkatan cairan yang berkaitan dengan urinasi berlebihan pada pasien

diabetes tak terkontrol sedangkan lainnya, terutama zerostomia, dapat

17

Page 18: Isi Laporan Kegawatdaruratan

dipengaruhi atau secara langsung tergantung pada tipe medikasi yang

diperoleh pasien.

Xerostomia, yang merupakan konsekuensi menurunnya aliran

saliva, dapat memacu burning mouth syndrome (BMS) dan karies, yang

juga memfasilitasi perkembangan candidiasis. Beberapa penelitian

menunjukkan peningkatan prevalensi karies pada pasien diabetes

sedangkan penelitian lain menunjukkan kebalikannya. Perkembangan

karies dapat dipengaruhi oleh kenaikan tingkat glukosa pada sekresi

saliva, terutama pada pasien diabetes tak terkontrol, sedangkan pada

pasien yang terkontrol hal tersebut dapat minimal karena asupan

karbohidrat yang rendah.

Secara statistik telah dibuktikan bahwa diabetes merupakan salah

satu faktor predisposisi perkembangan penyakit periodontal. Inflamasi

gingiva, meskipun dengan kadar plak yang rendah, lebih prevalen pada

pasien diabetes tak terkontrol daripada pasien non-diabetes. Penderita

diabetes terkontrol mempunyai prevalensi gingivitis yang sama dengan

pasien non- diabetes. Penderita diabetes dewasa muda dan remaja

mempunyai prevalensi inflamasi gingiva hipertrofi yang lebih tinggi dan

penyakit periodontal daripada pasien non-diabetes. Abses periodontal

rekuren juga termasuk penemuan tipikal pasien diabetes.

Manifestasi klinis panyakit periodontal pada pasien dewasa dan

dewasa muda lebih parah daripada yang diamati pada populasi non-

diabetes. Penemuan ini telah didokumentasikan dengan baik pada

populasi India Pima yang mempunyai prevalensi diabetes mellitus tipe 2

paling tinggi diantara kelompok etnis lainnya. Pasien dengan diabetes

mempunyai prevalensu attachment loss dan bone loss paling tinggi

dibandingkan dengan kontrol usia yang sama. Pasien diabetes juga

mempunyai kemungkinan peningkatan kerusakan periodontal dengan

18

Page 19: Isi Laporan Kegawatdaruratan

subjek berusia 15 ± 34 tahun berisiko dua kali lebih besar mengalami

kerusakan periodontal dibandingkan dengan subjek normal.

3.8.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Diabetes Melitus

1) Pasien diabetes tipe 1 dan 2 terkontrol biasanya dapat menerima semua

tindakan perawatan dental tanpa pencegahan tertentu.

2) Dokter gigi harus mengetahui tipe dan dosis insulin, termasuk

medikasi lainnya yang diminum pasien.

3) Dokter gigi sebaiknya mengetahui apakah pasien mempunyai riwayat

serangan. hipoglikemik dan tanda dan gejala yang menyertai.

Kemungkinan serangan hipoglikemik meningkat jika telah terjadi

serangan sebelumnya (lihat tanda dan gelana hipoglikemia di bawah).

4) Dalam rangka menghindari episode hipoglikemia ketika mendapatkan

perawatan dental, dianjurkan untuk menjadwalkan pasien berdasarkan

waktu aktivitas insulin tertinggi yang bervariasi dari 30 menit hingga

8 jam setelah injeksi tergantung tipe insulinnya. Dengan demikian,

kunjungan tidak haruse selalu di pagi hari.

5) Pasien harus disarankan untuk tidak mengganti dosis dan waktu

administrasi insulin, serta tidak mengganti dietnya.

6) Disarankan untuk menyediakan jus jeruk di tempat praktik atau bentuk

lain glukosa, yang diberikan pada pasien yang menunjukkan tanda-

tanda awal hipoglikemia. Biasanya, dosis 6 oz semua jus buah atau

minuman lain mengandung karbohidrat dapat membalik gejala

hipoglikemi.

7) Jika pasien menerapkan monitoring glukosa darah mandiri, ia

dianjurkan untuk membawa glukometernya sendiri.

8) Tekanan emosi dan fisik meningkatkan jumlah kortisol dan epinefrin

yang disekresikan sehingga menginduksi hiperglikei. Dengan

demikian, jika pasien terlihat gelisah, sedasi pratindakan dapat

dipertimbangkan.

19

Page 20: Isi Laporan Kegawatdaruratan

9) Jika prosedur jangka panjang, terutama bedah, hendak dilakukan,

sebaiknya berkonsultasi dengan dokter pasien.

10) Konsultasi dengan dokter pasien diwajibkan jika:

- Pasien mempunyai komplikasi sistemik diabetes seperti penyakit

jantung atau ginjal.

- Pasien kesulitan untuk mengontrol diabetes atau sedang

mengonsumsi dosis besar insulin.

- P asien mempunyai infeksi oral akut seperti abses periapikal atau

absesperiodontal.

11)Hospitalisasi mungkin diperlukan pada pasien poin 10a atau 10b di

atas.

12)Antibiotika sebaiknya diresepkan bagi pasien poin 10 di atas untuk

mencegah infeksi sekunder atau komplikasi infeksi pra-eksis dan

untuk mempercepat penyembuhan luka.

13)Perawatan kasus-kasus parah penyakit periodontal pada pasien

diabetes, bersamaan dengan prosedur bedah, mungkin memerlukan

penggunaan tetrasiklin sistemik. Tetrasiklin dapat membantu tidak

hanya kondisi periodontal, tetapi juga dapat mengontrol

hiperglikemia.

3.8.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Diabetes Melitus

Hipoglikemia

1) Jika pasien sadar, bujuklah agar minum-minuman yang mengandung gula.

Pilihaan yang baik adalah sari buah jeruk dengan tambahan gula.

2) Jika pasien dengan cepat kehilangan kesadaran, berikan injeksi glukagon 1

mg IM ini akan menaikkan guladarah sampai batas normal dalam beberapa

menit, dengan mengaktifkan glikogen hati. Sebaiknya sediakan satu ampul

glukagon pada setiap praktek dokter gigi.

3) Segera setelah pemberian glukagon, mintalah bantuan medis.

20

Page 21: Isi Laporan Kegawatdaruratan

Hiperglikemia

1) Hiperglikemia prakoma atau yang sebenarnya tidaklah merupakan keadaan

yang sangat darurat, tidak seperti hipoglikemia. Jika ada keraguan akan

bentuk diabetes yang diderita, berikan glukosa secara oral seperti telah

diterangkan di atas, karena tidak akan menimbulkan gangguan pada diabetes

hiperglikemia, namun bisa menyelamatkan pasien hipoglikemia dari

kerusakan yang permanen.

2) Jika infeksi adalah faktor pencetus, pastikan bahwa infeksi ini dirawat

dengan baik.

3) Rujuk segera pasien kedokter ahli melalui telpon.

3.9.......................................................................................................................... Alergi

3.9.1. Gejala Klinis Alergi

(1) Gatal-gatal pada seluruh badan yang mendadak

(2) Urtikaria yang mendadak

(3) Merah pada seluruh badan

(4) Kecemasan yang akut

(5) Pernapasan yang berbunyi

(6) Rasa tertekan pada dada dan sesak napas

(7) Sakit pada perut, mual, dan muntah

(8) Kelumpuhan/kolaps sirkulasi

(9) Kematian

21

Page 22: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.9.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Alergi

Syok anafilaksis dapat terjadi dalam beberapa menit akibat pasien sensitif

terhadap obat-obatan tertentu dan dapat berkembang menjadi syok. Selalu

tanyakan kepada pasien sebelum memberikan obat apapun, apakah ia alergi

terhadap obat tertentu. Anafilaksis dapat terjadi tanpa riwayat alergi dan

serangan tidak terjadi dengan segera. Keadaan ini dapat terjadi setelah pasien

tidak lagi menerima obat itu.

3.9.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Alergi

1) Baringkan pasien pada posisi horizontal

2) Berikan injeksi adrenalin 1:1000 dengan perlahan-lahan secara intramuskular

untuk mencegah terjadinya syok dengan kecepatan 1 ml/menit. Jika

diijeksikan secara subkutan dengan cepat pada pasien yang syok, maka tidak

dapat diabsorbsi dengan sempurna karena adanya kegagalan sirkulasi perifer.

Tidak ada resiko fibrilasi ventrikular asalkan injeksi intramuskular cukup

dalam dan aspirasi sebelum injeksi menunjukkan bahwa pembuluh tidak

rusak tanpa disengaja. Sebaiknya injeksi diberikan dalam selang waktu 15

menit sampai kelihatan hasilnya.

3) Berikan injeksi hidrokortison suksinat 200mg IV untuk menekan respon

alergi yang berikutnya.

4) Berikan injeksi klorpeniramin maleat 10-20 mg IM untuk mengurangi

pelepasan histamin yang lebih banyak

5) Berikan oksigen

6) Minta bantuan medis dan atau bantuan ambulan

22

Page 23: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.10. Anemia

3.10.1. Gejala Klinis Anemia

(1) Keletihan

(2) Mudah lelah bila berolahraga

(3) Sulit konsentrasi, atau mudah lupa

(4) Warna kulit dan bagian putih kornea mata tampak kekuning-kuningan

(5) Nyeri tulang

3.10.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Anemia

1) Pada compromised medis ini hal hal yang perlu diperhatikan adalah gejala

klinis yang tampak pada pasien sewaktu dating ke tempat praktek dokter gigi

diantaranya pada penderita anemia ini terdapat cirri khusus yaitu wajah yang

terlihat pucat, disertai dengan letih lemah dan lesu serta pada rongga mulut

pasien terlihat mukosa yang pucat serta adanya kandida.

2) Kekambuhan yang sewaktu waktu terjadi pada penderita anemia pada saat

melakukan perawatan gigi yaitu apabila terjadi pingsan,mual dan muntah

karena pada penderita anemia ini kurangnya nafsu makan sehingga proses

pengkosongan lambung sangat cepat.

3) Apabila terjadi demam tinggi pada saat ditengah tengah perawatan.

4) Terjadi pendarahan apabila melakukan tindakan bedah.

3.10.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Anemia

1) Apabila terjadi pingsan maka gunakan prinsip P,A,B,C,D yaitu

position,aitway dan breathing,coreective definitife,sebisa mungkin menjaga

jalan nafas dan meletakkan pasien senyaman mungkin.

2) Apabila pasien mengalami letih lemah dan lesu sebaiknya dihentikan

perawatan dan diberi minum yang hangat seperti the hangat dll.

3) Meminimalkan tindakan bedah karena apabila terjadi pendarahan maka

kondisi pasien akan semakin buruk.

23

Page 24: Isi Laporan Kegawatdaruratan

4) Sediakan makan makanan yang bernutrisi tinggi sebagai asupan terhadap

pasien anemia,misalnya: susu,roti dll.

3.11. Hemofili

3.11.1. Gejala Klinis Hemofili

Dalam anamnesa biasanya akan di dapatkan riwayat adanya salah seorang

anggota keluarga laki-laki yang menderita penyakit yang sama yaitu adanya

perdarahan abnormal. Beratnya perdarahn bervariawsia akan tetapi biasanya

beratnya perdarahan itu sama dalam satu keluarga. Sering perdarahan akibat

sirkulasi adalah manifestasi pertama pada seseorang menderita hemofili. Oleh

karena perdarahan dimulai sejak kecil sehingga haemarhtros ( sebagai akibat

jatuh pada saat kelenjar berjalan yang menyebabkan perdarahan sendi

merupakan gejala yang paling sering dijumpai dari penderita hemofili ini.

3.11.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Hemofili

1) Perawatan periodontal

Perawatan periodontal dapat menjadi salah satu pencetus terjadinya perdarahan.

Pemberian periodontal dressing dengan atau tanpa topical antifibriolytic agents

dapat merupakan cara dalam menghentikan perdarahan. Pemakaian obat kumur

yang mengandung chlorhexidine gluconate dapat menjaga kebersihan mulut.

Pemberian penerangan secara lengkap bagi pasien sebelum tindakan merupakan

langkah awal yang baik, sehingga pasien akan mengerti kemungkinan

komplikasi-komplikasi yang akan terjadi.

2) Pemakaian geligi tiruan lepasan

Pasien dengan gangguan perdarahan dapat dianjurkan untuk menggunakan geligi

tiruan lepasan selama geligi tiruan itu nyaman dipakai. Perawatan periodontal

tetap perlu dilakukan untuk mempertahankan gigi yang masih ada.

3) Perawatan ortodonti

Pemakaian alat ortodonti lepasan dan cekat dapat dilakukan, namun tetap

diperhatikan kekuatan tekan yang akan mengenai gusi agar perdarahan tidak

24

Page 25: Isi Laporan Kegawatdaruratan

terjadi. Menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan persyaratan utama agar

perdarahan spontan tidak terjadi.

4) Penambalan

Pemakaian matrix dan wedges saat penambalan perlu diperhatikan dengan

benar. Luka yang diakibatkan karena pemakaian yang salah dapat menjadi

masalah saat melakukan penambalan.

5) Perawatan endodontik

Perawatan endodontik konvensional sangat dianjurkan bagi pasien dengan

gangguan perdarahan, oleh karena pemakaian jarum endodontik yang melebihi

apeks akan menyebabkan perdarahan terus-menerus sehingga sehingga akan

mengendap di dalam saluran akar.

6) Anestesi dan penanggulangan rasa sakit

Rasa sakit pada gigi dapat ditanggulangi dengan memberikan parasetamol atau

asetaminofen. Penggunaan aspirin harus dihindari oleh karena dapat menjadi

menimbulkan penghambatan agregasi platelet. Apabila akan memberikan

NSAID hendaknya melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan ahli

hematologi oleh karena golongan obat ini dapat menimbulkan penghambatan

agregasi platelet. Anesthesi lokal dengan cara infiltrasi pada daerah bukal, intra

papilary, dan intraligamen tidak memerlukan obat anti hemostatik namun

anesthesi dengan cara blok mandibula dan infiltrasi lingual harus diberikan anti

hemostatik.

3.11.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Hemofili

1. Hentikan perawatan

2. Mengonsumsi makanan atau minum secukupnya.

3. Melakukan olahraga ringan.

4. Hindari penggunaan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan.

25

Page 26: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.12. Hepatitis

3.12.1. Gejala Klinis Hepatitis

Semua pasien harus dianggap sebagai pembaha hepatitis, terutama hepatitis B,

sebab kebanyakan pembawa tidak terdiagnosa. Jika pasien menderita infeksi

akut hepatitis A dan B, (mmisalnya: jaundis) perawatan sebaiknya dilakukan

dirumah sakit. Pasien yang termasuk pada kelompok yang beresiko tinggi bisa

diidentifikasi dari riwayatnya. Gejala Hepatitis:

(1) Hepatitis A

Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti

kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan

kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang

terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah,

tbc, thypus, dll.

(2) Hepatits B

Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah

demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera).

Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-

tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.

(3) Hepatitis C

Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak

menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya.

Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera

makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning

yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan

peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada

penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.

26

Page 27: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.12.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Hepatitis

1) Semua tenaga praktek dokter gigi yang berkontak dengan pasien sebaiknya

mendapat vaksinasi.

2) Lakukan pemeriksaan riwayat penyakit secara menyeluruh dan teliti untuk

setiap pasien dan perbaruhan secara teratur.

3) Atur agar pasien dirawat paling akhir.

4) Gunakan bahan dan peralatan yang disposibel (Sekali pakai) bila

memungkinkan. Lindungi kontrol peralatan dan pegangan lampu unit dengan

cling filem.

5) Pastikan bahwa seluruh peralatan yang nondisposibel sungguh-sungguh

bersih kemudian disterilkan dengan autoklaf.

6) Operator dan asisten harus memakai sarung tangan, masker, jubah dan kaca

mata.

7) Pastikan bahwa peralatan aspirasi mendorong udara keluar dari bangunan

praktek itu.

8) Beri perhatian khusus untuk mencegak luka tertusuk jarum suntik.

9) Buatlah semua bahan cetakan dengan silikon dan rendam dalam glutaraldehid

2% selama 3 jam.

10) Bakar seluruh sampah/barang-barang bekas pakai yang disposibel.

3.12.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Hepatitis

Penderita Hipertensi yang masuk dalam stage I dan stage II masih

memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko

perdarahan yang terjadi pasca pencabutan relatif masih dapat terkontrol (Little,

1997). Pada penderita hipertensi dengan stage II sebaiknya di rujuk terlebih

dahulu ke bagian penyakit dalam agar pasien dapat dipersiapkan sebelum

tindakan.

Pengobatan pada pasien hipertensi biasanya digunakan lebih dari satu macam

golongan obat, misalnya: golongan obat anti hipertensi (mis: captopril) dan

golongan obat diuretik.

27

Page 28: Isi Laporan Kegawatdaruratan

Resiko-resiko yang dapat terjadi pada pencabutan gigi penderita hipertensi,

antara lain :

1) Resiko akibat Anestesi lokal pada penderita hipertensi

Larutan anestesi lokal yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah lidokain

yang dicampur dengan adrenalin dengan dosis 1:80.000 dalam setiap cc larutan.

Konsentrasi adrenalin tersebut dapat dikatakan relatif rendah, bila dibandingkan

dengan jumlah adrenalin endogen yang dihasilkan oleh tubuh saat terjadi stres

atau timbul rasa nyeri akibat tindakan invasif. Tetapi bila terjadi injeksi

intravaskular maka akan menimbulkan efek yang berbahaya karena dosis

adrenalin tersebut menjadi relatif tinggi. Masuknya adrenalin ke dalam

pembuluh darah bisa menimbulkan: takikardi, stroke volume meningkat,

sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Resiko yang lain adalah terjadinya

ischemia otot jantung yang menyebabkan angina pectoris, bila berat bisa

berakibat fatal yaitu infark myocardium. Adrenalin masih dapat digunakan pada

penderita dengan hipertensi asal kandungannya tidak lebih atau sama dengan

1:200.000. Dapat juga digunakan obat anestesi lokal yang lain, yaitu

Mepivacaine 3% karena dengan konsentrasi tersebut mepivacaine mempunyai

efek vasokonstriksi ringan, sehingga tidak perlu diberikan campuran

vasokonstriktor.

2) Resiko akibat ekstraksi gigi pada penderita hipertensi

Komplikasi akibat pencabutan gigi adalah terjadinya perdarahan yang sulit

dihentikan. Perdarahan bisa terjadi dalam bentuk perdarahan hebat yang sulit

berhenti saat dilakukannya tindakan pencabutan gigi, atau bisa berupa oozing

(rembesan darah) yang membandel setelah tindakan pencabutan gigi selesai.

28

Page 29: Isi Laporan Kegawatdaruratan

3.13. TBC

3.13.1. Gejala Klinis TBC

(1) Demam tidak terlalu tinggi berlangsung lama, biasa dirasakan pada malam

hari di sertai keringat malam.

(2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.

(3) Batuk selama lebih dari 3 minggu

(4) Malaise

(5) Pada anak-anak jika terjadi infeksi sekunder kearah otak dapat

mengakibatkan meningitis dengan gejala demam tinggi, adanya penurunan

kesadaran dan kejang-kejang.

3.13.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien TBC

1) Sebagai dokter gigi harus memperhatikan keadaan pasien mulai sejak awal

dating karena kebanyakan kasus TB tidak di ketahui oleh pasien tersebut.

2) Proteksi terhadap operator menjadi faktor utama dalam perawatan ini.

3) Bila sudah di ketahui pasien perawatan gigi dengan penyakit sistemik TB,

sebaiknya perawatan dilakukan pada saat keadaan pasien baik, tidak dalam

timbulnya gejala.

3.13.3 Kegawatdaruratan pada Pasien TBC

Dilakukan hanya jika pasien batuk darah maka dihentikan perawatan dan

diselesaikan dulu timbulnya gejala TBC.

3.14. Autis

3.14.1. Gejala Klinis Autis

(1) Gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal

- Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara.

- Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang

sering disebut sebagai bahasa planet.

- Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang

sesuai.

29

Page 30: Isi Laporan Kegawatdaruratan

- Bicara tidak digunakan untuk komunikasi.

- Meniru atau membeo, beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian,

nada, maupun kata–katanya tanpa mengerti artinya.

- Kadang bicara monoton seperti robot.

- Mimik muka datar.

- Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi

dengan cepat.

(2) Gangguan pada bidang interaksi sosial

- Menolak atau menghindar untuk bertatap muka .

- anak mengalami ketulian.

- Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk.

- Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang.

- Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan

mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.

- Bila didekati untuk bermain justru menjauh .

- Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain.

- Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di

pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapum.

- Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan

terhadap orang tuanya.

(3) Gangguan pada bidang perilaku dan bermain

- Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan

melakukan gerakan yang sama berulang–ulang sampai berjam–jam.

- Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara

bermainnya juga aneh.

- Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil–mobilan terus

menerus untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar.

- Terdapat kelekatan dengan benda–benda tertentu, seperti sepotong tali,

kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana.

- Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air

yang bergerak.

30

Page 31: Isi Laporan Kegawatdaruratan

- Perilaku ritualistik sering terjadi .

- Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana

sini, melompat – lompat, berputar – putar, memukul benda berulang –

ulang.

- Dapat juga anak terlalu diam.

(4) Gangguan pada bidang perasaan dan emosi

- Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak

merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang

menangis akan di datangi dan dipukulnya.

- Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang

nyata.

- Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak

mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan

dekstruktif.

(5) Gangguan dalam persepsi sensoris

- Mencium–cium, menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja.

- Bila mendengar suara keras langsung menutup mata.

- Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot

untuk melepaskan diri dari pelukan.

- Rasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu

3.14.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Autis

1) Anamesa pasien

2) Gejala klinis pasien

3.14.3. Kegawatdaruratan pada Pasien Autis

Jika pasien autis, lebih baik di bawa ke ahlinya. Bukan praktek dokter gigi lagi

melainkan membentuk sebuah tim dengan para ahlinya. Dan memerlukan

general anastesi untuk perawatan gigi anak autis.

31

Page 32: Isi Laporan Kegawatdaruratan

BAB VI

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada pasien anak harus mengutamakan

kecepatan dan kecekatan.

2. Macam-macam kasus yang termasuk kegawatdaruratan dalam bidang

kedoteran anak yaitu asma, epilepsy, infark miokard, trakeitis, bronchitis,

hipertensi, gagal jantung, diabetes mellitus, alergi, anemia, TBC, hemofili,

hepatitis, dan autis.

3. Epilepsy terbagi menjadi grand mal dan petit mal

4. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas dengan sejumlah sel

dan elemen sel yang berperan.

5. Kegawatdaruratan pada pasien autis, jika pasien autis, lebih baik di bawa

ke ahlinya. Bukan praktek dokter gigi lagi melainkan membentuk sebuah

tim dengan para ahlinya. Dan memerlukan general anastesi untuk

perawatan gigi anak autis. Gejala Klinis Alergi adalah gatal-gatal pada

seluruh badan yang mendadak, urtikaria yang mendadak, merah pada

seluruh badan, kecemasan yang akut, pernapasan yang berbunyi

32

Page 33: Isi Laporan Kegawatdaruratan

DAFTAR PUSTAKA

Juniper, Richard. Parkins, Brian J. 1996. Kedaruratan Dalam Praktik Dokter

Gigi. Jakarta : Hipokrates

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC

Robbins, L. Stanley. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC

library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri8.pdf

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/

kegawatdaruratan_di_bidang_kedokteran_gigi_anak.pdf

pustaka.unpad.ac.id/wp.../gangguan_pendarahan_pada_ perawatan _ gigi .pdf

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-hepatitis.html

http://ilmudoktergigi.blogspot.com/2009/02/pencabutan-gigi-pada-penderita.html

http://dokterkecil.wordpress.com/2008/09/30/penyakit-periodontal-dan-hipertensi/

http://drgdondy.blogspot.com/2008/12/test.html

http://mawarputrijulica.wordpress.com/2009/12/31/makalah-om-1/

www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op...67

http://mediatangsel.com/gejala-anemia-pencegahan-anemia-dan-obat-anemia.html

http://www.infokedokteran.com/article/bronkitis-akut.html

http://forum.akperppni.ac.id/category/keperawatan-anak

http://minukdc.xtreemhost.com/index.php/download/19-mengenal-serba-serbi-

hemofilia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Hemofilia

33