22
INTERAKSI OBAT ASMA Disusun oleh : Sains dan Teknologi 2009 Shinta Sari Dewi Ariyana Efrata Citra Surbakti Christian BP Tarigan Kriston Nababan A. Pendahuluan Asma atau bengek adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis yang disertai serangan napas akut secara berkala, mudah sengal-sengal dan batuk (dengan bunyi khas). Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah pada malam hari dan meningkatnya ambang rangsang (hipereaktivitas) bronchi terhadap rangsangan alergis. Faktor- faktor genetis bersama faktor lingkungan berperan pada timbulnya gejala-gejala tersebut (Tjay dan Rahardja, 2007). Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi di mana ukuran diameter jalan nafas menyempit secara kronis akibat edema dan tidak stabil. Selama serangan pasien mengalami mengi dan kesulitan bernafas akibat bronkospasme, edema mukosa, dan

Interaksi Obat Asma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

interaksi obat asma

Citation preview

Page 1: Interaksi Obat Asma

INTERAKSI OBAT ASMADisusun oleh : Sains dan Teknologi 2009

Shinta Sari DewiAriyana

Efrata Citra SurbaktiChristian BP Tarigan

Kriston Nababan

A.    Pendahuluan

Asma atau bengek adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis

yang disertai serangan napas akut secara berkala, mudah sengal-sengal dan batuk (dengan bunyi

khas). Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah pada malam hari dan

meningkatnya ambang rangsang (hipereaktivitas) bronchi terhadap rangsangan alergis. Faktor-

faktor genetis bersama faktor lingkungan berperan pada timbulnya gejala-gejala tersebut (Tjay

dan Rahardja, 2007).

Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi di mana ukuran diameter jalan nafas

menyempit secara kronis akibat edema dan tidak stabil. Selama serangan pasien mengalami

mengi dan kesulitan bernafas akibat bronkospasme, edema mukosa, dan pembentukan mukus.

Terkadang inflamasi kronis menyebabkan perubahan ireversibel pada jalan nafas. Bila serangan

akut mempunyai dasar alergi, sering digunakan istilah asma ekstrinsik. Bila tidak ada dasar

alergi yang jelas untuk penyakit ini, disebut asma intrinsik (Neal, 2006).

Page 2: Interaksi Obat Asma

Serangan asma dapat memiliki intensitas kuat atau lemah dan dapat menghilang untuk

waktu yang lama sebelum timbul lagi. Serangan asma yang parah dapat menimbulkan kondisi

yang disebut status asmatikus, yang ditandai oleh warna kulit kebiruan, nafas tersengal, dada

menggembung dengan bahu terangkat, lemas, kebingungan dan kegelisahan, cemas dan

takikardia (denyut jantung cepat). Tanda-tanda itu disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen ke

dalam tubuh. Seorang pasien dalam status asmatikus harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk

mendapatkan perawatan intensif (anonim,2011).

Pemicu Asma

Serangan asma dapat dipicu oleh alergi atau non-alergi. Sebagian besar kasus asma

dipicu oleh alergi (70-80%). Asma alergi disebabkan oleh reaksi autoimun yang berlebihan.

Alergi terhadap bulu hewan, tungau, debu, udara dingin, atau serbuk sari dapat memicu serangan

asma. Pada 20-30% kasus lainnya, serangan asma dipicu oleh reaksi non-alergi dan disebut asma

intrinsik. Asma jenis ini tidak melibatkan sistem imun tubuh dan biasanya dimulai di usia

dewasa. Olahraga, asap rokok, parfum, asap knalpot, kabut, makanan, stress, infeksi pernapasan

(seperti flu dan pilek) dan obat-obatan tertentu dapat memicu serangan asma intrinsik

(anonim,2011).

Asma memengaruhi segala usia dan merupakan salah satu penyakit kronis yang paling

umum. Asma alergik lebih umum diusia anak-anak, dan umumnya menghilang diusia dewasa.

Asma secara umum lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, kecuali di usia

muda, yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan (anonim,2011).

Penyebab

Penyebab asma tidak diketahui. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan turut berperan

dalam perkembangan penyakit tersebut. Beberapa hal berikut dapat meningkatkan risiko Anda

memiliki asma:

Page 3: Interaksi Obat Asma

     Riwayat keluarga. Jika salah satu orangtua Anda memiliki asma atau alergi rhinitis, ada 50%

kemungkinan Anda mendapatkan asma. Jika kedua orang tua Anda memilikinya,

kemungkinannya meningkat menjadi 75%.

     Polusi udara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang tinggal di dekat jalan raya

utama dan tempat tercemar lainnya lebih berisiko mendapatkan asma.

       Pekerjaan tertentu. Sekitar 10% penderita asma mendapatkannya dari pekerjaan. Kondisi ini

disebut asma kerja. Beberapa contohnya antara lain:

o   Pekerja laboratorium bisa mendapatkan asma dari binatang laboratorium (tikus dan kelinci

percobaan).

o   Pelukis bisa mendapatkan asma dari zat isosianat dalam semprot.

o   Petugas kebersihan bisa mendapatkan asma dari butir debu.

o   Pemroses kepiting bisa mendapatkan asma dari debu kepiting.

o   Memiliki ibu atau ayah merokok saat Anda masih dalam kandungan (anonim,2011).

Patogenesi

Serangan asma terjadi karena adanya gangguan pada aliran udara akibat penyempitan

pada saluran napas atau bronkiolus. Penyempitan tersebut sebagai akibat adanya arteriosklerosis

atau penebalan dinding bronkiolus, disertai dengan peningkatan ekskresi mukus atau lumen

kental yang mengisi bronkiolus, akibatnya udara yang masuk akan tertahan di paru-paru

Page 4: Interaksi Obat Asma

sehingga pada saat ekspirasi udara dari paru-paru sulit dikeluarkan, sehingga otot polos akan

berkontraksi dan terjadi peningkatan tekanan saat bernapas. Karena tekanan pada saluran napas

tinggi khususnya pada saat ekspirasi, maka dinding bronkiolus tertarik kedalam (mengerut)

sehingga diameter bronkiolus semakin kecil atau sempit, dapat dilihat seperti pada Gambar.

(Cunningham, 2003).

Berdasarkan Gambar diatas asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos

bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi

Page 5: Interaksi Obat Asma

diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan

untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini

menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini

terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat

dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E

orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat

anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik, eosinofilik

dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada

dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan

spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat

meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama

inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar

bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah

akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada

penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali

melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea (pernapasan sulit atau menyakitkan; sesak

napas). Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama

serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa

menyebabkan barrel chest (dada berbentuk tong). Dada tong adalah akibat pembesaran volume

paru karena obstruksi aliran udara (Damgraad, 2000).

Page 6: Interaksi Obat Asma

       B.    Pembagian Obat-Obatan dan Mekanisme Kerja ObatBerdasarkan mekanismenya,  kerja  obat – obat asma dapat dibagi dalam beberapa

golongan, yaitu :

a.Antialergika

Adalah zat – zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan melepaskan

histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan rhinitis alergis (hay

fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat.

Kromoglikat merupakan obat profilaksis dan tidak mempunyai kegunaan pada serangan

akut. Kromoglikat mempunyai aksi antiinflamasi pada beberapa pasien (terutama anak-anak),

tetapi tidak mungkin memperkirakan pasien mana yang akan mendapatkan manfaatnya.

Kromoglikat harus diberikan secara teratur dan bisa membutuhkan waktu beberapa minggu

sebelum timbul efek yang menguntungkan. mekanisme kerja kromoglikat tidak jelas.

kromoglikat mungkin bekerja dengan menurunkan sensitivitas saraf sensoris bronkus,

menghilangkan refleks lokal yang menstimulasi inflamasi .

b. Bronchodilator

Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga memberikan

efek bronkodilatasi. Termasuk kedalamnya adalah :

Adrenergika

Page 7: Interaksi Obat Asma

Khususnya β-2 simpatomimetika (β-2-mimetik), zat ini bekerja selektif terhadap reseptor

β-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor β-1 (stimulasi jantung). Aktivitas

adrenoseptor β merelaksasikan otot polos melalui peningkatan cAMP intraselular yang

mengaktivasi suatu protein kinase. Kelompok β-2-mimetik seperti Salbutamol, Fenoterol,

Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sedangkan yang bekerja terhadap reseptor β-2

dan β-1 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin, dan lain-lain.

Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium)

Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan kolinergik. Bila

reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem kolinergik menjadi dominan, segingga

terjadi penciutan bronchi.  Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot

polos bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek bronchodilatasi.

Efek samping : tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kencing, gangguan

akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi.

Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat)

Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim fosfodiesterase dan

meningkatkan kadar cAMP selular. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan

hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis.

c. Antihistamin (Loratadin, cetirizin, fexofenadin)

Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah bronchokonstriksi. Banyak

antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif. Antagonis yang mblok reseptor histamin

H1 digunakan pada terapi alergi seperti demam hay, urtikaria, ruam akibat sensitivitas terhadap

obat, pruritus, serta gigitan dan sengatan serangga.

d. Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason)

Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor β-2, melawan

efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama pada serangan asma akibat infeksi

virus atau bakteri. Penggunaan jangka lama hendaknya dihindari, berhubung efek sampingnya,

yaitu osteoporosis, borok lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping  dapat dikurangi

dengan pemberian inhalasi.

e. Ekspektoransia (KI, NH4Cl, Bromheksin, Asetilsistein)

Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut, obat ini

berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar dikeluarkan.

Page 8: Interaksi Obat Asma

Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran napas

sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan Asetilsistein mekanismenya terhadap mukosa

protein dengan melepaskan ikatan disulfida sehingga viskositas lendir berkurang.

      C.    Tabel Interaksi Obat

H

    INTERAKSI OBAT VS MAKANANNO

OBAT MAKANAN

INTERAKSI EFEK

1 Teofilin Kopi  Efek obat asma dapat meningkat. Obat asma melebarkan jalan udara dan memudahkan pernapasan penderita asma. Akibatnya: mungkin terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak teofilin disertai gejala mual, pusing, sakit kepala, mudah tersinggung, tremor, insomnia, takikardia, denyut jantung tidak teratur, dan mungkin terjadi serangan .

Sinergis2 Aminofilin Coklat Sinergis3 Difilin      Kola dan

Minuman Ringan

Sinergis

4 Epinefrin Bunga Kembang

Sepatu (Hibiscus

rosa sinensis L)

Efek obat asma dapat meningkat.

Sinergis

5 Epinefrin Asam Jawa (Tamarindus indica,Linn.)

Efek obat asma dapat meningkat.

Sinergis

D.     Contoh Obat di Pasaran

Page 9: Interaksi Obat Asma

AMINOPHYLLINE 200 MG INF

KANDUNGAN :

Tiap tablet mengandung aminofilina 200 mg.

CARA KERJA :

Aminofilina merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek bronkodilator dengan jalan

melemaskan otot polos bronkus

INDIKASI :

Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.

DOSIS :

Dewasa : 1 tablet 3 kali sehari. Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ tablet 3 kali sehari.

Atau menurut petunjuk dokter.

EFEK SAMPING :

Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare, Susunan saraf pusat, misalnya : sakit kepala,

insomnia, Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia, ventrikuler, Pernafasan,

misalnya : tachypnea, Rash, hiperglikemia.

KONTRA INDIKASI :

Hipersensitif terhadap aminofilina atau komponen obat, Penderita tukak lambung, diabetes.

INTERAKSI OBAT :

Page 10: Interaksi Obat Asma

Hindari pemberian bersamaan dengan beta-blocker (seperti propranolol) karena dapat

menyebabkan bronkospasma, Jangan diberikan bersamaan dengan preparat xantin yang lain,

Simetidin, siprofloksasin, klaritromisin, norfloksasin, eritromisin, troleandomisin, dan

kontrasepsi oral dapat meningkatkan konsentrasi   plasma teofilin, Rifampisin, verapamil,

diltiazem menurunkan konsentrasi plasma teofilin.

CARA PENYIMPANAN :

Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar (25 - 30°C), terlindung dari cahaya.

PERHATIAN :

Bila belum pernah menggunakan obat ini agar konsultasikan dahulu dengan dokter untuk

memastikan bahwa penderita menderita asma, Hati-hati pada penderita hipoksemia (kekurangan

oksigen dalam darah), hipertensi, atau penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung, Dapat

mengiritasi saluran pencernaan, Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan anak-

anak, Jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam waktu 1 jam gejala-gejalanya

masih tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat,

Hati-hati pemberian pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita di atas usia 55 tahun

terutama pria dan pada penderita penyakit paru-paru kronik, Hentikan penggunaan obat ini jika

terjadi jantung berdebar-debar.

KEMASAN & NO REG. :

Kemasan      :    Btl 1000No.

Registrasi     :    GKL8920905710A1

PABRIK :

Indofarma

A L U P E N T ®

Orciprenaline sulfate

KOMPOSISI:

1 tablet mengandung Orciprenaline sulfate 20 mg.

KHASIAT:

Page 11: Interaksi Obat Asma

Orciprenaline sulfate adalah suatu perangsang reseptor beta adrenergik yang kuat. Tempat-

tempat reseptor di dalam bronkus dan bronkiolus lebih sensitif terhadap obat ini daripada tempat

reseptor di dalam jantung dan pembuluh darah sehingga rasio efek bronkodilatasi terhadap efek

kardiovaskuler menguntungkan.

ALUPENT mengurangi bronkospasme reversibel yang berhubungan dengan berbagai macam

penyakit paru-paru bronkitis kronis, emfisema paru-paru, asma bronkial, silikosis, tuberkulosis,

dan sarkoidosis; pengurangan obstruksi saluran pernapasan ini dapat menghilangkan sesak napas

yang disebabkan oleh bronkospasme.

Efek bronkodilatasi ALUPENT pada pemberian secara oral dan inhalasi sudah dibuktikan

dengan penelitian fungsi paru-paru (dengan spirometri dan pengukuran tahanan saluran

pernapasan dengan "body plethysmography"). Pemberian ALUPENT secara inhalasi mempunyai

mula kerja yang cepat, sedangkan pemberian per oral mempunyai mula kerja 30 menit. Efek

bronkodilatasi maksimal biasanya terjadi dalam waktu 60-90 menit dan bertahan selama 3-6 jam.

INDIKASI:

Asma bronkial dan bronkospasme reversibel yang dapat di-jumpai pada bronkitis kronis dan

emfisema paru-paru, termasuk pula bronkospasme yang disebabkan pemakaian obat penghambat

reseptor-fi. Preparat untuk pendukung terapi adalah antibiotika, sekretomukolitik, kortikosteroid

dan dinatrium kromoglikat.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN:

Dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Jika tidak ada petunjuk lain dari dokter,

dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

PEMBERIAN PER ORAL :

Untuk terapi jangka panjang asma bronkial dan penyakit bronkopulmoneryangdisertai dengan

bronkospasme:

petunjuk dokter. Hal ini tidak berlaku untuk bronkodilator antikolinergik. Pasien yang sedang

atau baru saja diterapi dengan penghambat MAO, dan akan diberi ALUPENT, perlu diawasi

secara khusus.

ALUPENT dapat diberikan pada tiga bulan pertama kehamilan hanya atas petunjuk dokter.

Perhatian yang sama berlaku saat sebelum melahirkan, karena zat aktif ALUPENT mempunyai

efek tokolitik.

EFEK SAMPING:

Page 12: Interaksi Obat Asma

ALUPENT ditoleransi dengan baik jika diberikan sesuai dengan petunjuk dan dosis yang

dianjurkan. Efek samping seperti palpitasi, kegelisahan dan tremor pada jari tangan dapat terjadi;

pada kasus-kasus yang tersendiri pernah ditemukan terjadinya kemerahan kulit yang tiba-tiba

(flushing), sakit kepala, rasa tertekan di dada, gangguan tidur, mual, gangguan ventrikel atau

angina pektoris dan reaksi alergi kulit.

KONTRA-INDIKASI:

Hipertiroidisme, stenosis aorta subvalvular, takiaritmia.

INTERAKSI OBAT:

Obat penghambat reseptor beta menetralkan efek ALUPENT.

KELEBIHAN DOSIS :

Geiala-gejala:

Dapat terjadi kemerahan kulit.secara tiba-tiba (flushing), tremor jari-jari tangan, mual, nadi

bertambah cepat, tekanan darah sistolik meningkat, tekanan darah diastolik menurun, rasa

tertekan di dada, eksitasi, dan mungkin ekstrasistol.

Terapi:

Kuras lambung untuk mengeluarkan sisa-sisa obat. Pemberian sedatif, obat penenang, terapi

intensif pada kasus-kasus berat. Obat penghambat reseptor-fi cocok untuk dipakai sebagai

antidotum spesifik, tetapi kemungkinan bertambah beratnya obstruksi bronkial perlu

diperhitungkan, dan dosisnya harus disesuaikan dengan teliti pada pasien yang menderita asma

bronkial.

PERHATIAN:

Pemakaian ALUPENT oral pada pasien dengan infark miokard baru dan/atau kelainan jantung

organik yang berat atau kelainan vaskuler terutama dalam dosis yang melebihi dosis yang

dianjurkan hanya dapat diberikan atas petunjuk dokter. Seperti pada obat simpatomimetik

lainnya, ALUPENT harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan hipertensi, penyakit

arteri koroner, kegagalan jantung kongestif dan diabetes. Terutama diperhatikan pada penderita

diabetes tidak stabil. Obat bronkodilator simpatomimetik lainnya sebaiknya tidak diberikan

bersama-sama dengan ALUPENT kecuali atas

KEMASAN:

Tablet 20 mg

Dus berisi 10 strip @ 10 tablet

Page 13: Interaksi Obat Asma

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Diproduksi oleh:

PT. BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA

Bogor, Indonesia

Dengan lisensi dari:

BOEHRINGER INGELHEIM INTERNATIONAL GMBH

Ingelheim am Rhein

JERMAN

No.Reg. DKL0133700910A1

71039/0501

Simpan pada suhu 25-30°C, dalam wadah tertutup rapat. Simpan di tempat yang aman, jauhkan

dari jangkauan anak-anak.

AMBROXOL

KOMPOSISI :

Tiap tablet mengandung Ambroxol 30 mg

INDIKASI :

Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran napas akut dan kronis khususnya pada eksaserbasi

bronkitis kronis, bronkitis asmatik, dan asma bronkial

KEMASAN & NO REG. :

10 strip @ 10 tablet, GKL 0407115510A1

Page 14: Interaksi Obat Asma

PABRIK :

FIRST MEDIPHARMA

ACCOLATE

GENERIK :

Zafirlukast.

INDIKASI :

Pencegahan & pengobatan jangka panjang asma pada orang dewasa & anak-anak yang berusia

12 tahun ke atas.

KONTRA INDIKASI :

Riwayat gangguan ginjal dengan tingkat keparahan sedang atau berat, gangguan hati atau sirosis,

Anak berusia kurang dari 12 tahun, Aspirin, Eritromisin.

PERHATIAN :

Kehamilan, menyusui dan Pasien berusia diatas 65 tahun.

EFEK SAMPING :

Sakit kepala, gangguan pencernaan, memar, kelainan perdarahan, reaksi hipersensitif.

KEMASAN :

Tablet 20 mg x 2 x 14 biji.

DOSIS :

2 kali sehari 20 mg.

Page 15: Interaksi Obat Asma

ASMASOLON

KOMPOSISI :

Efedrin HCl..................... 12,5 mg

Teofilin anhidrat................ 130 mg

INDIKASI :

Asma bronkhial, bronkhitis asmatik, bronkhitis kronis dengan emfisema, bronkhospasme

emfisematosa, asma akibat rinitis alergi.

KONTRA INDIKASI :

Hipertiroidisme, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular (jantung danpembuluh darah),

glaukoma sudut tertutup, pembesaran prostat, Ulkus peptikum, Penggunaan bersama dengan

MAOI (penghambat mono amin oksidase), Pasien dengan hipoksemia (keadaan kadar oksigen

darah yang menurun), gangguan ginjal dan hati, Kehamilan, menyusui, Anak-anak & lansia.

INTERAKSI OBAT  :

efek Efedrin dihilangkan oleh Guanetidin, Metildopa, Reserpin, efek yang menekan efek

Asmasolon dipertinggi oleh obat-obat penghambat mono amin oksidase, Xantin dapat

meningkatkan rangsangan pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh simpatomimetik dan

ekskresi Lithium dan Fenitoin, Xantin dan ß-bloker saling mengantagonis.

EFEK SAMPING :

Mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia (sulit tidur), berdebar, takhikardia, aritmia

ventrikular.

Page 16: Interaksi Obat Asma

KEMASAN :

Tablet 25 x 4 biji.

DOSIS :

• Dewasa    : 3-4 kali sehari 1-2 tablet.

• Anak-anak : ½-1 tab sampai dengan 2 kali sehari.

PABRIK :

Probus

E.     Daftar Pustaka

Anonim. (2011). Sekilas Tentang Penyakit Asma. Diakses : 9 Desember 2012.

http://majalahkesehatan.com/sekilas-tentang-penyakit-asma/

Cunningham, Gary. 2003. Williams Obstetrics 21 Edition. McGraw-Hill Companies : USA.

Harkness, Richard. (1989). Interaksi Obat. Penerjemah : Goeswin Agoes dan Mathilda B.

Widianto. Bandung : Penerbit ITB. Hal.31-39.

Neal, M.J. (2006). At a Glance : Farmakologi Medis. Edisi kelima, Penerjemah : Juwalita

Surapsari. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal. 28-29.