Upload
andria-olivia
View
90
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
farmakologi
Citation preview
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Interaksi farmakodinamik adalah inetraksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tampat
kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek aditif, sinergistik, atau antagonistic.
Interaksi farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang penting dalam klinik.
Berbeda dengan interaksi farmakokinetik, interaksi farmakodinamik seringkali dapat
diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan
obat memang berdasarkan persamaan efek farmakodinamiknya. Di samping itu, kebanyakan
interaksi farmakodinamik dapat diramalkan kejadiaannnya, karena itu dapat dihindarkan bila dokter
mengetahui mekanisme kerja obat yang bersangkutan dan menggunakan logikanya.
Selanjutnya akan dibahas mengenai mekanisme interaksi yang lebih terinci, masing-masing dengan
beberapa contohnya yang penting dalam klinik menyangkut obat yang sering digunakan. Ini harus
dibedakan dari interaksi yang tidak mempengaruhi hasil terapi dan yang baru terlihat pada
percobaan hewan atau in vitro yang jumlahnya jauh lebih banyak.
INTERAKSI PADA RESEPTOR
Interaksi pada reseptor yang sama biasanya merupakan antagonism antara agonis dan
antagonis/bloker dari reseptor yang bersangkutan.
INTERAKSI FISIOLOGIK
Interaksi pada sistem fisiologik yang sama dapat menghasilkan peningkatan atau penurunan respons
( potensial atau antagonism.
PERUBAHAN DALAM KESETIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Perubahan ini dapat mengbah efek obat, terumtama yang bekerja pada jantung, transmisi
neuromuscular dan ginjal.
PERUBAHAN MEKANISME AMBILAN AMIN DI UJUNG SARAF ADRENERGIK
Penghambat saraf adrenergic *guanetidin, bretilium, betadine, debrisokuin dan guanadrel) diambil
oleh ujung saraf adrenergic dengan mekanisme transport aktig untuk norepinefrin. Mekanisme
ambilan ini, yang diperlukan agar obat tersebut dapat bekerja ( sebagai antihipertensi), dapat
dihambat secara kompetitif oleh amin aimpatomimetik misalnya yang terdapat dalam obat flu
(fenilefrin, fenilpropanolamin, efedrin, pseudoefedrin) atau obat yang menekan napsu makan
(amfetamin, mazindol), antidepresi, trisiklik (amitriptilin, imipramine, desipramin, maprotilin), kokain
dan fenotiazin (klorpromazin). Dengan demikian, obat ini mengantagoniskan efek hipotensif
penghambat saraf adrenergic
INTERAKSI DENGAN PENGHAMBAT MONOAMIN OKSIDASE (PENGHAMBAT MAO)
Penghambat MAO menghasilkan akumulasi norepinefrin dalam jumlah besar di ujung saraf
adrenergic. Pemberian menghambat MAO bersama amin simpatomimetik kerja tidak langsung
(fenilefrin, fenilpropanolamin, efedrin, pseudoefedrin, amfetamin, dan tiramin), menyebabkan
pelepasan norepinefrin jumlah besar tersebut sehingga terjadi krisis hipertensi, sakit kepala
berdenyut yang hebat, dan kadang-kadang pedarahan intraserebral. Tiramin, yang banyak terdapat
dalam keju, bir, anggur, dan makanan lain yang mengalami fermentasi, biasanya dimetabolisme oleh
MAO di dinding usus dan di hati sebelum dapat mencapai sirkulasi sistemik. Tetapi pada penderita
yang mengalami penghambat MAO, tiramin terllindung dari metabolisme oleh MAO dan dapat
mencapai ujung saraf adrenergic melalui sirkulasi.
Reaksi hipersensitif yang sama juga terjadi awal pengobatan dengan guanetidin, betilium, betadin,
debrisokuin, guanadrel dan reserpine, bila diberikan bersama dengan MAO. Demikian juga
pemberian penghambat MAO bersama dopamine l-dopa atau metildopa akan menimbulakan efek
yang sama. Pemberian penghambat MAO bersama antridepresi trisiklik, anastetik, atau petidin
kadang-kadang dapat menimbulkan hiperpireksia dan eksitasi serebral (agitasi,tremor, konvulsi, dan
koma)
INTERAKSI LAIN-LAIN
INTERAKSI ANTAR ANTIMIKROBA
Pada meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus yang sensitive terhadap ampisilin, pemberian
ampisilin bersama kloramfenikol menimbulkan antagonism. Pemberian ketoknazol bersama
amfoterisin B untuk penyakit jamur sistemik bersifat antagonism.