19
Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al) Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 48 ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS Durrotul Faizatun Nafisah,Nur Achadiyah Hidayati, Nikmatul Karimah Zainal Muhtarom Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara [email protected] Abstract Islamic education is a student learning process that emphasizes the values of morality contained in the Al-Qur'an and Hadith. The study of the philosophy of Islamic education is divided into 3, namely ontology, epistemology and axiology. Ontology discusses 1). the essence of the purpose of Islamic education is the development and formation of humans who are always based on the Al-Quran and Hadith, 2). the essence of man as a subject of education because humans have reason, heart and manners, humans are given freedom of thought and are obliged to be responsible for the output of the thought process. Meanwhile, 3) the nature of the Islamic education curriculum which has an important role in the effort to achieve educational goals, namely to make students have affective, cognitive, psychomotor and moral skills based on tauhid. Epistemological studies include 1). The dimension of knowledge is divided into 3 types, namely knowledge about nature, history and humans, 2). The source of knowledge is Allah SWT which is listed in the Al-qur'an and Hadith, and 3) The test of truth is carried out by correspondence, coherence and pragmatics by using the 3 forces used to understand the truth, namely thought, reason and conscience. While, the axiological study discusses about values which includes benefits in the world and the hereafter to form a humanist and religious Muslim personality. Keywords: Islamic education, philosophy Abstrak: Pendidikan Islam merupakan proses pembelajaran peserta didik yang menekankan pada nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Kajian filsafat ilmu pendidikan Islam terbagi menjadi 3 yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang 1). hakikat tujuan pendidikan Islam yaitu pengembangan dan pembentukan manusia yang selalu berlandaskan Al-qur‟an dan Hadist, 2). hakikat manusia sebagai subjek pendidikan karena manusia mempunyai akal, hati dan santun, manusia diberi kebebasan berfikir serta berkewajiban mempertanggungjawabkan output dari proses berfikir. Sedangkan 3) hakikat kurikulum pendidikan Islam yang mempunyai peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadikan peserta didik memiliki kemampuan afektif, kognitif, psikomotorik dan berakhlakul karimah yang berlandaskan pada tauhid. Kajian Epistemologi mencakup 1). Dimensi pengetahuan yang terbagi menjadi 3 jenis yaitu pengetahuan tentang alam, sejarah dan manusia, 2). Sumber pengetahuan adalah Allah SWT yang tercantum dalam Al-qur‟an dan Hadist, serta 3) Pengujian kebenaran dilakukan dengan korespondensi, koherensi dan pragmatis dengan menggunakan 3 daya yang dipakai untuk memahami kebenaran yakni pikiran, akal dan nurani.Sedangkan kajian aksiologi membahas tentang nilai yang mencakup kemanfaatan di dunia dan akhirat sehingga terbentuk kepribadian muslim yang humanis dan religious. Kata Kunci: Ilmu Pendidikan Islam, Filosofis

ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 48

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Durrotul Faizatun Nafisah,Nur Achadiyah Hidayati, Nikmatul Karimah

Zainal Muhtarom

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

[email protected]

Abstract

Islamic education is a student learning process that emphasizes the values of morality

contained in the Al-Qur'an and Hadith. The study of the philosophy of Islamic education

is divided into 3, namely ontology, epistemology and axiology. Ontology discusses 1). the

essence of the purpose of Islamic education is the development and formation of humans

who are always based on the Al-Qur‟an and Hadith, 2). the essence of man as a subject

of education because humans have reason, heart and manners, humans are given

freedom of thought and are obliged to be responsible for the output of the thought

process. Meanwhile, 3) the nature of the Islamic education curriculum which has an

important role in the effort to achieve educational goals, namely to make students have

affective, cognitive, psychomotor and moral skills based on tauhid.

Epistemological studies include 1). The dimension of knowledge is divided into 3 types,

namely knowledge about nature, history and humans, 2). The source of knowledge is

Allah SWT which is listed in the Al-qur'an and Hadith, and 3) The test of truth is carried

out by correspondence, coherence and pragmatics by using the 3 forces used to

understand the truth, namely thought, reason and conscience. While, the axiological

study discusses about values which includes benefits in the world and the hereafter to

form a humanist and religious Muslim personality.

Keywords: Islamic education, philosophy

Abstrak:

Pendidikan Islam merupakan proses pembelajaran peserta didik yang menekankan

pada nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Kajian

filsafat ilmu pendidikan Islam terbagi menjadi 3 yaitu ontologi, epistemologi dan

aksiologi. Ontologi membahas tentang 1). hakikat tujuan pendidikan Islam yaitu

pengembangan dan pembentukan manusia yang selalu berlandaskan Al-qur‟an

dan Hadist, 2). hakikat manusia sebagai subjek pendidikan karena manusia

mempunyai akal, hati dan santun, manusia diberi kebebasan berfikir serta

berkewajiban mempertanggungjawabkan output dari proses berfikir. Sedangkan

3) hakikat kurikulum pendidikan Islam yang mempunyai peranan penting dalam

upaya mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadikan peserta didik memiliki

kemampuan afektif, kognitif, psikomotorik dan berakhlakul karimah yang

berlandaskan pada tauhid.

Kajian Epistemologi mencakup 1). Dimensi pengetahuan yang terbagi menjadi 3

jenis yaitu pengetahuan tentang alam, sejarah dan manusia, 2). Sumber

pengetahuan adalah Allah SWT yang tercantum dalam Al-qur‟an dan Hadist,

serta 3) Pengujian kebenaran dilakukan dengan korespondensi, koherensi dan

pragmatis dengan menggunakan 3 daya yang dipakai untuk memahami kebenaran

yakni pikiran, akal dan nurani.Sedangkan kajian aksiologi membahas tentang nilai

yang mencakup kemanfaatan di dunia dan akhirat sehingga terbentuk kepribadian

muslim yang humanis dan religious.

Kata Kunci: Ilmu Pendidikan Islam, Filosofis

Page 2: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 49

A. Latar belakang

Di antara problema besar

yang dihadapi umat Islam di era

modern adalah redupnya etos

keilmuan di kalangan umat Islam dan

munculnya dunia Barat sebagai

penguasa ilmu pengetahuan dan

teknologi. Problema pertama,

rendahnya etos keilmuan,

menjadikan umat Islam “terisolir”

dari dunia keilmuan global. Kondisi

ini sangat ironis karena di era klasik,

selama kurang lebih enam abad,

umat Islam berada pada garda depan

dan menjadi kiblat dunia dalam

pengembangan ilmu. Sementara itu,

problema kedua, munculnya dunia

Barat sebagai penguasa ilmu

pengetahuan dan teknologi,

membawa persoalan serius karena

pengembangan ilmu dan teknologi di

Barat bercorak sekuler sehingga

memunculkan ekses negatif seperti;

sekularisme, materialisme,

hedonisme, individualisme,

konsumerisme, rusaknya tatanan

keluarga, pergaulan bebas, dan

penyalahgunaan obat terlarang.

Memperhatikan dua fenomena di

atas, maka sudah selayaknya umat

Islam berupaya menata diri untuk

menghidupkan kembali etos

keilmuan (pendidikan Islam)

sebagaimana pernah dialami di era

klasik dengan harapan mampu

menyaingi dominasi Barat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Salah satu landasan

pendidikan Islam adalah landasan

fiosofis. Filsafat pendidikan Islam

berupaya mencari kebenaran

sedalam-dalamnya, berfikir holistik,

radikal dalam pemecahan problem

fiosofi pendidikan Islam,

pembentukan teori–teori baru

ataupun pembaharuan dalam

pelaksanaan pendidikan Islam yang

sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman. Berdasarkan

sumber-sumber yang shohih yaitu

Al-Qur‟an dan Hadist.

Pada konsepnya, ada tiga

kajian filsafat ilmu dalam pendidikan

islam, yaitu ontologi, epistemologi

dan aksiologi. Secara sederhana

ontology membahas tentang “objek

apa yang ditelaah oleh ilmu?”.

Epistemologi membahas tentang

“bagaimana cara memperoleh

ilmu?”. Aksiologi membahas tentang

“untuk apa ilmu itu digunakan?”.

Senada dengan Mustakim (2012:2)

bahwa Ontologi membahas tentang

hakekat pendidikan Islam,

Epistemologi membahas sumber-

sumber pendidikan Islam, serta

aksiologi mengupas nilai-nilai

pendidikan Islam.

Melihat realitas pendidikan

yang ada, ternyata output pendidikan

kita sekarang menghasilkan orang-

orang yang korupsi, suka bertengkar,

tawuran, pembunuhan, pemerkosaan,

penipuan, mata duitan dan masih

banyak sikap negative yang tidak

sesuai dengan norma-norma agama

Islam. Dengan melihat kondisi

tersebut, dapat diketahui bahwa

pendidikan Islam mempunyai

peranan yang sangat besar dalam

membentuk kepribadian peserta

didik. Sehingga dalam makalah ini

penulis ingin mencoba mengkaji dan

Page 3: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 50

memaparkan tentang ilmu

pendidikan Islam perspektif filosofis

yang mencakup tiga kajian utama

filsafat ilmu (epistemologi, ontologi,

dan aksiologis).

B. PEMBAHASAN

Kata pendidikan dalam

bahasa arab adalah “Tarbiyah” ,

dengan kata kerja “rabba”. Kata

pengajaran dalam bahasa arab adalah

“ta‟lim” dengan kata kerjanya

“‟allama”. Pendidikan dan

pengajaran dalam bahasa arab

“tarbiyah wa ta‟lim”. Sedangkan

pendidikan Islam adalah “Tarbiyah

Islamiyah” (Daradjat, 2014: 25).

Kata kerja “rabba”

(mendidik) sudah digunakan pada

zaman Nabi Muhammad SAW.

Seperti dalam Al-qur‟an surah Al-

isra‟(7): 24

ربّ ارْحوْهوُا كوا ربيّا نى صغيرًا

“Ya Tuhan, sayangilah

keduanya (ibu bapakku)

sebagaimana mereka telah

mengasuhku (mendidikku) sejak

kecil” Kata lain yang mengandung

arti pendidikan yaitu “Addaba” .

Seperti sabda rosul :

ادَبنّى ربى فاحَسنَ تأديبى ) الحديث(

“Tuhan telah mendidikku, maka

ia sempurnakan pendidikanku”

Sedangkan kata “ta‟lim”

dengan kata kerja “„allama” juga

sudah ada dalam zaman Rosulullah.

Sebagaimana dalam firman Allah

surah Al-Baqarah : 3 dan surah An-

Naml : 16

وعلنّ ادم الأسواءكلهّا

“Allah mengajarkan pada Adam

nama-nama semuanya”

وقال ياايها الناس عُلِّوْنا هُنْطِقَ الطيّْرِ

“Berkata (Sulaiman) : Wahai

manusia telah diajarkan kepada

kami pengertian bunyi burung”

Dari ayat tersebut dapat

disimpulkan bahwa kata ”„allama”

mengandung pengertian sekedar

memberi pengetahuan, tidak

mengandung arti pembinaan

kepribadian, karena sedikit sekali

memberi pembinaan kepribadian

Sulaiman melalui burung atau

kperibadian Adam melalui nama

benda-benda. Berbeda dengan kata

“rabba” dan “addaba” yang

mengandung arti pembinaan,

pimpinan dan pemeliharaan

(Daradjat, 2014 : 27). Nata (2010:11)

menambahkan bahwa ta‟lim

mempunyai arti information

(pemberitahuan tentang sesuatu),

advice (nasihat), instruction

(perintah), direction (pengarahan),

teaching (pengajaran), training

(pelatihan), schooling

(pembelajaran), education

(pendidikan), dan epprenticeship

(pekerjaan sebagai magang, masa

belajar suatu keahlian).

Senada dengan Abuddin Nata

(2010: 2) yaitu minimal ada tiga kata

kunci yang berhubungan dengan

pendidikan Islam, yaitu: al-tarbiyah,

al-ta‟lim, dan al-ta‟dib. Arifin

(2014:4) menambahkan kata al-

tarbiyah diartikan sebagai education

(pendidikan), upbringing

(pengembangan), teaching

(pengajaran), instruction (perintah),

Page 4: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 51

pedagogy (pembinaan kepribadian),

breeding (member makan), raising

(menumbuhkan). Untuk Al-Ta‟lim

berarti information (pemberitahuan

tentang sesuatu), advice (nasehat),

instruction (perintah), direction

(pengarahan), teaching (pengajaran),

training (pelatihan), schooling

(pembelajaran), education

(pendidikan) dan epprenticenship

(pekerjaan sebagai magang, masa

belajar suatu keahlian). Sedangkan

At-Ta‟dib berarti education

(pendidikan), displine (displin, patuh,

dan tunduk pada aturan), punishment

(peringatan atau hukuman), dan

chastisement (hukuman penyucian).

Makna ta‟dib ini lebih dekat dengan

pendidikan akhlak yang menyentuh

pada ranah afeksi peserta didik

(Arifin, 2014:5-6).

Menurut Ahmad Tafsir

(2013:12), Pendidikan dalam arti

sempit adalah sekolah atau

pengajaran yang diselenggarakan

disekolah sebagai lembaga

pendidikan formal. Pendidikan

adalah segala pengaruh yang

diupayakan sekolah terhadap anak

dan remaja yang diserahkan

kepadanya agar mempunyai

kemampuan yang sempurna dan

kesadaran penuh terhadap hubungan-

hubungan serta tugas sosial mereka.

Pendidikan Islam merupakan

pendidikan yang mencakup

pendidikan iman dan pendidikan

amal yang membentuk kepribadian

muslim. Karena pendidikan islam

lebih banyak ditujukan kepada

perbaikan sikap mental yang akan

terwujud dari amal dan perbuatan.

Karena ajaran Islam berisi tentang

sikap dan tingkah laku pribadi

masyarakat, menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama, maka

pendidikan Islam juga bisa disebut

dengan pendidikan individu dan

pendidikan masyarakat. Selain itu

pendidikan Islam adalah

pembentukan kepribadian muslim.

Kesimpulan Daradjat ini dalam

bukunya didasarkan pada usaha nabi

Muhammad dalam menyampaikan

seruan agama dengan berdakwah,

menyampaikan ajaran, memberi

contoh, melatih keterampilan

berbuat, member motivasi dan

menciptakan lingkungan social yang

mendukung pelaksanaan ide

pembentukan kepribadian muslim

kepada orang Arab Mekah saat itu

(Daradjat, 2014 : 27-28).

Ahmad tafsir (2013 : 12)

menambahkan bahwa ilmu

pendidikan islam dapat diartikan

sebagai studi tentang proses

kependidikan yang didasarkan pada

nilai-nilai filosofis ajaran Islam

berdasarkan Alqur‟an dan Sunnah

Nabi Muhammad SAW. Dari redaksi

yang agak singkat, Ilmu Pendidikan

Islam adalah Ilmu Pendidikan yang

berdasarkan Islam.

Pendidikan menurut definisi

alternatif atau luas terbatas adalah

usaha dasar yang dilakukan oleh

keluarga, masyarakat dan

pemerintahan, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran yang

berlangsung disekolah dan luar

sekolah sepanjang hayat untuk

mempersiapkan peserta didik agar

dapat memainkan peranan hidup

Page 5: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 52

sekarang atau yang akan

datang.Pendidikan atau pengalaman

belajar yang terprogram dalam

bentuk pendidikan formal dan non

formal serta informasi disekolah

maupun luar sekolah yang

berlangsung seumur hidup bertujuan

optimalisasi pertimbangan

kemampuan individu agar kemudian

hari dapat memainkan peranan hidup

secara tepat.

Pendidikan Islam juga dapat

dikatakan sebagai proses

pembelajaran peserta didik yang

menekankan pada nilai-nilai

moralitas yang terkandung dalam Al-

Qur‟an dan Hadis. Bukan berarti di

sini, dalam proses pembelajaran,

pendidikan Islam kurang

mengapresiasikan aspek lain, seperti

fisik, psikis, sains, dan lain

sebagainya (Arifin, 2014 :7).

1. Ilmu Pendidikan Islam

perspektif filosofis

Pendekatan filosofi yaitu

suatu pendekatan untuk menelaah

dan memecahkan masalah-

masalah pendidikan dengan

menggunakan metode filsafat.

Pendidikan membutuhkan filsafat

karena masalah pendidikan tidak

hanya menyangkut pelaksanaan

pendidikan semata, yang hanya

terbatas pada pengalaman. Dalam

pendidikan akan muncul masalah-

masalah yang lebih luas,

kompleks dan lebih mendalam,

yang tidak terbatas oleh

pengalaman indrawi maupun

fakta-fakta faktual, yang tidak

mungkin dapat dijangkau oleh

sains. Masalah-masalah tersebut

diantaranya adalah tujuan

pendidikan yang bersumber dari

tujuan hidup manusia dan nilai

sebagai pandangan hidup. Nilai

dan tujuan hidup memang

merupakan fakta, namun

pembahasannya tidak bisa dengan

menggunakan cara-cara yang

dilakukan oleh sains, melainkan

diperlukan suatu perenungan yang

lebih mendalam.

Titik tolak dari teori ini

ialah anak yang akan dibesarkan

menjadi manusiadewasa.

Pendekatan filosofis terhadap

pendidikan adalah suatu

pendekatan untuk menelaah dan

memecahkan masalah-masalah

pendidikan dengan menggunakan

metode filsafat. Pengetahuan atau

teori pendidikan yang dihasilkan

dengan pendekatan filosofi

disebut filsafat pendidikan.

Filsafat pendidikan adalah filsafat

yang diterapkan/diaplikasikan

untuk menelaah dan memecahkan

masalah-masalah pendidikan.

Pendekatan filosofis untuk

menjelaskan suatu masalah dapat

diterapkan dalam aspek-aspek

kehidupan manusia, termasuk

dalarn pendidikan. Filsafat tidak

hanya melahirkan pengetahuan

baru, melainkan juga melahirkan

filsafat pendidikan. Filsafat

pendidikan adalah filsafat terapan

untuk memecahkan masalah-

masalah pendidikan yang

dihadapi. Filsafat merupakan teori

umum tentang pendidikan.

Filsafat sebagai suatu sistem

berpikir akan menjawab

Page 6: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 53

persoalan-persoalan pendidikan

yang bersifat filosofis dan

memerlukan jawaban filosofis

pula.

Kajian filsafat ilmu

pendidikan Islam tidak jauh

berbeda dengan ilmu lainnya yaitu

mencakup 3 hal, yakni

epistemologi, ontologi dan

aksiologi.

2. Kajian Ontologi Ilmu

Pendidikan Islam

Kajian filsafat ilmu yang

pertama adalah persoalan

ontologi. Ontologi sering

diidentikan dengan metafisika,

yang juga disebut dengan proto-

filsafat atau filsafat pertama, atau

filsafat ketuhanan yang

bahasannya adalah hakikat

sesuatu, keesaan, persekutuan,

sebab dan akibat, realita, prima

atau Tuhan dengan segala

sifatnya, malaikat, relasi atau

segala sesuatu yang ada di bumi

dengan tenaga-tenaga yang di

langit, wahyu, akhirat, dosa,

neraka, pahala dan surga. Senada

dengan pendapat Mustakim

(2012:2) bahwa ontology

pendidikan Islam merupakan

kajian filsafat yang membahas

tentang hakikat pendidikan Islam,

hakikat tujuan pendidikan Islam,

hakikat manusia sebagai subjek

pendidikan yang ditekankan

kepada pendidik dan peserta

didik, dan hakikat kurikulum

pendidikan Islam.

a. Hakikat Tujuan Pendidikan

Islam (Mustakim, 2012 :9-11)

Secara normatif, tujuan

yang ingin dicapai dalam

proses aktualisasi nilai-nilai

Alqur‟an dalam pendidikan

mencakup 3 dimensi yaitu

dimensi spiritual, dimensi

budaya dan dimensi kecerdasan

yang membawa kepada

kemajuan. Pertama, dimensi

spiritual yaitu iman, taqwa dan

akhlak mulia. Akhlak adalah

control psikis dan social bagi

individu dan masyarakat.

Tanpa akhlak manusia akan

berada dalam kumpulan hewan

dan binatang yang tidak

memiliki tata nilai dalam

kehidupannya. Pendidikan

spiritual ini terangkum dalam

prinsip berpegang teguh pada

kebaikan dan kebajikan serta

menjauhi dari keburukan dan

kemungkaran (Mustakim,

2012:10). Kedua, Dimensi

budaya yaitu kepribadian yang

mantap dan mandiri serta

tanggung jawab dalam

masyarakat. Secara universal

dimensi ini menitikberatkan

pada pembentukan kepribadian

muslim sebagai individu yang

diarahkan kepada peningkatan

faktor dasar (bawaaan) dan

faktor ajar (lingkungan). Faktor

dasar dikembangkan dan

ditingkatkan kemampuan

melalui bimbingan dan

pembiasaan berfiir, bersikap

dan bertingkah laku menurut

norma-norma Islam.

Page 7: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 54

Sedangkan faktor ajar

dilakukan dengan cara

mempengaruhi individu

melalui proses dan usaha

membentuk kondisi yang

mencerminkan pola kehidupan

yang sejalan dengan norma-

norma Islam seperti, teladan,

nasehat, anjuran, pembiasaan,

hukuman dan pembentukan

lingkungan serasi. Ketiga,

dimensi kecerdasan yang

membawa kepada kemajuan

yaitu cerdas, kreatif, terampil,

disiplin, etos kerja, profesional,

inovatif, dan kreatif. Isyarat

Al-Qur‟an tentang ilmu

pengetahuan dan kebenarannya

sesuai dengan ilmu

pengetahuan hanyalah salah

satu bukti kemukjizatannya.

Ajarannya Al-Qur‟an tentang

ilmu pengetahuan tidak hanya

sebatas ilmu pengetahuan

(science) yang bersifat fiik dan

empirik sebagai fenomena,

tetapi lebih dari itu ada hal-hal

nomena yang yang tidak

terjangkau oleh rasio manusia.

Sehingga bias disimpulkan

bahwa tujuan pendidikan Islam

adalah mempersiapkan

manusia yang „abid, yang

selalu menghambakan diri

kepada Allah. Sebagaimana

Firman Allah dalam surah

Adz-dzariyat : 56

“Dan aku (Allah) tidak

menciptakan jin dan

manusia melainkan

supaya mereka

mengabdi kepadaku”

Tujuan Pendidikan

islam Menurut Ramayulis

(2010:22) adalah

meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan dan

pengamalan peserta didik

tentang agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang

beriman dan bertaqwa kepada

Allah SWT serta berakhlak

mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Dalam bukunya Ahmad Tafsir

(2013:39) mengungkapkan

bahwa tujuan umum

pendidikan Islam adalah

menghendaki manusia yang

baik, yaitu dengan

terbentuknya kepribadian

muslim, menjadi manusia yang

mulia dan sempurna.

Sedangkan tujuan khusus dari

pendidikan Islam adalah untuk

semua manusia, artinya

pendidikan harus menjadikan

seluruh manusia

menghambakan diri kepada

Allah, yaitu dengan beribadah

kepada Allah. Artinya, Islam

menghendaki agar manusia

dididik agar mampu

merealisasikan tujuan hidupnya

yaitu beribadah kepada Allah

SWT.

b. Hakikat manusia Sebagai

Subjek Pendidikan (Mustakim,

2012:13-16)

Hakikat pendidikan

tidak akan terlepas dari hakikat

Page 8: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 55

manusia, sebab urusan utama

pendidikan adalah manusia.

Wawasan yang dianut oleh

pendidik dalam hal ini guru,

tentang manusia akan

mempengaruhi strategi atau

metode yang digunakan dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.

Disamping itu konsep

pendidikan yang dianut saling

berkaitan erat dengan hakikat

pendidikan.

Manusia dalam

pandangan Al-Qur‟an adalah

makhluk unik (luar biasa)

lantaran kedudukannya sebagai

khalifah, sebagaimana

penyusun sebutkan pada

pembahasan sebelumnya.

Manusia mempunyai fitrah

yang baik, kemampuan

berkehendak (free will), badan

raga, ruh dan akal. Dengan

demikian, pendidikan harus

mengembangkan atribut-atribut

manusia tersebut. Demikian

pula pendidikan Islam

bertujuan membentuk manusia

yang beriman yang menyadari

dan memperhatikan

komponen-komponen

fitrahnya, tanpa mengorbankan

salah satu demi pengembangan

yang lain (Mustakim, 2012:16).

Al-Qur‟an banyak

menyebutkan manusia yang

mempunyai dampak edukatif

(pedagogik). Menurut Nasir

Budiman yang dikutip oleh

Mustakim (2012:13), ada

empat dampak edukatifnya

yaitu sebagai berikut:

Manusia mempunyai

potensi dan sumber daya

manusia. Allah telah

memberikan akal, lubb

(qalb dan fuad), hilm

(santun),pendengaran,

penglihatan, alat gerak dan

perasa. Sebagaimana dalam

firman Allah Surah Ar-

Rahman : 1-4

“Tuhan Yang Maha

Pemurah, Yang telah

mengajarkan

Alquran. Dia

menciptakan

manusia.

Mengajarkannya

pandai berbicara”

Manusia diberi kebebasan

berfikir, sehingga mereka

dapat mencari sendiri,

menggali, mendalami dan

menganalisis fikirannya

terutama dalam kejadian

yang berhubungan dengan

dirinya.Sebagaimana dalam

surah Asy-Syams: 7-9

“ Dan jiwa serta

penyempurnaannya

(ciptaannya), maka

Allah mengilhamkan

kepada jiwa itu

(jalan) kefasikan dan

ketaqwaannya,

sesungguhnya

beruntunglah orang

yang mensucikan

jiwa itu, dan

Page 9: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 56

sesungguhnya

merugilah orang

yang mengotorinya”

Manusia berkewajiban

mempertanggungjawabkan

atas segala usaha dan hasil

dari proses berfikir. Rasa

tanggung jawab ini

mendidik jiwa manusia

supaya sadar, selalu

tanggap, terhindar dari

kegelinciran, tidak tunduk

pada hawa nafsu, berlaku

adil, tidak zalim serta

beristiqamah dalam segala

tingkah laku dan urusan

kemanusiaan. Allah selalu

mengingatkan kita dalam

firmanNya surah Al-

Zalzalah : 7-8

“Barangsiapa yang

mengerjakan

kebaikan seberat

dzarrahpun, niscaya

dia akan melihat

(balasannya). Dan

barangsiapa yang

mengerjakan

kejahatan sebesar

dzarrahpun, niscaya

dia akan melihat

(balasannya) pula”

Pendidikan dalam Islam

menggunakan pendekatan

rasional, imani, emosional

dan fungsional untuk

mengenali jati dirinya

sampai mengenal pada

Tuhannya.

c. Hakikat Kurikulum pendidikan

Islam (Mustakim, 2012 : 17-

19)

Kurikulum merupakan

salah satu komponen yang

sangat menentukan dalam

suatu sistem pendidikan,

karena kurikulum merupakan

alat untuk mencapai tujuan

pendidikan dan sekaligus

sebagai pedoman dalam

pelaksanaan pengajaran pada

semua jenis dan tingkat

pendidikan (Mustakim,

2012:17).

Kurikulum dalam

pendidikan Islam, yaitu kata

manhaj, yang bermakna jalan

yang terang, atau jalan terang

yang dilalui oleh manusia pada

bidang kehidupannya.Jadi,

kurikulum yang dimaksud

adalah jalan terang yang dilalui

oleh pendidik atau guru latih

dengan orang yang

dididik atau dilatihnya untuk

mengembangkan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap mereka.

Keberadaan kurikulum

dalam pendidikan Islam

sebagai alat untuk mendidik

generasi muda dengan baik dan

menolong mereka untuk

membuka dan

mengembangkan kesediaan-

kesediaan, bakat-bakat,

kekuatan-kekuatan, dan

ketrampilan mereka yang

bermacam-macam dan

menyiapkan mereka dengan

baik untuk menjalankan hak-

hak dankewajiban, memikul

tanggungjawab terhadap diri,

keluarga, masyarakat,

bangsanya dan turut serta

Page 10: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 57

secara aktif untuk kemajuan

masyarakat dan bangsanya.

Alat pendidikan yang di

maksudkan penulis adalah

media untuk terlaksananya

proses pendidikan, maka alat

disini mencakup apa saja yang

dapat digunakan termasuk

didalamnya metode pendidikan

menurut Al-Qur‟an.

Dalam hal ini ada 3

landasan yang dipakai

Alqur‟an dalam melaksanakan

kurikulum yaitu :

Muhkamah Aqliyah,

mengetuk akal pikiran untuk

memecahkan segala sesuatu.

Di dalam tingkatan ini Al-

Qur‟an menyadarkan setiap

akal manusia untuk

memikirkan asal-usul

dirinya, mulai dari asal mula

jadinya, kemudian

perkembangannya baik fisik

maupun akal dan ilmunya

ataupun mental spiritual.

Allah menyebutkan Al-

Qur‟an akal sebanyak 29

kali, pikiran 18 kali, zikr

„ingatan‟ sampai 267 kali,

fih „pemikiran yang

mendalam‟ dan ilmu sampai

800 kali (termasuk khusus

kata-kata ilmu 105 kali),

sehingga berjumlah 1.154

kali Allah menyuruh

manusia supaya berhukum

memanfaatkan akal dan

ilmunya.

AlQishas wat Tarikh,

menggunakan cerita-cerita

dan pengetahuan

sejarah. Dengan

mengemukakan berbagai

cerita dan dengan membuka

lembaran-lembaran di masa

lampau, Allah mengajak

manusia supaya bercermin

kepada fakta dan data di

masa dahulu itu untuk

melihat dirinya.Berbagai

cerita dan kisah dalam Al-

Qur‟an menghidupkan

sejarah-sejarah lama untuk

memberanikan hati manusia

untuk zaman yang akan

dihadapinya dan mengambil

ibrah „pelajaran/hikmah‟

kejadian masa lalu demi

menyambut masa depan

yang gemilang.

Al-Isarah al-Wijdaniyah,

memberikan perangsang

kepada perasaan-perasaan.

Membangkitkan

rangsangan-rangsangan

adalah jalan yang terpendek

untuk menanamkan suatu

karakter kepada setiap

individu. Perasaan tersebut

terbagi atas tiga macam

yaitu perasaan pendorong

(rasa gembira, harapan),

perasaan penahan (rasa

takut, rasa sedih berbuat

dzalim) dan perasaan

kekaguman (rasa hormat,

kagum, cinta).

Kurikulum mempunyai

peran penting dalam upaya

untuk mencapai tujuan

pendidikan. Apalagi ini

tujuan pendidikan Islam

yang begitu kompleks,

Page 11: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 58

seorang anak didik tidak

hanya memiliki kemampuan

secara afektif, kognitif

maupun psikomotor, tetapi

dalam dirinya harus

tertanam sikap dan pribadi

yang berakhlakul karimah

yang selalu berlandaskan

tauhid / mengesakan Allah,

beribadah kepada-Nya

(Mustakim, 2012 :19).

Arifin (2014:9)

menambahkan kajian ontologis

juga dikaitkan dengan objek

ilmu dalam pandangan Islam,

maka ilmu dapat dibagi

menjadi dua, yaitu ilmu yang

bersifat materi dan ilmu yang

bersifat non-materi.

1. Obyek ilmu yang bersifat

materi adalah obyek ilmu

yang dapat didengar, dilihat,

atau dirasakan. Contohnya

adalah ilmu-ilmu dalam

kategori alam nasut (alam

materi) dan alam malakut

(alam kejiwaan), seperti

sains yang ada sekarang,

mencakup ilmu eksak (ilmu

pasti) dan non eksak (seperti

politik, ekonomi, social,

budaya, dan lain-lain).

2. Obyek ilmu yang bersifat

non materi adalah obyek

ilmu yang tidak dapat

didengar, dilihat ataupun

dirasakan. Hasil akhir dari

obyek ilmu non-materi

biasanya lebih dirasakan

sebagai kepuasaan spiritual

berupa ketenangan jiwa,

perasaan nyaman, motivasi,

keyakinan, dan sejenisnya.

Contoh obyek ilmu non-

materi misalnya obyek yang

membicarakan tentang ruh

(alam jabarut), sifat-sifat

ketuhanan (alam lahut), dan

wujud Tuhan (alam hahut).

Pembagian ilmu dalam

dataran ontologis ini

menurut pandangan Islam,

nampak bahwa Islam juga

mengakui adanya ilmu

materi dan non-materi.

Keduanya memiliki

pengakuan dan basis

teologis di dalam Islam

yang bersumber al-Qur‟an

dan Hadis.

3. Kajian Epistemologi Ilmu

Pendidikan Islam

Epistemologi adalah kata

lain dari filsafat ilmu berasal dari

bahasa latin episteme, berarti

knowledge, yaitu pengetahuan dan

logos berarti teori atau ilmu. Jadi,

epistemologi, berarti “teori

pengetahuan” atau teori tentang

metode, cara, dan dasar ilmu

pengetahuan, atau studi tentang

hakikat tertinggi, kebenaran, dan

batasan ilmu manusia. Syaifuddin

(2013:2) menambahkan bahwa

epistemology merupakan kajian

filsafat yang membahas tentang

bagaimana cara mendapatkan

ilmu pengetahuan dari objek yang

dipikirkan. P. Hardono Hadi

menyatakan bahwa epistemologi

adalah cabang fisafat yang

mempelajari dan mencoba

menentukan sekup pengetahuan,

pengandaian-pengandaian dan

Page 12: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 59

dasarnya, serta

pertanggungjawaban atas

pernyataan mengenai pengetahuan

yang dimiliki.

Epistemologi merupakan

cabang dari fisafat yang berusaha

memberikan definisi ilmu

pengetahuan. Luasnya jangkauan

epistemologi menyebabkan

pembahasannya sangat detail dan

sulit. Menurut Jujun S.

Suriasumantri bahwa persoalan

utama yang dihadapi tiap

epistemologi pengetahuan pada

dasarnya adalah bagaimana

mendapatkan pengetahuan yang

benar dengan memperhitungkan

aspek ontologi dan aksiologi

masing-masing. Epistemologi

juga bisa menentukan cara dan

arah berpikir manusia. Dari sini

dapat dilihat apakah seseorang itu

menggunakan cara berpikir

deduktif atau induktif. Pada

bagian lain dikatakan bahwa

epistemologi keilmuwan pada

hakikatnya merupakan gabungan

antara berpikir secara rasional dan

berpikir secara empiris. Kedua

cara berpikir tersebut

digabungkan dalam mempelajari

gejala alam untuk menemukan

kebenaran sebab epistemologi

ilmu memanfaatkan kedua

kemampuan manusia dalam

mempelajari alam, yakni pikiran

dan indra. Oleh sebab itu,

epistemologi adalah usaha untuk

menafsir dan membuktikan

keyakinan bahwa kita mengetahui

kenyataan yang lain dari diri

sendiri. Aplikasi dari menafsirkan

adalah berpikir rasional,

sedangkan membuktikan adalah

berpikir empiris. Dan gabungan

dua model berpikir di atas adalah

metode ilmiah (Syaifuddin,

2013:9).

Menurut Tobroni (2008:

22) yang dikutip dalam Arifin

(2014:10) dan senada dengan

penelitian yang dilakukan

Syaifuddin (2013:17) menyatakan

bahwa pembahasan tentang

epistemologi dalam pendidikan

meliputi dimensi pengetahuan,

sumber pengetahuan, dan

pengujian kebenaran.

1. Dimensi Pengetahuan

Beberapa pertanyaan

yang sering muncul dalam

kaitan dengan dimensi

pengetahuan ini adalah: apakah

realitas dapat diketahui secara

sesungguhnya? Bagaimana

cara mengetahuinya itu?

Tidakkah kebenaran itu relatif?

Bagaimanakah relasi manusia

dengan pengetahuan? Apakah

manusia berperan sebagai

penerima, partisipan, penguasa

dan penghasil pengetahuan?

Apakah ada pengetahuan yang

murni obyektif? Adakah

kebenaran yang bergantung

kepada pengalaman manusia?.

Dalam perspektif Islam,

pendidikan Islam harus

berupaya untuk membimbing

orang memiliki pemahaman

bahwa Allah adalah sumber

kebenaran obyektif, absolute,

dan manusia atas dasar fitrah

dan hanifnya sangat cinta dan

Page 13: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 60

berupaya mencari kebenaran

itu. Dalam batas-batas tertentu

manusia bisa menjadikan

dirinya sebagai sumber

pengetahuan, akan tetapi

terlepas dari hubungannya

dengan Allah, kebenaran yang

dipahaminya cenderung

bersifat semu belaka.

Kebenaran yang dinyatakan

Allah bagi manusia bersifat

tekstual (AlQur‟an, wahyu),

tetapi juga fenomenal

(kejadian-kejadian alam) dan

faktual (pribadi rasulullah).

Kebenaran tekstual juga

berdasarkan ayat qauliyyah

yang terdapat dalam Al-Qur‟an

dan Hadis, kebenaran

fenomenal didasarkan pada

ayat kauniyah

(sunatullah/sebabakibat/causali

ty), sedangkan kebenaran

factual didasarkan ayat

insaniyah yang terdapat dalam

diri manusia, khususnya nabi

Muhammad sebagai makhluk

yang paling utama.

Pendapat Fazlur

Rahman yang tercantum dalam

penelitian Syaifuddin

(2013:17) bahwa dia cenderung

mengklasifikasikan

pengetahuan manusia yang

berlandaskan Al-qur‟an kepada

tiga jenis, yaitu pengetahuan

tentang alam, pengetahuan

tentang sejarah, dan

pengetahuan tentang manusia.

Pertama, pengetahuan tentang

alam yang dimaksud adalah

semua yang telah diciptakan

untuk manusia, seperti

pengetahuan fisik. Kedua, jenis

yang krusial, yaitu

pengetahuan tentang sejarah

dan geografi. Al-Qur‟an

mendorong manusia untuk

mengadakan perjalanan di

muka bumi dan menelaah apa

yang telah terjadi pada

peradaban masa lalu dan

mengapa mereka bangkit

kemudian jatuh. Ketiga, adalah

pengetahuan tentang manusia

sendiri. Al-Qur‟an

menyebutkan, ”kami akan

memperlihatkan kepada

mereka tanda-tanda

(kekuasaan) kami disegenap

ufuk dan pada diri mereka

sendiri sehingga jelaslah bagi

mereka al-Qur‟an itu adalah

benar. Dan apakah Tuhanmu

tidak cukup bagimu bahwa

sesungguhnya Dia

menyaksikan segala sesuatu?”.

2. Sumber Pengetahuan

Dalam perspektif Islam,

Allah adalah sumber-sumber

kebenaran dan pengetahuan.

Maka, pendidikan Islam juga

harus mendorong orang untuk

belajar dari berbagai sumber

kebenaran, dan menguji

kebenaran itu dari prinsip-

prinsip Al-Qur'an dan Al-Hadis

(Arifin, 2014: 11). “ilmu”

adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh manusia, yang

hakikatnya berasal dari Allah

dan diperoleh manusia melalui

usahanya sendiri berdasarkan

kekuatan rekayasanya

Page 14: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 61

(basyariyah), ataupun anugerah

yang langsung diberikan oleh

Allah (mukasyafah).

(Arifin, 2014: 11)

mengutip pendapat M. Quraish

Shihab, ilmu mukasyafah

disebut juga „ilm ladunni, yaitu

ilmu yang diperoleh tanpa

upaya manusia. Sedangkan

ilmu basyariyah yang disebut

juga dengan „ilm kasbi yaitu

ilmu yang diperoleh karena

usaha manusia yang melakukan

pelacakan terhadap konstruksi

ilmu itu sendiri. Konstruksi

ilmu yang demikian merupakan

susunan fakta empiric yang

merupakan postulat, beberapa

contohnya adalah dalam

penciptaan langit dan bumi,

silih bergantinya malam dan

siang, bahtera yang berlayar di

laut membawa apa yang

berguna bagi manusia, dan apa

yang Allah turunkan dari langit

berupa air, lalu dengan air

tersebut mampu menghidupkan

bumi sesudah matinya dan

tersebarnya di bumi itu segala

jenis hewan dan pengisaran

angin dan awan yang

dikendalikan antara langit dan

bumi (Arifin, 2014:12).

Jadi, dalam pandangan

Islam, ditinjau dari cara

memperoleh ilmu (dataran

epistemologis) dibagi menjadi

dua, yaitu ilmu kasbi atau

mubasyarah dan ilmu ladunni

atau mukasyafah. Ilmu kasbi

didapat karena ketekunan

dalam mempelajari ayat-ayat

Tuhan, sedangkan ilmu ladunni

didapatkan karena kedekatan

manusia kepada Allah,

sehingga tertuntun hidayah-

Nya.

Sayyed Muhammad

Naquib al-Attas sebagaimana

dikutip Arifin (2014:12) bahwa

dalam memperoleh ilmu

pengetahuan ada sumber dan

metode ilmu, yaitu: indera-

indera-lahir dan batin, akal dan

intuisi, dan otoritas. Dan

menurut Ibn Taimiyyah, seperti

yang dideskripsikan oleh

Ahmad Dimyati Rasyid, cara

memperoleh ilmu tidak hanya

melalui empiri dan rasio, tetapi

juga melalui kawasan lain,

yaitu melalui nur Illahi

(persepsi supranatural

Illahiyat) Sebagaimana

pendapat Mulyadi Kertanegara

(2010: 261) yang dikutip Arifin

(2014:13) bahwa sumber ilmu

dalam Islam tidak hanya

indera, tapi juga akal, hati, dan

wahyu, pengalaman juga

begitu tidak hanya pengalaman

indera yang diakui, tetapi juga

pengalaman intelektual, dan

juga pengalaman intiusi atau

pengalaman yang disebut

religious experience.

Fazlur Rahman

mengungkapkan dalam

penelitian Syaifuddin

(2013:17) bahwa semua

pengetahuan didasarkan pada

tiga sumber yaitu pertama,

physical univers, artinya

fenomena-fenomena alam

Page 15: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 62

harus dipelajari secara terus

menerus untuk menciptakan

gambaran alam semesta secara

total. Kedua, constitution of

the human mind,artinya setiap

pengetahuan harus diteliti

dengan intensitas yang

memadai untuk menciptakan

kepribadian manusia yang

seimbang, sehat, percaya diri

dan kreatif. Dalam hal ini al-

qur‟an menekankan pada studi

inner word seperti jiwa

manusia dan data yang

diperoleh berkaitan dengan

kerja manusia dan motivasinya.

Ketiga, Historical study of

societies (Sejarah

menghasilkan sosiologi),

artinya al-qur‟an memberikan

penekanan yang sama pada

sejarah. Apresiasi secara benar

pada budaya, masyarakat dan

agama lain. Seperti

mengurangi kefanatikan dan

pikiran yang sempit.

3. Pengujian Kebenaran

Menurut Tobroni

(2008: 24) yang dikutip oleh

Arifin (2014:14), dalam

epistemologi, orang dapat

menguji kebenaran

berdasarkan tiga cara, yaitu:

Korespondensi, Koherensi, dan

Pragmatis.

a. Korespondensi. Teori ini

berpendapat bahwa yang

dimaksud kebenaran adalah

adanya hubungan antara

subyek dengan obyek dan

tidak ada pertentangan.

Teori korespondensi

menekankan persesuaian

antara si pengamat dengan

apa yang diamati sehingga

kebenaran yang ditemukan

adalah kebenaran empiris.

Kelompok ini dinamakan

empirisme.

b. Koherensi dan Konsistensi,

artinya jika suatu ide,

gagasan, yang kita miliki

dikaji ulang dengan kriteria

penilaian sebelumnya, serta

ditelusuri dari berbagai segi,

dan hasilnya ternyata tetap

bersesuaian, maka hal itu

mengandung kebenaran.

Teori koherensi

menekankan pada

peneguhan terhadap ide-ide

apriori atau kebenaran logis,

yakni jika proposisi-

proposisi yang diajukan

koheren satu sama lain.

Kelompok ini dinamakan

rasionalisme.

c. Pragmatis, yakni

berdasarkan nilai dari

manfaat dari pengetahuan

atau kebenaran itu sendiri

dalam kehidupan sehari-

hari. Ujian kebenaran dalam

filsafat pragmatisme adalah

memberikan manfaat

(utility), kemungkinan

dikerjakan (workability)

atau akibat yang

memuaskan keinginan, dan

yang benar adalah yang

dapat dibuktikan dengan

eksperimen. Islam

mengakui ketiga cara

pengujian kebenaran di atas.

Page 16: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 63

Kebenaran empirik dalam

bahasa Islam adalah

kebenaran ayat-ayat

kauniyah (sunnatullah),

kebenaran rasional dalam

Islam diakuinya nalar

epistemologi aqliyyah

(burhani) dan naqliyyah

(bayani-irfani), sedangkan

pengujian pragmatis dalam

Islam diakuinya bahwa

kebenaran dapat dibuktikan

secara eksperimen, bahwa

ayat-ayat qauliyyah tidak

bertentangan dengan

perkembangan sains dan

teknologi.

Al-Qur‟an sendiri

mensinyalir bahwa ada tiga

daya yang dapat dipakai

sebagai sarana untuk

memahami kebenaran. Tiga

daya itu adalah pikiran (al-

fikr), akal (al-„aql) dan nurani

(al-qalb, al-af‟idah). Daya

pikiran (al-fikr) terdapat

kurang lebih 16 ayat al-Qur‟an

yang kesemuannya dipakai

dalam konteks alam dan

manusia dalam dimensi

fisiknya. Sedangkan yang

memakai kata „aql terdapat

kurang lebih 49 ayat, yang

digunakan dalam konteks yang

lebih luas, dan berkaitan

dengan hal-hal yang bersifat

konkret, material, spiritual,

maupun yang bersifat gaib.

Adapun yang memakai kata

al‟qalb terdapat kurang lebih

101 ayat yang pada umumnya

dipakai dalam kaitannya

dengan hal-hal gaib dan

spiritual saja (Arifin, 2014:13).

Syaifuddin (2013:19)

menambahkan bahwa

pembahasan kebenaran dalam

epistemology pemikiran Islam

yang terkait dengan kebenaran

wahyu dan kebenaran akal

(rasio). Menurut al-Farabi,

dalam mencari kebenaran ia

berangkat dari pembahasan

mengenai hubungan antara

wahyu, intelek dan akal. Salah

satu pilar dasar keimanan Islam

adalah percaya kepada wahyu

Illahi. Manusia penerima

wahyu dikenal sebagai nabi

atau rasul Allah. Kaum Muslim

percaya bahwa para nabi dan

rasul adalah makhluk Allah

yang terbaik dan termulia.

Orang awam cukup puas

menerima kebenaran ajaran

agamanya pada dataran iman,

sedangkan para fiosof mencoba

memahami realitas wahyu

Illahi sebagai suatu kebenaran

fiosofi. Ada tiga macam intelek

dalam hubungannya dengan

wahyu: pertama, intelek aktif:

entitas kosmik yang bertindak

sebagai perantara transenden

antara Tuhan dan manusia.

Kedua adalah intelek

perolehan: intelek yang

diperoleh nabi hanya jika

jiwanya bersatu dengan intelek

aktif. Dalam persenyawaan ini

intelek perolehan menerima

pengetahuan transenden dari

intelek aktif. Ketiga, adalah

intelek pasif: merujuk pada

Page 17: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 64

intelek penerimaan aktual nabi

secara umum. Intelek

perolehan adalah kekuatan

memahami (intelektif) khusus

yang merasuk ke dalam alam

pikiran nabi sebagai hasil

persenyawaannya dengan

intelek aktif.

Dapat disimpulkan

bahwa jika semua menyakini

bahwa Allah adalah sumber

kebenaran dan pengetahuan,

maka seharusnya problem

epistemologis pendidikan

Islam, yaitu adanya dikotomi

ilmu tidak perlu terjadi., karena

semua ilmu itu berasal dari

Allah, baik ilmu itu bersumber

dari indera, akal, hati, dan

wahyu. Prinsipnya, jika ilmu

itu tidak bertentangan dengan

wahyu, dari mana pun atau

siapa pun yang

mengajarkannya, maka bisa

dijadikan pegangan bagi setiap

orang. Sebagaimana pepatah,

ambillah hikmah dari mana

pun keluar.

4. Kajian Aksiologis Ilmu

Pendidikan Islam

Aksiologi (filsafat nilai)

ialah ilmu pengetahuan yang

menyelidiki hakekat nilai, yang

umumnya ditinjau dari sudut

pandangan kefilsafatan. Di

dunia ini terdapat banyak

cabang pengetahuan yang

bersangkutan dengan masalah-

masalah nilai yang khusus,

seperti ekonomi, estetika, etika,

filsafat agama dan

epistemologi. Epistemology

bersangkutan dengan masalah

kebenaran. Etika bersangkutan

dengan masalah kebaikan

(dalam arti kesusilaan), dan

estetika bersangkutan dengan

masalah keindahan. Nilai dan

implikasi aksiologi di dalam

pendidikan ialah pendidikan

menguji dan mengintegrasikan

semua nilai tersebut di dalam

kehidupan manusia dan

membinanya di dalam

kepribadian anak (Arifin, 2014

:15).

Dilihat dari kajian

aksiologis, ilmu dalam

pendidikan Islam (Islam)

memiliki manfaat bagi

kehidupan di dunia dan

Akhirat. Islam tidak

mengajarkan manusia untuk

lebih mementingkan kehidupan

duniawi atau akhirat saja, tapi

keduanya berjalan seimbang.

Tujuan utama dari pendidikan

Islam adalah membentuk

kepribadian muslim yang

humanis dan religious. Sikap

humanis diwujudkan dalam

bentuk sikap penghargaan

kepada orang lain (horizontal)

maupun pada alam (diagonal),

sedangkan sikap religius

diwujudkan dalam bentuk

sikap ketundukan terhadap

perintah dan larangan Allah

(vertical) (Arifin, 2014:16).

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang

diperoleh dari penulisan makalah

Page 18: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 65

yang berjudul “Ilmu Pendidikan

Islam Perspektif Filosofis” adalah

sebagai berikut:

Pendidikan Islam merupakan

proses pembelajaran peserta

didik yang menekankan pada

nilai-nilai moralitas yang

terkandung dalam Al-Qur‟an

dan Hadis.

Kajian filsafat ilmu pendidikan

Islam terbagi menjadi 3 yaitu

ontologi, epistemologi dan

aksiologi.

Ontologi membahas tentang 1).

hakikat tujuan pendidikan

Islam yaitu pengembangan dan

pembentukan manusia yang

selalu berlandaskan Al-qur‟an

dan Hadist, 2). hakikat

manusia sebagai subjek

pendidikan karena manusia

mempunyai akal, hati dan

santun, manusia diberi

kebebasan berfikir serta

berkewajiban

mempertanggungjawabkan

output dari proses berfikir.

Sedangkan 3) hakikat

kurikulum pendidikan Islam

yang mempunyai peranan

penting dalam upaya mencapai

tujuan pendidikan yaitu

menjadikan peserta didik

memiliki kemampuan afektif,

kognitif, psikomotorik dan

berakhlakul karimah yang

berlandaskan pada tauhid.

Kajian Epistemologi mencakup

1). Dimensi pengetahuan yang

terbagi menjadi 3 jenis yaitu

pengetahuan tentang alam,

sejarah dan manusia, 2).

Sumber pengetahuan adalah

Allah SWT yang tercantum

dalam Al-qur‟an dan Hadist,

serta 3) Pengujian kebenaran

dilakukan dengan

korespondensi, koherensi dan

pragmatis dengan

menggunakan 3 daya yang

dipakai untuk memahami

kebenaran yakni pikiran, akal

dan nurani..

Sedangkan kajian aksiologi

membahas tentang nilai yang

mencakup kemanfaatan di

dunia dan akhirat sehingga

terbentuk kepribadian muslim

yang humanis dan religious.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2014. Pendidikan Islam

dalam Perspektif Filsafat Ilmu.

Ta‟dib, Vol.XIX, No. 01, Edisi

Juni 2014.

Daradjat, Z . 2014. Ilmu Pendidikan

Islam. Bumi Aksara : Jakarta

(Cetakan ke-11).

Kosim, M. 2008. Ilmu Pengetahuan

dalam Islam (Perspektif

Filosofis dan Historis). Tadris.

Vol. 3, No. 2. 2008.

Mustakim, M. 2012. Ontologi

Pendidikan Islam (Hakikat

Pendidikan dalam Perspektif

Islam). Jurnal Ilmu Tarbiyah

“At-Tajdid”, Vol.1, No.2, Juli

2012.

Nata, A. 2010. Ilmu Pendidikan Islam

dengan Pendekatan

Multidisipliner. PT raja Grafindo

Persada: Jakarta.

Page 19: ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 66

Rahman, A. 2012. Pendidikan Agama

Islam dan Pendidikan Islam-

Tinjauan Epistemologi dan Isi-

Materi. ISSN : 0216-6437.

Jurnal Eksis, vol 8 No.1, Maret

2012 : 2001-2181.

Ramayulis. 2010. Metode Pendidikan

Agama Islam. Kalam Mulia :

Jakarta.

Suriasumantri, J.S. 2007. Filsafat Ilmu.

PT. Pancaranintan Indahgraha:

Jakarta.

Syaifuddin, R. 2013. Epistemologi

Pendidikan Islam dalam

Kacamata Al-Ghazali dan

Fazlur Rahman. Episteme, Vol.

8, No.2, Desember 2013.

Tafsir, A.2013. Ilmu Pendidikan Islami.

PT Remaja Rosdakarya :

Bandung (Cetakan II)

Zamrony. Arah Baru Pendidikan Islam

: Membangun Epistemologi

Pendidikan Islam Mokhotomik.

Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang : Malang.