23
Filsafat Ilmu dalam Perspektif SUSANTO

Filsafat Ilmu dalam Perspektif

  • Upload
    nydia

  • View
    135

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Filsafat Ilmu dalam Perspektif. SUSANTO. Tiga Konsep Dasar Basis Pengembangan Filsafat Ilmu (Ilmu). ALLAH. MANUSIA. ALAM SEMESTA. PANGKAL TOLAK. Pengembangan Filsafat Ilmu ditentukan oleh tiga konsep dasar, yaitu konsep tentang TUHAN, DUNIA, dan MANUSIA. Setiap ilmu memiliki objek. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Filsafat Ilmu dalam Perspektif

•SUSANTO

Page 2: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Tiga Konsep DasarBasis Pengembangan Filsafat Ilmu (Ilmu)

ALLAH

ALAM SEMESTA MANUSIA

Page 3: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

PANGKAL TOLAK Pengembangan Filsafat Ilmu ditentukan oleh tiga konsep dasar, yaitu

konsep tentang TUHAN, DUNIA, dan MANUSIA. Setiap ilmu memiliki objek. Konsep dasar ilmuwan tentang objek mempengaruhi hasil dari kajian

terhadap objek. Metode kajian tentang objek pada dasarnya netral atau objektif. Setiap ilmuwan dapat menawarkan metode kajian dan metode tersebut

dapat diterima atau ditolak berdasarkan pada ukuran yang objektif, yakni apakah mampu menggambarkan objek secara tepat atau tidak.

Setiap ilmu memiliki sifat objektif dan subjektif. Jika Ilmu yang berhubungan dengan manusia, maka konsep manusia

adalah aspek yang mendasar (utama) yang mempengaruhi hasil kajian dari ilmu (teori).

Manusia yang dikaji adalah Pikiran (Ide) dan Perilaku

Page 4: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Perspektif Islam

Qur’an pertama turun memuat perintah “IQRO’” (bacalah/study).

Manusia diberi kelebihan mampu untuk membaca (study).

Sumber: wahyu dan akal (rasio) dan kalbu (rasa).

Beda manusia dan hewan bahwa manusia dibekali oleh akal dan kalbu.

Ilmu untuk membentuk “insan kamil”.

Kebenaran mutlak hanya dari ALLAH

Kebenaran yang bersumber dari manusia bersifat Relatif:1. Sepkulatif2. Positif

Page 5: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

4 Asumsi Dasar Keberadaan Ilmu

1. Bahwa dunia ini ada

2. Bahwa manusia bisa mengetahui dunia

3. Bahwa mengetahui dunia melalui Panca Indera

4. Bahwa phenomena-phenome terkait secara kausal.

Page 6: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Proses Mengetahui

Manusia memiliki cara mengetahui berbeda dengan hewan

Manusia mengetahui melalui alat yang disebut :1. Ratio atau akal2. Rasa atau kalbu

Rasio atau Akal dan Rasa atau Kalbu dipergunakan secara seimbang (tempat dan takaran yang benar).

Kemampuan Rasio terletak pada membedakan dan menggolongkan.

Rasio dalam keadaan murni tidak berdusta.

Page 7: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Rasa atau Kalbu Kreativitas berbasis pada rasa. Rasa merupakan kegaiban yang berhubungan

dengan Allah. Sebagai basis ilmu, rasa disebut sebagai intuisi. Bagian dari rasa adalah etika (‘love’) dan estetika

(‘beauty’). Rasa tidak berpatokan sebagaimana dipunyai oleh

Rasio. Rasa sebagai media kontak antara manusia dengan

Allah. Dengan bekal Rasio dan Rasa manusia diberi

kesempatan untuk memilih (choice).

Page 8: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Hasil Rasio dan Rasa

1. Rasio atau Akal Rasio menghasilkan Ilmu Ilmu mengungkapkan ‘Sunnatullah’ atau

‘Hukum-hukum Nomologis’. ‘Sunnatullah’ bersifa kekal, konstan, abadi, dan

universal.2. Rasa atau Kalbu Rasa menghasilkan etika, estetika atau moral. Mengungkapkan ‘Hukum-hukum Normatif’. Sifat ‘Hukum-hukum Normatif’ adalah imperatif. Wahyu sebagai petunjuk manusia.

Page 9: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Bias Rasio dan Rasa

Rasio dan Rasa akan menjadi bias apabila terkena godaan syaitan.

Untuk mengunakan Rasio dan Akal dalam menemukan kebenaran ilmu perlu digunakan Verifikasi dan Validitasi (Q & S)

Manusia memiliki potensi untuk berbuat baik (sifat tunduk pada hukum Allah) dan buruk (sifat ingkar pada hukum Allah).

Akhlaq manusia dalam hubungannya dengan ilmu:1. Lurus - Bengkok2. Kuat - Lemah3. Tinggi - Rendah

Page 10: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Hukum Taklifi

1. Haram

2. Makruh

3. Mubah

4. Sunnah

5. Wajib (Fardlu)

1 2 3 4 5

Negatif PositifNetral

Page 11: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Kebebasan Manusia

Terbatas Mengikuti gerak Alam

Masa Lalu Masa Depan

Masa Kini

Kebebasan Manusia

Akal tidak bisa ditindas

Siapa Aku

Mengapa aku dilahirkan? Dari mana Aku? Kemana Aku?

Page 12: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

HUBUNGANNYA DENGAN

FILSAFAT ILMU

Page 13: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

The Knower

Kemampuan untuk mengetahui:1. Kognitif2. Afektif3. Konatif atau Psikomotorik

Kemampuan Kognitif:1. Mengetahui (mengerti, memahami dan

menghayati)2. Landasannya Rasio atau Akal3. Kognisi bersifat netral.

Page 14: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Kemampuan Afeksi

Kemamuan untuk merasakan tentang yang diketahuinya.

Wujud afeksi adalah rasa: cinta dan indah. Afeksi tidak netral. Bentuk lain: cinta-benci, indah- buruk. Rasa ini menjadi sumber kreativitas dan

sumber moral manusia. Membentuk manusia sebagai insan kamil.

Page 15: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Kemampuan Konasi

Kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan itu.

Bentuknya: ‘Will’ atau ‘Karsa’ (kemauan, keinginan, hasrat).

Merupakan daya dorong untuk mencapai segala apa yang didiktekan oleh rasa.

Page 16: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Kesadaran Manusia

Kesadaran Manusia merupakan dasar dapat berfungsinya ketiga kemampuan manusia. Descartes: Saya Berpikir Maka Saya Ada Freud: Lebih dasar dari rasionalitas manusia adalah emosi dan

naluri kehidupannya. Dorongan seksual merupakan ‘nature’ dari manusia.

Marx: adanya ‘kelas’ yang memberi kesadaran manusia. James: Pikiran timbul atau dibuat dari objek material yang benar-

benar ada. Jadi objek yang menimbulkan pikiran dan yang ada adalah pengalaman.

Al-Ghozali: Kesadaran manusia bertingkat-tingkat dari yang rendah kepada tingkat yang tinggi. Terendah kesadaran nafsu ammarah, nafsu lawwamah, nafsu mutmainah.

Fazlur Rahman: Kesadaran seperti diungkapkan Ghozali buknalah bertingkat, tetapi merupakan kecenderungan yang terjadi pada setiap manusia dan setiap saat.

Page 17: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

KNOWING atau NALAR

Kesadaran adalah landasan berpikir Objek penalaran adalah sesuatu yang dapat diindera

yang menghasilkan pengalaman (experience) atau model berpikir empirik dan yang tidak dapat diindera yang menghasilkan metafisika atau model berpikir rasionalisme atau transendental.

Bernalaran dilakukan melalui media: logika, matematika, dan statistika.

Page 18: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

KNOWLEDGE

Knowledge berhubungan dengan kepercayaan dalam bentuk reliabilitas dan soliditas (validitas) dan dunia eksternal.

Pencarian atau penemuan knowledge adalah fungsi dari sains.

Page 19: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Objektivitas

Dunia Teks

Dunia Penulis

Dunia Pembaca

Page 20: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Berpikir / Bernalar

Berpikir atau Bernalar harus mempunyai skema rasional.

Skema rasional yang menentukan atau sebagai pengarah pemikiran atau penelitian.

Page 21: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Hakekat ‘Pengetahuan”

IdealismeOrang Objek

EmpirismeObjek Pengalaman Orang

PositivismeObjek + Orang (terpisah)

PragmatismeObjek untuk kepentingan Orang

Page 22: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Pendekatan dalam Ilmu Positivisme:

1. Dasar pemikirannya kuantitatif2. Raw data frekuensi, variansi dan reduksi ke

sensual3. Dapat menjadi kualitatif bila memberi makna

logik Rasionalistik: Phenomenologi Hermeneutik Realisme Metaphisik Pragmatisme

Page 23: Filsafat Ilmu dalam Perspektif

Hubungan antara Aku dan Orang Lain

ORANG LAIN

Tidak Tahu Tahu Tahu Tidak Tahu

Tahu Tidak Tahu Tahu Tidak Tahu

AKU

Wajar Wajar BaikMisteri Illahi