Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ILMU MUNASABAH DALAM AL-QUR’AN
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen pengamou : Kurnia Muhajarah, M.S.I
Disusun Oleh :
Ahmad Fauzan (1801026094)
Iklima Putri Ramadhani (1801026095)
Manarul Hidayat (1801026096)
Zidan Akmal Musa (1801026097)
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
1 | I L M U M U N A S A B A H
I. Latar Belakang
Sebagai umat Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an haruslah mengerti tentang
isi kandungan di dalam Al-Qur’an. Karena dengan mempelajari isi kandungannya kita
akan memahami dan mengetahui hukum-hukum dan juga syari’at Islam. Diantara kitab-
kitab suci yang lain, al-Qur’an merupakan kitab yang paling sempurna dan yang
menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Ia diturunkan
sebagai rahmat bagi seluruh alam dan petunjuk bagi manusia. Al-Qur’an adalah sumber
segala kebenaran dan sumber inspirasi bagi siapapun.
Kitab Al-Qur’an berisi berbagai macam petunjuk dan peraturan yang disyariatkan
karena beberapa sebab dan hikmah yang bermacam-macam. Ayat-ayatnya diturunkan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang membutuhkan. Susunan ayat-ayat dan surat-
suratnya ditertibkan sesuai dengan yang terdapat di lauh mahfudh, sehingga tampak
adanya persesuaian antara ayat yang satu dengan ayat yang lain dan antar surat satu dengan
surat yang lain.
Dalam mempelajari Al-Qur’an ada sebuah ilmu yang namanya Ilmu
Munasabah.Ilmu Munasabah adalah ilmu yang mempelajari tentang keserasian makna,
kesesuaian/korelasi antara ayat yang satu dengan ayat yang lain di dalam Al-Qur’an,
sehingga dapat menjadikan hikmah tersendiri bagi orang yang mempelajarinya. Karena itu
Ilmu Munasabah sangatlah penting untuk memperdalam pengetahuan kita tentang isi
kandungan Al-Qur’an.
II. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan munasabah dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimana latar belakang ilmu munasabah?
3. Bagaimana cara mengetahui ilmu munasabah?
4. Bagaimana macam-macam dari ilmu munasabah?
5. Bagaimana bentuk-bentuk yang ada dalam ilmu munasabah?
6. Apa saja manfaat mempelajari ilmu munasabah?
2 | I L M U M U N A S A B A H
III. Pembahasan
A. Pengertian Munasabah
Secara etimologis al-munasabah ( المناسبة ) berasal dari mashdar an-nasabu (
,Orang Arab mengatakan fulân yunasibu fulanan .( القرابة ) berarti al-qarâbah ( النسب
fahuwa nasîbuhu atau maksud lainnya yaitu qarîbuhu. Kata qaraba sendiri berarti
dekat. Orang yang berasal dari nasab yang sama disebut qarabah (kerabat) karena
kedekatannya. Dari kata nasab itulah dibentuk menjadi al-munasabah ( المناسبة ) dalam
arti al-muqarabah ( المقاربة ), kedekatan satu sama lain. al-munasabah juga berarti al-
musyakalah (keserupaan). Kedekatan dalam munasabah itu adalah mencari hubungan
atau kaitan antara kedua hal seperti hubungan sebab akibat, persamaan, perbedaannya,
dan hubungan-hubungan lainnya yang bisa ditemukan antara dua hal tersebut.1
Secara terminologis yang dimaksud dengan munasabah adalah mencari
kedekatan, hubungan, kaitan, antara satu ayat atau kelompok ayat dengan ayat atau
kelompok ayat yang berdekatan, baik dengan yang sebelumnya maupun yang
sesudahnya.
a. Menurut Mannâ al-Qaththan definisi munasabah adalah bentuk hubungan antara
satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, atau antara satu ayat dengan
ayat lain dalam satu kelompok ayat, atau antara satu surat dengan surat yang lain.
b. Menurut Ibnu ‘Arabi munasabah adalah hubungan ayat ayat al quran antara suatu
bagian dengan lainnya sehingga bagian satu kalimat yang maknanya harmonis
dan strukturnya rapi.
c. Menurut Az-Zarkasyi merupakan usaha pemikiran manusia untuk menggali
rahasia hubungan antar ayat atau surat yang dapat diterima akal.2
d. menurut penyusun kamus Al-Munjib munasabah berarti musyarakah fil al-nasab
(berkaitan pada keturunan), dan berarti pula hubungan kerabat.
e. Menurut Al-Biqa’i, munaasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui
alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Al-Qur’an, baik ayat
dengan ayat, atau surat dengan surat.3
1 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014), hlm. 207-
208 2 Andik Setiyawan dkk, Tafsir Ilmu Tafsir, (Jakarta kementrian agama, 2014), hlm. 62 3 Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag. Ulum Qur’an, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2013), hlm.83
3 | I L M U M U N A S A B A H
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, munasabah bisa diartikan sebagai usaha
pemikiran dalam menggali rehasia hubungan antar ayat atau surat dalam Al-Qur’an
yang dapat diterima akal baik itu dapat berupa sebab-akibat, perbandingan, dan
perlawanan. Ibnu Katsir berkata bahwa posisi ayat satu adalah tafsiran dari ayat lain,
maka Al-Qur’an harus dipahami secara utuh, jika tidak maka penafsiran hanya
sepotong-potong.4
B. Latar Belakang Munasabah
Latar belakang munculnya ilmu munasabah tak lepas dari penyusunan atau
pembukuan dari Al-Qur’an pada masa khalifah Utsman bin Affan. Berawal dari
sistematika Al-Quran sebagaimana terdapat dalam mushaf Utsmani berbeda dengan
sistematika ayat-ayat Al-Quran menurut sejarah turunnya kepada Nabi. Apabila
menurut sejarah ayat yang pertama turun yaitu lima ayat surat Al-Alaq, sedangkan
menurut mushaf Utsmani yaitu surat Al-Fatihah.
Karena Al-Qur’an yang diturunkan secara berangsur-angsur, jadi dari usaha
pembukuan tersebut maka lahirlah ilmu munasabah. Dengan demikian munculnya
pemikiran ilmu Munasabah tidak terlepas dari sejarah awal turunnya ayat pertama.5
Dari hal tersebut, maka ayat satu dengan ayat yang lainnnya
berkesinambungan/berhubungan antara satu dan yang lainnya yang mempunyai
keterkaitan diantaranya.
C. Cara mengetahui munasabah6
Para ulama menjelaskan bahwa munasabah bersifat ijtihadi (berdasarkan
ijtihad) kaena tidak ditemukan riwayat, baik dari Nabi maupun sahabat. Jadi, tidak ada
keharusan mencari munasabah disetiap ayat.
Langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah mrenurut As-
Suyuthi diantaranya:
1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadiobjek pencarian
2. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam
surat.
3. Menentukan tingkat uraian-uraian itu,apakah ada hubungannya atau tidak.
4 Suhadi, M.S.I, Ulumul Qur’an,(Kudus : Nora Media Enterprise, 2011) hlm. 82. 5 Suhadi, M.S.I, Ulumul Qur’an,(Kudus : Nora Media Enterprise, 2011) hlm. 83. 6 Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag. Ulum Al-Qur’an, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2013), hlm.82-83
4 | I L M U M U N A S A B A H
4. Dalam mengambil kesimpulan, hendaknya memerhatikan ungkapan-ungkapan
bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.
D. Macam-Macam Munasabah
Pada prinsipnya munasabah Al-Qur’an mencakup hubungan antar kalimat,
antar ayat, serta antar surat. Macam-macam hubungan tersebut apabila diperinci akan
menjadi sebagai berikut :
1. Munasabah antara Satu Kalimat dengan Kalimat Sebelumnya dalam Satu
Ayat.
2. Munasabah antara Satu Ayat dengan Ayat Sesudahnya.
3. Munasabah antara Kelompok Ayat dengan Kelompok Ayat Sebelumnya .
4. Munasabah antara Awal Surat dengan Akhir Surat Sebelumnya.
5. Munasabah antara Satu surat dengan Surat lainnya.
Dalam upaya memahami lebih jauh tentang aspek-aspek munasabah yang telah
diterangkan di atas akan diajukan beberapa contoh di bawah ini.
1. Munasabah antara Satu Kalimat dengan Kalimat Sebelumnya dalam Satu Ayat
Munsabah jenis ini mencari hubungan atau kaitan antara satu kalimat dengan
kalimat sebelumnya dalam satu ayat
ولوا نفقوافيسبيلالله المحسنينلىيديكمإتلقوابا يحب الله التهلكةواحسنواان
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
kesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-Baqarah
2: 195)
Dalam Tafsir Jalalain (Dan belanjakanlah di jalan Allah), artinya menaatinya,
seperti dalam berjihad dan lain-lainnya (dan janganlah kamu jatuhkan tanganmu),
maksudnya dirimu. (ke dalam kebinasaan). Jihad dalam arti tersebut adalah
perintah untuk infak dan berhubungan dengan kebinasaan. Apabila umat Islam
kikir atau kurang kesadaran akan pentingnya orang dalam pendanaan semua amal
usaha dan perjuangan umat tidak mau menyumbangkan sebagian harta bendanya
untuk perjuangan, maka tentu saja perjuangan itu tidak akan berhasil. Apabila
perjuangan tidak berhasil, dampak negatifnya juga akan dirasakan oleh umat itu
sendiri. Umat Islam akan tetap miskin, tertinggal dalam penguasaan ilmu
5 | I L M U M U N A S A B A H
pengetahuan dan teknologi, kalah bersaing dengan umat-umat lain, dan pada
akhirnya tidak tertutup kemungkinan mereka akan dijajah, sekalipun tidak lagi
dalam bentuk penjajahan fisik,tapi ekonomi, politik dan budaya. Hal itu berarti
umat Islam yang tidak mau berinfak sengaja menghancurkan diri mereka sendiri. 7
2. Munasabah antara Satu Ayat dengan Ayat Sesudahnya
Munasabah jenis ini mencari hubungan antara satu ayat dengan ayat
sesudahnya. Misalnya hubungan antara Surat Al-Isr'a ayat 1 dan 2.
منالمسجدالحرامالىالمسجدالقصىالذيباركناحولهسبحانالذياسرىبعبدهلي لا
منآياتناانههوالسميعالبصير
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q. S. Al-
Isra' 17:1)
آتينامسىالكتابوجعلناههداىلبنياو خذوامندونيوكلا تت سرائيلال
"Dan Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan Kami jadikan Kitab Taurat
itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil
penolong selain Aku." (Q. S. Al-Isra' 17:2)
Menurut Quraish Shihab, ayat pertama menyebutkan anugerah Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW Yang mengisra'kan beliau dalam waktu yang sangat
singkat, sedangkan ayat kedua menyebutkan anugerah-Nya kepada Nabi Musa AS
Yang mengisra'kan beliau dari Mesir ke negeri yang diberkati pula yaitu Palestina
tetapi memakan waktu yang lama.8
3. Munasabah antara Kelompok Ayat dengan Kelompok Ayat Sebelumnya
Munasabah jenis ini mencari hubungan antara satu kelompok ayat dengan
kelompok ayat berikutnya. Misalnya Surat Al-Baqarah ayat 1-20 tentang beberapa
kategori manusia ditinjau dari segi keimanannya. Ayat 1-5 berbicara tentang orang-
orang yang bertaqwa yaitu orang-orang yang memadukan dalam diri mereka aspek
7 Tafsir jalalain surat al-baqarah ayat 195. 8 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014), hlm.213
dari M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 7, hlm. 407.
6 | I L M U M U N A S A B A H
Iman, Islam dan Ihsan.Ayat berikutnya 6-7 berbicara tentang orang-orang kafir,
yaitu orang yang lahirbatin mengkari Allah SWT. Ayat selanjutnya 8-20 berbicara
tentang orang-orang munafiq, yang di luar mengaku beriman,tetapi di dalam
mengingkari Allah SWT.
4. Munasabah antara Awal Surat dengan Akhir Surat Sebelumnya9
Munasbah jenis ini mencari hubungan antara awal satu surat dengan akhir
surat sebelumnya, misalnya awal Surat Al-Hadid dengan akhir Surat Al-Waqi'ah.
Ayat akhir Surat Al-Waqi'ah berisi perintah untuk bertasbih .
مافيالسماوات والرضوهوالعزيزالحكيمسبحلله
"Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." (Q.S. Al-Hadid 57: 1)
فسبهحباسمربهكالعظيم
"Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar." (Q.S.
Al-Waqi'ah 56: 96)
(Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Agung),
sedangkan ayat pertama Surat Al-Hadid menyatakan telah (Bertasbih kepada Allah
semua yang berada di langit dan yang berada di bumi). Terlihat ada keserasian
antara dua ayat tersebut.
5. Munasabah antara Satu surat dengan Surat lainnya10
Munasabah jenis ini mencari hubungan antara nama satu surat dengan nama
satu surat sebelum dan sesudahnya, hubungan antara kandungan satu surat dengan
surat berikutnya, hubungan antar akhir surat dengan awal surat berikutnya. Salah
satu contohnya adalah munasabah antara Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Baqarah
dari segi nama. Di antara isi penting Surat Al-Fatihah adalah tentang Tauhid, baik
dari segi rububiyah, mulkiyah maupun ilahiyah-Nya. Dengan doktrin Tauhid,
seseorang dilarang menuhankan apa dan siapa pun selain Allah SWT termasuk
menuhankan Al-Baqarah sebagaimana yang dilakukan oleh Bani Israil di bawah
inisiatif as-Samiri. Guna melakukan pembinaan dan mempertahankan Tauhid
9 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014), hlm.214 10 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014), hlm.214-
215
7 | I L M U M U N A S A B A H
secara konsekuen diperlukan pembinaan dalam keluarga. Dan salah satu keluarga
yang menjadi teladan adalah keluarga 'Imran (Ali 'Imran).
E. Bentuk-Bentuk Munasabah11
1. Zhâhir al-Irtibath
Hubungan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya atau satu ayat
dengan ayat berikutnya tampak nyata, yang dapat berupa berupa ta'kid
(penegasan), tafsir (penjelasan), i'tiradh (bantahan), atau tasydid (penekanan). Satu
bagian ayat dengan bagian sebelumnya tidak bisa dipisah dan satu ayat tergantung
pada ayat sesudahnya, tidak dapat dipisah, kalau dipisah maknanya tidak sempurna
dan bisa menimbulkan pemahaman yang keliru.
(4)فويلللمصلهين
“Maka kecelakaan bagi orang-orang yang sholat,”
Dapat menimbulkan kekeliruan apabila tidak diteruskan ke ayat selanjutnya.
(7(ويمنعونالمعون)6يراءون)(الذينهم5الذينهمانصلتهمساهون)
“ yaitu, orang-orang yang lalai dari sholatnya. orang-orang yang berbuat ria. Dan
enggan menolong dengan barang yang berguna"
Dalam tafsir jalalain, lalai (ساهون ) dalam sholat itu artinya mengakhirkan
salat dari waktunya. Orang yang berbuat ria (يراءون) bertujuan pada orang yang di
dalam salatnya ada niatan ria atau dalam hal-hal lainnya. Dan barang berguna
artinya tidak mau meminjamkan barang-barang miliknya yang diperlukan orang
lain seperti memberikannya, seperti jarum, kapak, kuali, mangkok dan
sebagainya.12
2. Khafiy al-Irtibath
Hubungan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya atau antara satu ayat
dengan ayat berikutnya tidak tampak nyata. Masing-masing berdiri sendiri, tidak
bergantung pada ayat sebelum atau sesudahnya. Kalau dipisah maka tetap
sempurna dan hanya dapat diketahuo setelah dikaji dan didalami dengan baik.
a. Irtibath Ma'thufah
Irtibath antara satu bagian dengan bagian lain dari ayat menggunakan huruf
'athaf. Bagian kedua bisa berupa nazhir (bandingan) dan syarik (mitra) dari
11 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014), hlm.215-
224 12 Tafsir jalalain surat al-Maun ayat 4-7
8 | I L M U M U N A S A B A H
bagian sebelumnya dan bisa juga berupa al-madhadhah (lawan katanya). Untuk
nazhir (bandingan) dan syarik (mitra).
احسناافيضاعفهلهاض قرضا يقبضويبسطواليمنذاالذييقرضالله والله هعافااكثرةا
(245ترجعون)
"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan." (Q.S. Al-Baqarah 2: 245)
Kata kerja يقبض (menyempitkan) dalam ayat di atas adalah bandingan
atau nazhîr dari kata kerja يبصط (melapangkan). Tampak dalam ayat di atas
bagaimana kaitan antara kalimat Allah menyempitkan dengan kalimat
melapangkan (rezki). Sehingga kalimatnya menjadi sangat serasi.
b. Irtibath Ghairu Ma'thufah
Jika irtibath antara satu bagian dengan bagian lain dari ayat atau antara satu
ayat dengan ayat berikutnya tidak menggunakan huruf 'athaf maka dalam hal
ini untuk mencari munâsabah nya harus dicari qarain maknawiyah, petunjuk-
petunjuk yang didapat dari pengertian maknanya. Petunjuk-petunjuk
maknawiyah yang bisa digunakan antara lain adalah:
1. At-Tanzhir, bandingan (nazhir) antara satu ayat dengan ayat lainnya.
2. Al-Madhadhah, petunjuk makna lain yang dapat digunakan untuk mencari
munasabah antara ayat yang tidak ada huruf 'athafnya adalah dengan
mencari sisi lawannya.
3. Al-Istidhrad, kaitan antara satu ayat dengan ayat sebelumnya dapat dilihat
dari sisi istithrad.
4. At-Takhallush, mirip dengan ishtidhrad adalah takhallush, yaitu
perpindahan dari pembicaraan semula kepada pembicaraan lain tanpa
dirasakan oleh pembaca, karena begitu dekatnya isi pembicaraan kedua
dengan yang pertama.
F. Manfaat ilmu munasabah
Diantara manfaat mempelajari ilmu munasabah ialah 13
13 Andik setiywan dkk, Tafsir Ilmu Tafsir, (Jakarta : Kementrian Agama, 2014), hlm.64
9 | I L M U M U N A S A B A H
1. Mengembangkan anggapan orang yang menganggap bahwa tema dalam Al-
Qur’an tidak mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain.
2. Mengetahui hubungan bagian Al-Qur’an, baik antar kalimat, ayat, maupun surat.
Sehingga memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap Al-Qur’an dan
memperkuat keyakinan atas kewahyuan dan kemukjizatannya.
3. Mengetahui ketinggian (keindahan) bahasa dalam Al-Qur’an dan konteks
kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain, serta penyesuaian ayat atau surat
satu dengan yang lain.
4. Membantu penafsiran ayat dalam Al-Qur’an setelah diketahui ayat atau kalimat
dengan ayat atau kalimat lain.
Menurut as-Suyuthi, ilmu munâsabah adalah ilmu yang sangat penting dalam
penafsiran Al-Qur'an, tetapi di antara para mufassir hanya sedikit yang memberikan
perhatiannya karena ilmu ini sangat memerlukan ketelitian dan kejelian.
Imam Fakhruddin ar-Razi menyatakan, sebagian besar rahasia tersembunyi
dalam Al-Qur'an tersimpan dipersoalan urutan surat dan ayat serta kaitan antara satu
sama lain. ar-Razi berpendapat tentang surat al-Baqarah bahwa siapa saja yang
memperhatikan rahasia susunan ayat-ayat dalam Surat ini akan mengetahui bahwa Al-
Qur'an, tidak hanya mukjizat dari segi kefasihan lafal-lafalnya dan kehebatan isinya,
tetapi juga mukjizat dari segi susunan surat dan ayat-ayatnya.
Ada tiga arti penting dari munasabah sebagai salah satu metode dalam memahami
dan menafsirkan Al-Qur'an. 14
1. Dalam sisi balaghah, hubungan antara ayat dengan ayat menjadikan ayat-ayat Al-
Qur'an utuh dan indah. Bila dipenggal maka keserasian, kehalusan, dan keindahan
kalimat yang teruntai didalam setiap ayat akan menjadi hilang.
2. Ilmu munasabah dapat memudahkan orang dalam memahami makna ayat atau
surat. Tanpa memahami kaitan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya
dalam satu ayat, atau kaitan antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bisa saja
seorang yang membaca Al-Qur'an tidak dapat menangkap keutuhan makna,
bahkan dapat menimbulkan kesalahan dalam pemaknaan seperti yang sudah
dijelaskan dalam bagian sebelumnya.
14 Prof. Dr. H. Yanuar Ilyas, Lc, M.A. Kuliah UlumulQur’an, (Yogyakarta : Itqan Publishing, 2014), hlm. 226-
226
10 | I L M U M U N A S A B A H
3. Iilmu munsabah sangat membantu seorang mufassir dalam menafsirkan ayat-
ayat Al-Qur'an, sehingga dapat menjelaskan keutuhan makna ayat atau kelompok
ayat. Juga dapat menjelaskan keserasian antara kalimat dengan kalimat dan ayat
dengan ayat, bahkan antara surat dengan surat. Ilmu munâsabah akan sangat
membantu terutama dalam istinbâth hukum.
11 | I L M U M U N A S A B A H
IV. Keimpulan
munasabah adalah mencari kedekatan, hubungan, kaitan, antara satu ayat atau
kelompok ayat dengan ayat atau kelompok ayat yang berdekatan, baik dengan yang
sebelumnya maupun yang sesudahnya.
Munculnya ilmu munasabah tak lepas dari penurunan Al-Qur’an secara
berangsur-angsur dari awal hingga akhir dan pembukuan Al-Qur’an dalam mushaf
Utsmani.
Dalam langkah cara mengetahui munasabah dapat diperhatikan tujuan
pembahasan suatu surat, emerhatikan uraian ayat-ayat, menentukan tingkat uraian-
uraian, dan memerhatikan ungkapan-ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak
berlebihan.
Terdapat macam-macam munasabah diantaranya munasabah kalimat dengan
kalimat dalam satu ayat, munasabah satu ayat dengan ayat sesudahnya, munasabah
kelompok ayat dengan kelompok ayat sebelumnya, munasabah awal surat dengan akhir
surat sebelumnya, dan munasabah satu surat dengan surat lainnya.
Adapula bentuk-bentuk dalam munasabah yaitu Zhahir al-Irtibath atau
munasbah yang tampak dalam munasabah dan Khafiy al-Irtibath atau munasabah yang
tidak tampak (dalam arti).
Manfaaat dari munasabah ialah mengembangkan anggapan orang bahwa Al-
Qur’an tidak mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain, mengetahui hubungan
bagian Al-Qur’an untuk memperkuat keyakinan atas kewahyuan dan kemukjizatannya,
mengetahui ketinggian (keindahan) bahasa dalam Al-Qur’an, dan membantu penafsiran
ayat dalam Al-Qur’an setelah diketahui ayat atau kalimat dengan ayat atau kalimat lain.
12 | I L M U M U N A S A B A H
Daftar pustaka
Ilyas, Yunahar, 2014, Kuliah Ulumul Qur’an, Yogyakarta:Iqtan Publishing.
Suhadi, 2011, Ulumul Qur’an, Kudus:Nora Media Enterprise.
Setiyawan, Andik, dkk. 2014, Tafsir Ilmu Tafsir, Jakarta:Kementrian Agama.
Anwar, Rosihon, 2013, Ulum Al-Qur’an, Bandung:CV Pustaka Setia.
Imam Jalalain, Tafsir Jalalain Terjemah-pdf, Surabaya:Darul Ilmi.