25

Click here to load reader

Makalah Munasabah Al-qur'An

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Munasabah Al-qur'An

MUNASABAH AL-QUR’ANOleh:

1. Heri Amriyanto2. Machrus

PEMBAHASAN

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw.

kurang lebih 23 tahun. Kitab samawi terakhir ini diturunkan secara berangsur-

angsur sesuai dengan kondisi dan masalah yang dihadapi oleh Nabi Muhammad

saw. Urutan turunnya ayat al- Qur’an ternyata tidak dijumpai dalam mushaf yang

ada. Ayat-ayat al-Qur’an yang termaktub di dalam mushaf sepintas seperti tidak

ada hubungan antara yang satu dengan yang lain. Tetapi walaupun demikian,

tertib ayat dalam mushaf disepakati oleh para ulama’ adalah bersifat tauqifi.

Berbeda dengan tertib ayat, susunan surat-surat di dalam al- Qura’an, para

ulama’ berbeda pendapat. Sebagian berpendapat bahwa susunan surat atau tertib

al-suwar adalah tauqifi. Sementara ulama’ yang lain berpendapat bahwa tertib al-

suwar sebagian merupakan tauqifi dan sebagian lainnya ada yang ijtihadi.

Terlepas adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama’ tentang tertib al-

suwar, susunan yang termuat di dalam mushaf baik susunan surat maupun ayat,

membuahkan kajian pada pemahaman pada al-Qur’an secara komprehensif. Untuk

memahami al-Qur’an secara komprehensif dan agar al-Qur’an terlihat

kekokohannya, bahwa antara satu ayat dengan ayat yang lain dan antara surat

dengan surat lainnya adalah saling menopang dan saling menyempurnakan, maka

ilmu Munasabah adalah salah satu jawabannya.

A. PENGERTIAN MUNASABAH

Menurut al-Zarkasyi (1972: 35) kata munasabah secara bahasa berarti

mendekati (muqarabah), seperti dalam contoh kalimat : fulan yunasibu fulan

(fulan mendekati/menyerupai fulan). Kata nasib adalah kerabat dekat, seperti

dua saudara, saudara sepupu, dan semacamnya. Jika keduanya munasabah

dalam pengertian saling terkait, maka namanya kerabat (qarabah).

1

Page 2: Makalah Munasabah Al-qur'An

Tidak berbeda dengan al-Zarkasyi, Manna Al-qathan (2009: 137)

mengatakan bahwa munasabah menurut bahasa berarti kedekatan (al-

muraqqabah). Misalnya jika ”si A munasabah dengan si Pulan”, berarti si A

mendekati dan menyerupai si pulan itu, atau contoh lain misalnya ’illat

hukum dalam qiyas yaitu adanya aturan logis yang melandasi suatu hukum

yang dapat menghubungkan antara kedua kasus. Ilustrasi lebih konkrit

misalnya ”memabukkan” adalah ”illat munasabah” yang menyebabkan

diharamkan-nya”khomr”. Bila zat yang memabukkan itu dijumpai dalam

minum selain ”khomr”, maka minuman itu sama hukumnya dengan ”khamr”

yakni haram.

Secara terminologi menurut Muhammad Amin Suma dalam Abd.

Rozak (2010: 75) munasabah adalah segi-segi hubungan atau persesuaian al-

Qur’an antara bagian demi bagian dalam bebagai bentuknya. Yang dimaksud

dengan segi hubungan atau persesuaian adalah semua pertalian yang merujuk

kepada makna-makna yang mempertalikan satu bagian dengan bagian

lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan bagian demi bagian adalah

semisal antar kata atau kalimat dengan kata atau kalimat, antara ayat dengan

ayat, antara awal surah dengan akhir surah, antara surah yang satu dengan

surah yang lain, dan begitulah seterusnya hingga benar-benar tergambar

bahwa al-Qur’an itu satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh (holistik).

Sementara di dalam Ulumul Qu’an disebutkan bahwa ilmu munasabah

atau tanasubil ayati was suwari adalah ilmu untuk mengetahui alasan-alasan

penertiban dari bagian-bagian al-Qur’an yang mulia. Ilmu ini menjelaskan

segi-segi hubungan antara beberapa ayat atau beberapa surah al-Qur’an.

Apakah hubungan itu berupa ikatan antara umum dan khusus, antara abstrak

dan konkret, antara sebab-akibat, antara rasional dan irasional, atau antara dua

hal yang kontradiksi (Djalal, 2008: 154).

Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa munasabah dalam al-

Qur’an adalah adanya keserupaan atau kedekatan di antara berbagai ayat,

2

Page 3: Makalah Munasabah Al-qur'An

surah, dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut

dapat berbentuk keterkaitan makna atau redaksinya.

B. URGENSI MUNASABAH

Untuk memahami suatu ayat atau surah al-Qur’an terkadang seseorang

mengalami kesulitan dalam menangkap maknanya secara utuh. Diantara

alternatif yang dapat dilakukan untuk mengungkapya sesuai dengan metode

munasabah adalah dengan cara mencari penjelasan di ayat atau surat lain

yang mempunyai kesamaan atau kemiripan. Mengapa harus ke ayat atau ke

surah lain? Karena pemahaman ayat secara parsial (pemahaman ayat tanpa

melihat ayat lain) sangat mungkin terjadinya kekeliruan (Anwar, 2009: 61).

Lebih lanjut Fazlurrahman dalam Ulumul Qur’an karya Abu Anwar tersebut

(2009: 61) mengatakan, apabila seseorang ingin memperoleh apresiasi yang

utuh mengenali al-Qur’an, maka ia harus dipahami secara terkait. Apabila al-

Qur’an tidak dipahami secara utuh dan terkait, al-Qur’an akan kehilangan

relevansinya untuk masa sekarang dan akan datang. Sehingga al-Qur’an tidak

dapat menyajikan dan memenuhi kebutuhan manusia.

Setidaknya menurut Abd. Rozak (2010: 79) ada tiga alasan lahirnya

ilmu munasabah. Pertama, munasabah terlahir didasari dari kenyataan bahwa

sistematika al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam mushaf Usmani sekarang

tidak berdasarkan fakta kronologis turunnya. Itulah sebabnya terjadi

perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang urutan surat (tertib surat) di

dalam al-Qur’an.

Kedua, selain dari sebab perbedaan pendapat di atas, metode

munasabah ayat secara praktis memang diperlukan bagi upaya penafsiran

ayat-ayat al-Qur’an secara tepat. Hal ini dimungkinkan mengingat: pertama,

al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu yang relatif lama

dengan kondisi dan latar belakang yang berbeda; kedua, uslub (gaya bahasa)

al-Qur’an yang sangat tinggi dan indah, sehingga tidak terlalu mudah bagi

para mufassir untuk mengetahui makna yang sebenarnya dari satu ayat; dan

3

Page 4: Makalah Munasabah Al-qur'An

ketiga, bentuk lafaz atau teks al-Qur’an memiliki banyak karakteristik yang

tidak mudah untuk dapat secara langsung dipahami.

Ketiga, sifat-sifat al-Qur’an ruthbahnya dan maksud-maksudnya nilai

petunjuk al-Qur’an dapat berjalan terus sepanjang masa. Untuk kepentingan

hal ini, rasanya tidak mungkin tafsir-tafsir klasik mampu menjawab

kebutuhan zaman dewasa ini, yang dinamikanya sangat tinggi. Oleh karena

itu, munasabah ayat merupakan metode yang logis dan wajar di zamannya.

Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam

al-Qur’an diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-Suyuthi

dalam Anwar (2010: 84) menjelaskan ada beberapa langkah yang perlu

diperhatikan untuk menemukan munasabah ini, yaitu:

1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek

pencarian.

2. Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas

dalam surat.

3. Menentukan tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannya atau

tidak.

4. Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memperhatikan ungkapan-

ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.

Sebagaimana Asbabun Nuzul, Munasabah dapat berperan dalam

memahami Al-Qur’an. Muhammad Abdullah Darraz berkata : ”Sekalipun

permasalahan yang diungkapkan oleh surat-surat itu banyak, semuanya

merupakan satu kesatuan pembicaraan yang awal dan akhirnya saling

berkaitan. Maka bagi orang yang hendak memahami sistematika surat

semestinyalah ia memperhatikan keseluruhannya, sebagaimana juga

memperhatikan permasalahannya”(Anwar: 2010: 96).

Dengan demikian, mempelajari Munasabah itu banyak sekali

kandungan faedah dan kegunaannya, diantaranya adalah sebagaimana

diuraikan dibawah ini :4

Page 5: Makalah Munasabah Al-qur'An

1.  Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema al-

Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian yang lainnya.

2.  Mengetahui persambungan /hubungan antara bagian Al-Quran, baik antara

kalimat atau antar ayat maupun antar surat, sehingga lebih memperdalam

pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an sehingga

memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.

Contohnya hubungan antara QS. Al-Fatihah ayat 6

)tunjukilah kami jalan yang lurus (dengan QS. al-Baqarah ayat 2

)Kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi

orang-orang yang bertakwa(

3.  Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Bila tidak

ditemukan Asbabun Nuzulnya. Setelah diketahui hubungan suatu kalimat

atau suatu ayat dengan kalimat atau ayat yang lain, dimungkinkan

seseorang akan  mudah mengistinbathkan hukum-hukum atau isi

kandungannya. Contoh munasabah pada QS. an-Nisa ayat 34 dan QS. al-

Mujadalah ayat 11. Kedua ayat itu berkaitan erat dengan tegaknya

qiwamah, yaitu faktor ilmu pengetahuan dan ekonomi. Hal itu ditunjukkan

dengan kata kunci “Bima Fadhdhala” dalam QS. an-Nisa ayat 34 dan

“yarfa” dalam QS. al-Mujadalah ayat 11.

4.  Untuk memahami keutuhan, keindahan, dan kehalusan bahasa, (mutu dan

tingkat balaghah al-Qur’an ) serta dapat membantu dalam memahami

keutuhan makna Al-Qur’an itu sendiri.

C. MACAM-MACAM MUNASABAH

Membicarakan masalah munasabah dalam al-Qur’an, sangat berkaitan

erat dengan sistem penertiban ayat dan surat dalam al-Qur’an. Dalam hal ini

dinyatakan Manna’ Khalil al-Qattan(2009: 36) bahwa “al-Qur’an terdiri atas

surat-surat dan ayat-ayat, baik yang pendek maupun yang panjang. Ayat

adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam sebuah surat dalam al-

5

Page 6: Makalah Munasabah Al-qur'An

Qur’an, dan surat adalah sejumlah ayat al-Qur’an yang mempunyai

permulaan dan kesudahan. Tertib dan urutan ayat-ayat al-Qur’an adalah

tauqifi, ketentuan dari Rasulullah saw dan atas perintahnya”. Hal tersebut

merupakan asumsi dari sebuah riwayat, dari Usman bin Abil ‘As berkata :

ثم صوبه، ثم ببصره شخص إذ سلم و عليه الله صلى الله رسول عند جالسا كنت

) . إن : السورة هذه من الموضع هذا اآلية هذه أضع أن فأمرني جبريل أتاني قال

: . النحل ـ القربى ذي إيتاء و اإلحسان و بالعدل يأمر الخ) 90الله .

Aku tengah duduk di samping Rasulullah, tiba-tiba pandangannya menjadi

tajam lalu kembali seperti semula. Kemudian katanya, “Jibril telah datang

kepadaku dan memerintahkan agar aku meletakkan ayat ini di tempat dari

surah ini : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan serta memberi kepada kerabat, …(an-Nahl : 90) dan seterusnya.

Sementara menurut Anwar (2009: 62) tertib surah dalam al-Qur’an

terdapat tiga pendapat, yaitu pertama, jumhur ulama berpendapat tauqifi. Hal

itu ditunjukkan alasan bahwa setiap tahun Jibril datang menemui Nabi dalam

rangka mendengarkan atau menyimak bacaan al-Qur’an yang dilakukan oleh

Nabi dan Nabi sering membaca al-Qur’an dengan tertib surah seperti yang

ada sekarang; kedua, ada kelompok yang mengatakan ijtihadi. Alasan mereka

adalah tidak ada petunjuk langsung dari Nabi tentang tertib surah dalam al-

Qur’an, sahabat pernah mendengar Nabi membaca al-Qur’an berbeda dengan

susunan surah yang sekarang, dan mushaf yang ada pada catatan sahabat

berbeda-beda; dan ketiga, sebagian dikatakan tauqifi dan sebagian lagi

ijtihadi. Alasannya ternyata tidak semua nama-nama surah itu diberikan oleh

Allah, tetapi sebagian diberikan oleh Nabi seperti Surah Thaha dan Yasin.

Dalam pembagian munasabah, para ulama berbeda pendapat mengenai

pengelompokan munasabah dan jumlahnya, hal ini dipengaruhi bagaimana

seorang ulama tersebut memandang suatu ayat, dari segi berbeda. Menurut

Anwar dalam Ulum Al-Qur’an (2009: 65-76), munasabah dapat dilihat dari

tiga segi, yaitu munasabah ayat dalam satu surah, munasabah antara suatu

6

Page 7: Makalah Munasabah Al-qur'An

surah dengan surah lainnya, dan munasabah antara nama surah dengan isi

yang dikandungnya.

1. Munasabah Ayat dalam Satu Surah

a. Munasabah Kalimat dengan Kalimat atau Ayat dengan Ayat

Munasabah antara kalimat atau ayat dalam al-Qur’an, yaitu hubungan

atau persesuaian antara kalimat atau ayat yang satu dengan kalimat atau

ayat yang lain. Letak munasabah antar satu ayat dengan ayat yang lain

terkadang tampak jelas namun tidak jarang pula yang tidak jelas.

Kemungkinan jelasnya munasabah antar ayat lebih besar karena jarang

sekali pembahasan mengenai satu topik dapat selesai hanya dalam satu

ayat saja. Ayat berikutnya biasanya berfungsi untuk menguatkan,

menerangkan, memberi penjelasan, mengecualikan, mengkhususkan,

menengahi dan mengakhiri pembicaraan. Dalam hal demikian, ukuran

yang digunakan untuk mencari munasabah adalah dengan melihat sisi

hubungan, baik langsung (‘athaf) atau tidak langsung. Munasabah

dalam bentuk langsung (menggunakan huru ‘athaf) adalah munasabah

dua bagian makna, yang mengandung satu segi yang dapat

mensingkronkan, sehingga keduanya sesuai dan serupa walaupun tidak

sama persis, sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 102

dan 103 berikut:

102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati

melainkan dalam Keadaan beragama Islam.

7

Page 8: Makalah Munasabah Al-qur'An

103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah

kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,

Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena

nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di

tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk.

Faedah dari munasabah ini adalah untuk menjadikan dua ayat tersebut

sebagai dua hal yang sama. Ayat102 menyuruh bertakwa dan ayat 103

menyuruh berpegang kepada agama Allah, dua hal yang sama.

Sementara jika tidak memakai huruf athaf, maka sandarannya adalah

qarinah ma’nawiyah (hubungan maknawi). Contohya dapat dilihat pada

QS. Al-Ihlas.

Masing-masing ayat dalam surah tersebut saling menguatkan tema

pokoknya, yaitu tentang keesaan Allah.

Aspek musabah antara kalimat dengan kalimat atau ayat dengan ayat ini

dapat mengambil bentuk:

1) At-Tanzir (التنذير), yaitu membandingkan dua hal yang sebanding

menurut kebiasaan orang yang berakal. Misalnya QS. al-Anfal: 5.

Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan

kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang

beriman itu tidak menyukainya.

Sedangkan ayat sebelumnya (QS. Al-Anfal: 4) berbunyi:

8

Page 9: Makalah Munasabah Al-qur'An

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.

mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi

Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Di sini ada dua keadaan yang sebanding, yaitu mereka yang

mengikuti perintah Tuhannya akan mendapat imbalan sesuai dengan

kerjanya. Imbalan tersebut adalah kebaikan dunia dalam bentuk

materi dari harta rampasan, dan imbalan akhirat adalah pahala yang

berlipat ganda serta keampunan dari pemberi perintah (Allah).

2) Al-Mudhadat ( تالمضدا ) artinya berlawanan atau kontradiksi.

Misalnya QS. al-Baqarah: 6 dengan ayat sebelumnya, yaitu QS. al-

Baqarah: 3-5.

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu

beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga

akan beriman.

Ayat ini menerangkan watak orang kafir yang pembangkang, keras

kepala, tidak percaya kepada kitab-kitab Allah. Sedangkan ayat

sebelumnya Allah menerangkan watak orang mukmin yang sangat

berlawanan dengan orang kafir, yaitu memiliki memiliki

kepercayaan yang kuat. Mereka percaya adanya yang gaib,

melaksanakan shalat, memiliki sifat kebersamaan atau solidaritas,

dan percaya terhadap kitab-kitab Allah sebelum al-Qur’an.

3) Al-Istithrad (االستطراد) artinya peralihan kepada penjelasan lain.

Misalnya QS. Al-A’raf: 269

Page 10: Makalah Munasabah Al-qur'An

Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu

pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk

perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang

demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,

Mudah-mudahan mereka selalu ingat.

Ayat tersebut menjelaskan tentang nikmat Allah, sedang di

tengahnya dijumpai kata ( التقوى (لباس yang mengalihkan

perhatian pada penjelasan ini (pakaian). Dalam hal ini munasabah

yang dapat dilihat adalah antara penutup tubuh atau aurat dengan

kata takwa.

4) At-Takhallus (peralihan)

Peralihan di sini adalah peralihan terus-menerus dan tidak kembali

lagi pada pembicaraan pertama, misalnya:

17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana

Dia diciptakan,18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan

gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20. dan bumi

bagaimana ia dihamparkan?

Ayat ini mengandung pembicaraan yang terus menerus, yaitu mulai

dari unta, langit, gunung, dan seterusnya.

b. Munasabah antara penutup ayat dengan isi ayat

Munasabah di sini dapat bertujuan:

1) Tamkin (memperkukuh). Misalnya QS. Al-Ahzab: 25

10

Page 11: Makalah Munasabah Al-qur'An

dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan

mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh

Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang

mukmin dari peperangan. Dan Allahlah Maha kuat lagi Maha

Perkasa.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Allah menghindarkan orang-

orang mukmin dari perang disebabkan kelemahan mereka (orang-

orang kafir), karena angin kencang atau malaikat yang dikirim

Allah. Pemahaman yang kurang lurus ini diluruskan dengan

fashilah artinya Allah berkuasa memisahkan antara dua golongan

dalam perang tesebut (perang Badar). Kejadian ini menguatkan

orang-orang beriman agar mereka merasa bahwa merekalah yang

menang.

2) Ighal (penjelasan tambahan untuk mempertajam makna) Misalnya

QS. An-Naml: 80:

Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang

mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli

mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling

membelakang.

Kandungan ayat ini sebenarnya sudah jelas dipahami. Jadi kalimat

() sekedar penjelasan makna.

c. Munasabah antara uraian awal ayat dengan akhir ayat dalam satu surah.

Misalnya ayat awal dan akhir QS. Al-Mukminun:

11

Page 12: Makalah Munasabah Al-qur'An

1 Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

117 Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.

2. Munasabah Antara Suatu Surah dengan Surah Lainnya

a. Munasabah kandungan suatu ayat dalam suatu surah dengan suatu ayat

pada surah sesudahnya.

Munasabah ini diantaranya terdapat pada surah al-Baqarah memberikan

perincian serta penjelasan terhadap al-Fatihah. Sedangkan surah Ali

Imran yang merupakan urutan surah berikutnya memberikan penjelasan

lebih lanjut terhadap kandungan suarh al-Baqarah, yaitu ancaman Allah

terhadap orang-orang kafir karena pengaruh harta dunia. Ayat dari

surah-surah tersebut adalah QS. Al-Fathah: 2, QS. Al-Baqarah: 152 atau

186 , dan QS. Ali Imran: 152.

Segala puji bagi Allah, (QS. Al-Fatihah: 2)

karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. al-Baqarah: 152)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak

mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. dan

mereka itu adalah bahan Bakar api neraka (QS. Ali Imran: 10)

Contoh lain ungkapan “rabbil ‘alamin” dalam suarah al-Fatihah

berkorelasi dengan surah al-Baqarah: 21-22. Surah al-Fatihah: 6 dengan

surah al-Baqarah: 2.

b. Munasabah antara surah dalam bentuk tema sentral

Selain antar ayat, munasabah dapat membentuk tema sentral yang ada

dalam berbagai surah. Misalnya dalam surah al-Fatihah tema sentralnya

12

Page 13: Makalah Munasabah Al-qur'An

adalah ikrar ketuhanan, dalam surah al-Baqarah tema sentralnya adalah

kaidah-kaidah agama. Sedangkan dalam surah Ali Imran tema

sentralnya adalah dasar-dasar agama. Semua itu merupakan pondasi

bagi umat Islam dalam beramal, baik amal dalam makna sempit maupun

amal makna luas.

c. Munasabah antar ayat tentang satu tema

Berkaitan dengan munasabah ini sebagai contoh dapat dikemukakan

tentang tema qiwamah (tegaknya suatu kepemimpinan). Paling tidak

terdapat dua ayat yang saling bermunasabah, yakni QS. An-Nisa : 34

dan QS. Al-Mujadalah : 11

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena

Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian

yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan

sebagian dari harta mereka.” (Q.S. Annisa : 34)

Sementara Q.S. Al-Mujadalah : 11, Allah mengatakan:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan

orang-orang yang diberi Ilmu Pengetahuan beberapa derajat.” (QS.

Al-Mujadalah: 11)

Tegaknya qiwamah (konteks parsialnya qiwamat al-rijal ‘ala al-nisa)

erat sekali kaitannya dengan faktor ilmu pengetahuan/teknologi dan

faktor ekonomi. Q.S. Al-Nisa menunjukkan kata kunci “Bima

Fadhdhala” dan “al-ilm”. Antara “Bima Fadhdhala” dengan “yarfa”

terdapat kaitan dan keserasian arti dalam kata kunci nilai lebih yang

muncul karena faktor ilmu.

d. Munasabah antara ayat terakhir dalam suatu surah dengan ayat pertama

dalam surah berikutnya

13

Page 14: Makalah Munasabah Al-qur'An

Contoh dari munasabah model ini antara lain ayat terakhir dari surah

al-Ahqaf dengan ayat pertama dari surah Muhammad.

........ pada hari mereka melihat

azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak

tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu

pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang

fasik. (QS. Al-Ahqaf: 35)

Sementara dalam ayat pertama surah Muhammad difirmankan:

orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah,

Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka (QS. Muhammad: 1)

Dalam ayat terakhir surah al-Ahqaf tersebut dijelaskan tentang ancaman

siksa bagi orang-orang fasiq. Selanjutnya penjelasan siapa sebenarnya

orang-orang fasiq itu, jawabannya ada pada ayat pertama surah

Muhammad, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang yang menghalangi

manusia dari berbuat kebaikan. Contoh tersebut menunjukkan bahwa

untuk memahami secara jelas makna yang ada pada ayat terakhir surah

al-Ahqaf harus dimunasabahkan dengan ayat pertama surah

Muhammad. Dengan kata lain apabila suatu ayat belum jelas maknanya,

maka pasti ada penjelasannya pada surah lain.

Contoh lainnya dalam munasabah ini ayat terakhir surah al-Waqiah

dengan permulaan surah al-Hadid

Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha

besar. (QS. Al-Waqiah: 96)

14

Page 15: Makalah Munasabah Al-qur'An

semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada

Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hadid: 1)

Ayat ini memiliki munasabah dengan akhir ayat sebelumnya yang

memerintahkan kepada manusia agar bertasbih.

3. Munasabah Antara Nama Surah dengan Isi yang Dikandungnya

Nama-nama surah yang ada dalam al-Qur’an mempunyai kaitan

dengan pembahasan yang ada pada isi surahnya. Misalnya surah al-

Baqarah, isinya banyak menceritakan lembu. Contoh lain surah al-Fatihah

yang mempunyai dua nama: Pertama disebut al-Fatihah, karena posisinya

di awal al-Qur’an. Kedua disebut Ummul Kitab, karena isinya memuat

berbagai tujuan al-Qur’an dan seterusnya.

D. KESIMPULAN

Ilmu munasabah yang merupakan hal baru dalam cabang ulumul

Qur’an, telah mendapatkan perhatian khusus dikalangan para ulama. Sebab

dengan ilmu ini akan dapat diusahakan sebagai ilmu pencarian korelasi dan

hubungan baik antar kalimat, ayat, maupun surah dalam al-Qur’an. Hal ini

bertujuan agar lebih bisa memahami al-Qur’an tersebut secara utuh dan

menyeluruh terutama dalam penafsirannya.

Ilmu munasabah bersifat ijtihadi, sehingga wajar jika sebagian ulama

tidak menganggap urgensi ilmu ini. Namun, dalam perkembangannya,

munasabah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap penafsiran al-

Qur’an. Apabila belum atau tidak ditemukan hadits tentang Asbab an- Nuzul

suatu ayat maupun surah, atau jika terjadi pertentangan antara hadits yang

satu dengan lainnya dalam satu ayat yang sama, maka kedudukan munasabah

ini menjadi sangat penting dalam menafsirkan al-Qur’an.

15

Page 16: Makalah Munasabah Al-qur'An

Munasabah adalah sebuah metodelogi dari salah satu upaya memahami

al-qur’an dari sisi keterkaitan antar ayat maupun surat itu sendiri, baik dari

sifat maupun konteksnya, tanpa terlepas dari kaidah kaidah yang ditetapkan

para ulama islam dalam menafsirkan al-Qur’an. Sebagai metode, paling tidak

ada empat hal penting yang dapat diungkap. Pertama, dari sisi Balaghoh.

korelasi antara ayat dengan ayat menjadikan keutuhan yang indah dalam tata

bahasa al-Qur’an, dan bila dihilangkan maka keserasian ayat akan hilang.

Kedua, ilmu Munasabah memudahkan orang dalam memahami makna surah

dan ayat. Sebab penafsiran al-Qur’an dengan ragamnya, membutuhkan ilmu

Munasabah. Ketiga, membantu pembaca agar dapat memperoleh petunjuk

dalam waktu singkat tanpa membaca seluruh ayat al-Qur’an. Keempat,

dengan ilmu Munasabah semakin memperkaya cakrawala pemahaman. Sebab

akan semakin banyak dan beragam pula seseorang mendapat petujuk dari

Allah SWT. Sehingga al-Qur’an dapat memberikan sumber hidayah yang

tidak pudar.

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rozak. 2010, Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (terj. Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an oleh Drs. Mudzakir AS. Bogor : Litera Antar Nusa.

al-Zarkasyi, Badr al-Din. 1972, al-Burhân fi ‘Ulûm al-Qur’an, Beirut : Dar al-Ma’rifah li al-Tiba’ah wa al-Nasyr.

Anwar, Abu. 2009. Ulumul Qur’an, Sebuah Pengantar. Jakarta: Amzah

Anwar, Rosihan. 2010, Ulum Al-Qur’an. Bandung : Pustaka Setia

Djalal, H. Abdul. 2008, Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.

.

16