Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG SABAR DAN STRES
DAN KONSELING ISLAM
2.1. Konsep Sabar
2.1.1 Pengertian Sabar
2.2.1.1. Pengertian Sabar Secara Etimologis
Pengertian sabar secara etimologis diambil dari bahasa Arab
صبرا, يصبرو, صبر : ( shabara, yashbiru, shabran ) yang
artinya bersabar, tabah hati, berani (atas segala sesuatu).
Sedang kata Ash-shabru ( الصبر ) merupakan isim mashdar
dari shabara ( صبر ) yang berarti kesabaran. Sabar merupakan
salah satu akhlak Qur’ani yang paling utama dan ditekankan oleh
Al-Qur’an baik dalam surat-surat Makiyyah maupun Madaniyyah,
serta merupsakan akhlak yang terbanyak sebutannya dalam Al-
Qur’an.
M. Qurasy Shihab dalam Tafsir Al Amanah memberikan
pemahaman ayat Al Qur’an tentang sabar pada Q.S. Al Muddatsir
ayat 7 dengan mengutip ungkapan para agamawan, merumuskan
sabar sebagai menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginannya
demi mencapai sesuatu yang baik atau luhur (Shihab, 1992 : 111 ).
Lebih lanjut Quraisy Shihab mengemukakan bahwa Sabar itu
bukan berarti lemah atau menerima apa adanya, tepapi merupakan
21
perjuangan yang menggambarkan kekuatan jiwa pelakunya
sehingga mampu mengalahkan atau mengendalikan keinginan
nafsunya. Dari sini tidak heran kalau puasa dinamai sabar karena
esensi pokok dari ibadah tersebut adalah pengendalian diri yang
berakhir dengan kemenangan (Shihab, 1992 : 111).
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shidiqy dalam Tafsir An
Nuur, menafsirkan kata sabar yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat
Al Baqarah ayat 153 adalah sebagai sebuah kekuatan dan
ketangguhan jiwa yang dilandasi dengan keyakinan atau keimanan
untuk mengikuti Sunnah Allah dan tetap dalam pengawasan-Nya
(ash-Shidiqy, 2000 : 244-245). Sabar juga merupakan salah satu
simpanan dari simpanan surga (Al-Ghazali, 2003 :173 ).
Menurut Ash-Shidiqy orang yang sabar, dia akan memiliki
pengharapan yang kuat dan optimisme yang tinggi, yang
menandaskan keimanannya terhadap qadha dan qadar atau
ketetapan Allah, bahwa mereka memperoleh kesenangan dan
segala urusannya sesuai dengan Sunnah Allah yang diciptakan di
alam ini (ash-Shidiqy, 2000 : 246 ). Secara khusus, sabar juga
mengandung arti sikap konsisten untuk senantiasa menentukan
pilihan maju dan senantiasa menghindarkan diri dari pilihan-
pilihan mundur (Muhammad, 2002 : 122 ).
Dalam kalam Mullah ( Al-Qur’an ), kata sabar diartikan
dalam berbagai bentuk bahasa sesuai dengan keadaan dan situasi
22
penggunaan kalimatnya, seperti kita sabar diartikan sebagai lawan
dari mengeluh, hal ini dapat dilihat dalam Firman Allah SWT:
.سوا ء علينا أ جز عنا أم صبر نا ما لنا من محيص…
)21: ابراهيم (
Artinya : “ … Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri ”. ( Q.S. Ibrahim : 21).
Dalam menghadapi kesulitan hidup dan musibah,
dipergunakanlah istilah sabar, yang dipertentangkan dengan keluh-
kesah dan putus asa. Dalam hubungannya dengan kekayaan, sabar
disebut dengan pengendalian diri yang berlawanan dengan
kepongahan (al-bathar). Dalam peperangan, sabar diartiakan
dengan keberanian, lawan dari pengecut. Dalam menghadapi
tantangan hidup, sabar itu disebut dengan lapang dada. Bila
dikaitkan dengan nikmat Allah lainnya, sabar disebut dengan kata
zuhud, serta bila dikaitkan dengan kekurangan, sabar disebut
qana’ah. Sikap qana’ah bisa terwujud dengan cara menemukan
kecukupan didalam apa yang dimiliki dan tidak menginginkan apa
yang tidak dimiliki (Rahmat, 2002 : 121 ).
2.1.1.2. Pengertian Sabar Menurut Istilah
Pengertian sabar menurut istilah penulis akan berusaha
untuk mengidentifikasi dari berbagai pendapat. Al Ghazali
mengatakan bahwa sabar adalah memilih untuk melakukan
23
perintah agama ketika datang desakan nafsu (al-Ghazali, 1993:65 ).
Sabar juga bermakna ketundukan secara total terhadap kehendak
Allah dan selamat didunia, seperti yang telah dijanjikan dalam Al-
Qur’an bahwa orang-orang yang sabarlah yang bisa lolos dari lika
liku kehidupan ( Armstrong, 1996 : 175 ). Al-Ghazali lebih lanjut
menyatakan bahwa sabar adalah kondisi jiwa yang timbul karena
dorongan keimanan ( Al-Ghazali, 1993 : 66 ).
Sedangkan Fachruddin mendevinisikan sabar adalah
keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan dan bahaya atau dalam
memperoleh lapangan dan kecukupan. Juga keteguhan hati dalam
meneruskan pekerjaan dan melanjutkan perjuangan. Menurut Toto
Tasmara, sabar berarti menetapkan harapan (tujuan, perjumpaan
dan berjalan menggapai Ridha Allah). Dalam hal ini orang yang
sabar dia memiliki ketabahan dan daya yang sangat kuat untuk
menerima beban, ujian atau tantangan tanpa sedikitpun mengubah
harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya (Tasmara, 2003 :30 ).
Rasulullah SAW bersabda :
مايصيب المسلم من نصب ولاوصب ولاهم ولا حزن ولاإذى ولا
)متفق عليه(غم حتى الشوآة يشاآهاالا آفراالله بها من خطاياه
Artinya : “ Tiada seorang muslim yang menderita kelelahan, kesulitan, duka cita atau kesusahan bahkan gangguan berupa duri, melainkan dengan kejadian itu Allah akan menghapuskan dosanya ”.( H.R. Bukhari dan Muslim ).
24
)متفق عليه(وما اعطى احد عطاء خيرا واو سع من الصبر
Artinya : “ Dan tiada seorang yang mendapat karunia atau pemberian Allah yang lebih baik atau lebih luas daripada kesabaran ”. (H.R. Bukhari Muslim).
)رواه البخارى(من يرد االله به خيرا يصب به
Artinya : “ Siapa yang akam diberikan kebaikan atau ni’mat oleh Allah, diberikannya penderitaan ( Lebih dulu )”.( H.R. Bukhari muslim ).
Menurut Abul Qasym al-Qusyairy An-Naisyabury dalam
Risayalatul Qusyairiyyah membagi sabar menjadi dua, yaitu :
pertama, sabar terhadap apa yang diupayakan kedua, sabar
terhadap apa yang tanpa diusahakan. Mengenai sabar dengan
upaya , terbagi menjadi dua : Pertama sabar dalam menjalankan
perintah Allah kedua, sabar dalam menjauhi larangan-Nya.
Mengenai sabar yang tanpa melalui upaya adalah sabar dalam
menjalani ketentuan Allah atau takdir (an-Naibury, 1997 : 209).
Hal ini diambil dari beberapa pendapat tokoh tentang sabar,
antar lain : Ali Bin Abi Thalib r.a. mengatakan, hubungan sabar
dengan iman adalah seperti hubungan antara kepala dengan badan.
Abul Qasyim Al-Hakim menjelaskan, firman Allah SWT,
Dan bersabarlah, adalah perintah untuk beribadah, dan firman-
Nya, Dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah, ( Q.S. An-Nahl : 127 ) adalah untuk ubudiyyah.
Dzun Nuun berkata, Sabar adalah menjauhi larangan dan tetap rela
sementara merasakan sakitnya penderitaan, dan sabar juga
25
menampakkan kekayaanya ketika ditimpa kemiskinan di lapangan
kehidupan”.
Ibnu Atha’ berkata, Sabar adalah tetap tabah dalam
malapetaka dengan perilaku adab, dikatakan, Sabar adalah fana’
jiwa dalam cobaan tanpa keluhan (an-Naibury, 1997 : 210). Abu
Utsman berkomentar, Orang yang paling sabar adalah terbiasa
dalam kesengsaraan yang menimpa dirinya. Dikatakan, Sabar
adalah menjalani cobaan dengan sikap yang sama seperti
menghadapi kenikmatan. Lebih lanjut ia mengatakan, Pahala yang
paling besar bagi amal ibadah ialah pahala untuk kesabaran.tidak
ada pahala lain yang melebihinya.
Hal ini sesuai dengan janji Allah,
ولنجزين الذين صبروا أجرهم بأ حسن ما آا نوا يعملون
)96: النحل(
Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih dari pada yang mereka kerjakan”. ( Q.S. An-Nahl : 96 )
Sedangkan Amru bin Utsman mengatakan, Sabar adalah
berlaku teguh terhadap Allah SWT dan menerima cobaan-cobaan-
Nya dengan sikap lapang dada dan tenang. Al Khawwas
menjelaskan, Sabar adalah menetapi ketentuan-ketentuan
Kitabullah dan Sunnah Rasul.”( an-Naibury, 1997 : 210 ).
26
Kadang orang hanya memahami sebagai sebuah sikap
fatalistis dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan atau musibah.
Padahal sabar adalah sebagai salah satu dari a’malul qalbiyah,
sikap jiwa yang akan mengantarkan seseorang kepada
keberuntungan, sukses dan kebahagiaan, sehingga Allah akan
menolong orang tersebut dan memudahkanya dalm segala
pebuatanya sehingga sabar akan menjadi karakter baginya (Al-
Jamil, 2004 : 25). Jadi sabar ialah suatu kekuatan, daya positif yang
mendorong jiwa untuk menenuaikan kewajiban, disamping itu
sabar juga merupakan kekuatan untuk menghalangi seseorang
melakukan kejahatan.
2.1.2. Hakekat Dan Pentingnya Sabar
Dalam kehidupan ini, sebenarnya orang Muslim yang benar-benar
bertaqwa kepada Allah SWT, dalam jiwanya diliputi petunjuk Islam dan
senantiasa menghiasi dirinya dengan kesabaran dan menahan amarah,
sebagai wujud pelaksanaan perintah Allah Ta’ala (al-Hasiymi, 1996 :
197). Dengan demikian orang kuat dalam pandangan Islam bukan orang
yang berbadan kekar yang mampu berkelahi dan memenangkan
pertarungan, tetapi orang yang kuat adalah orang yang sabar yang mampu
mengendalikan diri ketika marah.
Ditinjau secara umum sabar ditujukan kepada segenap makhluk
jenis manusia dan secara khusus sasarannya adalah orang-orang yang
beriman. Orang-orang yang beriman akan menghadapi tantangan,
27
gangguan, ujian, cobaan, yang menuntut pengorbanan harta benda dan
jiwa yang berharga bagi mereka Qordhowi, 2003 : 20).
Dapat diketahui bahwa untuk mengetahui kadar keiman seseorang
kepada Allah, maka Allah akan selalu mengujinya sebab setiap orang pasti
tidak akan bisa terlepas dari ujian baik yang menimpa diri mereka sendiri (
individu ) maupun yang menimpa pada sekelompok manusia atau bangsa.
Terhadap semua ujian itu hanya sabarlah yang memancarkan sinar yang
memelihara seorang muslim dari jatuh pada kebinasaan, dan terjaga dari
putus asa (Assukamdari, 2001 : 90).
Sudah menjadi realita dan menjadi sunnatullah, manusia selalu
berhadapan dengan lawan yang selalu melakukan tipu daya, merencanakan
kejahatan dan mencuri kesempatan untuk menimbulkan kerugian dan
bencana. Hal ini dapat dilihat secara historis perjalanan Nabi-nabi utusan
Allah dalam menyampaikan ayat-ayat-Nya ( kebenaran ) di muka bumi
ini, seperti, Allah menciptakan Iblis bagi Nabi Adam, Raja Namruz bagi
Nabi Ibrahim, Fir’aun bagi Nabi Musa, Abu Jahal dan kawan-kawannya
bagi Nabi Muhammad SAW.
Sinyalement ini dapat dilihat dalam salah satu Firman Allah SWT.
)31: الفرقان( وآذ لك جعلنا لكل نبي عد وا من المجرمين
Artinya : “Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi musuh dari orang-orang yang berdosa”. ( Q. S. Al Furqan : 31 )
Maka sabar bukanlah sekedar kebajikan tambahan atau pelengkap
tetapi sesuatu keharusan yang sangat dibutuhkan manusia dalam
28
meningkatkan aspek material maupun spiritulnya. Al Qur’ran sendiri
sangat memerhatikan sabar, karena ini merupakan sikap hidup yang harus
dimiliki bagi setiap mukmin untuk menunjukkan eksistensi dan ketahanan
diri dalam menghadapi cobaan. Bahkan menurut Ibnul Jauzy menghukumi
wajib dimiliki oleh setiap muslim (Jauzy, 1998 : 144).
Sabar sering juga dipahami sebagai tetap dan teguhnya dorongan
keagamaan dalam menghadapi dorongan hawa nafsu (Ad-Dimsyaqi, 1993
: 698 ). Dorongan keagamaan adalah sesuatu yang kepadanya manusia
ditunjukkan berupa ma’rifat atau pengetahuan dan pengenalan terhadap
Allah dan Rasul-Nya, dan ma’rifat terhadap semua kemaslahatan yang
berkaitan dengan akibat yang baik (di akhirat nanti). Yakni suatu sifat
yang membedakan antara manusia dan binatang dalam mematahkan
syahwat-syahwatnya.
Maka barang siapa tetap teguh memegangi dorongan keagamaan,
sehingga dapat menguasainya dan terus menerus memerangi dorongan-
dorongan syahwatnya ia termasuk dalam golongan orang-orang yang
sabar. Sedangkan bila ia merasa kalah dan lemah, sehingga tidak berdaya
oleh syahwatnya, sementara ia pun tidak sabar dan menolak mengusirnya,
maka ia termasuk dalam golongan pengikut syaitan.
Menurut Al-Ghazali sabar itu merupakan suatu maqam ( tingkat )
dari tingkat-tingkat agama, dari suatu kedudukan orang-orang yang
berjalan menuju kepada Allah SWT atau orang-orang Salihin. Semua
29
maqam-maqam agama itu tersusun dari tiga hal : ma’rifat, hal-ihwal dan
amal perbuatan (Al-Ghazali, 1982 : 273).
Ma’rifat merupakan pokok atau dasar yang akan mewariskan hal-
ihwal, dan Hal-ihwal itu akan membuahkan amal perbuatan. Ma’rifat itu
ibarat pohon, dan Hal-ihwal itu adalah seperti rantingnya dan amal
perbuatan itu adalah seperti buahnya. Dan ini terdapat pada semua
kedudukan ( tempat ) orang-orang yang berjalan kepada Allah. Maka sabar
pada hakekatnya adalah ibarat dari ma’rifat itu dan amal perbuatan adalah
seperti buah yang keluar dari ma’rifat. Bila dicermati dengan seksama
ternyata sabar hanyalah karakter yang hanya dimiliki manusia.
Hewan atau binatang hanya dikuasai oleh dorongan-dorongan
nafsu birahi, sedangkan para malaikat tidaklah dikuasai oleh hawa nafsu.
Mereka semata-mata diarahkan pada kerinduan untuk menelusuri
keindahan hadirat ketuhanan dan dorongan kearah derajat kedekatan
kepada-Nya. Mereka bertashbih mensucikan Allah SWT sepanjang siang
dan malam tiada henti. Pada diri mereka ( malaikat ) tidak ada dorongan-
dorongan nafsu yang mengarah pada kemaksiatan dan pendurhakaan
terhadap kehendak Tuhannya (Al-Ghazali, 1988 : 236 ).
Sementara pada diri manusia cenderung dikendalikan oleh dua
kekuatan ( potensi ) yang saling mempengaruhi ( menyerang ) dan berebut
untuk menguasainya. Yang pertama, adalah potensi yang berasal dari
Allah dan Malaikat-Nya. Yang berupa akal pikiran berikut seluruh
instrumennya. Yang kedua, dari potensi yang mengarah pada
30
pengingkaran serta kontra dengan potensi yang pertama inilah pengaruh
dari syeitan yang berupa hawa nafsu dan seluruh instrumennya.
Potensi ketuhanan yang berupa unsur pendorong agama dan akal
selalu memerangi pasukan setan dengan berbagai daya upaya
menjerumuskan manusia kelembah kemaksiatan dan kehinaan. Jika
dorongan agama lebih kuat dalam menghadapi pendorong hawa nafsu
hingga dapat mengalahkannya, maka berarti telah mencapai tingkatan
(maqam) sabar.
Dari hakekat sabar yang dikemukakan di atas jelas pula bahwa
sabar itu bukan berarti mengedepakan seluruh keinginan sampai
terlupakan ‘di bawah sadar’, sehingga daat menimbulkan kompleks-
kompleks kejiwaan. Akan tetapi adalah mengendalikan keinginan-
keinginan yang dapat menjadi hambatan bagi pencapaian suatu yang
luhur/baik dan atau mendorong jiwa pelakunya mencapai cita-cita yang
didambakannya.
2.1.3. Macam-macam Sabar
Manusia yang bernyawa pasti akan menerima ujian dan cobaan
dari allah SWT. Dan diantara manusia yang satu dengan yang lainnya pasti
merasakan ujian atau cobaan yang berbeda baik dari segi kadar maupun
jenis cobaannya. Secara rinci sabar dapat digolongkan menjadi tiga
macam, antara lain:
31
a. Sabar terhadap Perintah Allah
Manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Allah, tunduk
dan patuh serta ta’at kepada perintah-Nya. Sebagai hamba
manusia berarti harus menyerahkan seganap jiwa dan raganya
kepada kehendak Allah, tiada pilihan lain kecuali ketaatan dan
kepatuhan. Untuk mencapai ketaatan dan kepatuhan tersebut,
manusia harus terus menerus menyadari dirinya dan
kedudukannya sebagai makhluk Allah. Ini merupakan upaya
untuk mencapai kesabaran, yakni penerimaan dengan sepenuh hati
terhadap perintah-Nya.
Sabar dalam menjalankan perintah Allah maksudnya
adalah seseorang dalam mengabdi dan menjalankan segla aktifitas
ibadah dan tidak pernah merasa berat maupun bosan (Assukandari,
2001 : 26 ), karena Allah telah berjanji bahwa siapa bersabar
melaksanakan taat ia memperoleh enam ratus tingkat, diantara tiap
dua tingkatan adalah sejauh atara lapisan angit teratas dan lapisan
bumi yang ketujuh (Baihaqi, 1887 : 284). Maka oleh karena itu,
suatu ibadah itu membutuhakan kesabaran. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala :
وأ مرأهلك با الصلا ة وأصطبرعليها لا نسألك رزقا نحن نر زقك
.والعا قبة للتقوى
Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepada-Mu, kamilah yang
32
memberi rizki kepadamu. Dan akibat itu adalah bagi orang yang bertaqwa”. ( Q. S. Thaaha : 132. ).
b. Sabar terhadap Larangan Allah
Pembahasan kedua dari macam-macam sabar adalah sabar
terhadap larangan Allah, sabar tehadap larangan Allah dapat
mengedalikan hawa nafsu yang mendorong untuk melanggar
larangan. Nafsu sesuai dengan sifatnya kekuatan besar yang
mendorong manusia untuk bergerak mencari kenikmatan dan
kepuasan. Menurut Sigmund Freud diberi istilah Id yang selalu
dipengaruhi oleh libido seksual. Sabar disini mengendalikan dan
menekan perasaan dan keinginan ( negatif ). Sehingga dapat
menyikapi setiap larangan Allah sebagai sesuatu yang wajar.
Sebagaimana firman Allah :
وأ صبرنفسك مع الذ ين يدعو ن ربهم با لغداة والعشي يريدون
وجهه ولا تعد عيناك عنهم تريد زينة الحياة الد نيا ولا تطع من
.أغفلنا قلبه عن ذ آرنا واتبع هوه وآان أمره فرطا
)28:ألكهف (
Artinnya ; “Dan beersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orangyang menyeru tuhannya dipagi dan senja hari dengan mengharapkeridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari merekamengharapkan perhiasan dunia ini ; dan janganlah kamu mebngikuti orang yang hatinnya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serata menhurti hawa nafsunya dan adalah keadaanya itu melewati batas”. (QS. Al Kahfi : 28.)
33
c. Sabar dalam Menerima Cobaan atau Musibah
Dalam kehidupan sehari-hari, musibah yang diterima
seseorang merupakan sunnatullah, karena ia merupakan
konsekuensi dari kehidupan dunia, baik musibah yang disebabkan
oleh alam, maupun musibah karena kelalaian manusia itu sendiri.
Karena relitas hidup ini pada hakekatnya adalah ujuan atau cobaan
(Syukur, 2001: 187 ). Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
لتبلون فى أموالكم ولتسمعن رمن الذ ين أوتوالكتاب من قبلكم
ومن الذ ين أشرآوا أذى آثيرا وإن تصبرو وتتقوا فإن ذ لك من
) 186:ال عمران ( عز ما لامو رز
Artinnya : “ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebalum kamu dan dari oraang-orang yang mempersekutukan Allah,gangguan yang banyak yang menyakitkan hati, jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. (QS. Ali Imran : 186)
Sabar sebagai suatu sikap jiwa yang ditampilkan dengan
penerimaan terhadap sesuatu baik berkenaan dengan penerimaan tugas
dalam bentuk suruhan dan larangan maupun bentuk penerimaan terhadap
perlakuan orang lain, serta sikap mental yang kuat dan tangguh dalam
menghadapi musibah.
Melihat makna sabar diatas dapat dipahami bahwa sabar pada
hakikatnya adalah pengendalian terhadap nafsu yang ada pada diri setiap
34
orang. Sehingga akan melahirkan perilaku dan sikap yang mantap, optimis
dan bertanggung jawab yang mendorongnya untuk tunduk dan patuh pada
Dzat Yang Maha Kuasa, menghindari diri dari egoisme dan takabur yang
merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan kualitas yang rendah
dari seorang makhluk yang lemah yang ditugaskan untuk menjadi khilafah
di muka bumi (Nurdin, 1995: 244).
2.1.4 Sabar Kunci Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional ditandai oleh ciri-ciri seperti : kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan
kemampuan berfikir, berempati dan berdo’a.
Kehidupan emosional merupakan wilayah yang sama pastinya
dengan matematika atau kemampuan membaca, dapat ditangani dengan
ketrampilan yang lebih tinggi atau lebih rendah dan membutuhkan
seperangkat keahlian tersendiri. Salovey membagi kecerdasan emosional
menjadi lima wilayah utama yaitu : mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri srndiri, mengenali emosi orang lain dan membina
hubungan (Anwar, 2005: 158).
1. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri berarti memiliki kesadaran diri
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi, kemampuan untuk
memantau perasaan dari waktu kewaktu merupakan hal yang penting
35
bagi wawasan psikologi dam pemahaman diri. Ketidakmampuan
untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita
berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan
yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi
kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan
perasaan mereka yang sesungguhnya dalam mengambil keputusan
masalah pribadi.
Kesadaran diri berarti waspada baik suasana hati maupun
pikiran kita tentang suasana hati. Kesadaran diri dapat menjadi
pemerhati yang tak reaktif, tak menghakimi keadaan-keadaan batin.
Kesadaran diri mempunyai pengaruh yang lebih besar akan perasaan
yang bersifat menentang (Anwar, 2002 :158)
2. Mengelola Emosi
Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan pas dan
tepat adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri.
Mengelola emosi merupakan keterampilan emosional dasar yang
mencakup menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan
dan ketersinggungan.
Orang yang tidak menguasai keterampilan mengelola emosi
akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara
mereka yang pandai dapat kembali jauh lebih cepat dari kemerosotan
dan stres. Menjaga agar emosi yang merisaukan merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi dan ketenangan jiwa. Emosi yang
36
berlebihan dengan intensitas yang terlampau tinggi atau waktu yang
terlampau lama akan mengoyak kesetabilan seseorang (Anwar, 2002:
159).
3. Memotivasi Diri Sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal
yang sangat penting dalam kaitan untuk memberikan perhatian, untuk
memotivasi diri sendiri dan untuk berkreasi. Mengendalikan diri (
emosi ) adalah landasan keberhasilan seseorang. Orang-orang yang
memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif
dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
Dalam pandangan Goleman orang yang sabar itu adalah orang
yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Berdasarkan hasil-
hasil penelitiannya selama sepuluh tahun, dia dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa orang yasng ber EQ tinggi cenderung lebih berhasil
secara finansial, lebih bahagia dalam interpersonal, lebih sehat secara
fisik dan mental dan lebih kreatif dalm menyelesaikan segala macam
persoalan (Anwar 2002, 118 ).
Sabar juga diartikan sebagai keteguhan dalam memegang
tuntutan syara’ ( syariat ) dan meninggalkan desakan hawa, maka
sebagai kunci dari kecerdasan emosional ( Emotional Intelligence )
pada seseorang yang sabar dapat dikembangkan dengan beberapa
tindakan sebagai berikut :
37
a. Musyarathah
Yaitu seseorang berjanji pada dirinya sendiri untuk
membiasakan perbuatan baik atau menghindarkan perbuatan
buruk. Kita membuat daftar cek tentang hal-hal buruk yang ingin
kita hilangkan atau hal-hal baik yang ingin kita lakukan. Lalu satu
demi satu kita lakukan dengan musyarathah.
b. Muraqabah
Kita memonitor reaksi dan prilaku kita sepanjang hari
ketika berhadapan dengan situasi yang menuntut kita untuk sabar.
c. Muhasabah
Kita melakukan perhitungan baik dan buruk yang sudah
kita lakukan, bila kita lebih banyak melakukan kebaikan, kita
berusaha untuk mempertahankan pada hari berikutnya.
d. Mu’atabah dan mu’aqabah
Bila kita melakukan keburukan, kita harus mengecam diri
kita, mempersoalkannya dan kemudian menghukumnya, kita
menjadi hakim sekaligus terdakwa.
Sabar juga merupakan faktor signifikan yang memiliki keserupaan
dengan karakter aktualisasi diri (Muhammad, 2002; 80). Seseorang yang
sabar akan senantiasa konsisten terhadap kecenderungan dasarnya yaitu
kebenaran. Segala sesuatu yang terjadi yang menimpa dirinya akan
diterima secara apa adanya, wajar, senang hati dan tidak ngoyo. Sehingga
ia akan senantiasa akan merasa tenang, tentram dan bahagia, meskipun
38
hidup dalam kondisi pas-pasan. Kebaikan dan keburukan yang menimpa
diterima sebagai wujud kecintaan Tuhan pada dirinya. Semua dihadapi
dengan sabar dan bahagia yang tak terhingga.
Karakter serupa juga terdapat pada seseorang yang
mengaktualisasikan dirinya, dimana mereka menerima diri sendiri dan
kodrat secara apa adanya dan dengan penuh rasa optimis. Segala apa yang
ada dalam dirinya, seperti makanan yang ia makan, pakaian yang ia
kenakan, bebauan yang dicium, dan lain-lain dirasakan dengan penuh
kegembiraan dan rasa percaya diri. Meskipun sederhana atau bahkan
buruk atau tidak enak bila dirasakan oleh orang kebanyakan.
Secara khusus sabar juga mengandung arti sikap konsisten untuk
senantiasa menentukan pilihan maju ( progression choise ) dan senantiasa
menghindarkan diri dari pilihan-pilihan mundur ( regression choise ).
Agar manusia senantiasa menempatkan akal sebagai dorongan yang
mendominasi kehendak dan prilakunya, maka diperlukan kesabaran
(Muhammad, 2002: 42).
Dengan kata lain, kesabaran adalah kendaraan bagi orang-orang
yang menghendaki kebaikan. Sahabat Ali r.a. mengatakan : Allah
menyayangi seseorang yang menggunakan kesabaran sebagai kendaraan.
Artinya jika seseorang menghendaki perjalanannya sampai ke tujuan,
yakni Allah SWT maka maka diperlukan kesabaran sebagai alatnya
(Muhammad, 2002: 42). Menurut Toto Tasmaran sabar adalah sikap yang
istikomah yang mengandung empat unsur: commitment, consequences,
39
consistence, and continous (Tasmara, 2001: 29). Sabar juga berarti tetap
teguh dan konsisten dalam jalan yang mereka tempuh ( kebenaran ). Disisi
lain sabar berkaitan pula dengan masa depan sebagaimana firman Allah:
فا صبر إن وعد االله حق واستغفر لذ نبك وسبح بحمد ربك بالعشي
)55: المؤ منون . ( والابكا ر
Artinya: Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamudan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Al Mu’minun: 55 ).
Dalam wacana pengembangan diri, sabar dapat disetarakan dengan
kecerdasan emosional atau emotional intelligence yaitu kemampuan untuk
mengendalikan diri dalam menghadapi tekanan atau stressor. Daniel
Goleman telah mengulas masalah emosional intelegence secara panjang
lebar dan mampumenjadi trenddari wacana baru psikologi abad ini.
Menurutnya orang yang berhasil, bukan ditentukan oleh kecerdasannya
saja secara akademik dengan mengukur IQ yang tinggi, tetapi mereka
yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggimemiliki prosentase
besar untuk menggapai kesuksesan. Hal ini terjadi karena orang sabar akan
mampu mengendalikan diri dan selalu siap dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepada dirinya.
2.2. Konsep Stres
2.2.1. Pengertian Stres
Moderenitas serta maraknya isu liberalisasi dan globalisasi
akan menuntut setiap individu untuk mengikuti mainstrem dunia
40
yaitu kapitalisme. Hal ini terjadi karena moderenisasi,
industrialisasi dan penggunaan teknologi dijadikan sebagai standar
agar orang disebut sebagai manusia modern.
Banyak orang yang terpaku dengan moderenisasi, mereka
menyangka bahwa monderenisasi serta merta akan membawa pada
kesejahteraan. Namun mereka lupa dibalik moderenisasi yang
serba gemerlap memukau itu ada gejala yang dinamakan azab
kesengsaraan akibat modernisasi (Hawari, 1997: 3).
Dengan kebutuhan yang berkembang semakin kompleks,
orang akan semakin mendapat tantangan yang sangat besar untuk
memenuhi kebutuhan fisik maupun psikis. Dengan banyaknya
kebutuhan manusia di tengah perkembangan dan perubahn zaman
yang sangat cepat ini, hampir semua orang terancam dengan stres.
Secara umum penyebab stres berasal dari daslam dan dari luar diri
yaitu faktor lingkungan. Stres merupakan fenomena yang sangat
kompleks dan unik sehingga banyak pakar berbeda-beda dalam
memberikan devinisi tentang stres.
Ada orang yang mempunyai kemampuan mengendalikan
beban kerja mereka sendiri dan menangani frustasi tanpa
menimbulkan marah, gelisah dan depresi, namun ada pula yang
sebaliknya. Karena setiap individu mempunyai prilaku yang
berbeda-beda, maka untuk mempelajari bagaimana sebenarnya
stres itu bekerja, akan penulis utarakan pada paparan berikut ini.
41
Menurut Djalaluddin Ancok sebagaiman disampaikannya
dalam buku yang disusunnya dengan Fuad Anshori, stres adalah
gangguan jiwa yang disebabkan oleh karena ketidak mampuan
manusia untuk mengatasi konflik dalam diri, tidak terpenuhinya
kebutuhan hidup, perasaan kurang diperhatikan ( kurang dicintai )
dan perasan rendah diri (Ancok, 1995: 93). Dalam Kamus Filsafat
dan Psikologi, karya Sudarsono disebutkan bahwa stres adalah
ketegangan, tekanan, konflik, suatu rangsangan yang menegangkan
psikologi maupun fisiologi dari suatu organisme; atau tekanan-
tekanan fisik dan psikis yang menekan organ tubuh dan atau diri
sendiri; atau suatu keadaan ketegangan psikologis karena adanya
anggapan ketakutan atau kecemasan (Sudarsono, 1993: 247).
Istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan
satu dengan lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang
menimpa pada diri manusia ( disebut stresor psikososial ) dapat
mengakibatkan gangguan fungsi atau faal organ tubuh. Reaksi
tubuh ( fisik ) ini dinamakan stres; dan manakal fungis organ tubuh
tubuh itu sampai terganggu dinamakan distres (Hawari, 1997: 44).
Sedangkan depresi adalah reaksi kejiwaan seseorang terhadap
stresor yang dialaminya. Oleh karena dalam diri seseorang itu
antara fisik dan psikis ( kejiwaan ) itu tidak daat dipisahkan satu
dengan yang lainnya atau saling mempengaruhi, maka istilah stres
dan depresi dalam penelitian ini dianggap sebagai suatu kesatuan.
42
Hans Selve, seorang ahli fisiologi dan tokoh di bidang stres
yang terkemuka dari Universitas Montreal, merumuskan stres
sebagai berikut: Stres adalah tanggaan tubuh yang sifatnya non-
spesifik terhadap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap
tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan distres. Tubuh akan
berusaha menyelaraskan rangansangan atau stres itu dalam bentuk
penyesuaian diri. Dalam banyak hal manusia akan cukup cepat
untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres.
Manusia mempunyai suplai yang baik dari energi penyesuaian diri
untuk di pakai dan di isi kembali bila mana perlu (Alkaf, 2003: 11).
Selain depresi, ada pula reaksi kejiwaan yang lain yang erat
hubungannya dengan stres, yaitu rasa cemas (anxiety). Kecemasan
dan depresi merupakan dua jenis gangguan kejiwaan yang satu
dangan lainnya saling berkaitan. Seorang yang mengalami depresi
seringkali ada komponen rasa kecemasan, demikian pula
sebaliknya (Alkaf, 2003: 11). Kecemasan merupakan suatu
karakter dasar manusia, kecemasan adalah reaksi terhadap
ancaman. Dan merupakan akibat suatu kesadaran atas tangung
jawab untuk memilih (Corey, 1997: 76). Ia menyerang inti
keberadaan.
Berkaitan dengan pengkajian tentang stres ini, Achdiat
Agoes dalam bukunya yang disusun bersama Kusnadi dan Siti
Candra mengidentifikasi beberapa definisi stres antara lain:
43
Schuler menyatakan Stres adalah kondisi dinamik dimana
individu dikonfrontir dengan kesempatan, pembatas atau tuntutan
yang berhubungan dengan apa yang diinginkan dan untuk mana
hasilnya dirasakan menjadi tidak menentu serta penting.
Stres adalah interaksi antara individu dan lingkungan yang
ditandai dengan ketegangan emosional dengan berpengaruh
terhadap kondisi mental dan pisik seseorang, (Harvey and Bowin,
1995 : 313 ).
Stres didefinisikan sebagi ketidak seimbangan antar
tuntutan dan kemamuan respon dibawah suatu kondisi di mana
kegagalan sejalan dengan tuntutan yang mempunyai konsekuensi
penting, ( Grath, 1970 : 20).
Stres adalah munculnya reaksi psikologis yang membuat
orang merasa tegang atau cemas sebab orang tersebut merasa tidak
mamu mengatasi atau meraih tuntutan atau keinginannya. (Gray
and smaelzer, 1990 : 636). Serta J.P. Chaplin, dalam Kamus
Lengkap Psikologi, mengertikan stres sebagai suatu kadaan
tertekan baiksecara fisik maupun psikis (Chaplin, 2003: 489 ).
Selain itu menurut istilah stres yang sering disebutnya
dengan gangguan jiwa merupakan suatu kesulitan yang dihadapi
oleh seseorang yang diakibatkan karena terdapat kesulitan dalam
berhubungannya dengan orang lain, yang disebabkan oleh
44
persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya
sendiri yang salah.
M. Shaleh dalam buku “ Tahajjud, Manfaat Praktis ditinjau
dari Ilmu Kedokteran” menyatakan tiga hakekat stres antara lain:
1. Stres sebagi Stimulus
2. Stres Sebagai Respon
3. Stres Sebagai Interaksi antara Individu dengan Lingkungan
2.2.2. Penyebab Stres
Pada hakekatnya stres adalah penyalit jiwa yang lebih luas disebut
sebagai gangguan pada hati manusia, yang disebabkan oleh adanya
masalah yang belum dapat diselesaikan. Masalah yang muncul
seringkali disebabkan oleh adanya kesalahan diri atau kesalahan
lingkungan yang mempengaruhi diri sendiri. Kesalahan lingkungan ada
yang dapat dikendalikan dan ada pula yang tidak dapat dikendalikan.
Kesalahan lingkungan yang tidak dapat dikendalikan tidak akan mudah
diselesaikan, dan untuk menyelesaikannya diperlukan kerjasama dengan
banyak pihak yang mempunyai perasaan, harapan, solusi dan sudut
pandng yang sama, dan hal ini cukup berat untuk disatukan.
Manusia, baik sebagi individu, sebagai bagian dari kelompok,
sebagai bagian dari masyarakat, bangsa dan negara, pasti akan
melakukan interaksi, baik antar sesama maupun dengan lingkungan. Di
dalam melakukan interaksi, banyak sekali yang diharapkan dan yang
45
dicita-citakan oleh manusia, akan tetapi segala impian, dan opsesi setiap
manusia tidak selamanya terlaksana.
Di dalam hidupnya manusia tidak dapat terhindar dari masalah,
mulai dari masalah yang sangat ringan sampai pada tataran yang sangat
berat dan sangat rumit. Segala permasalahan yang dihadapi manusia
sudah direncanakan oleh yang menguasai Alam ini. Bila tidak siap,
terkadang orang dengan permasalahan-permasalahan tersebut dapat
terjerumus pada prilaku-prilaku yang melanggar etika dan moral.
Secara psikologis seseorang yang banyak melakukan dosa atau
pelanggaran etika dan moral akan merasa dihantui oleh perasaan cemas
dan takut, yang dalam istilah psikoanalisis dikenal dengan moral anxiety
(kecemasan moral ). Bila ini terus berlamjut orang akan mengalami
stres. Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stresor.
Penyebab stres astau stresor menurut Rahim Salaby dalam bukunya
Mengatasi Kegoncangan Jiwa dinyatakan bahwa faktor penyebab stres
atau kegoncangan jiwa dapat dikelompokan kedalam dua kategori yaitu:
pertama sebab dari dalam dan kedua sebab dari luar.
a. Stres dari Dalam
Penyebab stres dari dalam artinya segala sesuatu yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang mampu memicu
muncul dan berkembangnya stress, hal ini bisa berasal dari faktor
fisik maupun psikis. Dalam Al-Qur’an telah disebutkan beberapa
penyebab stres seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
46
kekurangan sesuatu dari diri (cacat tubuh), azab sengsara dan
sebagainya.
Para ahli konseling atau ilmu jiwa berbeda pendapat tetang
sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa yang dalam konteks
penelitian ini penulis relevansikan dengan penyebab terjadinya stres.
Menurut pendapat Sigmund Freud, stres atau gangguan kejiwaan
lainnya terjadi karena tidak dapat didamaikannya tuntutan Id (
dorongan instinktif yang sifatnya seksual ) dengan tuntutan Super
Ego ( tuntutan norma sosial ) (Ancok, 1995: 91-92).
Orang ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan
kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan mendapat celaan
masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan diri
dan tuntutan masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang pada
gangguan jiwa. Ahli lain Henry A. Murray berpendapat terrjadinya
stres dikarenakan orang tidak dapat memuaskan macam-macam
kebutuhan jiwa mereka. Muray menyatakan ada 20 jenis
pengelompokan kebutuhan manusia. Beberapa contoh dari
kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut: pertama, kebutuhan
untuk afiliasi, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan diterima oleh
orang lain dam kelompok. Kedua, kebutuhan untuk otonomi, yaitu
ingin bebas dari pengaturan orang lain. Ketiga, kebutuhan untuk
berprestasi, yang muncul dalam keinginan untuk sukses
mengerjakan sesuatu, dan lain-lain.
47
Ahli yang sejalan dengan Murray, yang teorinya muncul
belakangan, adalah Abraham Maslow. Menurut Maslow , apabila
manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia kan
mengalami stres ( gangguan jiwa ). Ada lima kebutuhan yang
dikemukakan oleh Maslow, dan kebutuhan-kebutuhan tersebut
bertingkat-tingkat menurut hirarki tertentu. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut mulai dari tingkatan yang paling dasar sampai tingkatan
yang paling tinggi adalah sebagai berikut:
Pertama, kebutuhan fisiologi. Kebutuhan ini adalah
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap manusia untuk
hidup. Makan, minum, dan istirahat adalah contoh-contoh dari
kebutuhan dasar ini. Orang tidak akan memikirkan kebutuhan
lainnya sebelum kebutuhan dasar ini terpenuhi. Orang tidak akan
tertarik mengerjakan sesuatu yang lain bila masalah makan dan
minum ini belum terpecahkan.
Kedua, kebutuhan akan rasa aman ( safety ). Setelah orang
dapat memenuhi kebutuhan akan makan, minum, dan istirahat,
selanjutnya berkembang keinginan untuk memperoleh rasa aman.
Orang ingin bebas dari rasa takut dan kecemasan. Manifestasi dari
kebutuhan ini antara lain adalah perlunya tempat tinggal yang
permanen, pekerjaan yang permanen. Bila kebutuhan ini sudah
terpenuhi selanjutnya akan muncul kebutuhan lainnya.
48
Ketiga, Kebutuhan akan rasa kasih sayang. Perasaan
memilki dan dimiliki oleh orang lain atau oleh kelompok
masyarakat adalah sesuatu yang ditumbuhkan oleh setiap manusia
(Bastaman, 1996: 14). Kebutuhan akan terpenuhi bila ada saling
perhatian, saling kunjung mengunjungi antara masyarakat.
Keintiman di dalam pergaulan hidup sesama anggota masyarakat
adalah sesuatu yang menyuburkan terpenuhinya kebutuhan ini.
Keempat, kebutuhan akan harga diri, bila kebutuhan
ditingkat ketiga telah terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan akan
harga diri. Pada tingkat ini orang ingin dihargai dirinya sebagai
manusia, sebagai warga negara.
Kelima, kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan pada
tingkat ini adalah kebutuhan yang paling tinggi, menurut teori
Maslow. Pada tingkat ini manusia ingin berbuat sesuatu yang
semata-mata karena ia ingin berbuat sesuatu yang merupakan
keinginan diri dalam dirinya.Dia tidak lagi menuntut penghargaan
orang lain atas apa yang diperbuatnya. Sesuatu yang ingin dia kejar
didalam kebutuhan tingkat ini anatara lain adalah keindahan,
kesempurnaan, keadilan, dan kebermaknaan. Ketidak berhasilan
dalam menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya
menimbulkan semacam frustasi yang disebut existensial frustation
dan kehampaan yang disebut exsistensial vacuum,(Bastaman, 1996:
26 ) yang semuanya itu akan mengarah pada pemicu stres.
49
Selain pendapat yang dikemukakan diatas, ada lagi
pendapat yang dikemukakan oleh Alferd Adler. Menurut Adler,
terjadinya gangguan jiwa ( stres ) disebabkan oleh tekanan dari
perasaan rendah diri ( inferiority complex ) yang berlebihan. Sebab-
sebab timbulnya rasa rendah diri adalah kegagalan didalam
mencapai superioritas di dalam hidup. Kegagalan-kegagalan yang
terus menerus ini akan menyebabkan kecemasan dan ketegangan
emosi yang di sebut stres, (Bastaman, 1996: 26).
Penyebab atau pemicu stres secara tak langsung ini sering
secara tanpa sengaja dilakukan oleh seseorang. Mengenal pemicu
stres secara tak langsung akan memberikan landasan mental yang
sehat bagi seseorang agar tindakan yang dilakukan tidak berakibat
negatif bagi dirinya. Achdiat Agoes dan kawan-kawan mengatakan
seperti yang ada dalam buku: Teori dan Menejemen Stres (
kontemporer dan Islam ) bahwa pemicu stres secara tidak langsung
adalah karena dalam diri seseorang telah tertanam sifat-sifat negatif
sebagai berikut:
1. Iri Hati
Akhlak yang sangat dicela dalam pandangan Islam adalah
iri hati karena sifat ini selain dapat merugikan diri sendiri juga
dapat merugikan orang lain (Ahmad, 1995: 7). Secara psikologis
sifat iri hati dapat menyebabkan stres karena iri hati adalah
perasaan seseorang yang mudah tergiur atau mempunyai
50
keinginan keras untuk memperoleh nikmat sebagaimana yang
diperoleh orang lain (Agoes, 2003: 43). Orang yang iri hati
senantiasa mempunyai perasaan kurang puas dan senantiasa ingin
memperoleh nikmat yang diperoleh orang lain. Apalagi nikmat
yang diperoleh orang lain tersebut lebih besar dibandingkan
dengan apa yang diperoleh oleh dirinya.
Dalam buku Delapan Langkah Mencegah Dan
Menyembuhksn Stres, dijelaskan minimal ada lima malapetaka
yang ditimbulkan oleh iri hati, kerugian-kerugian tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Hati selalu kacau
b. Senantiasa ditimpa bencana hidup
c. Selalu mendapat keburukan
d. Mendapat kemarahan Tuhan
e. Hati tertutup dari kebenaran (Ahmad, 1995: 8).
2. Dengki
Sifat dengki adalah perasaan seseorang yang tidak senang
dengan orang lain apalagi jika orang tersebut memperoleh nikmat
yang sepadan atau lebih besr dari dirinya, dia selalu menginginkan
orang lain hidup menderita.
Orang dengki ini selalu mencari kelemahan atau kesalahan
orang lain untuk dijatuhkan, orang yang dengki sering kali
mengalami stres, karena hatinya tidak akan senang kepada orang
51
lain yang dibencinya apalagi jika orang yang dibenci tersebut
mendapat nikmat (Agoes, 2003: 43 ).
3. Amarah
Orang yang sedang marah akan menyebabkan tekanan
darah tingginya meningkat, tekanan darah tinggi yang meningkat
akan membuat mudah terkena penyakit stres, gangguan syaraf
bahkan stroke. Tekanan darah yang terus meningkat akan
membahayakan kesehatan seseorang, marah merupakan pemicu
langsung penyakit stres (Agoes, 2003: 44).
b. Stres Dari Luar
Penyebab stres yang berasal dari luar maksudnya adalah hal-
hal yang memicu timbulnya stres karena pengaruh dari luar individu
yang terkena stres. Dadang Hawari, memberikan rincian tentang
penyebab stres ( stresor psikososial ) sebagi berikut:
1. Perkawinan
Berbagai masalah perkawinan merupakan sumber stres
yang dialami oleh seseorang misalnya pertengkaran, perpisahan,
perceraian, kematian salah satu dari pasangan, ketidak-setiaan,
dan lain-lain. Stresor perkawinan ini dapat menyebabkan
seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
2. Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber stres yang
menduduki urutan kedua setelah perkawinan. Banyak orang yang
52
menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan,
misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi
jabatan, pensiun, kehilangan pekerjaan ( PHK ) dan lain-lain.
3. Problem Orang Tua
Permasalahan yang dihadai orang tua, misalnya tidak
punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit,
hubungan yang tidak baik dengan dengan mertua, ipar, besan,
dan lain-lain. Permasalahan tersebut di atas dapat menyebabkan
stres yang pada gilirannya sesorang dapat jatuh dalam depresi
dan kecemasan
4. Hubungan Interpersonal (Antar Pribadi )
Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan
dekat yang mengalami konflik, konflik dengan kekasih, atasan,
anak buah, dan lain-lain. Konflik hubungan, interpersonal ini
dapat merupakan sumber stres bagi seseorang, dan yang
bersangkutan dapat mengalami depresi dan kecemasan
karenanya.
5. Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan yang buruk, besar pengaruhnya bagi
kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat
tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan
(kriminalitas) dan lin-lain. Rasa tecekam dan tidak aman ini
53
amat menggangu ketenangan hidup sehingga tidak jarang orang
jatuh kedalam depresi dan kekecewaan.
6. Keuangan
Masalah keuangan ( kondisi sosial ekonomi ) yang tidak
sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pada
pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, sosial, warisan
dan lain-lain, problem keuangan amat berpengaruh pada
kesehatan jiwa seseorang dan sering kali masalah keuangan ini
merupakan faktor yang membuat seseorang jatuh dalam depresi
dan kecemasan.
7. Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum juga
menimbulkan stres.
8. Keluarga
Yang dimaksud disini ialah stres yang dialami seseorang
karena adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dari
faktor keluarga. Hal ini bisa terjadi pada orang tua, anak-anak
atau anggota keluarga lainnya, misalnya hubungan orang tua
yang tidak harmonis, komunikasi antara orang tua yang kurang
baik, atau bahkan adanya pihak ketiga dalam keluarga (Alkaf,
2003: 12-15).
54
2.2.3. Tahapan Gejala Stres
Stres tidak timbul secara mendadak, melainkan secara perlahan dan
bertahap. Banyak orang yang tidak mengetahui kapan mulainya timbul
stres itu, dan sering kali orang tidak menyadari dirinya sudah terjangkiti
stres. Namun dari hasil pengamatan para ahli jiwa, mereka membagi stres
itu ke dalam enam tahapan. Setiap tahapan memunyai gejala-gejala yang
dapat dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Hal ini sangat berguna bagi
seseorang yang ingin mengenali stres secar dini sebelum memeriksakan
diri ke dokter atau ahli jiwa.
Adapun tahapan-tahapan stres dengan beberapa gejalanya adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, seseorang belum merasakan sesuatu yang
menekan jiwanya. Meskipun demikian secara reflek, anggota
badannya sudah bereaksi menangkis tekanan, seperti menggaruk
kepala karena kesal, menggigit gerah karena geram, memegang kerah
baju atau menggigit-gigit kuku karena malu, batuk-batuk dan menari
tali pinggang sewaktu berpidato karena kehilangan bahan disebabkan
gugup dan sebagainya.
b. Tahap Motivasi
Tahap ini merpakan stres tingkat rendah, yang diiringi dengan
perasaan bergairah dan berkemampuan tinggi. Pada tahap ini,
menyelinap rasa kepuasan dan kemauan kerja yang besar sehingga
55
terwujudlah suatu pengalihan rasa goncang. Tahap motivasi ini masih
belum dirasakan pikiran bahwa ia sedang mengalami tekanan jiwa.
c. Tahap Pengalihan Perhatian.
Stres tingkat ini mulai dirasakan oleh seseorang yang
menyadari adanya tekanan dalam jiwanya dan ia mengalihkannya
pada bentuk tingkah laku baru, misalnya bernyanyi, merokok, malah
ada yang mengalihkannya pada perbuatan yang negatif, seperti
mabuk-mabukan dan marah-marah.
d. Tahap Kelelahan
Kelelahan yang sangat mengganggu mulai terasa ketika
bangun tidur siang hari dan menjelang sore. Otot-otot terasa sakit
terutama pada bagian belakang, kadar asam urat bertambah sehingga
perut penuh berisi angin, pencernakan terganggu dan jantung
berdenyut kencang, pikiran menjadi kacau, tidur tidak nyeyak malah
ada yang sulit tidur.
e. Tahap psikosomatik
Psikosomatik adalah merupakan istilah untuk jenis penyakit
yang disebabkan oleh gangguan atau tekanan jiwa. Biasanya tekanan
jiwa berupa duka nesta dapat menimbulkan rasa sakit pada peru-paru,
emosional dapat menimbulkan rasa sakit dilambung, ketakutan dapat
menimbulkan rasa sakit pada jantung, rasa benci bisa kontak ke dubur,
rasa malu menimbulkan gatal, kalau semua rasa ini dibiarkanakan
menjurus kepada penyakit TBC, Maag, Jantung, ambeiyen dan eksim.
56
f. Tahap Kelumpuhan.
Pada tahap ini seseorang mulai tidak mampu menanggapi
sesuatu karena pikirannya mulai lumpuh, sulit berkontraks, perasaan
resah sehingga jantungnya jadi berdebar tinggi. Jika keadaan ini
dibiarkan semakin parah akan membuatnya menjadi lumpuh.
g. Tahap Neurosa
Stres pada tahap ini mengalami goncangan jiwa yang sangat
tinggi dapat menimbulkan penyakit yang sangat berat, sehingga
menimbulkan kelainan saraf atau sakit kejiwaan. Adapun yang
termasuk tahap ini adalah sebagi berikut:
1. Neurosthenia.
Penyakit ini menimbulkan rasa payah bagi penderitanya,
perasaan tidak enak yang selalu menyelinap, mudah tersinggung
dan marah-marah, kesal, mengerutu, gelisah dan tak dapat tidur.
2. Hysteria.
Penyakit ini menyebabkan si penderita menjadi gugup
menggeletar dan kejang-kejang.
3. Amnesia.
Penderitanya mengalami hilang ingatan ia memang tidak
gila tetapi tidak tahu dirinya sedang dimana dan sedang
mengerjakan apa.
57
4. Psychastenia.
Pada tahap ini seseorang menunjukkan perbuatan abnormal
yang dipaksa oleh super egonya.
5. Psychopath.
Ini meruakan tekanan jiwa yang menimbulkan kelainan
tingkah laku. Pada tahap ini seseorang merasakan bahwa semua
pekerjaan yang dilakukannya tidak ada yang betul (Alkaf, 2003:
17-21).
2.2.4. Dampak Stres Bagi Kehiduan Manusia
Tingkat stres yang tinggi yang berkelamjutan mempunyai berbagai
dampak, baik secara fisik, psikis, maupun prilaku. Dampak stres dibagi
menjadi dua yaitu dampak yang bersifat positif dan dampak yang bersifat
negatif.
1. Dampak Positif Stres
Anggapan umum tentang stres adalah bahwa stres akan selalu
memberikan dampak negatif bagi seseorang. Namun dinyatakan
bahwa stres tidak selamanya akan memberikan dampak negatif kepada
seseorang, akan tetapi sebenarnya stres dapat merangsang seseorang
untuk mengetahui akan keberadaan dirinya, serta memahami bahwa
manusia itu adalah makhluk yang lemah (Tyrsr, 2000: 6).
2. Dampak Negatif Stres
Stres berasal dari interaksi antara situasi tertentu, kemampuan
respon, dengan reksi emosional yang berada pada diri individu. Oleh
58
karena itu, individu yang mengalami stres seringkali memberikan
respon yang tidak rasional terhadap sekelilingnya atau lingkunganya
(Makin, 1997: 9). Salah satu konsekuensi penyakit stres adalah
keadaan tak berdaya yang mengarah kepada keputus asaan dan
keterpurukan kesehatan pisik dan mental yang dapat menciptakan
gangguan kejiwaan yang lebih parah seperti psikosis maupun psikipst
serta dapat menimbulkan penyakit-penyakit tubuh seperti jantung,
stroke dan lain-lain (Agoes, 2003: 55-59).
2.3. Konsep Konseling Islam
2.3.1. Pengertian Konseling Islam
Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari istilah
Inggris guidance dan counseling. Dulu istilah counseling di Indonesiakan
menjadi penyuluhan. Akan tetapi, karena istilah penyuluhan banyak
digunakan di bidang-bidng lain, semisal dalam penyuluhan pertanian dan
penyuluhan keluarga berencana yang sama sekali bias substansi yang
dimaksud dengan counsling, maka agar tidak menimbulkan salah paham,
istilah counseling tersebut langsung diserap saja menjadi konseling
(Musnamar, 1992: 3).
Dalam kamus Inggris Counseling dikaitkan dengan kata Counsel
yang artinya adalah:
1. Nasehat ( to obtain counsel )
2. Anjuran ( to give counsel )
3. Pembicaraan ( to take counse l)
59
Dengan demikian konseling akan diartikan sebagai pemberian
bantuan, anjuran, dan pembicaran dengan pertukaran pikiran. Menurut
Hamdan Bakran Adz-Dzaky “konseling” adalah suatu aktivitas pemberian
nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk
pembicaraan yang komunikatif antar konselor dengan konseli ( klien ),
(Adz-Dzaky, 2002: 180).
Dalam hal ini konseling terjadi berawal dari pihak klien karena
ketidak tahuan atau kurangnya pengetahuan sehingga ia meminta kepada
konselor agar dapat memberikan bimbingan dengan metode-metode
psikologis dalam upaya:
a. Mengembangkan kualitas kepribadian yang tangguh.
b. Mengembangkan kualitas kesehatan mental.
c. Mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri
individu dan lingkungan.
d. Menanggulangai problema hidup dan kehidupan secara mandiri
(Adz-Dzaky, 2002; 180).
Dengan mencermati rumusan pengertian tentang konseling baik
dalam perpektif etimologis maupun terminologis, maka dalam Islam
aktifitas konseling akan lebih komprehensif. Karena ajaran Islam datang
kepermukaan bumi ini memiliki tujuan yang sangat prinsip dan mendasar,
yaitu membimbing, mengarahkan, menganjurkan kepada manusia menuju
jalan yang benar yaitu jalan Allah. Dengan jalan itulah manusia kan dapat
hidup bahagia didunia dan akhirat.
60
Sehingga dapat diambil rumusan bahwa konseling Islam adalah
suatu aktifitas meberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman pada
individu yang meminta bimbingan ( klien ) dalam hal ini, bagaimana
seharausnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikiran,
kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi
problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara
mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As Sunnah Rasulullah
SAW (Adz-Dzaky, 2002; 189). Dari rumusan tersebut maka karakteristik
konseling Islam yang sangat mendasar adalah sebagai berikut :
1. Berparadigma kepada wahyu dan keteladanan para Nabi, Rasul dan
ahli warisnya.
2. Hukum konselor memberikan konseling kepada klien dan klien yang
meminta bimbingan kepada konselor adalah wajib dan suatu keharusan
bahkan merupakan ibadah.
3. Sistem konseling Islam dimulai dengan memberikan pengarahan
kepada kesadaran nurani dengan membacakan ayat-ayat Allah setelah
itu baru melakukan proses terapi dengan membersihkan dan
mensucikan sebab-sebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan.
4. Konselor sejati dan utama adalah mereka yang dalam proses konseling
selalu dibawah bimbingan Allah dan Al-Qur’an.
Bimbingan dan konseling berkembang mengikuti perkembangan
tuntutan hidup manusia dalam masyarakat yang semakin meningkat
tuntutan hidupnya. Peningkatan tuntutan hidup manusia itu berdampak
61
pada kehidupan mental spiritual mereka yang semakin ruwet atau
kompleks, tidak sederhana dan tidak pula meredakan keresahan batin
bahkan sebaliknya akan makin meningkatkan ketegangan jiwa atau stres
individu dan sosial (Arifin, 1996: 1 ).
2.3.2. Asas atau Dasar Konseling Islam
Telah disebutkan dimuka bahwa landasan utama konseling Islam
adalah pada Al-Qur’an dan As Sunnah, ditambah dengan berbagai
landasan filosofis dan landasan keimanan. Berdasarkan landasaan-
landasan tersebut dalam buku : Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan
Konseling Islam. Asas bimbingan konseling Islam dapat dijabarkan
menjadi lima belas antara lain : Asas kebahagiayaan duni dan akhirat,
fitrah, lil lahi ta’ala, bimbingan seumur hidup, kesatuan jsamaniah dan
rohaniah, keseimbangan rohaniah, kemaujudan individu, sosialitas
manusia, kekhalifahan manusia, kasih sayang, saling menghargai dan
menghormati, musyawarah dan asas keahlian (Arifin, 1996: 1)
2.3.3. Fungsi dan Tujuan Konseling Islam
Fungsi konseling secara sederhana dapat digolongkan dalam tiga
fungsi antar lain:
a. Fungsi Remedial atau Rehabilitatif.
Secara historis konseling lebih banyak menekankan pada
fungsi remedial karena sangat dipengaruhi oleh psikologis klinis dan
psikiatri. Peranan remedial berfokus pada masalah: (a). Penyesuaian
62
diri, (b) Menyembuhkan masalah psikologis yang dihadai, (c).
Mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan
emosional.
b. Fungsi Edukatif
Fungsi ini berfokus pada masalah, pertama, membantu
meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dalam kehidupan. Kedua,
mengidentifikasi dan memecahklan masalah-masalah hidup. Ketiga,
membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam
kehidupan. Keempat, untuk keperlun jangka pendek konselor,
membantu individu-individu menjelaskan nilai-nilai ( moral, agama,
etika dan susila ) menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan,
meningkatkan ketrampilan komunikasi antar pribadi dan mutuskan
artah hidup
c. Fungsi Preventif (Pencegahan)
Fungsi ini membentuk individu agar dapat berupaya aktif
untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah
kejiwaan karena kurangnyna perhatian. Upaya preventif meliputi
pengembangan strategi dan program-program yang dapat digunakan
untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakan resiko-resiko hidup
yang tidak perlu terjadi. Fungsi utama konseling dalam Islam yang
hubungannyna dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan
masalah-masalah spiritual (keyakinan). Islam meberikan bimbingan
kepada individu agar dapat kembali kepada Al-Qur’an dan As Sunnah.
63
Fungsi konseling dalam Islam tidak hanya memberikan
bantuan atau mengandalkan perbaikan, penyembuhan, pencegahan
demi keharmonisan hidup dan kehidupan lahiriyyah tetapi juga
batiniah. Secara khusus fungsi konseling Islam adalah :
1. Memberika bimbingan kepada individu agara dapat kembali
kepada bimbingan Al-Qur’an dan As Sunnah.
2. Memberika kepada penyembuhan terhadap gangguan mental
berupa sikap dan cara berfikir yang salah dalam mengahadapi
problema hidup, disini fungsi konseling Islam untuk mengarahkan
individu agar dapat mengerti apa arti ujian dan musibah dalam
hidup.
3. Fungsi pendidikan dan pengembangan dengan menanamkan nilai-
nilai wahyu dan metode filosofis. Dengan harapan setalah
memahami wahyu sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang
hidup, maka individu akan memperoleh wacana-wacana Illahiah
tentang bagaiman masalah-masalahnya, kecemasan-kecemasan
dan kegelilsahaan, melakuakan komunikasi yang baik secara
fertikal dan horiosontal (Adz-Dzaky, 2002: 218-219). Adapun
tujuan konseling Islam adalah :
1. Untuk menghasilakan suatau perubahan, perbaikan, kesehatan
dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak
dan damai ( Muthmainnah ), bersikap lapang dada ( radhiyah )
64
dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya
(mardhiyah).
2. Untuk menghasikan suatu perbuatan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri
sendiri dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilakan kecerdasan emosional (emotional
intelegen) pada individu sehingga muncul dan berkembang
rasa toleransi, setia kawan, tolong menolong, dan kasih
sayang.
4. Untuk menghasilakan kecerdasan sepiritual pada diri individu.
5. Untuk menghasilkan potensi Illahiyah, sehingga dengan
potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai
khalifah dengan baik dan benar (Adz-Dzaky, 2002: 221).
Oleh karena itu penelitian ini sengaja ditulis agar minimal dapat
untuk mengarahkan individu agar dapat mengerti dan memahami substansi
ajaran Islam tentang sabar dalam upaya pencegahan stres.