26
II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori-Teori Belajar Anak Usia Dini merupakan individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Proses perkembangan yang dialami anak dipengaruhi beberapa faktor yang akan menstimulasi perkembangan anak, melalui dari perkembangan moral agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan seni yang saling berkaitan. 1. Teori Behaviorisme Watson, Thorndike, dan Skinner adalah para ahli yang terkenal dan menganut teori behaviorisme. Menurut Yuliani (2013: 55) masing-masing ahli yang menganut teori ini percaya bahwa perilaku dapat dibentuk dengan memberikan jawaban dalam bentuk kata-kata ataupun tindakan tertentu. Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa

II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/16396/17/BAB II.pdfProses perkembangan yang dialami ... kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan seni yang

Embed Size (px)

Citation preview

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori-Teori Belajar

Anak Usia Dini merupakan individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Proses perkembangan yang dialami anak dipengaruhi beberapa

faktor yang akan menstimulasi perkembangan anak, melalui dari perkembangan

moral agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan seni yang

saling berkaitan.

1. Teori Behaviorisme

Watson, Thorndike, dan Skinner adalah para ahli yang terkenal dan menganut

teori behaviorisme. Menurut Yuliani (2013: 55) masing-masing ahli yang

menganut teori ini percaya bahwa perilaku dapat dibentuk dengan memberikan

jawaban dalam bentuk kata-kata ataupun tindakan tertentu. Teori belajar

behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner

tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Behaviorisme

merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.

Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan

mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak

mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu

belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa

8

sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih

dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil

belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh

lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau

jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui

bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

Jadi belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi

antara stimulus dan respon atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang

dialami oleh anak dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara

yang baru dan perubahan tingkah laku merupakan hasil dari pengalamannya.

2. Teori Konstruktivisme

Teori kontruktivisme ini diplopori oleh para ahli yang terkenal yaitu Pieget dan

vigotsky. Menurut Sanjaya (2005: 118) kontruktivisme adalah proses

membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam stuktur kognitif siswa

berdasarkan pengalaman. Teori ini menjelaskan bahwa pengetahuan itu

terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu

sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di amatinya. Pendapat lain

juga dikatakan oleh Lev Vygotsky dalam Sujiono (2013:60) berpendapat bahwa

pengetahuan diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan sesuatu

yang dibangun dan diciptakan oleh anak.

Sehingga untuk membangun pengetahuan yang luas diperlukan sedikit demi

sedikit pengetahuan yang baru untuk melengkapi pengetahuan yang pernah

diperoleh.

9

Kesimpulanya prilaku dapat dibentuk dengan memberikan jawaban dan

tindakan atau pembiasaan yang berulang-ulang, perubahan tingkah laku

merupakan hasil dari pengalamannya, selain itu pengetahuan baru dapat

dibangun berdasarkan pengalaman itu juga, Pengalaman sangat berperan

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika anak belum jelas

mengucapkan sebuah kata maka pengulanganpun akan terjaditerus menerus

hingga anak tersebut dapat mengucapkan kata dengan benar dan dasar anak

pun akan bertambah.

2. Pengertian Belajar

Pengertian belajar telah lama dikenal, dan dapat ditemukan dalam berbagai

sumber atau literature. Bahkan banyak ahli yang mencoba mendefinisikan dan

membuat tafsirannya sendiri tentang arti belajar itu sendiri, diantaranya oleh

Abdillah dalam Aunurrahman (2012: 35) menyatakan belajar adalah suatu

usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik

melalui latihan dan pengalaman. Pendapat lain juga dikemukakan oleh

Sardiman (2008: 21) yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Proses yang kompleks atau usaha yang dilakukan, yang dapat menyebabkan

perubahan dari tidak tahu menjadi tahu baik pengetahuan ataupun tingkah lauku

disebut pengertian dari belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Azhar (2007: 1)

bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap

10

orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena interaksi dengan

lingkungannya.

Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas dapat diartikan bahwa belajar

merupakan proses perubahan dari diri seseorang individu melalui proses

interaksi dalam serangkaian kegiatan agar mendapatkan pengetahuan pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Aktivitas Belajar

Setiap individu memiliki aktivitas dalam belajar berbeda-beda.Aktivitas ini

memiliki pengaruh pada hasil belajar anak. Beberapa pendapat para ahli

mengenai aktivitas belajar diantaranya Sardiman (2001: 93) menjelaskan

bahwa aktivitas belajar adalah prinsip yang berorientasi pada pandangan jiwa

lama dan modern. Sedangkan menurut Soemanto (2000 : 104) aktivitas belajar

atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang

menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai.

Aktivitas yang dilakukan dapat berupa kegiatan anak baik jasmani maupun

rohani. Keberhasilan belajar anak ditentukan pada keaktivannya dalam

merespon pada saat proses belajar mengajar terjadi seperti: bertanya, menjawab,

bercerita, melakukan sesuatu (dalam kegiatan jasmani), dll. Seperti yang

dikemukakan oleh Abdurrahman dalam Soemanto (2000 : 105) bahwa aktivitas

belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun kegiatan

rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak, baik berupa kegiatan

11

jasmanai maupun kegiatan rohani yang menghasilkan suatu perubahan dan

mendukung keberhasilan belajar, selain itu aktivitas belajar berorientasi pada

pandangan jiwa lama dan moderen.

4. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

ditaman kanak-kanak adalah perkembangan bahasa. Bahasa dapat berkembang

sesuai dengan tingkatan usia yang dimiliki seseorang, semakin bertambah umur

seseorang semakin baik bahasa yang dimiliki.

”Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman kedalamsimbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir”(Susanto, 2012:73). Bahasa yang dimiliki oleh anak adalah bahasa yangtelah dimiliki dari hasil pengolahan kata yang sering anak dengar kemudiananak menirukan pengucapan kata tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh Syaodih dalam Susanto (2011 : 73) bahwa aspek

perkembangan bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan

meraban. Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada

kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Menurut

Suyanto dalam Susanto (2011 : 75) melatih anak belajar bahasa dapat dilakukan

dengan cara berkomunikasi melalui berbagai setting berikut antara lain: 1.

Kegiatan bermain bersama 2. Cerita, baik mendengar cerita maupun menyuruh

anak untuk bercerita 3. Bermain peran, seperti memerankan penjual dan

pembeli, guru dan murid, atau orang tua dan anak 4. Bermain puppet dan

boneka tangan yang dapat dimainkan dengan jari 5. Belajar dan bermain dalam

kelompok.

12

Dengan demikian, perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting

karena dengan bahasa sebagai dasar keterampilan anak khususnya keterampilan

berbicara, seorang anak akan dapat meningkatkan keterampilan yang lain.

Pendidik perlu menerapkan ide-ide mereka untuk mengembangkan

keterampilan berbicara anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan

benar, dan menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi

secara aktif. Anak perlu terus dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah

melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata dan kreatif yang diperkuat

dengan komunikasi akan terus meningkatkan keterampilan bahasa anak. Lebih

dari pada itu, anak harus ditempatkan diposisi yang terutama, sebagai pusat

pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Ketika belajar bahasa, anak

perlu menggunakan berbagai strategi, misalnya permainan yang bertujuan

mengembangkan bahasa anak dan penggunaan berbagai media yang

mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman

bermakna dalam meningkatkan keterampilan berbicaranya.

1. Aspek-aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Taman Kanak-Kanak

Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara

ekspresif. Hal ini berati bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginannya,

penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa

lisan dapat digunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang

berkaitan dengan perkembangan bahasa anak tersebut sebagai berikut :

13

a. Kosakata

Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan

lingkungannya, kosakata anak berkembang dengan pesat.

b. Sintaksis (tata bahasa)

Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-

contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak di lingkungannya, anak telat

dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang baik.

c. Semantik

Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuan. Anak ditaman

kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan

pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat.

d. Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)

Anak ditaman kanak-kanak sudah memiliki kemampuan untuk merangkaikan

bunyi yang didengarkannya.

Jadi aspek perkembangan bahasa saling berkaitan dengan kosakata, sintaksis

(tata bahasa), semantik, dan fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan

kata) agar perkembangan bahasa anak berkembang dengan pesat.

2. Tahap Perkembangan Bahasa anak usia dini

Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi ke dalam beberapa

rentang usia, yang masing-masing menunjukan ciri-ciri tersendiri, Menurut

guntur (1988: 75) tahap perkembangan ini sebagai berikut :

14

1. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari

a. Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama). Tahan ini dimulai dari bulanpertama hingga bulan keenam diman anak akan mulai menangis,tertawa,dan menjerit.

b. Tahap meraban-2 ( pralingustik kedua). Tahap ini pada dasarnyamerupak tahap kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga 1 tahun.

2. Tahap II (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II yaitu:

a. Tahap-1; holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai menyatakanmakna keseluruhan frasa atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini jugaditandai dengan perbendaharaan kata anak hingga kurang lebih 50 kosakata.

b. Tahap-2; frasa (1-2), pada tahap ini anak anak sudah mampumengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga ditandaidengan perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100 kosakata.

3. Tahap III (pengembanga tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun). Padatahap ini anak anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram. Dilihatdari aspek pengembangan tata bahasa seperti : S-P-O, anak dapatmemperpanjang kata menjadi satu kalimat.

4. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap iniditandai dengan kemampuan yang mampu menggabungkan kalimatsederhana dan kalimat kompleks.

Kesimpulan dari tahap I sampai tahap IV anak memiliki kemampuan

perkembangan pengucapan kata,anak sudah dapat membuat kalimat dan

memiliki kemampuan kalimat sederhana dan komplek.

5. Keterampilan berbicara

Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembi-cara

yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang

baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap

pembicaraan yang disampaikan.

Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya

berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan

15

informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak

seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.

Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak dapat di-

pisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula

kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama

penting dalam komunikasi.

Dalam aspek perkembangan bahasa anak usia dini khususnya keterampilan

berbicara sangat penting untuk dikembangkan, untuk mengembangkan

keterampilan tersebut dapat dilatih melalui jenis permainan karena pada

prinsipnya kegiatan pembelajaran anak usia dini yaitu belajar melalui bermain.

Agar keterampilan berbicara anak berkembang dengan optimal, maka perlu

dipahami tentang pengertian berbicara, tujuan pengembangan berbicara, faktor

yang mempengaruhi perkembangan berbicara, dan karakteristik kemampuan

bahasa anak usia 5 – 6 tahun.

1. Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan aktivitas yang setiap hari orang-orang gunakan dalam

kehidupan dilingkungan dimana dia tinggal, berbicara sudah menjadi proses

yang mendasar bagi setiap orang dalam menjalin hubungan dengan siapapun.

Dalam proses berbicara, akan berkembang sejak anak dilahirkan sampai dewasa

agar kehidupan selanjutnya anak dapat dengan mudah mengembangkan potensi

yang ada didalam dirinya. Seperti yang dikatakan Linguis dalam Tarigan (2008

: 3-4) bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang

16

pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan

masa tersebut kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.

“Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicaramerupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar ( audible ) danyang kelihatan ( visible ) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringanotot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ideyang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentukperilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luassehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagikontrol sosial” (Tarigan, 2008:16).

Sedangkan menurut (Hurlock, 1978 : 176) mengatakan bahwa “berbicara

adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang

digunakan untuk menyampaikan maksud”. Bicara sudah tentu erat berhubungan

dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui

kegiatan menyimak dan membaca. Menurut Knower dalam Tarigan (2008 : 18-

19) seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang semuanya

diperlukan dalam menyatakan pikiran atau pendapat kepada orang lain, yaitu :

1. Sang pembicara merupakan suatu kemauan, 2. Sang pembicara adalah

pemakai bahasa, 3. Sang pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, 4. Sang

pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat.

Dengan demikian, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang

berkembang didalam kehidupan anak. Dalam aktivitas berbicara anak

melibatkan otot tubuh serta menyampaikan kata-kata yang memiliki maksud

dan tujuan. Pada masa usia dini, berbicara merupakan hal yang sangat mendasar

untuk distimulus dengan baik agar perkembangan lainnya tidak terhambat

karena perkembangan antara satu dan lainnya saling berkaitan.

17

2. Tujuan Pengembangan Bicara

Tujuan pengembangan berbicara anak usia dini yaitu agar anak mampu

mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang

tepat untuk dapat berkomunikasi. Selain itu anak dapat melafalkan bunyi

bahasa yang digunakan secara tepat, anak mempunyai perbendaharaan kata

yang memadai untuk keperluan berkonunikasi dan agar anak mampu

menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan. Menurut

Tarigan, (2008 : 16) tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.

agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara

memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.

Menurut Hartono dalam Suhartono (2005 : 123) tujuan umum dalampengembangan berbicara anak, yaitu:

a) Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untukberkomunikasi sehari-hari. Perbendaharaan kata/kosakata sangat diperlukandalam berkomunikasi, sehingga semakin anak banyak memilikiperbendaharaan kata / kosa kata maka akan semakin baik dalamberkomunikasi.

b) Mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat. Anak dapatmengucapkan kata setelah mendengar kata tersebut dari orang disekitarnyadengan disertai makna kata tersebut, dengan mendengarkan dan memahamikata-kata yang diucapkan orang lain maka anak dapat memperoleh kosakata baru yang dapat digunakan untuk berkomunikasi.

c) Mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat.Dalam hal ini anak mampu memahami, malaksanakan atau menyampaikanpesan kepada orang lain, anak mampu menggunakan kalimat-kalimatperintah yang baik, dan anak mampu menunjukkan sikap dan perasaannyaterhadap suatu kejadian melalui perbuatan sehari – hari.

d) Berminat menggunakan bahasa yang baik. Agar anak berminatmenggunakan bahasa yang baik berarti bahwa anak mampu menyusun danmengucapkan kata-kata dengan lafal yang benar dan tepat, anak mampumenyusun kalimat-kalimat sederhana yang berpola dan anak mampubercalap-cakap dalam bahasa Indonesia yang sederhana tetapi benar.

18

Berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan.Anak dapat

mengetahui bahwa benda-benda di sekililingnya mempunyai simbol bahasa dan

anak mengetahui adanya hubungan antara gambar-gambar dengan tulisan-

tulisan atau ucapan lisan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara

Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasa

melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan

pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan

bahasanya. Menurut (Hurlock, 1978 : 186-187) mengemukakan :

“kondisi yang dapat mempengaruhi perkembangan dalam berbicara yaitukesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginanberkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metodepelatihan anak, kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya,kepribadian”.

Dari beberapa faktor tersebut, dalam pembelajaran disekolah digunakan faktor

metode pelatihan anak agar keterampilan berbicara dapat berkembang. Sebagai

langkah penerapan metode pelatihan anak, dapat digunakan jenis bermain yang

menarik, media atau APE yang digunakan bisa membuat anak mau melakukan

kegiatan. Dalam kegiatan bermain anak dapat membentuk dan melatih

keterampilan berbicaranya dengan berinteraksi langsung dengan teman-teman

sebayanya atau orang dewasa yang ada dilingkungannya. Anak yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik,

ketimbang anak yang penyesuaian dirinya kurang baik. Kenyataannya,

berbicara seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk anak yang sehat

mental. Sebagai seorang pendidik harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor

19

yang mempengaruhi perkembangan berbicara anak, agar anak dapat

berkembang dengan optimal.

Dari uraian diatas menunjukan bahwa dalam berbicara akan dapat

mempengaruhi seseorang baik itu dalam faktor internal maupun faktor

eksternal. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam perkembangan

bicara, adapun faktor internal berkaitan dengan diri seseorang tersebut

sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan lingkugan anak. Sehingga baik itu

faktor eksternal maupun internal mempunyai peranan yang sangat membantu

perkembangan dalam berbicara anak.

4. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 5-6 tahun

Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti

alat bicara, pertumbuhan dan perkembangan otak, anak semakin jelas dalam

mengutarankan keinginan, pikiran, maupun perasaannya melalui ucapan atau

bahasanya.

Menurut Jamaris dalam Susanto (2011: 78) perkembangan bahasa anak usia 5-

6 tahun adalah:

Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata yangdapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau,keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan(kasar-halus), anak usia 5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatupercakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara danmenanggapi pembicaraan tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yangdilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.

Anak pada umumnya suka berbicara dan berbicara kepada seseorang, tertarik

menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya, tata bahasa akurat dan

20

beralasan, menggunakan bahasa yang sesuai, dapat mendefinisikan dengan

bahasa yang sederhana, menggunakan bahasa yang bisa dipahami orang lain,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan sangat aktif berbicara.

Selanjutnya menurut (Nurbiana, 2008: 3-9) menyebutkan anak usia 4-6 tahun

mempunyai karakeristik berbicara yaitu:

1. Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik

2. Melaksanakan 2-3 perintah lisan secara berurutan dengan benar.

3. Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutanyang mudah dipahami

4. Menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya

5. Menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi

6. Menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan

7. Membandingkan dua hal

8. Memahami konsep timbal balik

9. Menyusun kalimat

10. Mengucapkan lebih dari tiga kalimat

11. Mengenal tulisan sederhana

Dari pandangan diatas, dapat dikatakan bahwa keterampilan berbicara

merupakan aktivitas berbicara yang berkembang melalui pelatihan dan

pengalaman dalam menjalin komunikasi dengan orang-orang yang ada

dilingkungan anak didalam aktivitas berbicara tersebut anak menyampaikan

kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Maka indikator anak

yang memiliki keterampilan berbicara sudah berkembang adalah anak dapat

menjawab pertanyaan sederhana, memberikan keterangan yang berhubungan

dengan posisi/keterangan tempat, bercerita menggunakan kata ganti aku, saya,

kamu, dia, mereka. Serta mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara

runtut, membedakan kata-kata yang memiliki, suku kata awal yang sama misal :

21

nama yang sama (sari, sati, sami, saji), memperkenalkan diri maju kedepan

satu-satu secara bergantian, dan dapat menyebutkan nama dan alamat dengan

lengkap.

6. Bermain

1. Pengertian Bermain

Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan

main anak belajar, artinya anak yang belajar adalah anak yang bermain, dan

anak yang bermain adalah anak yang belajar.Dengan bermain anak dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih

dewasa.Bermain dilakukan anak-anak dalam berbagai bentuk saat sedang

melakukan aktivitas, mereka bermain ketika berjalan, berlari, mandi, menggali

tanah, memanjat, melompat, nernyanyi, menyusun balok, menggambar dan

sebagainya.

Karl Buhler dan Schenk Danziger dalam Sujiono (2007 : 178) berpendapatbahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan. Dankenikmatan itulah yang akan menjadi perangsang bagi perilaku lainnya.Misalnya ketika anak mulai mampu berbicara dan berfantasi, fungsikenikmatan meluas menjadi kenikmatan berkreasi. Dalam pengembanganselanjutnya Charlotte Buhler menganggap sebagai pemicu kreativitas, iameyakini bahwa anak yang banyak bermain akan meningkat kreativitasnya.

Lebih lanjut Piaget dalam Sujiono (2007 : 178 – 179) menjelaskan bermain

menunjukkan dua realitas anak-anak yaitu adaptasi terhadap apa yang mereka

sudah ketahui dan respon mereka terhadap hal-hal baru. Selanjutnya dikatakan

bahwa ketika anak bermain, anak melakukan sesuatu perbuatan dan dengan

melakukan itulah anak mendapatkan suatu pengetahuan yang baru atau sebagai

penyempurna dari pengetahuan yang telah dimilikinya terdahulu. Piaget

22

menegaskan bahwa melalui bermain anak belajar sesuatu, mereka akan

mendapatkan sebab akibat atau perubahan dari suatu fenomena dan kejadian

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa bermain

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Tidak hanya itu bermain dapat memicu kreativitas anak

serta melalui bermain anak dapat belajar sesuatu, anak juga akan mendapatkan

sebab akibat atau perubahan suatu fenomena dan kejadian.

2. Teori Bermain

Bermaikan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi tumbuh kembang

anak, bermain juga harus atas kemauan anak itu sendiri dan tanpa ada rasa

paksaan dalam diri anak, agar anak senang dalam melakukan kegiatan bermain.

Ada beberapa teori bermain yang membahas tentang mengapa manusia

bermain.

Teori Psikoanalisis dalam Latif (2011 :79) yang melihat bermain anaksebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya serta untukmengembangkan rasa harga diri anak ketika anak dapat menguasaitubuhnya, benda-benda, serta sejumlah keterampilan sosial. Teori inidikembangkan oleh Sigmund Freud dan Erik Erikson.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teori bermain ini

sangat penting dalam menunjang perkembangan anak karena dalam bermain

anak akan mengeluaran apa yang ada dalam pikirannya. Melalui bermain anak

juga akan mendapatkan pengalaman melalui kegiatan bermain.

23

7. Alat Peraga

Alat peraga adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk

membawa atau menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru

untuk menunjang proses belajar mengajar.

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan

tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan

efisien (Sudjana, 2002 :59 ).

Berdasarkan kesimpulan diatas Alat peraga merupakan salah satu dari media

pemdidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses

komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif

8. Gambar Wayang

Membuat wayang kertas termasuk kegiatan menggambar dan sekaligus

membentuk. Teknik membuat wayang kulit dijadikan sebagai acuan prosedur

kerja. Prosesnya dimulai dengan penggambaran rencangan pada karton (setebal

kulit, misalnya dupleks atau karton bekas dus), pengguntingan pola/rancangan

itu, menyungging (untuk kulit atau melubangi kertas dengan pisau atau pahat),

dan yang terakhir pewarnaan atau penggambaran (dekoratif) pada wayang

kertas tersebut berdasarkan kebebasan berkreasi anak-anak.

Gambar adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk

tiruan dari bentuk binatang. Jadi sebenarnya gambar wayang merupakan salah

satu model perbandingan juga. Sekalipun demikian, karna gambar wayang

dalam penampilan memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan ini

24

dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan gambar wayang dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran dangan cara dimainkan dalam sandiwara gambar

wayang. Hewan, dan miniature (animals, and miniatures) gambar wayang

merupakan model dari manusia atau yang menyerupai manusia (contohnya

Bert), atau hewan. Seringkali gambar wayang dimaksudkan untuk dekorasi atau

koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan

gambar wayang ditunjukan sebagai mainan untuk anak-anak terutama anak

perempuan.

Menurut Sunarto, terdapat dua macam teori yang cukup dikenal dalam

perkembangan dunia wayang.

Pertama : perkembangan wayang yang berkaitan dengan marfologi wayang.

Teori ini menjelaskan tentang asalusul wayang yang bermula dari gambar relief

candi kemudian dipindah pada lembaran kertas yang disebut wayang beber.

Perkembangan selanjutnya wayang beber dipisah-pisahkan sehingga dapat

digerak-gerakan dan dibuat dari kulit kerbau yang selanjutnya disebut dengan

wayang kulit.

Kedua : teori perkembangan wayang berdasar perkembangan sejarah atau

sumber-sumber sejarah yang lebih dapat dipercaya.

Berdasarkan kesimpulan diatas dalam menggunakan gambar wayang dapat

meningkatkan kreativitas bahasa, emosi, keterampilan motorik halus khusus

pada saat memegang boneka wayang anak mengunakan tangan.

25

1. Macam-macam gambar wayang antara lain :

a) Gambar wayang purwa

b) Gambar wayang kaper

c) Gambar wayang tongkat

d) Gambar wayang tali

e) Gambar wayang bayang-bayang

2. Keuntungan penggunaan gambar wayang

Beberapa keuntungan penggunaan gambar wayang

1. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang tidak

terlalu rumit

2. Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara gambar wayang dapat

dibuat cukup kecil dan sederhana

3. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya

4. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi kreatifitas dan

menambah suasana gembira.

3. Tujuan permainan gambar wayang

Tujuan adala memberikan pengetahuan dan sikap budi pekerti melalui cerita-

cerita fiksi atau legenda kepada anak. Permainan ini juga bertujuan untuk

mengasah kreativitas, bahasa, emosi, keterampilan motorik halus khususnya

pada bagian jari dan tangan, sosiallisasi dan memperkenalkan khasanah budaya

bahasa.

26

Bahan-bahan pembuatan gambar wayang :

1. Kertas bufallo

2. Kardus bekas

3. pensil

4. pensil warna

5. gunting

6. lem atau solasiban

7. Spidol

8. bambu untuk tangkainya

Cara membuat gambar wayang

1. Buat pola bentuk sesuai tema contoh keluargaku seperti ayah, ibu, kakak,

adik, dan lain-lain.

2. Gunting pola sesuai bentuk yang telah dibuat

3. Satukan dua kertas bufallo dan kardus bekas yang sudah dibentuk dan

digunting

4. Beri warna pada wayang yang sudah digambar dan dibentuk

5. Tambahkan gagang dengan cara dilem atau disolasikan untuk pegangan

wayang

6. Keringkan sampai mengeras dan menempel

9. Pengertian media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam

pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

27

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal

Azhar,( 2007:151 )

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

merupakan alat bahan ajar untuk tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karna

itu media pembelajaran berkaitan dengan peserta didik untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

1. Macam-macam media pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar cukup

bervariatif dan memiliki bentuk yang beranekaragam. Menurut Azhar (2011:

29-33) media pembelajaran dapat dibedakan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Media hasil teknologi cetak

Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi,

seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan

mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks,

grafik, foto atau reprentasi fotografik dan reproduksi, materi cetak dan visual

merupakan dasar pengembangan dan penggunaan kebanyakan materi

pembelajaran lainnya. Teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan

tercetak.Dua komponen pokok teknologi ini adalah materi teks verbal dan

materi visual yang dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan

persepsi visual, membaca, memproses informasi dan teori belajar. Teknologi

cetak memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a. Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang.

b. Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif.

28

c. Teks dan visual ditampilkan statis (diam)

d. Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan

persepsi visual

e. Baik teks maupun visual berorientasi (berpusat) pada siswa

f. Informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai.

2. Media hasil teknologi audio-visual

Media ini diterapkan dengan cara menggunakan mesin-mesin mekanis dan

elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual.

3. Media hasil teknologi yang berdasarkan computer

Media ini diterapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis

mikro-prosesor.

4. Media gabungan teknologi cetak dan computer

Media ini berguna untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang

menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh

computer

Jadi pengajaran materi menggunakan audio-visual adalah produksi dan

penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran

serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau symbol-simbol

yang serupa.

29

2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai

berikut :

a. mempermudah proses pembelajaran di kelas

b. meningkatkan efisiensi proses pembelajaran

c. menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar

d. membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran

Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran

adalah sebagai berikut :

a. pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar

b. bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami

pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran

dengan baik

c. metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan,

dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang

dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-

lainya.

30

B. Penelitian terdahulu yang relavan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Milla faila shofa,

suparno. Dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara

Anak Usia Dini Melalui Permainan Sandiwara boneka Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Universitas Negri Yogyakarta, dapat disimpulkan

bahwa permainan sandiwara boneka dapat meningkatkan keterampilan

berbicara anak usia dini, peningkatan keterampilan presentase berbicara dari

40,13% mencapai 79-74%.”

Menurut Priska Anindita Titisari Putriningtyas. Dalam penelitian ini yang

berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Wayang Dupleks Komunikasi

Terhadaap Kemampuan Berbicara anak Kelompok B TK Putera Harapan

Surabaya Tahun Ajaran 2013-2014, dapat disimpulkan bahwa media wayang

duplek komunikasi berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak,

Berdasarkan analisis data menggunakan uji mann whitney u-test menujukan u

hitung ≤ u tabel yaitu 100% ≤ 127%.

C. Kerangka Pikir

Salah satu kemampuan anak dari lima aspek perkembangan yaitu kemampuan

berbahasa anak khusus nya keterampilan berbicara, dalam perkembangan

bahasa anak menjadi mampu mengemukakan pendapat atau keinginan nya

salah satu indikator ketercapaian yang telah ditentukan.

Keterampilan berbicara harus distimulus sejak dini agar anak mendapat

kesempatan dalam mengembangkan kemampuan yang anak miliki. Peran serta

pendidik dalam memberikan stimulus dalam keterampilan berbicara anak

31

amatlah penting, cara mengajar guru, alat peraga yang digunakan, sampai pada

pengelolaan kelas untuk anak. Memberikan kegiatan pembelajaran kepada

anak hendaknya dapat menarik perhatian anak, salah satunya dengan

menggunakan alat peraga yang bervariasi dan bernilai edukatif.

Menurut Sunarto, terdapat dua macam teori yang cukup dikenal dalam

perkembangan dunia wayang.

Pertama : perkembangan wayang yang berkaitan dengan marfologi wayang.

Teori ini menjelaskan tentang asalusul wayang yang bermula dari gambar relief

candi kemudian dipindah pada lembaran kertas yang disebut wayang beber.

Perkembangan selanjutnya wayang beber dipisah-pisahkan sehingga dapat

digerak-gerakan dan dibuat dari kulit kerbau yang selanjutnya disebut dengan

wayang kulit.

Kedua : teori perkembangan wayang berdasar perkembangan sejarah atau

sumber-sumber sejarah yang lebih dapat dipercaya.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka metode yang digunakan dalam

pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap salah satu kemampuan

anak. bahkan penggunaan alat peraga yang digunakan dalam penelitian dapat

meningkatkan kemampuan yang dimiliki anak yaitu keterampilan berbicara

pada anak usia dini.

32

Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar I. Kerangka pikir penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto: 2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2008) hipotesis dapat

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

belum jawaban yang empirik dari data. Berdasarkan dari landasan konseptual

dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun hipotesis penelitian

sebagai berikut:

Ha : Ada Pengaruh Aktivitas Pengunaan Alat Peraga Gambar Wayang Terhadap

Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok B TK Assalam Bandar

Lampung”

Aktivitas penggunaanmedia boneka wayang

(X)

Peningkatanketerampilan

berbicara(Y)