Upload
nguyenthuan
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori-Teori Belajar
Anak Usia Dini merupakan individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Proses perkembangan yang dialami anak dipengaruhi beberapa
faktor yang akan menstimulasi perkembangan anak, melalui dari perkembangan
moral agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan seni yang
saling berkaitan.
1. Teori Behaviorisme
Watson, Thorndike, dan Skinner adalah para ahli yang terkenal dan menganut
teori behaviorisme. Menurut Yuliani (2013: 55) masing-masing ahli yang
menganut teori ini percaya bahwa perilaku dapat dibentuk dengan memberikan
jawaban dalam bentuk kata-kata ataupun tindakan tertentu. Teori belajar
behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Behaviorisme
merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.
Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
8
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Jadi belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang
dialami oleh anak dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru dan perubahan tingkah laku merupakan hasil dari pengalamannya.
2. Teori Konstruktivisme
Teori kontruktivisme ini diplopori oleh para ahli yang terkenal yaitu Pieget dan
vigotsky. Menurut Sanjaya (2005: 118) kontruktivisme adalah proses
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam stuktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Teori ini menjelaskan bahwa pengetahuan itu
terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu
sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di amatinya. Pendapat lain
juga dikatakan oleh Lev Vygotsky dalam Sujiono (2013:60) berpendapat bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan sesuatu
yang dibangun dan diciptakan oleh anak.
Sehingga untuk membangun pengetahuan yang luas diperlukan sedikit demi
sedikit pengetahuan yang baru untuk melengkapi pengetahuan yang pernah
diperoleh.
9
Kesimpulanya prilaku dapat dibentuk dengan memberikan jawaban dan
tindakan atau pembiasaan yang berulang-ulang, perubahan tingkah laku
merupakan hasil dari pengalamannya, selain itu pengetahuan baru dapat
dibangun berdasarkan pengalaman itu juga, Pengalaman sangat berperan
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika anak belum jelas
mengucapkan sebuah kata maka pengulanganpun akan terjaditerus menerus
hingga anak tersebut dapat mengucapkan kata dengan benar dan dasar anak
pun akan bertambah.
2. Pengertian Belajar
Pengertian belajar telah lama dikenal, dan dapat ditemukan dalam berbagai
sumber atau literature. Bahkan banyak ahli yang mencoba mendefinisikan dan
membuat tafsirannya sendiri tentang arti belajar itu sendiri, diantaranya oleh
Abdillah dalam Aunurrahman (2012: 35) menyatakan belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik
melalui latihan dan pengalaman. Pendapat lain juga dikemukakan oleh
Sardiman (2008: 21) yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Proses yang kompleks atau usaha yang dilakukan, yang dapat menyebabkan
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu baik pengetahuan ataupun tingkah lauku
disebut pengertian dari belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Azhar (2007: 1)
bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap
10
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena interaksi dengan
lingkungannya.
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas dapat diartikan bahwa belajar
merupakan proses perubahan dari diri seseorang individu melalui proses
interaksi dalam serangkaian kegiatan agar mendapatkan pengetahuan pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Aktivitas Belajar
Setiap individu memiliki aktivitas dalam belajar berbeda-beda.Aktivitas ini
memiliki pengaruh pada hasil belajar anak. Beberapa pendapat para ahli
mengenai aktivitas belajar diantaranya Sardiman (2001: 93) menjelaskan
bahwa aktivitas belajar adalah prinsip yang berorientasi pada pandangan jiwa
lama dan modern. Sedangkan menurut Soemanto (2000 : 104) aktivitas belajar
atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang
menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai.
Aktivitas yang dilakukan dapat berupa kegiatan anak baik jasmani maupun
rohani. Keberhasilan belajar anak ditentukan pada keaktivannya dalam
merespon pada saat proses belajar mengajar terjadi seperti: bertanya, menjawab,
bercerita, melakukan sesuatu (dalam kegiatan jasmani), dll. Seperti yang
dikemukakan oleh Abdurrahman dalam Soemanto (2000 : 105) bahwa aktivitas
belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun kegiatan
rohani yang mendukung keberhasilan belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak, baik berupa kegiatan
11
jasmanai maupun kegiatan rohani yang menghasilkan suatu perubahan dan
mendukung keberhasilan belajar, selain itu aktivitas belajar berorientasi pada
pandangan jiwa lama dan moderen.
4. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar
ditaman kanak-kanak adalah perkembangan bahasa. Bahasa dapat berkembang
sesuai dengan tingkatan usia yang dimiliki seseorang, semakin bertambah umur
seseorang semakin baik bahasa yang dimiliki.
”Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman kedalamsimbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir”(Susanto, 2012:73). Bahasa yang dimiliki oleh anak adalah bahasa yangtelah dimiliki dari hasil pengolahan kata yang sering anak dengar kemudiananak menirukan pengucapan kata tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh Syaodih dalam Susanto (2011 : 73) bahwa aspek
perkembangan bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan
meraban. Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada
kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Menurut
Suyanto dalam Susanto (2011 : 75) melatih anak belajar bahasa dapat dilakukan
dengan cara berkomunikasi melalui berbagai setting berikut antara lain: 1.
Kegiatan bermain bersama 2. Cerita, baik mendengar cerita maupun menyuruh
anak untuk bercerita 3. Bermain peran, seperti memerankan penjual dan
pembeli, guru dan murid, atau orang tua dan anak 4. Bermain puppet dan
boneka tangan yang dapat dimainkan dengan jari 5. Belajar dan bermain dalam
kelompok.
12
Dengan demikian, perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting
karena dengan bahasa sebagai dasar keterampilan anak khususnya keterampilan
berbicara, seorang anak akan dapat meningkatkan keterampilan yang lain.
Pendidik perlu menerapkan ide-ide mereka untuk mengembangkan
keterampilan berbicara anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan
benar, dan menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi
secara aktif. Anak perlu terus dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah
melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata dan kreatif yang diperkuat
dengan komunikasi akan terus meningkatkan keterampilan bahasa anak. Lebih
dari pada itu, anak harus ditempatkan diposisi yang terutama, sebagai pusat
pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Ketika belajar bahasa, anak
perlu menggunakan berbagai strategi, misalnya permainan yang bertujuan
mengembangkan bahasa anak dan penggunaan berbagai media yang
mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman
bermakna dalam meningkatkan keterampilan berbicaranya.
1. Aspek-aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara
ekspresif. Hal ini berati bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginannya,
penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa
lisan dapat digunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang
berkaitan dengan perkembangan bahasa anak tersebut sebagai berikut :
13
a. Kosakata
Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungannya, kosakata anak berkembang dengan pesat.
b. Sintaksis (tata bahasa)
Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-
contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak di lingkungannya, anak telat
dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang baik.
c. Semantik
Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuan. Anak ditaman
kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan
pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat.
d. Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)
Anak ditaman kanak-kanak sudah memiliki kemampuan untuk merangkaikan
bunyi yang didengarkannya.
Jadi aspek perkembangan bahasa saling berkaitan dengan kosakata, sintaksis
(tata bahasa), semantik, dan fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan
kata) agar perkembangan bahasa anak berkembang dengan pesat.
2. Tahap Perkembangan Bahasa anak usia dini
Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi ke dalam beberapa
rentang usia, yang masing-masing menunjukan ciri-ciri tersendiri, Menurut
guntur (1988: 75) tahap perkembangan ini sebagai berikut :
14
1. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari
a. Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama). Tahan ini dimulai dari bulanpertama hingga bulan keenam diman anak akan mulai menangis,tertawa,dan menjerit.
b. Tahap meraban-2 ( pralingustik kedua). Tahap ini pada dasarnyamerupak tahap kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga 1 tahun.
2. Tahap II (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II yaitu:
a. Tahap-1; holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai menyatakanmakna keseluruhan frasa atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini jugaditandai dengan perbendaharaan kata anak hingga kurang lebih 50 kosakata.
b. Tahap-2; frasa (1-2), pada tahap ini anak anak sudah mampumengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga ditandaidengan perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100 kosakata.
3. Tahap III (pengembanga tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun). Padatahap ini anak anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram. Dilihatdari aspek pengembangan tata bahasa seperti : S-P-O, anak dapatmemperpanjang kata menjadi satu kalimat.
4. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap iniditandai dengan kemampuan yang mampu menggabungkan kalimatsederhana dan kalimat kompleks.
Kesimpulan dari tahap I sampai tahap IV anak memiliki kemampuan
perkembangan pengucapan kata,anak sudah dapat membuat kalimat dan
memiliki kemampuan kalimat sederhana dan komplek.
5. Keterampilan berbicara
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembi-cara
yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang
baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap
pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya
berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan
15
informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak
seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.
Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak dapat di-
pisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula
kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama
penting dalam komunikasi.
Dalam aspek perkembangan bahasa anak usia dini khususnya keterampilan
berbicara sangat penting untuk dikembangkan, untuk mengembangkan
keterampilan tersebut dapat dilatih melalui jenis permainan karena pada
prinsipnya kegiatan pembelajaran anak usia dini yaitu belajar melalui bermain.
Agar keterampilan berbicara anak berkembang dengan optimal, maka perlu
dipahami tentang pengertian berbicara, tujuan pengembangan berbicara, faktor
yang mempengaruhi perkembangan berbicara, dan karakteristik kemampuan
bahasa anak usia 5 – 6 tahun.
1. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan aktivitas yang setiap hari orang-orang gunakan dalam
kehidupan dilingkungan dimana dia tinggal, berbicara sudah menjadi proses
yang mendasar bagi setiap orang dalam menjalin hubungan dengan siapapun.
Dalam proses berbicara, akan berkembang sejak anak dilahirkan sampai dewasa
agar kehidupan selanjutnya anak dapat dengan mudah mengembangkan potensi
yang ada didalam dirinya. Seperti yang dikatakan Linguis dalam Tarigan (2008
: 3-4) bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
16
pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan
masa tersebut kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
“Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicaramerupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar ( audible ) danyang kelihatan ( visible ) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringanotot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ideyang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentukperilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luassehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagikontrol sosial” (Tarigan, 2008:16).
Sedangkan menurut (Hurlock, 1978 : 176) mengatakan bahwa “berbicara
adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang
digunakan untuk menyampaikan maksud”. Bicara sudah tentu erat berhubungan
dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui
kegiatan menyimak dan membaca. Menurut Knower dalam Tarigan (2008 : 18-
19) seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang semuanya
diperlukan dalam menyatakan pikiran atau pendapat kepada orang lain, yaitu :
1. Sang pembicara merupakan suatu kemauan, 2. Sang pembicara adalah
pemakai bahasa, 3. Sang pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, 4. Sang
pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat.
Dengan demikian, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang
berkembang didalam kehidupan anak. Dalam aktivitas berbicara anak
melibatkan otot tubuh serta menyampaikan kata-kata yang memiliki maksud
dan tujuan. Pada masa usia dini, berbicara merupakan hal yang sangat mendasar
untuk distimulus dengan baik agar perkembangan lainnya tidak terhambat
karena perkembangan antara satu dan lainnya saling berkaitan.
17
2. Tujuan Pengembangan Bicara
Tujuan pengembangan berbicara anak usia dini yaitu agar anak mampu
mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang
tepat untuk dapat berkomunikasi. Selain itu anak dapat melafalkan bunyi
bahasa yang digunakan secara tepat, anak mempunyai perbendaharaan kata
yang memadai untuk keperluan berkonunikasi dan agar anak mampu
menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan. Menurut
Tarigan, (2008 : 16) tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.
agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Menurut Hartono dalam Suhartono (2005 : 123) tujuan umum dalampengembangan berbicara anak, yaitu:
a) Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untukberkomunikasi sehari-hari. Perbendaharaan kata/kosakata sangat diperlukandalam berkomunikasi, sehingga semakin anak banyak memilikiperbendaharaan kata / kosa kata maka akan semakin baik dalamberkomunikasi.
b) Mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat. Anak dapatmengucapkan kata setelah mendengar kata tersebut dari orang disekitarnyadengan disertai makna kata tersebut, dengan mendengarkan dan memahamikata-kata yang diucapkan orang lain maka anak dapat memperoleh kosakata baru yang dapat digunakan untuk berkomunikasi.
c) Mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat.Dalam hal ini anak mampu memahami, malaksanakan atau menyampaikanpesan kepada orang lain, anak mampu menggunakan kalimat-kalimatperintah yang baik, dan anak mampu menunjukkan sikap dan perasaannyaterhadap suatu kejadian melalui perbuatan sehari – hari.
d) Berminat menggunakan bahasa yang baik. Agar anak berminatmenggunakan bahasa yang baik berarti bahwa anak mampu menyusun danmengucapkan kata-kata dengan lafal yang benar dan tepat, anak mampumenyusun kalimat-kalimat sederhana yang berpola dan anak mampubercalap-cakap dalam bahasa Indonesia yang sederhana tetapi benar.
18
Berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan.Anak dapat
mengetahui bahwa benda-benda di sekililingnya mempunyai simbol bahasa dan
anak mengetahui adanya hubungan antara gambar-gambar dengan tulisan-
tulisan atau ucapan lisan.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara
Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasa
melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan
pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan
bahasanya. Menurut (Hurlock, 1978 : 186-187) mengemukakan :
“kondisi yang dapat mempengaruhi perkembangan dalam berbicara yaitukesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginanberkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metodepelatihan anak, kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya,kepribadian”.
Dari beberapa faktor tersebut, dalam pembelajaran disekolah digunakan faktor
metode pelatihan anak agar keterampilan berbicara dapat berkembang. Sebagai
langkah penerapan metode pelatihan anak, dapat digunakan jenis bermain yang
menarik, media atau APE yang digunakan bisa membuat anak mau melakukan
kegiatan. Dalam kegiatan bermain anak dapat membentuk dan melatih
keterampilan berbicaranya dengan berinteraksi langsung dengan teman-teman
sebayanya atau orang dewasa yang ada dilingkungannya. Anak yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik,
ketimbang anak yang penyesuaian dirinya kurang baik. Kenyataannya,
berbicara seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk anak yang sehat
mental. Sebagai seorang pendidik harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor
19
yang mempengaruhi perkembangan berbicara anak, agar anak dapat
berkembang dengan optimal.
Dari uraian diatas menunjukan bahwa dalam berbicara akan dapat
mempengaruhi seseorang baik itu dalam faktor internal maupun faktor
eksternal. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam perkembangan
bicara, adapun faktor internal berkaitan dengan diri seseorang tersebut
sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan lingkugan anak. Sehingga baik itu
faktor eksternal maupun internal mempunyai peranan yang sangat membantu
perkembangan dalam berbicara anak.
4. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 5-6 tahun
Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti
alat bicara, pertumbuhan dan perkembangan otak, anak semakin jelas dalam
mengutarankan keinginan, pikiran, maupun perasaannya melalui ucapan atau
bahasanya.
Menurut Jamaris dalam Susanto (2011: 78) perkembangan bahasa anak usia 5-
6 tahun adalah:
Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata yangdapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau,keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan(kasar-halus), anak usia 5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatupercakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara danmenanggapi pembicaraan tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yangdilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.
Anak pada umumnya suka berbicara dan berbicara kepada seseorang, tertarik
menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya, tata bahasa akurat dan
20
beralasan, menggunakan bahasa yang sesuai, dapat mendefinisikan dengan
bahasa yang sederhana, menggunakan bahasa yang bisa dipahami orang lain,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan sangat aktif berbicara.
Selanjutnya menurut (Nurbiana, 2008: 3-9) menyebutkan anak usia 4-6 tahun
mempunyai karakeristik berbicara yaitu:
1. Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik
2. Melaksanakan 2-3 perintah lisan secara berurutan dengan benar.
3. Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutanyang mudah dipahami
4. Menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya
5. Menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi
6. Menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan
7. Membandingkan dua hal
8. Memahami konsep timbal balik
9. Menyusun kalimat
10. Mengucapkan lebih dari tiga kalimat
11. Mengenal tulisan sederhana
Dari pandangan diatas, dapat dikatakan bahwa keterampilan berbicara
merupakan aktivitas berbicara yang berkembang melalui pelatihan dan
pengalaman dalam menjalin komunikasi dengan orang-orang yang ada
dilingkungan anak didalam aktivitas berbicara tersebut anak menyampaikan
kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Maka indikator anak
yang memiliki keterampilan berbicara sudah berkembang adalah anak dapat
menjawab pertanyaan sederhana, memberikan keterangan yang berhubungan
dengan posisi/keterangan tempat, bercerita menggunakan kata ganti aku, saya,
kamu, dia, mereka. Serta mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara
runtut, membedakan kata-kata yang memiliki, suku kata awal yang sama misal :
21
nama yang sama (sari, sati, sami, saji), memperkenalkan diri maju kedepan
satu-satu secara bergantian, dan dapat menyebutkan nama dan alamat dengan
lengkap.
6. Bermain
1. Pengertian Bermain
Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan
main anak belajar, artinya anak yang belajar adalah anak yang bermain, dan
anak yang bermain adalah anak yang belajar.Dengan bermain anak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih
dewasa.Bermain dilakukan anak-anak dalam berbagai bentuk saat sedang
melakukan aktivitas, mereka bermain ketika berjalan, berlari, mandi, menggali
tanah, memanjat, melompat, nernyanyi, menyusun balok, menggambar dan
sebagainya.
Karl Buhler dan Schenk Danziger dalam Sujiono (2007 : 178) berpendapatbahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan. Dankenikmatan itulah yang akan menjadi perangsang bagi perilaku lainnya.Misalnya ketika anak mulai mampu berbicara dan berfantasi, fungsikenikmatan meluas menjadi kenikmatan berkreasi. Dalam pengembanganselanjutnya Charlotte Buhler menganggap sebagai pemicu kreativitas, iameyakini bahwa anak yang banyak bermain akan meningkat kreativitasnya.
Lebih lanjut Piaget dalam Sujiono (2007 : 178 – 179) menjelaskan bermain
menunjukkan dua realitas anak-anak yaitu adaptasi terhadap apa yang mereka
sudah ketahui dan respon mereka terhadap hal-hal baru. Selanjutnya dikatakan
bahwa ketika anak bermain, anak melakukan sesuatu perbuatan dan dengan
melakukan itulah anak mendapatkan suatu pengetahuan yang baru atau sebagai
penyempurna dari pengetahuan yang telah dimilikinya terdahulu. Piaget
22
menegaskan bahwa melalui bermain anak belajar sesuatu, mereka akan
mendapatkan sebab akibat atau perubahan dari suatu fenomena dan kejadian
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Tidak hanya itu bermain dapat memicu kreativitas anak
serta melalui bermain anak dapat belajar sesuatu, anak juga akan mendapatkan
sebab akibat atau perubahan suatu fenomena dan kejadian.
2. Teori Bermain
Bermaikan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi tumbuh kembang
anak, bermain juga harus atas kemauan anak itu sendiri dan tanpa ada rasa
paksaan dalam diri anak, agar anak senang dalam melakukan kegiatan bermain.
Ada beberapa teori bermain yang membahas tentang mengapa manusia
bermain.
Teori Psikoanalisis dalam Latif (2011 :79) yang melihat bermain anaksebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya serta untukmengembangkan rasa harga diri anak ketika anak dapat menguasaitubuhnya, benda-benda, serta sejumlah keterampilan sosial. Teori inidikembangkan oleh Sigmund Freud dan Erik Erikson.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teori bermain ini
sangat penting dalam menunjang perkembangan anak karena dalam bermain
anak akan mengeluaran apa yang ada dalam pikirannya. Melalui bermain anak
juga akan mendapatkan pengalaman melalui kegiatan bermain.
23
7. Alat Peraga
Alat peraga adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk
membawa atau menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru
untuk menunjang proses belajar mengajar.
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan
tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan
efisien (Sudjana, 2002 :59 ).
Berdasarkan kesimpulan diatas Alat peraga merupakan salah satu dari media
pemdidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses
komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif
8. Gambar Wayang
Membuat wayang kertas termasuk kegiatan menggambar dan sekaligus
membentuk. Teknik membuat wayang kulit dijadikan sebagai acuan prosedur
kerja. Prosesnya dimulai dengan penggambaran rencangan pada karton (setebal
kulit, misalnya dupleks atau karton bekas dus), pengguntingan pola/rancangan
itu, menyungging (untuk kulit atau melubangi kertas dengan pisau atau pahat),
dan yang terakhir pewarnaan atau penggambaran (dekoratif) pada wayang
kertas tersebut berdasarkan kebebasan berkreasi anak-anak.
Gambar adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk
tiruan dari bentuk binatang. Jadi sebenarnya gambar wayang merupakan salah
satu model perbandingan juga. Sekalipun demikian, karna gambar wayang
dalam penampilan memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan ini
24
dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan gambar wayang dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran dangan cara dimainkan dalam sandiwara gambar
wayang. Hewan, dan miniature (animals, and miniatures) gambar wayang
merupakan model dari manusia atau yang menyerupai manusia (contohnya
Bert), atau hewan. Seringkali gambar wayang dimaksudkan untuk dekorasi atau
koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan
gambar wayang ditunjukan sebagai mainan untuk anak-anak terutama anak
perempuan.
Menurut Sunarto, terdapat dua macam teori yang cukup dikenal dalam
perkembangan dunia wayang.
Pertama : perkembangan wayang yang berkaitan dengan marfologi wayang.
Teori ini menjelaskan tentang asalusul wayang yang bermula dari gambar relief
candi kemudian dipindah pada lembaran kertas yang disebut wayang beber.
Perkembangan selanjutnya wayang beber dipisah-pisahkan sehingga dapat
digerak-gerakan dan dibuat dari kulit kerbau yang selanjutnya disebut dengan
wayang kulit.
Kedua : teori perkembangan wayang berdasar perkembangan sejarah atau
sumber-sumber sejarah yang lebih dapat dipercaya.
Berdasarkan kesimpulan diatas dalam menggunakan gambar wayang dapat
meningkatkan kreativitas bahasa, emosi, keterampilan motorik halus khusus
pada saat memegang boneka wayang anak mengunakan tangan.
25
1. Macam-macam gambar wayang antara lain :
a) Gambar wayang purwa
b) Gambar wayang kaper
c) Gambar wayang tongkat
d) Gambar wayang tali
e) Gambar wayang bayang-bayang
2. Keuntungan penggunaan gambar wayang
Beberapa keuntungan penggunaan gambar wayang
1. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang tidak
terlalu rumit
2. Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara gambar wayang dapat
dibuat cukup kecil dan sederhana
3. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya
4. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi kreatifitas dan
menambah suasana gembira.
3. Tujuan permainan gambar wayang
Tujuan adala memberikan pengetahuan dan sikap budi pekerti melalui cerita-
cerita fiksi atau legenda kepada anak. Permainan ini juga bertujuan untuk
mengasah kreativitas, bahasa, emosi, keterampilan motorik halus khususnya
pada bagian jari dan tangan, sosiallisasi dan memperkenalkan khasanah budaya
bahasa.
26
Bahan-bahan pembuatan gambar wayang :
1. Kertas bufallo
2. Kardus bekas
3. pensil
4. pensil warna
5. gunting
6. lem atau solasiban
7. Spidol
8. bambu untuk tangkainya
Cara membuat gambar wayang
1. Buat pola bentuk sesuai tema contoh keluargaku seperti ayah, ibu, kakak,
adik, dan lain-lain.
2. Gunting pola sesuai bentuk yang telah dibuat
3. Satukan dua kertas bufallo dan kardus bekas yang sudah dibentuk dan
digunting
4. Beri warna pada wayang yang sudah digambar dan dibentuk
5. Tambahkan gagang dengan cara dilem atau disolasikan untuk pegangan
wayang
6. Keringkan sampai mengeras dan menempel
9. Pengertian media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
27
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal
Azhar,( 2007:151 )
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan alat bahan ajar untuk tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karna
itu media pembelajaran berkaitan dengan peserta didik untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
1. Macam-macam media pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar cukup
bervariatif dan memiliki bentuk yang beranekaragam. Menurut Azhar (2011:
29-33) media pembelajaran dapat dibedakan ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Media hasil teknologi cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi,
seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan
mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks,
grafik, foto atau reprentasi fotografik dan reproduksi, materi cetak dan visual
merupakan dasar pengembangan dan penggunaan kebanyakan materi
pembelajaran lainnya. Teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan
tercetak.Dua komponen pokok teknologi ini adalah materi teks verbal dan
materi visual yang dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan
persepsi visual, membaca, memproses informasi dan teori belajar. Teknologi
cetak memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a. Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang.
b. Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif.
28
c. Teks dan visual ditampilkan statis (diam)
d. Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan
persepsi visual
e. Baik teks maupun visual berorientasi (berpusat) pada siswa
f. Informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai.
2. Media hasil teknologi audio-visual
Media ini diterapkan dengan cara menggunakan mesin-mesin mekanis dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual.
3. Media hasil teknologi yang berdasarkan computer
Media ini diterapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis
mikro-prosesor.
4. Media gabungan teknologi cetak dan computer
Media ini berguna untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang
menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh
computer
Jadi pengajaran materi menggunakan audio-visual adalah produksi dan
penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran
serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau symbol-simbol
yang serupa.
29
2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai
berikut :
a. mempermudah proses pembelajaran di kelas
b. meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c. menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar
d. membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut :
a. pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar
b. bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami
pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran
dengan baik
c. metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan,
dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang
dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-
lainya.
30
B. Penelitian terdahulu yang relavan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Milla faila shofa,
suparno. Dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Anak Usia Dini Melalui Permainan Sandiwara boneka Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Universitas Negri Yogyakarta, dapat disimpulkan
bahwa permainan sandiwara boneka dapat meningkatkan keterampilan
berbicara anak usia dini, peningkatan keterampilan presentase berbicara dari
40,13% mencapai 79-74%.”
Menurut Priska Anindita Titisari Putriningtyas. Dalam penelitian ini yang
berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Wayang Dupleks Komunikasi
Terhadaap Kemampuan Berbicara anak Kelompok B TK Putera Harapan
Surabaya Tahun Ajaran 2013-2014, dapat disimpulkan bahwa media wayang
duplek komunikasi berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak,
Berdasarkan analisis data menggunakan uji mann whitney u-test menujukan u
hitung ≤ u tabel yaitu 100% ≤ 127%.
C. Kerangka Pikir
Salah satu kemampuan anak dari lima aspek perkembangan yaitu kemampuan
berbahasa anak khusus nya keterampilan berbicara, dalam perkembangan
bahasa anak menjadi mampu mengemukakan pendapat atau keinginan nya
salah satu indikator ketercapaian yang telah ditentukan.
Keterampilan berbicara harus distimulus sejak dini agar anak mendapat
kesempatan dalam mengembangkan kemampuan yang anak miliki. Peran serta
pendidik dalam memberikan stimulus dalam keterampilan berbicara anak
31
amatlah penting, cara mengajar guru, alat peraga yang digunakan, sampai pada
pengelolaan kelas untuk anak. Memberikan kegiatan pembelajaran kepada
anak hendaknya dapat menarik perhatian anak, salah satunya dengan
menggunakan alat peraga yang bervariasi dan bernilai edukatif.
Menurut Sunarto, terdapat dua macam teori yang cukup dikenal dalam
perkembangan dunia wayang.
Pertama : perkembangan wayang yang berkaitan dengan marfologi wayang.
Teori ini menjelaskan tentang asalusul wayang yang bermula dari gambar relief
candi kemudian dipindah pada lembaran kertas yang disebut wayang beber.
Perkembangan selanjutnya wayang beber dipisah-pisahkan sehingga dapat
digerak-gerakan dan dibuat dari kulit kerbau yang selanjutnya disebut dengan
wayang kulit.
Kedua : teori perkembangan wayang berdasar perkembangan sejarah atau
sumber-sumber sejarah yang lebih dapat dipercaya.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka metode yang digunakan dalam
pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap salah satu kemampuan
anak. bahkan penggunaan alat peraga yang digunakan dalam penelitian dapat
meningkatkan kemampuan yang dimiliki anak yaitu keterampilan berbicara
pada anak usia dini.
32
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar I. Kerangka pikir penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto: 2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2008) hipotesis dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empirik dari data. Berdasarkan dari landasan konseptual
dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ha : Ada Pengaruh Aktivitas Pengunaan Alat Peraga Gambar Wayang Terhadap
Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok B TK Assalam Bandar
Lampung”
Aktivitas penggunaanmedia boneka wayang
(X)
Peningkatanketerampilan
berbicara(Y)