36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Komunikasi merupakan interaksi antara dua orang ataupun lebih, baik itu komunikasi verbal yaitu mengutarakan dengan kata- kata maupun non verbal yaitu dengan menggunakan bahasa isyarat. Apapun caranya berbagai macam, tapi pada hakikatnya komunikasi merupakan pengiriman pesan yang dituju dari pihak komunikator pada pihak komunikan dengan maksud mempengaruhi, mengubah ataupun mencapai tujuan tertentu. Manusia adalah mahluk social yang memaksanaya akan kebutuhan satu sama lain,manusia tidak bisa hidup secara individualism dan akan tetap mempunyai jiwa social,untuk itu,mereka memerlukan proses agar hubungan 1

repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/176/2/BAB I.docx · Web viewIa sangat mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan simbol; dia menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Komunikasi merupakan interaksi antara dua orang ataupun lebih, baik itu

komunikasi verbal yaitu mengutarakan dengan kata- kata maupun non verbal

yaitu dengan menggunakan bahasa isyarat. Apapun caranya berbagai macam, tapi

pada hakikatnya komunikasi merupakan pengiriman pesan yang dituju dari pihak

komunikator pada pihak komunikan dengan maksud mempengaruhi, mengubah

ataupun mencapai tujuan tertentu.

Manusia adalah mahluk social yang memaksanaya akan kebutuhan satu

sama lain,manusia tidak bisa hidup secara individualism dan akan tetap

mempunyai jiwa social,untuk itu,mereka memerlukan proses agar hubungan antar

manusia bsa terjalin,salah satu cara adalah dengan berkomunikasi.

Komunikasi terjadi dalam segala bentuk dan situasi,dimana komunikasi

terjadi dengan adanya interaksi baik secara verbal maupun nonverbal,dalam

bukunya shanon dan weaver mengatakan devinisinya tentang komunikasi yaitu :

Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang paling berpengaruh mempengaruhi satu sama lainya,sengaja atau tidak sengaja.tidak terbatas pada bentuk kounikasi menggunakan bahasa verbal,tetapi juga dalam hal ekspresi muka,lukisan,seni,dan tekhnologi.

1

Banyak hal yang menjadi sarana manusia untuk berkomunikasi,dan tak

hanya dengan tekhnologi,komunikasi bisa dibangun atas dasar hubungan dan

kedekatan yang ada sehingga terbentuknya suatu hubungan.

Pakar-pakar Ilmu Komunikasi mengelompokkan pembagian komunikasi

dalam bentuk yang bermacam-macam. Komunikasi dilihat dari peserta

komunikasinya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, Komunikasi Intrapersonal,

Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Massa dan

Komunikasi Organisasi. ( Mulyana, 2003: 73-75) .diantanya adalah :

1. Komunikasi Dengan Diri Sendiri (Intrapersonal

Communication)

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang

terjadi didalam individu, atau dengan kata lain proses

berkomunikasi dengan diri sendiri.

Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang

yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau

terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam

bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang

mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun

yang ada di dalam diri seseorang.

Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam

pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari panca indera

yang dimilikinya. Hasil kerja dari pikiran tadi setelah di evaluasi

2

pada gilirannya akan memberi pengaruh pada pengetahuan, sikap,

dan perilaku seseorang.

2. Komunikasi Antar Pribadi ( Interpersonal Communication)

Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini ialah proses

komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara

tatap muka,

Seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa

“interpersonal communication is communication involving two

or more people in a face to face setting.”

Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi bisa dibedakan atas

dua macam, yakni komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

yaitu proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam

situasi tatap muka dan komunikasi kelompok kecil (Small Group

Communication).Komunikasi kelompok kecil ini ialah proses

komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara

tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama

lainnya.

Pada intinya komunikasi antar pribadi itu akan terjadi manakala

antara komunikator dan komunikan terjadi komunikasi.

3. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok (group communication) adalah

komunikasi antara sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan

bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

3

bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka

sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan

terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau

suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu

keputusan.

Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk

pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small

group communication).

4. Komunikasi Public (Public Communication)

komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di

mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap

muka di depan khalayak yang lebih besar.

Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal

(pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat

beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri

masing-masing.

Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung

secara kontinu.Dapat di identifikasi siapa berbicara (sumber) dan

siapa pendengarnya.

Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga

tanggapan balik juga terbatas.Hal ini disebabkan karena waktu yang

4

digunakan angat terbatas, dan jumlah khalayak relatif besar.sumber

sering kali tidak dapat mengidentifikasi satu per satu pendengarnya.

Ciri lain yang dimiliki komunikasi publik bahwa pesan yang

disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi

terancana dan dipersiapkan lebih awal.

Tipe komunikasi publik biasanya ditemukan dalam berbagai

aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan,

ceramah, dan semacamnya.

5. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi massa sebagai proses komunikasi yang berlangsung

dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepeda

khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat

mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang

sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat

pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia,

agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.

Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa ialah sumber dan

penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara

mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang

terdiri dari banyak orang, misal reporter, penyiar, editor, teknisi,

dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya

5

lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh

redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.

Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan

baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan

perkembangan teknologi,saat ini tanggapan balik atau respon bisa

dengan cepat diterima, misalnya melalui program interaktif.

Dalam lima bentuk komunikasi di atas,komunikasi yang mendekati pada

penelitian kali ini adalah komunikasi antarapersonal. Pada hakekatnya menurut

Effendi, Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dianggap paling

efektif dalam upaya merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Hal itu

dikarenakan proses komunikasi interpersonal berlangsung secara dialogis berupa

percakapan, arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan

komunikan ketika itu juga.

Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti

apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Selain itu

peserta komunikasi mendapatkan kesempatan untuk bertanya seluas-luasnya.

(Sunarto, 2003:13 )

Komunikasi intrapersonal yaitu berupa interaksi antara dua orang atau

lebih dengan bertatap muka secara langsung. Berdasarkan

pengembanganya,komunikasi antar personal bisa dimulai dengan komunikasi

yang bersifat tidak pribadi (impersonal) yang kemudian menjadi komunikasi yang

pribadi atau intim.

6

Komunikasi interpersonal seperti yang diungkapkan oleh Joseph A.

Devito yakni

merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (Effendy, 2003:30).

Ada beberapa tujuan terjadinya proses komunikasi antarpersonal

ini,diantaranya agar kita mengenal diri sendiri dan orang lain disekitar

kita,mengetahui keadaan dunia luar,menciptakan hubungan yang baik dan

bermakna,untuk mengubah sikap pribadi sendiri ataupun perilaku orang lain,dan

juga tujuan lainya adalah untuk mencari wawasan,hiburan dan membantu sesama.

Dalam komunikasi interpersonal,efektifitas komunikasi dimulai dengan

lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan, empati, sikap

mendukung, sikap positif dan kesetaraan.(Devito, 1997: 259-264).

Fungsi komunikasi interpersonal tidak sebatas pertukaran informasi atau

pesan saja, tetapi merupakan kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-

menukar data, fakta dan ide-ide agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif

dan informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik,

maka komunikator perlu menyampaikan pola komunikasi yang baik pula.

Pentingnya komunikasi interpersonal dalam kehidupan manusia tidak

dapat dipungkiri, begitu juga halnya dalam kehidupan berorganisasi. Organisasi

merupakan suatu wadah sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan

tujuan yang sama, dimana dalam aktivitasnya membutuhkan pembagian kerja

7

untuk mencapai tujuan organisasi, tentunya dibutuhkan komunikasi yang baik

bagi anggotanya. Bentuk organisasi itu bermacam-macam, seperti perusahaan,

instansi, lembaga, tak terkecuali komunitas.

Panti asuhan adalah suatu lembaga perlindungan anak yang berfungsi

sebagai tempat bernaung, tinggal dan perlindungan bagi anak-anak yang tidak

mempunyai orang tua bahkan keluarga dimana para penguus dalam panti adalah

berberan senagai pengganti orang tua yang bertujuan untuk mengasuh dan

menjadikan anak-anak selayaknya anak pada umumnya putra-putri bangsa yang

berguna.

Suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan

melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan

pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik,

mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas,

tepat danmemadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang

diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai

insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (Depsos RI,

2004:4).

Keberadaan lembaga panti asuhan telah banyak bermunculan

diindonesia,ada beberapa yang merupakan panti yang didirikan oleh pemerintah

seperti Dinas Sosial,adapun yang didirikan oleh masyarakat,atas aspirasi

masyarakat dalam menyelamatkan anak-anak yatim,anak kurang mampu atau

8

berada dibawah garis kemiskinan dan sebagai sarana penyaluran harta bagi orang-

orang yang mampu untuk berbagi sebagian hartanya kepada yang tepat.

Dalam agama islam,merupakan suatu kebaikan tersendiri bila kita mau

berbagi dengan anak yatim maupun orang fakir.seperti yang tertulis dalam kitab

Al-Quran :

‘bukankah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan.akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,hari akhir,malaikat – malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi yang dicintainya kepada kerabatnya anak –anak yatim dan juga orang miskin”(al-baqoroh :177)

Keadaan ekonomi dan kasusu sex bebas menjadi masalah yang tak habis-

habis tuk diperbincangkan,keadaan ekonomi yang tak stabil menjadikan

banyaknya masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemerintah belum bisa dengan maksimal

menyelesaikan masalah ini,dengan realita yang ada di sekitar kita bahwa masih

banyaknya warga miskin yang tidak bisa membiayai keluarga bahkan tuk

hidupnya sendiri,juga masih banyaknya tingkat aborsi dan kelahiran tanpa

pernikahan yang sah menutut agama maupun pemerintah.

Ayah dan ibu,tempat tinggal dan suatu keluarga adalah hal yang dianggap

biasa oleh sebagian orang,akan tetapi tidak untuk anak yatim dan yatim piatu

ataupun bagi anak- anak yang kurang mampu,kasih sayang,tempat bernaung dan

peranan orang tua sangat dibutuhkan bagi anak-anak pada umumnya,

9

Berangkat dari niat ibadah dan berbagi kasih sayang dengan anak yatim

dan kurang mampu,didirikanlah suatu panti asuhan yang diprakarsai oleh bpak

sugriono yang bekerja sama dengan masyarakat setempat pada tahun 2007,dengan

menciptakan lingkungan dan suasana kekeluargaan,pak sugriono beserta istri dan

keluarga, pada pertengahan tahun ini telah memiliki anak didik sebanyak 44

(empat puluh empat ) dengan kualifikasi usia rata-rata berumur 4 (empat)tahun

sampai belasan tahun dengan beberapa pengurus yang beranggotakan 24 (dua

puluh empat) orang,yayasan ini berlokasi di desa Cibiru Hilir,Kec Cileunyi, Kab

Bandung.

Proses penerimaan anak didik dalam panti asuhan ini melibatkan

pengelola yayasan dan masyarakat sekitar,diantaranya adalah penerimaan anak-

didik bisa dilakukan setelah adanya proses terkait pendataan calon anak didik,

proses administrasi data terkait latar belakang calon anak didik baik

keluarga,keseharianya,keadaan fisiknya dan kepribadianya,dan selanjutnya adalah

survey yang dilakukan oleh tim yayasan dalam mencari tahu terkait keturunan dan

keadaan keluarganya.setelah melewati prosedur yang ada,kemudian calon anak

didik akan sah menjadi anggota dari yayasan yatim piatu dan dhuafa mutiara bani

sholihin.

Dalam hal ini, jelas komunikasi akan terjadi,dan tidak mudah tentunya

menyatukan beberapa watak dan berbagai macam kepribadian menjadi suatu

hubungan yang baik,akan terjadi banyak ketegangan dan kontradiksi yang terjadi

antara pengasuh dan anak didik , untuk itulah maka diperlukan sebuah komunikasi

10

yang efektif agar mencapai suatu tujuan baik dari sang pengasuh,pengurus dan

anak- anak didik panti.

Disinilah peran komunikasi interpersonal sangat berpengaruh pada

kehidupan mereka sehari- hari,baik antara pengasuh dan anak panti

asuhan,pengurus dengan anak panti.juga komunikasi antar sesama anak panti.

Maka dari itu di dalam komunikasi interpersonal di lembaga Yayasan

Panti Asuhan Muitara Bani Sholihin ini setiap komponen harus di pandang dan di

jelaskan sebagai bagian - bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi

antar pribadi.

Berdasarkan uraian yang peneliti paparkan di atas, peneliti merasa tertarik

untuk mengangkat judul “POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL

ANTARA PENGASUH DAN ANAK ASUH DI YAYASAN PANTI

ASUHAN MUTIARA BANI SHOLIHIN BANDUNG”.

11

1.2 Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep diri anak panti asuhan Mutiara Bani Sholihin

2. Bagaimana interpretasi anak panti asuhan terhadap makna dalam suatu

interaksi di Panti Asuhan Mutiara Bani Sholihin

3. Bagaimana hubungan Panti Asuhan Mutiara Bani Sholihin dengan

masyarakat

1.3 Tujuan Penelitian

Di dalam penelitian ini juga terdapat tujuan penelitian,yang mana tujuan

penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang di

peroleh setelah penelitian selesai.Berdasarkan pokok permasalahan yang di

kemukakan di atas maka,tuj uan penelitian kali ini adalah

1. Untuk mengetahui konsep diri anak panti asuhan Mutiara Bani Sholihin

2. Untuk mengetahui interpretasi anak panti asuhan terhadap makna dalam

suatu interaksi di Panti Asuhan Mutiara Bani Sholihin

3. Untuk mengetahui hubungan Panti Asuhan Mutiara Bani Sholihin dengan

masyarakat

12

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu berkaitan dengan judul penelitian, kegunaan ini terbagi

menjadi dua bagian yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang secara

umum diharapkan mampu mendatangkan manfaat bagi pengembangan ilmu

komunikasi.

1.4.1 Kegunaan Akademis

a. Sebagai salah satu informasi dan kepustakaan bagi mahasiswa di lingkungan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada umumnya serta Jurusan Ilmu

Komunikasi.

b. Sebagai bentuk pengembangan kemampuan dan kepekaan peneliti dalam

menganalisa masalah-masalah komunikasi serta akibat dari masalah-masalah

tersebut.

c. Hasil penelitian ini diharapkan pada akhirnya dijadikan sebagai khasanah di

bidang komunikasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi

pemerintah Kota Bandung agar lebih memberikan perhatian pada anak yatim

13

dan atau organisasi serta lembaga yang bergerak di bidang pembinaan anak

yatim piatu.

b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerhati ataupun praktisi sosial

khususnya yang tertarik pada usaha peningkatan kesejahteraan anak yatim

secara merata.

1.5 Kerangka Penelitian

Kerangka pemikiran merupakan landasan berpikir yang memberikan

gambaran singkat mengenai tahapan penelitian dari awal hingga akhir kemudian

akan dijadikan asumsi dan memungkinkan terjadinya penalaran terhadap masalah

yang diajukan.

Pada penelitian kali ini,peneliti ingin membahas tentang bagaimana pola

komunikasi antar personal yang terjadi dalam yayasan mutiara bani

sholihin,interaksi yang dilakukan antara pengasuh dan anak asuh juga dalam

menyesuaikan keadaan setiap individu anak yang terdiri dari riwayat dan

background yang berbeda sehingga menjadi anak yang percaya diri yang baik dan

maju.

Karena fokus penelitian adalah bagaimana pola komunikasi interpersonal

yang berlangsung dalam sebuah yayasan, khususnya diantara pengasuh dan anak

asuh, maka peneliti menggunakan Teori Interaksi Simbolik yang dikemukakan

oleh George Herbert Mead dan Herbert Blummer.

14

1.5.1 Interaksionisme Simbolik

Interaksionisme simbolik sejatinya terdiri dari dua penggal kata yaitu

‘interaksi’ dan ‘simbolik’. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, interaksi

didefinisikan sebagai hal, saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi

antarhubungan. Sedangkan definsi dari simbol adalah sebagai lambang, menjadi

lambang dan mengenai lambang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa interaksionisme simbolik merupakan suatu aktivitas komunikasi yang

menjadi ciri khas manusia dengan simbol yang memiliki makna tertentu.

George Herbert Mead, yang dikenal sebagai pencetus awal Teori Interaksi

Simbolik. Ia sangat mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan

simbol; dia menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang

muncul di dalam sebuah situasi tertentu. Sebagaimana dinyatakan oleh namanya,

(Symbolic Interaction Theory) menekankan pada hubungan antara simbol dan

interaksi.

Mead tertarik pada interaksi dimana isyarat non-verbal dan makna dari

suatu pesan verbal akan memengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi.

Dalam terminology yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non-verbal (seperti body

language, gerak fisik, status,dsb.) dan pesan verbal yang memiliki makna yang

disepakati secara bersama-sama oleh pihak yang terlibat interaksi.

Dasar pemikiran teori Interaksi simbolik berakar pada ketertarikan Mead

mengkaji interaksi sosial yang terjadi diantara individu-individu yang berpotensi

mengeluarkan simbol. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan

15

orang lain. Melalui pemberian isyarat berupa simbol maka kita dapat

mengutarakan perasaan, pikiran, maksud dan sebaliknya dengan cara membaca

simbol yang ditampilkan orang lain.

Teori Interaksionisme Simbolik ini ada karena ide-ide dasar dalam

membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind), mengenai diri (self)

dan hubungannya di tengah interaksi sosial, yang memiliki tujuan akhir

memediasi serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (society) dimana

individu itu menetap.

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Pikiran (Mind)

yakni merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang

mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan

pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.

2. Diri (Self)

Kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut

pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah

satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-

self) dan dunia luarnya.

3. Masyarakat (Society)

16

Jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun dan dikonstruksikan

oleh tiap individu ditengah masyarakat dan tiap individu tersebut terlibat dalam

perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela yang pada akhirnya

mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakat.

Mind, Self dan Society merupakan karya George Herbert Mead yang

paling terkenal. Dimana dalam konsep tersebut memfokuskan pada tiga tema

konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diksuksi mengenai teori

interaksi simbolik antara lain:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

2. Pentingnya konsep mengenai diri

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat

Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya

membentuk makna bagi perilaku manusia. Teori interaksi simbolik tidak bisa

dipisahkan dari proses komunikasi. Karena awalnya makna itu tidak ada artinya,

sampai pada akhirnya konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses

interaksi untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.

Hal tersebut sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blummer

(1969) dalam West Turner dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka,

2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia,

3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.

17

Douglas dalam buku karangan Ardianto menjelaskan bahwa:

Makna itu berasal dari interaksi dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi (2007:136).

Mendukung penjelasan Douglas, West & Turner dalam bukunya yang

mengutarakan pemikiran sebagai berikut:

Orang tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada orang, benda dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang digunakan orang, baik dalam berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas (2009:98).

Makna tebentuk berdasarkan hasil dari persepsi pribadi serta merupakan

hasil dari interaksi dengan orang lain. Makna yang diberikan oleh seseorang

dalam interaksi kepada orang yang diajak berkomunikasi, akan menentukan

tindakan atau umpan balik yang diberikan. Secara tidak langsung dapat dikatakan

bahwa makna dipengaruhi oleh interaksi dan berpengaruh pula terhadap interaksi.

Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya Konsep

Diri atau Self-concept. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan

pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan

pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi

tambahan menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West Turner (2008:10),

antara lain:

18

1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain,

2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.

Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara

kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-

norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap

individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya.

fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan

perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini

adalah:

1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial

2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

Berdasarkan ketiga tema besar dari teori interaksionalisme simbolik dapat

disimpulkan bahwa pola komunikasi interpersonal dapat tergambar dari proses

komunikasi yang melibatkan pemaknaan perilaku, konsep diri serta bagaimana

hubungan yang terjadi dengan masyarakat.

Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan seseorang mengenai

dirinya sendiri. Adapun konsep diri ini sendiri terbentuk oleh penilaian, sikap dan

respons yang diperoleh dari orang lain. Konsep diri pengasuh dan anak asuh di

panti asuhan Bani Sholihin yaitu dianalisis dari hasil penilaian terhadap diri

sendiri secara kognitif, serta hasil penilaian diri sendiri secara afektif. Disamping

itu, konsep mereka tahu melalui penilaian dirinya berdasarkan respons yang orang

19

lain berikan berdasarkan sudut pandang pribadi serta sudut pandang orang yang

mengamati.

Konsep diri dalam penelitian Pola Komunikasi Interpersonal Pengasuh

dan anak asuh di yayasan panti asuhan mutiara bani sholihin ini menjadi

komponen pokok. Hal tersebut dikarenakan konsep diri mempengaruhi perilaku

komunikasi karena konsep diri itu mempengaruhi kepada pesan apa Anda bersedia

membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu dan apa yang kita ingat.

Dengan mengetahui konsep diri seseorang, dapat diketahui pola serta strategi

komunikasi yang tepat serta efektif.

Pada Makna terbentuk dalam interaksi antar manusia dan dimodifikasi

melalui proses interpretif. Makna yang tercipta dalam interaksi antar manusia

dapat dikatakan merupakan bagian dari persepsi interpersonal. Interpretasi makna

dalam komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengajar dan peserta didik,

dilihat pada petunjuk eksternal yang dapat diamati. Petunjuk-petunjuk itu adalah

deskripsi verbal dari pihak ketiga dan deskripsi non verbal berupa petunjuk

proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik dan artifaktual. Semuanya itu dapat

disebut dengan faktor-faktor situasional.

Pada Interpretasi peserta didik terhadap makna dalam suatu interaksi tidak

hanya diamati berdasarkan faktor-faktor situasional akan tetapi juga faktor-faktor

personal. Faktor personal ini terdiri dari pengalaman, motivasi serta kepribadian.

Pada hubungan antara individu dengan masyarakat, dilihat pada

bagaimana komunikasi dan interaksi yang di jalin oleh yayasan dengan

20

masyarakat sekitar. Adapun masyarakat sekitar itu adalah orang tua peserta didik,

lingkungan serta masyarakat umum. Pada konsep ini, peneliti berusaha mencari

tau mengenai bagaimana baik pengasuh maupun anak asuh berinteraksi dengan

lingkungan sekitar. Serta bagaimana tanggapan lingkungan sekitar mengenai

yayasan. Hubungan antara yayasan dengan masyarakat ini dianalisa pengaruhnya

terhadap pola komunikasi interpersonal yang dilakoni pengasuh dan anak asuh di

yayasan panti asuhan bani sholihin.

Dari penjelasan di atas, kerangka pemikiran pada penelitian ini secara

singkat tergambar dalam bagan sebagai berikut :

21

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

22

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

GEORGE HERBERT MEAD DAN HERBERT BLUMMER

Inti Teori:

suatu pesan non verbal dan makna dalam pesan verbal akan memengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi

Mind Self Society

interpretasi anak asuh terhadap interaksi

konsep diri

anak asuh

hubungan antara panti asuhan dengan

masyarakat sekitar

Hasil olahan peneliti dan pembimbing 2015

1.6 Lokasi penelitian

Metode penelitian kualitatif menuntut penelitian dilakukan dalam setting

yang alami.oleh karena itu,penelitian dilakukan di salah satu tempat dimana

terdapat informan yang melakukan kegiatan sehari-harinya.adapun lokasi

penelitian yang dipilih,antara lain :

1. Asrama wanita,yayasan yatim piatu dan dhufa bani sholihin.

2. Asrama pria, yayasan yatim piatu dan dhuafa mutiara bani

sholihin.

3. Kantor pusat yayasan yatim piatu dan dhuafa mutiara bani sholihin.

1.7 Waktu dan Periode Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada awal bulan ramadhan 2015 tepatnya

pada tanggal 8 juni 2015 hingga 10 agustus 2015.Penelitian banyak dilakukan

dikawasan asrama tempat tinggal para nak yatim piatu dan dhuafa yaitu di

yayasan Panti Asuhan Bani Sholihin sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan

oleh pimpinan yayasan bagi informan dalam melakukan kegiatan penelitian,yaitu

pada waktu kegiatan mengaji pada sore hari ataupun acara pendidikan dan belajar

bersama pada malam hari.

23