17
IBADAH DALAM PERSPEKTIF MUHAMMADIYAH Oleh; Asep Shalahudin, S.Ag., M.Pd.I.

Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

IBADAH DALAM PERSPEKTIF MUHAMMADIYAH

Oleh;Asep Shalahudin, S.Ag., M.Pd.I.

Page 2: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

3 Produk Majelis Tarjih(Muhammadiyah)

1. Putusan Tarjih. Adalah keputusan resmi Muhammadiyah

dalam bidang agama – bukan keputusan Majelis Tarjih – dan mengikat organisasi secara formal (walaupun dalam praktek dilapangan terkadang diabaikan dan banyak warga Muhammadiyah tidak memahaminya atau bahkan tidak mengetahui beberapa butir penting dari padanya).

Putusan-putusan Tarjih biasanya dimuat dalam Berita Resmi Muhammadiyah (BRM)

Page 3: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

2. Fatwa. Adalah jawaban Majelis Tarjih terhadap

pertanyaan masyarakat mengenai masalah-masalah yang memerlukan penjelasan dari segi hukum Syari’ah. Sesuai dengan sifat fatwa pada umumnya, fatwa Majelis Tarjih tidak mengikat baik terhadap organisasi maupun anggota sebagai perorangan, bahkan fatwa tersebut dapat dipertanyakan dan didiskusikan kembali.

Fatwa Agama biasanya dimuat dalam Suara Muhammadiyah (SM) dalam kolom Tanya Jawab Agama.

Page 4: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

3. Wacana.

Adalah gagasan-gagasan atau pemikiran yang dilontarkan dalam rangka memancing dan menumbuhkan semangat berijtihad yang kritis serta menghimpun bahan atau ide mengenai berbagai masalah aktual dalam masyarakat.

Wacana-wacana Tarjih tertuang dalam berbagai publikasi Majelis tarjih seperti Jurnal tarjih dan berbagai buku yang diterbitkan.

ex. Jihad dan Terorisme dll. (Prof. Dr. Syamsul Anwar,MA, Fatwa-fatwa Tarjih:

Tanya Jawab Agama 5, hal. xii-xiii, 2006, Suara Muhammadiyah)

Page 5: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

Berpijak dari Langkah Muhammadiyah (1938-1940) pada fasal 2 “Memperluas faham agama”.

Munculnya beberapa permasalahan: diantaranya: Adanya kesulitan dan kesusahan: 1. membedakan masalah keagamaan dan keduniaan 2. memisahkan perkara ibadah dan qiyas

Perlu adanya suatu Qaidah == Pedoman dalam menentukan dan mengetahui hal-hal tersebut

KAPAN KONSEP IBADAH DI RUMUSKAN

Page 6: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

Pada tahun 1938 Pengurus Besar Muhammadiyah telah mengirimkan kepada jumhur ulama lima pertanyaan sebagai berikut:

الدين؟- 1 هو ماالدنيا؟- 2 هى ماالعبادة؟- 3 ماهى

الله؟- 4 سبيل ماهوالقياس؟- 5 ماهو

Page 7: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

Lima Masalah ==== ditanggapi oleh 48 Alim Ulama dan Persyarikatan (tanggapan yang menggembirakan).

48 jawaban ==== diserahkan kepada M.H. Mansoer untuk menyaring dan meringkas

=== Qaidah dalam 5 masalah tersebut

Lima Masalah ====Masalah Lima (al-Masa-il al-Khams)

Page 8: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

29 Ulama Muhammadiyah

1. Syeikh Daoed Rasjidi , Bukit Tinggi2. Syeikh Muhammad Djamil Djaho,

Padangpanjang, Padang3. R. Fananie (Consul HB Muhammadiyah),

Palembang Sumatera Selatan4. K.H. Abd. Halim, Majalengka Bandung Jawa

Barat5. S. Abdoellah Mansjoer, Semarang Jawa Tengah6. K.H. Aboe Amar, Sorakarta Jawa Tengah7. K.H. Imam Ghozali, Solo Jawa Tengah8. K.H. Amir, Kota Gede Yogyakarta

Page 9: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

9. Irsam, Salatiga, Jawa Tengah10. K. Haroen Rasjid, Mojokerto Jawa Timur11. K.H. Jasin, Pemalang Jawa Tengah12. K.M. Ma’some, Malang Jawa Timur13. Syeikh Achmad Soerkati, Batavia14. Oetadz Oemar Hoebes Surabaya Jawa Timur15. K.H. Amoentai16. A.R. St. Mansoer (Consul HB Muhammadiyah

Padangpanjang) Padang17. K.H. Zoehdi, Kudus Jawa Timur

Page 10: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

18. Sajid Ali Harharah, Batavia Jakarta19. Syeikh Oemar Nadji, Batavia Jakarta20 K.H. Anwaroeddin, Rembang Jawa Timur21. H. Haroen Guru Kuliyatul Muballighin22. K.H. Abdoel Mu’thi (Consul HB

Muhammadiyah Madiun) Jawa Timur23. Ki Thahiroeddin (Consul HB

Muhammadiyah Besuki)24. M. Djojosoepadmo Mantri Guru Boejaran25. R. Wardan, Yogyakarta

Page 11: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

26. Abdul Salam, Kotaradja27. H. Hasboellah, Kotaraja28. H.M. Basjoeni Imran, Maharadja Imran (Adviseur agama di kerajaan Sambas)

Borneo Barat29. Abdullah Oemar

Page 12: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

Persyarikatan (19 groep dan cabang)

1. Muhammadiyah Cabang Puirworejo2. Muhammadiyah Groep Tanjung Sumenep

Madura3. Muhammadiyah Cabang Gorontalo4. Muhammadiyah Cabang Pati5. Muhammadiyah Cabang Slawi6. Muhammadiyah Groep Baciro

Yogyakarta7. Muhammadiyah Groep Kandangan Paree

Page 13: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

8. Muhammadiyah Groep Kalibagor Sukaraja 9. Muhammadiyah Groep Jombang10. Muhammadiyah Cabang Tegal11. Muhammadiyah Groep Kedjambon Tegal12. Muhammadiyah Groep Soelit Air

Minangkabau13. Muhammadiyah Cabang Lumajang14. Muhammadiyah Cabang Bagan Siapi-api15. Muhammadiyah Cabang Alabio16. Muhammadiyah Cabang Nasib Wates Yogyakarta

Page 14: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

17. Majelis Tarjih Yogyakarta18. I.C.H.19. Majelis Sjoera Tapijan Raja

Page 15: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

KITAB SHALAT (SHALAT FARDLU)

Kitab Shalat dalam Himpunan Putusan Tarjih(HPT) hanya memuat tentang Cara Shalat

Wajibsaja. Putusan Tarjih yang berhubungan denganmasalah shalat ini diputuskan pada Mu’tamarTarjih XIX di Minangkabau tahun 1930.Adapun putusan-putusan tersebut adalah; 1. Bacaan “ta’awwudz” dan “basmalah”

tetap dibaca dalam tiap roka’at.

Page 16: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

Pembahasan tentang Shalat dalam Muktamar

atau Munas Tarjih: 1.Kitab Shalat diputuskan di Muktamar

Khususi di Solo tahun 1929 (dalam HPT termuat pada hal. 74-100)

2.Kitab Shalat Jama’ah dan Jum’ah diputuskan di Muktamar Khususi di Palembang tahun 1956 (dalam HPT termuat pada hal.112-146)

FIQH AS-SHALAT

Page 17: Ibadah Dalam Perspektif Muhammadiyah-Asep Sholahudin

3.Kitab Shalat-shalat Tathawwu' diputuskan di Muktamar Khususi di Wiradesa Pekalongan tahun 1972 (dalam HPT termuat pada hal. 340-355)

4.Tuntunan Shalat Tathawwu' diputuskan di Muktamar Tarjih ke XX di Garut Jawa Barat tahun 1976 (belum termuat dalam HPT)

5.Munas Tarjih ke XXVI tahun 2010 di Malang Jawa Timur