HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    1/11

    HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU

    YANG MEMILIKI ANAK HIPERAKTIF/ ATTENTION DEFI CIT HYPERACTIVE

    DI SORDER (ADHD)DI SDLB NEGERI CILACAP TAHUN 2015

    Eka Novita Sari

    ABSTRACT

    Stress in mothers of children with ADHD experienced mother when feeling depressed due to the

    demands involving the perception that assessed mothers of children with ADHD with behavioral

    parenting abilities owned, so the mother will react both physiological and psychological, and

    adjust to the situation. Mothers adjustment disclosed by aspects, namely: absence of excessive

    emotionality, absence psychological mechanisms, absence of the sense of personal frustration,

    ability to learn, utilization of past experience, realistic and objective attitudes, and rational

    deliberation and self direction. The purpose of this research to determine the relationship level

    of stress with the ability of mother's adjustment who have children with hyperactive/ ADHD inSDLB Negeri Cilacap 2015. This research by using deskriptif correlational methods with cross

    sectional approach. The research sample of 74 respondents and taken using purposive sampling

    technique. The data analyzed by using chi-square test. The results of the research it shows there

    is a significant relationship between the level of stress with the ability of mother's adjustment

    who have children with hyperactive / ADHD in SDLB Negeri Cilacap 2015 obtained by chi-

    square test X2 = 12,657, and pv = 0,002. This research be expected can improve the quality of

    the individual. Mother of children with hyperactive/ ADHD should be able to react to adjust with

    various problems so can seek effort that knows dont give up to healing children.

    Keywords: Hyperactivity/ ADHD, Stress, Self Adjustment

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    2/11

    2

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    PENDAHULUAN

    Attention Deficit Hyperactive

    Disorders(ADHD) atau yang juga disebut

    sebagai hiperaktif merupakan kondisi

    gangguan neurobehavioral paling umumyang terjadi masa kanak-kanak dan sangat

    mempengaruhi prestasi akademik, kesejah-

    teraan serta interaksi sosial anak

    (American Psychiatric Association, 2004

    dalamParentsMedGuide.Org, 2012; AAP,

    2012). Gejala anak dengan ADHD

    meliputi gelisah yang berlebihan, kurang

    perhatian dan tidak impulsif (American

    Psychiatric Association, 2004 dalam

    ParentsMedGuide.Org, 2012). Beberapa

    faktor yang menyebabkan anak dengan

    hiperaktif/ ADHD yaitu faktor neurologi,

    terjadinya perkembangan otak yang

    lambat, faktor toksik, faktor genetik, faktor

    psikososial dan lingkungan serta pola asuh

    (Unika, 2009; Ismira, 2008).

    Prevalensi ADHD sekitar 5-10% dan

    sekitar 3-7% anak usia sekolah menunjuk-

    kan ADHD (Smith, Barkley & Shapiro,

    2007 dalam Youngstrom, Arnold &

    Frazier, 2012; American Psychiatric

    Association, 2004 dalam

    ParentsMedGuide.Org, 2012). Angka

    kejadian kelainan hiperaktif di Ameriksa

    serikat sekitar 37%, sedangkan di negara

    Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar

    510%. Diagnosis and Statistic Manual

    (DSM IV) menyebutkan prevalensikejadian hiperaktif pada anak usia sekolah

    berkisar antara 3-5%, terlihat dari tahun

    2004 (Hiperaktif Terus Meningkat, 2009).

    Pada lima tahun terakhir, jumlah kasus

    hiperaktif di Indonesia meningkat.

    Menurut data di Day Care Psikiatri RSU dr

    Soetomo Surabaya, terdapat sekitar 100

    anak hiperaktif yang berobat pada mereka

    dalam kurun waktu tahun 20042007.

    Menurut data Sekolah Dasar Luar Biasa

    (SDLB) yang ada di kota Cilacap bahwa

    jumlah siswa semakin meningkat setiap

    tahun. Tahun 2011 ada 252 siswa untuk

    semua tingkat dan tahun 2015 bertambah

    menjadi sekitar 275 bahkan saat ini sudahditambah tingkatan sekolah luar biasa

    sampai lanjutan menengah atas.

    Ketika mengetahui anak yang telah

    hadir mengalami keterlambatan per-

    kembangan serta didiagnosis sebagai anak

    berkebutuhan khusus, orangtua dapat

    merespons dengan cara yang berbeda-

    beda. Keterbatasan anak menyebabkan

    orangtua layaknya mendapat tuntutan

    untuk mengubah pola pandangan mereka

    terhadap peran anak dan keluarga

    (Campito, 2007).

    Ditambahkan pula oleh McKinney

    dan Peterson (Lessenberry & Rehfeldt,

    2004) bahwa para ibu dengan anak

    berkebutuhan khusus menunjukkan tingkat

    stres lebih tinggi dan mereka melaporkan

    karakteristik lebih negatif mengenai anak

    daripada para ibu dengan anak yangnormal. Ibu sering kali mengalami shock,

    sedih, khawatir akan masa depan anak,

    cemas, takut, sekaligus marah ketika

    mengetahui kondisi anaknya pertama kali.

    Tekanan-tekanan yang dialami ibu

    membawa mereka dalam keadaan stres.

    Menurut Koentjoro (2007) stres adalah

    suatu kondisi psikologis dimana seseorang

    merasa tertekan karena suatu persoalan

    yang dihadapinya. Stres merupakan

    persepsi yang dinilai seseorang dari sebuah

    situasi dan peristiwa. Sebuah situasi yang

    sama dapat dinilai positif, netral atau

    negatif oleh orang yang berbeda. Stres,

    kecemasan dan rasa tidak bahagia sering

    mengganggu kehidupan seseorang. Agar

    stres tersebut dapat ditangani secara

    efektif, perlu dilakukan penyesuaian diri.

    Penyesuaian diri adalah suatu proses yang

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    3/11

    3

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    mencakup respon mental dan tingkah laku,

    dimana individu berusaha untuk dapat

    berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan

    dalam diri, ketegangan-ketegangan,

    konflik-konflik, dan frustrasi yang dialami,sehingga terwujud tingkat keselarasan atau

    harmoni antara tuntutan dari dalam diri

    dengan apa yang diharapkan oleh

    lingkungan dimana individu tersebut

    tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009).

    Dari berbagai macam reaksi orang

    tua yang muncul ketika mengetahui bahwa

    anak mengalami hiperaktif/ ADHD dan

    diikuti dengan permasalahan-

    permasalahan yang dialami orang tua

    dengan memiliki anak hiperaktif/ ADHD

    seperti di atas, maka peneiti tertarik untuk

    melakukan penelitian berkaitan dengan

    hubungan antara tingkat stres dengan

    kemampuan penyesuaian diri ibu yang

    memiliki anak hiperaktif/ ADHD di

    SDLB Negeri Cilacap Tahun 2015

    TINJAUAN PUSTAKA1. ADHD

    a. Pengertian

    Tanje (2008) dan Hockenbery

    (2011) mengatakan bahwaAttention

    Deficit Hyperactivity Disorder

    (ADHD) yang lebih dikenal dengan

    hiperaktif didefinisikan sebagai

    anak yang memiliki defisiensi

    dalam perhatian, tidak dapat

    menerima impuls-impuls dengan

    baik, suka melakukan gerakan-

    gerakan tidak terkontrol, dan

    hiperaktivitas yang tidak sesuai

    dengan perkembangan. Dua hal

    yang perlu di-perhatikan adalah

    adanya kurang perhatian dan

    hiperaktivitas.

    b. Karakteristik Hiperaktif/ ADHD

    Inatensi, yaitu perilaku hilang

    atau beralihnya perhatian, dan

    kesulitan mengorganisasi tugas-

    tugas. Inatensi ini juga seringdisebut ADD (Attention Deficit

    Disorder). Hiperaktif-impulsive,

    yaitu perilaku yang tidak terkendali,

    dan sikap impulsive atau terburu-

    buru yang berlebihan (Durand &

    Barlow, 2006).

    c. Penyebab Hiperaktif/ ADHD

    Humris (2009) mengemukakan

    beberapa penyebab antara lain :

    1)

    Faktor keluarga dan genetik

    Ayah menderita ADHD, maka

    25% keluarga derajat pertama akan

    sakit juga dan apabila tidak ada

    faktor genetik maka persentase

    hanya 5%. Anak akan menderita

    ADHD dengan persentase 20%

    apabila ibunya mengalami severe-

    traumatic brain injury.

    2)

    Faktor sebelum dan selamakelahiran

    Merokok pada masa kehamilan

    dapat menyebabkan kerusakan

    pada otak selama perkembangan

    prenatal. Gangguan ADHD yang

    dialami oleh anak dapat disebabkan

    karena stres emosional selama

    kehamilan yang dialami oleh ibu.

    3)

    Toksin kimia

    Racun berbahaya yang dapat

    menjadi penyebab ADHD pada

    anak adalah Pb.

    4) Stresor psikososial

    Tingginya konflik dalam

    keluarga dan buruknya pengasuhan

    orang tua dalam menangani

    gangguan perilaku anak dapat

    semakin memperburuk per-

    masalahan yang dialami oleh anak.

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    4/11

    4

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    5) Abnormalitas dalam struktur dan

    fungsi otak

    Abnormalitas dalam struktur

    dan fungsi otak di daerah cortex

    pre-frontal,ganglia basalis dancerebellum.

    2. Stres

    a. Pengertian

    Stres merupakan suatu tuntutan

    yang mendorong organisme untuk

    beradaptasi atau menyesuaikan diri

    (Nevid dkk, 2003). Stres merupakan

    suatu kondisi tegangan yang

    mempengaruhi emosi, proses

    berpikir dan kondisi seseorang

    (Wangsadjaja, 2010).

    b. Jenis Stres

    Para peneliti membedakan

    antara stres yang merugikan atau

    merusak yang disebut sebagai

    distres dan stres yang

    menguntungkan atau mem-bangun,

    yang disebut sebagai eustress(Safaria & Saputra, 2009).

    c. Tingkat Stres

    Potter dan Perry (2005)

    menjelaskan

    1)

    Stres Ringan

    Stres ringan adalah stres yang

    dihadapi secara teratur, biasanya

    dirasakan setiap individu,

    misalnya lupa, banyak tidur,

    kemacetan, dan kritikan.

    2)

    Stres Sedang

    Stres sedang adalah stres yang

    terjadi lebih lama, dari beberapa

    jam sampai hari.

    3)

    Stres Berat

    Stres berat adalah stres kronis

    yang terjadi beberapa minggu

    sampai tahun. Semakin sering

    dan lama situasi stres, semakin

    tinggi resiko kesehatan yang

    ditimbul-kan (Wiebe &

    Williams 1992 dalam Potter &

    Perry, 2005).

    d.

    Faktor-faktor yangmempengaruhi tingkat stres :

    Atkinson dan Hilgard (1996,

    dalam Efendi 2011) menyebutkan,

    antara lain :

    1)

    Kemampuan untuk menerka

    2)

    Kontrol atas jangka waktu

    3)

    Evaluasi kognitif

    4)

    Perasaan mampu

    5) Dukungan masyarakat

    Menurut Rasmun (2004), adalah

    1) Kemampuan individu mem-

    persepsikan stressor

    2) Intensitas terhadap stimulus

    3) Jumlah stresor yang harus

    dihadapi dalam waktu yang

    sama

    4)

    Lamanya pemaparan stressor

    5)

    Pengalaman masa lalu

    6)

    Tingkat perkembangan

    3. Penyesuaian Diri

    a. Pengertian

    Penyesuaian diri dalam bahasa

    aslinya dikenal dengan istilah

    adjustment atau personal

    adjustment. Penyesuaian diri adalah

    suatu proses yang mencakup respon

    mental dan tingkah laku, dimana

    individu berusaha untuk dapat

    berhasil mengatasi kebutuhan-

    kebutuhan dalam dirinya,

    ketegangan-ketegangan, konflik-

    konflik, dan frustrasi yang dialami-

    nya, sehingga terwujud tingkat

    keselarasan atau harmoni antara

    tuntutan dari dalam diri dengan apa

    yang diharapkan oleh lingkungan

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    5/11

    5

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    dimana individu tersebut tinggal

    (Schneiders dalam Desmita, 2009).

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    Penyesuaian Diri :

    Schneiders (1964, dalam

    Lubis,2009)

    1) Keadaan fisik dan faktor keturunan.

    2) Perkembangan dan kematangan

    khususnya kematangan intelektual,

    sosial dan emosi dan moral.

    3) Faktor psikologis

    4) Keadaan lingkungan

    5) Faktor kebudayaan, adat istiadat

    dan agama.

    c. Karakteristik Penyesuaian Diri

    1)

    Tidak terdapat emosionalitas

    yang berlebihan (absence of

    excessive emotionality)

    2)Tidak terdapat mekanisme

    psikologis (absence of

    psychological mechanisms)

    3)

    Tidak terdapat perasaan frustrasi

    pribadi (absence of the sense of

    personal frustration)

    4)

    Kemampuan untuk belajar(ability to learn)

    5) Pemanfaatkan pengalaman

    (utilization of past experience)

    6) Sikap yang realistis dan objektif

    (realistic and objective

    attitudes)

    7)

    Pertimbangan rasional dan

    pengarahan diri (rational

    deliberation and self direction)

    METODE PENELITIAN

    Desain Penelitian

    Metode yang digunakan adalah

    deskriptif correlational, yaitu merupakan

    penelitian atau penelaan hubungan antara

    dua variabel pada suatu situasi atau

    sekelompok subjek, yang dilakukan untuk

    melihat hubungan antara gejala suatu

    dengan gejala lain atau variabel satu

    dengan variabel lain (Notoatmodjo, 2010).

    Sedangkan rancangan penelitian yang

    digunakan cross sectional

    Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalahSeluruh ibu dari anak hiperaktif/ ADHD

    yang bersekolah di SDLB Negeri Cilacap

    Tahun 2015 yang berjumlah 275 orang.

    Besar sampel dalam penelitian ini adalah

    74 orang. Teknik pengambilan sampel

    yang digunakan yaitu teknik purposive

    sampling didasarkan pada suatu

    pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

    peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-

    sifat populasi yang sudah diketahui

    sebelumnya (Notoatmodjo, 2012) Kriteria

    sampel penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Ibu anak hiperaktif/ ADHD yang

    bersedia menjadi responden.

    2.

    Ibu anak hiperaktif/ ADHD dalam

    keadaan sehat secara fisik dan psikis.

    3.

    Ibu anak hiperaktif/ ADHD dengan

    tingkat pendidikan minimal SMP.

    4.

    Ibu dari anak hiperaktif/ ADHD yangbersekolah di- SDLB Negeri Cilacap

    dan berdomisili di Cilacap.

    5. Ibu anak hiperaktif/ ADHD yang

    berbudaya jawa.

    6.

    Ibu anak hiperaktif/ ADHD yang

    beragama islam.

    Teknik Pengumpulan Data

    Instrumen penelitian adalah kuesioner,

    dalam penelitian ini dirancang oleh penulis

    sendiri berdasarkan tinjauan pustaka yang

    ada. Kuesioner ini terdiri : Kuesioner A

    berisi identitas responden. Kuesioner B

    merupakan instrumen untuk mengukur

    tingkat stres dengan Depresion Anxiety

    Stres Scale 42 (DASS 42) yang sudah

    dimodifikasi stres terdiri dari 14

    pernyataan. Kuesioner C untuk mengukur

    kemampuan penyesuaian diri ibu yang

    memiliki anak hiperaktif/ ADHD di SDLB

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    6/11

    6

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    N Cilacap tahun 2015 terdiri dari 30

    pernyataan. Uji instrumen penelitian

    menggunakan validitas konstruk. Menurut

    Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa

    untuk menguji validitas konstruk dapatmenggunakan pendapat dari para ahli

    (judgment expert).

    Analisa Data

    Analisa univariat bertujuan untuk

    menjelaskan atau mendiskripsikan

    karakteristik setiap variabel penelitian.

    Analisis bivariat digunakan untuk

    mengetahui hubungan antara variabel

    bebas yaitu tingkat stres dengan variabel

    terikat yaitu kemampuan penyesuaian diri

    ibu yang memiliki anak hiperaktif/ ADHD.

    Pada penelitian ini, digunakan rumus

    menghitung chi-square.

    HASIL PENELITIAN

    Karakteristik Responden

    Tabel 1

    Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu

    yang Memiliki Anak Hiperaktif/ ADHD diSDLB Negeri Cilacap Tahun 2015

    N

    o

    Karakteristik Ibu Frekuensi

    (n = 74)

    Presentase

    (%)

    1 Umur

    a. 20-40 tahun

    b. 41-60 tahun

    48

    26

    64,9

    35,1

    2 Tingkat Pendidikan

    a. SMP

    b. SMA/SMK

    c. D3

    d. S1

    45

    24

    3

    2

    60,8

    32,4

    4,1

    2,7

    3 Pekerjaana. Wiraswasta

    b. Swasta

    c. PNS

    d. Dagang

    e. Petani

    f. IRT

    4

    6

    1

    4

    3

    56

    5,4

    8,1

    1,4

    5,4

    4,1

    75,7

    4 Penghasilan Keluarga

    a.

    < 1 juta /bulan

    b.

    1 - 2,5 juta /bulan

    c.

    2,5 - 5 juta /bulan

    d.

    57,5 juta /bulan

    25

    42

    5

    2

    33.8

    56.8

    6.8

    2.7

    Tabel 2

    Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur

    Anak Hiperaktif/ ADHD di SDLB Negeri

    Cilacap Tahun 2015

    No Usia Frekuensi Presentase

    (%)

    1 7-12 tahun 51 68,9

    2 13-15 tahun 23 31,1

    Total 74 100

    Analisa Univariat

    Tabel 3

    Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Ibu

    yang

    Memiliki Anak Hiperaktif/ ADHD diSDLB Negeri Cilacap Tahun 2015

    No Tingkat

    Stres

    Frekuensi

    (N)

    Presentase

    (%)

    1 Normal 30 40,5

    2 Ringan 37 50,0

    3 Sedang 7 9,5

    4 Berat 0 0

    Jumlah 74 100

    Tabel 4

    Distribusi Frekuensi Kemampuan

    Penyesuaian Diri Ibu yang Memiliki Anak

    Hiperaktif/ ADHD di SDLB Negeri

    Cilacap Tahun 2015

    No Kemampuan

    Penyesuaian

    Diri

    Frekuensi

    (N)

    Presentase

    (%)

    1 Baik/good

    adjustment

    53 71,6

    2 Buruk/pooradjustment

    21 28,4

    Jumlah 74 100

    Analisa Bivariat

    Tabel 5

    Hubungan Tingkat Stres dengan

    Kemampuan Penyesuaian Diri Ibu yang

    Memiliki Anak Hiperaktif/ ADHD di

    SDLB Negeri Cilacap Tahun 2015

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    7/11

    7

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    PEMBAHASAN

    1. Tingkat Stres

    Hasil penelitian menunjukan

    bahwa ibu yang memiliki anak

    hiperaktif/ ADHD di SDLB Negeri

    Cilacap Tahun 2015 memiliki tingkat

    stres ringan sedikit lebih banyak, yaitu

    37 orang (50,0%) daripada ibu yang

    memiliki tingkat stres normal, yaitu 30

    orang (40,5%), sedangkan ibu yang

    memiliki tingkat stres sedang hanya 7

    orang (9,5%) dan tidak ada ibu yang

    mengalami stres berat.

    Hasil penelitian menunjukan sebagian

    besar ibu yang memiliki anak

    hiperaktif/ ADHD relatif mampu

    mengatasi tekanan-tekanan yang

    dialami. Hal ini sebagaimana dinyata-

    kan oleh Koentjoro (2007) stres adalah

    suatu kondisi psikologis dimana

    seseorang merasa tertekan karena suatupersoalan yang dihadapinya. Tingkat

    stres yang dialami ibu yang memiliki

    anak ADHD sebagian besar dalam

    batas ringan dan normal, karena ibu

    mempunyai karakteristik individu yang

    mampu melakukan coping terhadap

    stresor, salah satu karakteristiknya

    adalah tingkat pendidikan responden

    dari jenjang S1 sampai yang terendah

    SMP dengan jumlah terbanyak, yaitu 45

    orang (60,5%). Hal ini sesuai dengan

    pendapat Taylor (2009) menyatakan

    bahwa individu yang memiliki

    pendidikan lebih tinggi akan menilai

    segala sesuatunya secara realistis dancoping mereka akan lebih aktif

    dibanding dengan individu yang

    mempunyai pendidikan lebih rendah.

    Selanjutnya karakteristik responden

    berdasarkan umur bahwa umur ibu

    sebagian besar berada pada kategori

    20-40 tahun. Hal ini sejalan dengan

    pendapat Gibson (1999, dalam

    Viniriani 2013) yang menyatakan umur

    adalah salah satu faktor penting yang

    menjadi penyebab stres, semakin

    bertambah umur se-seorang, semakin

    mudah mengalami stres. Hal ini antara

    lain disebabkan oleh faktor fisiologis

    yang telah mengalami kemunduran

    dalam berbagai kemampuan seperti

    kemampuan visual, berpikir, mengingat

    dan mendengar.

    Tingkat penghasilan keluarga jugamenjadi tolak ukur status sosial

    ekonomi seseorang. Tingkat penghasil-

    an keluarga dalam penelitian ini

    sebagian besar berpenghasilan 1 - 2,5

    juta, yaitu sebanyak 42 orang (56,8%)

    dan berpenghasilan < 1 juta/bulan, yaitu

    sebanyak 25 orang (33,8%). Hal ini

    sesuai dengan pernyataan Taylor (2009)

    Seseorang yang memiliki status sosial

    ekonomi rendah akan menyebabkan

    tingkat stres yang tinggi terutama dalam

    masalah ekonomi, jika dibandingkan

    dengan yang memiliki status sosial

    ekonomi yang lebih tinggi.

    2. Kemampuan Penyesuaian Diri Ibu

    Hasil penelitian menunjukan

    sebagian besar ibu yang memiliki anak

    hiperaktif/ ADHD di SDLB Negeri

    Tingkat

    Stres

    Kemampuan Penyesuaian

    Diri

    Total

    Baik/good

    adjustment

    Buruk/poor

    adjustment

    F % F % F %

    Normal 24 80 6 20 30 100

    Ringan 28 75,7 9 24,3 37 100

    Sedang 1 14,3 6 85,7 7 100

    Berat 0 0 0 0 0 0

    Total 53 71,6 21 28,4 74 100

    X2= 12,657 pv = 0,002 OR = 3,067

    CI (1,280-7.348)

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    8/11

    8

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    Cilacap Tahun 2015 memiliki

    kemampuan penyesuaian diri baik/

    good adjustment, yaitu sebanyak 53

    orang (71,6%) dan sebagian kecil

    memiliki kemampuan penyesuaian diriburuk/poor adjustment, yaitu sebanyak

    21 orang(4,1%).

    Mayoritas orangtua yang memiliki

    anak hiperaktif/ ADHD mampu

    mengatasi secara efektif berbagai

    tuntutan atau tekanan baik yang berasal

    dari dalam diri individu itu sendiri

    maupun dari lingkungannya. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Lazarus (1969,

    dalam Lubis 2009) yang memberi-kan

    pengertian bahwa penyesuaian diri

    merupakan suatu proses psikologis

    yang digunakan untuk mengatur dan

    mengatasi berbagai tuntutan dan

    tekanan. Sehingga bila penyesuaian diri

    seseorang semakin baik maka tuntutan

    dan tekanan yang dihadapinya akan

    semakin rendah dan dalam hal ini

    adalah tuntutan dan tekanan ibu yangberasal dari anak hiperaktif/ ADHD

    yang mengharuskan orangtua menerima

    keterbatasan-keterbatasan yang tidak

    dapat diubah namun tetap melaku-kan

    modifikasi terhadap keterbatasan

    tersebut seoptimal mungkin sehingga

    dapat mencapai penyesuaikan diri yang

    baik dengan kondisinya yang memiliki

    anak hiperaktif/ ADHD.

    Schneiders (1964, dalam Lubis,

    2009) juga mengatakan bahwa

    penyesuaian diri dapat dipengaruhi oleh

    faktor lingkungan keluarga. Salah

    satunya yaitu hubungan orangtua

    dengan anak. Hubungan orangtua dan

    anak dapat mempengaruhi penyesuaian

    anak maupun orangtua. Dalam

    penelitian ini hubungan orangtua dan

    anak sudah terbentuk lama diketahui

    dari karakteristik umur anak, yaitu dari

    umur 7-15 tahun.

    Selain umur anak dalam penelitian

    ini juga diketauhi umur ibu, yaitu umur

    20-40 tahun sebanyak 48 orang (64,9%)dan yang berumur 41-60 tahun

    sebanyak 26 orang (35,1%). Hasil

    penelitian tidak mendukung penelitian

    Lubis (2009) yang menunjukan bahwa

    penyesuaian diri subjek dewasa madya

    yang berumur 40-59 tahun lebih tinggi

    dari skor meansubjek dewasa dini yang

    berumur 18-39 tahun. Karena pengaruh

    umur terhadap penyesuaian diri tidak

    dapat hanya dilihat dari umur

    kronologisnya tetapi juga harus

    memperhatikan kondisi psikososial

    individu pada umumnya.

    Penelitian ini juga menunjukan

    karakteristik pekerjaan ibu yang

    memiliki anak hiperaktif/ ADHD

    sebagian besar ibu dengan pekerjaan

    IRT sebanyak 56 orang (75,47%). Hasil

    penelitian sejalan dengan penelitianLubis (2009) bahwa penyesuaian diri

    subjek berdasarkan pekerjaan

    didapatkan bahwa subjek yang tidak

    bekerja masuk kedalam kategori

    penyesuaian diri yang lebih baik dari

    subjek yang bekerja. Hal ini

    dikarenakan bahwa orang tua yang

    tidak bekerja lebih memiliki banyak

    waktu untuk memberi-kan perhatian

    dan penanganan yang serius terhadap

    perbaikan perilaku anak

    3. Hubungan Tingkat Stres dengan

    Kemampuan Penyesuaian Diri Ibu

    yang Memiliki Anak Hiperaktif/

    ADHD.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa

    ibu yang memiliki tingkat stres normal

    cenderung memiliki kemampuanpenyesuaian diri baik/ good adjustment

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    9/11

    9

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    yaitu sebanyak 24 orang (80%), dan ibu

    yang memiliki tingkat stres ringan

    cenderung memiliki kemampuan

    penyesuaian diri baik/ good adjustment

    yaitu sebanyak 28 orang (75,7%),sedangkan ibu yang memiliki tingkat

    stres sedang cenderung memiliki

    kemampuan penyesuaian diri baik/

    good adjustmentjauh lebih rendah yaitu

    sebanyak 1 orang (14,3%).

    Hasil uji chi-square didapatkan nilai

    X2 = 12,657, dengan melihat tabel nilai

    chi-square pada derajat kebebasan 2

    dengan taraf signifikan 0,05 nilainya

    adalah 5,991 jadi chi-square hitung >

    chi-square tabel (12,657 > 5,991),

    dengan pv = 0,002 < = 0,05, maka

    dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha

    diterima yang berarti terdapat hubungan

    yang signifikan antara tingkat stres

    dengan kemampuan penyesuaian diri

    ibu yang memiliki anak hiperaktif/

    ADHD di SDLB Negeri Cilacap Tahun

    2015. Analisis keeratan hubungan duavariabel didapatkan nilai OR = 3,067

    pada CI (1,280-7.348), hal ini dapat

    diartikan bahwa ibu yang memiliki

    tingkat stres normal berpeluang sebesar

    3,067 kali memiliki kemampuan

    penyesuaian diri baik/ good adjustment

    dibanding dengan ibu yang memiliki

    tingkat stres ringan dan sedang.

    Hasil penelitian yang menunjukan

    bahwa terdapat hubungan yang

    signifikan antara tingkat stres dengan

    kemampuan penyesuaian diri ibu yang

    memiliki anak hiperaktif/ ADHD di

    SDLB Negeri Cilacap Tahun 2015.

    Hasil ini sejalan dengan pendapat

    Susanandari (2009) Stres pada ibu

    berpengaruh pada cara ibu mengasuh

    anak yang secara tidak langsung juga

    berpengaruh pada perkembangan

    kemampuan anak. Oleh karena itu, agar

    dapat menjalankan peran efektif bagi

    anak, maka ibu harus bisa mengatasi

    stres yang dihadapi terlebih dahulu.

    Seseorang baru bisa mengatasi stresketika ia telah berhasil menyesuai-kan

    diri dengan keadaan yang dihadapi.

    Hasil penelitian sejalan dengan

    pendapat Grasha dan Kirschenbaum

    (1986, dalam Susanandari, 2009)

    seseorang dikatakan sudah mampu

    menyesuaikan diri apabila dalam

    mengatasi tekanan hidup mereka

    menunjukkan respon yang tepat.

    Perilaku tersebut antara lain, mampu

    memodifikasi kemampuan yang

    sekarang dimiliki atau mempelajari

    kemampuan baru, tetap mampu

    berinteraksi dengan orang lain, serta

    memberikan respon terhadap tuntutan

    yang dibebankan pada mereka sekaligus

    memelihara rasa kemandirian dan

    memenuhi kebutuhan dasar mereka.

    Penelitian ini mendukung penelitianSubandi dan Rusana tentang

    pengalaman orangtua dalam mengasuh

    anak hiperaktif/ ADHD berkaitan

    dengan masalah emosi dan sosial anak.

    Dalam penelitian menjelaskan

    keberhasilan orang tua yang telah

    dicapai adalah anak bisa makan sendiri,

    berkomunikasi/ bicara, bisa baca, tulis

    dan berhitung.

    Pendapat Mash dan Wolfe (2005)

    mengatakan bahwa orangtua harus

    mencoba memahami dan menerima

    kenyataan hasil diagnosa anak dan

    perilaku anak yang selalu berbeda

    dengan anak lainnya agar orangtua

    mampu bereaksi untuk menyesuaikan

    diri dengan berbagai permasalahan

    yang muncul baik dari anak itu sendiri,

  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    10/11

    10

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    dari diri sendiri maupun permasalahan

    yang timbul dari lingkungan sekitarnya.

    KESIMPULAN

    1.

    Ibu yang memiliki anak hiperaktif/ADHD memiliki tingkat stres ringan

    sedikit lebih banyak yaitu 37 orang

    (50,0%) daripada ibu yang memiliki

    tingkat stres normal yaitu 30 orang

    (40,5%), serta sebagian kecil memiliki

    tingkat stres sedang sebanyak 7 orang

    (9,5%) dan tidak ada yang mengalami

    stres berat.

    2. Sebagian besar kemampuan

    penyesuaian diri ibu yang memiliki

    anak hiperaktif/ ADHD memiliki

    kemampuan penyesuaian diri baik/

    good adjustment sebanyak 53 orang

    (71,6%) dan yang memiliki

    kemampuan penyesuaian diri buruk/

    poor adjustment sebanyak 21 orang

    (4,1%).

    3.

    Terdapat hubungan yang signifikan

    antara tingkat stres dengan kemampuanpenyesuaian diri ibu yang memiliki

    anak hiperaktif/ ADHD di SDLB

    Negeri Cilacap Tahun 2015. ( X2 =

    12,657, pv = 0,002, OR = 3,067, CI

    (1,280-7.348). Ibu yang memiliki

    tingkat stres normal berpeluang sebesar

    3,067 kali memiliki kemampuan

    penyesuaian diri baik/ good adjustment

    dibanding dengan ibu yang memiliki

    tingkat stres ringan dan sedang.

    SARAN

    1. Bagi Institusi Pendidikan SDLB

    Meningkatkan peran dan fungsinya

    sebagai tempat belajar, bersosialisasi

    dan bermain yang kondusif bagi anak

    berkebutuhan khusus (ADHD) dan

    memberikan dukungan sosial untuk

    mengurangi stres pada ibu yang

    memiliki anak hiperaktif/ ADHD

    2. Bagi Tenaga Kesehatan

    Memberikan pengarahan terkait

    terapi untuk anak ADHD danmenginformasi-kan terkait program

    yang tepat dalam penanganan stres

    menghadapi anak hiperaktif/ ADHD.

    3.

    Bagi Peneliti Selanjutnya

    Peneliti selanjutnya dapat

    menggunakan metode kualitatif untuk

    memperdalam pemahaman tentang stres

    dan penyesuaian diri pada ibu yang

    memiliki anak hiperaktif/ ADHD

    4.

    Bagi ibu yang Memiliki Anak

    Hiperaktif/ ADHD

    Meningkatkan pengetahuan, sikap,

    dan tidakan yang diperlukan untuk

    mengatasi permasalahan yang dapat

    menjadi stressor, melakukan sharing

    atau diskusi dengan para orangtua yang

    memiliki anak hiperaktif/ ADHD

    dengan kemampuan penyesuaian diri

    yang baik/ good adjustment untukmenambah wawasan yang dapat

    digunakan sebagai acuan.

    DAFTAR PUSTAKA

    ADHD Parents Medication Guide. Org.

    2012.(http://www.parentsmedguide.or

    g/ParentGuide_English.pdf). diakses

    17 April 2015.

    Campito, J.S. 2007. Supportive parenting.London: Jessica Kingsley Publishers.

    Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan.

    Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    Durand, V.Mark ; Barlow, David H. 2007.

    Psi. Abnormal. Buku kedua.

    Penerjemah: Drs. Helly Prajitno

    Soetjipto, MA dan Dra. Sri Mulyantini

    Soetjipto. Edisi keempat. Yogyakarta:

    Pustaka pelajar.

    http://www.parentsmedguide.org/ParentGuide_English.pdfhttp://www.parentsmedguide.org/ParentGuide_English.pdfhttp://www.parentsmedguide.org/ParentGuide_English.pdfhttp://www.parentsmedguide.org/ParentGuide_English.pdf
  • 7/23/2019 HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI IBU ANAK ADHD DI SDLB N CILACAP 2015

    11/11

    11

    Jurnal Keperawatan STIKES AIAIC Tahun 2015

    Effendi, E. 2011. Gambaran Tingkat Stres

    Pada Mahasiswa Pendidikan Sarjana

    Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara. Sumatra Utara. Fakultas

    Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara.(http://repository.usu.ac.id/handle/123

    456789/25590). diakses 23 januari

    2015

    Humris, E. 2009. Kenali dan Tangani

    Sejak Dini Hiperaktivitas dan Autisme

    pada Anak. Makalah Seminar. Tidak

    diterbitkan. Magelang: Gedung

    Sasana Budaya RS Prof dr. Soeroyo

    Magelang.

    Koentjoro. 2007. Stress dan Mengatasi

    Stress. Yogyakarta: Majalah Psikologi

    Plus. Edisi Mei.

    Lessenberry, B.M. dan Rehfeldt, R.A.

    2004. Evaluating stress levels of

    parents of children with disabilities.

    ProQuest, 70, 231-24.

    Lubis, Misbah U. 2009. Penyesuaian Diri

    Orangtua yang Memiliki Anak Autis.

    Sumatera Utara. Fakultas PsikologiUniversitas Sumatera Utara.

    (repository.usu.ac.id/bitstream/123456

    789/14528/1/09E01232.pdf). diakses

    10 Desember 2014.

    Mash and Wolfe. 2005. Abnormal Child

    Psychology. 3rd ed. USA: Thomson

    Learning Inc.

    Nevid, Jeffrey S, Spencer A. Rathus &

    Beverly Greene. 2003. PsikologiAbnormal Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

    Notoatmodjo, S. 2012. Metedologi

    Penelitian Kesehatan, Cetakan kedua.

    Jakarta: Rineka Cipta.

    Potter, P.A and Perry, A.G. 2005.

    Fundamental nursing: concepts,

    process, and practice. 6th edition. St.

    Louis: Mosby Year Book.

    Rasmun, Stres Coping dan Adaptasi,

    Jakarta: Sagung Seto, 2004.

    Safaria, T dan Saputra, NE. 2009.

    Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi

    Aksara.

    Sugiyono. 2014. Metode Penelitian

    Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

    Cetakan kedua. Bandung: Alfabeta.

    Susanandari, DA. 2009. Gambaran

    Penyesuaian Diri Ibu dan

    Perkembangan kemampuan Anak

    Tunaganda-netra. Depok. Program

    Studi Psikologi Fakultas Psikologi

    Universitas Indonesia.(http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/gree

    n/detail.jsp?id=124601&lokasi=lokal).

    diakses 30 April 2015.

    Tanje, S. 2008.Mengenal Anak Hiperaktif

    diSekolah.(http://officesoft.wordpress.

    com). diakses 17 April 2015

    Taylor, Shelley E. 2009. Health

    Psychology. Edisi 5. Singapura: Mc

    Graw Hill.

    Unika. 2009. Mengenal dan Membimbing

    Anak Hiperaktif.

    (http://www.sehatgroup.web.id).

    diakses 17 April 2015.

    Viniriani, T. 2013. Gambaran Stres Pada

    Mahasiswa Pendidikan Profesi

    Program Studi Kedokteran Gigi

    Fakultas Kedokteran Universitas Sam

    Ratulangi Yang Memiliki Pengalaman

    Stomatitis Aftosa Rekuren. Manado.Program Studi Kedokteran Gigi FakultasKedokteran Univeristas Sam Ratulangi.

    (ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/

    article/viewFile/3232/2776) diakses

    25 juni 2015

    Wangsadjaja, R. 2010. Stres.

    (http://rumahbelajarpsikologi.com).

    diakses 07 February 2015.

    http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25590http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25590http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=124601&lokasi=lokalhttp://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=124601&lokasi=lokalhttp://officesoft.wordpress.com/http://officesoft.wordpress.com/http://www.sehatgroup.web.id/http://www.sehatgroup.web.id/http://officesoft.wordpress.com/http://officesoft.wordpress.com/http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=124601&lokasi=lokalhttp://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=124601&lokasi=lokalhttp://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25590http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25590