100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN AKTIVITAS LATIHAN UNTUK MENCEGAH OSTEOPOROSIS PADA WANITA USIA PREMENOPAUSE KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Oleh : Lena Puspita Dewi R 0108026 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

  • Upload
    buidang

  • View
    264

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS

DENGAN AKTIVITAS LATIHAN UNTUK MENCEGAH

OSTEOPOROSIS PADA WANITA

USIA PREMENOPAUSE

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh :

Lena Puspita Dewi

R 0108026

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS

DENGAN AKTIVITAS LATIHAN UNTUK PENCEGAHAN

OSTEOPOROSIS PADA WANITA

USIA PREMENOPAUSE

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh :

Lena Puspita Dewi

R 0108026

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

i

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ii

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

iii

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Lena Puspita Dewi, R 0108026. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang

Osteoporosis dengan Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis pada

Wanita Usia Premenopause. Program Studi D IV Kebidanan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan

rendahnya massa tulang dan terjadinya perubahan secara mikroarsitektur jaringan

pada tulang. Osteoporosis sering terjadi pada masa menopause sehingga sangat

perlu untuk dilakukan pencegahan osteoporosis. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas

latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional yang dilaksanakan pada Maret – Juni 2012. Teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling dan didapatkan 41 subjek penelitian. Alat

ukur yang digunakan adalah koesioner tingkat pengetahuan tentang osteoporosis

dan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis. Data yang diperoleh

dianalisis secara statistik dengan analisis Spearman Rank dengan menggunakan

Program SPSS Ver.16.0 for Window.

Hasil penelitian diperoleh rata-rata 48,78% responden memiliki tingkat

pengetahuan yang cukup baik mengenai osteoporosis sedangkan 53,66% memiliki

perilaku cukup tinggi untuk aktivitas latihan pencegahan osteoporosis. Uji analisis

dengan α = 0,05, diperoleh nilai korelasi Spearman Rank dengan ρ (rho) sebesar

0,675 dimana p = 0,000, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan dan kekuatan hubungan cukup kuat antara tingkat pengetahuan dengan

aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita usia premenopause.

Simpulan yang diperoleh adalah ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan

tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada

wanita usia premenopause, jadi semakin tinggi pengetahuan seseorang akan

semakin baik aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis yang dilakukannya.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Latihan, Premenopause

iv

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Lena Puspita Dewi, R 0108026. The Correlation of Knowledge Degree about

Osteoporosis with Exercises Activity for Osteoporosis Prevention in

Premenopausal Women. D IV Midwifery Studies Program, Faculty of

Medicine, Sebelas Maret University of Surakarta, 2012.

Introduction

Osteoporosis is a systemic bone disease characterized by low bone mass and

changes in the micro-architecture of bone. Osteoporosis often occurs during

menopause so it is necessary to do the prevention of osteoporosis. This study aims

to determine the relationship of knowledge degree about osteoporosis with

exercise activity to prevent osteoporosis in premenopausal women.

Methode

This study was an analytical observational research with cross-sectional approach

undertaken in March-June 2012. Fourty one subjects was choosen as sample

according to purposive sampling methode. Validated questioner was used to

measure the degree of knowledge on osteoporosis and exercise activities for the

osteoporosis prevention. Measuring instrument was used questionaire of

knowledge degree about osteoporosis and exercise activities for the osteoporosis

prevention. The data statistically analyzed with Spearman Rank analysis uses

SPSS Ver. 16.0 for Window.

Result

An average of 48.78% of respondents have a fairly good knowledge degree about

osteoporosis, while 53.66% have a high enough behavior for osteoporosis

prevention exercise activity. The statistical analysis showed a significant

correlation of the degree of knowledge and execise activities for the osteoporosis

prevention with p = 0.000, α = 0.05. The strength of correlation was indicated by

ρ (rho) of 0.675.

Conclusion

This research showed positive relationship between the knowledge degree about

osteoporosis with exercise activity for osteoporosis prevention in premenopausal

women. The higher of one’s knowledge, the better of exercise activity for the

osteoporosis prevention.

Keywords: Knowledge Degree, Practice Activities, Premenopausal

v

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis dengan

Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Usia

Premenopause”. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami

hambatan dan rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai

pihak yang akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselasaikan. Pada

kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Sekretaris Program Studi D-IV

Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Erindra Budi C., S.Kep, Ns, selaku ketua tim KTI.

4. Endang Listyaningsih S., dr. M.Kes selaku dosen Pembimbing Utama, terima

kasih untuk meluangkan waktu dan pikiran yang dengan kesabaran dan penuh

tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan

dalam selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Suyatmi, dr., M. Biomed Sc selaku dosen Pembimbing Pendamping, yang

dalam padatnya jadwal bersedia mencurahkan waktu dan pikiran untuk

memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis menyusun karya tulis

ilmiah ini.

6. Selfi Handayani, dr., M. Kes dan Sri Anggarini P, S. SiT, M.Kes selaku

penguji, yang telah banyak memberikan masukan berharga sehingga mampu

membukakan pintu pemahaman saya dalam penyusunan karya tulis ini.

7. Seluruh dosen dan staf D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

kepada penulis.

8. Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta staf yang telah memberikan izin

dan membantu proses penelitian.

9. Ibu-ibu responden yang telah meluangkan waktu untuk membantu saya dalam

penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan

dari Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, Penulis

berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pembaca.

Surakarta, 28 Juni 2012

Penulis

vi

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................................... v

PRAKATA ..................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

D. Manfaat .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ........................................................................ 7

1. Konsep Osteoporosis .......................................................... 7

a. Pengertian Osteoporosis ................................................. 7

b. Klasifikasi Osteoporosis ................................................ 7

vii

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

c. Patogenesis Osteoporosis ............................................... 10

d. Faktor Resiko Osteoporosis ........................................... 12

e. Gejala Osteoporosis ....................................................... 18

f. Diagnosis Osteoporosis .................................................. 19

g. Pencegahan Osteoporosis ............................................... 21

h. Pengobatan Osteoporosis ............................................... 23

2. Konsep Olahraga ................................................................ 25

a. Definisi Olahraga ........................................................... 25

b. Takaran Olahraga ........................................................... 26

c. Jenis Olahraga ................................................................ 29

d. Manfaat Olahraga ........................................................... 45

3. Konsep Premenopause ........................................................ 46

4. Konsep Pengetahuan ........................................................... 52

a. Pengertian Pengetahuan ................................................. 52

b. Tingkat Pengetahuan ...................................................... 53

c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...................... 54

d. Pengetahuan Mengenai Osteoporosis dan Aktivitas Latihan

untuk Mencegah Osteporosis .......................................... 55

B. Kerangka Konsep .................................................................... 57

C. Hipotesis .................................................................................. 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ...................................................................... 58

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 58

viii

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

C. Populasi Penelitian ................................................................... 58

D. Teknik Sampel .......................................................................... 59

E. Besar Sampel ............................................................................ 59

F. Kriteria Restriksi ...................................................................... 60

G. Definisi Operasional ................................................................ 60

H. Cara Kerja ................................................................................ 62

I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data .................................. 66

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 68

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................ 68

1. Uji Validitas ...................................................................... 69

2. Uji Reliabilitas .................................................................. 70

C. Distribusi Responden ............................................................... 71

1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ......................... 71

2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ................ 71

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan .................. 72

4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Osteoporosis ...................................................................... 72

5. Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kontrasepsi ....... 73

6. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan ............... 73

7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ............. 74

D. Deskripsi Variabel Penelitian .................................................. 74

1. Deskripsi Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis ...... 74

ix

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

2. Deskripsi Aktivitas Latihan untuk Pencegahan

Osteoporosis ...................................................................... 75

E. Pengujian Hipotesis ................................................................. 76

BAB V PEMBAHASAN ......................................................................... 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 82

B. Saran ........................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Berjongkok Dengan Kaki Lebar ........................................ 35

Gambar 2.2 Maju .................................................................................. 36

Gambar 2.3 Mengangkat Kaki dari Samping ........................................ 37

Gambar 2.4 Terbang Memutar Satu Tangan .......................................... 39

Gambar 2.5 Push Up ............................................................................. 40

Gambar 2.6 Peregangan Punggung ........................................................ 41

Gambar 2.7 Menggulung Perut .............................................................. 43

Gambar 2.8 Masa Klimakterium ............................................................ 45

Gambar 2.9 Fase Premenopause ............................................................ 46

Gambar 2.10 Skema Kerangka Konsep ................................................... 56

xi

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar Aktivitas Olahraga ....................................................... 31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan Koesioner Tingkat Pengetahuan tentang

Osteoporosis ............................................................................ 63

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Aktivitas Latihan untuk Pencegahan

Osteoporosis ............................................................................ 62

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden .................................................... 71

Tabel 4.2 Distribusi Tingkat pendidikan Responden .............................. 72

Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden ............................................. 72

Tabel 4.4 Distribusi Sumber Informasi Osteoporosis Responden .......... 73

Tabel 4.5 Distribusi Alat Kontraepsi Responden .................................... 73

Tabel 4.6 Distrbusi Penghasilan Responden ........................................... 74

Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Anak responden Responden ....................... 74

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang

Osteoporosis ............................................................................ 75

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Aktivitas Latihan Untuk Mencegah

Osteoporosis ............................................................................ 76

xii

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping

Lampiran 3. Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data

Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 6. Surat Keterangan Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 8. Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis

Lampiran 9. Kuesioner Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis

Lampiran 10. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Pengetahuan

Lampiran 11. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Aktivitas Latihan untuk

Pencegahan Osteoporosis

Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Pengetahuan

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Aktivitas Latihan untuk

Pencegahan Osteoporosis

Lampiran 14. Karakteristik Responden

Lampiran 15. Data Variabel Penelitian

Lampiran 16. Hasil Olah Data Uji Korelasi Spearman Rank

Lampiran 17. Daftar Tabel r Product Moment

xiii

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Lampiran 18. Skema Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis

dengan Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis pada

Wanita Usia Premenopause

Lampiran 19. Jawaban Koesioner

Lampiran 20. Jadwal Penelitian

Lampiran 21. Daftar Riwayat Hidup

xiv

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana kepadatan tulang mulai

berkurang disertai kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi

mudah rapuh dan patah (Yuliarti, 2009). Osteoporosis disebut juga dengan silent

epidemic disease, karena pada osteoporosis tidak ditemukan tanda gejala khusus

dan menyerang secara diam-diam sehingga osteoporosis terkadang baru terdeteksi

saat penderita mengalami patah tulang (Depkes, 2009).

Berdasarkan hasil Analisis Data Risiko Osteoporosis oleh Puslitbang Gizi

Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia tahun

2006 menyatakan, 2 dari 5 orang diatas usia 50 tahun di Indonesia memiliki risiko

osteoporosis. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi dunia dimana 1 dari 3 orang

wanita berisiko osteoporosis (Puslitbang, 2006). Pendapat mengenai angka

prevalensi osteoporosis yang tinggi juga didukung oleh Indonesian White Paper

yang dikeluarkan perhimpunan Osteopororsis Indonesia (Perosi) tahun 2007,

osteoporosis pada wanita usia diatas 50 tahun mencapai 32,2% sementara laki-laki

usia di atas 50 tahun mencapai 28,8%. Selain itu data yang dikeluarkan oleh

Internasional Osteoporosis Foundation (IOF) memprediksi bahwa pada tahun

2050 sebanyak 50% kasus patah tulang panggul akan terjadi di Asia (Depkes,

2009).

1

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Kepadatan massa tulang pada laki-laki berbeda dengan wanita. Massa

tulang pada wanita berkurang lebih cepat dari laki-laki. Salah satu penyebab

pengurangan massa tulang pada wanita adalah karena terjadinya menopause. Pada

masa atau pasca menopause produksi esterogen menurun. Esterogen diperlukan

oleh tulang dalam proses remodelling tulang dalam rangka untuk menjaga

kepadatan tulang (Lane, 2005). Penurunan hormon estrogen menyebabkan

penurunan absorpsi kalsium dari usus. Di ginjal hormon estrogen berperan dalam

reabsorpsi kalsium tubular. Reabsorpsi akan lebih tinggi pada keadaan hormon

estrogen yang cukup (Dheny, 2011).

Menurut Menteri Kesehatan, Dr. dr. Endang Sedyaningsih, MPH., PH.,

upaya dalam mencegah terjadinya penyakit osteoporosis adalah dengan

meningkatkan kualitas hidup yang dapat dimulai dari rumah tangga dengan

pendekatan aspek pencegahan yang meliputi promosi kesehatan dan penyuluhan

kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai osteoporosis

dan aspek pengobatan dengan deteksi dini serta pengobatan osteoporosis secara

adekuat (Depkes, 2009). Diperlukan upaya untuk meningkatan pengetahuan

masyarakat karena pengetahuan akan mempengaruhi perilaku seseorang,

pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sumber informasi dan

pengalaman (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maha Sari Karolina (2009)

didalamnya disebutkan bahwa terdapat hubungan subtansial antara pengetahuan

seseorang dengan upaya pencegahan dini pada osteoporosis. Wanita

premenopause akan lebih mudah mengurangi kecemasan dan mampu melalui

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

masa menopause tanpa banyak keluhan apabila mereka mendapatkan pengetahuan

yang faktual dan akurat mengenai pencegahan osteoporosis (Aryani, 2007).

Ketua Umum Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi)

Alwiesma I.A Rachman mengatakan, walaupun kampanye osteoporosis telah

lama dilakukan namun kesadaran masyarakat guna melakukan pencegahan seperti

deteksi dini masih sangat rendah. Untungnya osteoporosis masih dapat dicegah

sejak dini melalui gaya hidup, pola makan, dan aktivitas fisik merupakan kunci

utama melawan rapuh tulang atau osteoporosis (Holistic Health Solution, 2011).

Sesuai dengan hasil dari penelitian terbaru menyimpulkan bahwa olahraga

mempunyai peranan tidak kalah penting dalam mengatasi osteoporosis

dibandingkan dengan asupan kalsium. Selain dapat mencegah osteoporosis,

berolahraga atau beraktifitas fisik juga merupakan bagian dari pengobatan bagi

penderita osteoporosis (Nugraha, 2008).

Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2010, wanita di

Indonesia dengan usia diatas 50 tahun yang akan menghadapai masa menopause

adalah sebanyak 5,8 juta orang (Depkes, 2010). Jawa Tengah yang jumlah

penduduknya mencapai 33 juta, sekitar 50% nya adalah wanita, setiap wanita

pada akhirnya nanti akan mengalami masa menopause (Badan Pusat Statistik,

2011).

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis didapatkan hasil diketahui

bahwa jumlah wanita usia premenopause usia 40-50 tahun di Kabupaten Sragen

Kelurahan Sragen Tengah Lingkungan Mageru RW 16 sebanyak 75 orang 16%

dari keseluruhan wanita di Lingkungan Mageru. Di ketahui pula bahwa belum ada

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

program kesehatan dalam bentuk penyuluhan terkait dengan menopause. Dari

hasil wawancara beberapa wanita usia premenopause didapatkan bahwa 7 dari 10

wanita belum mengetahui mengenai menopause dan gejala-gejalanya. Untuk itu

sangatlah perlu melakukan suatu usaha untuk mempersiapkan diri menghadapi

masa menopause melalui program kesehatan reproduksi.

Kendala tercapainya kesehatan masyarakat yang maksimal adalah belum

adanya kesadaran masyarakat akan tindakan pencegahan penyakit dengan pola

hidup sehat. Salah satu yang yang menjadi masalah adalah saat ini semakin

berkembang penyakit degeneratif akibat dari belum membudayanya pola hidup

sehat. Penyakit degeneratif yang sering menyerang yaitu penyakit osteoporosis.

Kekurangan informasi mengenai penyakit osteoporosis inilah yang menyebabkan

masyarakat tidak sadar akan bahaya yang mengancam kualitas hidup dimasa tua

nantinya (Kelurahan Sragen, 2011).

Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian “Hubungan Tingkat

Pengetahuan tentang Osteoporosis dengan Aktivitas Latihan untuk Mencegah

Osteoporosis pada Wanita Usia Premenopause”, guna mengetahui hubungan

mengenai tingkat pengetahuan mengenai osteoporosis dengan aktivitas latihan

yang dilakukan oleh wanita premenopause untuk mencegah osteoporosis.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan

aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause?

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan

aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia

premenopause.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia premenopause tentang

hubungan antara osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk mencegah

osteoporosis.

b. Mengidentifikasi aktivitas latihan wanita usia premenopause dalam

rangka untuk mencegah osteoporosis.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan

tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk

mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause sehingga dapat

dijadikan sumber pustaka untuk penelitian lebih lanjut.

2. Aspek Aplikatif

a. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya

wanita agar lebih memperhatikan kesehatannya terutama risiko terserang

osteoporosis dengan gaya hidup lebih baik yaitu pengaturan asupan gizi

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dan olahraga untuk menjaga kepadatan tulang dalam rangka pencegahan

osteoporosis.

b. Diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Dinas Kesehatan

setempat dalam membuat kebijakan tentang pola hidup sehat, serta

memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang harus dihindari dan

yang harus diperhatikan untuk mencegah osteoporosis.

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Osteoporosis

a. Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang

ditandai dengan rendahnya massa tulang dan terjadinya perubahan

secara mikroarsitektur jaringan pada tulang. Osteoporosis juga sering

diistilahkan penyakit silent disease karena sering tidak memberikan

gejala hingga pada akhirnya terjadi fraktur (Dalimartha, 2005).

Pada penderita osteoporosis, jaringan kokoh tulang spons yang

berbentuk seperti sarang lebah didalam tulang mengalami

pengeroposan kemudian menjadi remuk. Keadaan tulang menjadi

sangat rentan, hanya dengan rengangan tubuh yang mendadak,

persinggungan, atau jatuh akan menyebabkan patah tulang (Davis,

2008).

b. Klasifikasi Osteoporosis

Osteoporosis secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi

dua tipe osteoporosis yakni :

1) Osteoporosis Tipe Primer

Beberapa sumber secara tegas menyimpulkan hampir 80%

kasus osteoporosis termasuk dalam osteoporosis tipe primer

7

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

(Muljadi, 2005). Osteoporosis tipe primer dapat terjadi tanpa

keadaan yang mendasari atau terjadi secara tiba-tiba. Osteoporosis

primer dibagi menjadi tiga sub tipe, antara lain :

a) Tipe I Osteoporosis Pasca Menopause

Osteoporosis tipe ini terjadi setelah haid berhenti

(menopause) sebagai akibat dari rendahnya hormon esterogen.

Osteoporosis tipe ini menyerang pada wanita usia 55-70 tahun.

Pada usia ini wanita lebih berisiko terserang osteoporosis

dibanding pria dengan rasio 6:1. Pengurangan massa tulang

terutama terjadi di trabekular. Fraktur terjadi pada ruas tulang

belakang dan pergelangan tangan (radius distal).

b) Tipe II Osteoporosis Senilis

Osteoporosis tipe ini timbul pada usia lanjut berkisar

70-85 tahun. Massa tulang berkurang pada daerah kortikal dan

trabekular. Fraktur biasanya terjadi pada ruas tulang belakang,

bagian leher tulang paha, dan tulang panjang lainnya. Pada usia

ini wanita berisiko 2 kali lipat lebih besar dari pria. Pria selain

densitas tulangnya lebih tinggi penurunan hormon seks juga

lebih lambat.

c) Tipe III Osteoporosis Idiopatik

Penyebab osteoporosis idiopatik belum diketahui secara

pasti, diduga faktor keturunan. Osteoporosis idiopatik dapat

menyerang pada usia sebelum pubertas dan dapat

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

menyebabkan gangguan pertumbuhan. Gejala osteoporosis

idiopatik antara lain terjadi fraktur kompresi diruas tulang

belakang pada usia 30-60 tahun. Osteoporosis tipe ini akan

berlangsung akut selama 2-4 tahun yang kemudian akan terjadi

sembuh total tanpa pengobatan (remisi spontan).

2) Osteoporosis Tipe Sekunder

Osteoporosis tipe ini menyerang karena adanya penyakit

tertentu atau akibat dari pengobatan. Beberapa kondisi yang dapat

mempengaruhi osteoporosis sekunder seperti :

a) Penyakit menahun (reumatik sendi, diabetes melitus).

b) Penyakit keganasan (multiple myeloma, leukemia, limfoma

metastasis ke tulang).

c) Penggunaan obat tertentu (kortikosteroid, anti-konvulsan,

antasida yang mengandung alumunium, heparin, sitostatiska,

tetrasiklin, isoniasid).

d) Tidak bisa bergerak total (stroke, sakit berat yang lama).

e) Gangguan metabolisme kalsium (turunnya penyerapan kalsium

oleh usus, kehilangan kalsium melalui ginjal, gangguan

metabolisme vitamin D).

f) Kelainan endokrin (kekurangan hormon esterogen,

progesteron, hormon paratiroid - tiroksin - pertumbuhan -

kalsitonin - kortikosteroid endogen).

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

g) Akibat pengangkatan kedua ovarium atau pengangkatan

sebagian lambung.

h) Tirotoksikosis, hipertiroksin, atau penyakit gondok (hormon

tiroksin berlebihan sehingga terjadi resorpsi tulang yang lebih

cepat atau peningkatan bone turnover).

i) Kekurangan hormon insulin pada penderita Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM).

j) Hipogonadsm, hiperkalsiuris pada gagal ginjal kronik,

anoreksia nervosa, hiperprolaktinemia, alkoholisme,

osteogenesis impekfekta, dan homocystinuria.

(Dalimartha, 2005; Lane, 2005).

c. Patogenesis Osteoporosis

Tulang manusia hampir 85% tulang berbentuk tulang padat

atau kortikal yaitu tulang pada lapisan luar yang sifatnya padat dan

sisanya berbentuk jaringan atau trabekuler yaitu bagian dalam tulang

yang sifatnya ringan, mudah keropos dan berbentuk seperti jaringan

spons sehingga dianggap rentan terhadap patah tulang (Hartono, 2000).

Tulang hidup akan secara kontinu mengalami regenerasi.

Jaringan tulang lama akan dirombak dan akan digantikan dengan

jaringan tulang baru hal itu terjadi setiap saat dinamakan regenerasi

tulang atau bone turnover (Spencer, 2007). Pada siklus remodelling

tulang atau bone turnover terjadi sejumlah kecil tulang pecah atau

hilang akibat adanya sel yang disebut osteoclast. Sejumlah tulang yang

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

hilang atau mengalami proses resorpsi, maka terbentuk resorpsi pit

pada tulang. Osteoblast akan bergerak ke dalam daerah tulang yang

hilang dan menggantikannya dengan tulang baru. Proses ini akan

berlangsung sepanjang kehidupan dan terjadi diseluruh bagian kecil

tulang. Seluruh siklus dapat berlangsung 4-8 bulan. Siklus resorpsi

berlangsung cepat, hanya membutuhkan waktu 4-6 minggu, sedangkan

proses pembentukan tulang baru membutuhkan waktu 2 bulan untuk

setiap siklus remodelling. Saat lahir hingga usia 30 tahun jaringan

yang dibentuk lebih banyak daripada jaringan yang hilang. Tapi

setelah usia 30 tahun proses akan terbalik, jaringan yang dihancurkan

akan lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan jaringan (Lane,

2005).

Dalam kehidupan manusia massa tulang mengalami perubahan

sebanyak tiga fase yaitu fase pertumbuhan, fase konsolidasi, dan fase

involusi. Diperkirakan 90% tulang dibentuk pada fase pertumbuhan.

Ketika fase pertumbuhan berakhir, proses pembentukan tulang

berhenti sehingga proses pemanjangan tulang juga berhenti, badan

tidak akan lagi bertambah tinggi. Selanjutnya mulai fase konsolidasi

yang akan berlangsung selama 10-15 tahun. Pada fase ini kepadatan

tulang kortikal dan trabekuler akan bertambah mencapai puncaknya

pada usia 30-35 tahun yang disebut dengan massa tulang puncak (peak

bone mass). Manusia usia 40-45 tahun, pria maupun wanita mulai

mengalami proses penipisan massa tulang yang penyusutannya

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

berkisar 0,3-0,5% per tahun. Seiring dengan turunnya kadar homon

esterogen yang terjadi secara fisiologis pada wanita maka kehilangan

massa tulang akan meningkat menjadi 2-3% per tahun yang dimulai

sejak masa premenopause dan terus berlangsung hingga 5-10 tahun

setelah menopause.

Dalam kehidupannya, wanita akan kehilangan 40-50% massa

tulangnya sedangkan pria akan kehilangan 20-30% massa tulangnya.

Penurunan massa tulang tidak sama diseluruh tulang, pada bagian

telapak tangan (metacarpal), leher, tulang paha (kolum femoris), dan

tulang belakang (korpus vertebrata) mengalami penurunan massa

tulang paling cepat dibanding bagian lain (Dalimartha, 2005).

d. Faktor Risiko Osteoporosis

Beberapa orang memiliki risiko menderita osteoporosis lebih

tinggi dibanding orang lain. Berikut akan dijelaskan faktor-faktor

risiko tersebut, antara lain :

1) Faktor Risiko Keturunan

Yang merupakan faktor risiko keturunan antara lain :

a) Wanita

Wanita memiliki risiko terserang osteoporosis 6 kali

lebih besar dari pria karena di dalam daur hidupnya wanita

mengalami kehamilan dan menopause (Dalimartha, 2005).

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin besar

massa tulang yang hilang dan semakin besar pula risiko

timbulnya osteoporosis. Semakin tua semakin berkurang pula

kemampuan saluran cerna untuk menyerap kalsium

(Dalimartha, 2005).

c) Suku Asia

Belum diketahui secara pasti alasan ras suku Asia

memiliki massa tulang yang rendah bila dibandingkan dengan

ras suku Afrika, diduga karena ras suku Afrika memiliki rangka

tulang yang besar sehingga semakin tinggi pula massa ototnya

(Lane, 2005).

d) Kerangka tulang kecil

Orang dengan rangka tulang kecil cenderung lebih

sering mengalami osteoporosis daripada orang dengan rangka

tulang yang besar (Dalimartha, 2005).

e) Terdapat anggota keluarga yang terserang osteoporosis

Faktor genetika memiliki kontribusi terhadap massa

tulang. Berdasarkan penelitian, seorang anak perempuan dari

keluarga dengan riwayat patah tulang karena osteoporosis

memiliki massa tulang yang lebih rendah dari normal usia

mereka (kira-kira 3 hingga 7 persen lebih rendah) (Lane, 2005).

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

f) Berat badan dan Body Mass Index (BMI) rendah

Wanita gemuk jarang mengalami osteoporosis.

Walaupun, alasannya masih belum sepenuhnya dipahami tetapi

ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa pada jaringan

lemak atau adipose, hormon androgen dapat diubah menjadi

esterogen sehingga pegeroposan tulang dapat dicegah

mengingat pentingnya esterogen dalam proses remodelling

tulang (Lane, 2005).

2) Faktor Risiko Lingkungan

Yang merupakan faktor risiko lingkungan antara lain :

a) Kekurangan hormon esterogen

Esterogen sangat penting untuk menjaga kepadatan

tulang. Turunnya kadar esterogen bisa terjadi akibat kedua

indung telur yang diangkat atau diradiasi karena kanker,

pascamenopause, menopause dini, atau pada keadaan

hipogonadisme.

Dalam keadaan normal esterogen dalam sirkulasi

mencapai sel osteoblas dan beraktivitas melalui reseptor yang

terdapat di sitosol sel tersebut, mengakibatkan menurunnya

sekresi sitokin seperti Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6)

dan Tumor Necrosis Faktor Alpha (TNF-α), merupakan sitokin

yang berfungsi dalam penyerapan tulang. Di lain pihak

esterogen meningkatkan sekresi Transforming Growth Factor β

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(TGF-β) yang merupakan satu-satunya faktor pertumbuhan

(growth factor) yang merupakan mediator untuk menarik sel

osteoblas ke tempat lubang tulang yang telah diserap oleh

osteoklas. Sel osteoblas merupakan sel target utama dari

esterogen untuk melepaskan beberapa faktor pertumbuhan dan

sitokin seperti tersebut diatas, sekalipun secara langsung atau

tidak langsung juga berpengaruh pada osteoklas (Dalimartha,

2005; Kawiyana, 2009).

b) Kadar testosteron yang rendah pada pria

Hormon testosteron pada pria sangat penting guna

mencapai dan menjaga massa tulang yang maksimal. Pubertas

yang terlambat pada laki-laki juga merupakan faktor

berkurangnya massa tulang yang cenderung mengakibatkan

timbulnya osteoporosis (Dalimartha, 2005).

c) Diet ketat

Diet yang telalu ketat hingga penurunan berat badan

secara drastis yang berakibat berhentinya menstruasi sangat

berbahaya bagi kesehatan (Dalimartha, 2005).

d) Menderita penyakit reumatik sendi seperti rheumatoid arthritis.

e) Makanan kurang kalsium dan vitamin D

Kalsium dibutuhkan oleh sel tubuh, kalsium juga

dibutuhkan untuk mencegah rapuhnya tulang. Untuk menjaga

keseimbangan kalsium darah dibutuhkan hormon paratiroid,

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

vitamin D dan kalsitonin. Vitamin D merupakan hormon yang

dibutuhkan untuk penyerapan kalsium di usus. Dengan

bertambahnya usia, penyerapan kalsium di usus akan terganggu

karena berkurangnya vitamin D dan enzim pencernaan

(laktase), rendahnya pengeluaran asam lambung, dan

berkurangnya kemampuan usus mengangkut kalsium.

Berkurangnya kadar kalsium darah di usia lanjut akan berakibat

naiknya kadar hormon paratiroid sehingga tulang melepaskan

kalsium agar kadar kalsium darah tetap normal. Selanjutnya

terjadi proses penipisan massa tulang dan terjadi osteoporosis

(Dalimartha, 2005).

f) Merokok, alkohol, kopi, garam, dan minuman ringan

Diet tinggi kafein, fosfat, dan garam (natrium) dapat

menganggu keseimbangan kalsium. Kafein akan meningkatkan

pembuangan kalsium melalui urin. Makanan yang diasinkan

juga mempercepat timbulnya rapuh tulang. Dalam minuman

ringan (soft drinks) terdapat kandungan fosfat. Tingginya

asupan fosfat akan menyebabkan rasio fosfat-kalsium yang

abnormal. Bila rasio menjadi 1:6 maka risiko terjadinya

osteoporosis dan hiperparatiroid akan meningkat. Namun. Bila

konsumsi kalsiumnya cukup, osteoporosis tidak terjadi.

Merokok terutama pada wanita bila dimulai sejak

remaja, akan menurunkan kadar esterogen di dalam darah

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

sehingga pencapaian densitas puncak tulang akan berkurang,

menopause terjadi lebih dini, dan dapat berakibat terganggunya

pengobatan yang menggunakan obat pengganti hormon.

Alkohol merupakan salah satu penyebab rapuhnya tulang.

Merokok dan minum alkohol yang berlebihan dapat

meningkatkan risiko osteoporosis menjadi 2 kali lipat

(Dalimartha, 2005).

g) Asupan protein berlebihan

Kekurangan protein akan menganggu proses

pertumbuhan anak karena berkurangnya pembentukan tulang

kortikal dan tidak tercapainya puncak massa tulang. Namun,

makanan yang kaya protein bila dikonsumsi lebih dari 120 g

per hari malah akan meningkatkan pengeluaran kalsium

melalui urin (Dalimartha, 2005).

h) Obat-obatan

Penggunaan steroid akan mengeluarkan kalsium dari

tulang, mempercepat terjadinya osteoporosis pada perempuan,

serta menghambat pertumbuhan tulang pada balita dan remaja.

Beberapa obat yang dapat menyebabkan rapuhnya tulang

adalah obat anti-kejang (anti-konvulsan), heparin, antasida

yang mengandung aluminium (obat maag), obat kanker, obat

TBC, diuretik, dan tetrasiklin (Dalimartha, 2005).

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

i) Gaya hidup inaktif

Ada hubungan langsung antara massa otot dan massa

tulang. Olahraga seperti lari, naik gunung, bela diri, serta

pekerjaan berat yang membangun massa otot dan telah

dilakukan sejak muda akan meningkatkan massa tulang

menjadi padat. Sebaliknya, tidak pernah berolahraga, sakit

berat yang menyebabkan penderitanya harus berbaring di

tempat tidur (imobilisasi), dan pekerjaan dengan banyak duduk

akan menyebabkan otot mengecil dan berkurangnya massa

tulang. Pada usia lanjut, imobilisasi yang lama akan

menyebabkan timbulnya osteoporosis (Dalimartha, 2005).

e. Gejala Osteoporosis

Osteoporosis disebut juga dengan silent disease karena

berlangsung tanpa gejala dan baru terdeteksi setelah penderita

mengalami patah tulang, tetapi ada beberapa gejala yang patut

diwaspadai bahwa ini gejala osteoporosis. Menurut Yovita Heni

(2006) gejala osteoporosis antara lain :

1) Nyeri pada tulang punggung baik disertai fraktur maupun tidak.

Nyeri terasa hebat dan terlokalisir di wilayah punggung. Terasa

sangat nyeri bila melakukan aktifitas seperti berjalan, berdiri,

membungkuk, batuk dan mengejan.

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2) Fraktur

Fraktur biasa terjadi pada pergelangan tangan, leher, tulang paha

serta ruas tulang belakang.

3) Berkurang tinggi badan akibat kompresi dari patah/fraktur yang

terjadi.

4) Terlihat bungkuk (kifosis) yang dipicu karena perubahan susunan

bentuk tulang belakang.

f. Diagnosis Osteoporosis

Diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala,

pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut

mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab

osteoporosis yang masih bisa diatasi. Diagnosa osteoporosis sebelum

terjadinya patah tulang dapat dilakukan pemeriksaan untuk menilai

kepadatan tulang. Di Indonesia telah dikenal 3 cara penegakan

diagnosa penyakit osteoporosis dengan menggunakan alat yaitu:

1) Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (Dual-Energy

X-Ray Absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard

diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan

tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15

menit. Dual Energy X-Ray Absorptiometry sangat berguna untuk:

a) wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis

b) penderita yang diagnosisnya belum pasti

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

c) penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai

secara akurat.

2) Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai

screening awal penyakit osteoporosis. Hasil pemeriksaan ditandai

dengan nilai T dimana nilai lebih tinggi dari -1 berarti kepadatan

tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia

(penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis

(keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga

pemeriksaannya yang lebih murah.

3) Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin,

C-Telopeptide. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan

memeriksakan penanda biokimia C-Telopeptide. C-Telopeptide

merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke

dalam sirkulasi darah sehingga spesifik dalam menilai kecepatan

proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan C-Telopeptide juga

sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan

antiresorpsi oral.

Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan

memeriksakan penanda biokimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin

merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksaan ini dapat

digunakan sebagai penanda biokimia pembentukan tulang dan juga

untuk menentukan kecepatan bone turnover pada beberapa

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga dapat

digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis.

Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain

untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain:

1) Sinar X-ray untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang

punggung bagian bawah (Herdina, 2011). Sinar X-ray tidak dapat

mendeteksi berkurangnya massa tulang tapi mampu mendeteksi

adanya patah tulang yang terjadi karena osteoporosis yang tidak

diketahui oleh penderita (Lane, 2005).

2) Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan

tulang belakang (Herdina, 2011). Pengukuran massa tulang ini

penting dilakukan untuk mendiagnosa dan mengendalikan

osteoporosis karena disini massa tulang yang betambah atau

berkurang akan terdeteksi (Lane, 2005).

3) Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon

paratiroid.

4) Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi

tampak normal (Herdina, 2011).

g. Pencegahan Osteoporosis

Pencegahan osteoporosis berarti mencegah berkurangnya

massa tulang. Pencegahan harus difokuskan pada apa saja yang dapat

meningkatkan puncak massa tulang (Lane, 2005). Pencegahan

osteoporosis sejak dini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

1) Asupan zat gizi yang berkaitan dengan pembentukan tulang seperti

kalsium dan vitamin D. Mengonsumsi makanan dengan gizi

seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya

serat, rendah lemak, dan kaya kalsium (1000 -1500 mg per hari).

Diet yang mengandung 1000 miligram kalsium per hari ( untuk

wanita premenopause ) atau 1500 miligram per hari (untuk wanita

post-menopause). Konsumsi kalsium tidak melebihi 1500 miligram

kalsium per hari (Herdina, 2011). Selain kalsium, tubuh perlu

mendapat vitamin D untuk pembentukan tulang. Paparan sinar

matahari akan membantu proses itu dengan membangkitkan

vitamin D yang tidak aktif di dalam tubuh (HHS, 2011).

2) Aktivitas fisik yang teratur sangat penting untuk pembentukan

tulang dan menjaga kepadatan massa tulang karena gerakan

olahraga yang melawan gravitasi (misal : jogging) akan

mengakibatkan gesekan atau tarikan antar tulang yang membantu

kalsium terserap (HHS, 2011).

3) Menghindari minuman beralkohol dan rokok karena dapat

menyerap cadangan kalsium dalam tubuh (HHS, 2011).

4) Menghindari konsumsi kopi secara berlebihan karena dapat

mengeluarkan kalsium secara berlebihan, mengurangi konsumsi

minuman ringan (soft drink) karena dapat menghambat penyerapan

kalsium (HHS, 2011).

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

h. Pengobatan Osteoporosis

Pengobatan osteoporosis difokuskan pada memperlambat atau

menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang,

dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40%

dari wanita akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis

selama hidupnya. Tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah

terjadinya fraktur (patah tulang).

1) Diet

Pada dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal

dengan mendapatkan cukup kalsium (1000mg/hari) dalam dietnya

(minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon),

berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat

badan normal.

2) Spesialis

Orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau pergelangan

tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen

selanjutnya.

3) Olahraga

Mengubah gaya hidup menjadi salah satu pengobatan osteoporosis.

Olahraga yang teratur akan mengurangi kejadian patah tulang

akibat osteoporosis (Herdina, 2011).

Disamping itu ada beberapa obat-obatan yang berperan penting

untuk membantu mengatasi juga dapat diberikan seperti dibawah ini:

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1) Estrogen

Untuk wanita menopause, penggantian estrogen merupakan salah

satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat

mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang.

Apabila pengobatan estrogen dimulai pada masa menopause akan

mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat

diberikan melalui oral (diminum).

2) Kalsium

Kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan massa

tulang.

a) Konsumsi per hari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan

dan suplemen).

b) Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk

meningkatkan massa tulang.

3) Bifosfonat

Pengobatan lain selain estrogen yang ada seperti alendronate,

risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat

kehilangan jaringan tulang dan pada beberapa kasus meningkatkan

kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa

DXAs setiap 1 sampai 2 tahun. Sebelum mengkonsumsi obat ini

dokter akan memeriksa kadar kalsium dan fungsi ginjal.

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

4) Hormon lain

Hormon-hormon ini akan membantu meregulasi kalsium dan fosfat

dalam tubuh dan mencegah kehilangan jaringan tulang.

a) Kalsitonin

b) Teriparatide (Herdina, 2011)

2. Konsep Olahraga

a. Definisi Olahraga

1) Definisi Olahraga secara Umum

Olahraga atau gerak badan adalah suatu aktifitas fisik yang

dilakukan oleh manusia dengan cara menggerakkan tubuh dalam

jangka waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan dan

mempertahankan kebugaran jasmani (Kusuma, 2006).

Tercapainya tingkat kebugaran optimal apabila seseorang

dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang

berlebihan. Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik, otot-

ototnya akan menjadi kendor. Otot yang kendor akan mempercepat

menurunnya kekuatan tulang (Yuliarti, 2009).

2) Definisi Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis

Latihan untuk pencegahan osteoporosis adalah latihan fisik

yang dilakukan untuk mempertahankan tulang sehat dan melatih

kekuatan tulang tubuh terutama yang rentan terhadap patah tulang

yaitu bagian panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan

(Tagliaferri, 2006).

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Menurut Dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO, meskipun

pengaruh latihan olahraga belum sepenuhnya diketahui, banyak

fakta menunjukkan bahwa pembebanan lokal pada otot tertentu

akibat olahraga menyebabkan tulang ikut bertumbuh

(osteogenesis). Sel-sel tulang mengalami tarikan mekanis akibat

latihan olahraga/latihan beban yang memberati tulang. Tarikan-

tarikan itu menyebabkan masuknya ion-ion kalsium ke dalam sel

diikuti produksi prostaglandin (kelompok asam lemak hidroksid

yang merangsang kontraksi otot polos, merendahkan tekanan

darah) dan nitric oxide, meningkatkan aktivitas enzim, serta

mengeluarkan hormon pertumbuhan. Akhirnya perubahan-

perubahan ini dapat memicu pembentukan kembali tulang. Untuk

memelihara kesehatan tulang, latihan-latihan yang terbebani oleh

berat badan dan latihan kekuatan adalah yang paling baik

(Sumosardjuno, 2007).

Peneliti dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota telah

mempublikasikan penelitian yang menunjukkan berkurangnya

patah tulang dengan pelatihan kekuatan (Tagliaferri, 2006).

b. Takaran Olahraga

Takaran atau dosis olahraga dapat dijabarkan dalam suatu

konsep yang disebut dengan “FIT”. Singkatan “FIT” dengan baik

memberikan unsur-unsur program gerak yang baik, antara lain :

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1) Frekuensi

Frekuensi menentukan seberapa sering orang harus

bergerak. Bagi individu yang dengan tingkat kebugaran yang

rendah maka olahraga tiga sesi per minggu pada hari yang

bergantian sudah cukup untuk meningkatkan kesehatan. Tapi jika

intensitas dan durasi latihan ingin ditambah maka frekuensi latihan

juga harus ditambah bila menginginkan peningkatan (Sharkey,

2003). Miriam Nelson Ph.D menemukan bahwa melakukan latihan

olahraga dua kali seminggu dapat menolong wanita menopause

untuk mempertahankan kekuatan, menghilangkan lemak,

melangsingkan tubuh dan memperkuat tulang juga memperbaiki

keseimbangan dan koordinasi tubuh (Nugraha, 2008).

Dalam suatu penelitian yang ekstensif mendapati bahwa

perubahan kebugaran berkaitan langsung dengan frekuensi latihan,

walaupun dianggap tidak bergantung pada efek intensitas, durasi,

lama program, dan tingkat kebugaran awal (Sharkey, 2003).

Olahraga setiap hari tidak dianjurkan karena dapat

menyebabkan baik fisik atau mental menjadi terlalu lelah

(Hardinge dan Shryock, 2003). Bila tubuh tidak mendapatkan

waktu yang memadai untuk pemulihan maka dapat menyebabkan

terjadinya cedera. Setiap orang memiliki jadwal olahraga pribadi

untuk menemukan waktu yang sesuai dengan kondisi fisiknya

(Sharley, 2003).

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2) Intensitas

Intensitas berhubungan dengan seberapa kuatnya atau

aktifnya seseorang melakukan latihan (Hardinge dan Shryock,

2003). Intensitas dapat dinyatakan dalam berbagai cara yaitu :

a) Persentase denyut nadi maksimal

b) Persentase konsumsi oksigen maksimal

c) Jumlah kalori yang digunakan

d) METS (1 MET = kurang lebih 3,5 ml/kg/menit oksigen up

take). Sistem MET dikenalkan Dr. Kenneth Cooper, MET atau

metabolisme, adalah perkalian tingkat metabolisme sewaktu

istirahat. Tingkatan sewaktu istirahat adalah 1,2 cal/menit (1

MET), jadi 12 cal/menit = 10 MET.

(Sharkey, 2003; Sumosardjuno, 2007).

Dari penelitian ternyata intensitas latihan yang baik adalah

60-80% denyut nadi maksimal dan 50-80% oksigen uptake

maksimal dengan penjelasan sebagai berikut :

a) Pada delapan minggu pertama , latihan dilakukan hingga 60%

denyut nadi maksimal.

b) Pada delapan minggu kedua, hingga 70% denyut nadi

maksimal.

c) Mulai delapan minggu ketiga dan seterusnya dapat

menjalankan latihan hingga 80% denyut nadi maksimal. Cara

menghitung denyut nadi maksimal = 220 – umur dalam tahun.

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Latihan olahraga yang dilakukan dengan intensitas dibawah

60% denyut nadi maksimal tidak akan memberikan perbaikan

kesegaran jasmani karena tidak memberikan perbaikan pada sistem

kardiorespirasi (Sumosardjuno, 2007).

3) Time (Lama atau Durasi)

Lama latihan menunjukan waktu yang dibutuhkan

seseorang dalam melakukakan latihan. Lama latihan erat

kaitannya dengan intensitas latihan. Peningkatan pada salah

satunya membuat yang lainnya menurun. Intensitas latihan yang

berat membutuhkan waktu yang lebih pendek dibandingkan

dengan intensitas latihan ringan.

Latihan akan lebih memberikan manfaat bila dilakukan

dengan durasi yang tepat yaitu 20-30 menit dalam zone latihan.

Latihan yang dilakukan terlalu pendek (kurang dari 20 menit) tidak

akan menghasilkan perubahan atau peningkatan kebugaran

sedangkan latihan yang dilakukan terlalu lama (lebih dari 60

menit) juga memberikan hasil yang kurang efektif (Sharley, 2003).

c. Jenis Olahraga

Ada dua jenis olahraga atau latihan yang penting untuk

membangun dan mempertahankan densitas dan masa tulang :

1) Olahraga menahan beban (angkat beban, terutama bagian lengan,

kaki, dan badan).

2) Olahraga tahanan (berjalan, bersepeda, naik tangga, berdansa).

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Ketika berolahraga tulang merespon tekanan dan tarikan. Otot-

otot akan menekan tulang dan tulang berubah menjadi kuat. Tulang

kortikal, atau lapisan tulang luar dari tulang, mungkin adalah yang

paling responsif terhadap perubahan yang ditimbulkan oleh latihan

karena letaknya yang dekat dengan otot (Lane, 2005). Latihan atau

olahraga yang melawan gravitasi akan mengakibatkan benturan antar

tulang sehingga membantu kalsium terserap (HHS, 2011).

Daftar berikut ini menggambarkan tipe-tipe aktivitas yang

berbeda. Olahraga high-impact yang sangat membantu dalam

meningkatkan densitas tulang ditandai dengan bintang (*). Aktivitas

ini hanya disarankan dengan persetujuan dokter bila seseorang

memiliki osteopenia atau osteoporosis.

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 2. 1 Daftar Aktivitas Olahraga

No Olahraga

Aerobik

Olahraga

Melatih

Kekuatan

Tulang

Olahraga

dan

Aktivitas

Santai

Lainnya

1 Lari, jogging* Mengangkat

beban dengan

mesin/beban

bebas

Bola basket* Vertical

jumping*

2 Kickboxing* Olahraga

dengan pipa

karet

Bola voli* Yoga

3 Aerobic high-

impact

Push up Gimnastik* Pilates

4 Aerobic low-

impact

Squats Lompat tali* Olahraga

fleksibilitas

5 Jalan cepat Melompat-

lompat*

Aerobic air

6 Bersepeda Tenis

7 Berenang Golf

8 Naik tangga Berkebun

9 Elliptical/cross

training

(Sumber : Tagliaferri, 2006)

Olahraga memiliki beberapa tahapan yang harus dilakukan agar

seseorang tidak cedera dalam melakukan olahraga dan dapat

mendapatkan manfaat olahraga secara maksimal. Tahapan tersebut

antara lain :

1) Pemanasan

Pemanasan dapat dilakukan selama 10 menit dengan jalan

ditempat, menggerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut

dan pinggul. Kemudian melakukan peregangan selama kira-kira 5

menit. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada,

punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki. Pemanasan

dilakukan untuk :

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

a) Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan

mantap sehingga mencegah cedera.

b) Meningkatkan denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh sedikit

demi sedikit.

c) Menyelaraskan koordinasi gerakkan tubuh degan

keseimbangan gerak.

d) Menimbulkan rasa santai (Nugraha, 2008).

2) Latihan inti

Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak

yang bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai

nilai latihan yang bermanfaat. Mengutamakan gerakan, tarikan dan

tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami osteoporosis,

yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang

pergelangan tangan. Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat

dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat

digenggam (Sumardjuno, 2007).

3) Pendinginan

Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan

memulai gerakan peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan

gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas secara

teratur. Jika masih memungkinkan, lakukan senam lantai kira-kira

10 menit. Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi

nyaman, rileks dan napas yang teratur (Sumardjuno, 2007).

Secara harfiah, ada ratusan olahraga penguat dan variasi yang

efektif dalam mempertahankan tulang yang sehat. Namun, disini

penulis hanya akan menuliskan beberapa macam olahraga yang

spesifik melatih kekuatan tulang dan mudah dilakukan dirumah tanpa

bantuan dari instruktur serta hanya membutuhkan alat yang minimal.

Berdasarkan peneliti Mayo Clinic gerakkan olahraga yang akan

dilakukan telah terbukti berpengaruh bagi kekuatan tulang. Berikut

adalah persiapan alat dan tipe latihan menurut Tagliafferi (2006) yang

harus dilakukan :

1) Peralatan

a) Peralatan Wajib

(1) Dua sampai empat set dumbbells dalam berbagai berat.

Berat tergantung pada tingkat pengalaman dan kekuatan.

Bila pemula, mulai dengan set dumbbells 1; 1,5; dan 2,25

kilogram. Bila telah menggunakan pemberat sebelumnya,

set berat 2,25; 3,5; dan 4,5 kilogram akan memberikan

lebih banyak tantangan.

(2) Kursi dan meja. Kursi digunakan untuk latihan jongkok

dengan kaki lebar. Meja dibutuhkan permukaannya yang

kokoh dan lebar untuk latihan maju.

(3) Lantai berkarpet dan matras olahraga

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

b) Peralatan Pilihan

(1) Pemberat pergelangan kaki. Pemberat pergelangan kaki

meningkatkan intensitas beberapa olahraga, seperti

mengangkat kaki dari samping.

(2) Tempat penyimpanan atau kotak untuk menjaga dumbbells

dan pemberat pergelangan kaki tidak berceceran dimana-

mana.

2) Waktu, pernafasan, dan intensitas

Pernafasan adalah satu dari aspek yang paling penting dari

olahraga yang rutin dan tidak selalu mudah seperti yang dipikirkan

untuk mempertahankan nafas yang kuat dan terus-menerus.

Keuntungan olahraga dapat diperoleh bila dalam melakukan

olahraga tidak mencederai diri sendiri dengan cara bergerak lambat

dan hitung tiga detik penuh saat mengangkat beban dan hitung tiga

detik penuh saat menurutkan beban (lebih lama bila bisa). Gunakan

irama yang sama bila melakukan olahraga tanpa beban, seperti

berjongkok, maju, dan sit up. Semakin tinggi intensitas maka

waktu yang digunakan akan semakin sedikit begitu pula

sebaliknya.

3) Tipe latihan yang dilakukan untuk melatih kekuatan tulang antara

lain :

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

a) Berjongkok dengan kaki lebar

Olahraga atau latihan tipe ini bertujuan untuk

memperkuat otot panggul, paha, dan pantat, juga dapat

membantu memperbaiki kesadaran dan keseimbangan tubuh.

(1) Berdiri dengan kedua kaki mengarah keluar dan membuka

kedua kaki lebih besar dari lebar panggul. Berdiri

membelakangi kursi dan lipat kedua tangan di depan dada.

(2) Jaga pandangan mata lurus ke depan dengan bahu santai

dan dada tegap. Hitung sampai tiga, perlahan-lahan tekuk

panggul dan lutut untuk menurunkan pantat ke arah kursi

dan berhenti sebelum mengambil posisi duduk.

(3) Ingat untuk bernafas.

(4) Saat menurunkan dan mengangkat badan dari kursi, jaga

berat badan agar terfokus dan dorong melalui tumit kaki;

lutut seharusnya tidak melewati ujung kaki karena dapat

memberikan tekanan pada lutut; bila melihat ke bawah

lantai, maka mata harus dapat melihat ujung jari kaki.

(5) Berhenti. Kemudian hitung sampai tiga, perlahan-lahan,

bangun sampai posisi berdiri.

(6) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan dengan

jeda kurang lebih 1 menit diantara set.

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

(7) Bila latihan ini telalu berat maka letakkan bantal pada kursi.

Posisi jongkok dilakukan sampai pantat menyentuh bantal

saja.

Gambar 2.1 Berjongkok dengan kaki lebar

b) Maju

Maju adalah olahraga yang ditujukan untuk

memperkuat otot seluruh kaki mulai dari betis, paha, dan

pantat. Latihan ini juga digunakan untuk meningkatkan

keseimbangan dan kesadaran tubuh, yang dikombinasikan

dengan memperkuat otot dan tulang serta membantu mencegah

jatuh dan kemungkinan patah tulang.

(1) Berdiri dengan panggul kiri beberapa senti dari tepi meja

yang kokoh dan biarkan tangan dengan santai beristirahat

pada permukaan meja, jaga agar kaki berdekatan atau hanya

sedikit terpisah. Bahu harus santai dan dada tegap untuk

mempertahankan postur yang baik.

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

(2) Ambil langkah yang besar ke depan dengan kaki kanan.

Kemudian, sampai hitungan ketiga, perlahan-lahan tekuk

kedua lutut sehingga paha kanan sejajar dengan lantai dan

kaki kiri mendekati, tetapi tidak menyentuh lantai. Lutut

kanan seharusnya tidak melebihi ujung jari kaki kanan.

Gambar 2.2 Maju

(3) Ingat untuk bernafas.

(4) Jaga badan atas tetap tegak dengan pandangan lurus ke

depan, bahu santai, dan dada tegap. Berhenti. Kemudian,

sampai hitungan ke-3, perlahan-lahan dorong dari tumit

kanan untuk bangun sampai posisi berdiri, dan bawalah

kaki kanan kebelakang agar bertemu dengan kaki yang lain.

(5) Pastikan bahwa saat kembali ke posisi semula, beban badan

di dorong kebelakang daripada ke atas.

(6) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan

melangkah ke depan dengan kaki kanan dan jeda kurang

lebih 1 menit di antara set. Kemudian selesaikan 2 set yang

terdiri dari 10 pengulangan ke depan dengan kaki kiri.

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

c) Mengangkat kaki dari samping

Latihan ini ditujukan pada otot dan tulang panggul.

Latihan ini juga dapat meningkatkan kelincahan dengan

memperkuat otot paha luar yang penting bagi keseimbangan

yang baik, untuk itu penting dalam membantu mengurangi

risiko jatuh.

(1) Bila menggunakan pemberat kaki, kenakan satu pada setiap

kaki.

(2) Berbaring pada sisi dilantai berkarpet atau matras olahraga

dengan panggul saling tersusun. Jaga agar paha tetap

berada diatas paha yang lain, tetapi tekuk lutut kaki yang

berada di bawah untuk menyeimbangkan keseimbangan.

(3) Sampai hitungan ke-3, jaga kaki bagian atas lurus,

perlahan-lahan angkat kaki menjauhi lantai sampai

ketinggian 15 sampai 50 sentimeter. Saat mengangkat,

biarkan tumit (bukan ujung kaki) yang memimpin.

Gambar 2.3 Mengangkat kaki dari samping

(4) Ingat untuk bernafas.

(5) Berhenti. Kemudian, sampai hitungan ke-3, perlahan-lahan

turunkan kaki kembali kebawah, ke posisi semula.

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

(6) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan

mengangkat kaki kanan, dengan istirahat kurang lebih 1

menit di antara set. Kemudian selesaikan 2 set yang terdiri

dari 10 pengulangan mengangkat kaki kiri.

d) Terbang memutar satu tangan

Kebanyakan orang, menderita nyeri punggung pada

satu saat. Dalam banyak kasus, otot punggung yang lemah

adalah penyebabnya. Olahraga ini akan memperkuat otot dari

punggung belakang atas dan bahu, membentuk dalam

mempertahankan postur yang baik dan mengurangi tekanan

pada tulang belakang.

(1) Berdiri dengan panggul kiri kurang lebih 60 sentimeter dari

meja yang kokoh dengan kaki terpisah selebar bahu.

Membungkuk ke depan di sendi belakang panggul,

istirahatkan tangan kiri pada meja untuk menyeimbangkan

posisi.

(2) Dengan dumbbells di tangan kanan, perlahan-lahan angkat

tangan langsung kesamping dalam hitungan tiga, jagalah

siku agar tetap santai dan telapak tangan menghadap ke

bawah.

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 2.4 Terbang memutar satu tangan

(3) Ingatlah untuk bernafas.

(4) Jagalah lutut dan siku tetap lemas (dengan sedikit tekukan)

sepanjang latihan ini.

(5) Pastikan bahwa pergelangan tangan, lengan, kepala, leher,

dan punggung berada dalam satu garis, dan jangan

membungkukkan bahu.

(6) Berhenti. Kemudian dalam hitungan ke-3 rendahkan tangan

kembali ke posisi semula.

(7) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan

mengangkat kaki kanan, dengan istirahat kurang lebih 1

menit di antara set. Kemudian selesaikan 2 set yang terdiri

dari 10 pengulangan dengan tangan kiri.

e) Push up

Push up memperkuat pergelangan tangan, dada dan bahu

sementara memperbaiki keseimbangan dan kesadaran tubuh.

(1) Berbaring menghadap ke bawah pada lantai berkarpet atau

matras dengan tangan pas disamping bahu, jari-jari

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

menghadap kedepan dan siku tertekuk dan menunjuk

keatas.

(2) Jaga agar lutut dilantai dan kaki santai, perlahan-lahan

dorong bahu, dada, panggul dan paha menjauhi lantai

(jagalah semua dalam satu garis lurus) dalam hitungan

ketiga.

(3) Ingat untuk bernafas.

Gambar 2.5 Push Up

(4) Jaga otot perut untuk berkontraksi, dan pastikan paha,

pantat, punggung, kepala dan leher tetap berada dalam satu

garis lurus selama latihan ini.

(5) Letakkan handuk terlipat di bawah lutut untuk bantalan

tambahan bila diperlukan.

(6) Berhenti. Kemudian sampai hitungan ke-3, perlahan-lahan

rendahkan tubuh kembali ke bawah sampai melayang

sedikit di atas posisi semula.

(7) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan dengan

istirahat kurang lebih 1 menit di antara set.

(8) Saat siap untuk tantangan tambahan tingkatkan gerakan ini

menjadi push up kalsik-lutut diangkat dari lantai, kaki

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dalam satu garis lurus, dan beban berada pada tangan dan

ujung jari kaki.

f) Peregangan punggung

Peregangan punggung sederhana ini dapat memperkuat

kelompok otot erector spina yang kecil namun penting, yang

berjalan di sepanjang tulang belakang. Ini akan membantu

mencegah nyeri punggung dan memperbaiki postur karena

terfokus pada tulang-tulang dari tulang belakang, yang

terutama rentan pada osteoporosis.

(1) Berbaring menghadap ke bawah pada lantai berkarpet atau

matras dengan tangan kiri terentang lurus di atas kepala dan

sejajar dengan lantai dan tangan kanan berada di sisi badan.

(2) Jagalah pandangan mata pada lantai dan kepala dan leher

dalam satu garis, dan perlahan-lahan, angkat tangan kiri dan

kaki kanan dari lantai samapai hitungan ke-3.

Gambar 2.6 Peregangan punggung

(3) Ingat untuk bernafas.

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

(4) Untuk memastikan kepala dan leher berada dalam satu garis

lurus selama latihan ini, jaga tangan yang angkat untuk

tetap di samping telinga.

(5) Letakkan bantal di bawah lutut untuk bantalan tambahan

bila diperlukan.

(6) Berhenti. Kemudian, sampai hitungan ke-3 perlahan-lahan

rendahkan tangan dan kaki kembali ke lantai.

(7) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan

mengangkat tangan kiri dan kaki kanan, dengan istirahat

kurang lebih 1 menit diantara set. Kemudian, lakukan 2 set

dari 10 pengulangan mengangkat tangan kanan dan kaki

kiri dengan 1 menit istirahat di antara set.

g) Menggulung perut

Pada usia mendekati menopause atau masa premenopause,

perut tidak lagi serata dahulu. Olahraga peregangan punggung

dan menggulung perut akan memperbaiki kekuatan stabilitas

badan dan membantu meratakan dan memangkas perut yang

tidak rata.

(1) Berbaringlah di punggung, di lantai berkarpet atau matras

dengan kedua lutut bertekuk pada kaki datar di lantai.

Letakkan tangan di belakang kepala dan leher untuk

dukungan dan jagalah pandangan keatas langit-langit.

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

(2) Dalam hitungan tiga, perlahan-lahan angkat kepala, leher,

bahu, dan punggng belakang dari lantai, dengan

mengontraksi otot perut.

(3) Ingat untuk bernafas.

Gambar 2.7 Menggulung perut

(4) Untuk mengurangi ketegangan pada punggung, jagalah

kepala dan leher dalam satu garis, pastikan untuk menjaga

pandangan ke atas (tidak ke arah lutut) dan angkatlah dada

kearah langit-langit.

(5) Berhenti. Kemudian dalam hitungan ke-3 perlahan-lahan

turunkan tubuh anda kembali ke posisi awal.

(6) Pada satu dari beberapa gerakan menggulung perut,

letakkan satu tangan pada otot perut dan rasakan kontraksi,

ingatlah untuk bergerak perlahan-lahan dan berpusat pada

perut (tidak dengan kepala atau bahu) untuk mengangkat

tubuh dari lantai.

(7) Selesaikan 2 set yang terdiri dari 10 pengulangan dengan

istirahat kurang lebih satu menit di antara 2 set.

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

d. Manfaat Olahraga

Dengan melakukan olahraga secara teratur dan terukur dapat

memberikan keuntungan bagi kita. Manfaat olahraga antara lain :

1) Mengatur tonus dan menguatkan setiap organ tubuh dan sistem

tubuh.

2) Membantu menenangkan ketegangan, membuat tidur lebih

nyenyak.

3) Menguatkan pengendalian diri, meningkatkan kinerja pikiran dan

meningkatkan rasa segar.

4) Mengurangi rasa cemas dan tertekan.

5) Menurunkan stress emosional.

6) Menurunkan lemak darah (trigliserida dan meningkatkan kolesterol

yang baik HDL), dengan demikian membantu mengurangi risiko

penyakit jantung koroner.

7) Mengurangi resistensi insulin, membantu mengendalikan kadar

gula darah, dan bermanfaat pada pengobatan diabetes (tipe I dan

tipe II).

8) Menghilangkan sembelit.

9) Melindungi terhadap osteoporosis dan pengeroposan tulang.

10) Meningkatkan daya tahan untuk bekerja dan bermain.

11) Memperpanjang usia harapan hidup (memperlambat proses

penuaan) (Hardinge dan Shryock, 2003).

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3. Konsep Premenopause

a. Pengertian masa klimakerium

Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap

reproduksi, berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita

berusia 40-65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam

keluhan endokrinologis dan vegatatif. Keluhan tersebut terutama

disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium (Wiknjosastro, 2006).

Masa ini menurut Cooper (2001) dibagi menjadi beberapa bagian

yaitu :

Gambar 2.8 Masa Klimakterium

Keterangan :

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam masa klimakterium

seperti :

1) Premenopause

a) Pengertian Premenopause

Premenopause merupakan bagian dari klimaterium

sebelum menopause (Wiknjosastro, 2006). Periode

premenopause terjadi pada usia antara 40 tahun sampai 50

Reproduksi Klimakterium

13-16 40 45 50 55 65

Premenopause Pascamenopause

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

tahun (Mayo Clinic, 2011). Premenopause adalah kondisi

fisiologis pada wanita dimana wanita yang telah memasuki

proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya kadar

esterogen. Pada fase ini siklus haid wanita tidak teratur,

perdarahan haid kadang memanjang, jumlah darah haid

relatif banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid

(Yatim, 2005).

b) Fase Premeopause

Menurut dr. Jerilynn C. Prior, Scientific Director,

Centre For Menstrual Cycle and Ovulation Research,

bahwa premenopause memiliki 5 fase sebelum menuju ke

fase menopause, seperti terlihat dalam skema dibawah ini :

Gambar 2.9 Fase Premenopause

Keterangan :

(1) Fase A merupakan fase pertama sebelum menuju ke

menopause. Hormon esterogen akan meningkat pada

akhir usia 30an dan akan menjadi tidak menentu

kenaikan atau penurunannya pada masa premenopause.

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Terkadang, tingginya esterogen disertai dengan

rendahnya progesteron dapat menyebabkan beberapa

simptom seperti payudara membengkak, nyeri dan

bengkak, serta mulai timbulnya tanda gejala lainnya.

(2) Fase B hampir sama dengan fase A tetapi pada fase ini

ada beberapa perbedaan, pada fase ini mulai terjadi hot

flush dan siklus menstruasi menjadi lebih pendek

(mungkin akan menjadi 24-25 hari diantara periode).

(3) Fase C dimulai ketika menstruasi menjadi tidak teratur,

terkadang memendek dan terkadang memanjang.

Diantara periode transisi perubahan siklus menstruasi

dari teratur menjadi tidak teratur, wanita akan

mengalami satu periode dimana darah menstruasi

sangat banyak. Beberapa ahli berpendapat bahwa

premenopause dimulai ketika siklus menstruasi seorang

wanita menjadi tidak teratur.

(4) Fase D pada premenopause ditandai dengan tidak

terjadinya menstruasi pada beberapa bulan tapi dibulan

selanjutnya masih menstruasi lagi atau dua bulan wanita

tidak mengalami menstruasi tapi pada bulan ketiga akan

mengalami menstruasi lagi. Pada fase ini rasa nyeri

pada payudara akan membaik.

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

(5) Fase E adalah fase dimulainya menopause, dimana

seorang wanita tidak lagi mengalami siklus menstruasi

(Prior, 2007).

c) Gejala premenopause

Gejala premenopause menurut Lestari (2010)

diantaranya adalah :

(1) Perubahan di dalam periode menstruasi (memendek

atau memanjang, lebih banyak atau lebih sedikit atau

tidak mendapat menstruasi sama sekali).

(2) Hot flashes adalah sensasi dari panas seluruh tubuh

dan kemerahan pada wajah dan sering disertai dengan

keringat jantung berdebar dan perasaan tidak nyaman

pada seluruh tubuh.

(3) Kekeringan pada vagina karena adanya gangguan

lubrikasi pada vagina.

(4) Gangguan tidur dapat diakibatkan karena perasaan

atau keadaan tubuh yang tidak nyaman atau karena

mimpi-mimpi yang mengganggu.

(5) Perubahan mood (depresi, mudah tersinggung).

(6) Nyeri ketika bersanggama karena keadaan kering

pada vagina.

(7) Infeksi saluran kemih.

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

(8) Inkontinensia urin (tidak mampu menahan keluarnya

air seni).

(9) Tidak berminat pada hubungan seksual.

(10) Peningkatan lemak tubuh di sekitar pinggang.

(11) Bermasalah dengan konsentrasi dan daya ingat.

2) Menopause

a) Pengertian Menopause

Menopause merupakan fase dimana perdarahan haid

seorang wanita berhenti sama sekali. Fase ini terjadi

berangsur-angsur yang semakin jelas penurunan fungsi

kelenjar indung telurnya, serta terdapat amenore (tidak

haid) sekurang-kurangnya satu tahun tanpa didahului

kehamilan (Yatim, 2005). Umur terjadinya menopause

dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola

kehidupan (Wiknjosastro, 2006).

b) Kategori Menopause

Menopause dapat menjadi kejadian yang terjadi

secara alami atau perubahan hidup yang timbul akibat

intervensi medis. Umumnya, sebab menopause dapat

dikategorikan sebagai berikut :

(1) Menopause alami

Menopause alami adalah akhir dari tahun

reproduksi wanita. Ditandai dengan tidak hadirnya

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

siklus menstruasi selama satu tahun penuh. Hal ini

dapat terjadi pada usia 40 dan 58 tahun, dengan rata-

rata usia kurang lebih 51 tahun.

(2) Menopause prematur

Menopause prematur adalah saat siklus

menstruasi wanita berhenti selama satu tahun penuh

sebelum usia 40 tahun. ini dapat terjadi akibat berbagai

alasan, termasuk genetik, proses autoimun, atau

intervensi medis, seperti kemoterapi.

(3) Menopause beralasan atau medis

Menopause beralasan disebabkan pada saat

kerusakan parah (seperti yang disebabkan oleh

kemoterapi yang digunakan selama pengobatan kanker)

atau pengakatan operatif pada ovarium (menopause

akibat bedah) (Tagliaferri, 2006).

c) Tanda dan Gejala Menopause

Tanda dan gejala pada masa menopause menurut

Tagliaferri (2006) sedikit banyak hampir sama dengan

gejala pada premenopause sehingga agak sulit untuk

dibedakan, berikut tanda dan gejala pada wanita yang

mengalami menopause menurut antara lain :

(1) Siklus menstruasi tidak teratur

(2) Sakit kepala migren

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

(3) Perdaragan pervaginal hebat

(4) Cepat lelah

(5) Serangan panas

(6) Keinginan seksual menurun

(7) Keringat malam

(8) Nyeri saat berhubungan seks

(9) Kenaikan berat badan

(10) Kembung

(11) Insomnia

(12) Rambut menjadi kelabu

(13) Depresi dll

3) Postmenopause

Postmenopause merupakan suatu keadaan dimana

wanita memiliki atau menemukan keseimbangan baru setelah

melalui masa transisi yang berat, disini wanita postmenopause

tidak lagi mengalami menstruasi. Postmenopause terjadi

dimulai bila wanita tidak mengalami menstruasi lebih dari 12

bulan setelah menstruasi terakhir (Tagliaferri, 2006).

4. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil mengetahui, pengetahuan terjadi

setelah orang melakukan tindakan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Terjadinya pengindraan dilakukan melalui pancaindra

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

manusia yakni : indra pengecap, penglihatan, pendengaran,

penciuman, peraba. Pengetahuan seseorang dapat sangat berpengaruh

pada tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan dasar dari terbentuknya perilaku

seseorang. Tingkatan pengetahuan menurut Bloom ada 6 yaitu :

1) Mengetahui (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang

telah diterima.

2) Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui,

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Mengaplikasi (application). Mengaplikasi diartikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada

situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Menganalisis (analysis). Menganalisis adalah suatu kemampuan

untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-

komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

5) Mensintesis (synthesis). Mensintesis menunjukkan suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Mengevaluasi (evaluation). Mengevaluasi berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).

c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang antara lain :

1) Usia

Usia dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang , semakin cukup

usia tingkat kemampuan atau kematangan seseorang maka akan

lebih matang dalam berfikir dan menerima informasi.

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin berkaitan dengan perilaku model bahwa individu

melakukan model sesuai dengan jenis kelamin.

3) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk bersikap

dan berperan dalam pembangunan keseluruhan.

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

4) Intelegensia

Intelegensia pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan

penyesuaian diri dan cara pengambilan keputusan individu yang

berintelegensia tinggi.

5) Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi mempengaruhi terhadap tingkah laku

individu yang berasal dari status ekonomi yang lebih baik

dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri

daripada seseorang dari status sosial ekonomi lebih rendah.

6) Sosial Budaya

Status sosial budaya termasuk didalamnya pandangan keagamaan,

kelompok etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan

khususnya seseorang dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk

memperkuat superegonya (Latipun, 2001).

d. Pengetahuan Mengenai Osteoporosis dan Aktivitas Latihan untuk

Mencegah Osteoporosis

Beberapa wanita memasuki masa menopause dengan penuh

kecemasan dan penuh dengan gambaran negatif mengenai masa

menopause. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan

wanita dalam persiapan menghadapi menopause. Pemberian informasi,

pengetahuan dan pendidikan yang akan terjadi pada wanita menopause

pada wanita premenopause selain akan mengurangi kecemasan juga

akan mempengaruhi wanita premenopause untuk mengubah gaya

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

hidup yang kurang sehat menjadi gaya hidup yang lebih sehat,

sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif akibat

gaya hidup tidak sehat dimasa muda. Informasi, pengetahuan dan

pendidikan yang diberikan dapat berupa informasi mengenai gejala-

gejala yang timbul pada masa menopause seperti osteoporosis akibat

penurunan produksi hormone. Wanita premenopause akan menghadapi

dan menjalani masa menopause dengan bahagia dan tanpa pikiran

negatif bila ia mendapatkan informasi dan pengetahuan yang faktual

dan akurat mengenai gejala osteoporosis dan cara-cara pencegahan dan

mengatasi osteoporosis dengan berolahraga secara teratur. Sebab

ketidaktahuan seseorang akan menimbulkan dampak ketidaksiapan

menghadapi masa menopause pada akhirnya (Mustopo, 2005).

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

B. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Keterangan :

-------------- : Tidak diteliti

_________ : Diteliti

Gambar 2.10 Skema kerangka konsep

C. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif

antara tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan

untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause. Hal ini

berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang osteoporosis

maka aktivitas latihan yang dilakukan untuk mencegah osteoporosis akan

semakin baik.

Tingkat Pengetahuan tentang

Osteoporosis

Faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan :

Usia

Jenis kelamin

Pendidikan

Sosial Ekonomi

Sosial Budaya

Pengetahuan (Tahu)

Pemahaman

Aplikasi/Penerapan

Aktivitas Latihan untuk

Mencegah Osteoporosis pada

Wanita Usia Premenopause

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

yang bertujuan untuk melakukan deskripsi terhadap fenomena atau kejadian

yang ditemukan tanpa mencoba melakukan analisis bagaimana dan mengapa

fenomena tersebut dapat terjadi (Arief, TQ, 2004). Kemudian melakukan

analisa dan menarik kesimpulan dengan pendekatan cross sectional untuk

mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan dengan aktivitas latihan

untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragen Kelurahan Sragen Tengah

Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01 dan 03. Adapun penelitian ini

dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Juni tahun 2012.

C. Populasi Penelitian

1. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua wanita usia 40-50 tahun.

2. Populasi Aktual

Populasi aktual dalam penelitian ini adalah semua wanita usia 40-50 tahun

di Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01 dan 03 sebanyak 45 responden.

58

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

D. Teknik Sampling

Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

teknik non random sampling : purposive sampling (Nursalam, 2009). Teknik

purposive sampling didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri dan sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2010)

E. Besar Sampel

Semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan semakin

repersentatif. Namun demikian, penggunaan sampel sebesar 10%-20% untuk

subjek dengan jumlah lebih dari 1000 dipandang sudah cukup. Makin kecil

jumlah populasi, presentase sampel harus semakin besar (Nursalam, 2008).

Dalam penelitian ini, karena jumlah populasinya kurang dari 1000

maka besar sampel ditentukan menurut Notoatmodjo (2010) dengan rumus :

Dimana :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 0,05

Sehingga,

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Maka diperoleh sampel yang akan diteliti adalah sebesar 41 responden dari

total 45 orang wanita usia premenopause (40-50 tahun).

F. Kriteria Restriksi

1. Kriteria inklusi.

Kriteria inklusi adalah sebagai berikut :

a. Wanita yang berusia 40-50 tahun.

b. Wanita yang belum berhenti haid secara alami.

c. Wanita yang bertempat tinggal di Lingkungan Mageru RW 16 pada

RT 01 dan 03.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria untuk mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi karena beberapa sebab. Dalam penelitian ini,

kriteria eksklusi yaitu subjek menolak menjadi responden dalam

penelitian.

G. Definisi Operasional

1. Variabel Independent : Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis

a. Definisi Operasional

Penerapan wanita pada usia premenopause tentang

pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan. Penerapan

aplikasi tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan yang diperoleh

dari jawaban koesioner yang diisi oleh responden.

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

b. Nilai Variasi

Tingkat pengetahuan diukur dengan koesioner, pertanyaan

pada koesioner ini dibatasi hingga level C3. Setiap jawaban benar

diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, jumlah soal sebanyak 25

soal dengan skor minimum-maksimum sebesar 0-25 point, kemudian

dihitung skor totalnya.

Variasi Nilai : Baik (76 - 100%)

Cukup (56 - 75%)

Kurang (<56%)

c. Skala Pegukuran : Ordinal

d. Alat Ukur : Koesioner

2. Variabel Dependent : Aktivitas Latihan untuk Mencegah Osteoporosis

a. Definisi Operasional

Latihan untuk pencegahan osteoporosis adalah aktivitas latihan

fisik yang dilakukan oleh responden yang diperoleh dari jawaban-

jawaban koesioner. Penilaian koesioner dengan cara skoring.

b. Nilai Variasi

Tingkat pengetahuan diukur dengan koesioner dimana setiap

jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, jumlah

soal sebanyak 14 soal dengan skor minimum-maksimum sebesar 0-14.

Kemudian dihitung skor totalnya.

Variasi Nilai : Baik (76 - 100%)

Cukup (56 - 75%)

Page 77: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Kurang (<56%)

c. Skala Pengukuran : Ordinal

d. Alat Ukur : Koesioner

H. Cara Kerja

1. Alat Ukur

a. Pengukuran Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis

Pengukuran tingkat pengetahuan tentang osteoporosis diukur

dengan menggunakan alat berupa koesioner yaitu daftar pertanyaan

yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden

tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda

tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Koesioner yang digunakan adalah jenis kuersioner yang sudah

disediakan jawaban atau bersifat tertutup dengan skala Guttman. Skala

ini bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang

tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan ya dan tidak, positif

dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skor benar

nilainya adalah 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2007).

Page 78: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pertanyaan Koesioner Tingkat Pengetahuan

tentang Osteoporosis

No Indikator Favourable Unfavourable Tidak

Valid

1. Pengetahuan

tentang

osteoporosis

dengan aktivitas

latihan untuk

mencegah

osteoporosis

1, 4, 5 2, 3, 6 -

2. Pemahaman

tentang

osteoporosis

dengan aktivitas

latihan untuk

mencegah

osteoporosis

7, 8, 9, 12 10, 11, 13, 14 -

3. Penerapan aplikasi

tentang

osteoporosis

dengan aktivitas

latihan mencegah

osteoporosis

15, 16, 19, 21,

24

17, 18, 20, 22,

23,25

-

Sumber : Data Primer, 2012

b. Pengukuran Aktivitas Latihan untuk Mencegah Osteoporosis

Pengukuran aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis

dengan cara menggunakan alat berupa koesioner. Koesioener yang

dipakai dengan menggunakan skala Guttman dengan pertanyaan

tertutup. Skala ini bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan

jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan tidak, salah dan benar,

positif dan negatif, setuju dan tidak setuju. Skala ini dibuat seperti

checklist dengan intepretasi penilaian, apabila benar nilainya 1 dan

apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2007).

Page 79: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Total skor maksimum adalah 14 poin dengan pembobotan nilai

tiap nomor dengan rincian seperti yang tertera dalam tabel kisi-kisi

soal di bawah ini.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Aktivitas Latihan untuk Pencegahan Osteoporosis

No

Pertanyaan

Bobot

Pertanyaan

No

Pertanyaan

Bobot

Pertanyaan

1 1 11 1

2 1 12 1

3 1 13 1

4 1 14 1

5 1 Total 14

6 1

7 1

8 1

9 1

10 1

Sumber : Data Primer, 2012

Sebelum koesioner diberikan kepada responden, koesioner harus

diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu agar dapat

digunakan sebagai alat ukur penelitian. Untuk memperoleh distribusi nilai

hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden

untuk uji coba paling sedikit 30 orang (Hidayat, 2007; Notoatmodjo, 2005;

Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan 30 responden yaitu wanita usia premenopause di Kelurahan

Sragen Tengah Lingkungan Mageru RW 16 RT 02.

(1) Uji Validitas

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product

moment” yang rumusnya sebagai berikut :

Page 80: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X = skor tiap pertanyaan

Y = skor total

XY = skor tiap pertanyaan dikali skor total

Butir pertanyaan kuesioner tersebut dinyatakan valid jika diperoleh hasil

perhitungan Rhitung > Rtabel (Notoatmodjo, 2005).

Selain validitas, kuesioner juga harus diuji reliabilitasnya.

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005).

(2) Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini untuk mencari reliabilitas digunakan rumus

Alpha Cronbach sebagai berikut :

r11 = reliabilitas instrumen

Rxy = N ( ∑ XY ) – ( ∑ X ∑ Y )

√ {N∑X² - (∑X)²} { N∑Y² - (∑Y)²}

r11 = k

1-

∑ σb2

k-1 σ1

2

Page 81: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

k = banyaknya soal

∑ σb2 = jumlah varians butir

σ12 = varians total

Butir pertanyaan kuesioner tersebut dinyatakan reliabel jika diperoleh

hasil perhitungan r11 > rtabel pada taraf signifikan 5% (Arikunto, 2006).

2. Metode Pengumpulan Data

a. Setelah mendapatkan surat ijin dari Kelurahan Sragen Tengah untuk

mendapatkan jumlah wanita usia premenopause di Lingkungan

Mageru RW 16 .

b. Peneliti mendatangi responden melalui kegiatan PKK, arisan atau door

to door dengan kriteria responden sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi.

c. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi inform consent

bagi yang bersedia menjadi responden.

d. Peneliti menjelaskan tata cara pengisian koesioner.

e. Peneliti melakukan pengolahan data.

I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Kegiatan-kegiatan dalam mengolah data antara lain :

1) Editing, yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Page 82: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

2) Coding, yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Pemberian

kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (codebook)

untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

suatu variabel.

3) Data entry, yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau dengan mambuat table kontigensi.

4) Teknik analisis, yaitu melakukan analisis, khususnya terhadap data

penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan

dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian statistik inferensial

maka analisis data menggunkan statistika untuk menyimpulkan

parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal

dengan proses generalisasi dan inferensial (Hidayat, 2007).

b. Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan

memahami hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Untuk melihat

hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal maka rumus yang

digunakan adalah korelasi Spearman Rank (Hidayat, 2007). Digunakan

analisis data dengan Sperman Rank karena data penelitian berbentuk

ordinal (rangking atau jenjang) dan desain atau rancangan penelitiannya

Page 83: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

korelasi. Proses analisis data akan dibantu dengan menggunakan program

SPSS Ver. 16.0 untuk Window.

Page 84: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk mencegah

osteoporosis pada wanita usia premenopause. Penelitian dilaksanakan mulai

bulan Maret sampai dengan Juni tahun 2012 di Kecamatan Sragen Kelurahan

Sragen Tengah Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01 dan 03 dengan

jumlah sampel sebanyak 41 responden. Karakteristik responden adalah wanita

usia premenopause (40-50 tahun) di Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01

dan 03, terdiri dari 28 orang warga RT 03 dan 13 orang warga RT 01.

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode kuesioner

tertutup yang diberikan pada responden secara langsung. Untuk mendapatkan

instrumen yang valid dan reliabel, terlebih dahulu dilakukan try out (uji coba)

melalui uji validitas dan uji reliabilitas terhadap 30 orang responden. Uji coba

instrumen dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2012 dan tahap pelaksanaan

penelitian dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012. Hasil penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Supaya terhindar dari kekeliruan dan ketidakpastian dalam

perhitungan maka sebelum digunakan untuk penelitian sesungguhnya, lebih

69

Page 85: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas pada kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini dan diuji pada 30 responden. Uji validitas

dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha. Uji validitas dalam

penelitian ini menggunakan rumus Product Moment Correlation Pearson, dan

uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha.

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

validitas/kesahihan suatu alat ukur. Suatu instrumen dapat dianggap valid

jika mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Untuk

mengetahui seberapa cermat suatu instrumen melakukan fungsi ukurnya,

maka perlu dilakukan pengukuran kesahihan butir atau uji

validitas (Notoadmodjo, 2005). Ketentuan uji validitas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Suatu instrumen dinyatakan valid atau sahih jika memiliki nilai rhitung >

rtabel.

b. Nilai rtabel diperoleh melalui distribusi Tabel r Product Moment dengan

jumlah responden (n) = 30.

c. Pengujian mengggunakan taraf kesalahan () = 5%

d. Nilai rtabel dengan n = 30 dan taraf kesalahan 5% adalah sebesar 0,361

(Arikunto, 2006).

Hasil uji validitas terhadap item pertanyaan pengetahuan tentang

osteoporosis menunjukkan nilai rhitung > rtabel, maka semua item pertanyaan

dalam penelitian ini dinyatakan valid atau sahih.

Page 86: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Hasil uji validitas terhadap item pertanyaan aktivitas latihan untuk

mencegah osteoporosis menunjukkan nilai rhitung > rtabel, maka semua item

pertanyaan dalam penelitian ini dinyatakan valid atau sahih.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengukuran reliabilitas pada

prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil

yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pada subjek yang sama. Semakin

tinggi tingkat keandalan suatu alat ukur, semakin stabil dan semakin dapat

diandalkan alat ukur tersebut dalam mengukur suatu gejala. Kriteria

instrumen dinyatakan reliabel menggunakan kriteria yang dikemukakan

Ghozali (2006) bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memberikan

nilai Cronbach Alpha > 0,60. Sebaliknya suatu konstruk atau variabel

dikatakan tidak reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha ≤ 0,60

(Ghozali, 2006).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan tentang Osteoporosis

Hasil uji reliabilitas terhadap item pertanyaan pengetahuan tentang

osteoporosis dalam penelitian ini menunjukkan nilai Cronbach Alpha

(0,831) > 0,6 maka semua item pertanyaan dalam penelitian ini

dinyatakan reliabel atau andal.

b. Uji Reliabilitas Variabel Aktivitas Latihan untuk Mencegah

Osteoporosis

Page 87: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Hasil uji reliabilitas terhadap item pertanyaan aktivitas latihan untuk

mencegah osteoporosis dalam penelitian ini menunjukkan nilai

Cronbach Alpha (0,751) > 0,6 maka semua item pertanyaan dalam

penelitian ini dinyatakan reliabel atau andal.

C. Distribusi Responden

1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden

Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

40-43 tahun 15 36.59

44-47 tahun 14 34.15

48-51 tahun 12 29.26

Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden

(15 orang/36,59%) berumur antara 40-43 tahun. Pada penelitian ini usia

termuda adalah 40 tahun.

2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Page 88: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 2 4.88

SMP 6 14.63

SMA 24 58.54

Perguruan Tinggi 9 21.95

Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden

(24 orang/58,54%) berpendidikan SMA.

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

IRT 16 39.02

Petani/Buruh 2 4.88

Swasta 23 56.10

Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan

responden sebagian besar berada pada kategori swasta sebanyak 23 orang

(56,10%).

4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Osteoporosis

Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi

osteoporosis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 89: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Tabel 4.4 Distribusi Sumber Informasi Osteoporosis Responden Sumber Informasi

Osteoporosis Jumlah (orang)

Persentase (%)

Keluarga dan Masyarakat 9 21.95

Media 23 56.10

Unit Pelayanan Kesehatan 5 12.20

Belum Pernah 4 9.76

Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden

(23 orang/56,10%) memperoleh informasi osteoporosis dari berbagai

media.

5. Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kontrasepsi

Karakteristik responden berdasarkan alat kontrasepsi dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Alat Kontrasepsi Responden

Alat Kontrasepsi Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 22 53.66

Tidak 19 46.34

Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa, dari keseluruhan

responden mayoritas (22 orang/53,66%) menggunakan alat kontrasepsi.

6. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

Karakteristik responden berdasarkan penghasilan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Page 90: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 4.6 Distribusi Penghasilan Responden

Penghasilan Jumlah (orang) Persentase (%)

< Rp 500.000,00 12 29.27

Rp 500.000,00 - Rp 1.000.000,00 15 36.59

> Rp 1.000.001,00 14 34.15

Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan dari keseluruhan responden

mayoritas (15 orang/ 36,59 % ) berpengahasilan antara Rp 500.000,00 -

Rp 1.000.000,00 per bulan.

7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Anak Responden

Jumlah Anak Jumlah (orang) Persentase (%)

0 1 2.44

1-2 orang 28 68.29

3 orang atau lebih 12 29.27

Total 41 100.00 Sumber: Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa, dari mayoritas

responden (28 orang/68,29%) memiliki anak antara 1-2 orang.

D. Deskripsi Variabel Penelitian

1. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Tentang Osteoporosis

Tingkat pengetahuan tentang osteoporosis adalah tingkat

penerapan wanita pada usia premenopause mengenai pengetahuan tentang

osteoporosis dengan aktivitas latihan. Penerapan aplikasi tentang

Page 91: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

osteoporosis dengan aktivitas latihan yang diperoleh dari jawaban

koesioner yang diisi oleh responden. Tingkat pengetahuan diukur dengan

instrumen kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan sebanyak 25 butir

selanjutnya dihitung skor totalnya. Tingkat pengetahuan diklasifikasikan

ke dalam tiga kategori dengan penilaian sebagai berikut:.

a. Tingkat pengetahuan baik jika jawaban benar 76-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban benar 56-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang jika jawaban benar dari 56%

Selanjutnya dapat dibuat tabel distribusi frekuensi tingkat

pengetahuan tentang osteoporosis sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang

Osteoporosis Nilai

Kategori

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

76-100% Baik 18 43,90 56-75% Cukup 20 48,78 < 56% Kurang 3 7,32

Jumlah 41 100,00 Sumber : Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa tingkat pengetahuan

responden tentang osteoporosis sebagian besar (20 orang/48,78%)

dikategorikan ke dalam tingkat yang cukup baik.

2. Deskripsi Aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis

Aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis adalah aktivitas

latihan fisik untuk mencegah osteoporosis yang dilakukan oleh pada

wanita usia premenopause. Aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis

diukur dengan instrumen kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan

Page 92: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

sebanyak 14 butir selanjutnya dihitung skor totalnya. Aktivitas latihan

fisik untuk mencegah osteoporosis diklasifikasikan ke dalam tiga kategori

dengan penilaian sebagai berikut:.

a. Aktivitas latihan dikategorikan tinggi jika jawaban benar 76-100%

b. Aktivitas latihan dikategorikan sedang jika jawaban benar 56-75%

c. Aktivitas latihan dikategorikan rendah jika jawaban benar dari 56%

Selanjutnya dapat dibuat tabel distribusi frekuensi aktivitas latihan

untuk mencegah osteoporosis sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Aktivitas Latihan Untuk Mencegah

Osteoporosis Nilai

Kategori

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

76-100% Tinggi 8 19,51 56-75% Sedang 22 53,66 < 56% Rendah 11 26,83

Jumlah 41 100,00 Sumber : Data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa tingkat aktivitas latihan

untuk mencegah osteoporosis yang dilakukan responden sebagian besar

(22 orang/53,66%) dikategorikan sedang.

E. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji adalah ”Ada hubungan yang positif antara

tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk

mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause”. Pengujian hipotesis

dilakukan melalui Uji Korelasi Spearman Rank. Berdasarkan hasil pengolahan

data melalui program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut.

Page 93: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Hasil uji korelasi Spearman Rank dengan menggunakan program

SPSS didapatkan nilai korelasi (rho) = +0,675. Angka tersebut

menunjukkan cukup kuatnya korelasi antara pengetahuan dengan perilaku

(aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis), sedangkan tanda “+”

menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin

semakin baik perilakunya, begitu pula sebaliknya.

Tingkat signifikansi (p) dari hasil korelasi Spearman Rank diperoleh

p sebesar 0,000 di mana nilai ini jauh lebih kecil dari level of significance ()

yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk mencegah

osteoporosis pada wanita usia premenopause. Dengan demikian hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau terbukti kebenarannya.

Page 94: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

BAB V

PEMBAHASAN

Pengetahuan mengenai osteoporosis pada wanita usia premenopause

merupakan faktor yang amat penting karena wanita mempunyai risiko terserang

osteoporosis lebih tinggi dari pada pria. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan terhadap 41 responden pada wanita usia premenopause di Lingkungan

Mageru RW 16 pada RT 01 dan 03 menunjukkan bahwa responden memiliki

tingkat pengetahuan yang berbeda dengan mayoritas (20 orang/48,78%) telah

memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik mengenai osteoporosis.

Sejalan dengan adanya permasalahan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka upaya peningkatan pengetahuan tentang osteoporosis pada

wanita usia premenopause (40-50 tahun) di Kabupaten Sragen Kelurahan Sragen

Tengah Lingkungan Mageru RW 16 masih perlu dioptimalkan karena sampai saat

ini belum ada program kesehatan terkait dengan menopause. Perbedaan tingkat

pengetahuan responden dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor

misalnya perbedaan mengenai tingkat pendidikan di mana mayoritas responden

berpendidikan SMA. Semakin tinggi pendidikan formal seseorang pada umumnya

akan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih luas sehingga wawasan dan

informasi yang dimiliki akan lebih banyak dibandingkan dengan yang

berpendidikan lebih rendah. Perbedaan tingkat pengetahuan juga dapat

disebabkan karena dukungan lingkungan berupa sumber informasi mengenai

osteoporosis. Berdasarkan hasil penelitian ini mayoritas responden memperoleh

79

Page 95: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

informasi osteoporosis dari media (23 orang/56,1%) bahkan yang belum pernah

memperoleh informasi sebanyak 4 orang (9,76). Sedangkan 14 orang memperoleh

informasi dari keluarga dan masyarakat dan unit pelayanan kesehatan.

Pada penelitian didapatkan hasil sebagian besar pekerjaan dari respondent

adalah swasta sebanyak 23 orang (56,10%), pekerjaan seseorang secara tidak

langsung berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang karena pekerjaan

berhubungan dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan faktor

interaksi sosial dan kebudayaan berhubungan erat dengan pertukaran infomasi

sehingga hal ini akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang (Humam,

2003). Hasil penelitian juga mendapatkan hasil bahwa penghasilan mayoritas

responden adalah Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00 yang merupakan tingkat

penghasilan menengah dengan jumlah 15 orang (36,59%) serta jumlah

tanggungan anak mayoritas adalah 1-2 orang anak. Penghasilan dan tanggungan

anak termasuk dalam sosial budaya dan ekonomi yang dapat mempengauhi

pengetahuan seseorang secara tidak langsung. Menurut Lukman (2008) Sosial

budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang

memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu

pengetahuan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi

ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Aktivitas latihan untuk mencegah kejadian osteoporosis berkaitan dengan

kecenderungan perilaku seseorang untuk mencegah terjadinya penyakit

Page 96: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

osteoporosis. Tindakan yang dilakukan misalnya melalui pola hidup sehat,

mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium atau aktivitas latihan fisik

melalui olahraga teratur dan sesuai petunjuk yang benar. Berdasarkan teori serta

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Yuli Aryani osteoporosis

dipengaruhi oleh asupan kalsium, olahraga atau latihan dapat mempengaruhi

penyerapan kalsium dalam tubuh (Aryani, 2007). Menurut dr. Sadoso

Sumosardjuno Sp. KO bahwa pembebanan lokal pada otot tertentu akibat

olahraga menyebabkan tulang ikut bertumbuh (osteogenesis). Sel-sel tulang

mengalami tarikan mekanis akibat latihan olahraga/latihan beban yang memberati

tulang. Tarikan-tarikan itu menyebabkan masuknya ion-ion kalsium ke dalam sel

diikuti produksi prostaglandin (kelompok asam lemak hidroksid yang merangsang

kontraksi otot polos, merendahkan tekanan darah) dan nitric oxide, meningkatkan

aktivitas enzim, serta mengeluarkan hormon pertumbuhan. Akhirnya perubahan-

perubahan ini dapat memicu pembentukan kembali tulang (Sumosardjuno, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 41 responden

pada wanita usia premenopause di Lingkungan Mageru RW 16 pada RT 01 dan

03 Kelurahan Sragen Tengah Kecamatan Sragen menunjukkan bahwa secara

keseluhan belum menunjukkan perilaku yang baik terhadap pencegahan

osteoporosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41 orang yang

dikategorikan baik baru mencapai 8 orang (19,51%) artinya tindakan untuk

melakukan aktivitas latihan fisik untuk mencegah osteoporosis masih belum

optimal.

Page 97: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi aktivitas latihan fisik untuk

mencegah terjadinya osteoporosis adalah pengetahuan seseorang mengenai

osteoporosis. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) pengetahuan

akan mempengaruhi perilaku seseorang, pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan, sumber informasi dan pengalaman. Hasil penelitian ini

diperoleh temuan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat

pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk mencegah

osteoporosis pada wanita usia premenopause di Kelurahan Sragen Tengah

Kecamatan Sragen. Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin

semakin baik perilakunya untuk melakukan pencegahan osteoporosis, begitu pula

sebaliknya.

Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa perilaku untuk mencegah

terjadinya osteoporosis akan semakin tinggi apabila seseorang memiliki

pengetahuan yang semakin baik mengenai osteoporosis. Untuk meningkatkan

pengetahuan, seseorang harus memiliki informasi yang lebih banyak mengenai

osteoporosis terutama yang menyangkut sebab, akibat dan cara pencegahannya.

Hasil ini sesuai dengan pendapat Mustopo (2005) bahwa pemberian informasi,

pengetahuan dan pendidikan yang akan terjadi pada wanita premenopause selain

mengurangi kecemasan juga juga mendorong gaya hidup yang lebih sehat,

sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif. Informasi,

pengetahuan dan pendidikan yang diberikan dapat berupa informasi mengenai

gejala-gejala yang timbul pada masa menopause seperti osteoporosis akibat

penurunan produksi hormon esterogen.

Page 98: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia

premenopause di Kecamatan Sragen Kelurahan Sragen Tengah ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank didapatkan nilai korelasi

(rho) sebesar 0,675 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

korelasi yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan aktivitas latihan

untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia premenopause di

Kecamatan Sragen Kelurahan Sragen Tengah. Semakin tinggi

pengetahuan seseorang akan semakin semakin baik perilakunya untuk

melakukan pencegahan osteoporosis, begitu pula sebaliknya. Dengan

demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau

terbukti kebenarannya.

2. Dari 41 responden yang diteliti, mayoritas memiliki tingkat pengetahuan

yang cukup baik mengenai osteoporosis yaitu sebanyak 20 orang

(48,78%). Sedangkan 18 orang (43,90%) tingkat pengetahuannya

dikategorikan baik, dan 3 orang (7,32%) tingkat pengetahuannya

dikategorikan kurang.

83

Page 99: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

3. Aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis yang dilakukan pada

wanita usia premenopause di Kecamatan Sragen Kelurahan Sragen Tengah

berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 22 orang (53,66%) memiliki

perilaku yang cukup tinggi dalam mencegah terjadinya osteoporosis.

Sedangkan yang dikategorikan rendah sebanyak 11 oarng (26,83%) dan

yang dikategorikan tinggi sebanyak 8 orang (19,51%).

B. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Setempat

Berdasarkan hasil penelitian ini aktivitas latihan fisik untuk mencegah

osteoporosis yang dilakukan pada wanita usia premenopause mayoritas

dikategorikan sedang, dan dari 41 orang yang dikategorikan rendah

terdapat 11 orang atau mendekati 27%. Dengan demikian peningkatan

aktivitas latihan untuk mencegah osteoporosis pada wanita usia

premenopause khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Sragen

Kelurahan Sragen Tengah masih perlu diupayakan. Alternatif yang dapat

diupayakan yaitu dengan memberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang osteoporosis

terutama mengenai sebab, akibat dan cara pencegahannya.

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat khususnya wanita usia premenopause disarankan

meningkatkan kesadarannya untuk melakukan tindakan pencegahan dini

terhadap terjadinya kejadian osteoporosis. Alternatif yang dapat dilakukan

Page 100: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG …/Hubungan...hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporosis dengan aktivitas latihan untuk pencegahan osteoporosis pada wanita ilmiah untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

dengan mendukung pola hidup sehat, olahraga teratur, mengkonsumsi

makanan yang mengandung kalsium.

3. Bagi Peneliti

Faktor pengetahuan, perilaku (aktivitas latihan) pencegahan osteoporosis

dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada penelitian selanjutnya

disarankan untuk menambah variabel bebas mencakup semua faktor yang

mempengaruhi pencegahan osteoporosis misalnya kepercayaan, motivasi,

atau dukungan lingkungan.