101
TESIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN KESEHATAN, JUMLAH SUMBER INFORMASI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS PERSALINAN YANG MEMADAI OLEH IBU BERSALIN DI PUSKESMAS KAWANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR ADRIANA NARA NIM 1292161006 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

i

TESIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES

PELAYANAN KESEHATAN, JUMLAH SUMBER

INFORMASI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

PEMANFAATAN FASILITAS PERSALINAN YANG

MEMADAI OLEH IBU BERSALIN DI PUSKESMAS

KAWANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR

ADRIANA NARA

NIM 1292161006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES

PELAYANAN KESEHATAN, JUMLAH SUMBER

INFORMASI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

PEMANFAATAN FASILITAS PERSALINAN YANG

MEMADAI OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS

KAWANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR

TAHUN 2014

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

ADRIANA NARA

NIM 1292161006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

ii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 18 JUNI 2014

Pembimbing I,

Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi

NIP. 195807041987032001

Pembimbing II,

dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH

NIP. 197806272005012002

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH

NIP. 194810101977021001

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp. S (K)

NIP. 195902151985102001

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

iii

Tesis ini Telah Diuji Pada

Tanggal 18 Juni 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 1775/UN 14.4/HK/2014 Tanggal 17 Juni 2014

Ketua : Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi

Anggota :

1. dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH

2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M. Sc, Sp. And.

3. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M. Repro, PA (K)

4. Dr. I Putu Ganda Wijaya, S. Sos, MM

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Adriana Nara

Nim : 1292161006

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Judul Tesis : Hubungan Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah

Sumber Informasi Dan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan

Fasilitas Persalinan Yang Memadai Oleh Ibu Bersalin Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur Tahun 2014.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila

dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 18 Juni 2014

Yang Membuat Pernyataan

ADRIANA NARA

NIM: 1292161006

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke

hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas kasih dan anugrahNya, tesis ini

dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi,

sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister,

khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis

sampaikan kepada Ibu dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH, pembimbing kedua

yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran

kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, SpPD (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Magister di Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof. Dr. dr. A. A Raka

Sudewi, Sp. S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Unuversitas Udayana.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. dr. D. N

Wirawan, MPH, sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

dan semua dosen-dosen yang mengajar di Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

beserta jajaran birokrasinya.

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

vi

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para penguji tesis, yaitu

Bapak Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp. And., Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya,

M. Repro, PA (K)., Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos, MM, yang telah memberikan

masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

Pemerintah Kabupaten Sumba Timur c.q, Bupati Sumba Timur Bapak Drs. Gidion

Mbiliyora, M.Si, melalui Tim Diklat yang telah memberikan bantuan finansial dalam

bentuk BPPS sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan studi ini.

Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada seluruh keluarga terkasih,

mendiang (Papa dan Mama), Bunda Kati Hary Radjah, Mertua serta semua saudara-

saudara yang dengan sabar dan setia mendukung memberikan semangat dan

mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan sampai menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta

Noplianus Kalendiwaoe, serta anak-anakku Reinhold, Reinhy dan Reinhard tersayang,

yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk

lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmatNya kepada

semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta

kepada penulis sekeluarga.

Penulis

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

vii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

KESEHATAN, SUMBER INFORMASI DAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS PERSALINAN YANG MEMADAI

OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGU

KABUPATEN SUMBA TIMUR

Kebijakan pemerintah dalam MDG’s adalah untuk menurunkan angka

kematian ibu. Upaya dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah

mencanangkan Program Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Persalinan di

fasilitas kesehatan di Kabupaten Sumba Timur tahun 2013 sebesar 86,7 % dan non

fasilitas kesehatan 13,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

yang hubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai pada ibu

bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

Desain penelitian ini cross-sectional, sampel penelitian sebanyak 85 orang,

diambil dengan metode Non-Probability Sampling tehnik consecutive sampling.

Variabel terikat adalah pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai sedangkan

pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, sumber informasi dan dukungan

keluarga sebagai variabel bebas. Data dikumpulkan dengan metode wawancara

dengan alat bantu kuesioner. Analisis data dilakukan secara bertahap meliputi analisis

univariat, bivariat (chi-square) dan multivariat (regresi logistik).

Responden penelitian sebagian besar berumur 21-34 tahun (76,5%),

berpendidikan SD (44,2%), bekerja sebagai petani (56,5%). Hasil uji bivariat

diketahui ada hubungan pengetahuan ibu bersalin (p=0,001), sikap (p<0,001), akses

pelayanan kesehatan (p<0,001), jumlah informasi (p=0,039), dukungan keluarga

(p<0,001) dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai. Pada analisis

multivariat, variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai adalah akses pelayanan kesehatan dengan p=0,018; OR=11,679; CI 95%=

1,365-99,891.

Simpulan ada hubungan yang sangat kuat antara akses pelayanan kesehatan

dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai. Sehingga perlu dilakukan

penjangkauan akses pelayanan kesehatan terutama sarana dan prasarana yang

mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin serta

melakukan penelitian lebih lanjut lagi.

Kata kunci: Akses Pelayanan Kesehatan, Pemanfaatan Fasilitas Persalinan.

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

viii

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN THE KNOWLEDGE, ATTITUDE, ACCESS OF

HEALTHY SERVICE, INFORMATION SORUCE AND FAMILY SUPPORT

WITH THE UTILIZATION OF GOOD BIRTH FACILITY BY PREGNANT

MOTHER IN AREA OF PUSKESMAS KAWANGU IN

EAST SUMBA REGENCY

The Goal of government policy in MDG’s is to decrease the number of

mother’s death. The program of the NTT government is to make the big revolution of

mother’s and a child’s healthy. In 2013, the number of birth that used the healthy

facilities in East Sumba is 86,7% and without used the healthy facilties is 13,3 %. The

aim of this research is to know the factors that relate with the utilization of birth

facility in Puskesmas Kwangu in East Sumba during 2014.

The design of this research is cross sectional, consist of 85 samples that

colleted by non probability sampling method or consecutive sampling. The bound

variable is the utilization of good birth facility and the free variable are knowledge,

attitude, access of healthy service, information source and family support. In thus

research, datas were gained by interview in questioner form. The data analysis is

processed in some stages; those are univariat analysis, bivariat (chi-square) and

multivariat.

In this research, almost respondents are 21-43 year (76,5%), the educated

elementary school (44,2%), farmers (56,5%). The bivariat test showed the relation

between the knowledge of mother (p=0.0001), attitude (p<0,001), the access of

healthy service (p<0,001), information (p=0,039), family support (p<0,001) with the

utilization of the good facility of birth. From the multivariat analysis, the variable that

relate with the utilization of the good birth facility are: p=0,018; OR=11,679; CI

95%=1,365-99,891.

The conclusion is there is the close relation between the access of healthy

service with the utilization of the good birth facility. So it is important to expand the

access of service healthy especially the tools and the infrastructure that support the

utilization of the good birth facility and furthermore to make the research for this goal.

Key words: the access of healthy service, the utilization of birth facility

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM…………………………………………………..

PRASYARAT GELAR…………………………………………………………….

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….

PENETAPAN PANITIA PENGUJI……………………………………………….

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………………………..

UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………………….

ABSTRAK………………………………………………………………………….

ABSTRACT………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….

DAFTAR TABEL………………………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….

DAFTAR ARTI SINGKATAN DAN LAMBANG……………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….......

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………….

1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………………

1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………………..

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

x

xi

xv

xvi

xvii

1

6

7

7

7

Halaman

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

x

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………

1.4.1 Manfaat Teoritis/Akademik……………………………………………...

1.4.2 Manfaat Praktis…………………………………………………………..

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Revolusi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Provinsi NTT.............................

2.2 Fasilitas Kesehatan/Persalinan Yang Memadai..............................................

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan

Yang Memadai Oleh Ibu

Hamil.................................................................................................

2.3 Teori-teori Perubahan Perilaku...................................................................

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir………………………………………………………………

3.2 Konsep Penelitian……………………………………………………………….

3.3 Hipotesis Penelitian……………………………………………………………..

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian……………………………………………………………

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………………

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian……………………………………………………….

4.3.2 Sampel……………………………………………………………………

Besar Sampel…………………………………………………………….

8

8

8

9

19

21

26

31

35

36

37

38

38

38

38

39

40

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

xi

4.1.1 Tehnik Pengambilan Sampel…………………………………………….

4.2 Variabel Penelitian………………………………………………………………

4.2.1 Variabel Independen……………………………………………………..

4.2.2 Variabel Dependen……………………………………………………….

4.3 Definisi Operasional…………………………………………………………….

4.4 Prosedur Penelitian…………………………………………………….............

4.4.1 Pengumpulan Data……………………………………………………….

4.4.2 Tahap-tahap Pengolahan Data……………………………………………

4.5 Analisis Data…………………………………………………………………….

4.5.1 Analisis Univariat………………………………………………………...

4.5.2 Analisis Bivariat………………………………………………………….

4.5.3 Analisis Multivariat………………………………………………………

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………………

5.2 Karakteristik Responden………………………………………………………..

5.3 Distribusi Frekuensi Responden………………………………………………..

5.4 Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Sumber

Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan

yang Memadai oleh Ibu Bersalin………………………………………………

5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang

Memadai oleh Ibu Bersalin……………………………………………………

41

41

41

41

43

43

44

45

45

45

45

46

47

49

50

53

55

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

xii

5.6 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………………

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai……………………………….

6.2 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang

Memadai………………………………………………………………………

6.3 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai…..

6.4 Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan Fasilitas

Persalinan yang Memadai…………………………………………………….

6.5 Hubungan Jumlah Sumber Informasi dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan

yang Memadai………………………………………………………………..

6.6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang

Memadai………………………………………………………………………

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan……………………………………………………………………

7.2 Saran……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..

56

57

59

61

64

65

68

69

70

71

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2 Konsep Penelitian…………………………………………………….

Gambar 4.1 Bagan cross-sectional…………………………………………………

35

37

Halaman

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel……………………………………………

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Pendidikan dan

Pekerjaan di Puskesmas Kawangu tahun 2014…………………………..

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan, Sikap, Akses

Pelayanan Kesehatan, Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga

dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai………………

Tabel 5.3 Hubungan Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Sumber

Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas

Persalinan yang Memadai……………………………………………….

Tabel 5.4 Hasil Analisis Regresi Logistik dari Hubungan Pengetahuan, Sikap,

Akses Pelayanan Kesehatan, Sumber Informasi dan Dukungan

Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh

Ibu Bersalin di Puskesmas Kawangu tahun 2014………………………

41

47

48

50

54

Halaman

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Kuesioner Penelitian…………………………………………………

Lampiran II. Etical Clearance Penelitian dari Unit Penelitian dan Pengembangan

(LITBANG) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah

Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar………………………………

Lampiran III. Prosedur Penelitian…………………………………………………..

Lampiran IV. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten

Sumba Timur………………………………………………………

Lampiran V. Surat Keterangan Penelitian dari Puskesmas Kawangu……………

Lampiran VI. Output SPSS uji Univariat, Bivariat dan Multivariat………………...

74

82

84

85

86

87

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

xvi

DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care

BKKBN : Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana

BPS : Badan Pusat Statistik

CI : Confodent Interval

D2 : Diploma 2

D3 : Diploma 3

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes : Dinas Kesehatan

KB : Keluarga Berencana

KH : Kelahiran Hidup

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KN : Kunjungan Neonatal

m : Meter

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

xvii

NTT : Nusa Tenggara Timur

OR : Odd Ratio

Perbup : Peraturan bupati

Perwalkot : Peraturan wali kota

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PONED : Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

PONEK : Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

Poskesdes : Pos Kesehatan Desa

PPKBD : Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa

PT : Perguruan Tinggi

PUS : Pasangan Usia Subur

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RS : Rumah Sakit

SD : Sekolah Dasar

SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

xviii

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Surkesdas : Survei Kesehatan Dasar

UHH : Umur Harapan Hidup

WHO : World Health Organization

WUS : Wanita Usia Subur

LAMBANG

% : Persentase

≤ : Kurang dari atau sama dengan

≥ : Lebih dari atau sama dengan

p : Probabilitas/kemaknaan

α : Alpa/Tingkat kesalahan

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu penentu indikator

pembangunan manusia. Peningkatan status kesehatan sangat dipengaruhi oleh banyak

faktor yang menjadi tanggung jawab berbagai pihak dan jika ditinjau dari aspek

pengguna dan penyedia pelayanan kesehatan maka ada tanggung jawab masyarakat,

swasta dan pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan, sistem pembiayaan dan

sosial budaya serta perilaku yang berlaku pada masyarakat (Depkes, 2005).

Indikator kesehatan masyarakat dapat dilihat salah satunya dari Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), indikator tersebut berpengaruh pada

indikator lain yaitu Umur Harapan Hidup (UHH). Angka Kematian Ibu merupakan

salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu

meningkatkan kesehatan ibu.

Kebijakan pemerintah dalam MDG’s tentang menurunkan angka kematian ibu,

kebijakan yang ditetapkan diantaranya peningkatan akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan pelayanan outreach

berbasis fasilitas, peningkatan akses layanan KB terutama bagi ibu pasca melahirkan

dan kelompok unmet need melalui pelayanan kesehatan reproduksi terpadu, dan

memperkuat fungsi bidan desa, memperkuat sistem rujukan, dan mengurangi

hambatan finansial (Depkes RI, 2008).

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

2

Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan,

ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia adalah 307/100.000 KH, SDKI 2007 adalah 228/100.000 KH dan hasil

SDKI 2012 adalah 359/100.000 KH. Angka ini masih sangat tinggi jika dibandingkan

dengan negara-negara lain seperti Malaysia 62/100.100 KH, Srilangka 58/100.000

KH, Philipina 230/100.000 KH. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB), pada

tahun 2004, Nasional 52/1000 KH turun menjadi 34/1000 KH tahun 2007 dan pada

tahun 2012 adalah 32/1000 KH. Walaupun ada penurunan tapi angka ini masih jauh

dibawah target nasional. Target MGD’s tahun 2015 adalah AKI 102/100.000 KH

(BPS, 2012)

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) AKI adalah berjumlah 554/100.000

KH. Tahun 2007 berjumlah 306/100.000 KH, sedangkan pada tahun 2011 adalah

215/100.000 KH (Dinkes Prov. NTT, 2012). Sedangkan untuk AKB dari 62/1000 KH

turun menjadi 57/1000 KH dan pada tahun 2012 adalah 45/1000 KH (BPS, 2007).

Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa di Provinsi NTT sebesar

77.1% pertolongan persalinan dilakukan di rumah dengan persentase 46.2% ditolong

oleh dukun bersalin dan 36.5% ditolong oleh bidan. Cakupan pemeriksaan kehamilan

(Ante Natal Care/ANC) ibu hamil pada fasilitas kesehatan sebesar 87.9%, sedangkan

prosentasi cakupan pelayanan bayi baru lahir atau Neonatal KN-1 (0-7 hari) adalah

42.3% dan KN-2 (8-28 hari) sebesar 34.4% (Riskesdas, 2008).

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

3

Di Kabupaten Sumba Timur AKI tahun 2011 adalah sejumlah 20 orang,

dengan persalinan di fasilitas kesehatan sejumlah 3619 orang dan di non fasilitas

kesehatan sejumlah 1346 orang. Tahun 2012 sejumlah 2 orang dengan persalinan di

fasilitas kesehatan sejumlah 4322 orang dan di non fasilitas kesehatan sejumlah 841

orang. Dan AKI tahun 2013 meningkat sejumlah 15 orang, dengan persalinan di

fasilitas kesehatan adalah sejumlah 3052 orang dan di non fasilitas kesehatan sejumlah

468 orang (Dinkes Kab. Sumba Timur, 2013).

Tingginya AKI dan AKB di Provinsi NTT termasuk salah satunya pada

Kabupaten Sumba Timur merupakan suatu manifestasi dari akar permasalahan yang

kompleks. Pemerintah dalam hal ini jajaran kesehatan di Provinsi NTT telah berupaya

selama ini memberikan pelayanan kesehatan melalui berbagai upaya, antara lain

dengan penempatan bidan di desa-desa, pembangunan Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu serta Puskesmas Keliling, tetapi belum memberikan suatu hasil yang

menggembirakan. Persalinan dengan komplikasi perdarahan, retensio plasenta,

keracunan kehamilan (eklamsia) dan kehamilan dengan penyulit lainnya tidak dapat

ditolong oleh tenaga bidan/perawat yang ada di desa karena keterbatasan alat dan

ketrampilan, hal-hal seperti itu hanya dapat diatasi bila persalinan tersebut dilakukan

di fasilitas kesehatan yang memadai (Prawiroharjo, 2002).

Dengan belum tercapainya tujuan penurunan angka kematian ibu dan angka

kematian bayi melalui beberapa upaya diatas, maka pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT), mencanangkan suatu strategi dan kebijakan revolusi dibidang

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

4

pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan kepada setiap ibu yang melahirkan

dan bayi baru lahir melalui pendekatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

yang dilatih pada fasilitas kesehatan yang memadai yang dikenal dengan sebutan

Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Dinkes Prov. NTT, 2010).

Revolusi KIA mulai diberlakukan sejak tahun 2005, tetapi efektifnya program

ini mulai tahun 2009 setelah dilakukan revisi pada beberapa bagian. Sejak

diberlakukan program ini, angka cakupan persalinan di fasilitas kesehatan semakin

meningkat dari tahun ke tahun tetapi belum diimbangi dengan menurunnya angka

kematian ibu dan bayi baru lahir.

Puskesmas Kawangu adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan di

Kabupaten Sumba Timur yang melaksanakan program Revolusi KIA. Puskesmas

Kawangu merupakan puskesmas yang mempunyai cakupan wilayah kerja yang sangat

besar setelah Puskesmas Waingapu. Puskesmas Kawangu terletak dipinggiran kota

kabupaten sehingga ibu hamil yang berada diluar kota lebih mudah mengakses ke

puskesmas ini dibandingkan harus ke puskesmas yang berada di pusat kota. AKI di

Puskesmas Kawangu tahun 2011 berjumlah 1 orang, dengan jumlah persalinan di

fasilitas kesehatan 345 orang dan di non fasilitas kesehatan 67 orang. Tahun 2012

tidak ada kematian ibu dengan persalinan di fasilitas kesehatan sejumlah 362 orang

dan di non fasilitas kesehatan sejumlahk 40 orang. Sedangkan tahun 2013 kematian

ibu ada 1 orang dengan persalinan di fasilitas kesehatan sejumlah 371 orang dan non

fasilitas kesehatan sejumlah 27 orang (Puskesmas Kawangu, 2013).

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

5

Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, menyatakan bahwa ada

pengaruh antara faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, persepsi, budaya, akses

pelayanan kesehatan, sosial ekonomi, sumber informasi, dukungan keluarga,

dukungan tokoh masyarakat, tokoh agama, peran petugas kesehatan, sarana/fasilitas

pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Merujuk dari permasalahan dan program tersebut diatas bahwa pemanfaatan

fasilitas persalinan masih kurang baik, dengan masih adanya persalinan pada non

fasilitas kesehatan seperti di rumah serta didukung oleh hasil penelitian terdahulu,

maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses

pelayanan kesehatan, sumber informasi dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten

Sumba Timur tahun 2014.

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

6

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari latar belakang di atas seperti di bawah ini.

1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu?

2. Apakah ada hubungan antara sikap ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu?

3. Apakah ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin

dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja

Puskesmas Kawangu?

4. Apakah ada hubungan antara jumlah sumber informasi yang didapatkan oleh

ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah

kerja Puskesmas Kawangu?

5. Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga ibu bersalin dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas

Kawangu?

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

7

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan,

jumlah sumber informasi dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan oleh ibu bersalin.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Hubungan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten

Sumba Timur tahun 2014

2. Hubungan antara sikap ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan

yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur

tahun 2014

3. Hubungan antara akses pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas

Kawangu Kabupaten Sumba Timur tahun 2014

4. Hubungan antara jumlah sumber informasi yang didapatkan oleh ibu bersalin

dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja

Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur tahun 2014

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

8

5. Hubungan antara dukungan keluarga ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten

Sumba Timur tahun 2014

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis/Akademik

Untuk menambah wawasan keilmuan dalam mengatasi masalah kematian ibu

sehubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi tempat penelitian, untuk memberikan pelayanan dan informasi tentang

pentingnya pemanfaatan fasiltas persalinan yang memadai

2. Bagi masyarakat, dapat berperan aktif dalam mengatasi masalah kesehatan ibu

dan anak dengan memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai

3. Bagi ibu hamil, dapat mengetahui dan mau melahirkan di fasilitas persalinan

yang memadai yang ada.

4. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penanganan

masalah kesehatan ibu dan anak dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai.

5. Bagi pengambil kebijakan, untuk dapat menetapkan peraturan untuk

melakukan intervensi pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai.

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Revolusi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Provinsi NTT

Revolusi KIA adalah salah satu bentuk upaya percepatan penurunan kematian

ibu melahirkan dan bayi baru lahir dengan cara-cara yang luar biasa melalui persalinan

pada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Program Revolusi Kesehatan Ibu

Anak atau KIA merupakan solusi untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Solusi ini dilakukan karena Angka Kematian Ibu dan Bayi masih tergolong sangat

tinggi. Kesehatan merupakan investasi dan hak asasi dan semua warga berhak atas

kesehatannya termasuk ibu melahirkan dan bayi baru lahir, maka kelalaian yang

mengakibatkan kematian merupakan tindakan pelanggaran Hak Asasi dan hilangnya

kesempatan investasi (Dinkes Prov. NTT, 2010).

Terjadinya kasus kematian maternal, merupakan dampak panjang yang bermula

dari tidak tepatnya tatanan sosial, kebijakan dan sumber daya potensial lainnya yang

berakibat pada minimnya akses dan cakupan pelayanan kesehatan, serta rendahnya

mutu pelayanan kesehatan. Pemerintah telah berupaya selama ini memberikan

pelayanan kesehatan melalui berbagai upaya, antara lain dengan penempatan bidan di

desa-desa, pembangunan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta Puskesmas

Keliling, tetapi belum memberikan suatu hasil yang menggembirakan, oleh karena

persalinan dengan komplikasi perdarahan, retensio plasenta, keracunan kehamilan

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

10

(eklamsia) dan kehamilan dengan penyulit lainnya yang tidak dapat ditolong oleh

tenaga bidan/perawat yang ada di desa. Hal-hal seperti itu hanya dapat diatasi bila

persalinan tersebut dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai (Prawiroharjo,

2002).

Secara umum Revolusi KIA bertujuan untuk tercapainya percepatan penurunan

kematian ibu melahirkan dan kematian bayi baru lahir melalui persalinan di fasilitas

kesehatan yang memadai. Salah satu bentuk Revolusi KIA adalah semua ibu harus

melahirkan bayinya pada fasilitas kesehatan yang memadai, agar mendapatkan

pertolongan memadai oleh tenaga terlatih. Hal ini penting karena penyebab kematian

ibu yang terbesar ialah akibat pendarahan saat melahirkan di rumah.

Sedangkan tujuan khusus dari Revolusi KIA adalah: Tersedianya data sasaran

ibu hamil, melahirkan dan bayi ditiap desa; Tersedianya Puskesmas PONED

(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) dan Rumah Sakit PONEK (Pelayanan

Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) di kabupaten/kota; Tersusunnya sistem

pelayanan dasar, esensial dan emergensi (obstetrik neonatal) bagi ibu hamil, ibu

melahirkan dan nifas serta bayi baru lahir; Terselenggaranya sistem pelayanan dasar,

esensial dan emergensi (obstetrik neonatal) bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas

serta bayi baru lahir; Terselenggaranya sistem rujukan obstetrik neonatal yang baik

bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan bayi baru lahir; Terselenggaranya

pelayanan kesehatan yang bermutu bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas serta bayi

baru lahir; Terselenggaranya persalinan yang selamat di fasilitas kesehatan yang

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

11

memadai; Menurunnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi baru lahir setiap

tahun (AKI 2010 : 227/100.000 KH, target tahun 2013 : 153/100.000 KH, dan AKB

2010 : 42/1000 KH, Tahun 2013: 27/1000 KH (Dinkes Prov. NTT, 2010).

Sasaran Revolusi KIA adalah semua ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas serta

bayi baru lahir yang ada di wilayah tersebut. Dalam Revolusi ada elemen penting yang

harus dipenuhi yaitu: orang yang menolong harus memadai (bidan, perawat, dokter),

peralatan kesehatan harus sesuai standar, obat dan bahan yang dibutuhkan tersedia,

bangunan yang sesuai dengan standar dan fungsi, sistem pelayanan yang bagus,

anggaran yang memadai (Dinkes Prov. NTT, 2010).

Strategi yang digunakan untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan

bayi baru lahir dibagi 3 bagian yaitu: (1) Peningkatan mutu pelayanan (supply side).

Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan jangkauan pelayanan kesehatan dalam

upaya pelaksanaan Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir maka

diusahakan ibu hamil sedekat mungkin pada sarana pelayanan baik pelayanan dasar

maupun pelayanan rujukan. Untuk itu dikembangkan 3 sistem peningkatan mutu

pelayanan dari supply side yaitu: (a) Rumah Tunggu adalah fasilitas tempat tinggal

bagi pasien beserta keluarganya selama menunggu pertolongan persalinan yang

letaknya dalam kompleks puskesmas/rumah sakit yang tujuannya untuk mendekatkan

sasaran pada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. (b) Puskesmas PONED

adalah puskesmas rawat inap yang mampu menyiapkan pelayanan kesehatan yang

bermutu di puskesmas pada umumnya dan pelayanan pertolongan persalinan serta

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

12

bayi baru lahir 24 jam/hari pada khususnya. (c) Rumah Sakit PONEK adalah

menyiapkan pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit pada umumnya dan

pelayanan kegawatdaruratan kebidanan serta bayi baru lahir 24 jam/hari pada

khususnya. (d) Sistem rujukan yang memadai adalah memantapkan kualitas rujukan

kegawatdaruratan kebidanan serta bayi baru lahir. (2) Pemberdayaan masyarakat.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan peningkatan kesadaran

masyarakat, penggerakan/pengorganisasian peran serta aktif masyarakat ditingkat

desa, (kader, dukun bayi, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan

lainnya) serta dukungan pemangku kepentingan dan aparat pemerintah setempat sesuai

dengan peran masing-masing sebagai berikut (a) Memberdayakan keluarga (suami,

istri dan anak) untuk memahami kesehatan reproduksi dan sadar, mau serta mampu

untuk hidup sehat melalui pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi, temu

wicara serta kunjungan rumah. (b) Memberdayakan kader posyandu, kader dasawisma

(kader PKK), Sub PPKBD (Pembantu Penyuluh Keluarga Berencana Desa) dan kader

lainnya untuk mendata sasaran ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui,

bayi baru lahir, PUS serta memberdayakan masyarakat untuk menginformasikan

keberadaan ibu hamil kepada petugas kesehatan. (c) Memberdayakan Kepala

Desa/Lurah, Badan Pemusyawaratan Desa/Kelurahan (BPD/L), Tim Pemberdayaan

dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk sadar dan mau hidup sehat melalui

musyawarah desa/kelurahan, rapat tim PKK dengan muara pada penetapan peraturan

desa/kelurahan tentang kewajiban semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

13

(Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK). (d) Meningkatkan penggalangan

kemitraan dalam pembangunan kesehatan di wilayah kerja kecamatan oleh Camat dan

Tim Penggerak PKK Kecamatan serta memberikan arahan dan supervise ke

desa/kelurahan untuk menjamin terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan

desa/kelurahan. (e) Menjamin agar pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota

terlaksana dengan baik dan bermutu dengan menyediakan alokasi anggaran untuk

pelayanan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai melalui

perbup/perwalkot tentang standar Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK di

tingkat kabupaten/kota. (f) Pemerintah Provinsi memberikan arahan dan bimbingan

serta supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan pelayanan kesehatan di

kabupaten/kota.

Bappeda provinsi berperan dalam meningkatkan koordinasi perencanaan

penganggaran, monitoring dan evaluasi untuk menunjang pelaksanaan program-

program SKPD lingkup Provinsi NTT melalui penggalangan kemitraan donor agency,

LSM, swasta serta masyarakat. (3) Pemantapan manajemen pelaksanaan revolusi KIA.

Manajemen Revolusi KIA dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten. (a) Tingkat

provinsi, menetapkan strategi Revolusi KIA untuk meningkatkan mutu pelayanan

serta akses ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dalam

upaya percepatan penurunan kematian ibu, bayi baru lahir dan bayi. (b) Tingkat

kabupaten, menerapkan kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan Revolusi KIA di

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

14

tingkat provinsi agar dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan di tingkat

kabupaten/kota.

Dinas Kesehatan Provinsi mengupayakan tersedianya dana operasional,

dokter umum, dokter spesialis, bidan terlatih, perawat terlatih, sarana prasarana, obat

dan alat kesehatan serta alat kontrasepsi. Melakukan bimbingan pengendalian,

supervisi dan monitoring terhadap kegiatan program sejak tahap persiapan,

pelaksanaan serta evaluasi. BKKBN Provinsi mengupayakan ketersediaan dana

operasional guna menunjang kegiatan program pemetaan sasaran (PUS,WUS, ibu

hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi dan balita),

penyuluhan masyarakat dan penggerakan sasaran ke tempat-tempat pelayanan

kesehatan.

Biro Pemberdayaan Perempuan mengupayakan ketersediaan dana operasioanl

guna menunjang kegiatan program sosialisasi dan advokasi ke semua pemangku

kepentingan baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa. Melakukan

monitoring terpadu bersama-sama Dinas Kesehatan serta BKKBN secara rutin dan

berkelanjutan. Badan Pembangunan Masyarakat Desa meningkatkan ketersediaan

dana operasional di desa guna menunjang kegiatan Survey Mawas Diri, Temu

Wicara/Diskusi Kampung dan Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dan insentif

bagi kader, dukun bersalin terlatih serta dana operasional posyandu. Selanjutnya

melakukan bimbingan pengendalian, supervise dan monitoring secara rutin dan

berkelanjutan.

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

15

Ada beberapa poin krusial dalam pelaksanaan Revolusi KIA yaitu dari sisi

pemberi pelayanan dan dari sisi masyarakat sebagai penerima pelayanan. Dari sisi

masyarakat sebagai penerima pelayanan, poin krusial yang perlu dipikirkan adalah

mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) Siapa yang hamil dan dimana ibu hamil tersebut

berada? (2) Apakah ibu hamil, suami, keluarga atau orang yang berpengaruh mau agar

ibu hamil melahirkan di fasilitas kesehatan? (3) Apakah ada kemampuan masyarakat

untuk membawa ibu hamil ke fasilitas kesehatan?.

Pemberi/penyedia pelayanan atau dapat juga disebut sebagai fasilitas kesehatan

akan ditemui poin-poin krusial sebagai berikut: (1) Apakah fasilitas kesehatan

mempunyai kemampuan memberikan pelayanan yang sesuai standar? (2) Apakah

fasilitas kesehatan mempunyai kemampuan untuk mengantarkan ibu yang telah

melahirkan kembali ke rumahnya? (3) Apakah fasilitas kesehatan mempunyai

kemampuan untuk memberikan pelayanan ibu pasca persalinan di rumahnya?

Revolusi KIA harus dapat menjawab semua poin-poin krusial seperti tersebut di atas

agar tujuan yang ingin dicapai dapat terealisasi.

Alur pelayanan sebagai berikut: pasien (ibu akan melahirkan) dirujuk ke

fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai di puskesmas rawat inap dan bila

memerlukan penanganan lebih lanjut pada tingkat yang lebih tinggi maka dirujuk ke

rumah sakit. Untuk mendukung pelayanan di fasilitas kesehatan yang memadai pada

ke dua level tersebut di atas, akan disediakam rumah tunggu yang berfungsi sebagai

tempat penampungan sementara bagi ibu yang akan melahirkan dan bagi keluarga

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

16

yang mendampingi. Upaya ini harus dilakukan oleh semua pihak pada masing-masing

level/tingkatan mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan

desa/kelurahan. Mekanisme rujukannya antara lain: (1) Masyarakat dapat langsung ke

Puskesmas PONED atau Rumah Sakit PONEK. (2) Bidan di desa yang merujuk ibu

hamil wajib mendampingi dengan membawa persiapan pertolongan yang memadai.

(3) Rumah Sakit memberikan pelayanan kepada ibu hamil/bersalin/nifas yang datang

sendiri ataupun yang dirujuk oleh kader/dukun, Puskesmas dan Puskesmas Mampu

PONED. (4) Untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas pasien yang akan dirujuk

agar menginformasikan secepatnya kepada Puskesmas PONED ataupun Rumah Sakit

PONEK agar persiapan penanganan disiapkan lebih awal dengan menggunakan alat

komunikasi seperti telepon, SMS, SSB, dll. (5) Rujukan ilmu pengetahuan secara

berkala, berkesinambungan dan terus menerus dilaksanakan oleh SpOG/SpA kepada

puskesmas

Kegiatan pelaksanaan adalah setiap ibu hamil yang telah didata dilakukan

pemeriksaan kehamilan setiap bulan dan Perencanaan Persalinan (P4K) oleh bidan

desa bermitra dengan dukun bayi; Setiap ibu hamil dengan resiko tinggi dilakukan

kunjungan rumah oleh bidan desa secara rutin setiap bulan bermitra dengan dukun

bayi; Semua ibu hamil dipersiapkan untuk bersalin di fasilitas kesehatan yang

memadai (Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK); Suami dan keluarga ibu

hamil dipersiapkan secara mental dan finansial untuk mengantar dan mendampingi ibu

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

17

hamil yang akan bersalin ke fasilitas kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED

dan RS PONEK), termasuk bila menunggu di Rumah Tunggu.

Setiap ibu hamil dengan kondisi normal, pada hari H-1 sudah berada di

Puskesmas PONED terdekat dan pulang ke rumah pada hari H+3; Setiap ibu hamil

dengan resiko tinggi, pada hari H-7 sudah berada di Rumah Tunggu Puskesmas

PONED terdekat dan pulang ke rumah pada hari H+7; Semua ibu hamil yang akan

melahirkan harus diantar dan didampingi oleh Bidan Desa/Perawat Pustu/Dukun Bayi

pada saat melahirkan ke Puskesmas PONED dan pada saat di rujuk ke RS PONEK.

Semua ibu nifas harus dikunjungi ke rumah oleh Bidan Desa/Perawat Pustu

secara teratur hingga 42 hari setelah melahirkan; Semua biaya persalinan yang

termasuk dalam kriteria miskin ditanggung oleh pemerintah; Biaya transport ibu yang

akan melahirkan dan dua orang pendamping (satu bidan dan satu orang keluarga

pendamping ibu melahirkan) dari Desa ke Puskesmas PONED ditanggung pemerintah;

Bidan Desa/Perawat Pustu/Dukun Bayi yang membawa dan mendampingi ibu hamil

yang akan melahirkan, ke Puskesmas PONED diberikan uang insentif sebesar jasa

pertolongan persalinan yang seharusnya mereka terima bila mereka menolong

persalinan di desa; Setiap kunjungan rumah ibu nifas diberikan insentif sebagai

pengganti transport sesuai peraturan yang berlaku; Semua kelahiran dan kematian

harus dicatat dan dilaporkan oleh Bidan Desa atau Perawat Pustu setiap bulan ke

Puslesmas dengan tembusan kepada camat; Semua perhitungan pembiayaan di klaim

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

18

ke Puskesmas oleh Bidan Desa/Perawat Pustu, setiap bulannya dengan dilampirkan

dengan laporan kelahiran, akseptor KB, kesakitan dan kematian di desa.

Dana untuk pelayanan pertolongan persalinan serta penanganan komplikasi baik

obstetrik maupun neonatal serta rujukan ke Rumah Sakit PONEK bersumber dari:

APBN (Dekon, DAK, TP),APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, External Agency,

Dana Masyarakat, Swasta termasuk CSR (Corporate Social Responsibility), Askes,

Jamkesmas, Bantuan kerjasama dengan pihak lain resmi yang tidak mengikat.

Alokasi dana untuk persalinan di Puskesmas PONED maupun di Rumah Sakit

PONEK ditetapkan dengan keputusan bupati yang disesuaikan dengan kebutuhan

puskesmas dan rumah sakit dalam pemberian pelayanan terhadap ibu melahirkan

antara lain: seluruh biaya persalinan dibebankan kepada pemerintah atau pemerintah

daerah serta anggaran lain yang tidak mengikat; Seluruh biaya persalinan dengan

komplikasi dibebankan kepada anggaran pemerintah atau pemerintah daerah atau

anggaran lain yang tidak mengikat; Biaya rujukan ibu hamil dari rumah ke Puskesmas

PONED maupun ke Rumah Sakit PONEK beserta pengantar kesehatan dan keluarga

pasien pergi-pulang ditanggung oleh pemerintah atau pemerintah daerah serta

anggaran lain yang tidak mengikat; Bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan jauh

dari fasilitas kesehatan disiapkan rumah tunggu, dan ibu hamil normal beserta 1 orang

keluarganya dan 1 bidan ditanggung 2 hari sebelum melahirkan dan 2 hari sesudah

melahirkan; Biaya komsumsi dibebankan kepada keluarga pasien.

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

19

Khusus bagi ibu hamil dengan komplikasi ditetapkan 2 minggu sebelum

melahirkan sudah datang ke rumah tunggu dan 1 minggu sesudah melahirkan; Biaya

Operasional dan Manajemen Puskesmas dan Rumah Sakit termasuk pembelian bahan

habis pakai merupakan dana pendukung untuk pengelolaan pelayanan kesehatan

dalam mendukung persalinan selamat di fasilitas kesehatan dalam rangka percepatan

penurunan kematian ibu dan bayi; Biaya untuk transportasi donor darah dibebankan

kepada pemerintah atau pemerintah daerah serta anggaran lain yang tidak mengikat.

2.2 Fasilitas Kesehatan/Persalinan Yang Memadai

Fasilitas Kesehatan yang memadai adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang siap

memberikan pelayanan 24 jam serta memenuhi standar dari keenam elemen Revolusi

KIA. Fasilitas kesehatan/persalinan yang memadai adalah: (a) Pelayanan Kesehatan

Di Puskesmas PONED yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas

PONED harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Puskesmas dengan sarana

pertolongan persalinan dengan tempat perawatan/puskesmas rawat inap dan siap 24

jam. (2) Mempunyai fungsi sebagai pusat rujukan antara bagi penduduk yang tercakup

oleh puskesmas termasuk penduduk di luar wilayah Puskesmas PONED. (3) Jarak

tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar puskesmas biasa ke

puskesmas mampu PONED paling lama satu jam dengan transportasi umum setempat,

mengingat waktu pertolongan hanya dua jam untuk kasus perdarahan. (4) Jumlah dan

tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kebidanan dan neonatal yang

telah dilatih PONED minimal tiga orang yang tinggal sekitar lokasi puskesmas

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

20

PONED terdiri dari seorang dokter umum, seorang bidan, seorang perawat. (5) Jumlah

dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia minimal. (6) Mampu memberikan

pelayanan: preeklamsia, eklamsia, perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia,

kejang, hipoglikemia, hipotermi, tetanus neonatorum, trauma lahir, berat badan lahir

rendah, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll. (b) Pelayanan

Kesehatan di Rumah Sakit PONEK adalah rumah sakit yang ditunjang dengan

ketersediaan alat dan tenaga sesuai dengan ketentuan yang mampu memberikan

pelayanan komprehensif kegawatdaruratan kebidanan dan bayi neonatus.

Kriteria Rumah Sakit PONEK yaitu: mempunyai tim PONEK, mempunyai

prosedur tetap pelayanan penerimaan dan penanganan pasien kegawatdaruratan

obstetrik dan neonatal, mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu,

mempunyai standar waktu tanggap (Standard Respon Time), UGD= 10 menit, kamar

bersalin= 30 menit, pelayanan darah= 1 jam, operasi= 30 menit, mempunyai kamar

operasi siaga 24 jam, mempunyai Unit Transfusi Darah siaga 24 jam, tersedia

pelayanan penunjang siaga 24 jam seperti: laboratorium, radiologi, ruang pemulihan,

obat dan alat penunjang, perlengkapan dan bahan harus berkualitas tinggi dan

berfungsi dengan baik serta mengutamakan sterilitas.

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

21

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan

yang Memadai oleh Ibu Hamil

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Kuantitas dan kualitas akses terhadap

pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap AKI. Menurut Model McGarthy dalam

Saifudin (2005), akses terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh lokasi dan

kondisi geografis, jenis pelayanan yang tersedia, kualitas pelayanan, transportasi, dan

akses terhadap informasi.

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses pelayanan

kesehatan, sumber informasi dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan oleh ibu hamil telah banyak dilakukan penelitian baik di dalam maupun di

luar negeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memanfaatkan

fasilitas persalinan yang memadai adalah seperti, pengetahuan, sikap, akses pelayanan,

jangkauan tempat pelayanan, dukungan dari keluarga.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sugiharty dan Lestary (2011), tentang

faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu/polindes oleh ibu hamil, yang salah

satunya dipengaruhi oleh akses terhadap pelayanan kesehatan yang dilihat dari segi

jarak rumah dengan posyandu/polindes. Penelitian ini menemukan ibu yang jarak

rumahnya ≤ 247 m mempunyai kecenderungan memanfaatkan posyandu/polindes

1,147 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang jarak ke posyandu/polindes > 247 m.

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

22

Penelitian lain juga mengatakan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi seseorang

untuk dapat memberikan pilihan atau keputusan untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan, seperti yang didukung oleh Bungsu (2001), bahwa ibu dengan pengetahuan

kurang 94,81% akan memilih dukun bayi untuk menolong persalinannya,

dibandingkan ibu dengan pengetahuan tinggi 5,19%. Sejalan juga menurut Nilasari

(2013), tentang pemanfaatan tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat

rendah dibanding indikator yang diharapkan.

Hal ini disebabkan oleh faktor dari ibu yaitu pengetahuan dan sikap terhadap

keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan. Menurut

Juliwanto (2008), tidak jarang ibu hamil yang kritis meninggal sesampai di rumah

sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya, dan tidak jarang juga sering terjadi

kematian akibat pertolongan persalinan yang tidak ditangani oleh tenaga yang ahli dan

berlatar belakang kesehatan seperti dukun bayi. Dalam upaya memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan, walaupun pengetahuan dan sikap ibu baik, tetapi jika tidak ada

dukungan dari keluarga maka pemanfaatan fasilitas kesehatan tidak tercapai seperti

yang diharapkan.

Hasil penelitian di atas sejalan juga dengan yang dikatakan oleh More (2011),

tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu hamil saat melahirkan di Nigeria,

bahwa dari faktor jarak dari rumah ke puskesmas, sarana transportasi, biaya

transportasi, pelayanan di fasilitas kesehatan, sikap petugas dan ketersediaan tenaga

yang memberi pelayanan, faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor jarak dan

biaya (ekonomi). Begitu pula yang dikemukakan oleh Aviyanti (2005), tentang

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

23

analisis minat ibu hamil ANC poliklinik kebidanan terhadap penggunaan pelayanan

persalinan, mendapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi yang terkuat adalah sarana

persalinan.

Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan

kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam

melaksanakan kegiatan. Suami yang memberikan dukungan pada istri dalam

pemeriksaan kehamilan, akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan antenatal, hal ini

bahwa ibu yang memiliki dukungan suami akan lebih mau dan bersemangat untuk

memanfaatkan pelayanan antenatal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nilasari (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga

dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu

hamil memanfaatkan pelayanan antenatal, salah satunya karena faktor psikologis,

dimana dukungan moral dari suami memiliki andil yang besar.

Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian dari Burhaeny, faktor determinan

pemanfaatan pelayanan antenatal, didapatkan dari 48 responden yang memanfaatkan

pelayanan antenatal terdapat 67,4% responden yang mendapat dukungan dari

keluarga, sedangkan dari 39 responden yang kurang memanfaatkan pelayanan

antenatal terdapat 56,8 % yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Ini berarti

masih ada hubungan yang erat antara dukungan keluarga terhadap pemanfaatan

pelayanan antenatal. Selain dukungan keluarga, hal yang sangat berpengaruh juga

adalah dukungan dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat baik tokoh formal

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

24

maupun tokoh informal, seperti yang didukung oleh Sopacua (2005), penurunan AKI

dengan memakai metode pendekatan rembug (musyawarah) melalui strategi segitiga

pengaman, yaitu dengan melibatkan tiga komponen penting bidan desa, pamong, dan

ibu hamil dan keluarga. Dimana ketiga komponen ini saling bekerjasama dalam

menangani semua ibu hamil yang ada dalam wilayah kerjanya, bidan melakukan

pendataan pada semua ibu hamil yang ada, Pamong melakukan pengkajian apakah ibu

hamil tersebut sudah masuk dalam anggota Tabulin atau belum dan memastikan

semua persiapan untuk merujuk jika diperlukan dalam keadaan siap siaga, dari ibu

hamil dan keluarga harus aktif untuk melaporkan keadaan ibu hamil tersebut setiap

waktu.

Sebuah penelitian dari Astridya dan Pranata (2013), tentang analisis faktor

pemanfaatan polindes menurut konsep model Anderson dengan menggunakan tehnik

analisis uji chi-square dan regresi logistic multiple untuk memperoleh gambaran

hubungan antara karakteristik, status sosial rumah tangga, dan kemudahan akses

polindes terhadap pemanfaataan polindes. Uji chi-square menunjukkan terdapat

hubungan bermakna antara jarak tempuh, waktu tempuh, klasifikasi desa, pengeluaran

per kapita, pekerjaan, pendidikan, dan umur kepala rumah tangga terhadap

pemanfaatan Polindes. Penelitian ini diperkuat juga oleh Pelupessy (2013), tentang

hambatan pemanfaatan pelayanan jaminan persalinan di Puskesmas Rijali Kota

Ambon dengan metode penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi menunjukkan

bahwa, konsep hambatan dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC), karena ibu

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

25

hamil mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang rendah untuk memeriksakan

kehamilan (K1) setelah trimester pertama dan waktu pelayanan di Puskesmas yang

terbatas (seminggu hanya dua kali). Konsep hambatan dalam pertolongan persalinan

yaitu masih kurangnya informasi tentang manfaat Jaminan Persalinan sehingga ketika

bersalin ibu hamil tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan di rumah sakit maupun di

puskesmas.

Upaya pencarian pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan

gambaran perilaku pola pemanfaatan pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang

dapat menggambarkan tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan di puskesmas dapat dilihat

dengan menggunakan beberapa indikator, antara lain beberapa kunjungan per hari

buka puskesmas dan frekuensi kunjungan puskesmas (BPS, 2007)

Hal ini berarti dengan meningkatnya kunjungan puskesmas disebabkan

adanya kesadaran individu dan masyarakat itu sendiri untuk mencapai serta

mendapatkan pelayanan kesehatan dari fasilitas kesehatan yang pemerintah siapkan.

Pemanfaatan fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu, jarak, biaya,

pengetahuan, fasilitas, kelancaran hubungan antara dokter dengan klien, kualitas

pelayanan dan konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Hanlon, pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh: (a)

Tersedianya sumber daya, (b) Pendapatan keluarga, (c) Jarak tempat tinggal dari pusat

pelayanan, (d) Persepsi sehat dari penerima dan pemberi pelayanan.

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

26

Dari hasil-hasil penelitian dan beberapa pendapat diatas menunjukkan

bahwa banyak faktor yang mempengaruhi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan,

baik berasal dari diri individu itu sendiri (ibu hamil) maupun dari luar diri individu

tersebut. Perilaku seseorang sangat tergantung pada apa yang diterima dan dialaminya

dalam lingkungan tempat tinggalnya. Dan dari variabel-variabel yang sudah dilakukan

peneltian ini sangat mendukung masyarakat (ibu hamil) untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan terutama untuk melakukan persalinan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dalam pelaksanaan program

Revolusi KIA banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan program tersebut.

Tujuan program pemerintah ini adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan

bayi baru lahir dengan stategi melahirkan di fasilitas persalinan yang memadai. Untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai sehubungan dengan Revolusi KIA tersebut perlu dilakukan kajian-kajian.

2.4 Teori-Teori yang Mendukung Perilaku Pemanfaatan Fasilitas Persalinan

Teori Green (1994), kesehatan individu dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yaitu faktor perilaku dan faktor dari luar perilaku. Selanjutnya faktor perilaku ini

ditentukan oleh tiga kelompok faktor yang meliputi faktor predisposisi mencakup

pengetahuan, persepsi, sikap, keyakinan, tradisi, norma sosial dan sebagainya, faktor

pemungkin atau pendukung adalah tersedianya sarana dan prasarana, obat-obatan dan

kemudahan dalam mencapai pelayanan kesehatan dan faktor penguat yaitu sikap dan

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

27

perilaku petugas kesehatan, keluarga, tokoh masyarakat yang berpengaruh di

lingkungan masyarakat tersebut.

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Bila dikaitkan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai sehubungan

dengan Revolusi KIA, maka pengetahuan yang dimaksud adalah sejauh mana ibu

hamil mengetahui program Revolusi KIA. Sedangkan sikap adalah tanggapan

masyarakat khususnya ibu hamil tentang Revolusi KIA dalam pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai. Kepercayaan merupakan tahap selanjutnya dari perilaku,

jika persepsi, pengetahuan dan sikap sudah diwujudkan dalam bentuk kepercayaan

maka biasanya perilaku sangat sulit untuk berubah. Sedangkan tradisi yang dimaksud

adalah apakah ada tradisi yang ada di masyarakat lebih memungkinkan seseorang

berperilaku tidak sehat. Nilai-nilai dan norma sosial budaya dalam hal ini dapat berupa

sejauh mana aktivitas atau kebiasaan masyarakat dalam perawatan kehamilan serta

kebutuhan nutrisi selama kehamilan.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin disini berupa sarana dan prasarana kesehatan, obat-obatan dan

akses pelayanan kesehatan. Sarana dan prasarana kesehatan meliputi fasilitas

kesehatan. Obat-obatan meliputi persediaan obat-obatan yang dibutuhkan untuk

pelayanan kesehatan, sedangkan akses pelayanan berupa biaya, jarak ke fasilitas

kesehatan dan hambatan yang ditemukan.

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

28

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors )

Faktor Penguat disini meliputi perilaku atau sikap petugas kesehatan, perilaku

guru, dukungan keluarga, sumber informasi dan tokoh masyarakat. Sikap petugas

kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting, sementara dukungan

keluarga juga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan perilaku.

Lawrence Green juga mengatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai

peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar

searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat

terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya.

Teori lain yang berkaitan dengan teori Lawrence Green, yaitu tentang Perilaku

Pemanfaatan Pelayanan. Menurut Aswar (2005), perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner dalam

Saifudin (2005), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam

memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari

orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus

yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi

dua yaitu:

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang

bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin, dan sebagainya.

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

29

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor

dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Menurut Anderson (1995) yang, menjelaskan bahwa ada beberapa model

kepercayaan kesehatan dimana ketika setiap individu memanfaatkan pelayanan

kesehatan tergantung tiga kategori utama diantaranya:

1. Karakteristik Predisposisi (Presdiposing Characteristics)

Karateristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu

mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-

beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri–ciri individu yang digolongkan kedalam

tiga kelompok yaitu (a) Ciri–ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur. (b)

Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras dan

sebagainya. (c) Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan

kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

Selanjutnya Anderson percaya bahwa: (1) Setiap individu atau orang

mempunyai perbedaan karateristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit

dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. (2) Setiap individu

mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan

akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. (3) Individu

percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Karateristik

pendukung (enabling characteristics). Karakteristik ini mencerminkan bahwa

meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

30

akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya.

Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan konsumen

untuk membayar. Karakteristik kebutuhan (need characteristics). Faktor predisposisi

dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud didalam

tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan

merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan,

bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) dibagi dalam

dua kategori yaitu perceived need dan evaluated need.

WHO mengemukakan beberapa faktor perilaku yang mempengaruhi

masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, yakni (1) Pemikiran dan

perasaan (throughts and feeling), dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan- kepercayaan dan perilaku seseorang terhadap pelayanan kesehatan.

(2) Orang penting sebagai referensi (personal reference), perilaku seseorang itu lebih

banyak dipengaruhi oleh seseorang yang dianggap penting/berpengaruh besar terhadap

dorongan penggunaan pelayanan kesehatan. (3) Sumber daya (resources), mencakup

fasilitas, uang, waktu, tenaga, semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang baik

positif maupun negatif. (4) Kebudayaan (culture), norma-norma yang ada di

masyarakat dalam kaitannya dengan konsep sehat sakit.

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

31

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Beberapa kajian yang telah dilakukan dan berdasarkan teori-teori yang

berhubungan terhadap perilaku seseorang, maka hal-hal yang dapat mempengaruhi

pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan (pemanfaatan fasilitas persalinan) adalah

dari faktor-faktor yang dapat mendukung adalah seperti, persepsi, pengetahuan, sikap,

kepercayaan atau tradisi dan nilai-nilai terhadap manfaat dari pelayanan tersebut. Dan

faktor yang kemungkinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah seperti

ketersediaan sarana dan prasarana, akses terhadap pelayanan tersebut baik dilihat dari

jarak, waktu tempuh dan transportasi yang digunakan untuk mencapai tempat

pelayanan tersebut, juga jumlah sumber informasi yang diterima apakah ada manfaat

menggunakan layanan fasilitas persalinan tersebut atau tidak dan biaya untuk

mengakses layanan tersebut dapat dijangkau atau tidak.

Selain itu juga faktor yang dapat memperkuat dalam pemanfaatan fasilitas

persalinan adalah dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan yang memberikan

pelayanan atau pertolongan persalinan, dukungan keluarga yang secara psikologis

akan menjadi andil juga dalam keputusan untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan

tersebut, serta tidak terlepas dari peran serta dari tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh

masyarakat serta peran serta semua pihak yang terkait bahkan masyarakat setempat.

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

32

Sehingga dengan adanya pengaruh dari semua faktor tersebut akan meningkatkan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dengan harapan akan menurunkan

angka kematian ibu dan angka kematian bayi baru lahir.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat hubungan beberapa variabel

dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai. Variabel-variabel tersebut

adalah:

1) Hubungan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan

yang memadai. Pengetahuan ibu bersalin yang tinggi akan pemanfaatan fasilitas

persalinan memberikan sumbangan pada pencapaian persalinan yang aman dan

selamat. Pengetahuan ibu bersalin tentang pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai bisa didapatkan dari pengalaman dan informasi dari berbagai pihak.

Pengetahuan ibu bersalin dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan dan dari dalam

diri ibu sendiri. Pengetahuan ibu bersalin dapat ditingkatkan dengan berbagai cara

misalnya dengan penyuluhan atau pendekatan individu lewat petugas kesehatan

(bidan, perawat, dokter) atau kader-kader yang sudah terlatih.

2) Hubungan antara sikap ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai. Sikap positif terhadap pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai

memberikan sumbangan pada pencapaian target penurunan angka kematian ibu

dan bayi baru lahir. Hal ini dapat dilihat apabila seseorang yang bersikap positif

terhadap sesuatu objek (pemanfataan fasilitas persalinan yang memadai),

cenderung menerima objek tersebut dengan rasa senang. Berdasarkan penilaian

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

33

terhadap objek tersebut berguna atau berharga baginya atau bila objek tersebut

dinilai baik untuk dirinya, maka kecenderungan memanfaatkan fasilitas

persalinan lebih besar.

3) Hubungan akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan

yang memadai. Akses yang mudah dijangkau ke fasilitas persalinan yang

memadai akan meningkatkan pemanfaatannya dibandingkan dengan yang sulit

dijangkau. Karena jika jangkauannya sulit dipikirkan pertimbangan-pertimbangan

yang akan mempengaruhi untuk menggunakan fasilitas persalinan tersebut,

seperti dari segi kendaraan, waktu tempuh sampai di tempat fasilitas pelayanan

dan biaya yang akan dikeluarkan.

4) Hubungan jumlah sumber informasi dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai. Sumber informasi merupakan suatu pesan yang diterima ibu hamil

dilihat dari asal informasi, cara mendapatkan informasi, media yang digunakan

dalam menyampaikan informasi dan siapa yang memberikan informasi, sehingga

dapat lebih jelas tentang kegunaan atau manfaat dari persalinan yang dilakukan di

fasilitas persalinan yang memadai.

5) Hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai. Dukungan yang diharapkan disini adalah dukungan dari orang terdekat

dengan ibu bersalin yang mempengaruhi psikologis ibu sehingga dapat

memberikan semangat atau dorongan dalam memanfaatkan fasilitas persalinan

yang memadai.

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

34

Hubungan antara pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, jumlah

sumber informasi, serta dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan

yang memadai. Seluruh aktivitas ibu bersalin dalam memanfaatkan fasilitas persalinan

yang memadai secara sadar dan benar. Bila pengetahuan, sikap, akses pelayanan

kesehatan, sumber informasi, dan dukungan keluarga ibu baik tentang pentingnya

memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai, maka persalinan tidak ada masalah

ataupun komplikasi dan juga bayi akan dilahirkan sehat dan selamat. Dengan kata lain

bahwa pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, jumlah sumber informasi, dan

dukungan keluarga dari ibu bersalin ada hubungan yang erat sehingga meningkatkan

persalinan di fasilitas kesehatan dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

terlatih.

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

35

3.2 Konsep Penelitian

Keterangan : : Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.2 Konsep penelitian hubungan pengetahuan, sikap, akses pelayanan

kesehatan, jumlah sumber informasi dan dukungan keluarga dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin.

Pemanfaatan fasilitas

persalinan yang

memadai oleh ibu

bersalin.

Faktor Predisposisi

Pengetahuan

Persepsi

Sikap

Kepercayaan

Faktor Pemungkin

Sarana Kesehatan

Akses Pelayanan Kes

Biaya

Jumlah Sumber Informasi

Faktor Penguat

Dukungan Keluarga

Dukungan Toma/Toga

Dukungan petugas

kesehatan

Variabel Dependen

Variabel Independen

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

36

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kawangu

tahun 2014

2. Ada hubungan antara sikap ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

3. Ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas

Kawangu tahun 2014

4. Ada hubungan antara jumlah sumber informasi yang didapatkan oleh ibu

bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah

kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

5. Ada hubungan antara dukungan keluarga ibu bersalin dengan pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun

2014.

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif yaitu penelitian yang

bermaksud untuk mengukur faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas

pelayanan persalinan yang memadai oleh ibu hamil. Sedangkan rancangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasional (cross-sectional) yaitu peneliti

melakukan pengukuran variabel pada waktu yang sama dan dilakukan satu kali saja

(Sudigdo, 2011).

Populasi

(sampel)

Faktor resiko + Faktor resiko –

Efek + Efek - Efek + Efek –

Gambar 4.1

Rancangan penelitian cross-sectional

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

38

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kawangu, Kecamatan

Pandawai Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014.

4.2.2 Waktu

Waktu pengumpulan data pada bulan Februari - April 2014.

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di wilayah kerja

Puskesmas Kawangu tahun 2014.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang melahirkan di

Puskesmas Kawangu tahun 2014 yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dan

eksklusi adalah:

1. Kriteria inklusi

a. Ibu bersalin yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kawangu.

b. Ibu bersalin yang datang melahirkan di Puskesmas Kawangu maupun

Rumah Sakit yang memadai.

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

39

c. Mampu berkomunikasi dan memiliki ingatan yang baik dan bersedia

menjadi responden.

2. Krietria eksklusi

Ibu bersalin yang tidak bersedia menjadi responden.

4.3.3 Besar sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dapat ditetapkan dengan menggunakan

rumus Sloven (Sastroasmoro, 1995)sebagai berikut :

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Z1-α = Koefesian reabilitas

P = perkiraan kejadian di populasi

d2

= tingkat presisi atau efek size

N = Total Populasi

Berdasarkan data pada Puskesmas Kawangu tahun 2013 tentang cakupan

pelayanan persalinan oleh non nakes sebesar P= 33% dengan d= 10%, reliabilitas

95% (Z1-α ), maka dihitung sebagai berikut:

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

40

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah sebanyak 85 orang ibu bersalin.

4.3.4 Tehnik pengambilan sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Non-

Probability Sampling dengan jenis teknik consecutive sampling dimana semua subjek

yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam

penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi Sudigdo (2011). Pada saat

pengumpulan sampel, peneliti akan menunggu pasien yang datang melahirkan di

Puskesmas Kawangu selama periode penelitian yaitu bulan Februari-April 2014.

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dijadikan sampel sampai besar sample

sebanyak 85 ibu bersalin terpenuhi.

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

41

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Akses pelayanan kesehatan

4. Jumlah Sumber informasi

5. Dukungan keluarga.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai oleh ibu bersalin.

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1

Definisi Operasional Variabel dan Skala Penilaian

N

o.

Variabel Defenisi Operasional Alat Pengukuran/instrumen

Skala dan Penilaian

1

Pengetahuan

Semua yang diketahui oleh ibu

hamil tentang fasilitas

persalinan yang memadai

sehubungan dengan Revolusi

KIA

Pengukuran dilakukan dengan metode

wawancara menggunakan alat ukur

kuesioner dengan 10 item pertanyaan

A= nilai 3, B= nilai 2, C= nilai 1

~ Pengetahuan Kurang (di bawah rata-

rata) kode 1

~ Pengetahuan Baik (di atas rata-rata)

kode 2

Skala Data : Ordinal

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

42

2 Sikap Merupakan pendapat atau

pandangan yang berdasarkan

pendirian dan keyakinan

tentang pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai

sehubungan dengan Revolusi

KIA

Pengukuran dilakukan dengan metode

wawancara menggunakan alat ukur

kuesioner dengan 7 item pertanyaan

S= nilai 3, KS= nilai 2, TS= nilai 1

- Tidak setuju (skor dibawah rata-

rata) kode 1

- Setuju (skor diatas rata-rata) kode 2

Skala Data : Nominal

3 Akses

Pelayanan

Kesehatan

Kemudahan untuk mencapai

lokasi atau keterjangkauan

fasilitas persalinan yang

memadai oleh ibu hamil,

berdasarkan dengan cara apa

dan berapa lama waktu

diperjalanan untuk mencapai

fasilitas persalinan.

Pengukuran dilakukan dengan metode

wawancara menggunakan alat ukur

kuesioner dengan 6 item pertanyaan

Skor berdasarkan nilai mean

A= nilai 2, B= nilai 1

~ Akses Sulit (skor dibawah rata-rata)

kode 1

~ Akses mudah (skor diatas rata-rata)

kode 2

Skala Data : Ordinal

4 Jumlah

sumber

informasi

Jumlah dan cara mendapatkan

informasi oleh ibu hamil

tentang fasilitas persalinan yang

memadai sehubungan dengan

Revolusi KIA yang

memberikan keuntungan proses

persalinan yang aman dan

selamat.

Pengukuran dilakukan dengan metode

wawancara menggunakan alat ukur

kuesioner dengan 6 item pertanyaan

A= nilai 2, B= nilai 1

~ Sedikit (skor dibawah rata-rata)

kode 1

~ Banyak (skor diatas rata-rata) kode 2

Skala Data : Ordinal

5 Dukungan

keluarga

Dukungan keluarga berupa

partisipasi keluarga terdekat

dari ibu dalam pemanfaatan

fasilitas persalinan yang

memadai, baik secara moril

maupun material, sehingga ibu

secara psikologis dan fisiologis

dapat menjalani proses

kelahiran dengan baik,

terpenuhi semua kebutuhannya

Pengukuran dilakukan dengan metode

wawancara menggunakan alat ukur

kuesioner dengan 5 item pertanyaan

A= nilai 2, B= nilai 1

~ Tidak medukung (skor dibawah rata-

rata) kode 1

~ Medukung (skor diatas rata-rata)

kode 2

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

43

dan merasa nyaman karena

kehadiran dari anggota

keluarganya.

Skala Data : Nominal

6 Pemanfaatan

fasilitas

persalinan

yang

memadai

Ada tidaknya riwayat rujukan

dari dukun bersalin ke fasilitas

persalinan pada saat proses

persalinan terjadi.

Pengukuran dilakukan dengan metode

wawancara menggunakan alat ukur

kuesioner. Sampel akan masuk dalam

fasilitas kesehatan apabila jawabannya

masuk pada opsin A di nomor 1 dan 2.

~ Fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas

yang terstandarisasi)

~Non fasilitas kesehatan (rumah,

dukun, klinik)

Skala Data : Nominal

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Pengumpulan Data

4.7.1.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan menggunakan

metode wawancara kepada responden yang berpedoman pada kuesioner yang isi

pertanyaannya berkaitan dengan variabel penelitian.

4.7.1.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau kajian

sebelumnya yang diperoleh di lokasi penelitian meliputi data laporan KIA Puskesmas

Kawangu, laporan tahunan dan bulanan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur.

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

44

4.6.2 Tahap-tahap Pengolahan Data

4.7.2.1 Editing

Data yang sudah terkumpul sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan terlebih

dahulu, apakah data tersebut sudah sesuai seperti apa yang diharapkan atau

tidak dengan harapan supaya jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut

(Aswar, 2005).

4.7.2.2 Koding

Pengkodean (koding) ini dipandang perlu karena data yang dikumpulkan

banyak macamnya apalagi jika cara pengumpulan data mempergunakan

pertanyaan yang bersifat terbuka. Untuk mempermudah semua itu maka data-

data tersebut perlu diberikan simbol-simbol tertentu pada masing-masing

jawaban responden (Aswar, 2005).

4.7.2.3 Tabulasi

Tabulasi data bertujuan untuk mempermudah dalam menganalisa data yang

sudah terkumpul sesuai dengan tujuan penelitian karena kegiatan tabulasi akan

memberikan gambaran hasil berupa tabel-tabel yang sangat berperan dalam

menganalisa (Aswar, 2005).

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

45

4.8 Analisis Data

4.8.1 Analisis univariat

Analisis secara univariat bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi

masing-masing variabel penelitian baik variabel bebas maupun variabel terikat. Dalam

penelitian ini menunjukkan sejauh mana hubungan faktor pengetahuan, sikap, akses

pelayanan kesehatan, sumber informasi dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai.

4.8.2 Analisis bivariat

Analisis secara bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan dan

kemaknaan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang masing-masing variabel

berskala ordinal dan nominal. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95%.

4.8.3 Analisis multivariat

Analisis secara multivariat bertujuan untuk menganalisis seberapa besar

hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersamaan. Penggujian

menggunakan analisis regresi logistik dengan bantuan SPSS. Dari Variabel yang

sudah dilakukan analisis bivariat dilihat lagi seberapa besar hubungan dari variabel

tersebut terhadap pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai.

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

46

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Kawangu berada di Kecamatan

Pandawai yang meliputi dua kelurahan dan lima desa, dengan luas wilayah 412,6 km²

atau 41,260 ha dengan batas wilayah Puskesmas Kawangu menurut PP No. 46 Tahun

1992 sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Sumba

Sebelah Selatan : Kecamatan Kahunga Eti, Kambata Mapambuhang

Sebelah Timur : Kecamatan Umalulu

Sebelah Barat : Kecamatan Kambera

Topografi terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, keadaan tanahnya terdiri

dari daerah rawa-rawa, persawahan, perbukitan, pegunungan dan pemukiman dengan

memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2013 sebanyak 15.

825 jiwa dengan 3. 631 Kepala Keluarga yang tersebar didua kelurahan dan lima desa.

Jumlah ibu bersalin sebanyak 398 orang, yang melahirkan di fasilitas kesehatan

sebanyak 371 orang dan melahirkan di non fasilitas kesehatan sebanyak 27 orang.

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

47

Puskesmas Kawangu memiliki fasilitas 15 poskesdes dan 2 pustu yang tersebar di

setiap kelurahan dan desa yang ada di Kecamatan Pandawai. Mempunyai 2 tempat

pelayanan persalinan yang memadai yaitu 1 Puskesmas dan 1 Poskesdes. Jumlah

tenaga kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kawangu adalah terdiri

dari: 2 orang dokter umum, 15 orang bidan, 12 orang perawat dan 74 dukun terlatih,

sopir 1 orang dan ambulance 1 buah (Puskesmas Kawangu, 2013).

5.2 Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Pendidikan dan Pekerjaan

di Puskesmas Kawangu tahun 2014

Karakteristik Responden Jumlah

(n=85)

Persentase (%)

Kelompok Umur

<21 Tahun 9 10,6

21-34 Tahun 65 76,5

>34 Tahun 11 12,9

Pendidikan

SD/Tidak tamat SD 35 44,2

SLTP 25 29,4

SLTA/SMK 21 24,7

PT/D2/D3 4 4,7

Pekerjaan

Tidak Bekerja 25 29,4

Petani 48 56,5

PNS dan Wiraswasta 12 14,1

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

48

Berdasarkan tabel 5.1, dari 85 responden penelitian diketahui sebagian besar

responden memiliki kelompok umur 21 tahun sampai 34 tahun yaitu sebanyak 65

orang (76,5%). Kelompok umur kurang dari <21 tahun dan lebih dari >34 tahun yaitu

masing-masing sebanyak 9 orang (10,6%) dan 11 orang (12,9 %). Pendidikan

responden diketahui yang berpendidikan paling besar adalah yang berpendidikan

SD/tidak tamat SD yaitu sebanyak 35 orang (41,2%) dan yang memiliki pendidikan

D2/D3/PT sebanyak 4 orang (4,7%). Jenis pekerjaan responden sebagian besar

responden sebagai petani yaitu sebanyak 48 orang (56,5%) dan sebagian kecil

sebagai PNS dan wiraswasta yaitu sebanyak 12 orang (14,1 %).

5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan

Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan

Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan, Sikap, Akses

Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan

Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai

Variabel Penelitian Jumlah (n=85) Persentase (%)

Pengetahun

Kurang 39 45,9

Baik 46 54,1

Sikap

Tidak Setuju 28 32,9

Setuju 57 76,1

Akses Pelayanan Kesehatan

Sulit 66 77,6

Mudah 19 22,4

Jumlah Sumber Informasi

Kurang 14 16,5

Cukup 71 83,5

Dukungan Keluarga

Tidak Mendukung 13 15,3

Mendukung 72 84,7

Pemanfaatan Fasilitas Persalinan

Tidak 38 44,7

Ya 47 55,3

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

49

Berdasarkan tabel 5.2, distribusi pengetahuan responden tentang

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai diketahui sebanyak 46 orang (54,1%)

memiliki pengetahuan baik dan sebanyak 39 orang (45,9%) memiliki pengetahuan

kurang. Frekuensi sikap responden tentang pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai diketahui sebanyak 57 orang (76,1%) memiliki sikap yang setuju, sedangkan

sebanyak 28 orang (32,9%) memiliki sikap yang tidak setuju. Frekuensi responden

terhadap akses pelayanan kesehatan dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai diketahui sebanyak 19 orang (22,4%) memiliki akses pelayanan kesehatan

yang mudah untuk dijangkau dan 66 orang (77,6%) memiliki akses pelayanan

kesehatan yang sulit untuk dijangkau.

Diketahui juga jumlah sumber informasi yang diterima oleh responden

tentang pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai diketahui sebanyak 71 orang

(83,5%) memiliki informasi cukup dan sebanyak 14 orang (16,5%) masih memiliki

informasi yang kurang. Frekuensi dukungan keluarga responden diketahui sebanyak

72 orang (84,7%) yang mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai,

sedangkan 13 orang (15,3%) tidak mendukung. Dilihat dari pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai dari 85 responden penelitian diketahui yang benar-benar

memanfaatkan fasilitas persalinan tanpa ada riwayat rujukan dari dukun sebanyak 47

orang (55,3%) sedangkan sebanyak 38 orang (44,7%) tidak memanfaatkan dengan

riwayat dirujuk oleh dukun.

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

50

5.4 Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah

Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas

Persalinan yang Memadai

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses

pelayanan kesehatan, jumlah sumber informasi dan dukungan keluarga dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin, dilakukan analisis

bivariat uji chi-square dengan tingkat signifikan 95%.

Tabel 5.3

Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah

Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas

Persalinan yang Memadai.

Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang

memadai

Variabel Tidak Ya Nilai P

f % f %

Pengetahuan

Kurang 25 64,1 14 35,9 0,001

Baik 13 28,3 33 71,7

Sikap

Tidak Setuju 23 82,1 5 17,9 < 0,001

Setuju 15 26,3 42 73,7

Akses Pelayanan Kes.

Sulit 37 56,1 29 43,9 < 0,001

Mudah 1 5,3 18 94,7

Jumlah Sumber Informasi

Sedikit 10 71,4 4 28,6 0,039

Banyak 28 39,4 43 60,6

Dukungan Keluarga

Tidak Mendukung 13 100 0 0,00 < 0,001

Mendukung 25 34,7 47 65,3

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

51

Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui proporsi ibu bersalin yang

memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai dengan pengetahuan baik sebanyak

33 orang (71,7%), sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas

persalinan yang memadai dengan pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (64,1%).

Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p= 0,001 dengan α= 0,05 maka p < α (0,001 <

0,05) artinya ada hubungan yang kuat antara pengetahuan ibu bersalin dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu

tahun 2014.

Proporsi ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai

memiliki sikap setuju sebanyak 42 orang (73,7%), sedangkan ibu bersalin yang tidak

memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki sikap tidak setuju sebanyak

23 orang (82,1%). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p< 0,001 dengan α= 0,05

maka p < α (0,001 < 0,05), artinya ada hubungan yang kuat antara sikap ibu bersalin

dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas

Kawangu tahun 2014.

Proporsi ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai

memiliki akses pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau sebanyak 18 orang

(94,7%), sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang

memadai memiliki akses pelayanan kesehatan yang sulit sebanyak 37 orang (56,1%).

Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p< 0,001 dengan α= 0,05 maka p < α (0,001

< 0,05) artinya ada hubungan yang kuat antara akses pelayanan kesehatan dengan

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

52

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu

tahun 2014.

Ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai

memiliki jumlah sumber informasi yang cukup sebanyak 43 orang (60,6%),

sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai

memiliki jumlah sumber informasi yang kurang sebanyak 10 orang (71,4%). Hasil uji

chi-square menunjukkan nilai p= 0,039 dengan α= 0,05 maka p < α (0,039 < 0,05)

artinya ada hubungan yang kuat antara jumlah sumber informasi dengan pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

Diketahui proporsi ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan

yang memadai memiliki dukungan keluarga yang mendukung sebanyak 47 orang

(65,3%), sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang

memadai memiliki dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 13 orang

(100%). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p< 0,001 dengan α= 0,05 maka p< α

(0,001 < 0,05) artinya ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu

tahun 2014.

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

53

5.5 Faktor-faktor Yang Hubungannya Paling Kuat Dengan Pemanfaatan

Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kerja

Puskesmas Kawangu tahun 2014

Faktor-faktor yang mempunyai hubungan yang kuat dengan pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai yang merupakan variabel independent

(pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, jumlah sumber informasi dan

dukungan keluarga) dicari hubungan yang paling kuat hubungannya dengan variabel

dependent (pemanfaatan fasilitas persalinan) di wilayah kerja Puskesmas Kawangu

tahun 2014.

Berdasarkan hasil uji bivariat diketahui variabel independent (pengetahuan,

sikap, akses pelayanan kesehatan, jumlah sumber informasi dan dukungan keluarga)

memiliki hubungan yang kuat dengan variabel dependent (pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai) dengan nilai p<α dengan demikian dapat dilanjutkan

dengan uji regresi logistik.

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

54

Tabel 5. 4

Hasil Analisis Regresi Logistik dari Hubungan Pengetahuan, Sikap, Akses

Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga

dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh Ibu Bersalin di

Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu Tahun 2014

No

Variabel

95 % CI

OR Lower Upper P

1 Pengetahuan 0,690 0,147 3,229 0,637

2 Sikap 4,026 0,691 23,471 0,122

3 Akses Pelayanan Kesehatan 11,679 1,365 99,891 0,018

4 Jumlah Sumber Informasi 2,124 0,391 11,548 0,383

5 Dukungan Keluarga 7,347 - - 0,999

Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui faktor akses pelayanan kesehatan

memiliki nilai p= 0,018 lebih kecil dari α= 0,05 dan ORnya 11,679 artinya dari

beberapa variabel yang diuji secara multivariat hanya faktor akses pelayanan

kesehatan yang memberi pengaruh 11 kali lebih besar kepada ibu bersalin untuk

memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai dalam proses persalinannya di

wilayah kerja Puskesmas Kawangu.

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

55

5.6 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional

sehingga tidak dapat menggali lebih dalam penyebab yang benar-benar

menghambat ibu bersalin tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai.

2. Penelitian ini juga hanya dilakukan pada salah satu wilayah kerja puskesmas yang

ada di Kabupaten Sumba Timur dengan keterbatasan dana dan waktu sehingga

hasil yang didapatkan masih jauh dari harapan.

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

56

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pemanfataan Fasilitas Persalinan yang Memadai

Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru

Lahir adalah dengan melakukan persalinan pada fasilitas kesehatan yang sudah

terstandarisasi (fasilitas persalinan yang memadai) seperti Rumah Sakit dan

Puskesmas yang dilengkapi dengan alat-alat yang lengkap dan tenaga kesehatan yang

sudah terlatih. Hal tersebut untuk menghindari komplikasi yang terjadi saat persalinan

dapat segera dilakukan tindakan atau pertolongan dengan cepat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 responden 55,3% ibu bersalin

memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai untuk melahirkan dan 44,7%

memilih tidak memanfaatkan fasilitas persalinannya. Hal ini akan beresiko terjadinya

peningkatan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil tersebut perlu

dipertimbangkan kebijakan kedepan sehingga persentasi pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai dapat meningkat dan AKI dapat menurun pula.

Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Madunde

(2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan di Puskesmas Kema, yang menemukan bahwa sebanyak 50,50% yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 49,50% tidak memanfaatkan pelayanan

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

57

kesehatan. Faktor yang memiliki hubungan adalah persepsi masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan yang tersedia.

Departemen Kesehatan RI dengan kebijakannya dalam Standar Pelayanan

Minimal (SPM) dimasing-masing pelayanan kesehatan seperti puskesmas

menyebutkan sebesar 90% persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan pada

fasilitas Kesehatan. Semakin tinggi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

semakin rendah resiko terjadinya kematian ibu maupun bayi baru lahir, oleh karena itu

sasaran dari pembangunan kesehatan salah satunya melalui Revolusi KIA yaitu

dengan strategi semua persalinan dilaksanakan pada fasilitas persalinan yang memadai

(Depkes, 2005).

6.2 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang

Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

Pengetahuan adalah hasil tahu, ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian ini menunjukkan ibu bersalin dengan pengetahuan baik dan

memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai sebanyak 54,1% sedangkan yang

berpengetahuan kurang dan tidak memanfaatkan fasilitas persalinan sebanyak 45,9%.

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

58

Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan pengetahuan dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan menunjukkan ada hubungan yang signifikan atau

bermakna (p= 0,001) antara pengetahuan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan

yang memadai oleh ibu bersalin. Namun hasil uji multivariat dengan model regresi

logistik yang dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain menunjukkan tidak ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan

yang memadai (p = 0,637; OR = 0,690).

Keadaan ini mencerminkan pengetahuan mempunyai keeratan hubungan

dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai, artinya semakin tinggi

pengetahuan ibu maka kecenderungan ibu memilih memanfaatkan fasilitas persalinan

yang memadai semakin tinggi, namun jika dihadapkan pada permasalahan lain seperti

faktor ekonomi dan akses ke tempat pelayanan yang sulit dijangkau, maka ibu

memilih untuk tidak memanfaatkan fasilitas persalinan tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliwanto (2008)

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan memilih penolong persalinan di

Kecamatan Babul, berdasarkan hasil uji regresi logistik menemukan bahwa tidak ada

pengaruh pengetahuan terhadap pemilihan penolong persalinan. Hasil penelitian lain

seperti yang dikemukakan oleh Nilasari (2013), pemanfaatan pertolongan persalinan

oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan

dengan indikator yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor pengetahuan, sikap

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

59

terhadap keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan,

serta jangkauan pelayanan kesehatan.

Perbedaan pada penelitian ini disebabkan oleh karena perbedaan metode

pengambilan sampel dan cara analisisnya. Faktor lain sebagian besar mempunyai

pengetahuan baik, tetapi pengetahuan disini hanya sebatas tahu dan memahami saja

karena arus informasi yang diterima cukup tapi belum mencapai pelaksanaan,

sehingga tidak menghasil perubahan perilaku dalam pemanfaatan fasilitas persalinan

yang memadai.

6.3 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di

Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmojo, 2012).

Hasil penelitian ini menunjukkan ibu bersalin dengan sikap setuju memilih

memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai sebesar 76,1%, sedangkan 32,9%

ibu bersalin dengan tidak setuju memilih fasilitas persalinan yang memadai.

Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan sikap dengan pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai menunjukkan ada hubungan yang signifikan atau

bermakna (p< 0,001) antara sikap dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai oleh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kawangu. Hasil uji multivariat

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

60

dengan model regresi logistik dan dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai (p= 0,122; OR= 4,026).

Keadaan ini menunjukkan bahwa ibu dengan sikap yang setuju belum tentu

akan memilih fasilitas persalinan yang memadai untuk melakukan persalinannya, hal

ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain misalnya akses ke fasilitas persalinan yang

memadai tersebut sulit terjangkau, serta persepsi lainnya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Elvistron (2008)

menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara sikap dengan pemilihan

pertolongan persalinan. Penelitian lain oleh Komariah (2008), di Puskesmas

Sukoromo Mojoroto Kediri, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara sikap ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan ibu hamil (r= 0,149;

p= 0,032). Penelitian oleh Bungsu (2001) juga menyatakan bahwa keputusan

masyarakat memilih pertolongan oleh dukun bayi cenderung dipengaruhi oleh

kemudahan mendapatkan pelayanan dukun bayi, selain itu pelayanan dari dukun

bersifat “all in”. Perubahan sikap ibu bersalin kearah yang positif sangat tergantung

dari faktor dalam dan luar diri individu tersebut. Untuk menghasilkan sikap yang

positif dari ibu bersalin perlu memberikan pengetahuan dan informasi yang jelas baik

kepada ibu hamil, bersalin, keluarga dan masyarakat, sehingga ibu dapat mengambil

keputusan yang tepat dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dengan

didukung oleh semua pihak yang terkait.

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

61

6.4 Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan Fasilitas

Persalinan yang Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun

2014

Keputusan ibu bersalin untuk memilih fasilitas persalinan yang memadai

dipengaruhi oleh akses/kemudahan untuk mencapai pelayanan tersebut. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa 22,4% memiliki akses pelayanan kesehatan yang

mudah dijangkau dan 77,6% memiliki akses pelayanan kesehatan yang sulit untuk

dijangkau.

Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan antara akses pelayanan

kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan atau bermakna (p< 0,001) antara akses pelayanan

kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai. Artinya faktor

akses pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin ada pengaruh dalam memutuskan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dalam proses persalinannya.

Hasil uji multivariat dengan model regresi logistik dan dilakukan secara

bersamaan dengan variabel lain menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai (p= 0,018; OR = 11,679).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astridya

dan Pranata (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara jarak tempuh dan waktu tempuh untuk memanfaatkan Polindes. Penelitian lain

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

62

juga yang sama menemukan ibu hamil yang jarak rumahnya ≤ 247m mempunyai

kecenderungan memanfaatkan polindes/posyandu 1,147 kali dibandingkan dengan ibu

hamil yang jarak rumahnya > 247m Sugiharty dan Lestary (2011). Hal yang sama

hasil penelitian dari More (2011), tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Nigeria, menunjukkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh adalah jarak dan

ekonomi keluarga.

Penelitian dari Irasanty (2008) tentang pencegahan keterlambatan rujukan

maternal di Kabupaten Majene, menemukan bahwa faktor geografis, jarak dan

infrastruktur jalan sangat berpengaruh terhadap akses masyarakat untuk melakukan

rujukan khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan mereka harus

menggunakan sarana transportasi tradisional untuk melakukan rujukan maternal ke

sarana kesehatan.

Sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau sebenarnya akan

memberikan pengaruh kepada ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang

memadai. Green (1994) yang menyebutkan bahwa faktor sarana pelayanan kesehatan

sebagai salah satu faktor pendukung (enabling factor) dalam peningkatan derajat

kesehatan masyarakat khususnya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin yang dilengkapi

dengan tenaga yang terlatih atau ahli, teknologi alat serta obat-obatan yang memadai

merupakan prasarat utama. Namun demikian prasarat tersebut belum menjamin

utilisasi pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak dijangkau. Pada dasarnya

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

63

angka kematian ibu dan bayi dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu komplikasi

dari ibu (maternal) dan kegagalan mendapatkan pelayanan medis yang memadai

akibat akses yang sulit dijangkau.

Faktor lain juga dapat disebabkan oleh keterbatasan fasilitas transportasi yang

tersedia pada Puskesmas Kawangu yaitu hanya memiliki 1 buah ambulance yang

digunakan untuk menjemput ibu yang mau melahirkan di fasilitas kesehatan dan

mengantar ibu yang sudah melahirkan di fasilitas kesehatan ke rumahnya. Sarana

transportasi umum yang sering digunakan adalah motor ojek dengan biaya yang

mahal. Pengelolaan sarana transportasi sesuai dengan perda yang ditetapkan bahwa

masyarakat harus menyediakan ambulance desa belum berjalan dengan baik, sehingga

dengan demikian hal tersebut menjadi kendala dalam melakukan akses ke fasilitas

kesehatan untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai.

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

64

6.5 Hubungan Jumlah Sumber Informasi dengan Pemanfaatan Fasilitas

Persalinan yang Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun

2014

Informasi adalah salah satu media yang dapat mempengaruhi seseorang (ibu

bersalin) untuk dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Jumlah Sumber

informasi dan isi informasi yang jelas akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap

dalam memutuskan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 83,5% mendapatkan informasi yang

cukup tentang pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dan 16,5%

mendapatkan informasi yang kurang. Dilihat dari hubungan dan pengaruh sumber

informasi terhadap pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai mempunyai

hubungan yang positif dan bermakna antara sumber informasi dengan pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai berdasarkan uji chi-square dengan nilai p = 0,039,

namun berdasarkan hasil uji regresi logistik dan dilakukan bersamaan dengan variabel

yang lain menunjukkan tidak ada hubungan antara sumber informasi yang diterima ibu

bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai (p= 0,385; OR=

2,124).

Penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian ini dilakukan oleh Junaina

(2013) tentang gambaran pemanfaatan program Jampersal menemukan bahwa ibu

bersalin yang mendapat cukup informasi memanfaatkan Jampersal dan yang kurang

mendapatkan informasi tidak memanfaatkan jampersal.

Page 84: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

65

Perbedaan dalam penelitian ini, kemungkinan disebabkan oleh informasi yang

diberikan lebih banyak diterima oleh responden, sedangkan dalam pengambilan

keputusan untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai adalah suami atau

anggota keluarga lainnnya yang kurang mendapatkan informasi. Faktor lain juga dapat

disebabkan oleh faktor akses ke fasilitas kesehatan yang sulit terjangkau dengan biaya

yang mahal, walaupun informasi tentang fasilitas persalinan yang memadai cukup

diterima oleh responden dan keluarganya.

Semakin banyak informasi yang diberikan dengan jelas melalui tenaga-tenaga

yang dipercaya akan meningkatkan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang

tersedia. Pada daerah seperti pedesaan sumber informasi didapatkan melalui tenaga

kesehatan (bidan desa) dan kader-kader kesehatan, serta sebagian kecil dari tokoh-

tokoh masyarakat dan tokoh agama.

6.6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan

yang Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

Dukungan dapat diartikan sebagai salah satu diantara fungsi pertalian atau

ikatan sosial segi fungsional yang mencakup dukungan emosional, mendorong adanya

ungkapan dan perasaan, memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material.

Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh

anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa

Page 85: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

66

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika

diperlukan) (Friedman, 1998).

Hasil penelitian ini menunjukkan ibu bersalin dengan dukungan keluarga

yang mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan sebanyak 84,7% dan sebanyak

15,3% ibu bersalin yang keluarga tidak mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan

yang memadai.

Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai menunjukkan ada hubungan yang

signifikan (p< 0,001) antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas

persalinan yang memadai di Puskesmas Kawangu tahun 2014. Hasil uji multivariat

dengan model regresi logistik dan dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan pemanfaatan fasilitas persalinan (p = 0,999; OR= 7,347).

Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan

kepada orang lain, baik moril maupun material untuk memotivasi orang tersebut

dalam melaksanakan kegiatan. Suami/keluarga yang memberikan dukungan pada istri

dalam pemeriksaan kehamilan, akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan antenatal,

hal ini ibu yang memiliki dukungan suami/keluarga akan lebih mau dan bersemangat

untuk memanfaatkan pelayanan antenatal.

Page 86: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

67

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nilasari,

2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan

pemanfaatan pelayanan antenatal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu hamil

memanfaatkan pelayanan, salah satunya faktor psikologis, dimana dukungan moral

dari suami/keluarga memiliki andil yang besar. Penelitian lain oleh Burhaeni (2013),

mendapatkan 67,4% responden yang memanfaatkan pelayanan antenatal mendapat

dukungan dari keluarga dan 32,9 % tidak memanfaatkan pelayanan antenatal karena

tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.

Walaupun pengetahuan ibu baik, sikap yang positif, akses pelayanan

kesehatan yang mudah dijangkau oleh ibu bersalin dan masyarakat lainnya serta

informasi yang didapatkan cukup tetapi jika tidak ada dukungan dari keluarga, maka

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai tidak terwujud sesuai harapan.

Sehingga semua faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian lainnya, karena perbedaan

kondisi, sosial budaya dan karaktristik masyarakat setempat. Hal ini juga disebabkan

oleh karena dukungan yang diberikan oleh keluarga pada ibu bersalin bukan atas

kesadaran keluarga itu sendiri tetapi atas saran dari orang lain seperti dukun, petugas

kesehatan (bidan) dan orang berpengaruh dengan keluarga tersebut.

Page 87: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

68

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada responden ibu

bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja

Puskesmas Kawangu, dapat disimpulkan hasil uji bivariat menunjukkan:

1. Pengetahuan ibu bersalin mempunyai hubungan yang signifikan dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas

Kawangu tahun 2014.

2. Sikap ibu bersalin mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun

2014.

3. Akses pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin mempunyai hubungan yang

signifikan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja

Puskesmas Kawangu tahun 2014.

4. Jumlah sumber informasi yang didapatkan oleh ibu bersalin mempunyai hubungan

yang signifikan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah

kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

5. Dukungan keluarga ibu bersalin mempunyai hubungan yang signifikan dengan

pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas

Kawangu tahun 2014.

Page 88: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

69

6. Akses pelayanan pelayanan kesehatan mempunyai hubungan yang dominan

dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja

Puskesmas Kawangu tahun 2014.

7.2 Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur

Meningkatkan program suami siaga, desa siaga dan bekerjasama dengan dinas

terkait untuk memperhatikan sarana dan prasarana agar mempermudah

masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan yang memadai khususnya bagi

ibu hamil yang mau melahirkan dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai.

2. Bagi Puskesmas Kawangu agar meningkatkan pendekatan dan kerjasama dengan

masyarakat dan sektor terkait dalam wilayah kerjanya dalam penjangkauan akses

pelayanan kesehatan yang memadai dengan pengadaan ambulance desa dan

dukungan suami siaga.

3. Bagi Masyarakat

Agar dapat berpartisipasi mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai melalui kebijakan-kebijakan bersama dengan tenaga kesehatan yang ada,

dalam penjangkauan akses pelayanan kesehatan melalui pendayagunaan fasilitas

transportasi yang dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga semua ibu hamil

yang akan melahirkan dapat memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai

dalam proses persalinannya.

Page 89: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

70

4. Bagi ibu bersalin agar tetap berkomitmen menggunakan fasilitas persalinan yang

memadai sebagai tempat untuk melahirkan, sehingga proses persalinan dapat

berjalan dengan aman dan selamat.

5. Diharapkan pada peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian yang lebih

mendalam dengan variabel yang lain yang dapat mempengaruhi pemanfaatan

fasilitas persalinan yang memadai serta dengan rancangan penelitian yang berbeda.

Page 90: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

71

DAFTAR PUSTAKA

Anderson. 1995. Factor Predisposing Belief Health. jurnal. Retrieved from

http://umanitoba.ca/faculties/medicine/units/community_health_sciences/departm

ental_units/mchp/protocol/media/Andersen_and_Newman_Framework.pdf

Astridya dan Pranata. 2013. Analisis Faktor Pemanfaatan Polindes Menurut Konsep

Model Perilaku Kesehatan “Anderson” (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007).

Buletin Penelitian Kesehatan.

Aswar. 2005. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Bina Rupa Aksara.

Aviyanti, D. 2005. Analisisi Minat Ibu Hamil ANC Poliklinik Kebidanan Terhadap

Penggunaan Pelayanan Persalinan di RS Roemani Semarang,Tahun 2004

(Analysis of Expecting Mother ( pregnant women ) Interest in ANC Obstetrict

Policilinic to reveal treatment in Roemani Hospital S. Retrieved from

http://eprints.undip.ac.id/14709/1/2005MIKM4085.pdf

BPS. 2007. Survei Dasar Kesehatan Indonesia. Jakarta: BPS dan BKKBN.

BPS. 2012. Survey Dasar Kesehatan Indonesia. Jakarta: BPS dan BKKBN.

Bungsu. 2001. Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama Tenaga Penolong Persalinan.

jurnal Penelitian UNIB, VII No 2.

Burhaeni. 2013. Faktor Determinan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Di Wilayah

Kerja Puskesmas. Tesis.

Depkes. 2005. Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer. Jakarta.

Depkes RI. 2008. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Mencapai MDG’s.

Dinkes Kab. Sumba Timur. 2013. Laporan Tahunan Kesehatan Ibu dan Anak.

Waingapu: Program KIA.

Dinkes Prov. NTT. 2010. Pedoman Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak. Kupang: Dinas

Kesehatan Provinsi NTT.

Dinkes Prov. NTT. 2012. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kupang: Dinas Kesehatan Provinsi NTT.

Page 91: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

72

Elvistron. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Penolong

Persalinan Pada Ibu Hamil di Kecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh

Tenggara. Tesis.

Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Green. 1994. Comunity Health. United State: Mosby Year Book.

Irasanty. 2008. AVOIDING DELAYS IN MATERNAL REFERRALS IN MAJENE

REGENCY, 11(03), 122–129.

Juliwanto. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Penolong

Persalinan Pada Ibu Hamil di Kecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh

Tenggara. Tesis.

Junaina. 2013. GAMBARAN PEMANFAATAN PROGRAM JAMINAN

PERSALINAN (JAMPERSAL) OLEH IBU BERSALIN DI BPS

ROSMAWARNI MESJID GUMPUENG KECAMATAN MUTIARA TIMUR

KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013.

Komariah. 2008. Pengetahuan, Hubungan Dan, Sikap Ibu, Perilaku Pemeriksaan,

Tentang Dengan, Kehamilan. Tesis.

Madunde. 2013. KABUPATEN MINAHASA UTARA FACTORS RELATED TO

THE UTILIZATION OF COMMUNITY HEALTH CENTER AT

SUBDISTRICT KEMA OF DISTRICT NORTH MINAHASA Bidang Minat

Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Moore. 2011. Utilization of health care services by pregnant mothers during delivery:

a community based study in Nigeria. East African journal of public health, 8(1),

49–51. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed.

Nilasari. 2013. Faktor Determinan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja

Puskesmas Batua Kecamatan Manggala Kota Makasar. Tesis.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

Notoatmojo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka

Cipta.

Pelupessy. 2013. Hambatan Pemanfaatan Pelayanan Jaminan Persalinan Di Puskesmas

Rijali Kota Ambon. Tesis.

Page 92: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

73

Prawiroharjo. 2002. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Puskesmas Kawangu. 2013. Laporan Tahunan Puskesmas Kawangu. Waingapu:

Program KIA.

Riskesdas. 2008. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Saifudin. 2005. Kebidanan Komunitas. EGC. Retrieved from http://books.google.com.

Sarwono. 2003. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya. Jogjakarta:

Gajah Mada University. Press.

Sastroasmoro. 1995. Dasar-dasar Penelitian Klinis. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan

Anak FKUI.

Sopacua. 2005. Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu Menggunakan Pendekatan

Rembug melalui Strategi Segitiga Pengaman. Jurnal Berita Kedokteran

Masyarakat (BKM). Retrieved from http://berita-kedokteran-

masyarakat.org/index.php/BKM/article/view/180/104

Sudigdo. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Sugiharty dan Lestary. 2011. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMANFAATAN POSYANDU/POLINDES PADA IBU HAMIL DI

INDONESIA. Jurnal Ekologi Kesehatan. Retrieved from

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/1697

Page 93: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

74

Nomor Kuesioner Kode Responden

Lembar Kuesioner

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

KESEHATAN, SUMBER INFORMASI DAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS PERSALINAN YANG MEMADAI

OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGU

KABUPATENSUMBA TIMUR

A. Identitas Responden

Nama :…………………………………………………………….

Umur :……………………………………………………………

Alamat :…………………………………………………………….

Pendidikan Terakhir:

1. Tidak pernah sekolah 5. Tamat SLTA/SMK

2. Tidak Tamat SD 6. Tamat D1/D2/D3

3. Tamat SD 7. Tamat PT/S1/S2/S3

4. Tamat SLTP

Pekerjaan :

1. Tidak Kerja

2. PNS

3. Wiraswasta

4. Petani

Page 94: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

75

B. Pengetahuan

1. Menurut ibu apa itu fasilitas persalinan yang memadai?

a. Tempat bersalin yang alatnya lengkap dan ada tenaga yang sudah terlatih

serta siap 24 jam.

b. Tempat bersalin di semua sarana kesehatan yang ada tanpa alat lengkap

dan tenaga yang terlatih.

c. Tempat bersalin di rumah yang di tolong oleh bidan.

2. Yang termasuk fasilitas persalinan yang memadai adalah:

a. Puskesmas rawat inap/ ada ruang bersalin dan Rumah Sakit

b. Puskesmas Pembantu (Pustu)

c. Polindes

3. Apa tujuan bersalin di Puskesmas atau Rumah Sakit?

a. Agar kurangi kematian pada ibu dan bayi baru lahir

b. Agar ibu dapat biaya bersalin

c. Supaya persalinan di Puskesmas banyak

4. Apa manfaatnya ibu melahirkan di Puskesmas?

a. Supaya melahirkan dengan aman dan selamat

b. Karena mendapat biaya dari pemerintah

c. Karena di paksa petugas kesehatan

5. Menurut ibu, kapan ibu harus datang ke Puskesmas atau Rumah Sakit?

a. 2 hari atau 3hari sebelum tanggal tafsiran melahirkan.

Page 95: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

76

b. Boleh kapan-kapan saja sesuai keinginan ibu walaupun masih jauh

tafsiran melahirkan.

c. Jika sudah di tolong oleh dukun tetapi belum melahirkan

6. Apakah saja yang ibu ketahui tentang persalinan di Puskesmas atau Rumah

Sakit?

a. Agar dapat melahirkan dengan baik dan di tolong oleh tenaga kesehatan

yang terlatih

b. Karena diharuskan oleh bidannya

c. Dirujuk oleh dukun karena persalinan di dukun gagal

7. Apa saja masalah yang ibu ketahui jika tidak melahirkan di Puskesmas dengan

tenaga kesehatan yang terlatih?

a. Jika terjadi perdarahan saat persalinan tidak segera dapatkan pertolongan

b. Bidannya tidak mau memberikan pelayanan di rumah

c. Tidak tahu

8. Apakah yang ibu harapkan dari pemerintah maupun masyarakat lain agar ibu

hamil mau melahirkan di puskesmas atau Rumah sakit ?

a. Mendukung dengan memberikan informasi-informasi tentang fasilitas

persalinan di Puskesmas atau Rumah Sakit

b. Menbuat kebijakan-kebijakan tentang fasilitas persalinan yang memadai

c. Tidak tahu

9. Jika tidak ada bantuan lagi, apakah ibu tetap datang ke Puskesmas atau Rumah

Sakit untuk melahirkan?

Page 96: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

77

a. Ya, memanfaatkan

b. Ragu-ragu

c. Tidak memanfaatkan

10. Menurut ibu siapa saja yang harus mendukung ibu hamil untuk melahirkan di

Puskesmas atau Rumah Sakit?

a. Petugas Kesehatan

b. Tokoh Masyarakat

c. Tokoh Agama

d. Keluarga

e. Semua Masyarakat

C. Sikap

No Pertanyaan SS KS TS

1 Semua ibu hamil harus melahirkan di Puskesmas atau Rumah Sakit

2 Ibu hamil harus melahirkan di Puskesmas atau Rumah Sakit supaya

lancar, aman dan selamat

3 Walaupun rumah ibu jauh, tetap datang melahirkan di Puskesmas

atau Rumah Sakit.

4 Ibu dapat melahirkan di Puskesmas maupun Rumah Sakit dimana

saja yang terdekat.

5 Jika tidak ada kendaraan umum yang digunakan untuk ke

Puskesmas atau Rumah Sakit, ibu boleh memakai kendaraan

pribadi dari masyarakat setempat

6 Toma dan Toga ikut berperan dalam mendukung persalinan di

Puskesmas dan Rumah Sakit.

7 Pemerintah dan masyarakat perlu berpartisipasi dalam

mensukseskan persalinan di Puskesmas atau Rumah Sakit

Page 97: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

78

D. Akses Pelayanan Kesehatan

1. Berapakah jarak dari rumah ibu ke Puskesmas atau Rumah Sakit?

a. ≤ 1 KM b. ≥ 1 KM

2. Jenis kendaraan apa saja yang dapat digunakan untuk ke Puskesmas atau

Rumah Sakit?

a. Bemo b. Motor ojek/ambulance desa

3. Jenis kendaraan apa yang paling sering digunakan untuk pergi ke Puskesmas

atau Rumah Sakit?

a. Bemo b. Motor Ojek

4. Berapa lama jarak terjauh dengan kendaraan bermotor untuk sampai di

Puskesmas atau Rumah Sakit?

a. ≤ 15 menit b. > 15 menit

5. Bagaimana kondisi jalan yang ibu lewati untuk mencapai Puskesmas atau

Rumah Sakit?

a. Baik (aspal/mulus) b. Tidak baik (aspal berlubang-

lubang/tanah)

6. Bagaimana dengan ongkos/ biaya kendaraan yang ibu gunakan untuk sampai

di Puskesmas atau Rumah Sakit?

a. Murah b. Mahal

Page 98: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

79

E. Sumber Informasi tentang fasilitas persalinan yang memadai

1. Apakah ibu pernah mendapat informasi tentang fasilitas persalinan yang

memadai?

a. Ya, pernah b. Tidak pernah

2. Darimana ibu mendapatkan informasi tentang fasilitas persalinan yang

memadai?

a. Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter)

b. Non petugas kesehatan (kader, toma, toga)

3. Kapan ibu mendengarkan informasi tentang fasilitas persalinan yang

memadai?

a. Saat memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan posyandu

b. Saat ada kegiatan-kegiatan keagamaan

c. Saat ada kegiatan-kegiatan adat

4. Siapa saja yang memberikan informasi tentang fasilitas persalinan yang

memadai?

a. Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter)

b. Non petugas kesehatan (kader, toma, toga)

5. Bagaimana cara menyampaikan informasi tentang fasilitas persalinan yang

memadai?

a. Penyuluhan secara kelompok di posyandu atau kegiatan lainnya

b. Penyuluhan secara individu saat melakukan pemeriksaan kehamilan

Page 99: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

80

6. Berapa kali ibu mendapatkan informasi tentang persalinan di Puskesmas atau

Rumah Sakit?

a. ≥ 3 kali b ≤ 3 kali

F. Dukungan Keluarga

1. Apakah suami/keluarga ibu setuju ibu melahirkan di Puskesmas atau Rumah

Sakit?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah suami/keluarga ibu ikut mengantarkan ibu untuk melahirkan di

Puskesmas atau Rumah Sakit ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah suami ibu memberikan biaya transport untuk pergi ke Puskesmas atau

Rumah Sakit?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah suami/keluarga ibu mau mendampingi ibu selama berada di

Puskesmas atau Rumah Sakit?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah suami/keluarga ibu mengurus semua keperluan yang ibu butuhkan

selama di Puskesmas atau Rumah Sakit?

a. Ya b. Tidak

Page 100: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

81

G. Pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai

1. Ibu melakukan persalinan dimana?

a. Fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit)

b. Non fasilitas kesehatan (Rumah, klinik swasta)

2. Kepada siapa ibu pertama kali minta pertolongan saat ada tanda-tanda

persalinan?

a. Bidan

b. Dukun

Page 101: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN

82

LAMPIRAN III

Tabel Prosedur Penelitian Tesis Berdasarkan Kegiatan dengan Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

No

Kegiatan

Bulan

2 3 4 5 6

1 Mengurus Ethical Clearance di kantor

Litbang FK/RSUP Sanglah

2 Mengurus Ijin Penelitian di kantor

Kesbangpol Kabupaten Sumba Timur

3 Penggandaan kuesioner penelitian √

4 Pengumpulan data √ √

5 Analisis data √ √

6 Penyajian hasil analisis data √

7 Penyajian hasil dan publikasi √

Keterangan:

√ = Pelaksanaan kegiatan