63
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL LAKI-LAKI DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2017 (Skripsi) Oleh GITA CAHAYA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

  • Upload
    vanhanh

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO OBSTRUCTIVE SLEEP

APNEA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL LAKI-LAKI

DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS

LAMPUNG TAHUN 2017

(Skripsi)

Oleh

GITA CAHAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO OBSTRUCTIVE SLEEP

APNEA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL LAKI-LAKI

DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS

LAMPUNG TAHUN 2017

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh

GITA CAHAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 3: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN OBESITY AND THE RISK OF

OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA ON MALE CIVIL SERVANT AT

LAMPUNG UNIVERSITY IN 2017

By

GITA CAHAYA

Background: Obesity is a pathological condition, there is excess fat deposits than

necessary for body functions. Obesity is one of the risk factors for obstructive

sleep apnea. The purpose of this study was to examine the relationship between

obesity and risk of obstructive sleep apnea in male civil servants within the

University of Lampung in 2017.

Method: This research use observational analytic method with cross sectional

approach. The study was conducted in November December 2017. The population

in this study were male civil servants in Lampung University as many as 200

respondents, in which the researcher determined 100 samples studied with risk

factor (obesity) and 100 samples without risk factor. Samples were taken by

consecutive sampling technique.

Results: The results showed most of the most respondents in the age group 30-40

years that is as much as 53%. Based on univariate analysis result from 200

responden there are 71 responders risk OSA. The result of bivariate analysis

obtained chi square test value p = 0,000. Based on the result of chi square test then

Ho is rejected and Ha accepted because p <value of α = 0,05.

Conclusion: There is an obesity relationship with obstructive sleep apnea in male

civil servants within the University of Lampung in 2017. Obese people 4.6 times

more at risk of obstructive sleep apnea than those who are not obese.

Keywords: obesity, obstructive sleep apnea

Page 4: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

ABSTRAK

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO OBSTRUCTIVE SLEEP

APNEA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL LAKI-LAKI

DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG

TAHUN 2017

Oleh

GITA CAHAYA

Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu keadaan yang patologis, terjadi

timbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh.

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya obstructive sleep apnea

Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan antara obesitas dengan risiko

obstructive sleep apnea pada pegawai negeri sipil laki-laki di lingkungan

Universitas Lampung tahun 2017.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan November

Desember 2017. Populasi dalam penelitian adalah pegawai negeri sipil laki-laki di

lingkungan Universitas Lampung sebanyak 200 responden, dimana peneliti

menetapkan 100 sampel diteliti dengan faktor risiko (obesitas) dan 100 sampel

tanpa faktor risiko. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling.

Hasil: Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden paling banyak pada

kelompok usia 30-40 tahun yaitu sebanyak 53%. Berdasarkan hasil analisis

univariat dari 200 responden terdapat 71 responden berisiko OSA. Hasil analisis

bivariat didapatkan hasil uji chi square nilai p = 0,000. Berdasarkan hasil uji chi

square tersebut maka Ho ditolak dan Ha diterima karena p < nilai α = 0,05.

Kesimpulan: Terdapat hubungan obesitas dengan obstructive sleep apnea pada

pegawai negeri sipil laki-laki di lingkungan Universitas Lampung tahun 2017.

Orang yang obesitas 4,6 kali lebih berisiko obstructive sleep apnea dibandingkan

yang tidak obesitas.

Kata Kunci : obesitas, obstructive sleep apnea

Page 5: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas
Page 6: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas
Page 7: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas
Page 8: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 03 Mei 1997, sebagai anak kedua

dari tiga bersaudara, dari bapak Abiel Padly dan ibu Nurwati.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di Assalam Belambangan

pada tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Papan Asri pada

tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 7

Kotabumi pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di

SMAN 3 Kotabumi pada tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun 2014.

Penyusunan skripsi merupakan tugas akhir sebelum penulis memperoleh gelar

sarjana kedokteran dan melanjutkan pendidikan pofesi.

Page 9: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

Alhamdulillah..

Ku Persembahkan Karya

Sederhana Ini Untuk

Mama dan Papa

Page 10: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Solallahu Alaihi Wasalam.

Skripsi dengan judul “Hubungan Obesitas dengan Risiko Obstructive Sleep

Apnea pada Pegawai Negeri Sipil Laki-laki di Lingkungan Universitas Lampung

Tahun 2017” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran

di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

Dr. dr. Kharun Nisa Berawi, S.Ked., M.kes., AIFO selaku Pembimbing

Utama yang selalu bersedia meluangkan waktu dan kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

dr. Syazili Mustofa, S.Ked., M. Biomed selaku Pembimbing Kedua atas

kesediannya untuk menyempatkan waktu memberikan bimbingan, saran dan

Page 11: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

kritik selama proses skripsi ini serta memberikan banyak ilmu selama lebih

dari setahun terakhir ini.

dr. Agustyas Tjiptaningrum, S.Ked., Sp.PK selaku Penguji Utama pada ujian

skripsi untuk masukan dan saran-saran yang diberikan.

dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan nasehat-nasehat selama menjalani perkuliahan dan skripsi.

Kedua orang tua penulis, Papa saya tercinta Abiel Padly dan Mama tersayang

Nurwati yang selalu memberikan doa dan semangat untuk saya dalam

menjalankan pendidikan kedokteran serta selalu mengingatkanku untuk selalu

dekat dengan Allah SWT. Merekalah yang membuat penulis bisa berdiri

sampai saat ini. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan lindungan

kepada mereka.

Abang saya Alif Sandria dan adik saya M. Yose Rizal yang selalu

memberikan doa, memotivasi dan mendukung. Serta keluarga besar saya

yang selalu memberikan semangat.

Semua responden pegawai laki-laki dewasa di lingkungan Universitas

Lampung yang telah bersedia dijadikan responden saya dalam penelitian

skripsi ini dan terima kasih untuk semua dukungan dan semangatnya.

Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah

diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan

untuk mencapai cita-cita.

Seluruh Staf Akademik, TU dan Administrasi FK Unila, serta pegawai yang

turut membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

Page 12: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

Sahabat-sahabat saya “Bukan Geng” Atika Marcherya, Ayu Indah, Entan

Teram, Ni Made Ari, Nofia Dian, Rini Safitri dan Vinnyssa Anindita. Sebagai

teman seperjuangan dalam melewati pendidikan dokter, saling mengingatkan

dan selalu memberikan semangat tentang kehidupan dunia maupun akhirat.

Sahabat-sahabat saya yang dipertemukan sejak SMP yang selalu memberikan

nasehat, saling mendukung dan mengingatkan dalam kebaikan Dina Anjani

dan Mela Parosaliantika.

Serta sahabat-sahabat saya yang dipertemukan sejak SMA Vivitria Ulandari,

Indah Sesaria, Eko susanto, Dela, Ila, Ocik, dan Sadut yang selalu

memberikan semangat dan dukungannya selama ini.

Sahabat satu pembimbing yang selalu bersama-sama saling bantu dalam

penelitian dan mengingatkan jadwal untuk revisi dan maju seminar Diva Iole

Humaira, Andini Bakti, Elma Rosa, Rama Agung dan Dzulfiqar.

Sahabat-sahabat saya yang selalu menemani revisi skripsi Sarah Nabila,

Firdha Yossi, Fistana, Tiffani, Desti diana, dan Leni.

Sahabat-sahabat saya yang dipertemukan sejak KKN Sidorejo yang

memberikan makna kehidupan dan arti kekeluargaan Mba Tri, Rani, Mba

Herta, Rega, Bang Jeri dan Rismawan.

Sahabat-sahabat angkatan 2014 ”CRAN14L” yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terimakasih atas kebersamaan dan kerjasama dalam mengemban

ilmu.

Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (angkatan 2002-2017) yang sudah

memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran. Akhir kata,

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Page 13: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2018

Penulis

Gita Cahaya

Page 14: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 6

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

1.4.1 Secara Teoritis ........................................................................ 6

1.4.2 Secara Institusi ....................................................................... 6

1.4.3 Bagi Peneliti Sendiri .............................................................. 7

1.4.4 Bagi Masyarakat..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas .............................................................................................. 8

2.1.1 Definisi obesitas ..................................................................... 8

2.1.2 Epidemiologi .......................................................................... 8

2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko ..................................................... 11

2.1.4 Pengukuran obesitas ............................................................... 14

2.2 Obstructive Sleep Apnea .................................................................... 15

2.2.1 Definisi ................................................................................... 15

2.2.2 Fisiologi tidur dan sistem pernapasan saat tidur .................... 17

2.2.3 Epidemiologi .......................................................................... 19

2.2.4 Etiologi dan Faktor resiko ...................................................... 19

2.2.5 Patofisiologi Obstructive sleep apnea ................................... 21

Page 15: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

ii

2.2.6 Penentuan Obstructive Sleep Apnea ...................................... 22

2.3 Obsesitas dan Obstructive Sleep Apnea ............................................. 23

2.4 Kerangka Teori .................................................................................. 26

2.5 Kerangka Konsep ............................................................................... 26

2.6 Hipotesis ............................................................................................ 27

2.6.1 Hipotesis Penelitian ............................................................... 27

2.6.2 Hipotesis Nol ......................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian................................................................................... 28

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 28

3.2.1 Waktu penelitian .................................................................... 28

3.2.2 Tempat penelitian................................................................... 28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitan .......................................................... 29

3.3.1 Populasi .................................................................................. 29

3.3.2 Sampel.................................................................................... 29

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian.......................................................... 30

3.4.1 Variabel bebas (Independent Variable) ................................. 30

3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variable) ................................. 30

3.5 Definisi Operasional .......................................................................... 32

3.6 Alat dan Bahan ................................................................................... 33

3.6.1 Alat ......................................................................................... 33

3.7 Prosedur Penelitian ............................................................................ 33

3.7.1 Persiapan Penelitian ............................................................... 33

3.7.2 Proses Penelitian .................................................................... 33

3.8 Pengolahan Data ................................................................................ 36

3.9 Analisis Data ...................................................................................... 36

3.9.1 Analisa Univariat ................................................................... 36

3.9.2 Analisa Bivariat ..................................................................... 37

3.10 Ethical Clearance .............................................................................. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 38

4.2 Hasil penelitian .................................................................................. 38

4.2.1 Karakteristik Kelompok Usia Responden .............................. 39

4.2.2 Kerakteristik Kelompok Mendengkur ................................... 39

4.2.3 Karakteristik Kelompok Hipertensi ....................................... 40

4.2.4 Analisis Univariat .................................................................. 40

4.2.5 Analisis Bivariat..................................................................... 42

4.3 Pembahasan........................................................................................ 43

4.4 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 49

Page 16: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

iii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 50

5.2 Saran .................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52

LAMPIRAN .................................................................................................... 56

Page 17: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT .................................................. 15

2. Definisi operasional ................................................................................... 32

3. Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia ................................. 38

4. Karakteristik responden berdasarkan kelompok mendengkur ................... 38

5. Karakteristik responden berdasarkan kelompok hipertensi ....................... 39

6. Hasil analisis univariat berdasarkan status gizi .......................................... 39

7. Hasil analisis univariat berdasarkan kejadian obstructive sleep Apnea ..... 40

8. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square hubungan obesitas dengan

risiko obstructive sleep Apnea .................................................................. 41

iv

Page 18: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik prevalensi laki-laki obesitas ............................................................ 9

2. Grafik prevalensi perempuan obesitas ....................................................... 10

3. Grafik prevalensi laki-laki obesitas provinsi lampung............................... 10

4. Kerangka Teori........................................................................................... 26

5. Kerangka Konsep ...................................................................................... 27

6. Bagan Alur Penelitian ................................................................................ 35

v

Page 19: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

DAFTAR SINGKATAN

OSA: Obstructive Sleep Apnea

IMT: Indeks Massa Tubuh

SNA: Sympathetic Neural Activity

vi

Page 20: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Etik

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Lembar Inform Consent

Lampiran 4. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 5. Rekapitulasi Data

Lampiran 6. Kuisioner Berlin

Lampiran 7. Analisis Data

Lampiran 8. Dokumentasi

vii

Page 21: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial, yang disebabkan akibat

akumulasi jaringan lemak yang berlebih, sehingga dapat mengganggu

kesehatan. Faktor yang dapat menyebabkan obesitas yaitu asupan energi

yang lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Tingginya asupan energi

ini disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi,

sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan oleh aktivitas fisik

yang kurang (Kemenkes RI, 2012). Obesitas dapat mengganggu kesehatan

karena dapat menjadi faktor risiko berbagai penyakit degeneratif seperti

diabetes melitus, penyakit kardiovaskular dan hipertensi (Susantiningsih,

2015). Saat ini penderita obesitas selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Prevalensi obesitas di dunia saat ini mengkhawatirkan, berdasarkan data

WHO pada tahun 2016 terdapat lebih dari 1,9 miliar orang dewasa yang

berusia di atas 18 tahun mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah

tersebut, lebih dari 650 juta orang dewasa atau lebih dari setengah miliar

orang dewasa mengalami obesitas di seluruh dunia. Selain populasi dewasa,

diperkirakan 41 juta anak dengan usia di bawah 5 tahun adalah kelebihan

Page 22: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

2

berat badan atau obesitas (World Health Organization, 2017). Saat ini

Indonesia juga mempunyai banyak penduduk yang mengalami obesitas.

Secara nasional prevalensi obesitas di Indonesia cukup tinggi dan selalu

meningkat tiap tahunnya. Tahun 2013 berdasarkan data Riset Kesehatan

Dasar, prevalensi laki-laki dewasa obesitas yaitu 19,7% lebih tinggi dari

tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Prevalensi terendah di Nusa

Tenggara Timur (9,8%) dan tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara (34,7%),

sedangkan Provinsi Lampung menempati urutan kedua dengan obesitas

terendah setelah Nusa Tenggara Timur (Kemenkes, 2013). Penderita obesitas

yang terus meningkat ini tentunya dapat menimbulkan masalah baru.

Peningkatan obesitas akan menimbulkan masalah baru, sebab obesitas

merupakan masalah global yang dapat menyebabkan penyakit kronis dan

kecacatan (Usfar et al., 2010). Terdapat 2,8 juta orang meninggal di seluruh

dunia setiap tahun akibat berat badan yang berlebih atau obesitas (World

Health Organization, 2017). Selain dampaknya secara global, obesitas di

Indonesia juga merupakan masalah yang dapat terjadi pada semua kelompok

umur dan pada semua strata sosial ekonomi (Kemenkes RI, 2012).

Peningkatan penderita obesitas dapat terjadi karena banyak hal yang dapat

menjadi faktor pencetus terjadinya obesitas. Obesitas berkaitan dengan

tersedianya makanan dan mudahnya mendapatkan makanan. Selain itu,

adanya perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang

Page 23: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

3

berkembang berdampak pada populasi di negara-negara ini, termasuk di

Indonesia. Insidensi obesitas di negara-negara berkembang makin meningkat,

banyaknya orang orang obesitas di dunia jumlahnya hampir sama dengan

mereka yang menderita kelaparan. Obesitas dipengaruhi oleh lingkungan,

kebiasaan makan, aktivitas fisik yang rendah dan kemiskinan atau

kemakmuran (Sugondo, 2014). Seiring banyaknya faktor risiko dan

peningkatan penderita obesitas, saat ini banyak penelitian mengenai masalah

yang dapat ditimbulkan dari obesitas.

Obesitas merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya sleep apnea

atau gangguan bernapas saat tidur (Schwartz et al, 2008). Sleep apnea

merupakan timbulnya episode abnormal yang terjadi pada frekuensi napas

yang berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas pada saat tidur,

dapat berupa henti napas (apnea) atau menurunnya ventilasi. Semakin besar

nilai Indeks Masa Tubuh (IMT) atau bertambahnya berat badan maka

kemungkinan untuk mengalami Obstructive Sleep Apnea (OSA) semakin

tinggi (Sumardi et al., 2014).

Insidensi obstructive sleep apnea diperkirakan 1–4% populasi umum

(Omidvari, 2000). Obstructive sleep apnea (OSA) adalah penyakit yang

umum terjadi, yang mempengaruhi kira-kira 2% wanita dan 4% pria berada di

komunitas Barat. Tidak ada data yang secara sistematis ditinjau mengenai

prevalensi penyakit ini di Asia (Mirrakhimov, Sooronbaev dan Mirrakhimov,

2013). Enam puluh persen pasien OSA adalah kelebihan berat badan (berat

Page 24: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

4

badan lebih dari 20 persen diatas ideal). Ukuran leher, area distal faring dan

indeks masa tubuh berhubungan dengan frekuensi apnea. Apnea dapat

didefinisikan sebagai hilangnya aliran udara sedikitnya 10 detik. Penurunan

volume tidal melebihi 50% tetapi di bawah 75% dari nilai dasar dengan

terhentinya aliran udara sedikitnya 10 detik disebut hipopnea. Gabungan

apnea/hipopnea merupakan patofisiologi Obstructive Sleep Apnea (Omidvari,

2000).

Henti napas saat tidur mengakibatkan gangguan kemorefleks sehingga

meningkatkan aktivitas simpatis pembuluh darah yang akhirnya mencetuskan

vasokonstriksi. Vasokonstriksi pembuluh darah saat tidur akan meningkatkan

tekanan darah yang mendasari berbagai kelainan kardiovaskular (Antariksa,

Santoso dan Astuti, 2010). Berdasarkan penelitian yang sudah ada,

obstructive sleep apnea sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan

(Mirrakhimov, Sooronbaev dan Mirrakhimov, 2013).

Telah diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko yang

sangat kuat dan memberikan peningkatan resiko obsructive sleep apnea dua

sampai tiga kali lipat pada populasi umumnya. Peningkatan risiko ini

mungkin terkait dengan perbedaan distribusi jaringan adiposa pada pria, yang

menunjukkan pola deposisi lemak utama di sekitar leher, batang, dan perut

dibandingkan dengan wanita (Schwartz et al., 2008). Obstructive sleep

apnea umumnya terjadi pada dewasa muda, biasanya antara umur 40–50

tahun, meskipun dapat terjadi juga pada anak–anak dan remaja (Rahman,

Page 25: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

5

Handoyo dan Pujo, 2012). Namun belum ada data mengenai hubungan

obesitas dengan obstructive sleep apnea di lingkungan Universitas Lampung.

Lingkungan Universitas Lampung sebagian besar pekerjaannya adalah

sebagai pegawai. Pekerjaan yang dilakukan pegawai setiap harinya termasuk

dalam golongan aktivitas ringan sampai sedang yang merupakan faktor risiko

obesitas. Selain itu dukungan kemampuan ekonomi juga menjadi salah satu

pendukung lebih besarnya asupan makanan daripada kalori yang dikeluarkan

dari aktivitas fisik (Dewi dan Mahmudiono, 2012).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, banyaknya peningkatan prevalensi

obesitas setiap tahunnya di Indonesia yang berpengaruh buruk terhadap

kesehatan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Obesitas Dengan Risiko Obstructive Sleep Apnea pada Pegawai

Negeri Sipil Laki-laki di Lingkungan Universitas Lampung tahun 2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat hubungan obesitas dengan risiko

obstructive sleep apnea pada pegawai negeri sipil laki-laki di lingkungan

Universitas Lampung tahun 2017.

Page 26: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

6

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara obesitas dengan risiko obstructive

sleep apnea pada pegawai negeri sipil laki-laki di lingkungan

Universitas Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pegawai negeri sipil laki-laki di

lingkungan Universitas Lampung tahun 2017

2. Mengetahui seberapa banyak obesitas dapat berisiko obstructive

sleep apnea pada pegawai negeri sipil laki-laki di lingkungan

Universitas Lampung tahun 2017.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain ialah :

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan

obesitas dengan risiko obstructive sleep apnea pada pegawai

negeri sipil laki-laki di lingkungan Universitas Lampung.

1.4.2 Secara Institusi

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai rujukan bacaan di

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung khususnya.

Page 27: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

7

1.4.3 Bagi Peneliti Sendiri

1. Peneliti mendapat wawasan, baik dalam bentuk pengalaman

maupun dari segi ilmu pengetahuan tentang hubungan obesitas

dengan risiko obstructive sleep apnea pada pegawai negeri sipil

laki-laki di lingkungan Universitas Lampung.

2. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Umum.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat khususnya bagi responden

yang mengalami obesitas agar mampu mendapatkan informasi

mengenai dampak obesitas terhadap obstructive sleep apnea.

Page 28: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

2.1.1 Definisi obesitas

Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan

fisik dan skeletal, yang terjadi akibat berlebihnya penimbunan lemak

tubuh (Dorland, 2014). Obesitas terjadi jika besar dan jumlah sel

lemak bertambah pada tubuh seseorang. Jika berat badan seseorang

bertambah maka ukuran sel lemak juga akan bertambah besar dan

kemudian jumlahnya bertambah banyak (Sugondo,2014). Kondisi ini

disebabkan oleh berlebihnya asupan energi daripada energi yang

dikeluarkan (Kemenkes RI, 2012).

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi obesitas terus meningkat dari tahun ketahun. Prevalensi

obesitas di dunia saat ini mengkhawatirkan, berdasarkan data WHO

pada tahun 2016 terdapat lebih dari 1,9 miliar orang dewasa yang

berusia di atas 18 tahun mengalami kelebihan berat badan. Dari

jumlah tersebut, lebih dari 650 juta orang dewasa atau lebih dari

setengah miliar orang dewasa mengalami obesitas di seluruh dunia.

Page 29: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

9

Selain populasi dewasa, diperkirakan 41 juta anak dengan usia di

bawah 5 tahun adalah kelebihan berat badan atau obesitas. Prevalensi

kegemukan dan obesitas populasi usia 5-19 tahun telah meningkat,

hampir setengah dari anak-anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan

berat badan atau obesitas pada tahun 2016 tinggal di Asia. (World

Health Organization, 2017).

Prevalensi obesitas di Indonesia selalu meningkat tiap tahunnya.

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi

laki-laki dewasa obesitas yaitu 19,7% lebih tinggi dari tahun 2007

(13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Tahun 2013, prevalensi terendah di

Nusa Tenggara Timur (9,8%) dan tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara

(34,7%), sedangkan Provinsi Lampung menempati urutan kedua

terendah setelah Nusa Tenggara Timur (Kemenkes, 2013).

Gambar 1. Grafik prevalensi laki-laki obesitas 2007-2013

(Sumber: Kemenkes, 2013)

Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun)

32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun

Page 30: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

10

2010 (15,5%). Prevalensi obesitas terendah di Nusa Tenggara Timur

(5,6%), dan prevalensi obesitas tertinggi di Provinsi Sulawesi

Sulawesi Utara (19,5%) (Kemenkes, 2013).

Gambar 2. Grafik prevalensi perempuan obesitas 2007-2013

(Sumber: Kemenkes, 2013)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Lampung, jumlah

penduduk dewasa dengan status gizi gemuk di Provinsi Lampung

adalah sebanyak 8,7%. Prevalensi terendah terdapat di Kabupaten

Pringsewu (3,1%) dan tertinggi di Kabupaten Lampung Utara (11,3%)

(Kemenkes, 2013).

Gambar 3. Grafik prevalensi laki-laki obesitas Provinsi

Lampung 2013 (Sumber: Kemenkes, 2013)

Page 31: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

11

Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbansi dan mudahnya

mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang

tersedia. Perubahan sosial ekonomi dan urbansi di negara-negara

yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi

obesitas, termasuk di Indonesia (Sugondo, 2014).

Peningkatan prevalensi obesitas dapat memunculkan berbagai faktor

risiko penyakit, seperti penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya

dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin,

dislipidemia, hiperurisemia dan hipertensi. Obesitas cenderung

memiliki kadar kolesterol darah yang tinggi sehingga terjadi

dislipidemia, terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan kadar

kolesterol darah orang yang obesitas dapat diberikan ekstrak cabe

jawa karena efeknya mempunyai potensi antihiperlipedemi, dan

memberikan harapan bagi pencegahan aterosklerosis (Mustofa S dkk,

2014).

2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Obesitas terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Pengaruh

faktor lingkungan terutama terjadi melalui ketidakseimbangan antara

pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik (Kemenkes, 2012).

Adapun etiologi dan faktor risiko yang dapat menyebabkan obesitas

diantaranya yaitu:

Page 32: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

12

a. Perilaku Makan

Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan

obesitas adalah mengkonsumsi makanan porsi besar (melebihi

dari kebutuhan), makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi

karbohidrat sederhana dan rendah serat. Sedangkan perilaku

makan yang salah adalah tindakan memilih makanan berupa junk

food, makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink)

(Kemenkes, 2012). Mereka yang mengonsumsi lebih dari 3

makanan cepat saji per minggu 20% lebih mungkin mengalami

obesitas dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi lebih

sedikit makanan cepat saji (Siddarth, 2013).

b. Kurangnya Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan massa otot dan

mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktifitas fisik yang

rendah dapat menimbulkan pengurangan massa otot dan

peningkatan adipositas. Pada orang obesitas, peningkatan

aktivitas fisik biasanya akan terjadi peningkatan pengeluaran

energi asupan yang berlebih, sehingga mengakibatkan penurunan

berat badan. Maka dari itu peningkatan aktivitas fisik sering

menjadi cara yang efektif untuk mengurangi simpanan lemak

(Guyton, 2014).

Page 33: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

13

c. Faktor Lingkungan Sosial dan Psikologis

Prilaku makan tidak baik terjadi akibat stress yang membuat

seseorang melampiaskannya dengan memakan makanan berlebih

dan menimbulkan obesitas (Guyton, 2014).

d. Nutrisi berlebih saat anak-anak

Hal ini terjadi karena pada saat kanak-kanak pembentukan sel-sel

lemak yang baru kecepatannya meningkat pada tahun-tahun

pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan

lemak, makin besar juga jumlah sel lemak. Jumlah sel lemak

orang obesitas tiga kali lebih banyak dari orang berat badan

normal. Sehingga anak-anak dengan obesitas cenderung akan

obesitas pada saat dewasa (Guyton, 2014).

e. Genetik

Dalam suatu anggota keluarga umumnya mempunyai kebiasaan

yang sama, misalnya pola makan dan aktivitas fisik yang sama.

Saat ini diketahui faktor genetik juga berperan dalam obesitas

dengan menyebabkan kelainan pada satu atau lebih jaras yang

mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta

penyimpananan lemak. Ketiga penyebab monogenik dari obesitas

adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk

obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital,

yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan

Page 34: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

14

mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk

penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil

persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen

sepertinya berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk

mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak (Guyton, 2014).

f. Obat-obatan

Pemakaian obat-obatan juga dapat menimbulkan peningkatan

berat badan, misalnya pemakaian obat antidiabetes (insulin,

sulfonylurea, thiazolidinepines), glukokortikoid, agen psikotropik,

mood stabilizers (lithium), anti depresan (tricyclics, monoamine

oxidase inibitors, paroxetine, mirtazapine) atau obat-obat

antiepilepsi (valproate, gabapentin, carbamazepin). Selain itu,

Insulin secretingtumors juga dapat menimbulkan keinginan

makan berlebihan sehingga menimbulkan obesitas (Fauci et

al.,2009).

2.1.4 Pengukuran obesitas

Indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur

berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa adalah Indeks

Massa Tubuh (IMT). Dalam pengukurannya digunakan indeks

Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam

meter kuadrat ( ) (Sugondo, 2014). Indeks Massa Tubuh (IMT)

seseorang dapat dihitung untuk melakukan penilaian obesitas.

Hubungan antara lemak di tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk

Page 35: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

15

tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu

memberikan kegemukan yang sama bagi semua populasi (Sugondo,

2009).

Cara yang biasa digunakan untuk menghitung IMT adalah

(Permenkes, 2014):

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan dewasa berdasarkan IMT Menurut Kriteria

Asia (WHO, 2002).

Klasifikasi IMT Kg/m2

Berat Badan Kurang (Underweight) < 18.5

Normal 18.5 – 22.9

Berat Badan Lebih (Overweight) ≥ 23.0

Beresiko 23.0 – 24.9

Obesitas I 25.0 – 29.9

Obesitas II ≥ 30.0

2.2 Obstructive Sleep Apnea

2.2.1 Definisi

Sleep apnea adalah timbulnya gangguan tidur pada frekuensi napas

yang berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas pada

keadaan tidur, berupa henti napas (apnea) atau menurunnya ventilasi

(hipopnea) (Sumardi et al., 2014). Obstructive sleep apnea

dipublikasikan pertama kali pada tahun 1956 oleh Sidney Burwell,

lebih dari 50 tahun yang lalu dan kepentingan klinisnya saat ini

semakin dikenali. OSA merupakan gangguan pernafasan saat tidur

yang paling sering terjadi, dengan ketiadaan aliran udara meskipun

Page 36: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

16

terdapat usaha ventilasi yang ditandai dengan adanya kontraksi otot

pernafasan (diafragma) (Rahman, Handoyo dan Pujo,2012).

Kejadian henti napas saat tidur ini berupa terhentinya aliran udara di

hidung dan mulut pada saat tidur dan lamanya lebih dari 10 detik,

terjadi berulang kali, dapat mencapai 20-60 kali perjam, dan disertai

penurunan saturasi oksigen lebih dari 4% (Antariksa, 2010).

Gangguan bernapas saat tidur ini terdapat tiga macam.

Adapun tiga tipe apnea/hipoapnea yaitu ( Antariksa, 2010):

1. Tipe obstruktif (Obstructive Sleep Apnea/OSA)

Tipe paling sering, terjadi bila ventilasi menurun atau tidak ada

ventilasi yang disebabkan oklusi parsial atau oklusi total pada

saluran napas atas selama paling tidak 10 detik tiap episode.

2. Tipe sentral (Central Sleep Apnea/CSA)

Tipe ini jarang terjadi, adanya penurunan frekuensi napas atau henti

napas akibat menurunnya ventilasi atau tidak ada ventilasi selama

minimal 10 detik atau lebih. Abnormal bila terjadi lebih dari 5 kali

perjam, penyebab utamanya adalah kelainan sistem saraf pusat

yang mengatur sistem kardiorespi, dimana terjadi kegagalan impuls

saraf dalam mengirim impuls ke otot diafragma dan otot-otot

pernapasan di dada.

3. Tipe campuran

Dimulai dengan CSA kemudian diikuti OSA.

Page 37: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

17

2.2.2 Fisiologi tidur dan sistem pernapasan saat tidur

Tidur merupakan suatu proses aktif, bukan hanya hilangnya kadaan

terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama

tidur, penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi

tingkat normal sewaktu terjaga (Sherwood, 2014). Terdapat dua jenis

tidur yang dilihat oleh pola EEG yaitu tidur gelombang lambat atau

fase nonrapid eye movement (NREM) yang terdiri dari empat stadium

dan fase rapid eye movement (REM) atau tidur paradoksal. Dalam

siklus tidur normal, selalu melewati fase NREM terlebih dahulu

sebelum masuk ke tidur paradoks (Sherwood, 2014).

Karakteristik pada tidur gelombang lambat (NREM) yaitu seseorang

masih memiliki tonus otot yang cukup besar dan masih sering

mengubah posisi tidurnya, kecepatan pernapasan, denyut jantung, dan

tekanan darah masih reguler. Saat kondisi ini seseorang jarang

bermimpi dan mudah dibangunkan. Kondisi ini berbanding terbalik

dengan tidur gelombang cepat atau tidur paradoksal (Sowho et al.,

2014).

Tidur paradoksal ditandai oleh inhibisi tonus otot seluruh tubuh,

terjadi relaksasi total tanpa gerakan, kecuali di bagian otot mata.

Tidur jenis ini ditandai oleh gerakan mata cepat (rapid eye movement),

kecepatan pernapasan dan jantung menjadi ireguler. Selama fase

NREM aliran darah ke seluruh otak semakin menurun. Selama fase

Page 38: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

18

REM aliran darah meningkat di talamus dan visual utama, korteks

motorik dan sensorik relatif menurun di prefrontal dan daerah parietal.

Peningkatan aliran darah ke daerah visual utama dari korteks dapat

menjelaskan sifat alamiah bermimpi saat REM, penurunan aliran

darah ke korteks prefrontal dapat menjelaskan penerimaan isi mimpi

(Sowho et al., 2014). Pernapasan saat tidur yang normal berkaitan

dengan anatomi pada saluran napas atas ketika tidur.

Jalan nafas bagian atas dibagi menjadi 4 daerah anatomi yaitu

nasofaring, velofaring, orofaring, dan hipofaring. Bagian atas jalan

napas berfungsi untuk mengakomodasi beberapa peran fungsional

termasuk pemanasan dan humidifikasi udara, respirasi, pidato, dan

menelan. Untuk mengakomodasi fungsi yang berbeda ini, jalan nafas

bagian atas tersusun dari otot dan jaringan lunak lainnya, kartilago

tiroid, epiglotis dan tulang (langit-langit keras, mandibula, dan hyoid).

Jalan napas bagian atas tidak memiliki penyangga tulang atau tulang

rawan, sehingga mudah berubah bentuk dan rawan runtuh saat tidur,

yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur (Sowho et

al., 2014). Fase tidur khususnya saat tidur paradoks dapat terjadi

apnea, yaitu interupsi ventilasi sesaat, dengan bernapas kembali pulih

secara spontan, karena selama tidur ventilasi dalam keadaan normal

berkurang dan kemoreseptor sentral kurang peka terhadap PCo2 arteri.

(Sherwood. 2015).

Page 39: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

19

2.2.3 Epidemiologi

Prevalensi Obstructive Sleep Apnea (OSA) di Amerika pada populasi

dewasa usia pertengahan sangat bervariasi. Prevalensi OSA tanpa

kantuk yang berlebihan disiang hari adalah 24% terjadi pada pria dan

9% pada wanita usia 30-60 tahun. Sedangkan pada OSA dengan

mengantuk berlebihan di siang hari terjadi pada 2-4% dari populasi

orang dewasa antara usia 30-60 tahun (Tuomilehto, Seppa dan

Uusitupa, 2012).

Obstructive sleep apne (OSA) merupakan penyakit yang umum terjadi

namun tidak ada data yang secara sistematis meninjau mengenai

prevalensi penyakit ini di Asia (Mirrakhimov, Sooronbaev dan

Mirrakhimov, 2013). Dalam populasi yang sebenarnya prevalensi

pasien OSA tidak diketahui, karena banyak yang belum menjalani

pemeriksaan polisomnografi dan tetap tidak terdiagnosis. Suatu studi

berbasis populasi memperkirakan 1 dari 5 orang dewasa muda dengan

Indeks Massa Tubuh (IMT) 25–28 kg/m2 di negara Barat memiliki

OSA dan 1 dari 20 orang tersebut memiliki gejala OSA (Mukhlis dan

Bakhtiar, 2015).

2.2.4 Etiologi dan Faktor resiko

Obstructive Sleep Apnea (OSA) umumnya terjadi pada dewasa muda,

biasanya antara umur 40–50 tahun, meskipun dapat terjadi juga pada

anak–anak dan remaja. Etiologi OSA adalah keadaan kompleks yang

Page 40: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

20

saling mempengaruhi berupa neural, hormonal, muskular dan struktur

anatomi, contohnya kegemukan terutama pada tubuh bagian atas

diketahui sebagai risiko utama untuk terjadinya OSA. Angka

prevalensi OSA pada orang yang sangat gemuk adalah 42-48% pada

laki-laki dan 8-38% pada perempuan. Penambahan berat badan akan

meningkatkan gejala-gejala OSA (Antariksa, 2010).

Faktor risiko untuk terjadinya OSA (Anatariksa, 2010):

A. Terdapat tiga faktor risiko yang diketahui :

1. Umur : prevalens dan derajat OSA meningkat sesuai dengan

bertambahnya umur.

2. Jenis kelamin : Laki-laki berisiko menderita OSA 2 kali lebih

tinggi dibandingkan perempuan sampai menopause.

3. Ukuran dan bentuk jalan napas :

a. Struktur kraniofasial (palatum yang bercelah, retroposisi

mandibular).

b. Micrognathia (rahang yang kecil).

c. Macroglossia (lidah yang besar), pembesaran

adenotonsillar.

d. Trakea yang kecil (jalan napas yang sempit).

B. Faktor risiko penyakit : Kegagalan kontrol pernapasan yang

dihubungkan dengan :

1. Emfisema dan asma.

2. Penyakit neuromuscular (polio, myasthenia gravis, dll).

Page 41: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

21

3. Obstruksi nasal.

C. Risiko gaya hidup :

1. Merokok

2. Obesitas : 30-60% pasien OSA adalah orang yang berbadan

gemuk (Anatariksa, 2010).

2.2.5 Patofisiologi Obstructive sleep apnea

Obstruktive sleep apnea merupakan proses penyempitan atau

lumpuhnya saluran napas atas selama tidur. Lokasi paling sering

terjadinya obstruksi pada dewasa yaitu di belakang ovula dan

velofaring (palatum mole), dan diikuti pada orofaring atau gabungan

keduanya. Patensi saluran napas atas hampir sebagian besar diatur

oleh otot-otot faring yaitu otot fase inspirasi, misalnya muskulus

genioglosus yang mengatur kontraksi regular dengan menyesuaikan

pada gerakan pernapasan. Kedua yaitu otot yang tonus ritmiknya

konstan, misalnya musculus palatinus tensi. Tonus otot ini konstan

dan dapat menghilang atau menurun tonusnya saat keadaan tidur

(Sumardi et al., 2014).

Tahanan pada saluran napas atas akan meningkat selama tidur, dan

lebih meningkat ketika terdapat faktor predisposisi yang mendukung

terjadinya penutupan saluran napas atas, atau adanya peningkatan

beban pada otot-otot dilator faringeal. Lumpuhnya saluran napas atas

terjadi bila tekanan negatif yang dibuat oleh otot-otot pernapasan lebih

Page 42: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

22

besar dari kemampuan otot-otot yang berfungsi melebarkan saluran

napas atas (Sumardi et al, 2014). Setelah proses apnea terjadi proses

arousal dari tidur.

Otot-otot yang berperan pada dilatasi saluran napas atas mulai bekerja

normal dan aliran udara pernapasan kembali normal. Proses arousal

selama periode tidur mengakibatkan terjadinya fragmentasi pada

proses tidur, kadang pasien bisa terbangun mendadak. Kebanyakan

pasien dapat mengalami apnea antara 20 sampai 30 kejadian perjam

dan bisa lebih dari 200 kali permalam, kejadian ini merupakan

penyebab utama hipersomnolen pada pasien OSA (Sumardi et al.,

2014).

2.2.6 Penentuan Obstructive Sleep Apnea

Penegakan diagnosis obstructive sleep apnea dapat melalui beberapa

tahapan. Berdasarkan gejala yang dialami pasien dan pemeriksaan

fisik saja hanya memiliki akurasi diagnosis sebesar 50%, sehingga

memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu dalam

mendiagnosis obstructive sleep apnea. Berlin Questionnaire dapat

digunakan untuk melakukan stratifikasi risiko obstructive sleep apnea,

yang terdiri dari IMT, riwayat hipertensi, beberapa pertanyaan

mengenai seberapa sering seseorang tertidur di siang hari, severitas

dan frekuensi mendengkur dan seberapa sering seseorang tertidur saat

mengendarai mobil (Mukhlis dan Bakhtiar, 2015).

Page 43: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

23

Risiko OSA pada obesitas ditemukan 4,1 kali lebih besar dari pasien

yang bukan obesitas. Kelompok pasien obesitas dengan lingkar leher

lebih dari 40 cm ditemukan 8,45 kali lebih besar menderita OSA

dibandingkan pasien dengan lingkar leher <40 cm (Soylu et al.,

2012). Setelah didapatkan hasil pengisian kuesioner penderita

berisiko tinggi maka dapat dilakukan pemeriksaan polisomnografi.

Polisomnografi merupakan pemeriksaan baku emas dalam

menegakkan diagnosis obstructive sleep apnea. Pada pemeriksaan ini,

selama pasien tidur akan dilakukan pengukuran berkesinambungan

elektroensefalogram, okulogram, elektromiogram submental dan

tibial, elektrokardiogram, aliran udara naso-oral, saturasi oksigen

perifer dan pergerakan dinding dada dan dinding perut. Melalui

pemeriksaan ini akan didapatkan informasi mengenai efisiensi tidur,

posisi tidur, frekuensi dan penyebab pasien terbangun, timbulnya

gangguan pernafasan saat tidur, fluktuasi saturasi oksigen dan aritmia

jantung spesifik ( Mukhlis dan Bakhtiar, 2015).

2.3 Obsesitas dan Obstructive Sleep Apnea

Sebagian besar patensi saluran napas atas diatur oleh otot-otot faring, yaitu

otot fase inspirasi, misalnya musculus genioglosus yang mengatur kontraksi

regular dengan menyesuaikan pada gerakan pernapasan. Kedua yaitu otot

yang tonus ritmiknya konstan, misalnya musculus palatinus tensi. Tonus otot

ini konstan dan dapat menghilang atau menurun tonusnya saat keadaan tidur.

Page 44: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

24

Tahanan akan meningkat pada saluran napas atas selama tidur, dan lebih

meningkat ketika terdapat faktor predisposisi yang mendukung terjadinya

penutupan saluran napas atas, atau adanya peningkatan beban pada otot-otot

dilator faringeal (Sumardi et al., 2014).

Selama tidur terjadi penurunan fungsi respirasi yang terutama terjadi pada

fase REM adalah akibat kolapsnya sebagian saluran napas atas yang disertai

penurunan tonus otot intercostal dan genioglosus. Penurunan refleks batuk

dan bersihan mukosilier (mucocilliary clearance) selama kedua fase tidur

yang akan menyebabkan retensi sputum. Keadaan ini kurang berpengaruh

terhadap orang normal. Stimulasi kemorefleks terjadi melalui sistem saraf

pusat sehingga meningkatkan sympathetic neural activity (SNA) yang

ditandai dengan lonjakan microneurographic. Saat terbangun dari tidur,

ventilasi akan normal kembali dan saturasi oksihemoglobin akan kembali

normal serta terjadi hambatan terhadap SNA oleh aferen yang berasal dari

mekanoreseptor toraks yang bersinaps pada batang otak (Sowho et al., 2014).

Obesitas berperan dalam penyempitan jalan napas. Berat badan yang

berlebihan terdapat akumulasi jaringan lemak pada leher dan saluran napas

bagian atas sehingga menurunkan diameter saluran napas yang merupakan

predisposisi terjadinya penutupan saluran napas atas saat jaringan otot

relaksasi selama tidur. Reduksi ukuran orofaring menyebabkan complaince

saluran napas atas meningkat sehingga cenderung kolaps jika ada tekanan

negatif. Ketika saat bangun, aktivitas otot saluran napas atas lebih besar dari

Page 45: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

25

normal, kemungkinan kompensasi dari penyempitan dan tahanan saluran

napas yang tinggi (Schwartz et al., 2008).

Page 46: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

26

2.4 Kerangka Teori

Gambar 4. Kerangka Teori (Fauci et al, 2009; Mukhlis dan Bakhtiar, 2015;

Sumardi et al.,2014; Schwartz et al., 2008).

Ketidakseimbangan

diameter lumen jalan

napas

Akumulasi lemak pada

leher dan jalan napas

atas

Obesitas

- Perilaku makan

- Kurangnya

aktivitas fisik

- Faktor

lingkungan

sosial dan

psikologis

- Nutrisi berlebih

saat anak-anak

- Faktor genetik

- Obat-obatan

Obstructive Sleep Apnea

Obat-

obatan

sedatif Usia

Jenis

kelamin

Faktor

risiko

penyakit

Kolaps

faring saat

tidur

Asma,

penyakit

neuromusk

ular,

obstruksi

nasal

Page 47: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

27

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 5. Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

2.6.1 Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan obesitas dengan risiko obstructive sleep apnea

pada pegawai negeri sipil laki-laki di lingkungan Universitas

Lampung tahun 2017.

2.6.2 Hipotesis Nol

Tidak terdapat hubungan obesitas dengan risiko obstructive sleep

apnea pada pegawai negeri sipil laki-laki di lingkungan Universitas

Lampungn tahun 2017.

Obstructive Sleep Apnea Obesitas

Page 48: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Metode cross sectional adalah

jenis penelitian yang pengukuran variabelnya dilakukan pada satu saat

(Notoatmodjo, 2012). Menggunakan jenis penelitian analitik observasional

karena penelitian ini hanya mencari faktor risiko (non-eksperimental) yang

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan obesitas sebagai

faktor risiko obstructive sleep apnea pada pegawai negeri sipil laki-laki di

lingkungan Universitas Lampung.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Adapun waktu dan tempat pada penelitian ini yaitu:

3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai bulan

Januari 2018.

3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dilingkungan Universitas Lampung.

Page 49: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

29

3.3 Populasi dan Sampel Penelitan

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau

obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Dahlan, 2008). Dalam penelitian ini terdapat dua

macam populasi yaitu:

3.3.3.1 Populasi Target

Populasi target adalah seluruh populasi yang diinginkan oleh

peneliti yang berkaitan dengan penelitiannya. Populasi target

pada penelitian ini adalah seluruh pegawai negeri sipil di

Universitas Lampung.

3.3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang

dapat dijangkau oleh peneliti dan memenuhi kriteria inklusi.

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh

pegawai negeri sipil laki-laki diseluruh fakultas di

Universitas Lampung.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael,

Page 50: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

30

2011). Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

rumus:

n= 83,3

n= 84 + 8 =92

Keterangan

n = besar sampel

(deviasi baku alfa) = 1,96

P = proporsi penyakit

Q = (1-P)

d (ketetapan absolut) = 0,1

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan sampel minimal sejumlah 92

sampel, dimana peneliti menetapkan 100 sampel diteliti dengan faktor

risiko (obesitas) dan 100 sampel tanpa faktor risiko. Sampel diambil

secara consecutive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

berdasarkan keinginan peneliti yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

Kriteria Inklusi:

1. Responden dengan usia 30-60 tahun.

Page 51: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

31

2. Responden pegawai laki-laki dewasa di lingkungan Universitas

Lampung.

3. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed

consent.

Kriteria eksklusi:

1. Mengkonsumsi alkohol

2. Mengkonsumsi obat sedatif

3. Terdapat tumor pada leher.

4. Tidak menderita penyakit asma, ppok, jantung

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang apabila nilainya berubah akan

mempengaruhi variabel yang lain, dalam penelitian ini variabel bebas

yaitu obesitas.

3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas,

dalam penelitian ini variabel terikat yaitu kejadian obstructive sleep

apnea.

Page 52: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

32

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur CaraUkur HasilUkur Skala

Independen

Obesitas Pegawai laki-

laki dewasa

yang

mengalami

kelebihan

berat badan

berdasarkan

IMT.

Timbangan

berat badan,

pita ukur,

dan

microtoise

Observasi

secara

langsung

dengan

cara

mengukur

berat badan

dan tinggi

badan.

IMT > 25,0 :

Obesitas

IMT <25,0:

Tidak obesitas

(WHO, 2002)

Kategorik

Dependen

Obstructive

sleep apnea

Gangguan

bernapas

waktu tidur

yang

disebabkan

adanya

obastuksi

jalan napas

atas (Sumardi

et al,2014).

Kuesioner

berlin

dalam

bahasa

indonesia,

yang terdiri

dari 3

kategori

pertanyaan.

Kategori 1

positif jika

terdapat ≥2

pertanyaan

positif.

Kategori 2

positif jika

terdapat ≥2

pertanyaan

positif dan

kategori 3

jika 1

pertanyaan

positif.

Mengisi

kuesioner

berlin

≤1: Tidak

berisiko OSA

≥2: Risiko

tinggi OSA

(Netzer et al.,

1999)

Kategorik

Page 53: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

33

3.6 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

3.6.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain timbangan berat badan, microtoice,

pita ukur, alat tulis, spygmomanometer dan kuesioner berlin.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Persiapan Penelitian

1. Pembuatan proposal dan penentuan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian.

2. Mengurus perizinan penelitian di lingkungan Universitas

Lampung.

3. Persiapan alat penelitian untuk menunjang kelangsungan

penelitian ini. Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam

penelitian ini antara lain timbangan berat badan, pita ukur,

microtoise, kalkulator.

4. Mengurus ethical clearance penelitian di Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3.7.2 Proses Penelitian

1. Melakukan informed consent kepada responden yang bersedia

untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

2. Melakukan wawancara untuk menilai kriteria inklusi dan ekslusi

serta meminta tanda tangan pada lembar informed concent.

Page 54: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

34

3. Melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan melakukan

penilaian IMT serta penilaian sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.

4. Pengisian kuesioner berlin.

5. Setelah semua data dikumpulkan, maka peneliti mengelola data

tersebut.

Page 55: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

35

Alur prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Alur Penelitian

1.Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Pengolahan Data

Pembuatan proposal dan

penentuan sampel

Mengurus perizinan

penelitian

. Persiapan alat penelitian

Etical Clearance

Informed Consent

Analisa Statistik

Penghitungan jumlah

kategori positif pada

kuesioner berlin

Pengisian kuesioner

berlin

Pengukuran IMT

Kriteria Inklusi

dan Ekslusi

Page 56: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

36

3.8 Pengolahan Data

Proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa

langkah :

1. Editing : melakukan pengecekan apakah semua data yang diperoleh sudah

lengkap, jelas dan relevan.

2. Coding : mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan

selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

3. Entry : memasukkan data kedalam komputer.

4. Verifikasi : melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah

dimasukkan kedalam komputer.

5. Output komputer : hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian

dicetak.

3.9 Analisis Data

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan

program statistik pada komputer dimana akan dilakukan 2 macam analisa

data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

3.9.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisis variabel bebas

ataupun variabel terikat sehingga hasil dari setiap variabel ditampilkan

dalam bentuk distribusi, frekuensi, jenis kelamin dan usia responden

pegawai di Universitas Lampung tahun 2016.

Page 57: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

37

3.9.2 Analisa Bivariat

Analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik. Uji

statistik yang digunakan adalah Uji Chi square.

3.10 Ethical Clearance

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari tim etik Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung dengan No: 4592/UN26.8/DL/2017, adapun ketentuan

etik yang telah ditetapkan adalah persetujuan riset yang berisi pemberian

informasi kepada responden mengenai keikutsertaan responden dalam

penelitian dan kerahasiaan (Confidentialy) yaitu kewajiban untuk tetap

menjaga penelitian ini agar tidak tersebar luas mengenai identitas responden

ataupun isi wawancara.

Page 58: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Terdapat hubungan antara obesitas dengan risiko obstructive sleep apnea

pada pegawai negeri sipil laki-laki di lingkungan Universitas Lampung

tahun 2017

2. Karakteristik responden berdasarkan status gizi pada pegawai negeri sipil

laki-laki Universitas Lampung menunjukkan paling banyak adalah

obesitas tipe I, selain itu didapatkan sebagian besar mempunyai kebiasaan

mendengkur, terdapat beberapa yang mempunyai hipertensi.

3. Risiko obstructive sleep apnea pada pegawai negeri sipil obesitas lebih

tinggi dibandingkan dengan yang tidak obesitas. Orang yang obesitas 4,6

kali lebih berisiko obstructive sleep apnea dibandingkan yang tidak

obesitas.

Page 59: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

51

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, berikut ini adalah beberapa saran

untuk bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya:

1. Bagi Universitas Lampung

Diharapkan di Universitas Lampung tersedia suatu program kesehatan

pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui derajat kesehatan pegawai

yang bekerja di Universitas Lampung, selain itu dapat diadakan kegiatan

rutin seperti senam atau kegiatan fisik setiap minggunya.

2. Bagi responden

Diharapkan bagi responden agar menerapkan pola hidup sehat seperti

menjaga pola makannya dan melakukan aktivitas yang teratur.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lainnya yang

dapat menyebabkan risiko obstructive sleep apnea.

Page 60: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

DAFTAR PUSTAKA

Antariksa B. 2010.Obstructive Sleep Apnea (OSA). J Respir Indones.30(1):102-5.

Antariksa B, Santoso RM, Astuti P. 2010. Obstructive Sleep Apnea (OSA) dan

penyakit kardiovaskular. J Respir Indones.30(1):256-7.

Dahlan MS.2008.Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian

kedokteran dan kesehatan.Salemba Medika:Jakarta.

Dewi ACN, Mahmudiono T. 2012. Hubungan pola makan, aktivitas fisik, sikap,

dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi pegawai negeri sipil

di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Jurnal Media Gizi

Indonesia.9(1):42–8.

Dorland WA, Newman.2014.Kamus kedokteran dorland.Edisi ke-28.Jakarta:EGC

Olefsky JM. 2014. Obesitas. Dalam: Braunwald, Fauci, Isselbacher, Kasper,

Martin, Wilson., penyunting. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit

dalam. Penyunting. Vol 1. Edisi Ke-13. Jakarta: EGC. hlm. 497-500.

Guyton AC, Hall. 2014. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-12. Jakarta:EGC.

Kato M, Adachi T, Koshino Y, Somers VK. Obstructive sleep apnea and

cardiovascular disease. Circ J. 2009(8):1363-70.

Kapur VK. 2010. Obstructive sleep apnea: diagnosis, epidemiology, and

economics. Respiratory care. 55(9):1155-67

Page 61: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

53

Kemenkes RI. 2012. Pedoman pencegahan dan penanggulangan kegemukan dan

obesitas pada anak sekolah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2014. Permenkes RI No 41 Tahun 2014 tentang pedoman gizi

seimbang. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar Provinsi Lampung 2013. Lampung:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.

Listyana AD, Mardiana, Prameswari GN. 2013. Obesitas sentral dan kadar

kolesterol darah total. Kemas. 9(1):37-43

Maulidza CP. 2009. Hubungan obesitas terhadap risiko obstructive sleep apnea

(OSA) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Mirrakhimov AE, Sooronbaev T, Mirrakhimov EM. 2013. Prevalance of

obstructive sleep apnea in Asian adults: a systematic review of the

literature BMC Pulmonology Medicine. 13(1):10

Mukhlis M, Bakhtiar A. 2015. Obstructive sleep apnea (OSA), obesitas

hypoventilation syndrome dan gagal napas. Departemen Pulmonologi dan

Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr.

Soetomo 1(3):1-4

Mustofa S, Anindito A A, Pratiwi A, Putri A A, Maulana M.2014. The influence

of Piper retrofractum Vahl (Java’s chili) extract towards lipid profile and

histology of rats coronary artery with high-fat diet. Juke Unila.4(7):52-59

National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI). 2012 What cause overweight

and obesity? [diunduh 22 maret 2017]. Tersedia

dari:http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/ms

Page 62: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

54

Netzer NC, Stoohs RA, Netzer CM, Clark K, Strohl KP.1999. Using the berlin

quetionnaire to identify patients at risk for the sleep apnea syndrome

medicine. Annals of Internal Medicine. 131(7):883-8

Notoatmodjo S.2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rahman UB, Handoyo, Pujo Rohadi. 2 012. Hubungan obesitas dengan risiko

Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada remaja.Jurnal Ilmiah Kesehatan

Keperawatan Unsoed Purwokerto. Semarang: RSUD Banyumas. 8(1)44-

56

Rahmawati, Sudikno. 2008.Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap status gizi

obesitas orang dewasa di Kota Depok tahun 2017. Gizi Indon. 31(1):35-48

Sastroasmoro S, Ismael S. 2011. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.

Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia.

Schwartz AR, Schwartzl, Susheel P, Alison M, Laffani L, et al. 2008. Obesity and

obstructive sleep apne pathogenic mechanism and therapeutic approaches.

Proceedinfs of the american Thoracic Society. 5: 185-192

Sherwood L. 2015. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-18. Jakarta:EGC

Siddrath D. 2013. Risk factors for obesity in children adn adult. Journal of

Investigation Medicine: The Official Publication of the American

Federation for Clinical Research. 61(6):1039-42

Sowho M, Amatoury J, Kirkness J P. 2014. Sleep and respiratoty physiology in

adults. Clinics in Chest Medicine.p 1-10

Soylu et al,.2012. Obstructive sleep apnea syndrome and anthropometric obesity

indexes. Sleep and Breathing. 16(4):1151-8

Sudikno, Syarief H, Dwirani CM, Riyadi H. 2015. Faktor risiko obesitas sentral

pada orang dewasa umur 25-65 tahun di Indonesia (Analisis Data Riset

Kesehatan Dasar 2013). Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan

RI. Jakarta. 38(2):111-20

Page 63: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO …digilib.unila.ac.id/30185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftimbunan lemak yang berlebih dibandingkan yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas

55

Sundari E, Masdar H, Rosdiana D. 2015. Angka kejadian obesitas sentral pada

masyarakat kota Pekan Baru. JOM FK Unri. 2(2): 1-16

Sugondo S. 2014. Obesitas. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al.,

penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI.

Jakarta:Internal Publishing. Hlm 2558-68

Sumardi, Hisjam B S, Budiono E. 2014. Sleep apnea. Dalam: Sudoyo AW,

Setiyohadi B, Alwi I, et al., penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid II. Edisi VI. Jakarta:Internal Publishing. Hlm 1700-3

Susantiningsinh T. 2015. Obesitas dan stres oksidatif. Juke Unila.5(9):89-93

Susanto AD, Yunus F, Antariksa B, Fitriani et al.,2016. Prevalensi obstructive

sleep apnea berdasarkan kuesioner berlin pada polisi lalu lintas di Jakarta

Timur. J Respir Indones. 36(2): 67-72

Tchernof A, Despres JP.2013. Patophysiology of human visceral obesity an

update. Physiological Reviews. 93(1):359-404

Tuomilehto , Seppa J, Uusitupa M.2012. Obesity and obstructive sleep apnea

clinical significance of weight loss. Sleep Medicine Revies.35(1):1-9

Usfar AA, Lebenthal E, Atmarita, Achadi E, Soekirman, Hadi H. 2010. Obesity as

a poverty-related emerging nutrition problem: the case of Indonesia

obesity reviews.11:924

WHO.2000. The Asia Pasific Perspective: Redefining obesity and its treatment.

Health communication Australia pty limited on behalf of steems commite.

Hlm 18

WHO.2017. Obesity:Situation and trend.[diunduh 27 maret 2017]. Tersedia dari

http://www.int/gho/ncd/riskfactor/obesity_text/en/