21
1 HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSUD SRAGEN PERIODE TAHUN 2009-2010 Purwanto 1 , Sri Sugiarsi 2 , Tri lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1 ,Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar 2 ABSTRAK Jumlah kunjungan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen pada tahun 2008 diketahui bahwa persentase penggunaan tempat tidur/BOR sebesar 69,95% dengan jumlah kunjungan pasien rawat inap sebanyak 12466 jiwa. Hal ini menunjukan bahwa persentase penggunaan tempat tidur tidak ideal. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara jumlah kunjungan pasien rawat inap dengan persentase pengunaan tempat tidur periode tahun 2009-2010 di RSUD Sragen. Jenis penelitian adalah analitik dan menggunakan rancangan penelitian Time series. Obyek dari penelitian ini adalah jumlah kunjungan pasien rawat inap dan persentase penggunaan tempat tidur/BOR di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen periode tahun 2009-2010. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dengan analisis data yang di gunakan adalah Regresi Linier Sederhana. Jumlah kunjungan pasien rawat inap pertahun di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen yaitu 13031 di tahun 2009, 13929 di tahun 2010, dan jumlah kunjungan tertinggi terdapat pada bulan Desember tahun 2010 adalah 13929 orang. Dalam kurun waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2009- 2010 BOR cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 67,28%-74,06% tetapi belum ideal. Hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan menunjukan Nilai p = 0,001 (< 0,05) maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara jumlah kunjungan pasien rawat inap dengan penggunaan tempat tidur. Hasil penelitian menunjukan dalam kurun waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2009-2010 jumlah kunjungan pasien rawat inap dan BOR cenderung mengalami peningkatan tetapi belum ideal. Meningkatkan dan mempertahankan manajemen pelayanan dengan pemanfaatan tempat tidur, mutu dan efisiensi pelayanan rawat inap serta Menambahkan jumlah tempat tidur pada bangsal cempaka dengan cara mengalokasikan tempat tidur yang kurang efektif dari bangsal lain. Kata kunci : Jumlah pasien Rawat Inap Dengan Persentase penggunaan Tempat Tidur. Kepustakaan : 17 (1991-2010) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan stándar yang ditetapkan (UU RI No 44, 2009). Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 73

HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

1

HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN

PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR

DI RSUD SRAGEN PERIODE

TAHUN 2009-2010

Purwanto

1, Sri Sugiarsi

2, Tri lestari

2

Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar1,Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar

2

ABSTRAK Jumlah kunjungan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen cenderung mengalami

peningkatan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah

Sragen pada tahun 2008 diketahui bahwa persentase penggunaan tempat tidur/BOR sebesar

69,95% dengan jumlah kunjungan pasien rawat inap sebanyak 12466 jiwa. Hal ini menunjukan

bahwa persentase penggunaan tempat tidur tidak ideal. Tujuan penelitian untuk mengetahui

hubungan antara jumlah kunjungan pasien rawat inap dengan persentase pengunaan tempat tidur

periode tahun 2009-2010 di RSUD Sragen.

Jenis penelitian adalah analitik dan menggunakan rancangan penelitian Time series. Obyek dari

penelitian ini adalah jumlah kunjungan pasien rawat inap dan persentase penggunaan tempat

tidur/BOR di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen periode tahun 2009-2010. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dengan analisis data yang di gunakan

adalah Regresi Linier Sederhana.

Jumlah kunjungan pasien rawat inap pertahun di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen yaitu 13031

di tahun 2009, 13929 di tahun 2010, dan jumlah kunjungan tertinggi terdapat pada bulan

Desember tahun 2010 adalah 13929 orang. Dalam kurun waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2009-

2010 BOR cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 67,28%-74,06% tetapi belum ideal. Hasil

dari uji hipotesis yang telah dilakukan menunjukan Nilai p = 0,001 (< 0,05) maka H0 ditolak. Hal

ini berarti bahwa ada hubungan antara jumlah kunjungan pasien rawat inap dengan penggunaan

tempat tidur.

Hasil penelitian menunjukan dalam kurun waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2009-2010 jumlah

kunjungan pasien rawat inap dan BOR cenderung mengalami peningkatan tetapi belum ideal.

Meningkatkan dan mempertahankan manajemen pelayanan dengan pemanfaatan tempat tidur,

mutu dan efisiensi pelayanan rawat inap serta Menambahkan jumlah tempat tidur pada bangsal

cempaka dengan cara mengalokasikan tempat tidur yang kurang efektif dari bangsal lain.

Kata kunci : Jumlah pasien Rawat Inap Dengan Persentase penggunaan Tempat Tidur.

Kepustakaan : 17 (1991-2010)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat dengan

karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial

ekonomi masyarakat yang harus tetap

mampu meningkatkan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu sesuai

dengan stándar yang ditetapkan (UU RI No

44, 2009).

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 73

Page 2: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

2

Hasil perhitungan lama di rawat adalah

salah satu data yang telah di olah menjadi

informasi guna kebutuhan financial rumah

sakit. Lama dirawat yaitu jumlah hari

kalender dimana pasien mendapatkan

perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak

tercatat (admission) hingga keluar rumah

sakit (discharge) dalam keadaan hidup

maupun meninggal. Sehingga, pasien yang

belum keluar rumah sakit belum dapat di

hitung lama dirawatnya (Sudra, 2010).

Jumlah kunjungan pasien rawat inap di

rumah sakit akan berpengaruh pada

penggunaan tempat tidur (TT). Oleh

karena itu pihak Rumah Sakit Umum

Daerah Sragen akan menghitung tinggkat

efisiensi hunian tempat tidur. Hal ini di

gunakan untuk mengetahui seberapa efisien

pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di

rumah sakit.

Perhitungan persentase penggunaan

tempat tidur/BOR sebagai salah satu

indikator Grafik Baber Johnson yang

menggambarkan tinggi rendahnya tingkat

pemanfaatan tempat tidur rumah sakit adalah

persentase pemakaian tempat tidur pada satu

satuan waktu tertentu. Menurut Barber

Johnson nilai ideal BOR adalah 75-85%

sedangkan Dinas Kesehatan menentukan

nilai ideal sebesar 60-85%. Untuk

perhitungan BOR ini maka data-data yang

lengkap dan akurat sangat dibutuhkan (

Sudra. 2010).

Berdasarkan survey pendahuluan yang

dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah

Sragen pada tahun 2008 diketahui bahwa

persentase penggunaan tempat tidur (BOR)

sebesar 69,95% dengan jumlah kunjungan

pasien rawat inap sebanyak 12466 jiwa.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,

maka peneliti mengambil judul “Hubungan

jumlah kunjungan pasien rawat inap dengan

persentase penggunaan tempat tidur di

Rumah Sakit Umum Daerah Sragen tahun

2009- 2010”. Tujuan penelitian adalah

sebagai berikut : Untuk mengetahui

hubungan antara jumlah kunjungan pasien

rawat inap dengan persentase penggunaan

tempat tidur periode tahun 2009-2010 di

Rumah Sakit Umum Daerah Sragen;

Mengetahui jumlah kunjungan pasien rawat

inap periode tahun 2009-2010 di Rumah

Sakit Umum Daerah Sragen.; Mengetahui

persentase penggunaan tempat tidur pasien

rawat inap periode tahun 2009-2010 di

Rumah Sakit Umum Daerah Sragen.;

Melakukan analisis hubungan jumlah

kunjungan pasien rawat inap dengan

persentase penggunaan tempat tidur periode

tahun 2009-2010 di Rumah Sakit Umum

Daerah Sragen.

TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang

Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karateristik tersendiri yang

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,

dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat

yang harus tetap mampu meningkatkan

pelayanan yang lebih bermutu dan

terjangkau oleh masyarakat agar terwujud

74 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 3: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

3

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat.

Berdasarkan PerMenKes RI No.

1045/MenKes/PER/XI/2006, tentang

”Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di

Lingkungan Departemen Kesehatan” berikut

Rumah Sakit berdasarkan tugas, fungsi

kemampuan pelayanan kesehatan dan

kapasitas sumber daya organisasi dalam

beberapa kelas :

1. Rumah Sakit Umum

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A

dipimpin oleh seorang kepala disebut

direktur utama. Direktur utama

membawahi paling banyak empat

direktorat. Masing-masing direktorat

terdiri dari paling banyak tiga bidang

atau tiga bagian. Dari masing-masing

bidang terdiri dari 3 seksi, dan

masing-masing bagian terdiri paling

banyak tiga sub bagian

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Pendidikan

Rumah Sakit Umum Kelas B

Pendidikan dipimpin oleh seorang

kepala disebut direktur utama.

Direktur utama membawahi paling

banyak tiga direktorat. Dari masing-

masing direktorat terdiri dari paling

banyak tiga bidang atau tiga bagian.

Masing-masing bidang terdiri dari 3

seksi, dan masing-masing bagian

terdiri dari paling banyak tiga sub

bagian.

c. Rumah Sakit Umum Kelas B Non-

Pendidikan

Rumah Sakit Umum Kelas B Non-

Pendidikan dipimpin oleh seorang

kepala disebut direktur utama yang

membawahi paling banyak dua

direktorat. Masing-masing direktorat

terdiri dari paling banyak tiga bidang

atau tiga bagian dengan masing-

masing bidang terdiri paling banyak

tiga seksi, dari tiap bidang terdiri

paling banyak tiga sub bagian.

d. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C

dipimpin oleh seorang kepala disebut

direktur yang membawahi paling

banyak dua bidang dan satu bagian,

dengan masing-masing bidang terdiri

paling banyak tiga seksi dan masing-

masing bagian terdiri dari tiga sub

bagian.

e. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D

dipimpin oleh seorang kepala disebut

direktur yang membawahi dua seksi

dan tiga sub bagian

2. Rumah Sakit Khusus

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

Rumah Sakit Khusus Kelas A

dipimpin oleh seorang kepala disebut

direktur utama yang membawahi

paling banyak empat direktorat.

Masing-masing Direktorat terdiri

paling banyak tiga bidang atau tiga

bagian. Masing-masing bidang terdiri

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 75

Page 4: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

4

dari paling banyak tiga seksi dan

masing-masing bagian terdiri paling

banyak tiga sub bagian.

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

Rumah Sakit Khusus Kelas B

dipimpin oleh seorang kepala disebut

direktur utama yang membawahi

paling banyak dua direktorat.

Masing-masing direktorat terdiri dari

dua bidang atau dua bagian. Masing-

masing bidang terdiri dari paling

banyak tiga seksi dan masing-masing

bagian terdiri dari tiga sub bagian.

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

Rumah Sakit Khusus Kelas C

dipimpin oleh seorang kepala disebut

direktur yang membawahi dua seksi

dan tiga bagian.

B. Rekam Medis

1. Definisi Rekam Medis

Pengertian rekam medis menurut

permenkes 269/MenKes/Per/III/2008 adalah

berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien. Rekam

medis menurut Surat Keputusan Direktorat

Jendral Pelayanan Medik No 78 tahun 1991

tentang penyelenggaraan rekam medis

dirumah sakit adalah berkas yang berisi

catatan dan dokumen tentang identitas,

anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,

pengobatan, tindakan maupun pelayanan

lain yang diberikan kepada seorang pasien

selama dirawat di rumah sakit yang

dilakukan di Unit Rawat Jalan termasuk

Unit Gawat Darurat maupun Unit Rawat

Inap (Shofari, B. 2002).

Menurut Huffman EK tahun 1992, rekam

medis adalah rekaman atau catatan

mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana

dan bagaimana pelayanan yang diberikan

kepada pasien selama masa perawatan yang

memuat pengetahuan mengenai pasien dan

pelayanan yang diperolehnya serta informasi

yang cukup untuk mengidentifikasi pasien,

membenarkan diagnosis dan pengobatan

serta merekam hasilnya.

Dan menurut Departemen Kesehatan

tahun 1991 rekam medis adalah keterangan

baik yang tertulis maupun terekam tentang

identitas, anamnesis penentuan fisik,

laboratorium, diagnosis, tindakan medik

yang diberikan pada pasien serta

pengobatan, baik yang di rawat inap, rawat

jalan maupun yang mendapatkan pelayanan

gawat darurat.

2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis

Tujuan rekam medis adalah menunjang

tercapainya tertib administrasi dalam rangka

upaya peningkatan pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem

pengelolaan rekam medis yang baik dan

benar, tidak akan tercipta tertib administrasi

rumah sakit sebagaimana yang diharapkan.

Sedangkan tertib administrasi merupakan

salah satu faktor yang menentukan di dalam

upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

(Depkes RI, 2006)

Sesuai dengan penjelasan pasal 46 ayat

(1) UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran disebutkan bahwa, yang

dimaksud “Rekam Medis adalah bekas yang

76 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-87

Page 5: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

5

berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan, dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien”. Dan yang

dimaksud “petugas” adalah dokter atau

dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang

memberikan pelayanan kesehatan langsung

kepada pasien.

C. Statistik Rumah Sakit

1. Pengertian Statistik

Kata Statistik berasal dari status atau

negara yang mencakup 3 pengertian yaitu

sebagai ilmu, kegiatan dan data (Chandra,

B. 1995). Kata statistik dapat diartikan

dalam berbagai macam arti , salah satu arti

telah disebutkan dan arti lainnya adalah

sebagai ”Angka” yaitugambaran suatu

keadaanyang dituangkan dalam angka.

Statistik dapat juga diartikan sebagai hasil

dari perhitungan seperti rerata, median,

standar deviasi, dan lain-lain.

2. Pengertian Statistik Rumah Sakit

Statistik menurut Undang-Undang RI

No. 7 tahun 1960 adalah keterangan berupa

angka-angka yang memberikan gambaran

yang wajar dari seluruh ciri-ciri kegiatan dan

keadaan masyarakat Indonesia.

Secara umum statistik adalah disiplin

ilmu yang mempelajari metode dan prosedur

pengumpulan, penyajian, analisa dan

penyimpulan suatu data mentah, agar

menghasilkan informasi yang lebih jelas

untuk keperluan suatu pendekatan ilmiah

(scientific inferences), dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu statistik deskriptif

dan statistik inferensial.

Statistik rumah sakit adalah statistik

kesehatan yang bersumber pada data rekam

medik sebagai informasi kesehatan yang

digunakan untuk memperoleh kepastian bagi

praktisi kesehatan, manajemen dan tenaga

medis dalam pengambilan keputusannya.

Statistik rumah sakit yaitu statistik yang

menggunakan dan mengolah sumber data

dari pelayanan kesehatan di rumah sakit

untuk menghasilkan informasi, fakta, dan

pengetahuan berkaitan dengan pelayanan

kesehatan di rumah sakit (Sudra. 2010).

3. Manfaat Statistik Rumah Sakit

Ada beberapa manfaat statistik rumah

sakit diantaranya adalah:

a. Untuk membandingkan kinerja rumah

sakit yang dulu dan yang akan datang.

b. Perencanaan masa mendatang.

c. Menilai kinerja petugas rumah sakit

(rekam medis, perawat, dokter dan

tenaga lain).

d. Dasar untuk mengajukan permohonan

dana.

e. Riset (Penelitian)

4. Statistik dan Pelaporan Rumah Sakit

Pelaporan rumah sakit merupakan suatu

alat organisasi yang bertujuan untuk

menghasilkan laporan secara cepat, tepat,

dan akurat yang secara garis besar jenis

pelaporan rumah sakit dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu :

a. Laporan Internal Rumah Sakit

Laporan internal rumah sakit disesuaikan

dengan kebutuhan rumah sakit. Jenis laporan

tersebut meliputi :

1) Pasien rumah sakit diklasifikasikan

menjadi :

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 77

Page 6: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

6

a) Pasien Umum

b) Pasien Kebidanan

c) Pasien Anak

d) Bayi Lahir di Rumah Sakit

e) Bayi kiriman dari luar

2) Pasien keluar rumah sakit

diklasifikasikan menjadi :

a) Pasien Umum

b) Pasien Kebidanan

c) Pasien Anak

d) Bayi Lahir di Rumah Sakit

e) Bayi kiriman dari luar

3) Pasien meninggal di rumah sakit

diklasifikasikan menjadi :

a) Pasien Umum

b) Pasien meninggal kurang dari 48

jam

c) Pasien meninggal lebih dari 48

jam

d) Pasien Death On Arrival (DOA)

e) Pasien Stillbirth

f) Net Death Rate (NDR)

g) Gross death Rate (GDR)

h) Maternal Death Rate (MDR)

4) Lamanya pasien dirawat

diklasifikasikan menjadi :

a) Pasien Umum

b) Pasien Kebidanan

c) Pasien Anak

d) Bayi Lahir di Rumah Sakit

e) Bayi kiriman dari luar

5) Hari perawatan pasien (HP)

diklasifikasikan menjadi :

a) Pasien Umum

b) Pasien Kebidanan

c) Pasien Anak

d) Bayi Lahir di Rumah Sakit

e) Bayi kiriman dari luar

6) Persentase Penggunaan Tempat Tidur

(BOR), dapat diklasifikasikan

menjadi :

a) Pasien Umum

b) Pasien Kebidanan

c) Pasien Anak

d) Bayi Lahir di Rumah Sakit

e) Bayi kiriman dari luar

7) Kegiatan persalinan diklasifikasikan

menjadi :

a) Letak belakang kepala

f) Vacum Ekstraksi

g) Sectio Caesarean

h) Forcep

i) Dll

8) Kegiatan pembedahan dan tindakan

medik lain, diklasifikasikan menjadi :

a) Operasi besar

b) Operasi sedang

c) Operasi kecil

9) Kegiatan Rawat Jalan meliputi :

a) Laporan pengunjung pasien

b) Laporan kunjungan pasien

c) Laporan konsultasi

d) Laporan kegiatan imunisasi

e) Laporan kegiatan keluarga

berencana

f) Laporan kegiatan penunjang

medis

Sensus harian menjadi dasar dalam

pelaksanaan pembuatan pelaporan rumah

sakit yang kegiatannya dihitung mulai jam

00.00 s/d 24.00 setiap harinya.

b. Laporan Eksternal Rumah Sakit

Laporan eksternal rumah sakit ditujukan

kepada Direktorat Jenderal Bina Pelayanan

78 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 7: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

7

Medik Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (DITJEN YANMED), Dinas

Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota. Pelaporan eksternal rumah

sakit dibuat sesuai dengan kebutuhan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

yang meliputi :

1) Data Kegiatan Rumah Sakit (RL1)

2) Data Keadaan Morbiditas Pasien

Rawat Inap Rumah Sakit (RL 2a)

3) Data Keadaan Morbiditas Pasien

Rawat Inap Survailans Terpadu

Rumah Sakit (RL 2a.1)

4) Data Keadaan Morbiditas Pasien

Rawat Jalan Rumah Sakit (RL 2b)

5) Data Keadaan Morbiditas Pasien

Rawat Jalan Survailans Terpadu

Rumah Sakit (RL 2b.1)

6) Data Status Imunisasi (RL 2c)

7) Data Individual Morbiditas Pasien

Rawat Inap, terdiri dari :

8) Data Dasar Rumah Sakit (RL 3)

9) Data Ketenagaan Rumah Sakit (RL

4)

10) Data Ketenagaan Individual Rumah

Sakit (RS Vertikal DepKes) (RL 4a)

11) Data Peralatan Medik Rumah Sakit

(RL 5)

12) Data Kegiatan Kesehatan

Lingkungan (RL 5)

13) Data Infeksi Nosokomial Rumah

Sakit (RL 6)(Depkes, 2006)

5. Pengertian Hari Perawatan, Jumlah Hari

Perawatan, Lama Dirawat dan Pasien

Keluar :

a. Hari Perawatan (Inpatient Bed Day)

Jumlah pasien yang ada di sensus

ditambah pasien yang masuk dan keluar

pada hari yang sama pada hari sensus

diambil.

b. Jumlah Hari Perawatan/ Total Patient

Days (total inpatient service days)

Menunjukkan jumlah hari perawatan dari

setiap hari dalam periode waktu tertentu.

Angka ini bisa didapatkan dari formulir

sensus.

c. Lama Dirawat/ Length Of Stay

(discharge days)

Menunjukkan jumlah hari dimana

seorang pasien mendapatkan layanan rawat

inap.

d. Pasien Keluar (discharge)

Menunjukkan proses formal keluar

pasien seorang pasien rawat inap

meninggalkan rumah sakit dan menandai

akhir dari episode perawatannya.(

Sudra.2010)

D. Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)

1. Pengertian Sensus Harian Rawat Inap

(SHRI)

Sensus harian pasien rawat inap adalah

kegiatan pencacahan/ penghitungan pasien

yang dilakukan setiap hari pada suatu ruang

rawat inap. Berisi tentang mutasi keluar

masuk pasien selama 24 jam mulai dari

pukul 00.00 sampai dengan 24.00

2. Tujuan

Untuk memperoleh informasi semua

pasien yang masuk dan keluar Rumah Sakit

selama 24 jam.

3. Kegunaan

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 79

Page 8: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

8

a. Untuk mengetahui jumlah pasien masuk,

pasien keluar Rumah Sakit, meninggal di

Rumah Sakit .

b. Untuk mengetahui tingkat penggunaan

tempat tidur.

c. Untuk mengitung penyediaan sarana atau

fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Tanggung Jawab Pelaksanaan

a. Kepala perawat pada masing-masing

ruang rawat inap bertanggungjawab

dalam pengisian sensus harian.

b. Perawat atau Bidan yang memutasikan

pasien atau petugas yang ditunjuk oleh

kepala perawat ruang rawat inap

melaksanakan pengisian sensus harian

sesuai petunjuk yang telah ditetapkan.

c. Formulir sensus harian disediakan oleh

unit pencatatan medik Rumah Sakit.

5. Mekanisme Pengisian

a. Sensus harian diisi segera setelah pasien

masuk ruang rawat, pindah intern Rumah

Sakit dan keluar Rumah Sakit.

b. Sensus Harian untuk satu hari ditutup

jam 24.00 dan sesudah itu dibuat resume

sensus harian untuk hari yang

bersangkutan.

c. Jika ada pasien masuk Rumah Sakit atau

keluar atau meninggal sesudah jam 24.00

maka harus dicatat pada formulir sensus

harian berikutnya.

d. Sensus harian dibuat rangkap tiga

1) Satu lembar untuk subbagian catatan

medik

2) Satu lembar untuk P2RI

3) Satu lembar untuk arsip ruang rawat

e. Sensus harian dikirimkan pukul 08.00

setiap pagi.

f. Lain-lain

Untuk Rumah Sakit kecil mekanisme

pembuatan Sensus Harian disesuaikan

dengan kebutuhan.(Depkes, 2005)

E. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat

Inap

1. Pengertian Rekapitulasi Sensus Harian

Rawat Inap

Formulir perantara untuk menghitung

dan merekap jumlah pasien rawat inap

selama satu bulan yang diterima dari

masing-masing ruang rawat inap.

2. Tujuan

Untuk memperoleh informasi semua

pasien yang dirawat di Rumah Sakit selama

satu bulan secara keseluruhan maupun pada

masing-masing ruang rawat inap yang

diperlukan bagi perencanaan, pengawasan

atau penilaian kinerja

3. Kegunaan

a. Untuk mengetahui jumlah pasien dirawat

selama satu bulan atau satu triwulan.

b. Untuk mengetahui tingkat penggunaan

tempat tidur selama periode bulanan dan

triwulan.

c. Merupakan data dasar mengenai pasien

rawat inap yang perlu dilaporkan kepada

Departemen Kesehatan setiap triwulan

pada formulir RL_1 hal 1.

4. Tanggung Jawab

a. Kepala unit pencatatan medik Rumah

Sakit bertanggung jawab dalam

pengisian Rekapitulasi Sensus Harian

pasien Rawat Inap.

b. Staff Unit Perekam Medis yang ditunjuk

oleh Kepala Unit Pencatatan Medik

80 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 9: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

9

Rumah Sakit, melaksanakan pengisian

rekapitulasi bulanan pasien Rawat Inap.

c. Formulir Unit Perekam Medik Rumah

Sakit sesuai dengan format yang telah

ditetapkan.

5. Mekanisme

a. Formulir Rekapitulasi Bulanan RP.1

merupakan formulir standard untuk

membuat rekapitulasi pasien Rawat Inap

setiap bulan yang kemudian dijumlahkan

untuk setiap triwulan.

b. Formulir Rekapitulasi Bulanan RP.1

dibuat satu lembar untuk masing-masing

jenis pelayanan Rawat Inap dan satu

lembar untuk Rumah Sakit secara

keseluruhan.

c. Formulir Rekapitulasi Bulanan RP.1 diisi

segera setelah Formulir Rekapitulasi

Sensus Harian selesai diisi secara

lengkap.

d. Formulir Rekapitulasi Bulanan RP.1 diisi

sesuai dengan data yang terdapat pada

Rekapitulasi Sensus Harian menurut

jenis pelayanan yang ada.

e. Formulir Rekapitulasi Bulanan RP.1 diisi

setiap hari untuk setiap lembar formulir

RP.1 yang harus dibuat masing-masing

Rumah Sakit. Formulir RP.1 harus

selesai setiap hari untuk setiap tanggal

laporan.(Depkes, 2005)

F. Analising Reporting

1. Bagian Analising/ Reporting adalah salah

satu bagian dalam unit rekam medis yang

mempunyai tugas pokok :

a. Mengumpulkan data kegiatan rumah

sakit dari sensus harian yang dicatat

oleh unit pelanyanan pencatatan data

kegiatan rumah sakit.

b. Merekap sensus harian sebagai dasar

laporan kegiatan rumah sakit (RL_1).

c. Mengumpulkan dan mengolah data

penyakit pasien rawat jalan dan rawat

inap sebagai dasar laporan morbiditas

(RL_2) yang meliputi :

1) RL_2a

Memuat data morbiditas pasien

rawat inap yang dikelompokkan

menurut daftar tabulasi dasar.

Untuk masing-masing kelompok

penyakit dilaporkan mengenai

jumlah pasien keluar menurut

golongan umur dan menurut jenis

kelamin, serta jumlah pasien mati

untuk masing-masing kelompok

penyakit.

2) RL_2b

Memuat data morbiditas pasien

rawat jalan yang dikelompokkan

menurut daftar tabulasi dasar.

Untuk masing-masing kelompok

penyakit dilaporkan mengenai

jumlah kasus baru menurut

golongan umur dan menurut jenis

kelamin dari kasus baru tersebut

dan jumlah kunjungan.

3) RL_2a1 yaitu laporan keadaan

morbiditas survailans tepadu

pasien rawat inap rumah sakit.

4) RL_2b1 yaitu laporan keadaan

morbiditas survailans terpadu

pasien rawat jalan rumah sakit.

5) RL_2c yaitu laporan yang

memuat status imunisasi.

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 81

Page 10: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

10

d. Mengumpulkan dan mengolah data

sebab kematian sebagai dasar laporan

mortalitas.

e. Mengumpulkan dan mengolah data

inventaris rumah sakit sebagai dasar

laporan inventaris rumah sakit

(RL_3).

f. Mengumpulkan dan mengolah data

ketenagaan sebagai dasar laporan

ketenagaan (RL_4).

g. Mengumpulkan dan mengolah data

inventaris peralatan medis sebagai

dasar laporan inventaris peralatan

medis (RL_5).

h. Mengolah data rekam medis untuk

analisis statistik.

2. Informasi yang dihasilkan fungsi

analising reporting dalam pelayanan

rekam medis :

a. Data dan informasi kegiatan-kegiatan

rumah sakit pada setiap unit

pelayanan.

b. Data dan informasi morbiditas rawat

inap.

c. Data dan informsi morbiditas rawat

jalan.

d. Data dan informasi mortalitas rawat

inap.

e. Data dan informasi mortalitas rawat

jalan.

f. Data dan informasi imunisasi.

g. Data dan informasi ketenagaan.

h. Data dan informasi inventaris umum

dan peralatan medis.

i. Hasil analisis statistik rumah sakit.

3. Formulir, catatan, dan laporan yang

digunakan di analising reporting :

a. Sensus harian sebagai dasar

penyusunan laporan kegiatan rumah

sakit.

b. Formulir RL_1 : Data Kegiatan

rumah sakit

c. Merupakan formulir rekapitulasi

yang mencakup berbagai kegiatan

rumah sakit seperti: rawat inap, rawat

jalan, pelayanan instalasi gawat

darurat, kegiatan bedah non bedah,

pelayanan kesehatan gigi, kegiatan

radiologi, dan sebagainya.

Dilaporkan setiap tanggal 15 bulan

keempat.

d. Formulir RL_2a : Data morbiditas

rawat inap

e. Memuat data morbiditas pasien rawat

inap yang dikelompokkan menurut

daftar tabulasi dasar. Untuk masing-

masing kelompok penyakit

dilaporkan mengenai jumlah pasien

keluar menurut golongan umur dan

menurut jenis kelamin, serta jumlah

pasien mati untuk masing-masing

kelompok penyakit. Dilaporkan

setiap tanggal 15 bulan keempat.

f. Formulir RL_2b : Data morbiditas

rawat jalan

g. Memuat data morbiditas pasien rawat

jalan yang dikelompokkan menurut

daftar tabulasi dasar. Untuk masing-

masing kelompok penyakit

dilaporkan mengenai jumlah kasus

baru menurut golongan umur dan

menurut jenis kelamin dari kasus

baru tersebut dan jumlah kunjungan.

82 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 11: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

11

Dilaporkan setiap tanggal 15 bulan

keempat.

h. Formulir RL_2a_1: Data morbiditas

khusus rawat inap

i. Memuat data keadaan morbiditas

survailans tepadu pasien rawat inap

rumah sakit. Dilaporkan setiap

tanggal 15 bulan berikutnya.

j. Formulir RL_2b_1: Data morbiditas

khusus rawat jalan

k. Memuat data keadaan morbiditas

survailans terpadu pasien rawat jalan

rumah sakit. Dilaporkan setiap

tanggal 15 bulan berikutnya.

l. Formulir RL_2c : Data status

imunisasi

m. Memuat data status imunisasi.

Dilaporkan setiap tanggal 15 bulan

berikutnya.

n. Formulir RL_3 : Data inventaris

rumah sakit

o. Memuat data identitas rumah sakit,

nama rumah sakit, alamat rumah

sakit, kelas rumah sakit, surat ijin,

kepemilikan, direktur rumah sakit,

fasilitas tempat tidur, dan fasilitas

rawat jalan. Dilaporkan setiap tanggal

15 Januari.

p. Formulir RL_4 : Data ketenagaan

rumah sakit

q. Memuat data jumlah tenaga yang

bekerja di rumah sakit menurut

kualifikasi pendidikan dan status

kepegawaian. Dilaporkan setiap

tanggal 15 Juli dan 15 Januari.

r. Formulir RL_5 : Data

inventarisasi peralatan medis

s. Memuat data jumlah dan jenis

peralatan medik, jumlah, umur,

kondisi, ijin opersional, dan data

kesehatan lingkungan rumah sakit.

Dilaporkan setiap tanggal 15 Januari.

t. Formulir RL_6 : Data Infeksi

nosokomial rumah sakit

u. Memuat data infeksi nosokomial.

Dilaporkan setiap tanggal 15 bulan

berikutnya. (DepKes RI, 2006)

G. Efisiensi Hunian Tempat Tidur

Salah satu aktivitas yang rutin dilakukan

dalam statistik rumah sakit adalah

menghitung tingkat efisiensi hunian tempat

tidur ( TT ). Hal ini dilakukan untuk

memantau aktivitas penggunaan TT di unit

perawatan rawat inap dan untuk

merencanakan pengembangannya.

Pihak menejemen rumah sakit

menyediakan sejumlah tempat tidur TT

untuk digunakan merawat pasien rawat inap

dengan harapan bahwa setiap biaya yang di

keluarkan untuk membeli dan menyediakan

TT tersebut akan dapat menghasilkan

pemasukan dana dari pasien yang

menggunakan TT tersebut.

1. Jumlah Tempat Tidur.

Jumlah tempat tidur yang tersedia di

suatu rumah sakit merupakan total dari

jumlah tempat tidur yamg tersedia di

masing-masing bangsal perawatan. Tempat

tidur yang tersedia di ruang pemulihan

(recovery room), diruang persalinan, di

ruang tindakan, dan di ruang gawat darurat

tidak dihitung sebagai jumlah tempat tidur

yang tersedia. Tempat tidur yang

ditambahkan dan digunakan pada keadaan

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 83

Page 12: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

12

darurat (misalnya saat terjadi wabah atau

bencana alam) tidak di hitung sebagai

tempat tidur yang tersedia.

2. Tempat Tidur Yang Terpakai (occupancy

bed)

Selain menentukan jumlah tempat tidur

yang tersedia (A), perlu juga menghitung

dan menentukan jumlah tempat tidur yamg

terisi atau terpakai. Pada prinsipnya, jumlah

tempat tidur adalah sejumlah tempat tidur

yang digunakan untuk merawat pasien yang

telah terdaftar melalui proses admisi.

Jumlah tempat tidur terpakai dapat

diketahui melalui kegiatan sensus pasien.

Jumlah tempat tidur terpakai pada satu

periode hari sensus akan sama dengan

jumlah hari perawatan pada periode hari

tersebut. Maka, dapat sama dengan jumlah

hari perawatan dalam periode tersebut dibagi

dengan jumlah hari dalam periode tersebut

dengan jumlah hari dalam periode yang

bersangkutan (t), atau:

∑ hp = Jumlah hari perawatan

T = Waktu / Jumlah hari

O = Jumlah tempat tidur

yang terpakai(Sudra.

2010)

H. Grafik Barber Johnson

1. Pengertian Grafik Barber Johnson

Pada Tahun 1973, Barry Barber, M.A.,

PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson,

M.Sc berusaha merumuskan dan

memadukan empat parameter untuk

memantau dan menilai tingkat efisiensi

penggunaan Tempat Tidur untuk bangsal

perawatan pasien.(Sudra.2010)

Terdapat empat garis bantu yang

dibentuk oleh empat parameter Grafik

Barber Johnson, yaitu :

a. TOI pada umumnya menjadi sumbu

horizontal.

b. AvLOS pada umumnya menjadi sumbu

vertikal.

c. Garis bantu BOR merupakan garis yang

ditarik dari pertemuan sumbu horizontal

dan vertikal , yaitu titik 0,0 dan

membentuk seperti kipas.

d. Garis bantu BTO merupakan garis yang

ditarik dan menghubungkan posisi nilai

AvLOS dan TOI yang sama.

2. Parameter Grafik Barber Johnson

Keempat parameter yang dipadukan

tersebut BOR (Bed Occupancy Rate),

AvLOS (Average Length Of Stay), TOI

(Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn

Over). Perpaduan keempat parameter

tersebut diwujudkan dalam bentuk Grafik

Barber Johnson (BJ). (Sudra .2010)

Berikut keempat parameter dan

penjelasannya:

a. BOR (Bed Occupancy Rate / percentage

bed occupanpcy)

Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan

angka yang menunjukkan persentase tingkat

penggunaan Tempat Tidur pada satuan

waktu tertentu di Unit Rawat Inap (bangsal).

Standard nilai ideal menurut Barber Johnson

untuk BOR 70 – 85 %.(Sudra .2010)

Apabila nilai BOR lebih dari 85 % maka

pelayanan yang dijalankan oleh dokter,

∑ Jumlah HP O =

t (waktu)

84 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 13: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

13

perawat dan tenaga kesehatan lain kurang

efektif, hal tersebut dapat dikarenakan :

1) Beban kerja tinggi

2) Ruang kerja terbatas namun penggunaan

Tempat Tidur yang berlangsung secara

terus – menerus.

3) Meningkatnya kualitas pasien

memperoleh perawatan yang layak

dibutuhkannya.

4) Memperpanjangkan masa penyembuhan

pasien.

Adapun rumus Bed Occupancy Rate :

Keterangan :

∑HP : Jumlah hari perawatan

∑TT : Jumlah Tempat Tidur

∑Hr : Jumlah hari periode tertentu(Ery

R., 2009)

Manfaat penghitungan BOR yaitu untuk

mengetahui tingkat penggunaan Tempat

Tidur suatu rumah sakit. Angka BOR yang

rendah kurangnya penggunaan fasilitas

perawatan rumah sakit oleh masyarakat.

b. AvLOS (Average Length Of Stay)

Average Length Of Stay disebut juga

lama dirawat merupakan jumlah hari

kalender dimana pasien mendapatkan

perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak

tercatat sebagai pasien rawat inap (admisi)

hingga keluar dari rumah sakit (discharge).

Kondisi pasien keluar bisa dalam keadaan

hidup maupun meninggal. Jadi pasien yang

belum keluar dari rumah sakit belum bisa

dihitung hari Lama dirawatnya. NilaI ideal

untuk AvLOS adalah ± 3 – 12 hari.(Sudra

.2010)

Total dari lama hari rawat dapat diartikan

sebagai jumlah hari rawat yang didapat pada

pasien, sampai pasien keluar hidup atau

meninggal.

Rumus AverageLength Of Stay :

Keterangan :

∑HP : Jumlah hari perawatan

∑pasien keluar (H+M) : Jumlah pasien

keluar hidup dan mati (Ery R., 2009)

c. TOI (Turn Over Interval)

Turn Over Interval menunjukkan rata-

rata jumlah hari sebuah Tempat Tidur tidak

ditempati pasien. Hari “Kosong” ini terjadi

antara saat Tempat Tidur yang ditinggalkan

oleh seorang pasien hingga digunakan lagi

oleh pasien berikutnya. Nilai ideal Turn

Over Interval (TOI): 1-3 hari (Sudra . 2010)

Rumus Turn Over Interval :

Keterangan :

∑TT : Jumlah Tempat Tidur

∑Hr : Jumlah hari pada periode

tertentu

HP : Hari Perawatan

∑pasien keluar (H+M) : Jumlah pasien

keluar hidup dan mati (Ery R., 2009)

d. BTO (Bed Turn Over)

Bed Turn Over atau Troughput

merupakan rerata jumlah pasien yang

)MH(keluarpasien

HP)HrxTT(TOI

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 85

Page 14: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

14

menggunakan setiap Tempat Tidur dalam

periode tertentu. Nilai BTO sangat

membantu dalam menilai tingkat

penggunaan Tempat Tidur karena dalam dua

periode bisa diperoleh angka BOR yang

sama tetapi angka BTO berbeda. Nilai ideal

Bed Turn Over (BTO) minimal 30 pasien

dalam periode 1 tahun. Artinya, 1 Tempat

Tidur diharapkan digunakan 30 pasien

dalam 1 tahun, berarti 1 pasien rata – rata

dirawat selama 12 hari. Hal ini sejalan

dengan nilai standar ideal AvLOS yakni 3

– 12 hari. (Sudra . 2010)

Rumus Bed Turn Over :

Keterangan :

∑pasien keluar (H+M) : Jumlah pasien

keluar hidup dan mati

∑TT : Jumlah Tempat

Tidur (Ery R.,2009)

3. Cara membuat Grafik Barber Johnson

Ketentuan-ketentuan yang harus diingat

waktu membuat Grafik Barber Johnson yaitu

:

a. Skala pada sumbu horisontal tidak harus

sama dengan skala sumbu vertikal.

b. Skala pada suatu sumbu harus konsisten.

c. Skala pada sumbu horizontal dan vertical

dimulai dari angka 0 dan berhimpit

membentuk koordinat 0,0.

d. Judul grafik harus secara jelas

menyebutkan nama Rumah Sakit, nama

bangsal (bila perlu), dan periode waktu.

e. Garis bantu BOR dibuat dengan cara :

1) Tentukan nilai BOR yang akan dibuat

garis bantunya, misalnya BOR 75 %.

2) Tentukan koordinat titik bantu

BORnya sesuai nilai BOR tersebut,

misalnya untuk BOR 75 % maka

koordinat titik bantunya adalah :

a) AvLOS = nilai BOR di bagi 10 =

75/10 = 7,5

b) TOI = 10 – nilai AvLOS = 10 –

7,5 = 2,5.

3) Tarik garis mulai dari koordinat 0,0

melewati titik bantu BOR tersebut.

4) Beri keterangan garis tersebut,

misalnya bahwa garis tersebut adalah

BOR 75 %.

f. Garis bantu BTO dibuat dengan cara :

1) Tentukan nilai BTO yang akan dibuat

garis bantunya, misalnya BTO = 10

2) Tentukan titik bantu disumbu AvLOS

dan TOI , dengan cara :

a) Titik bantu = (jumlah hari dalam

periode tertentu) dibagi (nilai

BTO) = 30/10 = 3

b) Jadi lokasi titik Bantu BTO di

AvLOS = 3 dan TOI = 1.

3) Tarik garis yang menghubungkan

kedua titik bantu tersebut.

4) Beri keterangan garis tersebut.

g. Daerah efisien dibuat dan merupakan

daerah yang dibatasi oleh perpotongan

garis :

1) TOI = 1

2) TOI = 3

3) BOR = 75%

4) AvLOS = 12

86 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 15: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

15

4. Manfaat Grafik Barber Johnson

a. Membandingkan tingkat efisiensi

penggunaan Tempat Tidur dari suatu

unit dari waktu ke waktu dalam

periode tertentu.

b. Memonitor perkembangan

pencapaian target efisiensi

penggunaan Tempat Tidur yang telah

ditentukan dalam suatu periode

tertentu.

c. Membandingkan tingkat efisiensi

penggunaan Tempat Tidur antar unit

dalam periode tertentu memantau

dampak dari suatu penerapan

kebijakan terhadap efisiensi

penggunaan Tempat Tidur.

d. Mengecek kebenaran laporan hasil

perhitungan empat parameter

efisiensi penggunaan Tempat

Tidur.(Sudra . 2010)

I. Hipotesis

Ada hubungan antara jumlah kunjungan

pasien rawat inap dengan persentase

penggunaan tempat tidur di Rumah Sakit

Umum Daerah Sragen pada periode tahun

2009-2011.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah

analitik yaitu peneliti mencoba untuk

mencari hubungan antar variabel faktor

bebas dan terikat yang analisisnya untuk

menentukan ada tidaknya hubungan antar

variabel itu sehingga perlu disusun

hipotesisnya (Sugiyono, 2010).

Pada penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian Time series yaitu

analisis yang mempelajari pola gerakan

nilai-nilai variabel pada suatu interval waktu

(misalnya minggu, bulan, tahun).

Dalam penelitian ini terdiri dari dua

variabel yaitu variabel bebas (jumlah

kunjungan pasien rawat inap) dan variabel

terikat (persentase penggunaan tempat tidur /

BOR).

Obyek dari penelitian ini adalah jumlah

kunjungan pasien rawat inap dan Persentase

penggunaan tempat tidur/BOR di Rumah

Sakit Umum Daerah Sragen periode tahun

2009-2010.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Jenis-jenis pelayanan di RSUD

Kabupaten Sragen

1) Rawat jalan, melayani poliklinik anak,

kelamin, mata, ortopedi, paru-paru,

bedah, syaraf, dalam, gigi, jantung, jiwa,

kulit dan PK. BRS, THT, umum, dan

urologi.

2) Rawat Inap, dengan kapasitas 252 tempat

tidur dari 11 bangsal yang terdiri dari

bangsal Wijaya Kusuma (17 tempat

tidur) dan pada bulan April 2011 ada

penambahan tempat tidur sebanyak 6

tempat tidur yaitu dari 17 TT menjadi 23

tempat tidur, hal ini dikarenakan

kunjungan rawat inap pada bangsal

anggrek tinggi. pasien campuran yaitu

bangsal Teratai (23 tempat tidur), ),

pasien penyakit dalam yaitu bangsal

Melati (36 tempat tidur), pasien bedah

yaitu bangsal Mawar (39 tempat tidur ),

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 87

Page 16: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

16

pasien anak-anak yaitu bangsal Anggrek

(19 tempat tidur), pasien obsgin yaitu

bangsal Cempaka (17 tempat tidur) dan

Tulip (24 tempat tidur), pasien syaraf

dan paru (30 buah) yaitu bangsal Sakura,

Untuk bangsal Aster (15 tempat tidur),

dan ICU (6 tempat tidur) serta pasien

bayi yaitu bangsal Perinatologi (20

tempat tidur).

3) Instalasi Pemeriksaan Penunjang (IPP),

terdiri dari pelayanan instalasi gizi,

laboratorium, farmasi, ruang intensif,

bedah sentral, pemeriksaan jenazah,

radiologi, rehabilitasi medis dan

Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

(IPSRS)

4) UGD (Unit Gawat Darurat),

pelayanannya buka selama 24 jam bagi

pasien yang membutuhkan penanganan

segera. Fasilitas yang dimiliki antara lain

ambulance dan station serta ada beberapa

ruangan antara lain ruang observasi,

ruang tindakan dan ruang jaga.

Kunjungan pasien rawat inap di Rumah

Sakit Umum Daerah Sragen periode tahun

2009-2010.

Gambar 1. Grafik jumlah kunjungan pasien

rawat inap di Rumah Sakit Umum

DaerahSragen periode tahun 2009.

Berdasarkan gambar 1 menunjukkan

bahwa rata-rata jumlah kunjungan pasien

rawat inap di setiap bulannya adalah 963

orang. Jumlah kunjungan tertinggi terdapat

pada bulan Agustus yaitu sebanyak 1092

kunjungan sedangkan terendah terdapat pada

bulan September yaitu 772 kunjungan.

Gambar 2.Grafik jumlah kunjungan pasien

rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah

Sragen periode tahun 2010.

Berdasarkan gambar 2 menunjukkan

bahwa jumlah kunjungan tiap bulan pasien

rawat inap periode tahun 2010 tertinggi

terdapat pada bulan Maret sebanyak 1177

kunjungan, sedangkan pada bulan April

hingga bulan September cenderung

mengalami penurunan.

Persentase penggunaan tempat

tidur/BOR di Rumah Sakit Umum Daerah

Sragen periode tahun 2009-2010.

0 200 400 600 800

1000 1200

Jumlah kunjungan pasien RI

Jumlah kunjungan pasien RI

0 200 400 600 800

1000 1200 1400

Jumlah kunjungan pasien RI

Jumlah kunjungan pasien RI

88 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 17: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

17

Gambar 4.Grafik Persentase penggunaan

tempat tidur/BOR di Rumah Sakit Umum

DaerahSragen periode tahun2009

Berdasarkan gambar 4 menunjukan

bahwa persentase penggunaan tempat

tidur/BOR (Bed Occupancy Rate )

cenderung mengalami penurunan terus

menerus, terutama di bulan September

mencapai 54%.

Gambar 5.Grafik Persentase penggunaan

tempat tidur/BORdi Rumah Sakit Umum

DaerahSragen periode tahun2010.

Berdasarkan gambar 5 menunjukkan

bahwa persentase penggunaan tempat

tidur/BOR (Bed Occupancy Rate) tidak

memenuhi standar ideal Grafik Baber

Johnson karena Dari bulan April hingga

September Persentase penggunaan tempat

tidur/BOR mengalami penurunan terus

menerus mencapai di bawah 70%.

Hasil Uji hipotesis yang di lakukan.

Tabel 1. Hasil uji hipotesis jumlah

kunjungan pasien rawat inapDengan

persentasepenggunaan tempat tidur/BOR

Nilai

P 0,001

R 0,628

Bedasarkan Tabel 1 menunjukan Nilai p

= 0,000 (< 0,05) maka H0 ditolak. Hal ini

berarti bahwa ada hubungan antara jumlah

kunjungan pasien rawat inap dengan

persentase penggunaan tempat tidur di

RSUD Sragen periode tahun 2009-2010.

B. Pembahasan.

Jumlah kunjungan pasien rawat inap

dapat diperoleh dari rekapitulasi sensus

harian pasien rawat inap setiap bulannya

oleh petugas bagian instalasi rekam medis.

Jumlah kunjungan pasien rawat inap

pertahun di Rumah Sakit Umum Daerah

Sragen yaitu 13031 di tahun 2009, 13929 di

tahun 2010 , dengan 9 bangsal perawatan

yaitu : Wijaya kusuma, Teratai, Melati,

Mawar, Anggrek, Cempaka, Kenanga,

Sakura dan Aster.

Pada tahun 2009 rata-rata jumlah

kunjungan pasien rawat inap di setiap

bulanya adalah 963 orang. Dengan

kunjungan tertinggi terdapat pada bulan

Agustus yaitu sebanyak 1097 orang, dan

nilai Persentase penggunaan tempat

tidur/BOR tertinggi di bulan Januari

mencapai 78,29%. Di tahun 2009 persentase

penggunaan tempat tidurnya mencapai

0

20

40

60

80

100 ja

nu

ari

feb

ruar

i

mar

et

apri

l

mei

jun

i

juli

agu

stu

s

sep

tem

ber

okt

ob

er

no

vem

ber

des

emb

er

Persentase Penggunaan TT/BOR

Persentase Penggunaan TT/BOR

0

20

40

60

80

100

jan

uar

i

feb

ruar

i

mar

et

apri

l

mei

jun

i

juli

agu

stu

s

sep

tem

ber

okt

ob

er

no

vem

ber

des

emb

er

Persentase Penggunaan TT/BOR

Persentase Penggunaan TT/BOR

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 89

Page 18: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

18

67,28% dengan rata-rata 5 hari perawatan

untuk seorang pasien, rata-rata tempat tidur

tidak terisi/kosong 2 hari, dan frekuensi

pemakian tempat tidur dalam satu tahun

mencapai 51 kali. Di tahun 2009 ini dari

keseluruhan bangsal nilai Persentase

penggunaan tempat tidur/BOR tertinggi

terdapat pada bangsal Mawar yaitu

mencapai 87,87% dengan jumlah kunjungan

2407 orang. Bangsal Mawar merupakan

bangsal kelas 3 di Khususkan untuk pasien

Bedah dan Sebagian besar di huni oleh

pasien jamkesmas.

Pada tahun 2010 rata-rata jumlah

kunjungan pasien rawat inap pada setiap

bulan adalah 1161 orang, dan jumlah

kunjungan tertinggi terdapat pada bulan

Maret mencapai 1177 orang, dengan nilai

persentase penggunaan tempat tidur/BOR

tertinggi terdapat di bulan Februari yaitu

80%. Di tahun 2010 ini jumlah kunjungan

pasien rawat inap mengalami peningkatan

sebanyak 898 orang. Dan persentase

penggunaan tempat tidurnya mencapai 70%

dengan rata-rata hari perawatan 4 hari untuk

satu orang pasien, lama tempat tidur tidak

terisi/kosong 2 hari, dan frekuensi

pemakaian tempat tidur dalam satu tahun

mencapai 62 kali. Pada tahun ini Persentase

penggunaan tempat tidur/BOR tertinggi

terdapat pada bangsal Melati yaitu 79,34%

dengan jumlah kunjungan 2250 orang dan

jumlah hari perawatan mencapai 12309 hari.

Bangsal Melati merupakan bangsal kelas III

yang dikhususkan untuk pasien penyakit

dalam dengan kapasitas 36 tempat tidur,

pada bangsal ini melayani pasien umum,

jamkesda dan jamkesmas. Yang

menyebabkan nilai persentase penggunaan

tempat tidur/BOR pada bangsal ini tinggi

adalah jumlah kunjungan pasien jamkesmas.

Dalam kurun waktu tiga tahun yaitu dari

tahun 2009-2010 Persentase penggunaan

tempat tidur/BOR cenderung mengalami

peningkatan yaitu dari 67,28%-74,06%, dan

Frekuensi penggunaan tempat tidur dalam

periode tiga tahun yaitu 51 kali di tahun

2009, 62 kali di tahun 2010, dan 61 kali di

tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa

frekuensi pemakaian tempat tidur dalam

kurun waktu tiga tahun melebihi angka

ideal. Angka ideal frekuensi pemakaian

tempat tidur menurut DEPKES RI adalah 40

-50 kali per tahun, frekuensi pemakaian

tempat tidur yang tinggi ini disebabkan oleh

kunjungan pasien rawat inap yang tinggi

terutama pada pasien Jamkesmas,

Jampersal, Jamkesda dan pasien umum. Hal

ini akan mengakibatkan ruang perawatan

kelas 3 persentase dan frekuensi penggunaan

tempat tidurnya tinggi. Jika frekuensi

pemakaian tempat tidur tinggi melebihi nilai

ideal akan mengakibatkan masa tunggu

tempat tidur (tempat tidur kosong) antara

pasien lama dengan pasien rawat inap baru

semakin pendek hal ini dapat menyebabkan

Infeksi Nosokomial antara pasien satu

dengan pasien yang lain. Dengan ini, waktu

pakai sarana tempat tidur akan menjadi lebih

pendek sehingga diperlukan biaya perawatan

yang tinggi dan akan menambah biaya

pengadaan tempat tidur.

Dari hasil analisis data Regresi linier

sederhana menunjukan Nilai p = 0,001 (<

88 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2008, Hal 73-92 90 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 19: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

19

0,05) maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa

ada hubungan antara jumlah kunjungan

pasien rawat inap dengan persentase

penggunaan tempat tidur di RSUD Sragen.

Bentuk hubungan dua variabel ini secara

nyata dapat dilihat dari jumlah kunjungan

pasien rawat inap yang tinggi menyebabkan

persentase penggunaan tempat tidur juga

tinggi begitupun sebaliknya. Jumlah

kunjungan pasien rawat inap tahun 2010

sebanyak 13779 dengan persentase

penggunaan tempat tidur 74,06% sedangkan

di tahun 2009 dengan kunjungan sebanyak

12446 dengan persentase penggunaan

tempat tidur 69,95%, ini menunjukkan

bahwa jumlah kunjungan pasien rawat inap

mempengaruhi persentase penggunaan

tempat tidur.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Jumlah kunjungan pasien rawat inap

tertinggi pada bulan Maret 2010 yaitu

sebanyak 1179 orang dan kunjungan

terendah pada bulan Mei dan September

2009 yaitu 772 orang.

2. Nilai Persentase penggunaan tempat

tidur/BOR tertinggi terdapat pada bulan

Februari 2010 yaitu sebesar 80% dan

nilai Persentase penggunaan tempat

tidur/BOR terendah terdapat pada bulan

September 2009 yaitu sebesar 54% dan

rata-rata nilai Persentase penggunaan

tempat tidur/ BOR selama tiga tahun

adalah 71,66 %. Dan Frekuensi

pemakaian tempat tidur di RSUD Sragen

dari tahun 2009 - 2010 melebihi batas

ideal yaitu di atas 50 kali per tahun.

3. Ada hubungan antara kunjungan pasien

rawat inap dengan persentase

penggunaan tempat tidur di RSUD

Sragen.

B. Saran

1. Meningkatkan dan mempertahankan

manajemen pelayanan dengan

pemanfaatan tempat tidur yang optimal

sesuai dengan standar pelayanan minimal

yang berlaku di Rumah Sakit Umum

Daerah Sragen sehingga tinggat loyalitas

pasien meningkat dan minat pasien untuk

berobat kembali mengalami peningkatan.

2. Menjalankan Visi, Misi dan Motto dari

Rumah Sakit Umum Daerah Sragen

dalam melayani pasien dapat diterapkan

3 S ( Senyum, Salam, Sapa ) pada

pengunjung Rumah Sakit terutama pada

pasien rawat inap sehingga pengunjung

merasa lebih nyaman dan merasa puas

dengan pelayanan yang telah diberikan

sehingga kepercayaan masyarakat tinggi

dan ini akan menjadi daya tarik

masyarakat untuk berkunjung kembali.

3. Dengan adanya nilai persentase

penggunaan tempat tidur pada bangsal

Cempaka yang melebihi batas ideal

maka perlu adanya penambahan tidur

yaitu dengan cara mengalokasikan

tempat tidur yang kurang efektif dari

bangsal Anggrek ke bangsal Cempaka

sehingga tempat tidur yang kurang

efektif menjadi lebih efektif/bermanfaat.

Hubungan Kunjungan Pasien Rawat Inap Dengan... (Purwanto, dkk) 91

Page 20: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …

20

DAFTAR PUSTAKA

Arief TQ M. 2003. PengantarMetodologi

Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan.Surakarta: CSGF

(Community of Self help Group

Forum).

Chandra B. 1995. Pengantar Administrasi

Kesehatan, cetakan I, Palembang.

Depkes RI. 1991. Buku Pedoman

Pencatatan Kegiatan Pelayanan

Rumah Sakit di Indonesia.

Jakarta:Depkes RI. Hal. 3-4

Depkes RI. 2005. Buku Petunjuk Pengisian,

Pengolahan Dan Penyajian Data

Rumah Sakit. Jakarta:

DITJENYANMED. Hal 2 – 7

Arikunto S. 2005. Manajemen Penelitian.

Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal 229-

231.

Depkes RI. 2006. Pedoman

Penyelenggaraan Dan Prosedur

Rekam Medis Rumah Sakit Di

Indonesia, Revisi II. Jakarta: Depkes

RI. Hal 13 – 68

Ery R. 2009. Statistik Rumah Sakit Untuk

Pengambilan Keputusan. Yogyakarta

: Graha Ilmu. Hal 56 – 58

Huffman EK. 1992. Health Information

Management. Phisichian Record

Company Berwin Illionis, USA

Notoatmodjo S. 2005. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Cipta: Jakarta.

PT Rineka.

PerMenKes RI. Tahun 2008. No.

269/MenKes/Per/III/. hal. 2 dari 12

PerMenKes RI. 2006. No.

1405/MENKES/PER/XI. Pedoman

Organisasi Rumah Sakit Di

Lingkungan Departemen Kesehatan.

Hal 4-7

Shofari B. 2002. Pengolahan Sistem Rekam

Medis (PSRM 01) Buku 01. Pormiki,

Semarang. (tidak dipublikasikan)

Sudra Rano I. 2010. Statistik Rumah Sakit.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 2 – 57

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Undang – Undang No.44 Tahun 2009.

Tentang Rumah Sakit. Hal 1 – 2

Undang – Undang Praktik Kedokteran RI

No. 29 Tahun 2004 Pasal 46 ayat (1),

Penjelasan

http://id.shvoong.com/writing-and-

speaking/2122738-pengertian-

time-series/#ixzz1sdhHlXqp

92 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 73-92

Page 21: HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN …