22
HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KEAS X DENGAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI SMA NEGERI 6 MALANG Dyah Ratna Fauziyah, Aloysius Duran Corebima dan Siti Zubaidah Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] Abstract: The purpose of this research was to determine the correlation between metacognitive skils and students’ learning outcomes as well as the correlation between metacognitive skills and retention in Biology learning implementing Think Pair Share (TPS) learning strategy. Population were all clas X Senior High School in Malang of 2012/2013 odd semester. The samples were class X-1 of state Senior High School 6 of Malang. Research data had been analyzed using SPSS for MS WIDOWS, in regression correlation analysis. The research result showed that there was a significant correlation between metacognitive skills and cognitive learning outcomes. The contributions of metacognitive skills on cognitive achievement was 32.5%, with a coefficient correlation of 0.507. Based on the regression analysis, the regression equation was Y = 0.816X + 11.802. There was a significant correlation between metacognitive skills and students’ retention. The contributions of the corrected retention metaconitive skills on retention of cognitive learning outcomes was 46.1%, with a coefficient correlation of 0.679. Based on the regression analysis, the regression equation was Y = 0.834X + 11.078. Keywords: metacognitive skills, learning outcomes, retention, Think Pair Share Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar Biologi dan retensi siswa dengan penerapan strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS). Populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMA di Malang tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil. Sampel penelitian ini adalah kelas X-1 SMA Negeri 6 Malang. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS for MS WINDOWS, dengan analisis

HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KEAS X DENGAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI SMA NEGERI 6 MALANG

Dyah Ratna Fauziyah, Aloysius Duran Corebima dan Siti ZubaidahUniversitas Negeri Malang

E-mail: [email protected]

Abstract: The purpose of this research was to determine the correlation between metacognitive skils and students’ learning outcomes as well as the correlation between metacognitive skills and retention in Biology learning implementing Think Pair Share (TPS) learning strategy. Population were all clas X Senior High School in Malang of 2012/2013 odd semester. The samples were class X-1 of state Senior High School 6 of Malang. Research data had been analyzed using SPSS for MS WIDOWS, in regression correlation analysis. The research result showed that there was a significant correlation between metacognitive skills and cognitive learning outcomes. The contributions of metacognitive skills on cognitive achievement was 32.5%, with a coefficient correlation of 0.507. Based on the regression analysis, the regression equation was Y = 0.816X + 11.802. There was a significant correlation between metacognitive skills and students’ retention. The contributions of the corrected retention metaconitive skills on retention of cognitive learning outcomes was 46.1%, with a coefficient correlation of 0.679. Based on the regression analysis, the regression equation was Y = 0.834X + 11.078.

Keywords: metacognitive skills, learning outcomes, retention, Think Pair Share

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar Biologi dan retensi siswa dengan penerapan strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS). Populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMA di Malang tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil. Sampel penelitian ini adalah kelas X-1 SMA Negeri 6 Malang. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS for MS WINDOWS, dengan analisis korelasi regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif. Sumbangan yang diberikan oleh keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif sebesar 32,5%, dengan koefisien korelasi sebesar 0,570. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan persamaan garis regresi Y = 0,816X + 11,802. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan retensi siswa. Sumbangan yang diberikan oleh retensi keterampilan metakognitif terkoreksi terhadap hasil retensi belajar kognitif terkoreksi sebesar 46,1% dengan koefisien korelasi sebesar 0,679. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan persamaan garis regresi Y = 0,834X + 11,078.

Kata kunci: keterampilan metakognitif, hasil belajar, retensi, Think Pair Share.

Proses pembelajaran sains, khususnya Biologi diharapkan dapat menjamin berlangsungnya pembelajaran bermakna atau meaningfull learning, artinya materi yang dipelajari dapat diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Budiningsih, 2005). Hasil dari suatu pembelajaran bermakna berpeluang besar bermakna, baik yang terkait dengan ranah kognitif, afektif maupun psikomotor (Corebima, 2006). Ranah kognitif dalam hasil belajar berkaitan dengan daya pikir, pengetahuan dan penalaran.

Page 2: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMAN 6 Malang menunjukkan bahwa pembelajaran Biologi yang biasa dilakukan masih belum memberdayakan potensi siswa secara optimal. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemberdayaan berpikir siswa, karena mayoritas persepsi pembelajaran Biologi cenderung mengetahui dan menghafal materi saja. Hal ini menyebabkan pembelajaran yang berlangsung hanya berorientasi pada hasil saja, tanpa meningkatkan aktivitas siswa secara langsung dan kurang memberdayakan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa hanya mempelajari Biologi pada aspek kognitif yang rendah.

Selain itu, siswa belum memiliki kesadaran bagaimana seharusnya mereka belajar materi Biologi yang benar, baik dalam segi merencanakan, memilih strategi maupun memonitor kemajuan belajarnya sendiri. Akibatnya, siswa merasa kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan Biologi karena tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya.Kemampuan berpikir tentang proses berpikir yang melibatkan berpikir tingkat tinggi dikenal dengan metakognitif. Menurut Arends (1998) dalam Corebima (2006), metakognitif merupakan proses mengetahui dan memonitor proses berpikir atau proses kognitif sendiri. Keterampilan metakognitif mempengaruhi cara berpikir siswa, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil belajar kognitif dan kemampuan siswa untuk menyimpan memori tentang hal yang dipelajari yang lebih dikenal sebagai retensi.

Eggen dan Kauchak (1996) dalam Corebima (2006) mengemukakan salah satu manfaat keterampilan metakognitif yaitu dapat membantu siswa menjadi self-regulated learner yang bertanggung jawab terhadap kemajuan belajarnya sendiri dan mengadaptasi strategi belajarnya mencapai tujuan tugas. Livingston (1997) menyatakan metakognisi memegang salah satu peranan kritis yang sangat penting agar pembelajaran berhasil. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial yang dimiliki seseorang (Sukmadinata, 2009). Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perubahan tingkah lakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik. Benjamin Bloom dalam taksonomi Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 domain atau ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang ditekankan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah kognitif. Ranah kognitif menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual.

Selain keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif, retensi merupakan faktor yang penting dalam proses pembelajaran. Proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam diri seseorang dan akan disimpan sementara dalam ingatannya. Ingatan atau memori memiliki peran penting dalam proses pembelajaran tidak hanya dalam dimensi menghafal saja, tetapi lebih kepada dimensi berpikir kritis, belajar, menghubungkan, mengingat, dan menggunakan seluruh pengetahuan serta kemampuan yang pernah didapat (Banikowski, 1999). Hasil dari belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran, disimpan dalam ingatan dan kemudian dapat digali kembali dari ingatan saat diperlukan. Kemampuan menyimpan informasi yang diperoleh dalam memori disebut dengan retensi (Tapilow, 2008).

Guna meningkatkan hasil belajar dan retensi siswa, khususnya dalam pelajaran Biologi sudah banyak dilakukan upaya perbaikan. Upaya tersebut

Page 3: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

utamanya memperbaiki kualitas pembelajaran Biologi dengan mengembangkan berbagai macam strategi pembelajaran, khususnya yang dapat memberdayakan keterampilan metakognitif siswa. Harapannya adalah apabila keterampilan metakognitif meningkat, maka tidak hanya hasil belajar tetapi juga retensi siwa dapat meningkat. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zen (2010) dan Basith (2011) membuktikan beberapa strategi pembelajaran mampu memberdayakan keterampilan metakognitif dan berhubungan dengan hasil belajar kognitif dan retensi siswa siswa secara signifikan. Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah Problem Based Learning (PBL), Inkuiri, Jigsaw, dan Think Pair Share (TPS).

Strategi pembelajaran TPS yang dikembangkan oleh Frank Lyman, merupakan suatu strategi pembelajaran yang memiliki tiga tahap utama yaitu: tahap berpikir mandiri (Think), tahap berpasangan (Pair) dan tahap berbagi (Share). Melalui strategi ini, siswa akan termotivasi agar lebih aktif berpikir secara mandiri pada tahap think, kemudian pada tahap pair siswa berpasangan dan berdiskusi dengan satu kelompok yang telah ditentukan oleh guru, dan pada tahap share, hasil diskusi akan dibagi dengan semua kelompok di kelas (Slavin, 2005). Strategi pembelajaran TPS akan memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir secara mandiri, menjawab, dan saling membantu satu sama lain sehingga dapat memberdayakan keterampilan metakognitif masing-masing siswa. Selain itu, TPS dapat membantu siswa agar lebih mudah dalam menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.

Seperti yang dikemukakan Basith (2011) dalam penelitiannya, menunjukkan ada hubungan keterampilan metakognitif dan hasil belajar pada penerapan strategi pembelajaran TPS dengan nilai keterandalan 82,4%. Penelitian lain yang dilakukan Chikmiyah (2012) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar melalui model pembelajaran TPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,809. Penelitian lain oleh Muhiddin (2012) menunjukkan ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan retensi yang signifkan. Penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran TPS berpotensi memberdayakan keterampilan metakognitif sehingga diharapkan dapat meningkatkan tidak hanya hasil belajar, tetapi retensi siswa juga.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian korelasi yang dimaksudkan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas (keterampilan metakognitif) dengan variabel terikat (hasil belajar biologi dan retensi siswa). Penelitian ini dilakukan sepenuhnya dengan menggunakan strategi pembelajaran TPS. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas X SMA di Malang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X-1 SMA Negeri 6 Malang yang terdiri dari 36 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 16 siswa dan jumlah siswa perempuan 20 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, karena tidak ada kelas unggulan di SMA Negeri 6 Malang.

Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen Perlakuan terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan

Page 4: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran. Instrumen Pengukuran terdiri dari tes dan rubrik. Tes digunakan untuk mengukur keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa. Tes berupa tes tulis dengan pola open-ended asessment berjumlah 17 soal essay. Penilaian keterampilan metakognitif diukur menggunakan rubrik, sedangkan hasil belajar kognitif diukur dengan penskoran non rubrik.

Data penelitian ini berupa data keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif dan retensi. Data keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif diambil dari tes tulis (pretest dan posttest) yang diukur dengan penskoran rubrik dan non rubrik. Penskoran rubrik digunakan sebagai acuan dasar untuk mengukur keterampilan metakognitif, sedangkan penskoran non rubrik digunakan untuk hasil belajar kognitif. Data retensi diambil dari hasil tes retensi yang dilakukan 2 minggu setelah posttest dilakukan. Retensi diukur dengan penskoran rubrik dan non rubrik yang sama. Data keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi diambil 3 kali berupa pretest, posttest, dan retensi.

HASILKeterlaksanaan Sintaks Pembelajaran

Guna mengetahui konsistensi sintaks pembelajaran TPS, dilakukan analisis regresi yang meliputi uji kesejajaran dan uji keberhimpitan. Pada uji kesejajaran, didapatkan taraf signifikansi sebesar 0,376 > 0,05, artinya kedua garis regresi sejajar. Sedangkan pada uji keberhimpitan didapatkan taraf signifikansi 0,000 < 0,05, artinya kedua garis regresi tidak berhimpit. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan konsisten terhadap sintaks pembelajaran TPS yang ditunjukkan pada Grafik 1.

Grafik 1. Garis Regresi Keterlaksanaan Sintaks Strategi Pembelajaran TPS

Ringkasan hasil analisis regresi keterlaksanaan sintaks pembelajaran dijabarkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran TPS

Model Sum of Square df Mean Square F Sig.1 Regression 7164,957 3 2388,319 75,341 0,000

b1,b2 25,293 1 25,293 0,798 0,376b1,b2,b3 727,008 2 363,504 11,467 0,000Residual 2155,619 68 31,700Total 9320,577 71

Page 5: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Deskripsi DataData yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 3 yaitu keterampilan

metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi siswa. Data keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil pretest, posttest, dan retensi. Keterampilan metakognitif diukur menggunakan penskoran rubrik, yaitu rubrik metakognitif, sedangkan hasil belajar kognitif diukur dengan penskoran non rubrik. Retensi diukur dengan penskoran rubrik dan non rubrik yang sama. Ringkasan data keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif saat pretest, posttest, dan retensi dijabarkan pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3.

Tabel 1.2 Deskripsi Data Keterampilan Metakognitif saat Pretest, Posttest dan Retensi

Keterampilan Metakognitf (Pretest)

Keterampilan Metakognitf (Posttest)

Keterampilan Metakognitf (Retensi)

Mean 10,8689 22,5722 24,2978Std. Deviation 4,75531 6,25099 8,62280N 36 36 36

Tabel 1.3 Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif saat Pretest, Posttest dan RetensiHasil Belajar Kognitif

(Pretest)Hasil Belajar Kognitif

(Posttest)Hasil Belajar Kognitif

(Retensi)Mean 12,1556 30,2322 31,3561Std. Deviation 4,47946 8,84461 11,37232N 36 36 36

Analisis DataUji Normalitas Data

Sebelum dilakukan analisis korelasi antarvariabel, dilakukan uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif awal, akhir, dan retensi keterampilan metakognitif memiliki taraf signifikansi berturut-turut sebesar 0,549, 0,351, dan 0,856 pada level 0,05. Hasil belajar kognitif awal, akhir, dan retensi hasil belajar kognitif memiliki taraf signifikansi berturut-turut sebesar 0,546, 0,417, dan 0,919 pada level 0,05. Dapat dikatakan bahwa semua data baik data keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif dan retensi siswa terdistribusi secara normal.

Uji Hipotesis PenelitianPengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi Product

Moment Pearson. Data yang digunakan adalah data keterampilan metakognisi akhir, hasil belajar kognitif akhir, retensi keterampilan metakognitif, dan retensi hasil belajar kognitif yang kesemuanya merupakan data terkoreksi.

Hubungan Keterampilan Metakognitif Akhir Terkoreksi dengan Hasil Belajar Kognitif Akhir Terkoreksi

Berdasarkan hasil analisis korelasi keterampilan metakognitif akhir terkoreksi dengan hasil belajar kognitif akhir terkoreksi didapatkan nilai F sebesar 16,377 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Artinya, terdapat hubungan antara keterampilan metakognitif akhir terkoreksi dengan hasil belajar kognitif

Page 6: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

akhir terkoreksi. Ringkasan Anova hasil analisis korelasi keterampilan metakognitif akhir terkoreksi dengan hasil belajar kognitif akhir terkoreksi dijabarkan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Ringkasan Anova Hasil Analisis Korelasi Keterampilan Metakognitif Akhir Terkoreksi dengan Hasil Belajar Kognitif Akhir Terkoreksi

Sum of Square df Mean Square F Sig.Regression 839,629 1 839,629 16,377 ,000

Residual 1743,122 34 51,268Total 2582,751 35

Besarnya sumbangan yang diberikan oleh keterampilan metakognitif akhir terkoreksi terhadap hasil belajar kognitif akhir terkoreksi sebesar 32,5% yang dijabarkan pada Tabel 1.5. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan persamaan garis regresi yaitu Y = 0,816X + 11,802. Koefisien korelasi sebesar 0,570, sehingga dapat dinyatakan bahwa korelasi antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif pada penerapan strategi pembelajaran TPS sedang. Ringkasan koefisien regresi antara keterampilan metakognitif akhir terkoreksi terhadap hasil belajar kognitif akhir terkoreksi dijabarkan pada Tabel 1.6.

Tabel 1.5 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Keterampilan Metakognitif Akhir Terkoreksi dengan Hasil Belajar Kognitif Akhir Terkoreksi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of The Estimate

1 ,570a ,325 ,305 7,16019a. Predictors: (Constant), Keterampilan metakognisi akhir terkoreksi

Tabel 1.6 Koefisien Regresi Keterampilan Metakognitif Akhir Terkoreksi dengan Hasil Belajar Kognitif Akhir Terkoreksi

Model Understandarized Coefficients

Standarized Coefficients t Sig.

B Std Error Beta1 (Constant)

Keterampilan metakognisi akhir terkoreksi

11,802

,816

4,708

,202 ,570

2,507

4,047

,017

,000

a. Dependent Variable: Hasil belajar akhir terkoreksi

Hubungan Retensi Keterampilan Metakognitif Terkoreksi dengan Retensi Hasil Belajar Kognitif Terkoreksi

Berdasarkan hasil analisis korelasi retensi keterampilan metakognitif terkoreksi dengan retensi hasil belajar kognitif terkoreksi didapatkan nilai F sebesar 29,127dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Artinya, terdapat hubungan antara retensi keterampilan metakognitif terkoreksi dengan retensi hasil belajar kognitif terkoreksi. Ringkasan Anova hasil analisis korelasi retensi keterampilan metakognitif terkoreksi dengan retensi hasil belajar kognitif terkoreksi dijabarkan pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7 Ringkasan Anova Hasil Analisis Korelasi Retensi Keterampilan Metakognitif Terkoreksi dengan Retensi Hasil Belajar Kognitif Terkoreksi

Sum of Square df Mean Square F Sig.

Page 7: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Regression 1274,542 1 1274,542 29,127 ,000

Residual 1487,760 34 43,758Total 2762,302 35

Besarnya sumbangan yang diberikan oleh retensi keterampilan metakognitif terkoreksi terhadap retensi hasil belajar kognitif terkoreksi sebesar 46,1% yang dijabarkan pada Tabel 1.8. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan persamaan garis regresi yaitu Y = 0,834X + 11,078. Koefisien korelasi sebesar 0,679, sehingga dapat dinyatakan bahwa korelasi antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif pada penerapan strategi pembelajaran TPS kuat. Ringkasan koefisien regresi antara keterampilan metakognitif akhir terkoreksi terhadap hasil belajar kognitif akhir terkoreksi dijabarkan pada Tabel 1.9.

Tabel 1.8 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Retensi Keterampilan Metakognitif Terkoreksi dengan Retensi Hasil Belajar Kognitif Terkoreksi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of The Estimate

1 ,679a ,461 ,446 6,61496a. Predictors: (Constant), Retensi keterampilan metakognisi terkoreksi

Tabel 1.9 Koefisien Regresi Retensi Keterampilan Metakognitif Terkoreksi dengan Retensi Hasil Belajar Kognitif Terkoreksi

ModelUnderstandarized

CoefficientsStandarized Coefficients t Sig.

B Std Error Beta1 (Constant)

Retensi keterampilan metakognisi akhir terkoreksi

11,078

,834

3,915

,155 ,679

2,829

5,397

,008

,000

a. Dependent Variable: Retensi hasil belajar terkoreksi

PEMBAHASANHubungan antara Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Kognitif pada Penerapan Strategi Pembelajaran TPS

Hasil analisis korelasi keterampilan metakognitif akhir terkoreksi dengan hasil belajar kognitif akhir terkoreksi menghasilkan nilai F sebesar 16,377 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 pada level 0,05. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh keterampilan metakognitif akhir terkoreksi terhadap hasil belajar kognitif akhir terkoreksi sebesar 32,5%, dengan koefisien korelasi sebesar 0,570. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan persamaan garis regresi yaitu Y = 0,816X + 11,802.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basith (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar pada penerapan strategi pembelajaran pembelajaran TPS dengan nilai keterandalan 82,4%. Hasil penelitian Basith (2011) juga menunjukkan bahwa strategi pembelajaran TPS lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan metakognitif siswa. Penelitian lain oleh Chikmiyah dan Bambang (2012) membuktikan ada hubungan yang signifikan dan kuat antara metakognitif dengan hasil belajar pada

Page 8: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

penerapan pembelajaran TPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,809. Kuatnya hubungan tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran TPS berpotensi untuk memberdayakan keterampilan metakognitif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, khususnya pada pelajaran Biologi.

Namun, jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Basith (2011) maupun Chikmiyah dan Bambang (2012) yang memiliki keterandalan tinggi, korelasi antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif pada penerapan strategi pembelajaran TPS pada penelitian ini tergolong sedang. Hal ini terlihat dari sumbangan relatif yang diberikan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar hanya sebesar 32,5%, serta koefisien korelasi 0,570. Koefisien korelasi tersebut jika dibandingkan dengan kriteria interpretasi koefisien korelasi termasuk dalam kategori sedang.

Korelasi yang sedang antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar hanya ini dapat disebabkan oleh faktor lain diluar variabel penelitian. Faktor tersebut dapat berupa motivasi, pribadi siswa, dan lingkungan (Winkel 2004). Motivasi yang dimaksud adalah motivasi untuk mencapai tujuan bersama kelompok. Adanya motivasi/keinginan individu agar kelompoknya dapat meraih hasil yang terbaik meningkatkan rasa bersaing antarsiswa sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar (Slavin, 1996). Dimungkinkan siswa kelas X yang menjadi subjek penelitian kurang termotivasi untuk mengetahui bagaimana belajar dan belajar itu sendiri, sehingga hasil belajarnya kurang memuaskan.

Pribadi siswa terkait dengan intelegensinya. Kemampuan intelektual memegang peranan besar terhadap tinggi-rendahnya taraf prestasi belajar siswa, khususnya dalam pelajaran yang menuntut banyak pemikiran misalnya pelajaran Sains, tidak terkecuali pelajaran Biologi (Winkel, 2004). Siswa pada kelas X-1 memiliki taraf intelegensi yang beragam, sehingga hasil belajarnya bervariasi. Selain motivasi dan intelegensi, lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran (Winkel, 2004). Terkait masalah ini, kondisi kelas di SMA Negeri 6 dirasa kurang kondusif sebab dalam satu kelas berisi sekitar 40 siswa. Kelas dengan jumlah siswa yang banyak akan lebih sukar dipantau daripada kelas yang jumlah siswa yang sedikit. Guna mengatasi kendala tersebut, guru dapat mengaplikasikan teknik-teknik serta trik menejemen kelas yang baik (Woolfolk, 2010).

Meskipun demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif memiliki hubungan yang signifikan. Artinya, keterampilan metakognitif menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar sehingga nantinya akan dapat digunakan untuk masa depan.

Flavell (1979), menjelaskan bahwa metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif dan pengalaman metakognitif. Pengetahuan metakognitif terdiri dari 3 kategori berikut; (1) pengetahuan tentang diri sendiri, (2) pengetahuan dalam mempelajari tugas, dan (3) pengetahuan dalam strategi. Pengalaman metakognitif mencakup penggunaan strategi metakognitif atau regulasi metakognitif. Adanya pengalaman metakognitif dapat membantu siswa dalam meregulasi proses pembelajaran, merancang dan memonitor aktivitas kognitif serta membandingkan hasil dari aktivitas kognitif tersebut. Dengan demikian, apabila siswa sudah memiliki keterampilan metakognitif yang baik, siswa tersebut mampu memonitor aspek kognitifnya sendiri sehingga hasil belajar akat meningkat.

Page 9: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Strategi pembelajaran juga ikut memberikan andil dalam peningkatan keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif. Salah satu strategi pembelajaran yang memiliki keterandalan tinggi dalam memberdayakan keterampilan metakognitif adalah strategi pembelajaran TPS. Seperti yang dikemukakan Basith (2011) maupun Chikmiyah dan Bambang (2012), strategi pembelajaran TPS berpotensi tinggi dalam memberdayakan keterampilan metakognititf. Strategi TPS memiliki langkah-langkah/sintaks khusus yaitu Think, Pair dan Share. Pada tahap Think, setiap siswa berpikir secara mandiri untuk memecahkan suatu permasalahan. Adanya “think time” atau waktu untuk berpikir memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban mereka sendiri, sehingga keterampilan siswa dalam mengontrol dan memonitor belajar mereka sendiri (self regulation) dapat meningkat. Kemampuan siswa dalam mengatur belajarnya sendiri merupakan salah satu indikator bahwa keterampilan metakognitifnya mulai berkembang (Livingstone, 1997).

Selanjutnya, pada tahap Pair, siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap think. Hasil dikusi selama tahap pair dapat menambah informasi bagi masing-masing siswa, sehingga hasil akhir yang didapat akan lebih baik dari jawaban mereka sebelumnya. Diskusi antarsiswa memungkinkan siswa untuk menemukan jawaban atas permasalahan secara bersama-sama. Masing-masing siswa berkesempatan untuk saling memonitor dan mengevaluasi hasil pemikirannya sendiri dan hasil pemikiran siswa yang menjadi pasangannya. Proses membandingkan aktivitas kognitif ini juga menandakan bahwa keterampilan metakognitif siswa mulai diberdayakan dengan baik (Flavell, 1979). Siswa yang belajar dalam kelompok-kelompok kecil memiliki kecenderungan untuk mengasah keterampilan metakognitif daripada siswa yang belajar dengan cara mendengarkan ceramah dari guru (McKeachie, 1985 dalam Downing, 2009).

Tahap akhir dari strategi pembelajaran TPS adalah tahap Share. Pada tahap share (berbagi) guru meminta pada pasangan untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan seluruh kelas. Melalui tahap ini, semua kelompok dimungkinkan untuk saling mengevaluasi hasil pemikiran mereka sehingga setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengevaluasi aktivitas kognitif baik dirinya sendiri maupun teman sekelasnya. Selain itu, siswa akan mendapat tambahan informasi dan menjadi lebih paham bagaimana cara memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru bertugas memberikan koreksi terhadap jawaban siswa dan memberikan penguatan (reinforcement) di akhir pembelajaran. Penguatan penting untuk dilakukan agar konsep menjadi bermakna dan siswa lebih termotivasi dalam belajar (Woolfolk, 2010).

Hubungan antara Keterampilan Metakognitif dan Retensi pada Penerapan Strategi Pembelajaran TPS

Hasil analisis korelasi retensi keterampilan metakognitif terkoreksi dengan retensi hasil belajar kognitif terkoreksi menghasilkan nilai F sebesar 29,127 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 pada level 0,05. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara retensi keterampilan metakognitif dengan hasil retensi belajar kognitif. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh retensi keterampilan metakognitif terkoreksi terhadap hasil retensi belajar kognitif

Page 10: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

terkoreksi sebesar 46,1% dengan koefisien korelasi sebesar 0,679. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan persamaan garis regresi yaitu Y = 0,834X + 11,078.

Muhiddin (2012) dalam penelitiannya membuktikan bahwa antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa memiliki hubungan yang signifikan. Penelitian Suharlik (2011) menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran TPS memiliki efektivitas yang tinggi guna meningkatkan retensi siswa dengan peningkatan sebesar 3,54%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Malahayati (2011) memperlihatkan bahwa strategi pembelajaran PBM+TPS berpengaruh terhadap retensi kereampilan metakognitif sebesar 83,306% dan retensi hasil belajar sebesar 95,029%. Terlihat bahwa peningkatan keterampilan metakognitif diikuti oleh peningkatan retensi pada penerapan strategi pembelajaran TPS.

Sejalan dengan hasil penelitian terdahulu, penelitian ini membuktikan bahwa hubungan antara keterampilan metakognitif dengan retensi siswa adalah signifikan. Besarnya koefisien korelasi yang didapat dari hasil analisis adalah 0,679, sehingga hubungan antara keterampilan metakognitif dengan retensi siswa tergolong kuat.

Seperti yang dikemukakan oleh Louca (2008), bahwa metakognisi tidak hanya mengenai “thoughts about thoughts”, tetapi telah mencakup bagaimana seseorang mengetahui akan pengetahuan, pemrosesan informasi serta keadaan kognitif dan afektif yang dimiliki, dan bagaimana seseorang memonitor pengetahuan, pemrosesan informasi serta keadaan kognitif dan afektif yang dimiliki. Secara tidak langsung, keterampilan metakognitif akan mempengaruhi kemampuan kognitif siswa dan utamanya bagaimana mereka memproses informasi yang di dapat.

Informasi yang didapat akan diolah dalam ingatan melalui tahap-tahap tertentu. Ada tiga proses utama bagaimana informasi diolah dan diproses oleh manusia yaitu: 1) pengkodean (encoding), 2) penyimpanan (storage), dan 3) mengingat kembali (retrieval). Proses yang terjadi pada tahap penyimpanan (storage) inilah yang disebut retensi, yaitu saat penyimpanan informasi yang memungkinkan individu dapat mengingat informasi yang didapat sebelumnya. Hasil dari belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran disimpan dalam ingatan dan kemudian dapat digali kembali dari ingatan saat diperlukan (Winkel, 2004). Lamanya interval antara pemasukan informasi dengan pemanggilan kembali tidaklah sama untuk setiap individu, sehingga akan mempengaruhi kemampuan retensi individu tersebut. Jadi, antara siswa satu dengan siswa lainnya juga memiliki kemampuan retensi yang berbeda.

Kemampuan retensi juga dipengaruhi oleh masalah “keluar” dan “lupa”. Model pengolahan informasi Atkinson-Shiffrin (Slavin 2008) menjelaskan bahwa masalah “keluar” terjadi pada informasi yang belum masuk pada Long Term Memory (LTM) karena gagal dalam proses penyimpanan (failure to store). Padahal, apabila informasi sudah tersimpan dalam LTM, maka informasi tersebut tidak akan terhapus ataupun hilang. Terlihat bahwa perhatian (attention) dan pengulangan (rehearsal) merupakan hal penting agar suatu informasi dapat masuk ke LTM. Masalah “lupa” terjadi pada (LTM) yang disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan (retrieval failure). Artinya, apabila informasi yang masuk ke LTM ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi saat diperlukan.

Page 11: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Selain faktor individu dan masalah lupa, strategi pembelajaran juga memiliki peran penting dalam kemampuan retensi siswa. Menurut Banikowski (1999), salah satu strategi yang dapat meningkatkan memori siswa adalah pembelajaran kooperatif TPS. Sintaks pembelajaran TPS memungkinkan siswa untuk belajar dengan lebih terstruktur, sehingga informasi yang didapat tertata dengan baik. Semua kegiatan belajar dilakukan secara kolaboratif sehingga menciptakan pembelajaran yang bermakna dan melekat pada ingatan jangka panjang siswa.

Selain itu, strategi pembelajaran TPS berpotensi tinggi memberdayakan keterampilan metakognitif sehingga nantinya mampu meningkatkan retensi siswa. Sesuai dengan pernyataan Curwen (2010), bahwa permberdayaan keterampilan metakognitif menunjang peningkatan baik komprehensi maupun retensi siswa. Siswa dengan keterampilan metakognitif yang tinggi akan berpikir lebih jauh tentang permasalahan yang dihadapi. Apabila siswa dihadapkan pada masalah yang membutuhkan usaha untuk dapat menemukan pemecahannya, maka siswa tersebut akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan retensinya (Zaromb, 2010).

Secara keseluruhan, terdapat hubungan antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif dan retensi siswa kelas X di SMA Negeri 6 Malang pada penerapan strategi pembelajaran TPS. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan yang signifikan antarvariabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu antara keterampilan metakogintif terhadap hasil belajar kognitif dan retensi. Namun, perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait hubungan keterampilan metakognitif dengan retensi siswa, khususnya pada penerapan strategi pembelajaran TPS.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan hasil analisis korelasi menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif siswa. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif sebesar 32,5%. Koefisien korelasi sebesar 0,570, sehingga korelasi tergolong sedang dengan persamaan garis regresi Y = 0,816X + 11,802. Berdasarkan hasil analisis korelasi menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan retensi siswa. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh retensi keterampilan metakognitif terkoreksi terhadap hasil retensi belajar kognitif terkoreksi sebesar 46,1%. Koefisien korelasi sebesar 0,679, sehingga korelasi tergolong kuat dengan persamaan garis regresi Y = 0,834X + 11,078.

SaranPembelajaran TPS berpotensi memberdayakan keterampilan metakognitif

siswa sehingga dapat mengatasi permasalahan yang dihadapainya. Nsmun, perlu adanya penelitian lanjutan terkait hubungan antar keterampilan metakognitif dengan retensi siswa khususnya pada penerapan strategi pembelajaran TPS.

DAFTAR RUJUKAN

Page 12: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Banikowski, A. K. 1999. Strategies to Enhance Memory Based On Brain-Research. Focus on Exceptional Children, (Online), 32 (2), (http://scboces.org/english/IMC/Focus/Memorystrategies2.pdf), diakses 18 Maret 2013.

Basith, A. 2011. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Matapelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SD dengan Strategi Pembelajaran Jigsaw dan Think Pair Share (TPS). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.

Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chikmiyah, C., & Bambang S. 2012. Relationship Between Metacognitive Knowledge And Student Learning Outcomes Through Cooperative Learning Model Type Think Pair Share On Buffer Solution Matter. Unesa Journal of Chemical Education, 1 (1):55-61, (Online), (http://ejournal. unesa.ac.id/article/202/36/article.pdf), diakses 13 Maret 2013.

Corebima, A. D. 2005. Pengukuran Kemampuan Berpikir Pada Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan pada Seminar Dies Ke 41 Universitas Negeri Yogyakarta dengan Tema Hasil Penelitian Tentang Evaluasi Hasil Belajar Serta Pengelolaannya, Yogyakarta 14-15 Mei 2005.

Corebima, A. D. 2006. Pembelajaran Biologi Yang Memberdayakan Kemampuan Berpikir Siswa. Makalah disajikan dalam Pelatihan Strategi Metakognitif pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru Biologi SMA, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) UNPAR, Palangkaraya, 23 Agustus 2006.

Curwen, M. S, Roxanne G. M., Kimberly A. W. S., & Robert C. C. 2010. Increasing Teachers’ Metacognition Develops Students’ Higher Learning during Content Area Literacy Instruction: Finding from the Read-Write Cycle project. Issues in Teacher Education, 19 (2):157-151, (Online), (http://www1.chapman.edu/ITE/public_html/ITEFall10/ 16curwenetal.pdf), diakses 18 Maret 2013.

Downing, K. J., 2009. Self-efficacy and Metacognitive Development. The International Journal of Learning, (Online), 16 (4):185-199, (http://jamie smithportfolio.com/EDTE800/wp-content/Self-Efficacy/ Downing.pdf), diakses 18 Maret 2013.

Flavell, J. H. 1979. Metacognition and Cognitive Monitoring, A New Area of Cognitive-Developmental Inquiry. American Psychologist, (Online), 34 (10):906-911, (Online), (http://www4.ncs.edu/~jlnietfe/Metacog_Articles _files/Flavell%20(1979).pdf), diakses 18 Maret 2013.

Livingstone, J. A. 1997. Metacognition: An Overview. (Online), (http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm), diakses 18 Oktober 2012.

Page 13: HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

Louca, E. P. 2008. Metacognition and Theory of Mind. Newcastle: Cambridge Scholars Publishing.

Muhiddin, P. 2012. Integrasi Problem Based Learning dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Kemampuan Akademik Terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa pada Perkuliahan Biologi Dasar di FMIPA UMM Makssar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.

Slavin, R. E., 1996. Research For The Future, Research on Cooperative Learning and Achievement: What We Know, What We Need to Know. Contemporary Educational Psychology, 21(04): 43–69.

Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik (Zubaedi, Ed). Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Sukmadinata, N. S. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tapilow, F. & Wawan S. 2008. Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik pada Konsep Sistem Saraf. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 1(2):19-26, (Online), (http://file.upi.edu/ Direktori/FPMIPA/PRODI_ILMU_KOMPUTER/_196601011991031-WAWAN_SETIAWAN/10._Peningkatan_pemahaman_dan_Retensi.pdf), diakses 11 Maret 2013.

Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Woolfolk, Anita. 2010. Educational Psychology. Upper Saddle River: Pearson Education International.

Zaromb, F. M., Jeffrey D. K., & Henry L. R. III. Comprehension as a Basis for Metacognitive Judgments:Effects of Effort After Meaning on Recall and Metacognition. Journal of Experimental Psychology: American Psychological Association Learning, Memory, and Cognition, (Online), 36(2):552-557, (http://psych.wustl.edu/memory/Roddy%20article %20PDF%27s/Zaromb%20et%20al%20(2010)_JEPLMC.pdf), diakses 18 Maret 2013.

Zen, A. R. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar (SD) dalam Pembelajaran Sains pada Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Inkuiri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.