81
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2017 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Disusun Oleh : ASTRID AYU CAROLINA WULA NIM : P00324014005 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII TAHUN 2017

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIAN … ASTRID.pdf · Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari sebanyak 35 orang (50,0%). Kesimpulan: Ada hubungan antara kebiasaan merokok

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIANBERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG

    PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARITAHUN 2017

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan padaProgram Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

    Disusun Oleh :

    ASTRID AYU CAROLINA WULANIM : P00324014005

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII

    TAHUN 2017

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIANBERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG

    PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARITAHUN 2017

    KARYA TULIS ILMIAH

    Disusun Oleh :

    ASTRID AYU CAROLINA WULANIM : P00324014005

    KTI ini Telah DisetujuiTanggal Agustus 2017

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Askrening, SKM., M.Kes. Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes.NIP. 19690930 199002 2 001 NIP. 19760215 200112 2 002

    Mengetahui,Ketua Jurusan KebidananPoltekkes Kemenkes Kendari

    Halijah, SKM., M.Kes.NIP. 19620920 198702 2 002

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIANBERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG

    PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARITAHUN 2017

    KARYA TULIS ILMIAH

    Disusun Oleh:

    ASTRID AYU CAROLINA WULANIM : P00324014005

    Telah DiujikanPada Tanggal 27 Juli 2017

    TIM PENGUJI

    Penguji I : Dr. Nurmiaty, S.Si.T., MPH. (...................................)

    Penguji iI : Dr. Kartini, S.Si.T., M.Kes. (...................................)

    Penguji III : Feryani, S.Si.T., MPH. (...................................)

    Penguji IV : Askrening, SKM., M.Kes. (...................................)

    Penguji V : Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes. (...................................)

    Mengetahui,Ketua Jurusan KebidananPoltekkes Kemenkes Kendari

    Halijah, SKM., M.Kes.NIP. 19620920 198702 2 002

  • iv

    RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Penulis1. Nama : ASTRID AYU CAROLINA WULA2. Tempat Tangal Lahir : Wolasi, 27 Juli 1996

    3. Jenis Kelamin : Perempuan

    4. Agama : Kristen

    5. Suku/Bangsa : Tolaki / Indonesia

    6. Alamat : Desa Amoito Jaya Kec. Wolasi

    Kabupaten Konawe Selatan

    B. Riwayat Pendidikan1. SD Negeri 1 Poli Polia, Tamat Tahun 2008

    2. SMP Negeri 24 Konawe Selatan, Tahun Tamat 2011

    3. SMA Negeri 13 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2014

    4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan

    Tahun 2014 sampai sekarang.

    iv

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan

    judul “Hubungan Kebiasaan Merokok Suami Kejadian Berat Badan Lahir

    Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari Tahun 2017”.

    Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan

    dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung

    dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan

    awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis

    mengucapkan terima kasih kepada Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku

    Pembimbing I dan Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing II

    yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan

    tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis

    dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

    Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada

    yang terhormat:

    1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

    Kendari.

    2. Ibu dr. Hj. Asrida, selaku Direktur RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi

    Tenggara dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi

    selama pengambilan data awal penelitian ini berlangsung.

    3. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

    Kemenkes Kendari.

    v

  • vi

    4. Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T., MPH., selaku Penguji II, Ibu Dr. Kartini, S.Si.T.,

    M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Feryani., S.Si.T., MPH., selaku Penguji

    III.

    5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu

    pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes

    Kemenkes Kendari.

    6. Teristimewa kepada ayahanda Abed Johni dan Ibunda tercinta Riana

    David yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih

    sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta

    saudara-saudaraku, terima kasih atas pengertiannya selama ini.

    7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan angkatan 2014.

    Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah

    SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua

    pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis

    mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu

    pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

    Kendari, Juli 2017

    Penulis

    vi

  • vii

    ABSTRAK

    Hubungan Kebiasaan Merokok Suami Kejadian Berat Badan LahirRendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari

    Tahun 2017

    Astrid Ayu Carolina Wula 1, Askrening 2, Syahrianti 2

    Latar Belakang: Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh, menimbulkanbanyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi perokok secara umum. Ibuperokok pasif memiliki kesamaan dengan perokok aktif, meskipun secara langsungtidak merokok. Namun ibu perokok pasif mempunyai dampak yang sama terhadapjanin yang dikandungnya.Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami dengankejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota KendariTahun 2017.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control.Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari pada bulan Juni2017. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayiBBLR, sebanyak 35 kasus BBLR. Sedangkan populasi kontrol adalah semua ibuyang melahirkan bayi dengan keadaan BBLN, sebanyak 156 kasus. Variabelindependen dalam penelitian ini yaitu kebiasaan merokok suami, sedangkan variabeldependen dalam penelitian ini yaitu kejadian BBLR.Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa Sebagian besar responden memiliki suamiyang tidak merokok, yakni sebanyak 39 orang (55,7%); dan angka kejadian BBLR diRuang Perinatologi RSUD Kota Kendari sebanyak 35 orang (50,0%).Kesimpulan: Ada hubungan antara kebiasaan merokok suami dengan kejadianBBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari, kebiasaan merokok suamimemiliki risiko 2,4 kali lebih besar untuk menderita BBLR pada bayi di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari.

    Kata Kunci : Kebiasaan merokok suami, BBLRDaftar Pustaka : 20 (2007-2016)

    1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

    vii

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ............................................................................... v

    ABSTRAK ............................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5

    E. Keaslian Penelitian ............................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Tentang Perilaku Merokok .................................... 7

    B. Telaah Tentang Berat Badan Lahir Rendah ..................... 18

    C. Telaah Tentang Hubungan Kebiasaan Merokok

    dengan BBLR..................................................................... 27

    D. Landasan Teori ................................................................. 30

    E. Kerangka Konsep ............................................................. 31

    F. Hipostesis ......................................................................... 32

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ................................................................. 33

    B. Tempat Penelitian ............................................................ 34

    C. Waktu Penelitian .............................................................. 34

    viii

  • ix

    D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 34

    E. Variabel Penelitian ........................................................... 36

    F. Definisi Operasional ......................................................... 36

    G. Pengumpulan dan Sumber Data ...................................... 37

    H. Pengolahan Data .............................................................. 37

    I. Penyajian Data ................................................................. 39

    J. Analisis Data .................................................................... 39

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ................................................................. 42

    B. Pembahasan .................................................................... 49

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ....................................................................... 57

    B. Saran ................................................................................ 58

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    ix

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian Case Control Study. 40

    2. Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD Kota KendariTahun 2017 .......................................................................................... 45

    3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Nifas di Ruang PerinatologiRSUD Kota Kendari ............................................................................. 46

    4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu Nifas Ruang Perinatologidi RSUD Kota Kendari ......................................................................... 46

    5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Nifas di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 47

    6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok Suami di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 47

    7. Distribusi Responden Menurut Kejadian BBLR di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 48

    8. Hubungan Kebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian BBLR diRuang Perinatologi RSUD Kota Kendari .............................................. 48

    x

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 31

    2. Desain Penelitian Case Control ...................................................... 33

    xi

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner

    2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden

    3. Kuesioner Penelitian

    4. Master Tabel Hasil Penelitian

    5. Analisis Chi Square

    6. Surat Ijin Penelitian

    7. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian

    xii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki

    kebiasaan merokok, dan perokok pasif adalah seseorang yang tidak

    memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok

    yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya.

    Meskipun perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki

    resiko yang sama dengan perokok aktif salah satunya yaitu wanita hamil

    berkemungkinan melahirkan bayi premature atau bayi lahir cukup bulan,

    tetapi berat badan kurang dari normal (Aulia, 2010). Bayi yang lahir dari

    lingkungan perokok, rata-rata 200 gram lebih ringan dari bayi non

    perokok. Selain ibu perokok, ayah yang merokok juga berhubungan

    dengan pertumbuhan janin yang terlambat. Ayah yang merokok

    berhubungan dengan penurunan berat bayi lahir (Yulifah, 2009).

    Kelahiran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia Menurut

    Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian

    neonatal sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar

    86.000 bayi usia 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu)

    neonatus meninggal. Di rumah sakit pusat rujukan sekitar 15-20% bayi

    dilahirkan dengan berat lahir rendah sedangkan jumlah kelahiran BBLR

    secara nasional adalah (11,5%) (Kemenkes RI, 2010).

    1

  • 2

    Di Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dari

    4.957 persalinan, terdapat sebanyak 478 kasus (9,64%) kejadian BBLR,

    pada tahun 2015 meningkat menjadi 482 kasus (9,67%) dari 4.984

    persalinan (Depkes Sultra, 2015).

    Untuk Kota Kendari tahun 2013, terdapat 2.646 persalinan, 167

    kasus (6,31%) merupakan kejadian BBLR, pada tahun 2014 dari 1.699

    persalinan, terdapat 157 kasus (9,24%) kejadian bayi dengan BBLR.

    Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 1.735 persalinan, dimana terdapat

    168 kasus (9,68%) kejadian BBLR (Dinkes Kota Kendari, 2015).

    Berdasarkan data dari bidang pelayanan kesehatan (YanKes)

    RSUD Kota Kendari terdapat 77 bayi (10,27%) dengan kasus BBLR dari

    750 kelahiran pada tahun 2015, dan terdapat 101 bayi (17,50%) dengan

    kasus BBLR dari 577 kelahiran pada tahun 2016 sampai dengan bulan

    September (RSUD Kota Kendari, 2016).

    Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh,

    menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi

    perokok secara umum. Ibu perokok pasif memiliki kesamaan dengan

    perokok aktif, meskipun secara langsung tidak merokok. Namun ibu

    perokok pasif mempunyai dampak yang sama terhadap janin yang

    dikandungnya. Hal ini dikarenakan masuknya beberapa zat berbahaya di

    dalam rokok kedalam tubuh diantaranya adalah nikotin dan karbon

    monoksida (Aulia, 2010). Zat nikotin dan karbon monoksida yang beredar

    dalam tubuh bumil diserap oleh bayi saat masih dalam kandungan.

    Keduanya zat tersebut memiliki efek menyempitkan saluran-saluran

  • 3

    pembuluh darah sehingga dapat memperkecil kadar oksigen dan nutrisi

    yang mengalirke dalam tubuh ibu hamil (bumil). Akibatnya, janin akan

    menerima asupan nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sedikit sehingga

    berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

    (Jaya, 2009).

    Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi oksigen yang

    dibawa oleh darah. Semakin banyak karbon monoksida dalam darah bayi,

    maka akan semakin rendah berat badan bayi saat kelahiran. Zat kimia

    yang terisap dari asap rokok akan membatasi pertumbuhan janin dengan

    mengurangi jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun

    dalam otak. Nikotin menjadikan pembuluh darah mengerut dan oleh

    karena itu mengurangi suplai darah ke plasenta yang mengganggu

    perkembangan bayi. Racun nikotin dapat mempengaruhi bahkan

    menghambat proses aliran darah dari ibu kepada janin, akibatnya

    perkembangan bayi menjadi terlambat. Kondisi ini berjalan terus hingga

    memasuki masa persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat

    badan kurang dari 2500 gram (Sari, 2008).

    Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) salah satunya masalah fisik yaitu

    mengalami penyakit parukronis. Keadaan ini dapat disebabkan karena

    infeksi, kebiasaan ibu merokok, dan radiasi udara dilingkungan

    (Proverawati, dkk., 2010). Salah satu upaya menurunkan terjadinya Berat

    Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah dengan menghentikan kebiasaan

    merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol, tidak merokok

  • 4

    dan menghindari asap rokok (Proverawati, dkk., 2010). Calon ibu

    sebaiknya berhenti merokok saat hamil, sehingga resiko pada dirinya dan

    bayi dapat dihindari. Begitu juga dengan ibu hamil yang menjadi perokok

    pasif sebaiknya menghindari perokok tersebut karena sedikit banyak

    dapat berisiko pada kehamilan (Nirwana, 2011).

    Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada 10

    orang ayah yang memiliki bayi dengan BBLR ditanyakan tentang

    kebiasaan merokok di dekat istri selama kehamilan sebanyak 7 orang

    diantaranya menjawab ya dan 3 orang menjawab tidak merokok.

    Berdasarkan angka kejadian di atas, maka peneliti telah melakukan

    penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami dengan

    kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD

    Kota Kendari Tahun 2017.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan kebiasaan merokok

    suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari Tahun 2017?”.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami

    dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari Tahun 2017.

  • 5

    2. Tujuan khusus

    a. Untuk mengidentifikasi kebiasaan merokok suami.

    b. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah.

    c. Untuk menganalisis hubungan kebiasaan merokok suami dengan

    kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi

    RSUD Kota Kendari.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran untuk

    kegiatan penelitian selanjutnya.

    2. Bagi Masyarakat

    Memberikan informasi dan sebagai bahan masukan kepada

    masyarakat mengenai hubungan kebiasaan merokok suami dengan

    kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

    3. Bagi Peneliti

    Peneliti mendapatkan informasi dan menambah pengetahuan

    mengenai hubungan kebiasaan merokok suami dengan terjadinya

    berat badan lahir rendah (BBLR).

    E. Keaslian Penelitian

    Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh

    peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan

    ini adalah hasil penelitian Arni Salam (2012) dengan judul: Faktor-Faktor

    Yang Mempengaruhi Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah di RSU Dewi

  • 6

    Sartika Kota Kendari Periode Januari 2010-Desember 2012. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa faktor umur, paritas, dan jarak kehamilan

    mempengaruhi terjadinya BBLR pada bayi di RSU Dewi Sartika Kota

    Kendari.

    Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel

    penelitian, dimana pada penelitian ini menggunakan variabel kebiasaan

    ayah merokok serta lokasi penelitian.

    Penelitian Dewi (2012) dengan judul: Hubungan Faktor Ibu dan

    Janin dengan Kelahiran Bayi BBLR di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ibu yang berhubungan dengan

    kejadian bayi BLR adalah usia ibu, riwayat melahirkan bayi BBLR, jarak

    kelahiran, kebiasaan merokok ibu.

    Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel

    penelitian, dimana pada penelitian ini menggunakan variabel kebiasaan

    ayah merokok, lokasi penelitian dan metode penelitian yang digunakan.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Tentang Kebiasaan Merokok

    1. Definisi Kebiasaan Merokok

    Kebiasaan merokok adalah aktivitas seseorang yang

    merupakan respon orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu

    faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat

    diamati secara langsung. Sedangkan merokok adalah membakar

    tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun

    menggunakan pipa. Temperatur sebatang rokok yang tengah dibakar

    adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar dan 30

    derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok

    (Istiqomah, 2009).

    Munculnya kebiasaan dari organisme ini dipengaruhi oleh

    faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus

    ekternal. Seperti halnya perilaku lain; kebiasaan merokok pun muncul

    karena adanya faktor internal (faktor biologis dan psikologis, seperti

    kebiasaan merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor

    eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman

    sebaya). Sari dkk (2009) menyebutkan bahwa kebiasaan merokok

    adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan

    menggunakan pipa atau rokok.

    7

  • 8

    Menurut Ogawa dalam Triyanti (2010) dahulu kebiasaan

    merokok disebut sebagai suatau kebiasaan atau ketagihan, tetapi

    dewasa ini merokok disebut sebagai tabaco dependency sendiri dapat

    didefinisikan sebagai kebiasaan penggunaan tembakau yang menetap,

    biasanya lebih dari setengah bungkus per hari, dengan adanya

    tambahan ditres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau

    secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok dapat juga didefinisikan

    sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku

    merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok,

    dan fungsi merekok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi,

    2010).

    Intensitas merokok sebagai wujud dari kebiasaan merokok

    menurut Bustan (2010), rokok aktif adalah asap rokok yang berasalah

    dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap

    (mainstream). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

    perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan

    langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagai

    kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

    Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang

    yang tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan polutan

    bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya

    terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret

    kemungkinan besar bahayanya terhadap mereka yang bukan perokok,

    terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh

  • 9

    perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak

    mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung

    tar dan niotin (Wardoyo, 2006).

    Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang bila digunakan

    dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat

    (Aulia, 2010). Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, diketahui bahwa

    rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu

    ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

    Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya, atau sintesisnya

    yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

    tambahan.

    Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk

    cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

    Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

    mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP

    No 19 dalam Sarafino, 2009).

    Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70

    hingga 120 milimeter (berfariasi tergantung Negara) dengan diameter

    sekitar 10 milimeter yang berisi daun-daun tembakau yang telah

    dicacah (Jaya, 2009).

    Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau

    kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam

    kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan

    tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang

  • 10

    memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat

    ditimbulkan karena merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan

    jantung walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang

    sekali dipatuhi (Gondodiputro dalam Sarafino, 2009).

    Merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak

    asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan

    bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk

    bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Dalam Kamus

    Besar Bahasa Indonesia, merokok adalah menghisap gulungan

    tembakau yang dibungkus dengan kertas (Fajar dalam Valleria, 2009).

    Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau komponen

    asap, juga disebut sebagai “emisi asap”. Komponen asap yang paling

    luas dikenal adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida (CO). Selain

    zat-zat ini, hingga saat ini lebih dari 7,000 zat kimia telah diketahui

    terkandung dalam asap rokok. Dinas kesehatan masyarakat telah

    menggolongkan sekitar 70 komponen asap sebagai kemungkinan

    penyebab penyakit yang terkait dengan merokok, seperti kanker paru,

    penyakit jantung, dan emfisema (Triswanto, 2012).

    Rokok adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi keadaan

    psikologis seseorang. Pada masa pertumbuhan, zat dalam rokok

    (nikotin) bahkan dapat mempengaruhi perkembangan fisik. Bahkan ini

    diperparah jika, seorang wanita hamil mengisap rokok, yang dapat

    mempengaruhi secara langsung perkembangan fisik janin yang

    dikandungnya. Merokok ada dua macam, baik perokok aktif maupun

  • 11

    pasif. Seorang istri yang hamil misalnya, akan selalu menjadi perokok

    pasif dari suami yang menjadi perokok aktif. Perokok pasif adalah

    mereka yang tidak merokok tetapi menghisap ETS (Environmental

    Tobacco Smoke). ETS adalah asap rokok utama dan asap rokok

    sampingan yang dihembuskan kembali oleh perokok. Bagi orang yang

    tidak merokok, asap rokok selalu tidak menyenangkan, berbau,

    mengiritasi hidung dan mata. Risiko menghirup asap rokok orang lain

    tidak sebesar menghirup asap rokok sendiri, tetapi risikonya tetap

    bermakna (Trim, 2012).

    2. Faktor-Faktor Penyebab

    Menurut Mu’tadin dalam Valleria (2009) kebiasaan merokok

    pada individu juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain yaitu:

    a. Lingkungan sosial, yaitu: segala aktivitas kehidupan yang paling

    dekat dengan individu seperti teman-teman, kawan-kawan sebaya,

    orang tua, saudara-saudara dan media massa.

    b. Variabel demografi, yaitu: bagian-bagian dari masyarakat seperti

    umur dan jenis kelamin.

    c. Sosio kultural, yaitu: norma-norma dalam masyarakat yang terdiri

    dari kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan,

    penghasilan dan gengsi pekerjaan.

    d. Variabel politik, yaitu: berupa usaha memperlancar kampanye-

    kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.

    Menurut Sarafino cit Aulia (2010) bahwa ada tiga faktor

    yang mempengaruhi seseorang terbiasa merokok, yaitu:

  • 12

    a. Faktor Sosial

    Manusia adalah makhluk sosial, sehingga ada saling

    ketergantungan atau dengan kata lain tidak bias hidup sendiri.

    Sebagai mahluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk

    mengadakan hubungan dengan orang lain, sehingga perilaku

    individu tidak terlepas dari lingkungan sosialnya. Seorangyang

    tidak merokok, namun hidup atau bekerja diantara orang perokok

    maka kemungkinan besar dia akan terpengaruh ikut merokok.

    b. Faktor Psikologis

    Salah satu faktor psikologis yang menyebabkan seseorang

    merokok, yaitu demi relaksasi, ketenangan, serta mengurangi

    kecemasan atau ketegangan. Perokok secara sudut pandang

    psikologis dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri

    sendiri secara mudah dan efektif dan rokok itulah yang dijadikan

    pilihan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Gejala yang dapat

    dicermati untuk mengenali alasan merokok adalah karena

    ketagihan, kebutuhan mental, dan karena kebiasaan.

    c. Faktor Farmakologis

    Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin

    yang mempengaruhi perasaan atau kebiasaan. Hal ini

    menyebabkan seseorang merasa nikmat saat merokok, sehingga

    seseorang yang sudah pernah mencoba merokok akan ketagihan

    dan mengulanginya lagi (Jaya, 2009).

  • 13

    3. Tipe-Tipe Perokok

    a. Perokok aktif (Active Smoker)

    Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki

    kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya,

    sehingga rasanya tidak enak bila sehari saja tidak merokok. oleh

    karena itu, ia akan melakukan apapun demi mendapatkan rokok,

    kemudian merokok (Aulia, 2010).

    b. Perokok Pasif(Passive Smoker)

    Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki

    kebiasaan merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok

    yang dihembus oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya.

    Meskipun perokok pasif memiliki resiko yang sama dengan perokok

    aktif dalam hal terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok.

    Perokok pasif mempunyai resiko yang sama dengan perokok aktif

    karena perokok pasif juga menghirupkan dungan karsinogen (zat

    yang memudahkan timbulnya kanker) dan 4.000 partikel lain yang

    ada pada asap rokok (Aulia, 2010).

    Selain perokok aktif dan perokok pasif masih ada tipe-tipe

    perokok yang lain. Menurut Sitepoe, tipe perokok ada 5 yaitu:

    a. Tidak merokok, yaitu tidak merokok selama hidup.

    b. Perokok ringan, yaitu merokok berselang-seling.

    c. Perokok sedang, yaitu merokok setiap hari dalam kuantum kecil.

    d. Perokok berat, yaitu merokok lebih dari satu bungkus setiap hari.

  • 14

    e. Berhenti merokok, yaitu semula merokok, kemudian berhenti dan

    tidak pernah merokok lagi (Aulia, 2010).

    Perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki

    risiko yang sama dengan perokok aktif dalam hal terkena penyakit

    yang disebabkan oleh rokok. Berbagai studi bahwa perokok pasif

    memiliki resiko sama dengan perokok aktif dalam hal-hal berikut:

    a. Kemungkinan mengalami serangan kanker paru, kanker payudara,

    kanker ginjal, kanker pankreas, dan kanker otak karena

    memperoleh nikotin dari asap rokok.

    b. Kemungkinan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah

    (stroke).

    c. Kemungkinan mengalami serangan asma bronkhiale.

    d. Kemungkinan terkena gangguan kognitif dan demensia (mudah

    lupa).

    e. Wanita hamil berkemungkinan melahirkan bayi prematur atau bayi

    lahir cukup bulan, tetapi berat badan kurang dari normal.

    f. Mudah terkena serangan infeksi dihidung dan tenggorokan.

    g. Anak-anak mudah terserang asma, meninggal pada usia muda,

    infeksi paru-paru, mudah mengalami alergi, dan mudah terkena

    TBC paru.

    4. Klasifikasi Perokok

    Mu’tadin dalam Trim (2012) membagi tipe merokok menjadi

    empat golongan sebagai berikut:

  • 15

    a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari

    31 batang perhari dengan selang merokok lima menit setelah

    bangun tidur di pagi hari.

    b. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang

    waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari.

    c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang

    waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.

    d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan

    selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

    5. Bahaya Merokok Bagi Kesehatan

    Menurut Jaya (2009), banyak penelitian membuktikan

    kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakir

    seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-

    paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronchitis,

    tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat

    pada janin.

    a. Stroke

    Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat

    mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko

    stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan

    bukan perokok (Ellizabet dalam Sarafino, 2009).

    b. Impotensi

    Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa ke seluruh

    tubuh termasuk organ-organ reproduksi. Zat ini dapat menganggu

  • 16

    proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk.

    Selain kerusakan kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor risiko

    gangguan fungsi seksual, khususnya gangguan disfungsi ereksi

    (Ellizabet dalam Sarafino, 2009).

    c. Kanker

    Merokok dapat menyebabkan kanker. Kematian akibat

    kanker yang disebabkan oleh merokok pun semakin meningkat.

    Kematian karena kanker (terutama kanker paru-paru meningkat 20

    kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok. Berbagai

    jenis kanker yang risikonya meningkat akibat merokok antara lain

    kanker trakea, bronkus, paru-paru, kanker mulut dan orofaring,

    kanker lambung, kanker kandung kemih, kanker esophagus, kanker

    ginjal dan ureter (Ellizabet dalam Sarafino, 2009).

    d. Jantung

    Nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan

    efinefrin dan norepinefrin dalam darah meningkat, yang

    menyebabkan jantung berdebar lebih cepat dan pembuluh darah

    berkontraksi atau menyempit. Debar jantung yang lebih cepat akan

    meningkatkan kebutuhan akan oksigen pada otot jantung.

    Sementara itu, penyediaan oksigen menjadi menurun karena

    oksigen yang ada akan diikat oleh carbon monoksida (CO) yang

    dihasilkan rokok. Dalam hal ini nikotin yang berperan membuat

    irama jantung tidak teratur, menimbulkan kerusakan jaringan dalam

  • 17

    pembuluh darah, sehingga serangan jantung mengikutinya

    (Bangun dalam Sarafino, 2009).

    e. Kanker Paru

    Menurut POM RI bahwa satu dari sepuluh dari perokok

    berat akan menderita kanker paru. Pada kasus dapat berakibat

    fatal dan menyebabkan kematian (Nasir dalam Sarafino, 2009).

    Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

    saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar,

    sel mukosa membesar (hypertrofi) dan kelenjar mucus bertambah

    banyak (hyperplasia). Pada saluran nafas kecil, terjadi radang

    ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan

    penumpukkan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan

    jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Caldwell dalam Sarafino,

    2009).

    f. Kelainan Sperma

    Berbagai racun rokok dapat merusak DNA yang mengubah

    bentuk sperma, yang akhirnya menyebabkan keguguran atau

    kelainan cacat (Ellizabet dalam Sarafino, 2009).

    g. Pengaruh rokok pada telinga, hidung dan tenggorokan

    Asap rokok yang menimbulkan iritasi pada saluran

    eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan telinga tengah dan

    tenggorokan. Iritasi menyebabkan selaput lender yang melindungi

    saluran ini mengeluarkan lender di luar batas yang wajar. Ini

  • 18

    memicu munculnya radang dan ini pada akhirnya akan

    menimbulkan ketulian (Bangun dalam Sarafino, 2009).

    Merokok akan mengakibatkan rangsangan pada

    tenggorokan, karena zat-zat tar akan menyerang selapot-selaput

    halus pada saluran pernapasan. Zat ini akan dipindahkan ke dalam

    cabang-cabang tenggorokan dan paru-paru dengan perantara

    asap, dan sesudah itu disimpan pada selaput lendir pembuluh-

    pembuluh ini, sehingga menyebabkan banyaknya rangsangan

    setempat ini. Ini mengakibatkan hambatan pada saluran paru-paru

    menyebabkan orang sukar bernafas. Karena itu seorang perokok

    akan lebih sering terserang penyakit saluran pernafasan (Bangun

    dalam Sarafino, 2009).

    B. Telaah Tentang Berat Badan Lahir Rendah

    1. Pengertian

    Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir

    dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa

    kehamilan. Secara umum bayi dengan berat badan lahir rendah

    (BBLR) berhubungan dengan usai kehamilan yang belum cukup bulan

    (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi

    lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tetapi berat badan (BB)

    lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak

    mencapai 2.500 gram (Proverawati, dkk, 2010).

  • 19

    Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan

    untuk umur kehamilan. Kongres European Perinatal Medicine II yang

    diadakan di London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan

    keseragaman tentang maturitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut

    (Proverawati, dkk., 2010):

    a. Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang

    dari 37 minggu (259 hari).

    b. Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari

    37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).

    c. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42

    minggu atau lebih dari 294 hari.

    2. Problematika Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

    Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur.

    Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar

    uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang

    sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat

    makin tinggi angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar

    kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur (Proverawati, dkk.,

    2010).

    Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam

    tubunya baik anatomik maupun fisiologi maka mudah timbul beberapa

    kelainan seperti berikut:

    a. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat

    pada BBLR.

  • 20

    b. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.

    c. Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan

    defisiensi vitamin K.

    d. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan

    mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan

    yang akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit.

    e. Ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fungsinya.

    Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak

    sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolik dari badan

    dengan akibat mudah terjadi oedema dan asidosis metabolik.

    f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.

    g. Gangguan immunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi

    berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi

    prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya

    fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.

    h. Perdarahan intravertikuler (Proverawati, dkk, 2010).

    3. Gambaran Klinis

    Karakteristik untuk bayi BBLR adalah berat badan lahir sama

    dengan atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang atau

    sama dengan 46 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran

    kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang

    dari 37 minggu (Proverawati, dkk., 2010).

    Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,

    lanugonya banyak, lemak subkutan kurang sering tampak peristaltik

  • 21

    usus. Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur sering

    timbul apnea. Bila hal ini sering terjadi dan setiap serangan lebih dari

    20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen

    lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam

    keadaan kedua paha dalam abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki

    dalam fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke suatu sisi.

    Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif. Gerakan

    otot jarang akan tetapi lebih baik bayi cukup bulan. Daya isap lemah

    terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan menangis,

    gelisah dan menggerak-gerakan badannya. Bila tanda-tanda lapar

    tersebut tidak timbul dalam waktu 96 jam, maka harus curiga akan

    adanya perdarahan intraventikuler atau infeksi. Oedema biasanya

    sudah terlihat segera sesudah lahir dan makin bertambah jelas dalam

    24-28 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin, piting oedema dan oedema

    ini dapat berpindah dengan perubahan posisi. Oedema yang hebat

    merupakan tanda bahaya bagi bayi tersebut. Oedema ini sering

    berhubungan dengan perdarahan antepartum, toksemia gravidarum

    dan diabetes mellitus: frekuensi nadi berkisar antara 100-140/menit

    pada hari pertama frekuensi pernapasan 40-50/menit. Pada hari-hari

    berikutnya 35-45/menit yang disebabkan karena peredaran darah yang

    masih lamban. Bila frekuensi penapasan terus meningkat dan selalu di

    atas 60/menit, harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya

    sindroma gangguan pernapasan seperti membran hialin, pneumonia

    gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal

  • 22

    ini harus dicari penyebabnya misalnya dengan membuat foto paru.

    Pemeriksaan ultrasonografi dan lain-lain (Proverawati, dkk., 2010).

    4. Faktor Penyebab Terjadinya BBLR

    Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat

    multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan

    tindakan pencegahan. Faktor-faktor yang secara umum berhubungan

    dengan bayi BBLR adalah sebagai berikut:

    a. Faktor ibu

    1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada

    usia < 20 tahun atau > 35 tahun.

    2) Kehamilan ganda (multi gravida)

    3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1

    tahun)

    4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

    b. Keadaan sosial ekonomi

    1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi

    rendah

    2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istrahat

    3) Keadaan gizi yang kurang baik

    4) Pengawasan antenatal yang kurang

    5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan

    yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan

    bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

  • 23

    c. Sebab lain

    1) Ibu perokok

    2) Ibu peminum alcohol

    3) Ibu pecandu obat narkotik

    4) Penggunaan obat anti metabolik.

    d. Faktor janin

    1) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

    2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)

    3) Disautonomia familial

    4) Kehamilan ganda / kembar (gemeli)

    5) Aplasia pancreas

    e. Faktor plasenta

    1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

    (hidramnion)

    2) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)

    3) Infark

    4) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)

    5) Plasenta yang lepas

    6) Sindrom plasenta yang lepas

    7) Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)

    f. Faktor lingkungan:

    1) Bertempat tinggal di dataran tinggi

    2) Terkena radiasi

    3) Terpapar zat beracun (Proverawati, dkk., 2010).

  • 24

    Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat

    digolongkan menjadi sebagai berikut:

    a. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh:

    1) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

    2) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia

    3) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

    4) Malaria kronik, penyakit kronik

    5) Ibu hamil merokok

    b. BBLR tipe premature, disebabkan oleh:

    1) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

    2) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,

    kehamilan kembar

    3) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tidak

    mampu berat bayi dalam rahim)

    4) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum

    hemorhage)

    5) Ibu hamil yang sedang sakit (Proverawati, dkk., 2010).

    5. Penatalaksanaan BBLR

    Ada beberapa cara penatalaksanaan BBLR yaitu:

    a. Pengaturan Suhu

    Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia

    bila berada di lingkungan yang dingin.kehilangan panas disebabkan

    oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas, bila

  • 25

    dibandingkan dengan berat badan, kurang jaringan lemak di bawah

    kulit dan kekurangan lemak cokelat (brown fat). Untuk mencegah

    hipotermia, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk

    bayi dalam keadaan istrahat konsumsi oksigen paling sedikit,

    sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat dalam

    inkubator, maka suhu tubuh bayi dengan berat badan kurang dari 2

    kg adalah 35oC, dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg 34oC,

    agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh 37oC, kelembapan

    inkubator berkisar antara 50-60 persen. Kelembapan lebih tinggi

    diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan.

    Suhu inkubator dapat diturunkan 1oC perminggu untuk bayi dengan

    berat badan 2 kg dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan

    di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27oC-29oC

    (Proverawati, dkk., 2010).

    b. Mempertahankan Suhu Tubuh

    BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu

    tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat dengan cara

    memberikan sinar panas, selimut, lampu panas, bantalan panas

    dan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu dan

    kelembaban ruangan (Proverawati, dkk, 2010).

    c. Mencegah Infeksi

    Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi. Infeksi terutama

    disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini

    disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR

  • 26

    masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit

    juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.

    Langkah yang harus dilakukan dalam pencegahan infeksi antara

    lain mencuci tangan sebelum memegang bayi, pemakaian masker

    dan baju khusus dalam penanganan bayi BBLR (Proverawati, dkk.,

    2010).

    d. Penimbangan

    Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi

    bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

    penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat

    (Proverawati, dkk., 2010).

    e. Makanan bayi

    Pada bayi BBLR refleks mengisap dan menelan belum

    terbentuk sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim

    pencernaan terutama lipase masih kurang di samping itu

    kebutuhan protein 3-5 gram perhari dan tinggi kalori (110

    kal/kg/hari) oleh bayi, agar berat badan bertambah sebaik-baiknya

    jumlah ini lebih tinggi dari yang di perlukan. Awasi dan hitung

    kebutuhan kalori bayi, mulai pemberian ASI atau susu dengan botol

    2-6 jam setelah kelahiran, mulai dengan 3-5 mL setiap pemberian

    interval 3 jam. Pemberian bisa di tambah bila bayi menunjukkan

    toleransi yang baik. Pemberi ASI jangan dihentikan sampai bayi

    menunjukkan bahwa ia dapat makan melalui botol susu dan berat

    badannya bisa bertambah (Pantiawati I, 2010).

  • 27

    C. Telaah Tentang Hubungan Kebiasaan Merokok dengan BBLR

    Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh,

    menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi

    perokok secara umum. Ibu perokok pasif memiliki kesamaan dengan

    perokok aktif, meskipun secara langsung tidak merokok. Namun ibu

    perokok pasif mempunyai dampak yang sama terhadap janin yang

    dikandungnya. Hal ini dikarenakan masuknya beberapa zat berbahaya di

    dalam rokok kedalam tubuh diantaranya adalah nikotin dan karbon

    monoksida (Aulia, 2010). Zat nikotin dan karbon monoksida yang beredar

    dalam tubuh bumil diserap oleh bayi saat masih dalam kandungan.

    Keduanya zat tersebut memiliki efek menyempitkan saluran-saluran

    pembuluh darah sehingga dapat memperkecil kadar oksigen dan nutrisi

    yang mengalirke dalam tubuh ibu hamil (bumil). Akibatnya, janin akan

    menerima asupan nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sedikit sehingga

    berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

    (Jaya, 2009).

    Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi oksigen yang

    dibawa oleh darah. Semakin banyak karbon monoksida dalam darah bayi,

    maka akan semakin rendah berat badan bayi saat kelahiran. Zat kimia

    yang terisap dari asap rokok akan membatasi pertumbuhan janin dengan

    mengurangi jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun

    dalam otak. Nikotin menjadikan pembuluh darah mengerut dan oleh

    karena itu mengurangi suplai darah ke plasenta yang mengganggu

  • 28

    perkembangan bayi. Racun nikotin dapat mempengaruhi bahkan

    menghambat proses aliran darah dari ibu kepada janin, akibatnya

    perkembangan bayi menjadi terlambat. Kondisi ini berjalan terus hingga

    memasuki masa persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat

    badan kurang dari 2500 gram (Sari, 2008).

    Tingkat karbon monoksida lebih tinggi dalam darah perokok dan

    berapapun tingkat monoksida yang ada dalam darah wanita, tetap lebih

    tinggi dalam darah bayi. Sebagai racun, karbon monoksida akan

    mengurangi oksigen yang dibawa oleh darah, maka akan semakin rendah

    berat badannya pada saat kelahiran. Berat bayi dari wanita perokok

    sebesar 200 gram lebih ringan dari bayi wanita yang tidak merokok.

    Merokok mengandung banyak zat yang merugikan baik pada yang

    merokok dan juga balita. Kandungan pada rokok seperti nikotin dan

    karbon monoksida adalah penyebabnya. Dibandingkan dengan mereka

    yang tidak merokok, ibu hamil yang merokok melahirkan bayi dengan

    ukuran berat yang lebih kecil (Sarafino, 2009).

    Wanita hamil harus dijauhkan dari asap rokok, apalagi menjadi

    perokok aktif. Wanita hamil yang merokok sesungguhnya sedang memberi

    nikotin dan karbon monoksida kepada janinnya. Wanita hamil yang banyak

    menghirup asap rokok akan mengakibatkan resiko besar pada janinnya,

    yaitu kematian, kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, serta mudah

    terserang sindrom kematian mendadak (sudden infant death syndrome-

    SIDS) (Sarafino, 2009).

  • 29

    Lingkungan berasap tembakau mengandung lebih dari 4000

    senyawa kimia. Tiga komponen toksik yang utama adalah karbon

    monoksida (CO), nikotin (C10H14N2), dan tar. Karbon monoksida yang

    terabsorbsi kedalam tubuh ibu secara langsung akan mengikat

    hemoglobin (Hb). Hb memiliki kemampuan mengikat CO jauh lebih besar

    dibandingkan dengan kemampuannya mengikat oksigen (O2), sehingga

    kapasitas O2 di dalam darah akan berkurang. Efeknya bagi janin lebih

    berbahaya dari pada ibu karena janin menerima O2 lebih sedikit.

    Penerimaan O2 bagi janin yang dampaknya menimbulkan berbagai

    permasalahan bagi bayi seperti asfiksia dan mengurangi jumlah sel yang

    dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun dalam otak, sehingga beresiko

    melahirkan bayi BBLR. Sedangkan Nikotin merupakan vasokonstriktor

    yang dapat menurunkan perfusi plasenta sehingga makanan untuk janin

    akan terhambat akibat penyumbatan di plasenta. Suplai makanan untuk

    janin terhambat sehingga janin beresiko memiliki berat badan lahir rendah

    (BBLR) (Sarafino, 2009).

    D. Landasan Teori

    Faktor yang mempengaruhi terjadinya berat badan lahir rendah

    (BBLR) terdiri dari faktor janin, faktor lingkungan, faktor ibu, dan faktor

    plasenta. Kebiasaan merokok suami merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu faktor lingkungan.

    Asap rokok memiliki beragam kandungan diantaranya adalah

    Nikotin dan Karbon monoksida yang berdampak pada berat badan lahir

  • 30

    rendah (BBLR) pada bayi baru lahir. Nikotin menghambat suplai makanan

    untuk janin karena menyebabkan penyumbatan, sedangkan karbon

    monoksida menyebabkan berkurangnya suplai oksigen yang dibawa

    darah sehingga mengurangi jumlah sel yang terbentuk sehingga bayi

    yang terlahir berisiko berat badan lahir rendah (BBLR).

    E. Kerangka Konsep

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan :

    : Garis penghubung variabel yang diteliti

    : Garis pengubung variabel yang tidak diteliti

    : Variabel independen yang diteliti

    : Variabel dependen yang diteliti

    : Variabel independen yang tidak diteliti

    Faktor Lingkungan

    Kejadian BBLR

    Faktor Ibu

    Faktor Plasenta

    Faktor Janin

  • 31

    F. Hipotesis

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

    masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

    dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008).

    H1 : Ada hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat

    badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota

    Kendari.

    H0 : Tidak ada hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian

    berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota

    Kendari.

  • 32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control

    yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kebiasaan merokok

    suami dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Penelitian case control

    adalah suatu penelitian yang mempelajari bagaimana hubungan faktor

    risiko (kebiasaan merokok suami) dengan terjadinya suatu penyakit

    (BBLR) yang dilakukan dengan cara membagi sampel menjadi dua

    kelompok yaitu kelompok kasus (BBLR) dan kelompok control (tidak

    BBLR). Selanjutnya ditelusuri secara retrospektif mengenai kebiasaan

    merokok suami diantara kelompok kasus (BBLR) dan kontrol (tidak BBLR)

    (Notoatmodjo, 2010).

    Desain penelitian case control (Notoatmodjo, 2010):

    Gambar 2. Desain Penelitian Case Control

    32

    Faktor Risiko (+)Merokok

    Faktor Risiko (-)Tidak Merokok

    Faktor Risiko (+)Merokok

    Faktor Risiko (-)Tidak Merokok

    Kasus:BBLR

    Kontrol:Tidak BBLR

  • 33

    B. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit

    Umum Daerah Kota Kendari.

    C. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017.

    D. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi kasus dan

    populasi kontrol. Populasi kasus pada penelitian ini adalah semua ibu

    yang melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram (BBLR)

    dan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (cukup bulan

    /aterm) di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari Periode Oktober-

    Desember 2016, sebanyak 35 kasus BBLR. Sedangkan populasi

    kontrol dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayi

    dengan keadaan Berat Badan Lahir Normal (BBLN) di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari Periode Oktober-Desember 2016,

    sebanyak 156 kasus tidak BBLR.

    2. Sampel

    Sampel kasus dalam penelitian ini adalah sebagian dari

    populasi kasus yang ada, dimana sampel kasus diambil dari data

    register kohort ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat kurang

    dari 2.500 gram (BBLR) dan umur kehamilan 37 minggu sampai 42

    minggu (cukup bulan /aterm) di Ruang Perinatologi RSUD Kota

  • 34

    Kendari Periode Oktober-Desember 2016, sebanyak 35 kasus BBLR

    yang ditetapkan secara total sampling. Sehingga untuk penentuan

    sampel kontrol ditetapkan berdasarkan jumlah sampel kasus yang

    disetarakan (matching) dengan data karakteristik kasus (umur sampel

    kasus).

    Pemilihan sampel dilakukan secara total sampling dengan

    mempertimbangkan bahwa sampel yang akan diambil yaitu ibu hamil

    yang melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram (BBLR)

    dan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (cukup bulan

    /aterm) sebagai kasus dan tidak BBLR sebagai kontrol. Caranya mula-

    mula diambil sampel kasus kemudian dipilih yang mempunyai kriteria

    di atas. Setelah itu dipilih sampel kontrol yang mempunyai kriteria yang

    sama dengan melihat persamaan umur kelamin pada kelompok kasus.

    Sampel untuk kontrol dipilih secara individual, dengan kata lain untuk

    setiap kasus dipilih seorang kontrol, sampai jumlah sampel yang

    dibutuhkan terpenuhi.

    Karena perbandingan sampel kasus dan kontrol yang

    digunakan adalah 1 : 1, maka perbandingan jumlah sampel kasus dan

    kontrol adalah 35 : 35. Total jumlah sampel yang digunakan adalah 35

    x 2 = 70 sampel.

  • 35

    E. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

    1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

    kebiasaan merokok suami.

    2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu

    kejadian Berat Badan Lahir Rendah.

    F. Definisi Operasional

    1. Kebiasaan Merokok Suami

    Kebiasaan merokok suami adalah kebiasaan merokok suami di

    rumah selama kehamilan isterinya atau kecenderungan mengisap

    rokok yang dilakukan berulang kali dan yang dapat menimbulkan

    ketergantungan, dengan kriteria objektif:

    Merokok : Jika suami setiap hari merokok atau tidak tiap hari

    atau kebiasaan merokok yang dilakukan hanya

    dalam kesempatan tertentu saja

    Tidak Merokok : Jika suami tidak pernah sama sekali merokok

    meskipun hanya satu hisapan (WHO, 2010).

    2. Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

    Kejadian BBLR adalah kondisi bayi dengan berat badan kurang

    dari 2500 gram, dengan kriteria objektif:

    BBLR : Jika Bayi lahir dengan berat < 2500 gram.

    Tidak BBLR : Jika Bayi lahir dengan berat ≥ 2500 gram

    (Proverawati, dkk., 2010)

  • 36

    G. Pengumpulan dan Sumber Data

    Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu peneliti

    terlebih dahulu memberikan surat permohonan izin penelitian dari kampus

    kepada pihak RSUD Kota Kendari. Setelah mendapat izin, maka peneliti

    mulai melakukan proses penelitian yang dimulai dengan menentukan

    responden penelitian, kemudian peneliti menjelaskan pada responden

    manfaat dan tujuan penelitian ini, setelah responden bersedia maka

    responden menandatangani informed consent, pada keesokan harinya

    peneliti melakukan pengisian kuisioner dengan mewawancarai responden

    selama ± 15 menit setiap responden.

    Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data

    sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

    dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder bersumber

    dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan melalui buku registrasi

    ibu bersalin di Ruang Perinatologi dan gambaran umum lokasi penelitian.

    H. Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan cara:

    1. Pengeditan (editing)

    Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan

    yang diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi

    kelengkapan pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika

    terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat

    dan segera dilakukan perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini

  • 37

    dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan kuesioner yang telah

    diisi oleh responden untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan

    dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelum

    menyerahkan kuesioner.

    2. Pengkodean (coding)

    Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap

    berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode

    untuk setiap pertanyaan dan jawaban dari responden untuk

    memudahkan dalam pengolahan data. Pengkodean yang dilakukan

    oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan memberi nomor yang

    mewakili dan berurutan pada tiap kuesioner sebagai kode yang

    mewakili identitas responden dan memberikan kode pada setiap

    jawaban responden.

    3. Pemberian skor (scoring)

    Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

    perlu diberi penilaian atau skor.

    4. Pemasukan data (entry)

    Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel

    berdasarkan variabel penelitian.

    5. Tabulasi (tabulating)

    Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel

    yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing

    variabel (Sugiyono, 2008).

  • 38

    fh

    fhfoX

    22 )(

    I. Penyajian Data

    Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi

    secukupnya.

    J. Analisis Data

    1. Analisis Univariat

    Analisis ini menggunakan perhitungan statistik secara

    sederhana untuk mengetahui presentase satu variabel dengan

    menggunakan rumus :

    kn

    fP

    Keterangan :

    P = Presentase hasil yang dicapai

    f = frekuensi variabel yang diteliti

    n = jumlah sampel penelitian

    k = konstanta (Arikunto, 2010)

    2. Analisis Bivariabel

    Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara variabel

    bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan adalah chi

    squere, dengan rumus:

    Keterangan

    X2 = Statistic chi-square/kuadrat hitung

  • 39

    f0 = Nilai observasi/nilai pengumpulan data

    fh = Frekuensi harapan (Alimul, 2007).

    Interpretasi hasil :

    Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada

    hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >

    0,05 atau X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

    berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka Ha ditolak dan Ho

    diterima yang berarti tidak ada hubungan.

    Untuk mendeskripsikan risiko independent variabel pada

    dependent variabel. Uji statistic yang digunakan adalah perhitungan

    Odds Ratio (OR). Mengetahui besarnya OR dapat diestimasi faktor

    resiko yang diteliti. Perhitungan OR menggunakan table 2x2 sebagai

    berikut :

    Tabel 1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian CaseControl Study

    Faktor risikoKejadian BBLR

    jumlahKasus Control

    Positif A B A+B

    Negatif C D C+D

    Keterangan :

    A : jumlah kasus dengan risiko positif

    B : jumlah control dengan risiko positif

    C : jumlah kasus dengan risiko negatif

    D : jumlah kasus dengan resiko negatif

  • 40

    Rumus Odds Ratio

    Odds Case : a/(a+c) : c/(a+c) = a/c

    Odds Kontrol : b/(b+d) : d/(b+d) = b/d

    Odds Ratio : a/c : b/d = ad/bc

    Estimasi Confidence Interval (CI) ditetapkan pada tingkat kepercayaan

    95% dengan interpretasi:

    Jika OR > 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor risiko

    Jika OR = 1 : Faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko (tidak

    ada hubungan)

    Jika OR < 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor positif

  • 41

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari

    terletak di Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan

    Kendari dengan luas lahan 3.527 m2 dan luas bangunan 1.800 m2,

    dimana merupakan bangunan atau gedung peninggalan pemerintah

    Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami

    beberapa kali perubahan.

    Sejak tanggal 4 Desember 2011, RSUD Kota Kendari

    direlokalisasi di tempat baru. Saat ini, RSUD Abunawas terletak di

    Kota Kendari, tepatnya di Jl. Brigjen Z.A. Zugianto No. 39 Kelurahan

    Kambu, Kecamatan Kambu dengan luas lahan 13.000 m2 dan batas

    wilayah sebagai berikut:

    a. Sebelah utara berbatasan dengan tanah warga dan sungai.

    b. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Z.A. Zugianto by pass.

    c. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan masuk rujab wakil

    walikota.

    d. Sebelah barat berbatasan dengan lokasi empang warga.

    RSUD Kota Kendari adalah rumah sakit negeri kelas C sejak

    tanggal 03 Oktober 2012 berdasarkan Surat Keputusan Menteri

    Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1857/12, yang mampu memberikan

    42

  • 42

    pelayanan kedokteran spesialis terbatas serta menampung pelayanan

    rujukan dari puskesmas. Rumah sakit ini tersedia 107 tempat tidur

    inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sulawesi Tenggara

    yang tersedia rata-rata 50 tempat tidur inap.

    Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana

    gedung sebagai berikut:

    a. Gedung Anthurium (Kantor)

    b. Gedung Bougenville (poliklinik)

    c. Gedung (IGD)

    d. Gedung Matahari (Radiologi)

    e. Gedung Crysant (Kamar Operasi)

    f. Gedung Asoka (ICU)

    g. Gedung Teratai (Ponek)

    h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)

    i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)

    j. Gedung Melati (Rawat inap bedah)

    k. Gedung Anggrek (Rawat inap VIP Kls I dan Kls II)

    l. Gedung Instalasi Gizi

    m. Gedung Loundry

    n. Gedung Laboratorium

    o. Gedung Kamar Jenazah

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari mempunyai

    visi yaitu “Rumah Sakit Pilihan Masyarakat”. Sedangkan Misi Rumah

    Sakit Umum Daerah Kota Kendari, yaitu:

  • 43

    a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan

    pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh

    masyarakat.

    b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari

    menjadi RS Mitra Keluarga.

    c. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana medis

    serta non medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang

    aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya serta

    masyarakat pada umumnya.

    Motto RSUD Kota Kendari adalah Senyum, Salam, Sapa,

    Santun, Sabar dan Empaty kepada setiap pengguna jasa rumah

    sakit. Tugas pokok RSUD Abunawas Kota Kendari, yaitu:

    a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

    guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan,

    yang dilakukan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan

    pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

    b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan.

    RSUD Kota Kendari memiliki jumlah tenaga kesehatan dan non

    kesehatan sebanyak 451 orang yang terdiri dari status PNS

    sebanyak 194 orang dan status Non PNS atau sukarela sebanyak

    244 orang. Untuk lebih jelasnya distribusi tenaga kesehatan dan non

    kesehatan di RSU Abunawas Kota Kendari disajikan pada tabel

    berikut:

  • 44

    Tabel 2. Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD KotaKendari Tahun 2017

    NO NAMA PNS Non PNS PNS Mou Jumlah1 Dokter Spesialis 12 4 8 242 Dokter Umum 9 5 3 173 Dokter Gigi 3 0 1 44 S1 Ners 3 18 0 215 S1 Perawat 19 7 0 266 D3 Perawat 31 100 1 1327 SPK 11 1 0 128 S1 Perawat Gigi 1 0 0 19 D3 Perawat Gigi 2 3 0 5

    10 SPRG 1 0 0 111 D4 Kebidanan 8 0 0 812 D3 Kebidanan 20 35 0 5513 S2 kesmas 7 0 0 714 S1 Kesmas 14 10 0 2415 D3 Kesling 2 0 0 216 Apoteker 4 0 0 417 S1 Farmasi 3 1 0 418 D3 Farmasi 4 3 0 719 S1 Gizi 0 3 0 320 D3 Gizi 6 2 0 821 Analis Kesehatan 4 12 0 1622 S1 Fisioterapi 1 0 0 123 D3 Fisioterapi 1 0 0 124 D3 Rekam Medik 1 0 0 125 S3 Akipuntur 1 0 0 126 S3 Okuvasi Terapi 1 0 0 127 S3 radiologi 1 1 0 228 D3 Teknik Gigi 1 0 0 129 S1 Psikologi 2 0 0 230 S1 Ekonomi 1 4 0 531 D1 Komputer 1 0 0 132 D3 Komputer 1 0 0 133 S1 Komputer 1 0 0 134 S1 Sosial Politik 2 1 0 335 S1 Pangan 1 0 0 136 S2 Hukum 1 0 0 137 S2 Manajemen 2 0 0 238 S1 Manajemen 0 1 0 139 S1 Imformatika 0 1 0 140 SMA 9 25 0 3441 SMP 1 3 0 442 SD 1 4 0 5

    J U M L A H 194 244 13 451Sumber: Data Sekunder, Profil RSUD Kota Kendari, 2017.

  • 45

    2. Karakteristik Responden

    a. Umur Responden

    Distribusi responden menurut umur ibu nifas di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Nifas di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari

    Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)< 20 7 10,0

    20 – 35 43 61,4> 35 20 28,6Total 70 100,0

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden

    sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak

    43 orang (61,4%), dan yang paling sedikit berumur < 20 tahun

    sebanyak 7 orang (10,0%).

    b. Pendidikan Responden

    Distribusi responden menurut pendidikan ibu nifas di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu NifasRuang Perinatologi di RSUD Kota Kendari

    Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)SD 7 10,0

    SMP 14 20,0SMA/SMK 28 40,0

    Perguruan Tinggi 21 30,0Total 70 100,0

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden

    sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA/SMK, yakni

  • 46

    sebanyak 28 orang (40,0%), dan yang paling sedikit memiliki

    pendidikan SD sebanyak 7 orang (10,0%).

    c. Pekerjaan Responden

    Distribusi responden menurut pekerjaan ibu nifas di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Nifas diRuang Perinatologi RSUD Kota Kendari

    Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)Pegawai Negeri/Swasta 14 20,0

    Wiraswasta 16 22,8Ibu Rumah Tangga 40 57,2

    Total 70 100,0Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden

    sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah

    Tangga, yakni sebanyak 40 orang (57,2%), dan yang paling sedikit

    memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri/Swasta sebanyak 14

    orang (20,0%).

    3. Analisis Univariat

    a. Kebiasaan Merokok Suami

    Distribusi responden menurut kebiasaan merokok suami di

    Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok Suamidi Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari

    Kebiasaan Merokok Suami Frekuensi (f) Persentase (%)Merokok 31 44,3

    Tidak Merokok 39 55,7Total 70 100,0

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.

  • 47

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden

    sebagian besar responden memiliki suami yang tidak merokok,

    yakni sebanyak 39 orang (55,7%), dan yang memiliki suami

    merokok sebanyak 31 orang (44,3%).

    b. Kejadian BBLR

    Distribusi responden menurut kejadian BBLR di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Kejadian BBLR di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari

    Kejadian BBLR Frekuensi (f) Persentase (%)BBLR 35 50,0

    Tidak BBLR 35 50,0Total 70 100,0

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden, yakni

    sebanyak 35 orang (50,0%) ibu nifas memiliki bayi BBLR, dan yang

    tidak BBLR sebanyak 35 orang (50,0%).

    4. Analisis Bivariat

    Hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian BBLR di

    Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 8. Hubungan Kebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian BBLRdi Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari

    KebiasaanMerokok Suami

    Kejadian BBLR Jumlah Xhitung(Xtabel)BBLR Tidak BBLRn (%) n (%) n (%)

    Merokok 23 32,9 8 11,4 31 44,3 13,02(3,841)Tidak Merokok 12 17,1 27 38,6 39 55,7Total 35 50,0 35 50,0 70 100

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.

  • 48

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden, 31

    responden (44,3%) yang memiliki suami perokok, terdapat 23

    responden (32,9%) dengan kejadian BBLR dan 8 responden (11,4%)

    dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari 39 responden (55,7%)

    yang memiliki suami tidak merokok, terdapat 12 responden (17,1%)

    dengan kejadian BBLR dan 27 responden (38,6%) dengan kejadian

    tidak BBLR.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel (13,02

    > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada hubungan

    antara kebiasaan merokok suami dengan kejadian BBLR di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α =

    0,05). Nilai OR sebesar 2,411 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa

    faktor kebiasaan merokok suami benar-benar merupakan faktor risiko

    kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari tahun 2017.

    Hal Ini berarti bahwa kebiasaan merokok suami memiliki risiko 2,4 kali

    lebih besar untuk menderita BBLR pada bayi di Ruang Perinatologi

    RSUD Kota Kendari.

    B. Pembahasan

    1. Kebiasaan Merokok Suami

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

    memiliki suami yang tidak merokok, yakni sebanyak 39 orang (55,7%),

    dan yang memiliki suami merokok sebanyak 31 orang (44,3%).

  • 49

    Menurut Trim (2006), rokok termasuk silinder dari kertas

    berukuran panjang sekitar 120 milimeter dengan diameter sekitar 10

    milimeter yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok

    dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar

    asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Asap rokok

    dibagi menjadi 2 yaitu asap utama (mainstream) yakni asap yang

    dihisap oleh si perokok dan asam sampingan (sidestream) yakni asap

    yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar

    ke udara. Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi,

    karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup. Dengan

    demikian pengisapan asap rokok sampingan memiliki risiko yang lebih

    tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok.

    Rokok termasuk bahan kimia yang beracun tetapi para suami

    tidak menyadari bahwa kandungan rokok itu dapat menyebabkan

    kanker bagi tubuh. Hampir seluruh masyarakat Indonesia merokok

    dengan frekuensi yang berbeda, antara lain perokok ringan, sedang,

    berat dan sangat berat. Namun para laki-laki tidak menyadari bahaya

    dan efek samping tersebut.

    Nikotin dalam rokok adalah senyawa alkaloid toksik bersifat

    adiktif sehingga menyebabkan ketergantungan bagi penggunanya.

    Efek dari penggunaan nikotin dapat merusak sistem syaraf,

    mempersempit pembuluh darah, dan meningkatkan tekanan darah.

    Jumlah nikotin yang masuk ke dalam tubuh tergantung dari jumlah

    tembakau yang terkandung di dalam rokok, kualitas rokok,

  • 50

    menggunakan filter, lama dan dalamnya isapan (Manuaba, 2012).

    Kandungan nikotin pada rokok dapat menyebabkan terjadinya

    kontraksi pembuluh darah yang berakibat terhambatnya aliran darah

    dan suplai makanan ke janin sehingga menyebabkan terjadinya berat

    badan lahir rendah.

    2. Kejadian BBLR

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 responden, yakni

    sebanyak 35 orang (50,0%) ibu nifas memiliki bayi BBLR, dan yang

    tidak BBLR sebanyak 35 orang (50,0%).

    Menurut Atikah, dkk (2011), BBLR adalah bayi yang lahir rendah

    berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

    kehamilan. Berhenti merokok atau menghindari ruangan yang penuh

    asap rokok adalah merupakan salah satu gaya hidup yang perlu

    diperhatikan dan merupakan awal yang baik bagi bayi. Merokok

    selama hamil atau terpapar asap rokok selama kehamilan berkaitan

    dengan keguguran, perdarahan vagina, kelahiran prematur dan BBLR

    (2000 gram lebih ringan dari bayi bukan perokok). Jika usia ibu di atas

    35 tahun ada juga kenaikan berarti dalam risiko bayi menderita

    malformasi minor dan risiko BBLR, dengan segala bahaya yang

    menyertainya, sebanyak 5 kali lipat dari perokok muda.

    Bayi yang lahir dengan berat badan rendah maupun normal tidak

    semuanya disebabkan oleh asap rokok maupun ibu dengan suami

    perokok, ada juga yang disebabkan karena gizi ibu hamil, umur ibu

  • 51

    hamil, jarak kehamilan, tinggi badan ibu hamil, penyakit ibu hamil,

    kebiasaan ibu hamil sehari-hari dan faktor lingkungan.

    Ibu hamil yang setiap hari berada dekat suami, anggota keluarga,

    dan orang lain yang sedang merokok menyebabkan risiko untuk

    mengalami gangguan kesehatan terutama penyakit yang berhubungan

    dengan kehamilan dan persalinan semakin meningkat. Kandungan

    zat-zat berbahaya pada paparan asap rokok setiap hari secara

    signifikan dapat mempengaruhi panjang bayi, lingkar kepala bayi, dan

    mengurangi berat badan bayi sehingga bayi yang lahir memiliki berat

    lebih rendah dibandingkan berat badan lahir bayi pada umumnya.

    3. Hubungan Kebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian BBLR

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar suami yang

    memiliki kebiasaan merokok, bayinya akan menderita BBLR. Hasil

    analisis menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel (13,02 > 3,841)

    maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada hubungan antara

    kebiasaan merokok suami dengan kejadian BBLR di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α =

    0,05). Nilai OR sebesar 2,411 yang lebih besar dari 1. Ini berarti

    bahwa faktor kebiasaan merokok suami benar-benar merupakan faktor

    risiko kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari tahun

    2016. Hal Ini berarti bahwa kebiasaan merokok suami memiliki risiko

    2,4 kali lebih besar untuk menderita BBLR pada bayi di Ruang

    Perinatologi RSUD Kota Kendari.

  • 52

    Menurut Suryati (2011), bayi yang laihir dari orang tua perokok

    memiliki risiko 4 kali lipat mengalami skor apgar yang rendah, yang

    berarti bahwa mereka tidak sesehat bayi lain. Sebuah penelitian

    menunjukkan bahwa pada usia 14 tahun anak-anak dari ibu perokok

    atau perokok pasif cenderung rentan terhadap penyakit saluran

    pernafasan, lebih pendek dari anak-anak dari ibu yang bukan perokok

    atau bukan perokok pasif dan kurang berhasil dalam sekolah.

    Kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif merupakan perilaku

    berisiko yang patut dihindari. Rokok dapat membahayakan kesehatan

    terutama ibu hamil karena zat-zat berbahaya yang terkandung di

    dalam rokok seperti tar, nikotin, karbon monoksida (CO), dan timah

    hitam (Pb) dapat mengganggu pertumbuhan janin di dalam

    kandungan. Dampak dari kebiasaan merokok pada ibu hamil dapat

    menyebabkan keguguran, komplikasi kehamilan, penurunan fungsi

    paru pada bayi, bayi berat lahir rendah, bahkan kematian bayi pada

    saat dilahirkan (Hindmarsh, 2008).

    Kandungan timah hitam (Pb) dalam rokok mampu menghasilkan

    polutan sebanyak 0,5 mikro gram, maka dapat diperkirakan bila

    seseorang mengkonsumsi satu bungkus (20 batang) rokok dalam satu

    hari polutan yang dihasilkan adalah 10 mikro gram. Batas ukuran

    timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 mikro gram per

    hari. Bila 40 batang rokok rata-rata dikonsumai oleh perokok berat

    setiap harinya, maka jumlah polutan berbahaya yang masuk ke dalam

    tubuh adalah dua kali lipat dari 20 batang rokok. Bila senyawa timah

  • 53

    hitam ini dihirup oleh ibu hamil yang selanjutnya beredar ke seluruh

    tubuh melalui pembuluh darah dapat mengganggu proses sirkulasi

    oksigen dan asupan gizi dari ibu untuk bayi menjadi terhambat

    (Manuaba, 2012).

    Karbon monoksida adalah gas beracun yang berpengaruh kuat

    terhadap kerja hemoglobin pada darah. Ikatan karbon monoksida

    dengan haemoglobin menyebabkan fungsi haemoglobin menjadi

    terganggu. Ibu yang terpapar asap rokok selama kehamilan memiliki

    peluang lebih besar melahirkan bayi berat lahir rendah karena

    kandungan karbon monoksida dalam rokok dapat mengurangi kerja

    haemoglobin dalam mengikat oksigen yang diedarkan ke seluruh

    tubuh, sehingga janin di dalam kandungan mengalami kekurangan

    oksigen dan gizi.

    Pengaruh buruk dari asap rokok adalah menyebabkan gangguan

    pada plasenta. Plasenta memperluas wilayah di dalam rahim untuk

    memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada janin. Hal ini

    mengakibatkan lapisan plasenta semakin menipis dan kemungkinan

    letak plasenta menjadi lebih rendah atau plasenta previa (plasenta

    ada pada mulut rahim). Ibu hamil yang terpapar asap rokok

    mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami keguguran

    dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Hal ini

    disebabkan karena berkurangnya kadar hormon kehamilan akibat

    terpapar asap rokok, padahal hormon kehamilan sangat diperlukan

    untuk menjaga kehamilannya hingga masa persalinan.

  • 54

    Kandungan nikotin dari paparan asap rokok pada ibu hamil dapat

    mengganggu proses distribusi makanan dari ibu pada janin.

    Sedangkan karbon monoksida akan mengikat hemoglobin di dalam

    darah, akibatnya kerja hemoglobin untuk menyalurkan oksigen ke

    seluruh tubuh menjadi terganggu dan menghambat proses penyaluran

    sari-sari makanan pada janin. Bila distribusi zat makanan pada janin

    mengalami hambatan maka dapat mempengaruhi perkembangan janin

    di dalam kandungan dan berdampak pada berat badan lahir bayi pada

    saat persalinan.

    Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin panjang waktu

    yang dihabiskan untuk merokok, dan semakin tinggi kadar nikotin

    dalam rokok yang dihisap maka bahaya yang ditimbulkan dari paparan

    asap rokok pada ibu hamil semakin meningkat. Kandungan nikotin

    dalam rokok yang dihirup oleh ibu hamil dapat meningkatkan tekanan

    darah dan adrenalin sehingga nafsu makan dari ibu hamil menjadi

    menurun. Bila nafsu makan menurun maka asupan makanan bergizi

    pada ibu hamil menjadi berkurang, begitu juga untuk bayinya. Bila

    asupan gizi untuk bayi tidak tercukupi maka dapat mengganggu

    pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam kandungan.

    Paparan asap rokok di rumah tangga secara tidak langsung

    dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil yang berdampak pada

    rendahnya kecukupan gizi janin di dalam kandungan. Selain

    kandungan zat-zat berbahaya di dalam rokok, biaya yang dikeluarkan

    untuk keperluan merokok juga ikut mempengaruhi pemenuhan gizi

  • 55

    pada ibu hamil. Seringkali kecukupan gizi ibu hamil di dalam rumah

    tangga tidak terpenuhi karena anggaran belanja di dalam rumah

    tangga selalu terbagi dengan anggaran belanja rokok pada anggota

    keluarga. Selain berdampak pada perkembangan janin, gizi kurang

    juga dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan ibu, yaitu dapat

    menyebabkan terjadinya anemia gizi, anemia zat besi, osteomalasia,

    gangguan kesehatan gigi, turunnya daya tahan tubuh, dan penyulit

    dalam persalinan.

    Gaya hidup yang sehat dan mengambil keputusan yang

    bijaksana dapat menghindari risiko ibu hamil dengan kelahiran bayi

    berat rendah. Mengamati gaya hidup secara keseluruhan merupakan

    salah satu cara menjadi bugar selama kehamilan. Suami yang berhenti

    merokok atau menghindari asap rokok merupakan awal yang baik bagi

    bayi maupun ibu hamil dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.

  • 56

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

    dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Sebagian besar responden memiliki suami yang tidak merokok, yakni

    sebanyak 39 orang (55,7%).

    2. Angka kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari

    sebanyak 35 orang (50,0%).

    3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok suami dengan kejadian

    BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari pada taraf

    kepercayaan 95% (α = 0,05).

    B. Saran

    1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari, hasil penelitian ini dapat dijadikan

    sebagai penentu kebijakan melalui advokasi dengan Pemerintah

    Daerah Kota Kendari untuk regulasi pembuatan kawasan rumah bebas

    asap rokok di Kota Kendari. Pembuatan kawasan rumah bebas asap

    rokok ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian bayi berat lahir

    rendah, karena sebagian besar kejadian ini disebabkan oleh adanya

    pengaruh paparan asap rokok di rumah tangga.

    57

  • 57

    2. Bagi RSUD Kota Kendari, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

    masukan, khususnya di bidang Kesehatan Ibu dan Anak untuk

    melakukan integrasi dengan program Gizi dalam rangka advokasi

    pembuatan klinik berhenti merokok pada Rumah Sakit dan

    melaksanakan penyuluhan tentang bahaya merokok setiap

    memberikan pelayanan ANC yang sasarannya adalah ibu hamil dan

    suami.

    3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa

    dengan penelitian ini agar menambah jumlah variabel penelitian

    sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

  • 58

    DAFTAR PUSTAKA

    Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika.

    Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

    Aulia, L. 2010. Stop Merokok. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Depkes Sultra, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari:Dinkes Prov. Sultra.

    Dinkes Kota Kendari, 2015. Profil Kesehatan Kota Kendari. Kendari: DinkesProv. Sultra.

    Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok. Yogyakarta:Riz’ma.

    Kemenkes RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta: KemenkesRI

    Nirwana, A. 2011. Kapita Selekta Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

    Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.

    Pantiawati, I., 2010. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: NuhaMedika.

    Proverawati, A. dan Cahyo Ismawati. 2010. BBLR: Berat Badan LahirRendah. Yogyakarta: Mulia Medika.

    Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.

    RSUD Kota Kendari, 2016. Laporan RSUD Kota Kendari Tahun 2016.Kendari: RSUD Kota Kendari.

    Sarafino, 2009. Perilaku Merokok di Kalangan Pria Dewasa Dini. Jakarta:Salemba Medika.

    Sari, dkk. 2008. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. JurnalPsikologi. Jakarta.

    Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.

  • 59

    Trim, 2012. Merokok Itu Konyol. Jakarta: G