61
USULAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN DI RUANG INAP DI RSUD .......... KABUPATEN .......... TAHUN ...... Oleh .......... .......... PEMINATAN EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS .......... ...... http://kti-skripsi- kebidanan.blogspot.com http://kti-skripsi- keperawatan.blogspot.com http://kti-skripsi- kedokteran.blogspot.com http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KTI SKRIPSI HIPERTENSI

Citation preview

Page 1: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN DI RUANG INAP

DI RSUD ..........

KABUPATEN ..........

TAHUN ......

Oleh

..........

..........

PEMINATAN EPIDEMIOLOGIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ................

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 2: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Atas

segala anugerah-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini.

Dalam penyusunan proposal ini, saya menyadari akan keterbatasan dan

kemampuan yang dimiliki. Namun berkat usaha, bantuan dan dukungan semua

pihak yang terkait sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Melalui kesempatan

ini, saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

Saya sangat menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari semua pihak demi kesempurnaan proposal ini dikemudian hari.

, Maret ......

Penyusun

..........

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 3: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 10

B. Kerangka Berpikir .............................................................................. 40

C. Hipotesis .............................................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 42

B. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 42

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 42

D. Variabel Penelitian............................................................................... 47

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................... 51

F. Pengolahan, Penyajian dan Teknik Analisis Data ............................... 53

DAFTAR PUSTAKA

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 4: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka

kesakitan yang tinggi. Menurut Adnil Basha (2004: 1) hipertensi adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka

kematian atau mortalitas. Sedangkan menurut Lanny Sustrani, dkk (2004: 12)

hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah

yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target

organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung

koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000: 31).

Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena

termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu

sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani (2004:12). Hipertensi

adalah faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan

gangguan pembuluh darah otak yang dikenal dengan stroke. Bila tekanan

darah semakin tinggi maka harapan hidup semakin turun (Wardoyo, 1996:

26).

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140

mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 5: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg.

Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan

usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila

tekanan sistoliknya 140 –159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99

mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan

sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg

sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180

mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Lanny Sustrani, 2004:

15).

Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-

20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada

golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai

8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000

penduduk. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, prevalensi

hipertensi di Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga,

pada tahun 2000 sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi

(Departemen Kesehatan RI:2003). Menurut Darmojo Boedhi (1993), bahwa

50% orang yang diketahui hipertensi pada negara berkembang hanya 25%

yang mendapat pengobatan, dan 12,5% yang diobati secara baik. Prevalensi

hipertensi di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 1988–1993.

Prevalensi hipertensi pada laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165

(16,5%), hipertensi pada perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi 176

(17,6%). Penelitian yang membandingkan hipertensi pada wanita dan pria

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 6: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

oleh Sugiri di daerah kota Semarang diperoleh prevalensi hipertensi 7,5%

pada pria dan 10,9% pada wanita, sedangkan di daerah kota Jakarta

didapatkan prevalensi hipertensi 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita

(Arjatmo T, Hendra U, 2001:455).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi

faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang

dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan

(mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor

risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan

makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan

dan penggunaan pil kontrasepsi (Asep Pajario, 2002). Faktor–faktor risiko di

atas akan dikendalikan dalam penelitian ini melalui analisis stratifikasi.

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat

mempengaruhi tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah

dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini

dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-

alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa

darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat

(Wardoyo, 1996: 28).

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer

dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 7: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku

Sitepoe, 1997:29). Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai

pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-

zat yang terkandung dalam asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan

kimia dan 200 diantaranya beracun, antara lain Karbon Monoksida (CO) yang

dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp,

sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Suparto,

2000:74). Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin,

menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh

termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,

mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran

atau penebalan dinding pembuluh darah). Nikotin juga merangsang

peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat

timbulnya adhesi trombosit (pengumpalan) ke dinding pembuluh darah.

Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding

pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah

pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer

(G.Sianturi, 2003:12).

Dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca digunakan.

Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker),

tetapi juga bagi perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok

atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat

racun yang dihembuskan oleh perokok aktif (Ruli A. Mustafa, 2005: 3).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 8: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali isapan maka dalam tempo

setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (1 bungkus) per hari akan

mengalami 70.000 kali isapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok

bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik

toksis sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Mangku

Sitepoe, 1997: 19).

Menurut penelitian di Lombok dan Jakarta memperlihatkan 75% dan

61% pria dewasa (715) dan kurang dari 5% wanita dewasa mempunyai

kebiasaan merokok menghabiskan rokok lebih dari 20 batang per hari.

Hubungan merokok dengan kesehatan juga dapat dibuktikan oleh SKRT

Depkes 1972, 1980, 1986 dan 1992 dimana terlihat jelas peningkatan

proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskuler yaitu tahun 1972 sebesar

51% tahun 1980 sebesar 9,9%, tahun 1986 sebesar 9.7% dan tahun 1992

sebesar 16,4 % (Aulia Sani:2004) Menurut Departemen Kesehatan melalui

pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok

tertinggi. Berdasarkan data dari WHO tahun 2002 Indonesia menduduki

urutan ke 5 terbanyak dalam konsumsi rokok di dunia dan setiap tahunnya

mengkonsumsi 2,5 miliar batang rokok. Angka kekerapan merokok di

Indonesia yaitu 60%-70% pada laki-laki di perkotaan dan 80% - 90% (Vivi,

Juanita, 2003: 1).

Dari hasil Sussenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2001

menyatakan bahwa 54% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 9: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

1,2% perempuan yang merokok. Menurut Edward D Frohlich, seorang pria

dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu diantara lima

untuk mengidap hipertensi (Lanny Sustrani, 2004:25).

Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah daerah

kabupaten Blora mengalami kenaikan angka kejadian hipertensi dari tahun

2001 sampai 2004. Dari tahun 2001 yaitu 399 kasus (13,6%), 2002 sebesar

1999 kasus (16,5%), 2003 sebesar 2371 kasus (16,0%) dan tahun 2004

sebesar 5697 kasus (17,0%).Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten ..........

tahun ...... hipertensi di BRSD ........... termasuk dalam 10 besar penyakit tidak

menular, untuk rawat inap penderita hipertensi sebesar ... kasus sedangkan

untuk rawat jalan penderita hipertensi..... kasus . Dari data yang diperoleh dari

bagian rekam medik BRSD ........... pasien hipertensi usia 40 tahun ke atas

pada tahun 2007 sebanyak ... ,tahun 2008 sebanyak...pasien dan pada tahun

...... sebanyak....pasien.

Dalam penelitian ini faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi pada

laki-laki usia 40 tahun ke atas yang akan diteliti adalah kebiasaan merokok

yang pada umumnya terdapat pada laki-laki. Pada penelitian ini responden

yang di ambil sebagai sampel adalah aki-laki usia 40 tahun ke atas perokok

sehingga dapat diperoleh perbedaan yang jelas mengenai perilaku merokok

menurut jenis, jumlah, lama, dan cara merokok. Responden yang tidak

merokok dan mengalami hipertensi tidak dijadikan sampel, karena

kemungkinan hipertensi disebabkan karena faktor lain, sehingga tidak

diperoleh indikator perilaku merokok yang dapat menyebabkan hipertensi.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 10: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Pada penelitian ini diambil untuk pasien rawat jalan karena alasan kesehatan

pasien, dimana penderita hipertensi dengan rawat inap tidak dapat mengikuti

penelitian untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada laki-laki yang berusia lebih dari

40 tahun ke atas yang merupakan pasien di BRSD ............ Badan Rumah

Sakit Daerah ........... merupakan rumah sakit kelas C yang terdapat di

kecamatan Limboto Kabupaten ...........

Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-

laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah ............

B. Rumusan Masalah

1. Permasalahan Umum

Adakah hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah

...........?

2. Permasalahan Khusus

a. Adakah hubungan jenis rokok yang di hisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit

Daerah ........... ?

b. Adakah hubungan jumlah rokok yang di hisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit

Daerah ........... ?

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 11: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

c. Adakah hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi

pada laki- laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah

........... ?

d. Adakah hubungan lama merokok dengan kejadian hipertensi pada

laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah ...........

?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit

Umum Daerah ............

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan jenis rokok yang di hisap dengan resiko

kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah

Sakit Umum Daerah ............

b. Untuk mengetahui hubungan jumlah rokok yang di hisap dengan

kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah

Sakit Umum Daerah ............

c. Untuk mengetahui hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum

Daerah ............

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 12: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

d. Untuk mengetahui hubungan lama merokok dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum

Daerah ............

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah ...........

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Badan

Rumah Sakit Daerah ........... dalam menangani pasien yang menderita

hipertensi. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

menyusun kebijaksanaan yang dapat mencegah kejadian hipertensi pada

masyarakat sekitar wilayah kerja rumah sakit.

2. Bagi Penelitian

Diharapkan penulis mampu menerapkan disiplin ilmunya di lapangan

khususnya dalam materi Epidemiologi penyakit tidak menular.

3. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan

menambah wawasan mengenai hubungan antara kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertensi pada laki-laki sia 40 tahun ke atas .

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat

agar meminimalkan konsumsi merokok untuk menghindari kejadian

hipertensi pada laki-laki di usia 40 tahun ke atas.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 13: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu

gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi, yang di bawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap

(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai

dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya

(Lanny Sustrani, dkk, 2004: 12).

Menurut Adnil Basha (2004:1) hipertensi adalah suatu keadaan di

mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal

yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas).

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah menjadi

naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks (Iman

Soeharto, 2002:50). Menurut Allison Hull (1996:19) hipertensi adalah

desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri.

Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 14: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya.

2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi

faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang

dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan

(mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan

faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan

(kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat (obesitas),

kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi (Asep Pajario, 2002).

Menurut WHO (World Health Organization) batas normal tekanan

darah adalah 120–140 mmHg sistolik dan 80–90 mmHg diastolik. Dan

seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140

mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastoliknya.

Tabel 1Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

NormotensiHipertensi Ringan Hipertensiperbatasan Hipertensi sedangdan berat Hipertensi sistolikterisolasi Hipertensi sistolikperbatasan

<140140-180140-160

>180>140

!40-160

<9090-10590-95>105<90<90

Sumber: Arif Mansjoer dkk, 2000:519

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 15: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian

tekanan diastolik disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated sytolic

hypertension). Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia

lanjut, jika keadaan ini dijumpai pada masa dewasa muda lebih

banyak dihubungkan sirkulasi hiperkinetik dan diramalkan dikemudian

hari tekanan diastoliknya juga ikut meningkat. Batasan ini untuk individu

dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam keadaan sakit mendadak.

Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang

berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih

pengukuran setiap kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau

sistoliknya 140 mmHg atau lebih (Robin dan Kumar, 1995:454).

Tabel 2

Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan UsiaDiatas 18 Tahun Menurut The Sixth Report Of The Joint National

Committee On Prevention Detection, EvaluationAnd Treatment Of High Blood Pressure

Klasifikasi tekanan darahTekanan Sistolik dan Diastolik

(mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99

Hipertensi stadium II >160 atau >100

Hipertensi stadium III > 180 atau > 110

Sumber: Arif Mansjoer, 2000: 519

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi

sistolik dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 16: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat

meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya

tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah

tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil

pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah

kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan

terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan

diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam

arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara dua

denyutan. Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U (2001:454) faktor

yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas,

asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua

yaitu sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang

penyebab spesifiknya dapat diketahui (Lanny Ssustrani, dkk, 2004:27).

Penderita hipertensi sekunder ada 5%-10% kasus. Pada hipertensi

penyebab dan patofisiologinya sudah diketahui sehingga dapat

dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan (Arjatmo T,

Hendra U, 2001:473). Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder

adalah adanya kelainan dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal

(gagal ginjal kronik, glomerolus nefritis akut), kelainan endoktrin (tumor

kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 17: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

penggunaan obat-obatan (kortikosteroid dan hormonal) (Mahalul

Azam, 2005:28).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah

keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya

ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah

keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan

keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ

seperti otak, jantung dan ginjal (Mahalul Azam 2005:17).

3. PatogenesisTekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.

Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer

akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi,

faktor genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung

dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh

tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh.

Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan

tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang

berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka

panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya

reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon

iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis

otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 18: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya

perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang

dikontrol hormon angiotensi dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan

sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya

kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh

sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai

organ.

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi oleh

beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan

membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang

mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan

metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel.

Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain

penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini

disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan

atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian

pada bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi

lain yaitu rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan

pada organ mata yang dapat mengakibatkan kebutaan (Beevers, 2002:26).

Menurut Lanny Sustrani (2004:12) gejala–gejala hipertensi antara lain

sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras

atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah

memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 19: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar.

4. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Faktor Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya.

Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka

dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua

orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot

(sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut

kemungkinan besar menderita hipertensi.

Penelitian yang dilakukan pada orang kembar yang dibesarkan

secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak bukan

adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah

dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.

Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan

darah di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor

genetika dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan

sejak masa awal kanak-kanak (Beevers, 2002:32).

b. Faktor Berat (Obesitas atau Kegemukan)

Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun

belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,

namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada

penderita hipertensi dengan berat normal (Adnil, Basha, 2004: 1).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 20: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi

karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi

kebutuhan energi yang lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena

banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah

juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi ( Suparto,

2000:322)

Cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu

dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) Rumus untuk IMT

adalah berat (kg) dibagi dengan tinggi dikuadratkan (m2). Kategori

ambang batas IMT untuk Indonesia menurut Depkes RI dalam

Supariasa (2003:63) adalah sebagai berikut :

Tabel 4Kategori Ambang Batas IMT

Kategori

IMT

Kurus Kekurangan berat tingkat berat

Kekurangan berat tingkat ringan

< 17,0

17,0-18,5

Normal 18,5-25,0

Gemuk

(obesitas)

Kelebihan berat tingkat ringan

Kelebian berat badab tingkat berat

>25,0-27,0

<27

(Depkes RI dalam Supariasa 2006:63)

c. Stres Pekerjaan

Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres

berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi

karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan

sering kerja lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 21: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang

menuntut tanggungjawab bagi manusia.Stres pada pekerjaan

cenderund menyebabkan hipertensi berat. Sumber stres dalam

pekerjaan ( Stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak

memadai, peran dalam pekerjaan yang tidak jelas, tanggungjawab

yang tidak jelas, masalah dalam hubungan dengan orang lain, tuntutan

kerja dan tuntutan keluarga (Smet, Bart, 1994:244).

Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan

kerja shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap

harinya. Sisanya (16-18 jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga

dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu

seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat

kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan

kecelakaan kerja ( Suma’ mur, 1993: 193)

Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang

pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan

darah dalam waktu yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres yang

muncul akibat mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu

lingkungan yang bising, atau bahkan ketika sedang menyortir benda

berdasarkan perbedaan ukuran, menyebabkan lonjakan peningkatan

tekanan darah secara tiba-tiba (Beevers, 2002: 39).

Menurut Adnil Basha (2004:39), stres diduga melalui aktivitas

syaraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 22: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya

tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Gangguan

kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang yang

menghadapi keadaan yang menimbulkan stres berat. Gangguan

tersebut dapat berkembang secara tiba-tiba atau secara bertahap.

d. Faktor Jenis Kelamin (Gender)

Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-

laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan

jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami

kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria

hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan

kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria

beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita.

Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa akan mempunyai

peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi

(Lanny, Sustrani, 2004:25).

e. Faktor Usia

Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,

kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar.

Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia

40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh

orang berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang

dikumpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 23: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

menunjukkan bahwa 1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas

20 tahun adalah penderita hipertensi.

Menurut Kaplon (1985) pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan

hipertensi jika tekanan darah berbanding 130/90 mmHg atau lebih,

sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan

darah 145/95 mmHg atau lebih.

f. Faktor Asupan Garam

WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam

dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium) (Sunita

Atmatsier, 2004:64). Konsumsi garam memiliki efek langsung

terhadap tekanan darah. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan

tekanan darah ketika semakin tua, yang terjadi pada semua

masyarakat kota, merupakan akibat dari banyaknya garam yang di

makan. Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam

pola makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah yang

meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang

konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami

peningkatan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya

usia. Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan

menderita hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang

lebih rendah untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun

mereka mengkonsumsi garam tidak lebih banyak dari orang lain,

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 24: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

meskipun tubuh mereka cenderung menimbun apa yang mereka

makan (Beevers, 2002: 35).

Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur

dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun

natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi),

sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus

bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi

naik (Lanny, Sustrani, 2004:29)

g. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang

olahraga serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan

darah. Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang

membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada

jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka

rokok dapat memperburuk keadaan tersebut (Smith,Tom, 1986:16).

Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri

menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Menurut Iman

Soeharto (2001:55) keadaan paru-paru dan jantung mereka yang

merokok tidak dapat bekerja secara efisien.

h. Aktivitas Fisik (Olahraga)

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 25: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan

kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga

bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo T, dan

Hendra U, 2001:459). Meskipun tekanan darah meningkat secara

tajam ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara

teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari

pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga yang teratur dalam

jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali

(Beevers, 2002:41).

5. Komplikasi Hipertensi

Menurut Elizabeth J Corwin (2000:349) komplikasi hipertensi terdiri

dari stroke, infark miokardium, gagal ginjal , ensefalopati (kerusakan

otak), dan pregnancy – incuded hypertension (PIH).

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embulus yang terlepas dari pembuluh non- otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri –arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah–daerah yang diperdarahi

berkurang. Arteri–arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

anurisma.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 26: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

b. Infark Miokardium

Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui

pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak

dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel

sehingga terjadi distritma, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan .

c. Gagal Ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerous, protein akan

keluar melalui urin sehingga sehingga tekanan osmotik koloid plasma

berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronik.

d. Ensefalopati (Kerusakan Otak)

Ensefalopati (kerusukan otak) dapat terjadi, terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 27: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan

saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma

serta kematian.

6. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat

spygmomanometer (termometer) dan steteskop. Ada tiga tipe dari

spygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau (merkuri),

aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis spygmomanometer

yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar

pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana

bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik. Spygmomanometer

aneroid prinsip peggunaanya yaitu menyeimbangkan tekanan darah

dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara

didalamnya. Spygmomanometer elekrtonik merupakan pengukur tekanan

darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang

menggunakan air raksa tetapi, akurasinya juga relatif rendah (Lanny

Sustrani, dkk, 2004:20). Sebelum mengukur tekanan darah yang harus

diperhatikan yaitu :

a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran

dilakukan.

b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan

tangan sejajar dengan jantung (istirahat).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 28: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

c. Pakailah baju lengan pendek.

d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang

penuh dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Lanny Sustrani dkk.,

2004 :23).

Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien

setelah istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5

menit. Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri

sebanyak 2 kali atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus

cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit

80 % lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2 / 3 kali panjang

lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fosa cubiti untuk

mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya disediakan barbagai

ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk. Balon dipompa

sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan darah diturunkan

perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung.

Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama

(korotkoff 1) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak

terdengar lagi (korotkoff V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya

dilakukan pada kedua lengan, pada posisi berbaring, duduk dan berdiri

(Arjatmo T., dan Hendra U., 2001: 461).

7. Kebiasaan Merokok

Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100

batang rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 29: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat

buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau

atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas

telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut

Departemen Kesehatan Dalam Gizi dan Promosi Masyarakat, Indonesia

merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat

konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan

harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu

produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia (Pdpersi, 2003).

Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil prevalensi perokok

secara nasional sekitar 27,7%. Prevalensi perokok ini khususnya laki-

laki mengalami kenaikan menjadi 54,5%. Sedangkan pada perempuan

sedikit menurun yaitu 2% pada tahun 1995 menjadi 1,2% pada tahun

2001. Prevalensi kesehatan mantan perokok relatif kecil baik secara

keseluruhan (2,8%) maupun pada laki-laki dan perempuan (5,3%) pada

laki-laki dan 0,3% pada perempuan (Anna Maria S, dkk, 2001).

Angka kekerapan merokok di Indonesia juga tinggi yaitu 60%-70%

pada laki – laki di perkotaan dan 80%-90 % pada laki-laki pedesaan.

Berdasarkan data WHO tahun 2002 di Indonesia menduduki urutan

kelima terbanyak dalam konsumsi 215 miliar batang rokok (Vivi, Juanita

S, 2004:1).

Dari survai secara nasional juga ditemukan bahwa laki-laki remaja

banyak yang menjadi perokok dan hampir 2/3 dari kelompok umur

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 30: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

produktif adalah perokok. Pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah

umur 25-29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh

lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu

rentan populasi penduduk. Sebagian perokok mulai merokok pada

umur < 20 tahun dan separuh dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah

merokok tiga puluh tahun atau lebih, lebih dari perokok menghisap

minimal 10 batang perhari, hampir 70% perokok di Indonesia mulai

merokok sebelum mereka berusia 19 tahun (Pdpersi, 2003).

Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki

dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial

melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan,

mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor

psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh

terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut

kecanduan terhadap nikotin (Mangku Sitepoe, 1997:13).

a. Kategori Perokok

1) Perokok Pasif

Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang

yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan

polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih

berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap

rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka

yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 31: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok

pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida,

empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo,

1996:43).

2) Perokok Aktif

Menurut Bustan (1997: 86) rokok aktif adalah asap rokok yang

berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang

dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan

langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi

kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

b. Jumlah Rokok Yang Dihisap

Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus,

pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

1) Perokok Ringan

Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10

batang per hari.

2) Perokok Sedang

Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari.

3) Perokok Berat

Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang

(Bustan, 1997: 124).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 32: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap

rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang

(satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok.

Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan

bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan

mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang

ditimbulkan (Mangku Sitepoe, 1997:18).

c. Lama Menghisap Rokok

Menurut Bustan (1997, 124) merokok dimulai sejak umur < 10

tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok

makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response

effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar

pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja,

merokok sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis.

Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok

dan umur awal merokok yang lebih dini ( Smet, Bart, 1994:293).

Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–

25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku

Sitepoe, 1997:29). Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun

pasca digunakan . dampak rokom bukan hanya untuk perok aktif

tetapi juga perokok pasif (RuliA, Mustafa, 2005:3). Walaupun

dibutuhkan waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 33: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan

jantung, impotensi dan gangguan kesuburan (Irfan, Mujiono, 2006:3).

d. Cara Menghisap Rokok

Menurut Bustan (1997:124), cara manghisap rokok dapat

dibedakan menjadi :

1) Begitu menghisap langsung dihembuskan (secara dangkal)

2) Ditelan sampai ke dalam mulut (dimulut saja)

3) Ditelan sampai di kerongkongan (isapan dalam)

4) Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan

darah.

Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh

darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi

peningkatan tekanan darah. Dengan menghisap sebatang rokok

maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan

darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO yang

dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah

“kramp” sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah

menjadi robek (Suparto, 2000:74).

e. Jenis Rokok Yang Dihisap

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku

pembuatnya yaitu tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah

cengkeh dan bahan–bahan lain dicampur untuk dibuat rokok. Selain

itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang dapat digunakan yaitu

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 34: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa, rokok kretek,

rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah)

(Mangku Sitepoe, 1997:24).

Dalam peraturan (PP) Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan

rokok bagi kesehatan, pemerintah tidak menentukan kandungan kadar

nikotin sebesar 1,5 mg dan kandungan kadar tar serbesar 20 mg pada

rokok kretek. Dan rokok kretek menggunakan tembakau rakyat.

Tetapi menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan

Perdagangan (Deperindag) Yamin Rahman menyatakan kandungan

kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan

kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg.

Rokok kretek mengandung 60–70 tembakau, sisanya 30%–40%

cengkeh dan ramuan lain. Cengkeh mengandung eugenol yang

dianggap berpotensi menjadi penyebab kangker pada manusia dan

terkait dengan zat kimia satrol yang menjadi salah satu penyebab

kanker ringan (Pdpersi, 2003).

Sesuai data Diperindag volume eksport rokok pernovember 2002

mencapai 6.463 ton dengan nilai 75,8 juta dolar AS. Kadar nikotin

yang ada pada rokok seharusnya adalah 1,5 mg dan kadar tar sebesar

20 mg dan menggunakan tembakau Virginia.

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan

darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh

darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 35: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan

tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20

kali per menit (Mangku Sitepoe, 1997:29). Dengan menghisap

sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikkan

tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam

asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200

diantaranya beracun. Antara lain Karbon monoksida (CO) yang

dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah

kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat

robek (Suparto, 2000:74). Gas CO dapat pula menimbulkan

desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen

untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan

tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan

mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding

pembuluh darah). Selain zat CO merokok juga mengandung

nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan

meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga merangsang peningkatan tekanan

darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya

adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.

Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak

dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah),

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 36: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

mempermudah penggumpalan darah sehingga dapat merusak

pembuluh darah perifer (G.Sianturi, 2003:12).

f. Bahan – Bahan Yang Terkandung Dalam Rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi

komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan

menjadi asap bersama- sama dengan komponen lainnya terkondensasi.

Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok

terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel.

Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya

bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic

Aromatic hydrokarbon yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya

kanker (seperti tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan

nitrosonornicotine) (Pdpersi, 2003).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 37: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Tabel 5

Daftar Bahan Kimia Yang Terdapat Dalam Asap Rokok Yang Dihisap

No Bagian partikel Bagian Gas

1.

2.

3.

4.

5.

Tar

Indol

Nikotin

Karbolzo

l Kresol

Catatan:

Keseluruhan bersifat

karsinogen dan iritan

serta bersifat toksik yang

lain

Karbon monoksida

Amoniak

Asam hydrocyanat

Nitrogen oksida

Formaldehid

Catatan:

Keseluruhan zat ini bersifat

karsinogen, mengiritasi, racun

bulu getar alat pernapasan, dan

sifat racun yang lain.

Sumber: M. Sitepoe, 1997: 18

1) NikotinKomponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok,

nikotin bersifat toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau

depresi. Nikotin merupakan aikaloid yang bersifat stimulan dan

pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau,

sangat aktif dan mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam

jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk

mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu

membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai

tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 38: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

dibuktikan dengan jarang adanya jumlah perokok yang ingin

berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Pdpersi,

2003).

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang

terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan

spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat

mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni

syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan

pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta

ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap

dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau

setiap batang rokok, dalamnya isapan , lamanya isapan, dan

menggunakan filter rokok atau tidak.

2) Karbon Monoksida

Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan

menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup

oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun

pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas.

Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan

dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam

rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok,

sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah

400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 39: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Mangku

Sitepoe, 1997:21).

3) Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan

nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat

kimianya karsinogenik (pembentukan kanker).

Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang

bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia

yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan

berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada

jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker.

Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk

kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah

dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna

coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.

Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,

sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg.

Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat

mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter,

efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada

saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 40: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Mangku

Sitepoe, 1997: 25).

4) Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak

0,5 mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis

dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20

mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok

berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak

zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. (Mangku Sitepoe, 1997

:25).

g. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan

perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan

tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Salah satunya

adalah kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok.

Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah

suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkannya (Lanny Sustrani dkk, 2004:12).

Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai

pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal

ini dapat disebabkan karena gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 41: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

dapat menyebabkan pembuluh darah “kramp” sehingga tekanan darah

naik, dinding pembuluh darah menjadi robek (Suparto, 2000:74).

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin,

menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh

termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,

mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis

(pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Dengan

demikian CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan

viskositas darah sehingga mempermudah penggumpalan darah.

Selain zat CO asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin

mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatkan

kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok,

nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi

denyut jantung, tekanan darah dan kebutuhan oksigen jantung serta

menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menggangu kerja

otak, saraf dan bagian tubuh yang lain.

Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi

trombo (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO

dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding

endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah

penggumpalan darah. Akibat penggumpalan (trombosi) akan merusak

pembuluh darah perifer.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 42: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole

secara akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan

tekanan diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini

mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-20 pon

lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umurnya, tinggi nya,

jenis kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat

naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin

dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat , tampaknya

mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga

tekanan diastole sedikit berubah bila mereka berhenti merokok.Selain

itu juga mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer

maupun pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi peningkatan

tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan mengakibatkan

tekanan darah sistole 10-25 mgHg dan menambah detak jantung 5-20

kali persatu menit (Mangku Sitoepoe, 1997:29).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 43: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

B. KERANGKA BERPIKIR

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel dependent

C. HIPOTESIS

Untuk variabel lain yang diduga merupakan perancu atau faktor risiko

akan dikendalikan dengan menggunakan analisis stratifikasi dengan

menggunakan statistik Chi Square Mantel-Haenszel (Sudigdo Sasrtoasmoro,

1997:165). Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu peneritian

(Soekidjo Notoadmodjo, 2002: 72)

Jenis Rokok

Jumlah Rokok

Cara MenghisapRokok

Lama MenghisapRokok

KejadianHipertensi

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 44: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

1. Hipotesis Mayor

Dengan mempertimbangkan faktor keturunan, berat , aktivitas olahraga,

asupan garam, dan stres pekerjaan ada hubungan antara kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas

di Rumah Sakit Daerah ............

2. Hipotesis Minor

a. Ada hubungan antara jenis rokok yang di hisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit

Daerah ............

b. Ada hubungan antara jumlah rokok yang dhisap per hari dengan

kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah

Sakit Daerah ............

c. Ada hubungan antara lama kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit

Daerah ............

d. Ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi

pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Daerah ............

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 45: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik.

Survei analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Soekidjo

Notoatmodjo, 2002:145). Dalam penelitian survei analitik ini, penelitian

tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti (populasi), tetapi hanya

mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel). Rancangan penelitian

yang digunakan adalah penelitian case control yaitu penelitian survey

analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan

menggunakan pendekatan restrospektive (Soekidjo Notoatmodjo,

2002:150).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD MM Dunda .......... yang bertempat

di Kelurahan Kayubulan. Kecamatan Limboto Kab. ..........,

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi Target

Populasi target merupakan ang menjadi sasaran akhir

penerapan hasil penelitian (Sudigdo Sastroasmoro, 1995: 42)

a.Populasi kasus, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 46: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

tahun ke atas penderita hipertensi pasien di RSUD ............

b.Populasi kontrol, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40

tahun ke atas bukan penderita hipertensi yang menjadi pasien di

RSUD ............

b. Populasi Studi atau populasi terjangkau

Populasi terjangkau merupakan bagian dari populasi target yang

dapat dijangkau oleh peneliti, dapat dikatakan juga sebagai bagian

dari populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu penelitian

(Sudigdo Sastroasmoro, 1995: 43)

i. Populasi kasus yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40

tahun ke atas penderita hipertensi yang menjadi pasien di RSUD

............ selama periode Januari-November ...... sejumlah 159

orang.

ii. Populasi kontrol, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40

tahun ke atas bukan penderita hipertensi yang menjadi pasien di

RSUD ............ selama periode Januari-November .......

2. Sampel

a. Sampel Kasus

Sampel Kasus yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40

tahun ke atas penderita hipertensi yang menjadi pasien di RSUD

........... selama periode Januari-November ....... Kriteria sampel

kasus sbagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 47: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

i. Pasien memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) di RSUD

.......... Periode Januari-November .......

ii. Responden merupakan pasien di RSUD ........... periode

Januari-November .......

iii. Pasien berjenis kelamin laki-laki, perokok dan berusia 40

tahun ke atas

iv. Pasien berdomisili di RSUD ........... pada saat penelitian.

v. Bersedia mengikuti penelitian.

ii. Kreteria eksklusi

i. Pasien berdomisili di luar wilayah RSUD ........... pada saat

penelitian.

ii. Pasien hipertensi tidak merokok

iii. Responden tidak bersedia mengikuti penelitian

b. Sampel Kontrol

Sampel kontrol yaitu pasien laki-laki yang berusia 40 tahun ke

atas bukan penderita hipertensi yang menjadi pasien di RSUD

........... selama periode Januari- November ....... Kriteria sampel

kontrol sebagai berikut:

1) Kriteria inklusi

a) Pasien tidak memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) di

Rumah Sakit Daerah ........... Periode Januari-November

.......

b) Responden merupakan pasien di RSUD ........... periode

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 48: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Januari-November .......

c) Pasien berjenis kelamin laki-laki, perokok dan berusia 40

tahun ke atas

d) Pasien berdomisili di wilayah RSUD ........... pada saat

penelitian.

e) Bersedia mengikuti penelitian.

2) Kreteria eksklusi

a) Pasien berdomisili di luar wilayah RSUD ........... pada saat

penelitian.

b) Pasien tidak merokok.

c) Pasien tidak bersedia mengikuti penelitian

c. Teknik Pengambilan Sampel

Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

random sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi

sebagai sampel (Soekidjo Notoadmodjo 2002:79). Pada cara ini

dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi yang akan

dipilih sebagai sampel, kemudian dipilih sebagian dengan

menggunakan tabel random sampling.

Penetuan besar sampel untuk kelompok kasus dan

kontrol dengan berdasarkan pada perhitungan dari nilai Odd Rasio

(OR) dan proposi kontrol dari penelitian yang terdahulu dengan

tingkat kepercayaan 95% dan kekuatan 80% dengan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 49: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

menggunakan rumus :

Catatan : Q1 = (1 - P1)

Q2 = (1 – P2)

P = ½ (P1 + P2)

Q = ½ (Q1 + Q2)

Keterangan :

OR = Odds Rasio

n1 = n2 = Pekiraan besar sampel minimal

Zα = Tingkat kepercayaan (95 % = 1, 96)

Zβ = Kekuatan penelitian (80 % = 0,842)

P1 = Pemaparan pada kelompok kasus

P2 = Pemaparan pada kelompok kontrol

Besar Sampel Minimal Berdasarkan Nilai Odds Rasio

(OR) Dan Proposi Kontrol Dari Penelitian Terdahulu.

Faktor Resiko

Hipertensi

OR P2 N

Kebiasaan

Merokok6,378 0,607 30

Berdasarkan tabel di atas, maka besar sampel minimal yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah 30 orang kasus.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 50: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Perbandingan kelompok kasus dan kelompok kontrol 1 : 1, maka

kelompok kontrol 30 orang

D. Variabel Penelitian

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah tingkat tekanan darah yang tinggi yang

dapat menyebabkan suatu gangguan pada pembuluh darah yang

menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa tersumbat

sampai jaringan tubuh. Data diperoleh dari rekam medik RSUD

............ Hipertensi apabila tekanan darah diastolik >140 mmHg dan

sistoliknya >90mmHg .

Skala : Nominal

Untuk keperluan analisis skala dikategorikan menjadi :

1) Hipertensi

2) Tidak Hipertensi

b. Jumlah Rokok Yang Di Hisap

Adalah banyaknya rokok yang dihisap penderita per hari. Data

diperoleh melalui wawancara dengan responden Jumlah rokok yang

dihisap dikelompokan menjadi:

1) Perokok Ringan bila menghisap rokok < 10 batang perhari

2) Perokok Sedang bila menghisap rokok 10-20 batang perhari

3) Perokok berat bila menghisap rokok >20 batang perhari

Skala : Nominal

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 51: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

a). Perokok Berat

b). Perokok Ringan

c. Cara Menghisap Rokok

adalah cara atau sikap responden dalam menghisap rokok. Data

diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner cara menghisap

rokok. Cara menghisap rokok dapat dikelompokkan menjadi:

1.Menghisap Dangkal yaitu begitu menghisap langsung

dihembuskan

2.Menghisap dimulut saja yaitu dihisap kemudian ditelan kedalam

mulut.

3.Menghisap dalam yaitu menghisap rokok dengan cara ditelan

sampai kedalam kerongkongan. (Bustan,1997)

Skala: Ordinal

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

a) Dalam

b) Dangkal

d. Lama Menghisap Rokok

Adalah waktu pertama kali merokok sampai dengan waktu

penderita terdiagnosis sebagai penderita atau bukan penderita

hipertensi. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner.

Skala: Ordinal

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1). menghisap rokok > 10 tahun

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 52: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

2). menghisap rokok < 10 tahun

e. Jenis Rokok Yang Di Hisap

Adalah bentuk sediaan atau kebiasaan rokok yang dihisap oleh

responden. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner.

Skala: Nominal

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1). Non Filter

2). Filter

f. Keturunan Hipertensi

Adalah orang yang mendapat atau memberikan suatu penyakit

yang menurun dari keluarganya ( ayah, ibu, kakek, nenek, saudara

kandung). Risiko hipertensi bila responden memiliki faktor

keturunan hipertensi, Bukan resiko hipertensi apabila responden

tidak memiliki keturunan hipertensi. Data diperoleh melalui

wawancara dengan kuesioner.

Skala: Nominal

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1). Ada

2). Tidak ada

g. Obesitas

Adalah kondisi tubuh responden laki-laki usia 40 tahun ke atas

pada waktu dilakukan penelitian yang mengalami obesitas atau

kegemukan.Ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 53: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

(IMT).

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1) Obesitas, apabila IMT >25,0

2) Normal, apabila IMT < 18.5

h. Aktifitas Fisik (Olahraga)

Adalah ada atau tidaknya kegiatan olahraga yang dilakukan

setiap minggunya. Data diperoleh melalui wawancara dengan

kuesioner.

Skala: Nominal

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1) Tidak olahraga

2) Berolahraga

i. Asupan Garam

Adalah banyaknya garam yang dikonsumsi seseorang dalam

satu hari. Konsumsi garam yang dianjurkan yaitu 6 gram atau setara

dengan 2400 mg natrium (1 ½ sendok teh). Data diperoleh melalui

wawancara dengan kuesioner

Skala: Nominal

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1) > 6 gram /hari

2) < 6 gram /hari

j. Stres Pekerjaan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 54: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Adalah suatu bentuk tanggapan seseoang, baik secara fisik

(beban kerja dan waktu kerja) terhadap suatu perubahan lingkungan

kerja yang dirasakan mengganggu dan menyebabkan dirinya

terancam.

Skala: Nominal

Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:

1) stres, bila memenuhi 4 item pertanyaan tentang stres.

2) Tidak stres, jika tidak memenuhi 4 (<4) item pertanyaan tentang

stres

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data primer dilakukan dengan metode penyebaran

angket yang dipandu oleh peneliti dan observasi, penimbangan berat

badan dan tinggi badan responden. Sedangkan data sekunder diambil

dari bagian Rekam Medik Badan Rumah Sakit Daerah ........... Tahun

.......

2. Instrumen Penelitian

a. Kuesioner

Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan

baik, sudah matang, di mana responden dan interviewer tinggal

memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 116). Kuesioner ini berisi

pertanyaan–pertanyaan yang berhubungan dengan faktor- faktor

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 55: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

risiko yang mempengaruhi hipertensi di Badan Rumah Sakit Daerah

...........

b. Timbangan Injak atau Seca

Alat timbangan berat badan dengan menggunakan

timbangan injak atau seca dengan kapasitas 200 kg dan tingkat

ketelitian 0,1 kg untuk mendapatkan data tentang berat badabn

responden.

c. Microtoise

Microtoise sebagai pengukur tinggi badan dengan panjang

200 cm dan tingkat ketelitian .1 cm, untuk mengukur tinggi badan

responden.

d. Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen

1) Uji Validitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengukur tentang ketepatan

instrumen penelitian, atau mengukur tentang apa yang akan

diukur. Item soal pada kuesioner penelitian untuk uji validitas

dapat dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. Untuk r tabel

dengan sampel uji coba 20 orang adalah 0,444. (Sugiyono,

2002:276)

2) Uji Reabilitas Instrumen

Uji reabilitas digunakan untuk mengukur tentang

konsistensi dari instrumen, atau digunakan untuk mengukur

berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. Dasar

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 56: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

pengambilan keputusan untuk reabilitas instrumen adalah jika ri

hitung > r tabel. Untuk r tabel dengan sampel uji coba 20 orang

adalah 0,444. (Sugiyono, 2002:276)

e. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan sebagai pelengkap guna

mengungkap data terhadap variabel-variabel penelitian, dengan

kata lain sebagai bahan informasi yang digunakan peneliti

misalnya data sekunder. Data sekunder yang berasal dari bagian

Rekam Medik di Badan Rumah Sakit Daerah ........... sebagai tempat

penelitian, mengenai pasien yang menderita hipertensi dan tidak

menderita hipertensi.

F. Pengolahan, Penyajian dan Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan program

SPSS. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan

komputer dengan program SPSS. Data yang diperoleh dan sudah diolah

disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan disertai narasi.

2. Penyajian Data

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 57: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai

dengan penjelasan dan tabel untuk melihat pengaruh antara variabel

independen dan variabel dependen.

3. Analisis Data

Merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo,

2002:188). Hasil analisis univariate akan disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi

a. Analisis Bivariate

Analisis bivariate dimaksudkan untuk mengetahui hubungan

atau korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat (Soekidjo

Notoatmodjo, 2002:188). Dalam penelitian ini kebiasaan merokok

merupakan variabel bebas dan hipertensi merupakan variabel

terikat. Analisi bevariate dilakukan dengan menggunakan uji chi

square (X2) dengan menggunakan α =0,05 dan 95% Confidence

Interval (CI) dan besar risiko dihitung dengan menggunakan Odds

Ratio (OR)

Analisis hasil studi kasus kontrol dapat dilakukan dengan

melihat proporsi masing-masing variabel bebas yang di teliti pada

kasus dan kontrol dilakukan analisis variabel dengan cara

memasukkan setiap variabel yang di duga beresiko dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia diatas 40 tahun ke atas ke dalam

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 58: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

tabel dengan menghitung Odds Rasio (OR) dan Confuidence

Interval (CI) 95 % dan kemaknaan p < 0.05. Odds Rasio

digunakan untuk menilai seberapa sering terdapat pajanan pada

kasus dibandingkan pada kontrol (Sudigdo Sastroasmoro dan

Sofyan Ismail, 1995:87).

Hipertensi

Ya

(kasus)

Tidak

(kontrol)

Jumlah

Faktor

Resiko

Ya A B A+B

Tidak C D C+D

Jumlah A+C B+D A+B+C+D

Keterangan

Sel A : kasus mengalami pajanan

Sel B : kontrol mengalami pajanan

Sel C : Kasus tidak mengalami pajanan

Sel D : Kasus tidak mengalami Pajanan

Untuk menilai Odds Rasio (RO) atau seberapa sering terdapat

pajanan pada kasus dibandingkan pada kontrol yaitu :

OR = Odds Rasio kasus : Odds Rasio Kontrol

Interprestasi nilai Odds Rasio (RO) :

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 59: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

1) Bila OR hitung > 1, maka faktor yang diteliti memang

merupakan faktor risiko

2) Bila OR hitung = 1, maka faktor yang diteliti bukan faktor risiko

3) Bila OR hitung < 1, maka faktor yang diteliti merupakan faktor

protektif (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 1995:88).

b. Analisis Berstrata (Stratifikasi)

Analisis berstrata dilakukan untuk mengetahui peran variabel

keturunan, obesitas, asupan garam, aktivitas fisik (olahraga), dan

stres pekerjaan terhadap besar risiko kejadian hipertensi pada

kebiasaan merokok (jenis rokok, lama merokok, cara menghisap

rokok dan jumlah rokok yang dihisap). Peran disini dimaksudkan

untuk mengetahui apakah variabel tersebut sebagai perancu atau

tidak sebagai perancu. Tehnik stratifikasi yang digunakan

adalah statistik Mantel-Haenszel (Sudigdo Sastroasmoro dan

Sofyan Ismail, 1995:165).Dikatakan sebagai variabel perancu

apabila nilai p value yang di uji dengan Chi Square Mantel

Haenszel > 0,05 dan cPOR tidak boleh sama dengan aPOR, dan

dikatakan tidak sebagai perancu apabila nilai p value yang di uji

dengan Chi Square Mantel Haenszel < 0,05.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 60: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

DAFTAR PUSTAKA

Adnil Basha. 2004. Hipertensi : Faktor Resiko Dan Penatalaksanaan.http://angelnet.info/index

Anna Maria Sirait, dkk. Perilaku Merokok (Analisis Data Susenas 2001).http.//www.kompas.co.id

Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: MediaAesculapius

Arjatmo T, Hendra U.2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI Asep,Pajario.2002. Modifikasi Gaya Hidup. http://angelnet.info/index.

Aulia Sani. 2004. Pelayanan Tiga Tahun Pelayanan Klinik Berhenti Merokok,Yayasan Indonesia. http://angelnet.info/index

Beevers D.G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat

Bhisma, Murti, 1996. Penerapan Metode Statistik Non- Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama.

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta

Corwin, Elizabets J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U.Jakarta: EGC

Departmen Kesehatan. Gizi Dan Promosi. http.// www.promosikesehatan.com

Departemen Kesehatan RI.2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta:Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.

G.Sianturi, 2003. Merokok Dan Kesehatan. http.//kompas.com

Hull Alison. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, Dan Nutrisi. Jakarta: BumiAksara

Lanny Sustrani, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka UtamaLira Indriana Saputri. 2005. Perbedaan Kadar Hemoglobin Darah Pada Pegawai

Tekstil Sukutex Yang Perokok dan Tidak Perokok Di Kudus. SkripsiS1. Universitas Negeri Semarang.

Lusiana Indiasari. 2004. Rokok Bisa Tingkatkan Kolesterol.http.//www.kompas.co.id

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Page 61: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di RSUD (Proposal)

Mangku, Sitepoe. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta:Gramedia

Pdparsi. 2003. Ada Apa Dengan Rokok. http.// www.red-bondowoso.or.id

Robbin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: EGC

Ruli A, Mustafa. 2005. Waspadai Bahaya Merokok. www.Combat2005.Glogdrive.com

Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Pengantar Umum Patologi. Jakarta: PT. BulanBintang

Sarjani, Jamal (peneliti di Badan Pengembangan Kesehatan Jakarta). 2006. PriaBerpendidikan Rendah, Perokok Terbanyak. http.//www.rsd-bondowoso.or.id

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia WidiasaranaIndonesia.

Smith Tom. 1986. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Arcan

Soekitjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Sudigdo Sastroasmoro. 1995. Dasar-Dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta.

Sugiyono. 2005. Statistiaka Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suma’mur P.K. 1998. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:Gunung Agung.

Suparto, 2000. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung: Remaja RosdakaryaEffset.

Sustina, Himawan.1979. Patologi. Jakarta:Arcan

Wardoyo. 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo:Toko BukuAgency

Vivi, Juanita, S.2004. Merokok? Kenapa Takut?.http.//www.sinar

harapan.co.id/iptek/kesehatan/2004

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com