Upload
vuxuyen
View
238
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME
PADA WANITA USIA REPRODUKTIF DI DESA JURUREJO
KABUPATEN NGAWI
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Kedokteran
Diajukan oleh :
Azhim Rahmawati
J500110029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ABSTRAK
HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME
PADA WANITA USIA REPRODUKTIF DI DESA JURUREJO
KABUPATEN NGAWI
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Azhim Rahmawati
Latar Belakang: Sindrom Pramenstruasi (PMS), merupakan gangguan siklus
yang, umum terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi dan akan
menghilang pada saat menstruasi. Sebanyak 90% wanita pada usia reproduktif
mengalami gejala PMS, terdapat 10% wanita yang mengalami gejala
pramenstruasi cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas sampai
memerlukan perawatan medis bahkan terjadi kematian. Hipertensi merupakan
faktor resiko terjadinya Premenstrual syndrome
Tujuan Penelitian: Mengetahui adakah hubungan antara hipertensi dengan
premenstual syndrome pada wanita usia reproduktif di desa jururejo
Metode Penelitan: Desain penelitian menggunakan metode observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden penelitian sebanyak 104
orang yang terdiri atas 52 wanita dengan hipertensi dan 52 wanita dengan tidak
hipertensi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Pengukuran Premenstrual Syndrome menggunakan kuesioner Shortened
Premenstrual Asessment Form (sPAF), pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh
responden. Data dianalisis dengan uji Chi-Square dengan program SPSS 17.0 for
windows.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p = 0,00 (p < 0,05) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan hipertensi dengan Premenstrual
Syndrome pada wanita usia reproduktif.Dengan nilai odd rasio (OR) = 6,75 yang
artinya orang yang memiliki riwayat hipertensi memiliki resiko 6,75 kali terkena
PMS.
Kesimpulan: terdapat hubungan hipertensi dengan premenstrual syndrome pada
wanita usia reproduktif di Desa jururejo Kabupaten Ngawi
Kata Kunci :Hipertensi , Sindrom Premenstruasi, Wanita Usia Reproduktif
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN HYPERTENSION AND PREMENSTRUAL
SYNDROME IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE ON JURUREJO
VILLAGE, NGAWI DISTRICT
Faculty of Medicine Universitas Muhammadiyah Surakarta
Azhim Rahmawati
Background: Pre-menstrual Syndrome (PMS) is a cycle disorder, which is
commonly occured during the Luteal phase of the menstrual cycle and will
disappear at the time of menstruation. 90% of women on reproductive ages
experience symptoms ofPMS and 10% of them experience severe pre-menstrual
symptoms that cause physical activity disturbance, medical care necessity, even
worst death. Hypertension is a risk factor for a Pre-menstrual Syndrome (PMS)
occurence.
Objective: This research was held to answer the question is there a relationship
between hypertension and Pre-menstrual Syndrome (PMS) in women of
reproductive age in the Jururejo Village of Ngawi District or not.
Research Methods: The research was designed using analytic observational with
cross-sectional approach. The number of survey respondents were 104 people,
which consist of 52 women with hypertension and 52 women with no-
hypertension. The sampling technique used purposive sampling. Premenstrual
Syndrome measurement used questionnaire, Shortened Premenstrual Assessment
Form (SPAF), that filled by the respondent directly. Data were analyzed by Chi-
square test with SPSS 17.0 for Windows.
Results: The result showed that the value of p = 0.00 ( p<0,05), which indicates
that there is a relationship between hypertension and Pre-menstrual Syndrome
(PMS) occurence of women in reproductive age. Rasio Odd (RO) value = 6,75 it
means patient with hypertension has probability of 6,75 times of having a PMS.
Conclusion: There is a relationship between hypertension and Pre-menstrual
Syndrome (PMS) in women of reproductive age at The village of Jururejo, Ngawi
District.
Key Words : Hypertension, Premenstrual Syndrome, reproductive women
PENDAHULUAN
Premenstrual Syndrom (PMS), merupakan gangguan siklus yang umum
terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi dan akan menghilang pada
saat menstruasi (Biggs dan Demuth 2011). Gejala yang timbul pada sindrom
premenstruasi misalnya perut kembung, sakit kepala, depresi, kecemasan,
insomnia, lelah dan mudah tersinggung (Hillegas, 2007).
Sebanyak 90% wanita pada usia reproduktif mengalami gejala PMS.
Wanita usia dekade empat paling sering mengalami premenstrual syndrome
(Moreno, 2012). Menurut WHO usia reproduktif 15-44 tahun tetapi
dikatakan usia wanita dewasa 20-59 tahun (WHO, 2013).
Perkiraan insidens gejala PMS berkisar 25-100% pada perempuan
menstruasi. Kebanyakan perempuan, gejala-gejalanya hanya menjengkelkan
dan tidak secara nyata mengganggu aktivitas mereka namun sekitar 10%
perempuan mengalami gejala pramenstruasi cukup berat yang menyebabkan
terganggunya aktivitas hingga memerlukan perawatan medis bahkan terjadi
kematian (Hillegas, 2007).
Jumlah penduduk Jururejo berdasarkan data 2014 terdapat 6.878 jiwa.
Hasil analisis di desa Jururejo menunjukan kejadian PMS pada perempuan
yaitu sekitar 65 % disertai dengan peningkatan tekanan darah. Pada
peningkatan tekanan darah atau hipertensi terjadi peningkatan aktivitas saraf
simpatik yang mengakibatkan sekresi katekolamin meningkat sementara itu
aktivitas system hormon seperti renin-angiotensi-aldosterone mungkin juga
ikut berkontribusi berpengaruh pada kenaikan kadar estrogen
(Babyminakshi,et al., 2006). Ketidakseimbangan antara estrogen dan
progesteron, perubahan produksi hormon ovarium lain, perubahan efek-efek
steroid ovarium adalah penyebab terjadinya premenstrual syndrome
(Hillegas, 2007).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi
di seluruh dunia. Pravelensi hipertensi semakin meningkat dan tidak sedikit
penderita hipertensi yang belum mendapatkan pengobatandengan disertai
adanya penyakit penyerta dan komplikasi sehingga morbilitas dan mortalitas
meningkat (Erdie, et al., 2012).
Menurut data World Health Organization (WHO) 2013 memperkirakan
9,4 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi yang menyebabkan
kematian 8 juta orang di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang di ASEAN
mengalami hal tersebut. Data dari The National Health and Nutrion
Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa dari tahun 2003-2006
33,6% di Amerika Serikatusia 20 tahun sudah terkena hipertensi dan sekitar
74,5 juta orang di Amerika Serikat terkena hipertensi (Madhur, 2014).
Penderita hipertensi yang ada di Indonesia sebesar 15 juta. Tingkat
pravelensi hiperetensi sebesar 6-15% pada orang dewasa dan ditemukan
kecenderungan peningkatan pravelensi hipertensi menurut peningkatan usia
seseorang (Bustan, 2007). Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas
20 tahun adalah penderita hipertensi (Arief, 2008).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013 pravalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar
25,8% tertinggi di bangka belitung (30,9%), diikuti Kalimatan Selatan
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%) dan Jawa Timur
(26,2). Pravelensi hipertensi banyak ditemukan di negara-negara maju dan
berkembang, terutama di daerah perkotaan (WHO,2013).
Berdasarkan latar belakang di atas hipertensi dan premenstrual syndrom
merupakan hal yang cukup berbahaya bila tidak diperhatian, dicegah dan
diberi penatalaksanaan, maka dari itu peneliti bermaksud mengadakan
penelitian tentang hubungan hipertensi dengan premenstrual syndrome di
desa Jururejo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan didesa Jururejopada bulan Desember 2014 data
diperoleh dari data primer. Data yang didapatkan 170 responden kemudian
dipilih secara purposive sampling serta diseleksi dengan kriteria ekslusi dan
inklusi didapatkan 104 responden yang terdiri dari 52 hipertensi dan 52 tidak
hipertensi yang memenuhi kriteria restriksi
Data analisis statistik pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square
test aplikasi SPSS 17
HASIL PENELITIAN
Jenis
Hipertensi
PMS Total x p
PMS % Non
PMS
%
Hipertensi 39 70,91% 13 26,53% 52 20,41 0,00
Tidak
Hipertensi
16 29,09%
36 73,47%
52
Jumlah 55 100,00% 49 100,00% 104
Dari tabel di atas diperoleh hasil uji statistik menggunakan uji Chi
Square dan didapatkan nilai p = 0,00 (<0,2) sehingga dapat disimpulkan ada
hubungan hipertensi dengan premenstrual syndrome. Hasil analisis dengan
menggunakan odd rasio diperoleh nilai 6,75 artinya orang yang memiliki
riwayat hipertensi memiliki resiko 6,75 kali terkena PMS daripada orang
yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Jururejo kec/kab Ngawi dengan sampel
berjumlah 170 sampel, dari penelitian tersebut didapatkan sampel 104 yang
sesuai dengan kriteria restriksi. Data yang didapatkan 52 sampel hipertensi
dan 52 sampel tidak hipertensi dimana sampel tidak hipertensi sebagai
kontrol data diambil menggunakan data primer. Dari analisis data pada
penelitian ini telah diketahui hasilnya sampel hipertensi terdapat 39 (70,91%)
sampel mengalami PMS sedangkan 13 (26,53%) sampel tidak mengalami
PMS dan sampel tidak hipertensi terdapat 16 (29,09%) sampel mengalami
PMS sedangkan 36 (73,447%) sampel tidak mengalami PMS. Dari hasil
statistik Chi Squaredidapatkan nilai P = 0,00 (<0,2) sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan hipertensi dengan premenstrual syndrome dengan
odd rasio 6,75 yang artinya orang yang memiliki riwayat hipertensi memiliki
6,75 kali terkena PMS dibandingkan tidak hipertensi.
Hipertensi dapat menyebabkan PMS hal ini dikarenakan pada hipertensi
terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatik yang mengakibatkan sekresi
katekolamin meningkat dan berkontribusi berpengaruh pada kenaikan kadar
estrogen (Babyminakshi, et al., 2006).
Produksi kotekolamin meningkat dapat meningkatkan sekresi hormon
hipotalamus yaitu GnRH. Peningkatan GnRH menyebabkan sekresi FSH
yang berpengaruh pada perkembangan folikel sehingga terjadi peningkatan
sekresi estrogen sedangkan kadar progesteron masih tetap(Harper, 2003).
Ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron, perubahan produksi
hormon ovarium lain, perubahan efek-efek steroid ovarium adalah penyebab
terjadinya premenstual syndrome (Hillegas, 2007).
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa hubungan antara hipertensi
dengan premenstrual syndrome pada wanitausia reproduktif di Desa Jururejo
Kabupaten Ngawi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Kepala Desa Jururejo dan warga Desa Jururejo
yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini serta pihak-pihak yang
telah membantu jalannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Allen., CM Bride., PL Pirie., 1991. The Shortened Premenstrual Assessment
Form, J. Reprod. Med 36:769-72
Arief I. 2008.hipertensi faktor resiko dan penatalaksanaanya. Avalaible
athttp://www.pjnhk.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=7
88&Itemid=31 . accessed 5 september 2014
Babyminashi L.P., Mangala, K., Afroz, S., Nanda, S., Sudhir, P., 2006. Effect of
premenstrual stress on cardiovascular system and central nervous system. J
Obstet Gynecol56:156-8
Baziad A., 2008. Endokrinologi Ginekologi. Ed 3. Jakarta : Media Afsculapius,
87-9
Biggs W., Demuth R., 2011. Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric
Disorder. JAm Acad Fam Physici.84: 929
Bolívar J.J., 2013. Essential Hypertension: An Approach to Etiology
andNeurogenic Pathophysiology. J Hypertension 2013:11
Brown C.T., 2007. Penyakit Aterosklerotik Koroner, dalam; Price, Sylvia A. &
Wilson, Lorraine M(eds),Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses
Penyakit Volume 1. 6th
ed, Pendit, Braham., Hartanto, Huriawati.,
Wulansari, Pita., Mahanani, Dewi (terj), Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC : 582-4
Bustan M., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Ed 1. Jakarta: Rineka
Cipta, 60-9
Carretero O .A., Oparil S. 2000. Essential Hypertension. J Ame Heart Assoc. 101:
239
DickersonL.M., Mazyck P.J., Hunter M.H. 2003., Premenstrual Syndrome. JAme
Acad Fam Physici,67 : 1743-52
Erdine., E A., A Olszanecka., 2012. Hypertension in Women- Pathopysiology and
Clinical Aspect. J Istambul 69:72-5
Fathizade N., Ebrahimi E., Valiani M., Tavakoli N., Yar M., 2010. Evalluating the
Effect of Magnesium and Magnesium plus Vitamin B6 Supplement on the
Severity of Premenstrual Syndrome. J Iranian.15:401-5
Gray H.H., Dawkins K.D., Morgan J.M., Simpson I.A. 2005. Lecture Notes
Cardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga, 58-62
Greenstein B., Wood D., 2010. At a Glance Sistem Endokrin. Ed 2. Jakarta :
Erlangga Medical Series, 54-55
Hillegas K.B., 2007. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan, dalam ;
Patofisiologi dalam; Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M(eds), Konsep
Klinis dan Proses-Proses Penyakit Volume 2. 6th
ed,Pendit, Braham.,
Hartanto, Huriawati., Wulansari, Pita., Mahanani, Dewi (terjm), Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1279-83
Judy Lin., 2012. Follicle Stimulating Hormon. Avalaible at
http://emedicine.medscape.com/article/2089048-overview. Acessed 20
oktober 2014
Lajoie F., Desindes S., 2002. Improving Treatment for Premenstrual Syndrome. J
canad CME
Madhur S.M., 2014. Hypertension. Avalaible at
http://medicine.medscape.com/article/241381-overview. Accesed 10
oktober 2014
Moreno M.A., 2012.Premenstrual Syndrome. Avalaible
athttp://emedicine.medscape.com/article/953696-overview. Accessed 15
oktober 2014
Murray R., Granner D., Rodwell V., 2011. Biokimia Harper. Ed 27, Pendit,
Braham (terj), Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Norwitz E., Schorge J., 2010, At a Glance Obstetri and Ginekologi. Edisi 2.
Jakarta : Erlangga Medical Series, 100-101
Notoatmodjo S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. 1st
ed,Jakarta : Rineka
Cipta 120-30
Okeahlalam B.N., 2014. The Role of Premenstrual Syndrome in the Causation of
Arterial Hypertension in Women. J Obstet Gynecol4:817-21
Rapkin J.A., Akopians L.A., 2012. Pathopysiology of Premenstrual Syndrome
and Premenstrual Dysphoric Disorder.J Obstet Gynecol18:52-9
Riset Kesehatan Dasar., 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Rosenfeld R.,Livne D., Nevo O., DayanL., Millour V., Shahar L., Jacob G., 2008.
Hormonal and volume dysregulation in women with premenstrual
syndrome.JAm Heart Assoc. 51 :1-6
Rubenstein D., 2007. Kedokteran Klinis. 2nd
ed, Jakarta : Penerbit Erlangga
Sherwood L., 2012. Pembuluh darah dan tekanan darah, Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. 6th
ed, Pendit, Brahm(terj) ,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 297-340
Sofoewan M., Sulchan., 2009. Ilmu kebidanan. 4th
ed, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 131-8
Suparman E., 2011. Premenstrual Syndrome. 1sted, Jakarta: EGC, 11-42
Tessy A.A., 2009. Hipertensi pada penyakit ginjal, dalam ; Sudoyo A.W.,
Setyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S(eds), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th
ed. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, 1086-89
World Health Organization., 2013. A Global Brief on Hypertension, avalaible at
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/publications/global_brief_hype
rtension/en/ accessed 3 oktober 2014
Yogiantoro M,, 2009. Hipertensi Esensial, dalam; Sudoyo A.W., Setyohadi B.,
Alwi I., Simadibrata M., Setiati S(eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th
ed. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, 1079-85