48
HUBUNGAN GAYA HIDUP TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih menurut UU No 13 tahun 1998. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fugsi fisiologis organ tubuhnya. Usia yang di kategorikan lansia menurut WHO adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (mubarak, 2010). Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley, 2006). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes, 2008). Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa

Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

HUBUNGAN GAYA HIDUP TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA

BAB IPENDAHULUAN

A.   Latar belakang

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih

menurut UU No 13 tahun 1998. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah

mengalami kemunduran fugsi fisiologis organ tubuhnya. Usia yang di kategorikan lansia

menurut WHO adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)

60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90

tahun (mubarak, 2010).

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan

normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut

dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley, 2006). Pada lanjut usia

terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada

kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama

penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi

dan psikologis (Depkes, 2008).

Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah

hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan terjadinya peningkatan

secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau

beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan

tekanan darah secara normal (Levine & Fodor, 2003). Hipertensi pada usia lanjut

sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST) (Kuswardhani, 2006).

Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih

dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal (Wahid, 2008).

Data WHO tahun 2000 penduduk usia lanjut diseluruh dunia diperkirakan

sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8%. Proyeksi penduduk oleh biro pusat statistik

mengambarkan bahwa 2005-2010 jumlah penduduk usia lanjut sekitar 19 juta jiwa atau

8,5% dari seluruh jumlah penduduk. WHO memperkirakan bahwa tahun 2025,

Page 2: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar 14,4%, yang

merupakan sebuah peningkatan yang tertinggidi dunia ( notoatmdjo, 2007).

Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas

pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat

menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi

12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi

struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin

menua (ageing population). Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia yang

akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke

penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan

penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular

dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama

seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronik, dan

kanker. (https://s2.mywibes.com/KTI_Aulia_Dwi_Natalia.docx )

Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi. Hal ini merupakan pengaruh

degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Dari hasil studi tentang

kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di

10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua

penyakit terbanyak yang diderita lansia setelah penyakit sendi (Depkes, 2008).

Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) angka kesakitan sebesar 9,2%

pada usia lebih dari 60 tahun dengan Faktor risiko hipertensi antara lain di karenakan

terlalu sering mengkonsumsi garam, ,kurang olah raga,dan kurang beraktifitas

(SKRT,2005).

Berdasarkan data yang didapat dari dinas kesehatan kota jambi jumlah lansia

penderita hipertensi tahun 2009 sebanyak 13.668 jiwa, tahun 2010 di dapatkan 15.476

jiwa penderita namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya

sebanyak 16.912 jiwa (Data Dinkes Kota, 2012 ).

Berdasarkan data yang didapat dipuskesmas rawasari pada bulan Maret 2012,

hipertensi menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbesar, Sejak tahun 2009

penderita hipertensi pada lansia yang berobat berjumlah 1,607 penderita. Tahun 2010

di dapatkan 1,648 Dan Pada tahun 2011 mengalami peningkatan, penderita hipertensi

Page 3: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

pada lansia yang berobat berjumlah 2,118 penderita, tetapi pada awal 2012 penderita

hipertensi yang berkunjung mengalami peningkatan. (Laporan bulanan pkm Rawa Sari

kota jambi Tahun 2011).

Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), pembunuh

diam-diam, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan

bagi penderitanya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan

biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit dan

menyepelekannya. (shanty, 2011).

Alasan mengapa seseorang seseorang dapat mengalami peningkatan tekanan

darah yang bahkan jauh dari normal. Hal tersebut sering diebut dengan faktor resiko,

seperti faktor jenis kelamin, usia, dan genetik adalah yang tidak dapat diganti atau

dikontrol . Sedangkan faktor yang dapat diganti atau dikontrol adalah gaya hidup sehat

yang meliputi pola makan sehat, kebiasaan-kebiasaan merokok, minum alkohol, tidak

mau olahraga, kelebihan berat badan dan stress. Ini berarti penderita hipertensi mau

tidak mau harus meninggalkan gaya hidupnya yang lama dan menyesuaikan diri

dengan gaya hidup yang baru menjaga agar tekanan darahnya tetap normal ( hanata,

2011 ).

Untuk mengendalikan dan mencegah hipertensi, selain pola makan sehat juga

harus melakuan gaya hidup sehat, ini sangat penting karna gaya hidup sehat akan

membuat kita sehat keseluruhan dengan, melakukan olahraga teratur, berhenti

merokok juga berperan untuk mengurangi hipertensi, dan mengendalikan pola

kesehatan secara keseluruhan, termasuk mengendalikan kadar kolestrol, diabetes,

berat badan dan pemicu penyakit lainnya (susilo, 2011).

Gaya hidup masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu

berbagai penyakit seperti penyakit kepala, sulit tidur, maag, jantung dan hipertensi.

Saat seseorang merasa tertekan, tubuhnya tubuhnya melepaskan adrenalin dan

kortison, sehingga menyebabkan tekanan darahnya meningkat. Tubuh menjadi lebih

siaga menghadapi bahaya. Bila kondisi ini berlarut-larut, tekanan darahnya akan tetap

tinggi. Gaya hidup modern cendrung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga),

konsumsi alkohol tinggi, minum kopi dan merokok. Semua prilku tersebut merupakan

pemicu tekanan darah tinggi ( Sutomo, 2009).

Page 4: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola makan,

olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau rokok. Adapun

beberapa jenis diet, yakni diet rendah garam, diet rendah kolestrol dan lemak terbatas,

diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang diterapakan bisa disesuikan dengan kondisi

hipertensi. Dengan mengatur makanan yang tepat, tekanan darah bisa turun dengan

lebih cepat (sutomo, 2009).

Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik, gaya hidup yang tidak

aktif(kurang gerak) bisa memicu terjadinya hipertensi bagi orang-orang memiliki

kepekaan yang di turunkan. kurang aktivitas berpengaruh terhadap kerja detak jantung

lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,

semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang

mendesak arteri (Rohaendi, 2008)

Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Rawa Sari

Jambi terhadap 10 orang Lansia Penderita Hipertensi, diperoleh data 7 dari 10 klien

yang dijadikan sampel tidak bahwa terdapat faktor yang dapat menyebabkan kejadian

hipertensi pada lansia di antaranya faktor gaya hidup yang tidak teratur, tidak patuh

mengatur pola makan, responden mengatakan tidak bisa membatasi makanan yang

terlalu banyak mengandung garam disebabkan karena klien merasa makanan hambar

jika tidak diberi garam, dan responden masih mengkonsumsi daging dalam jumlah

besar. Pada aktifitas juga 8 dari 10 klien tersebut tidak tahu bahwa aktivitas tertentu

(olahraga) mampu menurunkan tekanan darah, jadi klien hanya dirumah, takut

melakukan hal-hal agak berat.\

B.   Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya “Apakah Ada

Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita

Hipertensi Di Poliklinik Umum Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2012”

C.   Tujuan penelitian

Page 5: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan gaya hidup terhadap Peningkatan Tekanan Darah

pada Lansia Penderita Hipertensi Di Poliklonik Umum Puskesmas Rawa Sari Jambi

Tahun 2012.

2. Tujuan khusus

a.    Diketahuinya gambaran gaya hidup terhadap peningkatan darah pada lansia penderita

hipertensi yang berobat di Poliklinik Umum Puskesmas Rawa Sari Jambi Tahun 2012.

b.    Diketahuinya hubungan gaya hidup terhadap peningkatan tekanan darah penderita

hipertensi yang berobat di Poliklinik Umum Puskesmas Rawa Sari Jambi Tahun 2012.

D.   Manfaat penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka

meningkatkan upaya-upaya pencegahan terhadap penderita hipertensi berdasarkan

pertimbagan, perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi.

2. Bagi Puskesmas Rawa Sari

Di harapkan menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan khususnya di

puskesmas Rawa Sari kota jambi agar dapat meningkatkan upaya pemulihan bagi

penderita hipertensi.

3. Bagi institusi pendidikan

Untuk menambah referensi perpustakaan dan wawasan mahasiswa telanai bhakti

kesehatan jambi jurusan keperawatan tentang hubungan gaya hidup terhadap

peningkatan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

E.   Ruang lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Kuantitatif dengan desain Cross

Sectional untuk mengetahui hubungan gaya hidup terhadap peningkatan tekanan darah

pada lansi penderita hipertensi di poli klinik umum Puskesmas Rawa Sari Kota Jambi

Tahun 2012. Pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi.

Pengambilan sampel ini dilakukan dengan tehnik Accidental sampling (dilakukan

dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu

tempat sesuai dengan konteks penelitian). Penelitian ini akan dilakukan pada tahun

2012 yang bertempat di Poli Klinik Puskesmas Rawa Sari Kota Jambi.

Page 6: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia
Page 7: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

BAB IITINJAUN PUSTAKA

A.  konsep Lansia

1.    Pengertian

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang

kesehata).Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun1998 tentang lansia sebagai berikut :

a.    Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

b.    Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

c.    Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

2.    Batasan Lansia

Menurut Maryam tahun 2009, batasan lanjut usia meliputi:

a.    Pra Usia Lanjut (presenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b.    Usia lanjut

Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap perkembangan

masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun keatas). Sedangkan lanjut usia

adalah sudah berumur atau tua.

c.    Usia Lanjut Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun

atau lebih dengan masalah kesehatan.

d.    Usia Lanjut Potensial

Usia lanjur yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa.

e.    Usia Lanjut Tidak Potensial

Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain ( maryam, 2010 ).

Page 8: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

3.    Proses Menua

Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak

dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses

menghilangnya sacara perlahan-lahan kemampuan jarinagan untuk memperbaiki diri

atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secra normal, kethanan

terhadap injury termasuk adanya infeksi (constantinedes, 1994). Proses penuaan sudah

mulai berlangsung sejak seorang mencapai dewasa,misalnya dengan terjadinya

kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh 'mati'

sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa

kondisi kesehatan seseorang memulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis

alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut

maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi pisiologis tubuh hal. Pencapai puncakna

pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam

kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai

bertambahnya usia (mubarak, 2009 ).

4.    Teori penuaan

a.    Teori Biologis

pada tahun 1993, Mary Ann Christ et al. (lihat Hardywinoto dan Toni Setiabudi,

1999) menyatakan bahwa penuaan merupaaln proses berangsur-angsur yang

mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan yang berakhir

dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat interaksi

sel dengan Iingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan generatif.

Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik.

Intrinsik berarti perubahan ynng timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang

teori ekstrinsik menjelasktrn bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh

lingkungan, Penuaan menurut teori biologis di antaranya adalah sebagai berikut.

(mubarak, 2009)

Page 9: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

1)    Teori Genetik Clock

Meurut teori ini menua telah terpogram secara genetik untuk spesies-spesies

tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah

diputar menurut suatu replikasi tertentu. lingkungan atau penyakit. Secara teoretis

dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya beberapa waktu dengan

pengaruh-pengaruh dari luar, berupa Peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit

dengan obat-obatan, atau dengan tindakan tertentu.

2)    Teori Mutiisi Somatik (Error Catastrophe Theory)

Menurut teori ini penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka

waktu lama melalui trankripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan

terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah, sehingga

mengurangi fungsional sel. Meskipun dalam batas-batas tertentu, kesalahan dalam

pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri terbatas

pada transkripsi, yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim,

sehingga menimbulkan metabolit berbahaya. Sernakin banyak kesiilahan pada

translasi, maka kesalahan yang terjadi juga akan semakin banyak.

3)    Teori Autoimun ( Auto Immune theory)

Menurut teori ini proses metaboiisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat

khusus. Ada jaringan tubuh terterrtu yang tidak tahan terhadap suatu zat, sehingga

jaringan tubuh rnerjadi lemah dan sakit (Godteris & Brocklehurst, 1989).

4)    Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) yang masuk ke dalam tubuh akan mengakibatkan oksidasi oksigen

bahan-bahan organik, seperti karbohidrat dan protein.

5)    Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh rusak.

6)    Teori virus yang Perlahan-lahan Menyerang sistem kekebalan Tubuh (immunology slow

Virus Theory)

Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari sistem imun yang kurang efektif

seiring dengan bertambahnya usia

7)    Teori Stres

Page 10: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Menurut teori ini penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertirhankan kestabilan lingkungan internal,

kelebihan usaha, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

8)    Teori Rantai Silang

Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya rearksi kimia sel-sel

yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan jarigan menjadi kurangnya elastis, kaku, dan

hilangnya fungsi.

9)    Teori Program

Menurut teori ini penuaan terjadi karena kemampuan organisme untuk

menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati ( mubarak, 2009 ).

b.    Teori Kejiwaan Sosial

Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung teori kejiwaan

sosial.

1)    Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

a)    Teori aktivitas, menurut Hiivighusrst dan Albrecht (1953) barpendapat bahwa sangat

penting bagi lansia untuk tetap beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.

b)    ketentuan akan meningkatnya penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini

menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam

banyak kegiatan sosial.

c)    Ukuran optimal (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.

d)    Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia

pertengahan ke usia lanjut.

2)    Teori kepribadian Berlanjut ( continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia lanjut. Teori ini

merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan

yang terjadi pada seseorang yang berusia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe

kepribadian yang dimliki.

3)    Teori Pembebasan (Disengagem ent Theory)

Page 11: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur

mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. keadaan ini mengakibatkan interaksi

sosial lansia menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga seringg terjadi

kehilangan ganda (tripple loss). Definisi kehilangan ganda adalah sebagai berikut.

a)    kehilalangan peran (loss of role).

b)    Hambatan kontak sosial (restraction of contacts and relationships).

c)    Berkurang dan komitmen (social mores and values)

c.    Teori Psikologi

Teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori yang

ada. Teori tugas perkembangan yang diungkapkan oleh Hanghurst (1972) adalah

bahwa setiap individu harus meperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap

tahap kehidupan yang akan meniberikan Perasaan bahagia dan sukses. Tugas

perkembangan pada dewasa tua meliputi: penerimaan adanya penurunan kekuatan

fisik dan kesehatan, penerimaan masa pension dan penurunan pendapatan, respons

penerimaan adanya kematian pasangan atau orang-orang yang berarti bagi dirinya,

mempertahankan hubungan dengan kelompok yang sesuai, adopsi dan adaptasi

dengan peran sosial secara fleksibel, serta mempertahankan kehidupan secara

memuaskan. (chayatin, 2009 )

d.    Teori Kesalahan Genetik

Menutut dr. Afgel bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel

genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri

sebelum pembelahan sel), sehingga mengakibiitkan kesalahan-kesalahan yang

berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga

mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak

menjadi tua. (chayatin, 2009 )

e.    Teori Rusaknya Sistem lmun Tubuh

Page 12: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun

untuk mengenali dirinya berkurang (self recognitlon), sehingga mengakibatkan kelainan

pada sel karena dianggap sel asing yang membuat hancurnya kekebalan tubuh. Inilah

yang disebut dengan peristiwa autoimun ( mubarak, 2009 : 149 )

f.      Teori Penuaan Akibat Metabolisme

Teori penuaan akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua

terjadi.

1)    Datang dengan sendirinya, merupakan "karunia' yang tidak bisa dihindari/ditolak.

2)    Usaha dalam memperlambat menjadi awet tua.

3)    WHO (1982) usia lanjut yang berguna, bahagia, dan sejahtera. (Mubarak, 2009 ).

5.      Perubahan yang terjadi pada lansia

a)    Perubahan Kondisi Fisik

Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai

ke semua sistem organ tubuh, di antaranya sistem pernapasan, pendengaran,

penglihatan, kardiovaskular, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,

urogenital, endokrin, dan integumen ( mubarak, 2009 )

b)    Perubahan Kondisi Mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.

perubahan- perubahan mental erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan

kesehatan tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan. Adanya

kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut

ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya Perasaan kurang mampu untuk

mandiri serta cenderung bersifat introvert ( mubarak, 2009 )

c)    Perubahan Psikososial

Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini

sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Orang

yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk

menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.

Page 13: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Perubahan yang menjadikan dalam kehidupan akan membuat mereka merasa

kurang melakukan kegiatan yang berguna, perubahan yang mereka alami di antaranya

adalah sebagai berikut ( mubarak, 2009 )

1)    Minat

Lazimnya minat dalam aktivitas fisik cenderung menurun dengan bertambahnya usia.

Perubahan minat pada lansia jelas berhubungan dengan menurunnya kemampuan

fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.

2)    Isolasi dan kesepian

Banyak faktor bergabung, sehingga membuat orang berusia lanjut terisolasi dari yang

lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha.

Makin menurunnya kualitas organ indra yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang

makin kabur.. Selanjutnya membuat lansia merasa terputus dari hubungan dengan

orang-orang lain. Faktor lain yang membuat isolasi semakin menjadi lebih parah adalah

perubahan sosial, terutama meregangnya ikatan kekeluargaan.

3)    Peranan iman

Keyakinan iman yang menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi merupakan

permulaan yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan

tenang dan tentram.

4)    Perubahan Kognitif.

Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas

yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek,

kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal dalarn

bidang vocabulary (kosa kata) akan menetap bila tidak ada penyakit yang meryertai.

5)    Perubahan spiritual.

Perubahan yang terjadi pada aspek spiritual lansia adalah sebagai berikut.

a)    Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).

b)    Usia lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam cara

berpikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

c)    Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler adalah universalizing,

perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara

memberikan contoh cara mencintai dan bersikap adil ( mubarak, 2009 )

Page 14: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

6.    Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia

Menurut stilitz dalam nugroho (2000) ada empat penyakit yang sangat erat

hubungan dengan proses menua yaitu:

a.    Gangguan sirkulasi darah, seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah ditolik (koroner)

dan ginjal.

b.    Gangguan metabolisme hormonal seperti dibetes militus, kalmaktetium dan ketidak

seimbangan steroid.

c.    Gangguan padfa persendian seperti rematik (osteoatritis, gout atritis, rematik atritis,

maupun penyakit kolagen lainnya).

d.    Berbagai macam neoplasma.

B.   Konsep Dasar Hipetensi

1.  Pengertian

Menurut WHO lansia di bagi menjadi 3 kriteria, umur lansia dini 60-74 tahun

(elderly), umur tua 75-90 tahun (old), dan sangat tua >90 tahun (very old). Di Negara

maju pengendali hipertensi juga belum memuaskan pada tahun 2008 menemukan

prevalensi penyakit tidak menular pada usia lanjut antara lain Hipertensi sebanyak

(46,3%) (mubarak : 2009).

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5

menit dengan keadaan cukup istirahat atau tenang ( Depkes RI, 2007)

Tekanan darah dikatakan normal pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah

antara 139/89 mmHg disebut prehipertensi. Lebih dari 140/90 mmHg sudah tergolong

hipertensi ( sutomo, 2009)

WHO menggolongkan hipertensi berdasarkan usia, penggolonganya adalah:

a.    kelompok usia 20-29 tahun, tekanan darah diatas 150/90 mmHg

b.    kelompok usia 30-64 tahun, tekanan darah 160/95 mmHg, dan

c.    kelompok usia diatas 65 tahun, tekanan darah diatas 170/95 mmHg.

2.  Klasifikasi Hipertensi

Page 15: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Menurut Shanty (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan

mejadi dua golongan antara lain:

a.    Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya namun ada

beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain:

1)    Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi,

2)    Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur, jenis kelamin dan ras,

3)    Kebiasan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi

garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres, merokok, minum alkohol, minum

obat-obatan tertentu (misalnya ephedrine, prednisone, epinefrine).

b.    Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara

lain:

1)    Penyakit parenkim ginjal,

2)    Penyakit rnovaskuler,

3)    Hiperaldeseronisme primer,

4)    Sindrom Crusig,

5)    Obat kontrasepsi dan

6)    Koarktasio aorta

Hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa kategori. World Health Organization

(1991-1999) mengklasifikasikan hipertensi menjadi 3 kelompok, yakni hipertensi ringan,

hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Karena ketiga kelompok tersebut memiliki risiko

komplikasi sama besar, maka kategori WHO tidak lagi digunakan. panduan tentang

hipertensi didasarkan pada criteria Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment 7 (JNC 7)

Table 1. Klasifikasi JNC 7 (2004)

Page 16: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Kategori Tekanan Darah (mmHg)OptimalNormalBorderlineHipertensiStadium 1Stadium 2Stadium 3

<120/80120-129/80-84130-139/85-89≥140/90140-159/90-99160-179/100-109≥180/110

Sumber : Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 7.

3.  Etiologi

Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a.    Yang tidak jelas penyebabnya, atau disebut hipertensi primer (hipertensi Esensial).

Menurut Prof. Dr. Kebo (2008), 95% penderita hipertensi tergolong yang primer.

Penyebab hipertensi primer (esensial) sampai saat ini masih spekulatif, termasuk

didalamnya adalah :

1)    Aktifitas saraf simpatis yang berlebihan.

2)    Obesitas (kegemukan)

3)    Makanan tinggi garam (termasuk mono-sodium glutamate)

4)    Makanan yang diawetka,

5)    Stres

6)    Rokok, kopi, dan minuman yang beralkohol,

7)    Makanan yang bersifat panas, seperti daging kambing dan durian,

8)    Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, kolestros tinggi,

9)    Kehidupan sedentary (kurang bergerak)

10) Faktor genetik (riwayat keluarga) dan usia.

Faktor genetik dan usia tidak bisa diubah, sedangkan faktor lainya dapat diubah.

Penyakit ini dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke.

b.    Yang tidak diketehui penyebabnya, atau disebut hipertensi sekunder.

Penyebab hipertensi sekunder, antara lain penyakit ginjal, tumor kalenjar

suprarenalis, kelainan hormonal, atau kelainan pembuluh darah. Karena golongan

terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi esensial, penyelidikan dan

pengobatan lebih banyak ditunjukkan kependerita hipertensi esensial.

4.  Patofisiologi

Page 17: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah periper

yang berlajut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darahdisertai

dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang nebghambat

gangguan peredaran darah periper. Kekakuan dan kelambanan aliran darah yang

menyebabkan badan jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan

peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan

tekanan darah dalam sirkulasi ( bustam, 2007 )

5.  Komplikasi

Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit. Menurut buku

penyakit kardiovaskuler karya edeward, komplikasi hipertensi diantaranya adalah

stroke, penyakit jantung, penyakit arteri koronaria, dan gagal ginjal.

a.    Penyakit stroke

Srtoke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh berkurangnya atau

berhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Katrena berkurang atau berhentinya suplai

darah ke otak inilah, jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat

berfungsi lagi ( shanty, 2011 ).

b.    Penyakit Jantung

Gagal terjantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrientubuh, gagal jantung di sebabkab

akibat disfungsi diastolik atau sistolik ( corwin, 2009 )

c.    Penyakit arteri koronaria

Hipertensi pada umumnya di akui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri koronania,

bersama dengan diabetes militus. Plak terbentuk pada percabangan arteri yang kearah

arteri koronaria kiri, arteri konorania kanan, dan agak jarang pada arteri sirromfleks

( shanty, 2011 )

d.    Penyakit ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada

kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusakanya glemurelus, protein akan keluar melalui

urine sehingga tekanan osmotik koloit plasma berkurang dan menyebabkan edema,

yang sering dijumpai pada hipertensi kronis ( corwin, 2009 ).

6.  Manifestasi klinis

Page 18: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Gejala hipertensi sangat bervariasi, pada sebagian penderita hipertensi tidak

menimbulkan gejala (tanpa gejala), atau dengan keluhan ringan seperti pusing-pusing.

Sakit kepala. Sebagian penderita mungkin mengeluh tegang-tegang dibelakang leher,

sesak nafas, dan kelelahan melakukan aktivitas. Ada juga yang mual, muntah dan

gelisah. Sebagai penderita pandangan menjadi kabur ( wijoyo, 2011).

7.  Pemeriksaan Penunjang

a.  Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

b.  Pemeriksaan retina

c.   Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan

jantung

d.  EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e.  Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

f.    Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi

ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

g.  Foto dada dan CT scan

8.    Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Bergantung pada derajat hipertensi dan adanya faktor resiko lain

terhadap kardiovaskular, ginjal dan penyakit neurologik (Mansjoer A. 1999 )..

a.  Non Farmakologis

Modifikasi pola hidup ; penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal,

latihan fisik / olahraga 20 menit sehari, mengatur status gizi / asupan natrium ≤3g/hari ,

tidak merokok atau minum alkohol, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

1)  Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih

Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap Tekanan

darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam mengontrol

hipertensi.

2)  Meningkatkan aktifitas fisik

Page 19: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% dari pada yang

aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting

sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

3)  Mengatur Status Gizi

Status Gizi secara umum untuk menurunkan berat badan dapat dicapai dengan

menurunkan asupan total kalori. Dianjurkan untuk menurunkan berat badan 0,5 – 1 kg

per minggu. Sehingga kebutuhan kalori harus dikurangi 500 – 1000 KKal/hari.

Dianjurkan untuk meningkatkan penggunaan sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan

dan produk biji-bijian serta mengurangi bahan makanan hewani (daging merah), lemak

atau minyak jenuh (mentega atau santan), karbohidrat murni (gula, tepung-tepungan)

dan yang mengandung alkohol. Dalam menjalankan diet rendah kalori,agar berhati-hati

terjadinya kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Oleh karena itu, dianjurkan

banyak makan sayuran dan buah-buahan Perhitungan energi sangat penting pada diet

untuk mempertahankan atau menurunkan BB mencapai ideal. Diet tinggi lemak dapat

menyebabkan kenaikan BB dalam waktu cepat. Namun harus diperhitungkan pula

asupan dari seluruh total energi per hari terutama dari sumber makro nutrisi, yaitu:

karbohidrat, protein dan lemak. 1 gram lemak setara dengan 9 kkal, 1 gram karbohidrat

dan protein setara dengan 4 kkal sedangkan 1 gram alcohol setara dengan 7 kkal. Oleh

karena itu,komposisi makronutrien yang dianjurkan adalah mengurangi bahan makanan

terutama dari sumber-sumber lemak dan protein, terutama bagi usia dewasa

sampaiusia lanjut (> 40 tahun).

4)  Dalam mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk

menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah

serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau

infark jantung.Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

a)    Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).

b)    Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (Makanan yang diawetkan

seperti dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin,

biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).

c)    Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani

yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

Page 20: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

d)    Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta

bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

e)    Makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.serta Kafein yang dapat

memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada

setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat

meningkatkan risiko hipertensi.

f)     Zat gizi yang diperlukan pada penderita hipertensi adalah karbohidrat, protein dan

lemak yang disebut sebagai zat gizi makro serta vitamin dan mineral yang disebut

dengan zat gizi mikro. Selain itu, untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh

diperlukan air dan serat.

g)    Meningkatkan komsumsi buah, Sayur dan Serealia. berfungsi untuk membantu

menyerap lemak dan kandungan seratnya membantu dalam poses pencernaan

makanan.

b.  Farmakologis

Prinsip pemberian obat pada pasien lanjut usia :

1.  Sebaiknya dimulai dengan satu macam obat dengan dosis kecil.

2.  Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian autoregulasi

guna mempertahankan perfusi ke organ vital.

3.  Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari

4.  Antisipasi efek samping obat.

Pemantauan tekanan darah sendiri di rumah untuk evaluasi efektifitas pengobatan

(Mansjoer A. 1999 ).

9.    Faktor yang dapat menyebabkan Hipertensi

Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari Wulandari (2011) yang menyebakan terjadinya

hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan mudah kita

akan menderita hipertensi, yaitu :

a.    Tidak dapat dikontrol

1)    Faktor genetic

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut

mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi

Page 21: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada individu

yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya kita mulai

sekarang kita memeriksa riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan

antisipasi dan pencegahan.

2)    Umur

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan betambahnya umur

seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah

lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi

yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.

3)    Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda. Demikian juga

pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko

lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko yang

lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskiluer. Sedangkan pada

perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur di

atas 50 tahun. Sangatlah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan sejak dini.

Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga terkena penyakit.

b.    Yang dapat dikontrol

1)    Stress

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Stres merupakan respon tubuh

yang sifatnya non- spesifik terhadap setiap tuntunan beban atasnya. Terdapat

beberapa jenis penyakit yang berhubungan dengan stres yang dialami seseorang,

diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Stres yang dialami seseorang akan

membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu kerja jantung dan menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah memiliki riwayat

sejarah kesehatan penderita hipertensi, disarankan untuk berlatih mengendalikan stres

dalam hidupnya.

2)    Kegemukan (obesitas)

Page 22: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya

berbagai macam penyakit berat, salah satunya hipertensi. Penelitian epidemiologi

menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik pada

pasien hipertensi maupun normotensi. Yang sangat mempengaruhi tekanan darah

adalah kegemukkan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada

bagian perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral).

3)    Pola Makan

Pola makan yang salah, faktor makanan yang modern sebagai penyumbang utama

terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dengan garam dapur serta bumbu

penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung

natrium dalam jumlah yang berlebihan.

4)    Merokok

Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalm upaya melawan

arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di

Indonesia.

5)    Narkoba

Mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat. Karena narkoba tidak ada sedikitpun

kebaikannya. Penyakit kecanduan narkoba kelihatannya sepele tetapi sangat

mematikan. Efek buruk yang ditimbulkannya sangatlah besar. Itulah sebabnya

mendeteksi keberadaan hipertensi sejak dini sangat diperlukan. Tentu saja juga harus

diimbangi dengan pola hidup sehat.

6)    Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan darah seseorang.

Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi

hipertensi kita tetapi juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.

7)    Kurang Olahraga

Dengana adanya kesibukan yang luar biasa, manusia pun merasa tidak punya waktu

lagi untuk berolahraga. Akibatnya, kita menjadi kurang gerak dan kurang olahraga.

Kondisi inilah yang memicu kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus

menguat sehingga memunculkan hipertensi.

Page 23: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

8)    Kolesterol Tinggi

Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan timbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah

menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

C.   Gaya Hidup

1.    Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam

aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang

yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002).

Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku

sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial

berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan,

pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol,

berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.

Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain (Muhammadun, 2010)

a.    Makan dengan menu tidak seimbang (appropriate diet), mencakup pola makan sehari-

hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut

jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan menkonsumsi garam dan

makanan berlemak dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.

b.    Tidak melakukan Olah raga yang teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas

dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini

tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.

c.    Merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau menggunakan narkoba.

d.    Istirahat yang tidak cukup, yang mengakibatkan gangguan fisik dan mental. Istirahat

yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya.

2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup

Sarafino (1994) mengemukakan pendapat bahwa ada beberapa faktor umum

dari kesehatan yang berkaitan dengan perilaku antara lain:

a.    Faktor pembelajaran

Page 24: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Proses belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam

tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai) dengan aktifitas

kejiwaan sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar

apabila di dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak

dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dalam proses belajar

itu sendiri tidak lepas dari latihan 13 atau sama halnya dengan pembiasaan yang

merupakan penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-ulang

aktifitas tertentu. Baik latihan maupun pembiasaan terutama terjadi dalam taraf biologis

tetapi apabila selanjutnya berkembang dalam taraf psikis maka kedua gejala itu akan

menjadi proses kesadaran sebagai proses ketidak sadaran yang bersifat biologis yang

disebut proses otomatisme sehingga proses tersebut menghasilkan tindakan yang

tanpa disadari, cepat dan tepat.

b.    Faktor sosial dan emosi

Menurut Taylor (1995) perilaku sehat sangat efektif bila didukung oleh situasi

sosial yang baik. Keluarga, teman dekat, teman kerja dan lingkungan sekitar

merupakan komponen penting dari terbentuknya kebiasaan sehat. Bila lingkungan

mendukung kebiasaan sehat dan mengerti tentang hakekat kesehatan maka tidak sulit

bagi penderita sakit untuk melakukan terapi kesehatan. Begitu pula sebaliknya perilaku

sehat sulit terwujud ketika lingkungan tidak mendukung, sehingga dapat diketahui

bahwa faktor sosial dapat berfungsi sebagai terbentuknya perilaku sehat dan tidak

sehat. Selain faktor sosial, faktor emosi juga dapat berperan dalam terbentuknya

perilaku sehat. Ketika seseorang mengalami tekanan jiwa atau permasalahan yang

rumit ada diantara mereka yang melampiaskan dengan kegiatan positif namun bahkan

ada pula yang melakukan kegiatan yang dapat menambah buruk keadaan.

c.    Faktor persepsi dan kogitif

Sarafino (1994) menyebutkan bahwa faktor kognitif memerankan peranan penting

dalam perilaku sehat seseorang. Seseorang diikutsertakan untuk aktif mengetahui

dengan pasti mengenai perilaku sehat yang mereka lakukan dan mengerti cara

mengatasi problematika yang mungkin timbul sehingga mereka tahu apakah perilaku

tersebut baik atau buruk.

Page 25: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Sebagian orang sadar bahwa sehat itu penting hanya di saat mereka sakit. Oleh

karenanya banyak di antara mereka melakukan perubahan kegiatan sehari-hari dengan

menghindari merokok, makan berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi

makanan hanya ketika mereka telah mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh dari

sakitnya tersebut. Menurut Levy (1984) perilaku sehat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yaitu:

1)    Faktor sosial, tercapainya peran sebagai teman, tetangga dan warga negara serta bisa

berhubungan secara hangat bersamanya.

2)    Faktor emosi, adalah faktor yang datang dari dalam diri individu. Hal penting dari

kesehatan emosi adalah kemampuan individu untuk memahami emosinya dan

mengetahui cara penyelesaian bila masalah timbul, mampu mengatur situasi stres dan

bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan menyenangkan.

3)    Faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, adalah terpenuhinya kebutuhan dasar tubuh

sesuai kebutuhannya. Mengetahui kapan tubuh memerlukan istirahat, makan, bermain

dan lain sebagainya.

4)    Faktor spiritual, adalah faktor keyakinan dalam diri individu tentang kesehatan. Banyak

orang percaya bahwa sehat juga dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran yang ada di

benaknya.

5)    Promosi gaya hidup sehat, merupakan pengarahan yang memperkenalkan gaya hidup

sehat. Perilaku atau gaya hidup sehat tersebut meliputi: makan yang bergizi dan sesuai

kebutuhan, tidur cukup, menghindari minuman alkohol dan rokok, berat badan normal

serta latihan jasmani secara teratur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup antara lain: faktor pembelajaran, faktor sosial dan emosi,

faktor persepsi dan kognitif, faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, faktor spiritual serta

adanya promosi gaya hidup sehat.

3.    Aspek-aspek yang berkaitan dengan gaya hidup

Menurut Levy (1994) komponen atau aspek-aspek dari gaya hidup sehat antara

lain adalah sebagai berikut:

a.    Gerak badan, adalah suatu keharusan untuk melatih otot-otot agar tidak kaku dan

menjaga stamina tubuh, karena apa yang tidak digunakan tubuh akan tidak berguna

Page 26: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

dan hilang. Olahraga secara teratur 3 kali dalam satu minggu tidak harus yang berat

atau mahal tetapi secara rutin akan lebih baik

b.    Istirahat dan tidur, berguna untuk melemaskan otot-otot setelah beraktifitas dan juga

untuk menenangkan pikiran. Tidur yang cukup di malam hari 8 jam akan memulihkan

kelelahan sepanjang hari dan siap untuk bekerja esok hari.

c.    Mengkonsumsi makanan bergizi, adalah makanan dengan mutu terbaik dan jumlah

minimum serta dimakan dalam waktu yang tepat.

d.    Air putih, adalah yang tidak berwarna, tidak berbau dan bebas digunakan untuk

pemakaian dalam dan luar.

e.    Udara, dengan menghirup udara segar sangat membantu bagi proses kesehatan yaitu

dengan menghirup dalam-dalam dan melepaskannya pelan-pelan baik malam dan

siang.

f.      Sinar matahari, sinar matahari sebagai sumber kehidupan akan bermanfaat bila

digunakan sebaik-baiknya. Terlalu banyak terkena sinar matahari akan mengakibatkan

kangker kulit dan terlalu sedikitpun juga tidak baik bagi kesehatan tubuh.

g.    Menjaga keseimbangan, tidak menggunakan atau mengkonsumsi sesuatu secara

berlebihan.

h.    Menghindari rokok dan minuman keras merupakan upaya penting untuk terhindar dari

penyakit. Telah terbukti bahwa kebiasaan ini mengakibatkan berbagai penyakit berat

yang mengakibatkan kematian, belum lagi kerugian finansial yang harus ditanggung

karena tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk bisa mengkonsumsi kedua jenis

pemuas itu. Bila hal itu sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk melepaskan

kebiasaan buruk tersebut.

i.      Ketenangan pikiran dan emosi, setiap manusia memiliki masalah yang harus dihadapi

dan diselesaikan. Setiap masalah akan terselesaikan dengan baik apabila dihadapi

dengan pikiran tenang dan emosi yang terkendali. Emosi atau Stress merupakan

pengalaman emosional negatif yang berhubungan dengan perubahan biologi yang

membiarkan anda beradaptasi dengannya, dalam merespon stress kelenjar adrenal

anda memompa keluar hormon stress yang mempercepat tubuh anda,denyut jantung

anda meningkat dan kadar gula darah anda juga meningkat sehingga glukosa dapat

Page 27: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

dialihkan ke otot-otot anda dalam arti anda harus memakainya ini dikenal sebagai

respon fight atau flight.

j.      Percaya pada kuasa Ilahi, dapat meningkatkan tekat untuk selalu berbuat yang positif

dan terbaik.

Hal ini juga didukung oleh Guang (2003), gaya hidup sehat diungkapkan hanya

dengan empat kalimat yaitu makan yang pantas, berolah raga dengan takaran yang

pas, berhenti merokok dan menghindari alkohol, mental batin tenang serta menjaga

keseimbangan. Makanan tidak hanya dilihat dari kadar gizinya tetapi juga takarannya.

Guang berpendapat bahwa untuk mengetahui takaran yang pasti setiap orang adalah

70% sampai 80% kenyang. Ini berarti bahwa proses makan berhenti ketika perut masih

dalam keadaan lapar.

D.   Kerangka Teoritis

Berdasarkan pada kerangka teori yang di kemukakan oleh Dr. Yekti Susilo dan Ari

Wulandari (2011) faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi diantaranya.

Dapat di gambarkan seperti bagan 2.1 di bawah ini :

Bagan 2.1

Faktor pemicu hipertensiHipertensi yang tidak dapat di kontrol Keturunan Jenis kelamin umur

Kerangka Teoritis Faktor menyebabkan Hipertensi

 

Page 28: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Hipertensi yang dapatdi kontrol Stress Kegemukan Pola makan Merokok Narkoba Alkohol Kurang olahraga Korestrol tinggi

Peningkatan tekanan darah

 

Keterangan :

  Variabel yang di teliti

  Variabel yang tidak diteliti

Sumber : Sianturi (2003)

E.   Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori yang di kemukakan Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari

Wulandari (2011), penyakit hipertensi di sebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor

Page 29: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Toksin, genetik, umur, jenis kelamin, etinis, stress, kegemukan, nutrisi, merokok,

narkoba, alkoho, kafein, kurang olahraga,dan korestrol tinggi di dasarkan pada variabel

yang paling dominan untuk terjadi hipertensi pada lansia dipuskesmas rawa sari kota

Jambi. Alasan tidak meneliti faktor yag lain karena keterbatasan waktu, dana dan

tenaga yang peneliti sehingga hanya 3 faktor di atas yang di ambil untuk di jadikan

objek penelitian. Secara Skematis kerangka konsep dalam penelitian ini di gambarkan

sebagai berikut :

Bagan 2.2

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

 

F.    Hipotesis

1.    Ada hubungan

antara gaya hidup terhadap peningkatan darah pada lansia penderita hipertensi yang

berobat di Poliklinik Umum Puskesmas Rawa Sari Jambi Tahun 2012.

Page 30: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

BAB III

METODE PENELITIAN

A.   Jenis dan Rancangan penelitan

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kuantitatif dengan pendekatan

”cross sectional” dimana data yang menyangkut variabel independen dan variabel

dependen di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoadmojo,2005)

B.   Subjek penelitian

1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di poliklinik umum Puskesmas Rawasari Jambi

Tahun 2012 di rencanakan pada April 2012

2. Batasan populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita yang berkunjung ke poli umum

dengan diagnosa lansia penderita hipertensi dari pengambilan data di gambarkan pada

kunjungan bulan april sampai juni 2012 (tiga bulan terakhir) dengan jumlah kunjungan.

3. Besar sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2005).

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

d² : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang di inginkan(0,1)

n = ____N________

1+ N (d)²n = ___339__ _ ____ 1+ 339 (0,1)²

n = __ _ 339_______ 1+339 (0,01)n = __339_____ _ __

1+339n = ___339_____ _ _

4,39= 77 orang

Page 31: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

4. Cara pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel adalah dengan Accidental sampling yaitu dilakukan

dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu

tempat sesuai dengan konteks penelitian. Di mana sebagian populasi yang mewakili di

ambil menjadi sampel di mana setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan

yang sama untuk di ambil sebagai sampel (notoadmojo,2010:120).

Kriteria sampel di tentukan terlebih dahulu .selanjutnya sampel yang sesuai di

pilih menjadi sampel penelitian. Kriteria yang di tentukan untuk subyek penelitian adalah

;

- pasien yang datang berobat di poli umum.

- klien yang didiagnosa lansia penderita hipertensi,

- dapat mengerti bahasa indonesia dan mampu baca dan tulis,

- bersedia menjadi responden

C.   Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan gaya hidup

terhadap peningkatan takanan darah pada lansia penderita hipertensi, yang menjadi

Variabel Independent adalah variabel bebas atau variabel yang bisa mempengaruhi,

sedangkan variabel dependent adalah variabel terikat atau yang bisa terpengaruh.

Variabel Independent yaitu gaya hidup, sedangkan pada Variabel Dependent yaitu

peningkatan tekanan darah.

D.   Defenisi Operasional

Bagan 3.1

Definisi Operasional, Cara Ukur, Skala, dan Hasil Ukur

Variabel

penelitian

Defenisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Hipertensi

pada lansia

Kondisi di mana

tekanan darah

seseorang melebihi

batas normal >120

Wawancara Kuesioner Skala :ordinal

Hasil ukur :

1.Normal Bila < 140 mmHg

2.Hipertensi bila >

Page 32: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

MmHg, sistole 120

dan diastol 80 MmHg

menurut diagnosa

dokter

140 mmHg

Gaya hidup Gaya hidup adalah

pola hidup seseorang

di dunia yang

diekspresikan dalam

aktifitas, minat dan

opininya.

Wawancara Kuesioner 1 : gaya hidup

sehat

0 : gaya hidup tidak

sehat

(notoatmodjo,

2005 )

E.   Instrumen Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan variabel yang akan di ungkap dalam penelitian ini,

maka instrumen yang digunakan adalah kuesioner, kuesioner tersebut disusun oleh

penelitian berdasarkan dengan tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Dalam

penyebaran kuesioner peneliti di bantu oleh enumenator. Enumenator di pilih oleh

peneliti yaitu mahasiswa Akademi Keperawatan Telanai Bhakti sebanyak 2 orang.

Sebelum menjawab responden di beri pengarahan dalam pengisian kuesioner.

F.    Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada klien dengan diagnosa lansia

penderita hipertensi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Dan hasil

wawancara langsung di catat dalam kuesioner.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sebagai data penunjang atau pelengkap yang di ambil dari dinas

kesehatan dan data kunjungan rawat jalan di poliklinik umum di Puskesmas Rawasari

Jambi Tahun 2012

G.   Pengolahan Data

Page 33: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Menurut Hidayat (2009:107) pengolahan data terdapat 4 langkah yang harus di

lakukan, di antaranya :

1.  Editing

Editing yaitu pemeriksaan data, apakah telah sesuai atau tidak dengan yang di

harapkan. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam editing yaitu :

a.  Memeriksa kelengkapan data yaitu memerikasa semua kelengkapan jawaban semua

pertanyaan yang di ajukan.

b.  Memeriksa keseimbangan data yaitu memeriksa data yang 1 degan yang lain.

c.   Memeriksa semua pertanyaan yang di gunakan

2.  Coding

Coding yaitu memberikan kode-kode tertentu untuk setiap data yang ada.

3.  Entry data

Data yang telah di periksa dan di beri kode kemudian di masukkan kedalam program

computer.

4.  Cleaning

Dilakukan untuk memastikan keseluruhan data yang di masukkan tidak terdapat

kesalahan dalam memasukkan data sehingga data siap di analisis.

H.   Cara Analisa Data

Setelah data di olah menjadi suatu data yang di harapkan (tepat dan konsisten)

selanjutnya di lakukan analisa untuk menjawab pertanyaan peneliti.

a.    Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel

independent dan variabel dependen.

Rumus yang di gunakan

P= ____F____ x 100 %

N

Ket : P= Persentase

F= Frekuensi

N = Jumlah Responden

b.    Analisa bivariat

Page 34: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independent dan variabel dependent. Uji statistik yang digunakan adalah uji X2 (uji chi-

square). Uji ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan proporsi yang

bermakna antara distribusi frekuensi yang di amati dengan di harapkan dengan derajat

kemaknaan 0,05.

Bila P-Value ,< 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna (Ho di tolak)

sedangkan P-Value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna (Ho diterima).

I.      Jalannya Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan survey awal pada saat pengambilan data di

lakukan di poliklinik umum puskesmas Rawasari Kota Jambi, penelitian ini di mulai

sejak bulan maret 2012 setelah judul di temukan, peneliti mencari data primer dari

puskesmas rawasari kota jambi. Setelah itu peneliti mulai melakukan pebuatan

proposal bab demi bab dengan dibantu oleh pembimbing I dan pembimbing II dalam

menyelesaikan proposal ini. Dalam penelitian ini si peneliti melakukan wawancara

kepada responden dengan menggunakan kuesioner di poliklinik umum puskesmas

Rawasari Kota Jambi dengan tehnik Accidental sampling yaitu dilakukan dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian. Setelah data terkumpul, data diolah dengan

menggunakan komputer program SPSS. Data dianalisa dengan menggunakan analisa

univariat dan disajikan dalam tabulasi

Page 35: Hubungan Gaya Hidup Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pada Lansia