50
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENAGAN SIKAP IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan Oleh : Anik Sri Mulyani NIM : 0302.05 AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG MALANG 2006

Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Citation preview

Page 1: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENAGAN SIKAP IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENARKARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP

 IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan 

Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan

Oleh :

Anik Sri Mulyani

NIM : 0302.05

AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG

MALANG

Page 2: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

2006

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat

terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah judul “Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang

cara Menyusui Yang Benar” sebagai salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan kuliah Akademi

Kebidanan Widyagama Husada Malang.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

yang terhormat :

Yuliyanik, S. KM, selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang. 

Novita Mayasari S. SiT, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, koreksi dan saran

sehingga terwujudnya Karya Tulis ini.

Marjati Hamid, S. SiT, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, koreksi dan saran

sehingga terwujudnya Karya Tulis ini.

Bidan Anik Basuki, yang telah memberikan ijin untuk lokasi penelitian.

Kedua orang tua serta keluargaku, yang dengan tulus ikhlas memberikan dorongan, baik berupa materil

maupun spirituil, sehingga penulis dapat melaksanakan pendidikan di Akademi Kebidanan Widyagama

Husada-Malang dan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga Karya

Tulis Ilmiah  ini berguna baik untuk diri kami sendiri maupun pihak lain.

Malang, Oktober  2006

Penulis.

Page 3: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

ABSTRAC

Anik Sri Mulyani. 2006. The Relation Between The Knowledge and Mother’s Attitude of The Correct

Way of Breasting ini Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Ampeldento Villages Kecamatan Pakis

Kabupaten Malang.

Scientific Research. Midwifery Academic of Widyagama Husada-Malang. Advisor (1) Novita Mayasari,

S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.SiT.

The right way of breasting practice was need to be learnt by every mother, because that is not reflective or

instinctive thing, but it is a process. One of the factor was the breast function right now as sexual symbol,

female breast was forbidden area and it was ought to be hidden and it was not be exposed. Beside of this

factor, the problem that appeared such as: the papilla of breast that’s folded inside, blistered papilla, etc.

the lactation professional have found many woman got trouble in breasting technique.

The design of this research used cross sectional survey. The sample was taken from the whole of

population, that was all mother who give breast feeding, who and come to Anik Basuki midwife as 45

respondents.

The conclution of this research was the mother knowledge about the way of breasting got correct.

Mother’s attitude in the way of breasting were positive. From the chi-square exam there was correlation

between knowledge and attitude about the way of correctly breasting and the point of that result 0,000 <

0,05. Therefore, it’ able to b e concluded that Ho refused, it can be presented there was relation between

knowledge level with the attitude of mother about the correctly breasting way.

Key Word    : Knowledge, Attitude, Mother’s breasting, way of breasting.

ABSTRAK

Anik Sri Mulyani. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang

Benar di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang,

Page 4: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang. Pembimbing : (1) Novita

Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.Sit.

Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu sendiri

bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Alasan ketidaksuksesan

memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor dikarenakan fungsi payudara di masa sekarang ini sebagai

simbolis seksual, bahwa payudara adalah zona terlarang dan harus disembunyikan dan tidak boleh

diekspos. Selain faktor diatas, masalah yang muncul seperti: putting susu datar atau terbenam, putting

susu lecet, dan lain-lain. Ahli laktasi menemukan banyak wanita mengalami masalah dalam teknik

menyusui.

Desain atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional survey.

Sampel diambil dari total populasi, yaitu semua ibu menyusui yang datang di Bidan Anik Basuki

sebanyak 45 responden.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar cukup baik,

untuk setiap ibu tentang cara menyusui yang benar sebagian besar positif. Dari hasil uji Chi-Square ada

hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui yang benar dan nilai uji tersebut 0,000

nilai ini < = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang dapat diartikan bahwa ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.

Kata kunci    : Pengetahuan, Sikap, Ibu Menyusui, Cara Menyusui

DAFTAR ISI

    Halaman

HALAMAN JUDUL       i

HALAMAN PENGESAHAN     ii

HALAMAN PERSETUJUAN     iii

KATA PENGANTAR      iv

ABSTRACT     vi

ABSTRAK     vii

DAFTAR ISI     viii DAFTAR TABEL     ix

DAFTAR GAMBAR      x

Page 5: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

DAFTAR LAMPIRAN      xi 

BAB 1     PENDAHULUAN        1

1.1    Latar Belakang       1 

1.2    Rumusan Masalah       3

1.3    Tujuan Penelitian       3

1.4    Manfaat Penelitian       4

BAB 2     TINJAUAN PUSTAKA       5

    2.1    Konsep ASI        5

    2.2    Konsep Pengetahuan      15

    2.3    Konsep Sikap..........................................................................    21

    2.4    Hubungan Pengetahuan dengan Sikap      28    

BAB 3 METODE PENELITIAN      30

    3.1    Kerangka Konsep      30

    3.2     Desain Penelitian      30

    3.3    Hipotesis Penelitian      31

    3.4    Populasi, Sampel, dan Sampling      31

    3.5    Kriteria Sampel      32

    3.6    Variabel Penelitian      32

    3.7    Definisi Operasional Variabel      33

    3.8    Lokasi dan Waktu Penelitian      34

    3.9    Teknik Pengumpulan Data      34

    3.10    Alat Ukur yang digunakan      35

    3.11    Teknik Pengolahan atau Analisa Data      35

    3.12    Etika Penelitian      38

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN      39

    4.1    Hasil Penelitian      39

    4.2    Pembahasan      46

    4.3    Keterbatasan Penelitian      49

BAB 5 PENUTUP      50

    5.1    Kesimpulan      50

    5.2    Saran      51

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor    Judul Tabel    Halaman

3.7    Definisi Operasional    33

4.1    Distribusi Frekwensi Umur Responden    40

4.2    Ditribusi Frekwensi Pendidikan Responden    40

4.3    Distribusi Frekwensi Pekerjaan Responden    41

4.4    Distribusi Frekwesi Pengetahuan Ibu Tentang Cara 

Page 6: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Menyusui yang Benar    42

4.5    Distribusi Frekwensi Sikap Ibu Tentang Cara

 Menyusui yang Benar    43

4.6    Hubungan Antara Pengetahuan dengan Siakap Ibu 

Tentang Cara Menyusui yang Benar    44

4.7    Hasil Perhitungan Chi-Square Test    44

DAFTAR GAMBAR

Nomor    Judul Gambar    Halaman

3.1    Kerangka Konseptual    30

DAFTAR LAMPIRAN

Page 7: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Nomor    Judul Lampiran     Halaman

    Permohonan Ijin Penelitian    

2.     Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian

3.    Surat Permohonan menjadi Responden

4.     Pengantar Informed Consent

5.    Kisi-kisi Kuisioner

6.     Kuisioner Penelitian

7.    Kunci Jawaban Kuisioner

8.     Tabel Uji Validitas

9.    Tabel Uji Reliabilitas

10.    Tabulasi Data

11.    Frequency Tabel

12.    Crosstabs

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

    Program peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI ) khususnya ASI eksklusif selama 6 bulan merupakan

program prioritas, karena dampak penggunaan ASI eksklusif terhadap status gizi dan kesehatan bayi dan

balita. Saat ini praktek menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan, menurut SDKI tahun 1997 dan

2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama

cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 4

bulan sedikit meningkat dari 52% tahun 1997 menjadi 55,1% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 6

bulan menurun dari 42,4% tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu

formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5 %

pada tahun 2002  (departemen kesehatan, 2005).

    Sekitar 40 tahun silam, jumlah wanita yang memilih menyusui sendiri bayinya mulai berkurang.

Jumlah terendah terjadi di tahun-tahun awal 70an ketika kurang dari 40 % yang memilih ASI, dan pada

minggu ke enam setelah melahirkan kurang dari 20 % memberikan ASI kepada bayinya. Alasan ketidak

suksesan memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor dikarenakan fungsi payudara di masa sekarang

ini sebagai simbolis seksual, bahwa payudara adalah zona terlarang dan harus disembunyikan dan tidak

boleh diekspos. Selain faktor di atas masalah yang munncul seperti; puting susu yang terlipat ke dalam,

puting susu lecet, dan lain-lain. Ironisnya ahli laktasi menemukan banyak wanita mengalami masalah

Page 8: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

dalam teknik menyusui (Lee, 2006 : 12).

    Bagi bayi ASI merupakan makanan yang paling sempurna dimana dalam kolostrum dan air susu ibu

terkandung : imunoglobulin, laktoferin, lisosom, faktor bifidus dan faktor antitripsin. ASI juga berguna

untuk mengurangi insidens gastroenteritis pada bayi. ASI juga berfungsi untuk pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal. ASI mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, kekebalan dan dapat

menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dan ibu sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat menuju

tercapainya kualitas sumber daya manusia (Veralis, 2003 : 17).

    Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu sendiri

bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar yang baik

bukan hanya untuk ibu yang pertama kali melahirkan  karena biasanya ibu melahirkan anak I tidak

memiliki ketrampilan menyusui yang benar. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan

“manusia baru” ini agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik bagi bayinya (Mellyana, 2003 :

28).

    Salah satu faktor penting yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah perilaku

masyarakat itu sendiri terhadap kesehatan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan

sehari-hari. Perilaku tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa rendahnya cakupan program kesehatan,

karena masih rendahnya kesadrana masyarakat terhadap norma hidup sehat.    Dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 : 128).

    Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara tentang ASI yang meliputi pengertian ASI, waktu

pemberian, jenis ASI, manfaat, keuntungan, cara pemberian ASI, yang dilakukan tanggal 1-30 April 2006

tehadap 10 ibu menyusui 0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek Swasta Anik Basuki diperoleh 60 % (6

orang) ibu yang tidak mengetahui cara menyusui yang, sedangkan  40% (4 orang) ibu yang mengetahui

cara menyusui yang benar.

    Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan  Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu

Tentang Cara Menyusui Yang Benar.

1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan Latar Belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Adakah

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyususi yang benar?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1  Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa

Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus 

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.

2. Mengidentifikasi sikap ibu tentang cara menyusui bayinya.

3. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang  benar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi  Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dalam rangka memberikan KIE pada pasien tentang cara menyusui yang benar.

Page 9: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi untuk mata kuliah Askeb III khususnya tentang  cara menyusui.

1.4.3 Bagi Peneliti

Mengerti dan menambah wawasan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu kebidanan, metodologi

penelitian, dan biostatistik

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan kami bahas tentang : Konsep ASI yang berisi tentang pengertian, manfaat pemberian

ASI, fisologi laktasi, cara menyusui yang benar faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI.

2.1 KONSEP ASI 

2.1.1 Pengertian 

ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi manusia, lebih mudah bagi bayi untuk mencernanya dan

ASI tidak mudah menyebabkan sembelit (Lee, 2006 : 14)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang

disekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 1997 : 23).

2.1.2 Manfaat Pemberian ASI

1. Manfaat Bagi Bayi

Dalam ASI terkandung nilai-nilai kompenen yang tidak dapat digantikan oleh susu formula. Misalnya,

perlindungan terhadap infeksi, alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh bayi. Komposisi ASI

sangat baik karena mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang. Ini

lebih memudahkan kerja pencernaan serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan, seperti diare atau

sembelit. Dengan demikian, bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan

yang ideal (Mellyana, 2003: 69).

2. Manfaat Bagi Ibu

Manfaat pemberian ASI ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Berikut ini

beberapa manfaat yang diperoleh dengan menyusui, menurut Mellyana (2003 : 75) :

a) Membantu mempercepat pengembalian rahim kebentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah

Page 10: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

kelahiran.Ini karena isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf kekelenjar hipose di otak yang

mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk mengontraksikan saluran ASI pada

kelenjar air susu juga merangsang rahim untuk bekontraksi.

b)    Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai

sehingga bisa langsung diberikan dan selalu siap jika diperlukan pada malam hari.

c)    Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.

d)     Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena infeksi.

e)     Memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya karena tingkah

laku bayi yang menyusu akan menggelitik perasaan ibu dalam memperkuat ikatan batin antara ibu dan

anak.

f)     Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi

untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat seorang ibu kehilangan lemak yang ditimbun

selama kehamilan.

g)     Pemberian ASI secara ekslusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi sampai empat bulan setelah

kelahiran karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya

ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.

h)     Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian keganasan kanker atau karsinoma

payudara dan ovarium / kandung telur.

2.1.3 Fisiologi Laktasi

Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar

dibandingkan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan,

faktor endokrin, dan faktor fisiolgi, menurut Patricia (2006 : 238).

1. Hormon prolaktin, yang berasal dari kelenjar pituitari anterior awalnya    berperan untuk proses

produksi air susu.

2.  Oksitosin dari kelenjar pituitari posterior, berperan dalam reflek keluarnya     ASI, yang mencetuskan

keluarnya aliran susu.

3.     Refleks pengeluaran distrimulasi oleh isapan bayi, tetapi juga dapat distrimulasi oleh keberadaan

bayi itu sendiri atau saat ibu menangis, atau bahkan memikirkan tentang bayi.

4.     Reflek pengeluaran dapat terhambat karena kepercayaan ibu yang kurang, merasa takut atau rasa

malu atau ketidak nyamanan fisik.

5.    Produksi air susu berdasarkan aturan pengeluaran dan permintaan. Penghambatan yang berulang dari

reflek pengeluaran atau kegagalan untuk mengosongkan mammae dengan komplet dan sering, dapat

menurunkan pengeluaran susu.

2.1.4 Cara Menyusui yang Benar

Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamananm bayi menghisap air susu. Oleh karena itu, usahakan

agar ibu dapat menyusui dengan baik dan benar. Perhatikan hal-hal berikut ini agar tujuan tersebut

tercapai. Menurut Mellyana Huliana (2003 : 43) cara menyusu yang benar :

1.  Usahakan posisi ibu dan bayi cukup nyaman saat menyusui, baik dalam posisi   duduk yang ditopang

dengan bantal atau berbaring.

Page 11: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

2. Peluk dan letakkan kepala bayi pada siku tangan ibu sehingga menopang bokong seperti berikut ini:

a) Letakkan bayi menghadap ibu sehingga telinga dan lengannya berada pada satu garis lurus.

Selanjutnya, lekatkan menghadap payudara sehingga dagu bayi menyentuh payudara.

b) Sangga bawah / dasar payudara dengan jari-jari, jangan terlalu dekat pada putting, melainkan diluar

areola dan tidak menjepit putting susu dengan dua jari.

c) Bayi akan meraih payudara jika lapar. Rangsang mulut bayi pada bagian areola sehingga menimbulkan

reflek bayi untuk mencari putting. Mulut akan terbuka lebar dan bibir bawah menjulur. Selanjutnya,

segera lekatkan sehingga lidah mencekap putting dan areola payudara.

d) Pipi bayi akan kelihatan bulat karena sebagian areola berada dalam mulut bayi dan areola yang tersisa

berada diatas mulut bayi.

e) Terlihat isapan lambat dan dalam disertai gerakan menelan yang teratur

f) Bayi tetap melekat pada payudara dengan tenang dan rasa aman sambil merangkul dengan yakin karena

perhatian dan sentuhan ibu yang penuh kasih.

g) Jika ASI yang keluar tampak menetes, susukan bayi selama 10-15 menit/sesuai kebutuhan pada satu

payudara sampai terasa kosong. Selanjutnya, pindahkan pada payudara lain dan susukan selam 15-20

menit karena biasanya isapan sudah kurang kuat jika mulai kenyang.

3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusui agar terhindar dari berbagai masalah:

a) Periksa sedini mungkin seandainya ada keluhan yang berkaitan dengan    kondisi payudara.

b) Rawatlah payudara sedini mungkin dengan baik. Pakailah pemakaian BH yang tepat. Lakukan latihan

otot-otot tubuh yang berfungsi menopang payudara serta memperhatikan kebersihan payudara, khususnya

daerah putting dan areola.

c)  Perhatikan nutrisi atau zat gizi yang dikonsumsi agar ASI bermutu baik

d) Hindari merokok dan asap rokok.Tidak minum-minuman beralkohol serta kurangi minum kopi, the dan

minuman yang mengandung soda.

e) Perhatikan agar pemakaian obat-obatan untuk ibu menyusui hendaknya atas sepengetahuan dokter

karena obat-obat tersebut juga akan terdapat dalam ASI.

2.1.5 Faktor-faktor yang menghambat  pemberian ASI

1. Faktor dari ibu    

Selama masa menyusui, ada kalanya timbul masalah yang dialami oleh seorang ibu. Masalah ini dapat

mengganggu keberhasilan dalam menyusui. Menurut Mellyana Huliana (2003 : 47) faktor yang

menghambat pemberian ASI :

1) Putting datar atau terbenam

    Dengan menggunakan pompa putting, putting susu yang datar atau terbenam dapat dibantu agar

menonjol dan dapat dicekap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan

biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Dengan usaha yang tekun dan kerja sama yang

baik antara ibu dan bayi, ibu akan mengatasi masalah ini.

2) Putting susu lecet

    Keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lakir untuk mencegah putting nyeri atau lecet,

perhatikan hal-hal berikut:

    a) Oles puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sudah menyususi.

Page 12: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

    b) Jangan menggunakan  BH yang terlalu ketat.

    c) Jangan membersihkan putting susu dan daerah areola dengan sabun,alkohol.

    d) Posisi menyususi hendaknya bervariasi, jika posisi menyusui selalu sama dapat membuat trauma

yang terus menerus ditempat yang sama.

    e) Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara menekan dagu bayi sampai lepas dari

payudara.

Cara mengatasi puting susu lecet:

    a) Jika rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyususi dengan memulai pada daerah

yang tidak nyeri terlebih dahulu. Oles putting susu dengan es beberapa saat, lakukan proses menyususi

sampai ASI mengalir keluar sehingga rasa perih berkurang.

    b) Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka makin berat, putting susu yang sakit dapat diisyaratkan

selam 24 jam.

3) Payudara bengkak

 Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening

akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, bayi

menyusui secara terjadwal, bayi tidak menyusui dengan kuat posisi menyusui yang salah atau puting susu

datar atau terbenam. Cara mengatasinya:

Kompres payudara dengan handuk hangat, lalu masase kearah putting hingga payudara teraba lebih lemas

dan ASI dapat keluar melalui putting.

Susukan bayi tanpa jadwal sampai payudar kosong

Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak tangan kesamping, kebawah dengan sedikit

tekanan keatas dan lepaskan dengan tiba-tiba.

Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payuara menjadi lunak dan putting susu menonjol keluar

Susukan bayi lebih sering, demikian juga pada malam hari,meskipun bayi harus dibangunkan.

4) Saluran Susu tersumbat

    Keadaan ini timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui,pemakaian penyokong payudar yang

terlalu ketat atau adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Payudar dapat

dikompres dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi

rasa nyeri dan bengkak.

5) Mastitis dan Abses Payudara

        Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan

panas. Suhu tubuh ibu meningkat, kadang-kadang disertai menggigil. Biasanya kejadian ini terjadi pada

masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi. Cara

mengatasinya: dengan berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan terapi antibiotik dan obat penghilang

rasa sakit

        Mastitis yang terlambat diobati dapat berlanjut menjadi abses, ibu tampak kesakitaan, payudara

merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah. Untuk mengatasinya ibu

harus segera kedokter, sementara itu ibu berhenti menyususi pada payudara yang mengalami abses

tersebut dan bayi dapat terus menyusui pada payudara yang sehat.

6) Sindrom ASI kurang

Ibu sering mengeluh bahwa ASI-nya kurang atau tidak cukup untuk kebutuhan bayinya. Keluhan-keluhan

yang sering dirasakan oleh ibu yang mengalami sindrom kurang ASI:

Page 13: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu memproduksi ASI.

Besar kecilnya payudara ditentukan oleh jaringat ikat dan jaringan lemak.

Kekentalan ASI tampak berubah,sebenernya kekentalan ASI bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan

bayi.

Payudara tampak mengecil, lembek dan ASI tidak menetes lagi .

Bayi sering menangis diduga kekurangan ASI. Sebenarnya, banyak penyebab bayi menangis.

Bayi lebih sering minta disusukan. Sebenarnya saat menyusui bayi juga mendapatkan belaian, kehangatan

dan kasih sayang, tidak sekedar minum.

2 Faktor bayi

1) Bayi bingung putting

Keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula dalm botol bergantian dengan

menyusu pada ibu. Ibu yang menyusui bayinya dengan botol dan dot beralasan produk ASI-nya

berkurang atau ibu sakit. Berikut tanda-tanda bingung puting :

Bayi mengisap puting seperti menghisap botol

Waktu menyusu, cara mengisapnya terputus-putus

Bayi menolak menyusu pada ibu

Untuk mencegah bingung puting lakukan langkah-langkah :

Usahakan agar bayi menyusu pada ibu

Lakukan cara menyusui yang benar

Lakukan proses menyusui yang sering

2) Bayi  sering menangis

   Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga jika seorang bayi menangis pasti ada sebabnya.

Mungkin karena lapar, takut, kasepian, bosan, popok basah, atau sakit. Jika kondisi ini terjadi, segera

ambil tindakan yang tepat. Delapan puluh persen dari penyebab tersebut dapat ditanggulangi dangan cara

menyusui bayi dengan teknik yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan.

3) Bayi enggan menyusu

  Bayi perlu dapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu : terutama jika bayi muntah, diare,

mangantuk, kuning dan kejang-kejang. Berikut ini beberapa penyebab bayi enggan menyusu :

Hidung tertutup lendir / ingus karena pilek sehingga sulit untuk menghisap, bernafas.

Bayi dengan sariawan sehingga nyeri untuk menghisap.

Terlambat dimulainya menyusu.

Bayi ditinggalkan lama karena ibu sakit atau bekerja.

Berikut beberapa penanggulangan yang dapat dilakukan pada bayi yang enggan menyusu :

Apabila bayi pilek, ibu ajarkan cara membersihkan lubang hidung.

Berikan pengobatan jika mulut bayi sariawan.

Berikan kesempatan pada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih mengenal sifat atau ciri bayinya.

Lakukan teknik menyusui yang benar.

4) Ikterus ada neonatus

Pada ikterus, kulit bewarna kekuningan sampai kuning tergantung pada kadar bilirubinnya. Ikterus pada

neonatus bersifat fisiologi dan patologis. Ikterus fisiologis tidak berbaya bagi bayi. Biasanya terjadi pada

hari ketiga atau keempat sesudah kelahiran. Keadaan tersebut dapat membaik saat berusia kira-kira 7-10

hari. Pada keadaan ini, bayi mengalami kekuningan yang disebabkan pada minggu terakhirmasa

Page 14: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

kehamilan janin mambentuk eritrosit akstra banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigan. Setelah bayi

lahir, bayi dapat menghirup udara dengan bebas sehingga kebutuhan oksigen dapat dipenuhi. Sementara

eritrosit yang berlebihan rusak.Kekuningan yang terjadi pada bayi ini dapat disebabkan oleh kerusakan

mendadak yang berlebihan dari eritrosit atau bisa juga karena hepar bayi belum dapat berfungsi normal.

Ikterus patologi terjadi apda 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Hal ini dapat terjadi karena suatu

infeksi atau terkena intoksikasi obat, misalnya preparat sulfa yang diberikan pada ibu. 

2.2 KONSEP PENGETAHUAN 

2.2.1 Pengertian 

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penerimaan rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2003 : 3).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan 

Menurut Notoatmodjo (2003 128) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

Tahu (Know), adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang diterima.

Memahami (Comprehention), adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi yang sebenarnya.

Analisa (Analisys), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-

komponen tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi tersebut.

Sintesis (Synthesis), adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Evaluasi (Evaluation), adalah suatu kemampuan untuk melakukan  penilaian terhadap suatu materi atau

obyek.

2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan 

Menurut Notoatmodjo (2005 : 10) cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

Cara tradisional atau non ilmiah

Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk me peroleh kebenaran m pengetahuan, sebelum

diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan.

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan

apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

        Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai aktifitas tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta

empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat

Page 15: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.

c)  Berdasarkan pengalaman pribadi

        Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan pada masa yang lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua

pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar

diperlukan berfikir kritis dan logis.

d) Melalui jalan pikiran

    Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi ataupun deduksi. Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan-

pernyataan khusus kepada umum. Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan yang umum kepada khusus.

Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematik, logis dan ilmiah.

Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian. Dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat

pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek penelitian. 

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 

Menurut Notoatmojo (2003: 24) ada enam faktor yang mempengaruhi diperolehnya pengetahuan yaitu :

Usia.

        Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan

yang pernah didapat, juga dari pengalaman sendiri.

Pendidikan.

        Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap pengetahuan. Seseorang yang

berpendidikan tinggi, pengetahuan akan berbeda dengan orang yang hanya berpendidikan rendah.

Intelegensia.

        Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah dimana seseorang dapat bertindak cepat, tepat

dan mudah dalam mengambil keputusan. 

Pekerjaan.

        Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja

karena dengan bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi dan pengalaman.

Pengalaman.

    Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Seseorang dengan

pengalaman yang lebih banyak maka pengetahuannya akan lebih luas pula.

6.    Penyuluhan.

        Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui metode penyuluhan. Dengan pengetahuan yang

bertambah seseorang akan dapat mengubah perilakunya.

7.    Media massa

        Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat pula

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang inovasi baru.

8.    Sosial Budaya

        Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran apakah yang dilakukan tersebut

Page 16: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukannya. Selain itu seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1997) bahwa kebudayaan berpindah

dari setiap generasi manusia.

2.2.5 Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan 

Menurut Arikunto (1998 : 54 ) bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Ke dalam

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut

diatas sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan

skoring yaitu :

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100%.

2. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56 – 75%.

3. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40 – 55%.

4. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.

KONSEP SIKAP 

2.3.1 Pengertian 

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

obyek. (Notoatmodjo, 2003 : 130)

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan

pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan

dengannya. (Widayatun, 1999 : 218)

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai

dengan sikap yang obyek tadi. (Purwanto, 1999 : 62)

2.3.2 Tingkatan Sikap 

Menurut Notoatmodjo (2003 : 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

1.  Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 

2.  Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

dari sikap. 

3.  Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 

4.  Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan

sikap yang paling tinggi. terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu. 

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap.

    Menurut Syaifudin Azwar (2003 : 112) sikap seseorang dipengaruhi oleh :

Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita

terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

Page 17: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan

obyek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap yang positif ataukah sikap

negatif, akan bergantung pada berbagai faktor lain. Sehubungan dengan hal ini, Middlebook (1974 dalam

Azwar, 2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut.

Pengaruh orang yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap

kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak

tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus

bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

Orang yang biasanya dianggap penting oleh individu, diantaranya adalah orang tua, orang yang status

sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.

Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar dalam kehidupan heterososial,

sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan

heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan

berkelompok, maka akan sangat mungkin kita mempunyai sikap yang negatif terhadap kehidupan

individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan. Menurut Burrhus Frederic Skinner,

kepribadian tidak lain merupakan pola prilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah

reinforcement (penguatan, ganjaran) yang kita alami (Hergenhahn, 1982; yang dikutip Azwar, 2003).

Artinya kita memiliki sikap dan perilaku tertentu dikarenakan  kita mendapat reinforcement (penguatan,

ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bahkan untuk sikap dan perilaku yang lain.

Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi

corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompoknya. Hanya kepribadian individu

yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap

individu.

Media massa

 Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif

yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai

sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga-lembaga ini sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan

buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan

dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat

menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep

tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

Pengaruh Faktor emosional

Page 18: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Tidak sama bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-

kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat

merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang telah persisten dan tahan lama.

Menurut Purwanto (1999 : 66) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah pertama

faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti

selektivitas. Kedua adalah faktor ekstern yang merupakan  faktor dari luar manusia yaitu : 

1. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap 

2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut 

4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap 

5. Situasi pada saat sikap dibentuk. 

2.3.4 Pembentukan Sikap 

Menurut Purwanto (1999 : 65) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara : 

1.  Adopsi 

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara

bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2.  Deferensi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka

ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat

obyek tersebut dapat dibentuk sikap tersendiri pula. 

3.   Integrasi 

Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang

berhubungan dengan satu hal tertentu.

4. Trauma

Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang

yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

2.3.5 Pengukuran Sikap

Menurut Azwar (1995 :140) pengukuran sikap model likert:

Sikap likert dikenal dengan Summated rating methode. Dalam menciptakan alat ukur linert juga

menggunakan pernyataan-pernyataan dengan menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan atas

pernyataan-pernyataan tersebut. Subyek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari 5 alternatif jawaban

yang dikemukakan oleh linkert : 

  Sangat setuju (strangly approve)

  Setuju (approve)

 Tidak mempunyai standart (undecide)

 Tidak setuju (disapprove)

 Sangat tidak setuju (strangly disapprove)

Nilai untuk masing-masing pernyataan dan seseorang sangat setuju terhadap pernyataan tersebut maka

orang yang bersangkutan memperoleh skore 5. Sebaliknya bila sesuatu pernyataan bersifat negatif dan

Page 19: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

orang yang bersangkutan sangat tidak setuju maka orang tersebut akan memperoleh skore 1. Jumlah nilai

yang dicapai oleh seseorang merupakan indikasi bahwa seseorang tersebut sikapnya makin positif

terhadap objek sikap demikian sebaliknya. Prosedur perskalaan (scaling) yaitu penentuan pemberian

angka atau skore yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskala terhadap pernyataan favorable

dan pernyataan unfavorable:

Pernyataan favorable                            Pernyataan unfavorable

STS    : 1                                                STS    : 5

                  TS      : 2                                                 TS      : 4 

                  RR      : 3                                                RR      : 3 

                  S         : 4                                                 S        : 2

                  SS       : 5                                                 SS      : 1

Skore individu pada skala sikap yang merupakan skore sikapnya adalah jumlah skore dari keseluruhan

pernyataan yang ada dalam skala Kemudian rata – rata (mean) kelompok dan deviasi standart kelompok

untuk menguji positif atau negatif salah satu standart yang bisa digunakan untuk menginterpretasi skala

model likert adalah skore T yaitu:

Keterangan :

X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T

 : mean skore kelompok

S : standart deviasi kelompok

Kesimpulan :

Apabila skor – T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap positif dimana subyek mempunyai

sikap yang relatif favorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya.

Apabila skor – T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif dimana subyek mempunyai

sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya 

Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih

dahulu.

2 Interest  (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) tersebut.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial yakni subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh

stimulus.

5. Adoption yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya

terhadap stimulus.

Page 20: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak

selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu didasari oleh pengetahuan dan kesadaran

maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003 : 128).

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Konsep 

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah ibu yang menyusui dilihat dari tingkat pengetahuan tentang cara

menyusui yang benar dengan kriteria baik, cukup baik, kurang baik maupun tidak baik, sikap ibu dalam

menyusui bayinya dapat diketahui sikap positif dan negatif. Kemudian diteliti adanya hubungan antara

pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.

 Desain Penelitian 

Page 21: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Desain penelitian ini merupakan desain analisis korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional

survey yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas  dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005 : 26). Pada penelitian ini menganalisa antara hubungan 

pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.

Hipotesa 

Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.

Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi 

Populasi menurut Notoatmodjo (2005 : 79) adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung di Bidan

Praktek Swasta Ny Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis berjumlah 45 orang pada bulan

September 2006.

3.4.2 Sampel

Sampel menurut Notoatmodjo (2005 : 80) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini sampelnya adalah total populasi yaitu

seluruh  ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek Swasta Anik Basuki

Desa Ampeldento Kecamatan Pakis selama penelitian pada bulan September 2006 berjumlah 45 orang.

s3.4.2 Sampling

Sampling menurut Arikunto (2001 : 104) adalah suatu proses dalam menyeleksi populasi untuk dapat

mewakili populasi. Pada penelitian ini menggunakan Accidental sampling.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi 

Kriteria Inklusi 

Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan.

 Ibu yang bisa membaca dan menulis.

 Ibu menyusui yang bersedia menjadi responden.

Kriteria Eksklusi 

Ibu Menyusui yang sedang sakit

Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis.

Variabel Penelitian 

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh

satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian dan berdasarkan hubungan fungsional antara variable

independent dan variable dependent (Notoadmodjo, 2005 : 70 ). 

Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang cara menyusui yang benar

pada bayi (0-6 bulan).

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah sikap ibu tentang cara menyusui yang benar pada bayi (0-

6 bulan).

Page 22: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Definisi Operasional 

    Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang

didefinisikan tersebut, artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi oleh orang lain ( Nursalam,

2003 : 106 )

Tabel Definisi Operasional

NO

VARIABEL

DEFINISI

OPERASIONAL

ALAT UKUR 

SKALA

KRITERIA

Pengetahuan 

Kemampuan ibu dalam menjawab butir-butir pertanyaan dalam kuisioner yang meliputi : pengertian,

waktu pemberian ASI, jenis ASI, warna kolostrum, manfaat, keuntungan,cara menyusui, posisi dalam

menyusui.

Kuesioner dalam bentuk multiple choice

Ordinal

baik (76%-100%) cukup (56-75%) kurang (40-55%) tidak baik (40%).

NO

VARIABEL 

DEFINISI OPERASIONAL

ALAT UKUR

SKALA 

KRITERIA

Page 23: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

2.

Sikap 

Respon ibu tentang cara menyusui yang benar yang diungkapkan dengan persetujuan dalam pernyataan-

pernyataan yang ada di kuesioner.

Kuesioner dalam bentuk skala sikap

Nominal

- Favorable atau relative positif. bila T > mean T

- Unfavorable atau relative negative bila T < mean T.

Tempat dan Waktu Penelitian 

Penelitian dilakukan di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan

Pakis.Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 13-20 September 2006.

Teknik Pengumpulan Data 

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder

yaitu :

3.9.1    Data Primer

Peneliti memberikan surat izin pengambilan data dari kampus kepada bidan Anik Basuki, setelah

mendapat persetujuan dari bidan Anik Basuki dilakukan pengambilan data pada tiap sampel dengan

teknik sampling yang telah ditentukan Data primer diperoleh secara langsung dengan memberikan

kuisioner pada responden ibu menyusui, selama pengambilan data peneliti mendampingi ibu untuk

mengisi kuisioner yang telah diberikan. Peneliti mengambil data 5 kali untuk mencapai sampel, setiap

kali mengambil data peniliti memperoleh 9 responden. Kemudian peneliti mengecek kembali

kelengkapan kuesioner yang telah terkumpul, dan melakukan pengolahan data.

3.9.2    Data Sekunder

Data diperoleh dari register di Bidan Praktek Swasta Ny, Anik Basuki yaitu data ibu menyusui pada

periode 13 – 20 oktober 2006. 

Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner. Karena

kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti, maka sebelum digunakan untuk pengambilan data dilakukan uji

validitas dan reliabilitas instrument. 

Teknik Pengolahan Data atau Analisa Data 

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengelolahan data yaitu dengan cara 

Page 24: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

3.11.1 Editing : Memeriksa kembali data yang telah terkumpul melalui kuesioner dan memastikan semua

jawaban responden terisi sesuai pertanyaan. Jika terdapat kuisioner yang belum dapat terisi atau tidak

sesuai dengan petunjuk atau antara pernyataan jawaban tidak sesuai maka responden dipersilahkan untuk

mengisi kembali kuesioner yang masih kosong.

3.11.2 Koding : Setelah semua data  pada kuisioner pengetahuan terkumpul, peneliti memberi tanda pada

jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban  salah diberi nilai 0.

Sedangkan pada kuisioner sikap, peneliti memberi nilai sebagai berikut:

Pernyataan favorable                            Pernyataan unfavorable

STS    : 1                                                STS    : 5

TS      : 2                                                 TS      : 4 

 RR      : 3                                                RR      : 3                

S         : 4                                                 S        : 2

SS       : 5                                                 SS      : 1

3.11.3 Transfering     : Memindahkan data yang sudah diisi oleh responden kedalam master sheet dalam

tabel yang telah ditentukan.

3.11.4 Tabulating     : Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi yang disajikan dalam

persentase,kemudian menghitung pengetahuan dengan menggunakan rumus :

        P =  

Keterangan :

P    : prosentase hasil

n    : skor yang didapat

N    : jumlah skor yang maksimal

Untuk mengukur sikap digunakan perhitungan tingkat sikap dengan rumus dibawah ini :

Keterangan :

X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T

 : mean skore kelompok

S : standart deviasi kelompok

Kesimpulan :

Apabila skor – T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap positif dimana subyek mempunyai

sikap yang relatif favorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya.

Apabila skor – T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif dimana subyek mempunyai

sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya 

3.11.5 Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel tertentu menurut

sifat dan kategorinya. Analisis secara diskriptif dilakukan dengan melihat persentase dan tabulasi silang

antara variabel yang berhubungan. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja

tentang aborsi menggunakan rumus Chi-Square. Diolah dengan program SPSS for Windows versi 10.

3.12 Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2006. Peneliti datang ketempat pengambilan data dan

mengambil responden sebanyak 45 orang. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan

permohonan ijin kepada pihak Bidan Anik Basuki melalui surat permohonan dari institusi untuk

Page 25: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

mendapatkan persetujuan. Setelah syarat-syarat administratif tersebut telah terpenuhi, peneliti baru

melaksanakn penelitian. Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dan tidak akan membukanya

kepada orang lain. Dalam pengambilan data ini, data diambil secara nyata dan tidak mengada-ada dan

ditulis secara jujur sesuai dengan data yang terdapat di Bidan Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan

Pakis.

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan

dengan sikap ibu  tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten

Malang yang dilaksanakan pada 13- 20 September 2006 pada 45 responden. Hasil penelitian ini akan

dibagi dalam 2 bagian, yaitu 1) data umum dan 2) data khusus.

Data umum akan menampilkan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan.

Data khusus meliputi hasil penelitian yang dimasukka dalam distribusi frekuensi dan interpretasi data

antara variabel independen dengan dependen untuk mengetahui hubungan antara variabel.

4.1    Hasil Penelitian

4.1.1     Data Umum

a) Umur Responden

Data mengenai usia responden dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1    Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten

Malang Tahun 2006

No

Usia

Frekuensi

Prosentase

1

2

3

Page 26: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

20 – 28

29 – 37

38 – 46

19

14

12

42,2

31,1

26,7

Total

45

100

Interpretasi Data :

Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden berusia antara 20 – 28 tahun, yaitu sebanyak 19

responden (42,2%) 

b) Pendidikan

Data mengenai pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2    Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis

Kabupaten Malang Tahun 2006

No

Pendidikan

Frekuensi

Prosentase

1

2

3

SD

SMP

SMA

19

Page 27: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

15

11

42,2

33,3

24,4

Total

45

100

Interpretasi Data :

Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai latar belakang pendidikan SD yaitu 19

orang (42,2%). 

c) Pekerjaan

Data mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3    Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten

Malang Tahun 2006

No

Lama Menjadi Kader

Frekuensi

Prosentase 

1

2

3.

4

Ibu Rumah Tangga

Tani

Wiraswasta

Buruh

17

14

8

6

37,8

31,1

17,8

13,3

Page 28: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Total

45

100

Interpretasi Data :

Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai pekerjaan Ibu Rumah Tangga yaitu 17

orang ( 37,8 % ). 

4.1.2    Data Khusus

a) Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis

Kabupaten Malang 

Data hasil penelitian memuat data yang mengandung variabel-variabel penelitian yang meliputi data

pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.

Tabel 4.4    Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui yang Benar Di Desa

Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006

No

Kategori

Frekuensi

Prosentase

1

2

3

4

Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

Tidak Baik

15

17

13

0

33,3

37,8

28,9

0

Total

Page 29: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

45

100

Interpretasi Data

Sebagian besar menunjukkan responden memiliki pengetahuan cukup baik sebanyak 17 responden

(37,8%). Dari hasil penelitian tidak ada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik tentang cara

menyusui yang benar.

b)    Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten

Malang

Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis

Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5    Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento

Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006

No

Kategori

Frekuensi

Prosentase

1

2

Positif

Negatif

25

20

55,6

44,4

Total

45

100

Interpretasi Data

Dari tabel 4.5 diatas tampak bahwa ibu yang memiliki sikap positif tentang cara menyusui yang benar

sebanyak 25 responden (55,6%). 

c) Hubungan pengetahuan dengan Sikap Ibu tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento

Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

    Data mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa

Page 30: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6    Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa

Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006

Pengetahuan

Sikap

Total

Positif

Negatif

 f

%

 f

%

f

%

Baik 

Cukup Baik

Kurang Baik

Tidak Baik 

15

10

0

0

8,3

9,4

0

Page 31: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

0

0

7

13

0

6,7

7,6

5,8

0

15

17

13

0

15

17

13

0

Total

25

25

20

20

45

45

Interpretasi Data :

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik dan

memiliki sikap positif yaitu 15 responden (8,3%). 

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Chi-Square Test Dengan Menggunakan SPSS Versi 10 For Windows pada

Page 32: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang  Tahun 2006

Value

df

Asymp-Sig 

(2-sided)

Pearson Chi-

Square

28,324a

2

0,000

= 0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.Dari tabel 4.7 diatas didapatkan

x2 hitung = 28,324a, x2 tabel = 5,99 value yang ditemukan 0,000 yang berarti lebih kecil dari

4.2. Pembahasan

    Pada pembahasan ini akan disajikan hasil penelitian mengenai pengetahuan dengan sikap ibu tentang

cara menyusui serta hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui.

4.2.1    Pengetahuan ibu tentang cara menyusui                       

Berdasarkan hasil analisa data, secara umum pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar,

responden yang masuk dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 33,3 %, cukup baik sebanyak 37,8 %.

    Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang cara menyusui di Desa Ampeldento

yang paling banyak adalah pengetahuan cukup baik 37,8%. Dari kenyataan tersebut menunjukan bahwa

ibu menyusui mampu mengingat, menyebutkan, memahami dan menjelaskan materi tentang cara

menyusui yang benar yang meliputi pengertian, waktu pemberian, jenis ASI, warna kolostrum, manfaat,

keuntungan, cara menyusui. Dalam hal ini ibu menyusui yang berpengetahuan cukup baik lebih

mendominasi dikarenakan 37,8 %  responden berusia 20 - 28 tahun. Faktor usia inilah yang

mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003 : 24) yaitu

dengan bertambahnya usia seseorang, maka  pemikirannya akan semakin berkembang sesuai dengan

pengetahuan yang pernah didapat.

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial budaya. Seperti yang dikemukakan oleh

Notoadmodjo bahwa kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Artinya pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh dari generasi sebelumnya salah satunya orang tua. Dalam hal ini

pendidikan yang dimiliki oleh orang tua sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu menyusui karena

semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang

dimiliki orang tua sehingga pengetahuan yang dapat ditularkan kepada generasi selanjutnya juga semakin

banyak. 

Akan tetapi pada kenyataanya masih ada remaja yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 28,9%.

Hal ini dikarenakan 28,9% sebagian besar 42,2% ibu-ibu berpendidikan SD dan hanya sebagian kecil saja

Page 33: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

yang berpendidikan SMA yaitu 24,4% hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo

(2003 : 24) yaitu dengan pendidikan yang ditempuh maka tingkat pengetahuan seseorang akan

bertambah, sedangkan orang yang memiliki pendidikan rendah pengetahuannya tidak sebaik yang

memiliki pendidikan yang tinggi. 

Sikap ibu tentang cara menyusui

Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis

Kabupaten Malang didapatkan bahwa ibu yang memiliki sikap positif tentang cara menyusui yang benar

adalah 55,6% sedangkan yang mempunyai sikap negatif adalah 44,4%. Sebagian besar ibu-ibu memiliki

sikap yang positif dibuktikan dengan kemampuan menjawab pertanyaan favorable tentang cara menyusui

yang benar dan waktu menyusui yang tepat bagi bayi.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bertindak atau menerapkan konsep teori yang

didapat pada kondisi yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Purwanto (1999 : 66) bahwa

attitude diartikan dengan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap

perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek tadi.

Akan tetapi ibu menyusui yang bersikap negatif  juga masih besar yaitu 44,4 %, dikarenakan faktor yang

mempengaruhi sikap negatif pada umumnya dikarenakan adanya perubahan sikap ibu menyusui yang

terjadi perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan. Hal ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azwar (2003 : 112) bahwa faktor yang mempengaruhi sikap

salah satunya pengalaman pribadi  apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Sehubungan dengan hal itu mengatakan bahwa

tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap

negatif terhadap obyek tersebut. Karena sebagian besar ibu berusia 20 – 28 tahun sebanyak 42,2%.

4.2.3    Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang cara menyusui 

    Pada hasil analisa data hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang

benar dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan nilai signifikan 0,001, dimana angka ini kurang

dari batas signifikan yaitu α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento.

    Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar ini dibuktikan dengan ibu

menyusui yang mempunyai kriteria baik dan cukup baik cenderung lebih mempunyai sikap yang positif

dibanding sikap negatif (tabel 4.6). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui dengan

kriteria baik dan cukup baik akan mempengaruhi sikap mereka yang cenderung lebih positif tentang cara

menyusui yang benar.

    Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 24) bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, oleh karena itu sangat penting untuk

memberikan penyuluhan ataupun konseling sehingga dengan pengetahuan yang cukup ataupun kurang

tersebut. Selain itu sikap juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman pribadi,

kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama (Azwar, 2003 : 112).

4.3     Keterbatasan Penelitian

Page 34: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

    Dalam penelitian ini masih banyak keterbatasan baik yang berasal dari peneliti sendiri maupun yang

dikarenakan oleh hal lain seperti keterbatasan waktu penelitian. Keterbatasan tersebut diantaranya

adalah :

Alat ukur

    Belum ada alat ukur yang terstandart sehingga penelitian ini masih menggunakan alat ukur sendiri. Alat

ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang hanya diuji satu kali, karena keterbatasan

waktu yang dimiliki oleh peneliti. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih dari satu kali pengujian.

Jumlah sampel

    Penelitian mengambil sampel di BPS Ny. Anik Basuki di Desa Apeldento sebanyak 45 ibu menyusui.

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya sampel yang diambil diharapkan lebih banyak lagi, karena

semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan lebih baik lagi.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang cara

menyusui yang benar di desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa :

5.1.1    Pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar adalah cukup baik 

5.1.2    Sikap ibu tentang cara menyusui yang benar adalah positif.

5.1.3    Dari hasil hubungan pengetahuan dengan sikap didapatkan hasil sebagian besar responden

memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap positif, tidak ada responden yang memiliki pengetahuan

tidak baik yang memiliki sikap positif dan negatif. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji

korelasi Chi Square pada penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang

benar didapatkan X2hitung lebih besar dari X2tabel yang berarti bahwa H0 ditolak dan dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang cara menyusui yang benar.

5.2 Saran

5.2.1     Bagi Tenaga Kesehatan

Hendaknya dapat memberikan informasi yang berkelanjutan kepada ibu –ibu menyusui tentang cara

menyusui yang benar. Informasi dapat diberikan melalui penyampaian materi pada saat ada pertemuan

PKK ataupun kesempatan lain yang memungkinkan.

5.2.2     Bagi Peneliti yang lain

Peneliti lain yang tertarik dengan pokok bahasan ini diberikan kesempatan untuk lebih mengembangkan

hasil penelitian ini yaitu hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.

5.2.3    Bagi profesi kebidanan

    Dari hasil ini supaya dapat dijadikan masukan untuk seluruh bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar dalam hal meningkatkan mutu

kesehatan.

Page 35: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ke 12. Edisi Revisi

V. Jakarta, Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (1998). Perilaku Manusia Untuk Keperawatn. Jakarta, EGC.

Depkes RI. (1998). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta,

Direktorat Bina kesehatan Kesehatan.

Huliana, Mellyana. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan . Jakarta , Puspa Swara.

Ladewig, Patricia. (2006). Asuhan Keperawatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta , EGC.

Lee, Kerrie. (2006). Segala Suatu Tentang Payudara. Jakarta, Arcan.

Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta, EGC.

Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis  Metodologi Penelitian. Jakarta, CV Sagung Seto.

Page 36: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Soetiningsih . (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Keshatan. Jakarta, EGC.

Verralls, Sylvia. (2003). Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan Edisi 3. Jakarta, EGC.

Widayatun, Tri Rusmi.. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta, CV Sagung Seto.

WWW. By Pusat Data Dan Informasi @ Departemen kesehatan 2005. Com

Lampiran 2

Surat Ijin Penelitian

Malang Oktober 2006

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini saya selaku Bidan Anik Basuki menyatakan bahwa mahasiswa Akbid

Widyagama Husada Malang :

    Nama        : Anik Sri Mulyani

    Nim        : 0302.05

Judul    : Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Diizinkan untuk mengambil data pada bulan September 2006  BPS Ny Anik Basuki Desa Ampeldento

Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

Demikian surat keterangan kami buat dengan sebenar-benarnya.

Bidan Pimpinan 

BPS Ny. Anik Basuki

  

                                

Lampiran 4

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

( Informed Consent )

Yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama        :

Page 37: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

    Umur        :

    Alamat        :

Setelah mendapat informasi tetang tujuan dan manfaat penelitian ini, maka saya bersedia/ tidak bersedia

*).

Untuk berperan serta sebagai responden.

Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan bertanggung jawab

atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian hari.

Malang,

Yang bersangkutan

(Responden)

Ket :

*) Coret yang tidak perlu

Lampiran 3

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama        : Anik Sri Mulyani

Nim        : 0302.05

Mahasiswa Akademi Kebidanan Widya Gama Husada Malang

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu

Tentang Cara Menyusui Yang Benar  “

Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan ibu-ibu untuk menjadi responden dengan

mengisi kuisioner yang akan kami berikan cara memilih salah satu pertanyaan yang benar dan jawaban

dari ibu-ibu akan kami jaga kerahasiaanya.

Atas kesediaan dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Demikian permohonan ini kami buat, atas parhatiannya dan kesediaanya kami sampaikan terima kasih.

            

                                Hormat Saya

(Anik Sri Mulyani )

Lampiran 5

KISI-KISI

KUISIONER PENELITIAN

Page 38: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

NO

VARIABEL

KONSEP/KATEGORI

NO. ITEM

1

Tingkat Pengetahuan

1. Pengertian

2. Waktu Pemberian

    3. Jenis ASI

4. Warna Kolostrum

    5. Manfaat

    6. Keuntungan

7.  Cara menyusui

8.  Posisi dalam menyusui

9. Cara mengatasi

permasalahan 

1, 2

3, 6, 7, 11

4

5

8, 10

9

 13, 16

14

18

2. 

Sikap

Favorable

Unfavorable

1, 2, 4, 7, 8, 9

3, 5, 6, 10

Page 39: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Lampiran 7

KUNCI JAWABAN KUISIONER

TINGKAT PENGETAHUAN

Kuisioner B        

No Soal

Kunci Jawaban

1

 2

3

4

5

6

7

8

9

10

 11

12

13

14

15

A

A

A

A

B

A

A

A

B

A

A

A

A

A

C

Page 40: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Lampiran 6

Kuisioner Penelitian

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan

Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

DATA UMUM

Kode Responden    :

Nama Ibu    :

Umur    :    Tahun

Alamat    :

Pendidikan Ibu

    Tidak Sekolah                Tamat SMP                

    Tidak tamat SD            Tamat SMA    

    Tamat SD                Perguruan Tinggi

Pekerjaan Ibu

    IRT                    PNS            

    Petani/Buruh                Lain-lain

    Wiraswasta

Page 41: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Pilihlah jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini :

PENGETAHUAN

Kepanjangan dari ASI adalah 

Air Susu Ibu

Air yang keluar dari payudara

Tidak tahu

Apa yang dimaksud dengan ASI 

Makanan paling baik bagi bayi

ASI untuk pertumbuhan bayi

ASI meningkatkan kecerdasan    

ASI Eksklusif  adalah ASI yang diberikan pada bayi usia

0-6 bulan

4 bulan saja

> 6 bulan

ASI yang pertama kali keluar disebut

Kolostrum 

ASI basi

Kotoran 

Warna dari kolostrum adalah

Putih 

Kuning-kekuningan

Merah

ASI diberikan pada waktu

Segera setelah lahir

2 jam setelah bayi lahir

3 jam setelah bayi lahir    

ASI diberikan setiap

2 jam sekali

3 jam sekali

4 jam sekali        

Apa manfaat pemberian ASI Eksklusif terhadap bayi

ASI sebagai nutrisi dan meningkatkan kecerdasan 

Makanan Tambahan

Menghindari bayi dari kegemukan

Kelebihan ASI dibanding susu lain

Suhunya cocok untuk bayi

Mengandung gizi yang tinggi

Menambah berat badan bayi

Apakah Manfaat dari kolostrum

Untuk kekebalan pada bayi

Page 42: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

Menjaga keseimbangan tubuh bayi

Menambah berat badan bayi

Bila bayi tertidur, pada jadwal pemberian ASI maka ibu

Membangunkan bayi

Membiarkan 

Bayi disusui jika bangun    

Cara menyusui bayi yaitu dengan

Memberikan ASI secara bergantian payudara kanan dan kiri

Kanan saja

Kiri saja        

Posisi menyusui yang benar adalah

Dengan setengah duduk bayi dipangku

Tidur

Berdiri

Untuk mencegah lecet dan nyeri sebaiknya tindakan kita:

Oles putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sesudah menyusui

Menggunakan BH yang terlalu ketat

Putting dibersihkan dengan sabun

Berapa lama ASI disusukan :

10 – 15 menit

5 – 10 menit

10 – 15 menit atau sesuai kebutuhan pada payudara

Kuisioner C

Petunjuk Menjawab

Baca pertanyaan dengan benar dan teliti 

Berilah tanda ( √ ) pada kolom disebelah kanan pertanyaan yang sesuai dengan pendapat anda

SS    : Sangat Setuju

S    : Setuju

RR    : Ragu – Ragu

TS    : Tidak Setuju

STS    : Sangat Tidak Setuju

Pernyataan

SS

S

RR

TS

Page 43: Hubungan Antara Pengetahuan Denagan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar

STS

Menyusui dilakukan setiap 2 jam sekali.

Segera setelah lahi, bayi langsung disusui.

Cara menyusui yang benar adalah dengan posisi tidur.

Menyusui bayi dengan cara bergantian payudara kanan dan kiri.

Setelah menyusui bayi terus menangis, ibu memberikan makanan tambahan.

Jika putting susu sakit pada saat menyusui maka ibu tidak akan menyusui bayinya lagi.

Jika bayi diare maka pemberian ASI diteruskan.

Ibu selalu membersihkan payudara jika akan disusui dan setelah menyusui

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.

Cara membersihkan payudara yaitu dengan sabun setiap kali mandi.