66
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN SKRIPSI UNIVERSITAS HASANUDDIN APRIL 2013 HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN AKTIVITAS MELIHAT JARAK DEKAT DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA PELAJAR SMK. ST PATRICK DI SABAH, MALAYSIA DISUSUN OLEH : Nuraysha Nurullah C 111 08 803 PEMBIMBING : dr. Irwin Aras, M. Epid DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN SKRIPSI

UNIVERSITAS HASANUDDIN APRIL 2013

HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN

AKTIVITAS MELIHAT JARAK DEKAT DENGAN KEJADIAN MIOPIA

PADA PELAJAR SMK. ST PATRICK DI SABAH, MALAYSIA

DISUSUN OLEH :

Nuraysha Nurullah

C 111 08 803

PEMBIMBING :

dr. Irwin Aras, M. Epid

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Abstrak BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

SKRIPSI, APRIL 2013

NURAYSHA BINTI NURULLAH

HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN

AKTIVITAS MELIHAT JARAK DEKAT DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA

PELAJAR SMK. ST. PATRICK DI SABAH, MALAYSIA

xi + 40 halaman + 4 tabel + 2 lampiran

Latar Belakang: Kelainan tajam penglihatan terutama miopia pada anak usia sekolah

merupakan masalah kesehatan yang penting. Deteksi dini dan publikasi mengenai

prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia pada pelajar sekolah

menengah di Sabah, Malaysia masih jarang dilakukan.

Metode: Penelitian ini bersifat analitik, dilaksanakan pada 11- 22 Maret 2013 di Sekolah

Menengah Kebangsaan Saint Patrick di Sabah, Malaysia bertujuan untuk memperoleh

hubungan antara jenis kelamin, faktor genetik, dan aktivitas melihat jarak dekat dengan

kejadian miopia. Sebanyak 49 responden sebagai sampel penelitian didapatkan dengan

menggunakan metode total sampling. Data hasil penelitian berupa data primer yang

diperoleh dengan melakukan pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan kartu Snellen

dan dari kuisioner. Data diolah dengan program SPSS 17.0, Microsoft Excel kemudian

diketik dengan program komputer Microsoft Word, disajikan dalam bentuk tabel disertai

penjelasan.

Hasil Penelitian: Prevalensi kelainan miopia (visis kurang dari 6/6) didapatkan sebesar

42.86%. Dari seluruh subyek yang mengalami miopia didapatkan sebesar 57.1%

perempuan dan sebanyak 42.9% laki-laki. Subyek yang memiliki anggota keluarga

berkacamata rabun jauh sebesar 85.71%. Didapatkan hubungan yang bermakna antara

aktivitas membaca buku dan menonton TV dengan kejadian miopia (p=0.001 dan

p=0.001). Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, faktor

genetik, aktivitas menggunakan komputer dan bermain video game dengan kejadian

miopia pada pelajar SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia.

Saran: Institusi pendidikan dan bidang kesehatan diharapkan menkaji lebih jauh faktor-

faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian miopia pada pelajar sekolah. Perencanaan

program pendidikan harus dilibatkan dalam mengamalkan perilaku aktivitas melihat jarak

dekat seperti membaca buku yang betul pada pelajar. Juga perlu dilakukan survei secara

teratur di setiap sekolah agar dapat dikenal pasti permasalahan yang mendasari supaya

bisa cepat ditanggulangi sebelum menjadi lebih parah.

Kata kunci: aktivitas melihat dekat, anak usia sekolah, miopia, jenis kelamin, faktor

genetik

Kepustakaan: 32 (1995-2012)

Page 3: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Abstract PUBLIC HEALTH DEPARTMENT

MEDICAL FACULTY

HASANUDDIN UNIVERSITY

APRIL 2013

NURAYSHA BINTI NURULLAH

THE RELATIONSHIP BETWEEN SEX, GENETIC FACTOR AND NEAR

WORK ACTIVITY WITH PREVALENCE OF MYOPIA FOR THE

STUDENTS OF SMK. ST. PATRICK AT SABAH, MALAYSIA

xi + 40 pages + 4 tables + 2 attachments

Backgrounds: Visual impairment especially myopia in school age students is a

very important health problem. There is lack of publication on early detection and

prevalence of myopia and its related factors in Sabah, Malaysia.

Methods: This is an analytic study, held on 11 to 22 March 2013 at Sekolah

Menengah Kebangsaan Saint Patrick at Sabah, Malaysia aims to obtain the

relationship between sex, genetic factor and near work activity with the

prevalence of miopia. A total of 49 respondents a the sample obtained using total

sampling method. Research data in the form of primary data obtained by assessing

visual acuity using Snellen chart and questionnaires. Data processed with the

program SPSS 17.0, Microsoft Excel and then typed by the computer program

Microsoft Word, are presented in tables and accompanied by an explanation.

Research Results: The result indicated that 42.86% of the students had myopia.

From all of the respondents who had myopia, 57.1% were female and 42.9% were

male. There were 85.71% respondents who had family history of myopia. There

were relationship between reading book and watching television with the

prevalence of myopia (p=0,001 and p=0001). There was no association between

sex, genetic factor, using computer and playing video game with the prevalence of

myopia of the students of SMK. ST. Patrick at Sabah, Malaysia.

Suggestions: Institution of education and health sector is expected to further

examine other factors that influence the prevalence of myopia in school age

students. Education program should be involved in the promotion of good near

work activity for example while reading book especially on students. Survey also

needs to be done regularly at each school to identify the underlying problem so it

can be overcomed before it becomes more severe.

Keywords: near work activity, school age students, myopia, sex, genetic factor

References: 32 (1995-2012)

Page 4: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan tugsa kepaniteraan klinik pada

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Jutaan terima kasih dengan tulus ikhlas kepada ayahanda Nurullah b.

Sabadin dan ibunda Nursiah Fung, beserta saudara-saudaraku tersayang,

Syamsyari, Mariza, Azlina dan Faizal yang telah dengan sabar, tabah dan penuh

kasih sayang serta selalu memanjatkan doa dan dukungannya selama masa studi

penulis sekalipun terpisah oleh jarak.

Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

mendalam kepada Bapak dr. Irwin Aras, M. Epid, selaku pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar memberikan arahan, koreksi

dan bimbingannya tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau

berikan merupakan kesempatan berharga bagi penulis untuk belajar.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, juga penulis sampaikan

kepada:

1. Ketua bagian dan seluruh staf Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin, Makassar.

2. Pimpinan dan staf-staf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Makassar.

3. Seluruh keluarga dan dosen-dosen penulis yang juga telah memberikan

dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat terdekat saya penulis NurAfeeza, NurAniessa dan Azila Aidawati

yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.

5. Teman-teman seminggu penulis di Bagian IKM-IKK.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan,

untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari

semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala

keterbatasan yang ada, mudah-mudahan skripsi ini ada manfaatnya. Akhirnya

penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan imbalan yang

setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi

ini. Amin.

Makassar, 14 April 2013

Penulis

Page 6: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN CETAK,............................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian

1.1.1 Tujuan Umum................................................................................. 3

1.1.2 Tujuan Khusus................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata.................................................................................................... 5

2.1.1 Kornea Mata....................................................................................... 5

2.1.2 Sklera.................................................................................................. 6

2.1.3 Uvea................................................................................................... 7

2.1.4 Lensa.................................................................................................. 7

2.1.5 Badan Kaca........................................................................................ 8

2.1.6 Retina................................................................................................. 8

2.2 Akomodasi........................................................................................................ 9

2.3 Refraksi........................................................................................................... 10

2.4 Emetropia........................................................................................................ 10

2.5 Ametropia........................................................................................................ 10

2.6 Kelainan Refraksi............................................................................................ 11

2.7 Miopia

2.7.1 Definisi............................................................................................. 13

2.7.2 Epidemiologi.................................................................................... 13

2.7.3 Etiologi............................................................................................. 13

2.7.4 Patofisiologi..................................................................................... 14

2.7.5 Faktor Risiko.................................................................................... 15

2.7.6 Klasifikasi........................................................................................ 16

2.7.7 Manifestasi Klinis............................................................................ 17

2.7.8 Diagnosis......................................................................................... 17

2.7.9 Penatalaksanaan............................................................................... 18

2.7.10 Komplikasi..................................................................................... 18

Page 7: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2.7.11 Pencegahan..................................................................................... 19

2.8 Aktivitas melihat dekat................................................................................... 20

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel Penelitian.............................................................. 22

3.2 Kerangka Konseptual

3.2.1 Variabel Independen........................................................................ 22

3.2.2 Variabel Dependen........................................................................... 22

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Miopia.............................................................................................. 23

3.2.2 Jenis Kelamin................................................................................... 23

3.3.3 Faktor Genetik.................................................................................. 23

3.3.4 Membaca Buku................................................................................ 24

3.3.5 Menonton TV................................................................................... 24

3.3.6 Menggunakan Komputer.................................................................. 24

3.3.7 Bermain video game......................................................................... 25

3.4 Hipotesis Penelitian

3.4.1 Hipotesis Nol (HO)........................................................................... 25

3.4.2 Hipotesis Alternatif (Ha).................................................................. 26

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian................................................................................................ 27

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................... 27

4.3 Populasi dan Sampel....................................................................................... 27

4.4 Kriteria Sampel

4.4.1 Kriteria Inklusi................................................................................. 27

4.4.2 Kriteria Eklusi.................................................................................. 28

4.5 Cara Pengambilan Sampel.............................................................................. 28

4.6 Pengumpulan Data.......................................................................................... 28

4.7 Pengolahan Data.............................................................................................. 28

4.8 Penyajian Data................................................................................................ 28

4.9 Analisis Data................................................................................................... 28

4.10 Aspek Etika Penelitian.................................................................................. 30

4.11 Alur Penelitian.............................................................................................. 31

Page 8: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa Univariat

5.1.1 Gambaran TajamPenglihatan Pelajar............................................ 32

5.1.2 Distribusi Subyek Menurut Jenis Kelamin dan Faktor Genetik.... 33

5.1.3 Distribusi Subyek Menurut Aktivitas Melihat Jarak Dekat.......... 33

5.2 Analisa Bivariat......................................................................................... 34

5.3 Pembahasan

5.3.1 Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian miopia.............. 35

5.3.2 Hubungan antara fakor genetik dengan kejadian miopia.............. 36

5.3.3 Hubungan antara aktivitas melihat jarak dekat dengan kejadian

miopia............................................................................................ 37

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan..................................................................................................... 40

6.2 Saran................................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1.1 Gambaran Tajam Penglihatan Pelajar................................................ 32

Tabel 5.1.2 Distribusi Subyek Menurut Jenis Kelamin dan Faktor Genetik........ 33

Tabel 5.1.3 Distribusi Subyek Menurut Aktivitas Melihat Jarak Dekat............... 33

Tabel 6.2 Hubungan antara Jenis Kelamin, Faktor Genetik dan Aktivitas Melihat

Dekat dengan Kejadian Miopia pada pelajar SMK. ST. Patrick di Sabah,

Malaysia.................................................................................................... 34

Page 10: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Anatomi mata........................................................................................ 5

Gambar 2: Lapisan-lapisan kornea.......................................................................... 6

Gambar 3: Retina.................................................................................................... 8

Gambar 4: Mata miop........................................................................................... 11

Gambar 5: Mata hipermetrop................................................................................ 12

Gambar 6: Mata astigmat...................................................................................... 12

Page 11: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang memiliki

prevalensi tinggi di dunia. Kejadian miopia semakin lama semakin meningkat

dan diestimasikan bahwa separuh dari penduduk dunia menderita miopia pada

tahun 2020. 1 Di Amerika Serikat, berdasarkan data yang dikumpulkan dari

7,401 orang berumur 12-54 tahun oleh National Health and Nutrition

Examination Survey pada tahun 1971-1972, diperkirakan prevalensi miopia di

Amerika Serikat sebanyak 25%. Bila dibandingkan dengan Amerika Serikat,

Asia merupakan daerah yang memiliki prevalensi miopia yang lebih tinggi,

terutama pada masyarakat Jepang dan Cina. Pada awal 1930, Rasmussen

memperkirakan prevalensi miopia kira-kira 70% di Cina, tetapi prosedur

pengambilan datanya tidak jelas dan rinci. Di Taiwan, sekitar 4000 anak

sekolah didiagnosis mengalami kelainan refraksi dengan sikloplegia pada

sebuah survey tahun 1983. Ada peningkatan prevalensi miopia seiring dengan

peningkatan umur, dari 4% dari umur 6 tahun sampai 40% pada umur 12

tahun. Lebih dari 70% dari umur 17 tahun dan lebih dari 75% pada umur 18

tahun.2 Di Indonesia dari seluruh kelompok umur, kelainan refraksi (12,9%)

merupakan penyebab low vision/ penglihatan terbatas terbanyak kedua setelah

katarak (61,3%). 3

Tingginya prevalensi ini mendorong para peneliti untuk melakukan

penelitian tentang terkaitan faktor genetik dan lingkungan terhadap miopia.

Namun, sampai saat ini isu tentang hubungan antara lingkungan (aktivitas

melihat jarak dekat) dan genetik dengan miopia masih sangat krusial dan

belum dimengertikan sepenuhnya.

Banyak kasus yang dapat digunakan untuk memperlihatkan bahwa

kelainan refraksi ditentukan secara genetik. Anak dengan orang tua yang

miopia cenderung mengalami miopia (P=0,001). Hal ini cenderung mengikuti

pola dose-dependent pattern. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua

Page 12: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

orang tua miopia adalah 32,9% berkurang sampai 18,2% pada anak dengan

salah satu orang tua yang miopia dan kurang dari 6,3% pada anak dengan

orang tua tanpa miopia.4 Sekarang ini, adanya lokus genetik telah dibuktikan

berhubungan dengan miopia patologi. Dari penelitian lain didapatkan bahwa

orang yang mempunyai polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopia

yang ekstrem (> 10D), sedangkan orang yang tidak mempunyai gen ini hanya

mengalami miopia tinggi (6-10D) dengan sampel merupakan mahasiswa

kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan.

Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami miopia juga

merupakan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata. 5

Menurut Omar, yang melakukan penelitian pada pelajar sekolah di Perak

untuk mengidentifikasi penyebab gangguan penglihatan pada pelajar.

Diketahui bahwa, kebiasaan membaca dan menonton televisi pada jarak yang

dekat untuk waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada mata di

kalangan pelajar. 6 Melalui satu penelitian yang dilakukan oleh Chung pada

tahun 1996, prevalensi miopia di kalangan pelajar Cina di Malaysia yang

berumur 6-12 tahun adalah sebanyak 33%, dan prevalensi ini meningkat

menjadi 50% pada umur antara 13-18 tahun. Untuk pelajar Melayu,

didapatkan prevalensi miopia di antara umur 7-12 tahun adalah sebesar 8%

dan meningkat menjadi 20% pada umur 13-18 tahun. 7

Tingkat pendidikan sering digunakan untuk menghubungkan lamanya

waktu beraktvitas dalam melihat jarak dekat dengan miopia pada orang-orang

yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan penelitian ini, orang-orang yang

berpendidikan tinggi lebih banyak mengalami miopia.8 Penelitian cross

sectional di Yunani menunjukan prevalensi miopia yang meningkat pada

orang yang memiliki pendidikan tinggi.9 Sedangkan penelitian yang dilakukan

pada komunitas di Hong Kong menunjukkan miopia lebih sering terjadi pada

subjek yang bersekolah, dengan risiko terbesar pada anak-anak yang masuk

sekolah pada umur yang lebih muda dan anak-anak yang lebih banyak

menghabiskan waktunya pada membaca dan menulis.10

Peneliti di Singapura

mengamati bahwa anak yang menghabiskan waktunya untuk membaca,

Page 13: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

menonton TV, bermain video game dan menggunakan komputer lebih banyak

mengalami miopia. 11

Sekolah Menengah Kebangsaan Saint Patrick Sabah, Malaysia atau nama

ringkasnya SMK. ST Patrick, yang merupakan sebuah sekolah menengah

yang memiliki pelajar seramai kurang lebih 400 orang pelajar berdasarkan

data pada tahun 2009. Sekolah ini mendapat anugerah apabila menjadi sekolah

terbaik dalam pencapaian pelajarnya pada ujian Penilaian Menengah Rendah

(PMR) dan ujian Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) pada tahun 2008, sekaligus

meningkatkan usaha sekolah untuk meningkatkan prestasi pencapaian sekolah

secara umumnya dan pelajar khasnya.

Dari hal-hal di atas, dapat diketahui bahwa pengaruh akivitas melihat jarak

dekat dan faktor genetik terhadap miopia belum sepenuhnya dapat dibuktikan.

Selain itu, terdapat kecenderungan pelajar mengalami miopia. Oleh karena itu,

peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang miopia dan hubungannya dengan

faktor genetik dan aktivitas melihat jarak dekat. Untuk melihat hubungan ini,

peneliti melakukan penelitian di SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, rumusan masalah yang ingin

diangkat oleh peneliti adalah:

“Bagaimanakah hubungan antara jenis kelamin, faktor genetik dan

aktivitas melihat jarak dengan dengan kejadian miopia pada pelajar SMK. ST.

Patrick di Sabah, Malaysia pada tahun 2013? “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, faktor genetik

dan aktivitas melihat jarak dekat dengan kejadian miopia pada pelajar

SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia pada tahun 2013.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalensi miopia.

b. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian

miopia.

c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor genetik dengan kejadian

miopia.

d. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan membaca dalam jarak

dekat dengan kejadian miopia.

e. Untuk mengetahui hubungan antara menonton televisi dalam jarak

dekat dengan kejadian miopia.

f. Untuk mengetahui hubungan antara menggunakan komputer dalam

jarak dekat dengan kejadian miopia.

g. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan bermain video game

dalam jarak dekat dengan kejadian miopia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Program

Sebagai sumbangan bahan pemikiran dan bahan masukan pada pihak

sekolah dan Dinas Kesehatan.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi dan

sumbangan ilmiah bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi penulis

Mengembangkan kemampuan dan minat peneliti dalampenelitian

Menambah pengalaman yang sangat berharga dalam

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku

kuliah melalui penelitian lapangan.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi mata

Gambar 1: Anatomi mata. Dikutip dari kepustakaan 12.

2.1.1 Kornea

Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya, merupakan

jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Tebal kornea rata-rata

orang dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian

tengah (terdapat variasi menurut ras), diameter horizontalnya sekitar 11,75

mm dan vertikalnya 10,6 mm. Kornea berfungsi sebagai membran

pelindung dan merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata

menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah

di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu:

Epitelium kornea, lapisan tipis yang terdiri dari banyak jaringan di

mana punya kemampuan untuk tumbuh dengan cepatnya dan selalu

menjaga kelmbapan dengan adanya air mata.

Membran Bowman, sebuah lapisan atau jaringan kolagen yang

melindungi stroma.

Stroma, lapisan yang paling tebal di bagian tengah.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Membran Descement, lapisan di belakang yang merupakan lapisan

tipis

Endotelium, lapisan paling belakang yang terdiri dari satu lapisan

mitokondria.13

Gambar 2: Lapisan-lapisan kornea. Dikutip dari kepustakaan 13

2.1.2 Sklera

Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai

pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan

tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata dan tebal

1 mm. Permukaan luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan

yang elastis dan halus, yaitu episklera yang banyak mengandung pembuluh

darah yang mendarahi sklera sedangkan pada permukaan sklera bagian

dalam terdapat lapisan pigmen berwarna coklat, yaitu lamina fuska yang

membatasi sklera dengan koroid. 14

Page 17: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2.1.3 Uvea

Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh

kornea dan sklera yang terdiri dari 3 bagian, yaitu: 14

1. Iris, merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai

permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat

ditengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan

untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata

secara otomatis dengan mengecilkan dan melebarkan pupil. Pupil

dapat mengecil akibat suasana cahaya yang terang dan melebar

akibat suasana cahaya yang gelap yang dipengaruhi oleh persarafan

simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis).

2. Badan siliar, merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi

mengubah tegangan kapsul lensa sehingga dapat fokus untuk objek

dekat atau jauh dalam lapang pandang dan mempunyai sistem

ekskresi yang terdiri dari dua bagian, yaitu korona siliar yang

bekerut-kerut dengan tebal 2 mm dan pars plana yang lebih halu

dan rata dengan tebal 4 mm.

3. Koroid, merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina

dan sklera yang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah

yang sangat besar, berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina

bagian terluar yang terletak di bawahnya. Bagian dalam pembuuh

darah koroid disebut koriokapilaris. 14

2.1.4 Lensa

Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskular dan terletak di

belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya yang dapat menebal dan

menipis pada saat terjadi akomodasi (terfokusnya objek dekat pada retina)

dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm yang mempunyai sifat kenyal atau

lentur dan jernih (transparan). Kapsul lensa adalah membran

semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. 65% lensa terdiri

atas air dan 35% protein. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum

Page 18: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii. Seiring dengan

bertambah usia, lensa perlahan menjadi lebih besar dan kurang elastis.15

2.1.5 Badan kaca

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang

terletak antara lensa dan retina. Badan kaca bersifat semicair yang

mengandung 99% air dan 1% terdiri dari dua komponen, yaitu kolagen dan

asam hialuron. Fungsi badan kaca adalah mempertahanakan bolamata agar

tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina. 15

2.1.6 Retina

Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung

reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina dialiri darah dari 2

sumber, yaitu lapisan koriokapiler yang mengaliri darah pada 2/3 bagian

luar retina, sedangkan 2/3 bagian dalam retina dialiri darah dari cabang-

cabang arteri retina sentral. Warna retina biasanya jingga dan kadang pucat

pada anemia serta merah pada hiperemia. Lapisan retina mulai dari sisi

dalamnya terdiri atas membran limitans eksterna, lapisan sel saraf, lapisan

sel ganglion, lapisan pleksiform dalam, lapisan inti dalam badan sel

bipolar, amakrin dan horizontal, lapisan pleksiform luar, lapisan inti luar

sel fotoreseptor, membran limitans eksterna, lapisan fotoreseptor segmen

dalam dan luar batang dan kerucut dan epitel pigmen retina. 15

Gambar 3: Retina. Dikutip dari kepustakaan 16.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2.2 Akomodasi

Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak dekat karena

kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya. Elastisitasnya yang alami

memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat tergantung

tegangan serat zonula di kapsul lensa yang dikendalikan oleh aktivitas otot

siliaris yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.15

Kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot

siliar disebut akomodasi. Dengan berakomodasi maka benda pada jarak

yang berbeda akan terfokus pada retina. Akibat akomodasi, daya pmbiasan

lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai

kebutuhan dan diatur oleh refleks akomodasi, makin dekat benda makin

kuat mata harus berakomodasi. Kemampuan mata berakomodasi berkurang

pada pertambahan umur.14

Ketika otot siliaris relaksasi, ligamentum

suspensorium tegang dan menarik lensa sehingga berbenuk gepeng dengan

kekuatan refraksi minimal. Ketika berkontraksi, tegangan ligamentum

mengendur dan kurang mendapat tarikan sehingga lensa berbentuk lebih

bulat dengan kekuatan refraksi maksimal. Pada mata normal, otot siliaris

relaksasi dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut

kontraksi dan lensa menjadi lebih cembung untuk penglihatan dekat. Pada

miopia, karena bola mata terlalu panjang, atau lensa terlalu kuat, sumber

cahaya jauh difokuskan di depan retina.17

Kekuatan akomodasi ditentukan

dengansatuan dioptri, lensa 1 dioptri mempunyai titik fokus pada jarak 1

meter. Dikenal 2 titik pada refraksi mata, yaitu:

Titik dekat atau pungtum proksimum, merupakan satu titik terdekat

di mana mata dapat melihat jelas dengan akomodasi kuat.

Titik jauh atau pungtum remotum, merupakan titik terjauh yang

masih dapat dilihat dengan jelas. Pada mata dengan miopia maka

titik terjauh yang masih dapat dilihat akan lebih dekat dibanding

normal.14

Page 20: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2.3 Refraksi

Gelombang cahaya mengalami divergensi ke semua arah dari setiap titik

sumber cahaya. Gerakan ke depan suatu gelombang cahaya dalam arah

tertentu disebut berkas cahaya. Berkas cahaya divergen yang mencapai mata

harus dibelokkan ke dalam untuk difokuskan di retina agar dihasilan suatu

bayangan akurat mengenai sumber cahaya yang disebut refraksi. Dua

struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea

dan lensa.17

Kornea mempunyai daya pembiasan cahaya terkuat

dibandingkan bagian mata lainnya dan lensa memegang peranan

membiaskan sinar terutama saat melakukan akomodasi atau bila melihat

benda dekat.14

Struktur pada mata harus membawa bayangan sudah terfokus

di retina agar penglihatan jelas. Apabila suatu bayangan sudah terfokus

sebelum mencapai retina atau belum terfokus sewaktu mencapai retina,

bayangan tersebut tampak kabur.

2.4 Emetropia

Tidak ada kelainan refraksi, memiliki fokus yang optima untuk penglihtan

jauh. 15

Daya bias mata normal, di mana sinar jauh difokuskan sempurna di

makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Mata emetropia akan mempunyai

penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. 14

2.5 Ametropia

Adany kelainan refraksi, memerlukan lensa koreksi agar terfokus dengan

baik untuk melihat jauh. 15

Keadaan pembiasan mata dengan panjang bola

mata yang tidak seimbang hal ini akan terjadi akibat kelainan kekuatan

pembiasan sinar media penglihatan atau keliainan bentuk bola mata. Pada

keadaan ini bayangan pada retina tidak erbentuk sempurna. Dikenal

berbagai bentuk ametropia seperti:

1. Ametropia aksial

Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata terlalu panjang

atau pendek sehingga bayangan difokuskan di depan atau di belakang

retina. Kekuatan refraksi mata ametropia aksial adalah normal. 14

Page 21: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2. Ametropia refraktif

Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila

daya bias kuat maka bayangan benda di depan retina (miopia) atau daya

bias lemah maka bayangan di belakang bola retina (hipermetropia

refraktif). Kelainan ini dapat terletak pada kornea atau lensa. 14

3. Ametropia kurvatur

Ametropia kurvatur disebabkan kelengkungan kornea atau ensa yang

tidak normal sehingga terjadi perubahan pembiasan sinar. Kecembungan

kornea lebih besar akan mengakibatkan pembiasan lebih kuat sehingga

bayangan dalam mata difokuskan di depan bintik kuning dan akan

menjadi miopia. 14

2.6 Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah keadaan di mana bayangan tegas tidak terbentuk

pada retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi

ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan

bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar

pada titik yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan

kornea dan lensa sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan

refraksi sinar tidak dibiaskan pada titk kuning tetapi dapat di depan atau di

belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu tutuk yang tajam

kelainan refraksi dikenal dalam bentuk: 14

1. Rabun jauh (miopia)

Gambar 4: Mata miop. Dikutip dari kepustakaan 18.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2. Rabun dekat (hipermetropia)

Gambar 5: Mata hipermetrop. Dikutip dari kepustakaan 18.

3. Mata dengan silinder (astigmatisme)

Gambar 6: Mata astigmat. Dikutip dari kepustakaan 18.

Penderita dengan kelainan refraksi akan memberikan keluhan berikut:

Sakit kepala terutama di daerah tengkuk atau dahi

Mata berair

Cepat mengantuk

Mata terasa perih

Penglihatan kabur

Page 23: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Mengedip lebih kurang dibanding dengan orang normal (4-6

kali/menit) 14

2.7 Miopia

2.7.1 Definisi

Miopia (rabun jauh) adalah suatu kondisi di mana objek yang jauh

tidak jatuh tepat pada retina oleh sitem optik mata karena sinar sudah

menyatu sebelum sampai ke retina. 19

Titik fokus sinar yang datang dari

benda yang jauh terletak di depan retina dan titik jauh terletak lebih dekat

atau sinar datang tidak sejajar. 14

Penderita miopia biasanya memiliki bola

mata terlalu panjang dan kornea yang terlalu berkurva atau kekuatan

pembiasan media refraksi terlalu kuat. Kelainan ini diperbaiki dengan

lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur

tepat jatuh di retina. Kelainan refraksi diukur salam satuan dioptri (D) dan

miopia diberi tanda minus (-).20

2.7.2 Epidemiologi

Prevalensi miopia di Eropa dan Amerika 30-40%, Afrika 10-20% dan

Asia 70-90%. Di Jepang diperkirakan lebih dari 1 juta penduduk menderita

gangguan penglihatan dihubungkan dengan miopia derajat berat.

Berdasarkan bukti tersebut, prevalensi miopia meningkat terutama di

Asia.20

Survei pada tahun 2001 oleh Sa dkk mendapatkan prevalensi

miopia sebesar 26,1% pada penduduk Riau, Indonesia.3

Prevalensi miopia

meningkat pada usia sekolah dan dewasa muda, mencapai 20-25% pada

populasi remaja dan 25-35% pada dewasa muda di Amerika Serikat dan

negara berkembang dan menjadi lebih tinggi di beberapa negara Asia.

2.7.3 Etiologi

Miopia terjadi karena bola mata terlalu panjang saat bayi. Dikatakan

pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung,

maka semakin besar kemungkinan mengalami miopia. Hal itu karena mata

sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan. Pada

Page 24: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau

kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa jenis

miopia seperti: 19

1. Media refraktif, miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias

media penglihatan, disebabkan oleh penyimpangan tertentu sifat optik

dari sistem lensa mata, misalnya kelainan kelengkungan kornea atau

indeks bias tertentu dari lensa seperti terjadi pada katarak intumesen di

mana lensa menjadi dangat cembung sehingga pembiasan lebih kuat. 14

Sama dengan miopia bias atau miopia indeks yang terjadi akibat

pembiasan media penglihatan kornea dan lensa terlalu kuat.

2. Media aksial, miopia yang terjadi akibat memnajnagnya sumbu bola

mata dibandingkan dengan kelengkungan kornea dan lensa yang

normal yaitu melebihi 24 mm. Dalam hal ini rasio panjang mata

(anteroposterior) dengan lebar mata (transversal) lebih besar dari 1.

Panjangnya sekitar 1 mm sesuai dengan -3.0 D. Peningkatan panjang

mata dikatakan terjadi hanya pada siang hari. 19

2.7.4 Patofisiologi

Pada saat bayi baru lahir, kebanyakan bayi memiliki mata hiperopia

namun saat pertumbuhan mata kurang menjadi hiperopia dan pada usia 5-8

tahun menjadi emetropia. Proses untuk mencapai ukuran emetropia ini

disebut emetropisasi. Pada anak dengan predisposisi miopia, proses ini

berlanjut namun mereka menderita miopia derajat ringan pada awal

kehidupan. Orang yang tidak mempunyai faktor predisposisi miopia yang

kuat juga dimulai dengan hiperopia dan emetropisasi sampai bayangan

difokuskan tepat di retina, saat proses tersebut berhenti. Faktor miopigenik

seperti membaca dalam waktu lama atau pekerjaan yang membutuhkan

aktivitas melihat dekat secara ekstensif mungkin menyebabkan miopia

dejarat ringan nantinya. 20

Pengalaman visual pada awal kehidupan juga mempengaruhi

pertumbuhan mata. Gangguan penglihtatan yang terbentuk menyebabkan

Page 25: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

pertumbuhan mata yang tidak terkontrol untuk mencapai titik fokus,

melampaui ukuran emetrop sehingga berkembang menjadi miopia aksial.20

Aktivitas melihat dekat jangka panjang menyebabkan miopia melalui

efek fisik langsung akibat akomodasi terus-menerus sehingga tonus otot

siliaris menjadi tinggi dan lensa menjadi cembung. Namun berdasarkan

teori terbaru, aktivitas melihat dekat dan lama menyebabkan miopia

melalui terbentuknya bayangan buram di retana (retina blur) yang terjadi

selama fokus dekat. Bayangan buram di retina ini memulai proses

biokimia pada retina untuk menstimulasi perubahan biokimia dan

struktural pada sklera dan koroid yang menyebabkan elongasi aksial. 20

2.7.5 Faktor risiko

1. Genetik

Faktor risiko yang penting dari miopia adalah faktor keturunan. Orang

tua yang miopia cenderung memiliki anak miopia. Jika kedua orang

tua miopia, maka risiko anak mengalami miopia akan semakin besar. 19

Prevalensi miopia 33-60% pada anak dengan kedua orang tua miopia.

Pada anak yang memiliki salah satu orang tua miopia prevalensinya

23-40% dan hanya 6-15% anak mengalami miopia yang tidak memiliki

orang tua miopia.21

2. Lingkungan

Melakukan aktivitas melihat dekat seperti biasa dalam jumlah

besar dapat meningkatkan risiko miopia. Beberapa penelitian

melaporkan bahwa aktivitas melihat dekat meningkatkan risiko

perkembangan dan keparahan miopia.21

Penelitian lain melaporkan

tidak ada hubungan antara miopia dan aktivitas melihat dekat seperti

menghabiskan waktu untuk membaca atau mengerjakan tugas

sekolah.22

Anak-anak berusia 7-9 tahun yang lebih sering membaca

cenderung mengalami miopia. Ada hubungan miopia dengan waktu

yang dihabiskan untuk membaca dan melakukan aktivitas melihat

Page 26: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

dekat yang lain, lamanya pendidikan, pekerjaan yang membutuhkan

penglihatan dekat dan kemampuan akademik.23

Iluminasi atau tingkat penerangan juga dianggap faktor lingkungan

yang mempengaruhi timbulnya miopia. Gangguan penerangan dapat

menimbulkan gangguan akomodasi mata, kontraksi otot siliar secara

terus menerus akan menimbulkan kelelahan mata dan pada akhirnya

dapat menimbulkan gangguan refraksi mata yaitu miopia.20

2.7.6 Klasifikasi

1. Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:

Miopia ringan, yaitu miopia yang kurang dari 1-3 dioptri

Miopia sedang, yaitu miopia yang lebih dari 3-6 dioptri

Miopia berat, yaitu miopia yang lebih dari 6 dioptri 24

2. Menurut perjalanan penyakitnya, miopia terbagi manjadi

Miopia stationer, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.

Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia

dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata.

Miopia maligna, yaitu miopia yang berjalan progresif dan dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan. Miopia ini disebut

juga miopia perniosa atau degeneratif. 24

3. Menurut umur, miopia terbagi dalam menjadi:

Miopia kongenital, yaitu miopia yang sudah ada sejak lahir dan

menetap seumur hidup.

Miopia onset muda, yaitu miopia yang terjadi pada usia 5-20

tahun.

Miopia dewasa muda, yaitu miopia yang terjadi pada usia 20-

40 tahun.

Miopia dewasa akhir, yaitu miopia yang terjadi pada usia lebih

dari 40 tahun. 24

Page 27: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2.7.7 Manifestasi klinis

Gejala yang paling sering pada miopia tidak terkoreksi berhubungan

dengan penglihatan jauh yang buram.2 Pasien miopia akan melihat jelas

pada jarak dekat dan tidak jelas pada jarak jauh. Penderita miopia akan

mengeluh sakit kepala sering disertai dengan juling dan celah kelopak

yang sempit. Selain itu, mempunyai kebiasaan mengenyitkan mata untuk

mencegah ablasi sferis atau mendapatkan efek pinhole. 14

2.7.8 Diagnosis

1. Riwayat pasien, yaitu berupa keluhan utama, masalah yang

berhubungan dengan mata, penglihatan dan kondisi kesehatan secara

umum, perkembangan penyakit dan riwayat keluarga, penggunaan obat

dan alergi obat. 14

2. Pemeriksaan mata

a. Ketajaman penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya di ruangan tidak

terlalu terang apada jarak 5-6 meter dari Snellen Chart karena

pada jarak ini mata terlihat benda dalam keadaan istirehat atau

tanpa akomodasi.

b. Pergerakan mata, penglihatan dua mata dan akomodasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi kesejajaran

kedua mata dan gerakannya serta kemampuan akomodasi mata

miopia. 14

c. Refraksi

Pemeriksaan kelainan refraksi secara subyektif dilakukan

dengan kartu melihat jauh dan memasang lensa yang sesuai

dengan hasil pemeriksaan sedangkan secara obyektif dilakukan

pemeriksaan retinoskopi dengan menggunkan retinoskop. 14

d. Penilaian kesehatan mata dan sistemik

Dengan pemeriksaan oftalmoskopi direk atau indirek dan

pengukuran tekanan intraokuler untuk mengetahui komplikasi

miopia seperti ablasio retina dan glaukoma. 14

Page 28: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2.7.9 Penatalaksanaan

Penatalaksaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk

mata difokuskan tepat di retina. Orang dengan miopia bisa dikoreksi

dengan kacamata lensa sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman

penglihatan maksimal. Lensa ini memundurkan bayangan retina.15

Pada

keadaan tertentu miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea.

Pada saat ini terdapat berbagai cara pembedahan pada miopia seperti:

Keratotomi radial

Keratektoi fotorefraktif

Laser assisted in situ interlamelar keratomilieusis (Lasik)

2.7.10 Komplikasi

1. Ablasio retina

Risiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 D sampai -4,75 D sekitar

1/6662. Sedangkan pada -5 D sampai -9,75 D risiko meningkat

menjadi 1/1335. Lebih dari -10 D risiko ini menjadi 1/148. Dengan

kata lain penambahan faktor risiko pada miopia rendah 3 kali dan

miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali. 14

2. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata

berkonvergensi terus menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin

fungsi satu mata telah bekurang atau terdapat ambliopia. 14

3. Myopic maculopaty

Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh

darah kapiler pada mata dengan miopia tinggi yang berakbat atrofi sel-

sel retina sehingga penglihatan berkurang. Selain itu, dapat juga terjadi

perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan hilangnya

penglihatan sebagian.

4. Vitreous liquefaction dan detachment

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98%

air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair

secara perlahan, khususnya pada penderita miopia. Hal ini

berhubungan dengan hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap

Page 29: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

awal, penderita melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada

keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan vitreus dan kehilangan

kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan berisiko untuk

terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. 24

5. Glaukoma

Dapat terjadi akibat degenerasi anyaman trabekulum yang merupakan

tempat pengeluaran cairan mata. Peningkatan tekanan pada mata dapat

merusak saraf mata. Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi pada

mata miopia daripada mata normal. 24

6. Katarak

Lensa pada mata miopia akan kehilangan transparansi. Pada orang

miopia onset katarak muncul lebih cepat. 24

2.7.11 Pencegahan

Sejauh ini hal yang dilakukan adalah mencegah kelainan pada anak

atau mencegah jangan sampai menjadi parah. Biasanya dokter akan

melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu

untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan kacamata dan lensa

kontak.

1. Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut

ini:

Mencegah terjadinya kebiasaan buruk

Hal yang perlu diperhatikan adalah anak dibiasakan duduk

dengan posisi tegak sejak kecil

Lakukan istirehat tiap 30 menit setelah membaca atau

menonton TV

Batasi jam membaca

Atur jarak baca yang tepat (30 cm) dan gunakanlah penerang

yang cukup

Jangan menbaca dengan posisi tidur atau tengkurup.

2. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melihat jauh dan

dekat secara bergantian dapat mencegah miopia

Page 30: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

3. Kenali dan perbaiki sejak awal kelainan pada mata jika ada sejak awal,

karena kelainan yang ada bisa menjadi permanen.

4. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri yang tinggi segera

konsultasi dengan dokter spesialis mata dan patuhi setiap perintah

dokter.

5. Jangan sampai terjadi defiseinsi vitamin A

6. Periksa mata sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang memakai

kacamata.

7. Melakukan pemeriksaan mata secara berkala setiap 1 tahun sekali atau

sebelum 1 tahun bila ada keluhan.

8. Istirehat yang cukup supaya mata tidak cepat lelah.

9. Kurang kebiasaan yang kurang baik untuk mata, misalnya membaca

sambil tiduran dengan cahaya malap. Jarak aman untuk membaca

adalah sekitar 30 cm dari mata dengan posisi duduk dengan

penerangan cukup baik. Lampu harus difokuskan pada buku yang

dibaca.

10. Jaga jarak aman saat menonton televisi. Jarak yang ideal adalah lima

kali diagonal layar televisi dan usahakan posisi layer televisi sejajar

dengan mata dan pencahayaan ruangan yang memadai.

11. Bila bekerja depan komputer, usahakan setiap 1-1,5 jam sekali selama

5-10 menit untuk memandang ke arah lain yang jauh, untuk

mengistirehatkan otot-oto bola mata.

12. Perbanyak komsumsi makanan, baik sayuran maupun buah0buahan

yang banyak mengandung vitamin A, C, E dan lutein yang berfungsi

sebagai antioksidan karotenoid. 14

2.8 Aktivitas Melihat Dekat

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kegiatan visual yang

dilakukan pada jarak dekat atau ketika seseorang harus fokus untuk melihat

objek benda secara rinci. Contoh aktivitas melihat dekat adalah membaca,

menulis, menggunakan komputer, menonton televisi, menggambar/melukis,

Page 31: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

menjahit, melakukan pekerjaan kerajinan dengan benda kecil dan berman

game.24

Orang yang melakukan aktivitas melihat dekat berlebihan mungkin

mengalami miopia palsu atau pseudomiopia. Penglihatan jauh mereka kabur

disebabkan oleh lebih menggunakan mata untuk fokus secara berlebihan.

Setelah lama melakukan akktivitas melihat dekat, mata mereka tidak dapat

lembali fokus untuk melihat jelas di kejauhan. Gejala-gejala biasanya

sementara dan penglihatan dapat kembali jelas setelah mata beristirehat.

Namun, penggunaan mata untuk melihat dekat yang lama dan konstan dapat

menyebabkan penurunan penglihatan jauh permanen. 24

Page 32: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Telah diketahu bahwa jenis kelamin, faktor genetik dan aktivitas melihat

jarak dekat seperti membaca buku, menonton televisi, menggunakan

komputer dan bermain video game dapat mengakibatkan miopia. Aktivitas

melihat dekat jangka panjang menyebabkan miopia melalui efek fisik

langsung akibat akomodasi terus-menerus sehingga tonus otot siliaris menjadi

tinggi dan lensa menjadi cembung.

Berdasarkan hal inilah, maka penelitian akan menjelaskan hubungan

antara jenis kelamin, faktor genetik dan aktivitas melihat jarak dekat dengan

kejadian miopia.

3.2 Kerangka Konseptual

3.2.1 Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini adalah jenis kelamin, faktor

genetik dan aktivitas melihat jarak dekat pada pelajar

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini ialah miopia.

Ket: Variabel independen

Variabel dependen

Aktivitas melihat jarak dekat:

Membaca buku

Menonton televisi

Menggunakan komputer

Bermain video game/playstation

Faktor genetik

MIOPIA

Jenis Kelamin

Page 33: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Miopia

a. Definisi : Miopia dideskripsikan sebagai gangguan untuk melihat

jauh dengan visus di bawah 6/6

b. Alat ukur : Kartu Snellen

c. Cara ukur : Pengukuran dilakukan di ruang kelas yang pencahayaanya

cukup, dengan cara siswa duduk di bangku dangan jarak 6 meter dari

kartu Snellen. Kemudian tajam penglihatan kedua mata diperiksa satu

persatu. Pada saat memeriksa mata kanan, mata kiri ditutup, demikian

pula sebaliknya.

d. Hasil ukur :

Miopia

Bukan miopia

3.3.2 Jenis Kelamin

a. Definisi : Yaitu identitas gender pelajar

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Melalui pencatatan variabel sesuai yang diperoleh dari

kuisioner

d. Hasil ukur :

Laki-laki

Perempuan

3.3.3 Faktor genetik

e. Definisi : Pelajar yang mempunyai salah satu atau kedua orang tua,

kakek atau nenek, atau saudara yang menderita miopia.

f. Alat ukur : Kuisioner

g. Cara ukur : Melalui pencatatan variabel sesuai yang diperoleh dari

kuisioner

h. Hasil ukur :

Ada: tidak memiliki anggota keluarga berkacamata miopia

Tidak ada : memiliki anggota keluarga berkacamata miopia

Page 34: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

3.3.4 Kebiasaan membaca

a. Definisi : Kebiasaan subjek dalam menelaah buku bedasarkan

dengan jarak mata terhadap buku adalah lebih dari 30 cm, dan durasi

kurang dari 2 jam sehari tanpa henti.

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Melalui pencacatan kebiasaan membaca pelajar pada

kuisioner

d. Hasil ukur :

Mengikut syarat

Tidak mengikut syarat

3.3.5 Menonton TV

a. Definisi : Kebiasaan subjek dalam aktivitas menonton tayangan d

televisi bedasarkan dengan jarak antara mata dengan layar televisi

adalah lebih dari 2 m, dan durasi kurang dari 2 jam sehari tanpa henti.

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Melalui pencatatan kebiasaan menonton TV pelajar pada

kuisioner

d. Hasil ukur:

Mengikut syarat

Tidak mengikut syarat

3.3.6 Menggunakan komputer

a. Definisi : Kebiasaan subjek dalam aktivitas menaip, mengetik,

membaca atau browsing berdasarkan dengan jarak mata dengan layar

komputer adalah lebih dari 60 cm, dan durasi kurang dari 2 jam sehari

tanpa henti.

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Melalui pencatatan kebiasaan pelajar menggunakan

komputer pada kuisioner

Page 35: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

d. Hasil ukur :

Mengikut syarat

Tidak mengikut syarat

3.3.7 Kebiasaan bermain video game

a. Definisi : Kebiasaan subjek dalam aktivitas permainan elektronik

berdasarkan dengan jarak mata terhadap layar televisi adalah lebih

dari 2 m, dan durasi kurang dari 2 jam sehari tanpa henti

b. Alat ukur : Kuisioner

c. Cara ukur : Melalui pencatatan kebiasaan pelajar bermain video game

pada kuisioner

d. Hasil ukur :

Mengikut syarat

Tidak mengikut syarat

3.4 Hipotesis Penelitian

3.4.1 Hipotesis Nol (H0)

1. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian

miopia

2. Tidak terdapat hubungan antara faktor genetik dengan kejadian

miopia.

3. Tidak terdapat hubungan antara antara kebiasaan membaca dalam

jarak dekat dengan kejadian miopia.

4. Tidak terdapat hubungan antara menonton televisi dalam jarak

dekat dengan kejadian miopia.

5. Tidak terdapat hubungan antara menggunakan komputer dalam

jarak dekat dengan kejadian miopia.

6. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan bermain video game

dalam jarak dekat dengan kejadian miopia.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

3.4.2 Hipotesis alternatif (Ha)

1. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian miopia.

2. Terdapat hubungan antara faktor genetik dengan kejadian miopia.

3. Terdapat hubungan antara kebiasaan membaca dalam jarak dekat

dengan kejadian miopia.

4. Terdapat hubungan antara menonton televisi dalam jarak dekat

dengan kejadian miopia.

5. Terdapat hubungan antara menggunakan komputer dalam jarak

dekat dengan kejadian miopia.

6. Terdapat hubungan antara kebiasaan bermain video game dalam

jarak dekat dengan kejadian miopia.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain

penelitian potong lintang/ cross-sectional, yang mana pengukuran variabel

dilakukan pada saat tertentu secara bersamaaan untuk mengetahui hubungan

antara jenis kelamin, faktor genetik dan lamanya waktu yang digunakan pada

aktivitas jarak dekat dengan kejadian miopia pada pelajar SMK. ST. Patrick

di Sabah, Malaysia.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

4.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia

4.2.2 Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu waktu kepaniteraan antara

tanggal 11 Maret - 22 Maret 2013

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pelajar SMK. ST Patrick

di Sabah, Malayia tahun 2013.

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pelajar yang memenuhi kriteria

seleksi.

4.4 Kriteria Sampel

4.4.1 Kriteria Inklusi

Pelajar Kelas 5 SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia dan bersedia

mengikuti penelitian.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

4.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Pelajar yang tidak hadir di kelas pada saat pengambilan data, misalnya

sedang sakit atau izin

b. Pelajar yang menderita sakit/ kelainan pada mata saat pengambilan

data selain miopia.

c. Pelajar yang tidak mengisi kuisioner secara lengkap.

4.5 Cara Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil dengan menggunakan teknik ‘total sampling’ yaitu

diambil sejumlah mahasiswa kelas 5 SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia.

4.6 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dengan

menggunakan questionaire, serta pemeriksaan ketajaman penglihatan

menggunakan kartu Snellen.

4.7 Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan dan pencatatan data primer, data yang

diperoleh diorganisasikan dan diolah dengan menggunakan program

komputer SPSS 17.0, Microsoft Excel dan Microsoft Word.

4.8 Penyajian Data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan uraian untuk

menggambarkan hubungan antara jenis kelamin, faktor genetik dan aktivitas

melihat jarak dekat dengan kejadian miopia.

4.9 Analisis Data

Data dianalisa menggunakan metode Chi-square, yaitu metode statistik

yang digunakan untuk melihat kemaknaan dan hubungan antara variabel

kategorik tidak berpasangan tabel 2x2. Syarat untuk uji Chi Square adalah sel

yang mempunyai nilai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel.

Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka ujia alternatifnya adalah uji

Page 39: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Fisher. Untuk melihat kejelasan tentang dinamika hubungan antara faktor

risiko dan faktor efek dilihat melalui nilai prevalensi rasio odds (POR). Untuk

interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan α (P alpha) sebesar 5%

dengan catatan jika p <0,05 (p value ≤ p alpha) maka H0 di tolak (ada

hubungan antara variabel bebas dengan terikat), sedangkan bila p>0,05 maka

H0 diterima (tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan terikat).

Sedangkan untuk mengetahui prevalens penyakit maka digunakan analisis

Prevalence Odds Ratio (POR).

Chi-square: menguji apakah ada hubungan antara baris dengan kolom pada

sebuah tabel kontigensi. Data yang digunakan merupakan data kualitatif.

Rumus Chi-square:

X2= ⅀ (O-E)

2

E

O= skor yang diobservasi (Observed)

E= Skor yang diharapkan (Expected)

Tabel 4.1 Tabel silang dilihat dari faktor risiko

Efek Jumlah

Faktor risiko (+) a b a+b

Faktor risiko (-) c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d (N)

POR= a/ (a+b): c/ (c+d)

a/ (a+b)= proporsi subyek yang mempunyai faktor risiko yang

mengalami efek

c/ (c+d)= proporsi subyek tanpa mempunyai faktor risiko yang

mengalami efek

Page 40: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Interpretasi hasil:

a. Bila POR =1, variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada

pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia

bersifat netral,

b. Bila POR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup

angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko

terjadinya efek.

c. Bila POR <1, dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup

angka 1, berarti faktor yang diteliti dapat mengurangi terjadinya

efek (faktor protektif), bukan faktor risiko.

d. Bila nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1,

maka berarti populasi yang diwakilioleh sampel tersebut masih

mungkin nilai prevalensnya= 1. Ini berarti dari data yang ada

belum dapat disimpulkan bawa faktor yang dikaji benar-benar

merupakan faktor risiko atau faktor protektif.

4.10 Aspek Etika Penelitian

1. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan perizinan kepada

pihak SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia sebagai tempat penelitian.

2. Peneliti akan menjaga kerahsiaan identitas subjek sehingga informasi

tetap terjaga kerahsiaannya.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

4.11 Alur Penelitian

Rumusan masalah

Identifikasi variabel dependen (tergantung)

dan variabel independent (bebas)

Penentuan subjek penelitian

(populasi dan sampel)

Pengumpulan data rekam

medik pasien

Kriteria eksklusi

Pengolahan dan analisis data

Hasil penelitian

Kriteria inklusi

Kesimpulan

Page 42: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan mulai tanggal 11-22 Maret 2013 terhadap para pelajar

kelas 5 SMK. ST Patrick di Sabah, Malaysia. Sampel diambil dengan cara total

sampling dengan jumlah sampel sebanyak 49 orang (setelah kriteria eklusi) yang

terdiri dari 19 orang laki-laki dan 30 orang perempuan.

Penilaian miopia dilakukan dengan menggunakan Kartu Snellen dimana

pengukuran dilakukan di ruang kelas yang pencahayaanya cukup, dengan cara

siswa duduk di bangku dangan jarak 6 meter dari kartu Snellen. Kemudian tajam

penglihatan kedua mata diperiksa satu persatu. Pada saat memeriksa mata kanan,

mata kiri ditutup, demikian pula sebaliknya. Kuesioner didistribusikan kepada

pelajar di ruang kuliah dan dijawab dalam jangka waktu 15 menit.

Data yang dikumpul diolah dengan menggunakan metode komputerisasi

yaitu dengan menggunakan program SPSS 17.0, Microsoft Excel dan Microsoft

Words serta disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan tujuan penelitian. Analisa

data dilakukan menggunakan metode Chi-square.

5.1 Analisa Univariat

Tabel 5.1.1: Gambaran Tajam Penglihatan Pelajar

Tajam penglihatan Jumlah pelajar, n %

Miopia 21 42.86

Bukan miopia 28 57.14

Dari tabel 5.1.1 diatas, berdasarkan hasil pemeriksaan tajam penglihatan

dengan menggunakan kartu Snellen, didapatkan dari 49 pelajar, sebanyak 42.86%

pelajar mengalami miopia (visus kurang dari 6/6).

Page 43: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Tabel 5.1.2: Distribusi Subyek Menurut Jenis Kelamin dan Faktor Genetik

Karakteristik Jumlah (n=49) Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki

Perempuan

19

30

38.78

61.22

Anggota keluarga berkacamata

rabun jauh

Ya

Tidak

42

7

85.71

14.29

Dari tabel 5.1.2 di atas memperlihatkan bahwa lebih dari dua per tiga

pelajar adalah pelajar perempuan, dan moyoritas pelajar memiliki anggota

keluarga (ayah/ibu/kakek/nenek/om/tante/saudara) yang memakai kacamata rabun

jauh.

Tabel 5.1.3: Distribusi Subyek Menurut Aktivitas Melihat Jarak Dekat

Karakteristik Jumlah (n=49) Persentase (%)

Membaca buku Mengikut syarat

Tidak mengikut syarat

20

29

40.82

59.18

Menonton TV Mengikut syarat

Tidak mengikut syarat

16

33

32.65

67.35

Menggunakan

komputer

Mengikut syarat

Tidak mengikut syarat

12

37

24.49

75.51

Bermain video game Mengikut syarat

Tidak mengikut syarat

17

32

34.69

65.31

Dari tabel 5.1.3 diatas memperlihatkan bahwa distribusi pelajar menurut

aktivitas melihat jarak dekat dimana pelajar lebih banyak tidak mengikut syarat

dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca buku, menonton TV,

menggunakan komputer, dan bermain video game. Dari hasil kuisioner,

didapatkan pelajar sering melakukan aktivitas ini lebih dari 2 jam tanpa rehat dan

dengan jarak mata terhadap buku, layar televisi atau komputer yang terlalu dekat.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

5.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel

dalam penelitian ini, yaitu jenis kelamin dengan kejadian miopia, faktor genetik

dengan kejadian miopia, dan aktivitas melihat jarak dekat seperti membaca buku,

menonton TV, menggunakan komputer dan bermain video game dengan kejadian

miopia. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari asosiasi antara kedua variabel

yang diteliti. Uji yang dilakukan dalam mencari asosiasi antara kedua variabel

adalah dengan menggunakan uji statistik chi-square kemudian ditentukan

kekuatan asosiasinya dengan mencari Prevalence Odds Ratio (POR).

Tabel 5.2 Hubungan antara Jenis Kelamin, Faktor Genetik dan Aktivitas

Melihat Dekat dengan Kejadian Miopia pada pelajar SMK. ST. Patrick di

Sabah, Malaysia

Miopia

Variabel Ya % Tid

ak

% P

value

POR 95% CI

Jenis

kelamin

Laki-laki

Perempuan

9

12

42.9

57.1

10

18

35.7

64.3

0.612 1.35 0.42-4.30

Faktor

genetik

Ya

Tidak

20

1

95,2

4,8

22

6

78,6

22,4

0.214 5.45

0.60-49.32

Aktivitas melihat dekat

Membaca

buku

Tidak mengikut syarat

Mengikut syarat

18

3

85.7

14.3

11

17

39.3

60.7

0.001 9.27 2.20-39.07

Menonton

TV

Tidak mengikut syarat

Mengikut syarat

19

2

90.5

9.5

13

15

46.4

53.6

0.001 10.96 2.13-56.24

Mengguna

komputer

Tidak mengikut syarat

Mengikut syarat

15

6

71.4

28.6

22

6

78.6

21.4

0.565 0.68 0.18-2.52

Bermain

video game

Tidak mengikut syarat

Mengikut syarat

14

7

66.7

33.3

18

10

64.3

35.7

0.862 1.11 0.33-3.65

Page 45: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Tabel diatas menunjukkan hubungan dari hasil uji variabel independen

dan variabel dependen. Nilai yang dipakai adalah nilai Pearson Chi-Square

bila nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Dari hasil

tabulasi silang didapatkan nilai expected yang kurang dari 5 pada variabel

faktor genetik sehingga digunakan uji alternatif lainnya, yaitu Uji Fisher.

Interpretasi hasil adalah hipotesis nol (Ho) diterima apabila

perhitungan nilai probabilitas (p) ≥ 0.05, sedangkan hipotesis alternatif (Ha)

diterima apabila perhitungan nilai probabilitas (p) < 0.05. Dari perhitungan

nilai p didapatkan hanya aktivitas membaca buku dan menonton TV yang

memiliki nilai p < 0,05 yaitu 0,001 (POR= 9.27, 95% CI 2,20-39.07) dan 0,001

(POR=10.96, 95%CI 2,13-56.24) sehingga hipotesis alternatif untuk aktivitas

membaca buku dan menonton TV diterima. Keduanya juga merupakan faktor

risiko terjadinya efek sebab POR > 1. Jika POR < 1 maka exposure yang

diteliti dapat mengurangi terjadinya efek. Sedangkan nilai p > 0,05 terdapat

pada jenis kelamin yaitu 0,612 (POR=1,35, 95%CI 0,42-4,30), faktor genetik

yaitu 0,214 (POR=5,45, 95%CI 0,60-49.32), aktivitas menggunakan komputer

yaitu 0.565 (POR=0,68, 95%CI 0,18-2,52) dan aktivitas bermain video game

yaitu 0.862 (POR= 1,11, 95% CI 0,33-3,65) sehingga hipotesis nol yang

diterima yaitu tidak ada hubungan antara jenis kelamin, faktor genetik,

aktivitas menggunakan komputer dan bermain video game dengan kejadian

miopia.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan

software statistik serta disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka pembahasan

hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

5.3.1 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian Miopia

Dari 21 pelajar dengan yang menderita miopia, didapatkan bahwa

proporsi kejadian miopia lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan

Page 46: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

laki-laki. Melalui hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi

square didapatkan p value 0.612 (p>0.05), dapat diartikan bahwa H0 diterima

atau dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin

dengan kejadian miopia.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Supartolo bahwa penderita

miopia pada pelajar perempuan lebih besar dari laki-laki dengan angka

perbandingan 1,4:1.25

Pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Rowaily M.A

tahun 2009 melaporkan dari 1319 anak, didapatkan 60 (4,5%) anak dengan

kelainan miopia (4,2% anak laki-laki dan 4,9% perempuan) dan tidak ada

perbedaan yang bermakna. Sebaliknya, oleh Lee DJ dkk tahun 2000

melaporkan adanya perbedaan prevalensi antara anak laki-laki dan

perempuan, dimana perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. 26

Penelitian

Khader et al. (2006) yang menyatakan bahwa pelajar perempuan lebih banyak

ditemui menderita miopia. Hal ini dikarenakan wanita memiliki aktifitas di

luar ruangan yang lebih sedikit dibandingkan laki-laki, sehingga perempuan

memiliki risiko miopia lebih besar daripada laki-laki. Aktivitas yang

dilakukan diluar ruangan seperti olahraga dapat memberikan intensitas

cahaya yang lebih banyak sehingga mengurang daya akomodasi dan

mengurang pelepasan dopamin oleh retina untuk mengurangi elongasi mata,

sehingga dapat menurunkan risiko miopia. 27

5.3.2 Hubungan Antara Faktor Genetik Dengan Kejadian Miopia

Melalui hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Fisher

didapatkan p value 0,214 (p>0.05), dapat diartikan bahwa H0 diterima atau

dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor genetik dengan

kejadian miopia. Proporsi kejadian miopia pada kelompok yang memiliki

anggota keluarga yang berkacamata rabun jauh dibandingkan yang tidak

memiliki keluarga berkacamata rabun jauh, walaupun secara statistik tidak

terdapat hubungan yang bermakna. Menurut Lyhne et al, faktor genetik tidak

berpengaruh terhadap kelainan miopia.25

Hal ini tidak sesuai dengan hasil

penelitian Donald O. Mutti, yang menyatakan bahwa keturunan merupakan

faktor terpenting yang berhubungan dengan miopia.28

Beberapa individu yang

Page 47: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

menderita miopia, kemungkinan besar terkait dengan genetik jika terpajan

oleh faktor lingkungan tertentu. Dengan kata lain, bukan miopia yang

diturunkan, namun kelemahan dari individu terhadap kondisi lingkungan

tertentu seperti aktivitas melihat dekat yang berlebihan. Menurut Saw,

prevalensi miopia yang tinggi pada beberapa kelompok etnik tertentu (Cina

dan Jepang) menunjukkan bahwa genetik memainkan peranan yang penting,

namun perubahan prevalensi pada beberapa generasi terakhir menunjukkan

bahwa faktor lingkungan juga merupakan faktor yang penting.25

5.3.3 Hubungan Antara Aktivitas Melihat Jarak Dekat Dengan

Kejadian Miopia

Dari tabel 6.2 didapatkan bahwa jumlah pelajar yang memiliki pola

membaca buku berisiko dan menderita miopia adalah 18 orang (85,7%),

sedangkan pelajar yang memiliki pola membaca buku berisiko tetapi tidak

mengalami miopia berjumlah 11 orang (39,3%). Dari perhitungan nilai p

didapatkan aktivitas membaca buku memiliki nilai p < 0,05 yaitu 0,001

(POR= 9.27, 95% CI 2,20-39.07) sehingga didapatkan hubungan yang

bermakna antara membaca buku dengan kejadian miopia. Nilai POR yang

didapatkan adalah lebih dari 1 dan rentang interval kepercayaan tidak

mencakup angka 1, hal ini berarti bahwa membaca buku dengan jarak dekat

dan lama merupakan faktor risiko untuk terjadinya miopia. Penemuan ini

sesuai dengan dengan yang ditemukan oleh Paras Parekh yaitu prevalensi

miopia lebih tinggi pada pelajar yang membaca buku selama berjam-jam

lebih lama dibandingkan dengan pelajar yang membaca sangat kurang.

Kebiasaan membaca buku dalam waktu lama dapat menyebabkan tonus

siliaris menjadi tinggi sehingga lensa menjadi cembung yang mengakibatkan

bayangan obyek jatuh di depan retina dan menimbulkan miopia.29

Hasil analisis hubungan antara aktivitas menonton TV dengan

kejadian miopia diperoleh bahwa sebanyak 19 orang (90,5%) pelajar berisiko

menderita miopia, sedangkan untuk subyek tidak berisiko sebanyak 13 orang

(46,4%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,001 (POR= 10.96, 95% CI

Page 48: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

2,13-56.24) maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara aktivitas

menonton TV dengan kejadian miopia. Faktor gaya hidup ini didukung

tingginya akses terhadap media aktivitas visual. Tingginya akses terhadap

media visual ini apabia tidak diimbangi dengan pengawasan waktu dan jarak

oleh orang tua dapat meningkatkan kejadian miopia. Menurut sebuah

penelitian, menonton TV lebih dari 2 jam sehari dengan jarak lebih dari 2

meter dapat meningkatkan resiko terjadinya kelainan tajam penglihatan. 25

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara aktivitas menggunakan komputer dan

bermain video game dengan miopia. Hasil ditunjukkan dari hasil uji

statistik Chi-square diperoleh aktivitas menggunakan komputer p=0.565

(p> 0,05) dan bermain video game p=0,862 (p>0,05). Hal ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fantika yang memperlihatkan

bahwa terdapat hubungan antara menggunakan komputer dengan miopia.

30 Ilmuan Jepang mengatakan bahwa penggunaan komputer yang lama

dapat menyebabkan miopia, peneliti menganalisis hasil studi terhadap 100

pelajar, menemukan bahwa pelajar yang menggunakan komputer terus

menerus selama beberapa jam akan meningkatkan risiko mereka menderita

miopia.31

Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Bei Lu

dkk yang menyatakan bahwa menggunakan komputer dan bermain video

game tidak ada beda antara anak yang miopia dengan bukan miopia.30

Saw

melalui penelitiannya terhadap anak usia sekolah di Singapore menyatakan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas melihat jarak

dekat dengan kejadian miopia. 32

Alasan adanya perbedaan ini

kemungkinan disebabkan oleh karena pengambilan sampel yang terlalu

sedikit sehingga tidak dapat digeneralisasikan ke populasi terjangkau

secara statistika.

Terdapat teori yang menyatakan bahwa faktor gaya hidup yaitu

aktivitas melihat dekat yang terlalu banyak, seperti membaca buku,

menonton TV, melihat layar komputer, bermain video game, dapat

menyebabkan melemahnya otot siliaris mata sehingga mengakibatkan

Page 49: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

gangguan otot untuk melihat jauh. Daerah perkotaan yang padat juga

mengakibatkan sempitnya ruang bermain sehingga anak cenderung

melakukan aktivitas bermain di dalam ruangan yang jarang menggunakan

penglihatan jauh. 25

Oleh Rose KA dkk tahun 2008 melalui penelitiannya tentang

hubungan kebiasaan atau aktivitas luar rumah dalam menurunkan kelainan

miopia pada pelajar melaporkan aktivitas luar rumah yang tinggi (olahraga

dan bermain di luar) risiko yang lebih rendah menderita miopia

dibandingkan dengan anak yang melakukan kegiatan aktivitas dekat dan

kurang aktivitas luar rumah. 26

Dengan demikian faktor gaya hidup dapat menyebabkan miopia

yang bertentangan dengan keyakinan beberapa ilmuan bahwa miopia

adalah murni genetik. Salah satu alasan tentang hubungan aktivitas melihat

jarak dekat dengan miopia adalah akomodasi. Selama proses akomodasi

terjadi peningkatan tekanan di bagian posterior bola mata yang ditentang

oleh sklera, yang lama kelamaan dapat menyebabkan peningkatan panjang

aksial bola mata. Jadi sinar yang datang dari tak terhingga difokuskan di

depan retina dan menghasilkan miopia.30

.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Didapatkan hubungan yang bermakna antara aktivitas melihat jarak dekat

yaitu membaca buku dan menonton TV dengan kejadian miopia pada

pelajar SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia.

2. Secara stastistik tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin,

faktor genetik, menggunakan komputer dan bermain video game) dengan

kejadian miopia pada pelajar SMK. ST. Patrick di Sabah, Malaysia pada

penelitian ini.

6.2 Saran

1. Skrining kelainan tajam penglihatan terutama miopia dianjurkan untuk

dilakukan di tiap-tiap sekolah atau secara berkala pada anak usia sekolah.

2. Mengingat bahwa miopia berhubungan dengan lamanya waktu yang

dihabiskan untuk melakukan aktivitas melihat jarak dekat, sebaiknya orang

tua yang mempunyai anak usia sekolah mulai mengkombinasikan kegiatan

anak-anaknya dengan kegiatan aktivitas fisik di luar ruangan.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut dalam jumlah sampel yang jauh lebih

besar dengan mengevaluasi kelainan miopia pada anak usia sekolah

4. Faktor genetik cenderung tidak dapat dihindari.walaupun demikian, hal

yang dapat dilakukan adalah mencegah agar miopia tidak sampai menjadi

parah dengan: mengubah kebiasaan buruk, misalnya batasi jam membaca,

mengatur jarak baca yang tepat (30 sentimeter), dan gunakan penerangan

yang cukup dan hindari membaca dengan posisi tidur atau tengkurap.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

DAFTAR PUSTAKA

1. Verma A, Singh D. “Myopia, Phakic IOL.” eMedicine.com. August 19,

2005.

2. Saw, Seang-Mei Saw. 1996. Epidemiology of Myopia. The Johns Hopkins

University School of Hygiene and Public Health. Epidemiol Rev Vol. 18,

No. 2, 1996.

3. Saw S.M., Gazzard G., Koh D. dkk. 2002. Prevalence Rates of Refractive

Errors in Sumatra, Indonesia. Invest Ophtalmol Vis Sci; 43: 3170-80

[diakses 24 Februari 2013]. Available from URL:

http://www.iovs.org/content/46/5/5626.full.

4. Mutti, Donald O.; G. Lynn Mitchell, Melvin L. Moeschberger, Lisa A.

Jones, and Karla Zadnik (2002). “Parental Myopia, Near Work, School

Achievement, and Children’s Refractive Error”. Investigative

Ophthalmology & Visual Science 43 (12).

5. Hasibuan FS. 2010. Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak

Dekat Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU. Medan: Fakultas

Kedokteran Sumatera Utara

6. Hussin DA, Omar R, Knight VF. Causes of visual impairment among pre-

school children in Sitiawan District, Perak, Malaysia. Sains Malaysiana.

2009;38(6):959–964.

7. Chung, K.M., Yeow, P.T., Norhani, M. & O’Leary, D.J. 1995. The

association between gender and myopia in Chinese school children. Sains

Malaysiana 24(3): 67-71.

8. Wensor, M., McCarthy, C.A. & Taylor, H.R. 1999. Prevalence and risk

factors of

myopia in Victoria, Australia. Arch Ophtalmol. 117: 658-663.

9. Konstantopoulos A, Yadegarfar G, Elgohary M: Near work, education,

family history, and myopia in Greek conscripts. Eye 2008, 22, 542-546.

10. Wong L, Coggon D, Hwang CH: Education, reading, and familial

tendency as risk factors for myopia in Hong Kong fishermen. Journal of

Epidemiology and Community Health1993, 47, 50-53.

11. McCredie J. 2008. Outdoor time could cut risk of childhood myopia

[Online]. [diakses 24 Februari 2013]. Available from URL:

http://www.australiandoctor.com.au

12. Anatomy of the eye [online]. [diakses 24 Februari 2013]. Available from

URL:

http://www.pilotfriend.com/aeromed/medical/cataracts.htm

13. Anatomi Mata-Kornea[online]. [diakses 24 Februari 2013]. Available

from URL: http://optikonline.info/2008/06/11/anatomi-mata-kornea.html

Page 52: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

14. Ilyas S. 2006b. Kelainan Refraksi dan Kacamata Edisi ke 2. Jakarta: FK

UI

15. Vaughan D., Asbury T. 2008. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: ECG

16. Retina [online]. [diakses 24 Februari 2013]. Available from URL:

http://www.stlukeseye.com/anatomy/retina.html

17. Sherwood L., 2007. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: ECG

18. The Errors of Refraction [online]. [diakses 24 Februari 2013]. Available

from URL: http://www.eyequestions.com/re.htm

19. Schmid K., 2010. Myopia Manual [Online]. [diakses 24 Februari 2013].

Available from URL: http:www.myopia-manual.de/private/manual-2010-

jan-red.pdf.

20. Fredrick DR (May 2002). “Myopia“. BMJ 324 (7347): 1195–9.

doi:10.1136/bmj.324.7347.1195. PMID 12016188. PMC

1123161.http://bmj.com/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=12016188.

21. Yingyong P. 2012. Risk Factors for Refractive Errors in Primary School

Children (6-12 Years Old) in Nakhon Pathom Province. J Med Assoc

Thai. 93 (11): 1288-93

22. Lu B., Congdon N., Liu X., dkk. Associations Between Near Work,

Outdoor Activity, and Myopia Among Adolescent Students in Rural

China. Arch Ophthalmol; 127 (6): 169-775

23. Goss D. 2006. American Optometric Association. Optometric clinical

practice guideline Care og the Patient with Myopia [online]. [diakses 24

Februari 2013]. Available from URL:

http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf.

24. Ilyas S. 2006a. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 3. Jakarta: FK UI

25. Fachrian D., Rahayu A.R., Naseh A.P dkk. 2009. Prevalensi Kelainan

Tajam Penglihatan pada Pelajar SD “X” Jatinegara Jakarta Timur. Jurnal

Kedokteran Indonesia, 59:6.

26. Launardo A.V, Afifudin A., Syamsu N. dkk. Kelainan Refraksi Pada Anak

Usia 3-6 Tahun di Kecamatan Tallo Kota Makassar [Online]. [diakses 27

Maret 2013]. Available from URL:

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/af8b92fcf01bd15f027a70f7122e1ea4.p

df

27. Rose K.A, Morgan I.G, Ip I dkk. 2008. Outdoor Activity Reduces the

Prevalence of Myopia in Children. American Academy of Opthalmology;

115(8): 1279-1285

28. Mutti D.O. Can We Conquer Myopia?[Onine]. 2001. [diakses 27 Maret

2013]. Available from URL:

http://www.revoptom.com/index.asp?ArticleType=SiteSpec&page=osc/ap

r01/lesson_0401.htm

Page 53: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

29. Parekh P., Jain M., Jadeja J.M., Comparative Study od Prevalence of

Myopia in Medical Students & Students of Arts Stream [Online]. [diakses

27 Maret 2013]. Available from URL:

http://www.themedicalacademy.in/fxconsult1/userfiles/21_%20COMPAR

ATIVE%20STUDY%20OF%20PREVALENCE%20OF%20MYOPIA%2

0IN%20MEDICAL%20STUDENTS%20&%20STUDENTS%20OF%20

ARTS%20%20STREAM.pdf

30. Taurizinanda M.R. Hubungan Antara Lamanya Aktivitas Melihat Dekat

dan Miopia pada Mahasiswa Tingkat IV FK UPN “Veteran” Jakarta

[Online]. 2011. [diakses 27 Maret 2013]. Available from URL:

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311102.pdf

31. Myopia have anything to do with the computer? [Online]. [diakses 27

Maret 2013]Available from URL: http://www.hbfd.org/diseases-of-

eyes/myopia/myopia-have-anything-to-do-with-the-computer.html

32. Saw S.M, Nieto F.J, Katz J. dkk. 2000. Factors Related to the Progression

of Myopia in Singaporean Children. American Academy of Optometry; 77

(10): 549-554

Page 54: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BORANG KUISIONER

HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN AKTIVITAS MELIHAT JARAK DEKAT DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA PELAJAR KELAS 5 SMK. ST. PATRICK DI

SABAH, MALAYSIA

_______________________________________________________________________

SILA ISIKAN ATAU TANDAKAN JAWAPAN YANG SESUAI DENGAN YANG BERKENAAN.

1. Siapakah nama anda? (sila isi nama samaran jika ingin merahsiakan

identiti anda)

________________________________________________________

2. Jantina: Lelaki Perempuan

3. Anak yang ke-___ daripada ___ orang bersaudara.

4. Berapakah jarak mata anda terhadap buku ketika anda membaca? ___cm

5. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk membaca buku dalam

sehari secara terus menerus tanpa berehat? ____ jam

6. Berapakah jarak mata anda dengan layar televisi ketika anda sedang

menonton? ____ cm

7. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk menonton televisi dalam

sehari secara terus menerus tanpa berehat? ____ jam

8. Berapakah jarak mata anda dengan komputer ketika anda sedang

menggunakan komputer? ____ cm

9. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk menggunakan komputer

dalam sehari secara terus menerus tanpa berehat? ____ jam

10. Berapakah jarak mata anda dengan televisi ketika anda sedang bermain

video game? ____ cm

11. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk bermain video game dalam

sehari secara terus menerus tanpa berehat? ____ jam

12. Apakah anda memiliki anggota keluarga(Ayah/ibu, datuk/nenek, pakcik/

makcik/ saudara) yang memakai kacamata rabun jauh?

Ya Tidak

Page 55: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Lampiran 6. Uji Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Miopia 49 1 2 1.57 .500

JenisKelamin 49 1 2 1.61 .492

FaktorGenetik 49 1 2 1.14 .354

MembacaBuku 49 1 2 1.41 .497

MenontonTV 49 1 2 1.35 .481

BermainKomputer 49 1 2 1.24 .434

BermainVideoGame 49 1 2 1.35 .481

Valid N (listwise) 49

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JenisKelamin * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

FaktorGenetik * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

MembacaBuku * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

MenontonTV * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

BermainKomputer * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

Page 56: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JenisKelamin * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

FaktorGenetik * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

MembacaBuku * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

MenontonTV * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

BermainKomputer * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

BermainVideoGame * Miopia 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

Page 57: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

JenisKelamin * Miopia

Crosstab

Count

Miopia

Total Miopia Bukan Miopia

JenisKelamin Lak-laki 9 10 19

Perempuan 12 18 30

Total 21 28 49

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .258a 1 .612

Continuity Correctionb .045 1 .832

Likelihood Ratio .257 1 .612

Fisher's Exact Test .768 .415

Linear-by-Linear Association .253 1 .615

N of Valid Cases 49

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.14.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 58: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for JenisKelamin

(Lak-laki / Perempuan)

1.350 .423 4.304

For cohort Miopia = Miopia 1.184 .621 2.258

For cohort Miopia = Bukan

Miopia

.877 .523 1.471

N of Valid Cases 49

FaktorGenetik * Miopia

Crosstab

Count

Miopia

Total Miopia Bukan Miopia

FaktorGenetik Ya 20 22 42

Tidak 1 6 7

Total 21 28 49

Page 59: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.722a 1 .099

Continuity Correctionb 1.531 1 .216

Likelihood Ratio 3.054 1 .081

Fisher's Exact Test .214 .106

Linear-by-Linear Association 2.667 1 .102

N of Valid Cases 49

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for FaktorGenetik

(Ya / Tidak)

5.455 .603 49.321

For cohort Miopia = Miopia 3.333 .528 21.032

For cohort Miopia = Bukan

Miopia

.611 .402 .928

N of Valid Cases 49

Page 60: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

MembacaBuku * Miopia

Crosstab

Count

Miopia

Total Miopia Bukan Miopia

MembacaBuku Tidak mengikut syarat 18 11 29

Mengikut syarat 3 17 20

Total 21 28 49

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 10.708a 1 .001

Continuity Correctionb 8.872 1 .003

Likelihood Ratio 11.521 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 10.490 1 .001

N of Valid Cases 49

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.57.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 61: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for MembacaBuku

(Tidak mengikut syarat /

Mengikut syarat)

9.273 2.200 39.076

For cohort Miopia = Miopia 4.138 1.403 12.202

For cohort Miopia = Bukan

Miopia

.446 .270 .736

N of Valid Cases 49

MenontonTV * Miopia

Crosstab

Count

Miopia

Total Miopia Bukan Miopia

MenontonTV Tidak mengikut syarat 19 13 32

Mengikut syarat 2 15 17

Total 21 28 49

Page 62: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 10.276a 1 .001

Continuity Correctionb 8.424 1 .004

Likelihood Ratio 11.380 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 10.066 1 .002

N of Valid Cases 49

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for MenontonTV

(Tidak mengikut syarat /

Mengikut syarat)

10.962 2.136 56.249

For cohort Miopia = Miopia 5.047 1.331 19.140

For cohort Miopia = Bukan

Miopia

.460 .293 .725

N of Valid Cases 49

Page 63: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BermainKomputer * Miopia

Crosstab

Count

Miopia

Total Miopia Bukan Miopia

BermainKomputer Tidak mengikut syarat 15 22 37

Mengikut syarat 6 6 12

Total 21 28 49

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .331a 1 .565

Continuity Correctionb .057 1 .811

Likelihood Ratio .329 1 .566

Fisher's Exact Test .739 .403

Linear-by-Linear Association .324 1 .569

N of Valid Cases 49

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.14.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .331a 1 .565

Continuity Correctionb .057 1 .811

Likelihood Ratio .329 1 .566

Fisher's Exact Test .739 .403

Linear-by-Linear Association .324 1 .569

N of Valid Cases 49

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.14.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

BermainKomputer (Tidak

mengikut syarat / Mengikut

syarat)

.682 .184 2.522

For cohort Miopia = Miopia .811 .408 1.612

For cohort Miopia = Bukan

Miopia

1.189 .636 2.222

N of Valid Cases 49

Page 65: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

BermainVideoGame * Miopia

Crosstab

Count

Miopia

Total Miopia Bukan Miopia

BermainVideoGame Tidak mengikut syarat 14 18 32

Mengikut syarat 7 10 17

Total 21 28 49

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .030a 1 .862

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .030 1 .862

Fisher's Exact Test 1.000 .553

Linear-by-Linear Association .029 1 .864

N of Valid Cases 49

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 66: HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, FAKTOR GENETIK DAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas fakultas kedokteran

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

BermainVideoGame (Tidak

mengikut syarat / Mengikut

syarat)

1.111 .337 3.659

For cohort Miopia = Miopia 1.063 .533 2.120

For cohort Miopia = Bukan

Miopia

.956 .579 1.579

N of Valid Cases 49