22
HIPERTENSI SEBAGAI FAKTOR RISIKO: APAKAH INI BERBEDA DI STROKE ISKEMIK DENGAN INFARK MIOKARD AKUT, STUDI BANDING CROSS-SECTIONAL? Hasan, Z.N., Hussein, M.Q., & Haji, G.F. 2011. “Hypertension as a Risk Factor: Is It Different in Ischemic Stroke and Acute Myocardial Infarction Comparative Cross-Sectional Study? International Journal of Hypertension, http://www.hindawi.com/journals/ijhy/2011/701029/ ABSTRAK Tujuan: Untuk menilai perbedaan usia onset, durasi hipertensi, jenis obat, kepatuhan pengobatan, kepatuhan diet bebas garam antara pasien stroke iskemik dan infark miokard. Pasien dan Metode: Penelitian ini dilaksanakan di tiga rumah sakit di Baghdad antara Juni 2010 dan Juni 2011.

Hipertensi & Stroke Translate Jurnal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hipertensi & Stroke Translate Jurnal

Citation preview

HIPERTENSI SEBAGAI FAKTOR RISIKO: APAKAH INI BERBEDA DI STROKE ISKEMIK DENGAN INFARK MIOKARD AKUT, STUDI BANDING CROSS-SECTIONAL?

Hasan, Z.N., Hussein, M.Q., & Haji, G.F. 2011. Hypertension as a Risk Factor: Is It Different in Ischemic Stroke and Acute Myocardial Infarction Comparative Cross-Sectional Study? International Journal of Hypertension, http://www.hindawi.com/journals/ijhy/2011/701029/

ABSTRAK

Tujuan: Untuk menilai perbedaan usia onset, durasi hipertensi, jenis obat, kepatuhan pengobatan, kepatuhan diet bebas garam antara pasien stroke iskemik dan infark miokard.Pasien dan Metode: Penelitian ini dilaksanakan di tiga rumah sakit di Baghdad antara Juni 2010 dan Juni 2011. Kelompok pertama adalah 81 pasien stroke (36 perempuan dan 45 laki-laki), berusia 33-82 tahun. Kelompok kedua adalah 110 pasien infark miokard (46 perempuan dan 64 laki-laki), berusia 23-76 tahun.Hasil: Ketidakpatuhan terhadap diet bebas garam terlihat pada 69% pasien infark miokard dan 62% pasien stroke. Hipertensi silent terlihat pada 6,3% pasien infark miokard dan 19,7% pasien stroke. Ketidakpatuhan terhadap terapi antihipertensi terlihat pada 61% total pasien, 71% pasien infark miokard, dan 48% pasien stroke. Jenis obat adalah 24% ACE inhibitor (angiotensin converting enzyme inhibitor), 18,8% obat kombinasi, 16,2% beta bloker, 11% ARB (angiotensin II receptor blocker), 10,4% CCB (calcium channel blocker), dan 7,3% diuretik. Pada kelompok stroke, obat yang paling umum digunakan adalah 23% ACE inhibitor dan paling sedikit (5%) adalah ARB. Pada kelompok infark miokard, obat yang paling umum adalah 25% ACE inhibitor dan paling sedikit (8%) adalah diuretik. Diskusi dan Kesimpulan: hipertensi silent di Iraq tinggi. Ketidakpatuhan terhadap diet bebas garam pada kedua kelompok tinggi; ketidakpatuhan terhadap obat pada pasien infark miokard lebih tinggi. Penggunaan ARB lebih banyak dikaitkan dengan infark miokard daripada stroke.

1. PENDAHULUANHipertensi adalah sindrom kardiovaskular progresif yang muncul dari etiologis yang kompleks. Sindrom ini seringkali menjadi penanda awal sebelum peningkatan tekanan darah yang terus-menerus. Perkembangannya sangat berhubungan dengan kelainan fungsional dan struktural yang merusak hati, ginjal, otak, dan pembuluh darah [1].Hasil survei berbasis populasi pada tahun 1979 adalah 12% populasi Irak menderita hipertensi arteri [2]. Setelah itu, hanya ada sedikit laporan dari Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar di Kota Nasiriya Irak Selatan yang menyatakan 46,1% populasi penelitian menderita hipertensi [3]. Data morbiditas dari rumah sakit yang disediakan oleh Departemen Kesehatan Irak tahun 2004 menunjukkan adanya peningkatan 65% pasien yang masuk rumah sakit karena penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke, dimana kondisi ini meningkat lima kali lebih banyak pada pasien rawat jalan dengan diagnosa yang sama pada tahun 1989-1999. Obat antihipertensi utama diberikan kepada pasien di Irak di pusat pelayanan kesehatan dasar menggunakan kartu khusus bebas bayar, namun pasokan obat ini seringkali tidak cukup dan terganggu [2].Hipertensi arteri di negara maju adalah faktor risiko dari gangguan kardiovaskular yang paling umum; berpengaruh terhadap 20% -50% populasi orang dewasa [4,5]. Hipertensi meningkatkan risiko stroke pada populasi umum hingga tujuh kali, dan kontrol tekanan darah yang ketat dapat menurunkan sepertiga risiko stroke berulang [5-7]. Peningkatan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau diastolik 10 mmHg, akan meningkatkan dua kali lipat angka kematian penyakit jantung koroner dan stroke [8-10].Meskipun terdapat kemajuan pemahaman tentang patofisiologi hipertensi dan ketersediaan strategi pengobatan yang efektif, namun pengendalian tekanan darah masih rendah dan dengan alasan kesadaran kesehatan rendah, sistem diet yang buruk, dan ketidakpatuhan terhadap terapi obat [4-6].Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi durasi hipertensi; jenis obat antihipertensi; dan kepatuhan diet bebas garam; serta usia onset hipertensi kelompok infark miokard akut dan stroke iskemik; dan menilai perbedaan parameter antar kedua kelompok.

2. PASIEN DAN METODEPenelitian ini adalah studi banding cross-sectional yang melibatkan 191 pasien hipertensi; pasien berasal dari 2 kelompok, kelompok pertama adalah pasien stroke iskemik akut dengan hipertensi sebanyak 81 pasien (36 perempuan dan 45 laki-laki), dan usia mereka antara 33-82 tahun. Kelompok kedua adalah pasien infark miokard akut dengan hipertensi sebanyak 110 pasien (46 perempuan dan 64 laki-laki), dan rentang usia mereka 23-76 tahun. Penelitian dilakukan di rumah sakit saraf Al-kindy Teaching Hospital dan Pusat Jantung Ibnu Albitar di Baghdad antara Juni 2010 dan Juni 2011. Pemilihan pasien penyakit ini di rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus tidak berbeda, yaitu pasien stroke dan pasien penyakit jantung koroner yang dirawat ke setiap rumah sakit sebagai kasus darurat. Setiap pasien ditanya tentang kartu pengobatan penyakit kronis yang disediakan untuk pasien dengan penyakit kronis di pusat-pusat kesehatan dasar dan diminta dan dinilai secara klinis untuk hipertensi.Kriteria inklusi dari kelompok pertama adalah semua pasien yang dirawat dengan stroke iskemik akut dengan riwayat hipertensi atau pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi tetapi memiliki stigmata retina hipertensi atau EKG perubahan sugestif hipertensi. Kriteria ekslusi adalah pasien dengan diagnosis yang mengarah ke lesi desak ruang (space occupying lesion = SOL). Kriteria inklusi dari kelompok kedua adalah semua pasien yang dirawat dengan infark miokard akut dibuktikan dengan EKG dan enzim jantung; semua jenis infark miokard; memiliki riwayat hipertensi atau stigmata retina hipertensi atau EKG perubahan sugestif hipertensi pada orang-orang yang menyatakan tidak memiliki riwayat hipertensi. Kriteria eksklusi adalah pasien sekaligus menderita infark miokard dan stroke iskemik.Semua pasien ditanya tentang usia onset hipertensi, durasi hipertensi, jenis pengobatan antihipertensi, kepatuhan pengobatan antihipertensi, dan kepatuhan diet bebas garam. Data ini juga didokumentasikan dengan meninjau kartu penyakit kronis pasien di pelayanan kesehatan dasar. Para pasien diperiksa secara fisik dan oftalmoskopi. Semua pasien mendapatkan pemeriksaan EKG; CT scan otak dilakukan untuk semua pasien stroke. Data tentang obat dan diet diketahui dari pasien dan keluarga mereka, dan pasien dianggap tidak patuh terhadap pengobatan ketika asupan obat sering putus, semua pasien telah disarankan untuk diet bebas garam, dan pasien dianggap tidak patuh ketika mengkonsumsi garam dengan normal. Pasien dianggap sebagai hipertensi silent ketika tidak memiliki riwayat hipertensi, tetapi pasien memiliki stigmata retina hipertensi atau EKG perubahan sugestif hipertensi.Data ditabulasi menggunakan Microsoft Excel 2007, dan perbedaan statistik dinilai menggunakan software grafik pad (situs perhitungan cepat untuk ilmuwan). Uji Fisher digunakan untuk menilai perbedaan statistik pada data kategorikal, dan uji McNemar ini digunakan untuk membandingkan proporsi perbedaan. P