149
Guru Efektif LDK STAI Siliwangi Bandung | | 11 comments Tidak Sedikit dalam melaksanakan tugasnya, para guru kerap menghadapi berbagai kendala yang menghambat proses pembelajaran. Terhadap kendala-kendala yang muncul ini, ada guru yang dapat mengatasinya dengan baik, tetapi tidak sedikit pula guru yang tidak mampu mengatasinya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor eksternal. Bahkan, mungkin kita sering menjumpai proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang tidak mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran. Kenapa demikian??? Apapun alasan dan penyebab yang menimbulkannya, proses pembelajaran yang tidak mencapai sasaran, dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak efektif. Dan salah satu penyebab hal tersebut adalah karena gurunya tidak efektif. Bagaimana seorang guru yang efektif itu???… Menurut Michael Marland, seorang guru dapat dikatakan efektif apabila ia memiliki sikap pebuh perhatian dan pantang menyerah, penjelasannya mudah dipahami, serta mampu mengelola kelas dengan baik. Sementara Clara R. Puji Jogyanti berpendapat bahwa guru efektif adalah guru yang dapat meningkatkan seluruh kemampuan siswa ke arah yang lebih positif melalui pengjarannya. Dan menurut Drs. Sukadi berpendapat bahwa guru efektif adalah guru yang mampu mendayagunakan (empowering)

Guru Efektif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Guru Efektif

Guru Efektif

LDK STAI Siliwangi Bandung | | 11 comments

Tidak Sedikit dalam melaksanakan tugasnya, para guru kerap menghadapi berbagai kendala yang menghambat proses pembelajaran. Terhadap kendala-kendala yang muncul ini, ada guru yang dapat mengatasinya dengan baik, tetapi tidak sedikit pula guru yang tidak mampu mengatasinya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor eksternal. Bahkan, mungkin kita sering menjumpai proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang tidak mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran.

Kenapa demikian???

Apapun alasan dan penyebab yang menimbulkannya, proses pembelajaran yang tidak mencapai sasaran, dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak efektif. Dan salah satu penyebab hal tersebut adalah karena gurunya tidak efektif.

Bagaimana seorang guru yang efektif itu???…

Menurut Michael Marland, seorang guru dapat dikatakan efektif apabila ia memiliki sikap pebuh perhatian dan pantang menyerah, penjelasannya mudah dipahami, serta mampu mengelola kelas dengan baik.

Sementara Clara R. Puji Jogyanti berpendapat bahwa guru efektif adalah guru yang dapat meningkatkan seluruh kemampuan siswa ke arah yang lebih positif melalui pengjarannya.

Dan menurut Drs. Sukadi berpendapat bahwa guru efektif adalah guru yang mampu mendayagunakan (empowering) segala potensi yang ada dalam dirinya dan di luar dirinya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Melihat beberapa pandangan tersebut, maka untuk menjadi seorang guru efektif dituntut selalu mawas diri dan terus melakukan perbaikan-perbaikan kompetensi. Oleh sebab itu, untuk menjadi guru efektif perlu waktu, usaha, dan kerja keras yang diiringi dengan tekad yang kuat dan semangat pembaruan. Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah menjadi guru efektif.

http://www.ldkstaisiliwangi.co.cc/2010/03/guru-efektif.html

Page 2: Guru Efektif

Guru Kreatif. Creative Teacher

Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

2 peran guru profesional saat inihttp://gurukreatif.wordpress.com/2010/02/01/2-peran-guru-profesional-saat-ini/

omah kucink

Minggu, 21 Maret 2010

PERANAN GURU DALAM MENGHADAPI TANTANGAN PENDIDIKAN DEWASA INI oleh joko hadi yantoko

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangGuru adalah tokoh penting dalam pendidikan, jika dilihat dari beberapa segi bahasa “guru” mempunyai beberapa arti. Bahasa India yang dimana guru mempunyai arti orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. Dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal sebagai ‘maha resi guru’, yakni para pengajar yang bertugas untuk menggembleng para calon biksu. Sedangkan dalam bahasa Arab, kata “guru’ mempunyai arti yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Namun pada umumnya orang tidaklah sulit untuk mengartikan guru, secara akademis guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal. Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang

Page 3: Guru Efektif

kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.Dalam menghadapi tanatangan zaman, guru juga harus mampu untuk menjawab tantangan tersebut. Maka guru harus punya cara untuk itu, tantangan yang muncul adalah bagaiamana menjadi seorang motivator, dan guru juga harus menguasai teknologi, dan guru juga harus punya masalah dalam kependidikan.

Rumusan Masalah1. Bagaimana peran guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa ?2. Bagaimana guru meningkatkan pendidikan dengan bantuan tehknologi ?3. Bagaimana guru dalam menghadapi Problematika sistem pendidikan ?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Usaha Guru Untuk Membangkitkan Motivasi Belajar SiswaNamun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. • Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. • Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya

Page 4: Guru Efektif

lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut: 1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2.Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3.Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5.Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

6.Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok

Page 5: Guru Efektif

9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan

10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

Peran guru sebagai perncana (planner) pada tahap ini melakukan identifikasi masalah yang ada dikelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya,selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas: Rencana pembelajaran, Petunjuk pelaksanaan pambelajaran,Lembar kerja siswa, Media atau alat peraga pembelajaran, Instrumen penilaian pross hasil pembelajaran, Lembar obserfasi pembelajaran.

B. Meningkatkan pendidikan dengan bantuan tehknologiPendidikan di Indonesia adalah salah satu yang termahal di dunia. Jadi sungguh kasihan anak-anak Indonesia saat ini yang orang tuanya tidak mampu. Padahal pendidikan yang baik adalah kunci kelak di saat mulai terjun ke dunia pekerjaan.Parahnya lagi, belum tentu juga biaya yang makin mahal berarti pendidikan yang makin bagus. Salah satu penyebabnya adalah karena banyak pihak yang mulai membisniskan pendidikan ini. Memang jika dilihat dari jumlah anak2 di Indonesia, angkanya tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang ada. Sehingga sangat masuk akal jika hal ini dilirik pelaku2 bisnis. Sebenarnya, mutu pendidikan yang baik tidak selalu identik dengan harga yang mahal. Salah satunya adalah dengan mendayagunakan IT (Information Technology) untuk mendongkrak mutu sekolah2 di Indonesia.Urusan pendidikan menggunakan media IT sebenarnya sudah jamak dilakukan di perusahaan2 maju. Contohnya saja sewaktu saya bekerja di IBM tahun 1990-1995 dulu, hal yang pertama kali saya harus lakukan adalah mengambil training2 melalui materi2 rekaman Laser Disk. Laser Disk ini berisi rekaman2 video dari para pakar di IBM. Setelah mengambil training2 tersebut, saya dipersilahkan mengambil ujian bersertifikat, juga melalui sistem yang serba online. Saya ingat, servernya terletak di Lexington, sedangkan saya sendiri mengerjakan soal2 ujian tersebut di salah satu sudut di gedung Landmark A (ini gedung tempat IBM berdiri) .Cara training dan ujian seperti itu sangat efektif, karena saya tidak perlu buang2 waktu untuk travelling. Biaya yang dikeluarkan perusahaan

Page 6: Guru Efektif

juga menjadi minimum. Cara2 tersebut, jika diterapkan pada sekolah, saya sangat yakin bahwa hasilnya juga akan sangat bagus. Apalagi jika materinya dikemas dengan baik dan menarik.

C. Menghadapi Problematika sistem pendidikanDalam memetakan masalah pendidikan maka perlu diperhatikan realitas pendidikan itu sendiri yaitu pendidikan sebagai sebuah subsistem yang sekaligus juga merupakan suatu sistem yang kompleks. Gambaran pendidikan sebagai sebuah subsistem adalah kenyataan bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang berjalan dengan dipengaruhi oleh berbagai aspek eksternal yang saling terkait satu sama lain. Aspek politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan, bahkan ideologi sangat erat pengaruhnya terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan, begitupun sebaliknya. Sedangkan pendidikan sebagai suatu sistem yang kompleks menunjukan bahwa pendidikan di dalamnya terdiri dari berbagai perangkat yang saling mempengaruhi secara internal, sehingga dalam rangkaian input-proses-output pendidikan, berbagai perangkat yang mempengaruhinya tersebut perlu mendapatkan jaminan kualitas yang layak oleh berbagai stakeholder yang terkait. Struktur kurikulum yang ditetapkan berdasarkan UU No.20/2003 dalam Pasal 36 tentang Kurikulum menyebutkan: (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a. peningkatan iman dan takwa; b. peningkatan akhlak mulia; c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. keragaman potensi daerah dan lingkungan; e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f. tuntutan dunia kerja; g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. agama; i. dinamika perkembangan global; dan j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.Dalam PP No.19/2005 antara lain dalam pasal 6 yang menyebutkan:1) kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan akhlak mulia,

Page 7: Guru Efektif

ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan. 6). Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis. Kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi. Masyarakat dan lingkungan tempat tinggal merupakan bagian yang terintegrasi dengan siswa sebagai peserta didik. Proses pendidikan yang sebenarnya tentu melibatkan peranan keluarga, lingkungan-masyarakat dan sekolah, sehingga jika salah satunya tidak berjalan dengan baik maka dapat mempengaruhi keberlangsungan pendidikan itu sendiri. Berlangsungnya sistem ekonomi kapitalis di tengah-tengah kehidupan telah membentuk paradigma pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai bentuk pelayanan negara kepada rakyatnya yang harus disertai dengan adanya sejumlah pengorbanan ekonomis (biaya) oleh rakyat kepada negara. Pendidikan dijadikan sebagai jasa komoditas, yang dapat diakses oleh masyarakat (para pemilik modal) yang memiliki dana dalam jumlah besar saja.Hal ini dapat dilihat dalam UU Sisdiknas No.20/2003 Pasal 53 tentang Badan Hukum Pendidikan bahwa (1) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. (2) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. (3) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan. Sedangkan dalam pasal 54 disebutkan pula (1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Berdasarkan pasal-pasal di atas, terlihat bahwa tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan nasional saat ini akan dialihkan dari negara kepada masyarakat dengan mekanisme BHP yaitu adanya mekasnisme Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada tingkat SD-SMA dan Otonomi Pendidikan pada tingkat Perguruan Tinggi. Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan

Page 8: Guru Efektif

menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.Kenyataan yang menunjukan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan jasa komoditas adalah data dari Balitbang Depdiknas 2003 yang menyebutkan bahwa porsi biaya pendidikan yang ditanggung orang tua/siswa berkisar antara 63,35%-87,75% dari biaya pendidikan total. Sedangkan menurut riset Indonesia Corruption Watch (ICW) pada 2006 di 10 Kabupaten/Kota se-Indonesia ternyata orang tua/siswa pada level SD masih menanggung beban biaya pendidikan Rp 1,5 Juta, yang terdiri atas biaya langsung dan tak langsung. Selain itu, beban biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat (selain orang tua/ siswa) hanya berkisar antara 12,22%-36,65% dari biaya pendidikan total . Menurut laporan dari bank dunia tahun 2004, Indonesia hanya menyediakan 62,8% dari keperluan dana penyelenggaraan pendidikan nasionalnya padahal pada saat yang sama pemerintah India telah dapat menanggung pembiayaan pendidikan 89%. Bahkan jika dibandingkan dengan negara yang lebih terbelakang seperti Srilanka, persentase anggaran yang disediakan oleh pemerintah Indonesia masih merupakan yang terendah.BAB IIIKESIMPULAN

Dalam peranannya seorang guru tentunya juga harus mempunyai bekal agar dapat melewati rintangan dalam dunia pendidikan. Untuk menciptakan guru yang baik maka guru harus disiapkan secara matang, guru harus dipersiapkan benar-benar untuk menghadapi tantanagan dunia pendidikan yang semakin maju. Dengan dukungan kemajuan tekhnologi, maka guru harus dapat menguasi tehknologi yang ada agar dapat mengembangkan kemajuan pendidikan. Dan dengan untuk menciptakan guru profesional pada masa kini pemerintah telah menyiapkan beberapa sistem dimana sistem ini juga mempunyai kelemahan dan kelebihan, misalnya saja sertifikasi. Pada masa dahulu guru dipandang sebagai penyebar ilmu saja namun setelah berkembangnya tentang keguruan maka pada masa kini guru tidak hanya sebagai pemberi materi namun

Page 9: Guru Efektif

juga aspek lain yaitu sebagai motivator, yang akan memberi motivasi atau dukungan agar siswa lebih giat belajar. Maka dengan begitu citra guru secara konvensional akan hilang dengan sendirinya.

http://omahkucink.blogspot.com/2010/03/peranan-guru-dalam-menghadapi-tantangan.html

V. PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT   

4. PERANAN GURU DALAM PENDIDIKANTUGAS GURU Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri. Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga

Page 10: Guru Efektif

negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN. Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal. Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus. Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.  Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya

Page 11: Guru Efektif

menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya.  Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial

training) harus mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru. 

2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum. 

3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk

Page 12: Guru Efektif

kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.

PERAN GURU WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila. Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai

Page 13: Guru Efektif

dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut. Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental. Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik. 

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_154.html

Page 14: Guru Efektif

engertian Peran Guru Dalam Pendidikan

25.11.2009 by pengertian Category Makalah, Pengertian

Pengertian guru sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti guru di gugu terus ditiru yang dalam bahas Indonesia artinya adalah dipercaya dan di contoh. Guru dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu.

Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

McLeod, (1989) berasumsi guru adalah seseorang yang pekerjaanya mengajar orang lain. Kata mengajar dapat kita tapsirkan misalnya :

Page 15: Guru Efektif

1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitip).2. Melatih ketrampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik)3. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektip)

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

Jadi pengertian guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaanya utamanya mengajar (UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27 ayat 3)

Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat.

Menurut tinjauan psikologi,kepribadian berarti sipat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain. McLeod (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sipat yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini kepribadian adalah karakter atau identitas.

Kepribadian Guru

Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia.Karena disamping sebagai pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai panutan.Mengenai pentingnya kepribadian guru,seorang psikolog terkemuka Prof. Dr Zakiah Dardjat ( 1982) menegaskan :

Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya,ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat SD) dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menngah) .Secara konstitsional,guru hendaknya berkepribadianh Pancasila dan UUD 45 yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan YME,disamping itu dia harus punya keahlian yang di perlukan sebagai tenaga pengajar.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru adalah

Page 16: Guru Efektif

1. Fleksibilitas kognitif2. Keterbukaan Psikologis pribadi guru.

Fleksibilitas kognitif ( keluwesan ranah cipta ) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.Kebalikanya adalah frgiditas kognitif atau kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurang mampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi.Guru yang fleksibel pada umunya di tandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi.Selain itu ia juga mempunyai resistensi (daya tahan ) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Ketika mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis.Berpikir kritis adalah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang di pusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu,dan melakukan atau menghindari sesuatu (Heger & Kaye,1990)

Keterbukaan Psikologis pribadi guru. Hal lain yang menjadi paktor menentukan keberhasilan tugas guru adalah keterbukaan psikologs guru itu sendiri.Guru yang terbuka secara psikologi akan di tandai dengan kesediaanya yang relatip tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antar lain siswa,teman sejawat,dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.Ia mau menerima kritik dengan ikhlas.Disamping itu ia juga memiliki empati,yakni respon afektip terhadap pengalaman emosionalnya dan perasaan tertentu orang lain.(Reber,1988). Contohnya jika seorang muridnya di ketahui sedang mengalami kemalangan,maka ia turut bersedih dan menunjukan simpati serta berusaha memberi jalan keluar.

Keterbuksaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai anutan siswa..Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.Keterbukaan psikologis juga di perlukan untuk menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis,sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.

Kompetensi Profesionalisme Guru.

Kompetensi

Pengertian kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Selain kemampuan kompetensi juga berarti keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum.Jadi kompetensi guru adalah merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan kewajiban–kewajibanya secara bertanggung jawab dan layak.

Page 17: Guru Efektif

Intinya, Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.

Jenis Kompetensi

1. Kompentensi Pribadi

a. Mengembangkan Kepribadian

· Bertqwa kepada Allah SWT

· Berperan akkif dalam masyarakat

· Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru

b. Berinteraksi dan Berkomunikasi

· Berinteraksi dengan rekan sejawat demi pengembangan kemampuan professional

· Berinteraksi dengan masyarakat sebagai pengemban misi pendidikan

c. Melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan

· Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar

· Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus

d. Melaksanakan Administrasi Sekolah

· Mengenal administrasi kegiatan sekolah

· Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah

e. Melaksanakan penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengajaran

· Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah

· Melaksanakan penelitian sederhana

2. Kompetensi Profesional

1. Menguasai landasan kependidikan

· Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional

Page 18: Guru Efektif

· Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat.

· Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

1. Menguasai bahan pengajaran

· Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dari menengah

· Menguasai bahan pengajaran.

1. Menyusun program pengajaran

· Menetapkan tujuan pembelajaran

· Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran

· Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai

· Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

1. Melaksanakan program pengajaran

· Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

· Mengatur ruangan belajar

· Mengelola interaksi belajar mengajar

1. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

· Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

· Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Kompetensi guru yang diteliti meliputi empat kategori.

1. Kemampuan guru dalam merencanakan program belajar mengajar.2. Kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran.3. Kemampuan guru dalam melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.4. Kemampuan dalam menilai kemajuan proses belajar mengajar.

Profesionalsime

Page 19: Guru Efektif

Profesionalsime sendiri berasal dari kata profesus (bahasa latin), yang berarti siap tampil di depan publik. Jadi untuk tampil di depan umum, seorang professional harus telah siap untuk menghadapi semua masalah dan menyelesaikannya dengan baik

Ada yng mengatakan bahwa Profesional adalah suatu bidang pekerjaan yang memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Dengan kata lain sebuah profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya. Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu.

Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memilki pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam KBM serta landasan-landasan kependidikan seperti tercantum dalam kompetensi guru dalarn uraian selanjutnya. Dalam melakukan kewenangan profesionalismenya, guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam. Namun sebelum sampai pada pembahasan kompetensi ada beberapa syarat profesi yang harus dipahami terlebih dahulu.

Jadi, guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan.

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Profesionalisme guru yang dimaksud dalam skripsi ini adalah guru Fiqih yang profesional. Adapun guru profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa, yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Seorang yang memiliki predikat professional memiliki ciri-ciri yang selalu melekat dalam pikirannya, dan tercermin dalam tingkah laku dari para professional. Ciri-ciri professional tersebut adalah sebagai berikut:

1. Disiplin2. Berorientasi pada kualitas3. Rajin dan antusias4. Berpikir positif5. Fleksibel6. Rasional7. Etis

Page 20: Guru Efektif

8. Kompeten9. Strategis

Semua ciri tersebut memiliki hubungan dengan kebiasaan kita sehari-hari. Jadi untuk menjadi seorang yang professional, kita harus merubah secara terus-menerus kebiasaan kita, mencapai yang lebih baik, dan lebih baik.

Mengingat tugas guru yang demikian kompleksnya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus sebagai berikut:

1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam

2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya

5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah bisa didasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasanya salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru adalah kompetensi professional. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan Guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

Yang dimaksud dengan penguasaan materi secara luas dan mendalam dalam hal ini termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme Guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai.

Ada beberapa langkah strategis yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, yaitu :

1. Sertifikasi sebagai sebuah sarana

Tujuan sertifikasi guru adalah:

· Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

Page 21: Guru Efektif

· Pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional

· Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan

· Meningkatkan martabat guru

· Meningkatkan profesionalitas guru

Adapun manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai berikut.

· Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.

· Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak

Berkualitas dan tidak profesional.

· Meningkatkan kesejahteraan guru

2. Perlunya perubahan paradigma

3. Jenjang karir yang jelas

4. Peningkatan kesejahteraan yang nyata

5. Gaji yang memadai.

6. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.

7. Pelatihan dan sarana

Kamudian Apa Peran Guru dalam Proses Pendidikan?Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :

1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat

Page 22: Guru Efektif

dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :

1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Abin Syamsuddin menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).

Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social agent).

Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis.

Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :

Page 23: Guru Efektif

1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya;4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin;5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik;6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai :

1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah;4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik; dan5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.

Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :

1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan;4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan

Page 24: Guru Efektif

5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.

Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

http://pengertian.baru2.net/pengertian-peran-guru-dalam-pendidikan.html

Page 25: Guru Efektif

Jenis-jenis Kualitas Sikap Mental Guru

Posted by: Moeflich on: November 20, 2007

In: Ajaran Tentang Hubungan Guru dan Murid Comment!

        Dalam dunia pendidikan dan dalam buku-buku tentang pendidikan dan keguruan selama ini, klasifikasi guru sejauh ini paling tidak baru dibuat baru di sekitar dua hal: Pertama, kualitas guru berdasarkan jenjang pendidikannya atau kelulusannya (SPG/PGA, D2, D3, Sarjana). Kedua, kelompok guru berdasarkan bidang studi yang diasuhnya (misalnya guru IPA, guru matematika, guru agama, guru IPS dst). Klasifikasi jenis-jenis guru sepert ini dampaknya hanya pada penguasaan materi pendidikan. Padahal, salah satu problem besar pendidikan adalah masalah moral dan akhlak sebagai diantara tujuan utama pendidikan. Sesungguhnya, klasifikasika guru tidak hanya yang disebut di atas. Tulisan ini menguraikan lima jenis guru berdasarkan kualitas sikap mentalnya dalam mengajar. Jenis-jenis sikap berdasarkam karakter mental ini memiliki pengaruh penting terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Klasifikasi karakter mental guru ini bisa diawasi oleh pimpinan sekolah, pengawas, dewan sekolah bahkan oleh murid sendiri.

 

1. Guru Sasar        Guru sasar adalah guru yang tidak sesuai antara statusnya sebagai guru dengan perilakunya. Tidak sesuai juga antara kata-katanya dengan perbuatannya, antara seruan dan sikapnya sendiri. Guru yang tidak mencerminkan dirinya sebagai guru. Misalnya, akhlaknya kurang baik dan tidak memiliki sifat seorang pendidik. Hasilnya, bukan membawa kemajuan terhadap murid-muridnya tapi malah memberikan dampak buruk dan menyesatkan. Tipe ini adalah mereka yang tidak memiliki mental guru tapi terpaksa menjadi guru, akhirnya menjadi guru yang kesasar. Guru sasar terpaksa menjadi guru daripada menganggur, tidak punya pekerjaan lain dan seterusnya.Secara profesional, guru mismatch (latar pendidikan dengan bidang studi) adalah termasuk guru sasar terutama bila dirasakan murid tidak membawa kemajuan dalam memahami pelajaran. Disebut guru sasar karena tidak nyambung antara latar belakang pendidikan dengan

Page 26: Guru Efektif

pekerjaannya sebagai guru. Ada satu-dua kasus guru mismatch berdampak positif terhadap kemajuan murid dan sekolah, karena disebabkan beberapa hal: (1) Tidak memiliki latar belakang ilmu pendidikan, tetapi berbakat jadi guru, atau mempunyai mental guru, senang membimbing, mengarahkan dsb. (2) Rajin dan tekun mengembangkan diri untuk menjadi guru yang baik sehingga ia mampu mengajar dengan baik, mengerjakan tugasnya dengan baik, bertanggung jawab sebagai guru dsb. Namun demikian, tuntutan profesional tetap mengharuskan seorang guru harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan apa yang diajarkannya.

 

2. Guru Makelar    Guru yang kemampuannya lebih pada mengutip-ngutip pikiran orang, menghapal dan menyebutkan pendapat-pendapat orang. Ia menjadi “makelar” ilmu orang lain. Banyak mengutip pendapat orang lain tapi tidak kritis, tidak punya refleksi, jarang memiliki pendapat sendiri, ujung-ujungnya tidak punya pendirian. Kuat dalam hafalan tapi kurang memiliki fikiran dan pendapat sendiri. Lebih buruk dari guru makelar adalah guru yang kesukaannya mendiktekan pelajaran untuk dicatat secara pasif oleh murid-muridnya.

 

3. Guru LayarGuru yang kesenangannya menceritakan kemampuan-kemampuannya, pengalaman-pengalamannya, kehebatan-kehebatannya, kelebihan-kelebihannya di depan murid-muridnya. Hal itu dilakukan tanpa berfikir penting tidaknya, manfaat tidaknya, relevan tidaknya kesenangan menceritakan diri dengan pelajaran yang sedang dibahas di kelas. Dia berlayar dalam pengalamannya. Dia senang kalau sudah bercerita tentang pengalamannya, “tujuannya” adalah pengumuman bahwa dia hebat dst.

 

4. Guru Bayar      Guru yang melakukan fungsi pendidikan karena dia dibayar oleh status, peranan, pekerjaan atau lingkungannya sebagai guru, tanpa dia sendiri menyadarinya. Dia melakukan sikap-sikap keguruan dan kependidikan karena dia merasa dirinya sebagai guru. Misalnya, berpenampilan rapih, bersikap manis, bertutur baik, sopan dan ramah karena dia merasa sebagai guru. Status guru membentuknya seperti itu. Ketika tidak menjadi guru sikapnya berubah. Sikap-sikap baik tersebut bukan lahir dari sikap mentalnya sendiri, bukan pendapatnya sendiri yang

Page 27: Guru Efektif

kuat dan kukuh. Ciri guru bayar adalah melakukan fungsi-fungsi keguruan tetapi tidak dibarengi dengan penjiwaan, tidak memiliki ekspresi emosionalnya sebagai guru sehingga umumnya kurang kreatif sebagai guru. Guru bayar menjadi guru bila di sekolah, di luar sekolah lain lagi. Guru bayar umumnya adalah pengajar bukan pendidik.

 

5. Guru Besar        Guru besar disini maksudnya bukan doktor atau profesor karena itu menyangkut ilmu. Guru besar yang lebih hebat adalah guru besar dalam hal sikap mental. Guru besar ilmu banyak yang tidak memiliki mental pendidik dan sikapnya tidak terpuji. Guru besar disini maksudnya guru yang pandai membesarkan hati, harapan dan cita-cita murid-muridnya, guru yang pandai menumbuhkan motivasi dan mendorong murid-muridnya untuk maju. Guru yang pandai membesarkan keinginan sehingga anak didiknya merasa terdorong, termotivasi dan terbangun jiwanya. Guru tipe ini sikapnya arif, mentalnya dewasa dan matang, tidak mudah menyalahkan, ucapannya sejuk dan enak didengar, dan seorang motivator yang baik. Guru besar selalu disukai murid-muridnya.

 

RefleksiYang terbaik dari kelima jenis itu tentu saja adalah guru besar. Guru besar adalah guru yang baik, guru sejati, pendidik yang sebenarnya. Bila sekolah ingin maju, perbanyaklah guru besar di sekolah. Arahkanlah guru-guru yang ada di sekolah untuk menjadi atau memiliki mental guru besar melalui program-program pelatihan, pendidikan mental, perluasan wawasan dan peningkatan jenjang pendidikan. Kelompok guru besarlah yang akan memiliki dampak positif terhadap anak didik dan dunia pendidikan secara umum. Mental guru besar lah yang akan melahirkan murid-murid yang sukses dan generasi muda yang berakhlak mulia yang selama ini didambakan oleh orang tua dan masyarakat. Klasifikasi sikap mental guru ini bisa melibatkan evaluasi dari kepala sekolah, pengawas, masyarakat dan murid-murid secara tidak langsung demi kemajuan pendidikan.[]

http://syaghafan.wordpress.com/2007/11/20/jenis-jenis-kualitas-sikap-mental-guru/

Page 28: Guru Efektif

DA 3 JENIS GURU, ANDA TERMASUK YANG MANA?

By Munif Chatib

Dalam minggu ini penulis banyak menerima undangan berbicara dalam acara halal bihalal beberapa sekolah. Hampir kebanyakan yang hadir adalah semua pengurus yayasan, kepala sekolah dewan guru dan semua karyawan yang bekerja di sekolah tersebut. Seorang kawan yang kebetulan menjadi direktur di sebuah sekolah membisikkan sesuatu yang penting sebelum saya naik panggung.

“Pak Munif tolong beri motivasi dan semangat para guru ya agar mereka lebih baik lagi dalam bekerja”.

Memang sekolah sebagai institusi yang didalamnya wajib membutuhkan sentuhan manajemen sumber daya manusia, sebagai maqom manajemen yang tertinggi, guru adalah komponen yang maha penting.

Page 29: Guru Efektif

Bahkan kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Artinya roda komunitas yang bernama sekolah sangat diwarnai oleh kinerja para gurunya.

Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan banyaknya problematika yang dihadapi oleh para guru. Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah ‘KEMAUAN’ untuk maju. Apabila kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan multiple intelligences-nya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa ‘tidak ada guru yang tidak becus mengajar’. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk belajar dan maju.

Saya sangat setuju dengan pernyataan seorang teman yang memimpin sebuah sekolah yang berkualitas. “Pak Munif tidak semua guru lho mau diberikan pelatihan. Jika seperti itu maka sebagus apapun materi dan kemasan dalam pelatihan itu, biasanya guru tidak akan berhasil mengambil manfaat dari pelatihan itu. Oleh sebab itu, saya merancang sebuah sesi pendaftaran kepada guru-guru saya yang ‘MAU’ ikut pelatihan dengan batasan waktu. Dari situ saja saya sudah tahu, mana guru yang ‘tertarik’ dan ‘tidak tertarik’.

Dua tahun yang lalu pemerintah memulai melaksanakan program sertifikasi guru. Program ini sebenarnya diawali dari sebuah hipotesa, bahwa guru yang professional dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya jangan harap seorang guru akan professional, jika kesejahteraannya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.

Beberapa bulan yang lalu, ternyata hipotesa itu terjawab. Dari data statistik yang dianalisa oleh teman-teman asesor menyebutkan bahwa para guru penerima tunjangan profesi yang cukup besar, ternyata belum menunjukkan kemajuan kualitas dalam proses mengajarnya. Mereka tidak berubah, mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka sudah menerima tunjangan profesi sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk menjadi guru yang professional dengan berbagai kriteria yang sudah ditentukan dalam proses sertifikasi guru.

Jadi menurut penulis ada hipotesa baru, yaitu ‘besarnya penghasilan guru belum tentu menjadi penyebab berkembangnya kualitas guru dalam bekerja’.

Dilihat dari faktor ‘KEMAUAN’ untuk maju, maka ada 3 jenis guru.

Page 30: Guru Efektif

Pertama, ‘GURU ROBOT’, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka yang peduli kepada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tidak mempunyai kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam menerima materi. Apalagi kepedulian terhadap masalah sesame guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan peritnah berdasarkan apa saja yang sudah di programkan. Guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan seperti ini.

“Wah …itu bukan masalahku…itu masalah kamu. Jadi selesaikan sendiri ….” Atau

“Maaf aku tidak dapat membantu … sebab hal ini bukan tugas saya…”.

Kedua, ‘GURU MATERIALIS’, yaitu guru yang selalu melakukan hitung-hitungan, mirip dengan aktivitas bisnis jual beli atau yang lainnya. Parahnya yang dijadikan patokannya adalah ‘HAK’ yang mereka terima. Barulah ‘KEWAJIBAN’ mereka akan dilaksanakan sebesar tergantung dari HAK yang mereka terima. Guru ini pada awalnya merasa professional, namun akhirnya akan terjebak dalam ‘KESOMBONGAN’ dalam bekerja. Sehingga tidak terlihat ‘benefiditasnya’ dalam bekerja. Ungkapan-ungkapan yang banyak kita dengan dari guru jenis ini antara lain:

“Cuma digaji sekian saja … kok mengharapkan saya total dalam mengajar… jangan harap ya …”.

“Percuma mau kreatif, orang penghasilan yang diberikan kepada saya hanya cukup untuk biaya transport…”.

“Kalau mengharapkan saya bekerja baik, ya turuti dong permintaan gaji saya sebesar …..”.

Dan seterusnya …

Ketiga, ‘GURUNYA MANUSIA’, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam hal mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswanya berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang

Page 31: Guru Efektif

ikhlas untuk introspeksi apabila ada siswanya yang tidak bisa memahami materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar. Sebab mereka sadar, profesi guru adalah makhluk yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan mengembangan.

GURUNYA MANUSIA , juga manusia yang membutuhkan ‘penghasilan’ untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bedanya dengan GURU MATERIALIS, GURUNYA MANUSIA menempatkan penghasilan sebagai AKIBAT yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya. Yaitu Keikhlasan mengajar dan belajar.

Sudah banyak contoh yang mana rizki seorang guru tiba-tiba diguyur oleh Allah SWT dari pintu yang tidak terduga, atau dari akibat guru tersebut terus menerus belajar.

Ada teman guru yang mendapatkan kesempatan ‘belajar’ di luar negeri sebab mempunyai prestasi dalam membuat lessonplan. Ada teman guru mendapatkan rizki sebab dengan tekun menulis buku ajar untuk siswa di sekolah tempat dia bekerja. Ada teman guru yang menulis kisah-kisah yang unik yang dialami di kelas pada saat dia belajar. Ada teman guru yang sekarang menjadi ‘bintang’ banyak sekali dibutuhkan pemikiran-pemikirannya untuk banyak guru di Indonesia, dan lain-lain.

Walhasil, Allah tidak maha mendengar. Maha melihat dan maha mengetahui apa yang dinginkan oleh hambanya yang bertawakkal.

Sekarang … tundukkan wajah sejenak. Ambil nafas … lakukan instropeksi. Anda termasuk guru jenis yang mana? Bagaimanapun anda. Sekarang anda sudah tahu harus bagaimana menjadi seorang guru yagn professional.

http://munifchatib.wordpress.com/2009/10/05/ada-3-jenis-guru-anda-termasuk-yang-mana/

Page 32: Guru Efektif

3 ( TIGA ) MACAM JENIS GURU DILIHAT DARI FAKTOR KEMAUAN

A. Guru Robot

Guru Robot yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka tidak perduli dengan kesulitan siswa dalam menerima materi. Apalagi terhadap sesama guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak perduli dan mirip robotyang selalu menjalankan perintah dan berdasarkan apa saja yang sudah di programkan. Guru jenis ini banyak sekali mengungkapkan hal seperti ini.

"Wah... Itu bukan masalahku... Itu masalah kamu. Jadi selesaikan sendiri." Atau

"Maaf aku tidak dapat membantu... Sebab hal ini bukan tugas saya."

B. Guru Metrealis

Guru matrealis yaitu guru yang selalu melakukan hitung-hitungan, mirip dengan aktifitas jual beli atau yang lainnya. Parahnya yang dijadikan patokannya adalah hak yang mereka terima. Kewajiban yang mereka akan dilaksanakan sebesar tergantung dari hak yang mereka terima . Guru ini pada awalnya merasa bersikap Profesional, namun akhirnya akan

Page 33: Guru Efektif

terjebak dalam kesombongan dalam bekerja. Sehingga tidak terlihat benedifitasnya dalam bekerja.

Ungkapan yang banyak dikeluarkan oleh guru seperti ini antara lain :

"Cuma digaji sekian saja kok mengharapkan saya total dalam mengajar."

"Percuma mau kreatif, orang penghasilan saya hanya cukup untuk biaya transport."

C. Gurunya Manusia

Gurunya Manusia yaitu guru yang mempunyai keiklasan dalam mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswanya berhasil memehami materi-materi yang diajarkan. Profesi guru adalah mahluk yang tidak boleh berhenti untuk belajar.

Guru Manusia juga membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bedanya dengan guru matrealis, Guru manusia menempatkan penghasilan sebagai akibat yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya yaitu menjalankan belajar dan mengajar.

Sekarang tundukan wajah sejenak mabil nafas lakukan introfeksi. Anda termasuk jenis guru yang mana? Bagaimanapun anda, sekarang anda sudah tahu bagaiman harus mennjadi seorang guru.

http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/3-tiga-macam-jenis-guru-dilihat-dari.html

Page 34: Guru Efektif

Menjadi Guru Kreatif

OPINI | 27 May 2009 | 15:30 1661 4 Nihil

Menjadi guru kreatif ternyata tidak mudah. Perlu perjuangan dan pengorbanan. Bahkan mungkin anda akan mengalami sebuah penderitaan dahulu yang akan membawa anda kepada puncak kebahagiaan dan ketenaran. Saya banyak belajar dari Prof. Dr. Arief Rachman, bapak sekaligus guru saya di sekolah Labschool. Beliau adalah tokoh pendidkan dan contoh guru kreatif yang ada di Indonesia. Dari tangan beliaulah lahir tenaga-tenaga pendidik seperti saya yang berusaha keras untuk menjadi guru kreatif.

Guru kreatif tidak pernah puas dengan apa yang ada pada dirinya. Dia terus belajar dan belajar sampai ajal menjemputnya. Baginya, menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran adalah sesuatu hal yang harus dicari dan kemudian dibagikan kepada teman-teman guru

Page 35: Guru Efektif

lainnya. Tak mudah memang, tapi disinilah tantangannya bila kita mau terus instropeksi diri dalam pembelajaran yang kita lakukan di sekolah. Berusaha terus-menerus memperbaiki kinerjanya sebagai guru dengan terus melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajarannya.Saya teringat pesan pak Arif bila anda ingin menjadi guru yang kreatif, maka anda harus berhenti untuk menjadi guru pengeluh. Berusahalah semaksimal mungkin memberdayakan apa yang dimiliki sekolah untuk anda gunakan dalam menunjang pembelajaran anda.  Bila kemudian anda menemukan alat bantu atau media pembelajaran yang membantu anda menyampaikan materi ke otak siswa dengan cepat, maka harus anda buktikan media itu dengan terlebih dahulu dengan melakukan PTK.

Dengan melakukan PTK anda akan menjadi guru yang kreatif. Di dalam PTK itulah akan anda dapatkan refleksi diri yang anda lakukan melalui siklus-siklus yang anda lakukan sendiri sampai anda merasa yakin bahwa yang anda lakukan telah berhasil. Penelitian kualitatif cenderung berbasis kata, misalnya hasil wawancara, sedangkan penelitian kuantitatif cenderung berbasis angka misalnya skor uji. Anda dapat pelajari hal itu dengan membaca buku Action Research di ruang Kelas karya Vivienne Baumfield, dkk. Buku ini dapat anda dapatkan dengan mudah di toko buku Gramedia atau bisa juga anda pesan langsung ke penerbit Indeks.

Action Research di ruang kelas atau PTK merupakan panduan penting untuk semua guru kreatif yang tertarik melakukan riset di dalam ruang kelas. Penulisnya memberikan gambaran pendekatan yang mudah diikuti sehingga dapat membantu guru meningkatkan praktik profesional mereka dan mengevaluasi kebutuhan murid di sekolah. Terdapat banyak kiat praktis dan contoh proyek riset tindakan nyata dari berbagai tipe sekolah yang menjadikan PTK sebagai buku wajib bagi guru dan mahasiswa keguruan.

Menjadi guru kreatif harus mampu meneliti. Meneliti di kelasnya sendiri sehingga kualitas pembelajarannya semakin berkualitas. Banyak masalah yang bisa anda teliti, banyak masalah yang harus dicari segera solusinya. Melalui PTK anda akan mendapatkan rahasia-rahasia baru dalam khasanah ilmu pendidikan yang dapat anda kembangkan menjadi sesuatu yang berarti dalam kegiatan pembelajaran. Setiap kegiatan yang anda lakukan harus dicatat dan diamati benar bersama teman sejawat sehingga apa yang anda lakukan dalam PTK benar-benar solusi baru dalam pembelajaran di sekolah yang berujung kepada peningkatan mutu pendidikan.

Jangan biarkan diri anda menjadi guru pengeluh dan terus mengeluh karena anda tidak kreatif. Mari ciptakan khasanah ilmu pengetahuan baru

Page 36: Guru Efektif

dengan menjadi guru kreatif. Kalau bukan kita sendiri yang menjadi guru kreatif, lalu siapa lagi?

Salam Blogger Kompasiana

Omjay

http://umum.kompasiana.com/2009/05/27/menjadi-guru-kreatif/

Ciri-ciri seorang Guru yang kreatif :Add comments

Page 37: Guru Efektif

Fleksibel

Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.

 

Optimistis

Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan yakin akan perubahan anak didik ke arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang fun akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut.

 

Respek

Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekadar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya.

 

Cekatan

Anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif, dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu di imbangi oleh Anda sebagai pengajarnya sehingga Anda mampu bertindak sesuai kondisi yang ada.

Page 38: Guru Efektif

 

Humoris

Menjadi guru killer? Anak-anak malah takut kepada Anda dan tidak mau belajar. Meskipun setiap orang mempunyai sifat humoris, sifat ini dituntut untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat membantu mengaktifkan kinerja otak kanan mereka.

 

Inspiratif

Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan peserta didik mengikutnya, guru harus dapat menemukan banyak ide dari hal-hal baru dan lebih memahami informasi-informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya.

 

Lembut

Dimanapun, guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar kepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasing sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas berbagai masalah yang muncul.

 

Disiplin

Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup bebagai hal lain. Sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisplinan tanpa harus sering mengatakan tentang pentingnya disiplin. Contoh, disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar dan sebagainya. Dengan demikian, akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya hidup disiplin.

Page 39: Guru Efektif

 

Responsif

Ciri guru yang profesional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan maupun teknologi, dll.

 

Empatik

Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan proses peneriamaan, serta pemahaman terhadap pelajaran pun berbeda-beda. Oleh karena itu, seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam memahami keberagaman tersebut sehingga bisa lebih memahami kebutuhan-kebutuhan belajar mereka.

 

Nge-friend

Jangan membuat jarak yang lebar dengan anak didik hanya karena posisi Anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekadar hubungan guru-murid. Sehingga, anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

http://rakarai.abatasa.com/post/detail/10202/ciri-ciri-seorang-guru-yang-kreatif-

Page 40: Guru Efektif

Guru Kreatif. Creative Teacher

Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

22 ciri guru kreatif

with one comment

Siapa bilang menjadi guru yang kreatif susah? Silahkan melihat daftar dibawah ini anda akan menemukan bahwa beberapa dari ciri ini sudah anda lakukan. Silahkan telaah dan cermati, jika anda sudah melakukan satu saja dari sekian banyak ciri guru kreatif di bawah ini, maka saya ucapkan selamat! Karena jalan untuk menjadi guru kreatif sudah membentang di depan anda. Tinggal tunggu waktu untuk melengkapi semua, yang penting sebagai guru anda sudah di jalur yang benar.

1. Mandiri2. Selalu ingin tahu hal yang baru3. Spontan4. Seperti anak-anak, punya jiwa yang mau mencoba dan tidak takut

salah5. Senang bermain6. Percaya diri7. Tanggap8. Berpikiran terbuka9. Ekspresif10.Suka mencoba melakukan pengembaraan atau petualangan ilmu

baru11.Bersimpati pada orang lain12.Punya kemauan yang kuat13.Reflektif14.Tertarik untuk hal baru15.Fleksibel16. Introspektif17.Terbuka untuk pengalaman18.Punya hati nurani19.Selalu punya suasana hati yang baik saat mengerjakan tugas20.Menghargai keberagaman

Page 41: Guru Efektif

21.Tidak peduli dengan omongan orang lain, sepanjang hal yang dilakukannya demi siswa

22.Tertantang untuk menemukan

http://gurukreatif.wordpress.com/2010/01/12/ciri-ciri-guru-kreatif/

Guru Kreatif. Creative Teacher

Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

10 ciri guru profesional

with 82 comments

1. Selalu punya energi untuk siswanya Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap

percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap

pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif

sehingga bisa  mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baikSeorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang

baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa

hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.

5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang

terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan

telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.

6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan

Page 42: Guru Efektif

mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.

7. Pengetahuan tentang Kurikulum Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang

kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga  memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.

8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme

untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan

bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

9. Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran

Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan 

mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak

dewasa.

10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling

hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.

http://gurukreatif.wordpress.com/2009/11/06/10-ciri-guru-profesional/

Page 43: Guru Efektif

SIKAP PROFESSIONAL KEGURUAN 10:53 Diposkan oleh mifdamds. sekolah tercinta Label: Makalah

BAB IPENDAHULUAN

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan proses pendidikan di sekolah maka pembinaan dan pengembangan profesi guru dipandang perlu diperhatikan sebagai wujud komitmen dalam melakukan pembenahan pola pendidikan agar mencapai mutu pendidikan sesuai harapan.Penyusunan makalah ini merupakan bentuk respon terhadap program kebijakan bidang pendidikan, paling tidak kehadirannya mengingatkan kita betapa pentingnya peran guru dan betapa pentingnya sikap seorang guru yang professional serta berpengalaman yang tinggi sehingga saatnya nanti segala yang dicita-citakan bersama tercapai dimana guru mampu memberikan yang terbaik bagi kemajuan pendidikan melalui wujud keprofesionalan dan pengalaman yang tidak diragukan lagi. Itu semua akan terjadi manakala kita mau belajar dan menganalisis berbagai sikap yang dimiliki oleh seorang guru yang mempunyai keteladanan yang patut dijadikan figur dan contoh anak didiknya demi kemajuan dunia pendidikan di masa yang akan datang.

BAB IIPEMBAHASAN

SIKAP PROFESSIONAL KEGURUAN

Page 44: Guru Efektif

A. pengertian Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semi profesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).

Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal dan sosial.

B. sasaran sikap professional

1. Sikap terhadap peratuan perundang-undangan Pada butir 9 kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: Guru melakanakan segala kebijakan pemerintuah untuk bidang pendidikan.” Kebijakan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.denga mengeluarkan ketentuan – ketentuan dan peraturan perauran yang merupakan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh apratnya.2. Sikap terhadap orgaisasi profesiGuru bersama – sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan agar lebih berdaya guna dan berhasil sebagai wadah untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Maka dari itu setiap orang harus memberikan waktu sebagiannya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga pemanfaatannya mnjadi efektif dan efisien.

Page 45: Guru Efektif

3. Sikap terhadap teman sejawatDalam ayat 7 kode etik gutu disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social. Itu berarti guru hendaknya kerja dan hendanya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan didalam maupun diluar sekolah.

4. Sikap terhadap anak didikTelah dijelaskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/2989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

5. Sikap terhadap tempat kerjaSuasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personal yang terlibat didalamnya tidak menjalin hubungan yang baik diantara sesamanya. Penciptaan suasana kerja menantang harus dilengkapi denagn terjalinnya hubungan yang baik denagn orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudnya untuk membina peras serta rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6. Sikap terhadap pemimpinDalam kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut diberikan berupaya tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama jugadapat diberikan dalam bentuk usulan dan kritis yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam mensukseskan program yang sudah disepakati, baik di sekolah maupun diluar sekolah.

7. Sikap terhadap pekerjaanKode etik 6 dituntut guru baik secara pribadi maupun secara kelompok untuk meningkatkan mutu pribadi maupun kelompok untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Profesi guru berhubungan denagn anak didik yang mempunyai persamaandan perbedaan yang melayaninya harus memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan denagn peserta didik yang masih kecil.

C. Pengembangan Sikap Profesional

Page 46: Guru Efektif

Dalam angka meningkatkan mutu baik mutu professional maupun layanannya, guru harus meningkatkan sikap profesionalnya. Hal tersebut dapat dilakukan baik selagi dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas, yaitu:

1) Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatanCalon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Merupakan pendidikan persiapan mahasiswa ntuk meniti karir dalam bidang pendiikan dan pengajaran. Menurut Page & Thomas pendidikan prajabatan merupakan sebuah istilah yang paling lazim digunakan lembaga pendidikan keguruan, yang merujuk pada pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga jenjang universiter pendidikan untuk menyiapkan mahasiswa yang hendak menii karir dalam bidang pengajaran.

2) Pengembangan sikap selama dalam jabatanPengembanagn sikap professional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pedidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dengan cara formal mlalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegitan ilmiah lainnya.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Profesionalisme guru dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kepuasan kerja, supervisi pendidikan dan komitmen. Kepuasan kerja diartikan sebagai cerminan sikap dan perasaan dari individu terhadap pekerjaannya, atau keadaan emosional menyenangkan dan tidak menyenangkan para pegawai memandang pekerjaan mereka (Handoko, 2001). Kepuasan kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha kerjasama guru untuk mencapai tujuan sekolah, yang seperti kita ketahui bahwa pencapaian tujuan sekolah ini adalah sesuatu yang diidam-idamkan. Tetapi sebaliknya dengan guru yang memiliki kepuasan kerja yang rendah akan sangat sulit mencapai hasil yang baik.Etika profesional seorang guru sangat dibutuhkan dalam rangka

Page 47: Guru Efektif

meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seorang guru baru dapat disebut profesional jika telah menaati Kode Etik Keguruan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKAHermawan S, R. 1979. Etika Keguruan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Guru Indonesia. Jakarta: PT. Margi Wahyu.PGRI. 1973. Buku Kenang-Kenangan Kongres PGRI XIII 21 s.d 25 November 1973 dan Hut PGRI XXIII. Jakarta: PGRI.

http://dromigo.blogspot.com/2008/12/sikap-professional-keguruan.html

MAKALAH PROFESI KEGURUAN

BAB I PENDAHULUAN

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat seta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa pendidik / guru merupakan satu diantara sekian banyak

Page 48: Guru Efektif

unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya.

Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika menyaksikan anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar, guru-guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik.

Dalam makalah ini akan dipaparkan pengertian profesi dan ciri-cirinya berikut syarat-syarat profesi secara umum. Kemudian di bab selanjutnya diketengahkan profesi guru dan syarat-syarat dalam membangun profesionalisme guru. Dan yang terakhir, kesimpulan pembahasan yang telah dipaparkan.

BAB II PENGERTIAN PROFESI DAN SYARATNYA

2.1. Pengertian Profesi dan ciri-cirinya

Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.[1]

Profesi Keguruan, Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga

Page 49: Guru Efektif

pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.[2]

Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk mem bedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil-duniawi Dua pendekatan untuk mejelaskan pengertian profesi:

1. Pendekatan berdasarkan Definisi

Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari Manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

2. Pendekatan Berdasarkan Ciri

Definisi di atas secara tersirat mensyaratkan pengetahuan formal menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan dunia pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi ini merupakan lembaga yang mengembangkan dan meneruskan pengetahuan profesional. Karena pandangan lain menganggap bahwa hingga sekarang tidak ada definisi yang yang memuaskan tentang profesi yang diperoleh dari buku maka digunakan pendekatan lain dengan menggunakan ciri profesi. Secara umum ada 3 ciri yang disetujui oleh banyak penulis sebagai ciri sebuah profesi. Adapun ciri itu ialah:

-       Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi. Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang memperoleh gelar sarjana. Sebagai contoh mereka yang telah lulus sarjana baru mengikuti pendidikan profesi seperti dokter, dokter gigi, psikologi, apoteker, farmasi, arsitektut untuk Indonesia. Di berbagai negara, pengacara diwajibkan menempuh ujian profesi sebelum memasuki profesi.

-       Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Pelatihan tukang batu, tukang cukur, pengrajin meliputi ketrampilan fisik. Pelatihan akuntan, engineer, dokter meliputi komponen intelektual dan

Page 50: Guru Efektif

ketrampilan. Walaupun pada pelatihan dokter atau dokter gigi mencakup ketrampilan fisik tetap saja komponen intelektual yang dominan. Komponen intelektual merupakan karakteristik profesional yang bertugas utama memberikan nasehat dan bantuan menyangkut bidang keahliannya yang rata-rata tidak diketahui atau dipahami orang awam. Jadi memberikan konsultasi bukannya memberikan barang merupakan ciri profesi.

-       Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Dokter, pengacara, guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan jasa yang penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh seorang pakar permainan catur, misalnya. Bertambahnya jumlah profesi dan profesional pada abad 20 terjadi karena ciri tersebut. Untuk dapat berfungsi maka masyarakat modern yang secara teknologis kompleks memerlukan aplikasi yang lebih besar akan pengetahuan khusus daripada masyarakat sederhana yang hidup pada abad-abad lampau. Produksi dan distribusi enersi memerlukan aktivitas oleh banyak engineers. Berjalannya pasar uang dan modal memerlukan tenaga akuntan, analis sekuritas, pengacara, konsultan bisnis dan keuangan. Singkatnya profesi memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan intelektual yang ekstensif.’[3]

Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini:

1. Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat.

2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai.

3. Menggunakan hasil penelitin dan aplikasi dari teori ke praktik.4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang5. Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai

persyaratan yang masuk.6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja

tertentu7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan

unjuk kerja yang ditampilkan yang gerhubungan denan layanan yang diberikan

8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya relatif

bebas dari supervisi dalam jabatan10.Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri11.Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk

mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya

Page 51: Guru Efektif

12.Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan

m.  Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari pablik dan kpercayaan diri setiap anggotanya

1. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi

Pada sisi lain profesi mempunyai pengertian seorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan prosedur berdasarkan intelektual. Hal demikian dapat dibaca pula pendapat Volmer dan Mills (1966), Mc Cully (1969), dan Diana W. Kommer (dalam sagala, 2000:195-196), mereka sama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektualyang diperoleh melalui study dan training, bertujuan menciptakan keterampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga keterampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa bayaran, upah, dan gaji (payment).[4]

2.2. Syarat-syarat Profesi

Berdasarkan pengertian dan cirri-ciri profesi yang telah disebutkan di atas, maka dapat ditarik beberapa hal yang menjadi syarat-syarat Profesi seperti;

1. Standar unjuk kerja.

2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas.

3. Akademik yang bertanggung jawab.

4. Organisasi profesi.

5. Etika dan kode etik profesi.

6. Sistem imbalan.

7. Pengakuan masyarakat.

BAB III PROFESI GURU DAN SYARAT-SYARATNYA

3.1. Profesi Keguruan

Page 52: Guru Efektif

Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan (vocational), yang kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian, komitmen, dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme.

Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah : tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 1).

Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan dan/atau keguruan dapat disebut sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi tua (old profession) seperti: kedokteran, hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur. Selama ini, di Indonesia, seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang bertugas di institusi pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai kebutuhan/ kekosongan/ kekurangan guru mata pelajaran di sekolah itu, cukup dengan “surat tugas” dari kepala sekolah.[5]

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).

Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal dan sosial.

Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang

Page 53: Guru Efektif

semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya organisasi profesi guru di Indonesia, kemudian berkembang pula organisasi guru sejenis (MGMP).

3.2 syarat-syarat Profesi keguruan

Adapun syarat-syarat Profesi Keguruan adalah sebagai berikut;

1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).

4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.

5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.

7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

BAB IV KESIMPULAN

Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi oleh guru, sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :

1.  menguasai bahan pengajaran

2.  merencanakan program belajar-mengajar

Page 54: Guru Efektif

3.  melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta,

4.  menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar[6]

Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional, dan mempunyai kode etik yang di taati oleh anggotanya.

Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal persyaratan itu, namun perkembangannya di tanah air menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan tersebut. Usaha untuk ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan komitmen dari guru sendiri dan organisasi yang berhubungan dengan itu, selain juga, oleh kebijaksanaan pemerintah.

[1] http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/

[2] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-profesi-keguruan

[3] http://erwadi.polinpdg.ac.id

[4] http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/

[5] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-profesi-keguruan

[6] http://ilmuwanmuda.wordpress.com/profesi-keguruan/

http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/makalah-profesi-keguruan/

Page 55: Guru Efektif

Guru Sebagai Profesi dan Standar   Kompetensinya  

3 Votes

Suparlan *)

The effective teacher is onewho is able to bring about intended learning outcomes(James M. Cooper)

Salah satu dari enam agenda seratus hari Kabinet Indonesia Bersatu dariDepartemen Pendidikan Nasional adalah ’mencanangkan guru sebagai profesi”.Seorang peserta diklat calon instruktur matematika sekolah dasar yang sedangmengikuti kegiatan diklat di Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG)Matematika Yogyakarta memberikan komentar positif bahwa agenda itu amatfokus dan mendasar. Sementara beberapa peserta lainnya memberikan responyang netral-netral saya, yakni ’tunggu dan lihat’ atau ‘wait and see’,sambil menaruh harapan yang besar agar agenda ini memiliki dampak yang amat positif bagi upaya peningkatan kompetensi, perlindungan dan kesejahteraanguru. Secara umum, banyak guru yang menaruh harapan

Page 56: Guru Efektif

yang besar terhadappelaksanaan agenda tersebut, minimal sebagai salah satu wujud kepedulianterhadap nasib guru.

Tulisan singkat ini akan menelaah makna yang tersurat dalam pengertian ’gurusebagai profesi’, ciri-ciri guru sebagai profesi, dan standarkompetensiyang harus dimilikinya.

Guru, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan

Seorang widyaiswara senior di Pusdiklat Diknas secara terus terangmenyatakan kekecewaannya terhadap UU Nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional, lantaran dalam UU SPN itu hanya memuat dua patah kataguru, yakni pada Pasal 39 ayat 3 dan 4. Hal tersebut terjadi karenapengertian guru diperluas menjadi ’pendidik’ yang dibedakan secara dikotomisdengan ’tenaga kependidikan’, sebagaimana tertuang secara eksplisit dalamBab XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan. ’Pendidik’ dijelaskan padaayat 2, yakni: ’Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugasmerencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasilpembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukanpenelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik padaperguruan tinggi’. Dalam ayat 3 dijelaskan lebih lanjut bahwa ’Pendidik yangmengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru, danpendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen’.Sementara itu, istilah ’tenaga kependidikan’ dijelaskan dalam Pasal 39 ayat1 bahwa ’Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjangproses pendidikan pada satuan pendidikan’. Termasuk dalam kategori tenagakependidikan dalam hal ini adalah kepala sekolah, pengawas, dan tenaga lainyang menunjang proses pembelajaran di sekolah.

Yang menjadi persoalan terminologis dalam hal ini adalah karena guru dikenaldengan empat fungsi sekaligus dalam proses pembelajaran, yakni mengajar,mendidik, melatih, dan membimbing. Dengan demikian, seharusnya pengertianguru lebih luas dibandingkan dengan pendidik. Bahkan dosen di perguruantinggi pun sebenarnya juga disebut guru. Bahkan perguruan tinggi jugamenggunakan istilah Guru Besar. Selain itu, guru pada jenjang pendidikandasar dan menengah pun memiliki kompetensi untuk melakukan penelitiantindakan kelas (classroom action research) dan menjalin hubungan dan kerjasama dengan orangtua siswa dan masyarakat yang tergabung dalam KomiteSekolah.

Lepas dari persoalan terminologis tersebut, apakah ia akan tetap disebutguru ataukah pendidik, kedua-duanya mengemban tugas mulia sebagai

Page 57: Guru Efektif

tenagaprofesi, yang memiliki kaidah-kaidah profesional sebagaimana profesi lainseperti dokter, akuntan, jaksa, hakim, dan sebagainya.

Profesi, Profesional, dan Profesionalisme

Dedi Supriadi (alm) dalam bukunya bertajuk ”Mengangkat Citra dan MartabatGuru” telah menjelaskan secara sederhana ketiga istilah tersebut. Profesimenunjuk pda suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggungjawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa suatuprofesi secara teori tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidakdilatih atau disiapkan untuk itu.

Sementara profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, menunjuk padapenampilan atau performance atau kinerja seseorang yang sesuai dengantuntutan profesinya. Misalnya, ’pekerjaan itu dilaksanakan secaraprofesional’. Kedua, menunjuk pada orang yang melakukan pekerjaan itu,misalnya ’dia seorang profesional’.

Istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan atau performanceseseorang dalam melaksanakan pekerjaan atau profesi. Ada yangprofesionalismenya tinggi, sedang, dan ada pula yang rendah. Menurut DediSupriadi, profesionalisme menuntut tiga prinsip utama, yakni ’well educated,well trained, well paid’ atau memperoleh pendidikan yang cukup, mendapatkanpelatihan yang memadai, dan menerima gaji yang memadai. Dengan kata lainprofesionalisme menuntut pendidikan yang tinggi, kesempatan memperolehpelatihan yang cukup, dan akhirnya memperoleh bayaran atau gaji yangmemadai.

Ciri-ciri Profesi

Dalam buku yang sama, Dedi Supriadi menjelaskan secara sederhana tentangciri-ciri atau karakteristik suatu profesi. Pertama, profesi itu memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat. Sebagai contoh, dokterdisebut profesi karena memiliki fungsi dan signifikasi sosial untukmemberikan layanan kesehatan bagi masyarakat. Demikian juga guru, memberikanlayanan pendidikan bagi anak-anak generasi muda bangsa. Kedua, profesimenuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan danpelatihan yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang akuntabelatau dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a systematic body of knowledge). Keempat, ada kodeetik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta sanksiyang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut. Pengawasanterhadap penegakan kode etik dilakukan oleh organisasi profesi yangbersangkutan. Kelima, sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yangdiberikan kepada masyarakat, maka

Page 58: Guru Efektif

anggota profesi secara perorangan ataukelompok memperoleh imbalan finansial atau material.

Jika kelima cirri atau karakteristik profesi tersebut diterapkan kepadapekerjaan guru, maka tampak jelas bahwa guru memiliki kelima karakteristiktersebut, meskipun ada beberapa karakteristik yang belum sepenuhnyaterpenuhi. Sebagai contoh, guru memiliki karakteristik pertama yang demikianjelas, yakni memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat.Karakteristik kedua, untuk dapat menjadi guru yang profesional, guru jugaharus memiliki kompetensi yang tinggi. Untuk dapat memiliki kompetensi seperti itu maka guru harus memiliki disiplin ilmu yang diperoleh darilembaga pendidikan, baik preservice education maupun inservice training yangakuntabel. Disiplin ilmu itu antara lain adalah pedagogi (membimbing anak).Inilah karakteristik yang ketiga. Karakteristik keempat memang kedodoran diIndonesia, yakni kode etik dan penegakan kode etik. PGRI memang telahmenyusun kode etik Guru Indonesia, tetapi penegakannya memang belumberjalan. PGRI di masa lalu terlalu dekat dengan politik, dan kurangbergerak sebagai organisasi profesi. Penulis pernah mengikuti kegiatankonvensi NCSS (National Council for Social Studies) di Amerika Serikat.Organisasi ini memang organisasi profesi murni yang bidang kegiatannyamemang menyangkut urusan profesi. Organisasi ini punya peranan penting dalammemberikan masukan penyempurnaan kurikulum social studies (IPS), inovasitentang strategi dan metode pembelajaran IPS, media dan alat peraga, danhal-hal yang terkait dengan profesi guru IPS. Apabila PGRI dalam menjadiinduk bagi organisasi-organisasi guru mata pelajaran di Indonesia, alangkahidealnya. Ciri profesi yang kelima adalah adanya imbalan finansial danmaterial yang memadai. Dalam hal ini, gaji guru di Indonesia pada saat inimemang telah lebih baik jika dibandingkan dengan gaji guru pada tahun 60-an,yang pada ketika itu gaji profesi dalam bidang keuangan menjadikan iri bagiprofesi lainnya. Gaji guru di Amerika Serikat pun pernah memprihatinkan.Pada tahun 1864, guru di Illionis digambarkan dengan citra yangmemprihatinkan dilihat dari kesejahterannya, yakni ’has little brain andless money’ atau ’punya otak kosong dan kantong melompong’. Dewasa ini,gambaran guru di Amerika Serikat tidaklah demikian lagi, karena kebanyakanguru di Amerika rata-rata merupakan tamatan perguruan tinggi, yang tidakhanya memilikikemampuan intelektual tetapi juga ekonomi dan sosial. Jikalauingin pendidikan maju, dan para guru dapat memfokuskan diri dalam bidangprofesinya sebagaiguru — bukan guru yang biasa di luar —, maka gajiguru tidak boleh tidak memang harus memadai, setara dengan profesi lainnya,jika tidak bisa lebih tinggi. Dalam hal pemberian penghargaan kepada guru,aspek kesejahteraan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk penghargaan secara materi, di samping bentuk penghargaan nonmateri, seperti pemberian piagam penghargaan berdasarkan prestasi kerja guru yang dapat dibanggakan.

Page 59: Guru Efektif

Adanya hyme guru memang dapat menjadi model penghargaan terhadap guru,meskipun ada orang yang berpendapat bahwa adanya hymne guru justru dipandang sebagai bentuk penghargaan semu.

Kompetensi Guru

Salah satu ciri sebagai profesi, guru harus memiliki kompetensi, sebagaimana dituntut oleh disiplin ilmu pendidikan (pedagogi) yang harus dikuasainya. Dalam hal kompetensi ini, Direktorat Tenaga Kependidikan telah memberikan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.

Pada tahun 70-an, Direktorat Tenaga Teknis dan Pendidikan Guru (Dikgutentis) merumuskan sepuluhkompetensi guru, yakni:

(1) memiliki kerpibadian sebagai guru,

(2) menguasai landasan kependidikan,

(3) menguasai bahan pelajaran,

(4) Menyusun program pengajaran,

(5) melaksanakan proses belajar mengajar,

(6) melaksanakan proses penilaian pendidikan,

(7) melaksanakan bimbingan,(8) melaksanakan administrasi sekolah,

(9) menjalin kerja sama dan interaksidengan guru sejawat dan masyarakat, (10) melaksanakan penelitian sederhana.

Pada tahun 2003, Direktorat Tenaga Kependidikan (nama baru Dikgutentis)telah mengeluarkan Standar Kompetensi Guru (SKG), yang terdiri atas tigakomponen yang saling kait mengait, yaitu

(1) pengelolaan pembelajaran,

(2)pengembangan potensi, dan

Page 60: Guru Efektif

(3) penguasaan akademik, yang dibungkus oleh aspek sikap dan kepribadian sebagai guru. Ketiga komponen kompetensi tersebut dijabarkan menjadi tujuh kompetensi dsasar, yaitu

(1.1) penyusunan rencanapembelajaran,

(1.2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar,

 (1.3) peniliaianprestasi belajar peserta didik,

 (1.4) pelaksanaan tindak lanjut hasilpenilaian prestasi belajar peserta didik,

 (2) pengembangan profesi,

(3.1)pemahaman wawasan kependidikan, dan

(3.2) penguasaan bahan kajian akademik(sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan).

Ketujuh kompetensi dasar guru tersebut dapat diukur dengan seperangkat indikator yang telah ditetapkan.

Sebagai perbandingan, Australia Barat dikenal memiliki ’Competency Frameworkfor Teachers’. Kompetensi standar di Australia Barat ini meliputi lima dimensi, yakni;

(1) facilitating student learning,

(2) assessing studentlearning outcomes,

(3) engaging in professional learning,

(4) participatingto curriculum and program initiatives in outcome focused environment, dan(5) forming partnerships within the school community.

Dengan kata lain, limabidang kompetensi dasar guru di Australia Barat adalah (1) memfasilitasi pembelajaran siswa,

(2) menilai hasil belajar siswa,

 (3) melibatkan dalam pembelajaran profesional,

(4) berperan serta untuk pengembangan program dankurikulum dalam lingkungan yang berfokus kepada hasil belajar,

Page 61: Guru Efektif

(5) membangunkebersamaan dalam masyarakat sekolah.

Lima dimensi tersebut memilikiindikator yang berbeda untuk tiga jenjang guru, yakni phase 1 (level 1),phase 2 (level 2), dan phase 3 (level 3).

Jika dibandingkan dengan lima dimensi kompetensi di Australia Barattersebut, maka tampaklah bahwa sepuluh kompetensi dasar menurut Dikgutentis agaknya jauh lebih lengkap, karena sudah mencakup kompetensi membangunkerjasama dengan sejawat dan masyarakat. Bahkan mencakup kemampuan mengadakan penelitian sederhana, misalnya mengadakan penelitian tindakankelas atau classroom action research. Dalam hal ini, tujuh kompetensi dasar menurut Dit Tendik belum mencakup kompetensi membangun kerja sama dengan sejawat dan masyarakat.

Simpulan

Posisi guru sebagai salah satu profesi memang harus diakui dalam kehidupan masyarakat. Guru harus diakui sebagai profesi yang sejajar sama tinggi dan duduk sama rendah dengan profesi-profesi lainnya, seperti dokter, hakim,jaksa, akuntan, desainer interior, arsitektur, dan masih banyak yanglainnya.

Sebagai profesi, guru memenuhi kelima ciri atau karakteristik yang melekatpada guru, yaitu;

(1) memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat, dirasakan manfaatnya bagi masyarakat

(2) menuntut keterampilantertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan,

(3)memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (asystematic body of knowledge),

(4) memiliki kode etik yang dijadikan sebagaisatu pedoman perilaku anggota beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadappelanggar kode etik tersebut,

(5) sebagai konsekuensi dari layanan danprestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secaraperorangan atau kelompok berhak memperoleh imbalan finansial atau material.

Page 62: Guru Efektif

Salah satu ciri guru sebagai profesi yang amat penting adalah guru harusmemiliki kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Jika dibandingkan dengan competency framework for teachers di Australia Barat, sepuluh kompetensi guru menurut Dikgutentis sebenarnya lebih lengkap,karena terdapat kompetensi membangun kerjasama dengan sejawat dan masyarakat, serta mengadakan penelitian sederhana, yang kedua kompetensi tersebut tidak ada dalam tujuh kompetensi dasar guru yang diterbitkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan.

Pencanangan guru sebagai profesi sebagai salah satu agenda seratus hariKabinet Indonesia Bersatu memang amat fokus dan mendasar. Yang lebih dari hanya sekedar pencanangan adalah praktiknya, yakni implikasi dan konsekuensi dari pencanangan itu yang memang sedang ditunggu-tunggu oleh masyarakat guru di Indonesia, misalnya lahirnya UU Guru, sertifikasi guru, uji kompetensi guru, dan last but not least adalah gaji guru. Insyaallah.

Bahan Pustaka:

Dedi Supriadi (Editor). 2003. Guru Di Indonesia, Pendidikan, Pelatihan danPerjuangan Sejak Zaman Kolonial Hingga Era Reformasi. Jakata: DirektoratTenaga Kependidikan.Dedi Supriadi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: AdicitaKarya NusaDirektorat Tenaga Kependidikan. 2003. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar.Direktorat Tenaga Kependidikan. 2003. Standar Kompetensi Guru SekolahLanjutan Tingkat Pertama.Direktorat Tenaga Kependidikan. 2003. Standar Kompetensi Guru SekolahMenengah Atas.Education Department of Western Australia. Competency Framework forTeachers.Suparlan. 1994. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Hikayat: Yogyakarta.———————*) Kepala Bidang Pelayanan Teknis, Pusat Pengembangan Penataran GuruMatematika Yogyakarta. Alumni S2 University of Houston, Texas

Page 63: Guru Efektif

http://kus1978.wordpress.com/2008/05/09/guru-sebagai-profesi-dan-standar-kompetensinya/

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangUndang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dan Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah di susun oleh satuan pendidikan mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh badan standar nasional. Disini dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Kurikulum dikembangkan sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan pendidikan nasional yang sesuai dengan kondisi, potensi peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan keutuhan dan potensi yang ada di setiap daerah.Kurikulum dilaksanakan dengan harapan peserta didik dapat menegakkan lima pilar belajar, yaitu :1) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT2) Memahami dan menghayati3) Mampu melaksanakan dan berbuat4) Berguna bagi orang lain5) Membangun serta menemukan jati, diri melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

B. Perumusan MasalahHal-hal yang di bahas dalam Makalah ini adalah berkisar tentang Guru dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Peran Guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Implementasi Peran Guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

C. Maksud dan TujuanMaksud dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang peran guru dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. untuk mendukung pengetahuan

Page 64: Guru Efektif

kita pada mata kuliah kurikulum dan pembelajaran akuntansi.D. Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan mencari bahan-bahan dari berbagai buku sumber dan sebagian juga dari internet.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Guru dalam Meningkatkan Kualitas PendidikanSejak ditetapkannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang menggantikan kurikulum sebelumnya, yaitu KBK yang pelaksanaannya belum memberikan hasil yang optimal sesuai yang diharapkan oleh pemerintah. Dengan munculnya KTSP yang konon katanya kurikulum tersebut dapat mempermudah para guru dalam menentukan tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dan dapat digunakan atau dilaksanakan dimana saja, baik itu di kota maupun di daerah-daerah terpencil. Tapi anehnya semenjak ditetapkanya malah sebaliknya mengundang banyak pertanyaan dimana-mana, baik dikalanagan pemerintah maupun oleh kalangan para guru sebagai pelaksanan kurikulum tersebut sangat resah dan bingung dalam melaksanaannya. Akan tetapi pemerintah merespon pertanyan tersebut dari para guru agar tenang dan jangan resah dalam melaksanakannya dilapangan. Karena kurikulum tersebut hanya modipikasi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Dalam hal ini KTSP juga dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ sekolah, karakteristik sekolah/darah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik setempat. Dengan diberlakukannya KTSP yang katanya hanya untuk sebagai penyempurna dari kurikulum sebelumnya dan untuk mengembangkan kualitas pendidikan kea rah yang lebih baik. Akankah hal itu dapat terwuju?. Untuk menjawab hal tersebut

Page 65: Guru Efektif

mari kita lihat pakta dilapangan tentang pelaksanaannya, sebagian besar para guru menggap perubahan tersebut bukan sebagai suatu langkah dalam meningkat kualitas pendidikan. Karena sebagaian besar guru kurang mengerti dalam penyusunan dan pelaksanannya, untuk mengatasi hal tersebut sangat diharapkan peran dari kepada pemerintah dan para gurudalam meningkatkan kualitas pendidikan yang diharapkan dari kurikulum tersebu.Ada dua hal yang harus di perhatikan pemerintah dan para guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang diharapkan.Pertama, bagaimana peran guru dalam menyikapi diberlakukannya KTSP, karena kalau respon atau tanggapan guru terhadap diberlakukannya KTSP itu bukan sebagai perubahan, akan tetapi senbagai masalah dan penghambat dalam pelaksanaannya dilapangan, hal ini tidaklah mungkin akan terwujud kualitas pendidikan yang diharapkan.Kedua, Bagi guru, kepala sekolah dan dewan pengawas dengan adanya KTSP ini agar menjadi iklim pembelajaran yang kondusip bagi terciptanya suasana yang aman , nyaman dan tertib, sehuingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Untuk meningkatkan kualitas peserta didik banyak kebijakan yang harus di perhatikan oleh elemen atau lembaga-lembaga yang ada di daerah atau sekolah tersebut dalam melaksanakan otonomi sekolah an kepemimpinan sekolah dan partisipasi masyarakat serta kemandirian guru dalam menyikapi perkembangan pendidikan pada zaman sekarang ini. Oleh karena bukan suatu yang mustahil tejadi kalau tujuan KTSP terseb dapat terwujud, semua ini tergantung kepada pribadi kita dan sekolah dalam menyikapinya.

B. Peran Guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanKeberadaan guru di mayapada sudah ada sejak jaman dulu. Sejak manusia paling awal diciptakan, yaitu Nabi Adam A.S. Guru Nabi Adam A.S. adalah guru dari segala guru, guru dari para penemu, guru dari makhluk paling soleh, yaitu Allah SWT. yang Maha Tahu. Dalam Al Quran diterangkan Allah SWT. yang mengajarkan pada Adam segala sesuatu tentang benda yang ada di dunia. Selanjutnya Nabi Adam mengajarkannya pada Siti Hawa, begitu seterusnya.Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya di berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.

Page 66: Guru Efektif

Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal.Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa.Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai :1) Orang tua, yang penuh kasih saying pada peserta didiknya.2) Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.3) Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.4) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat

Page 67: Guru Efektif

mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.5) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.6) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.7) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.8) Mengembangkan kreativitas.9) Menjadi pembantu ketika diperlukan.

Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswanya.Saat ini permasalahan yang menimpa bidang pendidikan sangat beragam dan tergolong berat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar yang kurang, serta tenaga pengajar yang belum kompeten. Kondisi sekolah yang memprihatinkan, ruang kelas bocor bila hujan dan sebagian sekolah ambruk. Maka tidaklah aneh kalau kondisi pendidikan kita jauh dari harapan.Salah satu permasalahan yang menimpa dunia pendidikan adalah kompetensi guru. Guru yang harusnya memiliki kompetensi sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya hanya sedikit yang masuk kategori tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan. Program sertifikasi guru yang sekarang sedang digalakkan adalah salah satu bagian dari usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.Program sertifikasi guru merupakan program yang menyentuh langsung kompetensi guru. Salah satu kriterianya yaitu menilai kemampuan guru dari segi kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran. Diharapkan guru dapat melakukan pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa ke arah sikap kreatif dan inovatif serta trampil. Kondisi tersebut harus dimulai dari gurunya sendiri.Sebagai contoh derasnya informasi serta cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yang disebut “mengajar”. Masih perlukah guru mengajar di kelas seorang diri, menginformasikan, menjelaskan dan menerangkan? Permasalahan lain akibat derasnya informasi dan munculnya teknologi baru adalah kesiapan guru untuk mengikuti perkembangan tersebut. Seorang guru dituntut harus serba tahu bila tidak tahu guru harus berkata jujur “Saya tidak tahu”. Namun kalau terlalu sering guru berkata demikian alangkah naifnya guru tersebut. Seyogyanya dia terus mencari tahu, belajar terus sepanjang hayat, memanfaatkan teknologi yang ada.

Page 68: Guru Efektif

Di masyarakat, seorang guru diamati dan dinilai masyarakat, di sekolah dinilai oleh murid dan teman sejawatnya serta atasannya. Peran apakah yang harus dilakoni seorang guru supaya penilaian mereka positif? Suatu pertanyaan -yang menjadi salah satu permasalahan- yang sekarang muncul di masyarakat.Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membentuk kompetensi dan kualitas pribadi anak didiknya. Untuk mencapai hal demikian timbul pertanyaan, sebenarnya peran apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru sehingga anak didik bisa berkembang optimal? Cukupkah peran guru seperti yang telah disampaikan di atas ataukah ada peran lain yang harus dilakoni seorang guru ?Beragam pertanyaan tadi dapat menyebabkan demotivasi bagi seorang calon guru ataupun guru yang sudah lama mengabdi. Apakah saya mampu menjadi guru yang ideal? Peran apa yang harus saya lakoni untuk menjadi guru yang ideal? Demikian pertanyaan yang timbul dalam hati seorang guru yang berniat mengabdikan sisa hidupnya di dunia pendidikan.Pertanyaan tersebut sebelumnya telah menggugah sejumlah pengamat dan akhli pendidikan. Mereka telah meneliti peran-peran apa yang harus dimiliki seorang guru supaya tergolong kompeten dalam pembelajaran maupun pergaulan di masyarakat.Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :1) Guru Sebagai PendidikGuru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.2) Guru Sebagai PengajarKegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,

Page 69: Guru Efektif

Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.3) Guru Sebagai PembimbingGuru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut.Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.4) Guru Sebagai PelatihProses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu mengembangkan potensinya.5) Guru Sebagai PenasehatGuru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.6) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang

Page 70: Guru Efektif

dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.7) Guru Sebagai Model dan TeladanGuru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umumPerilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.8) Guru Sebagai PribadiGuru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab

Page 71: Guru Efektif

kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.9) Guru Sebagai PenelitiPembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.10) Guru Sebagai Pendorong KreatifitasKreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.11) Guru Sebagai Pembangkit PandanganDunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.12) Guru Sebagai Pekerja RutinGuru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.13) Guru Sebagai Pemindah KemahHidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang

Page 72: Guru Efektif

suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.14) Guru Sebagai Pembawa CeritaSudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita.Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia.Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.15) Guru Sebagai AktorSebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol.Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.16) Guru Sebagai EmansipatorDengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi

Page 73: Guru Efektif

yang percaya diri.17) Guru Sebagai EvaluatorEvaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.Penilaian harus adil dan objektif.18) Guru Sebagai PengawetSalah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan.Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.19) Guru Sebagai KulminatorGuru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran. (Bahan dirangkum dari berbagai sumber).

C. Implementasi Peran Guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanSeperti halnya dengan sejarah panjang Ujian Negara maka ini begitu juga terjadi dengan sejaraha kurikulum pada pendidikan di Indonesia. Hal yang

Page 74: Guru Efektif

menarik adalah bahwa KTSP ini merupakan era baru, dari kurikulum yang bersifat nasional menjadi kurikulum yang berbasiskan satuan pendidikan.Harapan dari KTSP ini adalah akan lahir kurikulum-kurikulum berbasis lokal yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan dihasilkan oleh orang-orang lokal dengan mengacu kepada standar-standar nasional yang dibuat Pusat. Namun hal ini berimpilikasi kembali dengan kemampuan seorang Guru untuk membuat KTSP, seorang Guru harus mampu melakukan inovasi dalam membuat kurikulum sesuai dengan kebutuhan murid dan sekolahnya tersebut.Kurikulum ini juga merupakan salah satu hasil kurikulum lebih baik dibanding pendahulunya yang pernah di keluarkan Depdiknas, sekaligus kembali bersifat prospectif bila dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum yang lain. Sebagai contoh ketika kurikulum pertama kali dikeluarkan yaitu pada tahun 1947, yang disebut dengan Rencana Pembelajaran yang isinya lebih mementingkan kepentingan Belanda dibandingkan dengan kepentingan rakyat Indonesia. Kemudian pada tahun 1952 dan tahun 1964 pada masa orde lama yang masih belum sempurna kurikulumnya bahkan masih terkesan premature. Terlebih lagi pada permulaan masa orde baru pada tahun 1968 yang kurikulumnya berisikan bagaimana menjadi seorang manusia Pancasila sejati. Lantas tetap di era Orde Baru pada tahun 1975 keluarnya kurikulum Prosedur Pengembangan Sistem Indtruksional (PPSI) yang lebih dikenal dengan Kurikulum berbasis satuan pelajaran, namun ini mendapatkan banyhak kritikan karena Guru disibukkan menuliskan rincian apa yang dikerjakan dalam setiap kegiatan pembelajaran.Sedikit berbeda pada tahun 1984 keluar kurikulum yang berbasis process skill approach. Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar dari mulai pengamatan, pengelompokkan, diskusi hingga melaporkan atau sering disebut dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Namun dalam perjalanannya kurikulum ini juga tidak dapat direalisasikan seperti keinginan awalnya, karena seringkali terjadi banyak kesenjangan dan kurangnya pemahaman dari Sekolah. Guru yang tidak lagi melakukan metode ceramah kepada siswanya, namun belum bisa menguasai para siswanya dalam pembelajaran siswa aktif tersebut. Sehingga berujung kepada penolakkan dari model CBSA ini.Lain lagi dengan kurikulum 1994 yang menggantikan kurikulum 1984 yang berupaya memadukan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, yang berupaya untuk mengkombinasikan antara kurikulum 1975 dan 1984, sehingga menimbukan sebuah kurikulum yang super padat, karena semua aspek komponen baik lokal dan Pusat dimasukkan kedalam

Page 75: Guru Efektif

kurikulum tersebut. Ketika kurikulum ini berjalan timbullah tragedi 1998, krisis ekonomi 1998 yang menjatuhkan Soeharto sekaligus menandakan berakhirnya Orde Baru. Yang juga melahirkan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. Jiwanya adalah setiap pelajaran diurai berdasarkan kompetensi apa yang mesti dicapai oleh siswa. Namun kerancuan muncul ketika akan mengukur kompetensi siswa, bila ini dilakukan maka tidak bisa lagi menggunakan alat ukur dengan menggunakan pilihan ganda akan tetapi tentunya menggunakan praktek yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Kembali hal ini terbentur pada kemampuan Gurunya yang tidak memahami masalah pengukuran ini, karena hasil yang tidak memuaskan program ini dihentikan pada tahun 2006. Yang kemudian dilanjutkan dengan KTSP tersebut.Di era otonomi pendidikan ini, pemerintah menggulirkan kebijakan yang sama sekali berbeda di masa silam. Berakhirnya KBK ditandai pula dengan dicabutnya penerapan kurikulum nasional. Inilah era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ditetapkan pada 23 mei 2006, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22/2006 tentang Standar Isi Pendidikan dan Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan.KTSP menghendaki kurikulum disusun dan dikembangkan sendiri oleh sekolah. Depdiknas dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), lembaga yang tugasnya, antara lain membuat kurikulum, hanya memberikan kisi-kisi materi yang akan diujikan secara nasional. Pemerintah hanya membuat standar-standar nasional sedangkan isi kurikulum dibuat oleh Sekolah. Guru diberikan kebebasan mengembangkan indikator penilaian dan materi pokok sesuai dengan karakteristik daerah, lingkungan dan peserta didik. Disini kembali dituntut peran Guru yang amat besar untuk mampu melaksanakan kurikulum ini, bukan sekedar Guru yang hanya mencari nafkah dari pekerjaannya akan tetapi seorang Guru yang mengerti betul dengan filosofi pembelajaran dan menguasai betul secara mental untuk memberikan pengajaran kepada anak didiknya sebagai seorang manusia.Sesungguhnya sosialisasi KTSP ini sudah dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional melalui Ditjen PMPTK dengan berbagai cara dan kesempatan. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan CD yang berisikan KTSP, Widya Iswara pada LPMP dan P4TK seringkali melakukan kunjungan ke daerah untuk mensosialisasikannya, menggunakan metode Master TOT, melalui asosiasi Guru yang ada dan lain sebagainya. Dan sebenarnya sudah cukup dirasakan oleh Guru-guru

Page 76: Guru Efektif

yang ada di seluruh Indonesia, minimal mereka mengetahuinya.Dan salah satu upaya yang sekarng ini amat dinantikan adalah peran serta masyarakat melalui LSM-LSM untuk dapat mensosialisasikannya, tidak hanya bisa mengkritisi akan tetapi tidak memberikan solusi yang terbaik bagi anak bangsa ini. Yang perlu menjadi catatan dengan KTSP ini adalah bukan hanya kepada sosialisasi akan tetapi kemampuan Guru untuk dapat mengembangkan kurikulum ini, karena kurikulum ini betul-betul membuthkan Guru yang capable dan mampu melakukan analisis-analisis untuk menghasilkan kurikulum terbaik bagi siswanya.Peran Guru Bila dilihat dari data guru kemungkinan profesi yang terbanyak dibanding profesi lain. Tercatat tak kurang dari 2.783.321 guru, dengan perincian 1.528.472 adalah pegawai negeri sipil (PNS) dan sisanya, 1.254. 849 guru swasta. Sayangnya, guru hanya unggul jumlah, sementara dari sisi kualitas baik dari kompetensi dan kualifikasi, masih menyisakan pekerjaan rumah besar. Dari sisi kualifikasi ternyata hanya sebagian saja yang lulus S1, belum lagi banyaknya Guru yang mengajar missmatch, kesemua ini tentunya hanya akan membuat anak didik di Indonesia akan menjadi semakin mundur.Hal yang sering terlupakan adalah bahwa dalam pembelajaran itu sarana dan prasarana bukan merupakan sebuah factor yang paling penting, akan tetapi yang paling penting itu selain kualitas dan kompetensi adalah Mental Guru. Dahulu Guru begitu dihormati oleh masayarakat, mereka dianggap sebagai tokoh dalam komunitasnya. Namun kini semuanya semakin sirna karena berbagai tingkah laku Guru yang membuat muridnya menjadi tertawa. Seperti pepatah mengatakan ‘Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari’.Bila seorang Guru mempunyai kemampuan dan mengerti metoda pendidikan ia akan dapat memberikan sebuah pengajaran yang luar biasa. Sebuah film yang diangkat dari Novel spektakuler ‘Lasyar Pelangi” telah mencoba menunjukkan hal tersebut. Bahwa mengajarkan seseorang itu tidak perlu terikat dengan kurikulum atau lengkapnya sarana dan prasarana, namun bagaimana mengajar seorang anak didik itu dari hati, bagaimana mengajar seorang anak didik itu sesuai dengan bakatnya dan melihatnya sebagai sebuah kepribadian yang unik yang diciptakan oleh Allah SWT.Sebagai contoh, ketika zaman dahulu kita menulis dengan batu tulis, dimana ketika itu setelah ditulis kita harus langsung menghapusnya. Sedangkan sekarang ini begitu murah buku dan alat tulis untuk dibeli namun tetap saja mutu pendidikan kita tidak menjadi lebih baik.Guru kita sekarang tidak mampu memberikan inspirasi kepada anak

Page 77: Guru Efektif

didiknya. Sehingga saat ini lulusan dari Perguruan Tinggi ternyata lebih banyak menjadi ‘Penyemir Sepatu’ dari lulusan SD yang mempunyai keberanian untuk terjun dalam dunia kewirausahaan. Lulusan PT tidak mempunyai keberanian untuk menantang untung dan rugi, menantang hidup yang tidak tetap, menantang hidup yang tidak pasti, walau ternyat dengan ketekunan dunia itu tidak pernah membuat orangnya kelaparan dengan sebenar-benarnya.UU Guru dan Dosen telah jadi, seorang Guru disinyalir akan mendapatkan pendapatan yang cukup untuk hidupnya. Namun untuk mendapatkannya seorang Guru diharuskan mengikut uji sertifikasi dan fortopolio, lagi-lagi yang terjadi sungguh membuat mengerti kenapa pendidikan kita tidak maju. Guru mulai bermain-main dengan fortopolio, mulai membajak hasil diklat dan seminar temannya, mulai mencari ijazah palsu. Inilah mental kebanyakan Guru kita sekarang ini.Bukannya kurikulum atau sarana dan prasarana itu tidak penting, namun itu semua menjadi tidak berguna apabila Guru kita mentalnya masih belum berubah, tidak mempunyai jiwa seorang pendidikan akan tetapi lebih kepada jiwa pedagang atau bahkan menjadi seorang birokrasi. Seperti halnya dengan KKN, selama mental para Birokrasi tida berubah sebesar apapun gaji yang diberikan tidak akan pernah cukup, KKN itu akan terus terjadi. Hal ini mungkin terjadi karena dampak dari zaman sentralisasi di orde baru yang menyebabkan selama puluhan tahun Guru hanya dituntut untuk melaksanakan kurikulum yang telah dikeluarkan sesuai dengan kebijakan dan keinginan Pusat, sehingga menghilangkan jiwa kritis dari Guru tersebut. Bila seorang Guru seperti itu tentu dapat terbayangkan bagaimana muridnya, yang akhir lebih pintar untuk menghapal bukan melakukan inovasi-inovasi pemikiran.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Page 78: Guru Efektif

Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia (SDA) jangka panjang yang mempunyai nilai yang tinggi bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara di dunia menempatkan pendidikan sebagai suatu yang penting dan utama dalam pembangunan bangsa dan negara. Begitu pula Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama, hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.Untuk mencapai ke arah itu, kurikulum dan peran guru sangat menentukan keberhasilan pendidikan, karena kurikulum berjalan, sedangkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran pada KTSP ada beberapa alasan yang menjadi pilihan dalam upaya perbaikan kondisi pendidikan dalam upaya perbaikan kondisi pendidikan di tanah air, salah satunya adalah potensi siswa itu berbeda-beda dan potensi tersebut akan berkembang jika stimulusnya tepat dan mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerja seni dan olahraga serta life skill.Selain itu kurikulum harus mempunyai tujuan yang ingin di capai baik yang bersifat kongkrit maupun abstrak dan berbagai konsepsinya seperti yang disebutkan di atas, sehingga hakekat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan benar-benar terwujud.

B. SaranPenulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

Daftar PustakaSanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :Kencana Perdana Media Group. 2008

http://www.rancahbetah.info/2010/04/peran-guru-dalam-implementasi-kurikulum.html

Page 79: Guru Efektif

PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER, BUDAYA, DAN MORAL PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER, BUDAYA, DAN

MORAL

 

Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, telah memberikan

pernyataannya di harian Kompas yang terbit di hari Sabtu, 20 Februari

2010, bahwa pendidikan karakter, budaya, dan moral menjadi suatu

kebutuhan mendesak bagi pendidikan nasional Indonesia. Isu ini menjadi

sangat penting dengan adanya penjiplakan karya ilmiah yang semakin

banyak terjadi bukan hanya di kalangan mahasiswa tetapi sudah masuk

pada tataran guru besar di berbagai kota. Di kalangan mahasiswa, baik

mahasiswa S1, S2, dan bahkan S3 sekarang banyak yang menggunakan

Page 80: Guru Efektif

jasa pembuatan skripsi atau disebut pabrik skripsi, tesis, dan disertasi.

Para penyedia jasa ini sudah terang-terangan mempromosikan makalah,

skripsi, tesis, dan disertasi di surat kabar dan juga di internet. Jika

kalangan akademisi saja sudah tidak peduli dengan adanya kejujuran

dalam menulis karya ilmiah, bagaimana dengan nasib bangsa ini yang

akan semakin terpuruk dengan sikap yang sangat tidak terhormat dengan

penjiplakan atau penjualan skripsi, tesis, dan disertasi?

Pendidikan karakter, budaya, dan moral sudah lama didengungkan

oleh para pendidik kita dan telah lama juga dirintis oleh Ki Hajar

Dewantara dengan tri pusat pendidikannya yang menyebutkan bahwa

wilayah pendidikan guna membangun konstruksi fisik, mental, dan

spiritual yang handal dan tangguh dimulai dari; (i) lingkungan keluarga; (ii)

lingkungan sekolah; dan (iii) lingkungan sosial. Ketika pendidikan di

lingkungan keluarga mulai sedikit diabaikan dan dipercayakan penuh

kepada lingkungan sekolah, serta lingkungan sosial yang makin

kehilangan kesadaran bahwa aksi mereka pada dasarnya memberikan

pengaruh yang besar pada pendidikan seorang individu. Maka lingkungan

sekolah (guru) menjadi garda terakhir yang terengah-engah memanggul

kepercayaan tersebut. Orang tua semakin tidak peduli dengan pendidikan

anaknya yang semakin hari semakin tergerus oleh lingkungan sosial yang

merusak dirinya dan hilangnya rasa hormat kepada guru yang selama ini

membimbingnya di sekolah. Mereka lebih menghargai teman yang

menurutnya memberikan warna bagi kehidupannya.

Jika kita mengajukan pertanyaan umum tentang siapakah yang

berada di garis terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan karakter,

budaya, dan moral. Semua sepakat bahwa gurulah yang menjadi

frontliner. Kesejahteraan suatu bangsa yang ditopang oleh pilar kemajuan

teknologi dan ekonomi sangat bergantung pada kemajuan pendidikan

karena sistem yang dibangun suatu negara tidak akan berhasil tanpa

Page 81: Guru Efektif

dukungan SDM yang berkualitas. Peran guru menjadi sangat esensial

dalam perpektif pengembangan pendidikan karakter, budaya, dan moral

bangsa melalui proses pendidikan yang berkualitas termasuk didalamnya

adalah pendidikan moral, budaya, dan karakter bagi semua peserta didik

Pendidikan moral disampaikan secara marjinal. Tanggung jawab

pendidikan ini dibebankan kepada guru agama dan guru PKN. 

Sedangkan dua guru bidang studi ini sibuk dengan pencapaian

kompetensi yang harus dicapai siswa. Bagaimana dengan guru yang lain?

Guru bidang studi lain bersibuk ria dengan kurikulum dan nilai Ujian

Nasional. Pendidikan nasional yang memiliki tujuan yang mulia

disibukkan  dengan berbagai proyek yang pada intinya dapat

menghasilkan uang bagi para penentu kebijakan. Para pengambil

kebijakan mendapatkan untung sebesar-besarnya dan masyarakat, guru,

siswa semakin bingung akan dibawa kemana.

Itulah beberapa fakta yang terjadi di sekitar kita yang akhir-akhir ini

menjadi suatu isu yang banyak terjadi. Bangsa ini kehilangan suatu

teladan dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang seharusnya menjadi

tolok ukur suatu keberhasilan suatu bangsa dalam mendidik tunas bangsa

menjadi bahan olok-olokan dan dinomor sekiankan dari program

pembangunan negara. Menurut Fritz R Tambunan, bahwa negara kita

berada pada puncak tragedi pendidikan dimana aneka ketidakjujuran

sudah berlangsung lama, dari kecurangan, penjiplakan karya ilmiah,dan 

konversi nilai ujian akhir. Pernyataan ini memberikan bukti bahwa

kebobrokan di bidang pendidikan bukan hanya terjadi hulu tetapi juga di

hilir. Hal ini memiliki makna bahwa bukan hanya peserta didik,

masyarakat, dan guru yang memiliki andil dalam kehancuran pendidikan

ini tetapi juga pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional.

 

Page 82: Guru Efektif

Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam

menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru

merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar

dalam pembentukan karakter siswa. Jika kita menengok kembali tugas

guru yang luar biasa. Dalam UU Guru dan Dosen, UU no 14 tahun 2005,

guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lebih

jauh Slavin (1994) menjelaskan secara umum bahwa performa mengajar

guru meliputi aspek kemampuan kognitif, keterampilan profesional dan

keterampilan sosial. Di samping itu, Borich (1990) menyebutkan bahwa

perilaku mengajar guru yang baik dalam proses belajar-mengajar di kelas

dapat ditandai dengan adanya kemampuan penguasaan materi pelajaran,

kemampuan penyampaian materi pelajaran, keterampilan pengelolaan

kelas, kedisiplinan, antusiasme, kepedulian, dan keramahan guru

terhadap siswa.

WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu

(1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4)

pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6)

pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.

Pernyataan diatas ditegaskan kembali oleh Oemar Hamalik, tugas dan

tanggung jawab guru meliputi 11 macam, yaitu:guru harus menuntun

murid-murid belajar, turut serta membina kurikulum sekolah, melakukan

pembinaan terhadap diri anak (kepribadian, watak, dan jasmaniah),

memberikan bimbingan kepada murid, melakukan diagnose atas

kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan

belajar, menyelenggarakan penelitian, mengenal masyarakat dan ikut aktif

di dalamnya, menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila,

Page 83: Guru Efektif

turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan

perdamaian dunia, turut mensukseskan pembangunan, dan tanggung

jawab meningkatkan professional guru.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran guru dalam dunia

pendidikan modern sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar

menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru

pun menjadi lebih kompleks dan berat. Sisi ini memberikan wacana bahwa

guru bukan hanya pendidik akademis tetapi juga merupakan pendidik

karakter, budaya, dan moral bagi para peserta didiknya.

Pendapat senada juga dinyatakan oleh Daoed Yoesoef (1980)

menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas

profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan.

Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau

transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis

yang belum diketahui peserta didik dan seharusnya diketahui oleh peserta

didik.Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu peserta didik agar

dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-

baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi

diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka

pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam

keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini

berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara

menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan

mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau

penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara

kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi

perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana

Page 84: Guru Efektif

dia hidup. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai

warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa

yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan

GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama

dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya

mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi

katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia

bertempat tinggal.

Berkaitan dengan tiga tugas guru tersebut dengan pendidikan

karakter, budaya, dan moral bagi bangsa Indonesia, secara prinsip sudah

ditetapkan baik dalam UUD 1945 maupun dalam Undang-Undang

Sisdiknas no 20 tahun 2003. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang

pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

memperhatikan:

a. peningkatan iman dan takwa;

b. peningkatan akhlak mulia;

c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;

e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

f. tuntutan dunia kerja;

g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

h. agama;

Page 85: Guru Efektif

i. dinamika perkembangan global; dan

j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

 

Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan

dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas

manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus

merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi

walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari

sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai

yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan

guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat

sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa,

calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru

atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk

mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional. 

Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini

harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga

kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya

menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita

didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang

berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia

dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan

berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah

berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training

menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar,

aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya, sebab

sesudah terpelajar tidak dengan sendirinya orang menjadi berbudaya,

sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendirinya menjadi

Page 86: Guru Efektif

manusia yang berbudaya. 

Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak

mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya.

Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-

tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh

masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan

bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus

selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam

pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan

perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah

laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil

belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial

anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak

memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh

bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar

untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan

peserta didiki menjadi manusia yang berkarakter, berbudaya , dan

berkarakter sesuai cita-cita UUD 1945 dan Pancasila.

  Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk

selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya

pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.

Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada

pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional,

tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan terutama

yang berkaitan dengan pendidikan karakter, budaya dan moral.

Guru sangat berperan dalam mendidik peserta didik dengan

Page 87: Guru Efektif

pendidikan karakter, budaya, dan moral. Bagaimana solusi yang

ditawarkan kepada peserta didik dengan jumlah pelajaran yang banyak?

Sebagai gambaran saja, untuk sekolah umum sekolah dasar ada 9 mata

pelajaran, sekolah menengah pertama ada 12 mata pelajaran, dan

sekolah menengah umum 17 mata pelajaran. Jika ditambah dengan

pendidikan moral, pendidikan budaya, dan pendidikan moral maka

masing-masing bertambah tiga pelajaran. Dikhawatirkan hal ini akan

sangat kontra produktif. Bukan bertambah pemahaman mengenai

karakter, budaya, ataupun moral peserta didik tetapi sebaliknya, peserta

akan bersikap masa bodoh atau tidak peduli.

Terdapat beberapa solusi yang penulis tawarkan. Ketiga solusi ini

bisa dilakukan secara individu ataupun dilaksanakan secara bersama

sama. Pertama, calon pendidik atau guru diberi tambahan mata kuliah

pada saat belajar di perguruan tinggi. Tambahan mata kuliah yaitu

pendidikan karakter, pendidikan budaya, dan pendidikan moral. Mengapa

sebaiknya diberikan kepada mahasiswa calon guru? Beberapa alasannya

adalah banyak sekali mahasiswa calon guru meskipun umurnya sudah

diatas 18 tahun tetapi tetap saja sikapnya masih seperti orang yang tidak

mengenyam pendidikan. Misalnya menyeberang jalan dengan seenaknya

padahal diatas jalan tersebut ada jembatan penyeberangan. Banyak calon

guru yang tidak  mengerti pendidikan karakter itu apa, pendidikan moral

itu apa, dan juga pendidikan budaya itu apa. Sehingga yang terjadi adalah

setelah lulus menjadi guru akan menjadi guru yang suka memukul peserta

didiknya, menjadi guru yang memperkosa peserta didiknya sendiri, dan

yang terparah adalah  membunuh peserta didiknya sendiri. Inilah yang

disebut kehancuran pendidikan secara menyeluruh, baik secara akademis

dan secara sikap.

Solusi kedua, belajar dari negara tetangga, yaitu Singapura. Di

negara ini dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah diajarkan

Page 88: Guru Efektif

pendidikan nilai (values education). Pendidikan nilai ini wajib bagi sekolah

negeri atau swasta. Pendidikan ini didasarkan pada enam hal yang

disesuaikan dengan usia peserta didik. Keenam hal tersebut adalah care

(kasih sayang), respect (saling menghormati), responsible (bertanggung

jawab), integrity (integritas), harmony (keseimbangan), resilience (daya

tahan atau tangguh). Meskipun di negara ini pelajaran agama ditiadakan

tetapi diajarkan di keluarga masing masing, tetapi terlihat hasinya bahwa

keenam hal yang diatas sangat mempengaruhi kehidupan di setiap aspek

kehidupan.

Solusi ketiga, pendidikan karakter, budaya, dan moral disampaikan

secara terpadu dengan seluruh pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Semua guru mata pelajaran diberikan tugas tambahan untuk menganalisa

semua aspek yang diajarkan dan dihubungkan dengan pendidikan

karakter, budaya, dan moral. Sebagai contoh adalah guru biologi

mengajarkan tentang berbagai jenis tumbuhan. Materi ini akan ditambah

dengan bagaimana siswa menghargai tumbuhan, bagaimana menjaga

lingkungan dan sebagainya. Demikian juga guru bahasa. Selain mengajar

materi bahasa, guru tersebut juga mengajarkan tentang pendidikan

karakter, budaya, dan moral. Contohnya peserta didik diajarkan untuk

tidak melakukan penjiplakan dengan cara dididik untuk membuat kalimat

sendiri sampai peserta didik paham benar bagaimana menulis dengan

baik dan benar, peserta didik dididik untuk memiliki budaya datang tepat

waktu, dan peserta didik dididik untuk selalu menghormati karya orang

lain. Demikian juga berlaku bagi semua guru mata pelajaran yang ada di

sekolah.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari ribuan

pulau, budaya yang beraneka ragam, beraneka suku, dan beratus bahasa

berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan

karakter, budaya, dan moral merupakan prioritas dalam usaha

Page 89: Guru Efektif

memperbaiki dan menjaga negara Indonesia tercinta ini. Washington

P.Napitupulu (2001) menyatakan bahwa fundamental moralitas dan etika

kemanusiaan diterapkan pada setiap profesi dan pada setiap bidang

upaya manusia. Pernyataan ini memiliki arti yang mendalam bahwasanya

sebagai guru bukan hanya mendidik peserta didiknya agar berhasil dalam

bidang akademis melainkan guru juga merupakan teladan atau contoh

dari suatu karakter manusia yang baik, memiliki budaya perdamaian dan

juga moral yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan manusia dan

Tuhannya. Sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan karakter,

budaya, dan moral, diharapkan bahwa tidak ada perkelahian antar suku,

perkelahian antar agama,

perkelahian antar tetangga yang hanya dibatasi oleh jalan raya. Adanya

budaya malu untuk berbuat  curang, malu menyontek, malu berbuat

sesuatu kejahatan, malu untuk korupsi benar - benar tertanam di hati dan

pikiran setiap manusia Indonesia. Maka dalam rangka mempercepat

usaha perbaikan moral, budaya, dan karakter bangsa Indonesia perlu

diadakan kampanye besar-besaran bagi para guru di seluruh Indonesia

untuk dapat kembali mendidik para peserta didiknya dengan teladan yang

berdasar pada pendidikankarakter, budaya dan moral.

Tentu saja usaha ini akan menjadi isapan jempol belaka jika

pemerintah  ataupun stakeholder suatu sekolah tidak ikut berperanserta

dalam upaya kampanye besar-besaran perlunya pendidikan moral,

budaya, dan karakter ataupun hanya dilakukan dalam hitungan jari saja,

tetapi hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Kampanye pendidikan moral, budaya, dan karakter ini akan lebih

bermakna jika pemerintah menjadi lokomotif penggerak

dengan memberikan contoh bagi masyarakatnya.

Contoh dari karakter yang perlu diperbaiki adalah kedisiplinan.

Bangsa Indonesia telah dikenal dengan bangsa dengan jam karetnya, jika

Page 90: Guru Efektif

tidak terlambat maka dianggap bukan orang Indonesia. Hal ini sudah

menjadi karakter yang seharusnya diperbaiki dengan segera. Disiplin

nasional perlu digalakkan dengan sungguh-sungguh dalam upaya

mewujudkan masyarakat, bangsa, negara yang bercita-cita luhur. Disiplin

ini meliputi pelatihan dan pengajaran yang bertujuan memperbaiki tingkah

laku dan moral bagi seluruh manusia yang tinggal di Indonesia, baik bagi

kalangan akademisi dan juga para pelaku bisnis di Indonesia. Termasuk

dalam pengertian disiplin adalah disiplin kerja, disiplin cara hidup sehat,

disiplin berlalu-lintas, sanitasi, pelestarian lingkungan, dan

sebagainya.Hal-hal yang mendasar yang kita lakukan sehari-hari

sebaiknya dijadikan dasar atau pijakan dalam mengembangkan konsep

disiplin yang bersifat abstrak.

Disiplin nasional akan berhasil jika di setiap

individu manusia yang ada didalmnya melaksanakan disiplin tersebut

dengan kesungguhan hati dan memahami bahwa disiplin diri merupakan

cikal bakal dari disiplin  diri yang akan berimbas pada disiplin nasional

yang akan membawa bangsa ini ini menuju kemajuan yang dicita-citakan.

Dengan demikian,dengan adanya pendidikan karakter, budaya dan moral

bukan hanya generasi yang telah menjadi guru, tetapi juga setiap anak,

pemuda, dan orang dewasa yang ada di Indonesia dapat

melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.  Melalui pendidikan karakter,

pendidikan budaya, dan pendidikan moral yang berkelanjutan dan

sungguh-sungguh akan menghasilkan watak dan manusia Indonesia yang

seutuhnya. Di satu sisi, guru berusaha dengan gigih untuk memberikan

teladan bagi peserta didiknya, dan di sisi lain, pemerintah dan juga

stakeholder membantu dalam meningkatkan moral, budaya, dan karakter

peserta didik. Dengan demikian akan terbina budaya kerja gotong -

royong dalam rangka kemajuan bersama. Guru, digugu dan ditiru, bukan

hanya menjadi slogan atau simbol semata, melainkan akan menjadi

Page 91: Guru Efektif

teladan bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Borich, G.D. 1994. Observation Skills for Effective Teaching. Englewood Cliffs: Macmillan Publishing Company

Kompas, Pendidikan Karakter Mendesak, edisi Sabtu, 20 Februari 2010

Napitupulu, Washington P.2001. Universitas Yang Kudambakan, Unesco.

Rich, 2008. Ministry of Education, Singapore

Slavin, R. E. 1994. Educational Psychology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

http://ide-guru.blogspot.com/2010/05/peranan-guru-dalam-pendidikan-karakter.html

Page 92: Guru Efektif

Artikel Versi Cetak

 23 Februari 2010 11:51 WIBNur Arifah D, M.PdPERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER, BUDAYA, DAN MORAL

     Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, telah memberikan pernyataannya di harian Kompas yang terbit di hari Sabtu, 20 Februari 2010, bahwa pendidikan karakter, budaya, dan moral menjadi suatu kebutuhan mendesak bagi pendidikan nasional Indonesia. Isu ini menjadi sangat penting dengan adanya penjiplakan karya ilmiah yang semakin banyak terjadi bukan hanya di kalangan mahasiswa tetapi sudah masuk pada tataran guru besar di berbagai kota. Di kalangan mahasiswa, baik mahasiswa S1, S2, dan bahkan S3 sekarang banyak yang menggunakan jasa pembuatan skripsi atau disebut pabrik skripsi, tesis, dan disertasi. Para penyedia jasa ini sudah terang-terangan mempromosikan makalah, skripsi, tesis, dan disertasi di surat kabar dan juga di internet. Jika kalangan akademisi saja sudah tidak peduli dengan adanya kejujuran dalam menulis karya ilmiah, bagaimana dengan nasib bangsa ini yang akan semakin terpuruk dengan sikap yang sangat tidak terhormat dengan penjiplakan atau penjualan skripsi, tesis, dan disertasi?     Pendidikan karakter, budaya, dan moral sudah lama didengungkan oleh para pendidik kita dan telah lama juga dirintis oleh Ki Hajar Dewantara dengan tri pusat pendidikannya yang menyebutkan bahwa wilayah pendidikan guna membangun konstruksi fisik, mental, dan spiritual yang handal dan tangguh dimulai dari; (i) lingkungan keluarga; (ii) lingkungan sekolah; dan (iii) lingkungan sosial. Ketika pendidikan di lingkungan keluarga mulai sedikit diabaikan dan dipercayakan penuh kepada lingkungan sekolah, serta lingkungan sosial yang makin kehilangan kesadaran bahwa aksi mereka pada dasarnya memberikan pengaruh yang besar pada pendidikan seorang individu. Maka lingkungan sekolah (guru) menjadi garda terakhir yang terengah-engah memanggul kepercayaan tersebut. Orang tua semakin tidak peduli dengan pendidikan anaknya yang semakin hari semakin tergerus oleh lingkungan sosial yang merusak dirinya dan hilangnya rasa hormat kepada guru yang selama ini membimbingnya di sekolah. Mereka lebih menghargai teman yang menurutnya memberikan warna bagi kehidupannya.      Jika kita mengajukan pertanyaan umum tentang siapakah yang berada di garis terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan karakter, budaya, dan moral. Semua sepakat bahwa gurulah yang menjadi frontliner.

Page 93: Guru Efektif

Kesejahteraan suatu bangsa yang ditopang oleh pilar kemajuan teknologi dan ekonomi sangat bergantung pada kemajuan pendidikan karena sistem yang dibangun suatu negara tidak akan berhasil tanpa dukungan SDM yang berkualitas. Peran guru menjadi sangat esensial dalam perpektif pengembangan pendidikan karakter, budaya, dan moral bangsa melalui proses pendidikan yang berkualitas termasuk didalamnya adalah pendidikan moral, budaya, dan karakter bagi semua peserta didik     Pendidikan moral disampaikan secara marjinal. Tanggung jawab pendidikan ini dibebankan kepada guru agama dan guru PKN.  Sedangkan dua guru bidang studi ini sibuk dengan pencapaian kompetensi yang harus dicapai siswa. Bagaimana dengan guru yang lain? Guru bidang studi lain bersibuk ria dengan kurikulum dan nilai Ujian Nasional. Pendidikan nasional yang memiliki tujuan yang mulia disibukkan  dengan berbagai proyek yang pada intinya dapat menghasilkan uang bagi para penentu kebijakan. Para pengambil kebijakan mendapatkan untung sebesar-besarnya dan masyarakat, guru, siswa semakin bingung akan dibawa kemana.     Itulah beberapa fakta yang terjadi di sekitar kita yang akhir-akhir ini menjadi suatu isu yang banyak terjadi. Bangsa ini kehilangan suatu teladan dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang seharusnya menjadi tolok ukur suatu keberhasilan suatu bangsa dalam mendidik tunas bangsa menjadi bahan olok-olokan dan dinomor sekiankan dari program pembangunan negara. Menurut Fritz R Tambunan, bahwa negara kita berada pada puncak tragedi pendidikan dimana aneka ketidakjujuran sudah berlangsung lama, dari kecurangan, penjiplakan karya ilmiah,dan  konversi nilai ujian akhir. Pernyataan ini memberikan bukti bahwa kebobrokan di bidang pendidikan bukan hanya terjadi hulu tetapi juga di hilir. Hal ini memiliki makna bahwa bukan hanya peserta didik, masyarakat, dan guru yang memiliki andil dalam kehancuran pendidikan ini tetapi juga pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional.

     Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Jika kita menengok kembali tugas guru yang luar biasa. Dalam UU Guru dan Dosen, UU no 14 tahun 2005, guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lebih jauh Slavin (1994) menjelaskan secara umum bahwa performa mengajar guru meliputi aspek kemampuan kognitif, keterampilan profesional dan keterampilan sosial. Di samping itu, Borich (1990) menyebutkan bahwa perilaku mengajar guru yang baik dalam proses belajar-mengajar di kelas dapat ditandai dengan adanya kemampuan penguasaan materi pelajaran,

Page 94: Guru Efektif

kemampuan penyampaian materi pelajaran, keterampilan pengelolaan kelas, kedisiplinan, antusiasme, kepedulian, dan keramahan guru terhadap siswa.      WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga. Pernyataan diatas ditegaskan kembali oleh Oemar Hamalik, tugas dan tanggung jawab guru meliputi 11 macam, yaitu:guru harus menuntun murid-murid belajar, turut serta membina kurikulum sekolah, melakukan pembinaan terhadap diri anak (kepribadian, watak, dan jasmaniah), memberikan bimbingan kepada murid, melakukan diagnose atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar, menyelenggarakan penelitian, mengenal masyarakat dan ikut aktif di dalamnya, menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila, turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia, turut mensukseskan pembangunan, dan tanggung jawab meningkatkan professional guru.     Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran guru dalam dunia pendidikan modern sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat. Sisi ini memberikan wacana bahwa guru bukan hanya pendidik akademis tetapi juga merupakan pendidik karakter, budaya, dan moral bagi para peserta didiknya.     Pendapat senada juga dinyatakan oleh Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui peserta didik dan seharusnya diketahui oleh peserta didik.Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.     Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa

Page 95: Guru Efektif

yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.     Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.     Berkaitan dengan tiga tugas guru tersebut dengan pendidikan karakter, budaya, dan moral bagi bangsa Indonesia, secara prinsip sudah ditetapkan baik dalam UUD 1945 maupun dalam Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:a. peningkatan iman dan takwa;b. peningkatan akhlak mulia;c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;f. tuntutan dunia kerja;g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;h. agama;i. dinamika perkembangan global; danj. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

     Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.      Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi

Page 96: Guru Efektif

guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendirinya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendirinya menjadi manusia yang berbudaya.      Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.     Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan peserta didiki menjadi manusia yang berkarakter, berbudaya , dan berkarakter sesuai cita-cita UUD 1945 dan Pancasila.      Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan terutama yang berkaitan dengan pendidikan karakter, budaya dan moral.     Guru sangat berperan dalam mendidik peserta didik dengan pendidikan karakter, budaya, dan moral. Bagaimana solusi yang ditawarkan kepada peserta didik dengan jumlah pelajaran yang banyak? Sebagai gambaran saja, untuk sekolah umum sekolah dasar ada 9 mata pelajaran, sekolah menengah pertama ada 12 mata pelajaran, dan sekolah menengah umum 17 mata pelajaran. Jika ditambah dengan pendidikan moral, pendidikan budaya, dan pendidikan moral maka masing-masing bertambah tiga pelajaran. Dikhawatirkan hal ini akan sangat kontra produktif. Bukan bertambah pemahaman mengenai karakter, budaya, ataupun moral peserta didik tetapi sebaliknya, peserta akan bersikap masa bodoh atau tidak peduli.     Terdapat beberapa solusi yang penulis tawarkan. Ketiga solusi ini bisa dilakukan secara individu ataupun dilaksanakan secara bersama sama. Pertama, calon pendidik atau guru diberi tambahan mata kuliah pada saat belajar di perguruan tinggi. Tambahan mata kuliah yaitu pendidikan

Page 97: Guru Efektif

karakter, pendidikan budaya, dan pendidikan moral. Mengapa sebaiknya diberikan kepada mahasiswa calon guru? Beberapa alasannya adalah banyak sekali mahasiswa calon guru meskipun umurnya sudah diatas 18 tahun tetapi tetap saja sikapnya masih seperti orang yang tidak mengenyam pendidikan. Misalnya menyeberang jalan dengan seenaknya padahal diatas jalan tersebut ada jembatan penyeberangan. Banyak calon guru yang tidak  mengerti pendidikan karakter itu apa, pendidikan moral itu apa, dan juga pendidikan budaya itu apa. Sehingga yang terjadi adalah setelah lulus menjadi guru akan menjadi guru yang suka memukul peserta didiknya, menjadi guru yang memperkosa peserta didiknya sendiri, dan yang terparah adalah  membunuh peserta didiknya sendiri. Inilah yang disebut kehancuran pendidikan secara menyeluruh, baik secara akademis dan secara sikap.      Solusi kedua, belajar dari negara tetangga, yaitu Singapura. Di negara ini dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah diajarkan pendidikan nilai (values education). Pendidikan nilai ini wajib bagi sekolah negeri atau swasta. Pendidikan ini didasarkan pada enam hal yang disesuaikan dengan usia peserta didik. Keenam hal tersebut adalah care (kasih sayang), respect (saling menghormati), responsible (bertanggung jawab), integrity (integritas), harmony (keseimbangan), resilience (daya tahan atau tangguh). Meskipun di negara ini pelajaran agama ditiadakan tetapi diajarkan di keluarga masing masing, tetapi terlihat hasinya bahwa keenam hal yang diatas sangat mempengaruhi kehidupan di setiap aspek kehidupan.     Solusi ketiga, pendidikan karakter, budaya, dan moral disampaikan secara terpadu dengan seluruh pelajaran yang diajarkan di sekolah. Semua guru mata pelajaran diberikan tugas tambahan untuk menganalisa semua aspek yang diajarkan dan dihubungkan dengan pendidikan karakter, budaya, dan moral. Sebagai contoh adalah guru biologi mengajarkan tentang berbagai jenis tumbuhan. Materi ini akan ditambah dengan bagaimana siswa menghargai tumbuhan, bagaimana menjaga lingkungan dan sebagainya. Demikian juga guru bahasa. Selain mengajar materi bahasa, guru tersebut juga mengajarkan tentang pendidikan karakter, budaya, dan moral. Contohnya peserta didik diajarkan untuk tidak melakukan penjiplakan dengan cara dididik untuk membuat kalimat sendiri sampai peserta didik paham benar bagaimana menulis dengan baik dan benar, peserta didik dididik untuk memiliki budaya datang tepat waktu, dan peserta didik dididik untuk selalu menghormati karya orang lain. Demikian juga berlaku bagi semua guru mata pelajaran yang ada di sekolah.     Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari ribuan pulau, budaya yang beraneka ragam, beraneka suku, dan beratus bahasa berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan karakter, budaya, dan moral merupakan prioritas dalam usaha memperbaiki dan menjaga negara Indonesia tercinta ini. Washington

Page 98: Guru Efektif

P.Napitupulu (2001) menyatakan bahwa fundamental moralitas dan etika kemanusiaan diterapkan pada setiap profesi dan pada setiap bidang upaya manusia. Pernyataan ini memiliki arti yang mendalam bahwasanya sebagai guru bukan hanya mendidik peserta didiknya agar berhasil dalam bidang akademis melainkan guru juga merupakan teladan atau contoh dari suatu karakter manusia yang baik, memiliki budaya perdamaian dan juga moral yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan manusia dan Tuhannya. Sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan karakter, budaya, dan moral, diharapkan bahwa tidak ada perkelahian antar suku, perkelahian antar agama, perkelahian antar tetangga yang hanya dibatasi oleh jalan raya. Adanya budaya malu untuk berbuat  curang, malu menyontek, malu berbuat sesuatu kejahatan, malu untuk korupsi benar - benar tertanam di hati dan pikiran setiap manusia Indonesia. Maka dalam rangka mempercepat usaha perbaikan moral, budaya, dan karakter bangsa Indonesia perlu diadakan kampanye besar-besaran bagi para guru di seluruh Indonesia untuk dapat kembali mendidik para peserta didiknya dengan teladan yang berdasar pada pendidikankarakter, budaya dan moral.      Tentu saja usaha ini akan menjadi isapan jempol belaka jika pemerintah  ataupun stakeholder suatu sekolah tidak ikut berperanserta dalam upaya kampanye besar-besaran perlunya pendidikan moral, budaya, dan karakter ataupun hanya dilakukan dalam hitungan jari saja, tetapi hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Kampanye pendidikan moral, budaya, dan karakter ini akan lebih bermakna jika pemerintah menjadi lokomotif penggerak dengan memberikan contoh bagi masyarakatnya.Contoh dari karakter yang perlu diperbaiki adalah kedisiplinan. Bangsa Indonesia telah dikenal dengan bangsa dengan jam karetnya, jika tidak terlambat maka dianggap bukan orang Indonesia. Hal ini sudah menjadi karakter yang seharusnya diperbaiki dengan segera. Disiplin nasional perlu digalakkan dengan sungguh-sungguh dalam upaya mewujudkan masyarakat, bangsa, negara yang bercita-cita luhur.      Disiplin ini meliputi pelatihan dan pengajaran yang bertujuan memperbaiki tingkah laku dan moral bagi seluruh manusia yang tinggal di Indonesia, baik bagi kalangan akademisi dan juga para pelaku bisnis di Indonesia. Termasuk dalam pengertian disiplin adalah disiplin kerja, disiplin cara hidup sehat, disiplin berlalu-lintas, sanitasi, pelestarian lingkungan, dan sebagainya.Hal-hal yang mendasar yang kita lakukan sehari-hari sebaiknya dijadikan dasar atau pijakan dalam mengembangkan konsep disiplin yang bersifat abstrak. Disiplin nasional akan berhasil jika di setiap individu manusia yang ada didalmnya melaksanakan disiplin tersebut dengan kesungguhan hati dan memahami bahwa disiplin diri merupakan cikal bakal dari disiplin  diri yang akan berimbas pada disiplin nasional yang akan membawa bangsa ini ini menuju kemajuan yang dicita-citakan. Dengan demikian,dengan adanya

Page 99: Guru Efektif

pendidikan karakter, budaya dan moral bukan hanya generasi yang telah menjadi guru, tetapi juga setiap anak, pemuda, dan orang dewasa yang ada di Indonesia dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.  Melalui pendidikan karakter, pendidikan budaya, dan pendidikan moral yang berkelanjutan dan sungguh-sungguh akan menghasilkan watak dan manusia Indonesia yang seutuhnya. Di satu sisi, guru berusaha dengan gigih untuk memberikan teladan bagi peserta didiknya, dan di sisi lain, pemerintah dan juga stakeholder membantu dalam meningkatkan moral, budaya, dan karakter peserta didik. Dengan demikian akan terbina budaya kerja gotong - royong dalam rangka kemajuan bersama. Guru, digugu dan ditiru, bukan hanya menjadi slogan atau simbol semata, melainkan akan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Borich, G.D. 1994. Observation Skills for Effective Teaching. Englewood Cliffs: Macmillan Publishing CompanyKompas, Pendidikan Karakter Mendesak, edisi Sabtu, 20 Februari 2010Napitupulu, Washington P.2001. Universitas Yang Kudambakan, Unesco.Rich, 2008. Ministry of Education, SingaporeSlavin, R. E. 1994. Educational Psychology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

http://www.labschool-unj.sch.id/smpjkt/publikasi.php?action=artikel&id=997

Peranan Guru Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan

Page 100: Guru Efektif

Written by Syarif Hidayat    Wednesday, 03 February 2010 13:42

Oleh:M. Miftah. M.Pd.

Sebagian besar orang tua zaman dulu menjadikan profesi guru sebagi idaman bagi anak-anaknya, karena posisi itu memiliki nilai lebih di mata masyarakat. Ini tercermin misalnya, pada kebanyakan orang Jawa, sebutan mas atau pak guru masa itu merupakan sebutan yang sangat istimewa sekaligus sebutan yang mengandung makna penghormatan. Bahkan, sejak jaman penjajahan atu awal kemerdekan, profesi guru disanjung-sanjung. Guru memiliki strata social yang begitu menjulan gsehingga mencucuk atap langit. Apalagi di desa-desa, sosok guru bias dikatakan setara dengan kaum priayi, penuh wibawa dan cukup disegani. Tidak mengherankan kalau waktu itu setiap orng tua menginginkan anak-anaknyamenjadi guru. Namun hal itu berbeda sekali dibandingakn dengan posisi guru zaman sekarang.

Belakangan ini, profesi guru dipandang sebagai pelabuhan terakhir dari para lulusan sekolah guru yang serba pas-pasan. Bahkan banyak orang tua yang ogah mendorong anaknya untuk menjadi guru. Selain gajinya yang minim, wajh profesi ini sering kali tercoreng oleh sebagian oknum guru. Sebagi contoh, ada guru yang memperkosa siswanya sendiri, menganiaya anak didik, pilih kasih, tidak adil, dan masih banyak kasus yang ‘memilukan’ lainnya. Belum lagi profesionalisme guru di Indonesia umumnya tidak tampak. Seperti disinggung mantan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro ketika diwawancarai sebah stasiuntelevisi, beberapa waktu lalu, bahwa sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak professional.Keruan saja kualitas pendidikan kita jauh dari harapan dan kebutuhan. Persoalannya, banyk guru sekarang yasng malas untuk mempelajasi semua hal yang berkaitan dengan bidangnya masing-masing, dan ini berdampak pada kemandekan kreativitas dan mutu dalam pembelajaran. Buntutnya, pendidikan kita kurang berpengaruh langsung pada kehidupan pribadi dan watak pesrta didik. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita saksikan (baik melalui media cetak maupun elektronik) berbagai kejahatan yang dilakukan anak-anak yang masih berusia belasan than. Diantara mereka telah menjadi generasi muda yang kerdil, mengambang, banyak omong tapi otaknya ompong, tahunya Cuma obat-obatan telarang, yang kreativitsnya hanya melulu di dunia hiburan. Memang, kondisi lingkungan sekitar selama ini kurang kondusif bagi dunia pendidikan. Lihat saja, krisis keteladanan, moral, dan spiritual kian merebak dimana-mana. Tontonan acara-acara televise yang menyesatkan dan tidak sesuai dengan usia anak-anak semakin memperburuk wajah pendidikan kita.. Menhadapi keadaan demikian, upaya peningkatan profesionalisme guru dalam dunia pendidikan merupakan langkah awal yang tidak bias ditawar. Hal itu

Page 101: Guru Efektif

mengingat peran guru daharapkan bias menciptakan pendidikan yang membebaskan masyarakat dari keterpurukan, kemiskinan, dan berbagi krisis yang tengah melanda seluruh elemen bangsa ini.

Peran dan Fungsi Guru

 

Guru ataupun dikenali juga sebagai “pengajar”, “pendidik”, dan “pengasuh” merupakan tenaga pengajar dalam institusi pendidikan seperti sekolah maupun tiusyen (kelas bimbinangan) yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru sebagai pengajar Ialah orang yang memiliki kemampuan pedagogi sehingga mampu mengutarakan apa yang ia ketahui kepada peserta didik sehingga menjadikan kefahaman bagi peserta didik tentang materi yang ia ajarkan kepada peserta didik. Seorang pengajar akan lebih mudah mentransfer materi yang ia ajarkan kepada peserta didik, jika guru tersebut benar menguasai materi dan memiliki ilmu atau teknik mengajar yang baik dan sesuai dengan karakteristik pengajar yang professional. Sebagai contoh pengajar yang kompeten sehingga berhasil mencetak siswa-siswa yang pandai dan menguasai materi adalah Yohanes Surya. Proses pembelajaran (learning proses) yang dilakukannya dalam membimbing tim olimpiade fisika menuju keberhasilan di tingkat internasional bias dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran bagi guru-guru lainnya. Tidak tanggung-tanggung, mesti para siswa itu hanya berpendidikan SMA dan satu diantaranya berpendidikan SMP, ilmu yang dipelajari selama masa bimbingan dalam beberapa aspek setara dengan pengetahuan pascasarjana. Sehingga dengan kefahaman dan kesiapan yang matang, para siswa tidak canggung dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dalam kompetisi olimpade.

Guru Sebagai Pendidik

 

Pendidik adalah seiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989:44). Sehinggga sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar “panggilan” yang teramat suci. Sebagai komponen sentral dalam system pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional kita adalah “manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin, bermoral dan bertanggung

Page 102: Guru Efektif

jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Dapat dikatakan bahwa guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik. Maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai kemajuan pendidikan. Begitu besarnya peranan guru sebagi pengajar dan pendidik, maka harus diakui bahwa kemajuan pendidikan di bidang pendidikan sebagian besar tergantung pada kewenangan dan kemampuan staff pengajar (guru). Pendidikan Indonesia akan maju jika staff pengajar (guru) sebagai kemampuan sentral dalam system pendidikan memiliki kualitas yang baik pula. Pendidikan Indonesia memerlukan guru yang memiliki kompetensi mengajar dan mendidik yang inovatif, kreatif, manusiawi, cukup waktu untuk menekuni tugas profesionalnya, dapat menjaga wibawanya di mata peserta didik dan masyarakat (menjaga “profesionalitas conscience”) dan mampu meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mendapatkan guru yang demikian, dua hal yang perlu mendapatkan perhatian yaitu pendidikan mereka (terutama pada pre-service training atau pemantapan program pendidikan guru, bukan pada in training service) dan kesejahteraan mereka .

Peningkatan kesejahteraan guru memiliki peran penting dalam usaha memperbaiki pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk. Bank Dunia memberikan mutu guru guna memacu mutu pendidikan tidak akan berpengaruh maksimal jika kesejahteraan tidak terpecahkan (Suroso. 2002). Selain itu, peningkatan kesejahteraaan bisa berdampak positif pada usaha pemberantasan korupsi di sekolah. Sebab, korupsi yang dipraktekkan guru umumnya didorong factor kebutuhan (corruption by need). Untuk menyiasati kecilnya gaji, mereka mengutip berbagai biaya ekstra dari murid, seperti menjual soal ujian atau mengadakan kegiatan ekstrakurikuler.

Korban korupsi

 

Berkaitan dengan korupsi, sangat menarik melihat posisi guru. Pada satu sisi, masyarakat menempatkan mereka sebagai actor utama di balik mahalnya biaya sekolah. Namun, di sisi lain, guru kerap dikerjai pejabat di atasnya, seperti gaji atau honor kegiatan dipotong tanpa alas an. Gambaran tersebut memberikan penjelasan bahwa sebenarnya guru merupakan pelaku sekaligus korban korupsi. Namun, dua posisi tersebut tidak berdiri sendiri karena yang menjadi penyebab guru melakukan korupsi adalah korupsi atau perlakuan tidak adil pejabat di atasnya. Setidaknya ada tiga kondisi yang bisa menjelaskan hal itu. Yang pertama adalah kenyataan bahwa pendapatan yang diterima guru tidak lebih besar disbanding pengeluaran untuk mendudkung proses belajar-mengajar.

Page 103: Guru Efektif

Sebagai contoh, sewaktu penulis mengajar di salah satu sekolah menengah pertama swasta di Jakarta, biaya yang dikeluarkan setiap kali datang dan membuat persiapan mengajar mencapai Rp 45 ribu, belum termasuk makan. Sedangkan bayaran mengajar Rp 10 ribu per jam. Karena mengajar dalam semingu hanya enam jam, total pendapatan yang diterima Rp 60 ribu setiap bulan. Jika dihitung datang ke sekolah seminggu sekali, total pengeluaran dalam satu bulan mencapai Rp 180 ribu (4 minggu dikali Rp 45 ribu), padahal gaji hanya Rp 60 ribu. Jadi setiap bulan deficit Rp 120 ribu. Alternatif menutup deficit dan kebutuhan hidup adalah mencari dana ekstra dari siswa atau ngobyek di tempat lain, bisa di sekolah, bisa juga di pangkalan ojek. Kedua, guru bukan penentu kebijakan di sekolah. Umumnya guru diposisikan sebagai pengajar yang bertugas mentransfer pengetahuan kepada murid, sedangkan dalam penentuan kebijakan akademis apalagi financial sering diabaikan. Hasil penelitian Indonesian Corruption Watch pada beberapa kota di Indonesia secara umum menunjukkan bahwa guru tidak mengetahui kebijakan apa saja yang digulirkan sekolah. Bahkan banyak yang mengaku belum pernah melihat bentuk anggaran pendapatan dan belanja sekolah (APBS) di sekolahnya. Padahal keuangan sekolah, baik bersumber pada pemerintah, orang tua murid, maupun pihak lain, dicantumkan dalam APBS. Karena itu, agar bisa melakukan korupsi, terlebih dahulu mesti mengetahui APBS. Dengan demikian, guru, yang umumnya tidak ikut merencanakan dan mengelola keuangan, kecil kemungkinan menjadi aktor di balik maraknya korupsi di sekolah. Ketiga, guru merupakan mata rantai terlemah di antara penyelenggara pendidikan lain sehingga selalu menjadi korban mata rantai yang lebih kuat, seperti kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan. Selain guru menjadi korban obyekan atasan, porsi anggaran atau pendapatan yang diperoleh pun biasanya kecil. Penelitian Indonesian Corruption Watch pada APBS beberapa sekolah di Jakarta dan Tangerang memperlihatkan bahwa alokasi anggaran untuk guru tidak mencapai setengah porsi untuk kepala sekolah. Secara ekonomi, penikmat hasil korupsi bukanlah guru. Nasibnya seperti istilah orang lain yang makan nangka, tapi guru yang terkena getahnya. Stigma biang keladi korupsi di sekolah membuat citra guru jatuh di hadapan orang tua dan murid. Padahal tuntutan profesinya bukan hanya kemahiran dalam menyampaikan materi pelajaran, tapi juga keterampilan untuk menjadi contoh. Guru korup adalah guru buruk dan guru buruk tidak bisa dijadikan contoh. Karena itu, guru sebenarnya memiliki kepentingan ikut memberantas korupsi, khususnya di sector pendidikan. Sebab, selain dapat mengembalikan citra, apa yang mereka lakukan akan menjadi pembelajaran sangat efektif, tidak hanya bagi murid, tapi juga bagi masyarakat umum. Usaha memberantas korupsi bisa diawali dengan perjuangan memperbaiki nasib guru sendiri. Peluang tersebut sangat terbuka dengan mendorong Undang-Undang Guru sesuai dengan tujuan awal: mengangkat harkat dan derajat guru. Walau undang-undang itu

Page 104: Guru Efektif

sudah disahkan, peluang perbaikan belum tertutup.

Mutu Pendidikan

 

Dalam rangka umum, mutu mengandung makna derajad (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang bermutu, terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif dan psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta menciptakan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut. Antara lain mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun non akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks “hasil Pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir semester, akhir tahun, 2 tahun, atau 5 tahun bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misal : ulangan harian, ujian semester atau ujian nasional). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olahraga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan lain-lain. Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil (output) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap kurun waktu lainnya. Beberapa input dan proses harus selalu mengacu pada mutu hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain, tanggung jawab sekolah dlam school based quality improvent bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah terutama yang menyangkut aspek kemampuan akademik(kognitif) dapat dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar nilai). Mutu Pendidikan Indonesia Pembangunan Pendidikan Indonesia mendapat roh baru dalam pelaksanaanya sejak disahkannya Undang-Undang No 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selaras dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasinal maka Visi Pembangunan Pendidikan Nasional

Page 105: Guru Efektif

adalah “Terwujudnya Manusia Indonesia Yang Cerdas, Produktif, dan Berakhlak Mulia”. Beberapa indicator yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pembangunan pendidikan nasional : a). Sistem pendidikan yang efektif, efisien. b). Pendidikan nasional yang merata dan bermutu. c). Peran serta masyarakat dalam pendidikan. Dan lain-lain. Keberhasilan tim olimpiade di kancah internasional dalam meraih medali, belum cukup untuk dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan di tanah air. Karena keberhasilan tersebut hanya dicapai oleh beberapa siswa saja dari jutaan siswa Indonesia yang sebagian besar dapat dikatakan kualitasnya masih kurang. Kenyataan ini terindikasi dari standar nilai kelulusan (dalam ujian nasional yang masih diperdebatkan keberadaannya) dari tiga mata pelajaran yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika) nilai kelulusan yang ditetapkan minimal 4,25. Sedangkan kita lihat negara-negara lain seperti Malaysia memakai standar nilai kelulusan 6 dan Singapura 8 dan posisi Indonesia hanya sebanding dengan Filipina (Koran Tempo, 17 Juli 2006).

Peran Guru Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan

 

Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik, maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai kemajuan pendidikan. Secara teoritis dalam peningkatan mutu pendidikan guru memilki peran antara lain : (a) sebagai salah satu komponen sentral dalam system pendidikan, (b) sebagai tenaga pengajar sekaligus pendidik dalam suatu instansi pendidikan (sekolah maupun kelas bimbingan), (c) penentu mutu hasil pendidikan dengn mencetak peseta didik yang benar-benar menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan YME, percaya diri, disiplin, dan bertnggung jawab, (d) sebagai factor kunci, mengandung arti bahwa semua kebijakan, rencana inovasi, dan gagasan pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan perubahan system pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, (e) sebagai pendukung serta pembimbing peserta didik sebagai generasi yang akan meneruskan estafet pejuang bangsa untuk mengisi kemerdekaan dalam kancah pembangunan nasional serta dalam penyesuaian perkembangaanjaman dan teknologi yang semakin spektakuler, (f) sebagai pelayan kemanusiaan di lingkungan masyarakat, (g) sebagai pemonitor praktek profesi. Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah Benarkah guru sebagai penentu keberhasilan pendidikan Indonesia?. Mencermati dan memperhatikan Pendidikan di Indonesia, timbullah suatu permasalahan yang menjadi permasalahan nasional, terutama menyangkut masalah standar kelulusan siswa baik yang masuk SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi dan lain-lain. Kelulusan siswa tidak

Page 106: Guru Efektif

ditentukan oleh guru yang memantau dan mendidik serta membimbing dan membina anak didik selama 3 tahun dalam proses belajar dan mengajar, tetapi cukup ditentukan dengan hasil UN selama 2 jam yang sudah ditentukan standar nilai minimumnya. Suatu hal yang tidak logis untuk menilai seseorang mampu dan tidak mampu hanya dari satu aspek saja yaitu aspek kognitif, sedangkan intelektual yang bermoral merupakan proses yang diamati dan dinilai oleh orang yang membmbing, orang yang membina di sini peran guru dikebirikan. Beberapa kasus terjadi, ada seorang siswa yang sering menjuarai berbagai olimpiade sampai tingkat Nasional, berperilaku baik dan santun namun pada saat kelulusan ia dinyatakan tidak lulus. Di sisi lain ada seorang siswa yang kurang baik dalam berperilaku, sering bolos dan tidak sopan, namun ia mendaat nilai tertinggi saat kelulusan. Sungguh ketidak adilan dalam hal ini sangat menonjol. Di sinilah permasalahan pendidikan di Indonesia yang memunculkan suatu pertanyaan terhadap kelulusan siswa yang hanya ditentukan oleh 3 materi Ujian Nasional, sedangkan materi lain dan keaktifan serta intelektual siswa lainnya yang menyangkut aspek afekti dan psikomotorik siswa tidak dinilai. Jadi peran guru sebagai pengajar sekaligus pendidik disini kurang menentukan hasil pendidikan jika tolok ukurnya masih demikian. “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Pepatah ini dapat memberi kita pemahaman bahwa betapa besarnya peran guru dalam dunia pendidikan pada saat masyarakat mulai menggugat kualitas pendidikan yang dijalankan di Indonesia maka akan banyak hal terkait yang harus dibenahi. Masalah sarana dan prasarana pendidikan, sisitem pendidikan, kurikulum, kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen), dll. Secara umum guru merupakan factor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan professional, factor kesejahteraan, dll.

Kesimpulan

Dalam peningkatan Mutu Pendidikan, guru memiliki peran antara lain : (a) sebagai salah satu komponen sentral dalam system pendidikan, (b) sebagai tenaga pengajar sekaligus pendidik dalam suatu instansi pendidikan (sekolah maupun kelas bimbingan), (c) penentu mutu hasil pendidikan dengn mencetak peseta didik yang benar-benar menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan YME, percaya diri, disiplin, dan bertnggung jawab, (d) sebagai factor kunci, mengandung arti bahwa semua kebijakan, rencana inovasi, dan gagasan pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan perubahan system pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, (e) sebagai pendukung serta pembimbing peserta didik sebagai generasi yang akan meneruskan estafet pejuang bangsa untuk mengisi kemerdekaan dalam kancah pembangunan nasional serta dalam

Page 107: Guru Efektif

penyesuaian perkembangaanjaman dan teknologi yang semakin spektakuler, (f) sebagai pelayan kemanusiaan di lingkungan masyarakat, (g) sebagai pemonitor praktek profesi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Sumitro, dkk. 2006 . Pengantar Ilmu Pendidikan . Yogyakarta : FMIPA UNY

Rozali Ritonga . 2006 . Menyongsong Kurikulum Pendidikan 2009/2010 . Jakarta : Tempo Interaktif

Naniek Setijadi . 2004 . Tantangan Profesionalisme Guru Masa Depan . Jakarta : Tempo Interaktif http://www.kompascom/ – selasa, 17 Oktober 2006. http://www.klik-m.com/artikel/56-peranan-guru-terhadap