64
Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar Edisi ke 3 Tahun Keempat, Mei 2019 LITERASI UNTUK BELAJAR

Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

  • Upload
    lamhanh

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 1

Guru BelajarMenularkan Kegemaran Belajar

Edisi ke 3 Tahun Keempat, Mei 2019

LITERASI UNTUK BELAJAR

Page 2: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat2

BERANDA

Guru BelajarSurat Kabar

Info Surat Kabar Guru Belajar

Terbit setiap dua bulan sekali, surat kabar ini menampilkan praktik baik pengajaran dan pendidikan untuk menularkan kegemaran belajar pada komunitas guru. Isi tidak sepenuhnya mewakili pandangan redaksi.

Dewan Redaksi

Najelaa ShihabBukik SetiawanRizqy Rahmat HaniM. Abdurrahman B

Alamat Surat Elektronik dan Media Sosial

Kampus Guru Cikal

Kampusgurucikal

@Kampusgurucikal

[email protected]

Alamat Kantor

Jl. Ciater Rawa Mekar Jaya, SerpongTangerang Selatan, 15310

Kontributor

Editor tulisan

Panji IrfanSMP Tunas ArgoSeruyan KaltengIG :@panji26irfan

FB : Panji Irfan

Iwan AprianaKGB Bandung

SMPN 1 NagregFB : Iwan Apriana

Desain Grafis

Suhud RoisKGB Cimahi

SD Peradaban Insan Mulia Cimahi

IG :@suhudroisFB : Suhud Rois

Idham SumiratKGB WonosoboSD N 1 PagerejoIG :@id_galeria

FB : Idham Sumirat

Ina LinaKGB Surabaya

Paud Hidayah SurabayaIG :@veenuz027

FB : Lina Ina

Wilma A.I.S KailolaKGB Jakarta PusatSekolah Kembang

-KemangIG :@wilmakailola

FB : -

M. Rizky SatriaKGB Tangerang SelatanSekolah Cikal Serpong

FB : Rizky SatriaIG : @rizkysatria87

Lukman HakimKGB Pekalongan

SMA Islam PekalonganIG :@uklukhakim

FB : Lukman Hakim

Sarah Aulia W.KGB Lamongan

GLOBAL INBYRA SCHOOLIG :@aulia.sarah16

FB : Auli Aulia Sarah

Puti Almirsha Hamid

Sekolah Cikal SerpongIG : @almirshalitteacher

Rizqy Rahmat HaniKGB Pekalongan

Kampus Guru CikalIG :@rizqyrahmat

FB : Rizqy Rahmat Hani

Muhammad Abdurrahman BKGB Pekalongan

Kampus Guru CikalIG :@mamanbasyaiban

FB : Muhammad Abdurrahman Basyaiban

Page 3: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 3

BERANDA

Literasi untuk Apa?

Bukik Setiawandewan redaksi

DARI REDAKSI

Banyak guru, sekolah dan penggiat pendidikan mengadakan kegiatan literasi di berbagai konteks. Pertanyaan reflektif di Surat Kabar Guru Belajar ini adalah buat apa literasi?

Dalam sebuah Temu Pendidik Mingguan, saya terlibat percakapan dengan seorang guru yang bingung merancang pengajaran literasi. Selidik punya selidik, kebingungan tersebut berakar pada asumsi kegiatan literasi diadakan sebatas pada 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Asumsi yang memisahkan antara pengajaran literasi dengan “pengajaran biasanya”.

Pengajaran literasi dipisahkan dari pengajaran yang dilakukan setiap harinya. Bukan hanya pemisahan cara pengajaran, pengajaran literasi pun dipisahkan tujuannya. Pengajaran literasi mengejar suatu tujuan tertentu, pengajaran biasa mengejar tujuan yang lain. Ketika tujuan berbeda, penilaian keberhasilannya pun berbeda. Pada ujungnya, pengajaran literasi justru menjadi beban bagi guru, tanpa paham sebenarnya pengajaran literasi untuk apa.

Diskusi tersebut menarik perhatian tim Surat Kabar Guru Belajar sehingga lahirlah usulan untuk memaparkan keterkaitan antara pengajaran literasi dengan “pengajaran biasanya”. Kami berharap paparan tersebut dapat menyebarkan pesan bahwa pengajaran literasi adalah pondasi dari keseluruhan pengajaran dan pendidikan yang kita lakukan. Pengajaran literasi bukan sekedar mematuhi

kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh pusat. Pengajaran literasi hendaknya menunjang tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan pendidikan.

Pengajaran literasi akan membantu murid dalam mencari, mendapatkan, mengolah dan menggunakan informasi untuk mencapai suatu tujuan atau untuk menyelesaikan masalah. Kompetensi literasi yang berkembang akan membuat murid lebih lancar dalam mencapai tujuan pengajaran. Lebih mudah memahami tujuan pengajaran, lebih mandiri dalam mencari dan mengolah informasi, lebih tangguh dalam menghadapi kesulitan dalam penggunaan informasi dan tentu saja, lebih mudah melakukan refleksi proses dan hasil belajar pada suatu mata pelajaran. Lebih jauh lagi, murid dengan kemampuan literasi pun lebih mampu menghadapi tantangan dan menyelesaikan persoalan hidupnya.

Jadi buat apa pengajaran literasi? Untuk membantu murid lebih merdeka belajar dan menjalani hidup sebagai pelajar merdeka. Pelajar sepanjang hayat.

Bila kita bersepakat bahwa tujuan pengajaran literasi menunjang tujuan pengajaran dan pendidikan secara menyeluruh, maka konsekuensinya semua pelajaran adalah pelajaran literasi, semua media belajar adalah media literasi dan pada akhirnya, semua guru adalah guru literasi. Semua pihak di sekolah mempunyai tanggung jawab dalam

Page 4: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat4

mengembangkan kemampuan literasi murid. Bukan untuk menjalankan aturan, namun kesadaran bahwa pengajaran literasi pada dasarnya membantu guru mencapai tujuan pengajaran dan membantu murid mencapai tujuan pelajaran. Pengajaran literasi menunjang tujuan kita semua, tujuan pendidikan. Pernyataan tersebut bukan pernyataan omong kosong. Silahkan Anda baca Surat Kabar Guru Belajar Edisi ke-21 ini. Anda akan mendapatkan bagaimana pengajaran literasi bisa terintegrasi dengan berbagai macam pengajaran. Pengajaran literasi bukan monopoli pengajaran bahasa, juga pengajaran kewarganegaraan, pendidikan inklusi, pengajaran matematika, pengajaran budaya dan semua pengajaran yang lain.

Inilah seruan yang diusung Komunitas Guru Belajar, pahami esensinya, pahami tujuannya, sehingga kita bisa mendapatkan beragam cara yang mungkin untuk mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan.

Mari kita renungkan kembali, apa tujuan pengajaran literasi. Dan temukan cara pengajaran yang relevan dan bermakna, bagi murid maupun bagi guru. Selamat melakukan pengajaran literasi dengan cara berbeda!

Ketua Kampus Guru Cikal

Bukik Setiawan

Pengajaran literasi bukan sekedar mematuhi kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh pusat. Pengajaran literasi hendaknya menunjang tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan pendidikan.

Bukik Setiawan

Page 5: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 5

Program dan kegiatan literasisebenarnya untuk apa?Banyak guru, sekolah dan penggiat pendidikan mengadakan kegiatan literasi di berbagai konteks.

Kegiatan literasi diadakan sebatas 15 menitmembaca sebelum pelajaran.

Pengajaran literasi mengejar suatu tujuan tertentu.

Pengajaran biasa mengejar tujuan yang lain.

Pengajaran literasi justru menjadi beban bagi guru, tanpa paham sebenarnya pengajaran literasi untuk apa.

Pengajaran literasi akan membantu murid :1. Menyelesaikan masalah.2. Lancar dalam mencapai tujuan pengajaran.3. Mandiri dalam mencari dan mengolah informasi,4. Tangguh menghadapi kesulitan.5. Mudah melakukan refleksi proses dan hasil belajar6. Mampu menghadapi tantangan dan menyelesaikan persoalan hidupnya.

Page 6: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat6

Semua MuridSemua Guru

Literasi berkait dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Karenanya, cara “termudah” memastikan implementasinya di kelas

adalah berefleksi keterampilan dan sikap apa yang ditumbuhkan guru sepanjang hari. Murid, terlepas dari semuda apapun usianya, punya kemampuan observasi yang tinggi tentang ekspektasi. Apa yang dilatihkan, ditanyakan, diujikan adalah tujuan pengajaran. Yang terus menjadi tantangan - disaat kita punya kesepakatan menjadikan literasi sebagai tujuan, kegiatan harian yang kita lakukan tidak mengarah pada apa yang dicanangkan. Yang juga menjadi hambatan, ketika kita tahu bahwa literasi butuh banyak waktu untuk jadi kompetensi yang melekat dalam diri, kita hanya menggunakan satu bidang studi - biasanya pelajaran bahasa - untuk menguatkan keterampilan ini. Semua guru - apapun mata pelajarannya - adalah fasilitator sekaligus pelatih untuk berbagai cita, cara dan cakupan literasi. Dalam kenyataannya, modal utama literasi pada anak adalah keingintahuan - tetapi banyak anak yang dipaksa belajar tanpa rasa penasaran. Berpikir mestinya menyenangkan, bila guru memberikan pertanyaan yang menantang dan relevan dengan apa yang terjadi di kehidupan, bukan mementingkan jawaban yang dengan mudah ditemukan dengan mesin pencarian digital . Membaca mestinya bermakna, bila anak punya latar belakang pengetahuan yang membantu pemahamannya. Menulis mestinya membuat anak merasa berdaya, bila anak punya gagasan yang ingin diekspresikan. Tetapi di banyak kelas bahasa maupun pelajaran lainnya, anak dibiarkan tenggelam dengan tugas berkait teks maupun informasi visual, tanpa cukup waktu dan latihan untuk mengkaitkan konteks bacaan dengan konteks lingkungan, tanpa

dilatih tahapan yang terstruktur tentang proses membuat tulisan. Tak heran membaca dan menulis jadi membosankan dan melelahkan, bagian dari pelajaran yang dilakukan tanpa pendalaman. Tak aneh, dalam banyak asesmen tentang membaca dan menulis lintas pelajaran, tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam kemampuan anak di awal sekolah dasar dibanding kemampuannya belasan tahun kemudian di sekolah menengah sebagai lulusan. Satu ilustrasi yang seringkali saya sampaikan pada guru berbagai jenjang dan mata pelajaran pada saat menjelaskan tentang perkembangan anak dalam literasi, adalah betapa minimnya literasi anak tentang proses belajar dirinya sendiri. Dalam setiap kesempatan kunjungan kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di pelosok nusantara, sedikit sekali murid-murid kita yang mengorganisasi, menganalisa dan mengaplikasi proses belajarnya. Sebelum kita sibuk dengan literasi berkait berbagai materi, mari mulai sejak dini untuk membuat anak mengetahui mengapa ia mesti belajar topik tertentu hari ini, mengajaknya melihat koneksi antara soal yang dibahas di kelas matematika sehari sebelumnya dengan deretan lembar kerja yang mesti selesai sebagai pekerjaan rumah, atau mempraktikkan antara apa yang didiskusikan di kelas bahasa saat membaca atau menulis laporan di kelas IPA. Saat anak mampu menavigasi proses belajarnya secara mandiri, saat itulah sebenarnya guru sedang menguatkan kemampuan literasi lintas bidang studi dan akan berguna untuk berbagai profesi di masa depan nanti. Literasi membutuhkan kesempatan aplikasi. Alih-alih melatih membaca untuk belajar, banyak guru dan orangtua hanya sibuk dengan proses belajar untuk membaca. Literasi

Literasi untuk Belajar

Page 7: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 7

Najelaa ShihabPendiri Sekolah Cikal, Kampus Guru

Cikal, IniBudi.Org, Keluarga Kita, Islamedu dan penggagas

Pesta Pendidikan.Bisa di temui di twitter

@NajelaaShihab

bisa tumbuh saat anak berkreasi dan menghasilkan “karya awal” sebagaimana ahli saat mendalami bidang yang disukai. Alih-alih memberi kesempatan eksplorasi peminatan, banyak pemangku kepentingan menyeragamkan proses belajar-mengajar bukan hanya dengan pakaian atau jadwal yang persis sama tetapi juga dengan penyeragaman yang tidak kasat mata dan penuh salah kaprah. Dalam kelas bahasa maupun non bahasa misalnya, banyak guru yang punya asumsi bahwa tingkat kesiapan anak yang berbeda menunjukkan tingkat kemampuan yang berbeda. Di berbagai sekolah dan daerah, banyak pimpinan atau pemangku kebingakan yang punya paradigma atau jumlah (halaman) buku yang dikonsumsi perlu dilombakan dan menjadi indikator keberhasilan. Akibatnya, motivasi untuk menggerakkan literasi berubah menjadi apati atau frustasi karena hasil dan perkembangan nyatanya pada murid-murid seringkali tidak terjadi. Menjadi guru yang menumbuhkan literasi, bukan hanya berkait strategi paedagogi, tetapi selalu dimulai dengan kemampuan literasi diri kita sendiri sebagai pendidik anak negeri. Kemampuan mengajar butuh latihan berkelanjutan dan secara langsung berhubungan dengan kemampuan kita belajar. Guru-guru belajar yang saya temui, menggunakan berbagai cara untuk saling mengobservasi dengan merekam diri saat mengajar, membuka pintu bagi orangtua atau sesama guru untuk mengamati apa yang berhasil dan perlu lebih sering dilakukan serta apa yang tidak memberikan dampak. Saya selalu menggunakan jurnal, yang dipantau berkelanjutan dan penuh dengan pertanyaan sekaligus rencana perbaikan. Mari membuktikan bahwa kunci dari menjadi guru yang berhasil dalam literasi adalah kemampuan mencari dan menerima umpan balik untuk diri.

Saat anak mampu menavigasi proses belajarnya secara mandiri, saat itulah sebenarnya guru sedang menguatkan kemampuan literasi lintas bidang studi dan akan berguna untuk berbagai profesi di masa depan nanti.

Nejelaa Shihab

Page 8: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat8

Literasi. Ketika kita menyebutkan kata tersebut, secara umum banyak yang akan langsung menghubungkannya dengan kegiatan membaca dan menulis. Tidak salah. Literasi sendiri

memang mengacu pada kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Namun keterampilan membaca dan menulis bukan satu-satunya indikator kemampuan tingginya kemampuan literasi seseorang. Perkembangan kemampuan literasi yang terus diasah, memungkinkan seseorang untuk memperoleh berbagai pengetahuan, menerapkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, bahkan keterampilan berkomunikasi yang efektif, sehingga mampu menciptakan berbagai gagasan yang terkait dengan persoalan kehidupan dalam sebuah komunitas.

Proses perkembangan kemampuan literasi sebetulnya jauh melampaui tahapan mengenal huruf dan bunyinya, mengenali bunyi suku kata, menggabungkannya menjadi kata, lalu merangkainya menjadi kalimat-kalimat yang memiliki arti untuk kita baca dan tulis. Literasi tidak terbatas pada keterampilan membaca dan menulis yang cakupannya memberikan batasan pada pembelajaran bahasa saja. Jadi bisakah kemampuan literasi dikembangkan dan diterapkan dalam pelajaran non Bahasa seperti Matematika misalnya? Lalu bagaimana caranya?

Kemampuan literasi dalam matematika disebut sebagai numerasi. Numerasi memiliki proses perkembangan yang sepadan dengan kemampuan literasi, dimana seseorang mampu memahami simbol-simbol dan angka untuk memecahkan masalah. Secara sempit seseorang dikatakan telah melek numerasi ketika mampu menyelesaikan soal operasi hitung yang melibatkan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Padahal kemampuan numerasi juga terbangun dari keterampilan memahami konsep-konsep abstrak yang lain, bukan sekedar operasi hitung saja. Keterampilan berpikir analisis dan menemukan sebab akibat juga dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dalam kehidupan nyata, bukan sekedar menjawab soal.

Tantangan yang seringkali dihadapi dalam mengembangkan numerasi antara lain karena matematika banyak melibatkan keterampilan berpikir yang abstrak, sehingga banyak murid yang merasa kesulitan dalam proses peralihan dari proses berpikir konkrit ke abstrak. Itulah mengapa matematika selalu dianggap sebagai pelajaran yang sulit, membebani, bahkan menciptakan kecemasan pada sebagian murid.

Keadaan lain yang menunjukan perlunya meningkatkan

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Bereksplorasi dengan Koordinat

Kartesius: Sebuah

Pengalaman Literasi, Numerasi dan Keterampilan

Hidup

Elisabet Indah SusantiSekolah Cikal Serpong

[email protected]

Wilma A.I.S KailolaKGB Jakarta Pusat

Sekolah Kembang, Kemang

Penulis

Desainer

Page 9: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 9

numerasi adalah kenyataan dimana murid-murid mampu mengerjakan soal-soal matematika secara tertulis namun tidak mampu mengkomunikasikan cara berpikirnya serta mengaplikasikan keterampilan berpikirnya untuk memecahkan persoalan di dunia nyata.

Koordinat Kartesius misalnya. Siapa yang tidak kenal sistem ini. Kita dapat mengetahui posisi titik dalam suatu bidang dengan garis koordinat X dan garis koordinat Y. Lalu apa manfaatnya mengerti sistem ini dalam kehidupan sehari-hari?

Nah, di term lalu, koordinat Kartesius adalah salah satu topik yang dipelajari murid-murid kelas lima yang saya ampu. Memahami bahwa sistem ini cukup abstrak, saya dan partner mencoba memperkenalkan topik ini dengan pendekatan yang sekongkrit mungkin. Kami memulai proses tuning in dengan membacakan cerita mengenai bagaimana Rene Descartes menemukan system koordinat. Rene Descartes adalah orang Perancis yang hidup pada tahun 1600an. Saat kecil ia sering kali jatuh sakit dan harus berbaring di tempat tidur sepanjang hari. Pada suatu hari Rene melihat seekor lalat hinggap di langit-langit kamarnya. Ia ingin menemukan cara untuk dapat menceritakan posisi lalat tersebut pada orang lain, dan menemukan bahwa posisi lalat dapat ditentukan berdasarkan jaraknya dari tembok. Saat bangun ia menggambarkan posisi lalat dan menciptakan titk-titik koordinat pada bidang datar.

Kisah ini cukup menarik bagi murid-murid. Mereka senang dan memahami latar belakang dibalik penemuan koordinat Kartesius. Proses tuning in dilanjutkan dengan permainan menemukan titik-titik konfigurasi rasi bintang. Murid diminta mengidentifikasi posisi bintang-bintang dengan menggunakan kombinasi X dan Y atau (x,y). Permainan dilanjutkan dengan “catur manusia”. Dalam kelompok, murid diminta berpindah dari satu sisi ke sisi lain kelas dengan melihat pola koordinat (x,y) di lantai. tanpa bertabrakan dengan kelompok yang bersebrangan. Murid

menyebutkan nama kombinasi (x,y) pada setiap titik perhentiannya. Makin seru! Murid-murid akhirnya mampu menentukan posisi dan menyebutkan titik koordinat.

Berikutnya murid-murid diberikan pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah apa manfaat koordinat kartesius dalam kehidupan kita sehari-hari. Pertanyaan kedua, kira-kira sistem koordinat kartesius ini dapat digunakan untuk apa saja. Dari pertanyaan ini murid-murid mulai mencari informasi terkait. Beberapa hasil penemuan antara lain; koordinat Kartesius dapat membantu menentukan posisi pada peta, menentukan arah mata angin, digunakan untuk navigasi penerbangan dan pelayaran, bahkan memproyeksikan gambar.

Mari bermain lagi! Kini saatnya murid-murid mengalami bagaimana seorang pelayar menentukan posisi kapal dengan menggunakan papan permainan Battle Ships. Berhadapan satu lawan satu, setiap murid diberikan lima buah kapal yang bebas diletakan dalam posisi apapun, horisontal atau vertikal, dimana pun dalam area garis X dan Y. Tugas setiap murid adalah mengalahkan lawannya dengan menembak habis semua kapal milik lawan. Caranya dengan menebak posisi kapal berdasarkan kombinasi (x,y) berupa huruf dan angka, misalnya (A,5), (C,10) dan sebagainya. Pemain yang lebih dulu mampu menebak posis dan menembak habis kapal lawan adalah pemenangnya.

Setelah semakin lancar mengidentifikasi titik koordinat tiba saatnya murid-murid mengaplikasikan keterampilan membaca koordinat. Tugas akhir ini terintegrasi dengan program tahunan sekolah “Playground of Ujung Pandang”. Murid-murid diperkenalkan pada ukiran Toraja sebagai kekayaan budaya Sulawesi Selatan. Ukiran tradisional Toraja memiliki motif hias yang sangat beragam dan sarat makna filosofis. Dari berbagai motif hias yang mereka pelajari, murid diminta memilih salah satu motif

Page 10: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat10

yang paling mereka sukai, kemudian memproyesikan motif tersebut pada sebuah bidang yang lebih luas menggunakan sistem koordinat Kartesius. Pilihan tantangan yang sederhana tapi cukup rumit dilakukan. Murid mulai menerapkan langkah-langkah dan strategi untuk menyelesaikan tugas mereka. Sebuah video panduan disediakan untuk memberikan gambaran pada murid-murid mengenai langkah-langkah dan proses jika dibutuhkan.

Murid -murid mulai menentukan garis X dan Y pada motif contoh dan pada bidang yang lebih besar. Lalu mulai memetakan titik-titik yang penting dan menggabungkannya menjadi garis-garis sehingga membentuk motif hias yang dimaksud. Dibutuhkan waktu cukup lama untuk mampu menyelesaikan tugas ini. Tak apa, bagaimana pun butuh ruang untuk trials and errors dalam proses belajar.

Karena menikmati proses belajarnya, merasa berhasil memahami dan bahkan mampu menerapkan pengetahuan mengenai sistem koordinat Kartesius dalam kehidupan nyata, beberapa orang murid memilih topik ini untuk ditampilkan dalam subject showcase di pagelaran “Playground of Ujung Pandang”. Pada pameran belajar ini, mereka mampu menjelaskan apa itu sistem koordinat Kartesius, bagaimana sistem itu sangat bermanfaat dalam memproyeksikan motif hias kesukaan mereka pada bidang dengan permukaan yang lebih luas, bagaimana prosesnya, termasuk menjelaskan makna motif tersebut.

Dalam hal ini saya dapat mengatakan bahwa murid-murid telah berhasil mengembangkan kemampuan literasi dan numerasinya karena telah mampu menggunakan konsep matematika dengan efektif dan percaya diri, mampu menjelaskan cara berpikir dan mentransfer keterampilan mereka untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Mereka terus membangun kepercayaan bahwa matematika bukan sekedar pelajaran yang harus mereka hadapi di kelas, tetapi merupakan sebuah keterampilan hidup yang membawa banyak manfaat bagi mereka.

Oh iya, motif hias hasil karya mereka pun sebisa mungkin harus bermanfaat. Maka kami memutuskan untuk mencetak karya mereka dalam sebuah tas tote. Karena ada tujuh orang murid yang memilih menampilkan pengalaman belajar matematika dengan topik koordinat Kartesius, maka dihasilkan tujuh tas tote edisi terbatas yang siap diadopsi oleh pengunjung yang berminat. Hasil penjualan tas tote ini didonasikan untuk program melek literasi bagi teman-teman di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

Page 11: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 11

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Sudah jamak kalau Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Sejak dulu bernama PMP, sudah begitu kesannya.

Saya pernah mengajar Pendidikan Kewarganegaraan, dan memang kesan membosankan susah sekali dihilangkan dari mata pelajaran ini. Begitu melihat materi yang harus diajarkan, kening saya langsung berkerut-kerut. Masa iya anak SD harus belajar tentang sistem pemerintahan, lembaga-lembaga negara, proses pembuatan undang-undang, dan sebagainya.

Mencoba memaksimalkan pembelajaran yang menyenangkan ternyata tidak membantu. Materi yang jauh dari kehidupan dan kebutuhan anak menjadi salah satu faktornya.

Pada titik ini saya merasa perlu jeda sejenak. Saya berpikir untuk tidak mencari metode apa yang akan saya pakai dalam pembelajaran. Saya justru bertanya mengapa memberikan materi tersebut? Apa tujuan yang saya ingin capai?

Perenungan itu membawa saya pada keputusan untuk tidak menjadikan materi sebagai target. Saya berani mengambil keputusan ini dengan pertimbangan bahwa menurut saya belum waktunya bagi anak-anak untuk menguasai materi-materi dalam kurikulum. Materi itu jauh dari apa yang anak butuhkan.

Lalu bagaimana? Apakah kemudian saya lari dari materi-materi dalam Pendidikan Kewarganegaraan? Tentu saja tidak. Untuk materi yang saya rasa tidak terlalu relevan dengan dunia anak, saya punya target lain. Bukan untuk menguasai materi tersebut, tetapi mengembangkan keterampilan-keterampilan lain. Materi itu tetap saya ajarkan. Bukan sebagai tujuan, tetapi merupakan kendaraan yang saya pakai untuk tujuan lain.

Salah satunya materi tentang pemilu. Di awal tahun ajaran, saya selalu menyampaikan materi-materi yang akan dipelajari supaya anak-anak tahu peta besarnya. Termasuk pula memberikan gambaran alternatif kegiatan pembelajaran tiap materi.

Ketika saatnya belajar tentang pemilu, saya memberi kesempatan kepada anak-anak untuk menyepakati model kegiatan apa yang mereka pilih. Akhirnya mereka memilih untuk membuat simulasi pemilu.

PemiluKaya

Literasi

Suhud RoisKGB Cimahi

SD Peradaban Insan [email protected]

Desainer

Penulis

M. AbdurrhamanKGB Pekalongan

Kampus Guru Cikal

Page 12: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat12

Ok, deal. Saya tidak mau ini hanya jadi sekedar simulasi saja. Anak-anak harus banyak hal dari kegiatan ini. Kemudian saya ajak mereka bertukar pendapat tentang apa dan bagaimana simulasi pemilu yang akan dilaksanakan.

Saya punya tujuan simulasi ini harus meningkatkan kemampuan literasi mereka. Hmm..., bagaimana caranya? Ternyata saya tidak perlu bingung untuk mencapai tujuan saya itu.

Dari brainstorming yang saya lakukan dengan anak-anak, disepakati bahwa simulasi pemilu bukan hanya praktik pencoblosan saja. Mereka akan menjalani proses simulasi ini mulai dari mendirikan partai politik, mendaftar sebagai peserta pemilu, dan menentukan capres dan cawapres. Ada juga yang berperan sebagai petugas komisi pemilihan. Mereka bertugas memverifikasi data yang diajukan partai politik dan membuat daftar pemilih. Pemilih adalah semua murid dari kelas 1 sampai kelas 6 dan juga guru-guru.

Nah, dari proses ini saja banyak keterampilan atau bidang literasi yang dikembangkan. Dalam proses pembentukan partai politik, mereka harus punya dukungan yang dibuktikan dengan formulir yang

harus diisi. Dalam pendaftaran menjadi peserta pemilu, partai politik juga mengisi formulir. Mengisi formulir adalah keterampilan literasi kan?

Ketika memverifikasi data partai politik dan juga membuat data pemilih, anak-anak sedang mengembangkan keterampilan literasi. Iya tidak?

Kegiatan selanjutnya adalah kampanye. Memang tidak ada orasi dan pengerahan massa. Masing-masing partai politik kampanye secara door to door dan membuat poster-poster. Dalam proses ini keterampilan literasi visual dikembangkan. O,ya. Tiap partai juga punya nama dan lambang sendiri.

Ketika partai politik sibuk kampanye, komisi pemilihan pun punya kesibukan. Mereka membuat surat suara dan juga surat undangan untuk pencoblosan. Ada keterampilan literasi yang dikembangkan? Tentu saja ada.

Untuk undangan pencoblosan, mereka saya ajari untuk membuatnya dengan menggunakan QR code. Data pemilih disimpan dalam QR code. Pada saat pencoblosan, pemilih membawa surat undangan kertas berisi QR code. Petugas di TPS akan memindai QR code dan mencocokkan

Page 13: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 13

dengan data yang ada. Bila ternyata tidak cocok, maka tidak memperoleh surat suara. Keterampilan literasi digital yang dikembangkan dalam bagian ini. Proses ini berlangsung selama beberapa minggu dan sebagian besar dilaksanakan di waktu istirahat. Jadi tidak mengganggu kegiatan belajar yang lain.

Ketika hari pencoblosan tiba, petugas sudah siap di posisinya masing-masing. Lengkap, seperti halnya TPS sesungguhnya. Mereka belajar mengatur antrian, memanggil, dan mendampingi adik kelas yang belum paham langkah-langkahnya.

Dalam proses pencoblosan ini, keterampilan literasi yang nampak jelas adalah saat penghitungan suara. Bukan sekadar menghitung jumlah suara masing-masing paslon dan suara yang rusak, tetapi juga mencocokkannya dengan jumlah pemilih.

Sekali lagi, saya tidak terbebani dengan materi tentang pemilu itu sendiri. Bagi saya, pengalaman mereka melaksanakan pemilu sudah cukup memuaskan. Mereka belajar banyak hal, dan itu pasti akan terekam dalam memori mereka.

Lebih dari itu, simulasi pemilu ini menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan dan memberdayakan, tidak saja bagi kelas pelaksananya, tetapi juga semua warga sekolah.

Ternyata mengembangkan keterampilan literasi itu bisa ditempuh dengan banyak cara. Banyak jalan menuju Roma, banyak cara membuat gerakan literasi menjadi sebuah gerakan yang asyik dan variatif.

Simulasi pemilu ini menjadi kegiatan

belajar yang menyenangkan dan memberdayakan,

tidak saja bagi kelas pelaksananya, tetapi juga semua

warga sekolah. Suhud Rois

Page 14: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat14

Page 15: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 15

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

MENGENAL LITERASI DENGAN BERMAIN

KristijoriniKGB Solo Raya

KB/TK Kr. Widya WacanaPasar Legi Surakarta

[email protected]

Penulis

Buku menjadi salah satu sarana belajar bagi pelajar. Terutama anak-anak yang duduk di bangku SD hingga perguruan tinggi. Sayangnya,

untuk anak kelompok bermain dan taman kanak-kanak, buku dengan banyak tulisan tidak disukai karena mereka belum dapat membaca.

Sesuai dengan standar tingkat pencapaian perkembangan anak kelompok bermain hanya ada pengenalan tentang keaksaraan awal sehingga tidak ada kegiatan membaca dalam kelas. Meskipun demikian, anak-anak usia 3-4 tahun adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sering kali mereka berpura-pura membaca dengan bahasa mereka sendiri sesuai dengan imajinasinya. Hal ini sesungguhnya sesuai dengan standar tingkat pencapaian perkembangan anak kelompok bermain pada lingkup perkembangan bahasa. Namun karena masing-masing ingin berusaha menunjukkan kemampuan berimajinasinya, akibatnya kelas menjadi sangat riuh dengan suara anak-anak yang tidak mau mengalah.

Akhirnya, kami membuat kesepakatan dengan bergiliran membuka buku cerita dan mulai membaca dengan imajinasinya dan teman yang lain mendengarkan. Sayangnya, yang memegang buku tidak memiliki keberanian bercerita sendiri di depan kelas seperti awal kegiatan tadi. Yang mendapat giliran berikutnya menjadi tidak sabar dan membuat kegaduhan dalam kelas. Akibatnya, waktu istirahat menjadi berkurang. Suasana kelas menjadi tidak menyenangkan.

Lain waktu saya mencoba membacakan buku cerita sesuai permintaan mereka dengan kesepakatan yang sama. Sekali lagi saya harus berpikir ulang tentang strategi apa yang tepat untuk membuat kelas tidak gaduh. Sebab, masing-masing anak sudah pernah melihat buku tersebut dan mulai berdebat mengenai isi buku tersebut. Pada dasarnya saya mengapresiasi dan bangga dengan kemampuan debat anak-anak. Kagum dengan daya imajinasinya yang tinggi. Apalagi debat dengan ekspresi seperti orang dewasa sedang berdiskusi. Hal ini membuat dua standar pencapaian perkembangan anak tercapai yaitu di bidang bahasa (pura-pura membacakan cerita bergambar dan mulai menceritakan pengalaman yang dilihatnya) serta bidang sosial emosional (meniru apa yang dilakukan orang dewasa). Namun akibatnya sama dengan peristiwa sebelumnya. Waktu istirahat menjadi berkurang.

Saya mulai mengevaluasi apa yang bisa saya lakukan untuk melakukan efisiensi waktu. Akhirnya saya menjadikan kegiatan membaca buku sambil bermain

Page 16: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat16

atau saat kegiatan istirahat dengan memberi durasi waktu bermain lebih lama dari biasanya. Pertama yang saya lakukan adalah mulai menyingkirkan buku terlebih dahulu kedalam rak. Saya menunjukkan karpet berbentuk puzzle huruf. Saya mencoba memperkenalkan keaksaraan awal melalui karpet puzzle huruf. Saya meminta anak-anak untuk menata karpet puzzle huruf menjadi alas untuk mereka bermain. Dengan semangat mereka menata dan membentuk sesuai keinginan mereka. Selanjutnya, saya membagikan buku cerita kepada anak-anak. Saya meminta anak-anak melihat buku dan membiarkan mereka berimajinasi sepuasnya. Disamping buku cerita, saya juga membiarkan anak-anak mengambil mainan yang ada dalam rak bermain. Saya mencoba melihat reaksi anak-anak tentang sebuah pilihan antara buku dan mainan. Namun sebelum mereka mengambil mainan yang disukai, saya meminta mereka memilih buku cerita bergambar yang sesuai dengan mainan yang ada di depan mereka.

Pada awalnya saya hanya ingin mencoba mencari cara mengatasi alokasi waktu membacakan buku cerita yang pas buat anak. Biasanya membaca buku cerita bergambar dilakukan pada awal kegiatan inti, sekarang saya mencoba memindahkannya diakhir kegiatan inti dan langsung menyambung dengan kegiatan bermain. Sehingga anak-anak tetap fokus pada kegiatan inti dan tidak terganggu dengan kegiatan bercerita yang selalu diwarnai perdebatan. Namun ternyata saya dikejutkan dengan perubahan suasana baru yang saya berikan. Anak-anak

menikmati melihat gambar sambil bebas bermain di karpet puzzle huruf. Mereka mencoba menyentuh, melepas, meraba dan menyebutkan huruf apa yang mereka pasang. Selain itu, buku yang mereka pilih juga membuat mereka memperlakukannya dengan berbeda. Buku yang biasanya hanya dibaca diatas meja, kini mereka dapat menikmatinya sambil selonjoran, sambil bermain karpet puzzle huruf dan bahkan merekaa menikmati membaca sambil tiduran. Mereka dapat menentukan posisi membaca yang mereka sukai meski pada akhirnya tetap merasa nyaman membaca sambil duduk dilantai dengan manis.

Kegiatan dari yang semula berdebat tentang buku cerita bergambar yang mereka lihat, yang,dari semula yang bercerita dengan imajinasi yang mengesankan, kini mereka bahkan mempraktekkan apa yang ada dalam buku cerita dengan menggunakan mainan di rak. Ada anak yang mengambil peralatan kesehatan dan mencoba memeriksa temannya. Ada anak yang membuat rumah dari kursi dan meja. Selesai bermain dan membaca buku, saya melihat mereka membereskan mainan sambil bernyanyi riang. Yang paling menyenangkan, baik anak yang pendiam maupun aktif, sama-sama terlibat bermain bersama. Sama-sama terlibat dengan senang hati.

Bermain sering kali menjadi aktivitas yang menyenangkan. Lingkup perkembangan Bahasa tidak hanya tentang mengenalkan keaksaraan awal dan pura-pura membacakan cerita bergambar saja,

Page 17: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 17

namun juga anak mampu mengungkapkan keinginannya dengan memilih mainan yang sesuai dengan buku yang dipilihnya. Disamping itu, lingkup perkembangan juga dapat dikembangkan melalui kegiatan ini. Di antaranya adalah Nilai Moral Agama berupa mengetahui arti kasih sayang antara sesama dan Tuhan, Fisik motorik berupa memegang benda, meniru gerakan sederhana, Kognitif berupa menyebutkan berbagai benda, mengenal beberapa huruf, mengenal konsep sederhana, Sosial emosional berupa meniru kegiatan orang dewasa, membangun kerjasama serta mulai menghargai orang lain dan Seni berupa mengenal karya seni sederhana berbentuk rumah, drama atau main peran.

Dengan kata lain, literasi dapat dilakukan dengan bermain. Literasi tidak hanya tentang membaca semata, namun literasi mampu membangkitkan daya imajinasi anak, membangun kerjasama, mengembangkan rasa sayang kepada teman dan bahkan kognitifnya mereka dapat. Satu kegiatan berliterasi sederhana ini mampu digunakan untuk mengoptimalkan 6 aspek perkembangan yang hendak dicapai oleh setiap peserta didik.

Dengan kata lain, literasi dapat dilakukan dengan bermain. Literasi tidak hanya tentang membaca semata, namun literasi mampu membangkitkan daya imajinasi anak, membangun kerjasama, mengembangkan rasa sayang kepada teman dan bahkan kognitifnya mereka dapat. Kristijorini

Page 18: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat18

“Saya sangat senang sekali dengan program ini. Bahwa benar seorang guru harus belajar dan belajar terus, karena saya ingin sekali mengoptimalkan kembali potensi yang dimiliki oleh anak, biar anak-anak itu bisa.” ungkap Septi Mardianti seorang guru dari SLBN Kota Tegal yang mengikuti kegiatan Sosialisasi Program Pengembangan Murid Disabilitas oleh Kampus Guru Cikal, Jumat 3 April 2019 di Gedung B Aula Ki Hajar Dewantara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah yang dihadiri 120 Kepala Sekolah SMA, SMK, MA Inklusi serta SLB di Jawa Tengah

Kegiatan sosialisasi ini merupakan kegiatan awal dari serangkaian kegiatan dalam program Pengembangan Murid Disabilitas yang dilakukan oleh Kampus Guru Cikal. Pendanaan dari program ini didapatkan dari donasi yang digalang melalui lari ultra marathon yang diadakan NusantaRun pada 7-9 Desember 2018 lalu. Upaya penggalangan dana oleh para pelari tersebut

berhasil mengumpulkan dana sejumlah 2,65 miliar. Hasil donasi tersebut yang digunakan untuk membiayai Program Pengembangan Murid Penyandang Disabilitas di Jawa Tengah dan DIY.

Ada 3 subjek yang menjadi sasaran dalam program ini, yaitu murid penyandang disabilitas, guru BK dan orangtua. Murid penyandang disabilitas selain mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, juga mendapat pelatihan keterampilan belajar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Guru BK mendapatkan pelatihan pendidikan inklusi dan pelatihan bimbingan karier. Harapannya dari pelatihan tersebut guru BK memiliki keterampilan dalam mendampingi murid penyandang disabilitas untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Orangtua juga menjadi sasaran program karena dukungan orangtua penting bagi keberhasilan pendidikan murid penyandang disabilitas.

Kerja Barengan untuk Pengembangan Murid Penyandang Disabilitas

Program Pengembangan Murid Disabilitas

Liputan Pelatihan

Page 19: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 19

Dalam sosialisasi program pengembangan murid disabilitas, Bukik Setiawan selaku ketua Kampus Guru Cikal menyatakan bahwa ekosistem pendidikan kita membutuhkan murid penyandang disabilitas yang melanjutkan pendidikan tinggi sebagai kisah sukses agar semakin banyak dukungan bagi pendidikan inklusi.

“Layaknya seorang petani yang menanam bibit tanaman dengan metode yang ia gunakan, maka jika berhasil akan bisa ditiru oleh petani lainnya. Program ini akan berjalan jika ada keterlibatan banyak pihak, baik dinas, sekolah, guru, dan juga masyarakat” ujar Bukik dalam acara tersebut.

Sejalan dengan Bukik Setiawan, wakil gubernur Jawa Tengah Taj Yasin yang hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa perlu jangkauan yang lebih luas untuk pendidikan inklusi, jika pemerintah provinsi saja jangkauannya kecil. Program yang digagas NusantaRun merupakan dukungan nyata dari masyarakat dalam mendukung cita-cita pendidikan untuk semua.

Rizqy Rahmat HaniKGB Pekalongan

Kampus Guru [email protected]

Penulis

Page 20: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat20

Kenapa Guru Harus Melek Film?

Guru Melek Film

Liputan Pelatihan

“Wah parah ini film tidak mendidik!”

“Hati-hati ya para guru, film ini tidak cocok ditonton anak-anak”

Sering mendengar perkataan ini? Atau bahkan petisi?

Sebenarnya yang salah filmnya atau jangan-jangan kita yang belum melek film? Nah lho….

Film selalu menjadi media belajar yang menarik bagi murid, Baik itu dari jenjang kelas paling kecil PAUD sampai tingkat SMA. Saya teringat ketika dulu waktu masih sekolah, ketika SMP saya selalu antusias ketika ada kegiatan menonton film. Sekalipun ada tugas mencatat kosata yang terdapat di dialog semua terasa menyenangkan. Banyak alasan yang membuat film menjadi media belajar yang menarik. Dalam film ada gambar dan suara sehingga cenderung lebih atraktif bahkan terkadang anak-anak bisa hanyut dalam alur ceritanya.

Namun yang perlu disadari terkadang guru belum menggunakan film dengan baik dan maksimal. Waktu dulu saya mengajar, terkadang guru-guru membuat kegiatan menonton film yang tidak sesuai dengan anak. Misalnya film yang berbahasa Inggris dengan durasi panjang untuk kelas 1 SD, sedangkan anak-anak belum paham bahasa Inggris sehingga anak-anak sibuk

bermain sendiri. Guru juga cenderung kebingungan membuat kegiatan setelah menonton film. Sedikit fenomena yang terjadi, membuat Sinedu bekerjasama dengan Kampus Guru Cikal mengadakan Guru Melek Film. Apa itu Guru Melek Film? Guru Melek Film merupakan program pemberdayaan guru untuk menjadi penggerak literasi film di daerahnya. Kegiatan berupa pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi dan pengalaman memanfaatkan film sebagai media belajar yang menarik dan bermanfaat serta mampu menciptakan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Tanggal 27 April 2019 lalu, Sinedu dan Kampus Guru Cikal mengadakan pelatihan Guru Melek Film di Pekalongan.

Pernah nggak nonton film yang sebenarnya untuk umur 17+ tapi ada orang tua yang membawa anak di bioskop beberapa menit kemudian orang tua tersebut keluar dari bioskop?

Pengalaman tersebut sama persis dengan yang dirasakan salah satu peserta, Pak Ahyat “Dulu saya punya pengalaman nonton sama anak saya. Kapok. Karena nggak sesuai ternyata untuk anak-anak. Sebaiknya memang menonton filmnya terlebih dahulu, sebelum menonton bersama anak-anak” ujar beliau ketika sesi cerita pengalaman menonton film.

Page 21: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 21

Ada tips dari Sinedu “Bagaimana agar sebagai orang dewasa tidak salah pilih film?”• Baca dulu sinopsi film• Lihat dulu batasan umur filmnya

Lalu, Bagaimana penggunaan film untuk pembelajaran?

Seperti saat mengajak anak menonton film di bioskop, begitu pula untuk pembelajaran. Guru perlu memilih film yang tepat. Bagaimana caranya?

Memilih Film Yang Tepat• Identifikasi kebutuhan pembelajaran, siswa dan guru.• Cari referensi film di www.sinedu.id atau website lain.• Pilih film sesuai dengan rating usia dan genre yang tepat.• Tonton film dan buat catatan hal-hal menarik sepanjang film.

Menurut beberapa peserta mengaku bahwa sering kali film yang dipakai tidak ditonton dulu atau terkadang asal pilih karena piihan terbatas.

Karena itu Guru harus Melek Film!

Dengan guru yang melek film, guru menjadi pemikir yang kritis. Guru memiliki kemampuan evaluasi dan memahami.

Di akhir sesi, peserta diajak menonton film yang ada dalam daftar website Sinedu. Setelah itu, peserta secara berkelompok membuat pembelajaran dengan menjadikan film sebagai media pembelajaran. Salah satu peserta melakukan simulasi pengajaran, setelah menonton film murid-murid diajak untuk melakukan aktivitas yang sama seperti yang ada di film. Menurut salah satu peserta mengaku bahwa sekarang menjadi lebih terbuka tentang pemanfaatan film sebagai media pembelajaran. Tidak hanya menonton lalu tanya jawab seputar film, tetapi bisa dihubungkan dengan pembelajaran lain, Misal olahraga atau bermain drama. Selain itu juga bisa dengan media atraktif seperti bermain dadu. Salah satu peserta dari KGB Pekalongan Pak Wahyu berinisiatif untuk membuat boardgames film.

Masih belum melek film? Yuk ikutan Guru Melek Film yang akan diadakan di kota-kota lain. Tunggu pengumuman di Instagram Kampus Guru Cikal @KampusGuruCikal

Amalia Jiandra TiasariKGB Surabaya

Kampus Guru [email protected]

Penulis

Dengan guru yang melek film, guru menjadi pemikir yang kritis. Guru memiliki kemampuan evaluasi dan memahami.

Page 22: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat22

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Belajar Memahami Situasi Sosial

dengan Kemampuan

Literasi

Megawati SilviaSekolah Cikal Serpong

[email protected]

Ina LinaKGB Surabaya

Desainer

Penulis

Saya Mega, guru anak berkebutuhan khusus yang tahun ini mendapat kesempatan untuk menangani remaja berkebutuhan khusus. Ini merupakan tantangan bagi saya, karena

sebelumnya saya bekerja untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus dengan rentang usia 2 sampai 10 tahun, di Klinik terapi tumbuh kembang daerah Jakarta Timur.

Kali ini saya akan berbagi tentang pengalaman selama mengajar remaja berkebutuhan khusus. Saat ini kebutuhan yang harus dipenuhi adalah pemahaman tentang keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan kemampuan melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial, memecahkan masalah sosial yang dihadapi, serta mengetahui tujuan hidup. Keterampilan sosial dapat berupa keterampilan komunikasi, manajemen marah, solusi konflik, dan situasi berteman. Dalam hal ini, murid saya memiliki kecenderungan berbohong, berkata kasar, dan masih belum dapat mengontrol marah apabila ada sesuatu yang ia tidak suka. Hal ini terlihat ketika beberapa kali terdengar mengeluarkan kata kasar kepada temannya. Selain itu, ia juga pernah berkonflik dengan salah satu temannya yang dimana pada kejadian tersebut ia sempat mengeluarkan kata yang tidak baik. Namun, ketika ditanya ia tidak mengakui bahwa ia yang mengucapkan kata tersebut. Padahal guru yang mendengar yakin bahwa kata itu keluar dari mulutnya. Dari hasil pengamatan saya, dia membutuhkan arahan untuk dapat memahami situasi sosial dan juga dapat bertindak dengan tepat.

Selain itu, tantangan yang saya hadapi adalah ketika murid saya kesulitan untuk diajak melakukan refleksi. Awal term, saya mengajak murid saya untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan dirinya, kemudian ia juga menuliskan apa tujuan dia selama 1 term. Selain itu ia juga diminta untuk menuliskan strategi-strategi yang bisa ia lakukan agar tujuannya tercapai. Ketika menulis kelebihan dan kekurangannya, ia terlihat buru-buru sekali. Meskipun

Page 23: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 23

demikian, ia dapat memberikan respon yang baik ketika membahas tentang kelebihannya. Namun, ketika membahas tentang kekurangannya, ia marah-marah dan menunjukkan ekspresi wajah yang kesal.

Dalam hal ini, saya mencoba berbagai cara agar murid saya dapat memahami situasi-situasi sosial dengan merasa nyaman. Pertama adalah dengan mengajak murid saya menyaksikan tayangan video tentang perilaku sosial. Tujuan saya menggunakan video perilaku sosial karena murid saya lebih menyukai kegiatan menonton video. Oleh karena itu, saya ingin menciptakan suasana belajar yang mana murid merasa nyaman sehingga sangat mudah untuk diajak bekerja sama. Murid diharapkan untuk dapat mengolah video yang ditontonnya dengan cara memberikan tanggapan tentang karakter tokoh dalam video tersebut. Selain itu, murid juga diharapkan untuk dapat mengemukakan pendapatnya tentang apa tindakan yang harus dilakukan oleh tokoh yang tidak sesuai dengan norma sosial. Dalam kegiatan ini, murid saya mengidentifikasi video tentang perilaku sosial dan memberikan pendapatnya tentang karakter pada tokoh tersebut. Saya mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

“Menurut kamu video ini menceritakan tentang apa?”“Bagaimana pendapatmu tentang karakter tokoh dalam video itu?”

“Kalau kamu sebagai orang tersebut apa yang kamu lakukan?”“Kalau kamu menemukan situasi tersebut kamu harus gimana?”

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, murid saya dapat mengemukakan pendapatnya tentang video tersebut. Tidak hanya itu, ia juga dapat mengungkapkan apa tindakan yang seharusnya dilakukan apabila ia berada pada posisi tokoh dalam video tersebut.

Selain itu, cara lain yang saya gunakan pada kesempatan yang berbeda adalah dimana saya memberikan kata-kata yang saya masukan ke dalam sebuah amplop warna-warni yang terbuat dari origami. Tujuannya adalah agar murid saya dapat memberikan tanggapan terhadap sebuah perilaku yang bisa dijadikan refleksi terhadap dirinya sendiri. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk sebuah permainan undian, yang mana ia harus memilih satu amplop. Kemudian ia memberikan tanggapan dari isi amplop yang sudah diambilnya. Ia juga diminta untuk mengemukakan pendapat tentang strategi yang perlu dilakukan terkait kata yang didapatkannya. Pada kegiatan ini, kata pertama yang terpilih adalah “Tawuran”. Murid saya terlihat antusias sekali dalam memberikan tanggapannya tentang tawuran. Ia mengungkapkan bahwa tawuran itu tidak baik dan merupakan perilaku yang tidak pantas untuk dicontoh. Beberapa waktu kemudian,

Page 24: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat24

amplop yang terpilih berisi kata “Bohong”. Pada momen ini ia menyadari bahwa kata-kata yang ia ambil, pernah terjadi dalam kehidupannya. Sejenak ia mengatakan “ini tentang aku ya miss ?”. Ketika memberikan tanggapan tentang “Bohong” terlihat respon yang berbeda. Disebabkan ia merasa tidak nyaman untuk membahas kekurangan dirinya. Namun, ketika diyakinkan bahwa ini bukan tentang dirinya, ia dapat memberikan respon terkait tentang kata tersebut. Bahkan respon yang diberikannya merupakan refleksi terhadap dirinya sendiri. Ia juga secara terbuka mengkomunikasikan apa yang menyebabkan perilaku tersebut muncul dan menemukan solusinya.

Dalam kasus ini penggunaan video perilaku sosial dan kata origami bisa diterima karena saya melihat murid saya lebih nyaman ketika membahas suatu perilaku sosial yang muncul secara tidak tersirat membahas kekurangannya. Sehingga ia merasa nyaman dalam membahas beberapa masalah dalam situasi sosial. Berbeda dengan pendekatan langsung, murid saya menunjukkan sikap marah dan kesal ketika secara langsung diajak untuk berefleksi tentang beberapa perilaku yang masih muncul dalam dirinya.

Setelah beberapa kali melakukan aktivitas ini , murid saya sekarang sudah mulai mengurangi intensitas dia untuk berperilaku berbohong dan berkata kasar. Hal ini karena dia sudah mulai mampu berefleksi dan mencoba memahami situasi sosial. Dari pengalaman ini saya beranggapan bahwa literasi tidak hanya berkaitan dengan membaca teks pada buku saja. Sekarang saya menemukan pengetahuan yang baru tentang literasi. Bahwa ternyata literasi tidak hanya terbatas pada soal pemahaman membaca teks buku dan menulis saja. Melainkan literasi memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan memaknai bacaan dengan mengolah teks bacaan dan kemudian menyimpulkannya. Tidak hanya keterampilan menganalisis suatu bacaan, namun juga tentang keterampilan menganalisis beragam topik informasi dari berbagai disiplin ilmu. Menurut saya dalam meningkatkan keterampilan sosial juga membutuhkan keterampilan literasi. Kaitkan dengan literasi. Literasi adalah mendapatkan, mengolah dan menggunakan informasi untuk mencapai suatu tujuan.

“Menurut kamu video ini menceritakan tentang apa?” “Bagaimana pendapatmu tentang karakter tokoh dalam video itu?” “Kalau kamu sebagai orang tersebut apa yang kamu lakukan?” “Kalau kamu menemukan situasi tersebut kamu harus gimana?”

Page 25: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 25

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

MEMILIHBACAAN SENDIRI

Wilma Ayu Indira Sari KailolaSekolah Kembang

[email protected]

Penulis

Awalnya, berbicara tentang literasi dan bagaimana mengintegrasikannya dengan kegiatan di kelas, adalah hal yang rumit untuk saya. Karena dalam pikiran saya saat

itu, literasi hanyalah soal buku dan membaca. Soal membangun minat membaca anak. Ternyata tidak sekedar itu saja, literasi sangat luas maknanya. Literasi bahkan menyentuh area memahami, keinginan mencari dan menggali informasi lebih dalam, hingga kemampuan melakukan refleksi atas informasi yang didapat. Semua hal yang saya sendiri tidak yakin bisa dilakukan anak usia taman kanak-kanak.

Dalam perjalanan saya sebagai guru taman kanak-kanak, tentu ada banyak sekali kegiatan yang saya lakukan bersama anak-anak. Beberapa kegiatan berulang tak jarang memunculkan rasa jenuh. Seperti misalnya kegiatan prabaca tulis yang hanya sekedar membaca 15 menit setiap hari dan menceritakan isi bacaan saja. Atau kegiatan sains yang hanya sekedar melakukan percobaan sederhana saja, dan sebagainya. Di tengah kejenuhan itu, saya berdiskusi dan meminta teman-teman saya menceritakan apa saja kegiatan yang telah dan akan mereka lakukan bersama anak di kelas. Dari hasil diskusi itu, saya menemukan banyak sekali inspirasi kegiatan yang dapat dilakukan di kelas bersama anak. Saat itu tantangan yang saya hadapi adalah bagaimana mengaitkan kegiatan dengan tema dan topik yang sedang dibahas di kelas. Meskipun bimbang, saya percaya pasti akan ada jalan untuk mengatasinya.

Ada beragam kegiatan yang saya lakukan bersama anak-anak di kelas, satu diantaranya bahkan akhirnya menjadi sebuah kegiatan rutin yang biasa dilakukan di kelas. Kegiatan itu adalah mengajak anak ke perpustakaan untuk mencari buku terkait tema dan topik yang sedang dibahas. Kegiatan ini

Page 26: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat26

menjadi kegiatan rutin yang selalu kami lakukan di awal pergantian tema dan topik belajar. Setelah kegiatan buka cakrawala tema, saya dan anak-anak berdiskusi membahas variasi buku bacaan yang bisa kami pilih di perpustakaan, bagaimana dan jenisnya dan apa saja objek yang bisa dijadikan panduan memilih buku. Setelah diskusi, saya dan anak-anak ke perpustakaan untuk mencari buku yang sesuai. Sebelum kembali ke kelas, kami bersama-sama memilah buku mana yang sesuai dengan topik dan buku mana yang belum sesuai, setelah itu barulah kami membawa buku pilihan bersama ke kelas.

Mulanya buku yang sudah dipilih hanya menjadi pajangan saja di kelas. Disini butuh kejelian guru untuk menggugah keinginan anak mencari tahu. Guru haruslah pintar membuat pertanyaan yang membuat anak penasaran. Setelah muncul rasa penasaran, guru bisa mengajak anak mencari cara mengatasi rasa ingin tahunya. Dari sekian banyak anak di kelas, pasti akan ada anak yang mengobati rasa ingin tahunya dengan mencari jawaban dari buku yang sudah mereka pilih. Jika satu anak melakukan hal yang sama, maka anak lain akan mengikutinya. Dan tentunya buku yang sudah dipilih itu akan kembali ke fungsi semula, untuk dibaca bukan sekedar pajangan.

Setelah saat, kegiatan membaca buku yang sudah dipilih itu ternyata memunculkan reaksi positif pada anak. Selain menumbuhkan minat membaca, mereka lebih semangat mencari atau menyamakan informasi dari guru dengan isi buku. Bagaimana cara mereka mencari tahu infomasinya yang mereka dapat memang tepat atau tidak, padahal mereka belum bisa membaca? Tentunya dengan cara membaca gambar, diskusi bersama teman, atau bertanya pada guru. Saya beberapa kali mendengar diskusi anak untuk menyamakan informasi dari guru dengan bacaan yang sedang mereka baca. Tak hanya menyamakan informasi dari guru, mereka bahkan mendiskusikan isi buku yang satu dengan buku lain dan mengaitkannya dengan informasi dari guru. Hasil akhirnya menarik, minat mereka mencari tahu semakin berkembang, tidak hanya sebatas topik dalam tematik, anak-anak bahkan memperluas minatnya ke bidang lain yang masih memiliki benang merah dengan tema yang dibahas. Hal ini bisa terjadi tentunya dengan sedikit sentuhan pertanyaan dari guru. Pertanyaan yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu anak, dan menggugah keinginan mereka untuk mencari dan menggali lebih dalam dan lebih luas. Jika ini sudah terjadi, tentunya pemahaman dan wawasan anak akan semakin kaya dan dalam. Bukankah ini yang kita harapkan dari anak?

Beberapa kegiatan berulang tak jarang memunculkan rasa jenuh. Seperti misalnya kegiatan prabaca tulis yang hanya sekedar membaca 15 menit setiap hari dan menceritakan isi bacaan saja. Atau kegiatan sains yang hanya sekedar melakukan percobaan sederhana saja, dan sebagainya. Wilma A.I.S Kailola

Page 27: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 27

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

UNDANG PRAKTISI UNTUK

KOLABORASI DAN MENINGKATKAN

LITERASI

Fatma Puri SayektiKGB KediriIAIN Kediri

[email protected]

Idham SumiratKGB Wonosobo

Desainer

Penulis

AWALPaling tidak menyenangkan adalah menjalankan aktivitas mengajar tanpa semangat ketika masuk kelas. Biasanya, ketika saya sendiri masih adaptasi dengan materi baru, atau tidak terlalu paham bagaimana penerapan teori itu di kehidupan nyata. Atau, masih bingung apa strategi paling tepat untuk menyampaikan materi tersebut. Bisa juga karena kondisi fisik dan suasana kelas tidak kondusif, sehingga mau membuat kegiatan yang berbeda dari biasanya juga malas. Hehe... sebegitunya ya jadi pendidik.

Mungkin warganet akan berkomentar,“Lah, kan semua pembelajaran harus siap sebelum awal semester dimulai?”“Kan semua rencana harus fix and clear ketika membuat RPS (Rencana Pembelajaran Semester) atau SAP (Satuan Acara Perkuliahan)?”“Kok masih bingung materinya gimana? Kan dulu juga S1 sudah pernah diajar materi serupa.”

Nyatanya memang tidak semudah itu. Saya sangat percaya bahwa situasi kelas berubah dari hari ke hari. Bahkan jam kuliah pagi dan siang juga akan beda semangat mahasiswanya. Dunia terus berubah. Tren berganti. Kebutuhan di dunia kerja berbeda. Itu yang menyebabkan saya tertantang untuk terus belajar soal mengajar.

Yang akan saya ulas kali ini adalah di mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi (PIO), semester 3. Inti materinya adalah memelajari pikiran, perasaan, perilaku manusia, dan proses mental yang melatarbelakanginya dalam setting dunia kerja. Baik itu industri maupun organisasi.

TANTANGANSaya mereka-reka. Apa yang perlu saya lakukan di mata kuliah itu. Saya kira, salah satu tantangan dosen secara umum adalah menggali kebutuhan mahasiswa dan menyesuaikannya dengan pembelajaran. Nyatanya, RPS atau SAP seringkali dibuat tanpa persetujuan mahasiswa. Minim dialog dosen-mahasiswa, ditentukan sepihak oleh dosen, mencontoh pembelajaran kampus lain yang belum tentu cocok diterapkan, hingga capaiannya merupakan cita-cita dosen yang bisa jadi utopis beserta standar kompetensi lulusan yang tidak jelas. Butuh waktu, tenaga, pikiran, untuk menyelaraskan mulai visi dan misi program studi, kurikulum, kearifan lokal kampus yang menjadi ciri pembeda dengan kampus lain, menerapkannya dalam aksi nyata di perkuliahan, hingga sistem evaluasi yang handal dan terukur.

AKSIKisah ini akan saya mulai dari penentuan tujuan belajar, penggalian kebutuhan belajar, pemilihan strategi belajar, hingga pelaksanaan proses pengajaran. Dan seluruh proses ini saya rangkum menjadi sebuah kata: LITERASI.Saat kontrak perkuliahan di pertemuan pertama semester, saya menggali kebutuhan mahasiswa. Tidak saya buka dulu isi SAP yang telah saya buat. Ingin tahu apa yang diharapkan mereka dalam mata kuliah ini – dengan menelisik judul mata kuliahnya, yang mungkin masih asing atau belum terbayang.

Page 28: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat28

Yang membuat kaget adalah, sebetulnya sejak awal, mahasiswa sangat bisa kok diajak ngobrol tentang nasib perkuliahan mereka sendiri sesemester ke depan. Misalnya mereka bilang, “Saya ingin tahu soal bagaimana cara merekrut orang di perusahaan, Bu!”“Bagaimana sih cara lolos psikotes, Bu?”“Bu, kenapa ada orang yang semangat sekali, tapi ada juga yang malas ketika bekerja?”“Gambaran dunia kerja lulusan Psikologi Industri dan Organisasi itu bagaimana, Bu?”“Bagaimana cara mengembangkan kualitas SDM di perusahaan, Bu?” “Bagaimana cara mendirikan usaha/ perusahaan mulai dari nol hingga besar?” dan lain-lain.

Selanjutnya, saya membahas satu per satu, setiap kelas (saya mengajar empat kelas), tentang harapan-harapan itu. Lalu menunjukkan padanan temanya dalam bahasa Psikologi. Dan di akhir, baru membuka SAP yang telah saya susun. Kaget ke dua adalah, ternyata mahasiswa cukup mampu memfokuskan pikirannya tentang gambaran umum mata kuliah ini. Sehingga sebagian besar harapan mereka sudah tertulis di SAP yang saya susun. Misalnya pertanyaan soal cara merekrut dan menyeleksi calon karyawan, ada di tema rekrutmen dan seleksi tenaga kerja. Tentang cara mengembangkan karyawan, ada di bahasan pelatihan dan pengembangan SDM. Tentang semangat kerja, ada di topik motivasi dan stres kerja. Pertanyaan soal dunia kerja PIO di perusahaan, dapat kami bahas di bab sejarah dan ruang lingkup pekerjaan PIO. Dan seterusnya. Nah, misalnya ada hal-hal yang belum bisa saya jelaskan dan bahas di perkuliahan –karena memang bukan capaian kompetensi pembelajaran mata kuliah itu-, maka saya terangkan bahwa memang tidak masuk dalam kurikulum. Misalnya pertanyaan mereka soal bagaimana proses mendirikan sebuah perusahaan mulai awal hingga bisa besar.

Setelah menentukan tujuan belajar, kami membahas soal strategi belajar. Pertanyaan saya sederhana, “Jika kalian diberi kebebasan memilih, cara belajar seperti apa yang paling membuat kalian bisa paham materi dan senang, selama satu semester ke depan?” Saya percaya, jawaban menarik harus dimulai dengan pertanyaan menarik pula.

Berbagai jawaban muncul. Mahasiswa ada yang ingin diputarkan film/ video, diskusi kelompok, permainan, kunjungan ke perusahaan, memperbanyak praktik seperti observasi dan wawancara, mengundang tamu ahli, juga dolan. Menariknya lagi, setelah saya lontarkan pertanyaan yang sama di empat kelas plus satu kelas di mata kuliah lain, tidak ada satupun yang mengharapkan cara belajarnya dengan dosennya ceramah materi mulai awal hingga akhir. Haha... Tentu saya bersyukur, karena tidak harus capek menjelaskan seluruh bab selama sesemester, dimana saya aktif dan mereka pasif mendengarkan. Jadi untuk metode ceramah membosankan, saya coret dari daftar strategi belajar.

Tindak lanjutnya, saya berusaha untuk bisa memenuhi ekspektasi mahasiswa tersebut. Tentu dengan mempertimbangkan berbagai hal. Seperti tujuan dan urgensi strategi, kompleksitas pelaksanaan, pendanaan, kalender akademik, izin dari kampus, dan sebagainya.

Diskusi kelompok dilakukan hampir di setiap pertemuan. Kunjungan perusahaan diwujudkan dengan mereka mengunjungi industri kecil hingga besar secara berkelompok. Praktik observasi dan wawancara kepada karyawan dilakukan selama kegiatan kunjungan ke industri tersebut. Praktikum dengan membuat lowongan kerja fiktif. Dan mengundang tamu ahli dengan mendatangkan praktisi, seperti yang saya tuliskan di judul ini.

Latar belakang mengundang praktisi adalah, saya tidak mungkin bisa paham 100% dunia PIO karena dulu hanya 8 bulanan kerja di konsultan SDM selepas lulus S1. Sekarang pun lebih banyak beraktivitas di dunia akademis. Sebanyak apapun saya membaca soal ruang lingkup pekerjaan HRD, akan lebih mantab dan meyakinkan jika dijelaskan langsung oleh ahlinya. Praktisi yang memang sehari-hari, selama bertahun-tahun, bekerja di perusahaan. Alasan lain adalah, mahasiswa butuh sosok nyata yang dapat menginspirasi soal ragam bidang kerja setelah lulus S1. Mahasiswa juga butuh motivasi kuat untuk belajar dan berusaha meraih mimpinya. Di titik ini, saya menyadari bahwa kolaborasi adalah pilihan paling tepat. Saya perlu mengundang praktisi untuk berbagi pengalamannya di dunia kerja kepada mahasiswa.

Saya mulai mencari siapa praktisi yang bersedia diundang. Saya serta mahasiswa mulai diskusi dan rapat kecil tentang teknis pelaksanaan. Misalnya lokasi di mana, kapan, jam berapa, perlu dana berapa, konsumsi yang disediakan apa, dan tanda terima kasih berupa apa yang pantas diberikan. Saya menekankan kepada mereka bahwa kegiatan ini akan dilakukan secara mandiri mulai awal sampai akhir. Koordinator, bendahara, sie konsumsi, sie dokumentasi, semua diurusi mereka. Sangat penting mengulang penjelasan soal urgensi acara di beberapa pertemuan sebelumnya, hingga mahasiswa paham betul apa tujuan dan konsekuensi yang harus ditanggung. Acara dibagi menjadi tiga jadwal dengan pembicara, materi, dan peserta yang berbeda-beda. Dan, siapa sajakah yang kami undang?

• Andhika Putra Kresnandito, S.Psi. Adik kelas S1 di Universitas Airlangga sekaligus Asisten Manajer SDM PT. Perkebunan Nusantara X, Pabrik Gula Ngadirejo Kediri ini, terhubung dengan saya secara tidak langsung, melalui temannya teman saya. Beliau mengisi materi dengan judul “Yakin, Lulus S1 Psikologi Mau Kerja jadi HRD?” Ini seolah menjadi antitesis dari anggapan selama ini bahwa semua mahasiswa yang mengambil penjurusan PIO harus menjadi HRD di perusahaan.

• Arsa Kharismawan, S.Psi. Kakak kelas di Unair yang sekarang berkarir sebagai Head of HRD &

Page 29: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 29

Page 30: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat30

General Affair Sub Department PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk ini, menyampaikan tema “Seni dalam Hubungan Industrial”. Saya bersemangat, karena tema ini memang tidak dibahas dalam materi, tapi penting diketahui. Tentu saya turut belajar, bagaimana menangani hubungan dengan para stakeholders. Antara lain pemerintah, perusahaan lain, masyarakat sekitar lokasi perusahaan, dan karyawan internalnya sendiri.

• Agus Purnomo, M.Psi., Psikolog. Saya mengenal beliau di beberapa proyek kegiatan dan sama-sama tergabung di Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Kediri Raya. Sempat menjadi karyawan beberapa tahun, dan akhirnya mendirikan sendiri kantor konsultannya, sebagai Direktur Meta Power Consultant. Sebagai pengusaha, tentu paling cocok ketika beliau menyampaikan soal “Psychopreneur: Mandiri dengan Ilmu Psikologi”. Beliau paling banyak memberikan motivasi melalui pengalaman hidupnya kepada mahasiswa. Menetapkan goal-setting, menumbuhkan keyakinan, memberi semangat, hingga gambaran enaknya menjadi trainer yang keliling Indonesia untuk berbagi. Dibayar mahal, lagi.

Jika Anda lihat, saya mengundang orang-orang yang saya kenal dan dapat dijangkau. Teman-teman sealmamater dan seorganisasi. Saya menjaga agar kegiatan kolaborasi ini bisa diadaptasi oleh rekan dosen lain, dengan melakukan sesuatu yang sederhana, sangat memungkinkan untuk dikelola bersama mahasiswa, bermanfaat, dan memberi pengalaman segar bagi mahasiswa dan dosen itu sendiri.

PERUBAHAN/ PEMBELAJARANSesaat setelah acara, saya meminta mahasiswa menuliskan refleksi hasil belajarnya dengan para praktisi itu. Ada yang menyebutkan bahwa pembelajaran yang variatif seperti itu bermanfaat dan menyenangkan. Ada yang ingin jamnya ditambah (kemarin hanya dua jam). Ada yang meminta lain kali diadakan lagi acara serupa. Ada yang mengatakan terinspirasi dengan sosok yang dihadirkan. Juga mereka menjadi lebih tergambar tentang ragam dunia kerja setelah lulus S1.

Walaupun ada juga masukan yang kami dapatkan. Misal soal ruangan yang gerah, makanan yang kurang memuaskan, juga waktu yang terlalu singkat. Pelaksanaan di hari libur Sabtu-Minggu juga membuat mereka tidak bisa pulang kampung segera. Semoga ke depannya kami bisa membuat acara yang lebih menarik, sesuai sasaran, dan kolaboratif lagi.

Dari seluruh kegiatan mulai penggalian ide belajar, penetapan tujuan dan strategi mengajar, hingga pelaksanaan dan evaluasi, adalah proses literasi yang cukup panjang. Berpikir bersama-sama, membaca kebutuhan sekitar bersama, mengorganisasi kegiatan bersama, meletakkan tugas dan tanggung jawab pada porsinya masing-masing, serta terbuka terhadap masukan untuk perbaikan kegiatan, itulah yang kami sebut sebagai LITERASI.

Page 31: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 31

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

MemotivasiSemangat

Menulis Murid

Ely VirgijantiKGB Surabaya

Sekolah Cikal [email protected]

Sarah Aulia WKGB Lamongan

Desainer

Penulis

Menulis merupakan tugas yang paling dihindari. Dari jaman saya SD sampai sekarang menjadi guru SD, tetap banyak siswa yang merasa

tugas menulis adalah hal yang mengerikan dan berat. Saat diberi tugas menulis yang terbayang adalah ribuan kata yang harus dirangkai menjadi kalimat kalimat indah. Perasaan berat untuk memulai di awal proses menulis juga merupakan hal yang sering dikeluhkan siswa bahkan guru. Tetapi apakah memang tidak semua orang bisa menulis.

Saya mengajar di level kelas 3 SD dan menulis merupakan momok buat siswa. Apabila mereka diminta menulis dengan sebuah tema dan harus menggunakan sekian ratus kata dalam karangan maka bias saya bayangkan hasilnya adalah sebagian besar dari mereka akan langsung mengeluh dan langsung benci dengan pelajaran Bahasa. Hasil karangan merekapun tidak sesuai ekspektasi atau tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Kalau ditanya kenapa siswa sangat tidak suka menulis? Jawaban yang didapatkan mungkin akan berkisar siswa malas, siswa kurang imajinasi, siswa kurang perbendaharaan kata dan lain sebagainya. Padahal kalau kita pikirkan lebih dalam imajinasi justru melekat dalam diri anak anak dan mereka tidak akan malas untuk berekspresi karena jiwanya anak anak erat kaitannya dengan ekspresi dan imajinasi. Justru kalau kita lihat banyak kesempatan atau media mereka berkespresi dibatasi. Seperti halnya menulis, dimana saat kecil anak anak kurang dikenalkan dengan kebiasaan menulis. Menulis yang ada dalam benak siswa adalah menulis huruf per huruf dirangkai menjadi kata dan menjadi kalimat. Padahal inti menulis adalah mengekspresikan perasaan, ide dan opini sama seperti halnya berbicara. Kurangnya latihan untuk mengekspresikan diri lewat coretan dan goresan inilah yang membuat anak anak kurang akrab dengan dunia menulis.

Menulis selalu dikaitkan dengan berapa banyak kata yang bisa kita pakai, penggunaan kata yang tepat, jenis tulisan dan inilah yang justru membebani siswa dengan Batasan Batasan berekspresi. Guru menerapkan tugas dengan target target yang membuat siswa kurang bias mengembangkan imajinasi. Mereka tidak distimulasi dengan mencoba menulis sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Di awal tahun ajaran sebagian besar siswa saya kurang sekali dalam hal mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan. Tulisan mereka terdiri dari hanya 1 atau 2 kalimat. Lalu saya coba kenali mereka satu demi satu dan menggali apa yang sebenarnya menjadi kendala mereka. Di akhir tahun ini

Page 32: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat32

kemampuan mereka menulis berkembang cukup baik. Hasil yang saya dapatkan bukanlah mereka tidak suka berekspresi lewat tulisan tetapi cara mereka berekspresi berbeda beda.Saya mulai dengan kehidupan merekaDiawal tahun ajaran saya meminta siswa untuk membuat biodata pribadi mereka. Saya meminta mereka membawa foto yang berkaitan dengan diri mereka entah itu foto keluarga, makanan favorit mereka, tempat liburan favorit, minuman favorit, binatang peliharaan dan masih banyak yang lainnya. Saya sediakan lembaran dengan kolom foto dan kolom bergaris untuk tulisan mereka. Saya beri instruk dan contoh yang jelas tentang apa yang harus mereka lakukan, seperti nama, usia, hobi lalu menceritakan tentang gambar yang mereka bawa, cukup 3 kalimat saja.

Setelah itu saya minta mereka berpasangan dan bertukar lembar informasi tadi. Dari lembar informasi yang diamati masing masing siswa saya minta mereka menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan gambar tersebut. Dari pertanyaan pertanyaan yang diajukan, siswa akan menambahkan kalimat dengan memberikan deskripsi tambahan berkaitan dengan pertanyaan pertanyaan yang diberikan. Hal ini akan membantu siswa mengelaborasi ide tetapi tidak terkesan kaku karena dilakukan dengan teman sebaya. Lalu latihan yang diberikan akan dinaikkan levelnya secara bertahap baik dari konten maupun teknik penulisan, seperti kegiatan sekolah apa yang mereka sukai dan lain sebagainya.

Kenali minat dan bakat merekaAnak anak memiliki minat yang berbeda satu sama lain dan dengan mengenali minat dan bakat bias membantu kita untuk membantu anak tersebut mengembangkan kemampuan menulis sesuai dengan gaya mereka masing masing. Saat saya mencoba mengenali mereka satu per satu saya menemukan bahwa mereka bukan tidak suka menulis tetapi lebih ke hal bagaimana mereka melakukannya. Di kelas saya ada yang suka sekali menggambar dan ada yang suka membuat karya seni seperti membuat boneka. Saya mencoba menghubungkan kegiatan menulis dengan minat mereka. Siswa yang suka menggambar mereka bisa membuat komik atau buku ilustrasi. Siswa yang suka membuat karya tangan bias membuat media cerita untuk tulisan yang mereka buat. Mengaitkan dengan minat dan hobi membuat siswa terpicu imajinasinya baik secara konten tulisan maupun media bercerita dan akhirnya siswa saya mulai lebih rajin menulis.

Apresiasi tulisan merekaTidak hanya pada diri orang dewasa, anak anak pun akan merasa bahagia apabila apa yang mereka lakukan dinilai bagus dan diapresiasi dengan baik oleh guru dan orang tua mereka. Salah satu cara saya mengapresiasi karya mereka adalah dengan menganggap tulisan mereka sebuah karya yang layak disajikan dengan indah. Karya tulis anak anak saya kumpulkan dan saya buat sebuah buku yang juga bias menambah koleksi perpustakaan di kelas. Saat mereka ingin membaca lagi tulisan mereka, mereka bias melakukan hal tersebut. Berilah pujian atas kerja keras mereka dan mereka mau mencoba menulis. Untuk koreksi gunakanlah kalimat yang positif dengan diselipkan nasihat untuk perbaikan. Dalam memberikan feedback fokus pada tulisan bukan memberikan komentar tentang mencari kesalahan yang dibuat. Beri saran saran yang bias membantu mereka dalam memperbaiki tulisan.

Bertahap tapi pastiAda hal yang perlu diingat guru dalam motivasi siswa menulis, yaitu belajar bukan hanya butuh waktu sebentar atau sekali dua kali, tetapi merupakan rangkaian proses yang akan membantu siswa mengembangkan kemampuan menulis dengan gaya masing masing. Kenalkan pada anak anak bahwa menulis membutuhkan kesabaran dan proses bertahap untuk menghasilkan tulisan yang baik.

Menulis memang bukan hal yang mudah tetapi dengan kesabaran dan ketekunan mendampingi siswa akan memberikan semangat dan motivasi lebih. Tugas lain sebagai guru adalah memberikan teladan terhadap siswa. Guru juga harus menumbuhkan motivasi untuk menulis dan berbagi dengan pendidik pendidik.

Page 33: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 33

Page 34: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat34

Page 35: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 35

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Literasi Membangkitkan

Motivasi

AnifahKGB Pekalongan

MTs S NU Karanganyar [email protected]

Lukman HakimKGB Pekalongan

SMA Islam Pekalongan

Desainer

Penulis

“Literasi itu soal mendayagunakan pikiran dalam menghadapi hal-hal sekitar”

(Fatma Puri, KGB Kediri)

Kalimat tersebut terngiang setalah saya membaca SKGB 19. Sebelumnya tidak banyak yang saya pehami mengenai literasi. Namun, saya sepakat dengan Guru Fatma Puri bahwa literasi adalah soal bagaimana kita mendayagunakan pikiran kita minimal untuk menjawab persoalan yang terjadi pada diri kita sendiri. Bukan sekedar banyaknya buku yang dibaca. Berbicara mengenai literasi, saya memiliki pengalaman saat menyampaikan materi mengenai motivasi belajar pada kelas 9. Tidak seperti bimbingan pada umumnya saya membiarkan anak mencari objek yang harus diamati dan dari objek tersebutlah mereka belajar. Objek yang saya pilih adalah lingkungan sekitar mereka tinggal agar mudah dijangkau. Dari sana, mereka belajar merefleksikan apa yang dialami oleh orang lain dan diri mereka sendiri.

***

“Oke anak-anak pelajaran hari ini selesai. Ada yang mau bercerita sebelum Bu Ani akhiri pertemuan kita kali ini?”

Murid kompak terdiam. Menandakan tak ada yang ingin mereka tanyakan. Namun, tiba-tiba murid yang duduk persis didepan meja guru mengacungkan tangan.

“Iya Septi”“Saya gak mau cerita tapi bu. Cuma mau tanya, itu tulisan di laptop Bu Ani artinya apa ya?”“Yang mana? Yang ini?” sambil menunjuk stiker berwarna putih yang tertempel di sudut kanan laptop saya.“Iya” sambil menaik-turunkan kepalanya.“Apa sih? Coba baca bareng-bareng”

Mereka pun kompak membaca tulisan yang tertempel dilaptop hitam saya. “Bicara gak harus pakai suara! Perang gak harus pakai senjata!” “Nah kira-kira apa artinya ya? Coba ada yang tahu?”

Tak ada suara yang terdengar setelah saya melontarkan pertanyaan.

“Baiklah. Maksudnya kita gak perlu ngomong untuk menyuarakan keinginan kita. Untuk melawan tidak harus pakai senjata kayak pas perang menggunakan.

Page 36: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat36

Terus pakai apa dong kira-kira?”

Murid masih terdiam.

“Jawabanya adalah pakai karya. Karya itu bisa apapun, tulisan, lukisan, atau foto itu juga termasuk karya. Karya sebenarnya dapat berbicara, melalui foto misal kita melihat orang terkena banjir otomatis tanpa foto tersebut mengeluarkan suara kita tahu dibelahan bumi lain sedang ada bencana banjir. Sedangkan perang gak harus pakai senjata, kita bisa melawan ketidak adilan melalui tulisan. Caranya bagaimana? Bisa ditulis di sosial media atau media cetak. Nah tulisan kalian bisa mempengaruhi banyak orang yang membaca untuk tergerak melawan ketidak adilan. Jadi tidak perlu bambu runcing lagi seperti zaman dulu untuk melawan. Bicara soal foto nih, bagaimana kalau minggu depan kita belajar soal foto gimana?”

Semua sepakat dan menjawab, “Mau!” Hari itu, sebenarnya saya tidak memikirkan apapun tentang kalimat di stiker yang menempel di laptop saya. Oh ya, agar tidak disebut sebagai tindak plagiasi saya mendapatkan stiker putih itu dari LPM Pabelan UMS Surakarta. Kurang lebih dua tahun lalu.

Materi minggu depan adalah mengenai motivasi untuk belajar. Saya berfikir, jika hanya dibatasi pada belajar untuk mengahdapi ujian saja akan sangat sempit maknanya karena motivasi ditumbuhkan bukan hanya untuk menghadapi ujian saja melainkan untuk meningkatkan daya juang murid

menghadapi kehidupan selanjutnya. Menurut saya itu lebih penting. Saya pun berfikir kembali bagaimana cara menumbuhkan motivasi pada diri anak tanpa saya harus banyak memberikan materi. Selama ini murid terbiasa dijejali dengan materi dan hasilnya setelah selesai mereka pun melupakan materi tersebut. Saya tak ingin hal demikian terjadi. Setidaknya ada sedikit bekas yang saya tinggalkan dibenak mereka sehingga materi lebih bermakna.

Saya pun memutar otak dan mencoba menghubungkan motivasi dengan foto jurnalistik. Menurut saya sama halnya dengan video, foto juga mampu memberikan gambaran menganai suatu kejadian, melalui foto kita dapat bercerita menganai suatu keadaan atau kejadian. Dari beberapa foto yang pernah saya lihat, tidak hanya mengedepankan keindahan, namun juga berkisah menganai suatu kejadian yang dapat kita ambil nilainya sebagai bahan belajar. Hal ini yang coba saya terapkan untuk menyampaikan materi motivasi menghadapi ujian. Selain itu, foto juga lebih menarik ketimbang kita hanya menampilkan slide atau ceramah yang berisi tentang teori motivasi. Dari foto pula siswa dapat mengenali lingkungan disekitar mereka. Jadi kali ini saya menjadikan mereka sebagai fotografer yang tidak hanya memotret namun juga bercerita mengenai lingkungan disekitar mereka. Dari sinilah mereka belajar mengenai berbagi potret kehidupan dan menjadikanya motivasi bagi diri mereka sendiri. Alasan lain mengapa saya menggunakan foto karena banyak murid yang saya lihat mereka sering hunting foto dan hasilnya pun cukup menarik. Tentu ini akan menjadikan siswa lebih bersemangat

Page 37: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 37

karena terasa dan lebih mudah dan biasa mereka lakukan.

Setelah saya mendapatkan ide tersebut, saya coba membuka kembali materi tentang foto jurnalistik yang pernah saya dapat. Namun hanya sebagian kecil yang saya ambil dari tersebut, sisanya disesuaikan dengan apa yang murid-murid butuhkan. Yap, bukan foto jurnalistik ala wartawan profesional melainkan cukup foto dengan caption yang dapat menjawab pertanyaan 5W+1H.

Berikut langkah yang telah saya lakukan saat menyampaikan materi motivasi:

1. Membuat rencana pelaksanaan. Yang meliputi foto apa saja yang harus mereka ambil dan media yang nantinya yang akan anak gunakan dalam mengerjakan tugasnya. Disini saya memberikan beberapa contoh foto milik saya pribadi, foto milik seorang wartawan Radar Pekalongan, dan foto karya Donhasman. Awalnya saya meminta murid hanya memotret human interest, tapi karena merasa cukup kesulitan akhirnya saya membebaskan foto apa yang akan mereka ambil. Saya juga tidak memaksa anak untuk menggunakan kamera profesional, cukup menggunakan kamera handphone yang mereka miliki.

2. Langkah berikutnya yang saya lakukan adalah menyusun materi. Saya beri judul materi ini “Menjadi Fotografer”. Judul materi ini saya ambil karena melihat anak-anak yang antusias ketika saya mengatakan bahwa kita akan belajar foto. Foto tersebut nantinya dapat dijelaskan dengan caption yang menjawab pertanyaan 5W+1H. Dan dari pertanyaan 5W+1H ini membantu mereka untuk mencari “nilai” yang dapat dijadikan untuk bahan belajar. Unsur tersebut tentunya dapat

diperoleh melalui wawancara atau observasi. Observasi ini pula ini pula yang membantu mereka menacari “nilai”.

3. Membagi kelompok. Dalam satu kelas saya bagi menjadi beberapa kelompok hal ini untuk mensiasati murid yang belum memiliki handphone dan melatih kerjasama serta pengambilan keputusan objek apa yang akan difoto nantinya. Anak-anak meminta untuk membentuk sendiri kelompok mereka. Sehingga saya hanya membantu siswa yang kesulitan menemukan teman untuk berkelompok.

4. Penugasan. Saya memberi waktu satu minggu untuk megamati berbagai fonomena atau objek disekitar mereka. Dari sini murid mencari bahan belajarnya sendiri melalui lingkungan sekitar mereka dalam bentuk foto.

5. Presentasi. Saya minta mereka untuk menjelaskan foto dengan caption 5W+1H namun sepertinya murid bingung dan ragu untuk bertanya kepada saya. Sehingga, caption yang saya minta diubah menjadi kalimat penyemangat dari mereka untuk teman-temanya sesuai dengan objek yang mereka tangkap. Meski begitu saya tetap meminta murid untuk menyampaikan apa yang mereka petik dari foto tersebut, agar teman-temannya juga dapat mengetahui apa yang mereka amati.

6. Evaluasi. Berupa kesesuain antara foto dan caption. Dalam evaluasi ini saya juga merasa kurang jeli dalam menyusun materi sehingga banyak murid kebingungan, dan nampaknya keberanian untuk bertanya harus mulai dibangun pada diri anak agar mereka dapat mengerjakan tugas sesuai intruksi yang saya berikan dan tidak canggung untuk bertanya pada orang lain.

Page 38: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat38

7. Refleksi, dari berbagai foto yang telah terkumpul saya memberikan beberapa pertanyaan. Misal saat saya menampilkan foto milik siswa tentang potret kehidupan seorang bapak yang tengah membuat batu-bata saya memberikan pertanyaan kepada mereka: kira-kira panas gak ya siang-siang bikin batu-bata?. Hampir semua menjawab panas. Saya kembali mengajukan pertanyaan: kalau misalnya kalian yang disuruh kerja begini gimana?. Sudah bisa ditebak rata-rata jawabanya adalah tidak mau. Dan kalau bapak ini adalah bapak kalian apa yang mau kalian katakan?. Jawabaanya sangat bervariasi. Mesake (kasihan), gak tega pasti kata mereka. Jadi dari sini mereka belajar bersyukur serta berempati.

Ada juga yang memotret diri mereka sendiri yang sedang bergandengan dan menuliskan caption jika sahabat yang baik akan selalu bersama-sama atau murid yang mengambil objek kupu-kupu, mereka menuliskan dari kupu-kupu kita belajar bahwa hidup penuh proses dan perubahan. Jadi siswa belajar sendiri dari kehidupansehari-hari mereka denganteman-temanya.

Foto yang telah terkumpul dipajang sebagai bentuk apresiasi atas karya mereka. Anak-anak memutuskan untuk membuatnya sebagai galeri foto dan dipajang di kelas masing-masing. Disini anak bekerja sama membuat galeri foto ala-ala mereka sendiri dan saya hanya membantu menyediakn peralatan yang mereka butuhkan.

Meski apa yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan intruksi awal, namun saya senang sebab mereka mampu mengamati fenomena atau kejadian disekitar mereka serta merefleksikanya dengan kehidupan mereka sendiri. Melalui foto mereka belajar memaknai kahidupan. Meski, dengan alat seadanya murid sudah mampu belajar mengenali siapa mereka dan bagaimana lingkungan tempat mereka tinggal.

Betapa banyak sumber literasi tak melulu hanya buku namun mereka juga dapat belajar dari lingkungan sekitar. Walau metode ini belum sempurna dan kajian saya masih terlalu dangkal, namun saya akan terus berusaha untuk mengembangkan metode bimbingan semacam ini agar lebih banyak murid yang mampu belajar memaknai kehidupan yang lebih luas melalui lingkungan sekitar mereka.

Langkah Pengajaran

Membuat rencana pembelajaran

Menyusun materi

Membagi kelompok

Penugasan

Presentasi

Evaluasi

Foto apa yang akan anak ambil,media apa yang digunakan.

Mengajak murid “Menjadi Fotografer” dengan mengambil

foto yang memiliki nilai dan unsur 5W+1H.

Dibentuk secara heterogen, murid yang memiliki handphone, bisa

bercerita, dan bisa mengambil foto.

Diberi waktu satu minggu untuk mengambil objek foto di sekitar

mereka.

Murid menjelaskan hasil foto yang diambil di depan kelompok lainnya.

Refleksi

Page 39: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 39

“Mbak yang tepuk semangat versi koboi itu kan? Sampai berjumpa di Kota Batu ya Mbak Mahayu.”

Begitulah pesan singkat yang saya terima dari salah satu guru peserta ketika mengirimkan uca-pan selamat bergabung dan menginformasikan terkait Program Pelatihan kepada guru peserta dari SD Terpilih, yang akan dilaksanakan tanggal 13-15 Februari 2019 di Kota Batu oleh Kolaborasi Literasi Bermakna – Program Kemitraan INOVASI. Banyak respon yang masuk tapi yang paling berke-san adalah balasan dari bu Lusi yang mengingat tepukan yang kita lakukan saat tahapan rekrutmen guru di Batu, 31 Januari 2019.

Pelatihan Kelas Penggerak Guru Merdeka Belajar di hadiri dari 19 Sekolah Dasar, 18 negeri dan 1 swasta dengan total 58 peserta yang mengajar di kelas 1-3. Saat Koordinator Daerah Batu, Lany mencari tempat untuk melaksanakan pelatihan muncul beberapa tawaran dan pilihan, yang salah satunya muncul dari Sri Winarni Kepala Sekolah yang sekolahnya terpilih untuk mengikuti Program Kolaborasi Literasi Bermakna. Kami pun memu-tuskan Aula SDN Sumbergondo 02 yang menjadi tempat pelaksanaan.Kali ini yang bertugas dari Kampus Guru Cikal

berjumlah 4 orang, Bukik Setiawan, Chusnul Chotimah, Elisabeth Susan dan saya, Mahayu. Persiapan terus dilakukan dengan koordinasi Korda Batu, Lany dan sesampainya di Batu, kami langsung meninjau lokasi serta menyiapkan ruangan serta kebutuhan untuk pelatihan. Cuacanya sejuk, karena lokasi kegiatan berada di atas dan dekat dengan Gunung Panderman. Harapannya, besok pun sejuk sepanjang kegiatan. Setelah pulang ke penginapan, kami melakukan briefing terakhir.

Hari PertamaPeserta sudah berdatangan dan saling menyapa satu dan lainnya. Pelatihan pun dibuka dengan berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan tiga stanza, lagu itu memiliki kekuatan makna, sambil beberapa kali saya melihat ekspresi wajah peserta, begitu mendalami. Semoga semua kegiatan yang akan dilakukan pun dapat ber-makna. Tak kenal maka tak sayang, setelah pelatih memperkenalkan diri ala bernyanyi, peserta pun diminta berkenalan dengan permainan 3 Benar 1 Salah yang terbagi menjadi 9 kelompok.

Sesi pelatihan dimulai ketika seluruh peserta sudah selesai mengisi form asesmen pra pelatihan via

Harapan BaruGuru Kota Batu

Kolaborasi Literasi Bermakna Kota Batu - INOVASI

Liputan Kegiatan

Page 40: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat40

online yang sudah disebar di grup WA Peserta H-3, karena ada beberapa peserta belum mengisi, diberikan tambahan waktu 15 menit untuk pengi-sian. Terlihat ada yang meminjamkan smartphone, ada yang membantu untuk login ke link sampai ada yang membantu memastikan isian tersebut sudah terkirim.

Sesi Hari Pertama dipandu oleh Bukik, Unun dan Susan dengan beberapa topik seperti sesi guru merdeka belajar. Peserta diajak merasakan pengala-man Merdeka Belajar dengan 2 simulasi menger-jakan tugas kegiatan lalu peserta akan mendiskusi-kan pengalaman mengerjakan tugas pertama dan kedua. Apa yang berbeda dan apa yang mereka rasakan sebagai pembelajar. Apakah guru sudah memahami posisi dan kebutuhan murid. Kegiatan tersebut dikaitkan dalam Miskonsepsi Belajar sekali-gus melakukan refleksi terhadap cara belajar yang keliru dan juga tujuan pendidikan sebagai acuan dalam melakukan pengajaran dan dalam menjalan-kan profesi sebagai guru.

Peserta diminta membuat dan merumuskan indika-tor dari merdeka belajar dari hasil diskusi. Merdeka belajar terdiri dari 3 elemen yang membentu suatu siklus yaitu komitmen terhadap tujuan belajar, man-diri menentukan cara belajar dan melakukan refleksi belajar.

Lanjut ke sesi berikutnya, refleksi pengalaman suka duka selama menjadi guru dengan berpasangan

dan beberapa peserta diminta menceritakan kem-bali pengalaman pasangannya. Saat menonton video “ Kisah Guru Belajar episode 2 : “Memahami Murid” peserta mencatat 3 perbedaan guru dulu dan guru sekarang yang ditampilkan di video. Sepanjang video tersebut diputar banyak guru yang mengeluarkan perkataan, “Oh iya ya.” Tujuan sesi ini mengajak guru melakukan refleksi perjalanan emosional dan pengembangan dirinya sebagai guru, peserta pun dapat memahami miskonsepsi guru belajar dan 4 kunci pengembangan guru. Sesi selanjutnya adalah kelas penggerak merdeka belajar, Bu Unun memandu peserta untuk refleksi peran guru di kelas dengan 5 posisi kontrol den-gan bermain tebak posisi. Peserta diajak refleksi berdasarkan pengalaman saat simulasi “apa ket-erampilan yang dibutuhkan untuk menjadi guru dengan posisi kontrol sebagai penggerak (ber-tanya, i-message, mendengar). Setelahnya peserta membuat kalimat i-message dan mempraktikannya dalam kelompok. Sesi hari pertama selesai, diakhiri dengan refleksi dan salam sampai jumpa esok hari. Hari Kedua Peserta datang lebih awal dari biasanya, mereka terlihat bercerita dan berbaur satu sama lainnya. Sesi pun dimulai, pembagian kelompok yang dilakukan pun mengundang murid-murid yang

Page 41: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 41

sedang di luar kelas ingin melihat sedang apa guru-guru di dalam. Bu Unun memulai materi dengan memberikan pertan-yaan yang terkait dengan miskonsepsi manajemen kelas dan juga menanyakan dari 6 elemen kelas, ada berapa yang sudah dipraktikkan? Jawaban paling konsisten ada-lah strategi pengelompokan. Masih ada 5 elemen yang perlu dikembangkan, mengingat Pengelolaan kelas yaitu upaya membangun kesadaran akan tujuan, mengem-bangkan cara dan kebiasaan bersama, dan refleksi untuk melakukan perbaikan untuk mencapai tujuan belajar. Peserta mendiskusikan penerapan 1 strategi pengelolaan kelas di kelas masing-masing sambil belajar memahami ragam strategi pengelolaan kelas. Peserta diminta menuliskan harapannya dalam post it tentang guru, teman dan lingkungan seperti apa yang diinginkan lalu ditempelkan dalam kertas flip chart. Se-belum menyusun kesepakatan kelas di dalam kelompok, peserta diminta menonton video dan mendiskusikan jika dikaitkan dengan aturan. Sesi selanjutnya, Peserta dibagi menjadi 10 kelompok dan membuat kesepakatan kelas dengan aturan untuk aturan. Hasil kesepakatan dipajang untuk dimintai masu-kan oleh kelompok lain dengan dan direvisi setelahnya. Setelah melihat situasi saat menyusun kesepakatan, ada beberapa yang terlihat memandu teman satu kelompokn-ya untuk mengerti tentang kesepakatan dan bagaimana menuliskannya agar esensial, seperti Bu Dian dan Bu Widi. Curcol berpasangan, wah saat mendengarnya saja sudah langsung ramai, secara berpasangan peserta diminta untuk melakukan curcol tentang pengalaman membe-kas saat menjadi murid saat menerima tindakan disiplin, apa dampak positif dan negatifnya. Banyak sekali cerita yang saya dengar, dari Pak Yudhi saya mendengar beliau pernah diremehkan oleh gurunya terkait gambarnya yang bagus, gurunya tidak yakin bahwa itu asli karya Pak Yudhi.

Melakukan refleksi pengalaman penegakan disiplin dan mengenali miskonsepsi yang penegakan disiplin. Sehing-ga guru memiliki kemampuan dalam membantu murid agar merdeka belajar mulai dari membuat kesepakatan bersama. Hari Ketiga Sesi dimulai dengan lembaran hukuman dan konsekuensi, peserta diminta memilih mana yang termasuk hukuman atau konsekuensi dalam diskusi kelompok. Lalu Peserta dapat menjelaskan perbedaan serta merefleksikan damp-ak hukuman dan konsekuensi. Simulasi yang dikemas dalam 2 drama, meminta peserta dapat menganalisis perilaku dan perkataan guru yang sesuai dan bertentangan dengan disiplin positif. Peserta menjelaskan perbedaan dan merefleksikan antara pen-guatan vs sogokan. Sesi selanjutnya adalah simulasi perubahan praktik men-

Page 42: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat42

Ketika guru sudah tahu tujuannya, sudah tahu kebutuhannya dan mencari atau mendapatkan kesempatan untuk belajar, ini adalah ciri dari Guru Merdeka Belajar.

Mahayu Ismaniar

gajar yang dibagi dalam dua grup besar dan satu grup untuk mendokumentasikan simulasi tersebut, peserta diminta membuat kesepakatan kelas dengan situasi yang tiap kelompok desain sendiri. Sesi penutup adalah PEMANTIK, instrumen pengukuran literasi-numerasi dasar yang diadaptasi dari ASER read/math tools, Pratham-India. Tujuan dari sesi ini penguku-ran dampak program dengan mengetahui kemampuan murid di awal program yang akan dibandingkan dengan kemampuan murid di akhir program. Peserta mem-praktikkan cara assesmen secara berpasangan dan juga disiapkan menjadi assessor Pemantik untuk mengukur kemampuan murid di sekolah lain (sekolah terpilih). Sesi pelatihan Kelas Guru Penggerak Merdeka Bela-jar selesai, tentu dengan banyak dinamika yang terjadi termasuk saat pelatih memandu membagi kelompok dengan berbagai metode atau saat melakukan ice break-ing. Kalau untuk makanan, setiap harinya kami makan bersama dengan prasmanan dan peserta pun membawa botol minum, karena pelatihan pun tetap harus bermakna dan meminimalisir dampak sampah terhadap lingkun-gan. Beberapa guru pun terkadang membawa bekal dari rumah untuk dibagikan ke teman guru lainnya. Sesi selesai, tetap ada asesmen pasca pelatihan dan mengisi umpan balik. Beberapa indikator asesmen pasca pelatihan mengalami pengingkatan, dan ada juga yang bertahan seperti sebelumnya. Yang paling menyenang-kan ketika membaca item tertinggi dimana guru sudah sadar bahwa yang bertanggung jawab terhadap karier guru adalah guru itu sendiri. Rasanya badan mau remuk, tapi lebih remuk lagi kalau masih ada kejadian di masa lalu yang saya alami saat menjadi murid masih juga terjadi dan dialami murid saat ini. Bingung, adalah salah satu perasaan yang membawa pada pilihan agar mencapai tujuan atau malah memati-kan tujuan. Ketika guru sudah tahu tujuannya, sudah tahu kebutuhannya dan mencari atau mendapatkan kesem-patan untuk belajar, ini adalah ciri dari Guru Merdeka Belajar.

Sampai jumpa kembali di Kota Batu dengan cerita peru-bahannya di kelasnya Bapak Ibu.

Mahayu IsmaniarKGB Bandar Lampung

Kampus Guru [email protected]

Penulis

Page 43: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 43

Suatu hari di pertengahan tahun 2013 saat menjadi guru di sebuah sekolah menengah negeri di Pekalongan saya mendapatan ide

untuk saya sampaikan di dalam kelas.

“Pasti ide ini berhasil.” batinku

Seminggu setelahnya saya putarkan video yang saya buat. Video yang berisi cerita biografi orang-orang sukses seperti Bill Gates, Mark Zuckenberg dan saya kemas secara menarik. Namun entah kenapa murid biasa saja, seakan media yang saya buat sekadar menjadi media hiburan. Saat sesi membedah biografi tokoh, tidak ada ketertarikan. Murid malah mengobrol sendiri, bemain gawai, beberapa memperhatikan namun terlihat tidak antusias.

“Video yang saya buat sudah bagus, sudah memakai beberapa animasi yang saya buat sendiri. Lalu apa yang salah. Mengapa murid saya tidak

tertarik dengan pembelajaran yang kekinian.”

Apa yang salah?

Mungkin bukan saya saja yang pernah mengalami masalah di atas. Merencanakan sesuatu untuk murid di kelas namun tidak melibatkan murid. Bukan sesuatu yang murid butuh, tapi sesuatu yang guru ingin.

Salah satu kutipan di produk Kaus Guru Belajar adalah “Apakah murid Anda merasa dipahami?”. Kutipan tersebut mengingatkan guru untuk terus melibatkan murid, menjadikan murid subjek pembelajaran.

Pertanyaanya selanjutnya adalah bagaimana cara melibatkan murid?

Oleh karena itulah dalam Wardah Inspiring

Inovasi Pembelajaran dengan Berempati

kepada Murid

Wardah Inspiring Teacher 2019

Liputan Kegiatan

Page 44: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat44

Teacher 2019, Kampus Guru Cikal memasukkan sesi melibatkan murid dalam pelatihan Mendesain untuk Perubahan. Mengajak guru berempati pada murid sebelum membuat inovasi pembelajaran.

Melibatkan MuridPelatihan dua hari (13-14 April) yang diadakan di Hotel Ibis Style Jemursari, Surabaya ini diikuti kurang lebih 51 guru dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah dalam rangka Wardah Inspiring Teacher 2019. Di awal sebelum pelatihan dimulai, ada asesmen awal yang perlu diisi oleh guru. Dari data pra pelatihan, banyak guru yang masih belum melibatkan murid sebelum mendesain sesuatu untuk murid, baik media maupun metode belajar. Oleh karena itu kami melihat bahwa pelatihan ini diperlukan oleh guru.

Pelatihan dimulai dengan mengajak guru untuk memahami tentang zaman yang sudah berkembang dan perlunya guru untuk terus belajar untuk bisa berinovasi. Karena menjadi inovator adalah sarana mencapai karier guru. Pada sesi ini Guru Ely dari Sekolah Cikal Surabaya yang memandu sesi.

Untuk menjadi inovator pembelajaran yang perlu diperhatikan seperti di awal tulisan ini yaitu memahami murid. Memulai dengan berempati dengan murid yang kita ajar, tentang tahap perkembanganya serta aspek kemampuan yang murid miliki. Dalam sesi ini guru dibagi kelompok berdasar jenjang kelas yang diampunya. Guru TK – SD rendah (kelas 1-3 SD), guru SD besar (kelas 5-6 SD), guru SMP, dan guru SMK. Dari pembagian kelompok terlihat bahwa jumlah guru SMA dan SMP lebih banyak daripada guru SD. Oleh karena itu kelompok SMA dan SMP menjadi kelompok yang gemuk. Tiap kelompok mempelajari tahapan perkembangan yang sudah ada dalam modul.

Kemudian, Guru Rizky Satria yang memandu sesi ini mengajak guru-guru untuk mengisi peta empati. Guru-guru diajak memahami muridnya.

“Seandainya Anda jadi murid Anda apa yang murid Anda dengar, lihat, rasakan, pikir dan lakukan?”

Guru-guru terlihat antusias dalam menyampaikan pendapatnya, terlihat bahwa sebenarnya guru sudah mengetahui bagaimana murid yang mereka ajar. Namun memang belum menyadari tentang tahap tersebut penting dilakukan untuk merancang sesuatu untuk pembelajaran.

Page 45: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 45

“Saya biasanya ya ikut-ikutan yang sedang trends saja di kalangan guru” kata seorang guru saat kami wawancara.Ada pula yang menjawab bahwa biasanya dalam merancang sesuatu dalam pembelajaran dari pelatihan yang baru saja diikuti yang biasanya hanya menjelaskan cara. Sehingga tujuan utama yaitu murid tidak menjadi fokus utama guru. Sesi mengisi peta empati ini guru seperti menemukan AHA! Momen. Sebuah cara yang sederhana namun berdampak.

“Sesi ini membuka mata saya untuk lebih berempati kepada murid saya untuk menciptakan pembelajaran yang lebih peka terhadap murid saya.”, ujar Guru Yosef salah satu peserta dari Malang.

Dari empati tersebut guru diajak mencari permasalahan yang dialami murid. Dalam sesi ini guru merasa kesulitan, masalah-masalah yang guru jabarkan kebanyakan berkaitan dengan sistem, metodu guru sendiri, dan lingkungan. Fokus masalah murid jarang yang ditulis guru. Seperti awal tulisan ini guru jarang memikirkan apa yang murid butuhkan, lebih sering kepada apa yang guru inginkan. Sistem, lingkungan, dan cara.

Akhirnya banyak masalah yang muncul seperti murid yang lebih asyik tertarik dengan hal yang lebih menarik seperti bermain gadged, mengobrol dengan teman, murid yang kesulitan dalam mengekspresikan diri, murid yang tidak mengetahui manfaat dari membaca dan lain sebagainya. Permasalahan tersebutlah yang kemudian membantu guru dalam membuat solusi yang sesuai.

Peta Empati membantu guru dalam memahami muridBanyak ide solusi yang ditawarkan guru yang muncul dari masalah tersebut, seperti :

1. Go-Viral, pemanfaatan media sosial untuk media belajar murid yang muncul dari permasalahan murid yang lebih suka bermain gawai daripada memperhatikan guru menyampaikan materi.

2. Perang Bintang, pemanfaatan permainan tukar bintang dengan bermain peran untuk mengatasi permasalahan murid-murid yang kesulitan konsentrasi.

3. Coll Laborate Acton Advanture, pembelajaran yang mengajak menciptakan petualangan

antarkelompok dalam pengerjaaan soal-soal kritis yang dibuat karena latar belakang murid yang memiliki banyak minat yang berbeda.

4. Jam putar, pembelajaran matematika dengan jam yang bervisualisasi tokoh favorit murid untuk memudahkan pembelajaran matematika, inovasi ini dibuat untuk mengatasi masalah murid yang frustasi ketika menemui angka dalam pembelajaran matematika.

Senang sekali rasanya melihat guru mulai berinovasi dengan cara memahami murid terlebih dahulu,

Jadi pertanyaan dalam kaus Guru Belajar Esensial “Apakah murid Anda merasa dipahami?” sudah bisa terjawab dari apa yang guru lakukan di atas.

Rizqy Rahmat HaniKGB Pekalongan

Kampus Guru [email protected]

Penulis

Page 46: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat46

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Media Pembelajaran Fun Character Building Puzco (Puzzle Comic)

Berbasis Literasi

Aldi YudawanKGB Bogor

SMP Islam Al Kautsar [email protected]

Suhud RoisKGB Cimahi

Desainer

Penulis

Guru adalah pondasi dari pendidikan generasi masa depan Indonesia. Guru mungkin memang tidak bisa membuat mobil atau alat transportasi lain. Guru

juga mungkin bukan ahli kesehatan yang mampu menciptakan serum baru. Atau, guru juga tidak bisa membuat robot. Akan tetapi, orang yang ahli dalam membuat mobil, orang yang ahli dalam membuat serum, dan orang yang ahli dalam bidang robotik, pasti berawal dari seorang guru yang mendidik mereka.

Sebagai seorang guru, saya ingin terus berinovasi. Seperti yang kita ketahui bahwa literasi bukan hanya kemampuan dasar berupa kemampuan baca-tulis-hitung (calistung) saja. Literasi lebih jauh tentang kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah melalui tahapan-tahapan berpikir. Orang yang memiliki kemampuan literasi akan literat. Orang yang sudah menjadi literat akan terbiasa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang diperolehnya.

Tantangan literasi sebagai salah satu kemampuan adalah persepsi kita dalam memperlakukannya. Kita membatasi literasi dengan hanya membiasakan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Bahan bacaannya mungkin beragam, tetapi tidak sedikit yang sama. Murid dalam satu sekolah diminta membaca koran pagi yang sama dan mempresentasikannya. Jadi literasi terkungkung hanya soal membaca. Padahal, literasi sangat luas dan bisa kita terapkan dalam pembelajaran semua mata pelajaran yang kita ampu sehari-hari.

Secara teoritis, literasi sangat berkaitan dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter sebenarnya bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; dan mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.Sejalan dengan itu, Thomas Lickona pernah mengatakan bahwa, “The dimensions of character are knowing, loving, and doing the good.” Jika kita terapkan dalam dunia pendidikan, maka dunia pendidikan seharusnya dapat menumbuhkan karakter peserta didiknya agar mereka mengetahui yang baik, mencintai yang baik, dan mengamalkan yang baik. Tahapan demikian adalah salah satu dari proses literasi seseorang.

Page 47: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 47

Pada kesempatan peringatan hari sumpah pemuda tahun 2018 lalu, saya berkesempatan berkolaborasi dengan guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah. Kolaborasi itu dalam rangka membuat media pembelajaran yang bisa membuat murid lebih antusias mengikuti mata pelajaran IPS. Selain itu, dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda, memaknainya di era globalisasi yang semakin mengaburkan karakter pemuda Indonesia.

Saya dan rekan guru mata pelajaran IPS kemudian berdiskusi. Dari hasil diskusi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa murid butuh media pembelajaran yang baru. Maka, saya buat Fun Character Building PuzCo (Puzzle Comic). Fun Character Building PuzCo (Puzzle Comic) adalah media pembelajaran yang dibuat berbasis literasi. Media pembelajaran ini khusus memuat nilai-nilai sumpah pemuda seperti jujur, peduli, cerdas, dan tangguh. Nilai-nilai sumpah pemuda ini harus disusun berbentuk kumpulan puzzle yang harus dirangkai menjadi komik.

Nilai-nilai tersebut terdapat dalam konsep, konten, dan teknis media pembelajaran yang dibuat. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

• Dari segi konsep, media pembelajaran ini memadukan wacana atau bacaan, percakapan antar tokoh dalam komik yang saya buat. Wacana atau bahan bacaan dimasukan agar murid terbiasa mengasah kemampuan literasinya. Percakapan antar tokoh yang dibuat dengan komik dimaksudkan untuk menjadi instrumen penilaian penerapan nilai-nilai sumpah pemuda terhadap murid. Sedangkan puzzle yang disusun membuat peserta didik antusias dan merasa senang dalam belajar, khususnya pelajaran IPS.

• Dari segi konten, media pembelajaran ini terdiri dari bacaan-bacaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Percakapan dalam media pembelajaran ini memuat diskusi tentang penerapan nilai-nilai sumpah pemuda oleh setiap tokoh. Puzzle yang akan disusun berisi nilai-nilai sumpah pemuda yang nantinya setelah utuh, puzzle tersebut akan dipresentasikan di depan kelas.

• Dari segi teknis, media pembelajaran ini bisa digunakan guru pada jenjang apapun, mata pelajaran apapun, dan materi apapun. Selain itu, guru juga bisa menggunakan model dan metode apapun yang dirasakan sesuai untuk media pembelajaran ini. Media pembelajaran ini bisa digunakan untuk mengambil nilai harian peserta

didik. Dengan demikian, media pembelajaran ini sangat mempermudah kerja guru.

Bagan media pembelajaran Fun Character Building PuzCo (Puzzle Comic) berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah pemuda keseluruhan bisa digambarkan seperti di samping.

Proses pembuatan media pembelajaran ini melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :1. Tentukan materi pelajaran yang akan diajarkan

kepada murid2. Buat tokoh-tokoh yang akan di masukkan ke

dalam komik3. Masukan gambar tokoh komik yang sudah

dibuat4. Tuliskan wacana mengenai materi yang akan

dipelajari5. Buatlah dialog antar tokoh6. Sisipkan nilai-nilai sumpah pemuda dalam

pendidikan karakter pada komik7. Buat konten nama, kelas, dan nama kelompok 8. Tambahkan pola puzzle ke dalam gambar9. Print dan potong media pembelajaran Fun

Character Building PuzCo (Puzzle Comic) berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah pemuda

Setelah media pembelajaran dibuat, langkah selanjutnya adalah guru memberitahukan cara penggunaan media pembelajaran ini. Guru memberitahukan cara penggunaan media pembelajaraan di awal. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut :

1. Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 4-6 orang

2. Setiap kelompok menentukan ketua kelompok, sekretaris, dan anggota

3. Setiap kelompok menentukan nama kelompok yang berdasarkan wawasan nusantara, misalnya tokoh nasional Ir. Soekarno atau makanan tradisional, misalnya rendang

4. Guru menginformasikan materi. Misalnya pesawat sederhana bagian tuas

5. Guru menjelaskan secara umum materi yang akan dipelajari

6. Guru membagikan media pembelajaran Fun Character Building PuzCo (Puzzle Comic) berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah pemuda

Peserta didik menyusun dan mengerjakan media pembelajaran Fun Character Building PuzCo (Puzzle Comic) berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah pemudaPerwakilan kelompok mempresentasikan hasil

Page 48: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat48

Page 49: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 49

kerjanya di depan kelas, Guru memberi apresiasi.

Untuk memudahkan secara visual, berikut tampilan singkat media pembelajaran Fun Character Building PuzCo (Puzzle Comic) berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah pemuda.

Dalam mengimplementasikan media pembelajaran Fun Character Building PuzCo (Puzzle Comic) berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah pemuda, diharapkan diperoleh beberapa manfaat. Pertama, menjadi solusi kreatif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia terutama pendidikan karakter yang berdasarkan nilai-nilai sumpah pemuda, seperti jujur, peduli, dan tangguh. Hal ini terjadi saat murid mulai membentuk kelompok, menentukan struktur kelompok, dan memasuki tahap penyusunan media pembelajaran secara berkelompok.

Kedua, meningkatkan kecerdasan peserta didik Indonesia dengan media pembelajaran yang mengasah otak dan pengetahuan mereka. Saat mereka menyusun puzzle, daya pikir mereka terangsang untuk bekerja secara maksimal agar tersusun dengan benar. Setelah puzzle tersusun, murid tertantang untuk membaca wacana dan menyelesaikan permasalahan yang disajikan.

Ketiga, timbulnya rasa bangga menjadi Warga Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam berkelompok, nama kelompok diharuskan menggunakan nama tokoh, makanan, pakaian, senjata, atau rumah khas nusantara. Indonesia merupakan negara dengan tokoh, makanan, pakaian, senjata, dan rumah khas yang beraneka ragam, sehingga sebagai warganya kita harus bangga.Keempat, meningkatkan kesadaran peserta didik untuk selalu menjaga tanah airnya. Setelah puzzle terbentuk, murid harus menjaga agar tidak kembali terpencar. Murid akan belajar untuk mencintai tanah airnya, yaitu Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang berpencar.

Kelima, memotivasi peserta didik Indonesia untuk senantiasa berprestasi baik di kancah nasional maupun Internasional. Dalam hal ini, murid harus mempresentasikan dan menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam puzzle atau dari teman kelompok lain. Murid tertantang untuk memiliki pengetahuan tentang apa saja yang berkaitan dengan puzzle yang disusunnya secara khusus, maupun materi pembelajaran secara umumnya.

Setelah mengimplementasikan media pembelajaran ini, saya dan rekan kembali berefleksi. Dari refleksi yang dilakukan, ternyata banyak hasil yang dicapai.

Selain skor harian yang tinggi, murid pun menjadi lebih antusias mengikuti pelajaran karena tertarik dengan media pembelajaran yang digunakan. Dari proses pembelajaran yang dilakukan, murid mengaku lebih mudah dalam memahami materi.Ternyata, literasi bukan hanya bacaan. Literasi bisa dikolaborasi dengan gambar sehingga menjadi media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Murid tertantang untuk memahami bacaan, menyusun puzzle, dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam wacana yang digulirkan. Guru menjadi terbiasa dengan pembelajaran yang aktif, sehingga tujuan dari pembelajaran bisa dicapai.Media pembelajaran yang dibuat juga tidak luput dari kekurangan. Maka selanjutnya, saya ingin terus mengembangkan dan memperbaikinya. Saya yakin, keinginan dari guru untuk terus berinovasi akan berdampak kepada peningkatan kualitas pembelajaran yang akan dijalani oleh para murid. Semakin berkualitas proses pembelajaran yang dilakukan, maka semakin bisa perubahan pendidikan bisa diwujudkan.

Page 50: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat50

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Pemanfaatan Media Sosial

dan Board GameSebagai Bekal Mengkreasikan

Fabel

Muhammad AbdurrahmanKGB Pekalongan

Kampus Guru [email protected]

Desainer

Penulis

Menjadi Guru pada sebuah SMP yang baru memasuki tahun pertamanya adalah pengalaman baru bagi saya waktu itu. Meski sebagai lulusan

Teknologi Pendidikan diberi amanat untuk mengampu beberapa mata pelajaran, di antaranya TIK dan Bahasa Indonesia. Dari tanggung jawab ini, saya mempelajari kompetensi yang ditargetkan bagi murid kelas 7. Sekolah yang merupakan Boarding School, memiliki murid dari beragam daerah baik dari kota besar maupun daerah, dari sekolah “favorit” hingga yang belajar di sekolah satu atap, dan tentunya mereka melalui proses belajar yang berbeda pula selama menempuh pendidikan sekolah dasar. Berdasar hasil pretest pendaftaran masuk murid, nilai rapor, dan obrolan dengan orang tua tentang bagaimana proses dan hasil belajar anak-anak ketika SD, kami menyimpulkan bahwa beberapa murid memiliki perbendaharaan kata lebih banyak, sedangkan beberapa murid yang lain perlu perbendaharaan kata yang lebih. Keadaan ini menjadi pertimbangan bagi saya untuk menyusun aktivitas belajar yang dapat mengakomodir murid, sesuai kebutuhan murid, dan tetap menantang bagi semua. Pada awalnya saya hanya berpikir bahwa menyajikan berbagai kata dalam bentuk kartu untuk anak-anak kategorikan akan membantu mereka memperoleh kata yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan menyusun teks, namun tetap saja saya seperti belum membantu mereka menggunakan kata-kata yang diperoleh dengan baik. Kosakata yang murid gunakan masih cenderung berulang dan terbatas sehingga dalam pembelajaran teks deskriptif sebenernya masih ada ruang eksplorasi bagi murid untuk menggambarkan apa yang mereka lihat dengan kata-kata yang lebih beragam.

Saat kegiatan pembelajaran mata pelajaran TIK, murid sering meminta izin untuk diperbolehkan bermain game, saya melihat ini sebagai curhatan anak yang bosan dan jauh dari hiburan yang biasa mereka lakukan ketika di rumah. Berangkat dari hal tersebut saya belajar dan mencari tahu cara mengemas kegiatan yang tak hanya menambah perbendaharaan kata namun sekaligus berliterasi sekaligus menyenangkan untuk topik pembelajaran berikutnya, yakni Mengkreasikan Fabel. Dalam mengkreasikan fabel murid kembali menemui tantangan untuk menyusun kalimat menggunakan kata yang bersifat umum khusus untuk mendeskripsikan latar tempat, latar waktu, maupun penokohan karakter. Saya ingat memiliki rekan yang pernah mengikuti pelatihan game design dan tengah menggeluti Board Game, Herlambang Wicaksono, mencari kemungkinan Board Game dapat memenuhi kebutuhan belajar anak-anak. Saya berkonsultasi kepada beliau, menanyakan adakah board game yang sesuai dengan tujuan belajar, memperbanyak perbendaharaan kata terutama kaitan antara kata umum dan khusus serta penggunaannya, dan melatih membaca situasi serta permasalahan yang penyelesaiannya dengan bahasa. Dari proses itu saya

M. AbdurrhamanKGB Pekalongan

Kampus Guru Cikal

Page 51: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 51

juga mulai belajar bagaimana proses menyusun board game sesuai dengan tujuan dan tema yang ingin diangkat. Beberapa judul game muncul, dan bisa dimodifikasi untuk menyesuaikan, salah satunya Codename.

Mengapa akhirnya saya memilih permainan ini? Dalam bermain Board Game, pemain diharuskan mempelajari terlebih dahulu cara bermain karena permainan tidak bisa berjalan secara otomatis. Cara bermain bisa dipelajari melalui buku peraturan maupun dijelaskan oleh pemandu, pemandu permainan pun perlu menggunakan kemampuan membangun narasi untuk memperkuat tema permainan. Pada berbagai format mekanis cara main, pemain harus menyelesaikan masalah yang ditemui, dalam Board Game Codename pemain harus mengumpulkan agen rahasia yang tersembunyi dibalik kata, dengan menggunakan kata kunci kreasi sendiri sambil menghindari penjahat, sehingga untuk mencapai tujuan game, pemain perlu membangun kemampuan membaca dan mengaitkan situasi papan permainan dengan panduan agen dengan sandi mana saja yang harus dipilih. Lebih jelasnya, dalam game pemain bertindak sebagai 2 tim agen rahasia, 2 orang pemain akan bertindak sebagai seorang master agen yang memimpin masing-masing tim dan memberikan 1 kata sebagai sandi rahasia, pemain lain se tim harus menemukan agen setimnya yang bersembunyi dengan mengaitkan sandi rahasia dengan kata-kata yang disebar

pada papan permainan. Game ini membutuhkan kolaborasi dalam bermain, maka kosakata yang digunakan oleh satu murid juga dapat menjadi perbendaharaan baru bagi yang lain, sehingga turut mempengaruhi pembiasaan penggunaan kata khusus dan umum pula. Memilih tantangan dan pengambilan keputusan merupakan hal yang sering dialami saat bermain codename ini. Game ini saya modifikasi dengan memasukkan kosakata yang lebih dibutuhkan oleh murid. Apakah akhirnya anak hanya mempelajari kosakata yang saya tulis? Tidak, karena Master Agen akan menggunakan kata lain yang tidak tertulis namun berkaitan dengan kata yang disebar. Kata-kata yang muncul dalam game ini akan membiasakan murid dalam menentukan kata khusus dan umum yang sesuai. Contoh Tim Agen Merah harus mencari agen dengan kode “Mengantuk”, “Apel”, dan “Sungai”. Sedangkan Tim Agen Biru mencari agen dengan kode “Roda”, “Laut” dan “Anggur”. Penjahat bersembunyi dibalik kata “Hujan”. Master Agen Tim Merah bisa menyebutkan Sandi “Meralip” agar para agen memilih “Mengantuk”, namun Master tidak bisa menggunakan kata “Buah” karena bisa saja anggota timnya malah memilih “Anggur” daripada “Apel”. Untuk kata “Sungai” dan “Laut” kedua Tim tidak bisa menggunakan kata “Air”, alih-alih memilih kata tadi mereka bisa terjebak bertemu penjahat. Master Agen Tim Merah harus menggunakan diksi yang lain sebagai kata sandi, misal “Muara” untuk “Sungai”, dan “Ponsel” untuk “Apel”.

Page 52: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat52

Meski begitu muncul anggapan bahwa penggunaan board game codename ini saja tidak cukup, beberapa kegiatan, mulai dari menganalisis status Facebook orang, hingga post instagram @badanbahasakemendikbud saya ramu menjadi rangkaian kegiatan untuk mendukung proses belajar menyusun Narasi Fabel. Secara urutan kegiatan saya memanfaatkan status facebook rekan saya, agar murid-murid tertarik saya ceritakan pula tentang bagaimana saya bersosial dengan orang tersebut, murid boleh menanyakan kata atau kalimat apa yang belum dipahami, kemudian kita diskusikan atau cari di KBBI tentang maknanya. Akun IG @badanbahasakemendikbud sebagai sumber belajar kata baku dan tidak baku. Sedangkan codename menjadi sarana anak bisa menggunakan perbendaharaan kata menjawab tantangan menggunakan kata yang bersifat umum khusus untuk mengkreasikan kalimat.

Melalui beragam kegiatan tadi, murid mendapat bekal untuk merangkai cerita fabel secara berkelompok, pada saat proses ini, saya dan murid mendiskusikan apa yang mungkin bisa ditingkatkan dari segi cerita maupun pemilihan kata, misal karena terbiasa menemukan pasangan kata umum dan khusus dari boardgame codename murid tidak hanya sekadar mengatakan Si Kelinci nakal, namun juga menyebutkan kata yang lebih khusus sebagai sifat yang lebih jelas apakah jahil, suka meremehkan orang lain?, mendeskripsikan latar tempat misal sungai dengan lebih rinci, seperti apa sungainya, apakah besar? Sebagai kegiatan akhir, murid menyajikan dan memerankan karakter dalam fabel dengan media pop up.

Page 53: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 53

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

MEMBACA YANG SESUNGGUHNYA

Sekar Ayu AdhaningrumSekolah Kembang

[email protected]

Desainer

Penulis

Di Sekolah Kembang, buku dan kegiatan membaca merupakan perangkat yang esensial dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Setiap hari, kami menyediakan jadwal khusus

untuk membaca di tiap kelompok kelas. Di kelompok Sekolah Dasar (SD), mulai kelas 3, para murid diwajibkan untuk membaca satu buku setiap kuartal. Dengan demikian, jika mereka lulus SD nanti, minimal mereka telah membaca 16 buku sepanjang hidupnya.

Sebagai Kepala Bidang Literasi dan juga salah satu guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, saya bertanggung jawab untuk menentukan buku yang akan dibaca di kelas pada tiap kuartal serta merancang kegiatan berdasarkan buku tersebut. Metode pengajaran tematik yang diterapkan Sekolah Kembang memudahkan saya dan para guru untuk memilah dan menentukan jenis buku yang tepat untuk digunakan di kelas. Tema-tema yang dipelajari di tiap kuartal berfungsi sebagai panduan kami dalam memilih buku.

Setelah kurang lebih enam tahun melaksanakan program ini, banyak manfaat yang kami rasakan. Dari proses evaluasi yang rutin tiap tahun kami lakukan, ternyata program ini tidak hanya berdampak baik bagi para murid saja, melainkan juga untuk para guru. Kami ditantang untuk terus selalu berpikir, baik dalam mencari strategi mengajar baru, maupun memodifikasi strategi yang sudah ada sebelumnya. Bagi saya pribadi, tantangan terbesar adalah menentukan pertanyaan diskusi yang tepat sebelum membaca, saat membaca, dan sesudah membaca.

Saya dan para guru ingin memberikan pengalaman membaca yang kaya, beragam, dan tentunya bermakna bagi para murid kami. Oleh sebab itu, selain memperhatikan kesesuaian isi buku dengan

M. AbdurrhamanKGB Pekalongan

Kampus Guru Cikal

Page 54: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat54

tema, kami juga mempertimbangkan keberagaman latar cerita, latar belakang pengarang, konteks cerita, latar budaya, dan lain sebagainya.

Setelah membaca, lalu apa lagi? Apakah hanya membaca saja? Di Sekolah Kembang, kami mengembangkannya dengan menyusun aneka kegiatan lanjutan. Bentuk lembar kerja merupakan bentuk yang paling umum kami gunakan. Kegiatan dalam lembar kerja ini pun bervariasi, mulai dari menjawab pertanyaan seputar isi bab, menggambar ilustrasi, membuat prediksi cerita, menganalisis unsur cerita, mencari kata-kata, menemukan hubungan sebab-akibat, mengaitkan peristiwa dengan pengalaman pribadi, menemukan subjek, predikat, dan objek dalam kalimat, menemukan kalimat tanya, menentukan kalimat efektif, belajar kosakata baru, dan masih banyak lagi.

Apa artinya? Artinya, tersedia ruang yang sangat luas bagi para guru untuk menggali potensi murid, dan yang tak juga kalah penting, potensi mereka sendiri. Banyak sekali variasi kegiatan yang dapat dipilih dan dilakukan. Guru perlu berani keluar dari kebiasaan dan mencoba hal baru.

Pertanyaan yang mungkin muncul berikutnya adalah bagaimana menentukan kegiatan yang sesuai untuk murid? Di Sekolah Kembang, para guru menggunakan istilah ‘bermakna’ dalam merancang program-program mengajarnya. Maka, agar dapat mewujudkan hal itu, guru perlu mengenali kebutuhan murid.

Mengenali kebutuhan murid juga dapat berarti tidak perlu merancang lembar kerja apa pun. Hanya membaca saja. Saya pun dulu sempat ‘terjebak’ dengan pemikiran bahwa setiap selesai membaca satu bab, harus ada lembar kerjanya. Hal itu ternyata menghilangkan esensi membaca. Membaca tidak lagi dirasakan sebagai kegiatan yang menyenangkan, melainkan sebaliknya. Para murid jadi kurang bersemangat membaca karena mereka tahu setelah membaca, ada tugas yang harus mereka kerjakan. Tentunya ini bertentangan dengan konsep reading for pleasure yang berusaha kami tanamkan di sekolah.

Jadi, bagaimana mengaturnya? Selain mengenali kebutuhan murid, saya juga melakukan variasi kegiatan. Lembar kerja tidak harus selalu ada, bisa diganti dengan kegiatan lain. Sama sekali tidak ada lembar kerja juga tidak apa-apa. Semakin guru memahami kebutuhan murid, dinamika kelas, dan muatan kurikulum yang harus dipenuhi, lama-kelamaan guru akan mampu menentukan jenis kegiatan yang bermakna bagi murid-muridnya.

Lembar kerja boleh tidak selalu ada, tetapi ada satu hal yang tidak boleh luput dari kegiatan membaca yang kami lakukan di Sekolah Kembang. Diskusi. Mengapa diskusi menjadi penting di sekolah kami?

Proses membaca kami anggap sebagai proses yang utuh dan berkelanjutan, tidak hanya terpusat pada saat membaca saja. Dengan demikian, saya berusaha untuk memaksimalkan teaching moment yang terjadi sebelum dan sesudah membaca. Apa saja yang dapat dilakukan?

Ada dua hal yang kerap saya lakukan sebelum saya dan murid-murid mulai membaca. Pertama, saya mengajak mereka untuk mengingat kembali kejadian yang terjadi pada bab sebelumnya. Hal ini berguna untuk memastikan pemahaman mereka atau sekadar pemantik diskusi ringan untuk mencari hubungan antar kejadian. Kedua, kami membahas aneka kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi pada bab yang akan kami baca tersebut.

Setelah membaca, diskusi menjadi lebih kaya lagi, sebab masing-masing guru dan murid sudah mendapatkan informasi tambahan dari bab yang baru selesai dibaca. Bagian ini adalah bagian yang paling saya senangi dalam kegiatan membaca di kelas. Saya ingin tahu reaksi dan tanggapan murid-murid saya terhadap bab tersebut. Reaksi mereka sungguh bermacam-macam dan tidak bisa ditebak. Itulah mengapa bagian ini menjadi favorit saya.

Saat merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tentunya saya sudah mencatat beberapa pertanyaan atau topik diskusi yang akan saya ajukan setelah kami selesai membaca. Hal itu berfungsi sebagai kerangka berpikir yang akan saya gunakan dalam sebuah kegiatan. Dengan kata lain, jika para murid tidak langsung mengajukan pertanyaan, maka saya dapat menggunakan pertanyaan yang sudah saya siapkan tadi.

Dari kegiatan membaca ini, saya juga belajar bahwa guru perlu bersikap fleksibel. Fleksibel yang berarti siap dan berbesar hati untuk mengubah rencana yang sudah disiapkan sebelumnya. Saya percaya bahwa di ruang kelas, murid bukanlah satu-satunya pihak yang belajar. Guru juga.

Saat ini, saya mengajar kelas 4. Kuartal ini, kami sedang membaca novel Totto-chan karangan Tetsuko Kuroyanagi. Sebelumnya, kami telah membaca Na Willa karangan Reda Gaudiamo, Keluarga Cemara karangan Arswendo Atmowiloto, dan Komponis Kecil karangan Soesilo Toer.

Page 55: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 55

Dari Na Willa, kami belajar tentang kehidupan di Surabaya pada tahun 1950-an. Dari buku ini juga para murid pertama kali mengetahui ada penganan tradisional bernama kue cucur. Pada satu kesempatan, saya bawakan kue cucur ke kelas untuk dinikmati bersama. Keluarga Cemara mengajarkan kami konsep kesederhanaan, kejujuran, dan kerja keras. Banyak diskusi seru yang terjadi sepanjang membaca novel ini. Murid-murid saya jadi tahu bahwa ada profesi ‘tukang kredit’ setelah membaca novel ini. Dari novel Komponis Kecil, mereka belajar berempati pada tokoh utama yang ditinggal ayahnya sekaligus berperan menjadi tulang punggung keluarga.

Program ini sudah saya jalankan selama lebih dari enam tahun. Namun, hal itu bukan berarti kegiatan ini tidak lagi ada tantangannya. Setiap kali melakukannya dengan kelas yang berbeda, selalu saja ada hal baru yang saya dapatkan, bahkan ketika saya menggunakan buku yang sama. Tantangan dapat datang dari mana saja, tidak melulu dari para murid. Merancang kegiatan belajar di awal tahun ajaran artinya saya harus siap memulai dengan mindset yang baru, bahwa anak-anak yang akan saya ajar tahun ini berbeda dengan anak-anak sebelumnya. Saya harus siap unlearn atau belajar kembali. Siap berbesar hati untuk mengakui bahwa metode atau apapun yang saya yakini berhasil di tahun-tahun sebelumnya mungkin tidak berhasil di kelas saya tahun ini.

Page 56: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat56

Page 57: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 57

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

KERETAAPIKU

Tuti Noor EKampus Guru Cikal

[email protected]

Desainer

Penulis

Pagi itu, saya dengan beberapa teman yang ditugaskan Kuliah Kerja Nyata di daerah Limbangan, kecamatan Karanganyar, Pekalongan, bertugas mengajar di sebuah

sekolah SD Negeri desa Gutomo yang letaknya terpencil di atas perbukitan wilayah PTPN IX Pekalongan.

Kira-kira harus sejauh 7 km kami menuju ke sekolah tersebut dari tempat tinggal kami di rumah pak lurah desa Limbangan, kecamatan Karanganyar, Pekalongan. Masih segar di ingatan saya menaiki truk dari perkebunan PTPN IX yang berbau karet menyengat bersama beberapa penumpang dari desa yang akan menuju ke desa Gutomo.

Selamat pagi desaku yang indah, sejuk dan segar, sembari kututup mata menikmati kenyamanan dan ketentraman hati hingga tak terasa kami tiba di lokasi kira-kira 30 menit kemudian.

Perjalanan yang cukup jauh, membuat saya berpikir keras, kira-kira apa ya materi yang akan saya ajarkan nanti. Sembari melihat sepanjang perjalanan, kesibukan pagi di desa yang sangat saya rindukan, menyejukkan mata dan memberikan percikan api semangat dalam hati dan jiwa saya untuk memberikan yang terbaik.

Sesampainya di sekolah, saat itu kami hanya bertemu dengan bapak kepala sekolah dan seorang ibu guru. Karena tenaga guru terbatas, jumlah kelas 1 sampai dengan kelas 6 masing-masing adalah 1 kelas dan ada 6 guru yang mengajar termasuk bapak kepala sekolah. Menurut ibu guru, anak-anak kelas III lebih senang belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan mata pelajaran hafalan lainnya, sehingga ibu guru sering mengalami kesulitan saat mengajar mata pelajaran Matematika. “Selain bukunya lebih

M. AbdurrhamanKGB Pekalongan

Kampus Guru Cikal

Page 58: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat58

tebal, materinya sulit dimengerti oleh anak-anak”, demikian kata ibu guru. Sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, saya tergerak untuk mencari ide bagaimana supaya anak-anak tertarik dengan mata pelajaran Matematika.

Jam menunjukkan pk. 10.00 pagi , anak-anak kelas III baru memasuki kelasnya. Tiba saatnya kami membantu ibu guru untuk mengajarkan materi-materi yang telah kami pilih. Selamat pagi anak-anak, kira-kira seusia 9-10 tahun, kami memasuki ruangan kelas III yang dipenuhi sekitar 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan yang telah duduk rapi di meja yang ditempati masing-masing oleh 2 anak. Tibalah saatnya waktu saya mengajar dan materinya adalah IPA dan Matematika.

Tanpa berpikir panjang, saya mulai berdiri di depan kelas dan terpana melihat tatapan mata anak-anak yang berbinar-binar yang haus ilmu yang ingin mereka ketahui. Terpacu adrenalin saya dan sejuta ide muncul di kepala, apa yang harus saya sampaikan? Pelajaran IPA dan Matematika adalah pelajaran yang sangat saya sukai dan saya akan menggabungkan kedua materi itu dalam waktu 1 jam.

Berawal dari cerita tentang Kereta Api. Mengapa kereta api? Karena saya melihat ada kotak-kotak persegi panjang, ada kecepatan, ada jarak dan tujuan. Pertama saya menanyakan, siapa yang pernah naik kereta api? Sebagian anak mengacungkan tangan dengan senyum yang lebar dan berteriak “Saya.. saya..”. Ah, benar-benar senang saya dengan situasi ini.

Langkah kedua, siapa yang bisa menggambar kereta api? Lalu, siapa yang bisa menggambar rel kereta api, lalu siapa yang bisa menunjukkan kota-kota tujuan kereta api. Beberapa anak, aktif dan teratur tetapi tetap berebut untuk maju ke depan kelas, menulis di papan tulis kapur, menggambarkan imajinasinya tentang kereta dan seputar kereta yang mereka ketahui.Selanjutnya, setelah papan tulis penuh dengan tulisan mereka, saya mulai meredakan suasana kelas dengan bercerita. “Anak-anak, mengapa ada kereta api? Sejarah mengenai kereta api pun mulai bergulir di mulut saya, bercerita dengan sesekali berseru “Tuuutt tuuuttt tuuuttt…”

Lalu pertanyaan berikutnya, “Mengapa kereta api memiliki kecepatan yang tinggi?”. Dan saya mulai mengajak mereka berhitung sederhana mengenai jarak kota satu dengan kota lain dibandingkan dengan waktu kecepatan kereta api. “Kalau kita

akan pergi ke kota Semarang dari kota Pekalongan jam 08.00, maka jam berapa kita akan sampai ke tujuan?” Pertanyaan sederhana dengan metode hitung dan logika observasi dan pengumpulan data primer. Apa saja sumbernya? Jam berangkat, jarak Pekalongan ke Semarang dan kecepatan kereta api.

Lalu kami pun bereksperimen tentang kecepatan di luar kelas dengan metode lari jarak pendek. Saya minta beberapa anak untuk berlari sprint 10m di halaman sekolah sambil saya hitung sederhana dengan ketukan kayu dan kaleng, teman-teman lainnya berteriak “Satu, dua, tiga,..” seperti ketukan detik. Sementara beberapa senang memilih berlari dan berusaha siapa yang tercepat, beberapa lagi senang memilih untuk menghitung. Aduh, saya sampai menitikkan air mata melihat semangatnya. Setelah mendapatkan angkanya, kami masuk kembali ke dalam kelas dan mulai menghitung pertanyaan awal “Jam berapa kereta akan tiba di Semarang?”.

Pelajaran matematika dan IPA sudah kami lewati setengah dari materinya. Untuk menuntaskan tugas kami, saya harus mengajak kembali mereka untuk bereksperimen di luar kelas. Anak-anak saya minta mengumpulkan ranting dengan panjang yang sama (gambar 1). Lalu kami membuat rel kereta api yang terhubung dari ujung ke ujung sehingga membuat seperti lingkaran besar. Lalu bagaimana kita bisa membuat menyerupai lingkaran? Tentunya makin pendek panjang ranting, maka akan meminimalkan lekukan rel kereta. Sehingga sangat banyak ranting yang harus terkumpul.

Setelah terkumpul dan cukup, kami membuat lingkaran luar dan lingkaran dalam dan di antara keduanya diletakkan ranting yang berfungsi sebagai rel kereta, sehingga tersusun sama panjang jarang antara satu ranting ke ranting berikutnya (gambar 2). Lalu kami hitung berapa banyaknya ranting yang kami butuhkan untuk membuat masing-masing lingkaran luar dan lingkaran dalam. Nah, disini kita belajar menghitung keliling lingkaran. Jika tiap ranting panjangnya 15cm dan dibutuhkan 14 ranting untuk lingkaran luar dan dibutuhkan 8 ranting untuk lingkaran dalam, maka keliling masing-masing lingkaran adalah: Lingkaran luar 15cm x 14 ranting = 210cm atau 2.1mLingkaran dalam 15cm x 8 ranting = 120cm atau 1.2m

Page 59: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 59

Nah, dengan menggunakan metode analog anak-anak sudah selesai melewati pelajaran Matematika dan IPA sederhana. Mereka mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mulai kritis. “Bagaimana kalau keretanya saling bertemu?”. Kemudian kami berikan pos-pos pemberhentian kereta, agar jadwal keberangkatan dan kepulangan tidak saling berbenturan.

Tak terasa rencana pelajaran 1 jam berlalu dengan cepat hingga 1.5jam, tetapi kami senang dan semakin bersemangat bereksperimen dengan alam untuk menggali ilmu Matematika dan IPA.Tiba saatnya perpisahan, kami harus kembali ke desa Limbangan, waktu menunjukkan pukul 11.00, hati kami masih tertinggal di sana, dengan penuh cinta, kami sapa anak-anak dan berpesan “Kejarlah cita-citamu setinggi langit, nak. Awalilah dengan menggunakan transportasi umum yang murah dan aman. Naik kereta api, tuuttt… tuuuttt.. tuuuttt….”.

Kesimpulannya dari tulisan saya adalah, bahwa dalam menyampaikan pelajaran sebaiknya menggunakan metode pembelajaran tidak monoton dan membuat anak-anak tertarik untuk mendalami dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memacu kita lebih kreatif dalam mencari jalan keluar dan jangan lupa mempraktekannya dengan menggunakan bahan-bahan alam atau yang tersedia di sekitar kita mengajar, tanpa memandang kelas berapa atau usia berapa anak-anak yang sedang belajar bersama kita.’

Demikian tulisan saya, semoga bermanfaat bagi saya untuk ke depannya dan bagi kita semua.Terima kasih.

Page 60: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat60

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

LITERASI MATEMATIKA

Nadia CassinieKGB Bandung

SMK Prakarya [email protected]

Penulis

Seseorang yang melek matematika tidak hanya paham tentang matematika akan tetapi juga mampu menggunakannya dalam pemecahan

masalah sehari-hari. Kemampuan koneksi matematika dan pemecahan masalah memiliki kaitan erat dengan kemampuan literasi matematika dan kemampuan literasi yang baik tentunya akan membantu seseorang untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Literasi matematika menjadikan individu mampu membuat keputusan berdasarkan pola pikir matematis yang konstruktif.

Sebagai guru yang mengajar mata pelajaran matematika, pada awalnya saya mengetahui ada yang disebut Gerakan Literasi tanpa pernah berusaha untuk mengetahui lebih jauh tentang pentingnya literasi dalam proses pembelajaran. Padahal yang saya rasakan matematika merupakan salah satu pelajaran yang seringkali tidak disukai siswa karena dianggap sulit dan membosankan, dan hal tersebut berawal dari malasnya siswa membaca soal, seringkali saya menemukan siswa yang mengatakan “tidak bisa” tanpa terlebih dahulu mencoba untuk mengerjakan. Keadaan tersebut berdampak pada malasnya siswa mengikuti pelajaran ataupun mengerjakan soal karena jangankan untuk mengerjakan, memahami soal pun sepertinya merupakan suatu perjuangan berat bagi mereka. Saat mengajar di kelas XII tidak jarang saya menemukan siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal-soal sederhana yang sebenarnya sudah mereka pelajari sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar, keadaan tersebut menambah berat beban guru untuk menyampaikan materi dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

Dalam proses belajar mengajar diharapkan siswa mampu menguasai konsep dan memahami teori serta prinsip-prinsip penerapannya, dan mentransferkan konsep melalui metode pembelajaran ceramah tidak akan menghasilkan konsep yang jelas secara keseluruhan, malah mungkin akan menimbulkan salah pengertian. Untuk itu diperlukan interaksi yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Keadaan akan menjadi lebih parah lagi apabila kurang dukungan dari lingkungan. Tidak jarang saya mendengar siswa yang berkomentar “Bu, kata

Page 61: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 61

mama, papa juga dulu matematika nya ga jago tapi sekarang bisa kerja enak dan penghasilannya besar” atau “saat kerja nanti kita ga kan pake integral”. Keadaan seperti itu merupakan tantangan besar bagi saya, saya harus mencari tahu implementasi dalam kehidupan sehari-hari dari setiap materi yang saya ajarkan agar siswa menyadari pentingnya mempelajari matematika, karena matematika bukan hanya mengenai hitungan, matematika diperlukan untuk pembentukan pola pikir. Melalui matematika seseorang belajar mengenai tanggung jawab, disiplin, komitmen dengan aturan, dan belajar untuk berani menentukan keputusan.

Suatu waktu saya masuk ke kelas yang akan saya ajar dan saya lihat di papan tulis masih ada catatan dari pelajaran sebelumnya, dan pelajaran sebelumnya adalah Bahasa Indonesia. Yang menarik perhatian saya disitu adalah catatan mengenai disjungsi, konjungsi, penarikan kesimpulan, dll yang notabene juga dipelajari di matematika pada bab Logika Matematika. Karena penasaran saya tanya siswa di kelas itu, apa saja yang dibahas di bahasa Indonesia yang terkait dengan materi logika pada pelajaran matematika, dan saya menemukan bahwa X sedangkan di matematika vektor dipelajari di semester ganjil kelas XI, berarti terjadi tumpang tindih materi karena pada saat mengajar fisika kelas X guru fisika harus menjelaskan vektor dari awal dan di kelas XI guru matematika harus mengulangnya lagi secara lebih terperinci, demikian pula halnya yang terjadi antara materi di pelajaran bahasa Indonesia dan matematika.

Maka yang saya lakukan berikutnya adalah mendatangi guru bahasa Indonesia dan menanyakan materi logika yang diajarkan di bahasa Indonesia yang ada korelasinya dengan logika matematika. Dan saya menyadari bahwa selama ini saya salah memahami konsep Gerakan Literasi. Konsep literasi bukan hanya penting untuk pelajaran bahasa, tapi literasi penting untuk semua pelajaran, karena semua pelajaran diawali dengan membaca dan memahami apa yang kita baca untuk kemudian diimplementasikan dalam bentuk penyelesaian soal, dan salah satu tanggung jawab guru adalah menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan serta mudah dipahami.

Saya mulai memahami kesulitan siswa saat mengerjakan soal-soal matematika, sebagian besar berawal dari masalah yang sama yaitu karena tidak terbiasa membaca dan memahami apa yang mereka baca. Hal tersebut sangat terlihat setiap kali siswa menemukan soal dalam bentuk soal cerita, mereka

akan bingung memahami alur cerita dan model penyelesaian seperti apa yang dibutuhkan untuk cerita seperti itu.Sebagai solusinya saya berkomunikasi dengan guru bahasa Indonesia dan mulai berkoordinasi mengenai bagaimana cara mengajarkan membaca dan memahami apa yang dibaca agar siswa yang saya ajar bisa memahami soal dengan baik dan benar serta mengatur waktu pemberian materi yang saling berkorelasi agar proses pembelajaran terasa lebih mudah dan dapat berhasil secara optimal.

Langkah selanjutnya yang saya lakukan setelah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan guru bahasa Indonesia adalah saya mengajak siswa untuk belajar di luar kelas, ketika kami sedang membahas trigonometri, siswa saya ajak ke lapangan olahraga dan saya bagi menjadi beberapa kelompok yang akan melakukan kegiatan pengukuran yang berkaitan dengan trigonometri seperti mengukur tinggi objek dengan memanfaatkan titik jatuh bayangan atau menghitung pendugaan sudut dalam segitiga dengan menggunakan jarum jam, siswa sangat antusias melakukan kegiatan pembelajaran seperti itu dan sebagian besar merasa lebih mudah untuk memahami materi. Untuk bisa melakukan kegiatan tersebut siswa harus membaca teori mengenai sudut dan menerapkannya dalam suatu kegiatan nyata. Kegiatan sejenis juga saya terapkan untuk materi matematika yang lain dan hasilnya belajar matematika menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan tidak menakutkan bagi siswa.

Pendidikan matematika mampu meningkatkan kualitas SDM karena pendidikan matematika mempunyai standar kemampuan yang akan membentuk pola pikir dan pribadi seseorang. Standar kemampuan dasar tersebut adalah :

1. Pemecahan masalah (problem solving)2. Penalaran dan bukti (reasoning and proof)3. Komunikasi (communication)4. Koneksi (connections)5. Representasi (representation)

Satu pengalaman berharga yang saya dapatkan adalah “jangan pernah merasa nyaman menjadi guru yang dianggap senior, karena belajar tidak mengenal usia, dan setiap orang wajib belajar, perkembangan dalam bidang pendidikan tidak akan berhenti hanya karena kita tua, tapi yang tua harus bisa mengikuti perkembangan”.

Page 62: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat62

Guru Belajar EsensialBUKU

DIFERENSIASIMemahami Pelajar untuk Belajar

Bermakna & Menyenangkan

MERDEKA BELAJARDI RUANG KELAS

MEMANUSIAKANHUBUNGAN

KAUS

Dapatkan produk Guru Belajar di

Bit.ly/BeliProdukGuruBelajar

Page 63: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat 63

EDISI BERIKUTNYA

SURAT KABAR GURU BELAJAREDISI 22

“Memberdayakan Konteks, Membangun Budaya Literasi “

Banyak pihak bingung sumber daya untuk menyelenggarakan kegiatan literasi. Berbagai upaya dilakukan agar tersedia anggaran pemerintah,

anggaran sekolah maupun dukungan dana dari berbagai pihak. Padahal di sisi lain, kita pun tengah bersusah payah mencari sumber daya untuk pendidikan pada umumnya.

Tantangan penyelenggaraan kegiatan literasi sebenarnya adalah memperluas sudut pandang kita. Sadar akan tujuan literasi, melihat ke lingkungan di sekeliling dan menghubungkan tujuan tersebut dengan potensi dan sumber daya di sekitar kita. Pada titik ini, literasi tidak sebatas dipandang sebagai pengajaran, tapi sebagai budaya, kegiatan dan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat

Anda punya pengalaman menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan media (lagu, film, permainan, ritual dll) yang ada di

lingkungan sekitar? Anda punya pengalaman mengintegrasikan pengajaran literasi dengan taman baca, perpustakaan dan museum yang ada di daerah Anda? Anda punya pengalaman melibatkan tokoh masyarakat, pengrajin, dan ahli yang dihargai masyarakat lokal dalam kegiatan literasi? Anda punya pengalaman mendayagunakan sumber daya alam (kebun, ladang, sawah, dll) untuk membangun budaya literasi?

Kirim tulisan ke http://bit.ly/FormulirSKGB22

Page 64: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · ura aba ur elaja di ah eempat 1 Guru Belajar ... kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di ... efektif, sehingga mampu

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat64

LITERASI UNTUKMENGGERAKKAN

NEGERI

TEMA

JAKARTA, 25-27 OKTOBER 2019