Gullain Barre Syndrome-faizanah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    1/12

    1

    SINDROMA GUILLAIN-BARRE (GBS)

    DEFINISI/BATASAN

    GBS adalah suatu polineuropati demielinasi inflamasi akut ditandai dengan

    kelemahan otot yang progresif simetric ascending, kelumpuhan, dan hyporeflexia

    dengan atau tanpa gejala sensorik atau otonomik.Menurut Bosch, SGB merupakan

    suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut

    berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer,

    radiks, dan nervus kranialis. Parry mengatakan bahwa, SGB adalah suatu

    polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai

    3 minggu setelah infeksi akut.

    EPIDEMIOLOGI

    Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, kejadiannya pada semua musim.

    Dowling dkk mendapatkan frekwensi tersering pada akhir musim panas dan musim

    gugur dimana terjadi peningkatan kasus influenza. Pada penelitian Zhao Baoxun

    didapatkan bahwa penyakit ini hampir terjadi pada setiap saat dari setiap bulan

    dalam setahun, sekalipun demikian tampak bahwa 60% kasus terjadi antara bulan

    Juli s/d Oktober yaitu pada akhir musim panas dan musim gugur.

    Insidensi sindroma Guillain-Barre bervariasi antara 0.6 sampai 1.9 kasus per

    100.000 orang pertahun. Selama periode 42 tahun Central Medical Mayo Clinic

    melakukan penelitian mendapatkan insidensi rate 1.7 per 100.000 orang. Terjadi

    puncak insidensi antara usia 15-35 tahun dan antara 50-74 tahun. Jarang mengenai

    usia dibawah 2 tahun. Usia termuda yang pernah dilaporkan adalah 3 bulan dan

    paling tua usia 95 tahun. Laki-laki dan wanita sama jumlahnya. Dari pengelompokan

    ras didapatkan bahwa 83% penderita adalah kulit putih, 7% kulit hitam, 5% Hispanic,

    1% Asia dan 4% pada kelompok ras yang tidak spesifik.

    Data di Indonesia mengenai gambaran epidemiologi belum banyak.

    Penelitian Chandra menyebutkan bahwa insidensi terbanyak di Indonesia adalah

    dekade I, II, III (dibawah usia 35 tahun) dengan jumlah penderita laki-laki dan wanita

    hampir sama. Sedangkan penelitian di Bandung menyebutkan bahwa perbandingan

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    2/12

    2

    laki-laki dan wanita 3 : 1 dengan usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada

    bulan April s/d Mei dimana terjadi pergantian musim hujan dan kemarau.

    ETIOLOGI

    Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti

    penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit

    yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara

    lain:

    Infeksi

    Vaksinasi

    Pembedahan

    Penyakit sistematik:

    o keganasan

    o systemic lupus erythematosus

    o tiroiditis

    o penyakit Addison

    Kehamilan atau dalam masa nifas

    SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi

    kasus SGB yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1

    sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan

    atas atau infeksi gastrointestinal.

    Infeksi Definite Probable Possible

    Virus

    CMV

    EBV

    HIV

    Varicella-zosterVaccinia/smallpox

    Influenza

    Measles

    Mumps

    Rubella

    Hepatitis

    Coxsackie

    Echo

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    3/12

    3

    Bakteri

    Campylobacter Jejeni

    Mycoplasma

    //PneumoniaTyphoid

    Borrelia B

    Paratyphoid

    Brucellosis

    Chlamydia

    Legionella

    Listeria

    Infeksi akut yang berhubungan dengan SGB

    PATOFISIOLOGI

    Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas

    seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya, yang

    paling sering adalah infeksi virus. Peran imunitas seluler dalam sistem kekebalan

    seluler, sel limposit T memegang peranan penting disamping peran makrofag.

    Prekursor sel limposit berasal dari sumsum tulang (bone marrow) stem cell yang

    mengalami pendewasaan sebelum dilepaskan kedalam jaringan limfoid

    danperedaran. Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi pada saraf tepi antigen

    harus dikenalkan pada limposit T (CD4) melalui makrofag. Makrofag yang telah

    menelan (fagositosis) antigen/terangsang oleh virus, allergen atau bahan imunogen

    lain akan memproses antigen tersebut oleh penyaji antigen (antigen presenting cell

    = APC). Kemudian antigen tersebut akan dikenalkan pada limposit T (CD4). Setelah

    itulimposit T tersebut menjadi aktif karena aktivasi marker dan pelepasan substansi

    interlekuin (IL2), gamma interferon serta alfa TNF. Kelarutan E selectin dan adesi

    molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh aktifasi sel endothelial akan berperan dalam

    membuka sawar darah saraf, untuk mengaktifkan sel limfosit T dan pengambilan

    makrofag . Makrofag akan mensekresikan protease yang dapat merusak protein

    myelin disamping menghasilkan TNF dan komplemen.

    Pada penyakit GBS, mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau

    faktor lain yang mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum

    diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf

    yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi seperti

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    4/12

    4

    penerangan di atas. Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme

    yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:

    1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi mediated

    immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi sehingga adanya inflamasi

    dari endoneurial di spinal nerves roots, nervus segmen distal, atau sekitar

    nervus yang berpotensi untuk terjepit.

    2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi

    3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada

    pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.

    PEMBAGIAN

    Beberapa varian dari Sindroma Guillan-Barre dapat diklasifikasikan, yaitu:

    1. Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy (AIDP)

    AIDP subtipe adalah umumnya didahului oleh infeksi bakteri atau virus dan

    seropositif untuk Campylobacter jejuni.

    2. Subacute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy

    3. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN)

    AMAN adalah subtipe adalah murni motor subtipe yang lebih menonjol di antarakelompok usia anak. Hampir 70-75% dari pasien seropositif untuk

    Campylobacter Jejuni. Biasanya pasien ditandai dengan onset akut / subakut

    anggota badan relatif simetris kelemahan, areflexia menyebar, otot wajah dan

    orofaringeal kelemahan, dan insufisiensi pernapasan. AMAN juga terkait dengan

    lambung enteritis karena jejuni C. dengan anti tinggi- GM1 dan anti-GD1a

    antibodi terhadap C. jejuni.

    4. Acute Motor Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)

    AMSAN adalah penyakit parah akut berbeda dari AMAN. AMSAN juga

    mempengaruhi saraf-saraf dan roots. Pasien biasanya orang dewasa dengan

    disfungsi motor dan sensorik, ditandai atrofi otot. Selain itu, juga ditandai dengan

    quadriparesis akut, areflexia, kehilangan sensori distal, dan respiratory failure.

    5. Fishers Syndrome

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    5/12

    5

    Miller-Fisher syndrome (MFS) adalah varian dengan klasik TRIAS serangkai

    yaitu ataksia, areflexia, dan ophthalmoplegia. Gambaran kardinale adalah onset

    akut ophthalmoplegia eksternal. Diplopia biasanya gejala awal, diikuti oleh

    anggota badan atau ataxia gait. Ataksia cenderung untuk keluar dari proporsi

    tingkat kehilangan sensori. Kadang-kadang mungkin ada gejala sensorik ringan,

    menelan. Pasien juga mungkin memiliki kelemahan tungkai ringan, ptosis, bells

    palsy, atau kelumpuhan bulbar.

    6. Acute Pandysautonomia

    Neuropati akut panautonomic melibatkan kedua sistem saraf simpatik dan

    parasimpatik.

    GEJALA KLINIS

    Diagnosa SGB terutama ditegakkan secara klinis. GBS ditandai dengan timbulnya :-

    1. "Typical" GBS

    Neuropati motoric akut melibatkan distal ekstremitas parestesia, kelemahan

    kaki relatif simetris, dan sering ataxia gait. Kebanyakan kasus akan memiliki

    kelemahan lengan berikutnya, dan mungkinkelemahan otot wajah, mata, dan

    m.orofaringeal.

    2. Kelemahan bilateral

    Beberapa asimetri pada onset GBS dan keparahan adalah umum.

    Kelemahan otot proksimal sangat sering, terutama pada awalnya, dengan

    berikutnya distal lengan dan kelemahan kaki. GBS dengan pola turun

    kelemahan terlihat pada kasus 14%; onset awalnya dengan saraf kranial

    atau kelemahan otot lengan, diikuti oleh kelemahan kaki. Dalam 1 / 3 kasus,

    tingkat kelemahan pada lengan dan kaki adalah kurang lebih sama.

    3. Refleks menurun

    Awal hilangnya refleks mungkin karena desynchronization dari aferen impuls

    karena demielinasi tidak seragam. Sekitar 70% dari pasien datang dengan

    hilangnya refleks, kurang dari 5% ditahan semua refleks selama sakit.

    Kehadiran refleks utuh harus menganjurkan alternatif selain GBS diagnosis.

    4. Gangguan Sensoris

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    6/12

    6

    Lebih 50% akan hadir dengan parestesia simetris ekstremitas distal,

    sebelum terbukti secara klinis kelemahan tungkai. Modalitas aferen diameter

    besar (JPS, getaran) yang paling sangat terpengaruh.

    5. Nyeri

    Beberapa ketidaknyamanan dilaporkan dalam 2 / 3 dari pasien yang dapat

    mengambil salah satu berikut bentuk:

    i. Nyeri dalam pada otot di belakang, pinggul atau kaki proksimal,

    ii. Nyeri radikuler yang tajam menjalar ke kaki.

    iii. Nyeri berat dyesthetic terbakar di kaki atau tangan.

    6. Gangguan saraf kranial

    Setengah pasien GBS memiliki beberapa tingkat disfungsi saraf kranial.

    Paling umum adalah kelemahan facial, terutama jika kelemahan ini muncul.

    Kelemahan wajah biasanya bilateral. Ophthalmoparesis lihat dalam 10-20%

    pasien. Abducens palsy yang paling umum, biasanya bilateral. Kelemahan

    orofaringeal ada pada kasus risiko aspirasi.

    7. Disfungsi pernapasan

    Pada pasien quadriparesis kelemahan diaphragma sangat umum dan dapat

    juga terjadi pada pasien dengan kelemahan bibrachial. kelemahan. Pasien

    dengan kelemahan otot leher, lidah dan langit-langit sering memiliki

    kelemahan otot diafragma dan pernafasan concommitant. Patogenesis

    kegagalan pernapasan:

    i. Atelektasis disebabkan oleh menurunya kapasitas vital, inspirasi

    kekuatan dan volume tidal karena kelemahan diafragma.

    ii. Atelektasis diperparah dengan batuk yang kuat, hasilnya adalah

    arteriovenosa shunting dan hipoksia.

    iii. Takipnea dan peningkatan kerja pernapasan

    h. Dysautonomia

    Terjadi pada sekitar 65% kasus. Lebih sering pada pasien dengan

    kelumpuhan berat dan kesulitan ventilasi tapi bisa terjadi pada kasus-kasus

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    7/12

    7

    ringan. Manifestasi paling umum termasuk disfungsi jantung seperti sinus

    takikardia, sinus bradikardia, sinus arrest dan lainnya supraventrikuler aritmia,

    hipertensi paroksismal, dan hipotensi (terutama postural).Pemantauan ICU

    diperlukan karena kemungkinan komplikasi jantung. Retensio urin dan ileus

    paralitik. Puncak deficit untuk gambaran klinis GBS dicapaikan dalam waktu

    4minggu dan recovery biasanya dimulai 2-4minggu

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik yang ditemui pada penyakit GBS adalah:

    1. Kelemahan N.cranialis VII, VI, III, V, IX, X

    2. Kelemahan extremitas bawah, asenden, asimetris upper extremitas, facial

    3. Reflex Fisiologis: Absen atau Hipoflexi

    4. Refleks Patologi : -

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Laboratorium:

    i. Disosiasi Sitoalbumin

    ii. Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS >0.55 g/l tanpa

    peningkatan dari sel

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    8/12

    8

    DIAGNOSIS

    Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute of

    Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:

    1. Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:

    Terjadinya kelemahan yang progresif

    Hiporefleksi

    2. Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB:

    a. Ciri-ciri klinis:

    Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam

    4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu,

    dan 90% dalam 4 minggu.

    Relatif simetris

    Gejala gangguan sensibilitas ringan

    Gejala saraf kranial 50% terjadi parese N VII dan sering

    bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang

    mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang < 5% kasus

    neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain

    Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat

    memanjang sampai beberapa bulan.

    Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi

    dangejala vasomotor.

    Tidak ada demam saat onset gejala neurologis

    b. Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:

    Protein CSS. Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan

    pada LP serial

    Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3

    Varian:

    o Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala

    o Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    9/12

    9

    c. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa:

    Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya

    kecepatan hantar kurang 60% dari normal.

    DIAGNOSIS BANDING

    Gejala klinis SGB biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan kriteria

    diagnostik dari NINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus dibedakan

    dengan keadaan lain, seperti:

    a. Acute Peripheral Neuropathies

    i. Toxic: thallium, arsenic, lead, n-hexane, organophosphateii. Drugs: amiodarone, perhexiline, gold

    iii. Alcohol

    iv. Porphyria (Porphyria intermitten akuta)

    v. Systemic vasculitis

    vi. Poliomyelitis (Poliomyelitis anterior akuta)

    vii. Diphtheria

    viii. Tick paralysis

    ix. Critical illness polyneuropathy (Polineuropati post difteri)b. Disorders of Neuromuscular Transmission

    i. Botulism

    ii. Myasthenia gravis

    c. Central Nervous System Disorders

    i. Basilar artery occlusion

    ii. Acute cervical transverse myelitis (Mielitis akuta)

    KOMPLIKASI/PENYULIT

    Komplikasi yang tersering pada penderita GBS adalah gangguan otot pernafasan

    yaitu respiratory failure.

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    10/12

    10

    TERAPI

    Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendir. Pengobatan secara

    umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh

    sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan

    (gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan terapi

    khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat penyembuhan

    melalui sistem imunitas (imunoterapi).

    Tujuan Supportif:-

    1. Monitor Airway, Breathing, Circulation

    2. Monitor kapasitas vital, tidal volume and negative inspiratory force .

    3. Intubation may be necessary in patients with substantial oropharyngeal

    dysfunction to prevent aspiration.

    Tujuan Kausatif:-

    1. Kortikosteroid

    Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid

    tidak mempunyai nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.

    2. Plasmaparesis

    Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor

    autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB

    memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat,

    penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang

    lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml

    plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila

    diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).

    3. Pengobatan imunosupresan:

    i. Imunoglobulin IV

    Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan

    dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan.

    Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan

    dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.

  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    11/12

    11

    ii. Obat sitotoksik

    Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:

    6 merkaptopurin (6-MP)

    Azathioprine

    Cyclophosphamid

    Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit

    kepala.

    America Academy of Neurology (AAN) telah mengeluarkan pedoman baru

    yaitu Guideline Summary for Clinicians Immunotherapy for Guillain-Barre

    Syndrome dalam menangani pasien-pasien GBS secara praktis.Antara

    pedoman yang disimpulkan oleh AAN adalah:

    i. Terapi dengan Plama Exchange (PE) atau Imunoglobulin Intravena

    (IVIG) dapat mempercepat pemulihan GBS

    ii. PE dan IVIG sama-sama efektif pada pasien dengan gejala GBS yang

    lanjut.

    iii. PE dapat membawa efek samping yang lebih besar dan lebih sulit.

    iv. Menggabungkan dua perlakuan tidak dianjurkan.

    v. Pengobatan steroid tidak bermanfaat.

    REFERENSI

    AAN Guideline Summary for CliniciansImmunotherapy for Guillain-Barre Syndrome,

    www.aan.com/professionals/practice/index.cfm

    Alan R. Berger, M.D, 2005, Guillain Barre Syndrome and Its Variants, Dept. of

    Neurology University of Florida/Jacksonville,

    www.neuropathy.org/site/DocServer/GBS-AlanBergerMD.pdf?docID=1066, diakses pada 3 November 2010, 5.15pm

    Andrew C Miller, MD, Fellow, 2010, Department of Neurology,

    http://emedicine.medscape.com/article/792008-overview, diakses pada 3

    November 2010, 5.15pm

    http://www.aan.com/http://www.aan.com/http://www.aan.com/http://www.neuropathy.org/site/DocServer/GBS-AlanBergerMD.pdf?docID=1066http://emedicine.medscape.com/article/792008-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/792008-overviewhttp://www.neuropathy.org/site/DocServer/GBS-AlanBergerMD.pdf?docID=1066http://www.aan.com/
  • 7/28/2019 Gullain Barre Syndrome-faizanah

    12/12

    12

    Iskandar Japardi,2002, Sindroma Guillain-Barre, Universitas Sumatera Utara,

    library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi46.pdf, diakses pada

    3 November 2010, 5.15pm

    Provan D, Nokes TJC, Agrawal S, Winer JB, Wood P, Clinical Guidelines For The

    Use Of Intravenous Immunoglobulin, PDF

    R. A. C. Hughes, 2006, European Federation of Neurological Societies/Peripheral

    Nerve Society guideline on management of chronic inflammatory

    demyelinating polyradiculoneuropathy: report of a joint task force of the

    European Federation of Neurological Societies and the Peripheral Nerve

    Society, European Journal of Neurology 2006, 13: 326332

    Ted M. Burns , 2008, Guillain-Barre Syndrome, Massachusetts Department of

    Public Health, Bureau of Communicable Disease Control Reprinted with

    permission from Thieme Medical Publishers (Semin Neurol 2008

    April;28(2):152-167) Homepage at www.thieme.com, PDF

    R.A.C. Hughes, E.F.M. Wijdicks, R. Barohn, et al, 2010, Practice parameter:

    Immunotherapy for Guillain Barr syndrome Report of the Quality Standards

    Subcommittee of the American Academy of Neurology, 003;61;736

    Neurology

    http://www.thieme.com/http://www.thieme.com/