55
1 BAB I PENDAHULUAN Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. 1 Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. 1,2,3 Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini. Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000 kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan. Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia. Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam di Asia Tenggara.. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih. 2,4 Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma primer, glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan berdasarkan mekanisme

Glaukoma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

glaukoma

Citation preview

Page 1: Glaukoma

1

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang

memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1 Glaukoma adalah

penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai

oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.1,2,3

Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih

tua mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini.

Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan

meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000

kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan.

Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia.

Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam

di Asia Tenggara.. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih

menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,4

Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma primer,

glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan

berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi

dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.2, Penatalaksanaan

glaukoma berupa pengobatan medis, terapi bedah dan laser. 2,5

Primary Open Angle Glaucoma (POAG) merupakan glaukoma yang paling

sering ditemui dan biasanya pada orang dewasa. Suatu glaukoma primer yang

ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. POAG juga dikenali sebagai glaukoma

kronik simpleks. Glaukoma ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada

kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat

merupakan penyebab2. Glaukoma jenis ini mempunyai respon yang baik terhadap

obat-obatan dan harus digunakan seumur hidup, jika kerusakan saraf penglihatan

masih dalam tahap awal (Jelita R. 2010).

Page 2: Glaukoma

2

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis Glukoma Simplek

Kronis pada pasien yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUD Kanjuruhan

Kepanjen.

1.1 Rumusan Masalah

I.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma?

1.2 Tujuan

I.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma

1.3 Manfaat

1.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit mata khususnya glukoma

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata

Page 3: Glaukoma

3

BAB II

STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn.R

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 74 tahun

Alamat : Pakis Aji

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Status : Menikah

Suku Bangsa : Jawa

Tanggal Periksa : 14 Juli 2011

No. RM : 259961

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh penglihata kedua mata kabur sejak + 2 bulan yang lalu. Mata

semakin kabur dan memberat 1 minggu terakhir ini. Pandangan mata yang

kabur tersebut terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya mata sebelah kanan

kemudian menjalar ke mata kiri. Pasien merasakan sejak satu minggu yang

lalu penglihatan kedua matanya menjadi gelap, sehingga sering menabrak-

nabrak saat berjalan, aktivitas sehari-harinya terganggu dan bila berjalan harus

dituntun. Selain itu, pasien juga merasa matanya berat, selalu ingin menutup

matanya seperti orang mengantuk. Riwayat halo (-), cekot-cekot (-), kemeng

(-), nyeri (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), silau (+), sekret (-), belekan (-),

mata merah (-), trauma (-), riwayat bengkak kelopak mata (-)

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami sakit yang sama

Hipertensi (+), DM (-)

Page 4: Glaukoma

4

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.

Tidak ada keluarga yang buta

Hipertensi (-), DM (-)

5. Riwayat Pengobatan : Belum pernah berobat, tidak ada riwayat pengobatan

jangka panjang

2.3 Status Generalis

Kesadaran : compos mentis (GCS 456)

Vital sign

Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/mnt

Pernafasan : 20x/mnt

Suhu : dalam batas normal

2.4 Status Oftalmologis

OD Pemeriksaan Mata OS

1/2/60 Visus 1/∞

N+1/P TIO N+1/P

Ortophoria Kedudukan Ortophoria

Pergerakan

Hiperemi (-), Edema (-), spasme (-)

Palpebra Hiperemi (-), Edema (-),

spasme (-)Hiperemi (-) CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular (-)

KonjungtivaHiperemi (-)CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular (-)

Putih Sklera Putih

Jernih, Edema(-), infiltrate (-), Arkus

senilis (+)Kornea

Jernih, Edema (-), infiltrate (-), Arkus

senilis (+)

Dalam COA Dalam

rad. line (+),Reguler Iris rad. line (+), Reguler

Sentral, round, Reflek cahaya (+),

Pupil Sentral, round,Reflek cahaya (+)/menurun,

Page 5: Glaukoma

5

3 mm 3 mm

Jernih Lensa Jernih

LP berkurang Tes konfrontasi LP berkurang

0/5;5→41,4 mmHg;

2/7.5→42,1 mmHg;

4/10→43,4 mmHg

Tonometri

0/5.5→41,5 mmHg;

3/7.5→35,8 mmHg;

7/10→ 27,2 mmHg

Slit Lamp

SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-), pterigium (-), kornea jernih

, bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+),

lensa jernih.

SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-), pterigium (-),kornea jernih,

bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC

(+)/menurun, lensa jernih.

Funduskopi:

Fundus reflex: +/+

Media keruh ec katarak -/-

Papil nervus II: bulat +/+, tegas +/+, C/D ratio: 0,9/ 1.0

2.5 Diagnosis

ODS Glaukoma Simplek Kronis

2.6 Penatalaksanaan

Planning Diagnosis : Gonioskopi, Tonometri aplanasi, Perimetri Goldman

Planning Therapy : OS Trabekulektomi (pasien menolak)

R/ C. Timol MD strip No I

S 2 dd gtt I ODS

R/ Glaukon tab 250 mg No XV

S 3 dd tab I

R/ KSR tab No V

S 1 dd tab 1

Kontrol 1 minggu lagi

Page 6: Glaukoma

6

2.7 Rencana Monitoring

Inspeksi diskus optikus secara teratur

Pengukuran tekanan intraokular secara teratur

Pengukuran lapang pandang secara teratur

Keluhan subjektif

2.8 KIE

Memberikan pengertian pada pasien tentang penyakitnya

Menjelaskan prosedur terapi yang bisa dilakukan

Menjelaskan komplikasi yang dapat muncul

Menjelaskan prognosis penyakit pasien

Menjelaskan tentang pengaruh hipertensi perjalanan penyakit glaucoma

Menggalakkan pasien untuk berolah raga dan mengingatkan pasien untuk

tidak minum air dalam jumlah banyak untuk masa yang singkat

2.9 Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad malam

Ad Sanationam : dubia ad malam

Follow up (Tanggal 20 Juli 2011)

Page 7: Glaukoma

7

Anamnesa

Penglihatan kedua mata masih kabur, batuk, dan obat habis

Status oftalmologis

OD Pemeriksaan Mata OS

1/60 Visus 1/60

N/P TIO N/P

Ortophoria Kedudukan Ortophoria

Pergerakan

Hiperemi (-), Edema (-), spasme (-)

Palpebra Hiperemi (-), Edema (-),

spasme (-)Hiperemi (-) CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular (-)

KonjungtivaHiperemi (-)CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular (-)

Putih Sklera Putih

Jernih, Edema (-), infiltrate (-), Arkus

senilis (+)Kornea

Jernih, Edema(-), infiltrate (-), Arkus

senilis (+)

DalamCamera Oculi

AnteriorDalam

rad. line (+),Reguler Iris rad. line (+), Reguler

Sentral, round, Reflek cahaya (+), 3 mm

PupilSentral, round,Reflek

cahaya (+), 3 mm

Jernih Lensa Jernih

LP berkurang Tes konfrontasi LP berkurang

6/5;5→14,6 mmHg; Tonometri 6/5.5→17,3 mmHg;

Slit Lamp

SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-), pterigium (-), kornea

jernih, bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC

(+), lensa jernih.

Page 8: Glaukoma

8

SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea (-),pterigium (-),kornea edema

minimaljernih , bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat,

sentral, RC (+), lensa jernih.

Funduskopi:

Fundus reflex: +/+

Media keruh ec katarak -/-

Papil nervus II: bulat +/+, tegas +/+, C/D ratio: 0,9/ 1.0

Diagnosis

ODS Glaukoma Simplek Kronis

Penatalaksanaan

Planning Diagnosis : Gonioskopi, Tonometri aplanasi, Perimetri Goldman

R/ C. Timol MD strip No I

S 2 dd gtt I ODS

R/ Glaukon tab 250 mg No XV

S 3 dd tab I

R/ KSR tab No V

S 1 dd tab 1

R/ Codein tab 10 mg No.VI

S 1 dd tab I prn batuk

Page 9: Glaukoma

9

BAB III

TELAAH KASUS

3.1 Anatomi Bilik Mata Depan (COA)

Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan

pengaturan tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan aquos

harus melalui bilik mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal Schlemm.1

Bilik mata depan dibentuk oleh persambungan antara kornea perifer dan iris.

Bagian mata yang penting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini

berada dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang

menghubungkan akhir dari membran descement dan membran bowman, lalu ke

posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanal schlem dan trabekula

sampai ke COA. Limbus terdiri dari dua lapisan epitel dan stroma. Epitelnya dua kali

setebal epitel kornea. Di dalam stroma terdapat serat – serat saraf dan cabang akhir

dari a. Siliaris anterior.1,2,6,7. Pada sudut filtrasi terdapat garis schwalbe yang

merupakan akhir perifer endotel dan membran descement dan kanal schlemm yang

menampung cairan mata keluar ke salurannya. 7

Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari:1,2,6,7

1. Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea

dan menuju ke belakang, mengelilingi kanal schlemm untuk berinsersi pada

9sclera.

2. Scleralspur (insersi dari m. Ciliaris) dan sebagian ke m. Ciliaris meridional.

3. Serabut berasal dari akhir membran descement (garis schwalbe) menuju ke

jaringan pengikat m. Siliaris radialis dan sirkularis.

4. Ligamentum pektinatum rudimenter,berasal dari dataran depan iris menuju ke

depan trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan sclera dan

seluruhnya diliputi endotel.

Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi yang mengelilingi kornea.

Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam terdapat lubang –

lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal

Page 10: Glaukoma

10

schlemn. Dari kanal schlemn, keluar saluran kolektor, 20 – 30 buah, yang menuju ke

pleksus vena di dalam jaringan sclera dan episkelera dan vena siliaris anterior di

badan siliar.2,7

Gambar 1 Anatomi Bilik Mata Depan dan Sudut Filtrasi

3.2 Fisiologi Aquos Humor

3.2.1 Produksi Aquos Humor

Cairan aquos diproduksi epitel non pigmen dari korpus siliaris, tepatnya dari

plasma darah di jaringan kapiler proccesus siliaris. Fungsi Cairan aquos adalah :

Sebagai cairan yang mengisi bilik mata depan, cairan aquos berfungsi untuk menjaga

tekanan intraokuler, memberi nutrisi ke kornea dan lensa dan juga memberi bentuk ke

bola mata anterior. 8

Kecepatan produksi cairan aquos diukur dalam satuan mikroliter per menit

(µL/menit) rata-rata adalah 2,3 µl/menit.2,8 Dalam penelitian didapat bahwa kecepatan

rata-rata aliran cairan aquos pada jam 8.00 – 16.00 berkisar antara 2,75 ± 0.63

µL/menit sehingga didapat batas normal produksi cairan aquos sekitar 1,8 –4,3

µL/menit. Kecepatan ini dalam sehari dapat bervariasi yang disebut dengan variasi

diurnal yaitu kecepatan selama tidur ±1,5 kali lebih cepat dari pada pagi hari.4

Gambar 2 Produksi Aquos Humor

Page 11: Glaukoma

11

3.2.2 Kompisi Aquos Humor

Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan

posterior mata, yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen pada kornea dan

lensa. Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya, yang

bervariasi diurnal, adalah 1,5 – 2 µL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi

daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan plasma kecuali bahwa

cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan

protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.4,5)

3.2.3 Mekanisme Pengaliran Aquos Humor

Humor akuous diproduksi oleh epitel non pigmen dari korpus siliaris dan

mengalir ke dalam bilik posterior, kemudian masuk diantara permukaan posterior iris

menilai sudut pupil. Selanjutnya masuk ke bilik anterior. Humor akuous keluar dari

bilik anterior melalui dua jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur uveosklera

(jalur non trabekula).

Jalur trabekulum (konvensional) 2,8

Kebanyakan humor akueus keluar dari mata melalui jalur jalinan trabekula-kanal

Schlemm-sistem vena. Jalinan trabekula dapat dibagi kedalam tiga bagian : Uveal,

Korneoskleral dan Jukstakanalikular. Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas

jaringan kolagen dan elastis yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk

suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis

schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula

memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor

akues juga meningkat. Akueus bergerak melewati dan diantara sel endotelial yang

membatasi dinding dalam kanal Schlemm. Sekali berada dalam kanal Schlemm,

akueus memasuki saluran kolektor menuju pleksus vena episklera melalui kumpulan

kanal sklera. 1,2,8

Jalur uveosklera (nonkonvensional)

Pada mata normal setiap aliran non-trabekular disebut dengan aliran uveoskleral.

Mekanisme yang beragam terlibat, didahului lewatnya akueus dari camera oculi

anterior kedalam otot muskularis dan kemudian kedalam ruang suprasiliar dan

Page 12: Glaukoma

12

suprakoroid. Cairan kemudian keluar dari mata melalui sklera yang utuh ataupun

sepanjang nervus dan pembuluh darah yang memasukinya. Aliran uveoskleral tidak

bergantung pada tekanan. Aliran uveoskleral ditingkatkan oleh agen sikloplegik,

adrenergik, dan prostaglandin dan beberapa bentuk pembedahan (misal siklodialisis)

dan diturunkan oleh miotikum. 8

Gambar 3 Pengaliran Aquos Humor melalui Jalur Trabekulum dan Uveoskleral

Kecepatan pembentukan cairan aquos dan hambatan pada mekanisme pengaliran

keluarnya menentukan besarnya tekanan intraokuler. Normalnya tekanan di dalam

bola mata berkisar antara 10-20 mmHg.8 Peningkatan tekanan intraokuler dapat

terjadi akibat produksi cairan aquos yang meningkat misalnya pada reaksi peradangan

dan tumor intraokuler atau karena aliran keluarnya yang terganggu akibat adanya

hambatan pada pratrabekular, trabekular atau post trabekular.7

3.3 Definisi Glaukoma

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit neurooptic yang menyebabkan

kerusakan serat optik (neuropati optik), yang ditandai dengan kelainan atau atrofi

papil nervus opticus yang khas, adanya ekskavasi glaukomatosa, serta kerusakan

lapang pandang dan biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan intraokular

sebagai faktor resikonya.

Page 13: Glaukoma

13

Gambar 4 Neuropati optic pada Glaukoma

3.4 Epidemiologi

Diseluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tertinggi,

2% penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma dapat juga

didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih banyak diserang daripada

wanita.2

Diketahui bahwa angka kebutaan di Indonesia menduduki peringkat pertama

untuk kawasan Asia Tenggara. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka

kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% atau sekitar 3 juta orang. Persentase itu

melampaui negara Asia lainnya seperti Bangladesh dengan 1%, India 0,7% dan

Thailand 0,3%.5 Menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran

tahun 1993-1996, kebutaan tersebut disebabkan oleh katarak (0,78%), glaukoma

(0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia

lanjut (0,38%).

3.5 Etiologi

Badan siliar memproduksi terlalu banyak cairan mata sedang pengeluarannya

pada anyaman trabekulum normal (glaukoma hipersekresi).

Hambatan pengaliran pada pupil waktu pengaliran cairan dari bilik mata

belakang kedepan bilik mata depan (glaukoma blockade pupil).

Pengeluaran dari sudut mata tinggi (glaukoma simpleks, glaukoma sudut

tertutup, glaukoma sekunder akibat geniosinekia).(3)

3.6 Faktor Resikoa. Tekanan intarokuler yang tinggi

Page 14: Glaukoma

14

Tekanan intraokulera/bola mata di atas 21 mmHg berisiko tinggi terkena

glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih

rendah sudah dapat merusak saraf optik.

b.Umur

Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2%

dari populasi 40 tahun yang terkena glaukoma

c. Riwayat glaukoma dalam keluarga

Glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita galukoma mempunyai

risiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Risiko terbesar adalah kakak-

beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.

d. Obat-obatan

Pemakaian steroid secara rutin, misalnya pemakaian tetes mata yang

mengandung steroid yang tidak terkontrol dapat menginduksi terjdinya

glaukoma.

e. Riwayat trauma pada mata

f. Riwayat penyakit lain

Riwayat penyakit Diabetes, Hipertensi 9

g. Miopia berbakat unyuk menjadi glaukoma sudut terbuka

h. Hipermetrop berbakat untuk terjadinya glaukoma sudut tertutup

3.7 Patofisiologi

Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sdt humor aquos yang menyuplai

makanan dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa produk sisa keluar dari

mata melalui anyaman trabekulum ke Canalis Schlemm. Pada keadaan normal

tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi cairan mata oleh epitel badan

siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari bola mata. Pada glaukoma tekanan

intraokular berperan penting oleh karena itu dinamika tekanannya diperlukan sekali.

Dinamika ini saling berhubungan antara tekanan, tegangan dan regangan.7

Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus

humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus

Page 15: Glaukoma

15

humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata

depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan

vena episklera.

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel

ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam

retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi

atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2

Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga

disebabkan oleh ; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi

berkas serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang

sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan

intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf

optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.

Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi

cekungan pada papil saraf optik. Serabut atau sel syaraf ini sangat tipis dengan

diameter kira-kira 1/20.000 inci. Bila tekanan bola mata naik serabut syaraf ini akan

tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hilangnya

penglihatan yang permanen. 2,6

3.8 Klasifikasi

3.8.1 Glaukoma Sudut Terbuka Primer

Glaukoma primer sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering

dijumpai. Sekitar 0,4-0,7 % orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3% orang berusia

lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga

glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50%

penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot. Terdapat faktor resiko pada

seseorang untuk mendapatkan glaukoma seperti diabetes melitus, hipertensi, kulit

berwarna dan miopia.1,2,6,8

Gambaran patologik utama pada glaukoma primer sudut terbuka adalah proses

degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam

Page 16: Glaukoma

16

jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan

aquoeus humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.2

Peningkatan tekanan intra-okuler mendahului kelainan diskus optikus dan

lapangan pandang selama bertahun-tahun. Walaupun terdapat hubungan yang jelas

antara besarnya tekanan intra-okuler dengan keparahan penurunan penglihatan, efek

besar tekanan pada saraf optikus sangat bervariasi antar individu. Sebagian orang

dapat mentoleransikan peningkatan tekanan intra-okuler tanpa mengalami kelainan

diskus atau lapangan pandang (hipertensi okuler); yang lain memperlihatkan

kelainan-kelainan glaukomatosa pada tekanan intra-okuler “normal” (glaukoma

tekanan rendah).2

Efek dari peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh waktu dan

besarnya peningkatan tekanan tersebut. Pada glaukoma primer sudut terbuka, TIO

biasanya tidak mencapai di atas 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion retina

berlangsung perlahan, biasanya dalam beberapa tahun (Vaughan, 2000).2,9

Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka primer dan

hubungannya dengan tingginya tekanan intra-okuler masih diperdebatkan. Teori-teori

utama memperkirakan adanya perubahan-perubahan elemen penunjang struktural

akibat tekanan intra-okuler di saraf optikus setinggi lamina kibrosa atau si pembuluh

yang memperdarahi kepala/ujung saraf optikus.

Tekanan intra-okuler yang lebih tinggi saat pertama kali diperiksa berkaitan

dengan penurunan lapangan pandang yang lebih luas. Apabila pada pemeriksaan

pertama dijumpai penurunan lapangan pandang glaukomatosa, resiko perkembangan

lebih lanjut manjadi jauh lebih besar. Karena merupakan satu-satunya faktor resiko

yang dapat diobati, tekanan intra-okuler tetap menjadi fokus terapi. Terdapat bukti

kuat bahwa kontrol tekanan intra-okuler memperlambat kerusakan diskus optikus dan

pengecilan lapangan pandang.

Pada glaukoma primer sudut terbuka tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau

lebih dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang

mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh

Page 17: Glaukoma

17

penderita. Gangguan saraf optik akan terlihat gangguan fungsinya berupa penciutan

lapang pandang.1

Pada waktu pengukuran bila didapatkan tekanan bola mata normal sedang

terlihat gejala gangguan fungsi saraf optik seperti glaukoma mungkin akibat adanya

variasi diurnal. Dalam keadaan ini maka dilakukan uji provokasi minum air,

pilokarpin, uji variasi diurnal, dan provokasi steroid.1,6.

Gejala klinis :

Menahun, sukar untuk menemui gejala dini karena jalan penyakit yang sangat

pelan-pelan (a silent disease)

Hampir selalu penderita datang berobat dalam keadaan penyakit yang sudah

berat.

Hampir selalu bilateral, sering satu mata terkena terlebih dahulu dan

keadaannya sering lebih berat dari mata yang satu lagi.

njeksi siliar umumnya tidak terlihat.

Refleks pupil agak lamban.

Tekanan bola mata meninggi.

KOA mungkin normal dan pada golioskopi terdapat sudut terbuka.

Lapangan pandangan mengecil atau menghilang.

Atropi nervus optikus dan terdapat cupping.

Tes provokasi positif.

“Facility of out flow” menurun. 1,6,8

Page 18: Glaukoma

18

Gambar 5. Glaukoma sudut terbuka, aliran humor aquos melalui normal ini terhalang.

3.8.2 Glaukoma Sudut Tertutup

Glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi 4, yaitu ; glaukoma sudut tertutup akut

primer, glaukoma sudut tertutup subakut, glaukoma sudut tertutup kronik dan iris

plateau. Hanya glaukoma sudut tertutup akut primer yang akan dibahas karena

merupakan suatu kedaruratan oftalmologik.2,3.

Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombé yang

menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat

aliran aquoeus humor dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan

nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan.

Pada glaukoma sudut tertutup , pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil.

Hal ini biasanya terjadi pada malam hari, saat tingkat pencahayaan berkurang. Hal

tersebut juga dapat terjadi pada dilatasi pupil untuk oftalmoskopi.2,8

Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah mengalami penyempitan

anatomik sudut kamera anterior (dijumpai terutama pada hipermetrop). Serangan akut

biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina

yang berkaitan dengan penuaan.

Glaukoma sudut tertutup akut primer ditandai oleh munculnya kekaburan

penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, halo dan mual serta muntah.

Temuan-temuan lain adalah peningkatan mencolok tekanan intraokular, kamera

anterior dangkal, kornea berkabut, pupil terfiksasi berdilatasi sedang dan injeksi

siliaris.1,2,3,8.

Gambar 6. Pada glakuoma sudut tertutup, posisi abnormal iris sehingga memblok aliran humor aquos melewati sudut bilik mata depan (iridocorneal).

3.8.3 Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebabnya. Dapat

Page 19: Glaukoma

19

disebabkan atau dihubungkan dengan keadaan-keadaan atau penyakit yang telah

diderita sebelumnya atau pada saat itu.2,5.

Penyakit-penyakit yang diderita tersebut dapat memberikan kelainan pada 5 :

Badan siliar : luksasi lensa ke belakang

Pupil : seklusio pupil, glaukoma yang diinduksi miotik

Sudut bilik mata depan : goniosinekia.

Saluran keluar aqueous : miopia

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya adalah

penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan perdarahan ke

dalam mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan

peningkatan tekanan intraokuler.8

Pada uveitis, tekanan intraokular biasanya lebih rendah dari normal karena

korpus siliar yang meradang kurang berfungsi baik. Namun juga dapat terjadi

peningkatan tekanan intraokular melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Jalinan

trabekular dapat tersumbat oleh sel-sel radang dari kamera anterior, disertai edema

sekunder, atau kadang-kadang terlibat dalam proses peradangan yang spesifik

diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).2,9

Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan permanen fungsi trabekula,

sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang neovaskularisasi sudut,yang semuanya

meningkatkan glaukoma sekunder.2

3.8.4 Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital (jarang) dapat dibagi menjadi (1) glaukoma kongenital

primer, yang menunjukkan kelainan perkembangan terbatas pada sudut kamera

anterior; (2) anomali perkembangan segmen anterior - sindrom Axenfeld, anomali

Peter, dan sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan kornea juga abnormal;(3)

berbagai kelainan lain, termasuk aniridia, sindrom Sturge-weber, neurofibromatosis,

sindrom Lowe dan rubela kongenital. Pada keadaan ini, anomali perkembangan pada

sudut disertai dengan kelainan okular dan ekstraokular lain.2

Glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir pada 50% kasus, didiagnosis

pada 6 bulan pertama pada 70% kasus dan didiagnosis pada akhir tahun pertama pada

Page 20: Glaukoma

20

80% kasus.2

Gejala paling dini dan paling sering adalah epifora. Dapat dijumpai fotofobia

dan pengurangan kilau kornea. Peningkatan tekanan intraokular adalah tanda

kardinal. Pencekungan diskus optikus akibat glaukoma merupakan kelainan yang

terjadi relatif dini dan terpenting. Temuan-temuan lanjut adalah peningkatan garis

tengah, edema epitel, robekan membran Descemet, dan peningkatan kedalaman

kamera anterior serta edema dan kekeruhan lensa.2

3.9 Pemeriksaan Penunjang

3.9.1 Pemeriksaan Visus

Visus, pada pasien dengan glaukoma, visus turun mulai dari perifer. Visus sentral

baik terutama pada glaukoma sudut terbuka. Sedangkan pada stadium lanjut, visus

sentral akan turun.

3.9.2 Pemeriksaan tekanan bola mata

Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan

tonometer. Dikenal beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz dan tonometer

aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat dilakukan tanpa alat

disebut dengan tonometer digital, dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan

lenturan bola mata (ballotement) dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari

tangan.1,7

1. Digital

Merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak memerlukan

alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata atas, lalu

membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari. Hasil

pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal,

Tn+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan Tn-1 untuk tekanan yang agak rendah.

Tingkat ketelitian teknik ini dianggap paling rendah karena penilaian dan

interpretasinya bersifat subjektif.

2. Tonometer Schiøtz

Page 21: Glaukoma

21

Tonometer Schiøtz ini bentuknya sederhana, mudah dibawa, gampang

digunakan dan harganya murah. Tekanan intraokuler diukur dengan alat yang

ditempelkan pada permukaan kornea setelah sebelumnya mata ditetesi

anestesi topikal (pantokain). Jarum tonometer akan menunjukkan angka

tertentu pada skala. Pembacaan skala disesuaikan dengan kalibrasi dari

Zeiger-Ausschlag Scale yang diterjemahkan ke dalam tekanan intraokuler.

Gambar 7. Pemeriksaan Tonometri Digital dan Schiotz

2. Tonometer aplanasi Goldmann

Alat ini cukup mahal dan tidak praktis, selain itu memerlukan slitlamp yang

juga mahal. Meskipun demikian, di dalam komunikasi internasional, hanya

tonometri dengan aplanasi saja yang diakui. Dengan alat ini, kekakuan sklera

dapat diabaikan sehingga hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat.

Page 22: Glaukoma

22

Gambar 8. Tonometri Aplanasi

3.9.3 Gonioskopi

Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik sudut

bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti

benda asing.1,7 Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens)

di dataran depan kornea setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa ini dapat

digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360 derajat.1

Gambar 9. Pemeriksaan Bilik Mata Depan dengan Gonioskopi

Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran yang

menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:

1. Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.

2. Badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.

3. Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita badan

shier.

4. Trabekulum meshwork

5. Garis Schwalbe, suatu garis putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork.

Gambar 10. Intepretasi Hasil Pemeriksaan Gonioskopi

Derajat lebarnya ukuran sudut dibagi menjadi 5 menurut Sistem Shaffer.

Grade 0 : Sudut antara iris dan kornea tertutup, Bisa dilihat dari tidak

tampaknya Schwalbe's line

Page 23: Glaukoma

23

Grade I : Sudut antara iris dan kornea sebesar 10°, bisa dilihat dari masih

tampaknya Schwalbe's line

Grade II : Sudut antara iris dan kornea sebesar 20°, bisa dilihat dari

tampaknya gambaran Trabecular Meshwork Anterior

Grade III : Sudut antara iris dan kornea sebesar 30°, bisa dilihat dari

tampaknya gambaran scleral spur

Grade IV : Sudut antara iris dan kornea sebesar 40°, bisa dilihat dari

tampaknya korpus siliaris

Dari grading tersebut, grade 0-I menunjukkan resiko tinggi, grade II

menunjukkan resiko sedang, dan grade III-IV menunjukkan resiko ringan.

3.9.4 Pemeriksaan lapang pandang

Berbagai cara untuk memeriksa lapang pandang pada glaukoma adalah layar

singgung, kampimeter dan perimeter otomatis.2

Penting, baik untuk menegagkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan

penyakitnya, juga bagi menentukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu

diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang

masih dini, lapang pandangan perifer belum menujukan kelainan, tetapi lapang

pandangan sentral sudah menunjukan adanya macam – macam skotoma. Jika

glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan kelainan berupa

penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu

dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah –

olah melihat melaliu teropong untuk kemudian menjadi buta.

Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena

gangguan ini dapat terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada

semua penyakit saraf optikus, tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat

progresivitasnya dan hubungannya dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah

khas untuk penyakit ini.2

Gambar 11 Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Perimetri Goldman

Page 24: Glaukoma

24

3.9.5 Pemeriksaan Oftalmoskop

Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang

harus diperhatikan adalah keadaan papil.

Perubahan yang terjadi pada papil dengan

glaukoma adalah penggaungan (cupping)

dan degenerasi saraf optik (atrofi). Jika

terdapat penggaungan lebih dari 0,3 dari

diameter papil dan tampak tidak simetris

antara kedua mata, maka harus diwaspadai

adanya ekskavasio glaukoma.

Gambar 1. Diskus optikus normal.

Lihat batas tegas dari diskus

optikus, demarkasi yang jelas dari

‘cup’, dan warna pink cerah dari sisi

neuroretinal.

Gambar 2. Rasio C/D pada nervus

optikus ini mendekati 0,6.

Hubungan klinis dengan riwayat dari

pasien dan juga pemeriksaan

menunjukkan bahwa nervus optikus

ini abnormal.

Gambar 3. ‘Cup’ nervus optikus

yang bersifat glaukomatous. ‘Cup’

pada nervus optikus ini membesar

sampai 0,8, dan terdapat penipisan

yang khas pada sisi inferior

neuroretinal, terbentuk suatu “takik”.

3.9.6 Uji lain pada glaukoma

Uji Kopi

Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik 15-20

mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.1,7

Uji Minum Air

Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien disuruh

minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap 15 menit. Bila

tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan

pasien menderita glaukoma.1,7

Page 25: Glaukoma

25

Uji Steroid

Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan riwayat glaukoma

simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau deksametason 0,1% 3-4 kali

sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap minggu. Pada pasien berbakat

glaukoma maka tekanan bola mata akan naik setelah 2 minggu.1,7

Uji Variasi Diurnal

Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari penuh, selama 3

hari biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata normal adalah antara

2-4 mmHg, sedang pada glaukoma sudut terbuka variasi dapat mencapai 15-20

mmHg. Perubahan 4-5 mmHg sudah dicurigai keadaan patologik.

Uji Kamar Gelap

Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian pasien

dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir 90 menit

tekanan bola mata diukur. 55% pasien glaukoma sudut terbuka akan

menunjukkan hasil yang positif, naik 8 mmHg.1,7

Uji provokasi pilokarpin

Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi pilokarpin 1%

selama 1 minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya.

3.10 Diagnosa

Diagnosis glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila ditemukan kelainan

- kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang pandang disertai

peningkatan tekanan intraokular, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal,

dan tidak terdapat sebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.

Sekitar 50 % pasien glaukoma sudut terbuka primer memperlihatkan tekanan

intraokular yang normal sewaktu pertama kali diperiksa, sehingga untuk menegakan

diagnosis diperlukan pemeriksaan Tonometri berulang.2

Glaukoma sudut tertutup terjadi bila tekanan intraokular mendadak naik karena

adanya hambatan oleh akar iris pada sudut balik mata depan, yang membendung

semua aliran keluar. Ini terjadi bila secara anatomis sudut bilik mata depan sempit.

Page 26: Glaukoma

26

Glaukoma sudut tertutup ditandai oleh penglihatan yang kabur mendadak diikuti rasa

nyeri hebat dan penampakan lingkaran berwarna pelangi disekitar lampu. Sering

mual-mual dan muntah. Biasanya nyeri pada dan disekitar mata, gejala lainnya antara

lain tekanan intraokular yang sangat tinggi, bilik mata depan yang dangkal, sembab

kornea, tajam penglihatan menurun, pupil yang agak melebar dan tidak bergerak dan

injeksi siliar. Pada funduskopi, papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan

atrofi.1,2,3,8

Selain dari anamnesis diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang yang

dapat dilakukan pada pasien yang diduga glaukoma.

3.11 Diagnosa Banding

Iritis akut dan konjungtivitis harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding

pada glaukoma sudut tertutup bila ada radang mata akut, meskipun pada kedua hal

tersebut di atas jarang disertai bilik mata depan yang dangkal atau tekanan yang

meninggi.

1. Pada iritis akut terdapat lebih banyak fotofobia, tetapi rasa nyerinya kurang jika

dibandingkan dengan glaukoma. Tekanan intraokular normal, pupil kecil dan

kornea tidak sembab. “Flare” dan sel-sel terlihat didalam bilik mata depan, dan

terdapat injeksi siliar dalam (deep ciliary injection).

2. Pada konjungtivitis akut tidak begitu nyeri atau tidak nyeri sama sekali, dan tajam

penglihatan tidak menurun. Ada kotoran mata dan konjungtiva sangat meradang,

tetapi tidak ada injeksi siliar. Reaksi pupil normal, kornea jernih dan tekanan

intraokular normal.2

3. Iridosiklitis dengan glaukoma sekunder kadang-kadang sukar dibedakan.

Goniuskopi untuk menentukan jenis sudut sangatlah membantu. Jika pengamatan

terganggu dengan adanya kekeruhan kornea atau kekeruhan didalam bilik mata

depan, maka untuk memastikan diagnosis bisa dilakukan genioskopi pada mata

lainnya, dan ini sangat membantu.

3.12 Terapi

3.12.1 Medikamentosa

Page 27: Glaukoma

27

Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular

dengan cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk menjernihkan

kornea, menurunkan inflamasi intraokular, miosis, serta mencegah terbentuknya

sinekia anterior perifer dan posterior.

a. Supresi Pembentukan Aquoeus humor

Penghambat adrenergik beta (beta blocker)

Timolol maleat 0,25% dan 0,5%

Betaksolol 0,25% dan 0,5%

Levobunolol 0,25% dan 0,5%

Metipranolol 0,3%

Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,

payah jantung kongestif.

Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi jalan

napas menahun, terutama asma dan defek hantaran jantung.2

Apraklonidin

Suatu agonis adrenergik α2 yang menurunkan pembentukan Aquoeus humor

tanpa efek pada aliran keluar.2

Inhibitor karbonat anhidrase2

Asetazolamid → dosis 125-250 mg sampai 3x sehari peroral atau 500

mg sekali atau 2x sehari atau secara IV (500 mg). Pemberian obat ini

timbul poliuria.

Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni,

granulositopeni, kelainan ginjal.

Metazolamid

Untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil

memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang

sangat tinggi perlu segera dikontrol.

b. Fasilitasi Aliran Keluar Aquoeus humor

Obat parasimpatomimetik2

o Pilokarpin : larutan 0,5-6% diteteskan beberapa kali sehari, gel 4%

Page 28: Glaukoma

28

sebelum tidur.

o Demekarium bromide 0,125% dan 0,25%

o Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%

Meningkatkan aliran keluar Aquoeus humor dengan bekerja pada jalinan

trabekular melalui kontraksi otot siliaris.

Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai meredupnya

penglihatan, terutama pada pasien katarak.

Epinefrin 0,25-2%

Diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran keluar aquoeus humor

dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan Aquoeus humor .

Dipifevrin

Suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi

bentuk aktifnya.

c. Penurunan Volume Korpus Vitreum

Obat-obat hiperosmotik2

Darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum dan

terjadi penciutan korpus vitreum selain itu juga terjadi penurunan produksi

Aquoeus humor . Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam

pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma maligna yang

menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh

perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan penutupan

sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder)

Gliserin (gliserol)

d. Miotik, Midriatik & Sikloplegik

Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut

tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil

penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bombé karena sinekia

posterior.2 Apabila penutupan sudut disebabkan oleh penutupan lensa ke

anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropine) dapat digunakan untuk

melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam

Page 29: Glaukoma

29

usaha untuk menarik lensa ke belakang.2

Penatalaksanaan terbaik untuk glaukoma sudut tertutup adalah pembedahan.

Terapi medikamentosa hanya merupakan pengobatan pendahuluan sebelum penderita

dioperasi. Terapi diberikan sesuai dengan fase penyakit.

Pada fase nonkongestif, penderita diberi golongan parasimpatomimetik, seperti

pilokarpin 2-4% tiap 20-30 menit. Dengan demikian diharapkan lensa yang miosis

akan menyebabkan iris tertarik ke belakang sehingga sudut bilik mata depan terbuka.

Selain itu, bisa juga diberikan golongan inhibitor karbonik anhidrase 3X1 tablet/hari.

Obat-obat ini diberikan sampai tekanan intraokuler menjadi normal. Kemudian ada

dua pilihan terapi yang dapat dilakukan, yaitu tetap memberikan obat

parasimpatomimetik atau melakukan tindakan operasi.11

Pada fase kongestif, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin. Tekanan

intraokuler harus sudah turun dalam 2-4 jam. Jika terlambat 24-48 jam, maka akan

terjadi sinekhia anterior perifer sehingga pengobatan dengan parasimpatomimetik

tidak berguna lagi.

Obat yang biasa dipakai untuk glaukoma sudut tertutup adalah:

a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, setiap menit 1 tetes selama 5

menit. Kemudian diteruskan setiap jam.

b. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 2 tablet.

Kemudian disusul dengan 1 tablet tiap 4 jam.

c. Hiperosmotik: gliserin 50%, 1-1,5 gr/kg yang diberikan per oral.11

Dengan pengobatan seperti di atas, tekanan dapat turun sampai di bawah 25

mmHg dalam waktu 24 jam. Bila tekanan intraokuler sudah turun, operasi harus

dilakukan dalam 2-4 hari kemudian. 12

Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan semaksimal mungkin sehingga

tercapai tekanan intraokuler normal, ekstravasasi tidak bertambah dan lapangan

pandang tidak memburuk. Namun, obat yang diberikan haruslah yang mudah

diperoleh dan mempunyai efek samping yang minimal. 12

Obat yang bisa dipakai untuk glaukoma sudut terbuka adalah :

Page 30: Glaukoma

30

a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, 1 tetes, 3-6 kali sehari atau

eserin 0,25-0,5%, 1 tetes, 3-6 kali sehari

b. Agonis-α: epinefrin 0,5-2%, 1 tetes, 2 kali sehari

c. ß-blocker: timolol maleat 0,25-0,5%, 1 tetes, 1-2 kali sehari

d. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 1 tablet, 4 kali

sehari

Obat-obat ini biasanya diberikan secara tunggal atau bila perlu dapat

dikombinasi. Bila dengan pengobatan tersebut tekanan intraokuler terkontrol dengan

baik, maka penderita harus menggunakan obat tersebut seumur hidup. Kalau tidak

berhasil, frekuensi penetesan atau dosis obat dapat ditingkatkan. 12

3.12.2 Non-Medikamentosa

Glaukoma bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dengan operasi saja.

Keputusan untuk melakukan operasi glaukoma biasanya langsung pada keadaan yang

memang memiliki indikasi untuk dilakukannya operasi, yaitu:

1. Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai.

2. Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif

meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah

dilakukan laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya.

3. Adanya variasi tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan

keruksakan diskus yang berat.

1. Pembedahan

Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos di dalam

sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik filtrasi.

Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan medikamentosa

tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan pembedahan, penglihatan yang

sudah hilang tidak dapat kembali normal, terapi medikamentosa juga tetap

dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi lebih sedikit.

Page 31: Glaukoma

31

a). Trabekulektomi

Merupakan teknik yang

paling sering digunakan. Pada

teknik ini, bagian kecil trabekula

yang terganggu diangkat kemudian

dibentuk bleb dari konjungtiva

sehingga terbentuk jalur drainase

yang baru. Lubang ini akan

meningkatkan aliran keluar cairan

aquos sehingga dapat menurunkan tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan

operasi ini cukup tinggi pada tahun pertama, sekitar 70-90% . Sayangnya di

kemudian hari lubang drainase tersebut dapat menutup kembali sebagai akibat

sistem penyembuhan terhadap luka sehingga tekanan intraokuler akan

meningkat. Oleh karena itu, terkadang diperlukan obat seperti mitomycin-C

and 5-fluorourasil untuk memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa

saja dilakukan beberapa kali pada mata yang sama.

b). Iridektomi perifer

Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian perifer dengan insisi

di daerah limbus. Pada tempat insisi ini, iris dipegang dengan pinset dan

ditarik keluar. Iris yang keluar digunting sehingga akan didapatkan celah

untuk mengalirnya cairan aquos secara langsung tanpa harus melalui pupil

dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Teknik ini biasanya dilakukan

pada glaukoma sudut tertutup, sangat efektif dan aman, namun waktu

pulihnya lama.

c). Sklerotomi dari Scheie

Pada Operasi Scheie diharapkan terjadi pengaliran cairan aquos di bilik mata

depan langsung ke bawah konjungtiva. Pada operasi ini dilakukan pembuatan

flep konjungtiva di limbus atas (arah jam 12) dan dibuat insisi korneoskleral

ke dalam bilik mata depan. Untuk mempertahankan insisi ini tetap terbuka,

Page 32: Glaukoma

32

dilakukan kauterisasi di tepi luka insisi. Kemudian flep konjungtiva ini

ditutup. Dengan operasi ini diharapkan terjadinya filtrasi cairan aquos melalui

luka korneoskleral ke subkonjungtiva.

d). Drainage Implant Surgery

Operasi ini biasanya dilakukan setelah beberapa kali usaha trabeculotomy

gagal. Pada operasi ini, optalmologis menempatkan selang pada anterior

chamber untuk mengalirkan aqueus humour.

2. Laser

Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata

kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke

mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang

meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk

sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan adalah :

a). Laser Iridektomy

Teknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman dan

efektif untuk glaukoma sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat celah kecil

di iris perifer dan mengangkat sebagian iris yang menyebabkan sempitnya

sudut bilik mata depan. Beberapa keadaan yang tidak memungkinkan

dilakukannya laser iridektomy, diantaranya kekeruhan kornea, sudut bilik

mata depan yang sangat sempit dengan jaringan iris yang sangat dekat dengan

endotel kornea, penderita yang pernah menjalani operasi ini sebelumnya

namun gagal dan pada penderita yang tidak bisa diajak bekerja sama.

Gambar 12 : Laser iridektomi.

Pada umumnya komplikasi yang terjadi pada laser iridektomi meliputi

kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan, gangguan visus

Page 33: Glaukoma

33

dan tekanan intra okular meningkat. Kerusakan lensa dihindari dengan cara

menghentikan prosedur dan segera penetrasi iris untuk iridektomi lebih ke superior

iris perifer

b). Laser Peripheral Iridotomy (LPI)

Dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada teknik ini dibuat lubang kecil

di iris perifer sehingga iris terdorong ke belakang lalu sudut bilik mata depan

akan terbuka.

Gambar 13 Laser Irydotomy

c). Laser Trabeculoplasty

Dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Sinar laser (biasanya argon)

ditembakkan ke anyaman trabekula sehingga sebagian anyaman mengkerut.

Kerutan ini dapat mempermudah aliran keluar cairan aquos. Pada beberapa

kasus, terapi medikamentosa tetap diperlukan. Tingkat keberhasilan dengan

Argon laser trabeculoplasty mencapai 75%. Karena adanya proses

penyembuhan luka maka kerutan ini hanya akan bertahan selama 2 tahun.

Page 34: Glaukoma

34

Gambar 14 Laser Trabeculoplasty

d). Neodymium : YAG laser cyclophotocoagulation (YAG CP)

Teknik ini digunakan pada glaukoma sudut tertutup. Caranya dengan merusak

sebagian corpus siliar sehingga produksi cairan aquos berkurang.

Gambar 15 Tindakan Siklodestruksi (Perusakan corpus siliar)

3.13 Komplikasi

Jika penanganan glaukoma pada penderita terlambat dapat mengakibatkan

sinekia anterior perifer dimana iris perifer melekat pada jalinan trabekula dan

menghambat aliran aquoeus humor keluar10.

Lensa kadang-kadang melekat dan membengkak, dan bisa terjadi katarak Lensa

yang membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan menambah

hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut10.

Serangan glaukoma yang hebat dan mendadak seringkali menyebabkan atrofi

papil saraf optik10. Daya tahan unsure-unsur saraf mata terhadap tekanan intraokular

yang tinggi adalah buruk. Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi retina,

terutama pada lapisan sel-sel ganglion

3.14 Prognosa

Page 35: Glaukoma

35

Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Apabila obat

tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum

mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses

penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan

baik.2

Pada glaukoma kongenital untuk kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul dini.

Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat ruptur hanya akibat trauma

ringan.2

BAB VI

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Glaukoma dapat mengenai semua usia tapi paling sering usia di atas 40 tahun.

POAG adalah tipe glaukoma yang paling sering ditemukan.

b. Terdapat beberapa faktor yang diduga terlibat dalam terjadinya glaukoma,

antara lain:Usia, Genetik, Hipertensi, Diabetis mellitus, Kelainan refraksi

yang ekstrim, Trauma pada mata, Penggunaan jangka panjang obat yang

mengandung steroid, TIO yang tinggi, > 21 mmHg, Asimetri TIO dan CDR

kedua mata

c. Patofisiologi glaukoma adalah: 1) produksi cairan aqueus yang berlebihan

dari korpus siliaris, sedangkan pengeluaran pada jalinan trabekular dan

kanalnya normal, 2) hambatan aliran pada pupil sewaktu cairan aqueus

Page 36: Glaukoma

36

melewati kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior, dan 3) pengeluaran

di sudut bilik mata terganggu

d. Penegakan diagnosa POAG berdasarkan anamnesis (kadang tanpa gejala,

penciutan lapang pandang), pemeriksaan fisik (berkurangnya ketajaman

visual) dan pemeriksaan penunjang (perimetri, tonometri, oftalmoskop,

biomikroskopi, gonioskopi, OCT, fluorescein angiography dan

stereophotogrammetry of the optic disc).

e. Penatalaksanaan glaukoma meliputi terapi medikamentosa, laser dan bedah

dengan indikasi, kontraindikasi dan efek samping masing-masing.

4.2 Saran

Pemberian KIE kepada masyarakat mengenai perjalanan penyakit glaucoma

serta komplikasi yang dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001. hal : 172-9,220-

4.

2. Vaughan DG, Eva RP, Asbury T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika.

Jakarta. 2000.hal : 220-38.

3. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. hal

: 97-100.

4. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG,

Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 14 ed. Jakarta. Widya Medika.

1996

5. Friedmand NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Ophtalmology. Philadelphia. Elsevier

Page 37: Glaukoma

37

Saunders. 2002

6. Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit

FKUI. Jakarta. 2000. hal : 155-72.

7. Ilyas S. Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit

FKUI. Jakarta. 2000. hal : 117-37.

9. Kanski J J. Atlas Bantu Oftalmologi. Hipokrates. Jakarta 1992. hal : 51-7.

10. Ilyas S. et all. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa

kedokteran. Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta. 2001. hal : 254-9.

11. Ilyas S. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto. Jakarta. 2001. hal : 54-7.

12. Gerhard KL, Oscar, Gabriele, Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook.

Second edition. Thieme Stuttgart : New York. 2007.

13 Jelita R. 2010, Glaukoma Si Pencuri penglihatan.(online)

http://www.pucebebe.com/healthUpdateView.php/view/Nw== Diakses tanggal 9

Oktober 2010