21
A. LATAR BELAKANG Glaukoma merupakan salah satu kelainan pada mata yang menyebabkan kerusakan struktur dan fungsional saraf mata. Kerusakan yang terjadi dapat terjadi secara mendadak maupun perlahan bergantung pada tekanan intra okular. Tidak banyak orang yang tahu tentang glaukoma, karena penyakit ini masih kalah terkenal dibandingkan dengan katarak. Padahal saat ini glaukoma menjadi penyebab kebutaan no.2 hampir di seluruh dunia, dan menjadi penyebab kebutaan permanen (ireversibel) terbesar di dunia. Dari data WHO tahun 2010, diperkirakan 39 juta orang di dunia menderita kebutaan dan glaukoma menyumbang sebesar 3,2 juta. Perawatan dan pengobatan yang tepat akan menghindari komplikasi kesehatan. B. DEFINISI Glaukoma berasal dari bahasa Yunani Glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Seda & Harmen, 2007). Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa adanya neuropati optik glaukomatosa bersamaan dengan defek atau gangguan penyempitan lapang pandang yang khas disertai dengan kenaikan tekanan bola mata (Soeroso, 2007). Definisi lain menurut Oktariana (2014) 1

glaukoma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

glaukoma LP

Citation preview

ABA [APLLIED BEHAVIOUR ANALIAIS]

A. LATAR BELAKANG

Glaukoma merupakan salah satu kelainan pada mata yang menyebabkan kerusakan struktur dan fungsional saraf mata. Kerusakan yang terjadi dapat terjadi secara mendadak maupun perlahan bergantung pada tekanan intra okular. Tidak banyak orang yang tahu tentang glaukoma, karena penyakit ini masih kalah terkenal dibandingkan dengan katarak. Padahal saat ini glaukoma menjadi penyebab kebutaan no.2 hampir di seluruh dunia, dan menjadi penyebab kebutaan permanen (ireversibel) terbesar di dunia. Dari data WHO tahun 2010, diperkirakan 39 juta orang di dunia menderita kebutaan dan glaukoma menyumbang sebesar 3,2 juta. Perawatan dan pengobatan yang tepat akan menghindari komplikasi kesehatan. B. DEFINISI

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani Glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Seda & Harmen, 2007). Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa adanya neuropati optik glaukomatosa bersamaan dengan defek atau gangguan penyempitan lapang pandang yang khas disertai dengan kenaikan tekanan bola mata (Soeroso, 2007). Definisi lain menurut Oktariana (2014) menyatakan Glaukoma adalah penyakit yang menyerang saraf mata (optic nerve) manusia, hingga terjadi kerusakan struktur dan fungsional saraf yang bersesuaian. Kerusakan tersebut dapat terjadi secara mendadak atau perlahan tergantung pada tekanan bola mata penderitanya. Kerusakan yang terjadi akan menyebabkan gangguan penglihatan hingga akhirnya menyebabkan kebutaan permanen

Jadi galukoma adalah kelainan mata yang menyerang saraf mata ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga mengakibatkan kebutaanC. ETIOLOGI

Glaukoma dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dan ekskresi aliran aqueous humor. Beberapa faktor resiko predisposisi terjadinya glaukoma adalah tekanan darah tinggi, diabetes melitus, pertambahan usia, dan paska bedah Oktariana (2014).D. Klasifikasi1. Glaukoma primer

Glaukoma sudut terbuka

Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yangg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnosa dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul (Corwin, 2009) .

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. 2. Glaukoma sekunder

Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.

Perubahan lensa

Kelainan uvea

Trauma

bedah

E. Tanda dan Gejala

Glaukoma akut ditandai dengan nyeri mata hebat dan gangguan lapang pandang yang mendadak. Individu seperti melihat pelangi pada benda, mual dan muntah. Sedangkan galukoma kronis ditandai dengan penurunan secara lambat ketajaman penglihatan, penglihatan kabur, sakit kepala, nyeri mata, mata merah (Corwin, 2009)F. Patofisiologi

Tekanan bola mata dapat meningkat akibat adanya hambatan aliran aciran di dalam bola mata yang disebut akuos humor. Cairan ini diproduksi di dalam mata untuk memberikan nutrisi pada jaringan di dalam mata, setelah itu cairan tersebut akan dikeluarkan melalui saluran yang disebut trabekulum dan akhirnya keluar dari dalam mata dan diserap oleh jaringan di sekitarnya. Apabila aliran keluar cairan ini terganggu (seperti saluran air yang tersumbat), maka akan terjadi penumpukan cairan di dalam mata, sehingga tekanan mata akan meningkat. Penyumbatan yang terjadi secara mendadak akan menyebabkan gangguan aliran yang berat dan tekanan mata akan sangat tinggi (glaukoma akut). Penyumbatan yang terjadi secara perlahan akan menyebabkan peningkatan tekanan mata yang perlahan pula (glaukoma kronik) Pada glaukoma sudut terbuka, kelainan dapat terjadi padda jalinantrabekular sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intraokular meningkat karena adanya hambatan outflow humor aquos akibat kelainan mikroskopis pada jaringan trabekular. Pada glaukoma susut tertutup jalinan trabekuar normal sedangkan tekanan intraokular meningkat karena adanya obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow aquos humor terhambat saat menjangkau jalinan trabekular (Amra, 2007).

G. Pemeriksaan Penunjang(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) :

(2) Lapang penglihatan

(3) Pengukuran tonografi: Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)

(4) Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.

(5) Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma. H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan glaukoma menurut Amra (2007) antara lain :

a. Terapi Medikamentosa

1) Agen osmotik

Agen osmotik untuk menurukan tekanan inta okular. Pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis.

Gliserin : dosis 1-,5 gr/Kg BB dalam 50% cairan apat menurunkan tekanan intra okular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian. Pemberian glierin dapat mengakibatkan hiperglikemi dan dehidrasi

Manitol : dosis 22gr/Kg BB dalam 50% cairan puncak efektif hipotensif okular terlihat dalam -3 jam dan berakhir dalam 3-5 jam

2) Karbonik anhidrse inhibitor

Asetazolamid : pengobatan darurat pada glaukoma akut. Efeknya menurunkan tekanan intra okular dengan menghambat produksi aqeou humor. Dosiss 2 x 250 mg oral.

3) Miotik kuat

Pilokarpin 2% atau 4% setiap 115 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi untuk serangan awal glaukoma akut

4) Beta bloker

Terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut tertutup, dengan mengurangi produksi aqeous humor.

5) Apraklonidin

Agen alfa2-agonis yang efektif untuk hipertensi okular.

b. Observasi respon terapi

Periode penting untuk melihat respon terapi, tindakan observasi meliputi :

Monitor ketajaman visus, edema kornea, dan ukuran pupil

Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit

Periksa sudut dengan gonioskopi

c. Parasintesis

Teknik parasistesis digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengeluarkan cairan aqeous humor.

d. Bedah laser

Laser iridektomi

Indikasi : iridektomi diindikasikan pada keadaan glaukoma ssudut tertutup dengan blok pupil.

Kontraindikasi : tidak dapat dilakukan pada mata rubeosis iridiss karena dapat menyebabkan perdarahan

Pertimbangan sebelum operasi : sebelum dilakukan operasi diberikan terapi inisial gliserin topikal untuk memperbaiki edema kornea, agar mudah mempenetrasi kripta iris.

Perawatan sssetelah operasi : perdarahan dapat terjadi di tempat iridektomi. Pada perdarahan ringan dapat diatasi dengan terapi antikoagulasi. Namun pada pasien yang mengalami gangguan pembekuan darah dapat diatasi dengan argon laser. Apabila terjadi inflamasi dapat disembuhkan dengan menggunakan kortikosteroid topikal

Laser iridoplasti

Tindakan alternatif jika tekanan intraokular gagal diturunkan secara intensif dengan terapi medikamentosa. Proses iridoplasti untuk membakar iris agar otot spingter berkontraksi, sehingga iris bergesser kemudian sudutpun terbuka.

e. Bedah insisi

1) Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser iridektomi :

Pada situasi iris tidak dapat dengan jelas karena edema kornea, hal ini sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4-8 minggu

Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas

Pasien yang tidak kooperatif

Tidak tersedianya peralatan laser

2) Trabekulektomi

Indikasi tindakan trabekulektomi dilakukan pada glaukoma akut yang berat, kegagalan iridektomi perifer, galukoma primer sudut tertutup.

f. Ekstraksi lensa

Apabila blok pupil terlihat jelas berhubungan dengan katarak, ekstraksi lensa dapat dipertimbangkan sebagai prosedur utama.

I. Pengkajian1). Pengkajian

a) Aktivitas / Istirahat:

Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b) Makanan / Cairan

:

Mual, muntah (glaukoma akut)c) Neurosensori

:

Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).

Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda

:

Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.

Peningkatan air mata.

d) Nyeri / Kenyamanan:

Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)

Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).e) Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.

Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.

Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

J. PATHWAY GLAUKOMA

Usia > 40 th

DM

Kortikosteroid jangka panjang

Miopia

Trauma mata

Obstruksi jaringan

peningkatan tekanan

Trabekuler

Vitreus

Hambatan pengaliran

pergerakan iris kedepan

Cairan humor aqueous

TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik

tindakan operasi

Perubahan penglihatan

Perifer

Kebutaan

K. Nursing Care Plan

DiagnosaNOCNICRasional

Nyeri akut/ kronis b.d agen injuri biologis

Pain level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x24 jam,

1. level nyeri menurun dengan indikator:

a. Melaporkan nyeri (5)

b. Penurunan nafsu makan (5)

b. Ekspresi nyeri pada wajah (5)

2. nyeri dapat dikontrol dengan indikator:a. Onset nyeri berkurang (5)

b. Melaporkan perubahan gejala nyeri (5)

c. Melporkan nyeri dapat dikontrol

Keterangan:

1 (sangat berat)

2 (berat)

3 (sedang)

4 (ringan)

5 (tidak ada)

Pain management:

1. Monitoring nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam4. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.

1. Monitoring nyeri dilakukan untuk mengkaji nyeri, sajuah mana nyeri teratasi. Jika dengan tindakan yang sudah diberikan nyeri tetap tidak teratasi atau bertambah maka perlu dikaji ulang apakah ada penyebab lain dari nyeri

2. Observasi reaksi nonverbal adalah salah satu cara untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien sebelumnya, dan dari reaksi verbal ini dapat ditentukan skala nyeri dengan nyata

3. Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi nyeri. Dimana obat nyeri ini biasanya menghambat pengeluaran prostaglandin yang dapat menimbulkan rasa nyeri.

Ansietas b.d perubahan status kesehatanAnxiety control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . x 24 jam, pasien dapat mengontrol cemas dengan baik dengan indikator:

1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas (5)

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas (5)

3. Vital sign dalam batas normal (5)

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan (5)

Keterangan:

1 (sangat berat)

2 (berat)

3 (sedang)

4 (ringan)

5 (tidak ada)Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)1. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, prognosis penyakit2. Monitoring tanda-tanda vital3. Ajarkan pasien menggunakan teknik relaksasi

4. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan1. Memberikan informasi mengenai diagnosis dan tindakan yang akan dilakukan dapat menurunkan tingkat cemas karena pasien mengetahui dan mempunyai gambaran dengan apa yang akan terjadi. Semakin banyak informasi yang pasien dapatkan maka akan semakin menurunkan tingkat kecemasan

2. Kecemasan dapat mempengaruhi tanda-tanda vital seperti meningkatkan tekanan darah, rr, nadi dan suhu. Monitoring TTV ini sangat dibutuhkan pada pasien yang akan menjalani operasi.

3. Teknik relaksasi dapat menurunkan kecemasan karena dengan santai dan tidak tegang fokus pikiran bisa lebih melebar tidak hanya fokus pada diri sendiri4. Kolaborasi pemberian obat antidepresan jika cemas sangat tinggi dan sulit untuk diturunkan dengan teknik relaksasi.

Gangguan sensori persepsi penglihtanPenggunaan penglihatan yang optimal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . x 24 jam, pasien dapat mempertahankan penglihatan indikator:

1. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan

2. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.

1. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan

2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan

3. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan

4. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

1. Derajat kehilangan penglihatan akan mnentukan intervensi yang tepat2. Pemberian keperawatan akan lebih optimal berdasarkan respon kesehatan pasien

3. Modifikasi lingkungan penting untuk menghindari resiko cidera

4. Obat dapat mengurangi gejala ketidaknyamanan dan penyebab dari masalah kesehatan sesuai dengan indikasinya

Resiko Cidera berhubungan dengan penuruan penglihatanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama . x 24 jam, pasien dapat mengontrol resiko cidera dengan indikator:

1. Mengidentifikasi bahaya lingkunagn

2. Mengidentifikasi tindakan pecegahan

1. Kaji adanya faktor resiko cedera2. Lakukan modifikasi lingkungan3. Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien1. Mengetahui adanya faktor-faktor resiko cidera dapat meminimalisir kondisi yang membahayakan2. Modifikasi lingkungan dapat membantu klien untuk melakukan aktivitasnya secara aman

3. Keluarga membantu pemenuhan kebutuhan ADL paasien

DAFTAR PUSTAKACorwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Amra, Aryani A. (2007). Penatalaksanaan Glaukoma Akut. Terdapat dalam repository.usu.ac.idOktariana, V. (2014). Glaukoma. Terdapat dalam www.lkc.or.idSeda, H., Harmen. (2007). Gambaran sudut trabekula pada glaukoma primer sudut tertutup. Terdapat dalam repositiry.unand.ac.id

Soeroso, A. (2007). The Role of IL-1- cytokin in increased intraocular pressure on primary open angle glaucoma. Jurnal Oftalmologi Indonesia vol 5 no 2.

Nyeri

Gangguan persepsi sensori penglihatan

Anxietas

Resiko cidera

PAGE 13