Upload
others
View
6
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI RUMAH SAKIT KANKER
DHARMAIS JAKARTA BARAT
Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan
OLEH :
LISNAWATI
NIM : 106104003489
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Ujian Skripsi dengan Judul
GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS
JAKARTA BARAT TAHUN 2010
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH LISNAWATI
NIM 106104003489
Pembimbing I Pembimbing II
Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep Bambang P. Cadrana, S.KM, M.KM NIP . 150408677 NIP. 19690205 199403 1 003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
i
SKRIPSI DENGAN JUDUL GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI
DEPRESI DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA BARAT TAHUN 2010
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :
Nama : Lisnawati NIM : 106104003489
Jakarta, 5 Oktober 2010
Pembimbing I Pembimbing II Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep Bambang P. Cadrana, S.KM, M.KM NIP . 150408677 NIP. 19690205 199403 1 003 Penguji I Penguji II Penguji III Ita Yuanita,SKp,MKep Bambang P. Cadrana,SKM,MKM Ernawati,SKep,MKep NIP. 150408677 NIP. 19690205 199403 1 003 NIP. 150368771
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp. And.
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memeperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini buka karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 September 2010
Lisnawati
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lisnawati
Tempat/Tgl lahir : Tangerang, 1 Juli 1988
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. KH. A. Dahlan, Rt 05 Rw 02 No.11
Desa Petir, Kec. Cipondoh-Tangerang 15147
Riwayat pendidikan :
1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal, Tangerang (1993-1994)
2. SD Negeri Petir 01, Tangerang (1994-2000)
3. SLTP Muhammmadiyah 04, Tangerang (2000-2003)
4. SMA Negeri 94, Jakarta Barat (2003-2006)
5. S-1 Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2006-2010)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Ibunda tercinta “Nusroh”, terimakasih sebesar-besarnya atas segala do’a yang tak henti
dipanjatkan, curahan kasih sayang, kesabaran, pengorbanan serta motivasi yang selama
ini Beliau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh
semangat.
2. Ayahanda “Maswadi”, terimakasih sebesar-besarnya atas do’a yang senantia menyertai
dalam setiap langkah penulis, dorongan moril dan materiil yang diberikan, dan seuntaian
kasih sayang.
3. Bapak/Ibu Dosen PSIK-FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas
segala bekal ilmu, dan motivasi serta bimbinganmu, baik secara moril maupun materiil
dan spiritual yang telah kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
perkuliahan dengan baik dan lancar.
4. Kakak-kakakQu tercinta (A’ Yoyon, K’ Lian, dan K’ Dede), terimakasih atas semua
kasih sayang, motivasi dan doa yang kalian panjatkan untuk penulis... U r the best sister
& brother.
5. Senja yang selalu memberi semangat, nasehat, doa yang tulus, setia menemani selama
bimbingan dan penelitian, selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis...terima kasih
untuk perhatian & kesetiannya.
6. Sahabat karibQu (Ade), terimakasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis
sejak awal memasuki dunia kampus hingga saat ini.
v
7. Kawan-kawan di hunian Semanggi II (Fatimah, Ica, Mba Hayyul, Mba Ida, Dina,
Nova dll), terimakasih atas semua motivasi, kebersamaan, dan sambutan kehangatan
yang diberikan.
8. Teman-teman PSIK-FKIK’06 yang tak bisa Qu sebutkan semua, terimakasih banyak
atas motivasinya & semoga kompak selalu...bersama kita bisa
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, September 2010
Lisnawati, NIM : 106104003489
Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi di Rumah
Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat Tahun 2010
xx + 88 halaman + 6 tabel + 5 bagan + 5 lampiran
ABSTRAK
Data RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 2007 hingga 2008 mencatat persentase kenaikan kejadian kanker payudara yaitu sekitar 24% (Khayan, 2009). Tingginya kasus kanker payudara tersebut berdampak pada tingginya kasus mastektomi di RS Kanker Dharmais yaitu terdapat 148 kasus pada bulan Januari hingga Juni 2010. Hal ini akan berdampak pula pada peningkatan kejadian depresi dimana angka kejadiannya mencapai 16 sampai 25% pada penderita kanker (Miller, 2008) dan meningkat dengan semakin parahnya kecacatan yaitu dengan prevalensinya 75% (Konginan, 2008). Oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk menggali secara mendalam latar belakang wanita post mastektomi yang mengalami depresi meliputi karakteristik wanita post mastektomi yang mengalami depresi dan faktor-faktor penyebab depresi pada wanita post mastektomi melalui pendekatan fenomenologis dan metode riset kualitatif dengan jumlah informan yaitu empat pasien kanker payudara setelah 2 minggu - 1 bulan mastektomi dan keluarganya, perawat, psikiatri diwawancarai. Hasil penelitian ini didapatkan beberapa hal yang melatarbelakangi depresi pada wanita post mastektomi yaitu 1) kehilangan keterikatan fisik dan psikis; 2) cara berpikir negatif; 3) ketegangan peran; 4) dukungan sosial dan spiritual; 5) nyeri post mastektomi dan ketersediaan biaya untuk pengobatan. Saran: 1) keluarga sebaiknya membangun pikiran positif pasien, mengoptimalkan peran yang dijalankan sesuai kemampuan pasien, memberikan dukungan spiritual; 2) RS Kanker Dharmais dapat memberikan terapi kognitif dan melakukan penanganan nyeri baik secara farmakologis maupun non farmakologis; 3) pemerintah sebaiknya melakukan jaminan pembebasan biaya secara utuh bagi pasien post mastektomi yang menggunakan askes ataupun SKTM dan harus melakukan kemoterapi. Daftar bacaan : 35 (1989-2010)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PROGRAM STUDY NURSING
Undergraduated Thesis, September 2010
Lisnawati, NIM : 106104003489
The Background of Post Mastectomy Women Who Have Experience Depression
In Dharmais Cancer Hospital West Jakarta In 2010
xx + 88 pages + 6 tables + 5 scheme + 5 appendixs
ABSTRACT The Dharmais Cancer Hospital Jakarta in 2007 until 2008 recorded a percentage increase in incidence of breast cancer is about 24% (Khayan, 2009). Breast cancer cases were high impacted on the high mastectomy cases in which there were 148 cases on January to June 2010 in the Dharmais Cancer Hospital. This will impacted the increasing incidence of depression in which the number of events reached 16 to 25% in patients with cancer (Miller, 2008) and increased with increasing severity of disability with a prevalence and increased with increasing severity of disability with a prevalence of 75% (Konginan, 2008). Therefore, the purpose of the study was to explore the background of post-mastectomy women who have experience depression include the characteristics of post mastectomy women who have experience depression and the factors that caused depression in women post mastectomy with used a phenomenological and qualitative research methods with a number of informants, four patients with breast cancer after 2 weeks - 1 month mastectomy and his family, nurse, psychiatric were interviewed. Result of research got a few things that the background for post-mastectomy depression in women: 1) loss of both physical and psychological attachment; 2) negative thinking; 3) role strain; 4) social and spiritual support; 5) post mastectomy pain and the availability of cost for treatment. Suggestions: 1) the family should build thoughts positive patients, assist patients in spiritual and optimizing the role that is run according to the ability of the patient; 2) Dharmais Cancer Hospital can provide cognitive therapy and pain management, both pharmacological and non pharmacological; 3) government should make bail for the full cost of post-mastectomy patients who use health insurance or SKTM and had to do chemotherapy. References : 35 (1989-2010)
viii
KATA PENGANTAR
بسم االله ار حمن الرحيم
السلا م عليكم و ر حمة االله و بر آا ته
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Latar Belakang
Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta Barat Tahun 2010”. Salawat dan salam juga tercurah bagi junjungan dan suri
tauladan kita, Nabi Muhamad SAW.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. (Hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan.
2. Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.
3. Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
4. Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku Dosen pembimbing I dan Penasehat Akademik
yang telah memberikan waktu dan arahan, dalam membimbing untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bambang P. Cadrana, S.KM, M.KM selaku Dosen pembimbing II yang telah
memberikan waktu dan arahan, dalam membimbing untuk menyelesaikan skripsi
ini.
ix
6. Bapak / ibu dosen jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah
memberikan ilmu yang sangat berguna khususnya bagi peneliti dan mahasiswa
keperawatan pada umumnya.
7. Seluruh Staf karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK
UIN Jakarta).
8. Pihak Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, yang telah memberikan izin tempat
untuk penelitian.
9. Ayahanda, Ibunda dan kakak-kakakku tercinta yang telah mencurahkan semua
kasih sayang dan senantiasa mendo’akan dan memberikan dorongan baik moril,
materiil maupun spiritual kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa PSIK’06 dengan rasa kebersamaan dan sepenanggungan
senantiasa memberikan semangat dan do’a.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis berdo’a semoga semua kebaikan yang telah kalian berikan mendapat
balasan dari Allah SWT. Terakhir, kiranya penyusun berharap semoga skripsi ini
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.
و ا لسلا م عليكم و ر حمة ا الله و بر آا ته
Jakarta, Sepetember 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………...…...i
LEMBAR PENGESAHAN..……………………………………………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………...iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….....…........…..iv
PERSEMBAHAN……………………………………….....…........…......................v
ABSTRAK ………………………………………………………..…………...…....vii
ABSTRACT………………………………………………………..…………...….viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………..……..…....ix
DAFTAR ISI………………………………………………………...………..….….xi
DAFTAR TABEL……………………………………………..……………...........xvi
DAFTAR BAGAN…………………………………………..………….….....…...xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………….…………………….....xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Pertanyaan Penelitian.........................................................................................4
D. Tujuan Penelitian...............................................................................................5
1. Tujuan umum………………………………………….…..…….…...........5
2. Tujuan khusus..............................................................................................5
xi
E. Manfaat Penelitian.............................................................................................5
F. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker payudara...............................................................................................7
1. Pengertian Kanker Payudara......................................................................7
2. Etiologi Kanker Payudara..........................................................................7
3. Patologi Kanker Payudara..........................................................................8
4. Manifestasi Klinis Kanker Payudara..........................................................9
5. Klasifikasi Stadium Kanker Payudara......................................................10
6. Penatalaksanaan Kanker Payudara...........................................................11
7. Prognosis Kanker Payudara......................................................................13
B. Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Payudara..............................................13
1. Pengkajian.................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................14
a. Preoperatif ..........................................................................................14
b. Pascaoperatif ......................................................................................14
3. Masalah Kolaboratif ................................................................................14
4. Perencanaan Keperawatan .......................................................................14
a. Praoperatif ..........................................................................................15
b. Pascaoperatif ......................................................................................15
C. Respon Psikologis terhadap Kehilangan .......................................................17
1. Kehilangan dan Berduka .........................................................................17
2. Depresi ....................................................................................................19
xii
a. Pengertian Depresi ...........................................................................19
b. Penyebab Depresi .............................................................................19
c. Klasifikasi Depresi............................................................................25
d. Gejala Depresi...................................................................................25
e. Dampak Depresi................................................................................27
f. Pengukuran Depresi..........................................................................27
g. Tingkatan Depresi.............................................................................28
h. Penatalaksanaan Depresi...................................................................29
D. Penelitian Terkait..........................................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep..........................................................................................33
B. Definisi Istilah...............................................................................................34
BAB IV METODOOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian...........................................................................................37
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................................37
C. Instrumen Penelitian......................................................................................38
D. Informan Penelitian.......................................................................................39
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................................41
F. Validasi Data.................................................................................................43
G. Teknik Analisa Data......................................................................................44
H. Etika Penelitian..............................................................................................45
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat.................47
xiii
1. Sejarah Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat............................47
2. Visi, Misi, dan Moto Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Barat........................................................................................................49
B. Hasil Penelitian..............................................................................................49
1. Karakteristik Informan............................................................................50
a. Informan Utama.................................................................................51
b. Informan Pendukung.........................................................................52
2. Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang
Mengalami Depresi..................................................................................53
a. Gambaran Kehilangan Keterikatan....................................................53
b. Gambaran Cara Berpikir Negatif.......................................................55
c. Gambaran Ketegangan Peran.............................................................57
d. Gambaran Dukungan Sosial...............................................................59
e. Penyebab Lain yang Muncul..............................................................61
3. Hasil Wawancara Bersama Informan Pendukung...................................63
1. Psikiatri..............................................................................................63
2. Perawat..............................................................................................64
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian.................................................................................65
B. Hasil Penelitian..............................................................................................65
1. Karakteristik Informan............................................................................65
a. Usia....................................................................................................65
b. Jenis Kelamin.....................................................................................66
xiv
c. Penghasilan Keluarga........................................................................66
d. Riwayat Pernikahan dan Pekerjaan...................................................67
2. Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang
Mengalami Depresi.................................................................................67
a. Gambaran Kehilangan Keterikatan...................................................68
b. Gambaran Cara Berpikir Negatif......................................................69
c. Gambaran Ketegangan Peran............................................................74
d. Gambaran Dukungan Sosial..............................................................75
e. Penyebab Lain yang Muncul.............................................................77
1) Nyeri Post Mastektomi................................................................77
2) Ketersediaan Biaya Untuk Pengobatan.......................................80
3) Dukungan Spiritual......................................................................81
3. Pandangan Informan Pendukung Psikiatri...............................................83
4. Hasil Observasi........................................................................................84
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................88
B. Saran.............................................................................................................89
1. Keluarga.................................................................................................89
2. Rumah Sakit Kanker Dharmais..............................................................90
3. Pemerintah.............................................................................................90
4. Peneliti Selanjutnya...............................................................................90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Karsinoma Mamae ........................................................8
Tabel 2.2 Klasifikasi Stadium Klinis ............................................................10
Tabel 4.1 Pengumpulan Data Untuk Uji Coba Pedoman Wawancara
di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan .............................................40
Tabel 4.2 Pengumpulan Data Penelitian Sebenarnya di RS Kanker
Dharmais Jakarta Barat .................................................................40
Tabel 5.1 Karakteristik Informan ..................................................................52
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Pendukung ...............................................53
xvi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
Bagan 2.1 Tahap Kehilangan dan Berduka ......................................................18
Bagan 2.2 Model Adaptasi Stres Stuart yang Dikaitkan dengan
Respon Emosi .................................................................................23
Bagan 2.3 Model Kerentanan-Stres .................................................................24
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................33
Bagan 6.1 Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi
.........................................................................................................82
xvii
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin melakukan penelitian di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat
2. Pedoman Wawancara Mendalam
3. Lembar Persetujuan Informan
4. Lembar Observasi
5. Hasil Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati (Bogdan & Taylor, 1975 : 5 dalam Moleong, 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran,
interaksi dan kelompok (Patilima, 2005). Melalui pendekatan ini diharapkan
dapat menggali informasi secara mendalam tentang latar belakang wanita post
mastektomi yang mengalami depresi.
B. Lokasi dan Waktu penelitian
Sebelum pelaksanaan penelitian yang sebenarnya, peneliti akan melaksanakan
uji coba di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada bulan Mei. Penelitian
sebenarnya dilaksanakan di RS Kanker Dharmais Jakarta Barat pada bulan Juni
s.d Agustus 2010 dengan jumlah informan 4. Alasan peneliti memilih Rumah
Sakit Kanker Dharmais karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus
kanker dan insiden kanker payudara dan mastektomi di rumah sakit ini cukup
tinggi.
38
C. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data yang dapat
memperkuat hasil penelitian. Pada pendekatan kualitatif instrumen utama dalam
pengumpulan data adalah peneliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat
pencatat dan alat perekam (tape recorder). Wawancara berguna jika
informan tidak dapat diamati secara langsung. Penggunaan alat perekam
paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Keuntungannya dapat
diamati dan didengar secara berulang sehingga apa yang diragukan dalam
penafsiran data secara langsung dapat dicek, dapat dianalisis kembali oleh
peneliti, memberikan dasar untuk pengecekan. Kelemahannya berupa
memakan waktu, dan biaya.
2. Observasi (pengamatan)
Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang mengharuskan
peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan
ruang, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan
perasaan. Keuntungan metode ini adalah peneliti mendapat informasi
langsung dari informan.
39
D. Informan Penelitian
Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive)
dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy).
Mengacu pada prinsip tersebut, maka sumber informasi atau informan dalam
penelitian ini adalah:
1. Informan
Informan ini terdiri dari wanita yang mengalami mastektomi dengan
jumlah 4 orang. Dengan kriteria:
a. Wanita post 2 minggu – 1 bulan mastektomi yang mengalami
depresi ringan hingga sedang saat dilakukan pengumpulan data
b. Dapat berkomunikasi dengan baik
2. Informan Pendukung
a. Keluarga klien
b. Dokter spesialis jiwa (psikiatri)
c. Perawat
40
Tabel 4.1 Pengumpulan Data untuk Uji Coba Pedoman Wawancara
di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan
Sumber informasi Metode Jumlah Kriteria Tempat Informan 1. Klien yang
mengalami mastektomi
Wawancara Mendalam
dan Observasi
2 1. Wanita post 2 minggu – 1 bulan mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang
2. Dapat berkomunikasi dengan baik
RSUP Fatmawati
Jakarta Selatan
Informan Pendukung 1. Keluarga klien
2. Perawat
WM
WM
2 1
Anggota keluarga atau orang terdekat klien Perawat bedah yang merawat klien
Tabel 4.2 Pengumpulan Data Penelitian Sebenarnya
di RS Kanker Dharmais Jakarta Barat
Sumber informasi Metode Jumlah Kriteria Tempat Informan 1. Klien yang
mengalami mastektomi
Wawancara Mendalam
dan Observasi
4 1. Wanita 2 minggu - 1 bulan post mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang
2. Dapat berkomunikasi dengan baik
Informan Pendukung 1. Keluarga klien
2. Dokter 3. Perawat
WM
WM
WM
4
1
1
Anggota keluarga atau orang terdekat klien Dokter spesialis jiwa (psikiater) atau psikolog Perawat bedah yang merawat klien
RS Kanker
Dharmais Jakarta Barat
41
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpul data
Pengumpulan data dilaksananakan pada bulan Mei s.d Agustus 2010.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu teman mahasiswa
untuk tugas mencatat dengan metode wawancara mendalam dan observasi.
Wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara dilakukan
kepada informan.
2. Tahap pengumpulan data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin
penelitian kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya mengadakan pertemuan
dengan informan dan informan pendukung untuk menjelaskan tujuan
penelitian, kriteria informan yang dipilih, dan menyesuaikan jadwal.
b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Teknik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dalam
memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan
penelitian harus disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu
dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.
1) Data primer meliputi :
(1) Wawancara
Pada metode ini, peneliti dan responden bertatap muka (face to
face) untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan
42
mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan
penelitian. Pada penelitian ini, peneliti memakai jenis wawancara
tidak berstruktur atau wawancara bebas. Wawancara jenis ini
paling umum dipakai dalam penelitian kualitatif. Peneliti hanya
mengajukan sejumlah pertanyaan yang mengundang jawaban
secara bebas. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu
tetapi disesuaikan dengan keadaan (Danim, 2002). Pelaksanaan
tanya-jawab mengalir seperti percakapan sehari-hari (Moleong,
2004). Melalui teknik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung,
luwes dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat
lebih banyak dan luas mengenai depresi pada wanita yang
mengalami mastektomi.
(2) Observasi
Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta
untuk pengecekan data dan memperkaya informasi.
2) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait
dengan penelitian. Telaah dokumen diperoleh dari status medis
informan yang meliputi nama, usia, alamat, usia terdiagnosis
kanker payudara, tanggal operasi mastektomi, jenis operasi
mastektomi yang dilakukan, terapi dan obat – obatan yang
diberikan, dll. Selain itu diperoleh pula dari perawat dan
43
dokumentasi keperawatan untuk mengetahui asuhan keperawatan
yang diberikan dan mengetahui adanya riwayat depresi
sebelumnya. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk
melengkapi hasil penelitian.
E. Validasi Data
Validitas data merupakan kesahihan atau ketepatan suatu data (Machfoedz,
2009). Kevaliditasan suatu data perlu dijaga dengan melakukan triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2004). Triangulasi ini terbagi
menjadi 3 namun penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi metode karena triangulasi data sulit dilakukan, biayanya mahal dan
membutuhkan waktu yang lama (Kresno, dkk, 2006) :
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber memungkinkan peneliti untuk melakukan
pengecekan dan pengecekan ulang serta melengkapi informasi. Pada
penelitian ini selain informasi diperoleh dari informan utama (klien) juga
dari informan pendukung (keluarga klien, perawat, dan psikiatri).
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode memungkinkan peneliti untuk melengkapi
kekurangan informasi yang diperoleh dengan metode tertentu dengan
44
menggunakan metode lain. Metode ini juga berguna dalam pengecekan
terhadap fenomena yang seharusnya ada atau belum terungkap. Pada
penelitian ini selain menggunakan metode wawancara juga dilakukan
observasi. Wawancara dilakukan hingga diperoleh data yang sama atau
tidak ditemukan lagi data yang lain (kejenuhan data).
3. Triangulasi Data
a. Analisa data
Analisa data dilakukan oleh lebih dari 1 orang, biasanya
peneliti dan orang lain yang ahli dalam analisa kualitatif. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar interpretasi yang dilakukan hasilnya
sama dengan yang dilakukan oleh orang lain.
b. Minta umpan balik dari informan
Umpan balik berguna untuk alasan etik atau memperbaiki
kesempatan agar hasilnya dapat dilaksanakan dan juga
memperbaiki kualitas proposal, data dan kesimpulan yang ditarik
dari data tersebut.
F. Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton, 1980 dalam
Maleong, 2004). Hasil data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan
pendekatan analisis kualitatif. Adapun tahapan analisis yaitu :
45
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilahan, penggolongan, pengarahan,
membuang yang tidak perlu dan menggorganisasikan data dengan
serangkaian cara sehingga dapat diverifikasi dan ditarik kesimpulan.
2. Display Data (penyajian data)
Display data adalah sekumpulan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Teknik penyajian data berbentuk uraian singkat,
grafik, dan matriks. Langkah ini didapatkan setelah peneliti melakukan
penyusunan data dalam bentuk transkrip data selanjutnya.
3. Analisis Isi
Analisis isi ini berkaitan dengan respon dari informan yang dilakukan
untuk mengetahui frekuensi tema yang menjadi pusat perhatian utama
(concern) informan.
4. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah menganalisis data untuk dibuat suatu
kesimpulan tentang hal penelitian.
H. Etika penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden,
melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat
pernyataan persetujuan (informed consent). Sebelum menandatangani surat
persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat
46
penelitian dan menjelaskan kepada responden bahwa penelitian tidak akan
membahayakan bagi responden. Peneliti akan menjamin kerahasian identitas
responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan
dimusnahkan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karsinoma mamae atau yang dikenal kanker payudara merupakan salah satu
tumor ganas yang paling sering menyerang wanita. Insidennya dari tahun ke
tahun semakin meningkat (Fujin, dkk, 2008). Wanita yang menderita kanker
payudara menurut International Union Against Cancer (UICC) tercatat sebesar
1.150.000 orang (PERSI, 2009). Angka ini akan semakin meningkat menurut
perkiraan World Health Organization (WHO) dan UICC dimana kanker
payudara pada wanita di dunia akan mengalami peningkatan kasus yang drastis
di tahun 2030 yaitu mencapai 300%.
Di Indonesia kasus tumor atau kanker masih menjadi perhatian pemerintah
sebab kasus ini merupakan penyebab kematian ketujuh dengan persentase 5,7%
dan prevalensi 4,3 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2008 dalam Syaifullah, 2010).
Sekian banyak kanker yang terjadi pada wanita, kanker payudara menempati
posisi kedua setelah kanker serviks (Dalimartha, 2004). Hal ini sebanding
dengan banyaknya kasus kanker payudara yaitu sebanyak 8.227 kasus atau
16,85% (SIRS, 2007 dalam Syaifullah, 2010). Data RS Kanker Dharmais Jakarta
tahun 2007 hingga 2008 juga mencatat kenaikan kejadian kanker payudara yaitu
dari 7.642 kasus menjadi 9.512 kasus atau persentasenya sekitar 24% (Khayan,
2009).
2
Tingginya insiden kanker payudara menjadikan kanker payudara sebagai
penyumbang kematian nomor lima di Indonesia dengan angka kematian akibat
kanker sebesar 6% (SKRT, 2001 dalam Joomla, 2010). Di sisi lain, kasus kanker
payudara di RS Kanker Dharmais Jakarta hingga tahun 2008 masih menempati
posisi tertinggi dibandingkan kasus kanker lainnya (Khayan, 2009).
Angka perkiraan persentase stadium awal kanker payudara menurut RS
Kanker Dharmais Jakarta dalam lima tahun terakhir adalah 40%, stadium lanjut
lokal 30%, dan stadium lanjut (metastase) sebesar 30%. Pada stadium awal,
biasanya dilakukan radioterapi payudara, lumpektomi, mastektomi atau Breast
Conserving Treatment (BCT) dan sebagian dilanjutkan dengan kemoterapi
adjuvan (Grace & Borley, 2007). Seiring dengan cukup besarnya persentase
pasien dengan stadium awal dan kasus kanker payudara di RS Kanker Dharmais
Jakarta yang terus meningkat menyebabkan semakin meningkat pula kasus
mastektomi yaitu terlihat dari tingginya kasus mastektomi pada bulan Januari -
Juni 2010 yang mencapai 148 kasus.
Mastektomi adalah operasi pengangkatan jaringan payudara (Fujin, dkk,
2008). Lingkup reseksinya mencakup seluruh payudara, kulit, otot pektoralis
mayor dan minor, nodus limfe ketiak termasuk mammari internal atau
supraklavikular tergantung pada tipe pembedahan atau mastektomi yang
dilakukan (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 1999). Tipe mastekomi secara
umum terbagi menjadi tiga kategori, yaitu mastektomi radikal, mastektomi total,
3
mastektomi segmental (segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar atau BCT
dan segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel) (Fujin, dkk, 2008).
Wanita yang mengalami mastektomi akan kehilangan payudara yang
merupakan simbol seksualitas wanita (Potter & Perry, 2005). Kehilangan
payudara akibat mastektomi inilah yang akan mengubah citra tubuh dan fungsi
psikoseksual wanita (Dean, Hughes, Hughson et al, Maguire, Morris, as cited in
Watson, 1991 dalam Farooqi, 2005). Perubahan citra tubuh pada wanita yang
mengalami mastektomi umumnya negatif (Burns & Holmes dalam Baird, Mc
Corkle & Grant, 1991 dalam Yani, Waluyo & Mustikasari, 2002). Citra tubuh
yang negatif memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami depresi, cemas
dan bunuh diri (Yani, dkk, 2002).
Depresi berat diperkirakan terjadi pada 16 sampai 25% penderita kanker
(Miller, 2008). Persentase ini meningkat dengan semakin parahnya kecacatan
dan meluasnya stadium dari penyakit kanker atau prevalensinya sekitar 75%
(Konginan, 2008). Sebanyak 50 wanita dengan mastektomi diteliti, hampir
semuanya mengalami depresi dari ringan sampai berat (Nowick, Szwed, &
Laskowski dalam Polish Journal Surgery, 2008). Depresi meskipun hanya
depresi ringan jika dibiarkan terus-menerus pada puncaknya bisa memicu
keinginan bunuh diri (Rooswita dalam Yosep, 2007).
Pasien kanker yang mengalami depresi cenderung memiliki pikiran tentang
bunuh diri meskipun sangat sedikit yang terealisasikan (Miller, 2008). Percobaan
4
bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker yang mengalami
depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian (Konginan, 2008).
Uraian di atas menunjukkan bahwa tingginya kasus kanker payudara dan
mastektomi akan berdampak besar pada peningkatan kejadian depresi dan risiko
bunuh diri sehingga peneliti mencoba meneliti tentang gambaran latar belakang
wanita post mastektomi yang mengalami depresi.
B. Rumusan Masalah
Tingginya kasus mastektomi di Indonesia menunjukkan perlunya perhatian
dari semua pihak. Di sisi lain, akibat penyerta dari mastektomi juga cukup besar
seperti dampak psikologis, anatomis yang menyebabkan berkurangnya
kepercayaan diri, citra tubuh negatif, harga diri rendah, yang dapat mengarah
pada depresi dan bunuh diri. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti
sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran latar belakang
wanita post mastektomi yang mengalami depresi.
C. Pertanyaan Penelitian
Melihat rumusan permasalahan di atas, maka yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah:
Bagaimana gambaran latar belakang wanita post mastektomi yang mengalami
depresi?
5
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan latar belakang wanita post mastektomi yang mengalami
depresi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik wanita post mastektomi yang mengalami
depresi
b. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab depresi pada wanita post
mastektomi
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang dapat
memperkaya kepustakaan dunia pendidikan keperawatan Indonesia khususnya
mata ajar keperawatan medikal bedah, maternitas dan keperawatan jiwa.
2. Bagi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien mastektomi yang mengalami
depresi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
6
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang tujuannya untuk
memperoleh informasi yang mendalam tentang karakteristik wanita post
mastektomi yang mengalami depresi dan faktor-faktor penyebab depresi pada
wanita post mastektomi. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah wawancara
mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi.
Informan dalam penelitian ini adalah wanita dengan 2 minggu – 1 bulan post
mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang sedangkan yang
menjadi informan pendukung adalah keluarga klien, psikiatri, dan perawat yang
ada di RS Kanker Dharmais. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sd Agustus
di RS Kanker Dharmais Jakarta.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker Payudara (Karsinoma Mammae)
1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan lesi malignan pada payudara wanita (Grace
& Borley, 2007). Penyakit ini terutama terjadi pada wanita, sedangkan pada
pria hanya sekitar 1%. Kebanyakan terjadi pada usia setengah baya dan lansia.
Insiden kanker payudara di seluruh dunia cenderung meningkat dan
mortalitasnya cenderung menurun.
2. Etiologi Kanker Payudara
Tidak ada penyebab yang spesifik dari kanker payudara namun faktor
genetik, hormonal, dan lingkungan diduga menjadi penyebabnya. Selain
uraian di atas, data menunjukkan terdapat kaitan erat kejadian kanker
payudara dengan faktor berikut :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)
dari wanita yang mengalami kanker payudara
3. Menarke dini (< 12 tahun) dan menopause pada usia lanjut
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
5. Gaya hidup yang buruk seperti konsumsi makanan cepat saji, kurang
olahraga, makanan tinggi kolesterol, dan sebagainya.
8
6. dll
3. Patologi Kanker Payudara
Patolog China pada tahun 2000 mengklasifikasikan karsinoma mamae
menjadi 5 jenis, sedangkan tahun 2003 WHO membagi menjadi 4 jenis.
Berikut ini perbandingan klsifikasi patologik karsinoma mamae :
Tabel 2.1 Klasifikasi Karsinoma Mamae
Klasifikasi China(2000) Klasifikasi WHO(2003)
1. Karsinoma noninvasif (1) Karsinoma in situ duktal (2) Karsinoma in situ lobular (3) Penyakit Piaget papilla
mamae 2. Karsinoma invasif dini
(1) Karsinoma duktal invasif dini (2) Karsinoma lobular invasif dini
3. Karsinoma tipe spesifik invasif (1) Karsinoma papilar (2) Karsinoma medular dengan
sebukan limfosit masif (3) Karsinoma duktuli (4) Adenokarsinoma musinosa (5) Karsinoma sel skuamosa
4. Karsinoma nonspesifik invasive (1) Karsinoma lobuli invasif (2) Karsinoma duktuli invasif (3) Karsinoma medular (4) Karsinoma sederhana (5) Adenokarsinoma (6) Siringokarsinoma
5. Karsinoma yang jarang ditemukan (1) Karsinoma sekretorik (2) Karsinoma lipoid (3) Karsinoma sel sigent ring (4) Fibroadenoma transformasi
ganas (5) Papilomatosis transformasi
ganas
1. Karsinoma noninvasif (1) Karsinoma in situ duktal (2) Karsinoma in situ lobular (3) Karsinoma papiliform
intraduktal (4) Karsinoma Paliliform
intrakistik 2. Karsinoma mikroinvasif 3. Karsinoma invasif
(1) Karsinoma duktal invasif (2) Karsinoma lobular invasif
4. Karsinoma tubular 5. Karsinoma kribriform invasif 6. Karsinoma medular 7. Karsinoma musinosa dan
karsinoma kaya mukus lainnya (1) Karsinoma musinosa (2) Karsinoma adenoid kistik
dan mukokarsinoma sel torak
(3) Karsinoma sel signet 8. Karsinoma neuroendokrin
(1) Karsinoma neuroendokrin padat
(2) Atipikal (3) Karsinoma sel kecil (4) Karsinoma neuroendokrin
sel besar 9. Karsinoma papilar invasif 10. Karsinoma mikropapilar invasif
9
6. Karsinoma dengan metaplasia (1) Varian sel skuamosa (2) Varian sel spindel (3) Varian tulang daan kartilago (4) Varian campuran
11. Karsinoma apokrin 12. Karsinoma dengan metaplasia
(1) Karsinoma metaplasia epitel(2) Karsinoma metaplasia sel
skuamosa (3) Adenokarsinoma dengan
metaplasia sel spindel (4) Karsinoma adenoskuamosa (5) Karsinoma
mukoepidermoid (6) Karsinoma mesenkimal
epithelial campuran 13. Karsinoma lipoid 14. Karsinoma sekretorik 15. Karsinoma onkositik 16. Karsinoma kistik adenoid 17. Karsinoma asinar 18. Karsinoma sel jernih kaya
glikogen 19. Karsinoma seborea 20. Karsinoma mame inflamatorik 21. Penyakit Piaget papilia mamae
Sumber : Patolog China, 2000 & WHO, 2003 dalam Fujin, dkk, 2008
4. Manifestasi Klinis Kanker Payudara
Kanker payudara menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut :
• Umunya terjadi di payudara sebelah kiri dan kuadran lateral atas
• Biasanya tidak nyeri, benjolan dapat diraba, konsistensi agak keras,
irregular, terfiksasi pada dinding dada
• Adanya tanda lesung, Peau d’orange (edema kulit akibat obstruksi
limfatik), dan nodus satelit kulit serta tanda kembang kol akibat
ulserasi.
• Perubahan papilla mammae meliputi retraksi puting susu
• Pembesaran kelenjar limfe regional
10
5. Klasifikasi Stadium Kanker Payudara
Klasifikasi stadium klinis berdasarkan TNM menurut Perhimpunan Anti
Kanker Internasional (PAKI) edisi tahun 2002 :
Tabel 2.2 Klasifikasi Stadium Klinis
Stadium 0 : TisN0M0 Stadium I : T1N0M0 Stadium IIA : T0N1M0, T1N1M0, T2N0M0 Stadium IIB : T2N1M0, T3N0M0 Stadium IIIA : T0N2M0, T1N2M0, T2N2M0, T3N1-2M0 Stadium IIIB : T4, N apapun, M0 Stadium IIIC : T apapun, N3M0 Stadium IV : T dan N apapun, M1
Sumber : PAKI (Perhimpunan Anti Kanker Internasional), 2002 dalam Fujin dkk, 2008
Keterangan :
T : Kanker primer
T0 : Tidak ada bukti lesi primer
Tis : Karsinoma in situ. Meliputi karsinoma in situ duktal dan insitu lobular,
penyakit Piaget papila mamae tanpa nodul.
T1 : Diameter tumor terbesar <= 2 cm
T2 : Diameter tumor terbesar > 2 cm tapi <= 5 cm
T3 : Diameter tumor terbesar > 5 cm
T4 : Berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau
kulit tidak termasuk m. pectoralis
11
N : Kelenjar limfe regional
N0 : Tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : Di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobile
N2 : Kelenjar limfe metastasis fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan
terfiksasi dengan jaringan lain, atau terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria interna tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3 : Metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau terdapat
metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar limfe
aksilar ataupun metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
M : metastasis jauh
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : ada metastasis jauh
6. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan penting pada kanker payudara meliputi :
a. Penatalaksanaan kanker payudara dini (tidak terdapat bukti penyebaran
jauh saat didiagnosis) yang terdiri dari stadium 0, I, II, IIIA meliputi :
1) Terapi lokal : lumpektomi + radioterapi payudara; atau mastektomi
sederhana.
2) Penatalaksanaan terhadap kelenjar getah bening aksila
3) Pencegahan terhadap penyebaran sistemik berupa : terapi hormonal
(misalnya tamoksifen atau inhibitor aromatase); atau kemoterapi
adjuvan.
12
b. Penatalaksanaan kanker payudara lanjut (terdapat penyebaran
jauh saat didiagnosis) yang terdiri dari stadium IIIB dan IV meliputi :
1) Terapi lokal
2) Metastasis jauh : radioterapi, terapi hormon (tamoksifen, inhibitor
aromatse, filvestran) bila reseptor estrogennya positif. Pada stadium
IIIB setelah kemoterapi dapat dilakukan operasi jika hasil kemotreapi
relatif baik dan diikuti dengan radioterapi.
Pada uraian di atas penanganan dilakukan dengan beberapa terapi namun
di bawah ini terfokus pada mastektomi:
a. Mastektomi radikal. Lingkup reseksinya mencakup kulit dengan jarak
minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mamae, m. pektoralis
mayor, m. pektoralis minor, jaringan limfatik dan lemak subskapular,
aksilar secara kontinu enblok direseksi.
b. Mastektomi radikal modifikasi, lingkupnya sama seperti mastektomi
radikal namun mempertahankan m. pektoralis mayor dan minor
(model Auchinocloss) atau mempertahankan m. pektoralis mayor dan
minor (model Patey).
c. Mastektomi total, hanya membuang seluruh kelenjar mamae tanpa
membersihkan kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk
karsinoma in situ atau pasien usia lanjut.
d. Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar atau BCT
e. Mastektomi segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel
13
7. Prognosis Kanker Payudara
Prognosis kanker payudara stadium dini tergantung pada status KGB,
ukuran tumor, dan derajat histologis; secara keseluruhan angka ketahanan 10
tahun sebesar 80%. Prognosis kanker payudara stadium lanjut, buruk, hanya
30-40% berespon terhadap terapi dengan ketahanan hidup rata-rata selama 2
tahun, dan pasien yang tidak merespon biasanya meninggal. Dari hasil analisis
data 6263 kasus karsinoma mamae yang operabel di RS Kanker Univ.
Zhongsan, survival 5 tahun untuk stadium 0-1, II dan III adalah masing-
masing 92%, 73%, dan 47%. Pada yang non operabel, survival 5 tahun
kebanyakan dalam batas 20%.
B. Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Payudara
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan mencakup pengkajian tentang reaksi pasien terhadap
diagnosis dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut.
Pertanyaannya mencakup:
a. Bagaimana pasien berespon terhadap diagnosis?
b. Mekanisme koping apa yang pasien temukan paling membantu?
c. Dukungan psikologis atau emosional apa yang ia gunakan?
d. Apakah ada pasangan, anggota keluarga, atau teman untuk membantunya
dalam membuat pilihan pengobatan?
e. Bagian informansi mana yang paling penting yang pasien butuhkan?
14
f. Apakah pasien mengalami suatu ketidaknyamanan?
2. Diagnosa Keperawatan
a. Praoperatif
1) Kurang pengetahuan tentang kanker payudara dan pilihan pengobatan
2) Takut dan koping tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker,
pengobatannya, dan prognosis
b. Pascaoperatif
1) Nyeri dan ketidaknyamanan
2) Kerusakan integritas kulit akibat insisi bedah
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek samping
radiasi dan kemoterapi
4) Kurang perawatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial lengan atas
pada tempat yang dioperasi
5) Potensial disfungsi seksual yang berhubungan dengan kehilangan bagian
tubuh, perubahan dalam citra diri, dan ketakutan akan reaksi pasangan
terhadap kehilangan
3. Masalah-masalah Kolaboratif
Potensial komplikasi dapat mencakup limfedema.
4. Perencanaan Keperawatan
Tujuan utama mencakup meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatannya, menurunkan ketakutan praoperatif dan pascaoperatif, stres
emosional, dan ansietas, meredakan nyeri, pemeliharaan integritas kulit,
15
memperbaiki konsep diri, memperbaiki perawatan diri, memperbaiki fungsi
seksual, dan tidak terdapatnya komplikasi. Adapun intervensi yang dapat
dilakukan adalah:
a. Praoperatif
1) Penyuluhan pasien tentang kanker payudara dan pilihan pengobatan
yang meliputi informasi kepada pasien mengenai pembedahan,
termasuk letak dan keluasan tumor dan pengobatan pascaoperatif
seperti terapi radiasi dan kemoterapi, keluasan dan efek samping
pengobatan, frekuensi, durasi, dan tujuan pengobatan, metode untuk
kompensasi perubahan fisik yang berhubungan dengan mastektomi
juga dibicarakan dan direncanakan (misalnya protesis dan bedah
plastik).
2) Menurunkan ketakutan dan memperbaiki kemampuan koping.
Ketakutan dan kehawatiran adalah umum dan didiskusikan dengan
pasien. Jika pasien akan menjalani mastektomi, informasi tentang
sumber dan pilihan harus tersedia. Pada saat rencana pengobatan telah
ditetapkan, perawat harus meningkatkan kemungkinan kesejahteraan
fisik praoperatif, psikologis, sosial, dan nutrisional.
b. Pascaoperatif
1) Meredakan nyeri dan ketidaknyamanaan. Salah satu cara mnurunkan
nyeri adalah meninggikan ekstremitas yang sakit. Disisi lain pasien
16
yang terkontrol analgesik dapat memberikan bantuan dalam
memastikan peredaan nyeri dan ketidaknyamanan.
2) Mempertahankan integritas kulit. Perhatian khususnya adalah
mencegah cairan agar tidak menumpuk di bawah insisi dinding dada
dengan mempertahankan patensi drain bedah. Balutan dan drain
diinspeksi terhadap perdarahan dan jumlah drainase dipantau secara
teratur.
3) Menurunkan stres dan memperbaiki keterampilan koping. Tindakan
keperawatan yang harus dilakukan adalah menggali area yang sensitif.
Pengkajian juga dilakukan tentang sistem pendukung pasien yaitu
pasangan pasien yang membutuhkan dukungan, edukasi.
4) Meningkatkan perawatan diri. Pasien diberikan informasi tentang
kemungkinan edema bedah pascaoperatif dan strategi pencegahannya.
Ambulasi diperbolehkan saat pasien bebas dari pengaruh anestesi dan
dapat mentoleransi cairan. Perawat juga memfasilitasi pasien untuk
latihan rentang gerak untuk meningkatkan sirkulasi dan kekuatan otot
dan mencegah kekakuan sendi. Aktivitas perawatan diri termasuk
menyikat gigi, membasuh muka, dan menyisir serta merapikan rambut
merupakan terapeutik baik secara fisik dan emosional.
5) Meningkatkan fungsi seksual. Perubahan citra tubuh dan harga diri
pasien atau respon pasangannya dapat meningkatkan tingkat ansietas
pasangan dan faktor ini dapat mengganggu fungsi seksual. Pasangan
17
juga mempunyai kesulitan untuk melihat luka insisi. Hal ini juga
mempengaruhi citra diri, seksualitas, dan penerimaan pasien.
Mendorong terjadinya diskusi terbuka mengenai ketakutan, kebutuhan,
dan keinginan sehingga dapat mengurangi stres pada pasangan.
C. Respon Psikologis terhadap Kehilangan
1. Kehilangan dan Berduka
Kehilangan (loss) merupakan kondisi aktual dan potensial dimana objek atau
seseorang yang berharga tidak bisa dicapai atau digantikan. Kehilangan dapat
berasal dari objek eksternal, lingkungan sekitar, kehilangan orang terdekat,
kehilangan salah satu aspek diri seperti bagian tubuh, fungsi organ, dll.
Setiap individu menunjukan tipe respon kehilangan yang berbeda. Bentuk
respon kehilangan yang terjadi pada individu dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
berduka, berduka adaptif, dan berduka maladaptif (Capernito & Moyet, 2006).
Berduka adalah reaksi emosi dan tingkah laku yang normal terjadi pada seseorang
terhadap suatu kehilangan. Berduka adaptif menggambarkan individu yang siap
menghadapi proses kehilangan sebelum kehilangan dirasakan. Berduka
maladaptif adalah gambaran reaksi berduka yang ditekan, tidak ada atau
memanjang. Ringkasan dari uraian di atas dapat terlihat dalam bagan berikut :
18
Bagan 2.1 Tahap Kehilangan & Tipe Berduka
(Modifikasi Kehilangan dan Berduka Kubler Ross & Capernito-Moyet)
TAHAPAN RESPON KEHILANGAN (Kubler Ross)
1. Denial (penyangkalan)
2. Anger (marah) 3. Bargaining (tawar-menawar)
4. Depresi 5. Acceptance (penerimaan)
BERDUKA
BERDUKA ADAPTIF
(siap menerima kehilangan)
BERDUKA
MALADAPTIF (respon
kehilangan yang memanjang)
BERDUKA (reaksi normal)
Sumber : Potter-Perry, 2005 & Capernito-Moyet, 2006 Pada lima tahapan kehilangan menurut Kubler Ross di atas, depresi
merupakan respon kehilangan yang paling sering terjadi pada wanita dengan
kecenderungan dua kali lebih besar untuk mengalami depresi serius (mayor)
dibanding pria (Wade & Tavris, 2007). Di sisi lain, kecenderungan wanita untuk
19
merenungkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya memiliki peranan
paling kuat dengan kejadian depresi jangka panjang pada wanita (Nolen-
Hoeksema, 2004 dalam Wade & Tavris, 2007). Depresi yang memanjang inilah
yang membuat seseorang atau wanita yang mengalami suatu kehilangan seperti
kehilangan organ tubuh yang berharga (mastektomi) dikatakan dalam posisi
berduka maladaptif.
2. Depresi
a. Pengertian depresi
Depresi dan stres merupakan dua hal yang berbeda. Stres merupakan respon
seseorang terhadap masalah yang dialami sepanjang kehidupan. Seseorang yang
mengalami depresi diawali dengan stres yang berkepanjangan tetapi seseorang
yang mengalami stres belum bisa dikatakan depresi. Depresi yang terjadi pada
seseorang merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi manusia berkaitan
dengan alam perasaan seperti kesedihan dan gejala penyerta termasuk perubahan
pola tidur, nafsu makan, psikomotor, kosentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus
asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri (Kaplan & Benjamin, 1998).
Bentuk depresi yang serius adalah depresi mayor, gambaran berupa perubahan
emosi, perilaku, kognitif, dan fisik yang cukup serius dan berakibat pada
terganggunya fungsi normal seseorang.
b. Penyebab depresi
Timbulnya depresi terjadi karena kerentanan seseorang pada predisposisi
genetik, karakteristik kepribadian, atau kebiasaan berpikir yang berinteraksi
20
dengan peristiwa stres seperti kehilangan sesuatu yang berharga, kekerasan
seksual, kehilangan bagian atau fungsi tubuh seperti mastektomi, dll (Hankin &
Abramson, 2001 dalam Wade & Travis, 2007). Berikut teori penyebab depresi
yang diuraikan secara jelas :
Faktor predisposisi
1) Faktor genetik
Teori biologi berasumsi bahwa gen atau malfungsi beberapa faktor
fisiologi menjadi penyebab seseorang rentan terhadap depresi. Gen yang
diduga adalah 5-HTT yang memiliki bentuk panjang dan pendek. Bentuk
panjang membantu melindungi depresi dan bentuk pendek menyebabkan
kerentanan seseorang terhadap depresi (Caspi dkk, 2003 dalam Wade &
Tavris, 2007).
2) Teori agregasi menyerang ke dalam
Pada teori ini Freud memandang bahwa depresi sebagai gejolak batin dari
naluri yang agresif dan diikuti oleh perasaan berdosa. Proses ini dikaitkan
dengan kehilangan objek yang dicintai dan ditandai dengan kemarahan
individu yang ditujukan kepada diri sendiri.
3) Teori kehilangan objek
Teori ini merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda
atau sesuatu yang sangat berarti. Sigmund Freud dan Karl Abraham
menggambarkan depresi sebagai reaksi kompleks terhadap kehilangan (loss).
Freud juga menggambarkan bahwa rasa sedih yang normal dan depresi
21
sebagai respon dari kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya
(Davidson dan Neale, 1997).
4) Model kognitif
Teori ini berasumsi bahwa terjadinya depresi melibatkan cara berpikir
negatif yang spesifik mengenai situasi seseorang (Beck, 2005 dalam Wade &
Tavris, 2007). Pasien kanker yang mengalami depresi umumnya merasa
ketakutan akan kematian, berpikir bahwa mereka tidak bisa meneruskan
rencana-rencana hidupnya, merasa tidak percaya diri, perubahan peran sosial
dan gaya hidup, serta masalah–masalah terkait finansial, sehingga ini yang
menyebabkan mereka mengalami depresi.
5) Model Behavioral
Berkembang dari kerangka teori belajar dan sosial. Teori belajar
berasumsi bahwa depresi pada seseorang terjadi karena penguat yang kurang
(Lack of Reinforcment). Pandangan ini menjelaskan bahwa orang yang
mengalami depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau dengan kata
lain lebih mengalami hukuman (punishment) daripada orang yang tidak
mengalami depresi (Sarason, 1989). Di sisi lain, model ini juga berasumsi
bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam
berinteraksi dengan orang lain.
22
6) Model biologi
Model ini menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama
masa depresi termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin,
hipersekresi kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologi.
Faktor Pencetus
1) Kehilangan keterikatan
Kehilangan ini dapat bersifat nyata maupun dibayangkan termasuk
kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Elemen
aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan. Makna kehilangan fungsi
atau perubahan dalam penampilan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang
perubahan yang dialaminya. Pada wanita yang menganggap payudara sebagai
elemen ideal, kehilangan payudara akibat mastektomi menjadi perubahan
yang sangat signifikan (Potter & Perry, 2005). Contoh konkrit respon
kehilangan pada penderita kanker payudara yang kehilangan bentuk tubuh
atau organ tubuhnya akibat mastektomi adalah depresi karena mereka merasa
bukan lagi wanita sejati (Konginan, 2008).
2) Peristiwa besar dalam kehidupan seseorang
Peristiwa besar dalam kehidupan seseorang diketahui sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3) Peran dan ketegangan peran
23
Peran dan ketegangan peran telah diketahui mempengaruhi perkembangan
depresi terutama pada wanita.
4) Perubahan fisiologi
Perubahan ini diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik.
Hasil uraian di atas dapat dibentuk menjadi bagan berikut :
Bagan 2.2 Model Adaptasi Stres Stuart yang Dikaitkan dengan Respon Emosi
Faktor Predisposisi : genetik, kehilangan objek, agregasi menyerang ke dalam, organisasi kepribadian, kognitif, perilaku, biologi
Faktor Pencetus : kehilangan, peristiwa besar dalam kehidupan, peran dan ketegangan peran, perubahan fisiologi
Penilaian Stresor
Sumber Koping : dukungan sosioekonomi dan jaringan interpersonal
Respon adaptif Respon maladaptif
Konstruktif
Destruktif
Mekanisme Koping
Kepekaan Reaksi berduka Supresi Penundaan Depresi/ emosional tak terkomplikasi emosi reaksi berduka mania
Sumber : Stuart & Laraia, 2005
24
Penggambaran proses terjadinya depresi mayor dapat dilihat dalam model
kerentanan-stres berikut ini :
Bagan 2.3 Model Kerentanan-Stres(Vulnerability-Stress Model) Zubin& Spring,1977
Situasi yang mengganggu
Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berharga
Kehilangan pekerjaan
Kehilangan suatu bagian atau fungsi tubuh seperti
mastektomi
Kegagalan
Trauma
Ketidakbahagiaan sementara
Kerentanan individual
Predisposisi genetik
Cara berpikir yang negatif
Putus asa
Perenungan
Rasa percaya diri yang rendah
Depresi yang serius
Sumber : Wade & Tavris, 2007
25
c. Klasifikasi depresi
Ada dua klasifikasi depresi yaitu biologis (terkait pada kimia tubuh) dan
depresi psikologis (terkait pada faktor emosional). Kedua depresi ini berhubungan
dengan gejala depresi. Gejala paling umum dari depresi adalah ketidakmampuan
untuk bebas dari kegelisahan dan tekanan. Gejala fisik yang cenderung menyertai
depresi biologis adalah lambat dalam menjawab, gangguan tidur, perubahan nafsu
makan, kehilangan minat untuk beraktivitas. Gejala yang berkaitan dengan
depresi psikologis meliputi perasaan putus asa, kurang percaya diri, pemikiran
negatif, kebimbangan, pikiran bunuh diri (McKay & Dinkmeyer, 2005).
d. Gejala depresi
Depresi dapat diketahui melalui serangkaian gejala yang dialami oleh
seseorang. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
membagi gejala depresi menjadi 2 yaitu gejala utama dan tambahan. Gejala utama
berupa suasana perasaan yang depresi / sedih atau murung, kehilangan minat dan
kegembiraan (anhedonia), berkurangnya energi yang menuju kepada
meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala tambahan
berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, berkurangnya harga diri dan
kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna pandangan
masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang
membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu
makan (anoreksia).
26
Gejala depresi pada penderita kanker payudara dapat terjadi sebagai :
1) Respon yang normal ketika seseorang penderita kanker payudara yang merasa
bahwa ia akan kehilangan bentuk tubuhnya adalah rasa sedih yang mendalam.
Respons normal ini adalah bagian dari spektrum gejala depresi yang
batasannya mulai rasa sedih normal sampai akan menjadi ganguan
penyesuaian. Pada keadaan ini gejalanya biasanya hanya berlangsung 1 atau 2
minggu saja, setelah itu membaik sendiri dengan berlalunya waktu dan
dukungan yang baik dari keluarga, teman dan tim yang merawat.
2) Gangguan penyesuaian yakni bila gejala depresinya tidak membaik berlanjut
sampai lebih dari 2 minggu dan gejala depresinya juga lebih berat, serta
fungsi sehari-hari, aktivitas sosial dan hubungan dengan orang lain sudah
terganggu. Gangguan ini biasanya bercampur dengan kecemasan bahkan
mungkin menunjukkan obsesi terhadap gejalanya .
3) Depresi major dimana gejala depresinya lebih berat dari gangguan
penyesuaian dan biasanya tidak berespon dengan dukungan dan perawatan
yang diberikan.
4) Gejala depresi dapat berkaitan dengan gangguan mental organik berupa
delirium, demensia dan efek samping obat. Dibutuhkan pemeriksaan status
mental meliputi daya ingat, konsentrasi dan perhatian , orientasi, daya pikir
dan pemahaman, yang menunjang bukti -bukti adanya gangguan mental
organik.
27
e. Dampak depresi
Dampak depresi bagi pasien kanker cukup banyak dan kesemuanya
menimbulkan pengaruh yang buruk bagi penderita. Dampak yang ditimbulkan
berupa bunuh diri, penelantaran diri, distres keluarga.
1) Bunuh diri
Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker
yang mengalami depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian.
2) Penelantaran diri
Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan
maupun menjaga daya tahan tubuh. Kondisi ini tentu akan semakin
memperparah penyakitnya dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas
hidup pasien.
3) Distress pada keluarga
Depresi pada pasien kanker tidak hanya mempengaruhi pasien tetapi
juga berdampak pada keluarga mereka. Suatu survei di Inggris tentang
kanker payudara menunjukkan bahwa diantara faktor-faktor yang ada,
depresi merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan
emosional pada anak mereka.
f. Pengukuran depresi
Mengingat dampak negatif akibat depresi sangat besar bagi kelangsungan
kualitas hidup pasien kanker payudara maka penegakan diagnosis harus sesegera
mungkin ditegakkan. Salah satu pengukuran depresi adalah menurut PPDGJ III
28
yaitu didasarkan adanya gejala utama dan tambahan seperti yang telah diuraikan
di atas. Gejala utamanya mencakup suasana perasaan yang depresi / sedih atau
murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju
kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala
tambahan mencakup konsentrasi dan perhatian berkurang, berkurangnya harga
diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna
pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang
membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu
makan.
g. Tingkatan depresi
Adapun tingkatan depresi menurut PPDGJ III, yaitu:
1) Depresi ringan, ciri – cirinya: sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala
utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang – kurangnya 2 dari
gejala tambahan, tidak boleh ada gejala berat diantaranya, lamanya seluruh
episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu, hanya sedikit
kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
2) Depresi sedang, ciri – cirinya : sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala
utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang – kurangnya 3
(dan sebaiknya 4) dari gejala tambahan, lamanya seluruh episode berlangsung
minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga.
29
3) Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : semua 3 gejala depresi
utama harus ada, ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainya dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat, bila ada gejala penting
(misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien
mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci,
episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan serangannya sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu
kurang dari 2 minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
b. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya: episode depresi berat yang
memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotik disertai waham,
halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung
jawab atas hal itu.
h. Penatalaksanaan depresi
Penderita dengan gejala depresi yang normal terjadi pada krisis akut biasanya
hanya memerlukan perawatan suportif. Bila gejalanya berat maka dapat
digunakan obat yang sifatnya hipnotik pada malam hari untuk jangka waktu
pendek atau obat anti cemas. Penderita dengan gangguan penyesuaian dan depresi
30
major, memerlukan terapi yang intensif berupa psikoterapi dan antidepresan.
Psikoterapi bertujuan meredakan konflik atau membimbing penderita kearah
acceptance (menerima). Berikut adalah panduan dalam menangani penderita
kanker yang menunjukkan gejala depresi:
1) Menegakkan diagnosis dan pengobatan gangguan mental organik bila ada
2) Mengobati faktor penyebab atau pencetusnya: nyeri, gangguan fisik lain,
sosial dan spiritual
3) Dukungan menyeluruh: tanggap dan empati, yakinkan lagi tentang perawatan
selanjutnya, berikan informasi tentang penyakit, eksplorasi pengertian dan
rasa takut terhadap penyakit dan prognosis, perkuat dukungan keluarga dan
sosial
4) Perlu dirujuk ke psikiater bila gejalanya lebih berat, lebih lama atau kambuh
setelah mengalami perbaikan, karena bagaimanapun gejala yang terus
meningkat memerlukan pengobatan yang adekuat.
5) Antidepresan: golongan tricyclic antidepresan dimulai dengan dosis kecil (25
-50mg), dosis maksimum 75 sampai 150mg/hari, untuk penderita kanker
stadium lanjut dosisnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita
kanker. Antidepresan lain: Fluoxetine, Sertralin, dll .
31
D. Penelitian Terkait
1. Yasmin N Farooqi, 2005 (University of Punjab, Lahore, Pakistan) dalam
penelitiannya yang berjudul “Depression and Anxiety in Mastectomy
Cases”. Jenis desain penelitiannya adalah Pre-Post Research Desaign
dengan sampel 50 pasien mastektomi yang sudah menikah. Waktu
penelitian 1-7 hari sebelum dan sesudah mastektomi. Alat ukur yang
digunakan adalah Depression Scale dan Anxiety Check List. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan depresi dan
cemas setelah mastektomi dibandingkan sebelum mastektomi.
2. Andrzej Nowicki, Anna Szwed, & Ryszard Laskowski dalam penelitiannya
pada tahun 2008 yang berjudul “Depression and Anxiety Before and After
Breast Amputation in Women”. Alat ukur yang digunakan yaitu HAD
Scale dan Depression Beck Scale . Hasil penelitian ini adalah cemas dan
depresi menurun setelah mastektomi. Dari 50 pasien wanita, angka depresi
menurun pada 32 pasien.
3. Achir Yani S. Hamid, Agung Waluyo, & Mustikasari tahun 2002 dalam
penelitiannya yang berjudul “ Persepsi Pasien dan Suami Tentang
Pengaruh Mastektomi Terhadap Citra Tubuh dan Fungsi Seksual”.
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif eksploratif dengan
metode kualitatif dan jumlah informan 4. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan persepsi isteri dan suami tentang pengaruh mastektomi
terhadap citra tubuh dan fungsi seksual, pengaruh mastektomi terhadap
32
citra tubuh sudah dipersepsikan pasien sejak sebelum mastektomi
dilakukan, upaya dukungan sudah dilakukan sejak sebelum mastektomi,
muncul beban psikologik, stigma sosial, dan finansial yang dipersepikan
pasangan, dan besarnya pengaruh tersebut ditentukan oleh kualitas
hubungan perkawinan khususnya komunikasi.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas maka latar belakang
wanita post mastektomi yang mengalami depresi perlu diketahui dan diteliti
dengan baik sehingga dapat dilakukan upaya penanganan yang tepat dan
mencegah depresi yang berkepanjangan dan risiko bunuh diri pada klien. Di
bawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat.
Faktor Predisposisi : cara berpikir negatif
Faktor Pencetus : kehilangan keterikatan,
ketegangan peran
Penilaian Stresor
Sumber Koping : dukungan sosial
Mekanisme Koping: Destruktif
Respon maladaptif : Depresi
Depresi sedang Depresi berat Depresi ringan
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Model Adaptasi Stres Stuart yang Dikaitkan dengan Respon Emosi & Tingkatan Depresi PPDGJ III
33
34
Berdasarkan bagan di atas maka peneliti ingin mengetahui gambaran latar
belakang wanita post mastektomi yang mengalami depresi.
B. Definisi Istilah
1. Cara berpikir negatif adalah strategi negatif dalam menggunakan pikiran yang
mencakup pembuatan pendapat, keputusan, menarik kesimpulan dan
merefleksikan untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan (Gordon,
1995 dalam Potter & Perry, 2005).
2. Kehilangan keterikatan adalah kondisi berpisahnya individu dengan sesuatu
yang dicintai yang bersifat nyata maupun dibayangkan seperti kehilangan
cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri (Stuart & Sundeen,
1998).
3. Ketegangan peran adalah perpaduan antara konflik peran dan ambiguitas
peran yang diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang
merasakan ketidakadekuatan atau merasa perannya tidak sesuai (Potter &
Perry, 2005).
4. Dukungan sosial adalah dukungan atau kehadiran orang-orang terdekat seperti
keluarga, sahabat, teman, saudara, atau orang yang dicintai oleh individu yang
bersangkutan dalam memberikan bantuan berupa materi, emosi, dan informasi
sehingga individu tersebut dapat meringankan keluhannya (Potter & Perry,
2005).
35
5. Depresi adalah suatu kondisi terganggunya fungsi manusia berkaitan dengan
alam perasaan seperti kesedihan dan gejala penyerta termasuk perubahan pola
tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus
asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri (Kaplan & Benjamin, 1998).
6. Depresi ringan merupakan tingkatan depresi yang paling rendah menurut
PPDGJ III. Karakteristik depresi ini yaitu minimal harus ada 2 atau 3 gejala
utama depresi, ditambah minimal 2 dari gejala tambahan, tidak boleh ada
gejala berat, lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu, hanya
sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan
(PPDGJ III, 1993).
7. Depresi sedang merupakan depresi yang memiliki karakteristik minimal harus
ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah
minimal 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala tambahan, lamanya seluruh episode
berlangsung minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk
meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga (PPDGJ III,
1993).
8. Depresi berat dibedakan menjadi 2 yaitu depresi berat tanpa psikotik dan
depresi berat dengan psikotik. Karakteristik depresi berat tanpa psikotik yaitu
semua gejala depresi utama harus ada, ditambah minimal gejala tambahan dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat, lamanya episode depresif
biasanya harus berlangsung minimal 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat
berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan
36
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat
1. Sejarah Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat
Pendirian Rumah Sakit Kanker Dharmais berawal dari pemikiran para
pakar penyakit kanker termasuk para staf pengajar di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia yang merasa perlu adanya sebuah layanan kanker yang
terpadu di Indonesia. Cita-cita untuk mendirikan suatu rumah sakit kanker
yang mampu memberikan layanan yang bersifat holistik dan terpadu telah
lama dipendam.
Kesempatan untuk mewujudkan cita-cita tersebut terbuka pada tahun 1988
ketika ketua Yayasan Dharmais, Bp. H.M. Soeharto meminta
Dr.dr.A.Harryanto Reksodiputro untuk memikirkan model rumah sakit kanker
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Dr.dr.A.Harryanto
Reksodiputro segera menghubungi para pakar di FKUI dan meminta nasehat
Departemen Kesehatan serta Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Selanjutnya pada bulan Oktober 1988 terbentuklah tim pembuatan
usulan pendirian rumah sakit kanker. Usulan tersebut dapat diselesaikan pada
bulan Desember 1988 dan diserahkan kepada ketua Yayasan Dharmais pada 8
Januari 1999.
48
Sejak saat itu rumah sakit ini berkembang dan menjadi Rumah Sakit dan
Pusat Kanker Nasional yang melakukan pelayanan, pendidikan dan penelitian
yang bermutu tinggi di bidang kanker melalui aktualisasi SMILE ! & C
berdasarkan kebijakan mutu, lingkungan, dan k3 RS. Kanker "DHARMAIS"
No. HK.00.09/1/6995/2009 tanggal 02 September 2009, yaitu :
S = Senyum, dan selalu siap melayani.
M = Mengutamakan Mutu Pelayanan, pencegahan pencemaran dan
pengendalian dampak lingkungan, pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, untuk kepentingan dan keselamatan pengunjung,
pasien dan karyawan.
I = Ikhlas dalam melaksanakan tugas.
L = Loyal pada pimpinan dan berdedikasi dalam tugas, serta taat pada
peraturan perundangan yang berlaku.
E = Excellent dalam pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta disiplin
administrasi yang tertib dan efisien.
! = Merupakan simbol optimis yang berarti mempunyai sikap selalu optimis
menghadapi segala tantangan dan,
C = Continually Improvement, senantiasa melakukan perbaikan mutu
pelayanan, lingkungan dan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
secara berkesinambungan.
49
2. Visi, Misi, dan Moto
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit dan Pusat Kanker Nasional yang merupakan
panutan dalam penanggulangan kanker di Indonesia.
b. Misi
Melaksanakan pelayanan, pendidikan dan penelitian yang bermutu tinggi
di bidang penanggulangan kanker.
c. Moto
Tampil lebih baik, ramah dan profesional.
B. Hasil Penelitian
Jumlah informan yang diteliti di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
adalah empat orang. Wawancara dilakukan di rumah klien. Sebelum melakukan
wawancara kepada klien terlebih dahulu kontrak waktu dan disesuaikan dengan
kondisi kesehatan klien. Pertemuan awal digunakan untuk membina hubungan
saling percaya diawali dengan melakukan perkenalan baik dengan informan
maupun keluarga dekat dalam suasana rileks dan santai. Selama proses
wawancara peneliti mendahulukan kebutuhan informan seperti memperhatikan
kesiapan informan untuk bercerita dan memperhatikan kondisi kesehatan klien
agar wawancara berjalan lancar dan informasi yang diberikan valid sesuai
keinginan peneliti.
50
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Wawancara awal
dilakukan untuk menyaring informan sesuai kriteria inklusi yaitu dengan
mengajukan pertanyaan tentang gejala depresi yang ditemukan pada informan
berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III).
Setelah ditemukan adanya gejala depresi pada informan dan sesuai dengan
kriteria inklusi maka wawancara difokuskan pada latar belakang wanita post
mastektomi yang mengalami depresi mencakup gambaran kehilangan keterikatan,
cara berpikir negatif, ketegangan peran dan dukungan sosial.
Berikut ini akan dipaparkan mengenai karakteristik informan, proses
wawancara dan deskripsi hasil penelitian dari latar belakang wanita post
mastektomi yang mengalami depresi :
1. Karakteristik Informan
Pada penelitian ini, informan yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu,
informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah wanita post
mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang. Karakteristik
informan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga, status
pernikahan, usia terdiagnosis kanker payudara, stadium saat diagnosis,
tanggal operasi mastektomi. Sedangkan, informan pendukung adalah keluarga
klien, psikiatri dan perawat.
51
a. Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah wanita 2 minggu-1 bulan
post mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang di Rumah
Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat yang terdiri dari 4 orang. Kisaran
usia informan termuda adalah 40 tahun dan tertua 54 tahun. Dua dari
empat informan beragama Islam sedangkan yang lain beragama Kristen
dan Budha. Pendidikan terendah SD sedangkan yang tertinggi Diploma.
Tiga dari empat informan sudah menikah, sisanya belum menikah. Tiga
dari empat informan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, sisanya
sebagai pembantu rumah tangga. Penghasilan keluarga keempat informan
beragam yaitu tidak berpenghasilan karena tidak bekerja hingga tertinggi
Rp. 4.000.000,00. Kisaran usia informan termuda saat terdiagnosis kanker
payudara yaitu 30 dan tertua 46 tahun.
52
Tabel 5.1 Karakteristik Informan
Informan No Variabel 1 2 3 4
1 Nama Nn. T Ny. Y Ny. J Ny. M 2 Usia (thn) 54 46 41 40 3 Jenis kelamin P P P P 4 Agama Islam Budha Islam Kristen 5 Pendidikan SD SMA SMA Diploma 6 Pekerjaan Pembantu IRT IRT IRT 7 Penghasilan
keluarga (jt/bln)
- - 4 3
8 Status Belum menikah
Menikah Menikah Menikah
9 Jumlah anak (org)
- 3 3 3
10 Usia terdiagnosis kanker payudara (thn)
30 46 41 40
11 Stadium saat terdiagnosis
IIA II II II
12 Tanggal operasi mastektomi
24 Juni 2010
5 Juli 2010
15 Juni 2010
5 Juli 2010
13 Jenis mastektomi
MRM MRM Mastektomi Total
MastektomiTotal
b. Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah keluarga klien, yang
menemani klien dan mengetahui kondisi klien setiap hari, psikiatri dan
perawat di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat. Wawancara
dengan informan pendukung dilakukan untuk mendapatkan informasi
tambahan sebagai cross check data serta memperkaya data penelitian.
53
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Pendukung
Informan No Variabel 1 2 3 4 5 6
1 Nama Tn. B An. D Ny. S Tn. P dr. I Zr. M 2 Usia (thn) 35 19 62 50 - 24 3 Jenis
kelamin L L P L L P
4 Agama Islam Budha Islam Kristen Islam Islam 5 Pendidika
n terakhir SMA SMA SD D3 - D3
6 Pekerjaan - Keuangan Wiraswasta PNS Psikiatri Perawat7 Lama
bekerja - - - - - 2 tahun
7 bulan 8 Hubunga
n dengan informan
Keponakan Nn. T
Anak kandung Ny. Y
Ibu kandung Ny. J
Suami Ny. M
Psikiatri Perawat
2. Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami
Depresi
Hasil penelitian dengan jumlah informan empat orang didapatkan
beberapa tema yang muncul yaitu :
a. Gambaran Kehilangan Keterikatan
Kehilangan keterikatan yang ingin diketahui melalui penelitian ini
ialah sejauhmana kehilangan keterikatan nyata atau secara fisik seperti
kehilangan fungsi fisik yang menyebabkan perubahan citra tubuh (body
image) maupun secara psikis termasuk kehilangan harga diri. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keempat informan merasakan kehilangan
keterikatan baik secara fisik maupun psikis. Berikut kutipannya:
54
1) Kehilangan keterikatan secara fisik yang ditunjukkan informan yaitu
adanya perasaan sedih, kecewa karena tidak normal sebagai wanita
dan merasa memiliki penampilan berbeda.
Ny. Y mengatakan “Waktu harus dibuang rasa sedih banget itu memang ada, memang drop itu, kecewa banget, ngerasa beda penampilan kita beda biasanya normal ini sudah gak normal lagi kayak mau pake baju suka kesel...nggak bisa pake-pake yang seksi”. Ny. J mengatakan “Sedih ada, sedihnya gini yah hilang saya punya... kalau ingat suka sedih, ngeliat yang lain normal, sekarang kok dah nggak normal, kalau lagi ngaca pas mau pake baju udah nggak ada sebelah, rata (sambil memegang bagian tubuhnya yang dioperasi)”. Nn. T mengatakan “Ya namane orang pas harus dibuang ada perasaan sedih”.
Pernyataan ketiga informan di atas sesuai dengan pernyataan keluarga
informan yang menyatakan bahwa informan merasa sedih, kecewa karena
penampilannya yang berbeda.
An. D mengatakan “Sedih dari mukanya kelihatan... ada sih kecewa sedikit keadaannya kayak gini mau diapain lagi”.
Ny. S mengatakan“Mungkin ada juga kali dikit, ada khawatirnya juga, dia udah nggak punya payudara, nggak enak juga”.
Tn. B mengatakan “Sedih dia sudah beda, nggak ada satu payuadaranya tapi kan umurnya sudah tua ini”
2) Kehilangan keterikatan secara psikis yang ditunjukkan informan yaitu
adalah perasaan kehilangan harga diri.
Ny. M mengatakan “Rasa nggak terima ada, kalau perempuan payudaranya satu diambil rasanya kayak kiamat, hidup kayak dah gak berhargalah (sambil menunduk dan sedikit meringis kesakitan)”.
55
Pernyataan informan di atas juga sama dengan ungkapan keluarga
informan yang menyatakan bahwa informan merasa tidak berharga.
Tn. P mengatakan “Setelah operasi kelihatan udah agak berubah cuma rasa kecewanya kelihatan, masih ada, dia bilang kenapa harus saya, jatuhnya kenapa nggak ke yang lain... dia merasa yang bagi perempuan sangat berharga, nggak ada satu...ada kehilangan, sebagian yang dia miliki sebagai seorang perempuan hilang”.
Pandangan perawat dan psikiatri mengenai kehilangan keterikatan
terhadap latar belakang depresi pada pasien post mastektomi diungkapkan
lebih kepada kehilangan keterikatan secara fisik. Perawat dan Psiksiatri
mengungkapkan bahwa akibat post mastektomi, informan merasa ada
perubahan citra tubuh namun hal ini juga tergantung pada usia informan.
Zr. M mengatakan “Tergantung umur juga kali ya, kalau yang sudah tua mungkin sudah nggak terlalu peduliin”. dr. I mengatakan “Salah satu yang menjadi penyebab depresi pada pasien kanker payudara adalah karena setelah gejala depresi ada perubahan pada citra tubuhnya misalnya pada mastektomi”.
b. Gambaran Cara Berpikir Negatif
Cara berpikir negatif merupakan salah satu yang menjadi pemicu
timbulnya depresi pada wanita post mastektomi. Cara berpikir negatif ini
dilihat dari sejauhmana informan mengevaluasi diri, Tuhan, dunia, masa
depan secara negatif, pikiran tentang kematian yang cepat, persepsi
negatif atau ketakutan tentang kemoterapi, persepsi negatif tentang
penyakit yang diderita seperti yang diungkapkan oleh informan di bawah
ini :
56
Ny. Y mengatakan “Rasa sedih ada, penyakit kok begini, rasa sedih, kecewanya disini, saya kok begini amat...selama ini saya takut kemo” Ny. M mengatakan “Kecewa pada diri sendiri, marah, menyalahkan yang di atas ada...kecewa iya takut saya nggak bisa ya takut nggak bisa ngurus anak, suami, pesimis adalah sedikit...mending sekalian diambil... hidup saya hampa”. Ny J mengatakan “Kalau kaget, kebangun, kadang suka pegang dan kadang suka mikirin, ya gimana ya namanya sudah berumah tangga, takut apa bapa kasih sayangnya kurang...takutnya gini aja ya, umur saya sampe kapan, mikirinnya anak-anak terutama anak-anak kalau bapa udah nggak ma saya, nggak apa ma yang lain kalau anak-anak kan gini ya mikirinnya anak-anak (sambil menunduk dan menangis)” Nn. T mengatakan “Ya namane orang sekali waktu punya pikiran gimana, apa namanya kalau di rumah saya pernah mikir, takut nanti tidak bisa kerja lagi, takut penyakit kambuh lagi”.
Menurut informan pendukung lain yaitu keluarga klien membenarkan
bahwa kesedihannya pasien terjadi karena pikiran-pikiran, perasaan
negatif pasien tentang dirinya, kematian, takut penyakit yang tambah
buruk, dan ketakutan tidak bisa mengurus anak dan suami. Hal ini dapat
dirasakan keluarga dari sikap dan keluhan pasien. Berikut pernyataannya:
An. D mengatakan “Pikiran mamah tentang penyakitnya saat ini, mikirin anak terutama ade yang masih kecil, umurnya sampe kapan”. Tn. P mengatakan “Kadang-kadang ada takut ini takut ini kedepannya...ke suaminya gimana, takutnya kecewa”. Ny. S mengatakan “Mungkin ada pikirannya gimana, gak enak sama suaminya”. Tn. B mengatakan “Payudara itu kan penyakit yang agak serius ya jadi dia agak takut, ada si sedikit takut kambuh lagi, takut nanti nggak bisa kerja lagi, takut umurnya nggak lama”.
57
Pernyataan keempat informan di atas juga didukung oleh pernyataan
informan pendukung lain yaitu perawat yang mengatakan bahwa
depresinya pasien terjadi karena pikiran pasien tentang kematian yang
cepat, persepsi negatif atau ketakutan pasien tentang kemoterapi. Berikut
pernyataannya:
Zr. M mengatakan “Biasanya murungnya mereka terjadi karena ada pikiran tentang kematian apalagi mereka pernah cerita...aku juga bisa nyusul, begitu katanya... ada juga yang nggak mau kemo, kebanyakan sih takut...takut efek sampingnya mual muntah, ada yang takut rontok”.
Hal yang sama juga dikatakan oleh psikiatri yang mengatakan bahwa
depresinya pasien terjadi karena pikiran pasien tentang kematian, dan
kekecewaan tidak dapat meneruskan rencana hidupnya. Berikut
kutipannya :
dr. I mengatakan “Penyebab depresi pada pasien kanker juga bisa terjadi karena ketakutan akan kematian mereka akan berpikir pasien kanker ya otomatis suatu saat akan menuju kematian kemudian mungkin juga kecewaan tidak dapat meneruskan rencana-rencana hidupnya...”.
c. Gambaran Ketegangan Peran
Ketegangan peran merupakan adanya perasaan sedih, frustasi, kecewa
terhadap peran yang dijalankan saat ini. Hasil wawancara menunjukkan
keempat informan mengatakan sedih, kecewa karena tidak dapat
menjalankan perannya baik sebagi ibu, istri, pekerja maupun mengurus
segala macam urusan rumah tangga yang diungkapkan informan berikut
ini:
58
Ny. Y mengatakan “Semua urusan rumah tangga anak saya yang ngurusin, saya cuma ngeliatin anak yang kecil...pas harus kemo, anak yang kecil, masih sekolah, dititipin ke tetangga (sambil menunjuk ke anaknya yang paling kecil) ...nggak ada kegiatan lagi sekarang ya emang rasa sedih ada harusnya kita ada tambah-tambahan sedikit nggak bisa, sekarang ngandelin anak”. Ny. M mengatakan “Ini nggak kuat untuk ngambil gayung, buat mandi (sambil memegang tangan yang sakit), mandi saja masih dibantu suami, pernah ini saya kesel, ambil piring, piringnya mau jatuh...sekarang urusan rumah tangga masih dibantu”. Ny. J mengatakan “...cuma yang berat-berat nggak gitu, kayak yang sifatnya nyapu, ngiris sayuran, masih tapi kalau ngangkat air, nggak, ya kecewa masa saya nyuruh orang mulu, perasaan kan gak enak”. Nn. T mengatakan “Ya sedihnya karena nggak boleh ngapa-ngapain, nggak sepenuhnya kayak orang sehat, nggak boleh ngangkat berat-berat”.
Pernyataan keempat informan di atas juga dibenarkan oleh keluarga
yang menyatakan bahwa setelah mastektomi pasien mengeluhkan adanya
ketidakmampuan dalam menjalankan peran baik sebagai wanita yang
bekerja, ibu rumah tangga, istri maupun ibu dari anak-anaknya. Berikut
pernyataannya:
An. D mengatakan “Pernah cerita juga, keadaan kayak gini nggak bisa bantu apa-apa lagi tinggal anak aja bantu kan mamah sudah nggak biasa paling liatin ade aja...sedih sedikit sih nggak bisa kayak dulu lagi”.
Tn. P mengatakan “Nggak bisa ngelakuin apa-apa, kesel dia...takut
gimana sama suami”. Ny. S mengatakan “Masih ngelakuin seperti biasa paling gak enaknya
sama suaminya”. Tn. B mengatakan “Ya sedih, nggak bisa ngelakuin pekerjaan kayak dulu
lagi, paling yang ringan-ringan aja”.
59
Hal yang sama juga diungkapkan perawat yang menyatakan bahwa
wanita post mastektomi yang terdepresi cenderung terjadi ketegangan
peran yang dijalankan saat ini khususnya pada wanita post mastektomi
yang berusia muda dan memiliki anak yang masih kecil. Berikut
pernyataannya:
Zr. M mengatakan “Iya ngaruhlah, mereka sedih, nggak bisa menjalankan perannya sebagai ibu, apalagi yang masih punya anak kecil istilahnya masih harus menyusui tapi terpaksa nggak bisa...ada juga yang anaknya sampe dititipin ke bibinya”.
d. Gambaran Dukungan Sosial
Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah sejauhmana keterlibatan
atau kehadiran orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat, teman,
saudara, atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan dalam
memberikan bantuan berupa materi, emosi, spiritual dan informasi. Hasil
wawancara, keempat informan mendapatkan dukungan yang cukup dari
berbagai pihak dan adanya dukungan ini mengurangi kesedihan informan
seperti yang diungkapkan di bawah ini:
Ny. Y mengatakan “Kita rasa seneng, temen-temen, anak, dukung, suami selalu menemani saya di rumah sakit...kalau uang, dari keluarga sendiri aja, anak-anak...kalau dukungan doa dari rohaniawan, nggak, belum si. Ny. M mengatakan “Ada rasa seneng si, temen SMA, kuliah, suami, anak ngasih dukungan tapi masih...masih gantunglah, gimana si kan perempuan terpukul banget... dari gereja juga banyak bantu doa, ngasih semangat, ngasih semangat hidup saya mereka ngasih sih ngasih tapi kalau saya sendiri belum nerima...Ada kebenaran ada, perawat dari Dharmais bilang kalau emang masih mau punya payudara ada yang menyerupai aslinya tapi buat apalah, saya masih ngambanglah, antara iya dan nggak”.
60
Ny. J mengatakan “Banyak dukungan...suruh sabar aja suruh nerima kadang-kadang hilang juga rasa putus asa, suruh berdoa, ada juga semua orang pada ngasih banyak yang ini deh dari kepala sekolah...dari perawat, orang-orang juga banyak yang ngasih tahu nanti habis ini harus gini harus gimana”. Ny. T mengatakan “Kadang-kadang saya sedih untungnya ada temen yang nemenin saya...keluarga saya tetap mendukung, tetap berusaha, berobat aja...ada dari gereja bantu doa...biaya pengobatan dari ibu, majikan saya”.
Pernyataan keempat informan di atas juga dibenarkan keluarga yang
mengatakan bahwa pasien kanker payudara post mastektomi merasa
senang dan sedikit berkurang kesedihannya ketika banyak dukungan baik
dukungan emosi, spiritual, informasi dan finansial. Berikut pernyataannya:
An. D mengatakan “Ya pasti seneng kan ada yang ngasih semangat...paling ngobrol-ngobrol, jalan-lalan, ada sih sedikit yang ngasih uang”. Tn. P mengatakan “Dukungan dari saudara, dukungan dari istri, dukungan dari kedua belah pihak, dukungan dari teman-teman dia SMA...ya pastilah seneng istilahnya dia punya temen masih peduli”. Ny. S mengatakan “Banyak yang dukung...senenglah dia banyak yang dukung”. Tn. B mengatakan “ Senenglah, ngasih semangat gitu, dari saudaranya paling lewat sms klo datang kan jauh paling nyemangatin ya...ngasih uang dari ibu majikan sendiri yang bantu”.
Menurut informan pendukung yaitu perawat bahwa pasien kanker
payudara post mastektomi yang tidak didampingi keluarga terdekatnya
cenderung mengalami beban psikologis dan lebih tidak kooperatif. Berikut
pernyataannya:
61
Zr. M mengatakan “Pasien di sini kan dari jauh-jauh, keluarganya yang datang paling berapa, ada yang suaminya gak bisa datang, itu ada yang ngeluhin...kebanyakan sih gitu lebih nggak kooperatif...yang paling berperan disini keluarga”.
e. Penyebab lain yang muncul
Hasil analisis data kualitatif muncul penyebab lain dari depresi pada
wanita post mastektomi diluar dari keempat penyebab yang diteliti pada
penelitian ini yaitu adanya nyeri yang tidak bisa digambarkan oleh
informan dan rasa nyeri ini yang mengakibatkan informan tidak tahan
dengan kondisinya. Berikut pernyataannya:
Ny. M mengatakan “Ini rasa kayak disetrum, kalau disentuh gini masih kerasa (sambil memegang tangan peneliti dan menyuruh peneliti menyentuh jarinya yang sakit), ini rasanya nyeri luar biasa, saya nggak bisa gambarin rasa nyerinya, sampe saya putus asa ada ya, kadang mending sekalian diambil daripada saya ngerasain nyerinya yang luar biasa...”. Ketersediaan biaya yang harus dikeluarkan untuk operasi dan juga
persiapan kemoterapi menambah beban psikologis pula bagi informan.
Berikut pernyataannya:
Ny. Y mengatakan “Pusing keuangannya, harus kemo...”. Ny. M mengatakan “Biaya dari suami, dia lebih utamain saya ya...tadinya dia juga harus operasi tapi terpaksa uangnya dipake untuk biaya saya operasi dulu”.
62
Pernyataan ini juga dibenarkan oleh keluarga dari salah satu informan
dan perawat bedah di Dharmais. Berikut pernyataannya:
Tn. P mengatakan “Kalau kemo belum dijalankan...kebetulan dari askes tapi nggak semuanya bebas, bayar sepertiganya...perkiraannya nggak segitu ternyata bengkak, nggak sesuai perkiraan”. Zr. M mengatakan “Ada, ada yang nggak mau kemo, kebanyakan sih takut karena belum itu ya...takut efek sampingnya mual muntah, ada yang takut rontok, ada yang karna biaya juga ya, mungkin kebanyakan sih karena biaya, karena faktor biaya”. Kurangnya dukungan spiritual, dan nilai keagaamaan serta distres
spiritual juga dapat menimbulkan beban psikologis informan. Berikut
kutipannya:
Ny. M mengatakan ” Saya kecewa sama Tuhan, Tuhan tidak adil, kenapa harus saya bukan orang lain, sampai saat ini saya dan keluarga belum melakukan aktivitas keagamaan dan pergi ke gereja meskipun pihak gereja pernah berkunjung bantu doa dan memberi nasihat” Ny. Y mengatakan ”Beribadah ke kuil, belum saya dan keluarga jalankan dan tidak ada pihak rohaniawan yang berkunjung ke rumah” Pernyataan ini juga dibenarkan oleh keluarga dari salah satu informan dan
perawat bedah di Dharmais. Berikut pernyataannya:
Tn. P mengatakan “Dia pernah bilang sama saya, kenapa harus saya jatuhnya tidak ke orang lain, rasa kecewa sama Tuhan, ada, Tuhan tidak adil dan memang hingga saat ini kami belum melakukan aktivitas keagamaan, belum pergi ke gereja”. An. D mengatakan ”Tidak ada rohaniawan yang datang ke rumah dan mamah juga tidak pernah menyuruh untuk didatangkan rohaniawan, ibadah ke kuil juga nggak dilakukan”.
63
3. Hasil Wawancara Bersama Informan Pendukung
1. Psikiatri
Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter spesialis jiwa di RS
Kanker Dharmais Jakarta Barat pada tanggal 15 Juli 2010, bahwa depresi
pada penderita kanker tidak jarang terjadi berkisar antara 15-20% pasien
kanker dapat mengalami depresi. Berikut kutipannya :
“Depresi pada penderita kanker itu tidak jarang terjadi ya... khusus pada penderita kanker itu sekitar mencapai 15-20% dalam perjalanan penyakitnya penderita kanker mengalami depresi” (dr. I)
Diagnosis pasien yang mengalami depresi atau tidak, dapat dilihat
dari berat dan lamanya gejala depresi pasien dalam merespon peristiwa
yang dihadapi. Berikut kutipannya :
“Ketika dia terdiagnosa kanker kaget gitu ya terus terjadi denial, respon normal ini bisa dikatakan jika di bawah 2 minggu kalau 2 minggu masih bertahan kita sebut dengan gangguan penyesuaian tapi klo gejalanya lebih berat dari itu, ada kesulitan dalam menjalankan aktivitas baru dikatakan depresi” (dr. I) Penatalaksanaan medis pada pasien depresi tergantung berat ringannya
depresi yang terjadi pada pasien. Pasien dengan depresi ringan cukup
dengan diberikan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat pasien
dan tidak memerlukan obat-obatan. Berbeda dengan itu, pasien dengan
depresi berat tidak cukup dengan dukungan saja tetapi perlu adanya obat-
obatan untuk mengurangi depresinya. Berikut kutipannya :
“Penanganannya dengan support, dukungan, informasi tentang penyakit dari tenaga kesehatan, kalau depresinya berat baru menggunakan obat-obatan” (dr. I)
64
Seseorang yang mengalami depresi khususnya depresi berat akan
berdampak buruk bagi diri dan lingkungannya, dampak yang paling
berbahaya adalah adanya tindakan bunuh diri. Berikut kutipannya:
“Dampak depresi yang paling membahayakan yaitu bunuh diri...” (dr. I)
2. Perawat
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bedah di RS Kanker
Dharmais Jakarta Barat pada tanggal 14 Juli 2010, bahwa depresi pada
wanita post mastektomi memang cenderung terjadi tetapi pasien biasanya
tidak mengatakan secara langsung hanya terlihat dari perubahan sikap
pasien. Berikut kutipannya :
“Kebanyakan kalau ngomong secara verbal mah nggak kali ya...Tapi dari sikapnya itu biasanya habis operasi itu diem ya, terus biasanya sih belum kooperatif ke kita” (Zr. M)
Depresi yang terjadi pada pasien post mastektomi biasanya tidak
sampai depresi berat sehingga penatalaksanaannya berupa pemberian
dukungan, motivasi, tidak sampai dikonsultasikan ke psikiatri. Berikut
kutipannya :
“Paling support ja sih, motivasi, lebih pendekatannya aja...yang dikonsultasiin, sejauh ini belum sih ya yang mastektomi kalau yang lain ada” (Zr. M)
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:
1. Kondisi dan jenis penyakit informan yang sangat sensitif dapat mempengaruhi
informan dalam memberikan jawabannya.
2. Metode observasi yang dilakukan kurang optimal karena observasi dilakukan
selama wawancara. Di sisi lain, sebagian informan bertempat tinggal di luar
daerah, hanya sekali waktu ke Jakarta sehingga ini juga menjadi kendala
untuk menentukan kontrak waktu dan hanya sedikit waktu untuk melakukan
wawancara dan observasi.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Informan
a. Usia
Usia informan berkisar antara 40-54 tahun. Usia ini memang menjadi
faktor resiko terjadinya depresi pada seseorang. Hal ini didukung oleh
sumber yang menyebutkan bahwa salah satu resiko depresi ialah usia saat
awitan depresi < 40 tahun (Stuart & Sundeen, 1998). Disisi lain depresi
mayor dapat terjadi pada usia berapapun tetapi biasanya terjadi pada usia
20an dan 30an dan usia dibawah 50 tahun juga beresiko untuk terjadinya
episode depresif atau mania berulang (Stuart & Laraia, 2005).
65
66
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang diteliti adalah wanita. Data RS Kanker Dharmais
menunjukkan bahwa pasien yang melakukan mastektomi umumnya
wanita dan hanya sedikit pria. Hal ini juga berkaitan dengan insiden
kanker payudara yang lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria
yang risikonya hanya 1%. Disisi lain menurut Nolen-Hoeksema bahwa
wanita memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan
perenungan terhadap pengalaman yang menimbulkan stres sehingga
menyebabkan korelasi yang tinggi untuk terjadinya depresi (Wade &
Tavris, 2007).
Kehidupan yang dijalani seseorang juga berisiko untuk terjadinya
depresi mayor dimana pada pria sekitar 7-12% sedangkan wanita beresiko
lebih besar yaitu 20-30% (Stuart & Laraia, 2005). Hal tersebut dapat
dikatakan bahwa jenis kelamin wanita merupakan salah satu faktor resiko
depresi (Stuart & Sundeen, 1998).
c. Penghasilan keluarga
Penghasilan keluarga informan berkisar antara tidak berpenghasilan
hingga 4 juta per bulan dengan jumlah tanggungan yang bervariatif dan
hampir sebagian besar informan menggunakan surat keterangan tidak
mampu ataupun askes untuk membiayai pengobatan yang dijalankan. Hal
ini belum termasuk pengeluaran untuk keperluan hidup sehari-hari
informan dan keluarga. Tingkat penghasilan seseorang yang rendah dan
67
kemiskinan inilah yang menjadi tambahan penyebab depresinya seseorang
(Belle & Doucet, 2003 dalam Wade & Tavris, 2007).
d. Riwayat pernikahan dan pekerjaan
Status informan dalam penelitian ini sangat variatif terdiri dari
menikah, dan tidak menikah seperti yang terjadi pada Nn. T dan hampir
semua informan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Kondisi
kehidupan ini seperti status pernikahan, riwayat perpisahan atau
perceraian dan pekerjaan yang dimiliki dapat mempengaruhi
kecenderungan depresi yang dialami seseorang. Dibanding wanita, pria
lebih bnayak yang berstatus menikah dan bekerja penuh waktu, suatu
kombinasi peran yang sangat terasosiasi dengan kesehatan mental,
sehingga tingkat depresi pada pria lebih rendah daripada wanita (Brown,
1993 dalam Wade & Tavris, 2007).
2. Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami
Depresi
Hasil penelitian yang dilaksanakan pada empat informan tentang latar
belakang wanita post mastektomi yang mengalami depresi didapatkan
informasi yang menunjukkan bahwa depresi yang dialami informan berkaitan
dengan beberapa penyebab. Hal ini diperjelas dengan teridentifikasinya tema-
tema dominan yang muncul dari informan seperti berikut ini:
68
a. Gambaran Kehilangan Keterikatan
Kanker secara universal dianggap penyakit yang dapat mengancam
kehidupan manusia (Lang & Patt, 1994 dalam Yani, dkk, 2002). Kondisi
ini dapat ditambah dengan berbagai tindakan lain seperti mastektomi yang
mempengaruhi penampilan diri, menimbulkan rasa sakit dan berbagai
reaksi psikologik. Reaksi psikologik pada dasarnya merupakan reaksi
kehilangan karena beberapa ancaman termasuk citra tubuh yang selalu
nsehat. Ancaman yang paling serius terhadap citra tubuh adalah karena
payudara yang merupakan simbol seksualitas wanita. Adanya keterikatan
payudara dengan sosok wanita maka mastektomi melibatkan konsep
kehilangan yang sangat dipengaruhi oleh persepsi pasien tentang tubuh
dan penampilan (Stuart & Sundeen, 1998).
Kehilangan ketrikatan secara fisik seperti kesedihan, kekecewaan,
stres karena merasa tidak normal dan memiliki penampilan yang berbeda
maupun psikis lebih dirasakan oleh informan yang menganggap bahwa
penampilan fisik terutama payudara yang merupakan sesuatu yang
penting bagi seorang wanita. Ny. Y yang sebelumnya sangat
mementingkan penampilan tubuhnya kini kehilangan payudara akibat
mastektomi yang dialaminya mengakibatkan dia merasa sangat sedih,
stres, sangat kecewa karena merasa tidak normal dan memiliki
penampilan yang berbeda. Hal yang sama dialami pula oleh Ny. J yang
sedih karena merasa tidak normal sepeti wanita pada umumnya.
69
Begitupula Ny. M kehilangan payudara yang dialaminya tidak hanya
dirasakan secara fisik tapi juga secara psikis yaitu perasaan tidak berharga
sebagai seorang perempuan. Berbeda dengan ketiga informan tersebut Nn.
T yang berusia lebih tua dan tidak terlalu mementingkan penampilan fisik
atau tubuh mengatakan bahwa hanya sedikit kesedihan yang dirasakan
ketika harus dimastektomi, tidak seberat ketiga informan di atas.
Uraian di atas menunjukkan bahwa respon kehilangan payudara pada
wanita post mastektomi yang mengalami depresi dipengaruhi oleh
persepsi mereka tentang tubuh, penampilan fisik, dan usia. Semakin
penting tubuh dan penampilan fisik bagi mereka maka semakin besar rasa
kehilangan yang dirasakan. Semakin tua usia mereka semakin kecil rasa
kehilangan yang dirasakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya tentang persepsi pasien dan suami tentang pengaruh
mastektomi terhadap citra tubuh yaitu semakin tua seseorang semakin
kurang perhatian terhadap citra tubuhnya (Yani, dkk, 2002).
b. Gambaran Cara Berpikir Negatif
Pasien yang terdepresi ditunjukkan dengan sikap, pikiran, dan tingkah
laku negatif seperti pesimis, pikiran dan perasaaan yang menyalahkan diri
sendiri, orang lain, dan Tuhan, pikiran dan perasaan yang menyatakan
bahwa diri tidak bernilai, ketakutan dan kecemasan tentang masa depan,
70
keyakinan tentang penyakit, persepsi negatif tentang kemoterapi dan lain-
lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Hasil wawancara dengan informan didapatkan data bahwa semua
informan memiliki keyakinan atau pikiran-pikiran dan perasaan negatif
seperti Nn. T yang memiliki pikiran tentang ketakutan akan kematian,
ketakutan akan kekambuhan penyakit, ketakutan tidak dapat bekerja lagi.
Perasaan dan pikiran negatif juga dialami oleh Ny. Y yaitu berupa
kesedihan, kekecewaan dengan kondisi diri saat ini, pandangan tentang
kemoterapi yang dapat menyebabkan rambut rontok, mual, muntah dan
merubah penampilan fisik.
Ketakutan akan berkurangnya kasih sayang yang diberikan oleh
suami, ketakutan akan kematian, pikiran tentang anak dirasakan oleh Ny.
J. Perasaan dan pikiran negatif seperti kecewa pada diri sendiri, marah,
menyalahkan Tuhan, ketakutan tidak bisa mengurus anak, suami, pesimis,
lebih baik mati, perasaan hampa dalam hidup juga dirasakan oleh Ny. M
dan didukung oleh sikap Ny. M selama wawancara yang begitu lemas,
tidak bergairah, raut wajah yang sedih seperti tertekan, marah, kesal
dengan kondisi saat ini. Beban ini ditambah juga dengan kekhawatiran
Ny. M dan Ny. J tentang masa depan anak-anaknya dan saat diobservasi
keduanya tampak menangis ketika disinggung tentang anak mereka.
71
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa keyakinan-keyakinan
dan pikiran-pikiran seseorang merupakan pengaruh yang sangat kuat
dalam menciptakan, menentukan perasaan-perasaan seseorang. Depresi
juga dapat berkembang dari perasaan terluka, sakit yang diderita,
ketidakadilan, dan kesalahan (McKay & Dinkmeyer, 2005). Oleh
karenanya, Islam melarang keras seseorang untuk berpikir negatif atau
berprasangka buruk terhadap diri dan kehidupannya seperti yang terdapat
dalam Al-Quran dan hadits berikut ini :
Firman Allah SWT dalam Al- Quran Surat Al Hujuraat ayat 12 yang
berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ا جْتَنِبُوا آَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ...
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari prasangka karena sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa...”
Dari Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Orang beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari- pada orang mu’min yang lemah. Dan masing-masing punya kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah bantuan kepada Allah dan jangan merasa lemah (pessimis) dan jika kamu mendapat satu musibah (kesulitan), jangan berkata : “sekiranya saya melakukan ini, maka akan terjadi seperti ini” Tapi katakanlah : “ Sesungguhnya Allah telah menentukan (keputusan-Nya) dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki”. Oleh karena ucapan “sekiranya” itu membuka peluang kerja bagi setan”. (HR. Imam Muslim)
72
Beberapa upaya yang dilakukan informan dalam menghilangkan
perasaan dan pikiran negatif tersebut adalah dengan cara berkumpul
bersama teman dan keluarga, berpikir bahwa masih banyak orang yang
lebih tidak beruntung dari dirinya seperti yang dilakukan Nn. T. Cara ini
dapat menghilangkan pikiran dan perasaan negatif Nn. T meskipun
kadang pikiran dan perasaan negatifnya muncul kembali saat dia sedang
sendiri.
Begitupula yang dirasakan Ny. M pikiran dan perasaan negatifnya
sudah ia rasakan sebelum operasi mastektomi, dan pikiran dan perasaan
negatifnya tersebut belum dapat dia hilangkan meskipun banyak dukungan
berupa semangat untuk hidup dan doa dari gereja namun dia belum dapat
menerimanya, dan aktivitas keagamaan belum dia jalankan. Besarnya
perhatian yang ditunjukkan oleh suami dan anaknya membuat Ny. Y
berusaha untuk menghilangkan pikiran dan perasaan negatifnya dengan
cara mengingat nasihat suami dan anaknya. Begitupula Ny. J yang
berusaha untuk berpikir positif tentang kondisi dan kehidupannya dengan
cara berdoa, mengikuti pengajian dan mengingat semua dukungan yang
diberikan padanya meskipun sewaktu-waktu pikiran dan perasaan negatif
tersebut dapat muncul tiba-tiba saat dia sendiri.
73
Pernyataan semua informan di atas sesuai dengan hadits berikut
tentang beberapa cara untuk menghindari pikiran yang negatif atau
prasangka buruk:
Dari Haritsah bin Nukman ra bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Ada tiga hal yang tidak bisa dihindari oleh umatku, yaitu meramal hal-hal yang buruk, dengki dan buruk sangka. Berkata seorang laki-laki: apakah yang bisa menghilangkannya apabila seseorang berada dalam kondisi tersebut? Rasulullah bersabda,”apabila engkau dengki maka segeralah beristighfar kepada Allah, apabila engkau mulai berprasangka maka janganlah engkau memastikannya dan apabila engkau meramal hal-hal yang buruk maka segeralah melupakannya”. (HR Baihaqi)
Selain beberapa upaya yang dilakukan oleh informan di atas dalam
menghilangkan pikiran negatifnya, perlu juga terapi kognitif yang
dilakukan secara dini sebelum dan setelah operasi mastektomi dilakukan
sehingga depresi yang terjadi tidak menumpuk dan menghilangkan pikiran
negatif pasien secara optimal. Terapi kognitif ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan pikiran negatif, mengembangkan
cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, melatih kembali respon
kognitif dan perilaku yang baru. Hasil penelitian Gordon tahun 1988 juga
menunjukkan bahwa 74% responden mengalami penurunan tingkat
depresi, perasaan tidak mempunyai harapan, dan meningkatnya harga diri
setelah dilakukan terapi kognitif. Hasil yang sama juga ditemukan pada
penelitian Atih Rahayuningsih tahun 2007 dimana sebelum terapi kognitif
semua reponden (100%) mengalami harga diri rendah tetapi setelah
74
dilakukan terapi kognitif, 58,6% responden mengalami peningkatan harga
diri.
c. Gambaran Ketegangan Peran
Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial ysng
berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok sosial
(Stuart & Sundeen, 1991 dalam Potter & Perry, 2005). Sepanjang hidup
orang menjalani berbagai perubahan peran seperti adanya transisi sehat-
sakit. Transisi inilah yang dialami pasien kanker payudara yang
mengalami mastektomi dimana kondisi tersebut dapat mengancam konsep
diri yang mengakibatkan konflik peran, ambiguitas peran, dan ketegangan
peran.
Peran dan ketegangan peran ini mempengaruhi perkembangan depresi
terutama pada wanita. Ketegangan peran dapat diekspresikan sebagai
perasaan frustasi, sedih, kecewa ketika seseorang merasakan tidak adekuat
atau merasa tidak sesuai dengan peran. Perasaan inilah yang dialami oleh
keempat informan yaitu adanya perubahan peran sebagai istri, orang tua,
pekerja dan lain-lain.
Informan merasa tidak berarti, sedih, kecewa, kesal karena tidak dapat
berperan seperti sediakala. Terlebih lagi mereka yang sudah menikah atau
berperan sebagai ibu dan istri. Mereka memiliki tugas perkembangan
diantaranya melayani suami, memenuhi kebutuhan anggota keluarga lain,
75
seperti makanan, pakaian, mengatur segala macam urusan rumah tangga.
Perubahan peran inilah yang dialami oleh Ny. Y dimana setelah menjalani
mastektomi, dia merasa sedih karena semua urusan rumah tangga
dilakukan oleh anaknya sehingga tidak ada kegiatan lagi. Ny. M yang
merasa sedih karena tidak dapat mandi sendiri dan masih dibantu oleh
suami, semua urusan rumah tangganya masih dibantu, kesal saat
membawa piring makan yang hampir jatuh. Ny. J yang tidak melakukan
pekerjaan yang berat dan merasa kecewa karena selalu meminta bantuan
orang .
Perubahan peran ini berdampak pula bagi informan yang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan finansial seperti yang dialami Nn. T dimana
dia tidak boleh melakukan apapun, tidak sepenuhnya seperti orang sehat,
dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat dan Ny. Y juga merasa
sedih karena tidak dapat bekerja lagi untuk menambah penghasilan
keluarga.
d. Gambaran Dukungan Sosial
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan
klien. Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi
yang dibutuhkan untuk menghadapi segala macam tantangan dalam hidup.
Harapan mempunyai implikasi baik jangka pendek maupun jangka
panjang dan berorientasi pada masa depan yang dapat membantu klien
76
berupaya ke arah penyembuhan. Untuk membantu klien mencapai
harapan, maka penting penggunaan sumber yang ada seperti sistem
pendukung.
Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang
menghubungkan klien, perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi
penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah
kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang klien sebagai
sistem pendukung. Sistem pendukung dapat memberi sumber
kepercayaan yang memperbaharui jati diri klien. Dukungan dan
kehadiran keluarga dan teman merupakan bagian penting dari
penyembuhan klien. Kehadiran juga mampu memberikan kedekatan
dengan klien secara fisik, psikologis, dan spiritual (Potter & Perry, 2005).
Sesuai dengan pernyataan di atas dukungan sosial merupakan
kebutuhan tertinggi yang dipersepsikan oleh informan dan keluarga.
Semua informan dalam penelitian ini membutuhkan dukungan terutama
dari keluarga sebab mereka merasakan bahwa adanya kehadiran dari
orang terdekat dapat menurunkan beban psikologis yang mereka rasakan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ny. Y yang mengatakan bahwa ada
perasaan senang saat mendapat dukungan dari teman, anak, dan suami
yang selalu menemaninya saat di rumah sakit dan mendapat bantuan
uang dari anak untuk biaya operasi dan keperluan sehari-hari. Begitupula
Nn. T yang mengatakan bahwa beban kesedihan yang dia rasakan sedikit
77
hilang karena adanya kehadiran teman, dukungan dari keluarga, gereja
yang memberikan doa, dan bantuan biaya operasi dari majikan. Ny. J
juga mengatakan bahwa perasaan sedih dan putus asa yang dia rasakan
terkadang hilang sewaktu banyak yang memberikan dukungan baik
berupa uang, doa dan informasi dari perawat. Begitupa Ny. M yang
merasa senang karena mendapat bantuan dari teman, suami, anak, pihak
gereja yang memberikan doa, informasi dari perawat namun lebih jauh
Ny. M mengatakan bahwa meskipun banyak yang memberikan
dukungan tetapi dia masih belum dapat menerima kondisinya.
e. Penyebab lain yang muncul
Hasil analisis data kualitatif muncul tema baru tentang penyebab
depresi yang lain pada wanita post mastektomi yaitu nyeri dan tidak
adanya ketersediaan biaya untuk pengobatan.
1) Nyeri
Nyeri pada pasien post operasi seperti mastektomi digolongkan
kedalam nyeri akut. Nyeri akut secara serius mengancam proses
penyembuhan klien, menghambat kemampuan klien untuk terlibat
aktif dan meningkatkan risiko komplikasi akibat immobilisasi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan perawat bedah yang mengungkapkan bahwa
pasien yang baru menjalani mastektomi biasanya mengeluhkan nyeri
sehingga mereka belum kooperatif. Kemajuan fisik atau psikologis
78
tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena klien
memfokuskan semua perhatiannya pada upaya mengatasi nyeri.
Hal ini seperti yang terjadi pada Ny. M yang mengatakan bahwa
nyeri yang dia rasakan terjadi pada setiap waktu seperti saat tidur di
malam hari sering terbangun karena nyeri, begitupula saat istirahat
siang hari, dia tidak bisa istirahat karena nyeri bahkan untuk posisi
duduk yang terlalu lama juga tidak bisa karena nyeri hebat yang dia
dirasakan, yang digambarkan seperti kesetrum. Rasa nyeri ini
mengakibatkan Ny. M merasa kurang istirahat, kurang tidur, nafsu
makan menurun, putus asa, dan adanya pemikiran tentang bahwa
kematian lebih baik bagi dirinya. Upaya yang dia lakukan untuk
mengatasi nyerinya adalah dengan meminum obat analgesik seperti
tramadol sesuai instruksi dokter dan melakukan aktivitas ringan seperti
menggenggam, memegang benda. Hasilnya, nyeri yang dia rasakan
memang hilang saat minum obat analgesik namun efeknya tidak
berlangsung lama, nyeri masih kambuh dan skalanya masih berat dan
gerakkan ringan seperti menggenggam, memegang benda juga dia
lakukan tetapi tidak memberikan hasil maksimal bagi pengurangan
nyerinya hanya mengurangi kekakuan otot tangannya.
Berbeda dari nyeri yang dirasakan oleh Ny. M tersebut, tiga
informan lainnya yaitu Ny. J, Ny. Y, dan Nn. T mengatakan bahwa
nyeri yang dirasakan post operasi mastektomi hanya seperti kesemutan
79
dan dengan melakukan latihan pada lengan dan tangannya, rasa
kesemutannya berkurang bahkan hilang. Latihan fisik ini sudah
dilakukan ketiga informan sejak hari pertama post operasi. Latihan
fisik yang dilakukan yaitu abreast staying.
Pentalaksanaan nyeri yang terjadi pada Ny. M atau pada pasien
post matektomi selain menggunakan obatan-obatan analgesik seperti
tramadol harus ditunjang dengan latihan fisik dini sejak hari pertama
post mastektomi. Kasus di atas menunjukkan bahwa nyeri hebat yang
terjadi pada Ny. M dipengaruhi oleh penilaian dirinya terhadap
stressor nyeri dan pengalaman Ny. M tentang operasi dimana dia
mengatakan takut dengan operasi. Disisi lain, nyeri tersebut bisa
disebabkan karena kurangnya latihan fisik dini yang harusnya dimulai
sejak hari pertama post mastektomi. Hal ini sesuai dengan penelitian
Indrawati tahun 2008 yang menemukan bahwa adanya penurunan
tingkat nyeri setiap harinya mencapai skala 1 pada pasien post
mastektomi yang melakukan latihan fisik ditambah mengkonsumsi
analgesik seperti tramadol dibandingkan hanya dengan analgesik saja
tanpa diikuti latihan fisik.
Latihan fisik seperti latihan aerobik intensitas rendah (berjalan,
staying abreast, napas dalam) selama pengobatan kanker juga dapat
meningkatkan fleksibilitas, komposisi tubuh, kekuatan otot,
menurunkan nyeri, nausea, depresi, meningkatkan harga diri dan
80
kepuasan hidup yang membaik (Courney, Mackey dan Jones, 2000
dalam Indrawati, 2008).
2) Ketersediaan biaya untuk pengobatan
Besarnya biaya pengobatan yang harus dikeluarkan oleh informan
dan keluarganya menambah beban psikologis bagi informan dan
keluarga. Apalagi bagi informan yang tidak bekerja dan mengandalkan
bantuan dari anak ataupun dengan surat keterangan tidak mampu,
kurangnya ketersediaan biaya pengobatan ini dapat menambah pikiran
pasien dan dapat memperberat kondisi fisik dan psikologisnya. Beban
biaya ini diungkapkan oleh Ny. Y yang mengatakan bahwa dia pusing
dengan keuangannya, yang harus kemoterapi sebanyak 6 kali dan sinar
30 kali ditambah dia dan suami yang sekarang sudah tidak bekerja lagi
dan hanya mengandalkan bantuan dari anak dan surat keterangan tidak
mampu untuk biaya operasi.
Ny. M dan Tn. P juga mengalami hal yang sama meskipun sudah
menggunakan askes namun mereka masih harus membayar biaya
operasi sepertiganya ditambah keperluan untuk kemoterapi. Di sisi lain
biaya untuk keperluan sekolah anak mereka, dan biaya operasi Tn. P
yang terpaksa ditunda karena mendahulukan operasi Ny. M.
Begitupula Nn. T yang harus mencari bantuan dana seperti surat
81
jaminan kesehatan untuk kemoterapi meskipun biaya operasi
sebelumnya dibantu oleh majikannya.
3) Dukungan spiritual
Spiritualitas merupakan komitmen tertinggi individu dalam
menentukan pilihan dalam hidup (Farran et. al, 1989 dalam Potter &
Perry, 2005). Spiritualitas ini ditunjukkan melalui sistem keyakinan
dan praktik ibadah yang dilakukan individu (Emblen, 1992 dalam
Potter & Perry, 2005). Pada saat terjadi stres, penyakit, kehilangan,
kekuatan spiritual dapat membantu seseorang ke arah penyembuhan,
perkembangan kebutuhan dan perhatian terhadap spiritual. Hal ini
seperti diungkapkan Ny. J dan Nn. T bahwa mereka masih mengikuti
pengajian, sholat lima waktu dan berdoa. Lebih lanjut mereka
mengatakan dengan aktivitas keagamaan yang mereka jalankan
membuat mereka lebih tenang dan mengurangi kesedihan yang mereka
rasakan.
Sebaliknya, stres, penyakit dan kehilangan juga menimbulkan
konflik individu terhadap keyakinan dan makna hidup. Hal tersebut
dapat ditunjukkan melalui kemarahan individu yang diekspresikan
kepada Tuhan, ataupun diri mereka sendiri. Inilah yang dialami oleh
Ny. M dimana dia mengungkapkan bahwa dia kecewa terhadap Tuhan
dengan kondisinya saat ini sehingga terjadi perubahan nilai keyakinan
82
pada Ny. M seperti aktivitas keagaamaan seperti beribadah ke gereja
dan berdoa, tidak dia lakukan.
Sama halnya dengan Ny. M, Ny Y juga tidak melakukan aktivitas
keagamaan seperti pergi ke kuil ataupun mendatangkan rohaniawan ke
rumah untuk membantu doa. Distres atau masalah spiritual dan
kurangnya dukungan spiritual inilah yang menjadi tambahan beban
psikologis kedua informan di atas. Padahal, pengaruh spiritualitas
sangat penting dalam proses penyembuhan informan.
Uraian di atas terangkum dalam bagan berikut ini :
Kehilangan keterikatan
secara fisik dan psikis
Depresi post mastektomi
Ketegangan peran seperti kekecewaan
tidak dapat mengurus rumah
tangga, anak, tidak dapat bekerja
Pikiran negatif seperti ketakutan akan
kematian, takut tidak dapat mengurus anak dan suami, ketakutan
akan kemoterapi
Nyeri post mastektomi
Dukungan sosial & spiritual
Ketersediaaan biaya untuk pengobatan
Bagan 6.1 Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi
83
3. Pandangan Informan Pendukung Psikiatri
Hasil wawancara dengan informan pendukung yaitu psikiatri mengenai
diagnostik depresi pada pasien kanker, penyebab depresinya, dan
penatalaksaannya. Sebelum menegakkan diagnostik depresi pada pasien
kanker yang perlu diketahui yaitu bahwa tidak semua pasien kanker
mengalami depresi karena hal tersebut tergantung pada mekanisme
pertahanan diri pasien. Pasien yang mengalami depresi atau tidak biasanya
dapat terlihat dari perubahan sikap yang ditunjukkan oleh pasien. Pasien
kanker yang mengalami depresi atau menunjukkan gejala depresi biasanya
digolongkan dalam bentuk respon normal, gangguan penyesuaian, dan
depresi. Penggolongan ini tergantung pada lamanya gejala depresi
berlangsung dan beratnya gejala depresi yang dialami pasien.
Ketika pasien terdiagnosa kanker pada umumnya merasa terkejut, yang
berlanjut pada pengingkaran atau denial. Hal ini merupakan respon normal
yang terjadi pada pasien kanker. Dikatakan respon normal jika gejala depresi
berlangsung di bawah 2 minggu dan jika 2 minggu masih bertahan disebut
sebagai gangguan penyesuaian sedangkan jika gejalanya lebih berat dari itu
dan ada kesulitan dalam menjalankan aktivitas dikatakan sebagai depresi.
Beberapa penyebab terjadinya depresi adalah adanya ketakutan akan
kematian (pasien kanker secara otomatis berpikir bahwa mereka suatu saat
akan menuju kematian), kecewaan tidak dapat meneruskan rencana-rencana
hidup, seperti tidak dapat melanjutkan rencananya dengan anak dan keluarga,
84
adanya perubahan pada citra tubuh misalnya pada pasien post mastektomi,
pola hidup dan keuangan itu juga dapat menjadi salah satu penyebab depresi.
Respon pasien kanker yang terdiagnosis pada stadium awal berbeda dengan
stadium lanjut seperti III B kemudian juga rasa nyeri yang teus-menerus pada
pasien kanker berisiko 2 kali lebih besar untuk terjadi depresi. Beberapa
pengobatan misalnya kemoterapi dan obat-obatan seperti beta bloker juga bisa
menyebabkan depresi.
Penatalaksanaan depresi pada umumnya sama yaitu tergantung pada
beratnya gejala depresi yang dialami pasien. Depresi yang ringan dapat hilang
dengan dukungan menyeluruh dari keluarga dan sosial, pemberian informasi
tentang penyakit dari tenaga kesehatan, dan perawatan yang tepat. Bila
gejalanya lebih berat, lebih lama atau kambuh maka diperlukan obat-obatan
antidepresan yaitu golongan tricyclic antidepresan dimulai dengan dosis kecil
(25 -50mg), dosis maksimum 75 sampai 150mg/hari, untuk penderita kanker
stadium lanjut dosisnya lebih rendah. Antidepresan lain yang dapat diberikan
adalah fluoxetine, sertralin, dll.
4. Hasil Observasi
Untuk mendapatkan data yang relevan dengan penelitian yang tidak
didapatkan dalam wawancara maka peneliti melakukan wawancara dan
observasi kepada informan. Berikut ini sikap dan tingkah laku yang
ditampilkan informan selama wawancara:
85
a. Ny. Y
Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 10.00 sd 11.00
WIB. Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Saat
peneliti datang ke rumah, Ny. Y sedang menonton TV dengan anaknya
yang masih kecil dan anak lelaki Ny. Y yang lain. Ny. Y tidak tampak
mengerjakan kegiatan rumah tangga. Ny. Y terlihat kooperatif dengan
ekspresi wajah senang menerima kedatangan peneliti di rumah. Selama
wawancara berlangsung subjek berbicara jelas, tidak canggung membahas
mengenai kondisinya.
b. Ny. M
Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Juli 2010 pukul 11.00 sd 12.00
WIB. Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Ny. Y
terlihat kooperatif dan menerima kedatangan peneliti di rumah. Selama
wawancara berlangsung subjek berbicara pelan sambil menunduk. Tampak
wajah pucat, terlihat capek, lelah. Subjek menceritakan kondisinya dengan
raut wajah sedih dan penuh kekecewaan terhadap kondisinya. Subjek juga
memperlihatkan tangannya yang sakit pada bagian sisi post mastektomi
kepada peneliti. Di rumah Ny. M terlihat ramai, tampak tiga orang anak
Ny. M. Anaknya yang perempuan tampak mengerjakan urusan rumah
tangga di dapur bersama saudara Ny. M. Ny. M tidak tampak melakukan
apapun sebab saat peneliti datang ke rumah, Ny. M sedang istirahat dan
berjalan pelan dan sangat berhati-hati menghampiri peneliti.
86
c. Ny. J
Wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2010 pukul 11.00 sd 12.00
WIB. Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Ny. Y
terlihat kooperatif dengan ekspresi wajah senang menerima kedatangan
peneliti di rumah. Saat peneliti datang ke rumah, subjek berada diteras
rumah sedang menyapu dan mengobrol dengan Ibu kandung Ny. J. Saat
makan siang, Ny. J dapat melakukannya sendiri, makan dengan tangan
kiri dan hanya sedikit porsi makannya, tampak tidak terlalu nafsu. Selama
wawancara berlangsung subjek berbicara jelas, tidak terlalu cepat dan
lambat. Tampak antusias menjawab pertanyaan peneliti. Ny. J juga
memperlihatkan bagian sisi yang dioperasi. Saat menjawab pertanyaan
seputar kondisinya dan anak-anaknya, subjek tampak sedih, menangis,
nada bicara menjadi pelan.
d. Nn. T
Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 08.00 sd 09.00
WIB. Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Nn. T
terlihat kooperatif dengan antusias menerima kedatangan peneliti di
rumah. Di rumah, hanya ada Nn. T dan keponakannya. Selama wawancara
berlangsung subjek berbicara jelas, dengan bercampur logat Jawa, tampak
antusias menjawab pertanyaan peneliti. Saat menjawab pertanyaan seputar
kondisi dan kehidupannya, subjek tidak dapat menahan kesedihannya
hingga mengeluarkan air mata, nada bicara menjadi pelan. Nn. T tampak
87
tidak kesulitan menggunakan tangannya untuk hal ringan seperti
membawa gelas.
88
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yakni terjadinya
depresi pada wanita post mastektomi dilatarbelakangi oleh:
1. Adanya kehilangan keterikatan yang ditemukan pada wanita post mastektomi
terhadap kehilangan payudara baik keterikatan fisik seperti perasaan kecewa,
sedih karena merasa tidak normal dan memiliki penampilan yang berbeda
maupun psikis berupa perasaan tidak berharga sebagai seorang wanita.
2. Adanya cara berpikir negatif yang ditemukan pada wanita post mastektomi
yaitu umumnya adanya pikiran tentang evaluasi negatif diri seperti diri yang
tidak berharga, evaluasi negatif masa depan seperti kehidupan hampa,
evaluasi negatif terhadap Tuhan seperti menyalahkan Tuhan dan menganggap
Tuhan tidak adil, ketakutan akan kematian, persepsi negatif tentang
kemoterapi, ketakutan akan masa depan, ketakutan akan kekambuhan
penyakit, ketakutan tidak dapat mengurus anak, suami.
3. Adanya ketegangan peran yang ditemukan pada wanita post mastektomi dapat
diketahui dari adanya perasaan sedih, kecewa karena tidak dapat melakukan
kegiatan sehari-hari, mengurus rumah tangga seperti sebelumnya, yang
tadinya bekerja setelah mastektomi tidak bekerja lagi, dan sisi yang dioperasi
hanya bisa digunakan untuk melakukan pekerjaan ringan.
89
4. Pada penelitian ini selain faktor di atas ditemukan pula faktor lain yang
menjadi latar belakang depresi pada pasien post mastektomi yaitu:
ketersediaan biaya untuk pengobatan dan nyeri hebat yang dirasakan post
operasi mastektomi yang digambarkan seperti kesetrum dengan frekuensi
yang sering serta kurangnya dukungan spiritual ataupun distress spiritual yang
dialami klien seperti berubahnya nilai-nilai keyakinan terhadap Tuhan, dan
kurangnya aktivitas keagamaan yang dilakukan.
5. Di sisi lain pada penelitian ini ditemukan bahwa depresi pada pasien post
mastektomi umumnya bukan karena dukungan sosial yang kurang sebab
semua pasien ini mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak terutama
orang-orang terdekat pasien baik berupa dukungan nasihat, emosi, informasi
dan finansial. Perasaan informan terhadap dukungan yang diberikan adalah
senang dan merasa kesedihan dan bebannya berkurang.
B. Saran
1. Keluarga
a. Membangun persepsi atau pikiran positif pasien tentang dirinya, Tuhan,
kehidupan yang dijalani, masa depannya, dan pikiran pasien tentang
kematian yang cepat dan memberikan dukungan spiritual.
b. Membantu mengoptimalkan peran yang dijalankan pasien sesuai dengan
kemampuannya baik sebagai ibu, istri, maupun pekerja.
90
2. Rumah Sakit Kanker Dharmais
a. Memberikan terapi kognitif sehingga membentuk pikiran positif pasien,
mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, melatih
kembali respon kognitif dan perilaku yang baru serta meningkatkan harga
diri pasien
b. Memberikan penanganan atau manajemen nyeri baik secara farmakologis
maupun non farmakologis seperti latihan aerobik intensitas rendah
(berjalan, staying abreast, napas dalam) selama pengobatan kanker yang
dapat meningkatkan fleksibilitas, komposisi tubuh, kekuatan otot,
menurunkan nyeri, nausea, depresi, meningkatkan harga diri dan kepuasan
hidup yang membaik.
3. Pemerintah
Memberikan jaminan pembebasan biaya secara utuh untuk pengobatan
lanjutan seperti kemoterapi bagi pasien post mastektomi yang tidak mampu
yang menggunakan SKTM ataupun askes sehingga menunjang penyembuhan
pasien dan mengurangi beban fisik maupun psikologis pasien.
4. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti yang merasa tertarik terhadap klien kanker payudara yang
mengalami mastektomi dapat melakukan penelitian lanjutan yang mencakup
aspek sosial maupun spritual klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo. 2001. Keperawatan medikal Bedah
Vol. 2. Jakarta: EGC Capernito, Lynda Juall-Moyet: alih bahasa, Yasmin Asih. 2006. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Jakarta: EGC Dalimartha,Setiawan. 2004. Deteksi Dini kanker dan Simplisa Antikanker. Jakarta:
Penebar Swadaya Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia
Davidson, G dan Neale, J. M. 1997. Abnormal Psychology. 7th Ed. New York: John Wiley dan Sons
Depkes RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta :
Depkes RI Doenges, Marilynn E, dkk; alih bahasa, I Made Kariasa & I Made Sumarwati. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. Jakarta: EGC Evy. 2009. Deteksi Dini Kanker Payudara Sering Terlambat.
http://www.kompas.com Farooqi, Yasmin N. 2005. Depression and Anxiety in Mastectomy Cases, dalam
Baywood Publishing Co, Inc, illness, Crisis & Loss, Vol. 13(3) 267-278 Fujin, Chen, dkk: alih bahasa, Willie Japaries. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis edisi
2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Grace, Pierce A & Neil R. Borley: alih bahasa, Vidhia Umami. 2007. Ilmu Bedah
edisi 3. Jakarta : Erlangga Indrawati. 2008. Tesis Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Nyeri Pada Pasien Kanker
Payudara Pasca Mastektomi di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi. Depok: FIK UI
Joomla. 2010. Kenali Terapi Kanker Payudara. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa (Dit. PSLB). http://www.pkplk-plb.org. Diaskes tanggal 7 Maret 2010
Kaplan, Harold I & Benjamin J Sadock: alih bahasa, Wicaksana M. Roan. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika
Khayan, Fika Sastramaya. 2009. Analisis Perbandingan Penetapan Cost Of
Treatment Berbasis Clinical Pathway dan Tarif INA-DRG DEPKES Kasus Kanker Payudra dengan Tindakan Bedah Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) dan Kemoterapi di RS Dharmais Tahun 2008. Depok: FKM UI
Konginan, Agustina. 2008. Depresi Pada Penderita Kanker-Pusat Pengembangan
Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo Surabaya www.palliative.surabaya.com
Kresno, Sudarti dkk. 2006. Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pemantauan dan
Evaluasi Program Kesehatan. Jakarta : FKM UI Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit Fitramaya McKay,Gary&Don Dinkmeyer: alih bahasa, Emanuel. 2005. How You Feel is Up To
You-Rahasia Kekuatan Plihan Emosional. Jakarta: Grasindo Miller, Gregg: alih bahasa, Mohammad jauhar. 2008. Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit Kanker. Jakarta: Pustakaraya Moleong, Lexi J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Roskarya Nowicki, Andrzej, dkk. 2008. Depression and Anxiety Before and After Breast
Amputation in Women dalam Polish Journal of Surgery Vol. 8, No. 7 Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta
Pdpersi. 2009. Awas! Ibu Tak Pernah Susui Anak Berpotensi Terkena Kanker Payudara. http://www.pdpersi.co.id
Potter & Perry; alih bahasa, Yasmin Asih. 2005. Buku Fundamental Keperawatan
Ed.4. Jakarta: EGC Rahayuningsih, Atih. 2007. Tesis Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Tingkat Harga
Diri dan Kemandirian Klien di Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan Kanker Payudara. Depok: FIK UI
Sarason, I. G. 1989. Abnormal Psychology. 6th Ed. New Jersey: Pentice Hall
Stuart, Gail Wiscarz & Michele T. Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition. Elsevier Mosby
Stuart, Gail Wiscarz & Sandra J. Sundeen: alih bahasa, Achir Yani S. Hamid. 1998.
Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC Sugiarti. 2000. Tesis Sumber-Sumber Stres, Strategi Koping dan Dukungan Sosial
Pada Wanita yang Mengalami Masalah Infertilitas (Suatu Studi Kualitatif). Depok: FKM UI
Syaifullah, M. 2010. Kanker Penyebab Kematian Nomor 7 di Indonesia.
http://www.okezone.com Wade, Carole & Carol Tavris: alih bahasa, Padang Mursalin & Dinastuti. 2007.
Psikologi edisi 9 jilid 2. Jakarta: Erlangga Yani, Achir dkk. 2002. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol. 6, No. 2- Persepsi Pasien
dan Suami Tentang Pengaruh Mastektomi Terhadap Citra Tubuh dan Fungsi Seksual. Jakarta: FIK UI
Yosep, Iyu. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama
_____. 2009. Penyakit Kanker. http://www.rscm.co.id. Jakarta: RSCM
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Informan Klien Mastektomi
Pengantar :
Dengan hormat,
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk menjadi
responden dalam penelitian saya. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak ada yang
salah dan bersifat bebas sehingga saya mengharapkan anda leluasa dalam
memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penghayatan pribadi anda. Guna
memudahkan bagi saya untuk menjaga kelengkapan dalam pencatatan informasi
maka saya mohon kiranya anda mengijinkan saya untuk menggunakan alat perekam.
Marilah kita mulai.
A. Identitas Pewawancara
1. Nama pewawancara :
2. Tanggal wawancara :
3. Waktu wawancara :
4. Tempat wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Agama :
5. Pendidikan terakhir :
6. Pekerjaan :
7. Penghasilan keluarga (juta/bulan) :
8. Status pernikahan :
9. Jumlah anak :
10. Usia terdiagnosis kanker payudara :
11. Stadium saat diagnosis :
12. Tanggal operasi mastektomi :
C. Depresi
1. Bagaimana perasaan dan penilaian anda terhadap kehidupan yang anda jalani
saat ini? (Probe: puas, tidak puas, sejauh mana kepuasan dan
ketidakpuasannya)
2. Bagaimana kegiatan dan minat atau kesenangan anda saat ini? (Probe:
Bagaimana perasaan anda dalam menjalani kegiatan tersebut?
3. Bagaimana anda menyikapi permasalahan yang anda hadapi saat ini?
4. Bagaimana pola istirahat atau tidur dan makan anda saat ini? (Probe:
mengalami perubahan, tidak berubah dll, sejauh mana perubahannya)
5. Bagaimana anda menilai diri anda saat ini? (Probe: hal-hal positif dan negatif
yang ada pada diri anda, merasa kurang percaya diri, rendah diri dll)
6. Bagaimana pandangan anda tentang kehidupan atau masa depan? (Probe:
harapan-harapan yang anda miliki di masa depan, pikiran-pikiran tentang
masa depan)
D. Dukungan sosial
1. Bagaimana respon keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial anda terhadap
peristiwa yang anda hadapi?
2. Bantuan dan dukungan seperti apa yang anda dapat dari keluarga, teman,
tetangga, kelompok sosial anda? (Probe: materi, informasi, emosi, spiritual,
instrumen)
3. Bagaimana pandangan dan perasaan anda terhadap bantuan atau dukungan
yang diberikan?
E. Kehilangan keterikatan
1. Bagaimana pendapat anda tentang tubuh secara umum? (Probe: Seberapa
penting tubuh bagi anda)
2. Bagaimana perasaan anda dengan kondisi tubuh anda saat ini? (Probe,
kecewa, marah, sedih, merasa bersalah, pasrah dll)
F. Cara berpikir negatif
1. Bagaimana anda memandang kehidupan? (Probe: Bagaimana anda
memandang kehidupan yang anda jalani saat ini)
2. Bagaimana perasaan anda sehubungan dengan peristiwa yang anda alami?
(Probe: merasa khawatir, ketakutan akan kematian, tidak berdaya, dll)
G. Ketegangan peran
1. Bagaimana anda menjalankan peran anda di keluarga dan masyarakat saat ini?
(Probe: kesulitan, ada perubahan dibandingkan sebelumnya dll)
2. Bagaimana perasaan anda menghadapi hal tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Keluarga Responden
Pengantar :
Dengan hormat,
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk menjadi
responden dalam penelitian saya. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak ada yang
salah dan bersifat bebas sehingga saya mengharapkan anda leluasa dalam
memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penghayatan pribadi anda. Guna
memudahkan bagi saya untuk menjaga kelengkapan dalam pencatatan informasi
maka saya mohon kiranya anda mengijinkan saya untuk menggunakan alat perekam.
Marilah kita mulai.
A. Identitas Pewawancara
1. Nama pewawancara :
2. Tanggal wawancara :
3. Waktu wawancara :
4. Tempat wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Agama :
4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Hubungan dengan responden :
C. Depresi
1. Bagaimana perasaan dan penilaian istri atau ibu anda terhadap kehidupan
yang dia jalani saat ini? (Probe: puas, tidak puas, sejauh mana kepuasan dan
ketidakpuasannya)
2. Bagaimana kegiatan dan minat atau kesenangan ibu atau istri anda saat ini?
(Probe: Bagaimana perasaan dia dalam menjalani kegiatan tersebut?
3. Bagaimana ibu atau istri anda menyikapi permasalahan yang dia hadapi saat
ini?
4. Bagaimana pola istirahat atau tidur dan makan ibu atau istri anda saat ini?
(Probe: mengalami perubahan, tidak berubah dll, sejauh mana perubahannya)
5. Bagaimana ibu atau istri anda menilai dirinya saat ini? (Probe: hal-hal positif
dan negatif yang ada pada diri ibu atau istri anda, merasa kurang percaya diri,
rendah diri dll)
6. Bagaimana pandangan ibu atau istri anda tentang kehidupan atau masa depan?
(Probe: harapan-harapan yang dia miliki di masa depan, pikiran-pikiran
tentang masa depan)
D. Dukungan sosial
1. Bagaimana respon keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial ibu atau istri
anda terhadap peristiwa yang ibu atau istri anda hadapi?
2. Bantuan dan dukungan seperti apa yang ibu atau istri anda dapat dari
keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial anda? (Probe: materi, informasi,
emosi, spiritual, instrumen)
3. Bagaimana pandangan dan perasaan ibu atau istri anda terhadap bantuan atau
dukungan yang diberikan?
E. Kehilangan keterikatan
1. Bagaimana pendapat ibu atau istri anda tentang tubuh secara umum? (Probe:
Seberapa penting tubuh bagi ibu atau istri anda)
2. Bagaimana perasaan ibu atau istri anda dengan kondisi tubuhnya saat ini?
(Probe, kecewa, marah, sedih, merasa bersalah, pasrah dll)
F. Cara berpikir negatif
1. Bagaimana ibu atau istri anda memandang kehidupan? (Probe: Bagaimana
dengan kehidupan yang dia jalani saat ini)
2. Bagaimana perasaan ibu atau istri anda sehubungan dengan peristiwa yang dia
alami? (Probe: merasa khawatir, ketakutan akan kematian, tidak berdaya, dll)
G. Ketegangan peran
1. Bagaimana ibu atau istri anda menjalankan perannya di keluarga dan
masyarakat saat ini? (Probe: kesulitan, ada perubahan dibandingkan
sebelumnya dll)
2. Bagaimana perasaan ibu atau istri anda menghadapi hal tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Psikiater
Pengantar :
Dengan hormat,
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk menjadi
responden dalam penelitian saya. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak ada yang
salah dan bersifat bebas sehingga saya mengharapkan anda leluasa dalam
memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penghayatan pribadi anda. Guna
memudahkan bagi saya untuk menjaga kelengkapan dalam pencatatan informasi
maka saya mohon kiranya anda mengijinkan saya untuk menggunakan alat perekam.
Marilah kita mulai.
A. Identitas Pewawancara
1. Nama pewawancara :
2. Tanggal wawancara :
3. Waktu wawancara :
4. Tempat wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Alamat kerja :
C. Depresi
1. Seberapa besar kecenderungan terjadinya depresi pada wanita post
mastektomi?
2. Menurut anda, apa saja penyebab depresi yang terjadi pada wanita post
mastektomi?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari depresi pada wanita post mastektomi?
4. Bagaimana dampak depresi bagi kehidupan wanita post mastektomi?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk wanita post mastektomi yang
mengalami depresi?
D. Dukungan sosial
1. Apa pengertian dukungan sosial bagi wanita post mastektomi?
2. Siapa saja yang dapat memberikan dukungan sosial dan dalam bentuk apa
dukungan sosial yang dapat diberikan kepada wanita post mastektomi?
3. Bagaimana peranan dukungan sosial terhadap kejadian depresi pada wanita
post mastektomi? (Probe: Seberapa penting dukungan sosial bagi wanita post
mastektomi)
E. Kehilangan keterikatan
1. Apa pengertian kehilangan keterikatan bagi wanita post mastektomi?
2. Bagaimana peranan kehilangan keterikatan pada sesuatu terhadap kejadian
depresi pada wanita post mastektomi? (Probe: Kehilangan keterikatan seperti
apa yang yang bisa menjadi pemicu terjadinya depresi pada wanita post
mastektomi?
F. Cara berpikir negatif
1. Apa pengertian berpikir negatif bagi wanita post mastektomi?
2. Bagaiamana peranan cara berpikir negatif tentang suatu peristiwa kehidupan
terhadap kejadian depresi pada wanita post mastektomi? (Probe: Berpikir
negatif seperti apa yang dapat memicu terjadinya depresi pada wanita post
mastektomi?
G. Ketegangan peran
1. Apa pengertian peran dan ketegangan peran bagi wanita post mastektomi?
2. Apa saja penyebab timbulnya ketegangan peran pada wanita post mastektomi?
3. Bagaimana peranan ketegangan peran terhadap kejadian depresi pada wanita
post mastektomi? (Probe: Ketegangan peran seperti apa yang dapat menjadi
pemicu timbulnya depresi pada wanita post mastektomi)
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Perawat
Pengantar :
Dengan hormat,
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk menjadi
responden dalam penelitian saya. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak ada yang
salah dan bersifat bebas sehingga saya mengharapkan anda leluasa dalam
memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penghayatan pribadi anda. Guna
memudahkan bagi saya untuk menjaga kelengkapan dalam pencatatan informasi
maka saya mohon kiranya anda mengijinkan saya untuk menggunakan alat perekam.
Marilah kita mulai.
A. Identitas Pewawancara
1. Nama pewawancara :
2. Tanggal wawancara :
3. Waktu wawancara :
4. Tempat wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Alamat kerja :
C. Depresi
1. Seberapa besar kecenderungan terjadinya depresi pada wanita post
mastektomi?
2. Menurut anda, apa saja penyebab depresi yang terjadi pada wanita post
mastektomi?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari depresi pada wanita post mastektomi?
4. Menurut anda, tingkatan depresi apa yang umumnya terjadi pada wanita post
mastektomi?
5. Bagaimana dampak depresi bagi kehidupan wanita post mastektomi?
6. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada wanita post mastektomi
yang mengalami depresi?
D. Dukungan sosial
1. Siapa saja yang dapat memberikan dukungan sosial dan dalam bentuk apa
dukungan sosial yang dapat diberikan kepada wanita post mastektomi?
2. Bagaimana peranan dukungan sosial terhadap kejadian depresi pada wanita
post mastektomi? (Probe: Seberapa penting dukungan sosial bagi wanita post
mastektomi)
E. Kehilangan keterikatan
1. Apa pengertian kehilangan keterikatan bagi wanita post mastektomi?
2. Bagaimana peranan kehilangan keterikatan pada sesuatu terhadap kejadian
depresi pada wanita post mastektomi? (Probe: Kehilangan keterikatan seperti
apa yang yang bisa menjadi pemicu terjadinya depresi pada wanita post
mastektomi?
F. Cara berpikir negatif
1. Apa pengertian berpikir negatif bagi wanita post mastektomi?
2. Bagaiamana peranan cara berpikir negatif tentang suatu peristiwa kehidupan
terhadap kejadian depresi pada wanita post mastektomi? (Probe: Berpikir
negatif seperti apa yang dapat memicu terjadinya depresi pada wanita post
mastektomi?
G. Ketegangan peran
1. Apa pengertian peran dan ketegangan peran bagi wanita post mastektomi?
2. Apa saja penyebab timbulnya ketegangan peran bagi wanita post mastektomi?
3. Bagaimana peranan ketegangan peran terhadap kejadian depresi pada wanita
post mastektomi? (Probe: Ketegangan peran seperti apa yang dapat menjadi
pemicu timbulnya depresi pada wanita post mastektomi)
LEMBAR OBSERVASI
Subjek : 1/2/3/4
Tanggal :
Wawancara ke :
Waktu : s.d
Tempat :
Catatan lapangan
1. Keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain di sekitar tempat
wawancara
2. Gambaran fisik dan penampilan subjek
3. Ringkasan sikap subjek selama jalannya wawancara (suara, intonasi, sikap
tubuh, antusiasme, sekap kepada pewawancara, dll)
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
5. Catatan khusus selama wawancara
6. Interaksi sosial subjek pada lingkungan (keluarga, teman, tetangga, dll)
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Kami mohon kesedian anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Bagi anda
yang telah bersedia, kami harapkan menulis pernyataan kesediaan.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Menyatakan bahwa :
Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui Gambaran Tingkat Depresi Pada Wanita yang Mengalami Mastektomi
yang dilaksanakan oleh Lisnawati sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keterangan yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Demikian surat ini saya buat agar dapat membantu
berlangsungnya proses penelitian tersebut.
Jakarta, ...Mei 2010
(Informan kunci) (Peneliti)
Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi
Informan
No
Gambaran latar belakang wanita post mastektomi
yang mengalami depresi
Ny. Y
Ny. M Ny. J Nn. T
Hasil
1 Kehilangan keterikatan secara fisik dan psikis 1) Bagaimana perasaan
anda dengan kondisi tubuh anda saat ini? (Probe, kecewa, marah, sedih, merasa bersalah, pasrah dll)
Sangat sedih, stres, sangat kecewa karena merasa tidak normal dan memiliki penampilan yang berbeda
Hidup tidak berharga
Sedih karena merasa tidak normal
Sedih karena
payudaranya harus diangkat
Kehilangan keterikatan fisik : Sangat sedih, kecewa, stres karena; a) merasa
tidak normal
b) memiliki penampilan yang berbeda
Kehilangan keterikatan psikis : a) Hidup
tidak berharga
2 Cara berpikir negatif 1. Bagaimana anda
memandang kehidupan? (Probe: Bagaimana anda memandang kehidupan yang anda jalani saat ini)
2. Bagaimana perasaan anda sehubungan dengan peristiwa yang anda alami? (Probe: merasa khawatir, ketakutan akan kematian, tidak berdaya, dll)
Sedih, kecewa karena dengan kondisi diri saat ini, pandangan tentang kemoterapi yang dapat menyebabkan rambut rontok, mual, muntah dan
Kecewa pada diri sendiri, marah, menyalahkan Tuhan, ketakutan tidak bisa mengurus anak, suami, pesimis, lebih
Ketakutan akan kasih sayang yang diberikan suami berkurang, ketakutan akan kematian, pikiran tentang
Ketakutan akan kematian, ketakutan akan kekambuhan penyakit, ketakutan tidak dapat bekerja lagi
a) Sedih,
kecewa karena kondisi diri saat ini
b) Pandangan tentang kemoterapi yang dapat menyebabkan rambut rontok, mual, muntah dan
merubah penampilanfisik.
baik mati, perasaan hampa dalam hidup
anak merubah penampilan fisik
c) Kecewa pada diri sendiri,
d) Marah, menyalahkan Tuhan,
e) Ketakutan tidak bisa mengurus anak, suami,
f) Pesimis, g) Lebih baik
mati, h) Perasaan
hampa dalam hidup
i) Ketakutan akan kematian
j) Ketakutan akan kekambuhan penyakit
k) Ketakutan tidak dapat bekerja lagi
3 Ketegangan peran 1) Bagaimana anda
menjalankan peran anda di keluarga dan masyarakat saat ini? (Probe: kesulitan, ada perubahan dibandingkan sebelumnya dll)
2) Bagaimana perasaan anda menghadapi hal tersebut?
Semua urusan rumah tangga dilakukan oleh anak, tidak ada kegiatan lagi, sedih karena
Tidak dapat mandi sendiri dan masih dibantu oleh suami, semua urusan
Tidak melakukan pekerjaan yang berat, kecewa karena selalu meminta bantuan
Tidak boleh melakukan apapun, Tidak sepenuhnya seperti orang sehat, tidak boleh
Sedih, kesal, kecewa karena : a) Semua
urusan rumah tangga dilakukan oleh anak,
b) Tidak ada kegiatan lagi
tidak ada tambahan penghasilan keluarga
rumah tangga masih dibantu, kesal saat membawa piring makan yang hampir jatuh
orang melakukan pekerjaan yang berat
c) Sedih karena tidak ada tambahan penghasilan keluarga
d) Tidak dapat mandi sendiri dan masih dibantu oleh suami,
e) Semua urusan rumah tangga masih dibantu,
f) Kesal saat membawa piring untuk makan yang hampir jatuh
4 Dukungan sosial 1) Bagaimana respon
keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial anda terhadap peristiwa yang anda hadapi?
2) Bantuan dan dukungan seperti apa yang anda dapat dari keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial anda? (Probe: materi, informasi, emosi, spiritual, instrumen)
3) Bagaimana pandangan dan perasaan anda
Senang karena mendapat dukungan dari teman, anak, suami, mendapat bantuan uang dari anak
Senang karena mendapat bantuan dari teman, suami, anak, pihak gereja yang memberikan doa, informasi dari perawat
Senang dan kadang perasaa putus asa hilang karena banyak yang memberikan dukungan berupa doa, uang
Senang dan rasa sedih berkurang karena Mendapat dukungan dari teman, keluarga, gereja yang memberikan doa, bantuan biaya
Senang, kadang perasaan putus asa hilang, rasa sedih berkurang karena mendapat : a) Dukungan
dari teman b) Dukungan
dan bantuan uang dari anak
c) Dukungan
terhadap bantuan atau dukungan yang diberikan?
dan informasi dari perawat
operasi dari majikan
dari suami d) Dukungan
spiritual berupa doa dari gereja
e) Informasi dari perawat
f) Bantuan biaya operasi dari majikan