134
GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA BARAT Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan OLEH : LISNAWATI NIM : 106104003489 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI RUMAH SAKIT KANKER

DHARMAIS JAKARTA BARAT

Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

LISNAWATI

NIM : 106104003489

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Page 2: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Ujian Skripsi dengan Judul

GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS

JAKARTA BARAT TAHUN 2010

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH LISNAWATI

NIM 106104003489

Pembimbing I Pembimbing II

Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep Bambang P. Cadrana, S.KM, M.KM NIP . 150408677 NIP. 19690205 199403 1 003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

i

Page 3: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

SKRIPSI DENGAN JUDUL GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI

DEPRESI DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA BARAT TAHUN 2010

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :

Nama : Lisnawati NIM : 106104003489

Jakarta, 5 Oktober 2010

Pembimbing I Pembimbing II Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep Bambang P. Cadrana, S.KM, M.KM NIP . 150408677 NIP. 19690205 199403 1 003 Penguji I Penguji II Penguji III Ita Yuanita,SKp,MKep Bambang P. Cadrana,SKM,MKM Ernawati,SKep,MKep NIP. 150408677 NIP. 19690205 199403 1 003 NIP. 150368771

Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tien Gartinah, MN

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp. And.

ii

Page 4: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memeperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini buka karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 September 2010

Lisnawati

iii

Page 5: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lisnawati

Tempat/Tgl lahir : Tangerang, 1 Juli 1988

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. KH. A. Dahlan, Rt 05 Rw 02 No.11

Desa Petir, Kec. Cipondoh-Tangerang 15147

Riwayat pendidikan :

1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal, Tangerang (1993-1994)

2. SD Negeri Petir 01, Tangerang (1994-2000)

3. SLTP Muhammmadiyah 04, Tangerang (2000-2003)

4. SMA Negeri 94, Jakarta Barat (2003-2006)

5. S-1 Keperawatan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta (2006-2010)

iv

Page 6: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Ibunda tercinta “Nusroh”, terimakasih sebesar-besarnya atas segala do’a yang tak henti

dipanjatkan, curahan kasih sayang, kesabaran, pengorbanan serta motivasi yang selama

ini Beliau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh

semangat.

2. Ayahanda “Maswadi”, terimakasih sebesar-besarnya atas do’a yang senantia menyertai

dalam setiap langkah penulis, dorongan moril dan materiil yang diberikan, dan seuntaian

kasih sayang.

3. Bapak/Ibu Dosen PSIK-FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas

segala bekal ilmu, dan motivasi serta bimbinganmu, baik secara moril maupun materiil

dan spiritual yang telah kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

perkuliahan dengan baik dan lancar.

4. Kakak-kakakQu tercinta (A’ Yoyon, K’ Lian, dan K’ Dede), terimakasih atas semua

kasih sayang, motivasi dan doa yang kalian panjatkan untuk penulis... U r the best sister

& brother.

5. Senja yang selalu memberi semangat, nasehat, doa yang tulus, setia menemani selama

bimbingan dan penelitian, selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis...terima kasih

untuk perhatian & kesetiannya.

6. Sahabat karibQu (Ade), terimakasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis

sejak awal memasuki dunia kampus hingga saat ini.

v

Page 7: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

7. Kawan-kawan di hunian Semanggi II (Fatimah, Ica, Mba Hayyul, Mba Ida, Dina,

Nova dll), terimakasih atas semua motivasi, kebersamaan, dan sambutan kehangatan

yang diberikan.

8. Teman-teman PSIK-FKIK’06 yang tak bisa Qu sebutkan semua, terimakasih banyak

atas motivasinya & semoga kompak selalu...bersama kita bisa

vi

Page 8: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, September 2010

Lisnawati, NIM : 106104003489

Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi di Rumah

Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat Tahun 2010

xx + 88 halaman + 6 tabel + 5 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Data RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 2007 hingga 2008 mencatat persentase kenaikan kejadian kanker payudara yaitu sekitar 24% (Khayan, 2009). Tingginya kasus kanker payudara tersebut berdampak pada tingginya kasus mastektomi di RS Kanker Dharmais yaitu terdapat 148 kasus pada bulan Januari hingga Juni 2010. Hal ini akan berdampak pula pada peningkatan kejadian depresi dimana angka kejadiannya mencapai 16 sampai 25% pada penderita kanker (Miller, 2008) dan meningkat dengan semakin parahnya kecacatan yaitu dengan prevalensinya 75% (Konginan, 2008). Oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk menggali secara mendalam latar belakang wanita post mastektomi yang mengalami depresi meliputi karakteristik wanita post mastektomi yang mengalami depresi dan faktor-faktor penyebab depresi pada wanita post mastektomi melalui pendekatan fenomenologis dan metode riset kualitatif dengan jumlah informan yaitu empat pasien kanker payudara setelah 2 minggu - 1 bulan mastektomi dan keluarganya, perawat, psikiatri diwawancarai. Hasil penelitian ini didapatkan beberapa hal yang melatarbelakangi depresi pada wanita post mastektomi yaitu 1) kehilangan keterikatan fisik dan psikis; 2) cara berpikir negatif; 3) ketegangan peran; 4) dukungan sosial dan spiritual; 5) nyeri post mastektomi dan ketersediaan biaya untuk pengobatan. Saran: 1) keluarga sebaiknya membangun pikiran positif pasien, mengoptimalkan peran yang dijalankan sesuai kemampuan pasien, memberikan dukungan spiritual; 2) RS Kanker Dharmais dapat memberikan terapi kognitif dan melakukan penanganan nyeri baik secara farmakologis maupun non farmakologis; 3) pemerintah sebaiknya melakukan jaminan pembebasan biaya secara utuh bagi pasien post mastektomi yang menggunakan askes ataupun SKTM dan harus melakukan kemoterapi. Daftar bacaan : 35 (1989-2010)

vii

Page 9: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PROGRAM STUDY NURSING

Undergraduated Thesis, September 2010

Lisnawati, NIM : 106104003489

The Background of Post Mastectomy Women Who Have Experience Depression

In Dharmais Cancer Hospital West Jakarta In 2010

xx + 88 pages + 6 tables + 5 scheme + 5 appendixs

ABSTRACT The Dharmais Cancer Hospital Jakarta in 2007 until 2008 recorded a percentage increase in incidence of breast cancer is about 24% (Khayan, 2009). Breast cancer cases were high impacted on the high mastectomy cases in which there were 148 cases on January to June 2010 in the Dharmais Cancer Hospital. This will impacted the increasing incidence of depression in which the number of events reached 16 to 25% in patients with cancer (Miller, 2008) and increased with increasing severity of disability with a prevalence and increased with increasing severity of disability with a prevalence of 75% (Konginan, 2008). Therefore, the purpose of the study was to explore the background of post-mastectomy women who have experience depression include the characteristics of post mastectomy women who have experience depression and the factors that caused depression in women post mastectomy with used a phenomenological and qualitative research methods with a number of informants, four patients with breast cancer after 2 weeks - 1 month mastectomy and his family, nurse, psychiatric were interviewed. Result of research got a few things that the background for post-mastectomy depression in women: 1) loss of both physical and psychological attachment; 2) negative thinking; 3) role strain; 4) social and spiritual support; 5) post mastectomy pain and the availability of cost for treatment. Suggestions: 1) the family should build thoughts positive patients, assist patients in spiritual and optimizing the role that is run according to the ability of the patient; 2) Dharmais Cancer Hospital can provide cognitive therapy and pain management, both pharmacological and non pharmacological; 3) government should make bail for the full cost of post-mastectomy patients who use health insurance or SKTM and had to do chemotherapy. References : 35 (1989-2010)

viii

Page 10: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

KATA PENGANTAR

بسم االله ار حمن الرحيم

السلا م عليكم و ر حمة االله و بر آا ته

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Latar Belakang

Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi di Rumah Sakit Kanker Dharmais

Jakarta Barat Tahun 2010”. Salawat dan salam juga tercurah bagi junjungan dan suri

tauladan kita, Nabi Muhamad SAW.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. (Hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan.

2. Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.

3. Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan

4. Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku Dosen pembimbing I dan Penasehat Akademik

yang telah memberikan waktu dan arahan, dalam membimbing untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bambang P. Cadrana, S.KM, M.KM selaku Dosen pembimbing II yang telah

memberikan waktu dan arahan, dalam membimbing untuk menyelesaikan skripsi

ini.

ix

Page 11: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

6. Bapak / ibu dosen jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah

memberikan ilmu yang sangat berguna khususnya bagi peneliti dan mahasiswa

keperawatan pada umumnya.

7. Seluruh Staf karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK

UIN Jakarta).

8. Pihak Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, yang telah memberikan izin tempat

untuk penelitian.

9. Ayahanda, Ibunda dan kakak-kakakku tercinta yang telah mencurahkan semua

kasih sayang dan senantiasa mendo’akan dan memberikan dorongan baik moril,

materiil maupun spiritual kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa PSIK’06 dengan rasa kebersamaan dan sepenanggungan

senantiasa memberikan semangat dan do’a.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Penulis berdo’a semoga semua kebaikan yang telah kalian berikan mendapat

balasan dari Allah SWT. Terakhir, kiranya penyusun berharap semoga skripsi ini

bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.

و ا لسلا م عليكم و ر حمة ا الله و بر آا ته

Jakarta, Sepetember 2010

Penulis

x

Page 12: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………...…...i

LEMBAR PENGESAHAN..……………………………………………………….. ii

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….....…........…..iv

PERSEMBAHAN……………………………………….....…........…......................v

ABSTRAK ………………………………………………………..…………...…....vii

ABSTRACT………………………………………………………..…………...….viii

KATA PENGANTAR…………………………………………………..……..…....ix

DAFTAR ISI………………………………………………………...………..….….xi

DAFTAR TABEL……………………………………………..……………...........xvi

DAFTAR BAGAN…………………………………………..………….….....…...xvii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………….…………………….....xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................4

C. Pertanyaan Penelitian.........................................................................................4

D. Tujuan Penelitian...............................................................................................5

1. Tujuan umum………………………………………….…..…….…...........5

2. Tujuan khusus..............................................................................................5

xi

Page 13: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

E. Manfaat Penelitian.............................................................................................5

F. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker payudara...............................................................................................7

1. Pengertian Kanker Payudara......................................................................7

2. Etiologi Kanker Payudara..........................................................................7

3. Patologi Kanker Payudara..........................................................................8

4. Manifestasi Klinis Kanker Payudara..........................................................9

5. Klasifikasi Stadium Kanker Payudara......................................................10

6. Penatalaksanaan Kanker Payudara...........................................................11

7. Prognosis Kanker Payudara......................................................................13

B. Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Payudara..............................................13

1. Pengkajian.................................................................................................13

2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................14

a. Preoperatif ..........................................................................................14

b. Pascaoperatif ......................................................................................14

3. Masalah Kolaboratif ................................................................................14

4. Perencanaan Keperawatan .......................................................................14

a. Praoperatif ..........................................................................................15

b. Pascaoperatif ......................................................................................15

C. Respon Psikologis terhadap Kehilangan .......................................................17

1. Kehilangan dan Berduka .........................................................................17

2. Depresi ....................................................................................................19

xii

Page 14: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

a. Pengertian Depresi ...........................................................................19

b. Penyebab Depresi .............................................................................19

c. Klasifikasi Depresi............................................................................25

d. Gejala Depresi...................................................................................25

e. Dampak Depresi................................................................................27

f. Pengukuran Depresi..........................................................................27

g. Tingkatan Depresi.............................................................................28

h. Penatalaksanaan Depresi...................................................................29

D. Penelitian Terkait..........................................................................................31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep..........................................................................................33

B. Definisi Istilah...............................................................................................34

BAB IV METODOOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian...........................................................................................37

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................................37

C. Instrumen Penelitian......................................................................................38

D. Informan Penelitian.......................................................................................39

E. Teknik Pengumpulan Data............................................................................41

F. Validasi Data.................................................................................................43

G. Teknik Analisa Data......................................................................................44

H. Etika Penelitian..............................................................................................45

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat.................47

xiii

Page 15: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

1. Sejarah Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat............................47

2. Visi, Misi, dan Moto Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta

Barat........................................................................................................49

B. Hasil Penelitian..............................................................................................49

1. Karakteristik Informan............................................................................50

a. Informan Utama.................................................................................51

b. Informan Pendukung.........................................................................52

2. Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang

Mengalami Depresi..................................................................................53

a. Gambaran Kehilangan Keterikatan....................................................53

b. Gambaran Cara Berpikir Negatif.......................................................55

c. Gambaran Ketegangan Peran.............................................................57

d. Gambaran Dukungan Sosial...............................................................59

e. Penyebab Lain yang Muncul..............................................................61

3. Hasil Wawancara Bersama Informan Pendukung...................................63

1. Psikiatri..............................................................................................63

2. Perawat..............................................................................................64

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian.................................................................................65

B. Hasil Penelitian..............................................................................................65

1. Karakteristik Informan............................................................................65

a. Usia....................................................................................................65

b. Jenis Kelamin.....................................................................................66

xiv

Page 16: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

c. Penghasilan Keluarga........................................................................66

d. Riwayat Pernikahan dan Pekerjaan...................................................67

2. Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang

Mengalami Depresi.................................................................................67

a. Gambaran Kehilangan Keterikatan...................................................68

b. Gambaran Cara Berpikir Negatif......................................................69

c. Gambaran Ketegangan Peran............................................................74

d. Gambaran Dukungan Sosial..............................................................75

e. Penyebab Lain yang Muncul.............................................................77

1) Nyeri Post Mastektomi................................................................77

2) Ketersediaan Biaya Untuk Pengobatan.......................................80

3) Dukungan Spiritual......................................................................81

3. Pandangan Informan Pendukung Psikiatri...............................................83

4. Hasil Observasi........................................................................................84

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................88

B. Saran.............................................................................................................89

1. Keluarga.................................................................................................89

2. Rumah Sakit Kanker Dharmais..............................................................90

3. Pemerintah.............................................................................................90

4. Peneliti Selanjutnya...............................................................................90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv

Page 17: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Karsinoma Mamae ........................................................8

Tabel 2.2 Klasifikasi Stadium Klinis ............................................................10

Tabel 4.1 Pengumpulan Data Untuk Uji Coba Pedoman Wawancara

di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan .............................................40

Tabel 4.2 Pengumpulan Data Penelitian Sebenarnya di RS Kanker

Dharmais Jakarta Barat .................................................................40

Tabel 5.1 Karakteristik Informan ..................................................................52

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Pendukung ...............................................53

xvi

Page 18: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Tahap Kehilangan dan Berduka ......................................................18

Bagan 2.2 Model Adaptasi Stres Stuart yang Dikaitkan dengan

Respon Emosi .................................................................................23

Bagan 2.3 Model Kerentanan-Stres .................................................................24

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................33

Bagan 6.1 Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi

.........................................................................................................82

xvii

Page 19: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin melakukan penelitian di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat

2. Pedoman Wawancara Mendalam

3. Lembar Persetujuan Informan

4. Lembar Observasi

5. Hasil Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi

Page 20: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati (Bogdan & Taylor, 1975 : 5 dalam Moleong, 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran,

interaksi dan kelompok (Patilima, 2005). Melalui pendekatan ini diharapkan

dapat menggali informasi secara mendalam tentang latar belakang wanita post

mastektomi yang mengalami depresi.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

Sebelum pelaksanaan penelitian yang sebenarnya, peneliti akan melaksanakan

uji coba di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada bulan Mei. Penelitian

sebenarnya dilaksanakan di RS Kanker Dharmais Jakarta Barat pada bulan Juni

s.d Agustus 2010 dengan jumlah informan 4. Alasan peneliti memilih Rumah

Sakit Kanker Dharmais karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus

kanker dan insiden kanker payudara dan mastektomi di rumah sakit ini cukup

tinggi.

Page 21: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

38

C. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data yang dapat

memperkuat hasil penelitian. Pada pendekatan kualitatif instrumen utama dalam

pengumpulan data adalah peneliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat

pencatat dan alat perekam (tape recorder). Wawancara berguna jika

informan tidak dapat diamati secara langsung. Penggunaan alat perekam

paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Keuntungannya dapat

diamati dan didengar secara berulang sehingga apa yang diragukan dalam

penafsiran data secara langsung dapat dicek, dapat dianalisis kembali oleh

peneliti, memberikan dasar untuk pengecekan. Kelemahannya berupa

memakan waktu, dan biaya.

2. Observasi (pengamatan)

Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang mengharuskan

peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan

ruang, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan

perasaan. Keuntungan metode ini adalah peneliti mendapat informasi

langsung dari informan.

Page 22: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

39

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive)

dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy).

Mengacu pada prinsip tersebut, maka sumber informasi atau informan dalam

penelitian ini adalah:

1. Informan

Informan ini terdiri dari wanita yang mengalami mastektomi dengan

jumlah 4 orang. Dengan kriteria:

a. Wanita post 2 minggu – 1 bulan mastektomi yang mengalami

depresi ringan hingga sedang saat dilakukan pengumpulan data

b. Dapat berkomunikasi dengan baik

2. Informan Pendukung

a. Keluarga klien

b. Dokter spesialis jiwa (psikiatri)

c. Perawat

Page 23: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

40

Tabel 4.1 Pengumpulan Data untuk Uji Coba Pedoman Wawancara

di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan

Sumber informasi Metode Jumlah Kriteria Tempat Informan 1. Klien yang

mengalami mastektomi

Wawancara Mendalam

dan Observasi

2 1. Wanita post 2 minggu – 1 bulan mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang

2. Dapat berkomunikasi dengan baik

RSUP Fatmawati

Jakarta Selatan

Informan Pendukung 1. Keluarga klien

2. Perawat

WM

WM

2 1

Anggota keluarga atau orang terdekat klien Perawat bedah yang merawat klien

Tabel 4.2 Pengumpulan Data Penelitian Sebenarnya

di RS Kanker Dharmais Jakarta Barat

Sumber informasi Metode Jumlah Kriteria Tempat Informan 1. Klien yang

mengalami mastektomi

Wawancara Mendalam

dan Observasi

4 1. Wanita 2 minggu - 1 bulan post mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang

2. Dapat berkomunikasi dengan baik

Informan Pendukung 1. Keluarga klien

2. Dokter 3. Perawat

WM

WM

WM

4

1

1

Anggota keluarga atau orang terdekat klien Dokter spesialis jiwa (psikiater) atau psikolog Perawat bedah yang merawat klien

RS Kanker

Dharmais Jakarta Barat

Page 24: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

41

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpul data

Pengumpulan data dilaksananakan pada bulan Mei s.d Agustus 2010.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu teman mahasiswa

untuk tugas mencatat dengan metode wawancara mendalam dan observasi.

Wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara dilakukan

kepada informan.

2. Tahap pengumpulan data

a. Tahap persiapan pengumpulan data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin

penelitian kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya mengadakan pertemuan

dengan informan dan informan pendukung untuk menjelaskan tujuan

penelitian, kriteria informan yang dipilih, dan menyesuaikan jadwal.

b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Teknik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dalam

memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan

penelitian harus disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu

dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.

1) Data primer meliputi :

(1) Wawancara

Pada metode ini, peneliti dan responden bertatap muka (face to

face) untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan

Page 25: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

42

mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan

penelitian. Pada penelitian ini, peneliti memakai jenis wawancara

tidak berstruktur atau wawancara bebas. Wawancara jenis ini

paling umum dipakai dalam penelitian kualitatif. Peneliti hanya

mengajukan sejumlah pertanyaan yang mengundang jawaban

secara bebas. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu

tetapi disesuaikan dengan keadaan (Danim, 2002). Pelaksanaan

tanya-jawab mengalir seperti percakapan sehari-hari (Moleong,

2004). Melalui teknik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung,

luwes dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat

lebih banyak dan luas mengenai depresi pada wanita yang

mengalami mastektomi.

(2) Observasi

Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta

untuk pengecekan data dan memperkaya informasi.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait

dengan penelitian. Telaah dokumen diperoleh dari status medis

informan yang meliputi nama, usia, alamat, usia terdiagnosis

kanker payudara, tanggal operasi mastektomi, jenis operasi

mastektomi yang dilakukan, terapi dan obat – obatan yang

diberikan, dll. Selain itu diperoleh pula dari perawat dan

Page 26: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

43

dokumentasi keperawatan untuk mengetahui asuhan keperawatan

yang diberikan dan mengetahui adanya riwayat depresi

sebelumnya. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk

melengkapi hasil penelitian.

E. Validasi Data

Validitas data merupakan kesahihan atau ketepatan suatu data (Machfoedz,

2009). Kevaliditasan suatu data perlu dijaga dengan melakukan triangulasi.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2004). Triangulasi ini terbagi

menjadi 3 namun penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber dan

triangulasi metode karena triangulasi data sulit dilakukan, biayanya mahal dan

membutuhkan waktu yang lama (Kresno, dkk, 2006) :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber memungkinkan peneliti untuk melakukan

pengecekan dan pengecekan ulang serta melengkapi informasi. Pada

penelitian ini selain informasi diperoleh dari informan utama (klien) juga

dari informan pendukung (keluarga klien, perawat, dan psikiatri).

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode memungkinkan peneliti untuk melengkapi

kekurangan informasi yang diperoleh dengan metode tertentu dengan

Page 27: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

44

menggunakan metode lain. Metode ini juga berguna dalam pengecekan

terhadap fenomena yang seharusnya ada atau belum terungkap. Pada

penelitian ini selain menggunakan metode wawancara juga dilakukan

observasi. Wawancara dilakukan hingga diperoleh data yang sama atau

tidak ditemukan lagi data yang lain (kejenuhan data).

3. Triangulasi Data

a. Analisa data

Analisa data dilakukan oleh lebih dari 1 orang, biasanya

peneliti dan orang lain yang ahli dalam analisa kualitatif. Hal ini

dilakukan dengan tujuan agar interpretasi yang dilakukan hasilnya

sama dengan yang dilakukan oleh orang lain.

b. Minta umpan balik dari informan

Umpan balik berguna untuk alasan etik atau memperbaiki

kesempatan agar hasilnya dapat dilaksanakan dan juga

memperbaiki kualitas proposal, data dan kesimpulan yang ditarik

dari data tersebut.

F. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton, 1980 dalam

Maleong, 2004). Hasil data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan

pendekatan analisis kualitatif. Adapun tahapan analisis yaitu :

Page 28: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

45

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilahan, penggolongan, pengarahan,

membuang yang tidak perlu dan menggorganisasikan data dengan

serangkaian cara sehingga dapat diverifikasi dan ditarik kesimpulan.

2. Display Data (penyajian data)

Display data adalah sekumpulan penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Teknik penyajian data berbentuk uraian singkat,

grafik, dan matriks. Langkah ini didapatkan setelah peneliti melakukan

penyusunan data dalam bentuk transkrip data selanjutnya.

3. Analisis Isi

Analisis isi ini berkaitan dengan respon dari informan yang dilakukan

untuk mengetahui frekuensi tema yang menjadi pusat perhatian utama

(concern) informan.

4. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah menganalisis data untuk dibuat suatu

kesimpulan tentang hal penelitian.

H. Etika penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden,

melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat

pernyataan persetujuan (informed consent). Sebelum menandatangani surat

persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat

Page 29: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

46

penelitian dan menjelaskan kepada responden bahwa penelitian tidak akan

membahayakan bagi responden. Peneliti akan menjamin kerahasian identitas

responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan

dimusnahkan.

Page 30: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karsinoma mamae atau yang dikenal kanker payudara merupakan salah satu

tumor ganas yang paling sering menyerang wanita. Insidennya dari tahun ke

tahun semakin meningkat (Fujin, dkk, 2008). Wanita yang menderita kanker

payudara menurut International Union Against Cancer (UICC) tercatat sebesar

1.150.000 orang (PERSI, 2009). Angka ini akan semakin meningkat menurut

perkiraan World Health Organization (WHO) dan UICC dimana kanker

payudara pada wanita di dunia akan mengalami peningkatan kasus yang drastis

di tahun 2030 yaitu mencapai 300%.

Di Indonesia kasus tumor atau kanker masih menjadi perhatian pemerintah

sebab kasus ini merupakan penyebab kematian ketujuh dengan persentase 5,7%

dan prevalensi 4,3 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2008 dalam Syaifullah, 2010).

Sekian banyak kanker yang terjadi pada wanita, kanker payudara menempati

posisi kedua setelah kanker serviks (Dalimartha, 2004). Hal ini sebanding

dengan banyaknya kasus kanker payudara yaitu sebanyak 8.227 kasus atau

16,85% (SIRS, 2007 dalam Syaifullah, 2010). Data RS Kanker Dharmais Jakarta

tahun 2007 hingga 2008 juga mencatat kenaikan kejadian kanker payudara yaitu

dari 7.642 kasus menjadi 9.512 kasus atau persentasenya sekitar 24% (Khayan,

2009).

Page 31: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

2

Tingginya insiden kanker payudara menjadikan kanker payudara sebagai

penyumbang kematian nomor lima di Indonesia dengan angka kematian akibat

kanker sebesar 6% (SKRT, 2001 dalam Joomla, 2010). Di sisi lain, kasus kanker

payudara di RS Kanker Dharmais Jakarta hingga tahun 2008 masih menempati

posisi tertinggi dibandingkan kasus kanker lainnya (Khayan, 2009).

Angka perkiraan persentase stadium awal kanker payudara menurut RS

Kanker Dharmais Jakarta dalam lima tahun terakhir adalah 40%, stadium lanjut

lokal 30%, dan stadium lanjut (metastase) sebesar 30%. Pada stadium awal,

biasanya dilakukan radioterapi payudara, lumpektomi, mastektomi atau Breast

Conserving Treatment (BCT) dan sebagian dilanjutkan dengan kemoterapi

adjuvan (Grace & Borley, 2007). Seiring dengan cukup besarnya persentase

pasien dengan stadium awal dan kasus kanker payudara di RS Kanker Dharmais

Jakarta yang terus meningkat menyebabkan semakin meningkat pula kasus

mastektomi yaitu terlihat dari tingginya kasus mastektomi pada bulan Januari -

Juni 2010 yang mencapai 148 kasus.

Mastektomi adalah operasi pengangkatan jaringan payudara (Fujin, dkk,

2008). Lingkup reseksinya mencakup seluruh payudara, kulit, otot pektoralis

mayor dan minor, nodus limfe ketiak termasuk mammari internal atau

supraklavikular tergantung pada tipe pembedahan atau mastektomi yang

dilakukan (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 1999). Tipe mastekomi secara

umum terbagi menjadi tiga kategori, yaitu mastektomi radikal, mastektomi total,

Page 32: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

3

mastektomi segmental (segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar atau BCT

dan segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel) (Fujin, dkk, 2008).

Wanita yang mengalami mastektomi akan kehilangan payudara yang

merupakan simbol seksualitas wanita (Potter & Perry, 2005). Kehilangan

payudara akibat mastektomi inilah yang akan mengubah citra tubuh dan fungsi

psikoseksual wanita (Dean, Hughes, Hughson et al, Maguire, Morris, as cited in

Watson, 1991 dalam Farooqi, 2005). Perubahan citra tubuh pada wanita yang

mengalami mastektomi umumnya negatif (Burns & Holmes dalam Baird, Mc

Corkle & Grant, 1991 dalam Yani, Waluyo & Mustikasari, 2002). Citra tubuh

yang negatif memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami depresi, cemas

dan bunuh diri (Yani, dkk, 2002).

Depresi berat diperkirakan terjadi pada 16 sampai 25% penderita kanker

(Miller, 2008). Persentase ini meningkat dengan semakin parahnya kecacatan

dan meluasnya stadium dari penyakit kanker atau prevalensinya sekitar 75%

(Konginan, 2008). Sebanyak 50 wanita dengan mastektomi diteliti, hampir

semuanya mengalami depresi dari ringan sampai berat (Nowick, Szwed, &

Laskowski dalam Polish Journal Surgery, 2008). Depresi meskipun hanya

depresi ringan jika dibiarkan terus-menerus pada puncaknya bisa memicu

keinginan bunuh diri (Rooswita dalam Yosep, 2007).

Pasien kanker yang mengalami depresi cenderung memiliki pikiran tentang

bunuh diri meskipun sangat sedikit yang terealisasikan (Miller, 2008). Percobaan

Page 33: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

4

bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker yang mengalami

depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian (Konginan, 2008).

Uraian di atas menunjukkan bahwa tingginya kasus kanker payudara dan

mastektomi akan berdampak besar pada peningkatan kejadian depresi dan risiko

bunuh diri sehingga peneliti mencoba meneliti tentang gambaran latar belakang

wanita post mastektomi yang mengalami depresi.

B. Rumusan Masalah

Tingginya kasus mastektomi di Indonesia menunjukkan perlunya perhatian

dari semua pihak. Di sisi lain, akibat penyerta dari mastektomi juga cukup besar

seperti dampak psikologis, anatomis yang menyebabkan berkurangnya

kepercayaan diri, citra tubuh negatif, harga diri rendah, yang dapat mengarah

pada depresi dan bunuh diri. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti

sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran latar belakang

wanita post mastektomi yang mengalami depresi.

C. Pertanyaan Penelitian

Melihat rumusan permasalahan di atas, maka yang menjadi pertanyaan

penelitian adalah:

Bagaimana gambaran latar belakang wanita post mastektomi yang mengalami

depresi?

Page 34: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

5

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan latar belakang wanita post mastektomi yang mengalami

depresi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik wanita post mastektomi yang mengalami

depresi

b. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab depresi pada wanita post

mastektomi

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang dapat

memperkaya kepustakaan dunia pendidikan keperawatan Indonesia khususnya

mata ajar keperawatan medikal bedah, maternitas dan keperawatan jiwa.

2. Bagi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien mastektomi yang mengalami

depresi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

Page 35: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

6

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang tujuannya untuk

memperoleh informasi yang mendalam tentang karakteristik wanita post

mastektomi yang mengalami depresi dan faktor-faktor penyebab depresi pada

wanita post mastektomi. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah wawancara

mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi.

Informan dalam penelitian ini adalah wanita dengan 2 minggu – 1 bulan post

mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang sedangkan yang

menjadi informan pendukung adalah keluarga klien, psikiatri, dan perawat yang

ada di RS Kanker Dharmais. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sd Agustus

di RS Kanker Dharmais Jakarta.

Page 36: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara (Karsinoma Mammae)

1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan lesi malignan pada payudara wanita (Grace

& Borley, 2007). Penyakit ini terutama terjadi pada wanita, sedangkan pada

pria hanya sekitar 1%. Kebanyakan terjadi pada usia setengah baya dan lansia.

Insiden kanker payudara di seluruh dunia cenderung meningkat dan

mortalitasnya cenderung menurun.

2. Etiologi Kanker Payudara

Tidak ada penyebab yang spesifik dari kanker payudara namun faktor

genetik, hormonal, dan lingkungan diduga menjadi penyebabnya. Selain

uraian di atas, data menunjukkan terdapat kaitan erat kejadian kanker

payudara dengan faktor berikut :

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara

2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)

dari wanita yang mengalami kanker payudara

3. Menarke dini (< 12 tahun) dan menopause pada usia lanjut

4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama

5. Gaya hidup yang buruk seperti konsumsi makanan cepat saji, kurang

olahraga, makanan tinggi kolesterol, dan sebagainya.

Page 37: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

8

6. dll

3. Patologi Kanker Payudara

Patolog China pada tahun 2000 mengklasifikasikan karsinoma mamae

menjadi 5 jenis, sedangkan tahun 2003 WHO membagi menjadi 4 jenis.

Berikut ini perbandingan klsifikasi patologik karsinoma mamae :

Tabel 2.1 Klasifikasi Karsinoma Mamae

Klasifikasi China(2000) Klasifikasi WHO(2003)

1. Karsinoma noninvasif (1) Karsinoma in situ duktal (2) Karsinoma in situ lobular (3) Penyakit Piaget papilla

mamae 2. Karsinoma invasif dini

(1) Karsinoma duktal invasif dini (2) Karsinoma lobular invasif dini

3. Karsinoma tipe spesifik invasif (1) Karsinoma papilar (2) Karsinoma medular dengan

sebukan limfosit masif (3) Karsinoma duktuli (4) Adenokarsinoma musinosa (5) Karsinoma sel skuamosa

4. Karsinoma nonspesifik invasive (1) Karsinoma lobuli invasif (2) Karsinoma duktuli invasif (3) Karsinoma medular (4) Karsinoma sederhana (5) Adenokarsinoma (6) Siringokarsinoma

5. Karsinoma yang jarang ditemukan (1) Karsinoma sekretorik (2) Karsinoma lipoid (3) Karsinoma sel sigent ring (4) Fibroadenoma transformasi

ganas (5) Papilomatosis transformasi

ganas

1. Karsinoma noninvasif (1) Karsinoma in situ duktal (2) Karsinoma in situ lobular (3) Karsinoma papiliform

intraduktal (4) Karsinoma Paliliform

intrakistik 2. Karsinoma mikroinvasif 3. Karsinoma invasif

(1) Karsinoma duktal invasif (2) Karsinoma lobular invasif

4. Karsinoma tubular 5. Karsinoma kribriform invasif 6. Karsinoma medular 7. Karsinoma musinosa dan

karsinoma kaya mukus lainnya (1) Karsinoma musinosa (2) Karsinoma adenoid kistik

dan mukokarsinoma sel torak

(3) Karsinoma sel signet 8. Karsinoma neuroendokrin

(1) Karsinoma neuroendokrin padat

(2) Atipikal (3) Karsinoma sel kecil (4) Karsinoma neuroendokrin

sel besar 9. Karsinoma papilar invasif 10. Karsinoma mikropapilar invasif

Page 38: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

9

6. Karsinoma dengan metaplasia (1) Varian sel skuamosa (2) Varian sel spindel (3) Varian tulang daan kartilago (4) Varian campuran

11. Karsinoma apokrin 12. Karsinoma dengan metaplasia

(1) Karsinoma metaplasia epitel(2) Karsinoma metaplasia sel

skuamosa (3) Adenokarsinoma dengan

metaplasia sel spindel (4) Karsinoma adenoskuamosa (5) Karsinoma

mukoepidermoid (6) Karsinoma mesenkimal

epithelial campuran 13. Karsinoma lipoid 14. Karsinoma sekretorik 15. Karsinoma onkositik 16. Karsinoma kistik adenoid 17. Karsinoma asinar 18. Karsinoma sel jernih kaya

glikogen 19. Karsinoma seborea 20. Karsinoma mame inflamatorik 21. Penyakit Piaget papilia mamae

Sumber : Patolog China, 2000 & WHO, 2003 dalam Fujin, dkk, 2008

4. Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Kanker payudara menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut :

• Umunya terjadi di payudara sebelah kiri dan kuadran lateral atas

• Biasanya tidak nyeri, benjolan dapat diraba, konsistensi agak keras,

irregular, terfiksasi pada dinding dada

• Adanya tanda lesung, Peau d’orange (edema kulit akibat obstruksi

limfatik), dan nodus satelit kulit serta tanda kembang kol akibat

ulserasi.

• Perubahan papilla mammae meliputi retraksi puting susu

• Pembesaran kelenjar limfe regional

Page 39: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

10

5. Klasifikasi Stadium Kanker Payudara

Klasifikasi stadium klinis berdasarkan TNM menurut Perhimpunan Anti

Kanker Internasional (PAKI) edisi tahun 2002 :

Tabel 2.2 Klasifikasi Stadium Klinis

Stadium 0 : TisN0M0 Stadium I : T1N0M0 Stadium IIA : T0N1M0, T1N1M0, T2N0M0 Stadium IIB : T2N1M0, T3N0M0 Stadium IIIA : T0N2M0, T1N2M0, T2N2M0, T3N1-2M0 Stadium IIIB : T4, N apapun, M0 Stadium IIIC : T apapun, N3M0 Stadium IV : T dan N apapun, M1

Sumber : PAKI (Perhimpunan Anti Kanker Internasional), 2002 dalam Fujin dkk, 2008

Keterangan :

T : Kanker primer

T0 : Tidak ada bukti lesi primer

Tis : Karsinoma in situ. Meliputi karsinoma in situ duktal dan insitu lobular,

penyakit Piaget papila mamae tanpa nodul.

T1 : Diameter tumor terbesar <= 2 cm

T2 : Diameter tumor terbesar > 2 cm tapi <= 5 cm

T3 : Diameter tumor terbesar > 5 cm

T4 : Berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau

kulit tidak termasuk m. pectoralis

Page 40: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

11

N : Kelenjar limfe regional

N0 : Tidak ada metastasis kelenjar limfe regional

N1 : Di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobile

N2 : Kelenjar limfe metastasis fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan

terfiksasi dengan jaringan lain, atau terdapat metastasis kelenjar limfe

mamaria interna tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar

N3 : Metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau terdapat

metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar limfe

aksilar ataupun metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral

M : metastasis jauh

M0 : tidak ada metastasis jauh

M1 : ada metastasis jauh

6. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan penting pada kanker payudara meliputi :

a. Penatalaksanaan kanker payudara dini (tidak terdapat bukti penyebaran

jauh saat didiagnosis) yang terdiri dari stadium 0, I, II, IIIA meliputi :

1) Terapi lokal : lumpektomi + radioterapi payudara; atau mastektomi

sederhana.

2) Penatalaksanaan terhadap kelenjar getah bening aksila

3) Pencegahan terhadap penyebaran sistemik berupa : terapi hormonal

(misalnya tamoksifen atau inhibitor aromatase); atau kemoterapi

adjuvan.

Page 41: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

12

b. Penatalaksanaan kanker payudara lanjut (terdapat penyebaran

jauh saat didiagnosis) yang terdiri dari stadium IIIB dan IV meliputi :

1) Terapi lokal

2) Metastasis jauh : radioterapi, terapi hormon (tamoksifen, inhibitor

aromatse, filvestran) bila reseptor estrogennya positif. Pada stadium

IIIB setelah kemoterapi dapat dilakukan operasi jika hasil kemotreapi

relatif baik dan diikuti dengan radioterapi.

Pada uraian di atas penanganan dilakukan dengan beberapa terapi namun

di bawah ini terfokus pada mastektomi:

a. Mastektomi radikal. Lingkup reseksinya mencakup kulit dengan jarak

minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mamae, m. pektoralis

mayor, m. pektoralis minor, jaringan limfatik dan lemak subskapular,

aksilar secara kontinu enblok direseksi.

b. Mastektomi radikal modifikasi, lingkupnya sama seperti mastektomi

radikal namun mempertahankan m. pektoralis mayor dan minor

(model Auchinocloss) atau mempertahankan m. pektoralis mayor dan

minor (model Patey).

c. Mastektomi total, hanya membuang seluruh kelenjar mamae tanpa

membersihkan kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk

karsinoma in situ atau pasien usia lanjut.

d. Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar atau BCT

e. Mastektomi segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel

Page 42: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

13

7. Prognosis Kanker Payudara

Prognosis kanker payudara stadium dini tergantung pada status KGB,

ukuran tumor, dan derajat histologis; secara keseluruhan angka ketahanan 10

tahun sebesar 80%. Prognosis kanker payudara stadium lanjut, buruk, hanya

30-40% berespon terhadap terapi dengan ketahanan hidup rata-rata selama 2

tahun, dan pasien yang tidak merespon biasanya meninggal. Dari hasil analisis

data 6263 kasus karsinoma mamae yang operabel di RS Kanker Univ.

Zhongsan, survival 5 tahun untuk stadium 0-1, II dan III adalah masing-

masing 92%, 73%, dan 47%. Pada yang non operabel, survival 5 tahun

kebanyakan dalam batas 20%.

B. Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Payudara

1. Pengkajian

Riwayat kesehatan mencakup pengkajian tentang reaksi pasien terhadap

diagnosis dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut.

Pertanyaannya mencakup:

a. Bagaimana pasien berespon terhadap diagnosis?

b. Mekanisme koping apa yang pasien temukan paling membantu?

c. Dukungan psikologis atau emosional apa yang ia gunakan?

d. Apakah ada pasangan, anggota keluarga, atau teman untuk membantunya

dalam membuat pilihan pengobatan?

e. Bagian informansi mana yang paling penting yang pasien butuhkan?

Page 43: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

14

f. Apakah pasien mengalami suatu ketidaknyamanan?

2. Diagnosa Keperawatan

a. Praoperatif

1) Kurang pengetahuan tentang kanker payudara dan pilihan pengobatan

2) Takut dan koping tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker,

pengobatannya, dan prognosis

b. Pascaoperatif

1) Nyeri dan ketidaknyamanan

2) Kerusakan integritas kulit akibat insisi bedah

3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek samping

radiasi dan kemoterapi

4) Kurang perawatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial lengan atas

pada tempat yang dioperasi

5) Potensial disfungsi seksual yang berhubungan dengan kehilangan bagian

tubuh, perubahan dalam citra diri, dan ketakutan akan reaksi pasangan

terhadap kehilangan

3. Masalah-masalah Kolaboratif

Potensial komplikasi dapat mencakup limfedema.

4. Perencanaan Keperawatan

Tujuan utama mencakup meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dan

pengobatannya, menurunkan ketakutan praoperatif dan pascaoperatif, stres

emosional, dan ansietas, meredakan nyeri, pemeliharaan integritas kulit,

Page 44: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

15

memperbaiki konsep diri, memperbaiki perawatan diri, memperbaiki fungsi

seksual, dan tidak terdapatnya komplikasi. Adapun intervensi yang dapat

dilakukan adalah:

a. Praoperatif

1) Penyuluhan pasien tentang kanker payudara dan pilihan pengobatan

yang meliputi informasi kepada pasien mengenai pembedahan,

termasuk letak dan keluasan tumor dan pengobatan pascaoperatif

seperti terapi radiasi dan kemoterapi, keluasan dan efek samping

pengobatan, frekuensi, durasi, dan tujuan pengobatan, metode untuk

kompensasi perubahan fisik yang berhubungan dengan mastektomi

juga dibicarakan dan direncanakan (misalnya protesis dan bedah

plastik).

2) Menurunkan ketakutan dan memperbaiki kemampuan koping.

Ketakutan dan kehawatiran adalah umum dan didiskusikan dengan

pasien. Jika pasien akan menjalani mastektomi, informasi tentang

sumber dan pilihan harus tersedia. Pada saat rencana pengobatan telah

ditetapkan, perawat harus meningkatkan kemungkinan kesejahteraan

fisik praoperatif, psikologis, sosial, dan nutrisional.

b. Pascaoperatif

1) Meredakan nyeri dan ketidaknyamanaan. Salah satu cara mnurunkan

nyeri adalah meninggikan ekstremitas yang sakit. Disisi lain pasien

Page 45: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

16

yang terkontrol analgesik dapat memberikan bantuan dalam

memastikan peredaan nyeri dan ketidaknyamanan.

2) Mempertahankan integritas kulit. Perhatian khususnya adalah

mencegah cairan agar tidak menumpuk di bawah insisi dinding dada

dengan mempertahankan patensi drain bedah. Balutan dan drain

diinspeksi terhadap perdarahan dan jumlah drainase dipantau secara

teratur.

3) Menurunkan stres dan memperbaiki keterampilan koping. Tindakan

keperawatan yang harus dilakukan adalah menggali area yang sensitif.

Pengkajian juga dilakukan tentang sistem pendukung pasien yaitu

pasangan pasien yang membutuhkan dukungan, edukasi.

4) Meningkatkan perawatan diri. Pasien diberikan informasi tentang

kemungkinan edema bedah pascaoperatif dan strategi pencegahannya.

Ambulasi diperbolehkan saat pasien bebas dari pengaruh anestesi dan

dapat mentoleransi cairan. Perawat juga memfasilitasi pasien untuk

latihan rentang gerak untuk meningkatkan sirkulasi dan kekuatan otot

dan mencegah kekakuan sendi. Aktivitas perawatan diri termasuk

menyikat gigi, membasuh muka, dan menyisir serta merapikan rambut

merupakan terapeutik baik secara fisik dan emosional.

5) Meningkatkan fungsi seksual. Perubahan citra tubuh dan harga diri

pasien atau respon pasangannya dapat meningkatkan tingkat ansietas

pasangan dan faktor ini dapat mengganggu fungsi seksual. Pasangan

Page 46: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

17

juga mempunyai kesulitan untuk melihat luka insisi. Hal ini juga

mempengaruhi citra diri, seksualitas, dan penerimaan pasien.

Mendorong terjadinya diskusi terbuka mengenai ketakutan, kebutuhan,

dan keinginan sehingga dapat mengurangi stres pada pasangan.

C. Respon Psikologis terhadap Kehilangan

1. Kehilangan dan Berduka

Kehilangan (loss) merupakan kondisi aktual dan potensial dimana objek atau

seseorang yang berharga tidak bisa dicapai atau digantikan. Kehilangan dapat

berasal dari objek eksternal, lingkungan sekitar, kehilangan orang terdekat,

kehilangan salah satu aspek diri seperti bagian tubuh, fungsi organ, dll.

Setiap individu menunjukan tipe respon kehilangan yang berbeda. Bentuk

respon kehilangan yang terjadi pada individu dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu

berduka, berduka adaptif, dan berduka maladaptif (Capernito & Moyet, 2006).

Berduka adalah reaksi emosi dan tingkah laku yang normal terjadi pada seseorang

terhadap suatu kehilangan. Berduka adaptif menggambarkan individu yang siap

menghadapi proses kehilangan sebelum kehilangan dirasakan. Berduka

maladaptif adalah gambaran reaksi berduka yang ditekan, tidak ada atau

memanjang. Ringkasan dari uraian di atas dapat terlihat dalam bagan berikut :

Page 47: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

18

Bagan 2.1 Tahap Kehilangan & Tipe Berduka

(Modifikasi Kehilangan dan Berduka Kubler Ross & Capernito-Moyet)

TAHAPAN RESPON KEHILANGAN (Kubler Ross)

1. Denial (penyangkalan)

2. Anger (marah) 3. Bargaining (tawar-menawar)

4. Depresi 5. Acceptance (penerimaan)

BERDUKA

BERDUKA ADAPTIF

(siap menerima kehilangan)

BERDUKA

MALADAPTIF (respon

kehilangan yang memanjang)

BERDUKA (reaksi normal)

Sumber : Potter-Perry, 2005 & Capernito-Moyet, 2006 Pada lima tahapan kehilangan menurut Kubler Ross di atas, depresi

merupakan respon kehilangan yang paling sering terjadi pada wanita dengan

kecenderungan dua kali lebih besar untuk mengalami depresi serius (mayor)

dibanding pria (Wade & Tavris, 2007). Di sisi lain, kecenderungan wanita untuk

Page 48: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

19

merenungkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya memiliki peranan

paling kuat dengan kejadian depresi jangka panjang pada wanita (Nolen-

Hoeksema, 2004 dalam Wade & Tavris, 2007). Depresi yang memanjang inilah

yang membuat seseorang atau wanita yang mengalami suatu kehilangan seperti

kehilangan organ tubuh yang berharga (mastektomi) dikatakan dalam posisi

berduka maladaptif.

2. Depresi

a. Pengertian depresi

Depresi dan stres merupakan dua hal yang berbeda. Stres merupakan respon

seseorang terhadap masalah yang dialami sepanjang kehidupan. Seseorang yang

mengalami depresi diawali dengan stres yang berkepanjangan tetapi seseorang

yang mengalami stres belum bisa dikatakan depresi. Depresi yang terjadi pada

seseorang merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi manusia berkaitan

dengan alam perasaan seperti kesedihan dan gejala penyerta termasuk perubahan

pola tidur, nafsu makan, psikomotor, kosentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus

asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri (Kaplan & Benjamin, 1998).

Bentuk depresi yang serius adalah depresi mayor, gambaran berupa perubahan

emosi, perilaku, kognitif, dan fisik yang cukup serius dan berakibat pada

terganggunya fungsi normal seseorang.

b. Penyebab depresi

Timbulnya depresi terjadi karena kerentanan seseorang pada predisposisi

genetik, karakteristik kepribadian, atau kebiasaan berpikir yang berinteraksi

Page 49: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

20

dengan peristiwa stres seperti kehilangan sesuatu yang berharga, kekerasan

seksual, kehilangan bagian atau fungsi tubuh seperti mastektomi, dll (Hankin &

Abramson, 2001 dalam Wade & Travis, 2007). Berikut teori penyebab depresi

yang diuraikan secara jelas :

Faktor predisposisi

1) Faktor genetik

Teori biologi berasumsi bahwa gen atau malfungsi beberapa faktor

fisiologi menjadi penyebab seseorang rentan terhadap depresi. Gen yang

diduga adalah 5-HTT yang memiliki bentuk panjang dan pendek. Bentuk

panjang membantu melindungi depresi dan bentuk pendek menyebabkan

kerentanan seseorang terhadap depresi (Caspi dkk, 2003 dalam Wade &

Tavris, 2007).

2) Teori agregasi menyerang ke dalam

Pada teori ini Freud memandang bahwa depresi sebagai gejolak batin dari

naluri yang agresif dan diikuti oleh perasaan berdosa. Proses ini dikaitkan

dengan kehilangan objek yang dicintai dan ditandai dengan kemarahan

individu yang ditujukan kepada diri sendiri.

3) Teori kehilangan objek

Teori ini merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda

atau sesuatu yang sangat berarti. Sigmund Freud dan Karl Abraham

menggambarkan depresi sebagai reaksi kompleks terhadap kehilangan (loss).

Freud juga menggambarkan bahwa rasa sedih yang normal dan depresi

Page 50: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

21

sebagai respon dari kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya

(Davidson dan Neale, 1997).

4) Model kognitif

Teori ini berasumsi bahwa terjadinya depresi melibatkan cara berpikir

negatif yang spesifik mengenai situasi seseorang (Beck, 2005 dalam Wade &

Tavris, 2007). Pasien kanker yang mengalami depresi umumnya merasa

ketakutan akan kematian, berpikir bahwa mereka tidak bisa meneruskan

rencana-rencana hidupnya, merasa tidak percaya diri, perubahan peran sosial

dan gaya hidup, serta masalah–masalah terkait finansial, sehingga ini yang

menyebabkan mereka mengalami depresi.

5) Model Behavioral

Berkembang dari kerangka teori belajar dan sosial. Teori belajar

berasumsi bahwa depresi pada seseorang terjadi karena penguat yang kurang

(Lack of Reinforcment). Pandangan ini menjelaskan bahwa orang yang

mengalami depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau dengan kata

lain lebih mengalami hukuman (punishment) daripada orang yang tidak

mengalami depresi (Sarason, 1989). Di sisi lain, model ini juga berasumsi

bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam

berinteraksi dengan orang lain.

Page 51: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

22

6) Model biologi

Model ini menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama

masa depresi termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin,

hipersekresi kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologi.

Faktor Pencetus

1) Kehilangan keterikatan

Kehilangan ini dapat bersifat nyata maupun dibayangkan termasuk

kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Elemen

aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan. Makna kehilangan fungsi

atau perubahan dalam penampilan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang

perubahan yang dialaminya. Pada wanita yang menganggap payudara sebagai

elemen ideal, kehilangan payudara akibat mastektomi menjadi perubahan

yang sangat signifikan (Potter & Perry, 2005). Contoh konkrit respon

kehilangan pada penderita kanker payudara yang kehilangan bentuk tubuh

atau organ tubuhnya akibat mastektomi adalah depresi karena mereka merasa

bukan lagi wanita sejati (Konginan, 2008).

2) Peristiwa besar dalam kehidupan seseorang

Peristiwa besar dalam kehidupan seseorang diketahui sebagai pendahulu

episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang

dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah.

3) Peran dan ketegangan peran

Page 52: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

23

Peran dan ketegangan peran telah diketahui mempengaruhi perkembangan

depresi terutama pada wanita.

4) Perubahan fisiologi

Perubahan ini diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik

seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik.

Hasil uraian di atas dapat dibentuk menjadi bagan berikut :

Bagan 2.2 Model Adaptasi Stres Stuart yang Dikaitkan dengan Respon Emosi

Faktor Predisposisi : genetik, kehilangan objek, agregasi menyerang ke dalam, organisasi kepribadian, kognitif, perilaku, biologi

Faktor Pencetus : kehilangan, peristiwa besar dalam kehidupan, peran dan ketegangan peran, perubahan fisiologi

Penilaian Stresor

Sumber Koping : dukungan sosioekonomi dan jaringan interpersonal

Respon adaptif Respon maladaptif

Konstruktif

Destruktif

Mekanisme Koping

Kepekaan Reaksi berduka Supresi Penundaan Depresi/ emosional tak terkomplikasi emosi reaksi berduka mania

Sumber : Stuart & Laraia, 2005

Page 53: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

24

Penggambaran proses terjadinya depresi mayor dapat dilihat dalam model

kerentanan-stres berikut ini :

Bagan 2.3 Model Kerentanan-Stres(Vulnerability-Stress Model) Zubin& Spring,1977

Situasi yang mengganggu

Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berharga

Kehilangan pekerjaan

Kehilangan suatu bagian atau fungsi tubuh seperti

mastektomi

Kegagalan

Trauma

Ketidakbahagiaan sementara

Kerentanan individual

Predisposisi genetik

Cara berpikir yang negatif

Putus asa

Perenungan

Rasa percaya diri yang rendah

Depresi yang serius

Sumber : Wade & Tavris, 2007

Page 54: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

25

c. Klasifikasi depresi

Ada dua klasifikasi depresi yaitu biologis (terkait pada kimia tubuh) dan

depresi psikologis (terkait pada faktor emosional). Kedua depresi ini berhubungan

dengan gejala depresi. Gejala paling umum dari depresi adalah ketidakmampuan

untuk bebas dari kegelisahan dan tekanan. Gejala fisik yang cenderung menyertai

depresi biologis adalah lambat dalam menjawab, gangguan tidur, perubahan nafsu

makan, kehilangan minat untuk beraktivitas. Gejala yang berkaitan dengan

depresi psikologis meliputi perasaan putus asa, kurang percaya diri, pemikiran

negatif, kebimbangan, pikiran bunuh diri (McKay & Dinkmeyer, 2005).

d. Gejala depresi

Depresi dapat diketahui melalui serangkaian gejala yang dialami oleh

seseorang. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)

membagi gejala depresi menjadi 2 yaitu gejala utama dan tambahan. Gejala utama

berupa suasana perasaan yang depresi / sedih atau murung, kehilangan minat dan

kegembiraan (anhedonia), berkurangnya energi yang menuju kepada

meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala tambahan

berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, berkurangnya harga diri dan

kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna pandangan

masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang

membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu

makan (anoreksia).

Page 55: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

26

Gejala depresi pada penderita kanker payudara dapat terjadi sebagai :

1) Respon yang normal ketika seseorang penderita kanker payudara yang merasa

bahwa ia akan kehilangan bentuk tubuhnya adalah rasa sedih yang mendalam.

Respons normal ini adalah bagian dari spektrum gejala depresi yang

batasannya mulai rasa sedih normal sampai akan menjadi ganguan

penyesuaian. Pada keadaan ini gejalanya biasanya hanya berlangsung 1 atau 2

minggu saja, setelah itu membaik sendiri dengan berlalunya waktu dan

dukungan yang baik dari keluarga, teman dan tim yang merawat.

2) Gangguan penyesuaian yakni bila gejala depresinya tidak membaik berlanjut

sampai lebih dari 2 minggu dan gejala depresinya juga lebih berat, serta

fungsi sehari-hari, aktivitas sosial dan hubungan dengan orang lain sudah

terganggu. Gangguan ini biasanya bercampur dengan kecemasan bahkan

mungkin menunjukkan obsesi terhadap gejalanya .

3) Depresi major dimana gejala depresinya lebih berat dari gangguan

penyesuaian dan biasanya tidak berespon dengan dukungan dan perawatan

yang diberikan.

4) Gejala depresi dapat berkaitan dengan gangguan mental organik berupa

delirium, demensia dan efek samping obat. Dibutuhkan pemeriksaan status

mental meliputi daya ingat, konsentrasi dan perhatian , orientasi, daya pikir

dan pemahaman, yang menunjang bukti -bukti adanya gangguan mental

organik.

Page 56: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

27

e. Dampak depresi

Dampak depresi bagi pasien kanker cukup banyak dan kesemuanya

menimbulkan pengaruh yang buruk bagi penderita. Dampak yang ditimbulkan

berupa bunuh diri, penelantaran diri, distres keluarga.

1) Bunuh diri

Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker

yang mengalami depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian.

2) Penelantaran diri

Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan

maupun menjaga daya tahan tubuh. Kondisi ini tentu akan semakin

memperparah penyakitnya dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas

hidup pasien.

3) Distress pada keluarga

Depresi pada pasien kanker tidak hanya mempengaruhi pasien tetapi

juga berdampak pada keluarga mereka. Suatu survei di Inggris tentang

kanker payudara menunjukkan bahwa diantara faktor-faktor yang ada,

depresi merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan

emosional pada anak mereka.

f. Pengukuran depresi

Mengingat dampak negatif akibat depresi sangat besar bagi kelangsungan

kualitas hidup pasien kanker payudara maka penegakan diagnosis harus sesegera

mungkin ditegakkan. Salah satu pengukuran depresi adalah menurut PPDGJ III

Page 57: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

28

yaitu didasarkan adanya gejala utama dan tambahan seperti yang telah diuraikan

di atas. Gejala utamanya mencakup suasana perasaan yang depresi / sedih atau

murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju

kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala

tambahan mencakup konsentrasi dan perhatian berkurang, berkurangnya harga

diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna

pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang

membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu

makan.

g. Tingkatan depresi

Adapun tingkatan depresi menurut PPDGJ III, yaitu:

1) Depresi ringan, ciri – cirinya: sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala

utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang – kurangnya 2 dari

gejala tambahan, tidak boleh ada gejala berat diantaranya, lamanya seluruh

episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu, hanya sedikit

kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.

2) Depresi sedang, ciri – cirinya : sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala

utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang – kurangnya 3

(dan sebaiknya 4) dari gejala tambahan, lamanya seluruh episode berlangsung

minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan

kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga.

Page 58: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

29

3) Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : semua 3 gejala depresi

utama harus ada, ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainya dan

beberapa diantaranya harus berintensitas berat, bila ada gejala penting

(misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien

mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci,

episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2

minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan serangannya sangat cepat,

maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu

kurang dari 2 minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan

kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang

sangat terbatas.

b. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya: episode depresi berat yang

memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotik disertai waham,

halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,

kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung

jawab atas hal itu.

h. Penatalaksanaan depresi

Penderita dengan gejala depresi yang normal terjadi pada krisis akut biasanya

hanya memerlukan perawatan suportif. Bila gejalanya berat maka dapat

digunakan obat yang sifatnya hipnotik pada malam hari untuk jangka waktu

pendek atau obat anti cemas. Penderita dengan gangguan penyesuaian dan depresi

Page 59: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

30

major, memerlukan terapi yang intensif berupa psikoterapi dan antidepresan.

Psikoterapi bertujuan meredakan konflik atau membimbing penderita kearah

acceptance (menerima). Berikut adalah panduan dalam menangani penderita

kanker yang menunjukkan gejala depresi:

1) Menegakkan diagnosis dan pengobatan gangguan mental organik bila ada

2) Mengobati faktor penyebab atau pencetusnya: nyeri, gangguan fisik lain,

sosial dan spiritual

3) Dukungan menyeluruh: tanggap dan empati, yakinkan lagi tentang perawatan

selanjutnya, berikan informasi tentang penyakit, eksplorasi pengertian dan

rasa takut terhadap penyakit dan prognosis, perkuat dukungan keluarga dan

sosial

4) Perlu dirujuk ke psikiater bila gejalanya lebih berat, lebih lama atau kambuh

setelah mengalami perbaikan, karena bagaimanapun gejala yang terus

meningkat memerlukan pengobatan yang adekuat.

5) Antidepresan: golongan tricyclic antidepresan dimulai dengan dosis kecil (25

-50mg), dosis maksimum 75 sampai 150mg/hari, untuk penderita kanker

stadium lanjut dosisnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita

kanker. Antidepresan lain: Fluoxetine, Sertralin, dll .

Page 60: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

31

D. Penelitian Terkait

1. Yasmin N Farooqi, 2005 (University of Punjab, Lahore, Pakistan) dalam

penelitiannya yang berjudul “Depression and Anxiety in Mastectomy

Cases”. Jenis desain penelitiannya adalah Pre-Post Research Desaign

dengan sampel 50 pasien mastektomi yang sudah menikah. Waktu

penelitian 1-7 hari sebelum dan sesudah mastektomi. Alat ukur yang

digunakan adalah Depression Scale dan Anxiety Check List. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan depresi dan

cemas setelah mastektomi dibandingkan sebelum mastektomi.

2. Andrzej Nowicki, Anna Szwed, & Ryszard Laskowski dalam penelitiannya

pada tahun 2008 yang berjudul “Depression and Anxiety Before and After

Breast Amputation in Women”. Alat ukur yang digunakan yaitu HAD

Scale dan Depression Beck Scale . Hasil penelitian ini adalah cemas dan

depresi menurun setelah mastektomi. Dari 50 pasien wanita, angka depresi

menurun pada 32 pasien.

3. Achir Yani S. Hamid, Agung Waluyo, & Mustikasari tahun 2002 dalam

penelitiannya yang berjudul “ Persepsi Pasien dan Suami Tentang

Pengaruh Mastektomi Terhadap Citra Tubuh dan Fungsi Seksual”.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif eksploratif dengan

metode kualitatif dan jumlah informan 4. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat perbedaan persepsi isteri dan suami tentang pengaruh mastektomi

terhadap citra tubuh dan fungsi seksual, pengaruh mastektomi terhadap

Page 61: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

32

citra tubuh sudah dipersepsikan pasien sejak sebelum mastektomi

dilakukan, upaya dukungan sudah dilakukan sejak sebelum mastektomi,

muncul beban psikologik, stigma sosial, dan finansial yang dipersepikan

pasangan, dan besarnya pengaruh tersebut ditentukan oleh kualitas

hubungan perkawinan khususnya komunikasi.

Page 62: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas maka latar belakang

wanita post mastektomi yang mengalami depresi perlu diketahui dan diteliti

dengan baik sehingga dapat dilakukan upaya penanganan yang tepat dan

mencegah depresi yang berkepanjangan dan risiko bunuh diri pada klien. Di

bawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di

Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat.

Faktor Predisposisi : cara berpikir negatif

Faktor Pencetus : kehilangan keterikatan,

ketegangan peran

Penilaian Stresor

Sumber Koping : dukungan sosial

Mekanisme Koping: Destruktif

Respon maladaptif : Depresi

Depresi sedang Depresi berat Depresi ringan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Model Adaptasi Stres Stuart yang Dikaitkan dengan Respon Emosi & Tingkatan Depresi PPDGJ III

33

Page 63: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

34

Berdasarkan bagan di atas maka peneliti ingin mengetahui gambaran latar

belakang wanita post mastektomi yang mengalami depresi.

B. Definisi Istilah

1. Cara berpikir negatif adalah strategi negatif dalam menggunakan pikiran yang

mencakup pembuatan pendapat, keputusan, menarik kesimpulan dan

merefleksikan untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan (Gordon,

1995 dalam Potter & Perry, 2005).

2. Kehilangan keterikatan adalah kondisi berpisahnya individu dengan sesuatu

yang dicintai yang bersifat nyata maupun dibayangkan seperti kehilangan

cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri (Stuart & Sundeen,

1998).

3. Ketegangan peran adalah perpaduan antara konflik peran dan ambiguitas

peran yang diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang

merasakan ketidakadekuatan atau merasa perannya tidak sesuai (Potter &

Perry, 2005).

4. Dukungan sosial adalah dukungan atau kehadiran orang-orang terdekat seperti

keluarga, sahabat, teman, saudara, atau orang yang dicintai oleh individu yang

bersangkutan dalam memberikan bantuan berupa materi, emosi, dan informasi

sehingga individu tersebut dapat meringankan keluhannya (Potter & Perry,

2005).

Page 64: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

35

5. Depresi adalah suatu kondisi terganggunya fungsi manusia berkaitan dengan

alam perasaan seperti kesedihan dan gejala penyerta termasuk perubahan pola

tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus

asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri (Kaplan & Benjamin, 1998).

6. Depresi ringan merupakan tingkatan depresi yang paling rendah menurut

PPDGJ III. Karakteristik depresi ini yaitu minimal harus ada 2 atau 3 gejala

utama depresi, ditambah minimal 2 dari gejala tambahan, tidak boleh ada

gejala berat, lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu, hanya

sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan

(PPDGJ III, 1993).

7. Depresi sedang merupakan depresi yang memiliki karakteristik minimal harus

ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah

minimal 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala tambahan, lamanya seluruh episode

berlangsung minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk

meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga (PPDGJ III,

1993).

8. Depresi berat dibedakan menjadi 2 yaitu depresi berat tanpa psikotik dan

depresi berat dengan psikotik. Karakteristik depresi berat tanpa psikotik yaitu

semua gejala depresi utama harus ada, ditambah minimal gejala tambahan dan

beberapa diantaranya harus berintensitas berat, lamanya episode depresif

biasanya harus berlangsung minimal 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat

berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan

Page 65: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

36

Page 66: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

47

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat

1. Sejarah Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat

Pendirian Rumah Sakit Kanker Dharmais berawal dari pemikiran para

pakar penyakit kanker termasuk para staf pengajar di Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia yang merasa perlu adanya sebuah layanan kanker yang

terpadu di Indonesia. Cita-cita untuk mendirikan suatu rumah sakit kanker

yang mampu memberikan layanan yang bersifat holistik dan terpadu telah

lama dipendam.

Kesempatan untuk mewujudkan cita-cita tersebut terbuka pada tahun 1988

ketika ketua Yayasan Dharmais, Bp. H.M. Soeharto meminta

Dr.dr.A.Harryanto Reksodiputro untuk memikirkan model rumah sakit kanker

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Dr.dr.A.Harryanto

Reksodiputro segera menghubungi para pakar di FKUI dan meminta nasehat

Departemen Kesehatan serta Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Selanjutnya pada bulan Oktober 1988 terbentuklah tim pembuatan

usulan pendirian rumah sakit kanker. Usulan tersebut dapat diselesaikan pada

bulan Desember 1988 dan diserahkan kepada ketua Yayasan Dharmais pada 8

Januari 1999.

Page 67: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

48

Sejak saat itu rumah sakit ini berkembang dan menjadi Rumah Sakit dan

Pusat Kanker Nasional yang melakukan pelayanan, pendidikan dan penelitian

yang bermutu tinggi di bidang kanker melalui aktualisasi SMILE ! & C

berdasarkan kebijakan mutu, lingkungan, dan k3 RS. Kanker "DHARMAIS"

No. HK.00.09/1/6995/2009 tanggal 02 September 2009, yaitu :

S = Senyum, dan selalu siap melayani.

M = Mengutamakan Mutu Pelayanan, pencegahan pencemaran dan

pengendalian dampak lingkungan, pencegahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, untuk kepentingan dan keselamatan pengunjung,

pasien dan karyawan.

I = Ikhlas dalam melaksanakan tugas.

L = Loyal pada pimpinan dan berdedikasi dalam tugas, serta taat pada

peraturan perundangan yang berlaku.

E = Excellent dalam pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta disiplin

administrasi yang tertib dan efisien.

! = Merupakan simbol optimis yang berarti mempunyai sikap selalu optimis

menghadapi segala tantangan dan,

C = Continually Improvement, senantiasa melakukan perbaikan mutu

pelayanan, lingkungan dan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

secara berkesinambungan.

Page 68: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

49

2. Visi, Misi, dan Moto

a. Visi

Menjadi Rumah Sakit dan Pusat Kanker Nasional yang merupakan

panutan dalam penanggulangan kanker di Indonesia.

b. Misi

Melaksanakan pelayanan, pendidikan dan penelitian yang bermutu tinggi

di bidang penanggulangan kanker.

c. Moto

Tampil lebih baik, ramah dan profesional.

B. Hasil Penelitian

Jumlah informan yang diteliti di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta

adalah empat orang. Wawancara dilakukan di rumah klien. Sebelum melakukan

wawancara kepada klien terlebih dahulu kontrak waktu dan disesuaikan dengan

kondisi kesehatan klien. Pertemuan awal digunakan untuk membina hubungan

saling percaya diawali dengan melakukan perkenalan baik dengan informan

maupun keluarga dekat dalam suasana rileks dan santai. Selama proses

wawancara peneliti mendahulukan kebutuhan informan seperti memperhatikan

kesiapan informan untuk bercerita dan memperhatikan kondisi kesehatan klien

agar wawancara berjalan lancar dan informasi yang diberikan valid sesuai

keinginan peneliti.

Page 69: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

50

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Wawancara awal

dilakukan untuk menyaring informan sesuai kriteria inklusi yaitu dengan

mengajukan pertanyaan tentang gejala depresi yang ditemukan pada informan

berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III).

Setelah ditemukan adanya gejala depresi pada informan dan sesuai dengan

kriteria inklusi maka wawancara difokuskan pada latar belakang wanita post

mastektomi yang mengalami depresi mencakup gambaran kehilangan keterikatan,

cara berpikir negatif, ketegangan peran dan dukungan sosial.

Berikut ini akan dipaparkan mengenai karakteristik informan, proses

wawancara dan deskripsi hasil penelitian dari latar belakang wanita post

mastektomi yang mengalami depresi :

1. Karakteristik Informan

Pada penelitian ini, informan yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu,

informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah wanita post

mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang. Karakteristik

informan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,

agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga, status

pernikahan, usia terdiagnosis kanker payudara, stadium saat diagnosis,

tanggal operasi mastektomi. Sedangkan, informan pendukung adalah keluarga

klien, psikiatri dan perawat.

Page 70: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

51

a. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah wanita 2 minggu-1 bulan

post mastektomi yang mengalami depresi ringan hingga sedang di Rumah

Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat yang terdiri dari 4 orang. Kisaran

usia informan termuda adalah 40 tahun dan tertua 54 tahun. Dua dari

empat informan beragama Islam sedangkan yang lain beragama Kristen

dan Budha. Pendidikan terendah SD sedangkan yang tertinggi Diploma.

Tiga dari empat informan sudah menikah, sisanya belum menikah. Tiga

dari empat informan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, sisanya

sebagai pembantu rumah tangga. Penghasilan keluarga keempat informan

beragam yaitu tidak berpenghasilan karena tidak bekerja hingga tertinggi

Rp. 4.000.000,00. Kisaran usia informan termuda saat terdiagnosis kanker

payudara yaitu 30 dan tertua 46 tahun.

Page 71: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

52

Tabel 5.1 Karakteristik Informan

Informan No Variabel 1 2 3 4

1 Nama Nn. T Ny. Y Ny. J Ny. M 2 Usia (thn) 54 46 41 40 3 Jenis kelamin P P P P 4 Agama Islam Budha Islam Kristen 5 Pendidikan SD SMA SMA Diploma 6 Pekerjaan Pembantu IRT IRT IRT 7 Penghasilan

keluarga (jt/bln)

- - 4 3

8 Status Belum menikah

Menikah Menikah Menikah

9 Jumlah anak (org)

- 3 3 3

10 Usia terdiagnosis kanker payudara (thn)

30 46 41 40

11 Stadium saat terdiagnosis

IIA II II II

12 Tanggal operasi mastektomi

24 Juni 2010

5 Juli 2010

15 Juni 2010

5 Juli 2010

13 Jenis mastektomi

MRM MRM Mastektomi Total

MastektomiTotal

b. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah keluarga klien, yang

menemani klien dan mengetahui kondisi klien setiap hari, psikiatri dan

perawat di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat. Wawancara

dengan informan pendukung dilakukan untuk mendapatkan informasi

tambahan sebagai cross check data serta memperkaya data penelitian.

Page 72: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

53

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Pendukung

Informan No Variabel 1 2 3 4 5 6

1 Nama Tn. B An. D Ny. S Tn. P dr. I Zr. M 2 Usia (thn) 35 19 62 50 - 24 3 Jenis

kelamin L L P L L P

4 Agama Islam Budha Islam Kristen Islam Islam 5 Pendidika

n terakhir SMA SMA SD D3 - D3

6 Pekerjaan - Keuangan Wiraswasta PNS Psikiatri Perawat7 Lama

bekerja - - - - - 2 tahun

7 bulan 8 Hubunga

n dengan informan

Keponakan Nn. T

Anak kandung Ny. Y

Ibu kandung Ny. J

Suami Ny. M

Psikiatri Perawat

2. Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami

Depresi

Hasil penelitian dengan jumlah informan empat orang didapatkan

beberapa tema yang muncul yaitu :

a. Gambaran Kehilangan Keterikatan

Kehilangan keterikatan yang ingin diketahui melalui penelitian ini

ialah sejauhmana kehilangan keterikatan nyata atau secara fisik seperti

kehilangan fungsi fisik yang menyebabkan perubahan citra tubuh (body

image) maupun secara psikis termasuk kehilangan harga diri. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa keempat informan merasakan kehilangan

keterikatan baik secara fisik maupun psikis. Berikut kutipannya:

Page 73: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

54

1) Kehilangan keterikatan secara fisik yang ditunjukkan informan yaitu

adanya perasaan sedih, kecewa karena tidak normal sebagai wanita

dan merasa memiliki penampilan berbeda.

Ny. Y mengatakan “Waktu harus dibuang rasa sedih banget itu memang ada, memang drop itu, kecewa banget, ngerasa beda penampilan kita beda biasanya normal ini sudah gak normal lagi kayak mau pake baju suka kesel...nggak bisa pake-pake yang seksi”. Ny. J mengatakan “Sedih ada, sedihnya gini yah hilang saya punya... kalau ingat suka sedih, ngeliat yang lain normal, sekarang kok dah nggak normal, kalau lagi ngaca pas mau pake baju udah nggak ada sebelah, rata (sambil memegang bagian tubuhnya yang dioperasi)”. Nn. T mengatakan “Ya namane orang pas harus dibuang ada perasaan sedih”.

Pernyataan ketiga informan di atas sesuai dengan pernyataan keluarga

informan yang menyatakan bahwa informan merasa sedih, kecewa karena

penampilannya yang berbeda.

An. D mengatakan “Sedih dari mukanya kelihatan... ada sih kecewa sedikit keadaannya kayak gini mau diapain lagi”.

Ny. S mengatakan“Mungkin ada juga kali dikit, ada khawatirnya juga, dia udah nggak punya payudara, nggak enak juga”.

Tn. B mengatakan “Sedih dia sudah beda, nggak ada satu payuadaranya tapi kan umurnya sudah tua ini”

2) Kehilangan keterikatan secara psikis yang ditunjukkan informan yaitu

adalah perasaan kehilangan harga diri.

Ny. M mengatakan “Rasa nggak terima ada, kalau perempuan payudaranya satu diambil rasanya kayak kiamat, hidup kayak dah gak berhargalah (sambil menunduk dan sedikit meringis kesakitan)”.

Page 74: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

55

Pernyataan informan di atas juga sama dengan ungkapan keluarga

informan yang menyatakan bahwa informan merasa tidak berharga.

Tn. P mengatakan “Setelah operasi kelihatan udah agak berubah cuma rasa kecewanya kelihatan, masih ada, dia bilang kenapa harus saya, jatuhnya kenapa nggak ke yang lain... dia merasa yang bagi perempuan sangat berharga, nggak ada satu...ada kehilangan, sebagian yang dia miliki sebagai seorang perempuan hilang”.

Pandangan perawat dan psikiatri mengenai kehilangan keterikatan

terhadap latar belakang depresi pada pasien post mastektomi diungkapkan

lebih kepada kehilangan keterikatan secara fisik. Perawat dan Psiksiatri

mengungkapkan bahwa akibat post mastektomi, informan merasa ada

perubahan citra tubuh namun hal ini juga tergantung pada usia informan.

Zr. M mengatakan “Tergantung umur juga kali ya, kalau yang sudah tua mungkin sudah nggak terlalu peduliin”. dr. I mengatakan “Salah satu yang menjadi penyebab depresi pada pasien kanker payudara adalah karena setelah gejala depresi ada perubahan pada citra tubuhnya misalnya pada mastektomi”.

b. Gambaran Cara Berpikir Negatif

Cara berpikir negatif merupakan salah satu yang menjadi pemicu

timbulnya depresi pada wanita post mastektomi. Cara berpikir negatif ini

dilihat dari sejauhmana informan mengevaluasi diri, Tuhan, dunia, masa

depan secara negatif, pikiran tentang kematian yang cepat, persepsi

negatif atau ketakutan tentang kemoterapi, persepsi negatif tentang

penyakit yang diderita seperti yang diungkapkan oleh informan di bawah

ini :

Page 75: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

56

Ny. Y mengatakan “Rasa sedih ada, penyakit kok begini, rasa sedih, kecewanya disini, saya kok begini amat...selama ini saya takut kemo” Ny. M mengatakan “Kecewa pada diri sendiri, marah, menyalahkan yang di atas ada...kecewa iya takut saya nggak bisa ya takut nggak bisa ngurus anak, suami, pesimis adalah sedikit...mending sekalian diambil... hidup saya hampa”. Ny J mengatakan “Kalau kaget, kebangun, kadang suka pegang dan kadang suka mikirin, ya gimana ya namanya sudah berumah tangga, takut apa bapa kasih sayangnya kurang...takutnya gini aja ya, umur saya sampe kapan, mikirinnya anak-anak terutama anak-anak kalau bapa udah nggak ma saya, nggak apa ma yang lain kalau anak-anak kan gini ya mikirinnya anak-anak (sambil menunduk dan menangis)” Nn. T mengatakan “Ya namane orang sekali waktu punya pikiran gimana, apa namanya kalau di rumah saya pernah mikir, takut nanti tidak bisa kerja lagi, takut penyakit kambuh lagi”.

Menurut informan pendukung lain yaitu keluarga klien membenarkan

bahwa kesedihannya pasien terjadi karena pikiran-pikiran, perasaan

negatif pasien tentang dirinya, kematian, takut penyakit yang tambah

buruk, dan ketakutan tidak bisa mengurus anak dan suami. Hal ini dapat

dirasakan keluarga dari sikap dan keluhan pasien. Berikut pernyataannya:

An. D mengatakan “Pikiran mamah tentang penyakitnya saat ini, mikirin anak terutama ade yang masih kecil, umurnya sampe kapan”. Tn. P mengatakan “Kadang-kadang ada takut ini takut ini kedepannya...ke suaminya gimana, takutnya kecewa”. Ny. S mengatakan “Mungkin ada pikirannya gimana, gak enak sama suaminya”. Tn. B mengatakan “Payudara itu kan penyakit yang agak serius ya jadi dia agak takut, ada si sedikit takut kambuh lagi, takut nanti nggak bisa kerja lagi, takut umurnya nggak lama”.

Page 76: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

57

Pernyataan keempat informan di atas juga didukung oleh pernyataan

informan pendukung lain yaitu perawat yang mengatakan bahwa

depresinya pasien terjadi karena pikiran pasien tentang kematian yang

cepat, persepsi negatif atau ketakutan pasien tentang kemoterapi. Berikut

pernyataannya:

Zr. M mengatakan “Biasanya murungnya mereka terjadi karena ada pikiran tentang kematian apalagi mereka pernah cerita...aku juga bisa nyusul, begitu katanya... ada juga yang nggak mau kemo, kebanyakan sih takut...takut efek sampingnya mual muntah, ada yang takut rontok”.

Hal yang sama juga dikatakan oleh psikiatri yang mengatakan bahwa

depresinya pasien terjadi karena pikiran pasien tentang kematian, dan

kekecewaan tidak dapat meneruskan rencana hidupnya. Berikut

kutipannya :

dr. I mengatakan “Penyebab depresi pada pasien kanker juga bisa terjadi karena ketakutan akan kematian mereka akan berpikir pasien kanker ya otomatis suatu saat akan menuju kematian kemudian mungkin juga kecewaan tidak dapat meneruskan rencana-rencana hidupnya...”.

c. Gambaran Ketegangan Peran

Ketegangan peran merupakan adanya perasaan sedih, frustasi, kecewa

terhadap peran yang dijalankan saat ini. Hasil wawancara menunjukkan

keempat informan mengatakan sedih, kecewa karena tidak dapat

menjalankan perannya baik sebagi ibu, istri, pekerja maupun mengurus

segala macam urusan rumah tangga yang diungkapkan informan berikut

ini:

Page 77: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

58

Ny. Y mengatakan “Semua urusan rumah tangga anak saya yang ngurusin, saya cuma ngeliatin anak yang kecil...pas harus kemo, anak yang kecil, masih sekolah, dititipin ke tetangga (sambil menunjuk ke anaknya yang paling kecil) ...nggak ada kegiatan lagi sekarang ya emang rasa sedih ada harusnya kita ada tambah-tambahan sedikit nggak bisa, sekarang ngandelin anak”. Ny. M mengatakan “Ini nggak kuat untuk ngambil gayung, buat mandi (sambil memegang tangan yang sakit), mandi saja masih dibantu suami, pernah ini saya kesel, ambil piring, piringnya mau jatuh...sekarang urusan rumah tangga masih dibantu”. Ny. J mengatakan “...cuma yang berat-berat nggak gitu, kayak yang sifatnya nyapu, ngiris sayuran, masih tapi kalau ngangkat air, nggak, ya kecewa masa saya nyuruh orang mulu, perasaan kan gak enak”. Nn. T mengatakan “Ya sedihnya karena nggak boleh ngapa-ngapain, nggak sepenuhnya kayak orang sehat, nggak boleh ngangkat berat-berat”.

Pernyataan keempat informan di atas juga dibenarkan oleh keluarga

yang menyatakan bahwa setelah mastektomi pasien mengeluhkan adanya

ketidakmampuan dalam menjalankan peran baik sebagai wanita yang

bekerja, ibu rumah tangga, istri maupun ibu dari anak-anaknya. Berikut

pernyataannya:

An. D mengatakan “Pernah cerita juga, keadaan kayak gini nggak bisa bantu apa-apa lagi tinggal anak aja bantu kan mamah sudah nggak biasa paling liatin ade aja...sedih sedikit sih nggak bisa kayak dulu lagi”.

Tn. P mengatakan “Nggak bisa ngelakuin apa-apa, kesel dia...takut

gimana sama suami”. Ny. S mengatakan “Masih ngelakuin seperti biasa paling gak enaknya

sama suaminya”. Tn. B mengatakan “Ya sedih, nggak bisa ngelakuin pekerjaan kayak dulu

lagi, paling yang ringan-ringan aja”.

Page 78: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

59

Hal yang sama juga diungkapkan perawat yang menyatakan bahwa

wanita post mastektomi yang terdepresi cenderung terjadi ketegangan

peran yang dijalankan saat ini khususnya pada wanita post mastektomi

yang berusia muda dan memiliki anak yang masih kecil. Berikut

pernyataannya:

Zr. M mengatakan “Iya ngaruhlah, mereka sedih, nggak bisa menjalankan perannya sebagai ibu, apalagi yang masih punya anak kecil istilahnya masih harus menyusui tapi terpaksa nggak bisa...ada juga yang anaknya sampe dititipin ke bibinya”.

d. Gambaran Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah sejauhmana keterlibatan

atau kehadiran orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat, teman,

saudara, atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan dalam

memberikan bantuan berupa materi, emosi, spiritual dan informasi. Hasil

wawancara, keempat informan mendapatkan dukungan yang cukup dari

berbagai pihak dan adanya dukungan ini mengurangi kesedihan informan

seperti yang diungkapkan di bawah ini:

Ny. Y mengatakan “Kita rasa seneng, temen-temen, anak, dukung, suami selalu menemani saya di rumah sakit...kalau uang, dari keluarga sendiri aja, anak-anak...kalau dukungan doa dari rohaniawan, nggak, belum si. Ny. M mengatakan “Ada rasa seneng si, temen SMA, kuliah, suami, anak ngasih dukungan tapi masih...masih gantunglah, gimana si kan perempuan terpukul banget... dari gereja juga banyak bantu doa, ngasih semangat, ngasih semangat hidup saya mereka ngasih sih ngasih tapi kalau saya sendiri belum nerima...Ada kebenaran ada, perawat dari Dharmais bilang kalau emang masih mau punya payudara ada yang menyerupai aslinya tapi buat apalah, saya masih ngambanglah, antara iya dan nggak”.

Page 79: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

60

Ny. J mengatakan “Banyak dukungan...suruh sabar aja suruh nerima kadang-kadang hilang juga rasa putus asa, suruh berdoa, ada juga semua orang pada ngasih banyak yang ini deh dari kepala sekolah...dari perawat, orang-orang juga banyak yang ngasih tahu nanti habis ini harus gini harus gimana”. Ny. T mengatakan “Kadang-kadang saya sedih untungnya ada temen yang nemenin saya...keluarga saya tetap mendukung, tetap berusaha, berobat aja...ada dari gereja bantu doa...biaya pengobatan dari ibu, majikan saya”.

Pernyataan keempat informan di atas juga dibenarkan keluarga yang

mengatakan bahwa pasien kanker payudara post mastektomi merasa

senang dan sedikit berkurang kesedihannya ketika banyak dukungan baik

dukungan emosi, spiritual, informasi dan finansial. Berikut pernyataannya:

An. D mengatakan “Ya pasti seneng kan ada yang ngasih semangat...paling ngobrol-ngobrol, jalan-lalan, ada sih sedikit yang ngasih uang”. Tn. P mengatakan “Dukungan dari saudara, dukungan dari istri, dukungan dari kedua belah pihak, dukungan dari teman-teman dia SMA...ya pastilah seneng istilahnya dia punya temen masih peduli”. Ny. S mengatakan “Banyak yang dukung...senenglah dia banyak yang dukung”. Tn. B mengatakan “ Senenglah, ngasih semangat gitu, dari saudaranya paling lewat sms klo datang kan jauh paling nyemangatin ya...ngasih uang dari ibu majikan sendiri yang bantu”.

Menurut informan pendukung yaitu perawat bahwa pasien kanker

payudara post mastektomi yang tidak didampingi keluarga terdekatnya

cenderung mengalami beban psikologis dan lebih tidak kooperatif. Berikut

pernyataannya:

Page 80: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

61

Zr. M mengatakan “Pasien di sini kan dari jauh-jauh, keluarganya yang datang paling berapa, ada yang suaminya gak bisa datang, itu ada yang ngeluhin...kebanyakan sih gitu lebih nggak kooperatif...yang paling berperan disini keluarga”.

e. Penyebab lain yang muncul

Hasil analisis data kualitatif muncul penyebab lain dari depresi pada

wanita post mastektomi diluar dari keempat penyebab yang diteliti pada

penelitian ini yaitu adanya nyeri yang tidak bisa digambarkan oleh

informan dan rasa nyeri ini yang mengakibatkan informan tidak tahan

dengan kondisinya. Berikut pernyataannya:

Ny. M mengatakan “Ini rasa kayak disetrum, kalau disentuh gini masih kerasa (sambil memegang tangan peneliti dan menyuruh peneliti menyentuh jarinya yang sakit), ini rasanya nyeri luar biasa, saya nggak bisa gambarin rasa nyerinya, sampe saya putus asa ada ya, kadang mending sekalian diambil daripada saya ngerasain nyerinya yang luar biasa...”. Ketersediaan biaya yang harus dikeluarkan untuk operasi dan juga

persiapan kemoterapi menambah beban psikologis pula bagi informan.

Berikut pernyataannya:

Ny. Y mengatakan “Pusing keuangannya, harus kemo...”. Ny. M mengatakan “Biaya dari suami, dia lebih utamain saya ya...tadinya dia juga harus operasi tapi terpaksa uangnya dipake untuk biaya saya operasi dulu”.

Page 81: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

62

Pernyataan ini juga dibenarkan oleh keluarga dari salah satu informan

dan perawat bedah di Dharmais. Berikut pernyataannya:

Tn. P mengatakan “Kalau kemo belum dijalankan...kebetulan dari askes tapi nggak semuanya bebas, bayar sepertiganya...perkiraannya nggak segitu ternyata bengkak, nggak sesuai perkiraan”. Zr. M mengatakan “Ada, ada yang nggak mau kemo, kebanyakan sih takut karena belum itu ya...takut efek sampingnya mual muntah, ada yang takut rontok, ada yang karna biaya juga ya, mungkin kebanyakan sih karena biaya, karena faktor biaya”. Kurangnya dukungan spiritual, dan nilai keagaamaan serta distres

spiritual juga dapat menimbulkan beban psikologis informan. Berikut

kutipannya:

Ny. M mengatakan ” Saya kecewa sama Tuhan, Tuhan tidak adil, kenapa harus saya bukan orang lain, sampai saat ini saya dan keluarga belum melakukan aktivitas keagamaan dan pergi ke gereja meskipun pihak gereja pernah berkunjung bantu doa dan memberi nasihat” Ny. Y mengatakan ”Beribadah ke kuil, belum saya dan keluarga jalankan dan tidak ada pihak rohaniawan yang berkunjung ke rumah” Pernyataan ini juga dibenarkan oleh keluarga dari salah satu informan dan

perawat bedah di Dharmais. Berikut pernyataannya:

Tn. P mengatakan “Dia pernah bilang sama saya, kenapa harus saya jatuhnya tidak ke orang lain, rasa kecewa sama Tuhan, ada, Tuhan tidak adil dan memang hingga saat ini kami belum melakukan aktivitas keagamaan, belum pergi ke gereja”. An. D mengatakan ”Tidak ada rohaniawan yang datang ke rumah dan mamah juga tidak pernah menyuruh untuk didatangkan rohaniawan, ibadah ke kuil juga nggak dilakukan”.

Page 82: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

63

3. Hasil Wawancara Bersama Informan Pendukung

1. Psikiatri

Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter spesialis jiwa di RS

Kanker Dharmais Jakarta Barat pada tanggal 15 Juli 2010, bahwa depresi

pada penderita kanker tidak jarang terjadi berkisar antara 15-20% pasien

kanker dapat mengalami depresi. Berikut kutipannya :

“Depresi pada penderita kanker itu tidak jarang terjadi ya... khusus pada penderita kanker itu sekitar mencapai 15-20% dalam perjalanan penyakitnya penderita kanker mengalami depresi” (dr. I)

Diagnosis pasien yang mengalami depresi atau tidak, dapat dilihat

dari berat dan lamanya gejala depresi pasien dalam merespon peristiwa

yang dihadapi. Berikut kutipannya :

“Ketika dia terdiagnosa kanker kaget gitu ya terus terjadi denial, respon normal ini bisa dikatakan jika di bawah 2 minggu kalau 2 minggu masih bertahan kita sebut dengan gangguan penyesuaian tapi klo gejalanya lebih berat dari itu, ada kesulitan dalam menjalankan aktivitas baru dikatakan depresi” (dr. I) Penatalaksanaan medis pada pasien depresi tergantung berat ringannya

depresi yang terjadi pada pasien. Pasien dengan depresi ringan cukup

dengan diberikan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat pasien

dan tidak memerlukan obat-obatan. Berbeda dengan itu, pasien dengan

depresi berat tidak cukup dengan dukungan saja tetapi perlu adanya obat-

obatan untuk mengurangi depresinya. Berikut kutipannya :

“Penanganannya dengan support, dukungan, informasi tentang penyakit dari tenaga kesehatan, kalau depresinya berat baru menggunakan obat-obatan” (dr. I)

Page 83: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

64

Seseorang yang mengalami depresi khususnya depresi berat akan

berdampak buruk bagi diri dan lingkungannya, dampak yang paling

berbahaya adalah adanya tindakan bunuh diri. Berikut kutipannya:

“Dampak depresi yang paling membahayakan yaitu bunuh diri...” (dr. I)

2. Perawat

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bedah di RS Kanker

Dharmais Jakarta Barat pada tanggal 14 Juli 2010, bahwa depresi pada

wanita post mastektomi memang cenderung terjadi tetapi pasien biasanya

tidak mengatakan secara langsung hanya terlihat dari perubahan sikap

pasien. Berikut kutipannya :

“Kebanyakan kalau ngomong secara verbal mah nggak kali ya...Tapi dari sikapnya itu biasanya habis operasi itu diem ya, terus biasanya sih belum kooperatif ke kita” (Zr. M)

Depresi yang terjadi pada pasien post mastektomi biasanya tidak

sampai depresi berat sehingga penatalaksanaannya berupa pemberian

dukungan, motivasi, tidak sampai dikonsultasikan ke psikiatri. Berikut

kutipannya :

“Paling support ja sih, motivasi, lebih pendekatannya aja...yang dikonsultasiin, sejauh ini belum sih ya yang mastektomi kalau yang lain ada” (Zr. M)

Page 84: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:

1. Kondisi dan jenis penyakit informan yang sangat sensitif dapat mempengaruhi

informan dalam memberikan jawabannya.

2. Metode observasi yang dilakukan kurang optimal karena observasi dilakukan

selama wawancara. Di sisi lain, sebagian informan bertempat tinggal di luar

daerah, hanya sekali waktu ke Jakarta sehingga ini juga menjadi kendala

untuk menentukan kontrak waktu dan hanya sedikit waktu untuk melakukan

wawancara dan observasi.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Informan

a. Usia

Usia informan berkisar antara 40-54 tahun. Usia ini memang menjadi

faktor resiko terjadinya depresi pada seseorang. Hal ini didukung oleh

sumber yang menyebutkan bahwa salah satu resiko depresi ialah usia saat

awitan depresi < 40 tahun (Stuart & Sundeen, 1998). Disisi lain depresi

mayor dapat terjadi pada usia berapapun tetapi biasanya terjadi pada usia

20an dan 30an dan usia dibawah 50 tahun juga beresiko untuk terjadinya

episode depresif atau mania berulang (Stuart & Laraia, 2005).

65

Page 85: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

66

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang diteliti adalah wanita. Data RS Kanker Dharmais

menunjukkan bahwa pasien yang melakukan mastektomi umumnya

wanita dan hanya sedikit pria. Hal ini juga berkaitan dengan insiden

kanker payudara yang lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria

yang risikonya hanya 1%. Disisi lain menurut Nolen-Hoeksema bahwa

wanita memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan

perenungan terhadap pengalaman yang menimbulkan stres sehingga

menyebabkan korelasi yang tinggi untuk terjadinya depresi (Wade &

Tavris, 2007).

Kehidupan yang dijalani seseorang juga berisiko untuk terjadinya

depresi mayor dimana pada pria sekitar 7-12% sedangkan wanita beresiko

lebih besar yaitu 20-30% (Stuart & Laraia, 2005). Hal tersebut dapat

dikatakan bahwa jenis kelamin wanita merupakan salah satu faktor resiko

depresi (Stuart & Sundeen, 1998).

c. Penghasilan keluarga

Penghasilan keluarga informan berkisar antara tidak berpenghasilan

hingga 4 juta per bulan dengan jumlah tanggungan yang bervariatif dan

hampir sebagian besar informan menggunakan surat keterangan tidak

mampu ataupun askes untuk membiayai pengobatan yang dijalankan. Hal

ini belum termasuk pengeluaran untuk keperluan hidup sehari-hari

informan dan keluarga. Tingkat penghasilan seseorang yang rendah dan

Page 86: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

67

kemiskinan inilah yang menjadi tambahan penyebab depresinya seseorang

(Belle & Doucet, 2003 dalam Wade & Tavris, 2007).

d. Riwayat pernikahan dan pekerjaan

Status informan dalam penelitian ini sangat variatif terdiri dari

menikah, dan tidak menikah seperti yang terjadi pada Nn. T dan hampir

semua informan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Kondisi

kehidupan ini seperti status pernikahan, riwayat perpisahan atau

perceraian dan pekerjaan yang dimiliki dapat mempengaruhi

kecenderungan depresi yang dialami seseorang. Dibanding wanita, pria

lebih bnayak yang berstatus menikah dan bekerja penuh waktu, suatu

kombinasi peran yang sangat terasosiasi dengan kesehatan mental,

sehingga tingkat depresi pada pria lebih rendah daripada wanita (Brown,

1993 dalam Wade & Tavris, 2007).

2. Gambaran Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami

Depresi

Hasil penelitian yang dilaksanakan pada empat informan tentang latar

belakang wanita post mastektomi yang mengalami depresi didapatkan

informasi yang menunjukkan bahwa depresi yang dialami informan berkaitan

dengan beberapa penyebab. Hal ini diperjelas dengan teridentifikasinya tema-

tema dominan yang muncul dari informan seperti berikut ini:

Page 87: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

68

a. Gambaran Kehilangan Keterikatan

Kanker secara universal dianggap penyakit yang dapat mengancam

kehidupan manusia (Lang & Patt, 1994 dalam Yani, dkk, 2002). Kondisi

ini dapat ditambah dengan berbagai tindakan lain seperti mastektomi yang

mempengaruhi penampilan diri, menimbulkan rasa sakit dan berbagai

reaksi psikologik. Reaksi psikologik pada dasarnya merupakan reaksi

kehilangan karena beberapa ancaman termasuk citra tubuh yang selalu

nsehat. Ancaman yang paling serius terhadap citra tubuh adalah karena

payudara yang merupakan simbol seksualitas wanita. Adanya keterikatan

payudara dengan sosok wanita maka mastektomi melibatkan konsep

kehilangan yang sangat dipengaruhi oleh persepsi pasien tentang tubuh

dan penampilan (Stuart & Sundeen, 1998).

Kehilangan ketrikatan secara fisik seperti kesedihan, kekecewaan,

stres karena merasa tidak normal dan memiliki penampilan yang berbeda

maupun psikis lebih dirasakan oleh informan yang menganggap bahwa

penampilan fisik terutama payudara yang merupakan sesuatu yang

penting bagi seorang wanita. Ny. Y yang sebelumnya sangat

mementingkan penampilan tubuhnya kini kehilangan payudara akibat

mastektomi yang dialaminya mengakibatkan dia merasa sangat sedih,

stres, sangat kecewa karena merasa tidak normal dan memiliki

penampilan yang berbeda. Hal yang sama dialami pula oleh Ny. J yang

sedih karena merasa tidak normal sepeti wanita pada umumnya.

Page 88: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

69

Begitupula Ny. M kehilangan payudara yang dialaminya tidak hanya

dirasakan secara fisik tapi juga secara psikis yaitu perasaan tidak berharga

sebagai seorang perempuan. Berbeda dengan ketiga informan tersebut Nn.

T yang berusia lebih tua dan tidak terlalu mementingkan penampilan fisik

atau tubuh mengatakan bahwa hanya sedikit kesedihan yang dirasakan

ketika harus dimastektomi, tidak seberat ketiga informan di atas.

Uraian di atas menunjukkan bahwa respon kehilangan payudara pada

wanita post mastektomi yang mengalami depresi dipengaruhi oleh

persepsi mereka tentang tubuh, penampilan fisik, dan usia. Semakin

penting tubuh dan penampilan fisik bagi mereka maka semakin besar rasa

kehilangan yang dirasakan. Semakin tua usia mereka semakin kecil rasa

kehilangan yang dirasakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

sebelumnya tentang persepsi pasien dan suami tentang pengaruh

mastektomi terhadap citra tubuh yaitu semakin tua seseorang semakin

kurang perhatian terhadap citra tubuhnya (Yani, dkk, 2002).

b. Gambaran Cara Berpikir Negatif

Pasien yang terdepresi ditunjukkan dengan sikap, pikiran, dan tingkah

laku negatif seperti pesimis, pikiran dan perasaaan yang menyalahkan diri

sendiri, orang lain, dan Tuhan, pikiran dan perasaan yang menyatakan

bahwa diri tidak bernilai, ketakutan dan kecemasan tentang masa depan,

Page 89: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

70

keyakinan tentang penyakit, persepsi negatif tentang kemoterapi dan lain-

lain (Stuart & Sundeen, 1998).

Hasil wawancara dengan informan didapatkan data bahwa semua

informan memiliki keyakinan atau pikiran-pikiran dan perasaan negatif

seperti Nn. T yang memiliki pikiran tentang ketakutan akan kematian,

ketakutan akan kekambuhan penyakit, ketakutan tidak dapat bekerja lagi.

Perasaan dan pikiran negatif juga dialami oleh Ny. Y yaitu berupa

kesedihan, kekecewaan dengan kondisi diri saat ini, pandangan tentang

kemoterapi yang dapat menyebabkan rambut rontok, mual, muntah dan

merubah penampilan fisik.

Ketakutan akan berkurangnya kasih sayang yang diberikan oleh

suami, ketakutan akan kematian, pikiran tentang anak dirasakan oleh Ny.

J. Perasaan dan pikiran negatif seperti kecewa pada diri sendiri, marah,

menyalahkan Tuhan, ketakutan tidak bisa mengurus anak, suami, pesimis,

lebih baik mati, perasaan hampa dalam hidup juga dirasakan oleh Ny. M

dan didukung oleh sikap Ny. M selama wawancara yang begitu lemas,

tidak bergairah, raut wajah yang sedih seperti tertekan, marah, kesal

dengan kondisi saat ini. Beban ini ditambah juga dengan kekhawatiran

Ny. M dan Ny. J tentang masa depan anak-anaknya dan saat diobservasi

keduanya tampak menangis ketika disinggung tentang anak mereka.

Page 90: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

71

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa keyakinan-keyakinan

dan pikiran-pikiran seseorang merupakan pengaruh yang sangat kuat

dalam menciptakan, menentukan perasaan-perasaan seseorang. Depresi

juga dapat berkembang dari perasaan terluka, sakit yang diderita,

ketidakadilan, dan kesalahan (McKay & Dinkmeyer, 2005). Oleh

karenanya, Islam melarang keras seseorang untuk berpikir negatif atau

berprasangka buruk terhadap diri dan kehidupannya seperti yang terdapat

dalam Al-Quran dan hadits berikut ini :

Firman Allah SWT dalam Al- Quran Surat Al Hujuraat ayat 12 yang

berbunyi:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ا جْتَنِبُوا آَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ...

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari prasangka karena sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa...”

Dari Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Orang beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari- pada orang mu’min yang lemah. Dan masing-masing punya kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah bantuan kepada Allah dan jangan merasa lemah (pessimis) dan jika kamu mendapat satu musibah (kesulitan), jangan berkata : “sekiranya saya melakukan ini, maka akan terjadi seperti ini” Tapi katakanlah : “ Sesungguhnya Allah telah menentukan (keputusan-Nya) dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki”. Oleh karena ucapan “sekiranya” itu membuka peluang kerja bagi setan”. (HR. Imam Muslim)

Page 91: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

72

Beberapa upaya yang dilakukan informan dalam menghilangkan

perasaan dan pikiran negatif tersebut adalah dengan cara berkumpul

bersama teman dan keluarga, berpikir bahwa masih banyak orang yang

lebih tidak beruntung dari dirinya seperti yang dilakukan Nn. T. Cara ini

dapat menghilangkan pikiran dan perasaan negatif Nn. T meskipun

kadang pikiran dan perasaan negatifnya muncul kembali saat dia sedang

sendiri.

Begitupula yang dirasakan Ny. M pikiran dan perasaan negatifnya

sudah ia rasakan sebelum operasi mastektomi, dan pikiran dan perasaan

negatifnya tersebut belum dapat dia hilangkan meskipun banyak dukungan

berupa semangat untuk hidup dan doa dari gereja namun dia belum dapat

menerimanya, dan aktivitas keagamaan belum dia jalankan. Besarnya

perhatian yang ditunjukkan oleh suami dan anaknya membuat Ny. Y

berusaha untuk menghilangkan pikiran dan perasaan negatifnya dengan

cara mengingat nasihat suami dan anaknya. Begitupula Ny. J yang

berusaha untuk berpikir positif tentang kondisi dan kehidupannya dengan

cara berdoa, mengikuti pengajian dan mengingat semua dukungan yang

diberikan padanya meskipun sewaktu-waktu pikiran dan perasaan negatif

tersebut dapat muncul tiba-tiba saat dia sendiri.

Page 92: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

73

Pernyataan semua informan di atas sesuai dengan hadits berikut

tentang beberapa cara untuk menghindari pikiran yang negatif atau

prasangka buruk:

Dari Haritsah bin Nukman ra bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Ada tiga hal yang tidak bisa dihindari oleh umatku, yaitu meramal hal-hal yang buruk, dengki dan buruk sangka. Berkata seorang laki-laki: apakah yang bisa menghilangkannya apabila seseorang berada dalam kondisi tersebut? Rasulullah bersabda,”apabila engkau dengki maka segeralah beristighfar kepada Allah, apabila engkau mulai berprasangka maka janganlah engkau memastikannya dan apabila engkau meramal hal-hal yang buruk maka segeralah melupakannya”. (HR Baihaqi)

Selain beberapa upaya yang dilakukan oleh informan di atas dalam

menghilangkan pikiran negatifnya, perlu juga terapi kognitif yang

dilakukan secara dini sebelum dan setelah operasi mastektomi dilakukan

sehingga depresi yang terjadi tidak menumpuk dan menghilangkan pikiran

negatif pasien secara optimal. Terapi kognitif ini bertujuan untuk

mengidentifikasi dan menghilangkan pikiran negatif, mengembangkan

cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, melatih kembali respon

kognitif dan perilaku yang baru. Hasil penelitian Gordon tahun 1988 juga

menunjukkan bahwa 74% responden mengalami penurunan tingkat

depresi, perasaan tidak mempunyai harapan, dan meningkatnya harga diri

setelah dilakukan terapi kognitif. Hasil yang sama juga ditemukan pada

penelitian Atih Rahayuningsih tahun 2007 dimana sebelum terapi kognitif

semua reponden (100%) mengalami harga diri rendah tetapi setelah

Page 93: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

74

dilakukan terapi kognitif, 58,6% responden mengalami peningkatan harga

diri.

c. Gambaran Ketegangan Peran

Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial ysng

berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok sosial

(Stuart & Sundeen, 1991 dalam Potter & Perry, 2005). Sepanjang hidup

orang menjalani berbagai perubahan peran seperti adanya transisi sehat-

sakit. Transisi inilah yang dialami pasien kanker payudara yang

mengalami mastektomi dimana kondisi tersebut dapat mengancam konsep

diri yang mengakibatkan konflik peran, ambiguitas peran, dan ketegangan

peran.

Peran dan ketegangan peran ini mempengaruhi perkembangan depresi

terutama pada wanita. Ketegangan peran dapat diekspresikan sebagai

perasaan frustasi, sedih, kecewa ketika seseorang merasakan tidak adekuat

atau merasa tidak sesuai dengan peran. Perasaan inilah yang dialami oleh

keempat informan yaitu adanya perubahan peran sebagai istri, orang tua,

pekerja dan lain-lain.

Informan merasa tidak berarti, sedih, kecewa, kesal karena tidak dapat

berperan seperti sediakala. Terlebih lagi mereka yang sudah menikah atau

berperan sebagai ibu dan istri. Mereka memiliki tugas perkembangan

diantaranya melayani suami, memenuhi kebutuhan anggota keluarga lain,

Page 94: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

75

seperti makanan, pakaian, mengatur segala macam urusan rumah tangga.

Perubahan peran inilah yang dialami oleh Ny. Y dimana setelah menjalani

mastektomi, dia merasa sedih karena semua urusan rumah tangga

dilakukan oleh anaknya sehingga tidak ada kegiatan lagi. Ny. M yang

merasa sedih karena tidak dapat mandi sendiri dan masih dibantu oleh

suami, semua urusan rumah tangganya masih dibantu, kesal saat

membawa piring makan yang hampir jatuh. Ny. J yang tidak melakukan

pekerjaan yang berat dan merasa kecewa karena selalu meminta bantuan

orang .

Perubahan peran ini berdampak pula bagi informan yang bekerja

untuk memenuhi kebutuhan finansial seperti yang dialami Nn. T dimana

dia tidak boleh melakukan apapun, tidak sepenuhnya seperti orang sehat,

dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat dan Ny. Y juga merasa

sedih karena tidak dapat bekerja lagi untuk menambah penghasilan

keluarga.

d. Gambaran Dukungan Sosial

Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan

klien. Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi

yang dibutuhkan untuk menghadapi segala macam tantangan dalam hidup.

Harapan mempunyai implikasi baik jangka pendek maupun jangka

panjang dan berorientasi pada masa depan yang dapat membantu klien

Page 95: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

76

berupaya ke arah penyembuhan. Untuk membantu klien mencapai

harapan, maka penting penggunaan sumber yang ada seperti sistem

pendukung.

Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang

menghubungkan klien, perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi

penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah

kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang klien sebagai

sistem pendukung. Sistem pendukung dapat memberi sumber

kepercayaan yang memperbaharui jati diri klien. Dukungan dan

kehadiran keluarga dan teman merupakan bagian penting dari

penyembuhan klien. Kehadiran juga mampu memberikan kedekatan

dengan klien secara fisik, psikologis, dan spiritual (Potter & Perry, 2005).

Sesuai dengan pernyataan di atas dukungan sosial merupakan

kebutuhan tertinggi yang dipersepsikan oleh informan dan keluarga.

Semua informan dalam penelitian ini membutuhkan dukungan terutama

dari keluarga sebab mereka merasakan bahwa adanya kehadiran dari

orang terdekat dapat menurunkan beban psikologis yang mereka rasakan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ny. Y yang mengatakan bahwa ada

perasaan senang saat mendapat dukungan dari teman, anak, dan suami

yang selalu menemaninya saat di rumah sakit dan mendapat bantuan

uang dari anak untuk biaya operasi dan keperluan sehari-hari. Begitupula

Nn. T yang mengatakan bahwa beban kesedihan yang dia rasakan sedikit

Page 96: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

77

hilang karena adanya kehadiran teman, dukungan dari keluarga, gereja

yang memberikan doa, dan bantuan biaya operasi dari majikan. Ny. J

juga mengatakan bahwa perasaan sedih dan putus asa yang dia rasakan

terkadang hilang sewaktu banyak yang memberikan dukungan baik

berupa uang, doa dan informasi dari perawat. Begitupa Ny. M yang

merasa senang karena mendapat bantuan dari teman, suami, anak, pihak

gereja yang memberikan doa, informasi dari perawat namun lebih jauh

Ny. M mengatakan bahwa meskipun banyak yang memberikan

dukungan tetapi dia masih belum dapat menerima kondisinya.

e. Penyebab lain yang muncul

Hasil analisis data kualitatif muncul tema baru tentang penyebab

depresi yang lain pada wanita post mastektomi yaitu nyeri dan tidak

adanya ketersediaan biaya untuk pengobatan.

1) Nyeri

Nyeri pada pasien post operasi seperti mastektomi digolongkan

kedalam nyeri akut. Nyeri akut secara serius mengancam proses

penyembuhan klien, menghambat kemampuan klien untuk terlibat

aktif dan meningkatkan risiko komplikasi akibat immobilisasi. Hal ini

sesuai dengan pernyataan perawat bedah yang mengungkapkan bahwa

pasien yang baru menjalani mastektomi biasanya mengeluhkan nyeri

sehingga mereka belum kooperatif. Kemajuan fisik atau psikologis

Page 97: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

78

tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena klien

memfokuskan semua perhatiannya pada upaya mengatasi nyeri.

Hal ini seperti yang terjadi pada Ny. M yang mengatakan bahwa

nyeri yang dia rasakan terjadi pada setiap waktu seperti saat tidur di

malam hari sering terbangun karena nyeri, begitupula saat istirahat

siang hari, dia tidak bisa istirahat karena nyeri bahkan untuk posisi

duduk yang terlalu lama juga tidak bisa karena nyeri hebat yang dia

dirasakan, yang digambarkan seperti kesetrum. Rasa nyeri ini

mengakibatkan Ny. M merasa kurang istirahat, kurang tidur, nafsu

makan menurun, putus asa, dan adanya pemikiran tentang bahwa

kematian lebih baik bagi dirinya. Upaya yang dia lakukan untuk

mengatasi nyerinya adalah dengan meminum obat analgesik seperti

tramadol sesuai instruksi dokter dan melakukan aktivitas ringan seperti

menggenggam, memegang benda. Hasilnya, nyeri yang dia rasakan

memang hilang saat minum obat analgesik namun efeknya tidak

berlangsung lama, nyeri masih kambuh dan skalanya masih berat dan

gerakkan ringan seperti menggenggam, memegang benda juga dia

lakukan tetapi tidak memberikan hasil maksimal bagi pengurangan

nyerinya hanya mengurangi kekakuan otot tangannya.

Berbeda dari nyeri yang dirasakan oleh Ny. M tersebut, tiga

informan lainnya yaitu Ny. J, Ny. Y, dan Nn. T mengatakan bahwa

nyeri yang dirasakan post operasi mastektomi hanya seperti kesemutan

Page 98: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

79

dan dengan melakukan latihan pada lengan dan tangannya, rasa

kesemutannya berkurang bahkan hilang. Latihan fisik ini sudah

dilakukan ketiga informan sejak hari pertama post operasi. Latihan

fisik yang dilakukan yaitu abreast staying.

Pentalaksanaan nyeri yang terjadi pada Ny. M atau pada pasien

post matektomi selain menggunakan obatan-obatan analgesik seperti

tramadol harus ditunjang dengan latihan fisik dini sejak hari pertama

post mastektomi. Kasus di atas menunjukkan bahwa nyeri hebat yang

terjadi pada Ny. M dipengaruhi oleh penilaian dirinya terhadap

stressor nyeri dan pengalaman Ny. M tentang operasi dimana dia

mengatakan takut dengan operasi. Disisi lain, nyeri tersebut bisa

disebabkan karena kurangnya latihan fisik dini yang harusnya dimulai

sejak hari pertama post mastektomi. Hal ini sesuai dengan penelitian

Indrawati tahun 2008 yang menemukan bahwa adanya penurunan

tingkat nyeri setiap harinya mencapai skala 1 pada pasien post

mastektomi yang melakukan latihan fisik ditambah mengkonsumsi

analgesik seperti tramadol dibandingkan hanya dengan analgesik saja

tanpa diikuti latihan fisik.

Latihan fisik seperti latihan aerobik intensitas rendah (berjalan,

staying abreast, napas dalam) selama pengobatan kanker juga dapat

meningkatkan fleksibilitas, komposisi tubuh, kekuatan otot,

menurunkan nyeri, nausea, depresi, meningkatkan harga diri dan

Page 99: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

80

kepuasan hidup yang membaik (Courney, Mackey dan Jones, 2000

dalam Indrawati, 2008).

2) Ketersediaan biaya untuk pengobatan

Besarnya biaya pengobatan yang harus dikeluarkan oleh informan

dan keluarganya menambah beban psikologis bagi informan dan

keluarga. Apalagi bagi informan yang tidak bekerja dan mengandalkan

bantuan dari anak ataupun dengan surat keterangan tidak mampu,

kurangnya ketersediaan biaya pengobatan ini dapat menambah pikiran

pasien dan dapat memperberat kondisi fisik dan psikologisnya. Beban

biaya ini diungkapkan oleh Ny. Y yang mengatakan bahwa dia pusing

dengan keuangannya, yang harus kemoterapi sebanyak 6 kali dan sinar

30 kali ditambah dia dan suami yang sekarang sudah tidak bekerja lagi

dan hanya mengandalkan bantuan dari anak dan surat keterangan tidak

mampu untuk biaya operasi.

Ny. M dan Tn. P juga mengalami hal yang sama meskipun sudah

menggunakan askes namun mereka masih harus membayar biaya

operasi sepertiganya ditambah keperluan untuk kemoterapi. Di sisi lain

biaya untuk keperluan sekolah anak mereka, dan biaya operasi Tn. P

yang terpaksa ditunda karena mendahulukan operasi Ny. M.

Begitupula Nn. T yang harus mencari bantuan dana seperti surat

Page 100: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

81

jaminan kesehatan untuk kemoterapi meskipun biaya operasi

sebelumnya dibantu oleh majikannya.

3) Dukungan spiritual

Spiritualitas merupakan komitmen tertinggi individu dalam

menentukan pilihan dalam hidup (Farran et. al, 1989 dalam Potter &

Perry, 2005). Spiritualitas ini ditunjukkan melalui sistem keyakinan

dan praktik ibadah yang dilakukan individu (Emblen, 1992 dalam

Potter & Perry, 2005). Pada saat terjadi stres, penyakit, kehilangan,

kekuatan spiritual dapat membantu seseorang ke arah penyembuhan,

perkembangan kebutuhan dan perhatian terhadap spiritual. Hal ini

seperti diungkapkan Ny. J dan Nn. T bahwa mereka masih mengikuti

pengajian, sholat lima waktu dan berdoa. Lebih lanjut mereka

mengatakan dengan aktivitas keagamaan yang mereka jalankan

membuat mereka lebih tenang dan mengurangi kesedihan yang mereka

rasakan.

Sebaliknya, stres, penyakit dan kehilangan juga menimbulkan

konflik individu terhadap keyakinan dan makna hidup. Hal tersebut

dapat ditunjukkan melalui kemarahan individu yang diekspresikan

kepada Tuhan, ataupun diri mereka sendiri. Inilah yang dialami oleh

Ny. M dimana dia mengungkapkan bahwa dia kecewa terhadap Tuhan

dengan kondisinya saat ini sehingga terjadi perubahan nilai keyakinan

Page 101: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

82

pada Ny. M seperti aktivitas keagaamaan seperti beribadah ke gereja

dan berdoa, tidak dia lakukan.

Sama halnya dengan Ny. M, Ny Y juga tidak melakukan aktivitas

keagamaan seperti pergi ke kuil ataupun mendatangkan rohaniawan ke

rumah untuk membantu doa. Distres atau masalah spiritual dan

kurangnya dukungan spiritual inilah yang menjadi tambahan beban

psikologis kedua informan di atas. Padahal, pengaruh spiritualitas

sangat penting dalam proses penyembuhan informan.

Uraian di atas terangkum dalam bagan berikut ini :

Kehilangan keterikatan

secara fisik dan psikis

Depresi post mastektomi

Ketegangan peran seperti kekecewaan

tidak dapat mengurus rumah

tangga, anak, tidak dapat bekerja

Pikiran negatif seperti ketakutan akan

kematian, takut tidak dapat mengurus anak dan suami, ketakutan

akan kemoterapi

Nyeri post mastektomi

Dukungan sosial & spiritual

Ketersediaaan biaya untuk pengobatan

Bagan 6.1 Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi

Page 102: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

83

3. Pandangan Informan Pendukung Psikiatri

Hasil wawancara dengan informan pendukung yaitu psikiatri mengenai

diagnostik depresi pada pasien kanker, penyebab depresinya, dan

penatalaksaannya. Sebelum menegakkan diagnostik depresi pada pasien

kanker yang perlu diketahui yaitu bahwa tidak semua pasien kanker

mengalami depresi karena hal tersebut tergantung pada mekanisme

pertahanan diri pasien. Pasien yang mengalami depresi atau tidak biasanya

dapat terlihat dari perubahan sikap yang ditunjukkan oleh pasien. Pasien

kanker yang mengalami depresi atau menunjukkan gejala depresi biasanya

digolongkan dalam bentuk respon normal, gangguan penyesuaian, dan

depresi. Penggolongan ini tergantung pada lamanya gejala depresi

berlangsung dan beratnya gejala depresi yang dialami pasien.

Ketika pasien terdiagnosa kanker pada umumnya merasa terkejut, yang

berlanjut pada pengingkaran atau denial. Hal ini merupakan respon normal

yang terjadi pada pasien kanker. Dikatakan respon normal jika gejala depresi

berlangsung di bawah 2 minggu dan jika 2 minggu masih bertahan disebut

sebagai gangguan penyesuaian sedangkan jika gejalanya lebih berat dari itu

dan ada kesulitan dalam menjalankan aktivitas dikatakan sebagai depresi.

Beberapa penyebab terjadinya depresi adalah adanya ketakutan akan

kematian (pasien kanker secara otomatis berpikir bahwa mereka suatu saat

akan menuju kematian), kecewaan tidak dapat meneruskan rencana-rencana

hidup, seperti tidak dapat melanjutkan rencananya dengan anak dan keluarga,

Page 103: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

84

adanya perubahan pada citra tubuh misalnya pada pasien post mastektomi,

pola hidup dan keuangan itu juga dapat menjadi salah satu penyebab depresi.

Respon pasien kanker yang terdiagnosis pada stadium awal berbeda dengan

stadium lanjut seperti III B kemudian juga rasa nyeri yang teus-menerus pada

pasien kanker berisiko 2 kali lebih besar untuk terjadi depresi. Beberapa

pengobatan misalnya kemoterapi dan obat-obatan seperti beta bloker juga bisa

menyebabkan depresi.

Penatalaksanaan depresi pada umumnya sama yaitu tergantung pada

beratnya gejala depresi yang dialami pasien. Depresi yang ringan dapat hilang

dengan dukungan menyeluruh dari keluarga dan sosial, pemberian informasi

tentang penyakit dari tenaga kesehatan, dan perawatan yang tepat. Bila

gejalanya lebih berat, lebih lama atau kambuh maka diperlukan obat-obatan

antidepresan yaitu golongan tricyclic antidepresan dimulai dengan dosis kecil

(25 -50mg), dosis maksimum 75 sampai 150mg/hari, untuk penderita kanker

stadium lanjut dosisnya lebih rendah. Antidepresan lain yang dapat diberikan

adalah fluoxetine, sertralin, dll.

4. Hasil Observasi

Untuk mendapatkan data yang relevan dengan penelitian yang tidak

didapatkan dalam wawancara maka peneliti melakukan wawancara dan

observasi kepada informan. Berikut ini sikap dan tingkah laku yang

ditampilkan informan selama wawancara:

Page 104: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

85

a. Ny. Y

Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 10.00 sd 11.00

WIB. Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Saat

peneliti datang ke rumah, Ny. Y sedang menonton TV dengan anaknya

yang masih kecil dan anak lelaki Ny. Y yang lain. Ny. Y tidak tampak

mengerjakan kegiatan rumah tangga. Ny. Y terlihat kooperatif dengan

ekspresi wajah senang menerima kedatangan peneliti di rumah. Selama

wawancara berlangsung subjek berbicara jelas, tidak canggung membahas

mengenai kondisinya.

b. Ny. M

Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Juli 2010 pukul 11.00 sd 12.00

WIB. Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Ny. Y

terlihat kooperatif dan menerima kedatangan peneliti di rumah. Selama

wawancara berlangsung subjek berbicara pelan sambil menunduk. Tampak

wajah pucat, terlihat capek, lelah. Subjek menceritakan kondisinya dengan

raut wajah sedih dan penuh kekecewaan terhadap kondisinya. Subjek juga

memperlihatkan tangannya yang sakit pada bagian sisi post mastektomi

kepada peneliti. Di rumah Ny. M terlihat ramai, tampak tiga orang anak

Ny. M. Anaknya yang perempuan tampak mengerjakan urusan rumah

tangga di dapur bersama saudara Ny. M. Ny. M tidak tampak melakukan

apapun sebab saat peneliti datang ke rumah, Ny. M sedang istirahat dan

berjalan pelan dan sangat berhati-hati menghampiri peneliti.

Page 105: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

86

c. Ny. J

Wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2010 pukul 11.00 sd 12.00

WIB. Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Ny. Y

terlihat kooperatif dengan ekspresi wajah senang menerima kedatangan

peneliti di rumah. Saat peneliti datang ke rumah, subjek berada diteras

rumah sedang menyapu dan mengobrol dengan Ibu kandung Ny. J. Saat

makan siang, Ny. J dapat melakukannya sendiri, makan dengan tangan

kiri dan hanya sedikit porsi makannya, tampak tidak terlalu nafsu. Selama

wawancara berlangsung subjek berbicara jelas, tidak terlalu cepat dan

lambat. Tampak antusias menjawab pertanyaan peneliti. Ny. J juga

memperlihatkan bagian sisi yang dioperasi. Saat menjawab pertanyaan

seputar kondisinya dan anak-anaknya, subjek tampak sedih, menangis,

nada bicara menjadi pelan.

d. Nn. T

Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 08.00 sd 09.00

WIB. Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Nn. T

terlihat kooperatif dengan antusias menerima kedatangan peneliti di

rumah. Di rumah, hanya ada Nn. T dan keponakannya. Selama wawancara

berlangsung subjek berbicara jelas, dengan bercampur logat Jawa, tampak

antusias menjawab pertanyaan peneliti. Saat menjawab pertanyaan seputar

kondisi dan kehidupannya, subjek tidak dapat menahan kesedihannya

hingga mengeluarkan air mata, nada bicara menjadi pelan. Nn. T tampak

Page 106: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

87

tidak kesulitan menggunakan tangannya untuk hal ringan seperti

membawa gelas.

Page 107: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

88

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yakni terjadinya

depresi pada wanita post mastektomi dilatarbelakangi oleh:

1. Adanya kehilangan keterikatan yang ditemukan pada wanita post mastektomi

terhadap kehilangan payudara baik keterikatan fisik seperti perasaan kecewa,

sedih karena merasa tidak normal dan memiliki penampilan yang berbeda

maupun psikis berupa perasaan tidak berharga sebagai seorang wanita.

2. Adanya cara berpikir negatif yang ditemukan pada wanita post mastektomi

yaitu umumnya adanya pikiran tentang evaluasi negatif diri seperti diri yang

tidak berharga, evaluasi negatif masa depan seperti kehidupan hampa,

evaluasi negatif terhadap Tuhan seperti menyalahkan Tuhan dan menganggap

Tuhan tidak adil, ketakutan akan kematian, persepsi negatif tentang

kemoterapi, ketakutan akan masa depan, ketakutan akan kekambuhan

penyakit, ketakutan tidak dapat mengurus anak, suami.

3. Adanya ketegangan peran yang ditemukan pada wanita post mastektomi dapat

diketahui dari adanya perasaan sedih, kecewa karena tidak dapat melakukan

kegiatan sehari-hari, mengurus rumah tangga seperti sebelumnya, yang

tadinya bekerja setelah mastektomi tidak bekerja lagi, dan sisi yang dioperasi

hanya bisa digunakan untuk melakukan pekerjaan ringan.

Page 108: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

89

4. Pada penelitian ini selain faktor di atas ditemukan pula faktor lain yang

menjadi latar belakang depresi pada pasien post mastektomi yaitu:

ketersediaan biaya untuk pengobatan dan nyeri hebat yang dirasakan post

operasi mastektomi yang digambarkan seperti kesetrum dengan frekuensi

yang sering serta kurangnya dukungan spiritual ataupun distress spiritual yang

dialami klien seperti berubahnya nilai-nilai keyakinan terhadap Tuhan, dan

kurangnya aktivitas keagamaan yang dilakukan.

5. Di sisi lain pada penelitian ini ditemukan bahwa depresi pada pasien post

mastektomi umumnya bukan karena dukungan sosial yang kurang sebab

semua pasien ini mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak terutama

orang-orang terdekat pasien baik berupa dukungan nasihat, emosi, informasi

dan finansial. Perasaan informan terhadap dukungan yang diberikan adalah

senang dan merasa kesedihan dan bebannya berkurang.

B. Saran

1. Keluarga

a. Membangun persepsi atau pikiran positif pasien tentang dirinya, Tuhan,

kehidupan yang dijalani, masa depannya, dan pikiran pasien tentang

kematian yang cepat dan memberikan dukungan spiritual.

b. Membantu mengoptimalkan peran yang dijalankan pasien sesuai dengan

kemampuannya baik sebagai ibu, istri, maupun pekerja.

Page 109: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

90

2. Rumah Sakit Kanker Dharmais

a. Memberikan terapi kognitif sehingga membentuk pikiran positif pasien,

mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, melatih

kembali respon kognitif dan perilaku yang baru serta meningkatkan harga

diri pasien

b. Memberikan penanganan atau manajemen nyeri baik secara farmakologis

maupun non farmakologis seperti latihan aerobik intensitas rendah

(berjalan, staying abreast, napas dalam) selama pengobatan kanker yang

dapat meningkatkan fleksibilitas, komposisi tubuh, kekuatan otot,

menurunkan nyeri, nausea, depresi, meningkatkan harga diri dan kepuasan

hidup yang membaik.

3. Pemerintah

Memberikan jaminan pembebasan biaya secara utuh untuk pengobatan

lanjutan seperti kemoterapi bagi pasien post mastektomi yang tidak mampu

yang menggunakan SKTM ataupun askes sehingga menunjang penyembuhan

pasien dan mengurangi beban fisik maupun psikologis pasien.

4. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang merasa tertarik terhadap klien kanker payudara yang

mengalami mastektomi dapat melakukan penelitian lanjutan yang mencakup

aspek sosial maupun spritual klien.

Page 110: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo. 2001. Keperawatan medikal Bedah

Vol. 2. Jakarta: EGC Capernito, Lynda Juall-Moyet: alih bahasa, Yasmin Asih. 2006. Buku Saku Diagnosa

Keperawatan. Jakarta: EGC Dalimartha,Setiawan. 2004. Deteksi Dini kanker dan Simplisa Antikanker. Jakarta:

Penebar Swadaya Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia

Davidson, G dan Neale, J. M. 1997. Abnormal Psychology. 7th Ed. New York: John Wiley dan Sons

Depkes RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta :

Depkes RI Doenges, Marilynn E, dkk; alih bahasa, I Made Kariasa & I Made Sumarwati. 1999.

Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. Jakarta: EGC Evy. 2009. Deteksi Dini Kanker Payudara Sering Terlambat.

http://www.kompas.com Farooqi, Yasmin N. 2005. Depression and Anxiety in Mastectomy Cases, dalam

Baywood Publishing Co, Inc, illness, Crisis & Loss, Vol. 13(3) 267-278 Fujin, Chen, dkk: alih bahasa, Willie Japaries. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis edisi

2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Grace, Pierce A & Neil R. Borley: alih bahasa, Vidhia Umami. 2007. Ilmu Bedah

edisi 3. Jakarta : Erlangga Indrawati. 2008. Tesis Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Nyeri Pada Pasien Kanker

Payudara Pasca Mastektomi di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi. Depok: FIK UI

Joomla. 2010. Kenali Terapi Kanker Payudara. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar

Biasa (Dit. PSLB). http://www.pkplk-plb.org. Diaskes tanggal 7 Maret 2010

Page 111: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

Kaplan, Harold I & Benjamin J Sadock: alih bahasa, Wicaksana M. Roan. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika

Khayan, Fika Sastramaya. 2009. Analisis Perbandingan Penetapan Cost Of

Treatment Berbasis Clinical Pathway dan Tarif INA-DRG DEPKES Kasus Kanker Payudra dengan Tindakan Bedah Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) dan Kemoterapi di RS Dharmais Tahun 2008. Depok: FKM UI

Konginan, Agustina. 2008. Depresi Pada Penderita Kanker-Pusat Pengembangan

Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo Surabaya www.palliative.surabaya.com

Kresno, Sudarti dkk. 2006. Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pemantauan dan

Evaluasi Program Kesehatan. Jakarta : FKM UI Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Yogyakarta:

Penerbit Fitramaya McKay,Gary&Don Dinkmeyer: alih bahasa, Emanuel. 2005. How You Feel is Up To

You-Rahasia Kekuatan Plihan Emosional. Jakarta: Grasindo Miller, Gregg: alih bahasa, Mohammad jauhar. 2008. Pencegahan dan Pengobatan

Penyakit Kanker. Jakarta: Pustakaraya Moleong, Lexi J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Roskarya Nowicki, Andrzej, dkk. 2008. Depression and Anxiety Before and After Breast

Amputation in Women dalam Polish Journal of Surgery Vol. 8, No. 7 Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta

Pdpersi. 2009. Awas! Ibu Tak Pernah Susui Anak Berpotensi Terkena Kanker Payudara. http://www.pdpersi.co.id

Potter & Perry; alih bahasa, Yasmin Asih. 2005. Buku Fundamental Keperawatan

Ed.4. Jakarta: EGC Rahayuningsih, Atih. 2007. Tesis Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Tingkat Harga

Diri dan Kemandirian Klien di Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan Kanker Payudara. Depok: FIK UI

Sarason, I. G. 1989. Abnormal Psychology. 6th Ed. New Jersey: Pentice Hall

Page 112: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

Stuart, Gail Wiscarz & Michele T. Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition. Elsevier Mosby

Stuart, Gail Wiscarz & Sandra J. Sundeen: alih bahasa, Achir Yani S. Hamid. 1998.

Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC Sugiarti. 2000. Tesis Sumber-Sumber Stres, Strategi Koping dan Dukungan Sosial

Pada Wanita yang Mengalami Masalah Infertilitas (Suatu Studi Kualitatif). Depok: FKM UI

Syaifullah, M. 2010. Kanker Penyebab Kematian Nomor 7 di Indonesia.

http://www.okezone.com Wade, Carole & Carol Tavris: alih bahasa, Padang Mursalin & Dinastuti. 2007.

Psikologi edisi 9 jilid 2. Jakarta: Erlangga Yani, Achir dkk. 2002. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol. 6, No. 2- Persepsi Pasien

dan Suami Tentang Pengaruh Mastektomi Terhadap Citra Tubuh dan Fungsi Seksual. Jakarta: FIK UI

Yosep, Iyu. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama

_____. 2009. Penyakit Kanker. http://www.rscm.co.id. Jakarta: RSCM

Page 113: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Informan Klien Mastektomi

Pengantar :

Dengan hormat,

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk menjadi

responden dalam penelitian saya. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak ada yang

salah dan bersifat bebas sehingga saya mengharapkan anda leluasa dalam

memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penghayatan pribadi anda. Guna

memudahkan bagi saya untuk menjaga kelengkapan dalam pencatatan informasi

maka saya mohon kiranya anda mengijinkan saya untuk menggunakan alat perekam.

Marilah kita mulai.

A. Identitas Pewawancara

1. Nama pewawancara :

2. Tanggal wawancara :

3. Waktu wawancara :

4. Tempat wawancara :

Page 114: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Agama :

5. Pendidikan terakhir :

6. Pekerjaan :

7. Penghasilan keluarga (juta/bulan) :

8. Status pernikahan :

9. Jumlah anak :

10. Usia terdiagnosis kanker payudara :

11. Stadium saat diagnosis :

12. Tanggal operasi mastektomi :

C. Depresi

1. Bagaimana perasaan dan penilaian anda terhadap kehidupan yang anda jalani

saat ini? (Probe: puas, tidak puas, sejauh mana kepuasan dan

ketidakpuasannya)

2. Bagaimana kegiatan dan minat atau kesenangan anda saat ini? (Probe:

Bagaimana perasaan anda dalam menjalani kegiatan tersebut?

3. Bagaimana anda menyikapi permasalahan yang anda hadapi saat ini?

Page 115: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

4. Bagaimana pola istirahat atau tidur dan makan anda saat ini? (Probe:

mengalami perubahan, tidak berubah dll, sejauh mana perubahannya)

5. Bagaimana anda menilai diri anda saat ini? (Probe: hal-hal positif dan negatif

yang ada pada diri anda, merasa kurang percaya diri, rendah diri dll)

6. Bagaimana pandangan anda tentang kehidupan atau masa depan? (Probe:

harapan-harapan yang anda miliki di masa depan, pikiran-pikiran tentang

masa depan)

D. Dukungan sosial

1. Bagaimana respon keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial anda terhadap

peristiwa yang anda hadapi?

2. Bantuan dan dukungan seperti apa yang anda dapat dari keluarga, teman,

tetangga, kelompok sosial anda? (Probe: materi, informasi, emosi, spiritual,

instrumen)

3. Bagaimana pandangan dan perasaan anda terhadap bantuan atau dukungan

yang diberikan?

E. Kehilangan keterikatan

1. Bagaimana pendapat anda tentang tubuh secara umum? (Probe: Seberapa

penting tubuh bagi anda)

2. Bagaimana perasaan anda dengan kondisi tubuh anda saat ini? (Probe,

kecewa, marah, sedih, merasa bersalah, pasrah dll)

Page 116: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

F. Cara berpikir negatif

1. Bagaimana anda memandang kehidupan? (Probe: Bagaimana anda

memandang kehidupan yang anda jalani saat ini)

2. Bagaimana perasaan anda sehubungan dengan peristiwa yang anda alami?

(Probe: merasa khawatir, ketakutan akan kematian, tidak berdaya, dll)

G. Ketegangan peran

1. Bagaimana anda menjalankan peran anda di keluarga dan masyarakat saat ini?

(Probe: kesulitan, ada perubahan dibandingkan sebelumnya dll)

2. Bagaimana perasaan anda menghadapi hal tersebut?

Page 117: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Keluarga Responden

Pengantar :

Dengan hormat,

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk menjadi

responden dalam penelitian saya. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak ada yang

salah dan bersifat bebas sehingga saya mengharapkan anda leluasa dalam

memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penghayatan pribadi anda. Guna

memudahkan bagi saya untuk menjaga kelengkapan dalam pencatatan informasi

maka saya mohon kiranya anda mengijinkan saya untuk menggunakan alat perekam.

Marilah kita mulai.

A. Identitas Pewawancara

1. Nama pewawancara :

2. Tanggal wawancara :

3. Waktu wawancara :

4. Tempat wawancara :

Page 118: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Agama :

4. Pendidikan terakhir :

5. Pekerjaan :

6. Hubungan dengan responden :

C. Depresi

1. Bagaimana perasaan dan penilaian istri atau ibu anda terhadap kehidupan

yang dia jalani saat ini? (Probe: puas, tidak puas, sejauh mana kepuasan dan

ketidakpuasannya)

2. Bagaimana kegiatan dan minat atau kesenangan ibu atau istri anda saat ini?

(Probe: Bagaimana perasaan dia dalam menjalani kegiatan tersebut?

3. Bagaimana ibu atau istri anda menyikapi permasalahan yang dia hadapi saat

ini?

4. Bagaimana pola istirahat atau tidur dan makan ibu atau istri anda saat ini?

(Probe: mengalami perubahan, tidak berubah dll, sejauh mana perubahannya)

5. Bagaimana ibu atau istri anda menilai dirinya saat ini? (Probe: hal-hal positif

dan negatif yang ada pada diri ibu atau istri anda, merasa kurang percaya diri,

rendah diri dll)

Page 119: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

6. Bagaimana pandangan ibu atau istri anda tentang kehidupan atau masa depan?

(Probe: harapan-harapan yang dia miliki di masa depan, pikiran-pikiran

tentang masa depan)

D. Dukungan sosial

1. Bagaimana respon keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial ibu atau istri

anda terhadap peristiwa yang ibu atau istri anda hadapi?

2. Bantuan dan dukungan seperti apa yang ibu atau istri anda dapat dari

keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial anda? (Probe: materi, informasi,

emosi, spiritual, instrumen)

3. Bagaimana pandangan dan perasaan ibu atau istri anda terhadap bantuan atau

dukungan yang diberikan?

E. Kehilangan keterikatan

1. Bagaimana pendapat ibu atau istri anda tentang tubuh secara umum? (Probe:

Seberapa penting tubuh bagi ibu atau istri anda)

2. Bagaimana perasaan ibu atau istri anda dengan kondisi tubuhnya saat ini?

(Probe, kecewa, marah, sedih, merasa bersalah, pasrah dll)

F. Cara berpikir negatif

1. Bagaimana ibu atau istri anda memandang kehidupan? (Probe: Bagaimana

dengan kehidupan yang dia jalani saat ini)

Page 120: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

2. Bagaimana perasaan ibu atau istri anda sehubungan dengan peristiwa yang dia

alami? (Probe: merasa khawatir, ketakutan akan kematian, tidak berdaya, dll)

G. Ketegangan peran

1. Bagaimana ibu atau istri anda menjalankan perannya di keluarga dan

masyarakat saat ini? (Probe: kesulitan, ada perubahan dibandingkan

sebelumnya dll)

2. Bagaimana perasaan ibu atau istri anda menghadapi hal tersebut?

Page 121: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Psikiater

Pengantar :

Dengan hormat,

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk menjadi

responden dalam penelitian saya. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak ada yang

salah dan bersifat bebas sehingga saya mengharapkan anda leluasa dalam

memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penghayatan pribadi anda. Guna

memudahkan bagi saya untuk menjaga kelengkapan dalam pencatatan informasi

maka saya mohon kiranya anda mengijinkan saya untuk menggunakan alat perekam.

Marilah kita mulai.

A. Identitas Pewawancara

1. Nama pewawancara :

2. Tanggal wawancara :

3. Waktu wawancara :

4. Tempat wawancara :

Page 122: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Alamat kerja :

C. Depresi

1. Seberapa besar kecenderungan terjadinya depresi pada wanita post

mastektomi?

2. Menurut anda, apa saja penyebab depresi yang terjadi pada wanita post

mastektomi?

3. Bagaimana tanda dan gejala dari depresi pada wanita post mastektomi?

4. Bagaimana dampak depresi bagi kehidupan wanita post mastektomi?

5. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk wanita post mastektomi yang

mengalami depresi?

D. Dukungan sosial

1. Apa pengertian dukungan sosial bagi wanita post mastektomi?

2. Siapa saja yang dapat memberikan dukungan sosial dan dalam bentuk apa

dukungan sosial yang dapat diberikan kepada wanita post mastektomi?

Page 123: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

3. Bagaimana peranan dukungan sosial terhadap kejadian depresi pada wanita

post mastektomi? (Probe: Seberapa penting dukungan sosial bagi wanita post

mastektomi)

E. Kehilangan keterikatan

1. Apa pengertian kehilangan keterikatan bagi wanita post mastektomi?

2. Bagaimana peranan kehilangan keterikatan pada sesuatu terhadap kejadian

depresi pada wanita post mastektomi? (Probe: Kehilangan keterikatan seperti

apa yang yang bisa menjadi pemicu terjadinya depresi pada wanita post

mastektomi?

F. Cara berpikir negatif

1. Apa pengertian berpikir negatif bagi wanita post mastektomi?

2. Bagaiamana peranan cara berpikir negatif tentang suatu peristiwa kehidupan

terhadap kejadian depresi pada wanita post mastektomi? (Probe: Berpikir

negatif seperti apa yang dapat memicu terjadinya depresi pada wanita post

mastektomi?

G. Ketegangan peran

1. Apa pengertian peran dan ketegangan peran bagi wanita post mastektomi?

2. Apa saja penyebab timbulnya ketegangan peran pada wanita post mastektomi?

Page 124: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

3. Bagaimana peranan ketegangan peran terhadap kejadian depresi pada wanita

post mastektomi? (Probe: Ketegangan peran seperti apa yang dapat menjadi

pemicu timbulnya depresi pada wanita post mastektomi)

Page 125: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Perawat

Pengantar :

Dengan hormat,

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk menjadi

responden dalam penelitian saya. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak ada yang

salah dan bersifat bebas sehingga saya mengharapkan anda leluasa dalam

memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penghayatan pribadi anda. Guna

memudahkan bagi saya untuk menjaga kelengkapan dalam pencatatan informasi

maka saya mohon kiranya anda mengijinkan saya untuk menggunakan alat perekam.

Marilah kita mulai.

A. Identitas Pewawancara

1. Nama pewawancara :

2. Tanggal wawancara :

3. Waktu wawancara :

4. Tempat wawancara :

Page 126: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Alamat kerja :

C. Depresi

1. Seberapa besar kecenderungan terjadinya depresi pada wanita post

mastektomi?

2. Menurut anda, apa saja penyebab depresi yang terjadi pada wanita post

mastektomi?

3. Bagaimana tanda dan gejala dari depresi pada wanita post mastektomi?

4. Menurut anda, tingkatan depresi apa yang umumnya terjadi pada wanita post

mastektomi?

5. Bagaimana dampak depresi bagi kehidupan wanita post mastektomi?

6. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada wanita post mastektomi

yang mengalami depresi?

Page 127: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

D. Dukungan sosial

1. Siapa saja yang dapat memberikan dukungan sosial dan dalam bentuk apa

dukungan sosial yang dapat diberikan kepada wanita post mastektomi?

2. Bagaimana peranan dukungan sosial terhadap kejadian depresi pada wanita

post mastektomi? (Probe: Seberapa penting dukungan sosial bagi wanita post

mastektomi)

E. Kehilangan keterikatan

1. Apa pengertian kehilangan keterikatan bagi wanita post mastektomi?

2. Bagaimana peranan kehilangan keterikatan pada sesuatu terhadap kejadian

depresi pada wanita post mastektomi? (Probe: Kehilangan keterikatan seperti

apa yang yang bisa menjadi pemicu terjadinya depresi pada wanita post

mastektomi?

F. Cara berpikir negatif

1. Apa pengertian berpikir negatif bagi wanita post mastektomi?

2. Bagaiamana peranan cara berpikir negatif tentang suatu peristiwa kehidupan

terhadap kejadian depresi pada wanita post mastektomi? (Probe: Berpikir

negatif seperti apa yang dapat memicu terjadinya depresi pada wanita post

mastektomi?

Page 128: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

G. Ketegangan peran

1. Apa pengertian peran dan ketegangan peran bagi wanita post mastektomi?

2. Apa saja penyebab timbulnya ketegangan peran bagi wanita post mastektomi?

3. Bagaimana peranan ketegangan peran terhadap kejadian depresi pada wanita

post mastektomi? (Probe: Ketegangan peran seperti apa yang dapat menjadi

pemicu timbulnya depresi pada wanita post mastektomi)

Page 129: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

LEMBAR OBSERVASI

Subjek : 1/2/3/4

Tanggal :

Wawancara ke :

Waktu : s.d

Tempat :

Catatan lapangan

1. Keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain di sekitar tempat

wawancara

2. Gambaran fisik dan penampilan subjek

3. Ringkasan sikap subjek selama jalannya wawancara (suara, intonasi, sikap

tubuh, antusiasme, sekap kepada pewawancara, dll)

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara

5. Catatan khusus selama wawancara

6. Interaksi sosial subjek pada lingkungan (keluarga, teman, tetangga, dll)

Page 130: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Kami mohon kesedian anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Bagi anda

yang telah bersedia, kami harapkan menulis pernyataan kesediaan.

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Menyatakan bahwa :

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui Gambaran Tingkat Depresi Pada Wanita yang Mengalami Mastektomi

yang dilaksanakan oleh Lisnawati sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Keterangan yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian. Demikian surat ini saya buat agar dapat membantu

berlangsungnya proses penelitian tersebut.

Jakarta, ...Mei 2010

(Informan kunci) (Peneliti)

Page 131: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

Latar Belakang Wanita Post Mastektomi yang Mengalami Depresi

Informan

No

Gambaran latar belakang wanita post mastektomi

yang mengalami depresi

Ny. Y

Ny. M Ny. J Nn. T

Hasil

1 Kehilangan keterikatan secara fisik dan psikis 1) Bagaimana perasaan

anda dengan kondisi tubuh anda saat ini? (Probe, kecewa, marah, sedih, merasa bersalah, pasrah dll)

Sangat sedih, stres, sangat kecewa karena merasa tidak normal dan memiliki penampilan yang berbeda

Hidup tidak berharga

Sedih karena merasa tidak normal

Sedih karena

payudaranya harus diangkat

Kehilangan keterikatan fisik : Sangat sedih, kecewa, stres karena; a) merasa

tidak normal

b) memiliki penampilan yang berbeda

Kehilangan keterikatan psikis : a) Hidup

tidak berharga

2 Cara berpikir negatif 1. Bagaimana anda

memandang kehidupan? (Probe: Bagaimana anda memandang kehidupan yang anda jalani saat ini)

2. Bagaimana perasaan anda sehubungan dengan peristiwa yang anda alami? (Probe: merasa khawatir, ketakutan akan kematian, tidak berdaya, dll)

Sedih, kecewa karena dengan kondisi diri saat ini, pandangan tentang kemoterapi yang dapat menyebabkan rambut rontok, mual, muntah dan

Kecewa pada diri sendiri, marah, menyalahkan Tuhan, ketakutan tidak bisa mengurus anak, suami, pesimis, lebih

Ketakutan akan kasih sayang yang diberikan suami berkurang, ketakutan akan kematian, pikiran tentang

Ketakutan akan kematian, ketakutan akan kekambuhan penyakit, ketakutan tidak dapat bekerja lagi

a) Sedih,

kecewa karena kondisi diri saat ini

b) Pandangan tentang kemoterapi yang dapat menyebabkan rambut rontok, mual, muntah dan

Page 132: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

merubah penampilanfisik.

baik mati, perasaan hampa dalam hidup

anak merubah penampilan fisik

c) Kecewa pada diri sendiri,

d) Marah, menyalahkan Tuhan,

e) Ketakutan tidak bisa mengurus anak, suami,

f) Pesimis, g) Lebih baik

mati, h) Perasaan

hampa dalam hidup

i) Ketakutan akan kematian

j) Ketakutan akan kekambuhan penyakit

k) Ketakutan tidak dapat bekerja lagi

3 Ketegangan peran 1) Bagaimana anda

menjalankan peran anda di keluarga dan masyarakat saat ini? (Probe: kesulitan, ada perubahan dibandingkan sebelumnya dll)

2) Bagaimana perasaan anda menghadapi hal tersebut?

Semua urusan rumah tangga dilakukan oleh anak, tidak ada kegiatan lagi, sedih karena

Tidak dapat mandi sendiri dan masih dibantu oleh suami, semua urusan

Tidak melakukan pekerjaan yang berat, kecewa karena selalu meminta bantuan

Tidak boleh melakukan apapun, Tidak sepenuhnya seperti orang sehat, tidak boleh

Sedih, kesal, kecewa karena : a) Semua

urusan rumah tangga dilakukan oleh anak,

b) Tidak ada kegiatan lagi

Page 133: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

tidak ada tambahan penghasilan keluarga

rumah tangga masih dibantu, kesal saat membawa piring makan yang hampir jatuh

orang melakukan pekerjaan yang berat

c) Sedih karena tidak ada tambahan penghasilan keluarga

d) Tidak dapat mandi sendiri dan masih dibantu oleh suami,

e) Semua urusan rumah tangga masih dibantu,

f) Kesal saat membawa piring untuk makan yang hampir jatuh

4 Dukungan sosial 1) Bagaimana respon

keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial anda terhadap peristiwa yang anda hadapi?

2) Bantuan dan dukungan seperti apa yang anda dapat dari keluarga, teman, tetangga, kelompok sosial anda? (Probe: materi, informasi, emosi, spiritual, instrumen)

3) Bagaimana pandangan dan perasaan anda

Senang karena mendapat dukungan dari teman, anak, suami, mendapat bantuan uang dari anak

Senang karena mendapat bantuan dari teman, suami, anak, pihak gereja yang memberikan doa, informasi dari perawat

Senang dan kadang perasaa putus asa hilang karena banyak yang memberikan dukungan berupa doa, uang

Senang dan rasa sedih berkurang karena Mendapat dukungan dari teman, keluarga, gereja yang memberikan doa, bantuan biaya

Senang, kadang perasaan putus asa hilang, rasa sedih berkurang karena mendapat : a) Dukungan

dari teman b) Dukungan

dan bantuan uang dari anak

c) Dukungan

Page 134: GAMBARAN WANITA POST MASTEKTOMI YANG MENGALAMI DEPRESI DI

terhadap bantuan atau dukungan yang diberikan?

dan informasi dari perawat

operasi dari majikan

dari suami d) Dukungan

spiritual berupa doa dari gereja

e) Informasi dari perawat

f) Bantuan biaya operasi dari majikan