Upload
hann07
View
148
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat Jiwa Depresi
BAB I
PENDAHULUAN
Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-
empat penyakit di dunia. Sekitar 20% pada wanita dan 12% pada pria, pada suatu
waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi.1
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam terjadi setelah
mengalami suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan, misalnya kehilangan
seseorang yang sangat disayangi. Depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan
(suasana hati atau mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan,
murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa hidupnya hampa dan
tidak ada harapan, pemikirannya berpusat pada kegagalan dan kesalahan diri atau
menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri. Penderita depresi sering
tidak berminat pada penampilan diri dan aktivitas sehari-hari.2,3
Seseorang bisa jatuh dalam kondisi depresi jika ia terus-menerus memikirkan
kejadian pahit, menyakitkan, keterpurukan dan peristiwa sedih yang menimpanya
dalam waktu lama melebihi waktu normal bagi kebanyakan orang. Bila kondisi
depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya
maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan depresi.2,4
Depresi bukanlah gangguan yang homogen, tetapi merupakan fenomena yang
kompleks. Bentuknya sangat bervariasi, sehingga kita mengenal depresi dengan
gejala yang ringan, berat, dengan atau tanpa ciri psikotik, berkomorbiditas dengan
gangguan psikiatri lain atau dengan gangguan fisik lain. Keberanekaragaman gejala
depresi ini diduga karena adanya perbedaan etiologi yang mendasarinya.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian (Splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal (Hawari Dadang, 2006).5
Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya.5
Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa
sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda–tanda retardasi psikomotor
atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan vegetatif seperti
insomnia dan anoreksia (Kaplan Sadock,2003).5
II.2. Epidemiologi
Sebuah survey di AS dan UK: 20 % populasi memiliki sejarah gangguan
depresi dalam hidupnya. Sedangkan di Indonesia menurut Survei Kesehatan Mental
Rumah Tangga yang dilakukan di 11 kota oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri
Indonesia tahun 1995 menunjukan bahwa 185 per 1.000 penduduk rumah tangga
dewasa memperlihatkan gejala gangguan kesehatan jiwa. Studi Proporsi Gangguan
Jiwa oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Departemen Kesehatan, di 16 kota selama
kurun waktu 1996-2000 menjumpai : gangguan disfungsi mental (kecemasan,
depresi, dsb) sebanyak 16,2 %. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes menunjukkan
prevalensi gangguan mental emosional pada anggota rumah tangga dewasa (di atas
15 tahun) 140 per 1.000. Pada anak dan remaja (5-15 tahun) 104 per 1.000.6
2
Kejadian depresi pada wanita lebih sering dibandingkan pria (5:2). Bisa
terjadi pada setiap umur, tetapi paling banyak terjadi pada usia 25-44 tahun. Pasien
depresi juga beresiko terhadap terjadinya alcoholism, penyalahgunaan obat, kejadian
bunuh diri, gangguan kecemasan, dan lain-lain. Ada kecenderungan hubungan famili
dengan kejadian depresi yaitu sebesar 8-18% pasien depresi memiliki sedikitnya satu
keluarga dekat (ayah, ibu, kakak atau adik) yang memiliki sejarah depresi.6
Depresi dapat terjadi pada siapa pun, golongan mana pun, keadaan sosial
ekonomi berapa pun. Tetapi umumnya depresi mulai timbul pada usia 20 sampai 40
tahunan. Depresi biasanya berlangsung sampai 6-9 bulan, dan sekitar 15-20%
penderita bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi cenderung
berulang sebanyak beberapa kali dalam kehidupan seseorang.2
Depresi pada anak-anak dan remaja. Fobia sekolah dan menggendong pada
orangtua yang berlebihan mungkin merupakan gejala depresi pada anak-anak.
Prestasi akademik yang buruk, penyalahgunaan zat, perilaku antisosial, promiskuitas
seksual, membolos dan melarikan diri mungkin merupakan gejala depresi pada
remaja.7
Depresi pada usia lanjut. Depresi adalah paling sering pada usia lanjut
dibandingkan pada populasi umum. Berbagai penelitian telah melaporkan prevalensi
terentang dari 25%-50%, walaupun walaupun berapa presentasi kasus tersebut adalah
depresi berat adalah tidak diketahui. Sejumlah penelitian telah melaporkan data yang
menyatakan bahwa depresi pada usia lanjut mungkin berhubungan dengan status
sosioekonomi rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang menyertai, dan isolasi
sosial. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa depresi pada lanjut usia adalah
jarang didiagnosa dan jarang diobati, sebagian terutama oleh dokter umum. Jarang
dikenalinya depresi pada lanjut usia mungkin karena pengamatan bahwa depresi
adalah lebih sering tampak dengan gejala somatik pada lanjut usia daripada
kelompok usia muda.7
II.3. Penyebab dan Faktor Risiko
Hingga sekarang, seperti juga pada kebanyakan gangguan jiwa, penyebab dari
depresi belum diketahui secara pasti. Beberapa penyakit mempunyai penyebab yang
3
jelas dan spesifik sehingga pengobatannya juga bisa khusus atau spesifik untuk
mengatasi penyakit tersebut. Namun tidak demikian halnya dengan depresi.
Sepertinya penyebab depresi bersifat komplek atau multi faktor. Depresi bukan
hanya disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia didalam otak yang
cukup disembuhkan dengan minum obat obatan. Para ahli berpendapat bahwa depresi
disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial.3
Depresi bisa terjadi dan semakin memburuk dengan atau tanpa disertai stress
karena masing-masing bisa berdiri sendiri, tidak saling terkait. Biasanya para wanita
dua kali lebih mudah mengalami depresi dibandingkan pria. Kecenderungan ini
belum diketahui dengan jelas apa penyebabnya, tetapi mungkin karena tergantung
pada orang lain, terutama pada suaminya. Atau karena wanita cenderung
memberikan respon terhadap kesengsaraan atau kesulitan hidup dengan cara menarik
diri/menyendiri dan menyalahkan diri sendiri. Sebaliknya pria yang mengalami
kesulitan hidup cenderung menolak atau mengalihkannya ke berbagai kegiatan lain.2
Ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab atau faktor resiko terkena
depresi, yaitu antara lain:3
Kesepian atau keterasingan (loneliness)
Pengalaman hidup yang menekan (stressful) akhir akhir ini
Kurangnya dukungan sosial
Riwayat penyakit depresi pada keluarga
Perbedaan biologis (neurotransmitter atau hormonal)
Adanya masalah keluarga atau masalah perkawinan
Masalah keuangan, menganggur atau tidak punya pekerjaan
Adanya trauma atau pelecehan pada masa kanak kanak
Penyalahgunaan obat atau narkotika
Pola pikir yang negatif.
Menurut teori stress-vulnerability model, ada beberapa resiko atau faktor
penyebab depresi, yaitu:3
1. Genetika dan riwayat keluarga.
Riwayat pada keluarga dengan penyakit depresi bukan berarti anak atau
saudara akan menderita depresi. Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang
4
dengan riwayat keluarga penderita depresi maka kemungkinannya terkena depresi
akan sedikit lebih besar dibandingkan masyarakat pada umumnya. Penelitian pada
anak kembar, bila salah satunya terkena depresi, maka anak yang lebih mempunyai
kemungkinan 40-50% terkena depresi. Artinya ada faktor predisposisi terhadap
depresi. Hanya saja, tanpa adanya faktor pemicu, maka yang bersangkutan tidak akan
terkena depresi. Faktor predisposisi depresi bisa terjadi juga karena anak meniru cara
bereaksi yang salah dari orang tuanya yang menderita depresi.
2. Kerentanana psikologis(psychological vulnerability).
Kepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan
juga berperan dalam mendorong munculnya depresi. Orang orang yang kurang
percaya diri, sering merasa cemas, terlalu bergantung pada orang lain atau terlalu
mengharap pada diri sendiri, perfeksionist (maunya sempurna), merupakan jenis
orang yang gampang terkena depresi.
3. Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live events).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelecehan diwaktu kecil, perceraian
atau ditinggal mati orang tua, kejadian pada orang dewasa diberhentikan-PHK,
pensiun, ditinggal mati suami/istri, masalah keuangan keluarga yang serius, bisa
memicu timbulnya depresi. Menderita penyakit berat yang lama dan hidup menderita
dalam jangka lama juga sering menjadi faktor penyebab depresi.
4. Faktor biologis.
Diduga kuat bahwa norepinephrin dan serotonin adalah dua jenis
neurotransmitter yang bertanggungjawab mengendalikan patofisiologi gangguan
alam perasaan pada manusia. Pada binatang percobaan, pemberian anti depressan
dalam waktu sekurang-kurangnya dua sampai tiga minggu, berkaitan dengan
melambatnya penurunan sensitifitas pada reseptor post synaptic beta adrenergic dan
5HT2. Temuan terakhir penelitian biogenic amine menunjukkan dukungan terhadap
hipotesa bahwa gangguan alam perasaan (mood) pada umunya, khususnya episode
depresif terjadi kekacauan regulasi norepinephrin dan serotonin dijaringan otak yang
dapat dikoreksi oleh zat antidepressant dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu.
Depresi kadang muncul setelah melahirkan atau terkena infeksi virus atau infeksi
lainnya. Hal ini menunjukkan adanya faktor biologis dalam masalah depresi.
5
Mengetahui penyebab kenapa seseorang menderita depresi akan sangat
memudahkan pengobatannya. Bila seseorang menderita depresi karena karirnya yang
hancur, maka pengobatan yang paling baik adalah dengan mencari pekerjaan
ditempat lain, bukan dengan minum obat antidepresan.3
II.4. Gejala dan Tanda Depresi
Gejala gangguan depresif berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya,
dipengaruhi juga oleh beratnya gejala. Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir,
perasaan dan perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif tidak
mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan bervariasi dari
satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah sakit, nyeri
bagian atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem pencernaan. Kebanyakan gejala
dikarenakan mereka mengalami stres yang besar, kekuatiran dan kecemasan terkait
dengan gangguan depresifnya. Simptom dapat digolongkan dalam kelompok terkait
perubahan dalam cara pikir, perasaan dan perilaku.9
1. Perubahan cara berpikir : terganggunya konsentrasi dan pengambilan keputusan
membuat seseorang sulit mempertahankan memori jangka pendek, dan terkesan
sebagai sering lupa. Pikiran negatif sering menghinggapi pikiran mereka. Mereka
menjadi pesimis, percaya diri rendah, dihinggapi perasaan bersalah yang besar, dan
mengkritik dirisendiri. Beberapa orang merusak diri sendiri sampai melakukan
tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.9
2. Perubahan perasaan : merasa sedih, murung, tanpa sebab jelas. Beberapa orang
merasa tak lagi dapat menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan tak dapat
merasakan kesenangan apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak peduli dengan
apapun. Perasaan seperti berada dibawah titik nadir, merasa lelah sepanjang waktu
tanpa bekerja sekalipun. Perasaan mudah tersinggung, mudah marah. Pada keadaan
ekstrim khas dengan perasaan tidak berdaya dan putus asa.9
3. Perubahan perilaku : ini merupakan cerminan dari emosi negatif. Mereka menjadi
apatis. Menjadi sulit bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga menarik diri dari
pergaulan. Nafsu makan berubah drastis, lebih banyak makan atau sulit
membangkitkan keinginan untuk makan. Seringkali juga sering menangis berlebihan
6
tanpa sebab jelas.Sering mengeluh tentang semua hal, marah dan mengamuk. Minat
seks sering menurun sampai hilang, tak lagi mengurus diri, termasuk mengurus hal
dasar seperti mandi, meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban baik pekerjaan
maupun pribadi. Beberapa orang tak dapat tidur, beberapa tidur terus.9
4. Perubahan Kesehatan Fisik : dengan emosi negatif seseorang merasa dirinya tidak
sehat fisik selama gangguan depresif. Kelelahan kronis menyebabkan ia lebih senang
berada di tempat tidur tak melakukan apapun, mungkin tidur banyak atau tidak dapat
tidur. Mereka terbaring atau gelisah bangun ditengah malam dan menatap langit-
langit. Keluhan sakit dibanyak bagian tubuh merupakan tanda khas dari gangguan
depresif. Gelisah dan tak dapat diam, mondar-mandirsering menyertai. Gejala
tersebut berjalan demikian lama, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa tahun,
dimana perasaan, pikiran dan perilaku berjalan demikian sepanjang waktu setiap hari.
Jika gejala ini terasa, terlihat dan teramati, maka sudah waktunya membawanya
untuk berobat, sebab gangguan depresif dapat diobati.9
Gejala gambaran depresi, yaitu;8
1. Gambaran emosi
Mood depresi, sedih atau murung, iritabilitas, ansietas, anhedonia, kehilangan
minat, kehilangan semangat, ikatan emosi berkurang, menarik diri dari hubungan
anterpersonal, preokupasi dengan kematian.
2. Gambaran kognitif
Mengkritik diri-sendiri, perasaan tidak berharga, rasa bersalah
Pesimis, tidak ada harapan, putus asa
Perhatiannya mudah teralih, konsentrasi buruk
Tidak pasti dan ragu-ragu
Gangguan memori
Berbagai obsesi
Keluhan somatik (terutama pada orang tua)
Waham dan halusinasi
3. Gambaran vegetatif
Lesu, tidak ada tenaga
Insomnia atau hipersomnia
7
Anoreksia atau hipereksia
Penurunan atau penambahan berat badan
Retardasi psikomotor
Libido terganggu
Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap
tahun, seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan
murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada
diri seseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga
seringkali tidak disadari juga oleh dokter.9
Tanda gangguan depresif itu adalah :9
Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan
dan mimpi buruk
Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari
Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas
Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan
Bangun tidur pagi rasanya malas
II.5. Tipe Gangguan Depresi
Bentuk gangguan ini ada dua (diluar gangguan bipolar atau gangguan mania-
depresif) yakni : bentuk akut dan biasanya berulang, dikenal sebagai gangguan
episode depresif dan bentuk kronik dan biasanya lebih ringan gejalanya, dikenal
sebagai distimia.9
1. Episode Depresif
Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala
utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung,
putus asa, dalam kesedihan, atau tidak berguna. Bagi pasien mood depresi sering kali
memiliki kualitas yang terpisah yang membedakannya dari emosi normal kesedihan
atau duka cita. Pasien sering kali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa
nyeri emosional yang menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluhh
tidak dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.7
8
Hampir semua pasien terdepresi (97%) mengeluh adanya penurunan energi
yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sekolah dan pekerjaan, dan
penurunan motivasi untuk mengambil proyek baru. Kira-kira 80% pasien mengeluh
sulit tidur, khususnya terbangun pada dini hari (insomnia terminal) dan sering
terbangun pada malam hari, selama masa mereka mungkin merenungkan
masalahnya.7
Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan. Tetapi beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan, penambhan
berat badan, dan tidur yang bertambah. Pasien tersebut diklasifikan dalam DSM-IV
sebagai memiliki ciri atipikal dan juga dikenal sebagai disforia histeroid. Pada
kenyataannya kecemasan merupakan gejala yang sering pada depresi, yang mengenai
sebanyak 90% pasien depresi. Berbagai perubahan didalam asupan makanan dan
istirahat dapat memperberat penyakit medis yang menyertai, sepertidiabetes,
hipertensi, penyakit paru obstruktif kronis dan penyakit jantung.7
2. Gangguan Distimik
Gangguan depresi mayor merupakan gangguan yang parah dan ditandai oleh
perubahan yang relatif tiba-tiba dari kondisi seseorang yang sebelumnya. Bentuk
yang lebih ringan dari depresi tampaknya disebabkan oleh suatu perkembangan
kronis yang sering kali bermula pada masa kanak-kanak atau remaja. Sebelumnya,
formulasi diagnostik dari tipe kesedihan yang kronis ini disebut “neurosis depresi”
atau “kepribadian depresi” disebut seperti itu dala usaha untuk memperhitungkan
sejumlah ciri yang umumnya terkait dengan neurosis, seperti bermula saat awal masa
kanak-kanak, gangguan yang kronis dan umumnya berada pada tingkat ke arah yang
ringan. DSM menyebut bentuk depresi ini sebaai gangguan distimik atau distimia,
yang diambil dari bahasa Yunani dys- yang berarti “buruk atau sulit” dan thymos
berarti “spirit”.11
Gangguan nonpsikotik kronis yang lazim pada penurunan mood atau
anhedonia adalah gangguan distimik (DSM-IV). Pasien merasa sedih, susah tertidur,
dan yang khas mereka lebih baik pada pagi hari, sangat sedih pada sore dan malam
hari dan dapat menunjukkan gejala-gejala nonpsikotik dan tanda-tanda depresi.
Gejala penyakit harus berlangsung hilang-timbuk selama setidaknya 2 tahun atau
9
lebih paling sering pada perempuan : laki-laki (2-3:1). Sering muncul pertama kali
pada usia 20an atau 30an. Prevalensi selama hidup 6% dan mulainya berangsur-
angsur sering pada orang yang mempunyai predisposisi untuk depresi yaitu:8
Kehilangan besar pada masa kanak-kanak (misal, orangtua)
Baru saja mengalami kehilangan (misal, sakit, kehilangan pekerjaan, pasangan)
Strees kronis (misal, gangguan medis)
Kerentanan psikiatrik (gangguan kepribadian histionik, kompulsif, dependent,
penyalahgunaan obat dan alkohol, depresi berat yang mengalami remisi parsial,
gangguan obsesif-kompulsif, keadaan depresi sering bersama-sama dengan
kondisi ini)
Orang dengan gangguan distimik merasakan spirit yang buruk atau
keterpurukan sepanjang waktu, namun mereka tidak mengalami depresi yang sangat
parah seperti yang dialami oleh orang dengan gangguan depresi mayor. Sementara
gangguan depresi mayor cenderung parah dan terbatas waktunya, gangguan distimik
relatif ringan dan kronis, biasanya berlangsung selama beberapa tahun. Perasaan
depresi dan kesulitan sosial terus ada bahkan setelah orang tersebut menampakkan
kesembuhan. Risiko dari kambuh kembali juga cukup tinggi.11
3. Gangguan Depresi Mayor
Gangguan ini dapat terjadi pada semua stadium umur (umur rata-rata onset
adalah akhir 20-an; 10% terjadi setelah umur 60-an) dengan sebagian besar kasus
adalah pada usia dewasa dan perbandingan perempuan dengan laki-laki adalah
2:1.tidak pada skizofrenia, gangguan ini terjadi pada strata sosial yang lebih tinggi.8
Pasien ini mempunyai beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala depresi yang
berat. Tampilan klinisnya sangat bervariasi yaitu mulai sangat retardasi dan sangat
menarik diri sampai iritabel dan agitasi. Pada 25% kasus (50% kasus pada orangtua),
terdapat peristiwa yang diduga mencetuskan gangguan ini. Beberapa penderita yang
tidak mengenali depresi mereka, mengeluh “isi perut keluar” dan “otaknya akan jadi
gila”. Orang dengan depresi mayor juga memiliki selera makan yang buruk,
kehilangan atau bertambah berat badan secara mencolok, memiliki masalah tidur atau
tidur telalu banyak, dan menjadi gelisah secara fisik atau menunjukkan melambtanya
aktivitas motorik mereka.8,11
10
Gangguan pikiran kadang-kadang dapat ditemukan. Waham biasanya
dipenuhi afek dan sesuai dengan mood, tetapi tidak harus ada. Halusinasi jarang
ditemukan; kalau ada, biasa berbentuk auditorik, dan biasanya menyalahkan diri
sendiri atau berisi ide-ide paranoid.8
II.6. Diagnosis
Dalam klasifikasi Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa-III terbitan
Departemen Kesehatan, yang menganut klasifikasi WHO : ICD-X, digunakan istilah
gangguan jiwa dan tidak ada istilah penyakit jiwa. Pendekatan gangguan jiwa adalah
pendekatan sindrom atau kumpulan gejala, dalam hal ini sindroma atau pola perilaku,
atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu atau lebih
fungsi penting dari manusia. Pemahaman diatas memberi gambaran bahwa untuk
membuatdiagnosis gangguan jiwa perlu didapatkan butir-butir :10
1. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom atau pola perilaku, sindrom
atau pola psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), antara lain dapat
berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, gangguan fungsi organ dsb.
3. Gejala klinis menimbulkan disabilitas dalam aktivitas sehari-hari yang biasa dan
diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian,
makan dsb).
F32 EPISODE DEPRESIF
Berdasarkan dari PPDGJ-III pasien yang di diagnosa menderita Episode Depresif
bila :10
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat)
- afek depresif
- kehilangan minat dan kegembiraan,
- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :
11
a. Konsentrasi dan perhatian kurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan tatu perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat
(F32.3) hanya digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama). Episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosa gangguan
depresif berulang (F33.-)
F32.0 Episode Depresif Ringan
Pedoman Diagnostik
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut
diatas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
F32.1 Episode Depresi Sedang
Pedoman Diagnostik
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti episode
depresi ringan (F30.0)
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
12
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan
urusan rumah tangga.
F32.2 Episode Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi mental psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh
terhadap episode depresif berat masih dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F3.2, tersebut diatas;
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood-congruent)
13
F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG
Pedoman Diagnostik
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari: episode depresi ringan
(F32.0), episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2). Namun kategori ini tetap harus
digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan
hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah
suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan
pengobatan depresi)
Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan)
Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan
oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress
tidak esensial untuk penegakkan diagnosis)
F34.1 DISTIMIA
Pedoman Diagnostik
Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif
berulang ringan atau sedang (F33.0 dan F33.1)
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-
kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang yang tidak
terbatas
Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini sering kali merupakan
kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32) dan berhubungan dengan masa
berkabung atau stress lain yang tampak jelas.
14
II.7. Penatalaksanaan Depresi
Berbagai obat dan teknik psikoterapi telah dikembangkan untuk memulihkan
penderita depresi. Pada sebagian besar kasus, pengobatan penderita depresi akan
paling efektif dengan mengkombinasikan pemberian obat-obatan oleh psikiater
dengan pemberian psikoterapi oleh psikolog.3
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi dan beberapa
memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, dan respon terhadap terapi sebelumnya. Bila
seseorang menderita depresi berat, maka diperlukan seorang yang dekat dan yang
dipercayainya untuk membantunya selama menjalani pemeriksaan dan pengobatan
depresi tersebut. Kadang seorang penderita depresi berat perlu rawat inap di rumah
sakit, kadang cukup dengan pengobatan rawat jalan.3,8
1. Terapi psikologik.
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian,
dan optimistik. Bantu pasien mengindentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang
membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah
untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (misal pekerjaan)
arahkan pasien terutama selama episode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak.
Terapi kognitif-perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi ringan dan
sedang. Diyakini oleh sebagian orang “ketidak berdayaan yang dipelajari”, depresi
diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan
pengalaman-pengalaman sukses. Dari perpektif kognitif pasien dilatih untuk
mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif.
Terapi ini mencegah kekambuhan.8
2. Terapi Fisik
Beberapa pilihan pengobatan depresi adalah sebagai berikut:
Saat ini telah tersedia beberapa macam obat obatan yang efektif dipakai
menyembuhkan penderita depresi. Ada beberapa jenis obat anti depresi. Jenis obat
anti depresi biasanya dikelompokkan berdasar efeknya terhadap bahan kimia didalam
otak yang mengontrol perasaan (mood).4
Tabel 1. Penggolongan obat anti depresan8
15
No.
Golongan Obat Sediaan Dosis Terapi
1.Trisiklik (TCA)
Amitriptilin Tablet 25 mg75-150 mg/hari
Imipramin Tablet 25 mg75-150 mg/hari
Clomipramin Tablet 25 mg75-150 mg/hari
Tianeptine Tablet 12,5 mg 25-50 mg/hari
Opipramol Tablet 50 mg50-150 mg/hari
2. SSRI
Sertralin Tablet 50 mg50-100 mg/hari
Fluvoxamin Tablet 50 mg50-100 mg/hari
FluoxetinKapsul 20 mg
20-40 mg/hariKaplet 20 mg
Paroxetin Tablet 20 mg 20-40 mg/hariCitalopram Tablet 20 mg 20-60 mg/hari
3. MAOIMoclobemid
eTablet 150 mg
300-600 mg/hari
4. Tetrasiklik
MaprotilinTablet 10, 25, 50,
75 mg75-150 mg/hari
Mianserin Tablet 10,30 mg 30-60 mg/hari
Amoxapin 100 mg200-300 mg/hari
5. AtypicalTrazodon Tablet 50, 100 mg
100-200 mg/hari
MirtazapineTablet 30 mg 15-45 mg/hari
Efek Samping obat anti depresi adalah:3
Tricyclic antidepressants.
Obat-obatan yang termasuk kedalam kelompok ini (misal Amitryptiline) sudah
dipakai bertahun tahun dan telah terbukti tidak kalah manjur dibandingkan dengan
obat anti depresi yang lebih baru. Hanya saja, karena banyaknya dan lebih kerasnya
efek samping obat, maka obat tricyclic antidepressant biasanya tidak diberikan
sebelum obat jenis SSRI dicoba dan tidak berhasil mengobati depresi. Efek samping
obat ini antara lain: penglihatan kabur, mulut kering, gangguan buang air besar dan
16
gangguan kencing, detak jantung cepat dan bingung. Obat jenis ini juga sering
menyebabkan penambahan berat badan.3
Tetracyclic.
Obat-obatan yang termasuk kedalam kelompok ini misalnya Maproptiline
(Ludiomil) efek sampingnya seperti TCA; efek samping otonomik, kardiologik
relatif lebih kecil, efek sedasi lebih kuat diberikan pada pasien yang kondisinya
kurang tahan terhadap efek otonomik dan kardiologik (usia lanjut) dan sindrom
depresi dengan gejala anxietas dan insomnia yang menonjol.8
Selective serotonine reuptake inhibitors (SSRI).
Banyak dokter yang memulai pengobatan depresi dengan SSRI. Efek samping
yang paling sering adalah menurunnya dorongan seksual dan sulitnya mencapai
orgasme. Berbagai efek samping lainnya biasanya menghilang sejalan dengan
penyesuaian tubuh terhadap obat-obatan tersebut. Beberapa efek samping SSRI yang
sering adalah: sakit kepala, sulit tidur, gangguan pencernaan, dan resah/ gelisah.3
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).
Obat obatan dalam kelompok ini biasanya merupakan pilihan terakhir bila obat
dari kelompok lain sudah tidak mempan mengobati depresi. Obat obatan dalam
kelompok ini bisa menimbulkan efek samping yang serius, bahkan bisa
menyebabkan kematian. Obat MAOIs memerlukan diet ketat karena bila berinteraksi
dengan makanan seperti keju, acar mentimun (pickles) dan anggur, serta obat anti
pilek (decongestant) dapat berakibat fatal. Selegiline (Emsam) merupakan obat jenis
terbaru dalam kelompok ini yang memakainya tidak dengan diminum, cukup dengan
ditempelkan di kulit. Obat selegiline mempunyai lebih sedikit efek samping
dibandingkan dengan obat MAOIs lainnya.3
Atypical antidepressant
Merupakan obat anti depresi yang tidak bisa dimasukkan kedalam kelompok obat
lainnya. Pada beberapa kasus, obat tersebut dikombinasikan untuk mengurangi
efeknya terhadap tidur. Obat terbaru dalam kategori ini adalah vilazodone (Vibryd).
Obat vilazidone mempunyai efek samping kecil terhadap dorongan seksual.
Beberapa efek samping dari vilazodone yang sering muncul adalah: mual, muntah,
mencret dan sulit tidur.3
17
Obat obatan lainnya. Dokter mungkin mengobati depresi dengan obat obat
lainnya, misalnya dengan obat stimulant, obat untuk menstabilkan suasana hati
(mood), obat anti cemas/ anxiety, dan obat anti psikotik. Pada beberapa kasus, dokter
mungkin mengkombinasikan beberapa obat agar dihasilkan efek yang optimal.
Strategi ini dikenal sebagai augmentation (penguatan/ tambahan).3
3. Terapi Elektokonvulsif
Terapi Elektokonvulsif (ECT) digunakan untuk mengatasi depresi berat,
terutama pada penderita :2
a. Gangguan jiwa psikotik
b. Yang mengancam akan bunuh diri
c. Yang dapat memperberat penyakitnya, misal tidak mau makan
Terapi ini biasanya sangat efektif dan bisa segera meringankan depresi. Teknik terapi
ini adalah dengan memasang elektroda dikulit kepala, lalu diberi aliran listrik untuk
merangsang peningkatan arus listrik didalam otak. Efek kejang yang timbul dapat
membuat depresinya berkurang, kemungkinan kejang buatan ini memutus atau
mengacaukan sambungan aliran impuls depresi diotak. ECT bisa menyebakan
hilangnya ingatan untuk sementara waktu. Pengobatan denga ECT dilakukan
sebanyak 5-7 kali, aliran listrik bisa menimbulkan efek kontraksi otot dan nyeri,
karena itu penderita dibius total selama pengobatan ECT.2
II.8. Pencegahan
Ada beberapa cara mencegah depresi yaitu;12
1. Cukup istirahat. Tidur merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk
mencegah depresi. Cukup istirahat dan olahraga dapat membuat tubuh lebih rileks
dan tidak tegang sehingga dapat mencegah depresi.
2. Hindari strees. Bila melakukan suatu kegiatan, jangan memaksakan diri untuk
melakukan hal di luar batas. Bila stres datang, mencoba untuk menghindarkan diri
dari stres adalah langkah yang baik untuk mencegah depresi. Bila sudah terlanjur
terkena stres, mencoba untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi stres
merupakan hal yang baik dalam pencegahan depresi.
3. Hindari narkoba dan alkohol. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
menggunakan narkoba dan mengonsumsi alkohol dapat menyebabkan depresi.
18
Oleh karena itu, menghindari narkoba dan alkohol adalah langkah yang baik untuk
mencegah depresi.
4. Lakukan kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan menyenangkan seperti
melakukan hobi bisa mencegah depresi. Bercanda dengan teman-teman bisa
menghilangkan rasa penat di dalam otak.
5. Makan secara teratur. Salah satu fungsi makanan adalah untuk menjaga tubuh dari
keadaan stres. Oleh karena itu, makan secara teratur juga penting untuk menjaga
diri dari kondisi depresi.
II.9. Diagnosa Banding
Beberapa diagnosis banding dari depresi, yaitu;8
1. Gangguan Skizofrenia : trauma katatonik, tetapi tiap jenis skizofrenia dapat
terlihat atau menjadi depresi selama atau setelah satu periode. Adanya
penyesuaian premorbid yang buruk, gangguan proses fikir formal dengan waham
yang tersusun baik dan halusinasi yang kompleks, tidak ada riwayat keluarga yang
mengalami gangguan afektif, menyokong dugaan suatu skizofrenia.
2. Gangguan Skizoafektif : suatu gangguan psikotik yang memenuhi kriteria
skizofrenia tetapi beberapa saat bertumpang-tindih dengan gejala-gejala mood
mayor
3. Gangguan cemas menyeluruh : terlibat anxietas yang sangat menonjol. Pasien
dengan cemas hendakknya selalu di pertimbangkan kemungkinan adanya depresi
4. Alkoholisme dan ketergantungan zat : alkoholisme dan depresi seering terlihat
bersama-sama (pasien dengan “diagnosis rangkap”)
5. Demensia : pseudodepresi seing terjadi dan sulit membedakannya terutama pada
orang tua. Periksa gangguan memori dan disorientasi.
II.10. Prognosa
19
Perjalanan atau ramalan penyakit kedepan apabila tidak diobatai akan
semakin berat dan berlangsung lama, bisa sampai 6 bulan atau lebih. Gejala yang
ringan bisa menetap, tetapi keadaan penderita cenderung kembali normal. Sebagian
besar penderita mengalami episode depresi berulang, sekitar 4-5 kali sepanjang
hidupnya.2
BAB III
20
KESIMPULAN
Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius.
Depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan (suasana hati atau mood) yang
ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa
tidak berharga, merasa hidupnya hampa dan tidak ada harapan, pemikirannya
berpusat pada kegagalan dan kesalahan diri atau menuduh diri, dan sering disertai iri
dan pikiran bunuh diri. Penderita depresi sering tidak berminat pada penampilan diri
dan aktivitas sehari-hari.1,3
Depresi dapat terjadi pada siapa pun, golongan mana pun, keadaan sosial
ekonomi berapa pun. Tetapi umumnya depresi mulai timbul pada usia 20 sampai 40
tahunan. Depresi biasanya berlangsung sampai 6-9 bulan, dan sekitar 15-20%
penderita bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi cenderung
berulang sebanyak beberapa kali dalam kehidupan seseorang.2
Depresi bukan hanya disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia
didalam otak yang cukup disembuhkan dengan minum obat-obatan. Para ahli
berpendapat bahwa depresi disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis
dan sosial. Gejala dapat digolongkan dalam kelompok terkait perubahan dalam cara
pikir, perasaan dan perilaku. Bentuk gangguan ini ada dua (diluar gangguan bipolar
atau gangguan mania- depresif) yakni : bentuk akut dan biasanya berulang, dikenal
sebagai gangguan episode depresif dan bentuk kronik dan biasanya lebih ringan
gejalanya, dikenal sebagai distimia.3,9
Dalam klasifikasi Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa-III terbitan
Departemen Kesehatan, yang menganut klasifikasi WHO : ICD-X, digunakan istilah
gangguan jiwa dan tidak ada istilah penyakit jiwa. Berbagai obat dan teknik
psikoterapi telah dikembangkan untuk memulihkan penderita depresi. Bagi sebagian
besar penderita depresi, berbagai obat dan teknik psikoterapi tersebut telah terbukti
efektif. Namun pada sebagian besar kasus, pengobatan penderita depresi akan paling
efektif dengan mengkombinasikan pemberian obat-obatan oleh psikiater dengan
pemberian psikoterapi oleh psikolog.3,10
BAB IV
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir N. Depresi. Dalam: Aspek Neurobiologi Diagnosa dan Tatalaksana. Jakarta:
Balai penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005. Hal: 1-4
2. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam : Gangguan Kecemasan.Edisi 1. Yogyakarta:
Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141
3. Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita Gangguan Jiwa. (Online Juni
2012). Available from.URL: http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com
4. Vienza. Makalah-Depresi. (Online, 01 Juni 2012). Available from.URL:
http://ml.scrib.com/doc/46380547/Makalah-Depresi/vienza.com
5. Suparyanto. Konsep Depresi. (Online, 22 Februari 2012). Available from. URL:
http://www.dr.suparyanto,M.Kes.konsepdepresi-5.html
6. Andikha. Saling Berbagi Informasi dan ilmu. Apa itu Depresi Mental. (Online, 21
Januari 2012). Available from URL:
http://www.salingberbagiinformasidanilmu.com/2012/1/apa-itu-depresi-
mental.html
7. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat: Bina
Rupa Aksara,2012. Hal : 813-816
8. Tomb DA, Buku Saku Psikiatri. Edisi 6, Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2004. Hal : 47-63
9. Yuliadha A. Etiologi dan Patofisiologin Depresi. (Online, 15 November 2010).
Available from URL: http://www.makalah-depresi.scrib.Astiyuliadha.html
10. Malim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Cetakan
1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta: 2001. Hal: 7, 64-
65
11. Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Psikologi Abnormal. Edisi 5.Jilid 1. Penerbit
Erlangga, 2005. Hal: 230-237
12. Admin. Artikel Kesehatan. Penyebab dan Cara Mencegah Depresi.
(Online,2012). Available from URL: http://www.Penyebab-dan-cara-mencegah-
depresi.html
22