Upload
vanphuc
View
245
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
GAMBARAN PERSEPSI PERILAKU SELF CARE PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI PADUKUHAN MEDARI GEDE
CATURHARJO SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
DANU PRASSETYAWAN
2212024
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2016
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Gambaran Persepsi Perilaku self-care Pada Lansia Dengan
Hipertensi di Padukuhan Medari Gede, Caturharjo, Sleman, Yogyakarta ” ini tepat
waktu.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.
Penelitian ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Kuswanto Hardjo, dr. M. Kes, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta yang telah memberikan izin dan dukungan dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Tetra Saktika, S. Kep, Ns, M. Kep, Sp. MB selaku Ketua Progam Studi Ilmu
Keperawatan yang telah mendukung dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
3. Muhammat Nofiyanto, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku ketua LPPM yang telah
memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Sujono Riyadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah
memberikan izin dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dewi Utari,.MNS selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan serta mendukung dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
6. Kepada BAPPEDA Kabupaten Sleman yang telah memberikan ijin dan
informasi kepada penulis unutuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman yang telah memberikan ijin dan
informasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada Kepala Desa Caturharjo yang telah memberikan ijin dan informasi
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Kepala Dusun Medari Gede yang telah memberikan ijin dan informasi
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
v
10. Kepada para responden yang telah ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Orang tua yang senantiasa memberikan doa dan semua teman-teman yang
tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu, yang telah membantu baik
moral maupun spiritual demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar
harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Yogyakarta September 2016
(Danu Prassetyawan)
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
SURAT PERNYATAAN………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………...................................................
DAFTAR ISI……….................................................................................
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
INTISARI……………………………………………………………….
ABSTRACT………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
D. Manfaat Penelitian........................................................................
E. Keaslian Penelitian........................................................................
BAB II KAJIAN TEORI A. Lansia…………………………………………………………...
B. Hipertensi….…………………………………………………....
C. Persepsi………………………………………………………....
D. Perilaku Self-Care……………………………………………………...
E. Kerangka Teori…………………………………………………..
F. Kerangka Konsep …………………………………………..........
G. Pertanyaan Peneliti…………………………………...................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian………………………………………........
B. Lokasi dan Waktu penelitian…………………………………….
C. Populasi dan Sampel……………………………………………..
D. Variabel Penelitian …………………………………………........
E. Definisi Operasional.....................................................................
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data
G. Validitas dan Reliabilitas………………………………………..
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data........................................
I. Etika Penelitian.............................................................................
J. Jalannya Penelitian.......................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………................
B. Pembahasan …………………………………… ……………....
C. Keterbatasan Penelitian…………………………………………
i
ii
iii
iv
vi
viii ix x xi xii
1
5
5
6
6
9
15
27
30
41
42
42
43
43
43
45
45
46
48
50
51
52
54
61
66
vii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………...…………...
LAMPIRAN.............................................................................................
67
68
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH
Tabel 2 Klasifikasi tekanan darah menurut ( JNC- 7)
Tabel 3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 4 Kisi – kisi kuesioner
Tabel 5 Pedoman Kategori Skor Indikator Persepsi Perilaku Self-
Care Pada Lansia dengan Hipertensi
Tabel 6 Karakteristik Usia Responden Penelitian
Tabel 7 Karakteristik Jenis Kelamin Responden Penelitian
Tabel 8 Karakteristik Tekanan Darah Responden Penelitian
Tabel 9 Kategori Persepsi Perilaku Self-Care Pada Lansia denga
Hipertensi
Tabel 10 Kategori Persepsi Perilaku Aktivitas Fisik Pada Lansia
dengan Hipertensi
Tabel 11 Persepsi Aktivitas Fisik Pada Lansia
Tabel 12 Kategori Persepsi Perilaku Diet Hipertensi yang Baik Pada
Lansia dengan Hipertensi
Tabel 13 Persepsi Diet Hipertensi yang Baik
Tabel 14 Kategori Persepsi Perilaku Managemen Stress Pada Lansia
dengan Hipertensi
Tabel 15 Persepsi Managemen Stress
Tabel 16 Kategori Persepsi Perilaku Konsumsi Obat Hipertensi Pada
Lansia dengan Hipertensi
Tabel 17 Persepsi Konsumsi Obat Hipertensi Secara Teratur
17
18
45
46
47
54
55
55
56
56
57
57
58
59
59
60
60
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin studi pendahuluan dari LPPM
Lampiran 2 Surat Izin studi pendahuluan dari BAPPEDA Kabupaten Sleman
Lampiran 3 Kuesioner penelitian
Lampiran 4 Permohonan menjadi Responden
Lampiran 5 Pernyatann Kesediaan menjadi Renponden ( Informed Consent).
Lampiran 6 Rencana Jadwal Penelitian
Lampiran 7 Surat Izin uji validitas dari LPPM
Lampiran 8 Surat Izin uji validitas dari BAPPEDA Kabupaten Sleman
Lampiran 9 Hasil uji validitas
Lampiran 10 Surat Izin penelitian dari LPPM
Lampiran 11 Surat Izin penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Sleman
Lampiran 12 Hasil Olah Data
Lampiran 13 Hasil Analisis Karakteristik Responden
Lampiran 14 Surat keterangan telah melakukan uji validitas
Lampiran 15 Surat keterangan telah melakukan penelitian
xi
GAMBARAN PERSEPSI PERILAKU SELF-CARE PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI PEDUKUHAN MEDARI GEDE
CATURHARJO SLEMAN1
Danu Prassetyawan1, Sujono Riyadi2, Dewi Utari
3
INTISARI
Latar Belakang: Hipertensi adalah masalah kesehatan yang umum dan serius
pada banyak negara berkembang seperti Indonesia, terutama pada lansia.
Kegagalan dalam manajemen hipertensi adalah faktor yang potensial bagi kejadian
komplikasi kardiovaskular dan kematian. Oleh karenanya kontrol hipertensi adalah
faktor yang sangat utama dan dapat menurunkan peluang komplikasi dan
mortalitas. Joint national committee (JNC) memberikan rekomendasi perilaku self-
care yang dipandang vital dalam mengontrol tekanan darah tinggi yaitu
melakukan aktivitas fisik, diet sehat, manajemen stress dan kepatuhan medikasi
hipertensi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku self-care
pada lansia dengan hipertensi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian melibatkan 46 responden yang diambil
dengan teknik purposive sampling. Perilaku self-care pada lansia dengan
hipertensi diukur dengan kuesioner dan dianalisis secara kuantitatif.
Hasil: Sebanyak 50% responden memiliki persepsi aktivitas fisik dan diit
hipertensi yang baik dengan persepsi manajemen stress yang kurang. Sebanyak
56,5% responden memiliki persepsi konsumsi obat hipertensi secara teratur yang
buruk.
Kesimpulan: Secara umum sebagian besar lansia dengan hipertensi di Pedukuhan
Medari Gede Caturharjo Sleman memiliki perilaku self-care yang baik (43,5%).
Kata kunci : hipertensi, lansia, perilaku self-care, persepsi
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ahmad Yani Yogyakarta
2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ahmad Yani Yogyakarta
3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ahmad Yani Yogyakarta
xii
DESCRIPTION OF PERCEPTIONS ON SELF-CARE
OF THE OLDER PEOPLE WITH HYPERTENSION IN
MEDARI GEDE
CATURHARJO SLEMAN1
Danu Prassetyawan1, Sujono Riyadi2, Dewi Utari
3
ABSTRACT
Background: Hypertension is a common and serious health problem in many
developing countries such as Indonesia, especially among elderly. Failure in
managing hypertension is a potential risk factor for cardiovascular disease and
mortality. Therefore, hypertension management is an important factor to decrease
complication and mortality of hypertension. Joint National Committee (JNC)
recommanded self-care as an essential factor to control high blood pressure, it
consist of physical activities, healthy diet, stress management, and compliance
with medication regimen.
Purpose: Aim of this research was to describe the perception on self-care of the
older people with hypertension.
Method: The study was descriptive non analytic with cross sectional approach.
This study included 46 respondents which selected using purposive sampling
technique. Data perception of self-care was measured by questionnaire and
analyzed quantitatively.
Result: Among the participants, 50% respondents had good perceptions on
physical activity and hypertension diet with poor perceptions on stress
management. While, 56,5% respondents had poor perceptions medical regimen
adherence.
Conclusion: Generally, 43,5% of the older people with hypertension in
Pedukuhan Medari Gede Caturharjo Sleman had gaod self-care.
Keywords : hypertension, older people, self-care, perception
1 Student of School of Nursing, Ahmad Yani Medical College of Yogyakarta
2 Lecturer of School of Nursing, Ahmad Yani Medical College of Yogyakarta
3 Lecturer of School of Nursing, Ahmad Yani Medical College of Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya angka harapan hidup. Dilihat dari sisi ini, pembangunan kesehatan
di Indonesia sudah cukup berhasil karena harapan hidup meningkat. Namun disisi
lain dengan meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi
masyarakat karena populasi penduduk lanjut usia (lansia) meningkat. Hal ini
berarti kelompok risiko dalam masyarakat menjadi lebih tinggi.
Lansia seringkali mengalami perubahan–perubahan baik secara fisik,
sosial maupun mental. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada lansia
berkaitan dengan sistem kardiovaskuler diantaranya hipertensi. hal ini terjadi
akibat perubahan fisiologis yang terjadi karena penurunan respons imunitas tubuh,
katup jantung menebal dan menjadi kaku, penurunan kemampuan kontraktilitas
jantung, berkurangnya elastisitas pembuluh darah, serta kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. Perubahan-perubahan inilah yang
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler sehingga lansia cenderung lebih
rentan mengalami hipertensi (Setiawan, dkk, 2013).
Data World Health Organization (WHO) (2009) dari 70% penderita
hipertensi yang diketahui, hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya
12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases). Hipertensi
diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya Hipertensi akan bertambah
60%, dan akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia
(Ardiansyah, 2012). Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun
2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat
hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi
di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes
RI, 2013 ).
2
Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyatakan bahwa
hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap
terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria
dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012).
Selain itu komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian
diseluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45%
kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke.
Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit
jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta
kematian pada tahun 2030 (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai
komplikasi. Komplikasi pada jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard,
jantung koroner, dan gagal jantung kongestif. Dampak bagi otak kemungkinan
terjadi stroke dan ensevalopati hipertensif. Komplikasi pada ginjal adalah gagal
ginjal kronis, sedangkan komplikasi pada mata akan terjadi retinopati hipertensif.
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul, semua merupakan penyakit yang
sangat serius dan berdampak terhadap psikologis penderita karena kualitas
hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung
(Anggraini, dkk, 2011)
Terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan tekanan darah
dan berkembangnya komplikasi hipertensi. Faktor tersebut adalah faktor yang
tidak dapat diubah yang meliputi umur, riwayat keluarga, dan jenis kelamin.
Sedangkan faktor yang dapat diubah seperti merokok, konsumsi makanan
berlemak dan garam yang tinggi, kurang aktivitas, konsumsi alkohol, stress, dan
ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi. Salah satu upaya untuk
melakukan pencegahan komplikasi hipertensi perlu adanya peningkatan
pencegahan tentang hipertensi. Menurut Richard & Sea (2011) individu dengan
penyakit hipertensi disarankan untuk melaksanakan self-management sebagai
salah satu managemen penyakit dalam kehidupan sehari – hari. Self-management
pada penderita hipertensi berfokus pada bagaimana pasien melakukan self-care
atau perawatan diri pada diri mereka sendiri.
3
Perawatan diri merupakan aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk
menjaga kesehatan secara mandiri (Orem, 2010). Hal tersebut berupa monitoring
tekanan darah, mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan, dan mengurangi
konsumsi alkohol. Menurut Canadian Hypertension Education Program (2011),
pelaksanaan pencegahan dan pengobatan pada hipertensi yaitu dengan aktif
melakukan kegiatan fisik (olahraga), menurunkan atau mengendalikan berat
badan, konsumsi alkohol, diet, mengurangi stres dan berhenti merokok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayes (2010), manajemen hipertensi
yang efektif salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok,
mempertahankan diet yang sehat dan aktivitas fisik yang sehat, Akan tetapi
menurut penelitian dari Ragot, et al. (2005) menyatakan bahwa hanya 30% pasien
hipertensi yang melakukan modifikasi gaya hidup. Dalam kehidupan sehari-hari
untuk mengontrol hipertensinya. Hal ini tergambar dari penelitian Anisah (2010)
yang menyebutkan bahwa mayoritas (70%) responden dalam penelitianya
mempunyai pola makan yang tidak sesuai dengan diit hipertensi. Selain itu
Mursiany dkk (2013) menjelaskan bahwa 54,2% penderita hipertensi mempunyai
kepatuhan sedang dalam mengkonsumsi obat secara teratur dan masing-masing
sekitar 20% mempunyai kepatuhan tinggi dan rendah.
Orem (2010) menyebutkan, lansia dengan hipertensi mengalami
kesulitan dalam melakukan perawatan diri atau self-care pada dirinya sendiri yang
dapat memperburuk status kesehatannya. Kemampuan perawatan diri untuk
mencegah dan meminimalkan risiko yang terjadi akibat dari hipertensi pada
setiap orang tidak sama. Banyak hal yang menyebabkan ketidakmampuan
mengendalikan hipertensi ini. Menurut penelitian Callaghan, et al. (2005), self-
care dan perilaku kesehatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh basic
conditioning factors, pendapatan, pendidikan, ras dan agama. Strategi self-care
dalam gaya hidup penting untuk mencegah peningkatan tekanan darah dan
modifikasi gaya hidup merupakan aspek yang diperlukan dalam perawatan pada
semua tahap hipertensi.
4
Menurut Stieglitz dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat
kaitannya dengan proses menua, yakni gangguan sirkulasi darah, gangguan
metabolisme hormonal, gangguan pada persendian, berbagai macam neoplasma.
Gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan
pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal, gangguan metabolik hormonal
seperti diabetes militus, ketidakseimbangan tiroid. Gangguan pada persendian
seperti osteoarthritis, gout arthritis, ataupun penyakit kolagen lainnya (Nugroho,
2000).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering disebut sebagai the silent
killer (pembunuh diam-diam), sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama
bertahun-tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi kerusakan organ vital yang
cukup berat dan bahkan dapat membawa kematian. Ada berbagai macam
komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi diantaranya adalah stroke. Penderita
hipertensi berisiko 6 kali lipat terkena stroke. Hipertensi dan stroke merupakan
dua kondisi klinis yang bisa timbul saling berkaitan dan timbal balik (Soeharto,
2004).
Berdasarkan data dari buku penyakit kardiovaskuler Dinkes Sleman,
Penduduk di Kabupaten Sleman pada tahun 2014 mencapai persentase 22,62 %
adapun jumlah penduduk pra usia lanjut (60 - 69 tahun) sejumlah 19 371 jiwa dan
persentase 24,93 % penduduk lansia (>70 tahun) ada 16 366 jiwa, dari total
penduduk 35737 jiwa. Pada tahun 2014 terdapat 1697 yang mengalami penyakit
hipertensi dengan 653 pasien laki – laki dan 1.044 pasien perempuan.
Hipertensi di puskesmas Sleman termasuk peringkat kedua pada tahun
2014 yaitu dengan jumlah laki – laki sebanyak 22.702 dan perempuan sebanyak
44.808. Dengan jumlah keseluruhan 67.570. Berdasarkan tanggung jawab dari
puskesmas Sleman, lansia dengan penderita hipertensi yang paling aktif mengikuti
pelaksanaan posyandu adalah desa Caturharjo yaitu sebanyak 186 lansia. Desa
Caturharjo mempunyai 20 padukuhan dan padukuhan yang paling aktif dalam
mengikuti posyandu lansia adalah Medari Gede dengan 86 lansia.
5
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di posyandu
Medari Gede Caturharjo Sleman Yogyakarta melalui wawancara dengan 10 orang
lansia didapatkan hasil tujuh lansia selalu mengontrol tekanan darah ke posyandu
setiap posyandu diadakan yaitu satu bulan sekali dan patuh minum obat sesuai
advice dokter. Sedangkan tiga orang lansia jarang mengontrol tekanan darah.
Banyak lansia yang belum mengetahui bagaiman cara diet hipertensi, terlihat
delapan dari 10 lansia masih banyak yang mengkonsumsi asinan dan jeroan.
Mayoritas lansia melakukan aktivitas sehari- hari bekerja di sawah. Lima orang
lansia mengatakan apabila mengalami masalah langsung diselesaikan dengan cara
berdiskusi dengan keluarga sedangkan tiga lansia memilih untuk memendam
masalahnya sendiri, dan dua orang lansia mengatakan apabila mengalami masalah
mereka akan lebih meningkatkan spritualitas. Dari hasil observasi yang di
lakukan di padukuhan Medari Gede Caturharjo Sleman, telah didapatkan lansia
yang tidak merokok dan lansia yang tidak mengkonsumsi alcohol atau minuman
keras. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran persepsi perilaku self-care pad lansia dengan
hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu bagaimana gambaran persepsi perilaku self-care pada lansia
dengan hipertensi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari :
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran persepsi perilaku self-care pada lansia dengan
Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran persepsi aktivitas fisik pada lansia dengan
hipertensi
6
b. Untuk mengetahui gambaran persepsi diit hipertensi yang baik pada lansia
dengan hipertensi
c. Untuk mengetahui gambaran persepsi managemen stres pada lansia
dengan hipertensi
d. Untuk mengetahui gambaran persepsi konsumsi obat hipertensi secara
teratur pada lansia dengan hipertensi
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri dari:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian menambah wawasan dan informasi tentang gambaran
persepsi perilaku self-care pada lansia dengan hipertensi.
2. Manfaat praktis
a. Lansia :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
tentang bagaimana merawat diri sendiri sesuai dengan kondisi penyakit
dan kesehatannya.
b. Bagi peneliti lain :
Menambahkan refrerensi atau pengetahuan dan wawasan gambaran
persepsi perilaku self-care pada lansia dengan hipertensi.
c. Puskesmas :
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sleman, diharapkan
dapat menjadi masukan untuk perencanaan dan pengembangan program
lanjut usia dalam pelayanan kesehatan lansia secara optimal.
E. Keaslian Penelitian
1. Anisah (2010) penelitian dengan judul “Gambaran pola makan pada penderita
hipertensi yang menjalani rawat inap di IRNA F RSUD Syarifah Ambami
Rato Ebu kabupaten Bangkalan Madura”. Desain penelitian ini adalah
deskriptif. Populasinya seluruh pasien hipertensi yang menjalani rawat inap di
IRNA F RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Kabupaten Bangkalan Madura
7
sebesar 20 orang. Sampel sebesar 20 responden dengan menggunakan teknik
sampel jenuh. Variabel adalah pola makan pada penderita hipertensi.
Pengumpulan data secara primer menggunakan kuesioner. Cara pengambilan
sampel menggunakan teknik non probability sampiling dengan menngunakan
sampel jenuh. Pengolahan data menggunakan proses editing, coding, skoring
dan tabulasi. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 70%, (14
responden) mempuyai pola makan yang tidak sesuai diet hipertensi dan
hampir setengah dari responden 30% (6 responden) mempunyai pola makan
yang sesuai diet hipertensi. Persamaannya terletak pada jenis penelitian, yaitu
penelitian deskriptif untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dan
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sedangkan perbedaan penelitian
ini terletak pada lokasi penelitian, jumlah sampel dan variable yang digunakan
berbeda.
2. Sari (2015) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara perawatan
diri lansia dengan konsep diri pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
“ILOMATA” Kota Gorontalo” Perawatan diri lansia mempengaruhi konsep
diri lansia. hal ini menunjukan bahwa konsep diri lansia adalah salah satu
indikator perawatan diri lansia sedangkan perawatan diri lansia adalah
parameter yang digunakan untuk meningkatkan konsep diri yang lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perawatan diri
dengan konsep diri pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “ILOMATA”
Kota Gorontalo Tahun 2015. Metode penelitian menggunakan analisis
observasional dan wawancara dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi
adalah seluruh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “ILOMATA” Kota
Gorontalo yakni sebanyak 35 orang. Sampel sebanyak 35 responden yang
diperoleh menggunakan teknik total sampling. Untuk analisis univariat dan
bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan dari perawatan diri dengan konsep diri
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “ILOMATA” Kota Gorontalo dengan p
value=0.000(0,05) hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis diterima.
8
Persamaannya adalah sama-sama ingin mengetahui perawatan diri pada
lansia, penelitian ini sama-sama menggunakan metode Cross Sectional.
Sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada jumlah variabel, teknik
sampling, metode penelitian dan lokasi penelitian.
3. Mursiany dkk (2013) melakukan penelitian dengan judul “Gambaran
penggunaan obat dan kepatuhan mengkonsumsi obat pada penyakit hipertensi
di instalasi rawat jalan RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan tahun 2013”.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penggunaan obat dan
kepatuhan mengkonsumsi obat pada penyakit hipertensi di instalasi rawat
jalan RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan tahun 2013. Penelitian deskriptif
observasional dengan pengambilan sampel menggunakan metode consecutive
sampling pada pasien hipertensi yang menjalani rawat jalan di RSUD Kraton
Kab. Pekalongan tahun 2013. Sumber data penggunaan obat adalah informasi
yang tertulis di dalam rekam medik pasien. Kepatuhan mengkonsumsi obat
diukur menggunakan kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherence
Scale) merupakan kuesioner yang digunakan untuk melihat kepatuhan
pengobatan pada pasien hipertensi. Obat yang digunakan pada penyakit
hipertensi terdiri dari obat tunggal dan kombinasi. Penggunaan Obat tunggal
pada penyakit hipertensi adalah golongan beta bloker dengan obat bisoprolol
sebesar 33,33%. Obat antihipertensi 2 kombinasi adalah Diuretik kuat dan
ACE Inhibitor sebesar 36,47%. Obat antihipertensi 3 kombinasi adalah
Diuretik kuat dan ACE Inhibitor dan β- bloker sebesar 31,89%. Obat
antihipertensi 4 kombinasi adalah Diuretik kuat dan β-bloker dan ACE
Inhibitor dan diuretik hemat kalium sebesar 42,85%. Hasil pengukuran
dengan kuesioner MMAS diperoleh persentase tingkat kepatuhan dari 42
pasien yaitu kepatuhan tinggi sebesar 26,20%, kepatuhan sedang sebesar
52,40% dan kepatuhan rendah sebesar 21,40%. Persamaannya terletak pada
jenis penelitian, yaitu penelitian deskriptif untuk menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi dan pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada metode pengumpulan data
menggunakan metode consecutive sampling dan lokasi penelitian.
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Medari yang terletak di Desa
Caturharjo, Kecamatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pedukuhan
Medari merupakan satu dari 20 pedukuhan yang ada di Desa Caturharjo.
Letaknya berada di sebelah selatan Jalan Raya Yogya Magelang atau di
sebelah kiri jalan yang menghubungkan Kota Yogyakarta dan Kota
Magelang.
Pedukuhan Medari termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pembantu
Caturharjo yang juga mengelola beberapa posyandu lansia di wilayah
Caturharjo. Program Puskesmas Pembantu Caturharjo dan Posyandu Lansia
di wilayah Pedukuhan Medari terfokus pada upaya kuratif hipertensi bukan
pada upaya preventif hipertensi sehingga upaya yang ada adalah pemberian
obat antihipertensi dan perujukan. Upaya promosi kesehatan yang berkenaan
dengan penegakan diet hipertensi Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH) dan gaya hidup sehat kurang dipromosikan oleh kader kepada lansia
penderita hipertensi.
2. Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik responden yang diperhatikan pada penelitian ini meliputi
usia, jenis kelamin, pekerjaan dan tekanan darah. Karakteristik responden
selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik Usia Responden
Tabel 6 Karakteristik Usia Responden Penelitian
Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
60-74 tahun 28 60,9
75-90 tahun 18 39,1
Jumlah (n) 46 100
Sumber: Data Primer (2016)
54
55
Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar atau 60,9%
responden pada penelitian ini berusia 60-74 tahun. Adapaun sebanyak
39,1% responden lainnya berusia 75-90 tahun.
b. Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Tabel 7 Karakteristik Jenis Kelamin Responden Penelitian
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
Laki-laki 23 50
Perempuan 23 50
Jumlah (n) 46 100
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 7 dapat diketahui bahwa menurut jenis kelaminnya,
proporsi responden berjenis kelamin perempuan dan laki-laki pada
penelitian ini terbagi secara proporsional. Persentase jenis kelamin laki-
laki dan perempuan masing-masing adalah sebesar 50%.
c. Karakteristik Tekanan Darah Responden
Tabel 8 Karakteristik Tekanan Darah Responden Penelitian
Tekanan Darah Frekuensi (f) Persentase (%)
Hipertensi stadium 1 18 39,1
Hipertensi stadium 2 28 60,9
Jumlah (n) 46 100
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada
penelitian ini berusia 60-74 tahun (60,9%) dan memiliki tekanan darah
pada kategori hipertensi stadium 2 (60,9%). Adapun menurut jenis
kelaminnya, proporsi responden berjenis kelamin perempuan dan laki-laki
pada penelitian ini terbagi secara proporsional dengan persentase masing-
masing sebesar 50%.
56
3. Persepsi Perilaku Self-Care Pada Lansia dengan Hipertensi
Tabel 9 Kategori Persepsi Perilaku Self-Care
Pada Lansia dengan Hipertensi
Persepsi Perilaku Self-Care Pada
Lansia dengan Hipertensi Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 20 43,5
Sedang 11 23,9
Kurang 15 32,6
Jumlah (n) 46 100
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 9 terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi
perilaku self-care pada lansia dengan hipertensi (43,5%). Akan tetapi masih
ditemukan 32,6% responden dengan persepsi perilaku slef-care pada lansia
dengan hipertensi yang kurang.
a. Persepsi Aktivitas Fisik
Tabel 10 Kategori Persepsi Perilaku Aktivitas Fisik
Pada Lansia dengan Hipertensi
Aktivitas Fisik Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 23 50
Sedang 8 17,4
Kurang 15 32,6
Jumlah (n) 46 100
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 10 diketahui bahwa sebagian responden memiliki persepsi
perilaku aktivitas fisik yang baik (50%). Akan tetapi persentase persepsi
perilaku aktivitas fisik yang kurang pada penelitian ini juga cukup besar
yakni mencapai 32,6%. Persepsi perilaku aktivitas fisik lansia
selengkapnya dapat dilihat pada hasil analisis butir pada tabel 11 berikut:
57
Tabel 11 Persepsi Aktivitas Fisik Pada Lansia
No Pernyataan Persentase (%)
STS TS S SS
1 Aktivitas fisik sangat mempengaruhi
stabilitas tekanan darah
0 63 6,5 30,4
2 Olahraga secara teratur memiliki efek
antihipertensi
0 32,6 6,5 60,9
3 Olahraga secara teratur dapat
menimbulkan tahanan pembuluh darah
semakin kecil sehingga tekanan darah
mrningkat
37 30,4 32,6 0
4 Orang dengan hipertensi harus
menghindari aktivitas kerja berat
6,5 13 37 43,5
5 Melakukan aktivitas secara rutin sangat
bermanfaat bagi kesehatan saya
0 63 6,5 30,4
6 Olahraga dapat meningkatkan
kemandirian seseorang dan kesehatan
tubuh jadi bugar
0 45,7 6,5 47,8
7 Olahraga dapat meningkatkan kualitas
tidur lebih baik
0 45,7 6,5 47,8
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 11 diketahui bahwa sebaran jawaban indikator aktivitas
fisik yang terburuk ada pada item (1) dan (5). Pada item (1) sebagian besar
responden tidak setuju jika aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas
tekanan darah (63%). Pada item (5) sebagian besar responden juga tidak
setuju jika aktivitas fisik secara rutin sangat bermanfaat bagi kesehatan
(63%). Item terbaik adalah item (2) di mana sebagian besar responden
sangat setuju (60,9%) jika olahraga secara teratur memiliki efek
antihipertensi.
b. Persepsi Diet Hipertensi yang Baik
Tabel 12 Kategori Persepsi Perilaku Diet Hipertensi yang Baik
Pada Lansia dengan Hipertensi
Diet Hipertensi Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 23 50
Sedang 8 17,4
Kurang 15 32,6
Jumlah (n) 46 100
Sumber: Data Primer (2016)
58
Pada tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar responden pada penelitian
ini memiliki persepsi perilaku diet hipertensi yang baik (50%). Akan tetapi
persentase persepsi perilaku diet hipertensi yang kurang juga cukup besar
yakni mencapai 32,6%. Persepsi perilaku diet hipertensi selengkapnya
dapat dilihat pada hasil analisis butir pada tabel 13 berikut:
Tabel 13 Persepsi Diet Hipertensi yang Baik
No Pernyataan Persentase (%)
STS TS S SS
1 Menghindari makanan yang terlalu asin
dan mengandung banyak garam, dapat
meningkatkan tekanan darah
32,6 17,4 50 0
2 Mengurangi makanan yang mengandung
protein hewani bisa meningkatkan
tekanan darah
32,6 37 30,4 0
3 Mengkonsumsi makanan seperti daging
dan jeroan dapat meningkatkan tekanan
darah
26,1 13 23,9 37
4 Pola makan yang sehat seperti
mengkonsumsi sayuran bayam yang
mengandung rendah kalori dan tinggi
serat dapat menurunkan tekanan darah
0 56,5 17,4 26,1
5 Pisang, jeruk dan makanan tinggi kalium
akan menurunkan tekanan darah tinggi
6,5 13 37 43,5
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 13 dapat diketahui bahwa sebaran jawaban responden
pada indikator diet hipertensi yang terburuk ada pada item (4) di mana
sebagian besar responden menyatakan tidak setuju jika pola makan yang
sehat seperti mengkonsumsi sayuran bayam yang mengandung rendah
kalori dan tinggi serat dapat menurunkan tekanan darah (56,5%).
Sementara itu item terbaik adalah item (5) di mana sebagian besar
responden menyatakan setuju (37%) dan sangat setuju (43,5%) jika pisang
jeruk dan makanan tinggi kalium akan menurunkan tekanan darah tinggi.
59
c. Persepsi Perilaku Managemen Stress
Tabel 14 Kategori Persepsi Perilaku Managemen Stress
Pada Lansia dengan Hipertensi
Managemen Stress Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 12 26,1
Sedang 11 23,9
Kurang 23 50
Jumlah (n) 46 100
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 14 diketahui bahwa sebagian responden memiliki persepsi
perilaku managemen stress yang kurang (50%). Persepsi perilaku
managemen stress selengkapnya dapat dilihat pada hasil analisis butir pada
tabel 15 berikut:
Tabel 15 Persepsi Managemen Stress
No Pernyataan Persentase (%)
STS TS S SS
1 Beban kerja yang tinggi dapat
menimbulkan stress
0 56,5 17,4 26,1
2 Bekerja di lingkungan yang nyaman
dapat meningkatkan stresor
32,6 17,4 50 0
3 Bercerita atau mengungkapkan masalah
pada keluarga dapat mengurangi beban
pikiran
17,4 50 32,6 0
4 Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan tingginya tekanan darah
26,1 13 23,9 37
5 Rasa takut dan rasa marah yang
berkepanjangan mengakibatkan tekanan
darah meningkat
0 58,7 17,4 23,9
6 Perlunya refresing agar dapat
menghilangkan stress
0 56,5 17,4 26,1
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 15 dapat diketahui sebaran jawaban responden pada
indikator manajemen stress yang terburuk ada pada item (3) di mana
sebagian besar responden tidak setuju (50%) dan sangat tidak setuju
(17,4%) jika bercerita atau mengungkapkan masalah pada keluarga dapat
mengurangi beban pikiran. Sementara itu item terbaik ada pada item (2) di
mana sebagian responden menyatakan tidak setuju (17,4%) dan sangat
60
tidak setuju (32,6%) jika bekerja di lingkungan yang nyaman justru
meningkatkan stressor.
d. Persepsi Perilaku Konsumsi Obat Hipertensi Secara Teratur
Tabel 16 Kategori Persepsi Perilaku Konsumsi Obat Hipertensi
Pada Lansia dengan Hipertensi
Konsumsi Obat Hipertensi Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 17 37
Sedang 3 6,5
Kurang 26 56,5
Jumlah (n) 46 100
Sumber: Data Primer (2016)
Pada tabel 16 diketahui bahwa sebagian besar responden diketahui
memiliki persepsi perilaku konsumsi obat hipertensi yang kurang. Persepsi
perilaku konsumsi obat hipertensi selengkapnya dapat dilihat dari hasil
analisis butir pada tabel 17 berikut:
Tabel 17 Persepsi Konsumsi Obat Hipertensi Secara Teratur
No Pernyataan Persentase (%)
STS TS S SS
1 Minum obat terus menerus tidak ada
masalah selama sesuai dengan anjuran
dokter
32,6 23,9 15,2 28,3
2 Obat antihipertensi dapat dihentikan
ketika tekanan darahnya menurun
19,6 26,1 28,3 26,1
3 Minum obat antihipertensi secara teratur
dapat mengontrontrol tekanan darah
43,5 0 28,3 28,3
4 Minum obat setiap hari merupakan hal
yang tidak nyaman sehingga penderita
hipertensi boleh tidak meminumnya
30,4 13 10,9 45,7
5 Obat antihipertensi mempunyai efek
samping sering buang air kecil dan mual
13 30,4 39,1 17,4
6 Penderita hipertensi atau keluarga harus
mengetahui jadwal minum obat
antihipertensi secara mandiri atau teratur
37 6,5 28,3 28,3
7 Memperoleh informasi yang cukup
tentang hipertensi dan cara
pengobatannya penting agar maksimal
penyembuhanya
54,3 15,2 23,9 6,5
8 Pengobatan antihipertensi dapat dibeli
sendiri di apotek, tanpa perlu resep dokter
28,3 15,2 0 56,5
Sumber: Data Primer (2016)
61
Pada table 17 dapat diketahui sebaran jawaban responden pada
indikator konsumsi obat hipertensi secara teratur yang terburuk ada pada
item (8) di amna sebagian besar responden menyatakan sangat setuju
(56,5%) jika pengobatan antihipertensi dapat dibeli sendiri di apotek tanpa
perlu resep dokter. Sementara itu item terbaik ada pada item (5) di mana
sebagian besar responden menyatakan sangat setuju (17,4%) dan setuju
(39,1%) jika obat antihipertensi mempunya efek samping sering buang air
kecil dan mual.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini seluruh responden diketahui telah berusia lansia
dengan rentang usia yang dominan pada usia 60-74 tahun (60,9%). Proporsi
jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada penelitian ini juga terbagi rata
dengan persentase masing-masing sebesar 50%.
Persentase responden berjenis kelamin perempuan yang setara dengan
persentase responden berjenis kelamin laki-laki pada penelitian ini setara
dengan teori yang dikemukakan oleh Soeharto (2005) yang mengemukakan
bahwa sebelum berusia 50 tahun, laki-laki memiliki resiko hipertensi dan
gangguan kardiovaskular 2 kali lebih tinggi pada perempuan. Namun setelah
melewati usia 50 tahun, perempuan memiliki resiko hipertensi yang sama
tingginya dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan setelah menopause perempuan
mengalami defisit estrogen dan kehilangan efek protektif estrogen pada
pembuluh darah.
Pada penelitian ini sebagian besar responden diketahui memiliki tekanan
darah pada kategori hipertensi stadium 2 (60,9%). Hipertensi stadium 2 tidak
terjadi secara tiba-tiba melainkan perkembangan mulai dari pre-hipertensi
hingga stadium 1 kemudian stadium 2. Perkembangan hipertensi dari kondisi
pre-hipertensi sampai stadium 2 hipertensi menunjukkan kontrol tekanan
darah yang kurang oleh responden.
62
Berdasarkan rekomendasi JNC VII, kondisi pre-hipertensi dan stadium 1
hipertensi belum membutuhkan konsumsi obat hipertensi secara rutin dengan
pertimbangan penegakan diet hipertensi dan perubahan gaya hidup pasien.
Sementara itu pasien hipertensi di atas hipertensi stadium I wajib
mendapatkan konsumsi obat hipertensi rutin (Ram, 2014).
2. Persepsi Perilaku Self-Care Pada Lansia dengan Hipertensi
Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki persepsi perilaku
self-care pada lansia dengan hipertensi yang baik (43,5%). Akan tetapi masih
ditemukan 32,6% responden dengan perilaku self-care pada lansia dengan
hipertensi yang kurang.
Diantara empat indikator yang diteliti, indikator yang terburuk adalah
indikator persepsi kepatuhan minum obat dengan persentase persepsi perilaku
kurang mencapai 56,5%. Indikator terburuk kedua adalah indikator
manajemen stress dengan persentase persepsi perilaku kurang mencapai 50%.
Pada kedua indikator sisanya yakni indikator aktivitas fisik dan diet hipertensi
persepsi perilaku kurang pada setiap indikator masing-masing hanya sebesar
32,6%.
a. Persepsi Aktivitas Fisik
Hasil penelitian menunjukan 50% responden memiliki persepsi yang
baik terkait aktivitas fisik. Sebanyak 45,7% responden setuju jika olahraga
dapat meningkatkan kualitas tidur lebih baik dan dapat meningkatkan
kemandirian seseorang sehingga kesehatan tubuh jadi bugar. Akan tetapi
63% responden tidak setuju jika aktivitas fisik sangat mempengaruhi
tekanan darah. Selain itu banyak responden yang juga tidak setuju jika
melakukan aktivitas rutin bermanfaat bagi kesehatan (63%).
Olahraga teratur pada penderita hipertensi merupakan bagian dari
kontrol tekanan darah dengan melakukan olahraga ringan secara teratur
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi pendek antara 30 sampai
45 menit. Olahraga ringan memacu vasokonstriksi atau pelebaran
pembuluh darah yang dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga
meningkatkan kualitas tidur karena olahraga melepaskan senyawa
63
neurotransmitter serotonin yang merupakan hormon kelelapan tidur. Saat
kita berolahraga, tubuh juga memproduksi hormone beta-endorfin yang
dapat meredakan stres (Kowalski, 2008).
Adanya persepsi perilaku yang keliru pada responden penelitian ini
kemungkinan terkait dengan adanya anggapan umum bahwa olahraga
justru dapat meningkatkan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah saat
berolahraga memang dapat terjadi jika tubuh tidak pernah berolahraga
kemudian dipaksa untuk berolahraga atau beraktivitas secara drastis dan
bukan bertahap. Orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal
tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin
besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan
darah sehingga serangan hipertensi dapat terjadi (Kartikasari, 2012).
Serangan mendadak hipertensi karena olahraga atau aktivitas berat
secara mendadak tersebut disebut exercised-induced hypertension.
Serangan tersebut dapat berdampak pada kejadian serangan jantung dan
mortalitas pada pasien hipertensi. Aktivitas fisik tiba-tiba memang dapat
menyebabkan pembekuan darah pada orang dengan gaya hidup santai.
Sebaliknya pada orang dengan gaya hidup aktif, kecenderungan
pembekuan platelet darah sangat kecil, akrenanya diperlukan aktivitas
yang teratur secara bertahap (Schultz dkk., 2012). Guna menghindari
serangan hipertensi mematikan, diperlukan olahraga yang teratur bukan
justru dengan menghindari olahraga. Studi epidemiologi membuktikan
bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi dengan
menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi
(Kartikasari, 2012).
64
b. Persepsi Diet Hipertensi
Sebanyak 50 % responden mempunyai persepsi yang baik tentang diet
hipertensi. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang setuju bahwa
daging dan jeroan dapat meningkatkan tekanan darah dan 50% responden
percaya bahwa konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah. Selain itu 80,5% responden yang setuju jika konsumsi
kalium menurunkan tekanan darah. Namun berdasarkan indikator persepsi
diet hipertensi yang lain masih terdapat respon dan yang tidak setuju
apabila konsumsi protein, makanan rendah kalori dan tinggi serat
menurunkan dapat tekanan darah. Hal ini menunjukan bahwa masih
terdapat hal-hal yang kurang dipahami oleh responden terkait dengan diet
hipertensi.
Persepsi diet hipertensi yang kurang sesuai pada penelitian ini
menunjukkan kurangnya pengetahuan diet hipertensi dan perlunya upaya
promosi kesehatan untuk menengakan diet hipertensi di antara responden
penelitian. Persepsi diet hipertensi yang kurang pada penelitian ini juga
menjadi bukti upaya preventif yang kurang dilakukan oleh Puskesmas
Pembantu Caturharjo dan kader-kader kesehatan lansia.
Pada penderita hipertensi, konsumsi kolestrol perlu dibatasi karena
kolesterol yang tinggi dapat memblokade arteri, menyebabkan
penumpukan sehingga meningkatkan tekanan darah. Sumber kolesterol
terbesar adalah makanan-makanan yang merupakan sumber protein
hewani seperti daging dan jeroan (Kowalski, 2008). Pembatasan kalori
pada pasien hipertensi juga diperlukan karena kalori berkorelasi dengan
metabolism glukosa. di mana terjadi penurunan konsentrasi insulin plasma
dan konsentrasi norepinefrin. Dengan demikian asupan kalori bertanggung
jawab pada penurunan tekanan darah (Eliahou dkk., 2012). Selain kalori,
garam juga bertanggung jawab terhadap peningkatan tekanan darah.
karena kadar garam dalam tubuh yang tinggi menyebabkan keseimbangan
cairan tubuh terganggu sehingga terjadi retensi natrium dan air dala
65
jaringan tubuh (edema) yang meningkatkan tekanan darah (Kowalski,
2008).
c. Persepsi Manajemen Stress
Sebanyak 50 % responden pada penelitian ini mempunyai persepsi
yang kurang tentang menejemen stress hal ini terlihat pada indikator
managemen stress di mana banyak responden tidak setuju jika beban kerja
tinggi menimbulkan stress (56,5%), tidak setuju jika bercerita atau
mengungkap masalah dapat mengurangi beban pikiran (67,4%) dan
responden juga tidak setuju jika refreshing dapat menghilangkan stress
(56,5%). Selain itu banyak responden juga tidak setuju jika stress (39,1%)
serta rasa takut dan marah (58,7%) dapat meningkatkan tekanan darah.
Stres, takut dan kecemasan meningkatkan kecepatan denyut jantung
dan kebutuhan akan suplai darah sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah. Oleh karenanya segala macam bentuk emosi negatif perlu dikelola
dengan baik. Refreshing, bercerita, mendengarkan musik atau segala jenis
aktivitas yang dapat membuat tubuh menjadi rileks pada dasarnya adalah
mekanisme koping bagi emosi negative. Tubuh yang rileks akan
menghasilkan homon beta-endorfin yang meregulasi kebahagiaan dengan
menurunkan hormon-hormon emosi negatif (Kowalski, 2008).
Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh
setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu seperti
dampak: fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan spiritual. Usia lanjut
memiliki hubungan dengan stres sedangkan stres itu sendiri menyebabkan
penurunan kualitas hidup pada lansia (Mardiana, 2014).
66
d. Persepsi Konsumsi Obat Hipertensi Secara Teratur
Hasil penelitian menunjukan 56,5% responden memiliki persepsi yang
kurang konsimsi obat hipertensi secara teratur pada indikator konsumsi
obat hipertensi secara teratur, dijumpai persepsi perilaku self-care yang
kurang di mana banyak responden setuju jika pengobatan antihipertensi
dapat dibeli sendiri di apotek tanpa perlu resep dokter (56,5%), tidak
setuju jika minum obat secara teratur dapat mengontrol tekanan darah
(43,5%) dan setuju jika obat hipertensi boleh tidak diminum jika tidak
nyaman (56,5%). Selain itu banyak responden juga setuju jika jadwal
minum obat tidak peril diketahui keluarga (43,5%).
Persepsi perilaku self-care yang kurang pada indikator ini
menunjukkan medication adherence yang kurang dari responden. Melihat
status hipertensinya yang sebagian besar berada pada kategori hipertensi
stadium 2 (60,9%) seharusnya responden pada penelitian ini sudah
membutuhkan konsumsi obat hipertensi secara rutin menurut pedoman
JNC VII. Penegakan diet hipertensi dan perubahan gaya hidup tidak lagi
menjadi penolong utama pada individu dengan hipertensi stadium II (Ram,
2014).
Pernyataan responden yang setuju membeli sendiri obat hipertensi di
apotek tanpa resep dokter pada penelitian ini menunjukkan adanya
pelanggaran praktik di mana obat hipertensi merupakan obat dengan resep
dokter yang tidak dijual bebas. Obat hipertensi membutuhkan peresepan
dokter karena obat hipertensi dapat memiliki efek diuretik (kekurangan
sodium dan cairan, tubuh lemas) serta efek alpha agonist (dehidrasi dan
mengantuk). Sementara itu pengabaian konsumsi obat antihipertensi dapat
menyebabkan darah pecah di ginjal, stroke, darah pecah di obat, serta
serangan jantung (Ram, 2014).
Medical adherence yang rendah pada responden juga dapat terjadi jika
melihat karakteristik usia responden yang seluruhnya berada di atas usia
60 tahun. Jeste dkk. (2013) dalam risetnya yang menguji hubungan antara
fungsi kognitif dengan kepatuhan pasien skizofrenia rawat jalan dalam
67
menjalani oral terapi menemukan bahwa pasien skizofrenia pada usia
dewasa akhir sampai lansia memiliki kecenderungan tidak mematuhi
terapi oral karena gangguan kognitif berupa demensia. Semakin tua usia
pasien, semakin tinggi skala dementia yang diperoleh, dan semakin tinggi
pula ketidakpatuhan pasien untuk mematuhi terapi oral.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan item kusioner tertutup, oleh karenanya data yang
digali hanya terbatas pada item kuesioner yang terbatas. Persepsi perilaku self-
care secara keseluruhan belum dapat disajikan pada penelitian ini. Masih
dimungkinkan adanya persepsi perilaku self-care yang tidak dapat disajikan pada
penelitian ini. Seperti merokok dan mengkonsumsi minuman alcohol.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Persepsi perilaku self-care pada lansia dengan hipertensi di Pedukuhan Medari
Gede Caturharjo Sleman memiliki persepsi perilaku self-care pada lansia
dengan hipertensi (43,5%). Akan tetapi masih ditemukan (32,6%) responden
dengan persepsi perilaku self-care pada lansia dengan hipertensi yang kurang.
2. Persepsi aktivitas fisik pada lansia dengan hipertensi di Pedukuhan Medari
Gede Caturharjo Sleman memiliki persepsi perilaku aktivitas fisik yang baik
(50%). Akan tetapi persentase persepsi perilaku aktivitas fisik yang kurang
pada penelitian ini juga cukup besar yakni mencapai (32,6%).
3. Persepsi diet hipertensi pada lansia dengan hipertensi di Pedukuhan Medari
Gede Caturharjo Sleman persepsi perilaku diet hipertensi yang baik (50%).
Akan tetapi persentase persepsi perilaku diet hipertensi yang kurang juga
cukup besar yakni mencapai (32,6%).
4. Persepsi managemen stress pada lansia dengan hipertensi di Pedukuhan
Medari Gede Caturharjo Sleman sebagian adalah kurang (50%).
5. Persepsi kepatuhan minum obat pada lansia dengan hipertensi di Padukuhan
Medari Gede Caturharjo Sleman memiliki persepsi kepatuhan minum obat
yang baik (37%) Akan tetapi masih ditemukan (56,5%) responden dengan
persepsi perilaku kepatuhan minum obat pada lansia dengan hipertensi yang
kurang.
68
69
B. SARAN
Saran yang dapat diajukan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Bagi lansia
Lansia disarankan untuk memperbanyak aktivitas fisik yang terkontrol secara
teratur, meningkatkan kepatuhan diet hipertensi dengan menghindari
konsumsi makanan yang mengandung garam tinggi dan protein hewani serta
meningkatkan konsumsi makanan rendah kalori, meningkatkan manajemen
stress dengan tidak bekerja berat, menceritakan masalah pada keluarga,
menghindari pikiran takut dan marah serta melakukan refreshing untuk
menghilangkan stress dan juga meningkatkan kepatuhan konsumsi obat
dengan memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan tidak mengkonsumsi
obat hipertensi tanpa peresepan dokter.
2. Bagi Keluarga
Keluarga disarankan untuk mengedukasi lansia agar memperbanyak aktivitas
fisik yang terkontrol secara teratur, meningkatkan manajemen stress dengan
tidak bekerja berat, menceritakan masalah pada keluarga, menghindari pikiran
takut dan marah serta melakukan refreshing untuk menghilangkan stress.
Keluarga juga disarankan untuk memfasilitasi lansia untuk meningkatkan
kepatuhan diet hipertensi dengan menyediakan makanan rendah garam, rendah
kalori dan tidak mengandung protein hewani serta membawa lansia untuk
memeriksakan diri ke dokter secara rutin.
3. Bagi Puskesmas Pembantu Caturhajo
Petugas puskesmas dan kader kesehatan lansia disarankan untuk mengedukasi
lansia mengenai manajemen hipertensi yang meliputi aktivitas fisik, diet
makanan, manajemen stress, dan kepatuhan medikasi oral antihipertensi.
4. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan kuesioner terbuka untuk
mendapatkan data gambaran persepsi perilaku self-care pada lansia dengan
hipertensi yang lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A.D., Annes Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan,
S.S. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2009
Anisah, C.(2010). Gambaran Pola makan pada penderita hipertensi yang
menjalani rawat inap di IRNA F RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
kabupaten Bangkalan Madura. D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yarsi Surabaya: Surabaya, Naskah di publikasikan via
journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/view/23
Anonim. (2007). Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan yang Dikelola oleh
Petani. . Diakses tanggal 27 Maret 2016.
Anonim.Hipertensi. Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan Komunitas, Primer. [cited 2014 Nov 10]. Available from:
http://www.scribd.com/doc/3498615/HIPERTENSI
PRIMER?autodown=doc.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva
Press.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta;
Rineka Cipta.
Arikunto, Suhardjono dan Supardi.(2008).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Azizah.L.M. (2011).Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta: Graha Ilmu
Bagong, S., (2005). Pendidikan Berbasis Komunitas: Prasyarat yang dibutuhkan
Edukasi. Volume 1. No. 1. Jakarta: Prenada Media Group
Bakri, S. dan Lawrence, G, S. (2008) Genetika Hipertensi. Medan: USU Press.
Bulpitt CJ, Fletcher AE, Thjis L, Staessen AJ, Antikainen R, Davidson C, Fagard
R, GilExtremera B, Jaaskivi M, O'Brien E, Palatini P, Tuomilehto J
(1999). Symptom reported by elderly patients with isolated systolic
hypertension: baseline data from the SYST-EUR Trial. Age Ageing
1999;28:15-22. Bumi Aksara
Callaghan, D.M . (2005) Healthy Behaviors, Self-Effikasi, Self-Care, and Basic
Contioning Factors in Older Adults. Journal of Community Health
Nursing. http://proquest.umi.com/pqdweb diakses tanggal 31 Mei
5:18:45 PM
Canadian Hypertension Education Program (2011), Recomendationt
Management of Hypertations by Nurses Caradiant Journal of
Cardiovaskular Nursing. http://web.ebscohost.com/nre diakses tanggal 2
juni 2016
Cicih, L.H.M,.(2011). Pembuatan Kebijakan Kesehatan. Jakarta: FKM UI.
Computindo
Darmojo, B dan Martono, H. (2006) . Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit
Dennis, C.M. (1997). Self Care Deficit Theory of Nursing: Concepts and
Applications. St. Louis: Mosby-Year Book, Inc.
Effendi, F.(2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas : teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Eliahou, H.E, Laufer, J., Shulman, L., Blau, A. (2012). Effect of Low-Calorie
Diets on the Sympathetic Nervous System, Body Weight, and Plasma
Insulin in Overweight Hypertension. Am J Clin Nutr 56(1): 175-178.
Ellison, S. (2008) Self care & Dependent Care Nursing, The Official Journal of
the International Orem
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Fitzpatrick, J.J. & Whall, A.L. (1989). Conceptual models of nursing: Analysis
and Application.(2nd Ed.). Norwalk: Appleton & Lange
George, J.B. (1995). Nursing theorist the Base for Professional Nursing Practice.
California ; Apleton &Lange
Gerungan, W.A. (2010).Psikologi Sosial.Bandung (edisi revisi
III):PT.RefikaAditama
Grando, V.T. (2005). A Self care Deficit nursing theory practice model for
advance practice. Journal of the International Orem Society. Vol 13(1) ;
4-8
Hapsah, dkk. (2008). Analisis Teori Dorothea Orem ”Self-Care Defisit”. Dibuka
pada tanggal 19 Juni 2016 dari http://www.scribd.com/.
Hardywinoto dan Setiabudhi, T. (2005). Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia
Hayes, M. K. (2010). Influence of Age and Health Behaviors on Stroke Risk:
Lesson from Longitudinal Studies. National Institutes of Health. October
2010. 58 (Suppl 2): S325-S328
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat.A.A.(2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, Jakarta
Salemba Medika.
https://ksghrasyidamedan.blogspot.co.id/2012/04/gizi-pada-lansia-lanjut-usia-
dengan.html di akses 23 kuli 2016
Jestem S.D., Patterson, T.L., Palmer, B.W., Dolder, C.R., Goldman, S., Jeste, S.V.
(2013). Cognitive Predictors of Medication Adherence Among Middle
Aged and Older Outpatient with Schizophrenia. Schizophr Res 63(1):
49-58.
Joewono, B. S. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga University
Press
Kaplan NM. (1998) Measurement of Blood Pressure and Primary Hypertension :
Pathogenesis in Clinical Hypertension. Baltimore, Maryland USA:
Williams & Wilkins;
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., (2010). Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Perilaku
Kartikasari, AN. (2012). Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa
Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Laporan Hasil Penelitian Karya
Tulis Ilmiah
http://eprints.undip.ac.id/37291/1/AGNESIA_NUARIMA_G2A008009_
LATI. pdf.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) Profil Kesehatan
Indonesia.2010 Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2011
[Diakses pada 12 Januari 2016]. Available from URL: HIPERLINK
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_I
NDO NESIA.pdf
Kotchen TA, McCarron Da.(1998) Dietary electrolytes and blood pressure a
statement for healthcare professionals from the American Heart
Association Nutrition Committee. Circulation 1998;98:613-7.
Kowalski, R.E. (2008). Terapi Hipertensi. Bandung: Mizan.
Kozier, B. (1997). Professional Nursing Practice: Concepts and Perspective. (3th
Ed.). Philadhelpia: Addison Esley.
Lam Murni BR Sagala (2009). Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh
Keluarga suku batak dan suku jawa di kelurahan LAU CIMBA
KABANJAHE
Lee, H., Ahn, S., Kim.Y,(2009). Self care, self effiecacy and glikemic control of
corean. Asian Nursing Research, 3,139-146
Lumbantobing, (2008). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Malik Medan, Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor
2, November 2007
Mardiana (2014). Hubungan antara tingkat stress lansia dan kejadian hipertensi
pada lansia di RW 01 Kunciran Tanggerang. Universitas Esa Unggul,
Jakarta
Marliani L. (2007). 100 Questions & Answers Hipertensi. Jakarta : Elex Media
Martuti. (2009). Merawat dan Menyembuhkan Hipertensi. Bantul : Kreasi
Wacana.
Maryam, S.,dkk. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika. http://eprints.ums.ac.id/36784/6/BAB%20II.pdf
Mubarak, W.I. (2008). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2 dan Teori
Mugie (2009), Hipertensi pada lansia, kontrol ketat dan cegah komplikasi,
diakses 23 juli 2016, http://budhidharma.depsos.go.i d/modules
Mursiany,A,dkk (2013). Gambaran penggunaan obat dan kepatuhan
mengkonsumsi obat pada penyakit hipertensi di instalasi rawat jalan
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan tahun 2013, Pekalongan, Naskah
dipublikasikan http://jurnal.unikal.ac.id/index.php/pena/article/view/147
Murwani, A & Wawan, P (2010) Gerontik Konsep Dasar dan Asuhan
Keperawatan Home Care dan Komunitas, Yogyakarta: Fitramaya
National Intervention (1999) Cooperative Study in Elderly Hypertensives Study
Group (NICS-EH). Randomized double-blind comparison of a calcium
antagonist and a diuretic in elderly hypertensives. Hypertension
1999;34:1129-33.
Nina Waaler. (2007). It s Never Too Late: Physical Activity and Elderly People.
Norwegian Knowledge Centre for the Health Services Oleh Rachma
Laksmi Ambardini Staf pengajas FIK, Universitas Negri Yogyakarta.
Notoadmodjo,S., (2007). Kesehatan Masyarakat ilmu dan Seni Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Nugroho, Wahyudi (2008), Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi ke 3
Jakarta: EGC
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Nursalam (2013). Konsep dan Metode Penelitian ilmu Keperawatan, Pedoman
skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.
Orem, D. E., (1985). Nursing : Concept of practice. (3rd Ed.). New York :
McGraw-Hill.
Orem, DE (2010). Nursing Concept of Practice. St Louis : Mosby Company
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi: 4. Jakarta: EGC.
Psikiatri Klinis. (2010) Tangerang (Indonesia) : Binarupa Aksara.
Pudiastuti, 2013. Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Penerbit Indeks.
Jakarta: Pustaka Utama
Ragot S., Sosner P., Bouche G., Guillemain J., & Herpin D. (2005). Appraisal of
the Knowledge of Hypertensive Patients and Assessment of the Role of
the Pharmacists in the Management of Hypertension: Results of a
Regional Survey. Journal of Human Hypertension,19, 577- 584.
Ram, C.V.S. (2014). Hypertension: A Clinical Guide. CRC Press, New York.
Richard, A. A., & Sha, K., (2011). Delineation of Self-Care and Associated
Concepts. J Nurs Scholarsh. 43(3). 255-264.
Rigaud AS, Forette B (1997). Hypertension in older adults. J Gerontol
;56A:M217-5. The progame Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. (1997)
The sixth of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure report (JNC-VI).
Arch Intern Med. 1997;157: 2413–2446
Robbins, Stephen. P. (2006). Perilaku Organisasi (alih bahasa Drs. Benjamin
Molan), Edisi Bahasa Indonesia, Klaten: PT Intan Sejati
Rudianto, Budi.F, (2013). Menaklukan hipertensidan diabetes. Yogyakarta :
Sakkhasukma S. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Sagala, Lam Murni Br. (2011) Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau
Cimba Kabanjahe [cited 2012 Feb 9]. p: 10-13. Available from:
http://repository.usu.ac.id/
Sari, L. P (2015). Hubungan Antara Perawatan Diri Lansia Dengan Konsep Diri
Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “ILOMATA” Kota
Gorontalo. Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG: Kota Gorontalo,
Naskah di publikasikan via
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/view/11266
Schultz, M.G., Otahal, P., Cleland, V.J., Blizzard, L., Marwick, T.H., Sharman,
J.E. (2012). Exercise Induced Hypertension, Cardiovascular Event and
Mortality in Patients Undergoing Exercise Stress Testing: A Systemactic
Review and Meta Analysis. Am J Hypertens 2693): 357-366.
Setiawan G.W, Herlina I.S.W dan Damajanty H.C.P. (2013). Pengaruh Senam
Bugar Lanjut Usia (Lansia) terhadap Kualitas Hidup Penderita
Hipertensi. Manado: Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Sihombing, H.C. (2009). Karakteristik Kasus Menopause Osteoporosis di
Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FK UI Tahun 2006-2008. Skripsi.
Jakarta; Universitas Indonesia.
Simanjuntak, P. (2007) Kemampuan Self care dan Gambaran Diri Pasien
Kolostomi di RSUP H. AdamSociety, Volume 16, No. 2, October 2008
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC.
Soeharto, I., (2005). Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner
Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soeharto, Imam. (2001). Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung
Koroner. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Stanley, M.,Blair, K.A.,Beare, P.G.(2005). Gerontological Nursing: Promoting
Successful Aging with Older Adults (3rd Ed).
Philadelphia:F.A.DavisCompany
Sudoyo, Aru W et al, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus: Simadibrata, Siti Setiati,
Sugiharto A. 2008. “Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat”.
Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.
Sugiyono (2011) Metode Penelitian Pendidikan, Bandung. Alfabeta
Suharnan, MS. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto, I. (2005). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Swan (2010). Management and quality of life for the patient. USA: Mosby
Company
Tapan, Erik. (2004). Penyakit Ginjal dan Hipertensi . Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Toha,M. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Udjianti, Wajan Juni (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba
Medika
Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
WHO. (2009) Toolkit for event organizer: World Healthy Day.
Wojtek Chodzo. (2000). The Active Aging Blueprint: a National Initiative for the
Promotion of Successful Aging . Departement of Kinesiology University
of Illinois, USA
Yanti (2008). Hubungan antara pengetahuan keluarga dengan komplikasi
hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Gamping 2 Sleman Yogyakarta. UMY, tidak di
publikasikan