27
Fraktur Tertutup Samuel Wosangara Billy NIM : 102012152, Kelompok: E7 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173, E-mail : [email protected] Skenario Seorang perempuan berusia 60 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan, setelah jatuh terduduk di kamar mandi dengan posisi tangannya menahan berat tubuhnya 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, tanda- tanda vital dalam batas normal. Tampak adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3 distal. Pada palpasi, teraba adanya penonjolan fragmen tulang pada bagian dorsal os radius 1/3 distal, nyeri tekan (+), tidak dapat digerakkan. Pendahuluan Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dalam kehidupan manusia, alat gerak tubuh yang melibatkan kerja sama dari tulang, 1 | Page

Fraktur Tertutup

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jj

Citation preview

Page 1: Fraktur Tertutup

Fraktur Tertutup

Samuel Wosangara Billy

NIM : 102012152, Kelompok: E7

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6

Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173, E-mail : [email protected]

Skenario

Seorang perempuan berusia 60 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri

pada lengan bawah sebelah kanan, setelah jatuh terduduk di kamar mandi dengan posisi

tangannya menahan berat tubuhnya 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital

dalam batas normal. Tampak adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3

distal. Pada palpasi, teraba adanya penonjolan fragmen tulang pada bagian dorsal os radius 1/3

distal, nyeri tekan (+), tidak dapat digerakkan.

Pendahuluan

Latar Belakang

Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dalam kehidupan manusia, alat gerak tubuh

yang melibatkan kerja sama dari tulang, sendi, saraf, dan otot merupakan hal yang sangat

dibutuhkan untuk mendukung dan membantu aktivitas. Akan tetapi, dalam menjalankan aktivitas

sehari-hari, gangguang-gangguan terhadap alat gerak tubuh tersebut juga sering terjadi.

Gangguan yang tidak asing lagi ditemui terhadap alat gerak tubuh melibatkan tulang

adalah terjadinya fraktur pada tulang. Fraktur sendiri adalah terputusnya keutuhan tulang yang

umumnya disebabkan akibat trauma. Fraktur tulang ini digolongkan sesuai jenis dan arah garis

fraktur.

1 | P a g e

Page 2: Fraktur Tertutup

Rumusan Masalah

Dalam skenario yang dibahas dalam karya ilmiah ini, terdapat suatu masalah. Masalah

yang terdapat dalam karya ilmiah ini adalah adanya seorang perempuan berusia 60 tahun

mengalami nyeri pada lengan bawah sebeblah kanan setelah jatuh terduduk dengan posisi

tangannya menahan berat tubuhnya. Pada pemeriksaan fisik, tanda - tanda vital nomal. Pada

perempuan ini juga tampak adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3

distal. Dan pada palpasi teraba adanya penonjolan fragmen tulang pada bagian dorsal os radius

1/3 distal, nyeri tekan (+) dan tidak dapat digerakkan.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan evaluasi yang membuat

pembaca karya ilmiah ini mengetahui mengenai apa itu fraktur berdasarkan jenisnya dan proses

mekanismenya, serta mengetahuinya melalui amnanesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang, dan diagnosa. Karya ilmiah ini juga memberikan evaluasi mengenai terapi,

prognosis, komplikasi, dan pencegahan sehingga dapat memberikan pelajaran yang berguna dan

menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

2 | P a g e

Page 3: Fraktur Tertutup

Rumusan Masalah h.2

Kalsifikasi Fraktur

Amnanesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis

Patofisiologi

Terapi

Komplikasi

Pencegahan

Prognosis

Analisa Masalah

types of bone fractures

Hipotesis

Masalah yang dialami perempuan tersebut dapat diakibatkan oleh faktor usia.

3 | P a g e

Page 4: Fraktur Tertutup

Isi

Fraktur

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang atau patahnya tulang. Fraktur bisa bersifat

patahan sebagian atau patahan utuh pada tulang yang paling sering disebabkan oleh trauma.

Fraktur sering terjadi pada anak-anak. Fraktur bisa mengkhawatirkan jika terjadi kerusakan pada

lempeng pertumbuhan, yaitu area tulang tempat pertumbuhan terjadi karena kerusakan pada area

ini bisa menyebabkan pertumbuhan yang tidak teratur atau pemendekan tulang. Fraktur juga bisa

melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya. Namun tulang anak - anak

lebih mudah pulih setelah fraktur dibandingkan tulang orang dewasa. Tulang anak - anak juga

memiliki lebih banyak pembuluh darah serta lapisan pelindung yang lebih tebal dan kuat yang

mengandung lebih banyak sel-sel pembentuk tulang daripada tulang dewasa.1

Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan apabila tulang

lemah atau tulang sendi sudah ada kelainan. Hal ini disebut sebagai fraktur patologis. Fraktur

patologis sering terjadi pada lansia yang mengalami osteoporosis atau individu yang mengalami

tumor tulang, infeksi, atau penyakit lain.1

Sedangkan beberapa fraktur lainnya dapat terjadi akibat fraktur stres yang terjadi pada

tulang normal akibat stres tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stres juga

disebut sebagai fraktur keletihan (fatigue fracture). Fraktur stres paling sering terjadi pada

individu yang melakukan olahraga daya tahan seperti pelari jarak jauh.1

Gejala klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, hilangnya fungsi, tanda –

tanda inflamasi yang berupa nyeri akut dan berat, pembengkakan local, merah / perubahan

warna, dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai juga dengan deformitas,

dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan, serta krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada

ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi),

pseudoartrosis dan gerakan abnormal. Selain itu ada juga tanda – tanda yang tidak pasti, yakni

oedem, nyeri (nyeri gerak dan nyeri sumbu), dan memar.2

4 | P a g e

Page 5: Fraktur Tertutup

Kalsifikasi Fraktur

Fraktur pada tulang terdapat 4 jenis yaitu fraktur tertutup, terbuka, complete, dan

incomplete. Namun terdapat juga beberapa jenis khusus fraktur berdasarkan bentuk garis patah,

jumlah garis patah, dan bergeser atau tidaknya bergeser.3

I. Fraktur tertutup atau fraktur sederhana tidak merusak atau menembus kulit diatasnya.

II. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak atau menembus kulit diatasnya, sehingga

terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

III. Fraktur komplit adalah fraktur tulang dimana terjadi fraktur pada seluruh garis tengah

tulang dan biasanya mengalami pergeseran

IV. Fraktur tidak lengkap adalah fraktur dimana tempat terjadinya fraktur hanya terjadi

pada sebagian dari garis tengah tulang.

Gambar 1. Jenis-Jenis Fraktur4

5 | P a g e

Page 6: Fraktur Tertutup

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma, fraktur

dapat dibagi menjadi 5 antara lain:3

I. Garis patah melintang : trauma angulasi atau langsung

II. Garis patah oblique : trauma angulasi

III. Garis patah spiral : trauma rotasi

IV. Fraktur kompresi : trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa

V. Fraktur Avulsi : trauma tarikan atau traksi otot pada tulang

6 | P a g e

Page 7: Fraktur Tertutup

Gambar 2. Jenis-Jenis Fraktur Berdasarkan Bentuk Garis Patah Tulang3

Berdasarkan jumlah garis patah fraktur dapat dibagi menjadi 3 antara lain:3

I. Fraktur kominutif

Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

II. Fraktur segmental

Garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula

fraktur bifokal.

III. Fraktur multipel

Garis patah yang terjadi lebih dari satu, tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya.

Gambar 3. Jenis-Jenis Fraktur Berdasarkan Jumlah Garis Patah3

7 | P a g e

Page 8: Fraktur Tertutup

Berdasarkan bergeser atau tidak bergeser, fraktur dibedakan menjadi fraktur undisplace

atau fraktur yang tidak bergeser, dimana garis patah komplit namun kedua fragmen tidak

bergeser. Sedangkan fraktur displace atau fraktur bergeser terjadi pergeseran fragmen-fragmen

fraktur yang juga disebut sebagai dislokasi fragmen.3

Anamnesis

Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan

antara seorang dokter dengan pasiennya, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kondisi

pasien dan untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Jenis anamnesis

yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis dapat dilakukan

jika pasien berada dalam keadaan sadar. Sedangkan bila pasien tidak sadar, maka dapat

dilakukan alloanamnesis yang menyertakan kerabat terdekatnya yang mengikuti perjalanan

penyakitnya.5

Anamnesis sendiri terdiri dari beberapa pertanyaan yang dapat mengarahkan kita untuk

dapat mendiagnosa penyakit apa yang diderita oleh pasien. Pertanyaan tersebut meliputi:6

a. Identitas

Menanyakan nama, umur, dan jenis kelamin pemberi informasi (misalnya adalah pasien,

keluarga, dll)

b. Keluhan utama

Pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapi yang

membawanya untuk datang berobat ke dokter. Berdasarkan skenario7, diketahui bahwa

keluhan utama pasien adalah nyeri pada lengan bawah sebelah kanannya setelah jatuh di

kamar mandi 2 jam yang lalu.

c. Riwayat penyakit sekarang (RPS)

Menjelaskan penyakit berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, waktu (kapan

penyakitnya dirasakan, faktor – faktor apa yang membuat penyakitnya membaik /

memburuk, apakah keluhan konstan / hilang timbul. Informasi harus dalam susunan yang

8 | P a g e

Page 9: Fraktur Tertutup

kronologis, termasuk test diagnostic yang dilakukan sebelum kunjungan pasien). Riwayat

penyakit dan pemeriksaan apakah ada demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,

mual, muntah, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada

skenario didapatkan status lokalis region femur dekstra tampak adanya edema, hematom,

deformitas, posisi abduksi dan sedikit eksorotasi, palpasi teraba fragmen tulang, terdapat

nyeri tekan dan terdapat nyeri gerak.

d. Riwayat penyakit dahulu (RPD)

Pernahkah pasien mengalami gejala yang sama sebelumnya.

e. Riwayat keluarga

Menanyakan umur, status anggota keluarga (hidup/meninggal), dan apakah ada masalah

kesehatan pada anggota keluarga.

f. Riwayat psychosocial (sosial)

Stressor (lingkungan kerja / sekolah, tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup (makan –

makanan sembarangan / tidak.

Dalam melakukan anamnesis riwayat penyakit sekarang, hal yang perlu ditanyakan pada

pasien yang datang dengan keluhan pada ekstremitasnya adalah:

- Riwayat penyebab, seperti menanyakan bagaimana kejadiannya sehingga mengalami

keluhan utama

- Sejak kapan terjadinya

- Dimana letak traumanya

- Gerakan apa saja yang tidak dapat dilakukan setelah kejadian terjadi

- Apakah ada tempat lain yang mengalami nyeri

- Bagaimana kesadarannya ketika kejadian sedang terjadi

- Gejala lain yang muncul seperti demam, bengkak, dan lain-lain

- Keluhan lain yang dirasakan pasien

Pemeriksaan Fisik

9 | P a g e

Page 10: Fraktur Tertutup

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis

memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat

dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan

diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Pemeriksaan fisik keadaan umum di mulai dengan

pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernapasan.

Namun pada melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa fraktur, diperlukan juga

pemeriksaan status lokalis.7

Pada saat melakukan pemeriksaan status lokalis, yang perlu dilakukan adalah look, feel, dan

move. Ketika melakukan look atau melihat, kita dapat mendapatkan apakah adanya deformitas

dan fungsio laesa. Sedangkan ketika melakukan feel kita bisa melihat apakah terdapat nyeri tekan

dan nyeri sumbu. Dan yang terakhir ketika melakukan move, kita dapat melihat apakah ada

krepitasi, nyeri ketika digerakkan, memeriksa seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, dan

gerakan yang tidak normal.3

Berdasarkan skenario yang terdapat pada karya ilmiah ini, pada pemeriksaan fisik didapatkan

bahwa pasien perempuan berusia 60 tahun ini memiliki tanda-tanda vital yang normal,

kesadarannya compos mentis, keadaan umumnya sakit berat, mengalami deformitas pada regio

antebrachii dextra, edema, nyeri tekan, penonjolan fragmen tulang, dan tidak dapat digerakkan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dapat membantu dokter untuk

menyingkirkan diagnosis pembanding, untuk menegakkan diagnosis, maupun untuk memilih

terapi yang tepat untuk dijalankan oleh pasien. Dalam memilih pemeriksaan penunjang, dokter

haruslah bijaksana dan haruslah mempertimbangkan berbagai faktor yang terlibat, selain itu

pemeriksaan penunjang yang akan di jalankan oleh pasien haruslah informative untuk dokter

tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh pasien tersebut adalah

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi antara lain:2,8

I. Pemeriksaan laboratorium

10 | P a g e

Page 11: Fraktur Tertutup

Pemeriksaan laboratorium yang mungkin dapat dilakukan pada fraktur adalah analisa

cairan sendi, dan BMD untuk mengetahui faktor resiko terjadinya fraktur.

II. Pemeriksaan radiologi

Roentgen

Foto roentgen harus memenuhi beberapa syarat antara lain adalah:

Letak patah tulang di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat

secara tegak lurus

Dibuat 2 lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus

Pada tulang panjang, persendian proksimal dan distal harus turut difoto

Bila sanksi, buat foto anggota gerak yang sehat sebagai pembanding

Bila tidak diperoleh kepastian adanya kelainan, seperti fisura, sebaiknya foto

diulang setelah satu minggu karena daerah yang retak akan mengalami

hyperemia sehingga terlihat sebagai dekalsifikasi

CT scan.

Pemeriksaan khusus seperti CT scan kadang diperlukan misalnya dalam hal patah

tulang vertebra dengan gejala neurologis. CT scan biasanya penting untuk

memahami posisi semua fragmen fraktur pada fraktur intraartikular kompleks.

MRI

MRI digunakan untuk mengevaluasi jaringan lunak, fraktur akut, fraktur trauma,

cedera medulla spinalis, dan patologi intraartikular. MRI sekarang umum

digunakan untuk mendiagnosis fraktur akut yang tidak terbaca di film polos.

Arteriografi

Arteriografi penting dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan tidak ada

sendi yang rusak.

Diagnosa

11 | P a g e

Page 12: Fraktur Tertutup

Diagnosa pada skenario yang terdapat pada karya ilmiah dapat dibagi menjadi working

diagnosis dan differential diagnosis.

Working Diagnosis

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan terhadap pasien

pada skenario, diduga bahwa pada tubuh pasien terdapat adanya fraktur tertutup antebrachii

dextra distal 1/3. Jenis fraktur yang dialami pasien adalah fraktur tertutup, dimana fraktur ini

terjadi dan tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.

Fraktur dapat terjadi pada semua bagian tubuh dan salah satunya adalah fraktur antebrachii 1/3

distal yaitu suatu patah yang mengenai 1/3 bagian bawah tulang tulang tangan.3

Differential Diagnosis

Pada skenario yang terdapat pada karya ilmiah ini, sebelum ditemukan working

diagnosis, terdapat differential diagnosis yang diantaranya adalah colles fraktur, smith’s fraktur,

galeazzi fraktur dislokasi, dan barton fraktur.

I. Colles fraktur adalah fraktur atau patah yang terjadi pada metafisis distal radius.

Kebanyakan dijumpai pada penderita-penderita wanita > umur 50 tahun, karena tulang

pada wanita > 50 tahun mengalami osteoporosis post menopause. Biasanya colles fraktur

ini dialami oleh penderita jatuh terpeleset dan sedang tangan berusaha menahan badan

dalam posisi terbuka dan pronasi. Gejala klinik pada colles fraktur pada inspeksi bentuk

khas yang dapat dilihat seperti sendok makan. Gejala-gejala yang lain seperti lazimnya

gejala patah tulang yaitu adanya pembengkakan, nyeri tekan, dan nyeri gerak.

Pengobatan pada colles fraktur tanpa adanya dislokasi hanya diperlukan immobilisasi

dengan pemasangan gips sirkular below elbow selama 4 minggu. Sedangkan pada fraktur

colles yang disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Pada reposisi tertutup

dapat dilakukan dengan tindakan lokal anestesi atau dengan anestesi umum.3

II. Smith’s fraktur merupakan fraktur yang lebih jarang terjadi dibandingkan colles

fraktur. Smith’s fraktur ini banyak dijumpai pada penderita laki-laki muda. Smith’s

fraktur ini biasanya dialami oleh penderita jatuh, tangan menahan badan, sedang posisi

tangan dalam volar fleksi pada pergelangan tangan, pronasi. Garis patah biasanya

12 | P a g e

Page 13: Fraktur Tertutup

transversal, namun kadang-kadang intraartikular. Pengobatan yang dilakukan pada

smith’s fraktur adalah dilakukannya reposisi dalam anestesi lokal atau anestesi umum.

Setelah itu dimobilisasi dalam gips sirkulasi di bawah siku selama 4-6 minggu.3

III. Galeazzi fraktur dislokasi adalah fraktur radius 1/3 distal disertai dislokasi sendi radio

ulnar distal. Radius-ulna dihubungkan oleh jaringan yang kuat yaitu membran interosseus

sehingga apabila terjadi salah satu tulang yang patah, dan tulang yang patah tersebut

dislokasi, pasti disertai dislokasi sendi yang berdekatan. Fraktur ini biasanya terjadi pada

anak-anak muda laki-laki akibat jatuh dengan tangan terbuka menahan badan dan terjadi

pula rotasi. Hal ini menyebabkan patah pada radius 1/3 distal dan fragmen distal-

proksimal mengadakan angulasi ke anterior. Gejala klinik pada fraktur ini adalah adanya

tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan angan dapat

diraba tonjolan ujung distal ulna. Terapi yang dapat dilakukan pada fraktur ini adalah

dilakukannya reposisi tertutup. Bila hasilnya baik, maka dilakukan immobilisasi dengan

gips sirkular di atas siku, dipertahankan selama 4-6 minggu. Jika hasil reposisi kurang

baik, maka diperlukan tindakan operasi reposisi terbuka dengan internal fiksasi.3

IV. Barton fraktur adalah fraktur yang terjadi akibat terjatuh dengan tangan terentang.

Fraktur oblique intraartikular ini mengenai tepi dorsal radius bagian distal. Terkadang hal

ini juga ada kaitannya dengan dislokasi persendian pergelangan tangan. Bila fraktur

mengenai permukaan volar radius bagian distal, fraktur ini disebut sebagai kebalikan

fraktur barton.3

Patofisiologi

Ketika tulang patah atau fraktur akan mengakibatkan terpajannya sum-sum tulang atau

pengaktifan saraf simpatis yang mengakibatkan tekanan dalam sum-sum tulang, sehingga

merangsang pengeluaran katekolamin yang yang akan merangsang pembebasan asam lemak

kedalam sirkulasi yang menyuplai oragan, terutama organ paru sehingga paru akan terjadi

penyumbatan oleh lemak tersebut maka akan terjadi emboli dan menimbulkan distress atau

kegagalan pernafasan. Trauma yang menyebabkan fraktur (terbuka atau tertutup) yang

mengakibatkan perdarahan terjadi disekitar tulang yang patah dan kedalam jaringan lunak

13 | P a g e

Page 14: Fraktur Tertutup

disekitar tulang tersebut dan terjadi perdarahan masif yang bila tidak segera ditangani akan

menyebabkan perdarahan hebat, terutama pada fraktur terbuka (shock hypopolemik).9

Perdarahan masif pada fraktur tertutup akan meningkatkan tekanan dalam suatu ruang

diantara tepi tulang yang fraktur sehingga menyebabkan oedema yang akan menekan pembuluh

darah dan saraf disekitar tulang yang fraktur sehingga terjadi sindrom kompartemen. Dengan

adanya sindrom kompartemen, warna jaringan menjadi pucat, sianosis, nadi lemah, mati rasa,

dan nyeri hebat. Perdarahan masif ini juga dapat menyebabkan terjadinya hematoma pada tulang

yang fraktur yang akan menjadi bekuan fibrin yang berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya

sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera teransang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut

sebagai kalus. Bekuan fibrin direabsorbsi sel-sel tulang baru secara perlahan dan mengalami

remodeling atau pembentukan tulang sejati. Tulang sejati ini nanti akan menggantikan kalus dan

secara perlahan-lahan mengalami kalsifikasi menjadi tulang yang matur.9

Namun secara fisiologis, tulang mempunyai kemampuan untuk menyambung sendiri

setelah patah tulang. Proses penyambungan tulang pada setiap individu berbeda-beda. Faktor-

faktor yang mempengaruhi penyambungan tulang adalah usia pasien, jenis fraktur, lokasi fraktur,

suplai darah, dan kondisi medis yang menyertainya.9

Terapi

Pada kasus fraktur, pasien akan merasakan sakit terutama jika fraktur hebat. Terkadang

rasa sakit tersebut tidak tertahankan sehingga perlu dibantu dengan obat-obatan analgesic seperti

dari golongan NSAID. Pada trauma berat, sangat mungkin untuk diberikan obat analgesic

golongan opioid. Selain itu untuk membantu mempercepat pemulihan tulang dibantu dengan

banyak mengkonsumsi kalsium dan vitamin D baik dari makanan maupun suplemen tambahan.10

Pengobatan pada fraktur dibagi menjadi dua yaitu terapi konsevatif atau operatif. Tujuan

dari terapi ini adalah untuk mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu

sesingkat mungkin.3

14 | P a g e

Page 15: Fraktur Tertutup

I. Terapi konservatif

Proteksi

Untuk fraktur dengan kedudukan yang baik.

Imobilisasi saja tanpa reposisi

Pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan

kedudukan yang baik.

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Melakukan reposisi dengan anestesi umum atau anestesi lokal dengan

menyintikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen distal

dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan

dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips.

Traksi

Traksi dapat digunakan pada fraktur untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi

hingga sembuh atau dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak

dapat dipakai traksi kulit. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban

<5kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai

sebagai traksi definitif, bilaman tidak dapat diteruskan dengan imobilisasi

gips. Untuk orang dewasa, traksi definitif harus traksi skeletal berupa

balanced traction.

II. Terapi operatif

Reposisi terbuka dan fiksasi interna

Reposisi tertutup dan fiksasi eksterna

Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikut fiksasi interna

Excisional arthroplasty

Eksisi fragmen dan pemasangan endoprostesis

15 | P a g e

Page 16: Fraktur Tertutup

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur dapat muncul pada saat penyembuhan

fraktur, komplikasi yang muncul dini, dan komplikasi lanjut.3

I. Komplikasi penyembuhan fraktur

Malunion

Fraktur sembuh dengan deformitas (angulasi, perpendekan, atau rotasi).

Delayed union

Fraktur sembuh dalam jangkat waktu yang lebih dari normal

Nonunion

Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebut sebagai psuedartrosis.

Disebubt nonunion bila tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Pada fraktur

dengan kehilangan fragmen sehingga ujung-ujung tulang berjauhan, maka dari

awal sudah potensial menjadi nonunion dan boleh diberlakukan sebagai nonunion.

II. Komplikasi dini

Compartment syndrome

Lesi medula spinalis atau saraf perifer

Emboli lemak

III. Komplikasi lanjut

Kekakuan sendi / kontraktur

Diuse atrofi otot-otot

Malunion

Nonunion / infected nonunion

Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)

Osteoporosis post trauma

16 | P a g e

Page 17: Fraktur Tertutup

Pencegahan

Pencegahan agar tidak terjadinya fraktur adalah dengan menjaga atau berhati-hati dan

waspada ketika melakukan aktivitas serta mengkomsumsi sumber-sumber kalsium, antara lain:11

Kalsium, dapat membantu dalam memperkuat pembentukan tulang, membuat tulang jadi

padat dan tulang tetap sehat seiring kita bertambah usia. Kalsium adalah mineral yang

penting dalam hidup.

Vitamin K, berperan banyak dalam berbagai fungsi tubuh, tetapi penelitian ilmiah telah

menghubungkan nutrisi penting ini dengan kesehatan tulang. Studi yang berlangsung saat

ini mengindikasi bahwa vitamin K dapat mencegah penyerapan kembali dan masuknya

makanan secara cukup, dimana hal ini penting untuk mencegah kerapuhan tulang.

Vitamin D, selalu memainkan peranan penting dalam membangun dan melindungi

tulang. Vitamin D membantu daya serap kalsium, dan memiliki kandungan vitamin D

rendah memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Mereka juga memiliki

kecenderungan akan tulang rapuh seiring bertambahnya umur. Vitamin D secara alami

bisa diperoleh di dalam makanan tertentu saja (misal minyak ikan cod), tetapi juga dapat

memperolehnya dari sinar matahari, dan banyak makanan yang sudah diperkuat dengan

nutrisi.

Magnesium, memiliki banyak fungsi bagi tubuh, dan salah satunya adalah untuk

membuat tulang tetap kuat (50% dari tubuh magnesium ditemukan dalam tulang).

Memakan berbagai makanan dapat membantu untuk menjamin magnesium masuk ke

tubuh secara cukup. Wanita diatas 30 tahun harus memenuhi sekitar 320mg magnesium

setiap hari, sedangkan pria sekitar 400-420mg. Jumlah tersebut mudah didapatkan dengan

mengkonsumsi, kacang-kacangan seperti almond, kacang kedelai, gandum, dan sayuran

yang berwarna gelap seperti bayam.

Prognosis

Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur antebrachii, usia dan status kesehatan

individu serta adanya cedera secara bersamaan. Pada individu-individu di atas usia 60 dengan

fraktur antebrachii tertutup memiliki tingkat kematian 17%. Tingkat non-union adalah sekitar

17 | P a g e

Page 18: Fraktur Tertutup

1%. Masalah permanen dengan gaya berjalan mungkin terjadi, dan kecacatan/deformitas dapat

diakibatkan dari cedera lain yang berkelanjutan pada saat fraktur.9

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan skenario yang terdapat dalam karya ilmiah ini, dengan melakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan terhadap pasien, didapatkan bahwa pasien

mengalami fraktur pada regio antebrachii dextra 1/3 distal. Dalam penanganan fraktur perlu

diperhatikan prinsip reposisi dan imobilisasi supaya fungsi bagian yang patah dapat

menyambung kembali dan berfungsi dengan baik dan tidak terjadi komplikasi.

Daftar Pustaka

1. Corwin EJ. Sistem muskoskeletal. Buku Saku Patofisiologi. 3rd ed. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC; 2009.h. 335-52

2. Sabiston DC. Sabiston Textbook of Sugery : the biological basis of modern surgical

practice. 19th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2012.p.441, 480–91

3. Sapardan S, Simbardjo D. Orthopaedi. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang:

Binarupa Aksara; 2010.h. 457-83

4. Tambayang J. Gangguan fungsi muskoskeletal. Patofisiologi Untuk Keperawatan.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2000.h.124-5

5. Supartondo, Setiyohadi B. Anamnesis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 th ed. Jakarta:

Interna Publishing. 2009.h.25-7.

6. Gleadle J. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. At a Glance. Jakarta; Erlangga. 2005.h.12-

52.

7. Berman A, Snyder S, Kozer B, Erb G. Pengkajian kesehatan pada orang dewasa. Buku

Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 56-61

18 | P a g e

Page 19: Fraktur Tertutup

8. Ekayuda I. Trauma skelet. In: Sjahriar Rasad. Radiologi diagnostik. 2nd ed. Jakarta:

Badan Penerbit FKUI; 2011.h.31–2

9. Klippel JH. Primer on the rheumatic disease. Gout, Epidemiology, Pathology and

Pathogenesis. 12th ed. Atlanta: Arthritis Foundation; 2008.p. 307-24

10. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. 4th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. Hal. 904-6.

11. Freddy PW, Sulistia Gan. Analgesik antipiretik analgesik anti-inflamasi dan obat

gangguan sendi lainnya. Farmakologi. 5th ed. Jakarta: FKUI; 2007.h.230-46.

19 | P a g e