31
LAPORAN PRAKTIKUM ACARA I MENGENAL DAYA KECAMBAH Kelompok 6 Penanggung Jawab : Restu Tunjung Sari (A1M010007) Apriliana Kwelandari (A1M010020) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

FIX -Laporan Praktikum_Mengenal Daya Berkecambah

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMACARA IMENGENAL DAYA KECAMBAH

Kelompok 6Penanggung Jawab :Restu Tunjung Sari (A1M010007)Apriliana Kwelandari (A1M010020)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANILMU DAN TEKNOLOGI PANGANPURWOKERTO2011I. PENDAHULUANSetiap tumbuhan, baik tumbuhan yang digunakan sebagai hiasan atau untuk produksi pangan berawal dari sebuah benih. Benih adalah simbol dari suatu permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Benih dapat juga diartikan sebagai suatu jaminan bahwa benih yang dipergunakan memiliki kualitas yang baik. Namun demikian, kenyataan yang ada seringkali benih yang ada di pasaran memiliki kualitas yang kurang baik. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan para petani untuk mendapatkan benih-benih yang unggul serta memiliki viabilitas dan vigor yang baik. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam berbagai fenomena fisiologis maupun biokimiawi. Sedangkan yang dimaksud dengan vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal.Kualitas benih dapat ditafsirkan dengan beberapa cara, tergantung pada siapa dan bagaimana menafsirkannya. Tetapi penafsiran yang umum adalah bahwa kualitas benih harus mewakili penampilan kemampuan pada faktor-faktor seperti kebenaran varietas, persentase perkecambahan, persentase biji rumput-rumputan, kekuatan tumbuh, bebas dari hama dan penyakit serta kontaminan-kontaminan lainnya. Pada umumnya disetujui standar minimum sebagai dasar dari klasifikasi atau penuntun pengukuran untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas, kecuali bagi persentase biji rumput-rumputan, hama dan penyakit serta kontaminan-kontaminan pada benih. Kegagalan benih untuk mencapai satu atau lebih sifat-sifat tersebut diatas dapat dipandang bahwa benih tersebut berkualitas kurang baik.Daya tumbuh benih sangat penting untuk mengetahui kualitas benih dan merencanakan penanaman tanaman di lapang. Dengan mengetahui daya kecambah, maka dapat dilakukan perencanaan suatu usaha tani. Dengan demikian, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu, benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian. Tujuan pengujian benih ialah untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih, yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih.

II. TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas atau daya kecambah dan kecepatan berkecambah suatu benih.

III. TINJAUAN PUSTAKABerdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, benih didefinisikan sebagai: Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman. (Kuswanto, 1996).Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksudkan dengan benih adalah hasil perkembangbiakan secara generatif maupun vegetatif yang akan dipakai untuk memperbanyak tanaman atau dipakai untuk usaha tani. (Kuswanto1996).Benih yang ditanam harus baik dan bersih. Mutu fisiologis benih adalah salah satu unsur dari benih yang sehat. Kebersihan dan kemurnian benih sangat penting dalam rangka peningkatan produktivitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu :1. Karakteristik fisik, meliputi : kadar air, berat ukuran, unit berat tekstur, warna, kandungan benda asing dan bentuk.2. Karakteristik kimiawi, meliputi : komposisi, ketengikan (yang berhubungan erat dengan kandungan lemak bebas), odor, dan flavor.3. Karakteristik biologis, meliputi : daya kecambah serta tipe dan tingkat kerusakan oleh serangan hama dan penyakit maupun jamur.Prosedur yang harus dilakukan dalam rangka memenuhi tiga syarat di atas dapat dengan pengontrolan kondisi gudang, memberantas hama dan penyakit dan meningkatkan karakteristik fisik. Usaha meningkatkan karakteristik fisik dilakukan dengan jalan mengubah atau mempertahankan kadar air, membersihkan biji kacang dan benda-benda asing serta menyortirnya ke dalam beberapa fraksi. (Suprapto dan Sutarman, 1989).Secara umum, faktor fisik yang harus diperhatikan untuk menilai mutu benih, ialah :a. Benih yang bersih tidak bercampur dengan potongan-potongan tangkai yang kering, biji-bijian yang lain, debu dan lain-lain.b. Warna benih, dalam hal ini benih yang baik berwarna terang dan tidak kusam (mengkilat). Tidak terserang cendawan Ustilagoidea sp. atau Helminthosporium sp. akan berwarna hitam kotor (pada benih padi biasanya tampak jelas).c. Berwarna kuning muda, tidak bercak-bercak hitam, besar benih normal (tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar).d. Yang bernas atau yang berisi, untuk mengetahuinya perlu dirambang dengan air, yang diambil yang mengendap saja yang ternyata tidak cacat dan tidak bercak-bercak hitam.e. Tidak terlalu kering, karena daya tumbuhnya kurang baik, demikian pula yang terkelupas kulitnya jangan sampai diambil. (Kartasapoetra, 2003).

Menurut Lita Sutopo (2010), terdapat dua tipe perkecambahan benih, yaitu:1. Tipe epigeal (epigeous) dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.2. Tipe hipogeal (hypogeous) dimana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji. (Sutopo, 2010).Menurut Lita Sutopo (2010) dan Hendarto Kuswanti (1996), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkecambahan, yaitu:A. Faktor Dalam1. Tingkat kemasakan benihBenih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak memiliki viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna. Sehingga persentase perkecambahannya lebih rendah dibandingkan benih yang berasal dari buah masak. Dikatakan pula bahwa berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman saat dipanen. Dari benih yang lebih besar/berat biasanya dihasilkan kecambah tanaman yang lebih besar pula.2. DormansiSuatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable (hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan dormansinya.3. Penghambat perkecambahanPerkecambahan benih dapat terhambat, meskipun benih sudah mencapai taraf masak fisiologis dan dikecambahkan pada kondisi lingkungan yang mendukung. Penghambat perkecambahan benih, antara lain:a. Hadirnya inhibitor, baik di dalam benih maupun di permukaan benih. Konsentrasi inhibitor akan turun jika benih mengalami proses imbibisi.b. Larutan dengan tingkat osmotik tinggi, misal larutan NaCl.c. Bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme, umumnya menghambat respirasi seperti: sianida, dinitrofenol, azide, flourida, hydroxylamine, herbisida, coumarin, auxin.d. Bahan-bahan yang terkandung dalam buah, misal: cairan yang melapisi biji tomat dan mentimun.

B. Faktor Luar1. AirAir merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah: (a) sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan (b) jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan tergantung pada jenis benih. Tapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air.2. SuhuSuhu merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan benih, karena suhu berkaitan erat dengan laju pernafasan dan aktivitas enzim-enzim yang terdapat dalam benih tersebut. Suhu juga mempengaruhi sintesis dan kepekaan benih terhadap cahaya. Suhu yang dibutuhkan selama proses perkecambahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Suhu minimal, yaitu suhu terendah dimana benih masih dapat berkecambah secara normal, dan dibawah suhu tersebut benih tidak dapat berkecambah secara normal atau bahkan tidak berkecambah sama sekali.b. Suhu optimum, yaitu suhu yang paling sesuai bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Suhu optimum bagi kebanyakan benih tanaman adalah di antara 80-95o F (26,5-35o C).c. Suhu maksimal, yaitu suhu tertinggi dimana benih masih dapat berkecambah secara normal dan bila perkecambahan terjadi diatas suhu maksimal ini maka benih tidak dapat berkecambah secara normal atau bahkan tidak dapat berkecambah.3. OksigenProses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih. 4. CahayaSelama proses perkecambahan benih membutuhkan cahaya, terutama benih yang memiliki pigmen pada kulit benihnya, karena pigmen ini akan berfungsi sebagai fotosel yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi energi (bukan dalam bentuk ATP) yang dapat membantu meningkatkan laju respirasi dan sebagai energi untuk reaksi kimiawi yang bersifat endodermis. Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahannya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Seperti diketahui cahaya memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda dan hal ini sangat mempengaruhi proses perkecambahan benih. Cahaya dengan panjang gelombang kurang dari 2900Ao akan menghambat perkecambahan benih. Cahaya dengan panjang gelombang antara 2900-4000 Ao tidak mempengaruhi perkecambahan. Sedangkan cahaya dengan panjang gelombang antara 4000-7000 Ao akan memacu perkecambahan benih. Benih yang dikecambahkan pada kedaan yang sangat kurang cahaya ataupun gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotilnya, kecambah berwarna pucat serta lemah. 5. MediumMedium yang baik untuk perkecambahan benih haruslah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit. Selain medium, tingkat kedalaman penanaman benih juaga dapat mempengaruhi perkecambahan benih. Hal ini juga mempunyai hubungan erat dengan kondisi fisik dari tanah. Pada tanah yang gembur benih yang ditanam sedikit dalam tidak akan banyak mempengaruhi perkecambahan. Berbeda dengan tanah yang lebih padat dimana sebaiknya benih ditanam tidak terlalu dalam untuk memudahkan kecambah muncul ke permukaan tanah. Tetapi juga jangan terlalu dangkal.

Viabilitas Benih dan Vigor BenihViabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam berbagai fenomena fisiologis maupun biokimiawi. Pengujian viabilitas benih umumnya dilakukan dengan menggunakan substrat kertas atau pasir. Kertas yang biasa digunakan adalah filter, blotter dan towel yang merupakan produk luar negeri yang harus diimpor dan relatif mahal. Untuk mencari alternatif substrat kertas, Sadjad (1972) melakukan penelitian tentang kertas merang dan merekomendasikannya sebagai substrat pengujian benih di Indonesia. (Chairani Suwarno dan Hapsari, 2008).Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. (Sutopo, 1984). Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. (Kartasapoetra,1986).Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984).Kelangsungan daya hidup benih (viabilitas) dapat ditunjukkan oleh daya kecambah (germination capacity) dan kekuatan tumbuh benih (vigor). Daya kecambah dan vigor memberikan informasi tentang kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi optimal dan suboptimal. (Akmal, 2009).

Uji Daya KecambahDaya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung. Atau secara tidak langsung dengan hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih. Persentase perkecambahan adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkanPengujian pada kondisi lapangan biasanya tidak memuaskan karena hasilnya kurang dapat dipercaya. Oleh karena itu metode laboratorium dikembangkan sedemikian rupa, dimana beberapa atau seluruh kondisi luar/ lapang dapat dikendalikan dengan teratur. Sehingga memberikan hasil perkecambahan yang lengkap dan cepat dari contoh benih yang dianalisa.Metode perkecambahan dengan pengujian laboratorium hanya menentukan persentase perkecambahan total. Dan dibatasi pada pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan kecambah yang menunjukkan kemampuan tersebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati.Menurut Lita Sutopo (2010), agar hasil persentase perkecambahan yang didapat dengan metode uji daya kecambah di laboratorium mempunyai korelasi positif dengan kenyataan nantinya di lapangan maka perlu diperhatikan faktor-faktor berikut :1. Kondisi lingkungan di laboratorium harus menguntungkan bagi perkecambahan benih dan terstandarisasi.2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah mencapai suatu fase perkembangan, dimana dapat dibedakan anatara kecambah normal dan kecambah abnormal.3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah haruz sedemikian sehingga dapat dinilai mempunyai kemampuan tumbuh menjadi tanaman normal dan kuat pada keadaan yang menguntungkan di lapangan.4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir yang menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan dormansinya. Untuk mengetahui daya kecambah suatu benih, dapat dihitung manggunakan rumus sebagai berikut :Jumlah benih yang berkecambah selama 7 hari x 100% Jumlah benih yang dikecambahkan.Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. (Kuswanto, 1997). Faktor kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih, benih berkulit keras, terdapatnya biji-bijian herba yang membahayakan benih, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih serta hasilo pengujian berat benih per seribu biji benih yang dimaksud. (Kartasapoetra, 2003).

KANGKUNGKangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:a) Divisio:Spermatophytab) Sub-divisio : Angiospermaec) Kelas : Dicotyledonaed) Famili : Convolvulaceaee) Genus :Ipomoeaf) Species: Ipomoea reptans

Persyaratan Bibit Kangkung DaratDalam pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau darat). Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk. Bibit kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20 -30 cm. Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering serta berkualitas baik.

Penyiapan Beniha) Benih kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran 20-30 cm, dengan jarak tanam 1,5 x 15 cm.b) Untuk benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang tua.c) Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2 bedengan 300 gram, jika tiap lubang diisi 2-3 butir biji. (Aditya, 2009)

IV. PROSEDUR PRAKTIKUMA. Alat dan Bahan1. Benih kangkung darat warna coklat dan abu-abu2. Petridish3. Kertas merang4. SemprotanB. Prosedur Kerja

Disiapkan Diamati dan dicatatPada hari ke-7, dihitung daya kecambah dan kecepatan tumbuhnya.Kecambah yang munculDilakukan pemberian air dengan menyemprotkan secara merata selama 1 minggu, jangan sampai petridish mengalami kekeringan karena dapat menyebabkan kematian benih.Dihitung 50 atau 100 bijiDitaruh di dalam petridish dengan posisi di aturDisemprot merata sampai kertas jenuhBenih yang telah diambilBenih yang telah tertata rapi di dalam petridishDimasukkan ke dalam petridishSemprot dengan airKertas merang sesuai ukuran petridish2 Buah petridish ukuran besar dan kecilDiambil 2 Macam benih kangkung darat

V. HASIL PENGAMATAN

No.Pengamatan hari Jumlah benih kangkung darat yang sudah berkecambah

( Warna Coklat )( Warna Abu-abu )

1.Pertama333

2.Kedua2836

3.Ketiga-20

4.Keempat1014

5.Kelima-5

6Keenam-5

7.Ketujuh-3

Jumlah7186

Benih yang Berkecambah Jumlah BenihPersentase perkecambahan keseluruhan

x 100 %=

a. Benih warna coklat

x 100 % = 71 % 71 100

b. 86 100x 100 % = 86 %Benih warna abu-abu

Persentase perkecambahan per-haria. Benih warna coklat(1) Hari ke-1

x 100 % = 33 % 33 100

(2) 28 100x 100 % = 28 %Hari ke-2

(3) Hari ke-3

0 100x 100 % = 0 %

(4) Hari ke-4

10 100x 100 % = 10 %

(5) Hari ke-5

0 100x 100 % = 0 %

(6) Hari ke-6

0 100x 100 % = 0 %

(7) 0 100x 100 % = 0 %Hari ke-7

b. Benih warna abu-abu(1) 3 100Hari ke-1

x 100 % = 3 %

(2) 36 100Hari ke-2

x 100 % = 36 %

(3) 20 100Hari ke-3

x 100 % = 20 %

(4) 14 100x 100 % = 14 %Hari ke-4

(5) 5 100x 100 % = 5 %Hari ke-5

(6) 5 100Hari ke-6

x 100 % = 5 %

(7) Hari ke-7

3 100x 100 % = 3 %

VI. PEMBAHASANBerdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, dapat diketahui bahwa setiap benih yang akan ditanam pada sebuah media tanam, belum tentu memiliki kemampuan kecepatan berkecambah yang sama meskipun tampilan fisik awal dari setiap benih terlihat sama dan hampir tidak ada perbedaannya.Hasil praktikum ini membuktikan bahwa sebuah tanaman kangkung darat yang berbeda jenisnya memiliki kemampuan berkecambah yang berbeda-beda. Ada dua jenis benih kangkung darat yang di uji dalam praktikum kali ini, yaitu benih yang berwarna coklat dan yang berwarna abu-abu.Setelah dilakukan pengamatan selama 7 hari, diketahui bahwa kemampuan berkecambah benih kangkung darat yang berwarna abu-abu lebih besar di bandingkan dengan yang berwarna coklat. Perkecambahan ini dapat dilihat dengan munculnya plumula dan radikula dari embrio benih. Namun, pada hari-hari pertama berkecambah, benih kangkung darat yang berwarna coklat menunjukkan kemampuan yang lebih cepat dibandingkan dengan yang berwarna abu-abu, yaitu pada hari pertama berjumlah 33 biji benih yang sudah berkecambah sedangkan benih yang berwarna abu-abu hanya berjumlah 3 biji benih yang berkecambah. Pada hari kedua, benih yang berwarna coklat mulai mengalami kemunduran daya berkecambahnya, yaitu hanya berjumlah 28 biji benih, sedangkan yang berwarna abu-abu meningkat sangat drastis menjadi 36 biji benih. Pada hari ketiga, benih yang berwarna coklat justru tidak ada satu pun benih yang berkecambah, sedangkan benih yang berwarna abu-abu masih berjumlah 20 biji benih. Pada hari keempat, benih yang berwarna coklat mulai ada yang berkecambah lagi yaitu berjumlah 10 biji benih. Hal ini masih lebih sedikit dibandingkan dengan benih yang berwarna abu-abu. Benih yang berwarna abu-abu berkecambah berjumlah 14 biji benih. Pada hari kelima sampai ketujuh, benih yang berwarna coklat sudah tidak ada lagi yang berkecambah, benih-benih yang masih tersisa yaitu berjumlah 29 biji benih sudah membusuk, beraroma tidak sedap dan tampilan fisik benih yang berubah menjadi agak berlendir dan licin. Sedangkan benih yang berwarna abu-abu, pada hari ke lima dan keenam berjumlah 5 biji buah. Dan pada hari yang ketujuh berjumlah 3 biji buah. Jumlah benih yang tersisa adalah sebanyak 14 biji benih dan masih ada kemungkinan benih-benih tersebut dapat berkecambah, hanya saja diperlukan waktu yang lebih lama.Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa persentase perkecambahan keseluruhan dari benih kangkung darat yang berwarna coklat adalah sebesar 71%, sedangkan untuk benih yang berwarna abu-abu sebesar 86%.Kecepatan berkecambah benih yang berwarna coklat dapat dikatakan lebih cepat dibandingkan dengan yang berwarna abu-abu pada hari pertama, karena bentuk benih yang berwarna coklat memang lebih besar dan lebih lunak dibandingkan dengan benih yang berwarna abu-abu. Namun, pada hari kedua dan seterusnya, benih yang berwarna coklat justru mengalami kemunduran dan berganti benih yang berwarna abu-abu yang menjadi meningkat drastis. Pada hari pertama, benih yang berwarna abu-abu masih mengalami penyerapan air untuk mengaktifkan enzim-enzim yang diperlukan untuk membangunkannya dari keadaan dormansi benih, sehingga pada hari pertama benih yang berwarna abu-abu terlihat lebih besar dibandingkan sebelum penanaman benih. Dan pada hari kedua benih yang berwarna abu-abu sudah mulai berkecambah dan ternyata melebihi kecepatan benih yang berwarna coklat. Sedangkan benih yang berwarna coklat justru semakin hari mengalami kemunduran dan membusuk sehingga tidak dapat berkembang lebih lanjut atau menghambat pertumbuhannya, kecuali dapat dipastikan bahwa sumber penyakit bukan berasal dari benih.Pemberian dan penambahan air pada benih yang dilakukan setiap hari bertujuan untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini mengakibatkan pecah atau robeknya kulit biji. Air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Apabila dinding sel, kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernafasan. Sebaliknya juga, CO2 yang dihasilkan oleh pernafasan tersebut lebih mudah mendifusi keluar. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma, sehingga dapat mengaktifkan bermacam-macam fungsinya. Selain itu, air juga berguna sebagai alat transport larutan makanan dari endosperma atau kotiledon kepada titik tumbuh pada embrionik axis, di daerah mana diperlukan untuk membentuk protoplasma baru.Perbedaan daya kecambah ini mungkin dikarenakan beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :1. Benih yang digunakan belum sepenuhnya masak dan belum mencapai kematangan fisiologis.2. Penyimpanan benih yang tidak tepat, hal ini dapat menyebabkan kandungan air yang terdapat dalam benih dapat berkurang sehingga menurunkan viabilitas benih. 3. Suhu dan temperatur yang tidak tepat atau terlalu tinggi juga dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, hingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Setiap jenis/ varietas benih memerlukan suhu dan kelembaban lingkungan yang berbeda-beda untuk dapat mempertahankan daya berkecambahnya. 4. Jenis/ varietas yang berbeda. Hal ini tentu saja akan menemui perbedaan, karena benih yang masih dalam satu varietas saja daya berkecambahnya dapat berbeda-beda apalagi jika jenis/ varietasnya berbeda pula, maka tentu saja perbedaan itu akan ditemui.

VII. PENUTUP

A. SimpulanPersentase perkecambahan keseluruhan dari benih kangkung darat yang berwarna coklat adalah sebesar 71%, sedangkan untuk benih yang berwarna abu-abu sebesar 86%. Dengan demikian daya berkecambah benih yang berwarna abu-abu dapat dikatakan lebih besar dibandingkan dengan yang berwarna coklat.Perbedaan daya perkecambahan antara dua benih kangkung darat yaitu yang berwarna coklat dan abu-abu disebabkan oleh jenis/ varietas yang berbeda dan lingkungan yang mendukung serta faktor-faktor lainnya.

B. Saran1. Dalam melakukan setiap praktikum diharapkan praktikan sudah mengetahui dan memahami prosedur kerja yang akan dilakukan sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar dan tidak menyita terlalu banyak waktu.2. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan setiap langkah prosedur kerja, seperti dalam pemberian air dan penghitungan benih yang berkecambah.3. Alat-alat praktikum sebaiknya dilengkapi sesuai dengan kebutuhan praktikum supaya praktikum dapat berjalan dengan lancar dan hasil pengamatan yang diperoleh dapat lebih akurat.

VIII. DAFTAR PUSTAKAAditya, Dimas. 2009. Kangkung (Ipomoea reptans). http://dimasadityaperdana.blogspot.com/2009/06/budidaya-kangkung.html, diakses pada 21 Mei 2011.Akmal, 2009. Daya Kecambah dan Indeks Vigor. http://ikaakmala-akmal.blogspot.com/2009_03_01_archive.html, dikases pada 21 Mei 2011.Chairani S, Faiza dan Hapsari, Indri. 2008. Studi Alternatif Substrat Kertas untuk Pengujian Viabilitas Benih dengan Metode Uji UKDdp. Bul. Agron. (36) (1) 84 91.HS, Suprapto dan Sutarman, Tateng. 1989. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.Kamil, Jurnalis. 1986. Teknologi Benih I. Padang : Angkasa Raya.Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum Edisi Baru. Jakarta : PT. Rineka Cipta.Kuswanto, Hendarto, 1996. Dasar-dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. Yogyakarta : Andi.Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta : Andi.Nasrudin. 2009. Pengujian Daya Berkecambah. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/pengujian-daya-kecambah-adalah.html, diakses pada 21 Mei 2011.Sutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih Edisi Revisi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.