farmako (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmako

Citation preview

A. Obat Gagal Jantung

Gagal jantung kongestif terjadi bila curah jantung tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Kelainan utama pada keadaan ini adalah kontraktilitas miokard dan terjadinya bendungan sirkulasi dengan segala akibatnya.

Pengobatan gagal jantung yang klasik umumnya terdiri dari kesehatan fisik, diet rendah garam, pemberian digitalis dan diuretika. Efek utama glikosida jantung adalah terhadap fungsi mekanik dan listrik jantung serta efek lain terhadap otot polos dan jaringan lain. Manfaatnya pada gagal jantung kongestif terutama karena efek peningkatan kontraktilitas jantung. Namun efektivitas jangka lama pada penderita ini masih diragukan.

1. Digitalis

Tanaman obat yang mengandung glikosida jantung sudah dikenal sejak jaman Mesir Kuno. Digitalis merupakan glikosida alami yang terdiri ats steroid, cincin lakton dan berbagai molekul heksosa.1.1 Farmakodinamik

Sifat farmakodinamik utama digitalis adalah inotropik positif yaitu mampu meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium. Pada penderita gagal jantung, efek inotropik positif ini adalah peningkatan curah jantung, berkurangnya ukuran jantung,penurunan tekanan vena dan volume darah, peningkatan dieresis dan hilangnya edema. Digitalis juga menyebabkan perlambatan denyut ventrikel pada fibrilasi dan flutter atrium, dan pada kadar toksik menimbulkan aritmia. Digitalis bekerja langsung pada otos polos pembuluh darah, selain itu efeknya pada jaringan saraf mempengaruhi secara tidak langsung, aktivitas mekanik dan listrik jantung serta resistensi dan daya tamping pembuluh darah.

a. Efek langsung:

Kontraktilitas Miokardium

Efek ini berlaku untuk otot atrium dan ventrikel, dan secara kualitatifsama untuk otot jantung yang normal maupun jantung yang gagal. Efek terhadap aktivitas mekanik ini terlihat pada kontraksi isometric dan isotonic. Aktivitas Listrik. Serabut Purkinje

Efek langsung digitalis terhadap aktivitas listrik serabut jantung paling jantung paling banyak diselidiki pada serabut Purkinje. Secara eksperimental terbukti bahwa efek digitalis tergantung dari kadar dan lamanya pajanan.Digitalis memperlihatkan efek langsung terhadap serabut yang ada di nodus sinoatrium (SA), nodus atrioventrikel (nodus AV) dan pada serabut khusus di atrium. Efek pada atrium yang langsung berupa penghentian pembentukan impuls nodus SA hanya terjadi pada dosis toksisk.

b. Efek tak langsung Tidak diragukan lagi bahwa efek digitalis terhadap aktivitas listrik dan mekanik jantung mamalia didasarkan atas pengaruhnya terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap neurontransmitter saraf tersebut.

Efek tak langsung pada sistem saraf otonom terjadi pada kadar terapi dan kadar toksik. Pada kadar rendah efek parasimpatomimetik lebih menonjol, sedangkan pada kadar toksik digitalis meningkatkan sympathetic outflow. Peningkatan aktivitas vagus ini kelihatannya merupakan gabungan efek pada berbagai tempat di system saraf yaitu baroreseptor di arteri, nucleus vagus sentral, dan ganglion otonom. Karena persarafan kolinergik lebih banyak di atria, maka efek tak langsung ini lebih jelas di atria dan nodus AV daripada di serabut Purkinje. Selain itu ada bukti bahwa digitalis meningkatkan kepekaan nodus SA terhadap asetilkolin.

Perubahan aktivitas simpatis oleh digitalis secara rinci juga sangat kompleks. Penelitian pada nodus SA dan nodus AV menunjukan bahwa dalam kadar tertentu digitalis dapat menurunkan sensitivitas terhadap katekolomin dan impuls serabut aferen, tetapi penelitian lain memperlihatkan peningkatan aktivitas simpatis oleh digitalis dalam kadar toksik. Digitalis juga menghambat ambilan kembali norepinefrin di ujung saraf simpatis.

Efek terhadap elektrokardiogram

Digitalis menimbulkan gambaran yang khas pada EKG, sehingga dapat menjadi tanda bahwa penderita sedang minum digitalis. Dalam waktu 2-4 jam setelah dosis besar digitalis oral, terlihat perubahan EKG yang jelas. Mula-mula akan terlihat perbuahan pada gelombang T atau segmen S-T. Amplitudo gelombang T akan menurun, mendatar atau terbalik pada satu atau lebih hantaran (lead). Segmen ST dapat pula mengalami depresi bila kompleks QRS mencuat ke atas, tetapi kadang-kadang segmen ST meninggi bila kompleks QRS melekuk ke bawah.

1.2 Farmakokinetik

a. Absorbsi

Penyerapan digoksin pada pemberian per oral agak bervariasi dan sangat ditentukan oleh jenis sediaan yang digunkan, adanya makanan serta waktu pengosongan lambung.

Penyerapan digoksin dihambat oleh adanya makanan dalam saluran cerna, melambatnya pengosongan lambung dang adanya sindrom malabsorbsi. Kadar puncak digoksin dalam plasma di capai dalam waktu 2-3 jam setelah pemberian peroral dengan efek maksimal 4-6 jam. Penyerapan digitoksin lebih sempurna daripada digoksin karena digitoksin lebih larut dalam lemak.

DigoksinDigitoksin

Dosis digitalisasi (rata-rata)

-oral

-IV0,75-1,5mg

0,5-1,0 mg0,8-1,2 mg

0,8-1,2 mg

Dosis pemeliharaan per hari (rata-rata)

-oral

-IV0,125-0,5 mg

0,25mg0,05-0,2 mg

0,1 mg

Mulai kerja

-oral

-IV1,

Dosis obat digoksin dan digtoksin pada manusia.b. Distribusi

Distribusi glikosida dalam tbuh berlangsung lambat, sebagian karena usi yang luas. Sepertinya halnya obat-obat lain, gagal jantung memperlambat dicapainya kadar mantap.Digitalis didistribusikan ke hamper semua jaringan, termasuk ke eritrosit, otot skelet dan jantung.

c. Eliminasi

Digoksin dieliminasi terutama melalui ginjal. Obat ini mengalami filtrasi di glomerulus dan disekresi melalui tubulus. Ada sedikit di reabsorbsi di lumen tubulusm dan ini menjadi nyata bila kecepatan aliran cairan tubulus sangat berkurang.

Digoksin dimetabolisme secara aktif oleh enzim mikrosom aktif dan salah satu metabolitnya adalah digoksin. Metablolisme digoksin dapat di percepat oleh obat yang merangsang enzim mikrosom.

d. Intoksikasi atau Efek samping Efek toksisk digitalis dapat dijumpai dan dapat berat sampai menyebabkan kematian.

Efek toksik terhapa irama jantung,diamna dalam kadar toksik dapat terjadi perlambatn konduksi AV, sampai blok A-V total. Dalam kadar yang sangat tinggi obat dapat merusak konduksi di atrium dan memperpanjang gelombang P.

Anoreksia, nausea dan muntah merupakan gejala keracunan digitalis paling dini yang hilang beberapat hari bila pemberian obat dihentikan. Sakit kepala, letih, lesu dan pusing.

Penglihatan sering kabur

2. Diuretik

Ginjal memegang peranan penting dalam pathogenesis gagal jantung sebab pengurangan volume cairan ekstrasel dengan diuretic akan menurunkan preload, mengurangi bendungan paru dan edema di perifer.

Tiazid

Obat terpilih utnuk gagal jantung. Golongan obat ini meningkatkan eskresi Na+ dan Cl- melalui urin. Hipokalemia yang ditimbulkan oleh tiazid dapat diatasi dengan tambahan K+ atau dengan pemberian diuretic hemat kalium.

Diuretik kuat,misalnya furosemidObat ini bermanfaat bagi penderita dengan gangguan fungsi ginjal.

Penggunaan diuretic yang berlebihan dapat pula menyebabkan edma refrakter. Pada keadaan demikian, pemberian secara intermitten mungkin lebih efektif.

3. Vasodilator

Vasodilator berperan penting dalam mengatasi gagal jantung yang berat, lebih-lebih yang berhubungan dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan mitral atau aorta, dan lain-lain.

Na-Nitroprusid

Karena berefek arteriole dan venodilator, obat ini mengurangi tekanan pengisian dan meningktakan volume curah jantung. Kombinasi dengan zat inotropik, misalnya dobutramin akan meningkatkan efektivitasnya, lebih-lebih pada penderita dengan komplikasi hipotensi. Dosis yang biasa diberikan 15-20 mcg/menit, pada anak-anak 0.18 mcg/kg BB/menit pada anak-anak.

Nitrogliserin

Indikasi utama untuk angina pectoris, tetapi karena dapat mengurangi preload obat ini bermanfaat untuk menurunkan tekanan pengisian ventrikel kiri dan mengurangi edema paru akut. Hidralazin

Obat ini tergolong arteriolodilator, sehingga pengguanaan jangka panjang gagal jantung kongestif akan memperbaiki hemodinamik, walaupun efeknya terhadap survival masih belum jelas, Refleks takikardi yang sering timbul pada penderita hipertensi jarang terjadipada pengobatan gagal jantung. Kaptopril

Penghambat ACE ini terutama akan mengurangi volume dan tekanan pengisian ventrikel kiri, tetapi juga meningkatkan curah jantung. Denyut jantung dan tekanan darah akan menurun pada dosis awal, sedangkan pada penggunaan jangka panjang alir darah ginjal meningkat.Kaptopril memperlihatkan efektivitas pada kebanyakan penderita yang terlihat pada gejala-gejala yang berkurang maupun pada perbaikan parameter hemodinamika.Tetapi kadang-kadang respon terapi timbulnya lambat atau bersifat trifasik. Edema refrakter sering hilang bila kaptopril ditambahkan pada regimen pengobatan yang ada. Hipokalemia dan hiponatremia sering diperbaiki oleh kaptopril.

Dosis yang dianjurkan 3 kali 6,25 mg-12,5 mg. Efek samping dengan dosis ini jarang terjadi.

4. Dobutamin

Katekolamin sintetik ini terutama bekerja pada adrenoreseptor di miokard, hanya sedikit mempengaruhi reseptor dan , tidak mempengaruhi reseptor dopamine. Dosis sedang meningkatkan kontraktilitas miokard tanpa meningkatkan frekuensi denyut jantung, sedangkan dosis lebih besar meningkatkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Hal ini agaknya menunjukan kerja yang relative selektif pada otot ventrikel.Pada gagal jantung kronis dobutamin digunakan dalam jangka pendek untuk meningkatkan curah jantung. Dobutamin juga digunkan sebagai zat inotropik pada operasi jantung. Efektivitasnya sama dengan isoprotenol, bahkan beberapa peneliti memperlihatkan bahwa obat ini sedikit menyebabkan takikardi dan aritmia.

Takikardi dan hipertensi yang sering terjadi pada penggunaan obat dobutamin dapat diatasi dengan mengurangi dosis. Mual, sakit kepala, palpitasi, nyeri angina,sesak napas dan aritmia ventrikuler kadang-kadang terjadi, dobutamin juga dap meingkatkanrespon ventrikel terhadap fibrilasi atrium. Pada penderita dengan penyakit jantung koroner tanpa gagal jantung, dobutamin dapat menyebabkan iskemia miokard.

Dobutamin HCl dapat tersedia dalam bentuk serbuk 250 mg untuk penggunaan IV dengan dosis 2,5-10 mcg/kgBB/menit.

B. Anti Aritmia

Tujuan pengobatan disini ialah mengatasi takiaritmia atau kompleks premature bekerja dengan jalan mengurangi automatisitas pada focus ektopik dan/atau menghentikan mekanisme reentry dengan mempengaruhi kecepatan konduksi dan lamanya masa refrakter.

ObatMekanisme KerjaIndikasi utama

Beta-bloker

(propranol)Blok adenoreseptor di jantung sehingga mengurangi frekuensi sinus dan kontarktilitas miokardFibrilasi dan flutter atrium, takikardi reentrant pada nodus AV, aritmia supraventrikular dll.

Antagonis Kalsium

(verapamil,diltiazem)Menyekat saluran kalsium sehingga memperpanjang masa konduksi dan masa refrakter nodus AV serta menekan automatisasi SAAritmia supraventrikular. Fibrilasi dan flutter atrium.

Kunidin Mempunyai efek anestesi local. Menekan automatisitas terutama pada focus ektopik, memperlambat konduksi dan memperpanjang masa refrakter atrium, system His Purkinje, accessory pathway dan ventrikel.Memperthankan irama sinus dari fibrilasi dan flutter atrium.

VasokontriktorMeningkatkan tekanan darah mendadak sehingga terjadi reflex vagalMenghentikan takikardi reentrant pada nodus AV

Anti kolineterase(edrofonium,prostigmin)MEningkatkan tonus vagal dengan menghambat pengrusakan asetilkolinMenghentikan takikardi reentrant pada nodus Av

Beberapa Mekanisme Kerja dan Indikasi Utama Anti Aritmia1. Kunidin

Kunidin adalah dekstroisomer dari kina dan memiliki semua khasiat kina, tetapi kerjanya terhadap otot jantung lebih kuat. 1.1 FaramokodinamikKunidin memiliki sifat anestetik local, berefek langsung pada membrane sel dan secara tidak langsung bersifat antikolinergik. Secara langsung kunidin menekan automatisasi (khususnya pada focus ektopik), memperlambat konduksi dan memperpanjang masa refrakter atria, system His Purkinje, accessory pathway dan ventrikel. Dalam kadar terapi manusia, kunidin sedikit meningkatkan frekuensi denyut jantung, interval P-R, QRS dan Q-T. Perluasan QRS mulai pada kadar kunidin rendah dan meningkat dengan cepat bila kadar meningkat. Kunidin memperlihatkan efek vasodilatasi daniotropik negative yang lemah.

1.2 Farmakokinetik Bila diberikan peroral, kunidin sulfat diserap dengan cepat dan kadar puncak dalam lasma mencapai dalam waktu 60-90 menit. Absorbsi kunidin glukonat sedikit lebih lambat dan kurang sempurna, kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-4 jam pemberian per oral. Walaupun kunidin dapat diberikan secara IM, obat ini menimbulkan rasa sakit pada tempat penyuntikan dan meningkatan aktivitas keratin kinase dalam plasma.Sekitar 90% kunidin plasma terikat pada protein. Distribusinya hamper ke semua jaringan kecuali otak dengan volume distribusi 2-3 l/kg. Kunidin mengalami filtrasi dan sekresi melalui tubuli proksimal, sedangkan pada tubuli distal terjadi difusi balik dari obat yang masih utuh.

1.3 Efek non Terapi Kira-kira sepertiga penderita yang menerima kunidin akan mengalami efek samping. Kardiotoksisitas

Makin tinggi kadar dalam plasma toksik terhadap jantung makin hebat sehingga dapat terjadi takiaritmia ventrikel atau asisyole. Sinkope kunidin

Reaksi ini mungkin disebabkan oleh kadar yang tinggi dalam plasma atau sebagai akibat keracunan digitalis yang bersamaan.

Respons ventrikel paradox pada fibrilasi atrium.

Tekanan darah

Kunidin dapat menyebabkan hipotensi bila diberikan secara IV.Hipotensi ini disbebakan oleh vasodilatasi tanpa disertai penurunan curah jantung.

Emboli arteri

Sinkonisme

Keluhan saluran cerna

Bila efek samping ini menghebat, kunidin dapat diganti dengan prokain atau disopiramid.

Reaksi hipersensitivitas

Dapat bermanisfestasi demam, reaksi anafilaksis dan trombositopenia.

1.4 Indikasi ObatKunidin bermanfaat untuk mengatasi takiaritmia dan ektopi ventricular dan supraventrikular. Penggunaan utamanya ialah mempertahankan irama sinus setelah konversi fibrliasi dan flutter atrium serta juga mencegah terjadinya kompleks ventricular premature yang kerap atau takikardi ventrikel.2. Prokainamid

Prokainamid bermanfaat untuk pengobatan berbagai jenis aritmia dan dapat diberikan berbagai cara. Namun sayangnya potensi dan penggunaannya dibatasi oleh masa kerjanya yang singkat.

2.1 FarmakodinamikEfek elektrofisiologik, hemodinamik dan anti aritmik prokainamid terhadap jantung menyerupai efek kunidin.Salah satu metabolit prokainamid yaitu N-asetilprokainamid (NAPA), meningkat kadarnya dalam plasma selama pengobatan berlangsung. Prokaniamid tidak memperlihatkan efeka -bloker.

2.2 Farmakokinetik

Pada pemberian oral. Bioavailibiltasnya mencapai 75-95%. Kadar puncak dalam plasma dicapai 45-75 menit stelah minum kapsul, tetapi lebih lambat setelah pemberian tablet. Sekitar 20% prokainamid ndalam plasma terikat protein dan volume distribusinya ialah 2l/kg.

Prokainamid dimetabolisme di hati dan dielimanasi melalui ginjal. Jalur utama metabolismenya adalah N-asetilasi. Masa paruh eliminasi ialah sekitar 3 jam. Pada anak kecil masa paruh ini lebih pendek, dan pada gagal ginjal memanjang.

2.3 Efek non Terapi KardiovaskularKadar prokainamid yang tinggi dalam plasma dapat menimbulkan depolarisasi premature, takikardi atau fibrilasi ventrikel. Prokaiamid IV jarang menyebabkan hipotensi bila dosis tidak melebihi 600 mg.

Reaksi hipersensitivitas

Reaksi ini bersifar reversible dan terjadi pada 25-30 % penderita. Manisfestaniya adlah nyeri sendi, atritis, perikarditis, demam dan miokarditis. Komlikasi paling bahaya adalah perdarahan pada perkardium yang dapat menimbulkan temponade.2.4 Indikasi

Untuk menghentikan aritmia ventricular dan supraventrikular. Obat ini jga bermanfaat untuk aritmia ventricular hebat yang tidak berespon pada lidokain. Sediaan tablet atau kapsul 250-500 mg. Untuk dewasa tiap 3-6 jam. Untuk anak0anak dalam 4-6 jam dosisnya 50mg/kgBB/hari.3. Disopiramid

3.1 Farmakodinamik

Disopiramid memperlambat irama sinus melalui efek langsung. Efek disopiramid terhadap masa aksi potensial, refractoriness dan membrane responsiveness sangat mirip dengan efek kunidin atau prokainamid.

Obat ini secara konsisten memperpanjang masa refrakter atrium tetapi konduksi dan masa refrakter nodus AV tidak berubah, sedangkan konduksi system His-Purkinje biasanya sedikit berubah. Mempunyai efek vasokonstriktiksi perifer.

3.2 FarmakokinetikSekitar 90% dari dosis oral disopiramiddiserap dan sebagian kecil mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Kadar plasma mencapai puncaknya 1-2 jam setelah pemberian. Volume distribusinya adalah 0,6l/kg. daro dosis yang diberikan sekitar 20% dieskresikan dalam bentuk metabolit alkalasi mono-N dan 10% sebagai metabolit lain. Waktu paruh eliminasi adalah 5-7 jam.3.3 Efek non TerapiEfek antikolinergik disopiramid menyebabkan mulut kering, konstipasi, penglihatan kabur dan kesulitan berkemih.Disopiramid dapat menurunkan curah jantung dan performance ventrikel kiri melalui efek depresi langsung dan konstriksi arteriol perifer. Tekanan darah dapat menurun akibat depresi miokard.

3.4 IndikasiDisopiramid diberikan per oral, untuk mencegah ekstrasistole ventrikuller maupun takikardi supraventrikuler. Dosis total harian 400-800mg, diberikan dalam 4 dosis umumnya 4x100-150mg.4. LidokainLidokain digunakan secara luas sebagai anestesi local. Obat ini juga digunakan sebagai antiaritmia dan umum digunakan sebagai terapi kegawatan pada aritmia ventrikel stelah bedah jantung atau setelah infark miokard akut.4.1 Faramakodinamik Efeknya langsung terhadap jantung dan tidak ada interaksi antara lidokain dan system saraf otonom. Lidokain menekan automatisitas serta meperpendek masa refrakter pada system His-Purkinje dan ventrikel, tetapi hanya sedikit efeknya terhadap atrium. Lidokain dapat mengatasi aritmia yang disebabkan oleh mekanisme reentry.4.2 Farmakokinetik Walaupun lidokain diserap baik setelah pemberian oral, adanya first pass metabolism menyebabkan kadar obat dalam plasma rendah. Sekitar 70% lidokain terikat dengan protein. Distribusinya sekitar 1l/kg. Volume ini sangat menurun pada payah jantung Waktu paruh eliminasinya sekitar 100 menit.

4.3 Efek non terapiPada kadar plasma yang mendekati 5 mcg/ml, gejala seringkali bersifat ringan misalnya diasosiasi perasaan, parestesia,kantuk ringan, atau agitasi.4.4 IndikasiLidokain memounyai spectrum antiaritmia yang sempit. Obat ini semata-mata digunakan untuk mengobati aritmia ventrikel, efektif terhadap aritmia ventrikel yang disebabkan oleh infark miokard akut,bedah jantung terbuka dan digitalis.Sediaan untuk pemberian IV 10 dan 20 mg/ml. Sediaan untuk IM 100 mg/ml. Dosis untuk IV 1-1,5mg/kgBB dalam waktu 2-3 menit. Untuk IM 4-5 mg/kgBB akan menghasilkan kadar terapi dalam waktu 15 menit dan bertahan selama 90 menit.

5. Fenitoin

5.1 Farmakodinamik

Fenitoin kadang-kadang menyebabkan depresi nodus SA. Efeknya terhadap automtisitas normal serabutu Purkinje sama dengan efek lidokain. Obat ini efektif meniadakan triggered activity pada delayed after depolarizations pada sel Purkinje yang disebabkan oleh digitalis. Fenitoin mempunyai interaksi yang kompleks dengan system saraf otonom dang kebanyakan adalah sentral.5.2 Farmakokinetik Penyerapan fenitoin dari saluran cerna berlangsung lambat dan tidak teratur. Penyerapan setelah suntikan IM juga lambat dan mungkin tidak sempurna. Elimasinya terjadi melalui proses hidroksilasi pada hati dengan metabolit yang ridak mempunyai aktivitas aritmia. Metabolisme ini dipengaruhi juga oleh factor genetic.

5.3 Efek non TerapiEfek samping fenitoin yang paling menonjol selama pengobatan akut aritmia adalah yang berkenaan dengan SSP yaitu bistagnimus, vertigo, ataksia dan nausea. Efek samping neurologis biasanya muncul bila kadar obat dalam plasma lebih dari 20mcg/l.5.4 IndikasiFenitoin diindikasikan untuk aritmia yang disebabkan oleh digitalis khusunya aritmia ventricular. C. Anti Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah melebihi batas normal. Hampir 90% tidak diktahui penyebabnya (hipertensi primer/essensial), dan sebagian kecil oleh penyakit lain yang mendasari (hipertensi sekunder). Keadaan yang menyebabkan hipertensi adalah penyakit ginjal, stenosis a.renalis, sindroma cushing. Hipertensi yang berat dan berkepanjangan akan menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh seperti otak (stroke), jantung (gagal jantung), gagal ginjal dan aterosklerosis.Prinsip kerja anti hipertensi adalah:

a. Menurunkan resistensi perifer

Efek menghambat aktivitas simpatis

Resistensi vaskuler perifer diatur oleh system saraf simpatis. Obat ini bekerja menekan aktivitas simpatis (antagonis alpha1) sehingga terjadi vasodilatasi arteriol dan penuruna resistensi perifer.

Contoh obat: 1. prozosin : short acting 3x/hari

2. deksazosin: long acting 1x/hari

3. terazosin : long acting 1x/hari

Efek ke arteriol (langsung/tidak langsung)

1. Hidralazin

Menurunkan obat yang bekerja langsung ke otot polos arteriol (tidak melalui aktivitas simpatik) sehingga terjadi vasodilatasi yang membuat tekanan darah menurun. Akan tetapi obat ini juga menimbulkan takikardi dan peningkatan C.O sehingga efek hipotensifnya kurang tercapai.

2. Ca antagonis

Bekerja menghambat ion Ca ke dalam sel, yang menyebabkan relaksasi otot polos arteriol membuat vasodilatasi yang akhirnya membuat tekanan darah menurun. Selain itu juga berfungsi sebagai anti angina. Pemberian secara peroral, dimetabolisme di hati menjadi inaktif. ESO berupa sakit kepala, pusing, flushing, edema di tungkai. Kalsifikasinya:

a. Short acting: sebagai anti hipertensi, anti angina

Contoh: nifeipin, nikardipin, diltazem

b. Long acting : sebagai anti hipertensi dan anti angina

Contoh: amlodipin, felodipin

c. Lain-lain: sebagai anti hipertensi, anti angina dan aritmia cordis

d. Contoh: varepamil

3. ACE inhibitor

ACE-I menghambat kerja enzim yang mengubah angiotensi I menjadi angiotensin II. Angiotensin II berefek vasokonstriktor, peningkatan produksi aldosteron yang menyebabkan retensi garam dan air yang berefek hipertensif.

Contoh: captopril (short acting), ebalapril, lisinoril, ramipril

ACE-I diabsorbi di lambung (lebih optimal dalam keadaan perut kosong), di metabolism di hati dan dieskresikan di ginjal. Kontraindikasi untuk wanita hamil, gangguan fungsi ginjal. ESO berupa batuk kering, bronkospasme, diare, sakit kepala, lemas.

4. Na-nitroprusid

Berguan untuk mengatasi kritis hipertensif dan decomp kiri akut, hanya disa diberika secara IV. ESO berupa palpitasi, sakit kepala dan pusing.

5. Minoksidil

Merupakan vasodilator yang kuat, pemberian harus dengan diuretic karena menyebabkan retensi garam dan air. ESO berupa meningkatnya pertumbuhan rambut, retensi garam dan air serta takikardi.

b. Menurunkan CO ( bloker)

Bekerja sebagai anti hipertensif dengan mempermudah aktivitas simpatis dengan menurunkan frekuensi denyut jantung, sehinga CO menurun dan tekanan darah menurun. -bloker ada yang bersifat selektif (hanya bekerja di reseptor jantung) misalnya metoprolol, atenolol dan ada yang bersifat non selektif (tidak hanya bekerja di respetor jantung tetapi bekerja juga di reseptor bronkus menimbulkan bronkokonstriksi dan di pembuluh darah perifer) misalnya propanolol, timolol, pindolol, nadolol.

ESO berupa bronkospasme, masking effect hipoglikemia, bradikardia. Kontra indikasinya untuk penyakit asma /PPOK, diabetes,decomp cordis.bradikardia.

c. Menurunkan preload (diuretic)

Diuretis menghambat kerja enzim yang berperan dalam reabsorbsi air dan ginjal sehingga dieresis meningkat. Berdasarkan efektifitasnya diuretic dibagai menjadi 2: Diuretic kuat: HCT dan furosemif

Diuretic lemah: spironolakton

HCT merupakan diuretic paling baik, pemberian dosis kecil berefk vasodilatasi selain efek diuretic. ESO berupa hiperusemia dan hipokalemia.

Furosemid juga merupakan diuretic kuat, pada keadaan berat bisa diberika secara IV. ESO berupa hipokalemia dan dehidrasi.

Spironolakton merupakan diuretic lemah biasanya dipakai untuk pemeliharaan decomp cordis dan sirosis hati dengan edema/asites. Tidak ada efek hipokalemia.

d. Efek sentral

1. Metil dopa

Bekerja secara sentral di otak dan menurunkan aktivitas simpatis. Indikasi untuk hipertensi pada kehamilan, hipertensi pada gangguan ginjal.

Masa kerja pendek deiberikan 3x/hari. ESO berupa retensi urin, drowsiness, depresi, aritmia hemolitik.

2. Klonidin

Baik untuk hipertensi pada gangguan ginjal, krisis hipertensi pada kehamilan (eklampsia). Pemberian secara per oral 3x/hari. Untuk krisis hipertensi atau eklampsia diberikan secara drip continous. Jika pemberian diberhentikan tiba-tiba dapat timbul withdrawl syndrome: rebound phenomenon yang mencetuskan lonjakan tekanan darah yang berlebihan. Oleh karena itu pemberian obat harus diberikan secara bertahap.