125
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN KARAKTERISTIK KREDIT DENGAN EFEKTIVITAS KREDIT PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KECAMATAN PARANGGUPITO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) Oleh : NAWAWI HADI WARDOYO H 0405042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

  • Upload
    trananh

  • View
    243

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN

KARAKTERISTIK KREDIT DENGAN EFEKTIVITAS KREDIT

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

DI KECAMATAN PARANGGUPITO KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Oleh :

NAWAWI HADI WARDOYO

H 0405042

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

ii

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN

KARAKTERISTIK KREDIT DENGAN EFEKTIVITAS KREDIT

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

DI KECAMATAN PARANGGUPITO KABUPATEN WONOGIRI

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Nawawi Hadi Wardoyo

H 0405042

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 08 Juli 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Dr. Ir. Eny Lestari, MSi

NIP. 19601226 198601 2 001

Anggota I

Emi Widiyanti, SP. MSi

NIP. 19780325 200112 2 001

Anggota II

Ir.Marcelinus Molo,MS,PhD

NIP. 19490320 197611 1 001

Surakarta, 10 Juli 2010

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS

NIP. 19551217 198203 1 003

Page 3: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta hidayahNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Antara

Faktor Sosial Ekonomi Petani dan Karakteristik Kredit dengan Efektivitas

Kredit Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di

Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Surakarta.

2. Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Ibu Dr. Ir. Eny Lestari, MSi selaku pembimbing utama skripsi yang telah

membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Emi Widiyanti SP. MSi, selaku pembimbing pendamping skripsi sekaligus

pembimbing akademik yang telah memberikan segala bimbingan dalam segala

hal.

5. Bapak Ir.Marcelinus Molo ,MS,PhD, selaku dosen penguji tamu.

6. Ayah, Ibu dan kakak-kaka yang telah memberi dorongan dan doa restu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri dan Penyuluh Pertanian

Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri yang telah banyak membantu

dalam penelitian.

8. Perangkat desa dan segenap masyarakat Desa Gunturharjo, Desa Sambiharjo

dan Desa Songbledeg atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan

penelitian.

9. Fitri, Mas Tono, Warsono, Tyas, Debby, Punta, Devit, Kuncoro, Tyo, atas

motivasi dan bantuannya dalam penulisan skripsi ini.

Page 4: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

iv

10. Crew Musafir, atas masukan dan pelipur dalam menjalani kejenuhan

kehidupan.

11. Crew Cimol, atas bantuannya dalam pelaksanaan penulisan skripsi.

12. Teman-teman Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan 2005.

13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

dan Keluarga Mahasiswa Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, atas

motivasi dan bantuan dalam penyusunan skripsi.

14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

iv

Page 5: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN . ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

RINGKASAN ................................................................................................... xi

SUMMARY ...................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7

B. Kerangka Berpikir .............................................................................. 33

C. Hipotesis ............................................................................................. 35

D. Pembatasan Masalah ............................................................................ 35

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................. 35

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... 40

B. Metode Penentuan Lokasi .................................................................... 40

C. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 41

D. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 43

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 43

F. Metode Analisis Data ........................................................................... 43

Page 6: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

vi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis .............................................................................. 45

B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 45

C. Keadaan Pertanian ............................................................................... 51

D. Keadaan Kelompok Tani ...................................................................... 56

E. Keadaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) di Kecamatan Paranggupito .................................................... 62

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Sosial Ekonomi Petani .............................................................. 66

B. Karakteristik Kredit ............................................................................. 74

C. Efektivitas Kredit Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) ............................................................................... 82

D. Hubungan antara Faktor Sosial Ekonomi Petani dan Karakteristik

Kredit dengan Efektivitas Kredit Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) .............................................................. 92

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 107

B. Saran ................................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi

Page 7: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Distribusi Jumlah Gapoktan yang di Kabupaten Wonogiri

Tahun 2009 ......................................................................................... 41

Tabel 3.2.Distribusi Luas Lahan Tanaman Jagung di Kecamatan Paranggupito,

Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 ...................................................... 42

Tabel 3.3. Jumlah Sampel masing-masing Gapoktan ......................................... 42

Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Paranggupito Menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin Per Juli 2009 ........................................................ 48

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Paranggupito Per Juli 2009 ................................................................. 49

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Paranggupito per Juli 2009 ................................................................. 50

Tabel 4.4 Luas Areal Panen dan Produksi Tanaman Pangan

di Kecamatan Paranggupito ................................................................ 52

Tabel 4.5 Jumlah dan Produksi Tanaman Buah di Kecamatan Paranggupito .... 54

Tabel 4.6 Jumlah dan Produksi Tanaman Obat di Kecamatan Paranggupito ..... 55

Tabel 4.7 Daftar Kelompok Tani di Kecamatan Paranggupito ........................... 58

Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut Umur ................................................. 67

Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut Pendidikan Formal ............................ 68

Tabel 5.3 Distribusi Responden dalam Mengikuti Kegiatan Penyuluhan,

Pelatihan dan Kursus selama Tahun 2009 .......................................... 69

Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Luas Penguasaan Lahan .................... 71

Tabel 5.5 Distribusi Responden menurut Pendapatan ........................................ 73

Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Nilai Plafond ..................................... 75

Tabel 5.7 Distribusi Responden menurut Jenis Agunan ..................................... 76

Tabel 5.8 Distribusi Responden menurut Bentuk Kredit .................................... 77

Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Lama Pinjam ..................................... 79

Tabel 5.10 Distribusi Responden menurut Tingkat Suku Bunga ........................ 80

Tabel 5.11 Distribusi Responden menurut Cara Pengembalian.......................... 81

Page 8: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

viii

Tabel 5.12 Distribusi Responden menurut Pendapatan Usaha Tani Jagung ....... 84

Tabel 5.13 Distribusi Responden menurut Produktivitas Jagung ....................... 85

Tabel 5.14 Distribusi Responden menurut Kesesuaian Penggunaan .................. 88

Tabel 5.15 Distribusi Responden menurut Kelancaran Pengembalian ............... 89

Tabel 5.16 Distribusi Responden menurut Efektivitas Kredit Program PUAP .. 90

Tabel 5.17 Hubungan antara Umur Responden dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP .................................................................................. 93

Tabel 5.18 Hubungan antara Pendidikan Formal Responden dengan Efektivitas

Kredit Program PUAP ...................................................................... 94

Tabel 5.19 Hubungan antara Pendidikan non Formal Responden dengan

Efektivitas Kredit Program PUAP ................................................... 95

Tabel 5.20 Hubungan antara Luas Penguasaan Lahan dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP ................................................................................. 96

Tabel 5.21 Hubungan antara Pendapatan Responden dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP ................................................................................. 97

Tabel 5.22 Hubungan antara Nilai Plavon dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP ................................................................................. 99

Tabel 5.23 Hubungan antara Jenis Agunan dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP ................................................................................. 100

Tabel 5.24 Hubungan antara Bentuk Kredit dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP ................................................................................. 101

Tabel 5.25 Hubungan antara Lama Pinjam dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP ................................................................................. 102

Tabel 5.26 Hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Efektivitas

Kredit Program PUAP ...................................................................... 103

Tabel 5.27 Hubungan antara Cara Pengembalian dengan Efektivitas

Kredit Program PUAP ...................................................................... 105

viii

Page 9: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Pembinaan dan Pengendalian PUAP ............................... 32

Gambar 2. Kerangka Berfikir ........................................................................... 34

Page 10: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian .................................................................... 113

Lampiran 2. Peta Penelitian ............................................................................. 115

Lampiran 3. Identitas Responden .................................................................... 117

Lampiran 4. Tabulasi ....................................................................................... 119

Lampiran 5. Korelasi ....................................................................................... 123

Lampiran 6. Tabulasi Silang ............................................................................ 125

Lampiran 7. Variabel Penelitian ...................................................................... 127

Lampiran 8. tHitung ............................................................................................ 137

Lampiran 9. Pendapatan Rumah Tangga Petani .............................................. 140

Lampiran 10. Luas Lahan Usahatani Jagung ................................................... 141

Lampiran 11. Produktivitas Jagung ................................................................. 142

Lampiran 12. Analisis Usahatani Jagung ........................................................ 143

Lampiran 13. Kuisioner .................................................................................. 144

Lampiran 14. Gambar ..................................................................................... 157

Page 11: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

xi

RINGKASAN

Nawawi Hadi Wardoyo. H0405042. 2010. “Hubungan Antara Faktor

Sosial Ekonomi Petani dan Karakteristik Kredit dengan Efektivitas Kredit

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)”. Berdasarkan

skripsi yang dibimbing oleh Pembimbing Utama Dr. Ir. Eny Lestari, MSi dan

Pembimbing Pendamping Emi Widiyanti, SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Inovasi merupakan sesuatu hal yang baru bagi kalangan masyarakat tertentu.

Inovasi agar di adopsi oleh masayarakat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti

faktor sosial ekonomi petani dan karakteristik dari inovasi itu sendiri. Ketika

inovasi dipakai dan diterapkan yang berdampak pada ketercapaian tujuan dari

pencetusan inovasi tersebut. Ketercapaian tujuan dari inovasi, maka dapat

dikatakan inovasi itu sudah efektif.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri

menggunakan metode deskriptif. Pemilihan sampel dilakukan dengan proposional

random sampling di kelompok tani Kecamatan Paranggupito. Terpilih tiga

gabungan kelompok tani (Gapoktan) pada tiga desa yaitu Desa Gunturharjo, Desa

Sambiharjo serta Desa Songbledeg. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) tersebut

mewakili tiga kategori luas lahan untuk usahatani komoditas jagung. Responden

yang digunakan sebanyak 30 responden. Metode analisis data yang digunakan

menggunakan lebar interval untuk mengukur tingkat kecenderungan, sedangkan

untuk menganalisis hubungan menggunakan Uji Koefisien Korelasi Rank

Spearman (rs).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji analisis faktor-

faktor yang berhubungan dengan efektivitas kredit program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) maka dapat disimpulkan bahwa: kredit program

PUAP di Kecamatan Paranggupito sudah efektif. Faktor sosial ekonomi petani

yang berhubungan dengan efektivitas kredit program PUAP adalah: pendidikan

formal, pendidikan non formal serta luas penguasaan lahan pertanian.

Karakteristik kredit yang berhubungan dengan efektivitas kradit progam PUAP

adalah: nilai plafond, jenis agunan, bentuk kredit, lama pinjam, tingkat suku

bunga dan cara pengembalian. Efektivitas kredit program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri

tergolong dalam kategori tinggi sebesar 87%. Dari hasil analisis Rank Spearman

dan uji signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% didapat hasil bahwa efektivitas

kredit program PUAP berhubungan dengan faktor sosial ekonomi petani dan

karakteristik kredit.

Page 12: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

xii

SUMMARY

Nawawi Hadi Wardoyo. H0405042. 2010. “"The Relationship Between

Socioeconomic Factors and the Characteristics of Farmers' Credit with

Credit Effectiveness Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP)". Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Under the

guidances of Dr. Ir. Eny Lestari, MSi and Emi Widiyanti SP. MSi.

Innovation is something new to a particular society. Innovation to the

adoption by the society is affected by several things, such as socioeconomic

factors and characteristics of the farmer's own innovation. When the innovation is

used and appplication wich impact on, the successful of the goal for arcing this

innovation. Achievement for the purpose of innovation, it can be said that

innovation has been effective.

This research was conducted in District Paranggupito Wonogiri using

descriptive methods. The sample selection was done by proportional random

sampling of farmers' groups Paranggupito District. Elected three combined groups

of farmers (farmer group union) in the three villages, namely Gunturharjo Village,

Sambiharjo Village and Songbledeg Village. Combined groups of farmers (farmer

group union) representing three broad categories of land for corn farming.

Respondents who used as many as 30 respondents. Methods of data analysis is

using a wide interval used to measure the level of the trend, while to analyze the

relationships using Spearman Rank Correlation Coefficient Test (r s).

Based on the research and analysis of the discussions that examine the

factors related to the effectiveness of the program credit Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) it can be concluded that: credit program in District

Paranggupito PUAP have been effective. Socioeconomic factors related to the

effectiveness of farmer credit program PUAP are: formal education, non formal

education as well as broad agricultural land tenure. Credit characteristics

associated with effectiveness kradit PUAP program are: limit values, types of

collateral, credit, length of loan, interest rate and manner of repayment. The

effectiveness of the program credit Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. From the results of

Spearman Rank analysis and test of significance at 95% confidence level is

obtained the result that the effectiveness of the program credit PUAP

socioeconomic factors associated with farmers and credit characteristics.

Page 13: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Agraris yang sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Maka

sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam memberikan

sumbangan bagi pendapatan nasional. Jumlah penduduk miskin tercatat 37,2

juta, sekitar 63,4% dari total penduduk miskin berada di pedesaan dengan

mata pencahariaan sebagai petani dan 80% berada pada skala usaha mikro

yang memiliki luas lahan kurang dari 0,3 hektar (Departemen Pertanian,

2008).

Tingginya jumlah penduduk miskin di negara-negara sedang

berkembang termasuk di Indonesia dikarenakan rendahnya produktivitas dari

penduduk itu sendiri. Adanya peningkatan produktivitas petani diharapkan

mampu meningkatkan pendapatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan

pokok serta meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Tetapi

kenyataan di lapang, peningkatan produktivitas mengalami kesulitan karena

kompleksnya permasalahan yang dihadapi. Rendahnya produktivitas dapat

disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengangguran, rendahnya pendidikan,

rendahnya keterampilan dan rendahnya kesehatan. Bahkan kemiskinan dapat

diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya (Kartasasmita, 1995).

Rendahnya produktivitas penduduk terutama petani di negara

berkembang termasuk di Indonesia disebabkan kurangnya akses terhadap

sumber permodalan, pasar, teknologi, organisasi tani yang lemah dan

penggunaan input pertanian modern yang terbatas. Ketidakmampuan petani

untuk memenuhi syarat bertani yang baik disebabkan kurangnya modal untuk

pembiayaan kegiatan usahatani. Petani tetap membutuhkan kredit usahatani

terutama petani yang memiliki lahan sempit dan petani penggarap

(Sudaryanto, 2002).

Modal berperan sebagai salah satu faktor penting untuk meningkatkan

produktivitas usaha. Bahkan dengan pemerataan akses pada modal (kredit)

Page 14: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

2

bagi semua golongan masyarakat diyakini sebagai salah satu alternatif untuk

pemerataan pendapatan. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa dengan

modal (kredit) seseorang dapat mengoptimalkan sumber daya lain yang ada

pada dirinya guna meningkatkan keuntungan usahanya yang pada gilirannya

dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya

(Sudaryanto, 2002).

Adanya permasalahan yang dihadapi petani dalam pengadaan modal,

maka diperlukan suatu upaya pengembangan keuangan alternatif yang tepat

untuk menjangkau sebagian besar masyarakat Indonesia yang pada umumnya

bergerak pada sektor pertanian skala kecil dan menengah pembangunan

nasional, pemerintah melibatkan semua pihak terkait dan terutama petani di

pedesaan dengan cara mengeluarkan berbagai program kredit usaha yang

bergerak di bidang pertanian. Adanya kredit di bidang pertanian diharapkan

mampu mencukupi permodalan yang dibutuhkan oleh petani. Berbagai macam

kredit telah dikeluarkan oleh pemerintah salah satunya adalah Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Bermacam-macam kredit yang telah dikeluarkan pemerintah, banyak

ditemukan berbagai kasus penyimpangan dalam penyaluran dan penggunaan

kredit usahatani. Adanya penyimpangan menyebabkan tidak tercapainya

tujuan dari kredit tersebut yaitu adanya peningkatan produktivitas pertanian

dan peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. Selain adanya berbagai

penyimpangan dalam penyaluran dan penggunaan kredit, banyak ditemukan

kemacetan pengembalian kredit di berbagai tempat.

Penyimpangan kredit dapat dilihat dari penyaluran kredit untuk

usahatani yang dikeluarkan terlebih dahulu. Program kredit untuk petani telah

mengalami beberapa kali perubahan. Dimulai dengan kredit Bimas atau

Inmas di tahun 1970-an menjadi Kredit Usaha Tani (KUT) pada tahun 1985.

Namun dari kedua jenis kredit tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. Pengembalian dana yang disalurkan mengalami kemacetan.

Hingga akhir tahun 2007 tercatat jumlah angsuran debitur sebesar 2,59 triliun

dari realisasi 8,3 triliun sehingga jumlah tunggakan sebesar 5,71 triliun. Pada

Page 15: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

3

bulan Oktober tahun 2000, pemerintah mengeluarkan kredit baru pengganti

KUT yakni Kredit Ketahanan Pangan (KKP) (Ritonga, 2008).

Kredit Ketahanan Pangan (KKP) juga mengalami penyimpangan seperti

kredit terdahulu, misalnya dalam realisasi penyaluran kepada petani yang

tidak sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok Tani (RDKK). Seperti yang terjadi di Kediri, diketemukan satu

koperasi yang menyalurkan KKP tidak sesuai dengan RDKK karena petani

sudah memperoleh pinjamaman modal usahatani dari dana bergulir subsidi

BBM yang diperoleh lebih awal. Dana KKP yang diperuntukkan bagi 19

anggota hanya disalurkan kepada 10 anggota dengan jumlah pinjaman yang

sangat bervariasi antara 500 ribu sampai dengan 50 juta per orang dan yang

memperoleh dana tidak semuanya petani (Hastuti, 2002).

Kemacetan dalam pengembalian akan berdampak pada penyaluran kredit

selanjutnya, maka diperlukan kredit usahatani yang diatur menggunakan

mekanisme yang baik, dilihat dari aspek perencanaan, penyaluran,

penggunaan, pengembalian dan evaluasi kredit tersebut. Adanya mekanisme

penyaluran kredit yang baik diharapkan mampu meminimalisir terjadinya

penyimpangan dan kemacetan dari pengadaan kredit tersebut.

Perubahan pada penyaluran kredit pada Program PUAP dapat dikatakan

sebagai inovasi dari pemerintah di bidang penyaluran kredit usahatani.

Pembaharuan ini ditujukan untuk menyempurnakan kredit yang terdahulu.

Kredit yang digulirkan melalui PUAP disesuaikan dengan kebutuhan petani.

Jadi petani ikut menyusun modal yang diperlukan untuk kegiatan produksi

pertanian bersama dengan penyuluh pertanian lapang yang ditunjuk.

Program PUAP mulai diberikan kepada petani mulai tahun anggaran

2007 secara bersamaan di seluruh wilayah nusatara. Kabupaten Wonogiri

merupakan salah satu daerah yang menerima dana bantuan program PUAP.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri Ir. Siti Mukhalimah,

MM (2008), dana bantuan program PUAP akan digunakan untuk

mengembangkan kegiatan agrobisnis dari desa miskin yang memiliki potensi

pertanian yang cukup besar untuk dikembangkan. Kabupaten Wonogiri

Page 16: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

4

mendapat dana bantuan sebesar Rp. 3,5 M, dengan alokasi dana untuk 35

gabungan kelompok tani (Gapoktan). Setiap Gapoktan mendapatkan dana

sebesar 100 juta. Gapoktan tersebut tersebar di sembilan kecamatan di

Wonogiri yaitu Kecamatan Wonogiri, Jatisrono, Jatiroto, Batuwarno,

Kismantoro, Paranggupito, Puhpelem, Wuryantoro dan Pracimantoro.

B. Perumusan Masalah

Program-program yang digulirkan pemerintah baik dalam kompensasi

maupun dalam bentuk peminjaman modal lunak diharapkan mampu mengatasi

masalah yang terkait dengan kesejahteraan petani khususnya di pedesaan.

Sebagian besar penduduk miskin hidup di pedesaan yang bergerak di bidang

pertanian semakin terpuruk keadaanya dengan adanya krisis global yang secara

tidak langsung berdampak pada peningkatan biaya produksi. Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) diharapkan mampu

mengatasi permasalahan permodalan di kalangan petani. Permasalahan

permodalan yang dihadapi dapat terpecahkan secara tidak langsung program

tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya di tengah

krisis global dan persaingan bebas.

Kredit yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan

tidak terlepas dari berbagai penyimpangan. Demikian juga dengan kredit

program PUAP tidak terlepas dengan berbagai penyimpangan walaupun sudah

ada berbagai penyempurnaan di berbagai aspek dari program kredit yang

sebelumnya yang sudah dicetuskan terlebih dahulu. Adanya penyimpangan

atau kendala dalam penyaluran dana program PUAP berdampak pada

efektivitas program tersebut. Baik dilihat dari prosedur penyaluran dana,

ketepatan sasaran maupun jumlahnya serta tingkat kesejahteraan petani setelah

menerima bantuan modal dari pemerintah, maka dilakukan penelitian

mengenai efektivitas program PUAP.

Efektivitas dari berbagai program kredit usahatani tidak terlepas dari

berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri petani maupun

dari lingkungan luar yang tidak terbiasa berhubungan langsung dengan bank

Page 17: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

5

dan penyusunan biaya yang dibutuhkan oleh petani sendiri. Sedangkan faktor

lainnya adalah karakteristik dari kredit itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi petani penerima kredit program

PUAP di Kecamatan Paranggupito?

2. Bagaimanakah efektivitas kredit program PUAP di Kecamatan

Paranggupito dilihat dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan?

3. Bagaimanakah hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan

efektivitas kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito?

4. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik kredit dengan efektivitas

kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani penerima kredit

program PUAP.

2. Untuk mengetahui efektivitas kredit program PUAP di Kecamatan

Paranggupito dilihat dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan

efektivitas kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito.

4. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik kredit dengan efektivitas

kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan

pengalaman di samping untuk melengkapi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait, diharapkan dapat menjadikan

bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

Page 18: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

6

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi masyarakat sasaran, dengan adanya program PUAP diharapkan

kesejahteraan mereka lebih diperhatikan pemerintah.

Page 19: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

7

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

Istilah “pembangunan” yang digunakan dalam bahasa Indonesia,

sering terjemahan dari kata development, growth, change, modernization

bahkan progress. Maka pengertian yang melekat dalam istilah

pembangunan sebenarnya mencakup banyak aspek yang harus didekati

dari berbagai sudut pandang lintas disiplin yang mencakup: ekonomi,

politik, maupun sosial budaya (Raharjo dalam Mardikanto, 1993).

Pembangunan menurut Kindeleberger dalam Mardikanto (1982),

pembangunan tidak terlepas dari kata development dan growth. Growth

menunjuk pada gejala kenaikan hasil atau peningkatan efisiensi hasil

diukur dengan suatu masukan. Sedangkan development memiliki arti lebih

dari sekedar kata growth, tetapi disertai dengan perubahan yang terjadi

pada bidang teknis dan kelembagaan produksi maupun distribusi dalam

komposisi hasil produk nasional maupun alokasi faktor-faktor masukan

pada setiap sektor serta perubahan dalam kemampuan fungsional suatu

masyarakat.

Arti pembangunan dalam kepustakaan dapat diartikan hakikat

pembangunan adalah upaya sadar dan terencana untuk memperbaiki

kesejahteraan atau kualitas hidup manusia dari bangsa yang sedang

membangun tersebut (Mardikanto, 1994). Sedangkan menurut Swasono

dalam Mardikanto (1994), pembangunan sebagai transformasi dari

ketergantungan menuju kemandirian. Kemandirian adalah kewaspadaan

yang dicapai melalui aktivitas, swakarsa, kreativitas dan kesadaran

menolong dirinya sendiri serta menolak ketergantungannya.

Pembangunan yaitu upaya sadar dan terencana untuk

melaksanakan perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan

perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk

jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah yang didukung oleh

Page 20: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

8

partisipasi masyarakat dengan menggunakan teknologi yang terpilih

(Mardikanto, 1993).

Pertanian adalah mata pencahariaan dan lapangan kerja pokok

penduduk pedesaan, sehingga dalam pembangunan pedesaan, perhatian

utama tetap harus ditujukan pada pembangunan pertanian sebagian sektor

kegiatan ekonomi yang menonjol (Mubyarto, 1987).

Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses yang

ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk setiap

konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas

usaha setiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk

memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan

tumbuh-tumbuhan dan hewan (Hadisapoetra, 1973).

Pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana hanya oleh petani

saja. Untuk melakukan pembangunan pertanian lebih lanjut, makin lama

petani makin tergantung pada pihak-pihak di luar lingkungan desa, seperti

pupuk, bibit unggul, saluran pengairan, obat-obatan, alat-alat, dan lain-lain

yang dibeli dari luar, demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar,

pengetahuan dari sekolah atau fakultas, dinas penyuluhan, dan sebagainya.

Dengan demikian pertanian dapat maju apabila terdapat interaksi yang

positif antara bidang pertanian dengan bidang-bidang lainnya

(Hadisapoetra, 1973).

Salah satu tolok ukur pembangunan pertanian adalah tercapainya

peningkatan pendapatan masyarakat yang hidup di pedesaan. Adanya

kenaikan pendapatan, jumlah dan ragam serta mutu konsumsi masyarakat

terus bertambah baik konsumsi bahan pokok maupun konsumsi terhadap

barang dan jasa yang dihasilkan oleh non sektor pertanian. Tetapi

kenyataannya, keberhasilan pembangunan pertanian tidak selalu dapat

menciptakan perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja terutama bagi

angkatan kerja baru di pedesaan (Mardikanto, 2009).

Soedarsono dalam Mardikanto (1982), menegaskan “modernisasi

usahatani” merupakan landasan bagi pembangunan pertanian. Modernisasi

Page 21: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

9

usahatani adalah usahatani yang sangat fleksibel, sangat dinamis dan

produktivitasnya selalu terus meningkat, tidak terbatas pada satu komoditi

tertentu, sehingga usahataninya merupakan satu proses produksi yang

dapat dilaksanakan seluas mungkin dan memberikan manfaat atau

pendapat sebesar-besarnya.

Pentingnya pembangunan pertanian di negara-negara berkembang

yang diutarakan Mardikanto (1993), dikarenakan:

a. Sebagian besar penduduk di negara berkembang yaitu negara-negara

dunia ketiga masih hidup di sektor pertanian.

b. Negara-negara dunia ketiga, pada umumnya masih menghadapi

masalah pangan baik masa sekarang ataupun masa yang akan datang.

c. Negara-negara dunia ketiga tidak dapat mengejar ketertinggalannya

untuk dapat bersaing dengan negara maju untuk menghasilkan produk

industri di pasar internasional.

d. Ketegasan sektor pertanian dalam menghadapi gejolak perekonomian

dunia dibandingkan dengan sektor lainnya.

e. Besarnya sumbangan sektor pertanian bagi pembangunan sektor

industri.

Pembangunan pertanian menurut Mosher (1966), ialah suatu upaya

meningkatkan produksi hasil pertanian. Pembangunan pertanian juga

memerlukan syarat pokok dan faktor pelancar. Syarat pokok (eccential)

merupakan komponen yang harus ada dalam pembangunan pertanian,

tanpa ada salah satu komponen syarat pokok maka pembangunan

pertanian tidak akan berjalan. Syarat pokok pembangunan pertanian sudah

terpenuhi semuanya tetapi tidak didukung salah satu faktor pelancar

(accelerators) maka pembangunan tidak akan berhasil. Syarat pokok

pembangunan pertanian terdiri dari beberapa komponen yaitu pasar yang

selalu tersedia, teknologi yang selalu berubah, tersedianya sarana produksi

dan peralatan secara lokal, perangsang produksi bagi petani dan

pegangkutan. Faktor pelancar merupakan faktor yang dapat mempercepat

pembangunan pertanian. Berbeda dengan syarat pokok pembangunan

Page 22: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

10

pertanian harus ada seluruh komponennya, faktor pelancar tidak secara

mutlak harus tersedia semuanya. Faktor pelancar pembangunan pertanian

yang dibutuhkan adalah pendidikan pembangunan, kredit produksi,

kegiatan bersama yang dilakukan oleh petani, perbaikan dan perluasan

lahan pertanian serta perencanaan nasional pembangunan pertanian.

Pembangunan pertanian menjadi salah satu tolak ukur kecukupan

pangan dan kemajuan suatu bangsa. Pembangunan pertanian di Indonesia

masih memegang peranan penting dengan beberapa alasan yaitu potensi

sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan

nasional cukup besar serta besarnya penduduk yang menggantungkan pada

sektor pertanian dan merupakan basis pertumbuhan dipedesaan

(Darmawan, 2007).

Sektor pertanian memegang peranan penting. Beberapa alasan

yang mendorong seseorang bekerja di sektor pertanian yaitu:

a. Penguasaan lahan dan mesin teknologi digunakan untuk kegiatan

pertanian dan perternakan sehingga membutuhkan tenaga kerja di

sektor pertanian untuk mengoperasikan dan mengelolanya.

b. Bekerja di bidang pertanian menjadi jenis pekerjaan yang menarik dan

diminati oleh sebagian orang karena dari bidang pertanian mampu

memberikan harapan bagi petani dari hasil panen yang diperolehnya.

c. Hasil dari sektor pertanian tidak kalah jika dibandingkan dengan

bekerja di luar sektor pertanian (Kay dan William, 1999).

Strategi pembangunan pertanian yang dijalankan selama ini

bersifat sentralistik dan top-down. Pendekatan ini dinilai sudah tidak

memadai lagi jika dilihat dari kepentingan memajukan perekonomian

petani (di pedesaan) yang sekaligus untuk memperbaiki perekonomian

nasional yang terpuruk dan belum menunjukkan gejala yang membaik

semenjak krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, maka diperlukan

kelembagaan yang dibangun dari pengalaman secara empirik.

Pembangunan pertanian dimasa mendatang perlu mempertimbangkan

kemajuan dari organisasi petani di pedesaan (Syahyuti, 2002).

Page 23: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

11

2. Agribisnis

Agribisnis dalam pertanian adalah istilah umum untuk berbagai

macam usaha yang terlibat dalam makanan produksi, termasuk pertanian

dan kontrak pertanian, benih pasokan, pestisida, mesin pertanian, grosir

dan distribusi, pengolahan, pemasaran, dan penjualan. Istilah ini memiliki

dua konotasi sangat berbeda tergantung pada konteks. Pertama, dalam

pertanian industri, agribisnis secara luas hanya digunakan sebagai bisnis

pertanian, merujuk pada berbagai kegiatan dan disiplin ilmu yang dicakup

oleh produksi pangan modern. Kedua, agribisnis sering diartikan dengan

perusahaan pertanian (Wikipedia, 2010).

Agribisnis sering diartikan secara sempit yaitu perdagangan atau

pemasaran hasil pertanian. Sebenarnya agribisnis memiliki konsep yang

luas mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas

lain. Seperti yang diungkapkan Soekartawi (2003), agribisnis merupakan

suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan

dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada

hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Dimaksud dengan “ada

hubungannya dengan pertanian dalam arti luas” adalah kegiatan usaha

yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha lain yang

ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Agribisnis menjasi sebuah istilah yang biasa digunakan untuk

menjelaskan kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kegiatan pembuatan,

pengolahan dan penjualan makanan beserta pelayanan kepada publik,

tetapi seiring dengan perkembangan zaman. Sejak tahun 1950-an

agribisnis diartikan sebuah bisnis yang menyeluruh dan sulit untuk

mencapai kesuksesan tapi lebih penting diluar fokus pemerintahan. Maka

dibutuhkan beberapa cara baru dalam analisis sektor agribisnis. Sebuah

sugesti bahwa penerimaan pendekatan sebuah sistem adalah pilihan yang

tepat dimana akan menjadi seorang agribisnis yang profesional yang

nantinya akan menemukan sistem yang tepat (McGregor, 1997).

Page 24: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

12

A. Soeharjo dalam Hernanto (1993) mengartikan agribisnis

mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian

sampai dengan tata niaga produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau

hasil olahannya. Davis dan Golberg dalam Hernanto (1993) menyatakan

bahwa agribisnis terdiri dari beberapa subsistem yang saling berkaitan:

a. Subsistem pembuatan dan penyaluran berbagai sarana produksi seperti

bibit, mesin pertanian bahan bakar dan lain-lain. Pelaku kegiatan ini

adalah perusahaan swasta, koperasi, lembaga pemerintah, bank atau

pemerintah.

b. Subsistem kegiatan produksi dalam usahatani yang menghasilkan

berbagai macam produk pertanian. Usahatani ini mencakup semua

bentuk organisasi produksi mulai dari skala kecil sampai skala besar.

c. Subsistem pengumpul, pengolahan, penyimpanan dan penyaluran

produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya ke

konsumen.

Sjarkowi (1992), agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan

dengan kegiatan produksi pertanian yaitu meliputi usaha produksi dan

pemasaran hasil pertanian. Agribisnis memiliki tiga sektor yaitu:

a. Sektor input yaitu kebutuhan yang dibutuhkan oleh petani untuk

kegiatan produksi yaitu bibit atau benih unggul, pakan ternak,

pestisida, alat mesin pertanian dan pupuk.

b. Sektor produksi yaitu sektor yang berkaitan dengan budidaya.

c. Sektor output yaitu hasil produksi dan hasil pengolahan hasil pertanian

yaitu bahan baku industri, bahan makanan jadi, buah segar dan sayur.

Saragih (2001), mengatakan pembangunan pertanian tidak hanya

semata peningkatan produksi, tetapi harus berdasarkan pada pola

agribisnis. Sektor agribisnis sebagai bentuk modern dari pertanian primer,

paling sedikit mencakup empat subsistem yaitu:

a. Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yaitu kegiatan

ekonomi yang menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan

Page 25: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

13

sarana produksi pertanian primer seperti indutri pupuk, obat-obatan,

benih dan alat mesin pertanian.

b. Subsistem usahatani (on farm agribusiness) yang dimasa lalu kita

sebut sebagai sektor pertanian primer.

c. Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan

ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk

olahan, baik dalam bentuk siap masak maupun saji beserta kegiatan

pemasaran di tingkat domestik maupun internasional.

d. Subsitem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan dan

pembiayaan transportasi, penyuluhan dan layanan informasi agribisnis,

penelitian dan pengembangan kebijakan asuransi agribisnis.

3. Petani

Petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap

menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usaha tani

dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga

bayaran. Petani bukanlah bawahan penyuluh, berarti tidak ada pula sifat

perintah dan tugas serta kewajiban tertentu sesuatu hal, tidak pula sesuatu

sangsi jabatan terhadap hasil kerja yang telah diperlihatkan oleh petani

(Samsudin, 1982).

Snodgrass dan Luther (1964) mengatakan bahwa, petani dalam

mengelola usahataninya memiliki beberpa ciri yaitu mereka mengambil

tenaga kerja yang diambil dari satu keluarga dapat mengambil sedikit atau

banyak. Pengambilan tenaga kerja dari keluarga yang berbeda

menggunakan cara menyewa. Sebagian dari anggota petani memiliki lahan

yang luas. Petani dan keluarganya mempunyai peranan yang penting

dalam pengelolaan lahan pertanian keluarganya.

Sejak lama bahkan sampai sekarang, masih dijumpai adanya dua

kutub pendapat yang menyatakan bahwa “petani subsisten” dengan ciri-

ciri khusus yang pada umumnya sangat tidak responsif terhadap

penyuluhan pembangunan pertanian, sedangkan ”petani rasional” dengan

Page 26: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

14

ciri-ciri yang sangat responsif terhadap berbagai kegiatan penyuluhan

pertanian (Mardikanto, 2009).

Setiawan dalam Beyda (2001), mengatakan peningkatan produksi

pertanian khususnya tanaman pangan seperti beras ternyata tidak dapat

dinikmati oleh petani pedesaan secara menyeluruh disebabkan karena

pendistribusian tanah dikalangan petani tidak sama. Struktur penguasaan

lahan oleh petani di Indonesia dibagi beberapa lapisan yaitu: lapisan

teratas dikuasai oleh pemerintah merupakan perkebunan besar dengan luas

areal 1,7 juta hektar. Lapisan kedua merupakan perkebunan berskala

menengah yang dimiliki perusahaan swasta dengan luas kurang dari 1,1

juta hektar. Lapisan ketiga merupakan petani marginal dengan luas

penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektar. Lapisan keempat merupakan

petani yang tidak memiliki lahan pertanian.

4. Efektivitas Kredit Program PUAP

a. Kredit

Modal atau kapital mengandung banyak arti, tergantung pada

penggunaannya. Kehidupan sehari-hari, modal sama dengan harta

kekayaan seseorang. Menurut Van Bohn Bowerk dalam Daniel (2002),

modal merupakan segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki

oleh masyarakat. Jadi, modal adalah setiap hasil atau produk atau

kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya.

Adanya modal dalam usaha pertanian tidak terlepas dengan adanya

kredit. Kredit salah satu alat untuk memperoleh modal. Jadi, kredit

merupakan modal yang diperoleh dari pinjaman pihak luar.

Kredit dapat digolongkan menjadi beberapa golongan. Cooper

(1997) menggolongkan kredit berdasarkan lama pinjamnya menjadi

beberapa golongan yaitu:

a. Kredit jangka panjang. Jangka pelunasan kredit ini berkisar antara

delapan sampai dengan empat puluh tahun.

Page 27: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

15

b. Kredit jangka menengah bila jangka waktu pelunasan kredit antara

satu sampai dengan tujuh tahun.

c. Kredit jangka pendek jika waktu pelunasannya kurang dari satu

tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk kegiatan produksi.

Cooper (1997) juga membedakan kredit menjadi dua jika dilihat dari

kegunaan dari kredit tersebut yaitu kredit konsumtif dimana

peminjaman kredit digunakan untuk kegiatan konsumsi. Sedangkan

golongan kedua merupakan kredit produksi dimana kredit tersebut

digunakan untuk kegiatan produksi untuk menghasilkan produk-

produk baru.

Kredit pada umumnya ialah kesanggupan akan meminjam uang

atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau

memperoleh penyerahan barang atau jasa dengan perjanjian akan

membayarnya kelak. Istilah kredit berasal dari bahasa latin yang

berarti kepercayaan dan suatu kepercayaan akan kejujuran si peminjam

uang (Abdurrahman, 1982).

Pelayanan fasilitas kredit merupakan salah salah satu faktor

penting dalam sektor pertanian. Berbagai fasilitas kredit telah

dikembangkan pemerintah guna menunjang pembangunan pedesaan.

Beberapa kondisi kredit yang dibutuhkan oleh petani di pedesaan yaitu

mudah, murah, cepat dan sesuai dengan kebutuhan petani. Jika dilihat

dari segi bunga, kredit yang disalurkan pemerintah lebih rendah bila

dibandingkan dengan kredit non formal karena pada hakekatnya kredit

tersebut untuk masyarakat pedesaan (Irawan, 1989).

Daniel (2002), kredit mempunyai arti sebagai suatu transaksi

antara dua pihak. Pihak pertama disebut sebagai kreditor (yang

menyediakan sumber ekonomi berupa uang, barang dan jasa) dan

pihak kedua disebut dengan debitor (pengutang), dengan perjanjian

bahwa pihak pengutang akan membayar kembali utang tersebut pada

waktu yang ditentukan yang kadang ditambahkan dengan persyaratan

tertentu seperti denda keterlambatan, bunga dan lain sebagainya.

Page 28: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

16

Kredit yang dikucurkan pemerintah pada bidang pertanian

diusahakan agar penggunaan kredit yang tersedia dapat digunakan

seefisien mungkin yang artinya kredit pertanian tersebut mampu

membantu peningkatan produksi pertanian setinggi-tingginya. Tujuan

ini hanya bersifat teknis ekonomis, tetapi selain itu kredit mempunyai

tujuan lain yaitu peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat

petani. Salah satu penyebab kesulitan pemberian kredit kepada petani

lebih sedikit bagi keperluan produksi dan lebih banyak untuk

keperluan konsumsi (Mubyarto, 1987).

Heidhues (1979) mengelompokkan sistem kredit pertanian

dalam empat kategori, yaitu:

i. Kredit pertanian melalui bank komersil

Negara sedang berkembang, umumnya bank komersil merupakan

sumber dana kredit utama bagi kegiatan pertanian. Bank-bank

komersil biasanya hanya memberikan kredit pada tahap

pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

ii. Sistem yang dikelola negara

Pemusatan pengelolaannya berada di Bank Kredit Pertanian

Negara. Ciri khas dari sistem ini adalah adanya ketergantungan

pada anggaran negara dan keterkaitan dengan lembaga pemerintah

lainnya.

iii. Koperasi pertanian

Koperasi kredit didasarkan pada prinsip partisipasi, supaya nasabah

dapat mengawasi organisasi dan pemanfaatan sumber dana.

Masalah yang dihadapi koperasi adalah pengabaian pengembalian

uang oleh nasabah, pengaruh pemerintah kurang baik terhadap

organisasi, kebijaksanaan suku bunga yang rendah dan biaya kredit

yang tinggi.

Page 29: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

17

iv. Sistem non kelembagaan

Sebagian kredit pertanian di pedesaan diperoleh dari sumber-

sumber nonkelembagaan. Kredit ini diperoleh dari saudara, teman,

kelompok, pedagang dan rentenir

Sudjanadi dalam Daniel (2002), mengemukakan berbagai alasan

pentingnya pemberian kredit di bidang pertanian dengan alasan:

i. Pemberian kredit usahatani dengan kredit bunga yang ringan perlu

untuk memungkinkan petani melakukan inovasi dalam

usahataninya.

ii. Kredit harus bersifat kredit dinamis, yaitu mendorong petani untuk

menggunakan secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan

yang teliti.

iii. Kredit yang diberikan selain bantuan modal juga merupakan

perangsang untuk menerima petunjuk dan bersedia berpartisipasi

dalam program peningkatan produksi.

iv. Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya

terbatas pada kredit usahatani yang langsung diberikan bagi

produksi pertanian, tetapi harus pula mencakup kredit untuk

kebutuhan rumah tangga petani (kredit konsumsi).

Kemacetan pengembalian kredit usahatani dapat dikendalikan

jika beberapa syarat dari kredit normal dipenuhi. Syarat kredit normal

di bidadang pertanian seperti yang dituturkan Ronodiwiryo dalam

Hastuti dan Supadi (2001) sebagai berikut:

i. Petani-petani yang diberi kredit mampu dan mau menaikkan

produksi

ii. Mereka mau dan mampu mengembalikan kredit dari hasil kenaikan

produksi tersebut segera sesudah panen.

iii. Untuk berhasilnya semua itu, maka kredit diberikan kepada petani-

petani secara selektif disertai pengawasan dan bimbingan tentang

cara-cara memakainya, dan bimbingan kultur teknis yang ke dua-

duanya perlu dilakukan secara intensif.

Page 30: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

18

b. Efektivitas Kredit Program PUAP

Soewartoyo dan Lumbatoruan (1992) mendefinisikan efektif

sebagai menjalankan pekerjaan dengan benar (to do the right things)

berbeda dengan efisien yang diartikan sebagai menjalankan pekerjaan

dengan baik (to do the things right). Efektifvitas menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan,

jika hasil kegiatan makin mendekati sasaran berarti makin tinggi

efektifitasnya.

Efektivitas kredit dapat diukur dari peningkatan produktivitas

usahatani yang sangat ditentukan oleh sejauh mana modal kerja yang

diterima petani benar-benar digunakan untuk keperluan usahataninya

(Sanin, 1998).

Mengacu dari tujuan pemberian kredit usahatani di pedesaan

sebagai upaya pembangunan pertanian, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa kredit program PUAP dikatakan efektif jika:

i. Mampu meningkatkan pendapatan petani baik dari kegiatan on

farm (kegiatan budidaya) maupun dari kegiatan off farm (bukan

budidaya).

ii. Mampu meningkatkan produktivitas dari kegiatan usahataninya.

Adanya kredit diharapkan mampu menambah modal untuk

kegiatan produksi, sehingga mampu meningkatkan produksi hasil

pertaniannya.

iii. Kesesuaian penggunaan kredit. Penggunaan dana kredit untuk

kegiatan produksi pertanian bukan untuk kegitan selain usaha

pertanian.

iv. Kelancaran pengembalian kredit. Kelancaran dana bergulir akan

mempengaruhi kegiatan kredit selanjutnya.

5. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Kredit

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (2009), inovasi adalah suatu

gagasan, metode atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru,

Page 31: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

19

tetapi tidak selalu merupakan hasil penelitian mutakhir. Demikian pula

dengan kredit usahatani yang dikucurkan oleh pemerintah karena kredit

yang dikucurkan ada perubahan dan pembaharuan untuk menyempurnakan

kredit-kredit yang terdahulu.

Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai

gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Tidak

menjadi soal, sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia, apakah

ide itu betul-betul baru atau tidak jika diukur dengan selang waktu sejak

dipergunakan atau diketemukannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu

diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang

menangkapnya. Baru dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru

sama sekali.

Kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito dapat disebut

sebagai sebuah inovasi di bidang pengadaan modal dalam kegiatan

usahatani. Kredit ini menerapkan pembaharuan yaitu petani merencanakan

kegiatan usahatani yang akan dilakukan. Petani harus menyusun anggaran

biaya kemudian diajukan kepada pemerintah. Kredit ini didampingi oleh

penyuluh pertanian lapang dan penyelia mitra tani. Setiap Gapoktan harus

memiliki rekening di bank yang sudah ditunjuk untuk proses penyaluran

dana. Proses inilah yang membedakan dan menyempurnakan kredit

usahatani yang terdahulu yang sudah dikucurkan. Maka kredit program

PUAP di Kecamatan Paranggupito dapat disebut sebagai sebuh inovasi.

Inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang yang hasil

produksi, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup. Maka

menurut Mardikanto (1988), sesuatu ide, perilaku, produk, informasi dan

praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan,

diterapkan, atau dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat

dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong

terjadinya perubahan dari segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu

terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga

masyarakat yang bersangkutan.

Page 32: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

20

Inovasi dapat berbentuk:

a. Mengemukakan atau mengenalkan barang baru

b. Mengenalkan suatu metode produksi yang baru

c. Pembukaan pasar baru bagi perusahaan

d. Penemuan sumber ekonomi baru

e. Menjalankan organisasi baru dalam perusahaan.

Jadi, suatu inovasi dapat diartikan sebagai setiap perubahan dalam fungsi

produksi yang akan membawa kenaikan hasil produksi (Schumpeter dalam

Mardikanto, 1988).

Menurut Mardikanto (1996), kecepatan adopsi dipengaruhi oleh:

a. Sifat inovasinya sendiri, baik sifat intrinsik (yang melekat pada

inovasinya sendiri) maupun sifat ekstrinsik (dipengaruhi oleh

lingkungan).

Sifat intrinsik inovasi tersebut mencakup:

i. Informasi ilmiah yang melekat pada inovasinya.

ii. Nilai atau keunggulan yang melekat pada inovasinya.

iii. Tingkat kerumitan inovasi.

iv. Mudah tidaknya dikomunikasikan inovasi tersebut.

v. Mudah tidaknya inovasi tersebut dicobakan.

vi. Mudah tidaknya inovasi tersebut diamati.

Sifat ekstrinsik inovasi meliputi:

i. Kesesuaian dengan lingkungan setempat.

ii. Tingkat keunggulan relatif dari inovasi yang ditawarkan.

b. Sifat sasarannya.

Kecepatan adopsi merupakan kecepatan seseorang dalam

mengadopsi lebih awal secara relarif daripada seseorang dalam suatu

sistem sosial. Penggolongan ini berdasarkan keinovatifan seseorang.

Rogers (1995) membagi menjadi beberapa kategori yaitu:

i. Innovators (Inovator) merupakan seseorang yang gemar

berpetualang untuk mencoba gagasan baru. Mereka berani

Page 33: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

21

mengambil sebuah resiko karena inovator harus siap untuk

menerima resiko dari sauatu ide yang mereka adopsi.

ii. Early Adopters (Pelopor) merupakan seseorang yang beroreantasi

ke dalam sistem sosial. Pelopor biasanya merupakan pemuka

pendapat. Mereka biasanya dihormati oleh anggota sistem sosial

tersebut.

iii. Early Majority (Pengikut Dini) merupakan golongan yang

menerima suatu inovasi setelah rata-rata anggota sistem sosial

mereka mengadopsi inovasi tersebut.

iv. Late Majority (Pengikut Akhir) golongan ini merupakan pengikut

akhir setelah rata-rata anggota sistem sosial menerima ide baru

tersebut.

v. Laggars (Kolot) golongan ini merupakan orang yang paling akhir

mengadopsi suatu inovasi. Hampir didalamnya tidak ada yang

menjadi pemuka pendapat.

Lionberger dalam Mardikanto (1996), beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan seseorang dalam mengadopsi inovasi yaitu:

a. Luas usaha tani, semakin luas usaha tani seseorang maka akan semakin

cepat dalam mengadopsi karena memiliki kemampuan ekonomi yang

lebih baik.

b. Tingkat pendapatan petani, petani yang memiliki tingkat pendapatan

yang tinggi akan semakin cepat dalam mengadopsi suatu inovasi.

c. Keberanian dalam mengambil resiko, pada tahap awal biasanya hasil

yang diperoleh tidak sesuai dengan kondisi seperti yang diharapkan.

d. Umur, semakin tua seseorang (diatas 50) maka akan semakin lambat

dalam mengadopsi suatu inovasi.

e. Tingkat partisipasi, orang yang suka bergabung dengan orang-orang

diluar sistem sosial umumnya lebih inovatif.

Page 34: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

22

f. Aktivitas mencari informasi atau ide-ide baru, golongan masyarakat

yang biasanya mencari informasi dan ide-ide baru biasanya lebih

inovatif.

g. Sumber informasi yang dimanfaatkan, golongan yang inovatif

biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi.

Cees (2004) menyebutkan, terdapat beberapa variabel penjelas

kecepatan adopsi suatu inovasi. Variabel tersebut diantaranya sifat dari

inovasi itu sendiri. Menurut Ray (1998), sifat inofasi yang dimaksud

adalah:

a. Keuntungan-keuntungan relatif (relatif advantages); yaitu apakah cara-

cara atau gagasan baru ini memberikan suatu keuntungan relatif

daripada inovasi sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, Mardikanto

(1988) menyebutkan bahwa sebenarnya keuntungan tersebut tidak

hanya terbatas pada keuntungan dalam ati ekonomi, tetapi mencakup:

a) Keuntungan teknis, yang berupa: produktivitas tinggi, ketahanan

terhadap resiko kegagalan dan berbagai gangguan yang

menyebabkan ketidakberhasilannya.

b) Keuntungan ekonomis, yang berupa: biaya lebih rendah, dan atau

keuntungan yang lebih tinggi.

c) Kemanfaatan sosial-psikologis, seperti: pemenuhan kebutuhan,

fisiologis (pangan), kebutuhan psikologis (pengakuan/

penghargaan dari lingkungannya, kepuasan, dan rasa percaya diri),

maupun kebutuhan-kebutuhan sosiologis (pakaian, papan, status

sosial dan lain-lain).

b. Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi mempunyai sifat lebih

sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan

yang diperlukan penerima.

c. Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan

rumit. Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) menambahkan bahwa

inovasi baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan

manakala cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi

Page 35: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

23

komunikator maupun mudah untuk dipahami dan dipergunakan oleh

komunikasinya.

d. Dapat dicobakan (triability); yaitu suatu inovasi akan mudah diterima

apabila dapat dicobakan dalam ukuran kecil.

e. Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan

dengan mata.

Keputusan dalam mengambil suatu inovasi tidak secara serta merta

tetapi memerlukan tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan dalam pengambilan

inovasi menurut Rogers (1995):

a. Pengetahuan (knowledge) terjadi ketika individu pengambil keputusan

mengetahui adanya suatu inovasi.

b. Persuasi terjadi ketika individu pengambil keputusan menyikapi secara

baik maupun buruk.

c. Keputusan terjadi ketikaindividu pengambil keputusan sepakat dalam

kegiatan.

d. Pelaksanaan terjadi ketika individu tersebut mengambil keputusan.

e. Konfirmasi terjadi ketika individu pengambil keputusan mencari suatu

penguatan atau maslah sebaliknya.

Dari tinjauan yang telah ada, maka dapat disimpulkan beberapa

faktor yang berhubungan dengan efektivitas kredit program PUAP adalah:

a. Sosial Ekonomi Petani

i. Usia

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon

dalam menjalankan usaha taninya (Soekartawi, 1988).

ii. Pendidikan formal

Merupakan struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologis

dan berjenjang. Lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah

sampai perguruan tinggi (Suhardiyono, 1992).

Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan yang sudah

dilembagakan, pada tingkat-tingkat yang berurutan dan

Page 36: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

24

mempunyai struktur hirarki, berjenjang dari sekolah dasar sammpai

dengan tingkat universitas tertinggi (Blanckenburg, 1979).

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa.

Keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan dari

pendidikan penduduknya. Adanya hubungan positif antara tingkat

pendidikan dengan bidang kehidupan lainnya seperti tingkat

pendidikan dengan tingkat pendapatan. Pendidikan tertinggi yang

ditamatkan merupakan suatu indikator dari tingkat pendidikan

suatu penduduk. Kemampuan seseorang untuk menamatkan suatu

pendidikan tergantung dari faktor sekolah dan faktor sosial

ekonomi masyarakat seperti tingkat pendapatan rumah tangga

(Biro Pusat Statistik, 1984).

iii. Pendidikan non formal

Diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir

yang berada di luar sistem pendidikan sekolah, isi pendidikan

terprogram, proses pendidikan yang berlangsung berada dalam

suatu situasi interaksi belajar mengajar yang banyak terkontrol

(Mardikanto dan Sutarni, 1982).

Pendidikan non formal merupakan setiap kegiatan pendidikan yang

diorganisasi dan sistematis, yang dilaksanakan di luar jaringan

sistem formal untuk menyediakan tipe pelajaran yang dipilih untuk

sub-kelompok tertentu dalam masyarakat. Pendidikan non formal

meliputi penyuluhan pertanian, program pelatihan petani, latihan

kerja diluar sistem formal dan berbagai program pengajaran

kemasyarakatan (Blanckenburg, 1979).

iv. Luas lahan usahatani

Petani dengan luas pemilikan tanah garapan yang sempit, lemah di

dalam permodalan, lemah di dalam pengetahuan dan ketrampilan

dan juga kerap kali lemah di dalam semangat dan keinginannya

untuk maju. Dalam hal ini, petani yang mempunyai luas lahan yang

Page 37: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

25

sempit akan sulit menerapkan setiap teknologi baru yang

dianjurkan penyuluh (Mardikanto, 1994).

v. Pendapatan

Pola pengeluaran rumahtangga dapat mencerminkan tingkat

kehidupannya. Di negara berkembang hampir dari 50 persen

pendapatan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Rumahtangga

beranggapan bahwa pendapatannya lebih besar disebabkan adanya

peningkatan pendapatan dan sebagian lagi menyatakan disebabkan

karena menekan konsumsi dan mendapatkan bantuan. Untuk

menutupi kekurangan pendapatan rumahtangga dimana pendapatan

lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran dengan cara

meminjam dan menjual harta benda mereka. Pendapatan

rumahtangga dapat digunakan untuk mengukur angka Gini Ratio

dimana menyatakan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan

(Biro Pusat Statistik, 1984).

b. Karakteristik Kredit Usaha Tani

Ada beberapa faktor yang berpengaruh positif terhadap

pemanfaatan kredit yaitu luas garapan, pendidikan petani, jangka

waktu pinjam, konsumsi keluarga serta akses pada sumber kredit.

Namun di lain pihak terdapat pula berbagai faktor yang menyebabkan

terjadinya tunggakan kredit baik yang berasal dari internal petani atau

kelompok, maupun yang berada di luar kontrol petani atau kelompok

tani. Faktor yang berada pada diri petani antara lain karakteristik

petani, kemampuan petani untuk menggunakan pada usaha yang

memberikan keuntungan tinggi, dan sistem pengawasan kelompok

tani. Pandangan petani terhadap dana kredit, pengalaman penggunaan

kredit, dan tingkat kesadaran untuk membayar kredit merupakan faktor

yang cukup penting berpengaruh terhadap tunggakan kredit (Syukur

dalam Hastuti dan Supadi, 2001).

Karakteristik skim kredit usaha pertanian terdiri nilai plavon,

jenis agunan, bentuk kredit, lama pinjam, tingkat suku bunga, bentuk

Page 38: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

26

serta cara pembayarannya. Pada lembaga formal seperti BRI dan BPR

menyediakan kredit jangka pendek dan menengah dengan tingkat

bunga antara 24-26 % per tahun dan kredit harus dikembalikan secara

bulanan. Agunan dapat berupa sertifikat tanah dan bangunan, daftar

gaji, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor dan deposito. Sedangkan

kredit yang berasal dari program pemerintah menerapkan suku bunga

cukup rendah antara 18-24% per tahun, agunan sertifikat dapat

diwakili dari kepunyaan pengurus, kredit dapat diberikan dalam bentuk

uang pinjaman atau sarana produksi. Kredit dikembalikan musim

setelah panen dan permohonan kredit dilakukan oleh pengurus

kelompok tani langsung dari bank yang ditunjuk (Supriatna, 2003).

Penyusunan skim kredit untuk petani kecil, maka lembaga

pembuat kebijakan harus mempertimbangkan karakteristik petani kecil

sebagai pengguna kredit. Karakteristik petani yang harus

dipertimbangkan, seperti masih rendahnya dalam dukungan aset,

produktivitas, keterampilan fisik, pendapatan, pendidikan dan luas

penguasaan lahan. Adanya berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh

petani, maka dalam penyusunan skim kredit yang ditawarkan harus

dalam batas kemampuan petani seperti penetapan agunan, bentuk

kredit, periode pengembalian kredit, cara pengembalian dan tingkat

suku bunga (Syukur, 1990).

Penyalurkan kredit dan jenis agunan sebaiknya dalam bentuk

uang tunai. Sedang agunan dalam bentuk sertifikat masih perlu

dipertimbangkan, atau pemerintah sebaiknya membantu masyarakat,

khususnya petani untuk dapat memperoleh sertifikat tanah dengan

mudah dan murah. Petani pada umumnya tidak mempermasalahkan

besarnya bunga pinjaman, namun lebih mementingkan tingkat

pelayanan. Cara pengembalian kredit sebaiknya musiman atau

tahunan, sesuai dengan siklus produksi petani. Prosedur penyaluran

kredit sebaiknya dibuat lebih cepat relatif sederhana, sesuai dengan

kemampuan petani (Hastuti dan Supadi, 2001).

Page 39: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

27

Pemenuhan akan modal dalam kegiatan usahatani, petani dapat

memperolehnya dari lembaga perkreditan formal maupun non formal.

Beberapa karakterstik kredit yang diinginkan oleh petani yaitu bentuk

kredit, pada umumnya petani mengharapkan bentuk kredit yang

diberikan dalam bentuk tunai dengan alasan banyak kredit terdahulu

terdapat penyimpangan dalam bentuk penyaluran baik dari segi jenis,

jumlah maupun kualitasnya. Periode kredit dan waktu pengembalian,

karena dalam satu proses produksi petani memerlukan waktu sekitar 5

bulan dan pengembalian produksi diperoleh dalam satu kali,

diharapkan adanya kredit dengan lama pinjam 4-6 bulan, waktu

pengembalian setelah panen dengan frekuensi pembayaran satu kali

(bunga dan pokok). Jenis agunan, sebagian besar lahan petani belum

bersertifikat dan banyak diketemukan petani yang tidak memiliki lahan

sehingga mereka kurang memiliki akses terhadap sumber kredit yang

harus menyerahkan agunan berupa sertifikat tanah. Tingkat suku

bunga, petani bersedia meminjam modal jika tingkat suku bunga yang

dibebankan kepada mereka antara 12%-18% per tahun. Persyaratan

administrasi, petani mengharapkan persyaratan administrasi semudah

mungkin. Cara penyaluran kredit, berdasarkan pengalaman buruk dari

kredit terdahulu, petani mengharapkan dalam penyaluran kredit tidak

perlu melibatkan banyak pihak (Supriatna, 2003).

6. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan

bagian dari pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri (PNPM-Mandiri) melalui bantuan modal usaha dalam

menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian

desa sasaran. PNPM-Mandiri merupakan program pemberdayaan

masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan

meningkatkan kesempatan kerja.

Page 40: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

28

a. Maksud dan tujuan proyek PUAP

Tujuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) adalah:

i. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan

dan pengembagan usaha agribisnis di pedesaan sesuai potensi

wilayah.

ii. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus

Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani.

iii. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

iv. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi

jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke

permodalan.

Indikator keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) adalah:

i. Indikator output

a) Tersalurnya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada

petani, buruh tani dan rumah tangga petani dalam melakukan

usaha produktif pertanian.

b) Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan

sumber daya manusia pengelola Gapoktan, penyuluh

pendamping dan penyelia mitra tani.

ii. Indikator outcame

a) Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi

penyaluran dana BLM untuk petani anggota baik pemilik,

petani penggarap, buruh tani atau rumah tangga tani.

b) Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani

yang mendapatkan bantuan modal usaha.

c) Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan.

d) Meningkatnya pendapatan petani, buruh tani dan rumah tangga

petani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.

Page 41: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

29

iii. Indikator benefit dan impact

a) Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah

tangga tani di desa sasaran PUAP

b) Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang

diimiliki dan dikelola oleh petani.

c) Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di

perdesaan.

b. Penentuan penerima

Kriteria Gapoktan yang menerima bantuan Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

i. Memiliki struktur kepengurusan yang aktif (ketua, sekertaris,

bendahara, unit usaha otonom).

ii. Memiliki sumber daya manusia yang mampu mengelola usaha

agribisnis

iii. Dimiliki dan dikelola oleh petani.

Tahapan penyusunan Rancangan Usaha Bersama (RUB) pada

program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

i. Gapoktan menyusun RUB melalui rapat anggota. RUB disusun

berdasarkan kebutuhan petani anggota yang tergambar dalam

Rencana Usaha Kelompok (RUK).

ii. RUK disusun berdasarkan Rancangan Usaha Anggota (RUA) oleh

petani anggota yang didasarkan pada informasi hasil identifikasi

potensi ekonomi desa yang dilakukan oleh penyuluh pendamping

mencakup:

1) Usaha budidaya di subsektor tanaman pangan, holtikultura,

peternakan, perkebunan

2) Usaha nonbudidaya meliputi usaha industri rumah tangga

pertanian, pemasaran skala kecil dan usaha lainnya berbasis

pertanian.

Page 42: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

30

iii. Rincian RUK diajukan oleh Poktan kepada pengurus Gapoktan

meliputi:

1) Rincian nama petani anggota

2) Usaha produktif sesuai dengan kreteria PUAP

3) Volume usaha dan biaya

4) Nilai usaha dan ditandatangani petani anggota

c. Pembinaan dan pengendalian program PUAP

Program PUAP agar berjalan dengan baik, berhasil dan

berkesinambungan maka pemerintah mengadakan kegiatan pembinaan

dan pengendalian. Adapun pembinaan dan pengendalian yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

i. Pembinaan

Tim pusat (Menteri Pertanian) melakukan pembinaan

terhadap sumber daya manusia ditingkat propinsi dan kabupaten

dalam bentuk pelatihan. Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim

Pembina Propinsi kepada Tim Teknis Kabupaten difokuskan

kepada:

1) Peningkatan kualitas SDM yang menangani BLM PUAP

ditingkat Kabupaten

2) Koordinasi dan Pengendalian

3) Mengembangkan sistem pelaporan PUAP.

Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Teknis Kabupaten kepada

Tim Teknis Kecamatan dilakukan dalam bentuk pelatihan dan

apresiasi peningkatan pemahaman terhadap pelaksanaan PUAP.

ii. Pengendalian

Kegiatan pengendain program PUAP, pemerintah (Deptan)

mengembangkan operation room sebagai pusat pengendali PUAP

berbasis elektronik yang dikelola oleh Pusat Data dan Informasi

Pertanian (Pusdatin). Pusdatin sebagai pengelola operation room

bertanggung jawab mengembangkan dan mengelola data base

PUAP yang mencakup data base Gapoktan, Penyuluh

Page 43: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

31

Pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT) dan usaha agribisnis

Gapoktan. Disamping itu, Pusdatin bertugas mempersiapkan bahan

laporan perkembangan pelaksanaan PUAP.

1) Pusat

Pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan

reguler dan kunjungan lapangan ke propinsi dan kabupaten

untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan

umum Menteri Pertanian dan menyelesaikan permasalahan

yang terjadi di lapangan.

2) Propinsi

Pengendalikan pelaksanaan PUAP di tingkat propinsi,

Gubernur diharapkan dapat membentuk operation room yang

dikelola oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).

Selain itu, Tim Pembina PUAP Propinsi juga melakukan

pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan

reguler dan kunjungan lapangan ke kabupaten atau kota dan

kecamatan untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan

kebijakan teknis Gubernur serta menyelesaikan permasalahan

yang terjadi di lapangan.

3) Kabupaten

Tim Teknis PUAP Kabupaten melakukan pengendalian

terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan

kunjungan lapangan ke kecamatan dan desa untuk menjamin

pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati atau

Walikota serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di

lapangan.

4) Kecamatan

Tim Teknis PUAP Kecamatan melakukan pengendalian

terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan

kunjungan lapangan ke desa dan Gapoktan untuk menjamin

Page 44: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

32

pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati atau

Walikota.

Secara garis besar kegiatan pembinaan dan pengendalian kegiatan

PUAP dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Pembinaan dan Pengendalian PUAP (Sumber, Depertemen

Pertanian 2008)

Menteri Pertanian

TIM PUAP Pusat

BPTP Tim Pembina Provinsi

PMT Tim Pembina Kabupaten/Kota

Penyuluh Pendamping

(10.000 orang ) GAPOKTAN Tim Teknis Kecamatan

Usaha Produktif Petani

Tingkat Pusat

Provinsi

Kabupaten/kota

Kecamatan/

Desa

Page 45: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

33

B. Kerangka Berfikir

Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan

petani agar dapat berperan dalam pembangunan nasional, salah satu cara yang

ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dengan cara

pengadaan program yang berbasis di pedesaan. Berbagai program digulirkan

oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan salah satunya dengan program

Pengambangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program ini bergerak

pada pemberian modal kepada petani yang melalui kelompok tani atau

gabungan kelompok tani untuk dikembangkan sesuai dengan potensi mereka

masing-masing.

Kendala yang dihadapi petani dalam kegiatan usahataninya, salah

satunya adalah permodalan. Dengan terpecahnya masalah permodalan,

diharapkan petani mampu mengkases berbagai faktor produksi. Selain mampu

mengakses faktor produksi, dengan terpecahnya permodalan diharapkan

petani mampu mengembangkan usahanya. Kemampuan petani dalam

mencukupi faktor produksi dan mampu mengembangkan usahanya berdampak

pada peningkatan pendapatan. Adanya peningkatan pendapatan, petani mampu

mencukupi kebutuhan hidupnya dan mempunyai kemampuan untuk memilih

barang yang berkualitas.

Efektivitas kredit program PUAP yang bergerak dalam masalah

pengadaan permodalan dikalangan petani dapat dilihat dari tercapai atau

tidaknya tujuan yang telah ditentukan. Tujuan dari kredit program PUAP

adalah adanya peningkatan pendapatan petani dan berkurangnya tingkat

penganguran. Efektivitas kredit program PUAP dapat dilihat dari pendapatan

petani dalam usahatani jagung, produktivitas usahatani jagung, kesesuaian

penggunaan dan kelancaran dalam pengembalian.

Pencapaian tujuan dari sebuah kegiatan dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Demikian pula dengan kredit program PUAP dalam pencapaian

tujuannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Efektivitas kredit program PUAP

dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor sosial ekonomi petani dan

karakteristik dari kredit tersebut. Faktor internal yang berpengarih adalah usia,

Page 46: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

34

pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal, luas usahatani yang

diusahakan dan pendapatan petani. Sedangkan karakteristik kredit yang

berpengaruh adalah nilai plavon, jenis agunan, bentuk kredit, lama pinjam,

tingkat suku bunga, bentuk dan dan cara peminjaman. Kredit program PUAP

yang dikeluarkan pemerintah diharapkan mampu membantu permasalahan di

bidang permodalan. Kredit program PUAP dikatakan efektivitas jika mampu

meningkatkan pendapatan petani. Tujuan akhir dari pemberian kredit oleh

pemerintah kepada petani adalah terciptanya masyarakat yang mandiri. Secara

garis besar kerangka fikir dapat dituangkan dalam bentuk bagan sebagai

berikut:

Gambar 2. Kerangka Berfikir

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Pembangunan Pertanian

PNPM Mandiri

Program PUAP

Inovasi di Kecamatan Paranggupito Efektif jika dilihat dari sudut pandang

ketercapaian tujuan

Variabel Faktor Sosial

Ekonomi Petani:

a. Usia (X1)

b. Pendidikan Formal (X2)

c. Pendidikan non formal (X3)

d. Luas usaha tani (X4)

e. Pendapatan petani (X5)

Variabel Karakteristik

Kredit:

a. Nilai Plavon (X6)

b. Jenis agunan (X7)

c. Bentuk Kredit (X8)

d. Lama pinjam (X9)

e. Tingkat suku bunga (X10)

f. Cara pengembalian (X11)

Variabel Efektivitas.Kredit

Program PUAP:

1. Pendapatan petani

dalam usahatani jagung

2. Produktivitas Usaha

Tani Jagung

3. Kesesuaian penggunaan

4. Kelancaran

pengembalian

Tinggi

Sedang

Rendah

Kemandirian Petani

Page 47: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

35

C. Hipotesis

1. Diduga faktor sosial ekonomi peteni penerima kredit program PUAP di

Kecamatan Paranggupito tinggi.

2. Diduga kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito sudah efektif

yang diukur dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosial ekonomi

petani dengan efektivitas kredit program PUAP.

4. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik kredit

dengan dengan efektivitas kredit program PUAP.

D. Pembatasan Masalah

1. Responden penelitian adalah petani yang mendapatkan dana program

PUAP di Kecamatan Paranggupito.

2. Responden penelitian merupakan petani yang mengusahakan tanaman

jagung.

3. Penelitian dibatasi pada kredit program PUAP untuk tahun anggaran

2008/2009.

4. Pendapatan petani merupakan pendapatan petani dari kegiatan on farm

maupun off farm selama awal tahun sampai akhir tahun 2009.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Faktor yang berhubungan dengan efektivitas program PUAP adalah faktor

internal yang ada dalam diri petani, faktor eksternal serta karakteriktik dari

kredit yang turut berhubungan dengan efektivitas kredit program PUAP

adalah:

a. Faktor Sosial Ekonomi Petani

1). Usia

Usia adalah umur responden pada saat dilakukan wawancara untuk

penelitian yang dinyatakan dengan tahun dan diukur dengan skala

ordinal.

Page 48: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

36

2). Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan tertinggi dan waktu

yang pernah ditempuh oleh responden di bangku sekolah yang

diukur dalam tahun dan diukur dengan skala ordinal.

3). Pendidikan non formal

Pendidikan non formal adalah frekuensi yang diperoleh responden

di luar pendidikan formal (kursus, pelatihan atau penyuluhan)

selama kurun waktu tertentu yaitu dalam satu tahun terakhir dari

awal sampai akhir tahun 2009 dan diukur dengan skala ordinal.

4). Luas usaha tani

Luas usahatani adalah luas lahan yang dikuasai oleh petani yaitu

tanah hak milik sendiri, sewa maupun sakap untuk mengusahakan

budidaya tanaman yang dinyatakan dalam hektar (Ha) dan diukur

dengan skala ordinal.

5). Pendapatan petani

Tingkat pendapatan adalah seluruh pendapatan responden yang

diperoleh dari sektor pertanian maupun di luar pertanian yang

dinyatakan dalam rupiah selama kurun waktu awal sampai akhir

tahun 2009 dalam rupiah dan diukur dengan slaka ordinal.

b. Karakteristik Kredit Usaha Tani

1). Nilai Plavon

Nilai plavon adalah besarnya pinjaman yang diberikan kepada

petani berdasarkan rancangan usaha bersama selama satu periode

yang telah disusun dinyatakan dalam ukuran rupiah diukur dengan

ordinal.

2). Jenis Agunan

Jenis agunan adalah jenis barang yang dijadikan jaminan untuk

memperoleh kredit. Diukur dengan skala ordinal.

a) Jika agunannya berupa tanggung renteng maka diberi skor 3.

b) Jika agunannya ditanggung pengurus maka diberi skor 2.

c) Jika agunannya harus disediakan petani sendiri diberi skor 1.

Page 49: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

37

3). Bentuk Kredit

Bentuk kredit adalah kredit yang diterima oleh petani diukur

dengan menggunakan skala ordinal.

a) Jika bentuk kredit yang diterima oleh petani adalah dalam

bentuk uang dan barang input produksi maka diberi skor 3

b) Jika bentuk kredit yang diterima petani adalah uang maka

diberi skor 2

c) Jika bentuk kredit yang diterima petani dalam bentuk barang

input produksi maka diberi skor 1

4). Lama Pinjam

Lama pinjam adalah waktu yang telah ditentukan untuk melakukan

pembayaran kredit dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan

dalam bulan dan diukur dalam skala ordinal.

5). Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga adalah besarnya pembayaran selain pinjaman

pokok yang dibebankan kepada peminjam seperti yang telah

disepakati secara bersama dinyatakan dalam persen diukur dalam

skala ordinal.

6). Cara pengembalian

Cara pengembalian adalah waktu yang telah ditentukan untuk

melakukan pengangsuran atas kredit yang dipinjam sesuai dengan

temapat yang telah disepakati bersama yang diukur dengan skala

ordinal.

Penilaian pengembalian kredit:

a) Jika waktu pengembalian kredit dalam kurun waktu satu musim

panen atau lebih diberi skor 3

b) Jika waktu penembalian kredit setiap bulan diberi skor 2

c) Jika waktu pengembalian setiap hari atau setiap minggu maka

diberi skor 1

Page 50: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

38

Penilaian tempat pengembalian kredit:

a) Jika petani mengembalikan kredit kepada ketua kelompok tani

diberi skor 3.

b) Jika petani mengembalikan secara langsung kepada ketua

Gapoktan atau kepada penyuluh pendamping diberi skor 2.

c) Jika petani harus mengembalikan secara langsung kepada pihak

bank maka diberi skor 1.

2. Efektivitas kredit program PUAP dapat diartikan sebagai tolok ukur dalam

pencapaian keberhasilan akan sebuah program kredit. Efektivitas kredit

program PUAP dapat diukur dengan:

a. Pendapatan petani dari usahatani jagung.

Pendapatan petani dari usahatani jagung yang diusahakan. Semestinya

petani memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut. Keuntungan

petani dapat dihitung dengan menghitung selisih antara total penjualan

hasil panen dengan total biaya yang dikeluarkan dinyatakan dalam

rupiah. Pendapatan petani dari usaha tani jagung diukur dengan skala

ordinal.

b. Produktivitas usahatani jagung

Produktivitas adalah perbandingan antara produk pertanian sebelum

dan sesudah mendapatkan bantuan kredit program PUAP dengan luas

areal usahatani yang diusahakan dinyatakan dalam kwintal per hektar

diukur dengan skala ordinal.

c. Kesesuaian penggunaan

Kesesuaian penggunaan adalah besarnya penggunaan kredit yang

sesuai dengan rancangan anggaran yang telah disusun bersama dan

diukur dengan skala ordinal.

1) Seluruh paket kredit untuk kegiatan usaha tani atau kegiatan yang

berhubungan dengan pertanian maka diberi skor 3

2) Paket kredit sebagian digunakan untuk bergerak dibidang pertanian

dan sebagian lagi digunakan untuk keperluan non pertanian maka

diberi skor 2.

Page 51: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

39

3) Seluruh paket kredit tidak digunakan untuk kegiatan yang bergerak

disektor pertanian maka diberi skor 1.

d. Kelancaran pengembalian

Kelancaran pengembalian adalah perbandingan antara besarnya kredit

yang telah diterima dengan besarnya kredit yang harus dikembalikan

dan diukur dengan skala ordinal.

1) Proses pengembaliana kredit tepat waktu dan jumlah maka diberi

skor 3.

2) Proses pengembalian kredit hanya terpenuhi salah satu maka diberi

skor 2.

3) Proses pengembalian kredit tidak tepat waktu dan tepat jumlah

maka diberi skor 1.

Page 52: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

40

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu

metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, objek, kondisi, pemikiran

atau peristiwa di masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah

membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki (Nazir, 1985).

Penelitian ini akan menggunakan teknik survei dengan maksud

penjelasan, yaitu penelitian dengan cara pengambilan sampel dari suatu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data dan

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian

hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Lokasi

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi dimana akan

dilakukannya penelitian tersebut yang dibatasi oleh waktu pelaksanaan dari

persiapan sampai dengan publikasi. Lokasi penelitian tentang efektivitas

program PUAP berada di Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri yang

diambil secara purposive, yaitu pemilihan secara sengaja yang berdasarkan

pada pertimbangan-pertimbangan atau alasan-alasan tertentu yang disesuaikan

dengan maksud dan tujuan dari penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Paranggupito Kabupaten

Wongiri, dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Paranggupito merupakan

kecamatan terbanyak yang menerima bantuan program PUAP jika dilihat dari

prosentase jumlah daerah yang memperoleh bantuan tersebut. Dari 8 Gapoktan

yang berada di Kecamatan Paranggupito sebanyak 7 Gapoktan yang

memperoleh bantuan kredit program PUAP atau sebesar 87,5 %.

Page 53: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

41

Tabel 3.1. Distribusi Jumlah Gapoktan yang Menerima Program PUAP

di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

No Kecamatan yang

Mendapat

PUAP

Jumlah

Gapoktan

Jumlah Gapoktan

yang Mendapat

PUAP

Persentase

(%)

1. Wonogiri 15 1 6,7

2. Jatisrono 17 1 5,9

3. Jatiroto 15 9 60,0

4. Batuwarno 8 3 37,5

5. Kismantoro 10 6 6,0

6. Paranggupito 8 7 87,5

7. Puhpelem 6 1 16,7

8. Wuryantoro 8 1 12,5

9. Pracimantoro 18 6 33,3

Sumber : Data Sekunder tahun 2009

C. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota kelompok tani

yang mendapatkan bantuan program PUAP di Kecamatan Paranggupito,

Kabupaten Wonogiri tahun anggaran 2008/2009.

2. Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

Proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dengan

menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok

yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2006).

Tahap-tahap penentuan sample adalah :

a. Tahap pertama, adalah dengan mendata Gapoktan yang ada di

Kecamatan Paranggupito

b. Tahap kedua, Gapoktan tersebut dibuat strata secara sengaja sesuai

dengan luas lahan tanaman jagung dan dibagi kedalam tiga strata yaitu

luas, sedang dan sempit.

Page 54: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

42

Tabel 3.2. Distribusi Luas Lahan Tanaman Jagung di Kecamatan

Paranggupito Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

No Gapoktan Jumlah

Poktan

Jumlah

Anggota

Luas Lahan

(ha)

Kategori

1 Gudangharjo 8 487 744,5155 Sedang

2 Gunturharjo 10 844 1.052,6370 Luas

3 Gendayakan 11 514 786,7420 Luas

4 Sambiharjo 11 546 658,8850 Sempit

5 Ketos 10 573 668,4565 Sedang

6 Songbledeg 13 582 745,5400 Sedang

7 Johonut 13 553 555,3083 Sempit

Sumber: Data Sekunder 2009

c. Tahap ketiga, dari strata tersebut diambil gabungan kelompok tani

secara sengaja berdasarkan luas lahan usahatani jagung. Diperoleh

gabungan kelompok tani Gunturharjo, Sambiharjo dan Songbledeg.

d. Tahap keempat, setelah diperoleh Gapoktan yang dimaksud, kemudian

diambil secara proporsional dari masing-masing Gapoktan.

Penentuan jumlah sampel petani responden untuk masing-masing

Gapoktan ditentukan dengan rumus (Sugiyono, 2009):

Dimana:

ni : Jumlah sampel dari masing-masing Gapoktan

nk : jumlah petani dari masing-masing Gapoktan

N : Jumlah populasi atau jumlah seluruh petani Gapoktan

n : Jumlah responden sebanyak 30 petani.

Jumlah sampel dalam penelitan sesuai dengan rumus diatas adalah:

Tabel 3.3. Jumlah Sampel masing-masing Gapoktan

No Nama Gapoktan Jumlah Anggota Jumlah Sampel

1. Gunturharjo 844 13

2 Songbledeg 582 9

3 Sambiharjo 546 8

Jumlah 1972 30

Sumber: Data Sekunder 2009

𝑛𝑖 =𝑛𝑘

𝑁 𝑛

Page 55: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

43

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari petani

responden dengan cara wawancara dengan menggunakan kuisioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang diambil dengan cara mencatat langsung

dari data yang ada di instansi tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan teknik:

1. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab langsung kepada responden

dengan berpedoman pada kuisioner yang telah dipersiapkan untuk

pengumpulan data primer.

2. Observasi

Pengamatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti di

lapangan, yang meliputi daerah penelitian dan pencatatan informasi yang

diperoleh dari petugas dan petani responden di daerah penelitian

3. Pencatatan, teknik ini digunakan dengan melakukan pencatatan atau

pengumpulan data sekunder yang terkait dengan penelitian.

F. Metode Analisis Data

Mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dan

karakteristik kredit dengan efektivitas program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP), maka digunakan uji korelasi Rank Spearman

(rs). Menurut Siegel (1997) rumus koefisien Korelasi Rank Spearman (rs)

adalah :

NN

di

r

N

is

3

1

26

1

Page 56: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

44

Dimana : rs = koefisien korelasi rank Spearman

N = banyaknya sampel

di = selisih antara ranking dari variabel

Sedangkan untuk menguji tingkat signifikan rs dengan tingkat kepercayaan

95% menggunakan rumus:

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Apabila t hitung t tabel (α =0,05), maka Ho ditolak yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara faktor sosial ekonomi petani dan

karakteristik kredit dengan efektivitas dalam program PUAP.

2. Apabila t hitung t tabel (α =0,05), maka Ho diterima yang berarti tidak

ada hubungan yang signifikan antara faktor sosial ekonomi petani dan

karakteristik kredit dengan efektivitas dalam program PUAP.

21

2

s

sr

Nrt

Page 57: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

45

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

EFEKTIVITAS KREDIT PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

DI KECAMATAN PARANGGUPITO KABUPATEN WONOGIRI

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Oleh :

Nawawi Hadi Wardoyo

H 0405042

Dosen Pembimbing :

1. Dr. Ir. Eny Lestari, MSi

2. Emi Widiyanti, SP. MSi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 58: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

45

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Kecamatan Paranggupito merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Paranggupito terbagi menjadi delapan desa

yaitu Paranggupito, Gudangharjo, Gunturharjo, Gendayakan, Sambiharjo,

Ketos, Songbledeg dan Johonut. Luas wilayah Kecamatan Paranggupito 64,

754225 km2 yang terdiri dari tanah tegalan seluas 5. 465, 0313 Ha, tanah dan

bangunan seluas 974, 6774 Ha dan lain-lain seluas 35, 7137 Ha. Batas-batas

administrasi pemerintahan Kecamatan Paranggupito sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Giritontro

Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Wilayah Kecamatan Paranggupito berada pada ketinggian 101-200

meter di atas permukaan laut dengan daerah pegunungan dan berbukit-bukit

mempunyai iklim tropis memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musin

penghujan. Lahan di Kecamatan Paranggupito merupakan lahan kering

sehingga untuk kegiatan pertaniannya, petani di Kecamatan Paranggupito

mengandalkan air hujan sebagai pengairan. Kondisi alam yang seperti itu,

komoditas yang dapat dibudidayakan di Kecamatan Paranggupito hanya

terbatas pada tanaman yang membutuhkan pengairan yang sedikit seperti

tanaman palawija dan padi gogo.

B. Keadaan Penduduk

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah dan kepadatan penduduk suatu wilayah dapat

menggambarkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan atau sering disebut dengan sex ratio. Jumlah dan kepadatan

penduduk selain menggambarkan sex ratio, dapat pula menggambarkan

kepadatan penduduk geografis maupun kepadatan penduduk agraris yang

Page 59: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

46

secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi pertanian di daerah

tersebut.

Jumlah penduduk di Kecamatan Paranggupito sebanyak 20.636 jiwa,

yang terdiri dari 10.100 jiwa penduduk laki-laki dan 10.536 jiwa penduduk

perempuan. Berdasarkan komposisi penduduk antara jumlah penduduk

laki-laki dan perempuan di Kecamatan Paranggupito, maka dapat dihitung

sex ratio yaitu:

Sex ratio = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝐿𝑎𝑘𝑖 −𝑙𝑎𝑘𝑖

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 × 100

= 10.100

10.536 × 100

= 95, 8

= 96

Angka sex ratio tersebut berarti setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 96 penduduk laki-laki. Hal ini berarti penduduk perempuan

memang lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. Pembagian pekerjaan

dibidang pertanian seharusnya lebih banyak dilakukan oleh tenaga laki-

laki karena laki-laki identik memiliki tenaga lebih besar dibandingkan

dengan tenaga perempuan. Laki-laki juga memiliki peran dalam

menentukan kebijakan dalam kegiatan usahataninya.

Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi dua yaitu kepadatan

geografis dan kepadatan agraris. Kecamatan Paranggupito memiliki luas

64, 754225 km2 sedangkan luas lahan pertanian sebesar 5.456,03 hektar.

Kepadatan geografis merupakan perbandingan antara jumlah penduduk

dengan luas wilayah tersebut. Kepadatan geografis dapat dihitung sebagai

berikut:

Kepadatan Geografis = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝐽𝑖𝑤𝑎 )

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎 ℎ (𝑘𝑚 2)

= 20.636 𝑗𝑖𝑤𝑎

64,754225 𝑘𝑚 2

= 318, 68 𝑗𝑖𝑤𝑎 𝑘𝑚2

= 319 𝑗𝑖𝑤𝑎 𝑘𝑚2

Page 60: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

47

Kepadatan agraris merupakan perbandingan antara jumlah penduduk

dengan luas lahan pertanian. Kepadatan penduduk agraris menggambarkan

kepadatan penduduk tiap hektar lahan pertanian. Kepadatan agraris dapat

dihitung sebagai berikut:

Kepadatan Agraris = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎 )

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡 𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 (ℎ𝑎)

= 20.636 𝑗𝑖𝑤𝑎

5.465,0313 ha

= 3,7 𝐽𝑖𝑤𝑎 ℎ𝑎

= 4 𝐽𝑖𝑤𝑎 ℎ𝑎

Berdasarkan perhitungan kepadatan geografis dan kepadatan agraris

maka dapat diketahui kepadatan geografis sebanyak 319 jiwa. Setiap

luasan satu km2 di Kecamatan Paranggupito dihuni penduduk sebanyak

319 jiwa. Demikian juga dengan kepadatan agrarisnya dapat diketahui

sebanyak 4 jiwa. Hal ini berarti setiap luasan satu hektar lahan pertanian di

Kecamatan Paranggupito dihuni penduduk sebanyak 4 jiwa.

Tempat tinggal penduduk di Kecamatan Paranggupito tidak terlalu

padat. Masih banyak terdapat lahan kosong seperti kebun, pekarangan di

sekitar rumah dan jarak antar rumah penduduk masih berjauhan. Satu

kepala keluarga memiliki lahan pertanian rata-rata diatas satu hektar,

sehingga dalam satu hektar lahan pertanian hanya dihuni penduduk

sebanyak 4 jiwa sehingga pemukiman penduduk di Kecamatan

Paranggupito belum padat.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu usia

belum produktif antara 0-14 tahun, usia produktif antara 15 -59 tahun

sedangkan usia tidak produktif merupakan penduduk yang usianya di atas

60 tahun. Penduduk Kecamatan Paranggupito terdiri dari 10100 jiwa

penduduk laki-laki dan 10536 jiwa penduduk perempuan. Jumlah

keseluruhan penduduk Kecamatan Paranggupito per Juli 2009 sebanyak

20.636 jiwa.

Page 61: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

48

Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Paranggupito Menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin Per Juli 2009

Kelompok Umur Laki-laki

(Orang)

Perempuan

(Orang)

Jumlah

(Orang)

0-4 722 683 1405

5-9 671 674 1345

10-14 926 714 1640

15-19 735 752 1487

20-24 898 959 1857

25-29 1278 1314 2592

30-39 1230 1381 2611

40-49 1551 1575 3086

50-59 1214 1412 2626

60 ke atas 915 1072 1987

Jumlah 10100 10536 20636

Sumber : Monografi Kecamatan Per Juli 2009

Pengolongan penduduk berdasarkan umur dapat digunakan untuk

menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di suatu daerah tersebut.

Angka Beban Tanggungan (ABT) merupakan perbandingan antara jumlah

penduduk usia non produktif dengan penduduk usia produktif dikalikan

seratus. Tabel 4.1 dapat digunakan untuk menghitung angka beban

tanggungan (ABT) di Kecamatan Paranggupito. Jumlah usia non produktif

di Kecamatan Paranggupito yang terdiri dari golongan usia 0-14 dan 60

tahun sebanyak 6377 jiwa. Sedangkan jumlah usia penduduk produktif

yaitu golongan usia 15-59 tahun sebanyak 14259 jiwa. Angka beban

tanggungan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

ABT = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑁𝑜𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖 × 100

= 6377

14259 × 100

= 44,7

= 45

Angka Beban Tanggungan (ABT) diatas menunjukkan setiap 100

penduduk usia produktif harus menanggung 45 penduduk usia non

produktif. Dari Angka Beban Tanggungan (ABT) dapat diartikan jumlah

penduduk usia produktif masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

penduduk usia non produktif, setiap 2-3 penduduk usia produktif hanya

menanggung 1 penduduk usia penduduk non produktif. Dilihat dari

Page 62: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

49

prosentase antara jumlah penduduk usia produktif dan non produktif, di

Kecamatan Paranggupito terdiri dari 30, 9% penduduk usia non produktif

dan 69, 1% penduduk usia produktif.

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencahariaan

Penduduk Kecamatan Paranggupito bekerja di berbagai sektor untuk

mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan

keluarga. Sektor yang paling dominan yang diusahakan oleh penduduk

Kecamatan Paranggupito adalah sektor pertanian. Matapencahariaan

penduduk Kecamatan Paranggupito di berbagai sektor dapat dilihat di

tabel berikut:

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Paranggupito Per Juli 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Prosentase

1. Petani penggarap 6.501 37,0

2. Buruh tani 2.430 13,8

3. Nelayan 10 0,1

4. Pengusaha 90 0,5

5. Buruh industri 2.596 14,8

6. Buruh bangunan 871 5,0

7. Pedagang 420 2,4

8. Jasa transportasi 162 0,9

9. Pegawai Negri Sipil 143 0,8

10. Pensiunan 52 0,3

11 Lain-lain 4.267 24,3

Jumlah 17.549 100,0

Sumber: Monografi Kecamatan per Juli 2009

Hasil analisis tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar (50,8

persen) penduduk Kecamatan Paranggupito menggantungkan hidup pada

sektor pertanian. Jenis pekerjaan lain memiliki persentase yang jauh lebih

kecil berturut-turut yaitu: buruh industri 14,8 persen, buruh bangunan 5,0

persen, pedagang 2,4 persen, jasa transportasi 0,9 persen, pegawai negri

sipil 0,8 persen, pengusaha 0,5 persen, pensiunan 0,3 persen, nelayan 0,1

persen dan penduduk yang bekerja diluar sektor diatas sebanyak 24, 3

persen. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian masih

memegang peranan utama bagi masyarakat untuk menggantungkan hidup

dalam mencukupi kebutuhannya.

Page 63: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

50

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu pembangunan suatu

wilayah atau suatu negara. Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang

dapat menggambarkan tingkat sumber daya manusia. Mengetahui tingkat

sumber daya manusia yang dimiliki maka akan diketahui kuantitas dan

kualitasnya sehingga akan berpengaruh pada pengambilan kebijakan

dalam pembangunan.

Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang selain dapat

menunjukkan sumber daya manusia yang ada maka dapat diketahui juga

kemampuan seseorang dalam menyerap berbagai pengetahuan.

Mengetahui tingkat pendidikan yang ditempuh suatu pendudukan dapat

juga digunakan mengetahui potensi penduduk di suatu wilayah secara

umum. Keadaaan penduduk di Kecamatan Paranggupito dapat dilihat pada

tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Paranggupito per Juli 2009

No. Jenjang Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Akademi/ Perguruan tinggi 935 4,5

2. SLTA 2.824 13,7

3. SLTP 3.165 15,4

4. SD 8.474 41,1

5. Belum tamat SD 3.752 18,2

6. Tidak sekolah 1.449 7,0

Jumlah 20.599 100,0

Sumber: Monografi Kecamatan per Juli 2009

Hasil analisis dari Tabel 4.3 menggambarkan bahwa di Kecamatan

Paranggupito tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai penduduk adalah

tingkat Perguruan Tinggi, jumlah penduduk pada tingkat pendidikan ini

sebanyak 935 jiwa atau 4,5 persen. Angka tersebut merupakan jumlah

yang relatif sedikit apabila dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang

lain. Dari tabel 4.3 dapat diketahui tingkat pendidikan yang paling banyak

ditempuh penduduk di Kecamatan Paranggupito adalah sampai pada

tingkat SD yaitu sebanyak 8.474 jiwa atau sebesar 41,1 persen.

Page 64: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

51

Tingkat pendidikan yang sampai dienyam penduduk Parangguppito

selain sampai tingkat SD adalah belum tamat SD 3.752 jiwa (18,2 %),

SLTP sebanyak 3.165 (15,4%), SLTA sebanyak 2.828 jiwa (13,7%), tidak

sekolah sebanyak 1.449 jiwa (7%) dan yang menempati urutan paling

sedikit merupakan lulusan perguruan tinggi sebanyak 935 jiwa (4,5%).

Pendidikan penduduk di Kecamatan Paranggupito dapat dikatakan

cukup memadai karena sebagian besar penduduknya sudah menamatkan

pendidikan wajib sembilan tahun. Dengan menempuh pendidikan wajib

sembilan tahun penduduk diharapkan minimal mampu baca tulis dan mau

menerima berbagai perkembangan teknologi baru.

Kemampuan penduduk di Kecamatan Paranggupito dalam

menempuh pendidikan rata-rata sampai pendidikan sembilan tahun

dikarenakan berbagai faktor. Misalnya kurangnya bangunan sekolahan dan

letaknya jauh dengan rumah penduduk. Sekolah di Kecamatan

Paranggupito melakukan sistem masuk bergilir yaitu kelas pagi dan kelas

siang. Pemberlakuan sistem ini dikarenakan kurangnya ruang sekolah,

minimnya tenaga pendidik dan jumlah murid yang masuk melebihi

kapasitas yang ada.

C. Keadaan Pertanian

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam penyediaan bahan

baku untuk kehidupan. Sektor pertanian lebih diidentikkan sebagai sektor

yang hanya menyediakan bahan pangan bagi kehidupan manusia. Stabilatas

suatu negara dapat juga dipengaruhi ketersediaan bahan pangan di daerah

tersebut. Ketersediaan bahan pangan akan tercukupi jika didukung oleh

pertanian yang kuat. Sektor pertanian di suatu wilayah akan berjalan lebih

baik apabila didukung dengan teknologi yang mendukung, lahan potensial dan

kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing.

Kecamatan Paranggupito memiliki potensi yang cukup besar dalam

sektor pertanian karena sebagian besar penduduknya berkonsentrasi pada

sektor ini. Pertanian akan mengalami kemajuan jika tidak hanya didukung

Page 65: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

52

oleh jumlah penduduk yang bekerja disektor tersebut tetap juga didukung oleh

faktor sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Kecamatan

Paranggupito memiliki sumber daya alam yang mendukung sektor pertanian

yaitu tersedianya lahan pertanian yang masih luas. Hal ini akan berjalan lebih

baik lagi jika masyarakat petani di Kecamatan Paranggupito mampu

meningkatkan kemampuan yang dimiliki dalam berusahatani.

1. Luas Areal dan Produksi Tanaman Pangan

Tanaman pangan merupakan tanaman utama yang dibudidayakan

oleh petani setiap musim tanam. Alasan pemilihan tanaman pangan

sebagai komoditas unggulan selain sebagai sumber makanan pokok petani

sendiri, tanaman pangan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Petani

dalam membudidayakan tanaman pangan selain karena dorongan dari diri

dalam petani, tetapi juga didorong dari lingkungan sekitar misalnya karena

sudah menjadi tradisi dan guna mencukupi kebutuhan pangan di wilayah

tersebut.

Luas areal panen dan produksi tanaman pangan suatu wilayah dapat

menggambarkan produktivitas dari tanaman pangan. Produktivitas dapat

juga menggambarkan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut serta

kemampuan wilayah dalam menghasilkan makanan pokok bagi penduduk

di wilayah tersebut. Berikut adalah gambaran luas areal panen dan

produksi tanaman pangan di Kecamatan Paranggupito:

Tabel 4.4 Luas Areal Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan

Paranggupito

No Jenis Komoditas Luas Areal

(Ha)

Produksi

(Kw)

Produktivitas

(Kw/Ha)

1. Padi gogo 2.031 7.717 38

2. Jagung 1.297 31.128 24

3. Kacang tanah 270 2.700 10

4. Ubi kayu 2.584 304.912 118

Sumber: Monografi WKKP Paranggupito per Oktober 2009

Hasil analisis tabel 4.4 maka dapat diketahui bahwa potensi paling

besar adalah tanaman ubi kayu. Waktu satu tahun dapat dihasilkan rata-

rata 118 kwintal untuk setiap satu hektar luas panen. Komoditas kedua

Page 66: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

53

adalah padi gogo sebanyak 38 kw/ha. Berturut-turut yang menduduki

produktivitas selanjutnya adalah jagung sebanyak 24 kw/ha dan tanaman

pangan yang paling sedikit produktivitasnya adalah kacang tanah yaitu

sebanyak 10 kw/ha.

Kecamatan Paranggupito berbeda dengan daerah lainnya, pada

umumnya tanaman pangan yang paling banyak dihasilkan adalah tanaman

padi tetapi di Kecamatan Paranggupito tanaman pangan yang paling

banyak dibudidayakan adalah ubi kayu. Komoditas ubi kayu banyak

dibudidayakan kemudian baru padi gogo karena iklim yang paling

mendukung di daerah tersebut untuk kedua tanaman tersebut. Pemilihan

komoditas tersebut merupakan lahan kering dan kedua tanaman tersebut

rentan terhadap kekeringan. Prioritas komoditi yang dibudidayakan oleh

penduduk di suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh kebiasaan penduduk di

wilayah tersebut serta tingkat kebutuhan penduduk terhadap suatu

komoditi tertentu.

2. Potensi Tanaman Buah

Tanaman buah tidak dapat dijadikan sebagai tanaman pangan karena

kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pangan tidak setara dengan

kemampuan tanaman pangan. Keberadaan tanaman buah walau tidak

mampu menggantikan tanaman pangan tetapi tanaman buah sangat

bermanfaat dalam peningkatan gizi dan vitamin bagi manusia. Tanaman

buah yang dikelola dengan baik, selain memberikan vitamin dapat juga

sebagai sumber penghasilan tambahan bagi petani selain dari usaha

utamanya dalam membudidayakan tanaman pangan.

Tanaman buah yang dapat dibudidayakan di Kecamatan

Paranggupito merupakan tanaman buah yang berbatang keras, memiliki

perakaran kuat dan tahan terhadap kekeringan. Lahan di Kecamatan

Paranggupito merupakan lahan kritis dan kering maka hanya tanaman

buah berbatang keras yang dapat hidup disana. Selain berfungsi sebagai

peningkatan gizi, penyuplai vitamin bagi tubuh dan sebagai penghasilan

tambahan, tanaman tersebut dapat digunakan sebagai tanaman penahan

Page 67: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

54

erosi. Berikut ini merupakan potensi tanaman buah di Kecamatan

Paranggupito:

Tabel 4.5 Jumlah dan Produksi Tanaman Buah di Kecamatan Paranggupito

No Komoditas Jumlah Pohon

(Batang)

Produksi

(Kw)

Produktivitas

(Kw/batang)

1. Belimbing 273 13,65 0,05

2. Jambu 1.597 26.616,67 0,06

3. Mangga 32.085 1.437.409,00 44,80

4. Nangka 5.384 646,08 0,12

5. Pepaya 16.750 1.507,50 0,09

6. Pisang 56.376 7.892,60 0,14

7. Rambutan 188 11,28 0,06

8. Sirsak 1.935 96,75 0,05

9. Sukun 263 23,67 0,09

10. Melinjo 25.458 2.54,58 0,01

11. Petai 6.963 69,63 0,01

Sumber: Monografi WKKP Paranggupito per Oktober 2009

Hasil analisis tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tanaman mangga

memiliki produktivitas paling tinggi yaitu sebesar 44,80 kw/batang.

Tanaman mangga memiliki produktivitas paling tinggi karena tanah di

Kecamatan Paranggupito cocok untuk tanaman mangga. Tanaman mangga

paling banyak diminati penduduk karena memiliki nilai ekonomis yang

cukup tinggi dan rasa yang enak.

Tanaman berikutnya yang banyak dibudidayakan penduduk

Kecamatan Paranggupito adalah pisang dengan rata-rata produksi 0,14

kw/batang, nangka sebanyak 0,12 kw/batang, pepaya dan sukun sebesar

0,09kw/batang, jambu dan rambutan dengan produktivitas 0,06 kw/batang

sedangkan tanaman belimbing dan sirsak memiliki produktivitas 0,05

kw/batang dan tanaman yang memiliki produktivitas paling rendah adalah

tanaman melinjo dan petai sebesar 0,01 kw/batang.

3. Potensi Tanaman Obat

Tanaman obat merupakan tanaman sampingan yang

penanamannya di antara tanaman keras atau pemanfaatannya lebih

condong pada tanah kosong. Tanaman obat lebih sering dikatakan sebagai

apotek hidup, karena tanaman obat memiliki berbagai ragam dan manfaat

Page 68: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

55

yang berbeda dalam penyembuhan seperti obat-obatan yang dijual di

apotek dan keberadaan tanaman tersebut masih hidup.

Tanaman obat yang cocok dibudidayakan di daerah Paranggupito

adalah tanaman obat yang mempunyai perakaran rimpang. Tanaman yang

mempunyai perakaran rimpang cenderung tahan terhadap tanah kritis dan

tahan terhadap kekeringan. Tanaman obat yang dibudidayakan oleh

penduduk di Kecamatan Paranggupito, selain memiliki perakaran rimpang

juga memiliki umbi sebagai cadangan makanan pada saat musim kemarau.

Ketika musim kemarau datang tanaman tersebut menggunakan umbinya

untuk bertahan hidup karena tidak ada suplai makanan bagi tanaman.

Tanaman obat sering disebut dengan empon-empon. Empon-empon

sebenarnya merupakan tanaman sampingan dan hanya tanaman sela.

Tanaman ini dapat juga menghasilkan pendapatan tambahan jika diolah

dengan sebaik mungkin karena tanaman ini dapat hidup di mana saja

termasuk di lahan kritis dan di bawah tanaman keras di mana tanaman

pangan tidak dapat tumbuh dan berkembang. Berikut adalah gambaran

luas areal panen dan produksi tanaman obat di Kecamatan Paranggupito:

Tabel 4.6 Jumlah dan Produksi Tanaman Obat di Kecamatan Paranggupito

No Komoditas Luas Areal

(m2)

Produksi

(Kg)

Produktivitas

(Kg/m2)

1. Jahe 8.708 22.989,12 2,64

2. Kencur 18.542 21.694,14 1,17

3. Laos 9.400 34.686,00 3,69

4. Kunyit 1.159.510 3.072.702,00 2,65

5. Temulawak 2.117 2.265,19 1,07

6. Temuireng 732 973,56 1,33

Sumber: Monografi WKKP Paranggupito per Oktober 2009

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tanaman obat jenis

kunyit paling banyak dibudidayakan penduduk Paranggupito sekitar

96,7% dari seluruh luas arel yang ditanami tanaman obat. Kecenderungan

penduduk untuk menanam tanaman kunyit dikarenakan tanaman kunyit

memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman

obat lainnya. Tanaman kunyit memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi

bila dibandingkan dengan empon-empon lainnya, karena tanaman kunyit

Page 69: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

56

lebih banyak diserap dipasaran atau di kalangan konsumen dan memiliki

kegunaan sebagai penyedap masakan selain berfungsi sebagai obat sendiri.

Tanaman kunyit merupakan tanaman yang paling banyak ditanam

penduduk tetapi memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan

dengan tanaman obat jenis laos yaitu sebanyak 2,65 kg per satu meter

persegi luas areal tanaman kunyit. Kurang maksimalnya produktivitas

tanaman kunyit dikarenakan kurangnya perawatan dari petani baik dalam

pemberian pupuk atau penyiangan. Rendahnya produktivitas tanaman

kunyit dibandingkan dengan tanaman laos selain disebabkan kurangnya

perawatan dari petani dapat juga disebabkan dari bibit kunyit yang

digunakan petani bukan bibit unggul.

Hasil analisis tabel 4.6 produktivitas tanaman obat paling banyak

diproduksi oleh tanaman obat jenis laos yaitu sebesar 3,69 kg/m2.

Tanaman obat yang menempati urutan selanjutnya adalah kunyit dengan

produktivitas 2,65 kg/m2. Urutan ketiga berdasarkan besar kecilnya

produktivitas adalah tanaman jahe dengan produktivitas 2,64 kg/m2,

kencur dengan produktivitas sebanyak 1,17 kg/m2, temu ireng dengan

produktivitas sebanyak 1,33 kg/m2, dan yang menempati urutan terakhir

adalah tanaman obat jenis temulawak sebesar 1,07 kg/m2.

D. Keadaan Kelompok Tani Kecamatan Paranggupito

Kelompok merupakan kumpulan orang perseorang dalam satu wadah

yang memiliki tujuan yang sama dan mereka saling berinteraksi untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati bersama, interaksi tersebut relatif tetap

dan memiliki struktur dan pembagian tugas wewenang yang jelas. Jadi

kelompok tani merupakan kumpulan dari beberapa petani yang memiliki

tujuan yang sama yaitu untuk memajukan kegiatan usahataninya dan mereka

saling saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati

bersama dan memiliki struktur dan pembagian tugas wewenang yang jelas.

Kelompok tani di Kecamatan Paranggupito seluruhnya berjumlah 74

kelompok. Jumlah petani yang tergabung di kelompok tani sebanyak 4.251

Page 70: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

57

orang. Pertemuan kelompok tani terbagi menjadi dua yaitu pertemuan

anggota kelompok tani yang diadakan sebulan sekali di rumah ketua

kelompok tani. Pertemuan selanjutnya merupakan pertemuan pengurus

kelompok tani yang dinaungi oleh satu organisasi yaitu gabungan kelompok

tani (Gapoktan) yang diadakan satu bulan sekali yang diselenggarakan di

balai desa untuk masing-masing desa.

Pertemuan petani untuk masing-masing kelompok tani biasanya

cenderung membahas permasalahan yang sering dihadapi dalam kegiatan

usahataninya. Permasalahan yang sering dihadapi adalah masalah

ketersediaan sarana produksi pertanian, hama penyakit tanaman yang

menyerang tanaman mereka. Secara garis besar pertemuan petani di tingkat

kelompok tani membahas permasalahan peningkatan produksi dari kegiatan

usahataninya. Pertemuan petani di tingkat kelompok tani didampingi oleh

penyuluh pertanian dari kecamatan dan penyuluh pertanian swasta.

Pertemuan rutin yang diadakan satu bulan sekali di balai desa

merupakan pertemuan pengurus kelompok tani dari perwakilan masing-

masing kelompok tani di tingkat gabungan kelompok tani. Pertemuan di

tingkat gabungan kelompok tani biasanya membahas permasalahan yang

tidak dapat terpecahkan di pertemuan kelompok tani. Masing-masing

perwakilan kelompok tani mengutarakan permasalahan yang dihadapi oleh

kelompok mereka sehingga mendapat masukan dari pengurus kelompok tani

lainnya.

Pertemuan di tingkat gabungan kelompok tani membahas program

pemerintah yang tidak berkaitan langsung dengan petani misalnya

pembahasan dana hibah untuk pengembangan usaha pertanian. Pertemuan

rutin di tingkat gabungan kelompok tani juga didampingi oleh penyuluh

pertanian dari tingkat kecamatan dan pernyuluh dari tingkat kabupaten. Selain

dari penyuluh tingkat kecamatan dan kabupaten, pertemuan tersebut kadang

dihadiri penyuluh pertanian swasta dari instansi non pemerintahan. Daftar

seluruh kelompok tani di Kecamatan Paranggupito:

Page 71: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

58

Tabel 4.7 Daftar Kelompok Tani di Kecamatan Paranggupito

No Gapoktan Kelompok Tani Alamat Kelas Anggota

1 Paranggupito Mekar Sari Kranding Lanjut 105

Sido Lestari Paranggupito Lanjut 81

Kondang Sari Setro Lanjut 70

RAM Kranding Lanjut 66

Sri Sadono Grimbal Pemula 74

Wiji Lestari Klopo Sari Pemula 56

Sari Asih Klampeyan Pemula 71

Taberi Ngasem Pemula 55

Ngudi Makmur Nongosari Pemula 46

Pangudi makmur Sawit Pemula 35

Sumber Rejeki Nguni Pemula 46

2. Gudangharjo Sumber Rejeki 1 Jati Lanjut 20

Sumber Waras Gudang Madya 72

Hardi Subur Wedungan Lanjut 69

Sri Utomo Bogor Lanjut 90

Sumber Rejeki 2 Ngelo Pemula 37

Sedyo Mulyo Jahen Pemula 72

Karya Mukti Dawung Pemula 69

Tani Tegar Jarakan Pemula 58

3. Gunturharjo Margo Asih Ngasem Lanjut 52

Margo Utomo Balong Pemula 81

Tukul Raharjo Pojok Lanjut 82

Marsudi Makmur Puwun Pemula 74

Tukul Lestari Talunombo Madya 65

Sumber Makmur Petir Pemula 109

Sri Rejeki Pelem Pemula 48

Tukul Makmur Guntur Madya 137

Tukul Mulyo Duren Pemula 126

Tukul Rejeki Dringo Pemula 70

4. Gendayakan Tlogo Kajang Tlogo Kajang Lanjut 58

Glagahombo Glagahombo Lanjut 96

Gendayakan Gendayakan Lanjut 54

Blimbing Blimbing Pemula 31

Ngledok Ngledok Lanjut 50

Puring Puring Pemula 41

Sido Asri Sido Asri Pemula 33

Ngejring Ngejring Pemula 43

Pucung Pucung Pemula 34

Bangampel Bangampel Pemula 31

Sumur Sumur Pemula 43

5. Sambiharjo Sari Mulyo Tlogo Sari Lanjut 38

Usaha maju Munggur Lanjut 43

Usaha Tani Blimbing Lanjut 92

Sari Tani Joho Lanjut 26

Baru Tani Ngelo Lanjut 38

Margo Sari Kajor Pemula 63

Sari Maju Bulu Sari Pemula 20

Makaryo Jeruk Wangi Pemula 103

Baskoro Pakis Pemula 55

Makmur Wora-Wari Pemula 23

Rukun Cabe Pemula 45

Page 72: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

59

6. Ketos Tani Lestari I Ngranti Lanjut 88

Tani Lestari II Karang Gede Pemula 33

Tani Lestari III Blimbing Pemula 66

Marsudi Tani I Kuniran Lanjut 43

Marsudi Tani II Ngropoh Pemula 33

Marsudi Tani III Sambi Pemula 61

Margo Mulyo I Tompak Lanjut 41

Margo Mulyo II Nglaran Pemula 76

Gunung Subur I Tlahap Lanjut 72

Gunung Subur II Ketos Pemula 60

7. Songbledeg Subur 1 Jambu Lanjut 49

Subur 2 Weru Pemula 43

Makmur 1 Klepu Lanjut 41

Makmur 2 Sumberejo Pemula 20

Makmur 3 Lumujing Pemula 24

Rahayu Mloko Lanjut 60

Rejeki 1 Gondang Pemula 60

Rejeki 2 Janglot Pemula 44

Rejo 1 Bulu Pemula 36

Rejo 2 Ngandong Pemula 53

Lestari Tlogorejo Pemula 60

Mulyo 1 Songbledeg Pemula 57

Mulyo 2 Rejo Sari Pemula 35

8. Johonut Sari Tani Johunut Madya 50

Tani Raharjo Waruharjo Pemula 57

Sidomulyo Nagan Lanjut 54

Mekarsari Klampok Lanjut 48

Bina Taruna Tani Kenteng Pemula 49

Tani Mandiri Gemulung Pemula 21

Maju Lancar Mloko Pemula 32

Sidodadi Sambi Lanjut 71

Ngudi Makmur Prengguk Pemula 16

Ngudi Mulyo Pakel Pemula 71

Mitra Mandiri Salam Pemula 16

Ngudi Rejeki Pule Pemula 36

Berkah Mulyo Gebang Pemula 32

Sumber: Monografi WKKP Kecamatan Paranggupito 2009

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa setiap desa di Kecamatan

Paranggupito memiliki satu gabungan kelompok tani. Kecamatan

Paranggupito memiliki delapan gabungan kelompok tani yang namannya

disesuaikan nama masing-masing desa yang memiliki tempat kesekertariatan

di balai desa sesuai dengan masing-masing desa. Setiap gabungan kelompok

tani terdiri dari kumpulan dari berbagai kelompok tani dari masing-masing

dusun.

Setiap dusun di Kecamatan Paranggupito memiliki satu kelompok tani.

Banyak sedikitnya kelompok tani antara desa satu dengan lainnya berbeda-

Page 73: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

60

beda karena jumlah dusun yang ada di Kecamatan Paranggupito tidak sama

antara desa satu dengan lainnya. Selain mempunyai jumlah kelompok tani

yang beragam, jumlah anggota dan tingkat kemajuan antara kelompok satu

dengan lainnya beragam pula.

Tingkat kemampuan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya

berbeda-beda mulai dari kelompok tani kelas pemula sampai dengan

kelompok tani tingkat madya. Tingkat kemampuan kelompok tani di

Kecamatan Paranggupito paling banyak adalah tingkat pemula sebanyak 46

kelompok tani atau sekitar 62%. Tingkat selanjutnya adalah tingkat lanjut

sebanyak 34% atau sebanyak 25 kelompok tani yang berada di tingkat ini.

Jumlah kelompok tani pada tingkat lanjut paling sedikit jumlahnya sebanyak 3

kelompok atau sekitar 4 %. Adanya pembagian kemampuan antar kelompok

menunjukkan kemampuan kelompok tani dalam mengelola kelompoknya.

Dengan mengetahui tingkat kemampuan kelompok tani, pemerintah dalam

memberikan sebuah masukan akan berbeda-beda caranya sesuai dengan

kemampuan kelompok tersebut.

Kelompok tani di Kecamatan Paranggupito beranggotakan petani yang

berdomisili di dukuh-dukuh dari masing-masing desa, sehingga

keanggotaannya berdasarkan dukuh dimana petani bermukim. Kegiatan yang

dilakukan oleh kelompok tani selama ini adalah :

1. Pertemuan rutin setiap satu bulan sekali, tempat pertemuan biasanya di

rumah ketua kelompok tani.

2. Simpan pinjam anggota

3. Arisan anggota

4. Gotong royong

Terbentuknya kelompok tani tidak terlepas dari fungsinya. Fungsi dari

kelompok tani sebagai wadah belajar meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan anggotanya. Dimana anggota kelompok tani belajar bagaimana

cara berorganisasi, mengelola kelompoknya, melaksanakan tugas dan

wewenang sesuai dengan struktur dalam kelompoknya. Kelompok tani juga

memberikan pengetahuan dan keterampilan di dunia pertanian. Peningkatan

Page 74: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

61

pengetahuan dalam usahatani, setiap bulannya petani mendapat penyuluhan

dari penyuluh pertanian lapang. Kegiatan penyuluhan ini petani mendapat

pengarahan dan tukar pengalaman dalam kegiatan usahatani sehingga

diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan petani sendiri. Kelompok tani

juga mengadakan pelatihan guna mengasah keterampilan anggotanya untuk

mengolah bahan baku yang tersedia secara melimpah menjadi barang yang

bernilai lebih ekonomis.

Fungsi lain dari kelompok tani adalah sebagai wadah produksi yang

bertujuan untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Peningkatan produksi

pertanian dapat dicapai jika input pertanian dapat terpenuhi. Input pertanian

yang dimaksud adalah tersedianya sarana produksi pertanian yang dibutuhkan

oleh petani terutama pupuk, benih dan obat-obatan pembasmi hama penyakit.

Menyikapi peraturan pemerintah tentang penyaluran pupuk, kelompok tani

mempunyai peranan penting dalam pengadaan input pertanian terutama

pupuk. Pemerintah memberlakukan peraturan, mekanisme pendistribusian

pupuk harus dari distributor pupuk ke kelompok tani bukan ke petani

langsung. Petani yang tidak tergabung ke dalam kelompok tani tidak akan

memperoleh pupuk. Banyaknya pupuk yang didistribusikan ke kelompok tani

sesuai dengan rancangan usaha bersama yang telah disusun sebelumnya.

Pembelian pupuk oleh petani harus dalam bentuk satu paket, jadi petani tidak

dapat membeli pupuk secara individu tetapi secara kolektif. Adanya program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), sangat menolong petani

dalam pengadaan pupuk karena kelompok mendapat modal untuk membeli

pupuk tersebut.

Fungsi lain dari kelompok tani, sebagai wadah kegiatan sosial bagi

anggotanya. Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan

interaksi antar sesama manusia, demikian juga dengan petani. Petani juga

hidup bersosialisasi. Kelompok tani juga merupakan wadah untuk kegiatan

sosial bagi anggotanya, dengan adanya kelompok tani petani akan terbiasa

berinteraksi antar petani. Kelompok tani juga menyisihkan sebagian sisa hasil

usaha dari kegiatan kredit program PUAP. Sisa hasil usaha tersebut digunakan

Page 75: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

62

untuk penambahan modal kelompok tani. Modal tersebut dikembangkan

kembali dengan cara sistem simpan pinjam. Adanya simpan pinjam dalam

kelompok membantu kehidupan sosial petani, karena kadang ada kebutuhan

yang tidak terduga. Kebutuhan tidak terduga memaksa petani untuk

menyediakan dana tambahan, ketika dana tersebut tidak tersedia petani dapat

meminjam ke kelompok tani atau sering disebut dengan sebrakan. Pinjaman

dari kelompok tani juga ada bunganya untuk mengembangkan modal

kelompok.

E. Keadaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

di Kecamatan Paranggupito

Pemerintah mengucurkan berbagai program untuk memajukan

pertanian Indonesia terutama dalam masalah penguatan modal petani. Program

pemerintah dalam pengutan modal mengalami pembaharuan antara program

terdahulu dengan program yang baru. Pembaharuan bertujuan untuk

memperbaiki kelemahan dari program terdahulu. Pemerintah mengeluarkan

program terbaru dalam hal penguatan modal petani yaitu melalui program

Pengembangan Agribisnis Perdesaan (PUAP). PUAP merupakan dana hibah

yang diberikan kepada gabungan kelompok tani yang memenuhi syarat yang

telah ditetapkan. Dana tersebut menjadi kas gabungan kelompok tani dan

harus ada keberadaannya dan dikembangkan sesuai dengan potensi daerah

masing-masing. Dana program PUAP di Kecamatan Paranggupito

dikembangkan oleh pengurus Gapoktan dengan cara memutar kembali dana

tersebut kepada anggotanya dengan cara kredit usahatani dengan bunga yang

lunak.

Program Pengembangan Usaha Agribis Perdesaan (PUAP) merupakan

dana hibah dari pemerintah yang diberikan kepada gabungan kelompok tani

untuk mendanai berbagai kegiatan di sektor pertanian. Tujuh sektor usaha

berbasis pertanian yang didanai dengan dana PUAP sebagai berikut: usaha

budidaya tanaman pangan, tanaman hortikultura, peternakan, industri rumah

tangga, pemasaran skala kecil atau bakulan dan usaha lain yang berbasis

Page 76: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

63

pertanian. Melihat dari potensi pertanian yang dimiliki Kecamatan

Paranggupito, beberapa sektor yang didanai oleh program PUAP yaitu

tanaman pangan, tanaman perkebunan yaitu kelapa, industri rumah tangga

yang mengolah hasil pertanian seperti pembuatan keripik singkong dan

pembuatan gula kelapa serta sektor yang terakhir merupakan sektor bakulan.

Pelaksanaan kegiatan program PUAP dimulai dengan penyusunan

rancangan usaha anggota (RUA). RUA disusun pada saat pertemuan

kelompok tani. RUA disusun menjadi Rancangan Usaha Kelompok (RUK)

berdasarkan identifikasi potensi pertanian di wilayah tersebut. Rincian dari

RUK dari masing-masing kelompok tani diserahkan kepada pengurus

gabungan kelompok tani (Gapoktan). Rincian RUK yang diserahkan kepada

pengurus Gpoktakan dengan rincian nama petani, usaha produktif, biaya dari

usaha tersebut dan nilai dari usaha yang ditandatangani oleh petani. Rincian

RUK dari masing-masing kelompok diserahkan kepada pengurus Gapoktan

pada Rapat Anggota (RA). RUK yang telah diserahkan kepada pengurus

Gapoktan disusun menjadi Rancangan Usaha Bersama (RUB). Program PUAP

menuntut petani lebih mandiri dimulai dalam perencanaan usahanya, jadi dana

PUAP benar-benar berdasarkan atas kebutuhan petani.

Dana program PUAP disalurkan lansung ke rekening Gapoktan

sebesar seratus juta rupiah. Dana yang telah berada di rekening Gapoktan

disalurkan kepada masing-masing kelompok tani sesuai dengan rancangan

usaha kelompok yang telah disusun pada saat rapat anggota. Besarnya dana

antara kelompok satu dengan kelompok lainnya berbeda-beda, sesuai dengan

rancangan usaha kelompok yang telah disusun. Dana yang telah berada pada

pengurus kelompok tani akan diserahkan kepada masing-masing anggota

kelompok tani sesuai dengan rancangan usaha anggota yang telah disusun

bersama. Penarikan dana baik yang ada di rekening bank atas nama Gapoktan

maupun yang sudah ada di pengurus Gapoktan harus sesuai dengan rancangan

yang telah dibuat. Penyaluran dana dan pemanfaatnnya dilakukan secara

bertahap sesuai dengan jadwal yang telah dibuat pada saat rapat anggota.

Page 77: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

64

Kelancaran suatu kegiatan perlu adanya tahap pelaporan dan evaluasi.

Tahap pelaporan dan evaluasi akan terbentuk suatu transparansi dari kegiatan

tersebut. Tahap evaluasi akan menggambarkan kemajuan ataupun kemunduran

dari suatu kegiatan, bahkan dengan tahap tersebut kita akan mengetahui

kelemahan dari program yang telah berjalan. Kelemahan dari berbagai

kegiatan akan memaksa kita untuk mencari pemecahannya, sehingga akan

lebih baik ke depannya. Program PUAP juga terdapat beberapa tahap evaluasi

dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Tahap evaluasi dari program PUAP

terdapat lima pelaporan yaitu laporan penyaluran dana PUAP kepada

kelompok, laporan dana kepada anggota, laporan perkembangan usaha

Gapoktan, laporan perkembangan usaha kelompok dan laporan tahunan

Gapoktan.

Laporan penyaluran dana PUAP kepada anggota kelompok tani

dilakukan setiap bulan. Laporan ini disusun oleh ketua kelompok tani dan

dilaporkan kepada anggota kelompok tani tentang jalannya penyaluran dana

PUAP. Ketua kelompok tani melaporkan jenis usaha produktif yang

dilaksanakan oleh kelompok yang dibiayai dengan dana PUAP. Laporan

penyaluran dana PUAP kepada anggota kelompok tani juga berisi tentang

penyaluran dana dan jenis usaha produktif serta kemajuan dari usaha tersebut.

Laporan ketua kelompok tani diserahkan kepada pengurus Gapoktan dan

disusun menjadi laporan Gapoktan.

Laporan penyaluran dana PUAP kepada kelompok dilaporkan setiap

satu periode sekali yaitu satu bulan sekali. Pengurus Gapoktan menyusun

kegiatan yang telah dilalui kepada kelompok. Pengurus Gapoktan melaporkan

semua jenis usaha produktif yang telah dilakukan kelompok yang telah

dibiayai dengan dana PUAP. Laporan yang dilaporkan pengurus Gapoktan

mencakup penyaluran dana tersebut serta jenis usaha produktif yang telah

dilakukan. Laporan pengurus Gapoktan pada kelompok hanya terbatas pada

ketua atau pengurus kelompok tani. Laporan tersebut juga diserahkan kepada

penyuluh pendamping untuk masing-masing Gapoktan.

Page 78: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

65

Laporan perkembangan usaha kelompok disusun setiap bulannya.

Lapora ini disusun oleh ketua kelompok tani yang dibantu penyuluh

pendamping. Laporan tersebut berisi tentang perkembangan kegiatan usaha

agribisnis yang telah dikelola oleh kelompok tani. Laporan tersebut

melaporkan modal usaha awal, nilai akhir dan pendapatan dari kegiatan yang

telah dilakukan. Laporan perkembangan usaha kelompok dikirimkan kepada

pengurus Gapoktan yang selanjutnya akan disusun menjadi laporan Gapoktan.

Laporan perkembangan usaha Gapoktan juga dilakukan setiap satu

bulan sekali. Pengurus Gapoktan menyusun laporan bulanan tentang

perkembangan kegiatan usaha agribisnis dari ketujuh kriteria yang didanai

dengan dana PUAP. Laporan tersebut berisi tentang perkembangan usaha

yang dikelola oleh kelompok tani, berupa modal usaha awal, nilai akhir dan

pendapatan. Penyusunan laporan perkembangan usaha Gapoktan dibantu oleh

penyuluh pendamping. Laporan perkembangan usaha usaha Gapoktan dikirim

ke penyelia mitra tani melalui penyuluh pendamping.

Laporan tahunan Gapoktan dilakukan setiap akhir tahun berdasarkan

laporan bulanan yang telah disusun. Laporan tahunan merupakan kumpulan

dari laporan setiap bulan. Laporan tahunan yang disusun oleh pengurus

Gapoktan berisi penyaluran dana PUAP, jenis usaha produktif yang telah

dilaksanakan, perkembangan kegiatan usaha agribisnis, permasalahan yang

dihadapi selama satu tahun serta saran tindak lanjut. Laporan tahunan yang

telah disahkan pada rapat anggota selanjutkan disampaikan kepada tim teknis

kabupaten. Pelaporan yang telah dilakukan baik setiap bulannya maupun akhir

tahun bertujuan untuk mencegah berbagai penyimpangan pada dana PUAP

baik dari pelaksanaan maupun pemanfaatannya. Pelaporan tersebut berfungsi

untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi serta berbagai pemecahannya.

Page 79: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

66

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang analisis hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dan

karakteristik kredit dengan efektivitas kredit program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Paranggupito mengakaji tentang

faktor sosial dan karakteristik kredit usahatani apakah mempunyai hubungan atau

tidak dengan efektivitas program tersebut. Hasil penelitian dan pembahasan dari

penelitian tersebut sebagai berikut:

A. Faktor Sosial Ekonomi Petani

Faktor sosial ekonomi petani yang akan diteliti terdiri dari beberapa

komponen yaitu usia, pendidikan formal dan lama tempuhnya, pendidikan non

formal, luas lahan usaha tani dan pendapatan petani. Faktor sosial ekonomi

petani merupakan sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh petani. Sifat dan

karakteristik petani berbeda-beda antara petani satu dengan petani lainnya.

Faktor sosial ekonomi petani yang menjadi responden penelitian sebagai

berikut:

1. Umur Responden (X1)

Umur responden merupakan lamanya manusia menempuh kehidupan

di dunia. Umur akan berpengaruh pada produktivitas atau kemampuan

kerja seseorang. Maka ada pembagian umur manusia berdasar

produktivitasnya yaitu usia non produktif usia antara 0-14, usia produktif

15-60 dan usia lanjut umur 60 tahun keatas. Umur akan berpengaruh pada

kestabilan emosional seseorang dalam menghadapi suatu masalah dan

bagaimana caranya menyelesaikan masalah tersebut. Umur seseorang

secara tidak langsung akan berpengaruh pada pengambilan keputusan

untuk menerima atau tidak suatu pembaharuan. Petani yang usianya lebih

tua cenderung lama dalam mengadopsi suatu pembaharuan.

Kecenderungan petani yang usianya lebih tua untuk mengadopsi

suatu pembaharuan lebih lama karena mereka lebih banyak mengalami

pahit manisnya dalam menerapkan suatu inovasi di dalam usahataninya,

Page 80: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

67

sehingga timbul kewaspadaan pada diri mereka. Petani yang usianya lebih

tua belum mengadopsi suatu pembaharuan jika belum melihat hasil positif

dari pembaharuan yang ada.

Petani yang usianya lebih muda cenderung memiliki sifat bertolak

belakang dengan petani yang usianya lebih tua. Petani yang usianya lebih

tua cenderung lebih lama mengadopsi suatu pembaharuan, berbeda dengan

petani yang usianya lebih muda yang cenderung lebih cepat dalam

mengadopsi suatu pembaharuan. Umur petani yang lebih muda, emosi

yang ada pada mereka masih bersifat petualang dan ingin mencoba sesuatu

yang baru. Pada dasarnya usia produktif menyukai suatu tantangan. Hasil

analisis variabel umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1:

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur

Umur

(Tahun)

Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-rata

(Tahun)

<39

40-49

>50

6

11

13

20

37

43

47

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden sebanyak 43 persen dalam kategori tua, dimana umur petani

diatas 50 tahun. Rata-rata umur responden penelitian berumur 47 tahun.

Rata-rata umur responden penelitian dapat digolongkan kedalam petani

usia produktif. Umur akan mempengaruhi produktivitas kerja dan

kecepatan mereka dalam mengadopsi suatu inovasi.

Keinovatifan seseorang dipengaruhi akan dipengaruhi oleh umur

mereka. Petani yang berumur non produktif atau lebih tua cenderung sulit

untuk menerima suatu pembaharuan. Petani yang tergolong dalam usia tua

dalam pengadopsian suatu inovasi tergolong dalam golongan lagard

dimana golongan ini sulit menerima suatu inovasi. Golongan usia

produktif lebih terbuka akan kemajuan. Pada umumnya responden yang

memiliki usia produktif memiliki semangat yang lebih tinggi.

Page 81: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

68

2. Pendidikan Formal (X2)

Pendidikan akan mempengaruhi pola fikir manusia, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka akan semakin terbuka wawasannya untuk

menerima berbagai pembaharuan yang baru datang. Sifat ini berkebalikan

dengan seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Mereka akan lebih cenderung bersifat curiga dan waspada terhadap

pembaharuan yang ada, sehingga akan memerlukan waktu relatif lebih

lama untuk mengadopsi suatu inovasi bila dibandingkan dengan petani

yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Hasil analisis variabel

pendidikan formal responden dapat dilihat pada tabel 5.2:

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Formal

Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-rata

SD

SLTP

SMA dan Perguruan

5

8

17

17

27

56

SLTP

Sumber: Analisis Data Primer

Pendidikan responden dalam penelitian ini beragam mulai dari SD

atau SR hingga perguruan tinggi. Hasil analisis tabel 5.2 dapat diketahui

56 persen responden menempuh jenjang pendidikan SMA, diploma dan

perguruan tinggi. Rata-rata responden menempuh pendidikan sembilan

tahun yaitu SMP. Meski sebagian besar responden hanya sampai pada

wajib sembilan tahun tetapi memiliki kemampuan untuk membaca dan

menulis yang baik. Setidaknya hal ini dapat menunjang kelancaran

aktivitas kelompok, misalnya dalam hal administrasi. Semua anggota

dapat dengan mudah memantau tranparansi keuangan maupun

kesekretariatan.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengambilan keputusan

seseorang dalam menyikapi suatu pembaharuan. Selain mempengaruhi

tingkat pengambilan keputusan, pendidikan juga berpengaruh pada

kemampuan seseorang dalam menyerap pembaharuan. Maka dalam

Page 82: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

69

penyebaran suatu pembaharuan harus disesuaikan dengan latar belakang

pendidikan dari petani itu sendiri. Pemberian perlakuan yang sama antara

petani yang berpendidikan tinggi dengan petani yang berpendidikan

rendah akan berdampak pada kegagalan penyebaran pembaharuan.

3. Pendidikan non Formal (X3)

Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh

seseorang selain dari pendidikan formal dan tidak terikat peraturan yang

ketat. Pendidikan non formal juga mempengaruhi perkembangan pola fikir

petani sendiri. Pendidikan non formal juga memberikan tambahan

pengetahuan bagi petani terutama dalam menghadapi permasalahan dalam

kegiatan usahataninya.

Pendidikan non formal biasanya membahas ilmu praktis dan tepat

guna. Ilmu yang disalurkan mulai dari kegiatan bercocok tanam sampai

dengan berbagai keterampilan yang sekiranya mampu menunjang

kehidupan petani. Pendidikan non formal dapat berupa penyuluhan,

pelatihan ataupun kursus selama tahun 2009. Hasil analisis variabel

pendidikan non formal responden dapat dilihat pada tabel 5.3:

Tabel 5.3 Distribusi Responden dalam Mengikuti Kegiatan Penyuluhan,

Pelatihan dan Kursus selama Tahun 2009

Frekuensi

(selama tahun 2009)

Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-rata

<10

10-15

>16

0

24

6

0

80

20

13

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis tabel 5.3 merupakan frekuensi petani dalam

mengikuti kegiatan penyuluhan, pelatihan dan kursus selama tahun 2009.

Tabel 5.3 menggambarkan sebagian besar responden sebesar 80 persen

mengikuti kegiatan penyuluhan, pelatihan dan kursus sebanyak 10-15 kali

selama tahun 2009. Rata-rata responden mengikuti kegiatan tersebut

sebanyak 13 kali dalam tahun 2009.

Page 83: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

70

Pendidikan non formal yang dienyam responden berupa

penyuluhan, pelatihan dan kursus. Penyuluhan di Kecamatan Paranggupito

dilakukan sebulan sekali dengan didampingi oleh penyuluh pendamping

sesuai dengan wilayah kerja penyuluh pertanian. Kegiatan penyuluhan

membahas berbagai aspek tentang permasalahan pertanian. Kegiatan

penyuluhan di Kecamatan Paranggupito ada 12 kali dalam satu tahun.

Pelatihan yang dilaksanakan sebanyak 7 kali dalam satu semester.

Pelatihan yang dilaksanakan sesuai dengan potensi tanaman yang

diusahakan. Pelatihan yang sudah dilaksanakan di Kecamatan

Paranggupito menyangkut budidaya tanaman padi dan kedelai. Pada

pelatihan diajarkan cara budidaya tanaman yang benar mulai dari

pengolahan, penanaman, perawatan dan pemanenan.

Kursus dilaksanakan satu tahun sekali. Kursus yang diadakan tidak

hanya mengarah pada masalah budidaya, tetapi lebih kepada pemberian

keterampilan kepada petani. Peningkatan keterampilan diharapkan mampu

menciptakan penghasilan tambahan bagi petani selaian dari usaha

budidaya tanaman. Keterampilan yang diberikan lebih condong kepada

upaya pembuatan barang yang sekiranya dibutuhkan masyarakat dengan

bahan baku berasal dari daerah tersebut. Pelatihan yang pernah dilakukan

misalnya pembuatan berbagai makanan dengan bahan baku singkong dan

kacang tanah, pembuatan gula jawa dan lain sebagainya.

4. Luas Penguasaan Lahan Usaha Tani (X4)

Lahan dapat digolongkan sebagai modal dalam kegiatan usahatani.

Lahan harus dimiliki oleh seorang petani untuk kegiatan usahataninya.

Petani yang tidak memiliki lahan sendiri dapat mengupayakan berbagai

cara untuk mendapatkan sebidang lahan. Cara-cara yang ditempuh

biasanya dengan menyakap dan menyewa. Sistem sakap petani harus

memberikan sebagaian dari hasil panennya dengan perjanjian yang telah

disepakati. Pembagian hasil panen pada sistem sakap biasanya sepertiga

hasil panen diberikan kepada pemilik lahan dan sisanya sebesar dua

pertiga milik petani sendiri.

Page 84: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

71

Perjanjian dalam sistem sakap dapat juga dengan 50 persen

diberikan kepada pemilik dan 50 persen kepada petani penggarap. Pada

pembagian sakap seperti ini benih dan segala macam keperluan sarana

produksi pertanian disediakan oleh pemilik lahan jadi petani penggarap

hanya menyediakan tenaga untuk mengusahakan usahataninya. Sistem

sewa berbeda dengan sistem sakap. Pada sistem sewa petani menyerahkan

sejumlah uang kepada pemilik lahan untuk menyewa sebidang lahan yang

akan digunakan.

Sistem sewa, pemilik lahan lebih cenderung diberi uang bukan

hasil panen atas imbalan pemakaian lahan oleh petani penggarap. Seperti

halnya sistem sakap, sistem sewa juga memilik perjanjian dalam

penyewaan lahan oleh petani penggarap. Besarnya kecilnya uang yang

harus diserahkan oleh petani penggarap kepada pemilik tergantung oleh

luas lahan, potensi dari lahan tersebut serta lamanya petani penggarap

untuk menyewa lahan tersebut. Hasil analisis penguasaan luas lahan

usahatani responden dapat dilihat pada tabel 5.4:

Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Penguasaan Luas Lahan

Penguasaan Luas Lahan

(Ha)

Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-rata

(Ha)

<1

1-1,99

>2

4

14

12

13

47

40

1,9

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis tabel 5.4 dapat menggambarkan luas penguasaan

lahan usahatani oleh responden. Sebagian besar responden sebanyak 70

persen memiliki luas lahan seluas 1-1,99 hektar. Responden rata-rata

memiliki lahan seluas 1,9 hektar.

Luas penguasaan lahan usahatani pada penelitian ini merupakan

luas lahan yang dikelola oleh petani dan kegiatan usahataninya baik

berupa lahan pekarangan, sawah maupun ladang. Luas lahan yang diteliti

dapat berupa lahan hasil dari sakap, sewa ataupun tanah bengkok.

Page 85: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

72

Responden penelitian kali ini seluruhnya memiliki lahan sendiri tidak ada

lahan sewa ataupun sakap.

Keenganan responden untuk menyewa atau menyakap tanah

disebabkan lahan yang dimiliki sudah cukup luas, rata-rata satu hektar

lebih. Lahan pertanian di Kecamatan Paranggupito masih mengandalkan

curah hujan sebagai pengairannya, sehingga hasil panen yang diperoleh

belum dapat diperkirakan. Petani tidak mau mengeluarkan biaya tambahan

untuk menyewa lahan pertanian yang belum tentu hasilnya.

Lahan yang dimiliki petani di Kecamatan Paranggupito berupa

lahan pekarangan dan tegalan. Tidak adanya sawah di daerah ini

disebabkan topografi dari wilayah ini berupa pegunungan dengan batuan

karang. Topografi yang bergunung-gunung dan batuan karang

menyebabkan air yang ada di permukaan lahan tidak dapat ditahan di atas

tanah, sehingga lahan sawah tidak dapat diciptakan di daerah ini. Sifat dari

batuan karang sangat keras sehingga tanah di daerah ini tidak dapat diolah

seperti lahan sawah. Selain topografi yang tidak mendukung untuk

persawahan, di Kecamatan Paranggupito pengairannya masih

mengandalkan air hujan dan belum ada sistem pengairan yang permanen.

5. Pendapatan Petani (X5)

Pendapatan merupakan selisih antara penghasilan seseorang

dengan pengeluaran dalam kurun waktu tertentu. Pendapatan seseorang

dipengaruhi oleh banyak hal seperti jumlah penghasilan yang tergantung

dari produktivitas orang tersebut serta kebutuhan akan konsumsi mereka

sendiri. Gaya hidup serta kebutuhan akan barang konsumsi antara orang

satu dengan lainnya berbeda yang dapat menyebabkan keragaman tingkat

pendapatan seseorang. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka

kebutuhan akan barang konsumsi akan semakin tinggi pula.

Pendapatan seseorang secara tidak langsung akan mempengaruhi

pola pengambilan keputusan terhadap adanya pembaharuan yang ada.

Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka akan semakin mudah untuk

mengakses berbagai kebutuhan baik dari segi pendidikan, pemenuhan

Page 86: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

73

barang konsumsi ataupun penyerapan berbagai teknologi yang masuk.

Terpenuhinya pendidikan dan pemenuhan akan kebutuhan berbagai

teknologi baru menyebabkan terbukanya wawasan mereka untuk

menerima berbagai masukan dan pembaharuan sepanjang tidak

menimbulkan permasalahan di lingkungan tersebut. Hasil analisis

pendapatan responden dapat dilihat pada tabel 5.5:

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Pendapatan tahun 2009

Pendapatan

(Rp)

Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-rata

(Rp)

<1,5 juta

1,5 juta - 1,9 juta

>2 juta

8

8

14

27

27

46

1,9 juta

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis Tabel 5.5 dapat menggambarkan pendapatan

responden. Sebagian besar responden memiliki pendapatan lebih dari dua

juta selama tahun 2009, sebanyak 46 persen. Rata-rata pendapatan

responden pada tahun 2009 sebesar 1,9 juta.

Pendapatan responden pada penelitian kali ini merupakan

pendapatan yang diperoleh dari penghasilan kegiatan on farm maupun dari

kegiatan off farm dikurangi dengan segala bentuk pengeluaran rumah

tangga petani selama tahun 2009. Petani kadang harus bekerja di luar

sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena penghasilan

dari sektor pertanian tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga

responden. Selain penghasilan dari sektor pertanian kurang mencukupi

kebutuhan petani yang menyebabkan responden bekerja di luar sektor

pertanian disebabkan penghasilan dari sektor pertanian dipengaruhi oleh

alam yang penuh dengan ketidakpastian dan tidak dapat dicegah jika

terjadi gagal panen.

Responden bekerja di luar kegiatan on farm untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya dan rumah tangganya. Mereka bekerja apa saja

selama pekerjaan itu halal dan tidak melanggar peraturan serta mampu

Page 87: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

74

memberikan pendapatan sampingan ketika dari sektor pertanian tidak

mampu mencukupi kebutuhannya terutama pada saat musim kemarau

dimana kegiatan on farm benar-benar tidak memberikan penghasilan

kepada petani. Pekerjaan yang dilakukan oleh responden diantaranya

sebagai pegawai negeri, pedagang baik yang berbasis pada dagangan hasil

bumi pertanian ataupun dagangan selain dari hasil bumi, industri rumah

tangga yang bahan bakunya berasal dari daerah tersebut terutama industri

rumah tangga yang usahanya berbahan baku singkong, ngerendet

(mengumpulkan hasil laut terutama lobster), peternak, buruh ataupun

sebagai petani gula jawa.

B. Karakteristik Kredit

Karakteristik merupakan sifat yang melekat di suatu objek dan hanya

dimiliki oleh objek itu sendiri. Karakteristik suatu objek secara tidak

langsung akan mempengaruhi keinginan seseorang untuk memakai atau

memanfaatkan objek tersebut, demikian juga ketika petani akan mengadopsi

suatu inovasi baru bagi petani. Petani akan melihat apakah karakteristik dari

inovasi tersebut sesuai dengan karakterisrik petani dan keinginan mereka.

Ketika karakteristik dari inovasi tersebut sesuai dengan keinginan mereka,

kemungkinan besar petani akan menggunakannya.

Petani akan mengadopsi suatu inovasi tidak hanya berdasarkan atas

manfaat yang akan diperolehnya, demikian juga dengan keinginan petani

untuk menggunakaan kredit program PUAP karena program tersebut baru

bagi petani di Kecamatan Paranggupito, sehingga kredit program PUAP

merupakan suatu inovasi bagi mereka. Petani akan menggunakan kredit

program PUAP dengan mempertimbangkan dari karakteristik kredit tersebut

apakah sesuai dengan keinginan mereka selain atas dasar manfaat yang akan

diperolehnya.

Karakteristik kredit program PUAP yang akan diteliti terdiri dari

beberapa komponen yaitu nilai plavon, jenis agunan yang digunakan, bentuk

kredit, lama pinjam, tingkat suku bunga serta cara pengembaliannya.

Page 88: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

75

Karakteristik di atas hampir selalu melekat pada berbagai kredit apapun,

adanya perbedaan antara kredit program PUAP dengan kredit-kredit lainnya

yang memacu petani untuk memilih menggunakan kredit program PUAP dari

pada menggunakan kredit lainnya untuk pembiayaan usaha taninya. Keadaan

karakteristik kredit PUAP di Kecamatan Paranggupito sebagai berikut:

1. Nilai Plavon (X6)

Plavon merupakan batas maksimal kreditur untuk meminjam barang

atau uang pada debitur. Jadi nilai plavon merupakan nilai maksimal

seorang kreditur untuk meminjam suatu barang atau uang. Pemberian nilai

plavon bertujuan untuk meringankan kedua belah pihak baik dari kreditur

maupun debitur. Keringanan bagi debitur dalam pemberian nilai plavon

terletak pada kemudahan dalam manajemen simpan pinjamnya.

Debitur memiliki berbagai kekurangan terutama dalam penyediaan

barang atau uang yang diminta oleh kreditur, sehingga debitur mampu

mengontrol kemampuan dirinya sendiri untuk memberikan pinjaman.

Debitur juga lebih mudah dalam mengelola uang atau melimpahkan

kembali kepada kreditur yang lainnya. Kemudahan yang diperoleh

kreditur dengan adanya nilai plavon adalah memberi batas kemampuan

kreditur untuk meminjam maupun mengembalikan tanggungannya,

sehingga tidak ada kemacetan. Hasil analisis variabel nilai plavon yang

ditanggung responden dapat dilihat pada tabel 5.6:

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Nilai Plavon

Nilai Plavon

(Rp)

Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-Rata

(Rp)

<1 Juta

1 Juta-1,5 Juta

>1,5 Juta

2

19

9

7

63

30

1,4 Juta

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.6 dapat menggambarkan nilai plavon yang harus ditaati

oleh responden sebagai peminjam. Sebagian besar responden

diperbolehkan meminjam kredit PUAP dengan nilai plavon sebesar 1-1,5

Page 89: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

76

Juta. Rata-rata nilai plavon yang dikenakan kepada responden sebesar 1,4

Juta.

Peminjaman kredit program PUAP di Kecamatan Parangggupito

sudah diberlakukan pembatasan. Batas peminjaman kredit antara petani

satu dengan petani lainnya berbeda-beda. Batas peminjaman kredit

berdasarkan pada kebutuhan petani dalam kegiatan usahataninya.

Perbedaan kebutuhan antara petani satu dengan petani lainnya

menyebabkan batas peminjaman maksimal kredit antara petani satu

dengan petani lainnya berbeda. Peminjaman kredit program PUAP kadang

disesuaikan dengan kondisi kas di gabungan kelompok tani (Gapoktan).

Terbatasnya uang kas yang ada di gabungan kelompok tani (Gapoktan)

menyebabkan tidak semua petani dapat meminjam kredit sesuai dengan

kebutuhan mereka. Pemberian nilai plavon selain berdasar kebutuhan dan

keadaan keuangan di kelompok atau Gapoktan, nilai plavon juga

berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh petani. Pada umumnya semakin

luas lahan usahatani maka akan semakin tinggi pula nilai plavon yang

diberikan. Luas lahan akan berpenggaruh kepada kebutuhan dalam

kegiatan usahatani.

2. Jenis Agunan (X7)

Agunan merupakan barang yang digunakan untuk jaminan agar

peminjam mendapatkan sejumlah barang yang ingin dipinjamnya. Jadi

jenis agunan dapat diartikan barang yang harus disediakan oleh peminjam

untuk dapat mendapatkan pinjaman yang diinginkan. Hasil analisis jenis

agunan yang harus disediakan oleh responden dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 5.7 Distribusi Responden menurut Jenis Agunan

Agunan Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-rata

Surat kesanggupan

BPKB

Sertifikat tanah

20

10

0

67

33

0

Surat

Kesanggupan

Sumber: Analisis Data Primer

Page 90: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

77

Tabel 5.7 dapat menggambarkan jenis agunan yang disyaratkan

dalam peminjaman kredit program PUAP dan harus ditaati oleh peminjam.

Sebanyak 20 responden atau sebesar 67 persen hanya menandatangani

surat kesanggupan untuk mengelola kredit tersebut.

Jenis agunan pada kredit program PUAP di Kecamatan

Paranggupito rata-rata hanya berupa menandatangani surat kesanggupan

untuk mengelola kredit tersebut. Hal ini berarti jenis agunan yang

diberlakukan tidak memberatkan petani. Petani lebih condong pada

perkreditan yang tidak menyediakan jaminan sebagai syarat peminjaman

kredit apalagi petani harus menyediakan sertifikat tanah sebagai

agunannya.

Kredit progam PUAP di Kecamatan Paranggupito tidak

mengharuskan petani untuk menyediakan agunan. Untuk memperlancar

jalannya kredit, pengurus gabungan kelompok tani (Gapoktan)

mewajibkan masing-masing kelompok tani yang mau meminjam harus ada

pihak yang bertanggung jawab pada kredit tersebut. Pengurus Gapoktan

mensyararakat, petani tidak perlu menyediakan agunan tetapi pengurus

kelompok tani harus menandatangani surat perjanjian yang berisi

kesanggupan untuk mengelola kredit tersebut.

3. Bentuk Kredit (X8)

Bentuk kredit merupakan jenis kredit yang diberikan kepada

peminjam baik dalam bentuk barang produksi maupun uang. Hasil analisis

bentuk kredit yang diberikan kepada responden dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 5.8 Distribusi Responden menurut Bentuk Kredit yang Diberikan

Bentuk Kredit Jumlah (Orang) Prosentase (%) Rata-Rata

Barang dan Uang

Uang

Barang

17

8

5

57

27

16

Barang dan

uang

Sumber: Analisis Data Primer

Page 91: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

78

Tabel 5.7 dapat menggambarkan bentuk kredit program PUAP

yang diberikan kepada petani di Kecamatan Paranggupito. Sebagian besar

responden menerima kredit PUAP dalam bentuk barang dan uang, dengan

persentase 57 persen.

Barang yang diberikan kepada petani berupa barang produksi

pertanian yaitu pupuk dan uang. Pemberian kredit dalam bentuk barang

produksi dan uang diharapkan lebih fleksibel dan menekan

panyalahgunaan kredit untuk kegiatan konsumsi atau kegiatan diluar

sektor pertanian. Kebutuhan petani tidak hanya terbatas pada pupuk dan

benih saja, tetapi mereka memerlukan biaya perawatan dan pestisida yang

berbeda-beda. Diharapkan dengan pemberian kredit dalam bentuk uang,

petani mampu memenuhi kebutuhan untuk kegiatan produksi.

4. Lama Pinjam (X9)

Lama pinjam merupakan waktu yang telah ditentukan untuk

melakukan pembayaran kredit dalam kurun waktu tertentu. Ketentuan

lama pinjam telah diatur dalam penyusunan rencana usaha anggota. Lama

pinjam kredit program PUAP sangat beragam tergantung dari kemampuan

peminjam dan kebijakan kelompok ataupun kebijakan dari gabungan

kelompok tani. Lama pinjam kredit program PUAP beragam mulai dari

satu musim panen sampai dengan satu tahun.

Pengangsuran kredit ini dilakukan satu bulan sekali atau diangsur

selama sepuluh kali dalam satu periode. Petani merasa agak keberatan

ketika harus mengangsur dalam jangka mingguan atau harian, maka dari

kelompok tani atau Gapoktan membuat kebijakan dan petani mengangsur

mulai bulanan. Ketika diberlakukan pengangsuran bulanan kadang petani

merasa keberatan karena penghasilan dari kegiatan usaha tani paling cepat

dirasakan setelah satu musim panen atau rata-rata empat bulan.

Petani yang tidak memiliki pendapatan tetap setiap bulannya,

mereka melunasi hutangnya tidak dengan cara bulanan tetapi setiap satu

musim panen dibayar lunas. Ketika petani tidak mampu membayar setelah

satu musim panen, dari kelompok tani atau Gapoktan memberi keringan

Page 92: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

79

kepada petani dengan membayar hutangnya sampai dengan akhir periode.

Keterlambatan pembayaran kredit, petani diberlakukan sanksi tidak boleh

meminjam kredit selama kredit yang terdahulu belum lunas. Hasil analisis

lama pinjam yang diberlakukan kepada responden dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 5.9 Distribusi Responden menurut Lama Pinjam

Lama Pinjam

(Bulan)

Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-rata

(Bulan)

10-12

7-9

4-6

16

10

4

53

34

13

9

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.9 dapat menggambarkan lama peminjaman yang diberikan

kepada petani untuk melunasi kewajibannya. Sebagian besar responden

melunasi hutangnya 10-12 bulan sebesar 53 persen. Rata-rata responden

melunasi hutangnya selama 9 bulan.

Pemberian batas lama pinjam memberikan kelonggaran kepada

petani untuk melunasi hutang-hutangnya. Pemberian batas pelunasan

kredit dengan jangka waktu satu tahun dengan alasan petani sudah

memperoleh penghasilan dari kegiatan usahatani. Melalui pendapatan dari

kegiatan usaha tani, petani diharapkan mampu melunasi kewajibannya.

Usahatani dipengaruhi oleh faktor alam, ketika petani tidak mampu

melunasi hutangnya setelah musim tanam yang dikarenakan gagal panen,

petani diberi keringanan untuk melunasi hutangnya sampai dengan akhir

periode. Keterlambatan petani dalam melunasi hutangnnya lebih dari satu

musim panen, petani dikenakan sanksi berupa tidak boleh meminjam

kredit dari program PUAP selama mereka belum melunasi hutang

terdahulu. Pemberian sanksi ini untuk meringankan petani dari tanggungan

yang akan semakin banyak dan menjaga agar dana program PUAP tetap

bergulir kepada petani.

Page 93: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

80

5. Tingkat Suku Bunga (X10)

Suku bunga hampir selalu melekat pada kegiatan perbankan

ataupun pada berbagai kegiatan simpan pinjam. Suku bunga diartikan

sebagai pembayaran yang dibebankan kepada peminjam dan harus

dibayarkan selain dari pinjaman pokok. Jadi, tingkat suku bunga

merupakan besar kecilnya beban yang diberikan kepada peminjam selain

dari pinjaman pokok dan harus dibayarkan. Pembebanan tingkat suku

bunga memiliki berbagai tujuan, salah satunya untuk mendapatkan

keuntungan dari kegiatan simpan pinjam. Hasil analisis tingkat suku bunga

yang diberlakukan kepada responden dapat dilihat pada tabel 5.10:

Tabel 5.10 Distribusi Responden menurut Tingkat Suku Bunga

Tingkat Suku Bunga

(%/Bulan)

Jumlah

(Orang)

Prosentase

(%)

Rata-rata

(%/Bulan)

1

1,5

2

13

11

6

43

37

20

1,4

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.10 dapat menggambarkan tingkat suku bunga yang

dibebankan kepada petani dalam peminjaman kredit program PUAP.

Sebanyak 13 responden atau sebesar 43 persen, diberi beban suku bunga

sebesar 1 persen. Rata-rata tingkat suku bunga yang diberikan kepada

responden sebesar 1,4 persen.

Suku bunga yang dikenakan pada kredit ini dapat dikatakan lebih

rendah dari lembaga perkreditan lainnya. Suku bunga yang dikenakan dari

Gapoktan hanya satu persen, tetapi dari kesepakatan anggota kelompok

tani di masing-masing kelompok tani mau membayar suku bunga lebih

dari satu persen. Pengambilan keputusan ini dengan syarat satu persen

untuk pengembangan kas di gabungan kelompok tani dan selebihnya

digunakan untuk mengembangkan kas untuk masing-masing kelompok.

Pengambilan keputusan ini menyebabkan pemberlakuan suku bunga

antara kelompok tani satu dengan kelompok tani lainnya berbeda.

Page 94: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

81

6. Cara Pengembalian (X11)

Cara pengembalian merupakan tata cara yang ditentukan untuk

pengembalian kredit program PUAP agar berjalan dengan lancar. Cara

pengembalian dilihat dari segi tempat pengembalian dan cara

pengangsurannya. Hasil analisis cara pengembalian yang diberlakukan

kepada responden dapat dilihat pada tabel 5.11:

Tabel 5.11 Distribusi Responden menurut Cara Pengembalian

Kategori Skor Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Tinggi

Sedang

Rendah

16-20

11-15

6-10

9

21

0

30

70

0

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.11 dapat menggambarkan cara pengembalian yang harus

dilakukan oleh petani dalam peminjaman kredit program PUAP. Sebagian

besar responden cara pengembaliannya ada kategori sedang dengan

persentase 73 persen, dimana petani mulai mengangsur kredit setiap bulan

dan penyerahan angsuran kepada pengurus kelompok tani. Sebesar 27

persen responden berada pada kategori tinggi dimana petani boleh

mengansur atau melunasi kredit PUAP setelah satu musim tanam. Kredit

program PUAP dikatakan dalam kategori rendah jika pengangsuran kredit

dilakukan setiap hari atau mingguan dan tempat penyerahan langsung ke

pihak bank.

Cara penembalian kredit program PUAP di Kecamatan

Paranggupito tergolong sedang, berarti cara pengembalian hampir seperti

yang diinginkan oleh petani. Petani melunasi kredit ini selama satu periode

dengan mengangsur setiap bulannya. Angsuran setiap bulan dirasa kadang

memberatkan petani karena pengahasilan petani rata-rata satu musim

tanam baru mendapatkan penghasilan dari kegiatan usaha taninya. Kadang

petani mengalami penangguhan pembayaran angsuran setiap bulannya

karena petani tidak memperoleh penghasilan tetap setiap bulannya.

Page 95: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

82

Pengurus gabungan kelompok tani memberikan keringanan kepada

petani yang menagguhkan pembayaran kredit karena tidak ada penghasilan

tetap setiap bulannya. Penangguhan pembayaran kredit diberi tenggang

waktu selama satu periode. Akhir periode, semua petani harus melunasi

semua kewajibannya akan kredit tersebut. Penangguhan pembayaran

kredit ada sanksi yang diberikan kepada petani, yaitu petani tidak dapat

meminjam kredit selama belum kewajibannnya belum dilunasi.

C. Efektivitas Kredit Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP)

Efektif dapat diartikan jika kegiatan dilaksanakan dengan benar. Jadi

efektivitas dapat diartikan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran

yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan makin mendekati sasaran berarti

makin tinggi efektifvitasnya. Seperti halnya dengan program-program

pemerintah lainnya, program PUAP juga memiliki berbagai tujuan yang telah

direncanakan dan disusun.

Program PUAP merupakan program dari permerintah yang berbasis

pada potensi dari daerah tersebut. Pengelolaan dana program PUAP

diserahkan sepenuhnya kepada kewenangan masing-masing daerah. Di

Kecamatan Paranggupito dana program PUAP digunakan untuk kegiatan

kredit yang mendanai berbagai kegiatan yang berbasis pertanian. Kegiatan

yang dibiayai dengan kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito

berupa peternakan, usaha dagang berbasis pertanian, perkebunan, industri

rumah tangga, tanaman pangan dan holtikultura.

Program PUAP mempunyai berbagai tujuan yang pada dasarnya sama

dengan tujuan dari program pemerintah yang terdahulu. Secara garis besar,

tujuan program PUAP adalah adanya keuntungan dari usahatani yang

dikerjakan, peningkatan produktivitas, kesesuaian penggunaan kredit dalam

artian kredit program PUAP digunakan untuk berbagai kegiatan yang berbasis

pertanian serta tujuan yang terakhir berupa adanya ketepatan pengembalian.

Penelitian di Kecamatan Paranggupito, peneliti membatasi masalah

penelitiannya hanya pada komoditas tanaman jagung. Pengambilan keputusan

Page 96: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

83

untuk meneliti komoditas jagung dengan alasan, program PUAP digunakan

untuk pengembangan berbagai usaha yang sesuai dengan potensi di daerah

masing-masing. Lahan di Kecamatan Paranggupito lebih cocok digunakan

untuk menanam tanaman yang tahan akan kekeringan yaitu jenis tanamannya

berupa tanaman palawija. Pemilihan komoditas jagung sebagai bahan

penelitian selain merupakan tanaman yang sesuai dengan kondisi alam di

Kecamatan Paranggupito, jagung juga merupakan tanaman pangan dan

memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Jadi, pada penelitian kali ini, yang

dimaksud dengan keuntungan dan adanya peningkatan produktivitas dari

kegiatan usahatani komoditas tanaman jagung. Efektivitas kredit program

PUAP di Kecamatan Paranggupito sebagai berikut:

1. Pendapatan Usaha Tani Jagung (Y1)

Pendapatan merupakan selisih antara besarnya penghasilan dengan

banyaknya pengeluaran yang dikeluarkan. Jadi, pendapatan usahatani

jagung merupakan banyaknya penghasilan dari usahatani jagung dikurangi

dengan besarnya biaya produksi dalam budidaya tanaman jagung.

Penghasilan diperoleh dengan cara hasil kali antara hasil panen tiap areal

panen dengan harga tiap satuan berat yang berlaku pada saat petani

menjualnya.

Biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan semua bentuk

pembiayaan selama proses budidaya tanaman jagung. Pembiayaan

meliputi dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman, perawatan serta

pemanenan. Pembiayaan yang dikeluarkan selain dari berbagai kegiatan

dari pengolahan sampai pemanenan, petani harus mengeluarkan uang

untuk biaya pengadaan sarana produksi pertanian baik berupa benih, obat-

obatan serta pestisida.

Pendapatan dari usahatani dipengaruhi adanya berbagai faktor

terutama alam, luas lahan, pembiayaan serta harga jual yang berlaku di

pasaran pada saat petani menjual hasil panennya. Adanya berbagai faktor

yang berpengaruh menyebabkan pendapatan petani dari usahataninya

Page 97: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

84

beragam antara petani satu dengan petani lainnya. Hasil analisis variabel

pendapatan usahatani jagung responden dapat dilihat pada tabel 5.12:

Tabel 5.12 Distribusi Responden menurut Pendapatan Usaha Tani Jagung

Keuntungan Usahatani Jagung Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Untung

Impas

Rugi

18

9

3

60

30

10

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.12 dapat menggambarkan pendapatan responden dari

kegiatan usahatani jagungnya. Sebagian besar responden memperoleh

keuntungan dari kegiatan usahatani jagung dengan persentase 60 persen.

Sebesar 30 persen merupakan responden dengan pendapatan kategori

sedang. Sedangkan sisanya sebesar 10 persen merupakan responden

dengan pendapatan kategori rendah.

Pemberian kategori pendapatan berdasarkan pada keuntungan yang

diperoleh dari kegiatan usahatani jagung. Responden yang berada pada

kategori tinggi apabila mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahatani

jagung. Responden yang berada pada kategori sedang jika petani tidak

mendapatkan keuntungan maupun kerugian dari kegiatan usahatani jagung

atau sering disebut impas. Impas di sini diartikan besarnya pendapatan

yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

produksi. Sedangkan responden dikatakan pada kategori rendah jika dalam

kegiatan usahatani mendapat kerugian dalam arti besarnya pengeluaran

untuk produksi tidak sebanding dengan besarnya pendapatan yang

diperoleh.

Besar kecilnya pendapatan dari usahatani jagung ditentukan

berbagai faktor seperti faktor alam, besarnya panen, luas lahan, biaya

produksi ataupun harga jagung yang berlaku di pasaran pada saat petani

menjual hasil panen. Faktor yang paling berpengaruh adalah kondisi alam

dan fluktuasi dari harga jagung itu sendiri. Panen kali ini sebagian besar

responden mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahatani jagung karena

Page 98: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

85

adanya peningkatan hasil panen dan adanya kestabilan harga jual

komoditas jagung. Petani kadang mengalami kerugian dalam kegiatan

usahatani tetapi mereka tetap mengusahakannya dengan berbagai alasan

seperti pemanfaatan lahan pada saat musim penghujan, karena tradisi yang

mengharuskan menanam komoditas tersebut pada waktu itu, tanah tersebut

hanya cocok ditanami dengan komoditas tersebut dan mereka juga pernah

mendapat keuntungan dalam kegiatan usahataninya dalam artian petani

tidak selalu rugi dalam kegiatan usahataninya.

2. Peningkatan Produktivitas Jagung (Y2)

Produktivitas merupakan hasil bagi antara hasil panen dengan luas

lahan yang digunakan untuk mengusahakan komoditas tersebut. Seperti

halnya dengan pendapatan usahatani yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor, demikian pula dengan produktivitas suatu komoditas juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang berpengaruh pada besar

kecilnya produktivitas suatu komoditas adalah faktor alam, jenis sarana

produksi pertanian yang digunakan oleh petani. Hasil analisis variabel

pendapatan usahatani jagung responden dapat dilihat pada tabel 5.13:

Tabel 5.13 Distribusi Responden menurut Peningkatan Produktivitas

Jagung

Peningkatan Produktivitas Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Peningkatan

Sama

Menurun

18

8

4

60

30

10

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.13 dapat menggambarkan produktivitas dari kegiatan

usahatani jagung. Sebagian besar produktivitas dari usahatani responden

berada pada kategori tinggi dengan presentase 60 persen. Sebesar 30

persen merupakan responden pada kategori sedang pada peningkatan

produktivitas usahatani jagung. Sedangkan sisanya merupakan responden

pada kategori rendah dengan prosentase sebesar 10 persen.

Page 99: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

86

Pembagian kategori pada sub variabel produktivitas usaha tani

jagung berdasarkan pada ada tidaknya peningkatan produktivitas hasil

panen tanaman jagung dengan membandingkan keadaan sebelum dan

sesudah ada kredit program PUAP. Responden pada kategori tinggi

apabila ada peningkatan produktivitas setelah ada kredit program PUAP.

Responden pada kategori sedang jika tidak ada peningkatan ataupun tidak

ada penurunan setelah ada kredit program PUAP. Sedangkan pada

kategori terakhir yaitu kategori rendah apabila responden malah

mengalami penurunan setelah ada kredit program PUAP.

Kredit program PUAP digunakan untuk pembiayaan kegiatan

usahatani terutama untuk pembelian pupuk dan obat-obatan. Pemerintah

mengeluarkan kebijakan baru dalam pendistribusian pupuk bersubsidi

kepada petani untuk memperkecil terjadinya penyimpangan. Pemerintah

menyalurkan pupuk dari agen resmi distributor langsung kepada gabungan

kelompok tani. Besar kecilnya paket pupuk yang diberikan kepada

gabungan kelompok tani berdasarkan Rancangan Usaha Bersama (RUB)

yang telah telah disusun masing-masing gabungan kelompok tani.

Rancangan usaha bersama inilah yang menjadi acuan pemerintah

dalam penyaluran pupuk. Dari Gapoktan inilah petani baru dapat membeli

akan kebutuhan pupuk sesuai dengan rancangan yang telah disusun

bersama. Jadi, petani tidak dapat membeli pupuk secara perseorangan.

Pembelian pupuk oleh Gapoktan menggunakan dana dari kredit program

PUAP. Ketika Gapoktan tidak mampu menyediakan uang yang diminta

oleh distributor untuk membeli satu paket pupuk maka Gapoktan tersebut

tidak memperoleh pupuk yang diminta sesuai dengan rancangan usaha.

Adanya pemenuhan sarana produksi pertanian terutama masalah

pupuk diharapkan mampu berdampak pada peningkatan produktivitas

setelah adanya dana kredit program PUAP. Responden yang mengalami

penurunan ataupun tidak ada peningkatan produktivitas hasil panen setelah

adanya kredit program PUAP dikarenakan pengaruh alam. Ketersediaan

sarana produksi pertanian berupa pupuk, obat-obatan dan benih unggul

Page 100: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

87

dari modal kredit program PUAP akan mampu meningkatkan

produktivitas selama faktor alam ikut mendukung.

3. Kesesuaian Penggunaan (Y3)

Dana program PUAP pada dasarnya merupakan dana program

hibah dari pemerintah kepada gabungan kelompok tani yang memenuhi

syarat dan kriteria yang telah ditentukan. Dana program PUAP digunakan

untuk mendanai tujuh sektor yang berbasis di bidang pertanian yaitu

tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, industri rumah

tangga, bakulan dan usaha lain yang berbasis pertanian.

Dana program PUAP digunakan petani Kecamatan Paranggupito

untuk kredit yang membiayai kegiatan usaha tani tanaman pangan dan

industri rumah tangga. Sebelum dana program PUAP diberikan kepada

petani, terlebih dahulu petani membuat Rancangan Usaha Anggota (RUA),

kemudian dikumpulkan menjadi Rancangan Usaha Kelompok (RUK) pada

tingkat kelompok tani. Kemudian pengurus pada masing-masing

kelompok tani menyerahkan rancangan usaha kelompok kepada tingkat

gabungan kelompok tani. Rancangan usaha kelompok (RUK) dari

berbagai kelompok tani disusun menjadi satu ditingkat gabungan

kelompok tani menjadi Rancangan Usaha Bersama (RUB).

Rancangan Usaha Bersama (RUB) yang telah disusun kemudian

dimusayawarahkan antara pengurus gabungan kelompok tani (Gapoktan)

selaku pengelola dana program PUAP dengan pengurus kelompok tani

apakah rencana yang telah disusun anggota memenuhi kriteria yang telah

ditentukan. Pengesahan rencana usaha kelompok disahkan oleh ketua

gabungan kelompok tani dengan pertimbangan dan arahan dari penyuluh

pendamping kecamatan dan penyuluh pendamping dari tingkat kabupaten.

Rancangan Usaha Bersama (RUB) yang telah disepakati penyuluh maka

pengurus gabungan kelompok tani yang memegang kewenangan penuh

untuk mengelola dana program PUAP memberikan dana yang telah tertera

di Rancangan Usaha Kelompok (RUK) kepada masing-masing kelompok.

Pengurus kelompok tani akan menyalurkan dana tersebut sesuai dengan

Page 101: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

88

rancangan usaha anggota yang telah disusun. Hasil analisis kesesuaian

penggunaan dapat dilihat pada tabel 5.14:

Tabel 5.14 Distribusi Responden menurut Kesesuaian Penggunaan

Kategori Skor Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Tinggi

Sedang

Rendah

9-11

6-8

3-5

19

11

0

60

40

0

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.14 dapat menggambarkan kesesuaian penggunaan kredit

oleh responden. Sebagian besar kredit program PUAP, penggunaannya

sudah sesuai dengan Rancangan Usaha Bersama (RUB) sebesar 60 persen

dari total keseluruhan responden. Sebesar 40 persen responden

menggunakan kredit pada kategori sedang. Sedangkan penggunaan kredit

pada kelas kategori rendah tidak ada, jadi penggunaan kredit program

PUAP di Kecamatan Paranggupito pada kategori sedang dan tinggi.

Kredit program PUAP sudah digunakan responden sesuai dengan

Rancangan Usaha Bersama (RUB), maka dapat dikatakan dana hibah

program PUAP sudah tepat sasaran. Responden menggunakan kredit

program PUAP untuk kegiatan pengembangan usahatani tanaman pangan

dan industri rumah tangga yang berbasis pada pertanian. Sedikit sekali

yang menggunakan kredit program PUAP untuk kegiatan konsumsi seperti

untuk renovasi rumah ataupun pemenuhan akan barang konsumsi.

Responden sadar, kredit program PUAP digunakan untuk pengembangan

usaha yang berbasis pertanian dan mereka harus mengembalikan dana

tersebut. Dana program PUAP sebenarnya dana hibah tetapi tidak boleh

digunakan untuk kegiatan non pertanian serta harus bergulir terus ke

anggota lain dalam satu gabungan kelompok tani (Gapoktan).

4. Kelancaran Pengembalian (Y4)

Kelancaran pengembalian merupakan kemampuan responden

untuk melunasi semua kewajiban yang harus diselesaikan sampai dengan

Page 102: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

89

batas waktu yang telah ditentukan berdasarkan ketepatan waktu dan

jumlah. Hasil analisis kelancaran pengembalian dapat dilihat pada sebagai

berikut:

Tabel 5.15 Variabel Kelancaran Pengembalian

Kategori Skor Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Tinggi

Sedang

Rendah

9-11

6-8

3-5

14

16

0

46

54

0

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.15 dapat menggambarkan kelancaran pengembalian kredit

oleh responden. Sebagian besar responden pada proses pengembalian pada

kategori sedang yaitu sebesar 54 persen. Sebesar 46 persen, responden

pada kategori tinggi. Sedangkan pada kategori rendah tidak terdapat. Hal

ini berarti seluruh responden mengembalikan dana kredit program PUAP

sesuai dengan batas waktu yang telas ditetapkan.

Kredit program PUAP pada proses pengembalian berjalan dengan

lancar, hal ini dibuktikan pada hasil analisis sub variabel kelancaran

pengembalian seluruh responden berada pada kategori sedang dan tinggi

sedangkan pada kategori rendah tidak ada. Proses pengembalian kadang

tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Adanya

ketidaksesuaian dengan waktu pengembalian disebabkan hasil dari produk

pertanian bersifat musiman.

Kelancaran pengembalian kredit program PUAP di Kecamatan

Paranggupito dapat dikategorikan baik karena tidak ada responden yang

tidak melunasi kewajiban akan pengangsuran kredit yang dipinjam. Salah

satu indikasi adanya kelancaran pengembalian dan tidak adanya responden

yang tidak mengembalikan dana tersebut adalah adanya sisa hasil usaha

dalam akhir periode dan uang pokok dari pemerintah sebesar 100 juta pada

akhir tahun telah terkumpul dalam kas gabungan kelompok tani. Sisa hasil

usaha, oleh pengurus sebagian dikembalikan lagi kepada anggota dan

Page 103: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

90

sebagian lagi digunakan untuk pengembangan kas gabungan kelompok

tani. Pengembangan ini dimaksudkan dengan adanya penambahan uang

modal yang akan diputar lagi untuk kredit yang digunakan untuk

pendanaan kegiatan usahatani.

5. Efektivitas Kredit Program PUAP (YTotal)

Efektivitas dapat diartikan sejauh mana pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Semakin tercapai tujuan yang telah ditetapkan, maka

dapat dikatakan semakin efektif. Efektivitas kredit program PUAP diukur

dari adanya peningkatan pendapatan dan produktivitas dari kegiatan usaha

taninya, kesesuaian penggunaan kredit untuk kegiatan usaha yang berbasis

pertanian serta pengembalian kredit tersebut sesuai dengan batas yang

telah ditetapkan. Hasil analisis variabel efektivitas kredit program PUAP

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.16 Variabel Efektivitas Kredit Program PUAP

Kategori Skor Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Tinggi

Sedang

Rendah

20-25

14-19

8-13

26

4

0

87

13

0

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 5.16 dapat menggambarkan tingkat efektivitas kredit

program PUAP. Kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito berada

pada kategori tinggi sebanyak 26 responden atau 87 persen, sedangkan

sebanyak 4 responden atau 13 persen berada pada ketegori sedang. Hal ini

berarti kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito dikatakan

efektif. Efektif disini diartikan sebagai pencapaian tujuan program PUAP

yang telah ditentukan.

Tujuan program PUAP adalah peningkatan pendapatan dari

kegiatan usahataninya, peningkatan produktivitas dari kegiatan usaha tani,

ketepatan penggunaan kredit dan kelancaran pengembalian. Peningkatan

pendapatan dikarenakan adanya peningkatan produksi panen. Peningkatan

Page 104: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

91

produksi panen akan meningkatkan produktivitas dari kegiatan usahatani

yang diusahakan oleh petani. Peningkatan prduktivitas dai usahatani

karena tercukupinya kebutuhan input produksi pertanian terutama masalah

pupuk dan benih. Pemenuhan akan kebutuhan input pertanian dicukupi

dari biaya peminjaman kredit program PUAP.

Kredit program PUAP digunakan untuk membiayai semua

kegiatan usahatani yang telah direncanakan sebelumnya pada Rancangan

Usaha Bersama (RUB). Kredit program PUAP di Kecamatan

Paranggupito direncanakan untuk pembiayaan usahatani tanaman pangan

dan usaha bakulan yang berbasis pertanian. Sebagian besar responden

menggunakan kredit program PUAP untuk kegiatan usahatani tanaman

pangan dan beberapa responden menggunakan untuk kegiatan usaha

bakulan selain kegiatan usahatani.

Kredit program PUAP merupakan dana bergulir dari pemerintah

dan selamanya harus ada di kas gabungan kelompok tani (Gapoktan).

Dana tersebut tidak boleh hilang dari kas Gapoktan dengan alasan apapun.

Petani yang meminjam kredit program PUAP pada akhirnya tetap

mengembalikan pinjaman tersebut kepada gabungan kelompok tani

melalui masing-masing kelompok tani mereka. Petani mengembalikan

kredit program PUAP dengan kesadaran dan tepat waktu. Ketepatan waktu

pembayaran kredit program PUAP dapat dilihat dari pada akhir periode,

dana yang sudah dipinjam oleh petani sudah terkumpul di kas Gapoktan.

Pada pengembalian kredit program PUAP, kredit yang dikembalikan

sesuai dengan nominal peminjaman ditambah dengan bunga. Adanya

bunga pada pinjaman ini bertujuan untuk pengembangan dan pengeloaan

kredit program PUAP yang pada akhirnya akan diputar kembali kepada

petani sendiri.

Page 105: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

92

D. Hubungan antara Faktor Sosial Ekonomi Petani dan Karakteristik

Kredit dengan Efektivitas Kredit Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dan karakteristik kredit

dengan efektivitas kredit program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) adalah variabel yang dikaji dalam penelitian ini. Hasil analisis

hubungan dengan menggunakan program SPSS versi 17 for windows, dengan

tingkat kepercayaan 95 persen atau α sebesar 0,05. Hasil analisis hubungan

antara faktor sosial ekonomi petani dan karakteristik kredit dengan efektivitas

kredit program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada

kelompok tani di Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri.

1. Hubungan antara Sosial Ekonomi Petani dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP

Sosial ekonomi merupakan karakteristik yang dimiliki oleh masing-

masing individu petani. Sosial ekonomi merupakan tingkatan petani dalam

lapisan masyarakat. Faktor sosial ekonomi petani yang dihubungkan

dengan efektivitas kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito

Kabupaten Wonogiri adalah umur responden, pendidikan formal,

pedidikan non formal, luas penguasaan lahan dan pendapatan responden.

Hasil analisis hubungan antara sosial ekonomi petani dengan efektivitas

kredit program PUAP berikut ini:

a. Hubungan antara Umur Responden dengan Efektivitas Kredit

Umur petani akan mempengaruhi pola fikir dan daya serap akan

suatu pengetahuan. Pola fikir dan daya serap suatu pengetahuan akan

berpengaruh pada pengambilan keputusan oleh petani dalam

usahatninya. Petani yang memiliki umur yang relatif lebih tua akan

cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan karena

mereka sudah megalami pahit getirnya dari berbagai program

pemerintah yang tidak sedikit mengalami kegagalan. Hubungan antara

Page 106: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

93

umur responden dengan efektivitas kredit program PUAP dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 5.17 Hubungan antara Umur Responden dengan Efektivitas

Kredit Program PUAP

Umur Responden

(Tahun)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah

<39 6 0 0

-0,211 -1,14NS

40-49 7 4 0

>50 13 0 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X1 = Umur Responden NS = Non Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara umur reponden dengan efektivitas

kredit program PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs adalah

-0,211 dengan Thitung (-1,14) < Ttabel (2, 048). Nilai ini menunjukkan

hubungan tidak signifikan dan mempunyai arah hubungan yang negatif.

Nilai ini menunjukkan umur responden berhubungan tidak signifikan

dengan efektivitas kredit program PUAP. Ketidaksignifikanan ini

disebabkan umur seseorang akan akan berpengaruh kepada kemampuan

fisik seseorang. Semakin tua seseorang pada umumnya akan

menurunkan kemampuan fisiknya secara tidak langsung akan

berdampak pada penurunan produktivitasnya.

Nilai rs yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang tidak

searah antara umur responden dengan efektivitas kredit program PUAP.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur responden maka

semakin rendah efektivitas kredit program PUAP.

Page 107: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

94

b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Efektivitas Kredit

Pendidikan formal merupakan pendidikan formal yang ditempuh

oleh petani dalam bangku sekolah yang diikat oleh peraturan tertentu.

Pendidikan formal seseorang akan mempengaruhi pola fikir responden

dalam menyikapi suatu permasalaha. Hubungan antara pendidikan

formal dengan efektivitas kredit program PUAP dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 5.18 Hubungan antara Pendidikan Formal Responden dengan

Efektivitas Kredit Program PUAP

Pendidikan Formal

Responden

(Skor)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah

SD 5 0 0 0,233

1,26

NS SMP 7 1 0

SMA dan Perguruan 14 3 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X2 = Pendidikan Formal NS = Non Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.18 dapat diketahui terdapat hubungan yang

tidak signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan efektivitas

kredit program PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah

0,233 dan Thitung (1,26) < Ttabel (2,048). Nilai ini menunjukkan hubungan

tidak signifikan dengan arah hubungan yang positif. Nilai ini

menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara pendidikan formal

responden dengan efektivitas kredit program PUAP. Pendidikan formal

seseorang akan berdampak pada pola fikir mereka. Ketidaksignifikanan

ini disebabkan mereka belum menyadari tujuan dari program tersebut,

sehingga mereka belum terbuka dalam menanggapi inovasi yang

masuk.

Nilai rs yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah

antara pendidikan formal responden dengan efektivitas kredit program

Page 108: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

95

PUAP. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan

responden maka akan semakin tinggi pula efektivitas kredit program

PUAP.

c. Hubungan antara Pendidikan non Formal dengan Efektivitas

Kredit

Pendidikan non formal merupakan frekuensi petani dalam

mengikuti berbagai kegiatan di luar pendidikan formal untuk

menambah pengetahuan mereka dalam satu tahun terakhir. Pendidikan

non formal yang ditempuh petani berupa penyuluhan, pelatihan dan

kursus. Hubungan antara pendidikan non formal dengan efektivitas

kredit program PUAP dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.19 Hubungan antara Pendidikan non Formal Responden dengan

Efektivitas Kredit Program PUAP

Pendidikan Non

Formal Responden

(Frekuensi)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah

<10 0 0 0 0,492

2,99

* 10-15 20 4 0

>16 6 0 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X3 = Pendidikan non Formal * = Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.19 dapat diketahui terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat pendidikan non formal dengan efektivitas

kredit program PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah

0,492 dan Thitung (2,99) > Ttabel (2,048). Nilai ini menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan dengan arah hubungan yang positif. Nilai ini

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan non

formal responden dengan efektivitas kredit program PUAP. Adanya

hubungan yang positif disebabkan kredit program PUAP dikenalkan

Page 109: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

96

kepada petani melalui kegiatan penyuluhan, maka petani yang rutin

mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian lebih cepat menerima kredit

tersebut karena mereka sadar akan manfaat dari program tersebut.

Nilai rs yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah

antara pendidikan non formal responden dengan efektivitas kredit

PUAP. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan responde maka

akan semakin tinggi pula efektivitas kredit program PUAP.

d. Hubungan antara Luas Penguasaan Lahan dengan Efektivitas

Kredit

Luas penguasaan lahan merupakan luas lahan yang dimiliki oleh

petani. Petani dapat mengupayakan berbagai upaya dalam pengadaan

lahan, seperti membuka lahan baru ataupun dengan cara menyewa.

Luas lahan berhubungan dengan pendapatan petani, semakin luas lahan

petani maka semakin tinggi pula pendapatan petani. Hubungan antara

luas penguasaan lahan dengan efektivitas kredit program PUAP dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.20 Hubungan antara Penguasaan Luas Lahan dengan

Efektivitas Kredit Program PUAP

Penguasaan Luas

Lahan

(Hektar)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah <1 3 1 0

0,269

1,4NS

1-1,9 12 2 0

>2 11 1 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X4 = Penguasaan Luas Lahan NS = Non Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.20 dapat diketahui terdapat hubungan yang

signifikan antara luas penguasaan lahan dengan efektivitas kredit

program PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0, 269

dan Thitung (1,4) < Ttabel (2,048). Nilai ini menunjukkan adanya hubungan

Page 110: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

97

yang tidak signifikan dengan arah hubungan yang positif. Nilai ini

menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara luas lahan

responden dengan efektivitas kredit program PUAP.

Ketidaksignifikanan ini disebabkan kredit program PUAP hanya

mampu memberikan pinjaman kepada responden dengan rata-rata 1,4

Juta sedangkan rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh responden seluas

1,9 hektar. Pemberian kredit tersebut dirasa kurang mencukupi oleh

responde karena untuk kegiatan usahatani dengan lahan seluas 1,9

hektar dibutuhkan dana lebih dari 1,4 Juta.

Nilai rs yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara

luas lahan petani dengan efektivitas kredit program PUAP. Hal ini

berarti semakin luas lahan petani maka akan semakin tinggi pula

efektivitas kredit program PUAP.

e. Hubungan antara Pendapatan Responden dengan Efektivitas

Kredit

Pendapatan merupakan selisih antara penghasilan dengan

pengeluaran. Pendapatan responden yang dimaksud di sini merupakan

penghasilan dari kegiatan usaha on farm maupun dari kegiatan off farm

dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga responden selama satu

tahun. Hubungan antara pendapatan responden dengan efektivitas kredit

program PUAP dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.21 Hubungan antara Pendapatan Responden dengan Efektivitas

Kredit Program PUAP

Pendapatan Petani

(Rupiah)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah

<1,5 Juta 6 2 0

0,281

1,55NS

1,5-1,9 Juta 7 1 0

>2 Juta 13 1 0

Sumber: Analisis Data Primer

Page 111: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

98

Keterangan:

X5 = Pendapatan Petani NS = Non Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.21 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pendapatan reponden dengan

efektivitas kredit program PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs

adalah 0,281 dengan Thitung (1,55) < Ttabel (2, 048). Nilai ini

menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan dengan arah

hubungan yang positif. Nilai ini menggambarkan adanya hubungan

yang tidak signifikan antara pendapatan petani dengan efektivitas kredit

program PUAP. Ketidaksignifikanan ini disebabkan pendapatan

seseorang tidak selalu membuat mereka ingin selalu mencoba berbagai

inovasi yang masuk. Demikian pula dengan adanya inovasi berupa

kredit program PUAP, tidak selamanya petani yang memiliki

pendapatan lebih untuk mencobanya sehingga tujuan dari program

PUAP tidak tercapai. Ketidakinginan petani yang memiliki pendapatan

lebih tinggi disebabkan mereka lebih mampu mengakses berbagai kredit

dari berbagai sumber.

Nilai rs yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara

luas lahan dengan efektivitas kredit program PUAP. Hal ini berarti

semakin tinggi pendapatan responden maka akan semakin tinggi pula

efektivitas kredit program PUAP.

2. Hubungan antara Karakteristik Kredit dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP

Kredit tidak akan terlepas dengan sifat-sifat kredit seperti nilai

plavon, jenis agunan, bentuk kredit, lama pinjam, tingkat suku bunga dan

cara pengembalian. Sifat-sifat yang melekat pada kredit disebut dengan

karakteristik kredit. Hasil analisis hubungan antara karakteristik kredit

dengan efektivitas kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito

Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 112: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

99

a. Hubungan antara Nilai Plavon dengan Efektivitas Kredit

Nilai plavon merupakan batas maksimal nasabah untuk

meminjam kredit. Nilai plavon antara nasabah satu dengan nasabah

lainnya berbeda-beda karena kebutuhan antara perseorangan berbeda.

Hubungan antara nilai plavon dengan efektivitas kredit program PUAP

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.22 Hubungan antara Nilai Plavon dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP

Nilai Plavon

(Rupiah)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah >1,5 Juta 8 1 0

0,262

1,44NS

1-1,5 Juta 17 2 0

<1 Juta 1 1 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X6 = Nilai Plavon NS = Non Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.22 dapat diketahui terdapat hubungan yang

signifikan antara nilai plavon dengan efektivitas kredit program PUAP.

Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0, 262 dan Thitung (1,44) <

Ttabel (2,048). Nilai ini menunjukkan adanya hubungan yang tidak

signifikan dengan arah hubungan yang positif. Nilai ini menunjukkan

hubungan yang tidak signifikan antara nilai plavon dengan efektivitas

kredit program PUAP. Ketidaksignifikanan disebabkan nilai plavon

yang dikenakan kepada responden terlalu rendah jika dibandingkan

dengan luas lahan yang mereka punyai. Nilai plavon yang diberikan

kepada responden rata-rata 1,4 Juta sedangkan rata-rata lahan yang

dimiliki responden seluas 1,9 hektar. Pembiayaan kegiatan usahatani

dengan lahan seluas 1,9 hektar membutuhkan biaya lebih dari 1,4 juta.

Nilai rs yang positif menunjukkan adanya hubunga yang searah

antara nilai plavon dengan efektivitas kredit program PUAP. Hal ini

Page 113: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

100

berarti semakin tinggi nilai plavon maka akan semakin efektivitas kredit

PUAP.

b. Hubungan antara Jenis Agunan dengan Efektivitas Kredit

Jenis agunan merupakan barang atau surat berharga yang harus

disediakan oleh nasabah dalam meminjam kredit sebagai barang

jaminan dalam kegiatan perkreditan. Hubungan antara jenis agunan

dengan efektivitas kredit program PUAP dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 5.23 Hubungan antara Jenis Agunan dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP

Jenis Agunan

(Skor)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah 12-15 4 0 0

0,459*

2,73 8-11 22 4 0

4-7 0 0 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X7 = Jenis Agunan * = Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.18 dapat diketahui terdapat hubungan yang

signifikan antara jenis agunan dengan efektivitas kredit program PUAP.

Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0,459 dan Thitung (2,73) >

Ttabel (2,048). Tanda positif menunjukkan adanya hubungan berbanding

lurus, semakin tinggi jenis agunan seseorang maka akan semakin cepat

untuk mengadopsi inovasi yang akan berdampak pada ketercapaian

tujuan dari inovasi tersebut.

Peminjaman dana PUAP di Kecamatan Paranggupito jenis

agunan yang disyaratkan tergolong sedang. Petani tidak perlu

menyediakan barang agunanan untuk meminjam dana PUAP. Sistem

agunan yang diterapkan di Kecamatan Paranggupito berupa sistem

Page 114: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

101

tanggung renteng, jadi masing-masing petani tidak perlu menyediakan

barang agunan. Petani cukup menandatangani rancangan usaha anggota

yang mereka susun sedangkan pengurus kelompok tani membuat surat

kesanggupan untuk mengelola dana PUAP dan semuanya diserahkan

kepada pengurus gabungan kelompok tani.

c. Hubungan antara Bentuk Kredit dengan Efektivitas Kredit

Bentuk kredit merupakan kredit yang diterima oleh nasabah.

Bentuk kredit usahatani dari waktu ke waktu berbeda-beda. Kredit

usahatani ada yang seluruhnya berbentuk uang, ada yang seluruhnya

berbentuk barang produksi dan ada juga berbentuk uang dan barang.

Hubungan antara bentuk kredit dengan efektivitas kredit program

PUAP dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.24 Hubungan antara Bentuk Kredit dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP

Bentuk Kredit

(Skor)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah 9-11 6 1 0

0,407

2,36*

6-8 20 3 0

3-5 0 0 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X8 = Bentuk Kredit * = Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.24 dapat diketahui terdapat hubungan yang

signifikan antara bentuk kredit dengan efektivitas kredit program

PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0,407 dan Thitung

(2,36) > Ttabel (2,048). Tanda positif menunjukkan adanya hubungan

berbanding lurus, semakin tinggi bentuk kredit ang diberikan kepada

seseorang maka akan semakin cepat untuk mengadopsi inovasi yang

akan berdampak pada ketercapaian tujuan dari inovasi tersebut.

Page 115: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

102

Kredit program PUAP yang diberikan kepada petani di

Kecamatan Paranggupito berbentuk uang dan barang produksi

pertanian. Pemberian bentuk kredit ini dimaksudkan mengurangi

penyimpangan dalam penyaluran kredit usahatani. Kredit yang

diberikan dalam bentuk sarana produksi pertanian, maka pinjaman

kredit akan digunakan untuk kegiatan usaha tani. Kredit dalam bentuk

uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan usahatani lainnya, seperti

pembiayaan tenaga kerja ataupun pembelian sarana produksi pertanian

yang belum tercukupi dari kredit berbentuk barang yang telah

diserahkan.

d. Hubungan antara Lama Pinjam dengan Efektivitas Kredit

Lama pinjam merupakan batas maksimal petani untuk melunasi

dana PUAP yang mereka pinjam. Lama pinjam suatu kredit akan

berpengaruh kepada keputusan petani untuk mengambil atau tidak

kredit tersebut. Hubungan antara lama pinjam dengan efektivitas kredit

program PUAP dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.25 Hubungan antara Lama Pinjam dengan Efektivitas Kredit

Program PUAP

Lama Pinjam

(Bulan)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah

4-6 3 1 0

0,160

0,86NS

7-9 10 0 0

10-12 13 3 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X9 = Lama Pinjam NS = Non Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.25 dapat diketahui terdapat hubungan yang

signifikan antara luas penguasaan lahan dengan efektivitas kredit

program PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0,180

dan Thitung (0,86) < Ttabel (2,048). Nilai ini menunjukkan adanya

Page 116: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

103

hubungan yang tidak signifikan dengan arah hubungan yang positif.

Nilai ini menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara lama

pinjam dengan efektivitas kredit program PUAP. Ketidaksignifikanan

disebabkan adanya keringanan dalam melunasi hutangnya sehingga

dalam pelunasan kredit mengalami kemunduran.

Nilai rs yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara

lama pinjam dengan efektivitas kredit PUAP. Hal ini berarti semakin

tinggi lama pinjam maka akan semakin tinggi efektivitas kredit program

PUAP.

e. Hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Efektivitas Kredit

Tingkat suku bunga merupakan besar kecilnya bunga yang

dibebankan kepada petani dalam satu tahun. Bunga merupakan

kewajiban yang harus dibayar peminjam selaian dari pinjaman pokok.

Hubungan antara tingkat suku bunga dengan efektivitas kredit program

PUAP dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.26 Hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Efektivitas

Kredit Program PUAP

Tingkat Suku

Bunga

(Skor)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah

1 17 0 0

0,438

2,57*

1,5 8 3 0

2 1 1 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X10 = Suku Bunga * = Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.26 dapat diketahui terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat suku bunga dengan efektivitas kredit program

PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0,438 dan Thitung

(2,57) > Ttabel (2,048). Nilai ini menunjukkan adanya hubungan yang

Page 117: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

104

signifikan dengan arah hubungan yang positif. Nilai ini menunjukkan

ada hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga dengan

efektivitas kredit program PUAP.

Tingkat suku bunga akan berpengaruh pada besar kecilnya

kewajiban yang harus dikembalikan oleh petani. Petani cenderung

memilih lembaga perkreditan yang menyediakan suku bunga yang tidak

tinggi atau terjangkau oleh mereka. Petani memperoleh pengalaman

pahit ketika masih maraknya rentenir. Mereka meminjam kepada

rentenir dengan tingkat suku bunga yang tinggi, sehingga kesulitan

dalam pengangsuran yang berdampak pada penyitaan barang-barang

berharga mereka. Suku bunga yang dibebankan kepada petani di

Kecamatan Paranggupito pada peminjaman dana PUAP dengan suku

bunga rata-rata 1,4 persen setiap bulannya. Petani juga sadar pemberian

bunga juga bertujuan untuk kebaikan bersama yaitu untuk menambah

modal kelompok. Bunga yang diberlakukan juga masih berada pada

tingkat suku bunga normal.

Nilai rs yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah

antara tingkat suku bunga dengan efektivitas kredit program PUAP. Hal

ini berarti semakin tinggi suku bunga maka akan semakin tinggi pula

efektivitas kredit program PUAP.

f. Hubungan antara Cara Pengembalian dengan Efektivitas Kredit

Dana PUAP merupakan dana yang harus ada dan berkembang

dalam kas gabungan kelompok tani. Dana tersebut merupakan dana

hibah dari pemerintah kepada petani yang bertujuan untuk pembiayaan

kegiatan usahatani bagi anggota gabungan kelompok tani.

Pengembangan dan pengelolaan diserahkan sepenuhnya kepada

pengurus gabungan kelompok tani. Dana PUAP di Kecamatan

Paranggupito digunakan untuk kredit berbunga lunak yang membiayai

kegiatan usahatani. Kredit tidak terlepas dari cara-cara

pengembaliannya. Hubungan antara cara pengembalian dengan

Page 118: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

105

efektivitas kredit program PUAP dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 5.27 Hubungan antara Cara Pengembalian dengan Efektivitas

Kredit Program PUAP

Cara

Pengembalian

(Skor)

Efektivitas Kredit

(YTotal) rs THitung

20-25

Tinggi

14-19

Sedang

8-13

Rendah

16-20 9 0 0

0,364*

2,06 11-15 17 4 0

6-10 0 0 0

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan:

X11 = Cara Pengembalian * = Signifikan

Rs = Koefisien Rank Spearman Ttabel = 2,048 (taraf kepercayaan 95%)

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui terdapat hubungan yang

signifikan antara cara pengembalian dengan efektivitas kredit program

PUAP. Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0,364 dan Thitung

(2,06) > Ttabel (2,048). Tanda positif menunjukkan adanya hubungan

berbanding lurus, semakin tinggi cara pengembalian seseorang maka

akan semakin cepat untuk mengadopsi inovasi yang akan berdampak

pada ketercapaian tujuan dari inovasi tersebut.

Petani cenderung memilih lembaga perkreditan dalam cara-cara

pengembalian kredit yang mudah. Cara pengembalian yang diinginkan

petani seperti mulai pengangsuran kredit dimulai setelah satu musim

tanam bukan dalam bentuk harian. Cara pengangsuran berkaitan dengan

pendapatan petani yang diperoleh setelah menjual hasil panen mereka.

Petani merasa keberatan jika harus membayar angsuran langsung ke

lembaga perbankan, mereka merasa lebih nyaman jika mengangsur

kepada sesama petani kemudian baru diserahkan kepada lembaga

perkreditan. Rasa nyaman ini disebabkan mereka merasa satu golongan

yaitu petani sehingga mempunyai berbagai persamaan dengan mereka.

Page 119: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

106

Cara pengembalian kredit PUAP di Kecamatan Paranggupito

dilakukan secara mengangsur kepada pengurus kelompok tani dan

akhirnya diserahkan kepada pengurus gabungan kelompok tani.

Pengangsuran kredit dilakukan setiap satu bulan sekali atau petani dapat

mengangsurnya setelah satu musim panen. Pengangsuran yang

dilakukan petani setelah satu musim panen jika petani tersebut tidak

memperoleh pendapatan penghasilan tetap setiap bulannya. Petani juga

dapat melunasi secara langsung berikut bunga-bunganya tanpa harus

mengangsurnya. Cara-cara pengembalian ini dirasakan ringan oleh

petani sehingga petani mau menggunakan kredit dari dana PUAP untuk

pembiayaan usahataninya.

Page 120: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

107

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji faktor-

faktor yang berhubungan dengan efektivitas kredit program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Paranggupito dapat

disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP di Kecamatan

Paranggupito sebagai berikut rata-rata umur responden berusia antara 47

tahun. Responden rata-rata berpendidikan SLTP. Responden mengikuti

kegiatan penyuluhan, kursus dan pelatihan rata-rata 13 kali dalam tahun

2009. Responden memiliki luas lahan rata-rata 1,9 hektar dan pendapatan

responden pada tahun 2009 rata-rata 1,9 Juta.

2. Kredit program PUAP di Kecamatan Paranggupito dapat dikatakan sudah

efektif dilihat dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Idikasi

pencapaian tujuan program PUAP yaitu:

a. Pendapatan dari kegiatan usahatani jagung tergolong dalam kategori

tinggi, artinya petani memperoleh keuntungan dari kegiatan usaha tani

jagung.

b. Produktivitas komoditas jagung setiap satu areal tanam berada pada

kelas kategori tinggi artinya adanya peningkatan produktivitas bila

dibandingkan dengan sebelum adanya kredit program PUAP.

c. Kesesuaian kredit berada pada kelas kategori tinggi, artinya

penggunaan kredit program PUAP sudah sesuai dengan rancangan

usaha bersama yaitu digunakan untuk kegiatan usaha yang berbasis

pertanian bukan untuk kegiatan konsumsi.

d. Kelancaran pengembalian berada pada kelas kategori sedang, artinya

semua kredit program PUAP yang diberikan kepada petani kembali

lagi ke kas gabungan kelompok tani pada akhir periode walaupun

dalam pengembalian ada keterlambatan.

Page 121: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

108

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara efektivitas kredit program

PUAP di Kecamatan Paranggupito dengan pendidikan non formal petani

dan penguasaan luas lahan pertanian responden.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara efektivitas kredit program

PUAP dengan jenis agunan, bentuk kredit, tingkat suku bunga dan cara

pengembalian.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disusun maka saran yang

disampaikan adalah:

a. Kredit Program PUAP di Kecamatan Paranggupito sudah efektif karena

tujuan dari program tersebut sebagian besar sudah tercapai maka kredit

tersebut perlu dilanjutkan dan dikembangkan.

b. Adanya keterlambatan dalam pengembalian kredit program PUAP maka

pengurus di tingkat kelompok tani maupun gabungan kelompok tani

melakukan kesepakatan dengan petani, ketika sudah panen petani harus

segera melunasi pinjamannya tanpa harus menunggu batas maksimal

pengembalian.

Page 122: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, A. 1982. Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan.

Pradnya Paramita. Jakarta.

Beydha, 2001. Analisis Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus pada Desa

Kineppen di Kecamatan Munthe. Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara. Diakses dari USU

Digital Library pada tangga 27 Mei 2010.

Biro Pusat Statistik. 1984. Welfare Indicators 1984. Biro Pusat Statistik. Jakarta-

Indonesia.

Blanckenburg, P.V. 1979. Basic Concepts of Agricultural Extension in

Developing Countries. Penyunting Karl Heinz W. Bechtold. Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta.

Cees, L. 2004. Communication for Rural Innovation Rethinking Agricultural

Extension. Replika Press. Kundli.

Cooper, E. L. 1995. Agriscienci: Fundamentals and Applications. Delmar

Publishers. International Thomson Publishing Company. New York.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Darmawan, D. A. 2007. Rethinking Agriculture Policy in Indonesia. Jurnal

Ekonomi Pembagunan (JEP), Volume XV (2). 2007. Pusat Penelitian Sosial

Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Departeman Pertanian. 2008. Panduan Pelaksanaan Apresiasi Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) bagi Gapoktan di Jawa Tengah. Pusat

Pembiayaan Pertanian. Departemen Pertanian. Jawa Tengah.

Hadisapoetro, Soedarsono. 1973. Pembangunan Pertanian. Departemen Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Hastuti etc. 2002. Pendanaan Usahatani Padi Pasca Kredit Usaha Tani (KUT),

Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Laporan dari Lembaga Penelitian

SMERU dengan dukungan dari AusAID dan Ford Foundation. Diakses dari

http://www.smeru.or.id/report/research/kkp/kkpind.pdf. Pada tanggal 05

November 2009.

Hastuti E. L dan Supadi. 2001. Aksessibilitas Masyarakat Terhadap Kelembagaab

Pembiayaan Pertanian di Perdesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sosial Ekonomi Petani. Bogor. Diakses dari www.deptan.go.id pada tanggal

7 Desember 2009.

Heidhues, F. 1979. Agaricultural Credit and Agricultural Development.

Penyunting Karl Heinz W. Bechtold. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI.

Jakarta.

Page 123: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

Irawan, B. 1989. Pelayanan Kredit Non Formal di Pedesaan Sulawesi Selatan.

Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 8 No2/1989. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi

Pertanian. Bogor.

Kartasasmita, G. 1995. Beberapa Pokok Pikiran mengenai Pembangunan Sumber

Daya Manusia, Pemerataan Pembangunan dan Upaya Pengentasan

Kemiskinan untuk Menjamin Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan

Berkelanjutan. IKIP Malang. Malang.

Kay, D. R dan William M. E. 1999. Farm Management. McGraw-Hill, Inc.

United States of America.

Mardikanto, T dan Sri Sutarni. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian. Hapsara.

Surakarta.

Mardikanto, T. 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

University Press. Surakarta.

Mardikanto, T. 1988. Komunikasi Pembangunan. University Press. Surakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press.

Surakarta.

Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan

Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia bekerja sama dengan

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jakarta.

Mardikanto, T. 2006. Prosedur Penelitian: Untuk Kegiatan Penyuluhan

Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Prima Theresia Masyarakat.

Surakata.

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Kerjasama Lembaga

Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS

(UNS Press). Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

McGregor, M. J. 1997. A System View of Agribusiness. Jurnal Agribisnis Volume

1 Nomor 1&2, Januari-Juni & Juli-Desember.

Mubyarto. 1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Pustaka Sinar

Harapan. Jakarta.

Mukhalimah, S. 2008. Dana Rp. 3,5 M untuk Program PUAP. Diakses dari Situs

Resmi Pemerintah Kabupaten Wonogiri. www.wonogiri.go.id.

Mosher, A.T. 1966. Getting Agriculture Moving. Frederick A. Praeger, Inc,

Publishers. New York. Disadur Krisnandhi, S. (1991). Menggerakkan dan

Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan

Modernisasi. Yasaguna. Jakarta.

Nazir, M. 1985. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Anggota Ikapi. Bogor.

Ray, G.L. 1998. Extension Communication and Management. Naya Prokash.

Calcuta.

Page 124: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

Rogers, F. M. dan F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Inovation. Free

Press. New York. Disadur Hanafi, A. 1987. Memasyarakatkan Ide-ide

Baru. Usaha Nasional. Surabaya.

Rogers, E.M. 1995. Diffusions of Innovations, Forth Edition. Free Press. New

York

Ritonga, J.T, Wahyu Ario Pratomo, Irsad Lubis dan Paidi Hidayat. 2008. Peranan

Bank dalam Mendukung Kredit Ketahanan Pangan dan Energi di Sumatera

Utara..Jurnal.Ekonomi.Diakses.dari.http://www.bi.go.id/. Tanggal 5

November 2009.

Samsudin. 1982. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasai Pertanian. Bina

Cipta. Bandung.

Saragih, B. 2001. Kumpulan Pemikiran Agribisnis: Paradigma Baru

Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Pustaka Wirausaha Muda.

Bogor.

Sanin, B. 1998. Efektivitas Penyaluran dan Pengambilan KUT Pola Khusus.

Jurnal Agroekonomi Volume 17 Nomer 1.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. Metode penelitian Survai. LP3ES.

Yogyakarta.

Sjarkowi, F. 1992. Agribisnis Kiat Perencanaan dan Pengelolaan di Tingkat

Malino dan Malino. Palembang. Unsri.

Snodgrass, M. M dan Luther T. W. 1964. Agriculture, Economic and Growth.

Appleton-Century_Crofts. Division of Meredith Publishing Company. New

York.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Indonesia. University.

Jakarta.

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Grafindo Persada.

Jakarta.

Soewartoyo dan Magdalena Lumbatoruan. 1992. Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis,

dan Manajemen Jilid I. PT Citra. Jakarta.

Sudaryanto, T dan Mat Syukur. 2002. Pengembangan Lembaga Keuangan

Alternatif Mendukung Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor. Monograph Series No.22.

Suhardiyono. 1992. Petunjuk Bagi Penyuluhan Pertanian. Erlangga. Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Supriatna, A. 2003. Aksesibilitas Petani Kecil pada Sumber Kredit Pertanian:

Studi Kasus Petani Padi di Nusa Tenggara Barat. Balai Besar Pengkajian

dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBPPTP). Badan Litbang

Page 125: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Hubungan... · (PUAP) in District Paranggupito Wonogiri high goiter 87%. ... A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris

Pertanian. Bogor. Diakses dari www.deptan.go.id. Tanggal 7 Desember

2009.

Supriatna, A. 2003. Merancang Karakteristik Kredit Sesuai Permintaan Petani.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBPPTP).

Badan Litbang Pertanian. Bogor. Diakses dari www.deptan.go.id. Tanggal 7

Desember 2009.

Syahyuti. 2002. Strategi Keorganisasian Petani untuk Pengembangan

Kemandirian Perekonomian Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi

Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Diakses

dari www.deptan.go.id. Diakses tanggal 8 Agustus 2009.

Syukur, M., S.Sumaryanto, C.Muslim, dan C.A.Rasahan. 1990. Pola Pelayanan

Kredit untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Pedesaan Jawa Barat.

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Departemen Pertanian. Bogor. Diakses dari www.deptan.go.id.

Van Den Ban, A.W dan H.S. Hawkins. 2009. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.

Yogyakarta.

Wikipedia. 2010. Agribusiness. http://en.wikipedia.org/wiki/Agribusiness.

Diakses pada tanggal 21 Maret 2010 pukul 19.00 WIB.