Upload
firlii-ardhi
View
122
Download
27
Embed Size (px)
DESCRIPTION
EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA(Studi Kasus : Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya
penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor ternak atau kelompok
ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai
bahan makanan berupa daging, di samping hasil yang bisa dimanfaatkan lainnya
seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya. Daging sangat besar
manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.
Namun penyediaan daging sapi belum mencukupi kebutuhan konsumsi
yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan populasi
manusia yang tinggi tidak diikuti dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong.
Laju pertumbuhan populasi sapi yang menurun ini diakibatkan oleh pengelolalaan
yang masih bersifat tradisional. Demikian juga lahan usaha peternakan dan pakan
ternak yang semakin sempit.
Tabel 1: Perkembangan Populasi Sapi Potong di Jawa Tengah dan Indonesia (ribu ekor)
Tahun Populasi Ternak Sapi Potong Indonesia2007200820092010201120122013
1.416,501.442,01.525,31.554,501.937.602.051,411.500,08
11.514,9012.256,812.760,013.581,6014.824,2015.980,7012.686,24
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014
Populasi sapi potong di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dari
tahun 2007 sampai tahun 2012. Akan tetapi terjadi penurunan populasi sapi po-
tong di Jawa Tengah pada tahun 2013 dari yang semula 2.051,41 ribu ekor men-
jadi 1.500,08 ekor. Penurunan pada tahun 2013 ini juga berimbas pada populasi
sapi nasional yang juga mengalami penurunan pada tahun 2013. Setelah terus
1
mengalami peningkatan dari 2007-2012, populasi sapi nasional turun dari yang
semula 15.980,70 ribu ekor (2012) menjadi 12.686,24 ribu ekor.
Tabel 2: Jenis dan Populasi Ternak Besar di Beberapa Kabupaten Provinsi Jawa Tengah tahun 2013
No KabupatenJenis Ternak
Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda
1234
SemarangBoyolaliWonogiri
Blora
51.90187.858154.753197.868
22.30861.88716424
2.9411.020220
1.518
1.711624
-68
Sumber: Badan Pusat Statistika 2014
Di Kabupaten Semarang jumlah ternak sapi potong merupakan yang
terbesar jika dibandingkan dengan ternak yang lain yaitu sapi perah, kerbau, dan
kambing. Hal senada juga terjadi di daerah Boyolali, Wonogiri, dan Blora.
Produksi sapi nasional tidak mencukupi dan masih harus mengimpor 53.139 ton
daging sapi sepanjang tahun 2014 (Stockand Land)
Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging masih
rendah dan tidak mencukupi kebutuhan konsumsi nasional, antara lain produksi
sapi yang rendah. Hal yang tampak di Jawa Tengah ada beberapa daerah yang
sangat padat, ada yang sedang tetapi ada yang sangat jarang atau penyebaran
ternak sapi tidak merata. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya
penghasilan atau pendapatan masyarakat pada daerah tersebut, sehingga timbul
perbedaan dari segi ekonomis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi) terhadap
besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran ?
2. Bagaimana pengaruh motivasi beternak terhadap besarnya pendapatan
peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?
2
3. Bagaimana pengaruh umur peternak terhadap besarnya pendapatan
peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?
4. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan peternak terhadap besarnya
pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?
5. Bagaimana pengaruh pengalaman beternak terhadap besarnya
pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?
6. Bagaimana pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap besarnya
pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?
7. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja dalam beternak terhadap
besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi) terhadap
besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi beternak terhadap besarnya
pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran
3. Untuk mengetahui pengaruh umur peternak terhadap besarnya
pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan peternak terhadap
besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran
5. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman beternak terhadap besarnya
pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran
6. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap
besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran
7. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja dalam beternak
terhadap besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan
Tengaran
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU
2.1 Tinjauan Pustaka
a. Skala Kepemilikan
Menurut Prawirokusumo (1991), usaha yang bersifat tradisional diwakili oleh
para petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor ternak.
Berdasarkan kepemilikan lainnya, petani Indonesia dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu: (1) petani yang tidak memilki lahan (landless labor); (2) petani
pemilik lahan; dan (3) petani pemilik penyewa penggarap, artinya selain
menyewa lahan, juga memiliki lahan sendiri (Mubyarto, 1991). Tipe lahan
yang akan digunakan untuk usahatani, termasuk usaha peternakan harus
diselidiki dahulu tingkat kesuburannya. Pada dasarnya lahan yang baik dapat
ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus juga dapat ditingkatkan
kesuburannya. Lahan harus sesuai untuk ditanami jagung, rumput–rumputan
dan leguminosa (Sudono, 1999).
b. Umur
Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya kepada orang
lain atau semakin mandiri. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia
peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap
sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi
teknologi semakin tinggi. (Soekartawi (e), 2002), menyatakan bahwa para
petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk
diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja
dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.
c. Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Kaufman, pendidikan dan pelatihan tidak hanya menambah
pengetahuan, akan tetapi meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian
meningkatkan produktivitas bekerja. Sejak tahun 1940-an orang mulai sadar
akan hubungan pendidikan dan latihan dengan peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
d. The Theory of Human Capital
4
Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan
penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun
sekolah berarti di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat
penghasilan seseorang, tetapi di pihak lain, menunda penerimaan penghasilan
selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Disamping penundaan
menerima penghasilan, orang yang melanjutkan sekolah harus membayar biaya
pendidikan. Maka jumlah penghasilan yang diterimanya seumur hidupnya,
dihitung dalam nilai sekarang atau Net Present Value. Present Value dapat
dibedakan dalam dua hal yaitu apabila pendidikannya hanya sampai SMA atau
melanjutkan ke perguruan tinggi sebelum bekerja.
e. Pengalaman Beternak
Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh terhadap penerimaan
inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur
mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usaha
taninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon, 1991).
Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya
peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor
topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan
rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki
peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan
didaerah itu.
f. Motivasi Beternak
Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia sangat
dipengaruhi oleh faktor extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan yang
ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut
Sudrajad (2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri
jelas tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-
orang yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul
niat untuk bekerja.
g. Jumlah Tanggungan Keluarga
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban hidup
yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan
5
petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja
jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara
kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).
h. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja
berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja
adalah semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang
potensial dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau
yang sedang mencari pekerjaan (Hernanto, 1993). Tenaga kerja terdiri dari
tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-anak yang berasal dari dalam
keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria (1 HKP) menggunakan
jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standard :
Tenaga kerja pria dewasa > 15 Tahun= 1 HKP
Tenaga kerja wanita dewasa > 15 Tahun = 0.8 HKP
Tenaga kerja anak-anak 10-15 Tahun = 0.5 HKP
(Hernanto,1993).
2.2 PenelitianTerdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang berkaitan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh:
1. Eniza Saleh, Yunilas, dan Yanda Habib Sofyan tahun 2006 dalam
jurnalnya yang berjudul: “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”. Bahwa variabel
skala usaha dan motivasi beternak, berpengaruh positif terhadap
pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan variabel umur peternak,
tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga,
dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak
sapi potong.
6
2. Surya Amri Siregar tahun 2009 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis
Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat”. Bahwa variabel skala usaha sangat berpengaruh terhadap
pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan variabel motivasi beternak,
umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah
tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh
terhadap pendapatan peternak sapi potong.
3. Muhammad Samin tahun 2012 dalam tesisnya yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Peternak Sapi
Potong Intensif Dan Tradisional Di Kecamatan Pantai Cermin Dan
Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai”. Bahwa dari hasil
analisis regresi, dapat diketahui bahwa secara simultan faktor biaya bibit,
biaya pakan, dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani peternak sapi potong.
4. Hengky Oxtovianto Putro, A. Setiadi, dan L. Kustiawan tahun 2013
dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Jawa
Brebes (Jabres) di Kabupaten Brebes”. Bahwa usaha peternakan sapi
Jabres di Kabupaten Brebes menguntungkan dengan rata-rata pendapatan
per tahun yang diperoleh peternak sebesar Rp 2.200.650,-. Apabila
dibandingkan dengan UMR, pendapatan ini masih lebih kecil.
5. Riszqina, L. Jannah, Isbandi, E. Rianto,S.I. Santoso dalam jurnalnya
yang berjudul “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Dan Sapi
Bakalan Karapan Di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep”. Bahwa usaha
pemeliharaan sapi bakalan karapan lebih menguntungkan dibandingkan
dengan usaha sapi potong baik ditinjau dari aspek B/C ratio maupun dari
aspek BEP. Usaha sapi potong di Pulau Sapudi masih belum
memberikan keuntungan bagi petani berdasarkan analisis B/C ratio, dan
BEP. Peternak sapi bakalan karapan dengan skala usaha 4-6 ekor lebih
menguntungkan daripada skala usaha 2-3 ekor.
6. M. Handayani, S. Gayatri, dan B.Mulyatno S tahun 2005 dalam jurnalnya
yang berjudul “Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga Pada Usaha Ternak
Sapi Potong Di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan”. Bahwa
7
pendapatan tenaga kerja keluarga usaha ternak sapi potong lebih tinggi
bila dibandingkan dengan upah buruh tani di daerah setempat. Sedangkan
nilai rentabilitas modal sendiri lebih besar jika dibandingkan dengan
tingkat bunga deposito.
8
BAB III
BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan Tengaran secara geografis terletak di
lereng Gunung Merbabu. Adapun kecamatan yang berbatasan langsung
dengan Kecamatan Tengaran yaitu : Barat (Kecamatan Getasan, Kab.
Boyolali ) timur (Kecamatan Suruh) utara (Kota Salatiga) selatan
(Kecamatan Susukan, Kab. Boyolali). Secara astronomi Kecamatan
Tengaran berada antara 11019’ -11025’ bujur timur dan 711’ - 716’
lintang selatan. Luas wilayah kecamatan tengaran adalah 4729,55 ha.
Iklim di Kecamatan Tengaran adalah tropis, akan tetapi Kecamatan
Tengaran bersuhu udara relatif sejuk. (Wikipedia, 2015).
3.2 Variabel Penelitian
- Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan
- Variabel independen dalam penelitian ini adalah skala usaha, umur
peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi, jumlah
tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja
3.3 Definisi Dan Batasan Operasional
Definisi Variabel Dependen
Pendapatan adalah total semua pemasukan yang diperoleh dari
usaha ternak sapi meliputi penjualan sapi, tulang, kulit, dan pupuk
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan.
Definisi Variabel Independen
1. Skala usaha adalah jumlah ternak sapi yang dipelihara (Satuan Ternak).
9
2. Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang
diukur berdasarkan usia kerja produktif. Dalam penelitian ini rentang umur
peternak yaitu 16-60 tahun.
3. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak
(tahun). Diukur dengan pendidikan terakhir yang ditempuh dalam tahun.
4. Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam memelihara ternak
sapi (tahun).
5. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang ditanggung
peternak dalam satu kepala keluarga (jiwa). Tanggungan keluarga
misalnya adalah istri, anak, orang tua (kakek/nenek), dan saudara yang
biaya hidupnya ditanggung oleh peternak (kepala keluarga).
6. Motivasi beternak adalah asal atau dorongan niat untuk memulai usaha
ternak sapi. Dalam penelitian ini motivasi dikategorikan menjadi dua yaitu
dorongan orang tua atau inisistif sendiri.
7. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam keluarga atau orang
lain yang dibiayai oleh peternak (jiwa) untuk membantu dalam peternakan
sapi.
Definisi Tambahan
1. Sapi Potong adalah ternak sapi yang bertujuan untuk memproduksi daging.
2. Karakteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak
sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam
usaha ternaknya.
3. Ekonometrika adalah ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi dalam
artian secara umum.
4. Model Regresi Linier Berganda adalah model regresi yang digunakan
untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa
variabel bebas.
5. Analisis Pendapatan berguna untuk mengetahui atau mengukur berapa
besar pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu.
Pendapatantersebut dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
seberapa besaranalisis kuantitatif dari menguntungkan usaha yang
10
dilakukan apakah pendapatan tersebut dapat memberikan sumbangan bagi
kehidupan yang layak.
6. Karakteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak
sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam
usaha ternaknya.
7. Investasi adalah merupakan nilai kandang, perlengkapan, peralatan, modal
peternak dan pertambahan nilai ternak per tahun.
8. Total penerimaan pada usaha ternak sapi meliputi penerimaan dari
penjualan ternak sapi, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan
pertambahan nilai ternak.
9. Total biaya produksi meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya
penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel
meliputi biaya bahan pakan, biaya atau upah tenaga kerja,
obat-obatan/vaksinasi dan biaya Inseminasi Buatan (IB) dihitung per tahun
dan kemudi dikonversikan perbulan untuk menyamakan satuan dengan
pendapatan.
10. Pendapatan bersih usaha ternak sapi merupakan selisih antara penerimaan
usaha ternak per tahun dengan biaya produksi per tahun.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan pada tanggal 16-18 Mei 2015 di Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
2. Responden Penelitian adalah peternak yang memelihara ternak sapi
sebagai pekerjaan utama maupun sampingan yang bertempat tinggal di
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
3. Responden Penelitian adalah peternak yang tidak melakukan sistem bagi
hasil (sistem belah) tetapi milik pribadi
4. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
sekunder dimana data primer langsung diperoleh dari para peternak
sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi–instansi yang berkaitan.
11
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan datasekunder
- Data Primer diperoleh langsung dari monitoring responden
terhadapkegiatan usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan
pengisian daftar kuesioner
- Data Sekunder diperoleh instansi yang terkait yaitu Badan Pusat
Statistik Kabupaten Semarang.
3.5 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari kuesioner dan hasil wawancara responden
dilapangan diolahdan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan
menggunakan metode kuantitatif dan diolah dengan model pendekatan
ekonometri dan dijelaskan secara metode deskriptif.
Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan
menghitung pendapatan peternak pada usaha beternak sapi terhadap
pendapatan keluarga didaerah penelitian. Berdasarkan hasil yang telah
diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik
Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (alat
bantu Software (SPSS 22) Statistical Package for Social Sciences) dengan
model penduga sebagai berikut:
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5D1 + b6X5 + b7X6 + µ
Keterangan:
Ŷ : pendapatan peternak sapi potong (baca: Y topi)
X1 : skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST
X2 : umur peternak (tahun)
12
X3 : tingkat pendidikan (tahun)
X4 : pengalaman beternak (tahun)
D1 : motivasi beternak (variabel dummy)
X5 : jumlah tangunggan keluarga (jiwa)
X6 : jumlah tenaga kerja (jiwa)
µ : Variabel lain yang tidak diteliti
(Djalal dan Usman, 2002).
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya
penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Di Kabupaten Semarang jumlah
ternak sapi potong merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan ternak
yang lain yaitu sapi perah, kerbau, dan kambing. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan jumlah produksi daging masih rendah dan tidak mencukupi
kebutuhan konsumsi nasional, antara lain produksi sapi yang rendah. Hal yang
tampak di Jawa Tengah ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang
tetapi ada yang sangat jarang atau penyebaran ternak sapi tidak merata. Tentu saja
hal ini sangat mempengaruhi besarnya penghasilan atau pendapatan masyarakat
pada daerah tersebut, sehingga timbul perbedaan dari segi ekonomis.
Dalam pembahasan ini akan disimpulkan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pendapatan seorang peternak sapi potong di Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki
jumlah ternak sapi terbesar di Kabupaten Semarang yaitu sebesar 4758 ekor.
Untuk melakukan penelitian, kami mengambil 30 sampel peternak yang ada di
Kecamatan Tengaran. Responden penelitian kami adalah peternak yang
memelihara ternak sapi sebagai pekerjaan utama maupun sampingan, dan tidak
melakukan sistem bagi hasil (sistem belah) tetapi milik pribadi. Rata- rata
pendapatan responden adalah Rp 10.083.733,33. Rata-rata skala usaha (jumlah
ternak) yang dimiliki responden adalah 6 sampai 7 sapi, rata-rata umurnya adalah
51 sampai 52 tahun. Tingkat pendidikan responden rata-rata 11 tahun.
Pengalaman beternak responden rata-rata 12 tahun. Sedangkan rata-rata jumlah
tanggungan keluarga responden adalah 3 sampai 4 jiwa, dan jumlah tenaga kerja
yang dimiliki responden adalah 0 sampai 1 jiwa.
14
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan dalam tabel berikut :
VariabelKoefisien Regresi Std.Error t-hitung Signifikan
Konstanta -3937970,531 3668274,881 -1,074 0,295Skala Usaha (X1) 977585,156 65753,005 14,868 0,000Umur Peternak (X2) 34729,415 33620,502 1,033 0,313Tingkat Pendidikan (X3) 346664,198 213755,366 1,622 0,119Pengalaman Beternak (X4) 36354,444 64218,722 0,566 0,577Motivasi (D1) 2099073,421 890985,256 2,356 0,028Jumlah tanggungan keluarga (X5) 98310,961 404038,223 0,243 0,810
Jumlah Tenaga Kerja (X6) 640531,074 784259,389 0,817 0,423R Square 0,941 Regression 1,52542E+15
Residual 9,63101E+14
F Ratio 49,779 F-Tabel (α=0.05) 2,46 T- Tabel (α=0.05) 1,699
Berdasarkan Tabel diatas, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = -3937970,531 + 977585,156X1 + 34729,415X2 + 346664,198X3 +
36354,444X4 + 2099073,421D1 + 98310,961X5 + 640531,074X6 + µ
Keterangan:
Ŷ : pendapatan peternak sapi potong (baca: Y topi)
X1 : skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST
X2 : umur peternak (tahun)
X3 : tingkat pendidikan (tahun)
X4 : pengalaman beternak (tahun)
D1 : motivasi beternak (variabel dummy)
15
X5 : jumlah tangunggan keluarga (jiwa)
X6 : jumlah tenaga kerja (jiwa)
µ : Variabel lain yang tidak diteliti
(Djalal dan Usman, 2002).
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat diketahui:
1. Nilai konstanta/ intercept adalah sebesar -3937970,531. Artinya, apabila
variabel bebas yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan,
pengalaman beternak, motivasi, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah
tenaga kerja tidak ada maka peternak tidak memperoleh pendapatan
sebesar nilai konstanta yaitu 3937970,531.
2. R Square bernilai 0,941, artinya bahwa semua variabel bebas yaitu skala
usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi,
jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja mempengaruhi
variabel terikat sebesar 94,1% dan selebihnya yaitu 5,9% dijelaskan oleh
varibel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3. Secara serempak nilai F-hitung (49,779) lebih besar daripada F-Tabel
(2,46). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ketujuh variabel
tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman
beternak, motivasi, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja
berpengaruh secara nyata (ada pengaruh positif) terhadap pendapatan
peternak sapi potong dengan taraf signifikansi 0,000 dan pada taraf
kepercayaan 95%
4. Secara partial nilai t-hitung yang mempengaruhi adalah variabel skala
usaha (14,868), variabel umur peternak (1,033), variabel tingkat
pendidikan (1,622), varibel pengalaman beternak (0,566), varibel motivasi
(2,356), varibel jumlah tanggungan keluarga (0,243), dan varibel jumlah
tenaga kerja (0,817)
a. Varibel skala usaha berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi
potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan
oleh t-hitung (X1) sebesar 14,868 lebih besar dari nilai t-tabel (α=0.05)
16
yaitu sebesar 1,699 dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar skala usaha atau semakin banyak jumlah ternak maka
akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh peternak sapi
potong.
b. Varibel umur berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong,
jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh t-
hitung (X2) sebesar 1,033 lebih kecil dari nilai t-tabel (α=0.05) yaitu
sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.
c. Varibel tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan peternak
sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh t-hitung (X3) sebesar 1,622 lebih kecil dari nilai t-
tabel (α=0.05) yaitu sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.
d. Varibel pengalaman beternak berpengaruh terhadap pendapatan
peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh t-hitung (X4) sebesar 0,566 lebih kecil dari nilai t-
tabel (α=0.05) yaitu sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.
e. Varibel motivasi berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi
potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan
oleh t-hitung (D1) sebesar 2,356 lebih besar dari nilai t-tabel (α=0.05)
yaitu sebesar 1,699 dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
perubahan motivasi beternak dari orangtua ke inisiatif diri sendiri
menyebabkan peningkatan pendapatan peternak sapi potong.
f. Varibel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap pendapatan
peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh t-hitung (X5) sebesar 0,243 lebih kecil dari nilai t-
tabel (α=0.05) yaitu sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.
g. Varibel jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan peternak
sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh t-hitung (X6) sebesar 0,817 lebih kecil dari nilai t-
tabel (α=0.05) yaitu sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.
5. Arti dari nilai persamaan berikut adalah:
17
Ŷ = -3937970,531 + 977585,156X1 + 34729,415X2 + 346664,198X3 +
36354,444X4 + 2099073,421D1 + 98310,961X5 + 640531,074X6 + µ
Berdasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:
a. Apabila varibel bebas skala usaha (X1) mengalami kenaikan sebesar 1
ST, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp 977.585
b. Apabila varibel bebas umur (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,
maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp 34.729
c. Apabila varibel bebas tingkat pendidikan (X3) mengalami kenaikan
sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar
Rp 346.664
d. Apabila varibel bebas pengalaman beternak (X4) mengalami kenaikan
sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar
Rp 36.354
e. Apabila varibel bebas motivasi (D1) mengalami kenaikan sebesar 1%,
maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp 2.099.073
f. Apabila varibel bebas jumlah tanggungan keluarga (X5) mengalami
kenaikan sebesar 1 jiwa, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y)
sebesar Rp 98.310
g. Apabila varibel bebas jumlah tenaga kerja (X6) mengalami kenaikan
sebesar 1 jiwa, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp
640.531
h. Apabila varibel X1, X2, X3, X4, D1, X5, dan X6 yang dianalisis
dianggap nol (tidak melakukan aktivitas) maka peternak sapi potong
akan menanggung biaya sebesar Rp 3.937.970
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian faktor - faktor yang mempengaruhi
pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel skala usaha, umur peternak,
tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi, jumlah tanggungan keluarga,
dan jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak
sapi potong. Tetapi yang signifikan hanya variabel skala usaha dan motivasi.
Artinya, hanya variabel tersebut yang memiliki pengaruh secara nyata terhadap
pendapatan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah
untuk meningkatkan pendapatan, peternak sapi potong di Kecamatan Tengaran
dapat meningkatkan skala usaha (jumlah ternak sapi) dan motivasi beternak.
19
Daftar Pustaka
Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal
Peternakan, Jakarta.
Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di
Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003.
Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.
Daniel, Moehar., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Fathoni, A. H., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani
Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi.
Universitas Sumatera Utara Press, Medan.
Handayani. 2005. Pendapatan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Sapi Potong di
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Diunduh 6 Mei 2015.
Hernanto, F., 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Http://semarangkab.bps.go.id. 2015 . Kabupaten Semarang Dalam Angka 2014.
Diunduh Senin, 11 Mei 2015.
Http://semarangkab.bps.go.id. 2015. Kecamatan Tengaran Dalam Angka 2014.
Diunduh Senin, 11 Mei 2015.
Https://id.wikipedia.org. 2015. Tengaran, Semarang. Diunduh Senin, 11 Mei
2015.
Kaufman, Bruce E. dan Julie L. Hotchkiss. 2000. The Economics of Labor
Markets. United State: Harcount Collage Publisher.
Mubyarto., 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Prawirokusumo, Y. B., 1991. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta.
Putro, Hengky O dkk. 2013. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Jawa Brebes
(Jabres) di Kabupaten Brebes. Diunduh 6 Mei 2015.
20
Riszqina, dkk. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Dan Sapi Bakalan
Karapan di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep. Diunduh 6 Mei 2015.
Saleh, Eniza dkk. 2006. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Diunduh Rabu, 6 Mei 2015.
Samin, Muhammad. 2012. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Peternak Sapi Potong Intensif Dan Tradisional di Kecamatan
Pantai Cermin Dan Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Begadai.
Diunduh 6 Mei 2015.
Siregar, Surya Amri.2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di
Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi S-1 Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Diunduh Rabu, 6 Mei 2015.
Soekartawi dkk. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo, Jakarta.
Sudono, A., 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
21
LAMPIRAN
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl Prof Soadarto SH Tembalang 50275
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETERNAK SAPI KECAMATAN
TENGARAN
Variable independen :
1. Skala usaha (jumlah ternak sapi)2. Umur peternak3. Tingkat pendidikan peternak4. Pengalaman beternak5. Motivasi beternak6. Jumlah tanggungan keluarga7. Jumlah tenaga kerja dalam beternak
QUESIONER
Identitas peternak responden:
Nama :
Umur : tahun
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan utama :
Pengalaman beternak : tahun
Motivasi beternak : diri sendiri/orang lain *jika orang lain, sebutkan.
22
A. SKALA USAHA
1. JUMLAH TERNAK SAPI : ekor2. BIAYA PEMBELIAN ANAK SAPI
JUMLAH ANAK SAPI PER BULAN
HARGA ANAK SAPI PER BULAN
JUMLAH NILAI ANAK SAPI PER BULAN
3. BIAYA PEMELIHARAAN SAPI
JENIS BAHAN PANGAN
JUMLAH (KG)/BULAN NILAI BAHAN (RP)/BULAN
B. TINGKAT PENDIDIKAN PETERNAK
SD/MI SMP/MTS SMA/MAN
D3 S1 S2S3
C. JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA
ANGGOTA KELUARGA
BEKERJA TIDAK BEKARJA
JUMLAH TANGGUNGAN
ISTRI
ANAK
AYAH
23