Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA USIA LANJUT DI PSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR
Naskah Publikasi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
YETI PATAKARINI DWI ISTIYAN 20040320056
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA 2008
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:
Nama : Yeti Patakarini Dwi Istiyan
No Mahasiswa : 2004 032 0056
Judul :Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Depresi Pada Usia Lanjut Di PSTW Yogyakarta Unit
Budi Luhur
Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang
bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing
sebagai co-author.
Demikian harap maklum.
Yogyakarta, Oktober 2008
Pembimbing
Catur Budi Susilo.,S.Pd S.Kp., M. Kes
*) Coret yang tidak perlu
LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Publikasi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA USIA LANJUT DI PSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR
Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal:
5 November 2008
Oleh:
Yeti Patakarini Dwi Istiyan
NIM: 2004 032 0056
Dewan Penguji :
Catur Budi Susilo., S.Pd., S.Kp., M.Kes (.................................)
Shanti Wardaningsih M.Kep., Sp. Jiwa (................................)
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(dr. Erwin santosa., Sp.A., M.Kes.)
Factors That Related To Level Of Depression On Elderly
In PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Depresi Pada Usia Lanjut
Di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Yeti Patakarini Dwi Istiyan¹, Catur Budi. S.²
ABSTRACT The success of the health development give some impact to the increasing of the elderly population number. Depression is a main mental health at this moment There are increase of age the elderly often get a lot of physical, psychology, and social. The problem that often health is depression, so depression called as a “general people psyopathology “ (Holmes, 1991).
This purpose of this study is to know Factors That Related To Level Of Depression On Elderly In PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
This research is using the closing cross sectional . with using research method non experiment is a correlation research. The research use GDS questioner to measure level of depression on elderly and questioner faktor that related to level of depression. And data analyzed using spearman’s rho and chi-square. The sampling technique used total sampling, so there are 37 respondent
Result from this research show that authority factor (p=0,09) and not confident (p=0,002)related to level depression on elderly , and disappointed factor (p=0,286), imbalance compare factor (p=0,279), trap factor (p= 0,956), ambivalence factor (0,247), lost factor (p=0,823), disease chronic factor p=0,457, refusal factor (p=0,156), and attitude factor (p=0,316) there are not related to level depression on elderly in PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
The conclusion of this research is authority factor and not confident factor related to level depression on elderly , and disappointed factor, imbalance compare factor), trap factor), ambivalence factor, lost factor, disease chronic factor, refusal factor), and attitude factor there are not related to level depression on elderly in PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Key word : elderly, depression ________________________________ 1 Nursing student, School of nursing, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta 2 Lecture at Community Nursing, School of Nursing Muhammadiyah University of Yohyakarta
INTISARI
Keberhasilan pembangunan kesehatan memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah populasi penduduk usia lanjut. pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan social. Masalah yang sering terjadi adalah depresi sehingga depresi di katakan sebagai “ Demam Umum Psikopatologi” (Holmes, 1991)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Depresi Pada Usia Lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dengan menggunakan metode penelitian non eksperimen yaitu penelitian korelasi. Populasi penelitian ini berjumlah 78 orang usia lanjut, jumlah sampelnya adalah 37 usia lanjut. Penelitian ini menggunakan GDS (Geriatrick Depression Scale) yaitu untuk mengukur tingkat depresi pada usia lanjutdan kuisioner untuk faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada usia lanjut. Analisis yang di gunakan yaitu meliputi uji statistic korelasi spearman’s rho dan uji statistic chi-square teknik sampel menggunakan total sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa di dapatkan dua faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada usia lanjut yaitu faktor paska kuasa dengan nilai p= 0,009, dan faktor kurang percaya diri dengan nilai p=0,002, sedangkan delapan faktor tidak mempunyai hubungan dengan tingkat depresi pada usia lanjut yang terdiri dari faktor kekecewaan p=0,286, faktor perbandingan yang pincang p=0,279, faktor terperangka p=0,956, faktor ambivalensi p=0,247, faktor kehilangan p=0,823, faktor penyakit kronis p=0,457, faktor penolakan p=0,156, dan faktor kepribadian p=0,316
kesimpulan pada penelitian ini adalah di dapatkan faktor kurang percaya diri dan faktor paska kuasa berhubungan dengan tingkat depresi pada usia lanjut dan di dapatkan hasil bawa faktor kekecewaan, perbandingan yang pincang, terperangkap, ambivalensi, kehilangan, penyakit kronis, penolakan, dan faktor kepribadian tidak berhubungan dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Kata kunci: depresi, usia lanjut ____________________________ 1 Nursing student, School of nursing, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta 2 Lecture at Community Nursing, School of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta
PENDAHULUAN
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di
bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
(Nugroho, 2000).
Indonesia sebagai negara berkembang, semakin tinggi harapan hidupnya.
Peningkatan harapan hidup ini berdampak pada peningkatan usia lanjutLanju. Biro
Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara 2005-2010 jumlah penduduk lansia
sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk. WHO telah
memperhitungkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan
jumlah warga lansia sebesar 41,4%, yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di
dunia (Notoatmodjo, 2007).
Menua merupakan proses alamiah yang wajar terjadi pada setiap orang, di
mulai sejak konsepsi dan berakhir pada saat meninggal, tetapi ketuaan juga
menyebabkan seseorang menjadi takut, karena terjadi beberapa penurunan aktifitas,
baik secar fisik, ataupun psikis, masalah psikologik yang sering terjadi adalah
depresi, sehingga depresi di katakan sebagai “Demam Umum Psikopatologik”
(Holmes, 1991)
Menurut WHO (1980), dalam proses menua secara linier dapat di gambarkan
melalui tiga tahap, yaitu kelemahan (impairment), keterbatasan (disability), dan
keterhambatan atau ketidakmampuan (handicap) yang yang wajar di alami seseorang
karena proses kemunduran.Gambaran fungsi tubuh pada usia lanjut mengenai
kekuatan atau tenaga menurun sebesar 88%,fungsi penglihatan tirun sebesar 72%,
kelenturan tubuh sebesar 64%, daya ingat turun sebesar 61%, daya pendengaran turun
seebesar 67% dan bidang sexual turun sebesar 86% dari keseluruhan responden.
Semua orang akan mengalami proses menua dan masa tua merupakan masa
hidup manusia yang paling akhir, yang pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi, sehingga bagi kebanyakan orang masa ini
merupakan masa yang kurang menyenangkan. Perubahan-perubahan biologi yang
terjadi pada usia lanjut akan mengakibatkan kemunduran dalam penglihatan,
pendengaran, gigi-geligi, fungsi otot, serta organ tubuh lainnya. Pola konsumsi gizi
dan faktor psikososial juga mengalami perubahan ( DepKes, 2001).
Salah satu bentuk stres yang dapat menimbulkan gangguan kejiwaan adalah
depresi. Depresi merupakan masalah kesehatn jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini
sangat penting karena orang dengan depresi produktifitasnya akan menurun dan ini
amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang
membangun. Depresi adalah penyebab utama bunuh diri, dan tindakan ini
memduduki urutan ke enam dari kematian utama di Amerika Serikat (Hawari, 1997).
Depresi adalah gangguan psikiatrik fungsional yang terpenting pada orang
tua. Suatu studi lungitudinal yang di lakukan oleh Meyers tahun (1988, cit Hongstel,
1995) pada sukarelawan usia lanjut yang normal teridentifikasi sebanyak 30% sampel
menderita gejala depresi sedang. Sedangkan Blazer pada tahun 1986 melaporkan
terdapat 15% usia lanjut yang menggambarkan gejala depresi yang signifikan
(Hogstel, 1995) Pada penelitian yang di lakukan oleh Wulandari (2003) di dapatkan
usia lanjut yang depresi ringan sebanyak 41,5%, depresi sedang sampai berat
sebanyak 2,4% dari total usia lanjut yang di teliti.
Menurut Iskandar (1994), terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan
kejadian depresi antara lain faktor kekecewaan, terperangkap, penolakan, paska
kuasa, kurang percaya diri, perbandingan yang pincang, penyakit kronis, ambivalensi,
dan faktor kepribadian
Seiring dengan adanya perubahan pola kehidupan di masyarakat terdapat
kecenderungan semakin banyak keluarga dengan berbagai alasan dan pertimbangan
memasukan anggota keluarganya yang lanjut ke panti Werdha. Usia lanjut yang
menemukan dirinya dengan banyak keterbatasandan proses berfikir, daya ingat,
kecepatan gerak, kekuatan fisik, penurunan fungsi indra, dan kondisi fisik yang tidak
semenarik dulu dan mempengaruhi kondisi psikososialnya. Tanpa di sadari hal
tersebut menimbulkan permasalahan tersendiri bagi usia lanjut yang kalau kurang
atau tidak dapat mengantisipasinya bisa menimbulakan depresi ( Handayani, 2003).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Faktor yang
berhubungan dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi
Luhur. Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi ilmu keperawatan
geriatrik.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dengan menggunakan
metode penelitian non eksperimen yaitu penelitian korelasi. Metode penelitian ini di
gunakan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada usia
lanjut Pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan data primer, di mana data
di kumpulkan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan kuisioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut yang tinggal di
PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur yang berjumlah 78 orang. Kemudian mereka di
berikan kuissioner Skala Depresi Geriatrik (GDS) untuk mengukur tingkat depresi.
Di dapatkan usia lanjut yang mengalami depresi sebanyak 37 orang dengan kriteria
inklusi yang telah di tentukan. Kemudian 37 orang tersebut di berikan kuisioner
tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini di lakukan dengan total sampling, sehingga jumlah sampel adalah 37
responden
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian adalah depresi. Sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini adalah faktor kekecewaan, perbandingan yang
pincang, ambivalensi, kehilangan, paska kuasa, penyakit kronis, kurang percaya diri,
penolakan, dan kepribadian
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner Skala
Depresi Geriatrik (GDS) kepada responden, dengan tujuan untuk mengetahui jumlah
usia lanjut yang mengalami depresi. Kemudian di dapatkan 37 usia lanjut yang
mengalami depresi baik depresi ringan maupun depresi menengah sampai berat.
Kemudian ke tiga puluh tujuh usila tersebut di berikan kuisioner tentang faktor yang
berhubungan dengan kejadian depresi berupa angket dengan menggunakan skala
likert yaitu pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan
SS, S, TS, STS. Responden diminta untuk mengisi jawaban dengan memberi tanda
(V) pada kolom yang mereka anggap benar.
Kesulitan dalam penelitian ini adalah adanya keterbatasan yang di miliki oleh
lansia, sehingga peneliti mendapat kesulitan dalam memberikan kuisioner dan
lamanya waktu yang di butuhkan untuk setiap lansia dalam pengisian kuisioner yang
mana dalam pengisiannya peneliti melakukan pendampingan penuh terhadap
responden dengan mengajukan pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner secara
berulang-ulang dengan penuh kesabaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah usia lanjut yang selama periode
penelitian tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, jumlah usia lanjut yang
ada berjumlah 78 lansia, dan di dapatkan 37 usia lanjut yang mengalami depresi baik
depresi ringan maupun depresi menengah sampai berat.
Tabel.1 Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Pada Usia
Lanjut yang Depresi di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta
No Variabel Jumlah %
1 Umur
a. 60-75
b. 75-90
c. >90
19
18
-
51,3
48,7
-
Total 37 100
2 Jenis kelamin
a. Laki-laki 15 40,5
b. Perempuan 22 59,5
Total 37 100
2 Status pernikahan
a. Nikah - -
b. Janda 11 29,7
c. Duda 10 27
d. Nikah pisah/cerai 7 18,9
e. Tidak menikah 9 24,4
Total 37 100
Data dalam tabel di atas menunjukan bahwa responden perempuan paling
banyak mengalami depresi yaitu sebanyak 22 orang responden (59,5%) dan sisanya
adalah laki-laki sebanyak 15 orang responden (40,5%).
Data di atas juga menunjukan bahwa bahwa mayoritas responden yang
mengalami depresi adalah berstatus janda yaitu sebanyak 11 orang responden 29,7%
dan minoritas responden adalah berstatus nikah pisah atau cerai yaitu sebanyak 7
orang responden (18,9%) dan tidak di dapatkan responden yang masih menikah (0%)
mengalami depresi.
Tabel 2. Karakteristik Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSYW Unit Budi Luhur
Yogyakarta
No Tingkat Depresi f Persentase (%)
1 Depresi Ringan 22 59,5
2 Depresi sedang-berat 15 40,5
Total 37 100
Di dapatkan bahwa mayoritas responden yaitu 21 orang (45,6%) mengalami
depresi ringan, responden dengan depresi sedang sampai berat sebanyak 16 orang
(34,8%).
2. Analisis data
a. Analisis Univariat
Di gunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel guna
menggambarkan distribusi dan proporsi dari variabel yang di teliti
1) Tingkat Depresi
Tabel 3 Gambaran umum tingkat depresi
Depresi f %
Ringan
sedang- berat
22
15
59,5
40,5
Total 37 100
Berdasarkan tabel 4 di atas Di dapatkan bahwa mayoritas responden
yaitu 22 orang (59,5%) mengalami depresi ringan, responden dengan depresi
sedang sampai berat sebanyak 16 orang (34,8%).
2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada usia lanjut
Tabel 4. Gambaran umum Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Depresi Usia Lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
No Faktor f % 1 Kekecewaan
- ringan - sedang - berat
13 18 6
35,1 48,6 16,2
Total 37 100 2 Perbandingan
- tidak membadingkan - membandingkan
16 21
43,2 56,8
Total 37 100 3 Tarperangkap
- tidak terperangkap - terperangkap
22
15
59,5
40,5 Total 37 100 4 Ambivalensi
- tidak ragu-ragu - ragu-ragu
14 23
37,8 62,2
Total 37 100 5 Kehilangan
- tidak kehilangan - kehilangan
23 14
62,2 37,8
Total 37 100 6 Paska kuasa
- tidak berkuasa - berkuasa
24 13
64,9 35,1
Total 37 100 7 Penyakit kronis
- tidak mempunyai penyakit kronis
- memounyai penyakit kronis
20
17
54,1
45,9
Total 37 100 8 Percaya diri
- tidak percaya diri - percaya diri
16 21
43,2 56,8
Total 37 100 9 Penolakan
- merasa tidak di tolak - merasa di tolak
22 15
59,5 40,5
Total 37 100 10 Kepribadian
- kurang - baik
21 16
56,8 43,2
Total 37 100
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat porsentase terbesar dari 37 responden
untuk faktor kekecewaan sebanyak 48,6% (18 orang) pada kategori sedang dan
porsentase terkecil pada faktor kekecewaan dengan kategori berat sebanyak
16,2% (6 orang). Faktor perbandingan yang pincang sebanyak 56,8% (21 orang )
pada kategori membandingkan dan kategori tidak membandingkan sebanyak
43,2% (16 orang). Faktor terperangkap sebanyak 59,5% (22 orang) pada kategori
tidak terperangkap dan kategori terperangkap sebanyak 40,5% (15 orang). Faktor
ambivalensi sebanyak 62,2% (23 orang) pada kategori ragu-ragu dan kategori
tidak ragu-ragu sebanyak 37,8% (14 orang). Faktor kehilangan sebanyak 62,2%
(23 orang) pada kategori tidak kehilangan dan kategori kehilangan sebanyak
37,8% (14 orang). Faktor paska kuasa sebanyak 64,9% (24 orang) pada kategori
tidak berkuasa dan sebanyak 35,1% (13 orang) pada kategori berkuasa). Faktor
penyakit kronis sebanyak 54,1% (20 orang) pada kategori tidak mempunyai
penyakit kronis dan kategori mempunyai penyakit kronis sebanyak 45,9% (17
orang). Faktor percaya diri sebanyak 56,8% (21 orang) pada kategori percaya diri
dan pada kategori tidak percaya diri sebanyak 43,2% (16 orang). Faktor
penolakan sebanyak 59,5% (22 orang) pada kategori merasa tidak di tolak dan
sebanyak 40,5% (15 orang) pada kategori merasa di tolak. Faktor kepribadian
sebanyak 56,8 % (21 orang) pada kategori kurang dan sebanyak 43,2% (16 orang
) pada kategori baik.
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel dependen yaitu
tingkat depresi terhadap variabel independent yaitu faktor yang berhubungan dengan
tingkat depresi yang pada usia lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Pada analisis bivariat menggunakan dua uji statistik yaitu uji spearman dan uji
chi-square. Uji spearman di gunakan untuk menguji hubungan tingkat depresi
terhadap faktor kekecewaan, sedangkan uji chi- square di gunakan untuk menguji
hubungan tingkat depresi terhadap faktor perbandingan yang pincang, terperangkap,
ambivalensi, kehilangan, paska kuasa, penyakit kronis, percaya diri, penolakan dan
faktor kepribadian.
1) Faktor Kekecewaan
Tabel. 5 Analisis hubungan faktor kekecewaanterhadap depresi di uji
menggunakan spearman-rank
Faktor Depresi
Kekecewaan -0,180
Sig. 0,286
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui nilai korelasi sebesar -0,180 dengan nilai
signifikasi sebesar 0,286 lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi yang
digunakan). Hal ini menunjukkan bahwa faktor kekecewaan tidak berhubungan
dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur.
2) Faktor Perbandingan Yang Pincang
Tabel.6 Analisis Hubungan Faktor Perbandiangan yang Pincang Terhadap Tingkat Depresi menggunakan chi-square
Depresi Faktor Ringan
Menengah-
berat
Total
Asymp
Sig. Tidak membandingkan
9 7 16 Perbandingan
Membandingkan 13 8 21
0,729
Total 22 15 37
Berdasarkan tabel 4.6 responden yang tidak membandingan dengan
tingkat depresi ringan sebanyak 9 orang dan responden yang tidak
membandingan dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 7 orang.
Sedangkan responden yang membandingan dengan tingkat depresi ringan
sebanyak 13 orang dan responden yang membandingan dengan tingkat depresi
menengah-berat sebanyak 8 orang. Berdasarkan nilai Asymp sig 0,729 > 0,05,
maka tidak signifikan. Dengan demikian, tidak ada hubungan faktor perbandingan
dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur.
3) Faktor terperangkap
Tabel.7 Analisis Hubungan Faktor Terperangkap Terhadap Tingkat Depresi Menggunakan chi-square
Depresi
Faktor Ringan Menengah-berat
Total
Asymp
Sig. Tidak merasa terperangkap
13 9 22 Terperangkap Merasa
terperangkap 9 6 15
0,956
Total 22 15 37
Berdasarkan tabel 7 responden yang tidak merasa terperangkap dengan
tingkat depresi ringan sebanyak 13 orang dan responden yang tidak merasa
terperangkap dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 9 orang.
Sedangkan responden yang merasa terperangkap dengan tingkat depresi ringan
sebanyak 9 orang dan responden yang membandingan dengan tingkat depresi
menengah-berat sebanyak 6 orang. Berdasarkan nilai Asymp sig 0,956 > 0,05,
maka tidak signifikan. Dengan demikian, tidak ada hubungan faktor terperangkap
dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur.
4) Faktor Ambivalensi
Tabel.8 Analisis Hubungan Faktor Ambivalensi Terhadap Depresi menggunakan chi-square
Depresi
Faktor ringan Menengah-
berat
Total
Asymp
Sig.
Tidak ragu-ragu 10 4 14
Ambivalensi Ragu-ragu 12 11 23
0,247
Total 22 15 37
Berdasarkan tabel 8 responden yang tidak ragu-ragu dengan tingkat
depresi ringan sebanyak 10 orang dan responden yang tidak ragu-ragu dengan
tingkat depresi menengah-berat sebanyak 4 orang. Sedangkan responden yang
ragu-ragu dengan tingkat depresi ringan sebanyak 12 orang dan responden yang
ragu-ragu dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 11 orang.
Berdasarkan nilai Asymp sig 0,247 > 0,05, maka tidak signifikan. Dengan
demikian, tidak ada hubungan faktor perbandingan dengan tingkat depresi pada
usia lanjut di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur.
5) Faktor Kehilangan
Tabel.9 Analisis Hubungan Faktor Kehilangan Terhadap Depresi Menggunakan Chi-square
Depresi
Faktor Ringan Menengah-berat
Total
Asymp
Sig. Tidak kehilangan
14 9 23 Kehilangan
Kehilangan 8 6 14
0,823
Total 22 15 37
Berdasarkan tabel 9 responden yang tidak kehilangan dengan tingkat
depresi ringan sebanyak 14 orang dan responden yang tidak kehilangan dengan
tingkat depresi menengah-berat sebanyak 9 orang. Sedangkan responden yang
kehilangan dengan tingkat depresi ringan sebanyak 8 orang dan responden yang
kehilangan dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 6 orang.
Berdasarkan nilai Asymp sig 0,823 > 0,05, maka tidak signifikan. Dengan
demikian, tidak ada hubungan faktor kehilangan dengan tingkat depresi pada usia
lanjut di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur.
6) Faktor Paska Kuasa
Tabel.10 Analisis Hubungan Faktor Paska Kuasa Terhadap Depresi Menggunakan Chi-square
Depresi
Faktor Ringan Menengah-berat
Total
Asymp
Sig. Tidak berkuasa
18 6 24 Paska Kuasa
Berkuasa 4 9 13
0,009
Total 22 15 37
Berdasarkan tabel 10 responden yang tidak berkuasa dengan tingkat
depresi ringan sebanyak 18 orang dan responden yang tidak berkuasa dengan
tingkat depresi menengah-berat sebanyak 6 orang. Sedangkan responden yang
berkuasa dengan tingkat depresi ringan sebanyak 4 orang dan responden yang
berkuasa dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 9 orang. Berdasarkan
nilai Asymp sig 0,009 < 0,05, maka signifikan. Dengan demikian, terdapat
hubungan faktor paska kuasa dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW
Yogyakarta unit Budi Luhur.
7) Faktor Penyakit kronis
Tabel.11 Analisis Hubungan Faktor Penyakit Kronis Terhadap Tingkat Depresi Menggunakan Chi-square
Depresi
Faktor Ringan Menengah-berat
Total
Asymp
Sig. Tidak mempunyai penyakit kronis
13 7 20 Penyakit kronis Mempunyai
penyakit kronis 9 8 17
0,457
Total 22 15 37
Berdasarkan tabel. 11 responden yang tidak mempunyai penyakit
kronis dengan tingkat depresi ringan sebanyak 13 orang dan responden yang
tidak mempunyai penyakit kronis dengan tingkat depresi menengah-berat
sebanyak 7 orang. Sedangkan responden yang mempunyai penyakit kronis
dengan tingkat depresi ringan sebanyak 9 orang dan responden yang mempunyai
penyakit kronis dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 8 orang.
Berdasarkan nilai Asymp sig 0,457 > 0,05, maka tidak signifikan. Dengan
demikian, tidak ada hubungan faktor penyakit kronis dengan tingkat depresi pada
usia lanjut di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur.
8) Faktor Percaya Diri
Tabel. 12 Analisis Hubungan Faktor Percaya Diri Terhadap Tingkat Depresi Menggunakan Chi-square
Depresi
Faktor Ringan Menengah-berat
Total
Asymp
Sig. Tidak percaya diri
14 2 16 Percaya
Diri Percaya diri 8 13 21
0,002
Total 22 15 37
Berdasarkan tabel 12. responden yang tidak percaya diri dengan tingkat
depresi ringan sebanyak 14 orang dan responden yang tidak percaya diri dengan
tingkat depresi menengah-berat sebanyak 2 orang. Sedangkan responden yang
percaya diri dengan tingkat depresi ringan sebanyak 8 orang dan responden yang
percaya diri dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 13 orang.
Berdasarkan nilai Asymp sig 0,002< 0,05, maka hasilkan signifikan. Dengan
demikian, terdapat hubungan faktor percaya diri dengan tingkat depresi pada usia
lanjut di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur.
9) Faktor Penolakan Tabel.13 Analisis Hubungan Faktor Penolakan Terhadap Depresi Menggunakan Chi-square
Depresi
Faktor Ringan Menengah-berat
Total
AsympSig.
Tidak merasa tidak di tolak
11 11 22 Penolakan
Merasa di tolak 11 4 16
0,156
Total 22 15 37
Berdasarkan tabel 13 responden yang tidak merasa tidak di tolak
dengan tingkat depresi ringan sebanyak11 orang dan responden yang merasa
tidak di tolak dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 11 orang.
Sedangkan responden yang merasa di tolak dengan tingkat depresi ringan
sebanyak 11 orang dan responden yang merasa di tolak dengan tingkat
depresi menengah-berat sebanyak 4 orang. Berdasarkan nilai Asymp sig 0,156
> 0,05, maka tidak signifikan. Dengan demikian, tidak ada hubungan faktor
perbandingan dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW Yogyakarta
unit Budi Luhur.
10) Faktor Kepribadian
Tabel.14 Analisis Hubungan Faktor Kepribadian Terhadap Tingkat Depresi Menggunakan Chi-square
Depresi
Faktor Ringan Menengah-berat
Total
Asymp
Sig. Kurang 11 10 21
Kepribadian Baik 11 5 16
0,315 Total 22 15 37
Berdasarkan tabel 14 responden yang berkepribadian kurang dengan
tingkat depresi ringan sebanyak 11 orang dan responden yang berkepribadian
kurang baik dengan tingkat depresi menengah-berat sebanyak 11 orang.
Sedangkan responden yang berkepribadian baik dengan tingkat depresi ringan
sebanyak 10 orang dan responden yang berkepribadian baik dengan tingkat
depresi menengah-berat sebanyak 5 orang. Berdasarkan nilai Asymp sig
0,315 > 0,05, maka tidak signifikan. Dengan demikian, tidak ada hubungan
faktor kepribadian dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW
Yogyakarta unit Budi Luhur.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data di dapatkan hasil bahwa tidak semua
faktor berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia di PSTW Yogyakarta Unit
Budi Luhur
1. Faktor kekecewaan
Hasil penelitian di dapatkan bahwa faktor kekecewaan tidak berhubungan
dengan kejadian depresi pada lansia .Hal ini mungkin di sebabkan karena usia
lanjut yang berada di panti merasa bahwa tata tertib tinggal di panti sudah sesuai
dengan dengan yang di harapkan mereka dan adanya larangan untuk tidak boleh
lagi berkarya di luar panti tidak di rasakan lansia sebagai tekanan, karena mereka
merasa bahwa kondisi fisik mereka memang sudah tidak memungkinkan lagi
untuk mencari nafkah. Di samping itu mereka tidak terlalu menganggap perilaku
penghuni panti yang suka seenaknya sendiri sebagai suatu yang dapat
menyebabkan mereka menjadi depresi. Keputusan keluarga untuk memasukan
mereka ke panti di rasakan oleh banyak lansia sudah merupakan keputusan yang
tepat, dan sebagian besar lansia memeilih sendiri untuk di masukan ke panti, hal
tersebut di sebabkan karena mereka merasa sudah tidak nyaman lagi berada di
rumah. Menurut Parwitasari (1994) kekecewaan seseorang bahkan semenjak masa
kanak- kanak kadang mengeluhkan adanya satu atau lebih kekecewaan dalam
hidupnya.
2. Faktor Perbandingan Yang Pincang
Setelah di lakukan pengolahan data di dapatkan bahwa faktor perbandingan
yang pincang tidak berhubungan dengan kejadian depresi pada usia lanjut.
Perasan-perasaan seperti merasa di bedakan atau di banding-bandingkan
menurut Iskandar (1994) dapat menyebabkan timbulnya depresi pada usia lanjut,
karena penderita depresi justru suka membanding-bandingkan dirinya dengan
orang lain sehingga kadang ia menjadi kecewa karena membandingkan dirinya
dengan orang lain.
Tetapi dalam penelitian ini tidak di dapatkan hubungan antara faktor
perbandingan yang pincang dengan kejadian depresi pada lansia, hal ini di
sebabkan karena sebagian besar responden merasa bahwa mereka di perlakukan
adil oleh penghuni maupun pengurus panti, pengurus panti tidak pernah
membeda-bedakan penghuni yang tinggal di panti, mereka bahkan merasa bahwa
mereka selalu di perhatikan oleh pengurus panti. Para penghuni panti juga saling
menghormati satu sama lain
3. Faktor Terperangkap
Responden pada penelitian ini berpendapat bahwa terperangkap tidak
berhubungan dengan kejadian depresi pada usia lanjut.
Seseorang yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati
nuraninya sering kali menjadi depresi, terutama bila terperangkap dan tidak bisa
terlepas dari hal tersebut dari hal tersebut sehingga dia merasa tidak bebas lagi
dan akhirnya menjadi depresi (Iskandar, 1994). Adanya peningkatan isolasi sosial
merupakan salah satu faktor resiko psikososial yang memprediposisikan usia
lanjut ke dalam perasaan depresi (Kapplan dan Saddock, 1997).
Tetapi pada penelitian ini, tidak di dapatkan hasil bahwa faktor
terperangkap mempunyai hubungan dengan kejadian depresi pada usia lanjut.
Mungkin hal ini di sebabkan karena lansia di panti hidup secara rukun sehingga
sangat jarang di dapatkan masalah yang berarti yang dapat menyebabkan usia
lanjut tersebut menjadi depresi. Dan apabila ada diantara mereka yang
mempunyai masalah dengan pribadi lainnya mereka menyatkan bahwa selama ini
masalah yang mereka hadapi dapat di selesaikan, pihak panti pun tidak terlalu
mengekang lansia yaitu dengan tetap memberikan kebebasan kepada lansia untuk
melakukan hal yang masih di sukai seperti mereka dapat melakukan aktifitas
lainnya di luar jadwal yang telah di tetapkan.
Handayani (2003) menyatakan dalam penelitiannya bahwa usia lanjut
yang memiliki tingkat aktifitas dasar dengan kriteria mandiri atau ketergantungan
ringan memungkinkan para lansia untuk mampu mengatasi atau menyelesaikan
permasalahan hidupnya. Sedangkan hasil penelitian yang di lakukan oleh
Widiatmoko (2001) menyebutkan bahwa adanya dukungan sosial dari
lingkungannya para lansia merasa yakin dapat memecahkan masalah yang hadapi
dari distress. Adanya dukungan sosial mampu sebagai penyangga terhadap
timbulnya distress dalam hal ini adalah depresi.
Dalam penelitian ini di dapatkan hasil bahwa tidak di dapatkan hubungan
antara faktor terperangkap dengan kejadian depresi pada lansia di karenakan
lansia masih di berikan kebebasan untuk keluar panti untuk melakukan aktivitas
lainnya, tetapi dengan meminta ijin dengan pengurus panti terlebih dahulu.
Kesulitan untuk menyelesaikan masalah serta perasan bahwa mereka tidak
pernah dapat menyelesaikan masalah tidak langsung berhubungan dengan
kejadian depresi, karena dari hasil wawancara yang di lakukan, apabila lansia ada
yang mempunyai masalah mereka masih bisa mengatasi dan apabila masalah
tidak selesai maka akan ada penyelesaian dari pengurus panti, dan di dapatkan
dari hasil observasi oleh peneliti bahwa para lansia hidup dengan rukun, hal
tersebut mungkin di karenakan mereka mempunyai nasib yang sama sehingga
lebih memungkinkan lansia dalam menjalin hubungan baik dengan para penghuni
panti lainnya sehingga tercipta suasana kekeluargaan yang cukup baik, hal
tersebut di dukung oleh sikap para pengurus panti yang sangat memperhatikan
mereka.
4. Faktor Ambivalensi
Keragu-raguan atau ambivalensi dalam penelitian ini di dapatkan hasil
bahwa tidak berhubungan dengan kejadian depresi pada usia lanjut.
Menurut Iskandar (1994) sikap ambivalensi sangat tidak baik karena dapat
membuat penderitanya mengalami depresi. Bagi individu dengan kecenderungan
depresi, mereka akan mengalami sikap ambivalen dalam hidupnya.
Tetapi dalam penelitian ini ambivalen tidak berhubungan dengan kejadian
depresi pada usia lanjut di karenakan para usia lanjut menganggap bahwa
kehidupan mereka di panti sudah sesuai dengan harapan mereka.sehinnga
seabgian besar dari mereka tidak ingin meninggalkan panti. Adanya perasaan
bimbang dan ragu dalam bertindak atau melakukan sesuatu dalam diri lansia
masih di anggap wajar oleh mereka sehingga bukan merupakan suatu masalah
yang akan membuat mereka menjadi depresi.di mana sikap ambivalensi dapat
menyebabkan seseorang menjadi depresi karena keputusan atu tindakan yang di
lakukan atas dsasar keragu-raguan apabila hal tersebut tidak sesuai dengan apa
yang di inginkan atau di harapkan akan mendatangkan depresi.
5. Faktor Kehilangan
Hasil pengolahan data dari pendapat responden di dapatkan bahwa faktor
kehilangan tidak mempunyai hubungan terhadap kejadian depresi pada usia lanjut
Hal tersebut berbeda dengan pendapat yang di kemukakan oleh Hawarri
(1997) yang menyebutakan bahwa rasa kehilangan merupakan gejala utama dari
lansia. Usia lanjut akan mengalami rasa duka cita karena merasa kehilangan,
kehilangan orang yang di cintai, perubahan kedudukan, pensiun, post power
sindrom serta menurunnya kondisi fisik dan metal yang kesemuanya dapat
menyebabkan gangguan metal emosional (yang tersering adalah depresi dan
kecemasan. Iskandar (1994) juga berpendapat bahwa setiap kehilangan memicu
suatu reaksi berkabung dan setiap periode kehilangan membawa beberapa
perubahan
Dalam penelitian ini tidak di dapatkan hubungan antara faktor kehilangan
dengan kejadian depresi yang di alami oleh lansia, hal tersebut di atas di
karenakan para usia lanjut sudah menyadari akan masa tua yang akan mereka
hadapi.seperti akan kehilangan orang yang mereka cintai, perubahan kedudukan,
pensiun, dan post power sindrom sehingga hal tersebu dia nggap sebagai sutu
proses kehiodupan yang harus mereka jalani. Dan mereka juga menyadari bahwa
semua orang akan berada dalam kondisi seperti mereka.hal inilah yang membuat
faktor kehilangan tidak langsung aberhubungan dengan kejadian depresi pada usia
lanjut.
6. Faktor Paska Kuasa
Faktor paska kuasa dalam penelitian ini di dapatkan bahwa faktor ini
berhubungan dengan kejadian depresi pada usia lanjut.
Orang yang mempunyai jabatan adalah orang yang empunyai wewenang
dan kekuatan (power). Orang yang kehilangan jabatan berarti orang yang
kehialngan kekuasaan dan kekuatan (powerless) artinya sesuatu yang di miliki
dan di cintai kini telah tiada (lost of love object). Dampak dari lost of object ini
adalah terganggunya keseimbangan (equilibrum) mental-emosional dengan
manifestasi berbagai keluhan fisik, kecemasan dan depersi (Hawari, 1997). Hal
ini sering terjadi juga pada seseorang yang belum siap meninggalkan peranannya
yang berkuasa. Hilangnya kekuasaan menimbulkan runtuhnya harga diri dan juga
ketakutan akan hilangnya kemashuran dan kekayaan (Iskandar, 1994).
Peristiwa ini juga di sebabkan karena ketidaksiapan untuk meninggalkan
kekuasaan atau dukungan-dukungan yang di milikinya tersebut, sehingga sikap-
sikap yang meunjukan dia masih sebagai orang yang masih berkuasa , yang tanpa
di sadari sering di munculkan dengan sikap suka memerintah orang lain, merasa
tindakan-tindakan yang di lakukan adalah selalu benar dan sikap yang selalu
merendahkan orang lain. Ketidaksiapan inilah yang dapat menimbulakan
keatkutan-katakutan yang tidak rasional yang apabila tidak di sertai dengan rasa
penerimaan akan menyebabkan lansia menjadi depresi.
7. Faktor Penyakit Kronis
Faktor penyakit kronis pada penelitian ini di dapatkan hasil bahwa tidak
di temukannya hubungan antara faktor penyakit kronis dengan kejadian depresi
pada usia lanjut.
Hal tersebut sangat berbeda dengan beberapa penelitian yang di lakukan
oleh Abrams ( 1997) yang menyatakan bahwa kesulitan yang nyata dalam
penyesuaian terhadap penyakit kronis yang berat merupakan salah satu penyebab
depresi . pendapat serupa juga di kemukakan oleh Saddock (1997) bahwa depresi
mungkin berhubungan dengan penyakit fisik. Hawari (1997) juga menyatakan
bahwa dalam hal penyakit yang banyak menimbulkan depresi adalah penyakit
kronis.
Pada penelitian ini tidak di dapatkan hubungan penyakit kronis dengan
kejadian depresi pada usia lanjut di karenakan para usia lanjut yang berada di
panti merasa bahwa apa yang mereka alami sudah menjadi suatu kewajaran
mengingat usia mereka yang semakin bertambah yang tentunya akan membawa
dampak perubahan terhadap kesehatan mereka, pada saat di lakukan pengisian
kuisioner para usia lanjut mengungkapkan bahwa mereka sudah sepenuhnya
berserah diri kepada yang maha kuasa walaupun kadang mereka tidak
menyangkal bahwa kadang merasa putus asa dengan penyakit yang mereka derita.
Tetapi sebagian besar lansia tidak mengangap hal tersebut sebagai sesuatu yang
membuat mereka menjadi depresi di lihat dari mereka juga berusaha untuk tetap
menjaga kesehatannya agar penyakitnya tidak bertambah parah.
8. Faktor Kurang Percaya Diri
Kurangnya percaya diri dari hasil pengolahan data mempunyai hubungan
dengan kejadian depresi pada usia lanjut.
Nugroho (2000) menyatakan bahwa adanya kemunduran membuat usia
lanjut merasa dirinya tidak menarik lagi atau kelihatan kurang mampu dapat
menyebabkan kecemasan-kecemasan yang akhirnya bisa menyebabkan depresi.
Iskandar (1994) juga menaytakan bahwa semua orang yang mengalami depresi
merasa kurang percaya diri sebagai penyebab depresinya.
Dalam penelitian Handayani (2003) di dapatkan bahwa adanya
kemampuan dalam beraktivitas yang mandiri dan ketergantungan ringan membuat
lanjut usia merasa tidak menjadi beban keluarga atau orang lain sehingga merasa
hidupnya masih berharga. Perasaan bahwa hidupnya masih berharga inilah yang
dapat meningkatkan harga diri yang tinggi pula. Sehingga bagi usia lanjut yang
memiliki harga diri rendah maka dia akan mengalami rasa kurang percaya diri
pada dirinya sendiri yang dapat menyebabkan dia menarik diri dari sosialisasi dari
lingkungannya dan akhirnya dapat menyebabkan depresi.
9. Faktor Penolakan
Faktor penolakan tidak berhubungan dengan kejadian depresi pada usia
lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Iskandar (1994) menyatakan bahwa depresi pada wanita akibat penolakan
lebih banyak di sebabkan karena penolakan cinta dan kasih sayang oleh orang
yang mereka cintai dan sayangi, sedangkan pada laki-laki depresi karena
penolakan lebih banyak di sebabkan karena mereka merasa di tolak kehadirannya
oleh kelompok atau grup tertentu
Tetapi pada saat di lakukan penelitian di dapatkan para usia lanjut di panti
tidak merasakan adanya penolakan terhadap diri mereka karena sebagian besar
mereka merasakan bahwa mereka mempunyai nasib yang sama, sehingga timbul
di dalam diri mereka bahwa mereka adalah satu keluarga, hal ini terlihat pada saat
di lakukan penelitian bahwa para lansia ini saling menerima keadaan masing-
masing individu.
10. Faktor Kepribadian
Setelah di lakukan pengolahan data ternyata di dapatkan hasil bahwa
faktor kepribadian tidak berhubungan dengan kejadian depresi pada usia lanjut di
PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
Hal ini mungkin di sebabkan karena sudah terjalinnya hubungan yang baik
antara penghuni panti, begitu juga terjalinnya hubungan yang baik antara para
usia lanjut terhadap pengurus panti, sehingga tidak memberikan dampak yang
mengarahkan usia lanjut ke dalam keadaan depresi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Depresi Pada Usia Lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari 78 populasi usia lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur di dapatkan
37 usia lanjut yang menjadi responden dalam penelitian ini
2. Karakteristik tingkat depresi pada usia lanjut yang tinggal di PSTW Yogyakarta
Unit Budi Luhur di dapatkan 21 orang mengalami depresi ringan, dan 16 orang
mengalami depresi sedang sampai berat.
3. Di dapatkan hasil bahwa terdapat dua faktor yaitu faktor paska kuasa dengan nilai
p=0,009 dan faktor kurang percaya diri dengan nilai p=0,002 mempunyai
hubungan dengan tingkat depresi pada usia lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi
Luhur dan di dapatkan hasil bahwa faktor kekecewan, perbandingan yang
pincang, terperangkap, ambivalensi, kehilangan, penyakit kronis, penolakan, dan
faktor kepribadian tidak mempunyai hubungan dengan tingkat depresi pada usia
lanjut di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur
B. Saran
1. Bagi Ilmu Keperawatan Geriatrik
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi ilmu keperawatan
geriatrik agar dapat lebih baik lagi dalam mengaplikasikan praktik keperawatan
geriatric terutama yang berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia
2. Bagi PSTW Unit Yogyakarta Unit Budi Luhur
a. Adakan kontak dengan klien lansia sesering mungkin agar para lansia merasa
selalu di perhatikan
b. Berikan kesempatan kepada lansia untuk dapat menyalurkan hobi, sehingga hal
ini di harapkan dapat mengurangi kejadian depresi pada lansia
c. Berikan kesempatan pada lansia untuk dapat melakukan kegiatan yang berbeda,
agar dapat menghindarkan diri dari kebosanan dan dapat mengembangkan
kemampuan yang masih dimiliki.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya di harapkan dapat meneliti tentang tingkat depresi
pada lansia yang berada di komunitas, sehingga dapat memberikan gambaran
mengenai perbandingan antara tingkat depresi pada lansia yang berada di panti
dengan lansia yang ada di komunitas
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Catur Budi Susilo.,S.Pd S.Kp, M. Kes selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar selalu memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak Pimpinan PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dan seluruh perawat
yang telah banyak membantu penulis, khususnya adlam mendapatkan data
dalam pelaksanaan penelitian.
3. Kedua orang tua dan keluargaku tercinta yang senantiasa mencurahkan do’a
dan memberikan bantuan serta dukungan kepada penulis, menjadi semangat
yang tidak akan pernah ternilai harganya.
4. Teman-teman seperjuangan PSIK 2004 terima kasih banyak, dukungan kalian
sangat berarti bagiku.
RUJUKAN
Arikunto S.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta
Departemen Kesehatan R.I.2001.Materi Konselling dan Kesehatan Gizi Bagi Usia
Lanjut.Jakarta : Direktorat Bina Gizi Mastarakat
Hawari, D.1997.Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa
Hawari, D., 2004. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Dhana Bhakti. Jakarta. Handayani, R.2003.Hubungan Tingkat Kemampuan Dalam Aktivitas Dasar Sehari –
Hari Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Yang Tinggal di Panti Sosial Thresna Werdha Abiyoso Yogyakarta.Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan.Yoyakarta : UGM
Holmes, R. 1991.Depression.University of Oregon Councelling Center.retrieved : 18-
09-2006 Hogstel M.O.,1995, Geropsychiatric Nursing, Second Edition, Mosby Year Book
Inc.,St. Louis. Iskandar, Y.1994.Menjadi Sehat Tetap Sehat Setelah Depresi.Jakarta : Yayasan
Dharma Graha Kaplan & Sadock .1997.Sinopsis of Psikiatri.Edisi ke tujuh,jilid 1,Alih bahasa.Jakarta
: Widjaja Kusuma, Binarupa Aksara Notoatmodjo, S,2003, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, Jakarta : Rineka
Cipta Nugroho, W.1995.Perawatan Lanjut Usia.Edisi 3.Jakarta : EGC Nugroho, W.2000.Keperawatan Gerontik.Edisi 2.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC Widyatmoko, D.2001.Korelasi dan Dukungan Sosial Dengan Derajat Depresi Pada
Lanjut Usia di Poliklinik Gerontik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Hasil Penelitian Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM
World Health Organization (WHO).1980.International Classification of Impairment,
Dissabilities and Handicap.Geneva World Health Organization (WHO).1996.Aging in The Western Fasivic.Manila