Upload
vuonghuong
View
255
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN
PERSEPSI TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN HARGA
DIRI PADA ANAK BINAAN DI LEMBAGA STUDI
KEMASYARAKATAN (LSK) BINA BAKAT SURAKARTA
SKRIPSI
Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi
Oleh:
IKE DEVI PERMATASARI
G0106052
Pembimbing :
1. Dra. Emi Dasiemi, M.S.
2. Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M. Si.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa apa yang ada
dalam skripsi ini, sebelumnya belum pernah terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengamatan dan pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dipergunakan
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang
tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut derajat
kesarjanaan saya.
Surakarta, 17 Januari 2011
Ike Devi Permatasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembimbing II
Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si.NIP. 19741109 199802 2 001
Pembimbing I
Dra. Emi Dasiemi, M. S.NIP. 19441026 197208 2 001
Koordinator Skripsi
Rin Widya Agustin, M.Psi.NIP 19760817 200501 2 002
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan
Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan
Harga Diri pada Anak Binaan di Lembaga Studi
Kemasyarakatan (LSK) Bina Bakat Surakarta
Nama Peneliti : Ike Devi Permatasari
NIM : G0106052
Tahun : 2006
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan pembimbing dan penguji skripsi
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada :
Hari : Senin
Tanggal : 17 Januari 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status
Sosial Ekonomi dengan Harga Diri pada Anak Binaan di Lembaga Studi Kemasyarakatan (LSK) Bina Bakat Surakarta
Ike Devi Permatasari, G0106052, Tahun 2006
Telah diuji dan disahkan oleh pembimbing dan penguji skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari : SeninTanggal : 17 Januari 2011
1. Pembimbing I ( )
Dra. Emi Dasiemi, M. S.NIP. 19441026 197208 2 001
2. Pembimbing II ( )
Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M. Si.NIP. 19741109 199802 2 001
3. Penguji I ( )
Drs. Hardjono, M. Si.NIP. 19590119 198903 1 002
4. Penguji II ( )
Nugraha Arif Karyanta, S. Psi.NIP. 19760323 200501 1 002
Surakarta,…………………..
Ketua Program Studi Psikologi, Koordinator Skripsi,
Drs. Hardjono, M. Si. Rin Widya Agustin, M. Psi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
NIP.19590119 198903 1 002 NIP. 19760817 200501 2 002
MOTTO
Anak adalah bintang kecil yang Allah ciptakan di bumi, anak akan bersinar dan
menerangi bumi ini dengan kilaunya. Tugas orang tua adalah menjaga agar
sinar itu perlahan terus membesar, hingga anak tersebut mampu
memberikan cahayanya yang paling berkilau,
because every child is special.
(Taare Zameen Paar)
If children live with criticism, they learn to condemn.
If children live with hostility, they learn to fight.
If children live with encouragement, they learn confidence.
If children live with tolerance, they learn patience.
If children live with acceptance, they learn to love.
If children live with approval, they learn to like themselves.
If children live with recognition, they learn it is good to have a goal.
If children live with honesty, they learn truthfulness.
If children live with fairness, they learn justice.
If children live with friendliness, they learn the world is a nice place in which to
live.
(Dorothy Law Nolte)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PESEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada
Orang-orang yang sangat aku sayangi, dengan semangat dan inspirasinya
dalam menemaniku mencapai impianku
Terima kasih ku ucapkan atas terselesaikannya karya ini kepada :
Bapak, ibu, dan saudara-saudaraku tercinta, setiap detik waktu penyelesaian
karya ini merupakan hasil getaran do’a dan dukungan yang mengalir tiada
henti.
Suamiku terkasih yang akan menjadi bagian dalam hidupku nanti,
yang entah siapa dan di mana, sekarang masih menjadi rahasia Allah.
Guru-guru dan setiap pembimbing yang telah sabar untuk mengajarkan
ilmu, mengarahkan, dan mendidikku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Almamaterku yang tercinta.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah S.W.T. yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, Sholawat dan
salam semoga selalu tercurah pada bimbingan kita Nabi Muhammad S.A.W.,
telah diselesaikan karya ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
psikologi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. AA. Subiyanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian dan selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan
mengarahkan penulis.
3. Ibu Dra. Emi Dasiemi, M. S., selaku dosen pembimbing utama, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu yang
bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Ibu Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing
pendamping, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan, masukan dan ilmu yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S. Psi., selaku dosen penguji pendamping
yang telah bersedia menguji dan mengarahkan penulis.
6. Bapak Drs. Thulus Hidayat, S.U., M.A. selaku pembimbing akademik, yang
telah memberikan perhatian dan arahan selama penulis menempuh studi di
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan begitu banyak ilmu yang
bermanfaat untuk penulis.
8. Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan yang telah membantu
kelancaran studi penulis.
9. Bapak Drs. Agus Suseno selaku Direktur LSK Bina Bakat yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian, Bapak Muladiyanto, A.Md.
yang telah membantu pelaksanaan penelitian, dan Adik-adik yang dibina di
LSK Bina Bakat yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.
10. Orang tuaku yang tercinta, Bapak Siswanto dan Ibu Maryani, S. Pd yang
telah memberikan kasih sayang, perhatian dukungan, dorongan dan doa yang
tiada henti-hentinya bagi penulis serta membimbing penulis selama ini hingga
dapat menyelesaikan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11. Saudaraku, Mbak Dian, Dik Yudha, Mas andi, Dik Izzah, Dik Yanuar yang
telah memberikan doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, bantuan, dan
motivasinya.
12. Sahabat-sahabatku tersayang, Desi, Amani, Krisna, Maria, Lia, Disti, Retno,
Vika dan temen-temenku angkatan 2006 yang telah memberikan doa,
motivasi, dan selalu membantu dalam setiap kesulitan yang penulis alami
selama mengerjakan skripsi.
13. Sahabat perjuanganku, Mbak Esti, Mbak Rini, Mbak Reni, Mbak Endra,
Mbak Nana, Mbak Mata, Tias, Mbak Agustin, Mbak Sunarsi dan Mbak
Mayang yang telah memberikan doa, motivasi, dukungan, dan memberikan
contoh perjuangan hidup yang sesungguhnya.
14. Teman-temanku, Ganda, Linda, Tia, Wiwin, Ani, Santi, Ikhsan, Sri Lestari,
dan Agit yang telah memberikan doa, motivasi, kebersamaan, dan kenangan
indah yang tidak akan terlupakan.
Semoga karya ini bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi dan bagi seluruh
pembaca pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011
Ike Devi Permatasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN PERSEPSI TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN
HARGA DIRI PADA ANAK BINAAN DI LEMBAGA STUDI KEMASYARAKATAN (LSK) BINA BAKAT SURAKARTA
IKE DEVI PERMATASARIG0106052
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Kondisi perekonomian di Indonesia yang sejak tahun 1997 mengalami krisis, memunculkan berbagai macam fenomena, salah satunya adalah munculnya fenomena anak jalanan. Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari uang atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri anak jalanan rendah. Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Dukungan sosial keluarga yang tinggi dan persepsi terhadap status sosial ekonomi yang positif akan meningkatkan harga diri. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan, hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri pada anak binaan, dan hubungan antara persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dengan jumlah polulasi 36 anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta, usia 6-21 tahun, dan kondisi anak binaan tersebut masih tinggal bersama keluarga. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala psikologis, yaitu Skala Harga Diri (validitas=0,336-0,729; reliabilitas=0,848), Skala Dukungan Sosial Keluarga (validitas=0,349-0,773; reliabilitas=0,899) dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi (validitas=0,363-0,734; reliabilitas=0,879).
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi R=0,619, p=0,000 (p<0,05) dan F Hitung 10,242>dari F Tabel 3,259 artinya ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan. Hasil perhitungan secara parsial menunjukkan R=0,441, p=0,002 (p<0,05), artinya ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri pada anak binaan dan hasil perhitungan menunjukkan R=0,066, p=0,588 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan antara persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan.
Kata kunci : dukungan sosial keluarga, persepsi terhadap status sosial ekonomi, harga diri, anak binaaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN FAMILY SOCIAL SUPPORT AND THE PERCEPTION OF SOCIO-ECONOMIC STATUS WITH SELF-ESTEEM
OF PATRONAGE CHILDREN IN SOCIAL STUDY INSTITUTE (SSI) BINA BAKAT SURAKARTA
IKE DEVI PERMATASARI G0106052
PSYCHOLOGY DEPARTMEN OF MEDICINE FACULTYSEBELAS MARET SURAKARTA UNIVERSITY
The conditions of economic crisis in Indonesia since 1997, to feature a diverse of phenomena, one of them is the phenomenon of street-childrens. Street-children are child who spends most of his time to search money or roaming on the streets or other public places. The research before indicated that the self-esteem of street-childrens are low. Self-esteem is a personal judgement of self. High family social support and positive perceptions of socio-economic status will improve self-esteem. The purpose of this study is to determine the correlation between family social support and perception of socio-economic status with self-esteem in patronage children, the correlation between family social support with self-esteem in patronage children, and the correlation between perception of socio-economic status with self-esteem in patronage children.
This research is a population research, with a total population of 36 patronage children on SSI Bina Bakat Surakarta, aged 6-21 years and the children's condition are still living with their family. Collecting data in this study carried out by using a psychological scale, namely Self-Esteem Scale (validity=0,336-0,729; reliability =0,848), Family Social Support Scale (validity=0,349-0,773; reliability=0,899) and Perception of Socio-economic Status Scale (validity =0,363-0,734; reliability=0,879).
The results of multiple regression analysis showed a correlation coefficient R=0.619, p=0.000 (p<0.05) and F Compute 10.242>3.259 from the F table, it means that there is a significant positive correlation between family social support and perception of socio-economic status with self-esteem in patronage children. The result of partially calculation shows R=0,441, p=0.002 (p<0.05), it means that there is a significant positive correlation between family social support with self-esteem in patronage children and the calculation results showed R=0,066, p=0.588 (p>0.05), it means that the perception of socio-economic status was not correlation with self-esteem in patronage children.
Keywords: family social support, perception of socio-economic status, self-esteem, patronage children.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
HALAMAN PESEMBAHAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Harga Diri ................................................................................ 15
1. Pengertian Harga Diri ........................................................ 15
2. Aspek-aspek Harga Diri..................................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Cara Meningkatkan Harga Diri.......................................... 19
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri .............................
23
B. Dukungan Sosial Keluarga ...................................................... 26
1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga .............................. 26
2. Tipe-tipe Keluarga.............................................................. 27
3. Fungsi Keluarga ................................................................. 29
4. Aspek Dukungan Sosial Keluarga...................................... 30
C. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi ................................ 32
1. Pengertian Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi......... 32
2. Aspek Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi................ 36
3. Tipe-tipe Keluarga Berdasar Status Sosial Ekonomi ......... 41
D. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi
terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri ….................................43
1. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi
terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri.....................................43
2. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga
Diri.................................................................................................................48
3. Hubungan antara Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
dengan Harga Diri….....................................................................................50
E. Hipotesis ….................................................................................53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................54
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian …..............................54
1. Harga Diri...................................................................................54
2. Dukungan Sosial Keluarga …....................................................55
3. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi...................................55
C. Populasi dan Sampel …..............................................................56
D. Teknik Pengumpulan Data ….....................................................58
1. Sumber Data................................................................................58
2. Metode Pengumpulan Data …....................................................58
E. Metode Analisis Data..................................................................66
1. Uji Validitas................................................................................66
2. Uji Reliabilitas............................................................................66
3. Uji Hipotesis …..........................................................................66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian …..............................................................67
1. Orientasi Kancah Penelitian ….................................................67
2. Persiapan Penelitian ….............................................................75
a. Persiapan Administrasi ….......................................75
b. Persiapan Alat Ukur................................................75
3. Pelaksanaan Uji Coba ….........................................................76
4. Uji Validitas dan Reliabilitas …..............................................77
a. Skala Harga Diri......................................................................77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Skala Dukungan Sosial Keluarga..............................................79
c. Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi.......................80
B. Pelaksanaan Penelitian …........................................................82
1. Penentuan Subjek Penelitian …..................................82
2. Pengumpulan Data Penelitian …................................82
3. Pelaksanaan Pemberian Skor ….................................83
C. Analisis Data Penelitian ….....................................................83
1. Uji Asumsi Dasar …..................................................83
a. Uji Normalitas …..................................................83
b. Uji Linearitas …...................................................84
2. Uji Asumsi Klasik …................................................86
a. Uji Multikolinearitas ….......................................86
b. Uji Heteroskesdastisitas …..................................87
c. Uji Autokorelasi …...............................................88
3. Uji Hipotesis …..........................................................89
a. Uji Analisis Regresi Berganda …..........................89
b. Uji Korelasi Parsial …...........................................91
4. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif …...........93
5. Analisis Deskriptif …...................................................93
D. Pembahasan …..........................................................................96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …................................................................102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Saran ….........................................................................103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Harga Diri ............................................................ 60
Tabel 2 Blue Print Skala Dukungan Sosial Keluarga ................................... 62
Tabel 3 Blueprint Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi .............. 65
Tabel 4 Distribusi Item Gugur dan Sahih Harga Diri ................................... 78
Tabel 5 Distribusi Item Gugur dan Sahih Skala Dukungan Sosial Keluarga 80
Tabel 6 Distribusi Item Gugur dan Sahih Skala Persepsi terhadap
Status Sosial Ekonomi ..................................................................... 81
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 84
Tabel 8 Hasil Uji Linearitas antara Variabel Dukungan Sosial
Keluarga dengan Harga Diri ........................................................... 85
Tabel 9 Hasil Uji Linearitas antara Variabel Persepsi terhadap
Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri ...................................... 85
Tabel 10 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................. 86
Tabel 11 Hasil Pengujian Autokorelasi ......................................................... 88
Tabel 12 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ......................................... 90
Tabel 13 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) ..................... 91
Tabel 14 Hasil Koefisien Korelasi Ganda (R) ............................................... 91
Tabel 15 Hasil Uji Korelasi Parsial ............................................................... 92
Tabel 16 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................ 94
Tabel 17 Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian ...................... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara Dukungan Sosial
Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
dengan Harga Diri ........................................................................ 53
Gambar 2 Bagan Struktur Organisai LSK Bina Bakat Surakarta ................. 71
Gambar 3 Grafik Scatterplot untuk Pengujian Heteroskedastisitas ............. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Alat Ukur Penelitian
Lampiran B Data Uji Coba Skala Penelitian
Lampiran C Hasil Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Penelitian
Lampiran D Analisis Data Penelitian
Lampiran E Data Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena anak jalanan tidak pernah lepas dari kehidupan kota besar, baik di
negara maju maupun negara berkembang. Adanya kondisi perekonomian di
Indonesia yang sejak tahun 1997 mengalami krisis memunculkan berbagai macam
fenomena, salah satunya adalah munculnya fenomena anak jalanan yaitu anak
yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau
berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
Menurut Mulyadi (2008) faktor utama yang menimbulkan peningkatan
jumlah anak jalanan di negara yang sedang berkembang adalah kemiskinan.
Kemiskinan telah menyebabkan kurang terperhatikan bahkan terabaikannya
kesejahteraan fisik dan mental anak-anak sebagai generasi penerus. Kemiskinan
tidak dapat dipisahkan dari pembangunan manusia yang mencakup semua unsur
yang menjadi akar kemiskinan, mencakup kebudayaan, sistem kehidupan
ekonomi dan politik serta hak asasi manusia. Sebuah fenomena yang berhubungan
dengan kemiskinan kota adalah keberadaan kelompok-kelompok anak usia
sekolah di kota-kota besar, yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di
jalanan atau tempat-tempat umum lainnya, dan di Indonesia mereka biasanya
disebut anak jalanan. Anak jalanan berada dalam kondisi serba kekurangan atau
miskin, karena banyak diantara anak jalanan yang harus bekerja keras daripada
pergi ke sekolah atau bermain-main.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (Tauran, 2000) salah satu
karakteristik anak jalanan antara lain anak-anak yang berusia enam sampai 21
tahun. Jumlah anak jalanan di DKI Jakarta mengalami peningkatan hingga 50
persen. Jika pada 2008 jumlahnya sekitar 8.000 jiwa, pada 2009 jumlah mereka
mencapai lebih dari 12.000 jiwa. Jumlah ini tergolong besar dibanding jumlah
keseluruhan anak jalanan di 12 kota besar yang mencapai lebih dari 100.000 jiwa.
Padahal, Pemprov DKI menjadikan penekanan jumlah anak jalanan sebagai salah
satu agenda kerja prioritas tahun lalu (Wisnu, 2010). Jumlah anak yang turun ke
jalan untuk mencari nafkah dari hari ke hari terus naik. Data dari Kementerian
Sosial menunjukkan, jumlah anak jalanan yang pada tahun 1997 masih sekitar
36.000 jiwa sekarang menjadi sekitar 232.894 jiwa. Kenaikan itu dapat dilihat
secara kasatmata di perempatan jalanan ibu kota ataupun di kota kecil. Dengan
mudah kita dapat menjumpai anak lelaki atau perempuan meminta-minta atau
mengamen. Padahal, fenomena anak jalanan seperti itu sebelum tahun 2000 hanya
bisa dilihat di kota besar, seperti Jakarta atau Surabaya. Di Kota Solo terdapat
1.200 anak jalanan (Kesra, 2010).
Di Kota Solo saja, dari data yang didapat dari LSK Bina Bakat Surakarta
pada tahun 2008 dan 2009 terdapat 90 anak (laki-laki dan perempuan) yang
melakukan aktivitas di jalanan. Aktivitas anak jalanan tersebut pada tahun 2008
terdapat 25 anak yang bekerja sebagai pengamen, empat anak meminta-minta, dua
anak menjadi pemulung/mayeng, sepuluh anak sebagai pedagang asongan, lima
anak sebagai tukang semir sepatu, dua anak bekerja lap kaca. Pada tahun 2009
terdapat 18 anak yang bekerja sebagai pengamen, tiga anak meminta-minta, enam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anak menjadi pemulung/mayeng, tujuh anak sebagai pedagang asongan, tiga anak
sebagai tukang semir sepatu, empat anak bekerja lap kaca dan satu anak bekerja
mencuci bus. Daerah asal anak jalanan yang berada di Surakarta pada tahun 2008
terdapat 51 anak yang berasal Surakarta. Pada tahun 2009 terdapat 35 anak yang
berasal Surakarta, satu anak dari Karanganyar, tiga anak dari Boyolali dan dua
anak dari daerah lainnya.
Di Indonesia banyak didirikan rumah binaan untuk melakukan
pendampingan, pemberdayaan, dan membina anak-anak jalanan yang berada di
jalanan. Di Solo saja terdapat tiga lembaga kemasyarakatan yang mengurusi
masalah anak jalanan yaitu LSK Bina Bakat, Seroja dan Kapas. LSK Bina Bakat
merupakan lembaga yang paling awal berdiri.
Anak jalanan yang dibina kondisinya tidak tinggal menetap di LSK Bina
Bakat Surakarta, walaupun anak jalanan tersebut terdaftar dibina di tempat
tersebut akan tetapi anak jalanan tersebut masih bekerja di jalanan dan masih
tinggal bersama keluarga. Karakteristik anak jalanan yang dibina di tempat
tersebut masih bisa keluar masuk dengan leluasa. LSK Bina Bakat di sini
berfungsi sebagai rumah singgah dengan memberikan pendampingan dan
pemberdayaan anak jalanan. Hal tersebut diperkuat dengan data yang diperoleh
dari LSK Bina Bakat sebagai berikut pada tahun 1999 ada 120 anak, tahun 2000
ada 150 anak, tahun 2001 ada 200 anak, tahun 2002 ada 150 anak, tahun 2003 ada
150 anak, tahun 2004 ada 150 anak, tahun 2005 ada 120 anak, tahun 2006 ada 75
anak, tahun 2007 ada 30 anak, tahun 2008 ada 20 anak dan pada tahun 2009 ada
20 anak (LSK Bina Bakat, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Anak jalanan merupakan sebuah fenomena di masyarakat yang
menunjukkan terganggunya social functioning/fungsi sosial. Dikatakan terganggu
social functioning, karena seharusnya seorang anak berada pada situasi rumah,
sekolah atau lingkungan bermain yang di dalamnya terdapat interaksi yang
mendukung bagi perkembangan anak tersebut, baik itu perkembangan fisik,
motorik, sosial, psikologis maupun moralnya. Akan tetapi kondisi yang
disebutkan tadi tidak terpenuhi atau diperoleh dalam kehidupan anak jalanan.
Anak yang hidup di jalanan memiliki latar belakang sosial yang bermacam-
macam misalnya sosok anak jalanan dengan berbagai latar belakang sosial, seperti
anak broken home, anak yatim yang terbuang, anak-anak yang kelahirannya tidak
dikehendaki, atau anak-anak yang harus membantu ekonomi orang tuanya
maupun anak-anak yang lari dari berbagai problema keluarga maupun
masyarakatnya. Latar belakang seperti itulah yang memaksa anak untuk hidup dan
mencari uang di jalanan. Jalanan mampu memberikan penghasilan uang untuk
anak jalanan baik sebagai seorang penyemir sepatu, pengasong, penjaja koran,
makanan, minuman, pemulung, pengamen, penjual jasa dan sebagainya.
Penghasilan tersebut selain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
anak jalanan sendiri juga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Adanya anak jalanan sudah lazim, bukan hal yang luar biasa dan bukan
merupakan pemandangan yang aneh lagi yang dapat dilihat pada kota-kota besar
di Indonesia. Hampir di setiap persimpangan jalan, pasar, alun-alun kota, stasiun,
terminal, dan dalam bus-bus kota kita kerap menjumpainya. Sebagian besar anak
jalanan tidur disembarang tempat yang dianggap bisa digunakan, seperti taman,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
halte-halte, masjid, pasar, gerbong-gerbong kereta api yang kosong dan
sebagainya. Seringkali anak jalanan tidur hanya dengan beralaskan koran atau
tanpa menggunakan alas apapun. Anak jalanan dapat dengan mudahnya tidur di
mana saja tanpa memperhatikan tempat tersebut bersih atau tidak. Dari kondisi
tersebut dapat dilihat bahwa anak jalanan kurang mengahargai dirinya sendiri,
kalau anak jalanan dapat menghargai dirinya sendiri maka anak jalanan tidak akan
membiarkan dirinya tidur di sembarang tempat.
Penilaian anak jalanan terhadap diri sendiri yang rendah dan negatif
diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2007) yang menyatakan
bahwa anak jalanan cenderung negatif dalam menghadapi permasalahannya. Anak
jalanan merasa tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan lain selain
mengamen. Pada saat mengamen, anak jalanan merasa malu terutama ketika
bertemu dengan teman lawan jenisnya, dan untuk berhubungan atau berinteraksi
dengan teman lawan jenisnya pun mereka akan merasa malu. Dari hasil penelitian
tersebut dikatakan juga bahwa anak jalanan menilai dirnya sendiri secara negatif
dan banyak kekurangannya. Ada yang merasa dirinya pemarah, bodoh, nakal,
biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa bahkan cenderung bunuh diri. Selain itu
ada juga anak jalanan yang minder dan malu dengan penampilannya yang
dikatakannya seperti gembel. Anak jalanan cenderung kurang dapat menghargai
dirinya sebagai pribadi.
Coopersmith (1967) mengatakan bahwa self esteem is a personal judgement
of worthiness that is a personal that is expressed in attitude the individual holds
toward himself. Pendapat ini menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap
dirinya. Lebih lanjut lagi menurut Coopersmith (1967) bahwa individu dalam
melakukan penilaian terhadap kehormatannya tersebut bisa berkisar pada rentang
nilai yang positif sampai negatif.
Penilaian terhadap diri sendiri secara positif maupun negatif tersebut seperti
yang diungkap oleh Baron dan Byrne (2003) bahwa self esteem atau harga diri
adalah evaluasi yang dibuat oleh individu; sikap seseorang terhadap dirinya
sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif. Self esteem merujuk pada sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri mulai dari sangat negatif sampai sangat positif.
Memiliki harga diri yang tinggi berarti seorang individu menyukai dirinya sendiri
dan memiliki harga diri yang rendah berarti seorang individu kurang menyukai
dirinya sendiri.
Lebih jauh Berne (1988) mengungkapkan tentang individu yang memiliki
rasa harga diri yang sehat, bahwa rasa harga diri yang sehat adalah kemampuan
untuk menggambarkan dan melihat diri sendiri berharga, berkemampuan, penuh
kasih sayang dan menarik, memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta
kepribadian yang berharga dalam hubungan dengan orang lain. Kebalikannya,
orang yang merasa rendah diri biasanya memiliki suatu gambaran diri yang
negatif dan hanya sedikit mengenal dirinya, sehingga menghalangi
kemampuannya untuk: menjalin hubungan, merasa tidak terancam, merasa
berhasil, mengalami pertalian yang erat dengan dunia, memperlihatkan keyakinan
dirinya, mengatasi rasa takut serta emosi-emosi yang kuat, dan menyatakan cinta
kasihnya kepada orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Coopersmith faktor-faktor yang melatar belakangi harga diri yaitu:
pengalaman, pola asuh, lingkungan, dan sosial ekonomi (Coopersmith, 1967;
Sriati, 2008). Pengalaman merupakan hal-hal yang pernah dialami individu dan
memiliki makna khusus bagi kehidupan individu tersebut, baik yang bersifat
emosional, tindakan ataupun kejadian. Pola asuh disini merupakan sikap yang
digunakan oleh orang tua untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Lingkungan
disekitar individu bisa terdiri orangtua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar.
Sosial ekonomi merupakan pendapatan berupa finansial yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berasal dari faktor pola asuh dan lingkungan yang disebutkan di atas, dapat
diartikan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam mempengaruhi harga diri
anak. Interaksi individu dengan individu lain dari awal mula kehidupannya adalah
interaksinya dengan orang tuanya.
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan
dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling
tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi
menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman
tentang diri. Hal ini akan membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai
orang yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga
individu mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998).
Adanya interaksi dengan orang lain mampu menimbulkan perasaan
menghargai dirinya sendiri. Tidak semua orang tua yang ekonominya rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menginginkan anaknya hidup dijalanan, walaupun begitu ada pula sebagian orang
tua yang menginginkan anaknya mencari uang dijalanan untuk membantu
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Menjadi anak jalanan bukanlah sebagai
pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka
terima. Walaupun demikian tetap saja anak jalanan membutuhkan adanya
dukungan sosial.
Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh oleh Gottlieb (dalam
Kuntjoro, 2002) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal
yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Seseorang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.
Cara pemberian dan asal dari dukungan sosial dijelaskan oleh Taylor (2009)
bahwa social support atau dukungan sosial bisa diberikan melalui beberapa cara.
Pertama perhatian emosional yang diekspresikan melalui rasa suka, cinta dan
empati, bantuan instrumental, memberikan informasi tentang situasi yang
menekan. Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau partner, anggota
keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman sekelompok, jamaah gereja
atau masjid, dan teman kerja atau atasan anda ditempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Thoist (Purba, 2006) menyatakan dukungan sosial bersumber dari orang-
orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu, misalnya keluarga,
teman dekat maupun tetangga terdekat dengan rumah.
Pentingnya adanya dukungan sosial keluarga dikemukakan oleh Ruwaida
(2006) dukungan keluarga diperlukan untuk memberi perhatian, membantu,
mendukung dan bekerja sama dalam menghadapi tentangan kehidupan. Setiap
anggota keluarga memiliki peranan spesifik dan setiap anggota bergantung pada
anggota yang lain.
Menurut Soekanto (1990) ada dua macam jenis keluarga yaitu nuclear
family/keluarga batih ( terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anaknya) dan
extended family/keluarga besar (terdiri dari keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya : nenek, kakak, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya). Anak jalanan sudah pasti memiliki keluarga, bisa
memiliki kedua jenis keluarga di atas (nuclear family dan extended family),
maupun hanya memiliki salah satu jenisnya saja. Seorang anak yang mendapat
dukungan yang positif dari keluarganya akan lebih positif juga dalam menilai
dirinya, sedangkan anak yang kurang atau tidak mendapat dukungan dari keluarga
akan cenderung negatif dalam menilai dirinya.
Faktor lain yang mempengaruhi harga diri adalah sosial ekonomi. Status
sosial disini berhubungan dengan sosial ekonomi orang tua. Menurut Hidayat
(2007) yang berkaitan dengan status ekonomi orang tua adalah tingkat pendapatan
yang diperoleh orang tua. Dalam rangka mempertahankan hidup dan
mengembangkan kehidupannya, manusia harus dapat memenuhi kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hidupnya baik kebutuhan, primer, sekunder, maupun tertier, agar dapat hidup
layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai anggota masyarakat.
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup disini erat kaitannya dalam
masalah pembiayaan dan pembiayaan itu sendiri diperoleh dari pendapatan atau
penghasilan.
Pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh
seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Tarigan pendapatan perseorangan dapat diartikan sebagai
semua pendapatan yang diterima oleh rumah tangga. Jadi pendapatan seseorang
dapat berasal dari gaji, komisi, honorarium, bunga deviden dan banyak lagi
sumbernya.
Coopersmith (1967) mengatakan perhaps the clearest and most striking index of prestige and success is an individual’s social status. Social position is based largely on occupations, income, and residence. Person higher in the system have more prestigious occupation, have higher income, and tend to live in large and more luxurious house located in more desirable neighborhoods. These persons are more successful in the eyes of the community and receive the material and cultural benefits that should lead them to believe that they are generally more worthy than others.
Dari pendapat Coopersmith di atas dapat diartikan bahwa kemungkinan
paling nyata dan lebih mencolok dari indeks status dan sukses adalah status sosial
individu. Posisi sosial mendasari sebagian besar pekerjaan, pendapatan dan tempat
tinggal. Seseorang pada status yang tinggi lebih memiliki lebih tinggi status
pekerjaan, memiliki pendapatan yang tinggi, dan cenderung tinggal di rumah yang
lebih besar dan mewah dan tetangga yang sangat menarik. Individu ini lebih
sukses di kelompoknya dan mendapat materi dan kultur yang berguna yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seharusnya menempatkan mereka pada posisi yang utama untuk lebih
mempercayai bahwa mereka lebih layak dari yang lainnya.
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya, ada kalanya ketika manusia dilimpahi dengan materi yang melimpah
ruah individu tersebut tidak merasa puas. Anak jalanan yang sebagian besar hidup
kekurangan dari segi materi atau ekonomi belum tentu merasa kekurangan materi
dari sudut pandang psikisnya. Ada kalanya anak jalanan merasa puas dengan
sedikit materi yang dimilinya. Tentang bagaimana seseorang melihat dan
mengartikan sesuatu tergantung dari persepsi individu masing-masing.
Pengertian persepsi menurut Walgito (2004) merupakan pengorganisasian,
penginterpretasian, terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu.
Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dalam
diri individu. Namun demikian sebagian besar stimulus datang dari luar individu
yang bersangkutan.
Jadi persepsi terhadap status sosial ekonomi adalah tentang bagaimana
seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasi pekerjaan yang dimiliki,
pendapatan yang diperoleh, dan tempat tinggal atau rumah yang dimiliki. Status
sosial ekonomi berhubungan dengan pendapatan seseorang yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut penelitian Zhang (2000), didapatkan hasil bahwa higher self-
esteem tend to be students from higher socio economic status and self-esteem and
socio economic status are positive correlated. Hasil penelitian ini mengatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bahwa harga diri yang tinggi cenderung terjadi pada siswa dengan status sosial
ekonomi yang tinggi dan harga diri dengan status sosial ekonomi memiliki
hubungan yang positif. Zhang juga menyebutkan untuk mengukur status sosial
ekonomi dapat dilihat dari level pendidikan orang tua, pendapatan keluarga dan
kondisi fisik lingkungan rumah.
Penelitian-penelitian tentang dukungan sosial keluarga, status sosial
ekonomi dan harga diri sebelumnya sudah pernah diteliti oleh para ahli. Misalnya
seperti penelitian yang dilakukan oleh Sugihartiningsih (2008) meneliti hubungan
antara dukungan keluarga dengan kecemasan, Istiqori (2008) meneliti hubungan
antara dukungan keluarga dengan keteraturan minum obat, Rusmawati (2006)
meneliti hubungan status sosial ekonomi dengan prestasi belajar, Putri (2009)
meneliti hubungan antara self esteem dengan kecemasan sosial, dan Wardhani
(2009) yang meneliti hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif.
Peneliti-peneliti tersebut menyarankan kepada peneliti lain supaya
melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel lain yang lebih kompleks.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis belum pernah ada penelitian yang
meneliti tentang hubungan dukungan sosial keluarga dan status sosial ekonomi
terhadap harga diri.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan
Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri Anak Binaan di
Lembaga Studi Kemasyarakatan (LSK) BINA BAKAT Surakarta”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Pengertian harga diri oleh Santrock (2003) diartikan sebagai dimensi
evaluatif yang menyeluruh dari diri. Lebih lanjut Santrock (2007)
mengatakan bahwa harga diri yang sering juga disebut sebagai keberhargaan
diri atau gambaran diri adalah suatu dimensi global dari diri. Menurut
Matsumoto (2008) harga diri merupakan evaluasi kognitif dan afektif yang
individu buat tentang dirinya sendiri.
Harga diri merupakan perpaduan antara kepercayaan diri (self-
confidence) dengan penghormatan diri (self-respect). Harga diri
menggambarkan keputusan seseorang secara implisit atas kemampuan dalam
mengatasi tantangan-tantangan kehidupan (untuk memahami dan menguasai
masalah-masalah yang ada) dan hak untuk menikmati kebahagiaan
(menghormati serta mendukung keinginan-keinginan dan kebutuhan-
kebutuhan) Branden (1999).
Menurut Tambunan (2001) harga diri itu sendiri mengandung arti suatu
hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap
yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang
dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-harinya.
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Sarwono (2009) bahwa harga diri menunjukkan keseluruhan
sikap seseorang terhadap dirinya sendiri baik positif maupun negatif. Jika
seseorang menilai secara positif terhadap dirinya, maka ia menjadi percaya
diri dalam mengerjakan hal-hal yang ia kerjakan dan memperoleh hasil yang
positif pula. Sebaliknya orang yang menilai secara negatif terhadap dirinya,
menjadi tidak percaya diri ketika mengerjakan sesuatu dan akhirnya, hasil
yang didapatkan pun tidak menggembirakan.
Menurut Ubaydillah (2007) harga diri adalah bagaimana seseorang
merasakan dirinya (how you feel about yourself). Kata "bagaimana" di situ
mengarah pada adanya kualifikasi rendah dan tinggi atau positif dan negatif
(low and high self-esteem). Sedangkan kata "merasakan" di sini adalah proses
intrinsik di mana orang merasa perlu (sadar) untuk menjaga atau
menghormati dirinya dengan cara-cara yang terhormat. Cara ini bisa dalam
bentuk melakukan sesuatu yang positif atau dengan menghindari sesuatu
yang negatif.
Menurut Tambunan (2001) harga diri yang positif akan membangkitkan
rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa
berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sebaliknya,
seorang yang memiliki harga diri yang negatif akan cenderung merasa bahwa
dirinya tidak mampu dan tidak berharga, cenderung tidak merasa yakin akan
pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut
menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang
baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Murk (2006) pertama yang dilihat dari harga diri adalah elemen
kognitifnya, harga diri adalah sedikit bagian karakter dari diri, dalam istilah
diskripsi : kekuatan, percaya diri dan perwakilan (agen), ini berarti
menanyakan tipe/jenis manusia. Kedua, dalam elemen afektif, sebuah valensi
atau tingkatan positif atau negatif dari aspek indentifikasi, kita menyebutknya
harga diri yang tinggi atau rendah. Yang ketiga elemen evaluasi, atribusi dari
sedikit level dari kepatutan menurut standar ideal yang dipegang.
Perasaan harga diri dapat positif yaitu apabila individu dapat menghargai
dirinya sendiri dengan cara yang baik, tetapi sebaliknya perasaan harga diri
dapat negatif yaitu apabila seseorang tidak dapat menghargai dirinya sendiri
secara baik. Perasaan harga diri ini dapat berkembang ke arah harga diri
rendah atau ke harga diri kurang (Walgito, 2004). Adler (dalam Suryabrata,
2005) menyatakan rasa harga diri kurang atau rasa rendah diri yang timbul
karena perasaan kurang berharga atau kurang mampu dalam segala bidang
kehidupan. Oleh Coopersmith (1967) harga diri didefinisikan sebagai
penilaian pribadi terhadap kepatutan pada dirinya yang diekspresikan dalam
tingkah laku individu yang ditujukan untuk dirinya sendiri. Individu tersebut
percaya bahwa dirinya dapat mampu, berarti, sukses dan layak.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga diri
adalah penilaian atau evaluasi yang menyeluruh tentang diri individu,
penilaian atau evaluasi tersebut dapat bersifat positif dan negatif dalam segala
bidang kehidupan yang diekspresikan dalam tingkah laku yang ditujukan
untuk dirinya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Aspek-aspek Harga Diri
Menurut Coopersmith (1967) aspek-aspek harga diri seseorang meliputi :
a. Self values
Merupakan pertimbangan seseorang tentang harga yang dimilikinya
dalam syarat nilai dan standar ideal dirinya yang relevan dan berguna atau
bermanfaat untuk dirinya. Nilai yang diyakini oleh individu sesuai dengan
dirinya.
b. Leadership-popularity
Leadership berhubungan dengan kemampuan memimpin seseorang,
seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi akan cenderung mampu
untuk menjadi pemimpin. Popularitas merupakan indikator manifestasi
dari sukses pada seseorang, dimana tingkatan sukses seseorang
berhubungan dengan harga dirinya, semakin sukses seseorang maka harga
dirinya semakin tinggi. Popularitas diasosiasikan dalam ekspresi percaya
diri, persepsi diri dan persahabatan yang baik.
c. Family parents
Keluarga memiliki peran yang besar dalam pembentukkan harga diri
anak, orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu memiliki peran yang besar.
Keluarga yang memberikan penilaian dan pengetahuan pertama kali bagi
individu.
d. Achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Prestasi yang dimiliki individu tercermin dalam kemampuan yang
dimilikinya, seseorang dengan harga diri yang tinggi memiliki
kepercayaan diri dengan kemampuannya untuk bergabung dalam
kegiatan.
Selanjutnya Branden (dalam Murk, 2006) menyatakan dua aspek harga
diri yaitu :
a. Sense of personal efficacy
Merupakan makna dari keyakinan atau kepercayaan diri atas
kemampuan diri sendiri untuk berpikir, belajar, dan memproses fakta
yang ada untuk mengatasi setiap tantangan dalam kehidupan.
b. Sense of personal worth
Merupakan makna dari keberhargaan atau kebernilaian dirinya sendiri.
Seseorang akan merasa memiliki harga diri apabila menganggap dirinya
sendiri berharga dan bernilai, menghormati dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas aspek harga diri dari Coopersmith (1967)
lebih mencakup keseluruhan aspek, oleh karena itu peneliti menggunakan
aspek dari Coopersmith dan menyimpulkan bahwa aspek-aspek harga diri
meliputi : self values, leadership-popularity, family parents, dan
achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Cara Meningkatkan Harga diri
Harga diri yang dimiliki seseorang bisa ditingkatkan. Branden (1999)
menggambarkan apa yang bisa dilakukan individu untuk meningkatkan harga
dirinya dengan cara :
a. Hidup dengan penuh kesadaran
Harga diri adalah suatu fungsi, bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir,
tetapi bagaimana seseorang menggunakan kesadarannya dengan pilihan-
pilihan yang diambil yang mempunyai keterkaitan dengan kesadaran,
sikap kejujuran terhadap kenyataan dan tingkat integritas pribadi.
Hidup dengan penuh kesadaran secara tidak langsung berarti
menyadari fakta-fakta realitas (fakta-fakta batiniah, juga fakta-fakta dunia
luar kita). Hidup dengan penuh kesadaran adalah hidup penuh tanggung
jawab terhadap kenyataan. Sebagai contohnya adalah pada saat individu
menyadari tentang kondisi fisik, ekonomi, dan sosial yang sesungguhnya
terjadi pada individu tersebut.
b. Belajar menerima diri sendiri
Menerima tidak harus berarti menyukai, menerima tidak harus berarti
seseorang tidak boleh membanyangkan atau menginginkan perubahan-
perubahan atau perbaikan-perbaikan pada diri sendiri. Menerima berarti
menghayati, tanpa penolakan atau pengingkaran, bahwa kenyataan
tetaplah kenyataan. Sikap penerimaan terhadap diri sendiri sangat efektif
untuk membangun harga diri pada seseorang. Sebagai contohnya adalah
ketika individu mampu menerima keadaan diri sendiri yang serba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kekurangan menurut pendapat orang lain umunya, tetapi individu tersebut
mampu menerimanya dengan lapang dan tulus ikhlas, menyakini bahwa
hal tersebut bukanlah kekurangan.
c. Bebas dari rasa bersalah
Pernyataan bersalah sebenarnya merupakan persoalan sederhana akan
perasaan-perasaan kekecewaan yang tidak dimiliki atau diingkari. Solusi
perasaan bersalah adalah dengan bersikap jujur pada diri sendiri maupun
orang lain tentang kekecewaan tersebut. Pertama-tama tentu harus jujur
pada diri sendiri, mengakui kemarahan, mengakui kekecewaan dengan
standar-standar dan harapan-harapan yang sesungguhnya bukan milik
anda. Bersikaplah kreatif untuk mengetahui tanggapan-tanggapan
alternatif atas kegagalan-kegagalan, sehingga sangat berguna untuk
membangun harga diri dan tingkah laku di masa mendatang.
d. Bersatu dengan diri masa lalu
Ada beberapa alasan mengapa orang-orang merasa bahwa mereka
tidak dapat memaafkan masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dapat
sebagai pengalaman yang penuh kepedihan, kemarahan, ketakutan,
kebingungan, atau penghinaan, tertekan, tidak diakui, dicaci maki,
dilupakan. Belajar memaafkan diri masa anak dapat dilakukan dan
diatasi, ketika seseorang memaklumi dan menyadari bahwa masa kanak-
kanak penuh dengan tantangan untuk bisa bertahan hidup dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbaik yang dapat dilakukan, maka diri dewasa tidak lagi berada dalam
posisi atau hubungan yang bermusuhan dengan diri anak.
Pada saat diri anak ditinggalkan tanpa sadar atau diingkari dan ditolak,
maka diri seseorang menjadi tidak utuh lagi, tidak lagi merasakan
keutuhan diri, dalam tataran tertentu akan merasakan keterasingan diri,
dan dengan begitu melukai harga dirinya sendiri. Sebaliknya apabila
diakui, diterima, dipeluk, dan dengan demikian terpadu dalam diri secara
keseluruhan, dapat menjadi sumber potensial yang dapat memperkaya
kehidupan jiwa, dengan potensinya yang besar mampu bertindak secara
spontan dan penuh kebahagiaan.
e. Hidup dengan penuh tanggung jawab
Pria dan wanita yang harga dirinya kokoh lebih memiliki orientasi
yang aktif dari pada orientasi pasif. Bertanggung jawab sepenuhnya atas
pencapaian cita-cita. Tidak menunggu bantuan orang lain dan selalu
bersikap proaktif. Orang-orang yang bertanggungjawab atas eksistensinya
sendiri cenderung membangkitkan harga diri yang sehat. Pada dasarnya
individu berubah dari orientasi pasif ke orientasi aktif, lebih menyukai
diri sendiri, lebih mempercayai diri sendiri dan mampu merasakan lebih
mampu mengarungi kehidupan, dan lebih pantas menerima kebahagiaan.
f. Hidup sebagaimana adanya
Kebohongan yang paling merusak harga diri bukanlah kebohongan
yang dikatakan melainkan kebohongan yang dihidupkan. Seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menghidupkan kebohongan-kebohongan ketika menggambarkan realitas
pengalaman atau kebenaran atas keberadaannya yang justru bertolak
belakang dengan realitas pengalaman atau kebenaran diri sendiri. Harga
diri yang kokoh menuntut keselarasan, artinya bahwa diri individu yang
sebenarnya tercermin dalam tindakan sehari-hari. Tidak ada perbedaan
antara apa yang ditampakkan dengan apa yang ada dalam sanubari.
Kejujuran terdiri atas sikap menghargai perbedaan antara yang nyata
dan yang tidak nyata, tidak mencari keuntungan sesaat dengan cara
memalsukan kenyataan yaitu tidak berusaha mencapai tujuan-tujuan
hidup dengan memalsukan kenyataan siapa dirinya sebenaranya.
Kebohongan-kebohongan yang dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari
sangat merusak harga diri.
Berdasarkan uraian di atas, harga diri dapat ditingkatkan dengan hidup
penuh dengan kesadaran, belajar menerima diri sendiri, bebas dari rasa
bersalah, bersatu dengan diri masa lalu, hidup penuh tanggungjawab, dan
hidup sebagaimana adanya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Menurut Coopersmith (1967) faktor-faktor yang melatar belakangi harga
diri yaitu:
a. Pengalaman
Pengalaman adalah kejadian lampau yang pernah dialami oleh
individu. Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan
meninggalkan kesan dalam hidup individu.
b. Pola asuh
Pola asuh adalah sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-
anaknya yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah
maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara
orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya.
Pola asuh merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang tua untuk
mendidik dan membesarkan anak-anaknya.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan kondisi baik yang bersifat fisik, psikis
maupun sosial yang terdapat disekitar individu. Lingkungan memberikan
dampak besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja
dengan orangtua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga
menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga
dirinya.
d. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang
untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial
yang berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari. Sosial ekonomi
berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh oleh suatu keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keadaan ekonomi tersebut dibandingkan dengan kondisi ekonomi
keluarga lain dalam suatu masyarakat.
Selanjutnya menurut Bradshaw (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi
harga diri seseorang antara lain :
a. Prestasi yang tampak
Prestasi yang nampak disini dapat dilihat dari hasil nilai yang ada di
raport atau hasil belajar lain yang dinyatakan dalam rentangan nilai, baik
dan buruk atau tinggi dan rendah. Penilaian tersebut berbeda-beda
tergantung dari kemampuan tiap-tiap individu.
b. Pengaruh kontrol personal dan pengaruh situasi atau orang lain dalam
kehidupan individu
Orang lain yang ada disekitar individu secara langsung maupun tidak
langsung akan memberikan pengaruh. Lingkungan mempunyai peranan
yang penting dalam perkembangan individu, baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial (Walgito, 2004).
c. Pengalaman berdasarkan penilaian dan perlakuan orang lain terhadap
dirinya
Kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh individu akan
memberikan suatu pengalaman tersendiri bagi individu yang bersangkutan.
Sikap dan penilaian orang lain akan mempengaruhi individu dalam
melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri.
d. Konsistensi berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Nilai dan norma merupakan seperangkat peraturan yang berlaku pada
suatu masyarakat tertentu. Perilaku dinilai baik apabila sesuai dengan
peraturan yang ada dalam suatu masyarakat, dan sebaliknya. Perilaku yang
baik akan dengan mudahnya diterima oleh masyarakat.
Berdasarkan pendapat dari Coopersmith (1967) di atas dapat disimpulkan
bahwa harga diri bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, faktor-faktor yang
mempengaruhi harga diri seseorang adalah pengalaman, pola asuh,
lingkungan, dan sosial ekonomi.
B. Dukungan Sosial Keluarga
1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga
Poerwadarminta, (1984) mengartikan keluarga adalah sanak keluarga,
kaum kerabat, sanak sudara yang bertalian oleh turunan (senenek moyang),
sanak saudara yang bertalian oleh perkawinan, orang seisi rumah (anak, bini,
batih).
Oleh Friedman (1992) keluarga diartikan sebagai dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan
yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Lebih
lanjut Friedman mendefinisikan keluarga sebagi suatu sistem sosial yang
hidup dan merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-
individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling
tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai
tujuan tertentu yaitu fungsi keluarga dan tujuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kuntjoro (2002) menyatakan dukungan sosial merupakan bantuan atau
dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam
kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si
penerima merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Orang yang menerima
dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diberikan oleh
orang lain.
Menurut Johnson dan Johnson (2000) dukungan sosial adalah pertukaran
sumber yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan
orang-orang yang mampu diandalkan untuk memberi bantuan, semangat,
penerimaan, dan perhatian.
Lebih lanjut Baron dan Byrne (2003) mengartikan dukungan sosial
sebagai pemberian perasaan nyaman baik secara fisik maupun psikologis oleh
teman atau keluarga atau orang tua kepada seseorang.
Pengertian dukungan sosial keluarga oleh Friedman (1992) diartikan
dengan lebih mengacu pada dukungan sosial yang dipandang oleh anggota
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga.
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti
dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan
sosial keluarga eksternal.
Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dukungan
sosial keluarga adalah pemberian perasaan nyaman baik fisik maupun
psikologis yang berupa pemberian perhatian, rasa dihargai dan dicintai yang
diberikan oleh sanak keluarga, ayah ibu, kaum kerabat, sanak sudara yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bertalian oleh turunan, sanak saudara yang bertalian oleh perkawinan, atau
orang seisi rumah (anak, bini, batih) kepada individu yang bersangkutan.
2. Tipe-tipe Keluarga
Pembagian keluarga berdasarkan tipenya dijelaskan oleh Friedman
(1992), tipe-tipe keluarga tersebut antara lain :
a. Keluarga inti (konjugal)
Keluarga yang menikah, sebagi orang tua, atau pemberian nafkah,
keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak mereka (anak kandung, anak
adopsi, atau keduanya).
b. Keluarga orientasi (keluarga asal/keluarga biologis)
Unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar
Keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah) yang
paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman
keluarga inti. Berikut ini termasuk sanak keluarga (kakek/nenek, tante,
paman, dan sepupu).
Sedangkan tipe-tipe keluarga menurut Masdanang (2008) adalah sebagai
berikut :
a. Keluarga inti (nuclear family), terdiri dari ayah, ibu, dan anak -anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya : nenek, kakak, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family), terdiri atas wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kohabitasi (cohabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan terdapat tipe-tipe
keluarga yaitu keluarga inti, keluarga asal, keluarga besar, keluarga berantai,
keluarga duda/janda, keluarga berkomposisi dan keluarga kohabitasi.
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1992) fungsi-fungsi dasar keluarga berdasarkan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat lebih
luas, meliputi :
a. Keluarga berfungsi sebagai variabel intervensi kritis atau sebagi
perantara, yaitu menanggung semua harapan dan kewajiban masyarakat
serta membentuk dan mengubahnya sampai taraf tertentu sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan kepentingan anggota keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang ada dalam
keluarga dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dimana
keluarga menjadi bagiannya.
Lebih lanjut menurut Friedman (1992) fungsi keluarga berdasarkan
hubungannya dengan kajian dan intervensi keluarga, meliputi :
a. Fungsi afektif
Merupakan fungsi pemeliharaan kepribadian, untuk stabilitas
kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota
keluarga.
b. Sosialisasi dan fungsi penempatan sosial
Untuk sosialiasi primer anak-anak yang bertujuan untuk membuat
mereka menjadi anggota-anggota masyarakat yang produktif, dan juga
sebagi penganugerahan status anggota keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk
keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomis
Untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan
pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif. Keluarga berfungsi
untuk mengatur antara pendapatan dan pengeluaran untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari.
e. Fungsi-fungsi perawatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk pengadaan kebutuhan-kebutuhan fisik, pangan, sandang,
papan dan perawatan kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga memiliki
fungsi untuk memenuhi seluruh kebutuhan setiap anggota keluarga yang
dimilikinya baik kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial.
4. Aspek Dukungan Sosial Keluarga
Menurut Caplan (dalam Friedman, 1992), aspek-aspek dukungan
keluarga meliputi :
a. Dukungan informasional
Keluarga sebagai sebuah kolektor dan disseminator/penyebar
informasi tentang dunia.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber
dan validator identitas anggota. Berupa bantuan berupa penilaian
terhadap baik dan buruknya suatu hal.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.
d. Dukungan emosional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Menurut Smet (1994) aspek dukungan sosial keluarga meliputi empat
hal, yaitu :
a. Dukungan emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap
orang yang bersangkutan (misalnya umpan balik, penegasan). Dukungan
ini dapat dirasakan secara langsung oleh penerimanya berupa perasaan
yang nyaman.
b. Dukungan penghargaan
Dapat diungkapkan dengan hormat (penghargaan) positif untuk
seseorang, dorongan maju, atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu dan perbandingan positif dengan orang lain.
c. Dukungan instrumental
Mencakup bantuan langsung, misalnya seperti memberi pinjaman
uang kepada orang yang sedang membutuhkan dan memberikan
pekerjaan pada waktu seseorang mengalami stres.
d. Dukungan informatif
Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, atau
umpan balik. Dukungan ini akan bermanfaat dengan tepat apabila
terdapat kekurangan pengetahuan dan ketrampilan dan dalam hal yang
sangat tidak pasti bagi seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dukungan
sosial keluarga yang merupakan pendapat dari Smet (1994) lebih mencakup
keseluruhan aspek, yaitu meliputi : dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif
C. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
1. Pengertian Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Sebelum membahas tentang pengertian persepsi terhadap status sosial
ekonomi, pertama akan dibahas terlebih dahulu tentang pengertian persepsi
baru setelah itu dibahas tentang pengertian status sosial ekonomi.
Penjabarannya sebagai berikut :
a. Persepsi
Menurut Sarwono (1999) persepsi adalah proses pencarian informasi
untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah
pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya) dan alat
untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.
Menurut Atkinson (1983) persepi adalah proses dimana seseorang
mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ( seperti seberkas sinar,
sebuah nada murni, atau pola garis hitam putih yang teratur) di dalam
lingkungan. Sedangkan Sarwono dan Eko (2009) mengatakan bahwa
persepsi merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan
pengaturan informasi indrawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Suharman (2005) lebih lanjut menyatakan persepsi merupakan suatu
proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh
melalui system alat indera manusia. Sedangkan Solso (2007) mengatakan
persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian
terhadap informasi sensorik, mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita
indera.
Sedangkan Rakhmat (1999) mengatakan persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, memberikan makna
pada stimuli inderawi (sensory stimuli).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, persepsi adalah proses
penafsiran, pemilihan, dan pemaknaan terhadap informasi yang pada
akhirnya akan mampu dipahami oleh individu sebagai sesuatu yang
bermakna.
b. Status Sosial Ekonomi
Oleh Soekanto (1982) kedudukan atau status sosial diartikan sebagai
tempat seseorang secara umum di dalam masyarakat sehubungan dengan
orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestignya dan hak-
hak serta kewajibannya.
Friedman (1992) menyatakan bahwa status ekonomi adalah sebuah
komponen kelas sosial yang mengacu pada tingkat pendapatan keluarga
dan sumber pendapatan. Pendapatan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keluarga dan sumber-sumber pribadi seperti pensiun dan bantuan-bantuan
(nonpublik), sementara penghasilan yang sebagian berasal dari bantuan-
bantuan umum atau pengangguran umumnya bersifat marginal, tidak
stabil, atau benar-benar tidak memadai. Jumlah penghasilan yang tidak
mencukupi atau terlalu rendah menyebabkan kebutuhan-kebutuhan pokok
tidak terpenuhi.
Menurut Rusmawanti (2006) status sosial ekonomi adalah kedudukan
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain atau masyarakat
mengenai kehidupan sehari-hari dan cara mendapatkannya serta usaha
memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Wahyunadi (2003) mengartikan status sosial ekonomi sebagai tingkat
kemampuan pencapaian pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas.
Santrock (2007) mendefinisikan status sosial ekonomi sebagai
pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik
pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukkan
ketidaksetaraan tertentu. Ketidaksetaraan pada individu tersebut dapat
dilihat dari pekerjaannya (orang dengan pekerjaan berstatus tinggi
memiliki akses yang lebih besar dari pada yang lain), tingkat pendidikan
(individu yang memiliki pendidikan yang lebih baik memiliki akses yang
lebih tinggi dibanding orang lain), sumber daya ekonomi yang berbeda,
dan tingkat kekuasaan untuk memengaruhi institusi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
status sosial ekonomi adalah tempat atau kedudukan individu dalam suatu
kehidupan bermasyarakat yang berhubungan dengan orang lain dalam
masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan serta sumbernya dan
penghasilan yang diperoleh individu untuk memenuhi kebutuhannya,
dimana tingkatan-tingkatan tersebut berbeda pada tiap-tiap individu sesuai
dengan pekerjaan, pendidikan, dan ekonominya.
c. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Berdasarkan pengertian tentang persepsi dan status sosial ekonomi
diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap status sosial ekonomi
adalah proses penafsiran, pemilihan, dan pemaknaan terhadap informasi
yang berupa kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat yang
dibedakan berdasarkan jumlah atau tingkat pendapatan atau penghasilan
yang didapat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, begitu juga tentang
kedudukannya di dalam masyarakat berdasar pekerjaan dan
pendidikannya, yang pada akhirnya akan mampu dipahami oleh individu
sebagai sesuatu yang bermakna.
2. Aspek Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Sebelum dijabarkan tentang aspek persepsi terhadap status sosial ekonomi,
maka akan dijabarkan terlebih dahulu tentang aspek persepsi dan aspek status
sosial ekonomi sebagai berikut :
a. Aspek Perspesi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Walgito (2004) menyebutkan aspek persepsi berdasarkan kemampuan
jiwa sebagai berikut :
1) Kognisi, yang berhubungan dengan pengenalan
2) Emosi, yang berhubungan dengan perasaan
3) Konasi, yang berhubungan dengan motif.
Berdasarkan proses terjadinya persepsi, Sobur (2003)
mengelompokkan persepsi menjadi tiga aspek, yaitu :
1) Aspek kognitif, merupakan aspek yang tersusun atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek
yang dipersepsi.
2) Aspek afektif, afektif berhubungan dengan perasaan seseorang, yaitu
perasaan senang dan tidak senang.
3) Aspek konatif, berhubungan dengan tingkah laku seseorang yang
berhubungan dengan obyek yang dipersepsikannya.
Berdasarkan pendapat dari Walgito (2004) di atas maka dapat
disimpulkan aspek persepsi adalah kognisi, emosi dan konasi.
b. Aspek Status Sosial Ekonomi
Friedman (1992) mengatakan status sosial ekonomi keluarga dapat
dilihat dari :
1) Tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan
Menurut Rusmawati (2006) tingkat pendapatan seseorang di bagi
menjadi 3 yaitu : golongan miskin (miskin rendah : kurang dari Rp
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200.000,00 dan miskin tinggi : Rp 200.000,00 – Rp 500.000,00),
golongan menengah (rendah : Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 dan
tinggi : Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00) serta golongan tinggi
(rendah : Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00 dan tinggi : lebih dari
Rp 2.000.000,00).
2) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu unit kegiatan yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang di suatu tempat untuk menghasilkan barang
atau jasa.
3) Pendidikan anggota keluarga yang sudah dewasa
Pendidikan diukur berdasarkan pengalaman pendidikan rendah
yaitu mereka yang lulus SLTP atau sederajat dan pendidikan tinggi
yaitu mereka yang lulus sekolah lanjutan atas atau perguruan tinggi.
Aspek status sosial ekonomi menurut Wahyunadi (2003) dapat dilihat
dari empat hal, yaitu :
1) Pekerjaan orang tua
Pekerjaan yang dimiliki orang tua akan mempengaruhi sumber
pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota
keluarga setiap harinya.
2) Kondisi rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kondisi sosial ekonomi yang tampak kasat mata dapat dilihat dari
kondisi bangunan rumah. Ada 3 kategori kondisi bangunan rumah,
yaitu :
a) Permanen
Adalah bangunan yang seluruh dindingnya terbuat dari bata,
diplester atau disemen, atapnya menggunakan genting atau asbes,
lantainya dari semen, tegel atau keramik, dan bangunan rumah
terbagi menjadi beberapa ruangan (minimal ruang tamu, kamar
tidur, dapur dan kamar mandi serta kakus).
b) Semi permanen
Adalah bangunan yang setengah atau seperempat dindingnya
terbuat dari batu bata, sisanyanya terbuat dari anyaman bambu
(gedek) atau tripleks, atapnya menggunakan genting atau asbes,
lantainya semen atau tanah yang dikeraskan, bangunan rumah
terbagi menjadi beberapa ruangan (minimal ruang tamu, kamar
tidur, dapur dan kamar mandi serta kakus sendiri). Ada juga yang
tidak mempunyai kamar mandi sendiri dan sebagai gantinya
menggunakan kamar mandi dan kakus umum.
c) Tidak permanen
Adalah bangunan yang seluruh dindingnya terbuat dari anyaman
bambu (gedek) atau potongan-potongan tripleks, atau seluruh
dindingnya terbuat dari bata namun tidak disemen sehingga
kelihatan rapuh dan banyak semen perekat bangunan yang rontok,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atapnya terbuat dari genting atau plastik atau papan, hanya terdiri
satu ruangan yang berfungsi untuk ruang tamu dan kamar tidur,
dapur, kamar mandi, dan kakusnya biasanya berada di luar.
3) Peralatan rumah tangga yang dimiliki
Kondisi peralatan rumah tangga dikategorikan menjadi baik,
kurang baik dan buruk. Kondisi peralatan yang dikatakan baik apabila
peralatan tersebut masih berfungsi dengan baik, bagian atau
komponen peralatan masih utuh, warna atau catnya masih tampak
jernih dan bentuknya masih utuh. Misalnya seperti almari, meja, radio,
TV, peralatan elektronik lainnya, dan juga kendaraan yang dimiliki.
4) Tampilan fisik setiap anggota keluarga
Kondisi fisik dilihat dari kondisi kulit, mata, dan gigi yang
dikategorikan menjadi baik, kurang baik dan tidak baik. Tampilan
fisik juga dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan.
Selain itu Gerungan (2004) mengemukakan bahwa yang menjadi
kriteria tinggi rendahnya status sosial ekonomi masyarakat antara lain :
tempat tinggal (rumah), penghasilan keluarga, dan beberapa kriteria lain
yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek status sosial
ekonomi berdasarkan pendapat Wahyunadi (2003) yaitu pekerjaan orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tua, kondisi rumah, peralatan rumah tangga yang dimiliki, tampilan fisik
anggota keluarga.
c. Aspek Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Berdasarakan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek
persepsi terhadap status sosial ekonomi dapat dilihat dari bagaimana
seseorang memberikan tanggapan secara kognitf, afektif, dan konatif, yang
dapat terlihat pada saat individu tersebut berfikir dan merasakan lalu
menunjukkannya dalam sikap dan perilakunya tentang keadaan pekerjaan
orang tuanya, tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatannya,
pendidikan anggota keluarganya, kondisi rumahnya, peralatan rumah
tangga yang dimilikinya, dan tampilan fisik setiap anggota keluarganya.
3. Tipe-tipe Keluarga Berdasar Status Sosial Ekonomi
Warner dan Langman (dalam Friedman, 1992) mengelompokan kelas
sosial keluarga menjadi enam kelas, yaitu :
a. Keluarga kelas atas-atas
Keluarga yang telah memiliki kekayaan selama dua generasi
digolongkan dalam kelas kelompok keluarga kelas atas yang telah
terbentuk (atas-atas), sedangkan keluarga yang baru saja menjadi kaya
dikelompokkan dalam kelas orang kaya baru (bawah-atas).
b. Keluarga kelas atas-bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Orang kaya yang memiliki pertalian persaudaraan dengan keluarga
kelas atas-atas, tetapi mereka kurang memiliki sejarah yang panjang
tentang prestise, kekuasaan dan riwayat keluarga.
c. Keluarga kelas menengah-atas
Kelas ini terdiri dari kaum professional dalam bidang hukum, akuntan,
dokter; bisnisman tingkat tinggi; manajemen kelas menengah di
perusahaan, pengusaha yang berhasil, para professional dalam bidang
pelayanan di universitas, pekerja dibidang kesehatan mental, administrator
dalam bidang pelayanan sosial organisasi pemerintahan.
d. Keluarga kelas menengah-bawah
Kelas ini terdiri dari usahawan-usahawan kecil, pekerja klerk, pekerja
kerah putih tingkat rendah. Fungsionaris birokrasi, dan tenaga penjualan.
Kelas keluarga ini cenderung stabil meskipun ada masalah-masalah yang
menyangkut ekonomi dan pendidikan anak.
e. Keluarga kelas pekerja
Keluarga kerah putih atau keluarga pekerja umumnya datang dari latar
belakang pedesaan yang pindah ke kota. Kelas ini terdiri dari pekerja
terampil, pekerja semi terampil di pabrik, pekerja pelayan, sejumlah
pedagang kecil yang memiliki pekerjaan tetap meskipun kadang kali tidak
dibayar dengan baik.
f. Keluarga kelas bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keluarga kelas bawah adalah keluarga yang berada pada garis
kemiskinan, dengan tingkat kemiskinan yang beragam. Keluarga kelas
bawah ini tinggal dikota, tempat tinggal mereka adalah daerah kumuh,
biasanya rumah tua, bobrok, bangunannya diubah menjadi apartemen-
apartemen kecil.
Iman (2005) mengelompokkan masyarakat atau keluarga berdasar
penggunaan belanja rutin bulanan, status sosial ekonomi masyarakat atau
keluarga dibagi dalam beberapa kelas, sebagai berikut :
1) A1 (Rp 2,25 juta ke atas),
2) A2 (Rp 1,75 juta – Rp 2,25 juta),
3) B (Rp 1,25 juta – Rp 1,75 juta),
4) C1 (Rp 800 ribu – Rp 1,25 juta),
5) C2 (Rp 600 ribu – Rp 800 ribu),
6) D (Rp 400 ribu – Rp 600 ribu),
7) E (Rp 400 ribu ke bawah).
Badan Pusat Statistik (2010) menyatakan penduduk dalam kategori
miskin dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah
garis kemiskinan. Garis kemiskinan pada tahun 2009 sampai tahun 2010
berada pada kisaran dari Rp200.262,00 perkapita perbulan sampai
Rp211.726,00 perkapita per bulan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe keluarga
berdasar status sosial ekonomi menurut Warner dan Langman (dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Friedman, 1992) terdiri dari : keluarga kelas atas-atas, keluarga kelas atas-
bawah, keluarga kelas menengah-atas, keluarga kelas menengah-bawah,
keluarga kelas pekerja dan keluarga kelas bawah.
D. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap
Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri
1. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap
Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri
Manusia adalah makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri di dunia
ini, keberadaannya di dunia selalu membutuhkan orang lain. Seperti yang
dikatakan oleh Kuntjoro (2002) bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak
dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang,
pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan)
dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan
religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika
orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada
saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang
di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai.
Tambunan (2001) mengatakan bahwa keluarga menjadi struktur sosial
yang penting karena interaksi antar anggota keluarga terjadi di sini. Perilaku
seseorang di dalam keluarga dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga
yang lainnya. Dalam keluarga seseorang dapat merasakan dirinya dicintai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diinginkan, diterima dan dihargai, yang pada akhirnya membantu dirinya
untuk lebih dapat menghargai dirinya sendiri. Situasi keluarga yang tidak
bahagia kurang dapat menghasilkan pribadi yang memiliki harga diri yang
positif. Kebahagiaan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya
hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, baik hubungan antara orang
tua dan anak maupun hubungan antara anak dengan saudaranya.
Menurut Jacinta (2001), level dan kestabilan harga diri pada anak
ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil persepsi mereka terhadap
berbagai aspek yang terkait dalam hubungan komunikasi orangtua dengan
anak, hal tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan Anita Brown
dkk. dari University of Georgia. Dibandingkan dengan anak-anak yang
memiliki harga diri yang stabil, anak-anak dengan harga diri yang tidak stabil
melaporkan bahwa orangtuanya ternyata suka mengkritik, mengontrol secara
berlebihan, dan kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan
oleh anaknya. Sementara itu, anak-anak dengan harga diri rendah melaporkan
bahwa orangtuanya lebih banyak mengkritik, mengawasi dengan ketat dan
kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan anaknya dalam
rentang waktu yang cukup lama dibandingkan dengan anak-anak yang
memiliki harga diri tinggi. Sementara itu, ayah (orangtua) dari anak-anak
yang memiliki harga diri tinggi dianggap memiliki kemampuan khusus dalam
memecahkan masalah atau persoalan hidup.
Branden (1999) berpendapat bahwa seseorang lebih mencari dan
menciptakan hubungan-hubungan yang ramah daripada hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendatangkan permusuhan, kebalikan dari diri yang rendah harga dirinya,
yang selalu berakhir dalam hubungan permusuhan. Hubungan-hubungan
individu yang memiliki harga diri yang kokoh dapat diketahui dari tingkat
kebaikan, penghormatan yang lebih tinggi daripada rata-rata dan dari
martabat yang saling mendukung satu sama lain. Bersikap apa adanya selain
menghargai diri sendiri juga memberi kepuasan dalam menjalin hubungan
dengan orang lain.
Berkaitan dengan fungsi suatu keluarga Friedman (1992) menyatakan
keluarga berfungsi menstabilisasikan kehidupannya yaitu memenuhi
kebutuhan kasih sayang, sosial ekonomi, kebutuhan seksual, keluarga juga
memberikan perawatan fisik, dan perhatian emosional serta mengarahkan
perkembangan kepribadian.
Menurut Gerungan (2004) keadaan sosioekonomi keluarga tentulah
berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, perlu perhatikan bahwa
dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi
anak di dalam keluarganya itu lebih luas, anak mendapatkan kesempatan yang
lebih luas untuk menggembangan bermacam-macam kecakapan uang tidak
dapat dikembangkan apabila tidak ada prasarananya. Hubungan orang tuanya
hidup dalam status sosial ekonomi serba cukup dan kurang mengalami
tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya
yang memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya oleh Smet (1994) dikatakan bahwa dukungan instrumental
akan lebih efektif untuk kesukaran seperti kemiskinan. Dukungan
instrumental yang dimaksutkan disini adalah dukungan berupa materi yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga.
Seseorang yang berasal dari status sosial ekonomi rendah memiliki kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut pendapat Friedman (1992) bahwa tekanan ekonomi diakaitkan
dengan rendahnya tingkat stabilitas keluarga, penyesuaian dalam perkawinan,
koping keluarga, keterikatan keluarga, komunikasi dalam perkawinan dan
hubungan keluarga yang harmonis. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang
menguntungkan dapat menjadi pencetus timbulnya masalah dalam keluarga.
Lebih lanjut Coopersmith (1967) mengasumsikan bahwa anak-anak dari
status keluarga yang tinggi lebih terampil untuk meningkatkan keuntungan
secara signifikan dan untuk menerima perawatan yang lebih terhormat.
Keadaan seseorang yang berasal dari status sosial tinggi akan berbeda dengan
kondisi seseorang yang berasal dari kondisi status sosial yang rendah.
Peranan ayah sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan anggota
keluarganya, pekerjaan ayah, dan penghasilnya menjadi penunjang kehidupan
keluarga. Selain pekerjaan ayah yang menjadi tonggak kehidupan keluarga,
pekerjaan ayah juga mempengaruhi harga diri anaknya, sesuai yang dikatakan
Coopersmith (1967) bahwa ayah yang berada di status sosial di atas rata-rata,
memilik anak yang lebih tinggi harga dirinya, misalnya ayah terlibat atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bekerja dalam managerial, professional dan dalam aktifitas wirausaha. Begitu
juga sebaliknya bahwa anak yang ayahnya tidak bekerja merasakan atau
memiliki harga diri yang lebih rendah.
Menurut pendapat Friedman (1992) keluarga berfungsi sebagai titik tolak
penilaian tingkal laku dan memberikan definisi-definisi dasar sehat dan sakit
maka keluarga mempengaruhi persepsi-persepsi individu. Keluarga juga
mempengaruhi individu dalam memberikan persepsi terhadap suatu hal.
Berdasarkan penjabaran dari beberapa ahli di atas, dukungan sosial
keluarga sangat berarti dalam pembentukan harga diri individu. Dukungan
sosial keluarga yang positif berupa pemberian kasih sayang, penerimaan,
perhatian akan membuat seseorang memiliki harga diri yang tinggi. Begitu
pula sebaliknya bahwa seseorang yang kurang mendapat atau bahkan tidak
mendapat dukungan dari keluarganya akan cenderung memiliki harga diri
yang rendah. Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan dalam mendukung
kondisi status sosial ekonomi keluarganya, dengan adanya dukungan keluarga
akan mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Selanjutnya kondisi
sosial ekonomi seseorang juga sangat mempengaruhi tingkat harga diri
seseorang. Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi juga
memiliki harga diri yang tinggi pula, begitupun sebaliknya.
2. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga Diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Tambunan (2001), yang mempengaruhi perkembangan harga
diri adalah hubungannya dengan orang lain, terutama significant others
seperti orang tua, saudara kandung dan teman-teman dekat. Diantara struktur
sosial yang ada, keluarga merupakan hal yang paling penting, karena keluarga
merupakan lingkungan yang paling dekat, baik secara fisik maupun dukungan
sosial. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama ditemui oleh individu
dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang
manusia.
Manusia adalah mahkluk yang tidak bisa hidup sendiri, karena menurut
Atkinson (1983) manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan
dukungan, rasa senang, rasa tentram yang diberikan orang lain. Dengan
memusatkan semua perhatian pada masalahnya sendiri akan mengakibatkan
keasyikan diri. Dengan berbagai perhatian pada orang lain seringkali akan
membantu seseorang memandang masalah dengan perspektif yang lebih jelas.
Selain itu, dengan memperhatikan kesejahteraan orang lain - yang mungkin
saja mengalami kesulitan dan kesepian - dapat menguatkan perasaan harga
diri.
Oleh Friedman (1992) keluarga dinilai sebagai konteks yang paling vital
bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, keluarga memiliki
pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukkan identitas seorang
individu dan perasaan harga diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Smet (1994) menyatakan bahwa perbandingan positif seseorang dengan
orang lain, misalnya seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih
buruk keadaannya akan menambah penghargaan pada dirinya sendiri. Dalam
hal ini adalah perbandingan seseorang dengan orang lain yang lebih rendah
atau lebih kurang beruntung keadaannya dari pada dirinya sendiri akan
mampu membuat individu lebih menghargai dirinya sendiri.
Menurut Friedman (1992) citra diri individu dan perasaan memiliki dari
individu diperoleh lewat interaksi dengan keluarganya. Keluarga bertindak
sebagai sumber utama dari cinta, persetujuan, penghargaan, dan dukungan.
Anggota keluarga membagi tugas-tugas untuk memenuhi kebutuhan satu
sama lain demi persahabatan, cinta dan dukungan. Adanya dukungan sosial
yang baik dalam keluarga tercermin dari adanya saling memberi dan saling
menerima dukungan baik fisik maupun psikologis bagi setiap anggota
keluarga.
Keluarga memiliki banyak fungsi, salah satunya menurut Friedman
(1992) adalah fungsi afektif keluarga yang meliputi persepsi keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga, dengan fungsi ini maka keluarga
menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama yaitu membentuk sifat-
sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin hubungan secara akrab dan harga diri. Secara umum
dapat dilihat bahwa seseorang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat
suportif kondisinya jauh lebih daripada seseorang yang tidak memiliki
keuntungan ini. Akan terdapat perbedaan antara individu yang mendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dukungan sosial yang baik dengan individu lain yang tidak mendapat
dukungan.
Berdasarkan uraian diatas, dukungan sosial keluarga adalah dukungan
yang berasal dari keluarga, apabila seseorang mendapatkan dukungan sosial
tersebut maka akan memiliki harga diri yang lebih tinggi dari pada orang lain
yang tidak mendapat dukungan sosial dari keluarganya.
3. Hubungan antara Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan
Harga Diri
Menurut Coopersmith (1967) harga diri berhubungan dengan aspirasi dan
pengaharapan, penyeleksian persepsi dan memori, keteguhan dan
kemandirian penilaian, dan kemampuan menghubungkan dengan kenyataan.
Seseorang yang memiliki perbedaan pada harga dirinya akan berbeda pula
dalam mempersepsikan sesuatu.
Penelitian yang dilakukan oleh Bruner dan Goodman (dalam Rakhmat,
1999) dalam penelitian tersebut terdapat dua kelompok anak yang disuruh
untuk mengukur bermacam-macam uang recehan. Kelompok anak-anak yang
miskin cenderung memberikan ukuran uang yang lebih besar daripada
kelompok anak-anak kaya. Ini menunjukkan bahwa nilai sosial satu objek
bergantung pada kelompok sosial yang menilai. Adanya perbedaan status
sosial ekonomi dari individu akan memberikan perbedaan penilaian pada
setiap orang, baik itu penilaian terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap hal
yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Gerungan (2004) anak-anak dengan latar belakang sosial
ekonomi yang rendah, yaitu bahwa anak-anak itu lebih cepat menyesuaikan
dirinya dengan sebuah tugas pekerjaan yang baru daripada anak-anak dari
latar belakang sosial ekonomi yang mencukupi. Kemampuan penyesuain diri
tersebut berhubungan dengan tingkat harga diri seseorang.
Penelitian yang dilakukan Coopersmith (1967) bahwa pekerjaan ayah
dan penghasilannya merupakan sumber utama bagi status ekonomi keluarga,
akan tetapi banyak pula ditemui banyak wanita atau isteri yang bekerja. Pada
wanita atau isteri pada tingkat status sosial yang di atas rata-rata bekerja
karena alasan intelektual dan kepuasan diri sendiri, pada wanita atau isteri
pada status sosial rata-rata bekerja untuk meningkatkan standar
kehidupannya, sedangkan pada wanita yang berada pada status sosial di
bawah rata-rata bekerja untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar untuk
hidup. Dari hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa orang tua yang bekerja,
dalam hal ini adalah ayah dan ibu akan mempengaruhi harga diri anak-
anaknya. Anak yang memiliki orang tua yang bekerja cenderung memiliki
harga diri yang lebih tinggi dari pada anak yang memiliki orang tua
pengangguran.
Oleh Coopersmith (1967) dikatakan bahwa kelas sosial memberi
pengaruh yang positif pada harga diri, seseorang yang memiliki status sosial
yang tinggi atau rata-rata lebih memiliki harga diri yang lebih tinggi
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki status sosial rata-rata atau
kelas pekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Uraian di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki
perbedaan pada harga diri akan berbeda pula dalam mempersepsikan sesuatu.
Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung
memiliki harga diri yang lebih tinggi dari pada seseorang yang memiliki
status sosial yang lebih rendah. Pekerjaan orang tua juga mempengaruhi
harga diri pada anak-anaknya. Persepsi seseorang terhadap status sosial
ekonominya akan berbeda-beda.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara keseluruhan hubungan antara
dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan
harga diri dapat digambarkan sebagai berikut :
2
1
3
Gambar 1Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan
Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri
Keterangan :anak panah nomer 1 : hipotesis 1anak panah nomer 2 : hipotesis 2anak panah nomer 3 : hipotesis 3
Dukungan Sosial Keluarga
Persepsi terhadap Status
Sosial Ekonomi
Harga Diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap
status sosial ekonomi dengan harga diri.
2. Ada hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri.
3. Ada hubungan positif antara persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan
harga diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang ada pada penelitian ini terdiri dari variabel tergantung dan
variabel bebas, sebagai berikut :
1. Variabel tergantung: Harga Diri
2. Variabel bebas :
a. Dukungan sosial keluarga
b. Persepsi terhadap status sosial ekonomi
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian atau evaluasi kognitif dan afektif yang dibuat
tentang diri sendiri, yang dapat bersifat positif dan negatif dalam segala
bidang kehidupan yang diekspresikan dalam tingkah laku yang ditujukan
untuk dirinya sendiri. Skala Harga Diri yang disusun dalam penelitian ini
berdasarkan aspek-aspek harga diri yang dikemukakan oleh Coopersmith
(1967) yaitu meliputi : self values, leadership-popularity, family parents, dan
achievement. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin
tinggi harga diri subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh subjek berarti semakin rendah harga diri subjek.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Dukungan Sosial Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah pemberian perasaan nyaman baik fisik
maupun psikologis yang berupa pemberian perhatian, rasa dihargai dan
dicintai yang diberikan oleh sanak keluarga, ayah-ibu, kaum kerabat, sanak
saudara yang bertalian oleh turunan, sanak saudara yang bertalian oleh
perkawinan, atau orang seisi rumah (anak, bini, batih) kepada individu yang
bersangkutan. Skala Dukungan Sosial Keluarga disusun berdasarkan aspek-
aspek dukungan sosial keluarga yang dikemukakan oleh Smet (1994) yaitu
meliputi: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dan dukungan informatif. Semakin tinggi skor yang diperoleh
subjek berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diterima subjek,
demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti
semakin rendah dukungan sosial keluarga yang diterima subjek.
3. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Persepsi terhadap status sosial ekonomi adalah proses penafsiran,
pemilihan, dan pemaknaan terhadap informasi yang berupa kedudukan
seseorang dalam suatu masyarakat yang dibedakan berdasarkan jumlah atau
tingkat pendapatan atau penghasilan yang didapat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, begitu juga tentang kedudukannya dalam masyarakat
berdasar pekerjaan dan pendidikannya, yang pada akhirnya akan mampu
dipahami oleh individu sebagai sesuatu yang bermakna. Skala Persepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terhadap Status Sosial Ekonomi disusun berdasarkan gabungan dari aspek-
aspek persepsi dan aspek-aspek status sosial ekonomi. Aspek-aspek persepsi
yang dikemukan oleh Walgito (2004), meliputi kognisi, emosi, dan konasi,
sedangkan aspek-aspek status sosial ekonomi merupakan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Wahyunadi (2003), meliputi pekerjaan orang tua, kondisi
rumah, peralatan rumah tangga yang dimiliki, dan tampilan fisik setiap
anggota keluarga.
Aspek persepsi terhadap status sosial ekonomi dapat dilihat dari
bagaimana seseorang memberikan tanggapan secara kognitf, afektif, dan
konatif, yang dapat terlihat pada saat individu tersebut berpikir dan
merasakan, lalu menunjukkannya dalam sikap dan perilakunya tentang
keadaan pekerjaan orang tuanya, kondisi rumahnya, peralatan rumah tangga
yang dimilikinya, dan tampilan fisik setiap anggota keluarganya. Semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi persepsi terhadap
status sosial ekonomi, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh subjek berarti semakin rendah persepsi terhadap status sosial
ekonomi.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan yang dibina di
LSK Bina Bakat Surakarta sebanyak 36 anak.
Pemilihan rumah singgah tersebut sebagai lokasi penelitian dengan
pertimbangan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. LSK Bina Bakat tersebut merupakan rumah binaan anak
jalanan dan sudah lama berdiri.
b. Jumlah anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat
tersebut memenuhi syarat untuk penelitian, yaitu syarat minimalnya 30 orang
(Azwar, 2003).
c. Kondisi anak jalanan yang di bina di LSK Bina Bakat
tersebut masih tinggal bersama keluarga, mampu membaca, dan mampu
menulis.
d. Usia anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat
Surakarta sesuai dengan kriteria anak jalanan yaitu usia 6-21 tahun.
e. Adanya ijin yang diperoleh untuk mengadakan penelitian
di LSK Bina Bakat tersebut.
Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel karena
jumlah anak-anak jalanan di LSK Bina Bakat terlalu sedikit, sehingga penelitian
ini disebut penelitian populasi. Peneliti memberikan Skala Harga Diri, Dukungan
Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi pada sampel
penelitian. Sehubungan jumlah populasi yang terbatas, maka penelitian ini
menggunakan try out terpakai. Alasan lain penggunaan try out terpakai adalah
kondisi keberadaan anak jalanan yang masih berpindah-pindah, anak jalanan
tersebut masih hidup di jalanan, walaupun pada kenyataannnya anak jalanan
tersebut masih dibina di LSK Bina Bakat. Anak jalanan tersebut dapat keluar
masuk rumah singgah tersebut dengan leluasa, tanpa dilarang maupun dipaksa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber data
Penelitian ini menggunakan data primer, yang diperoleh dari sumber
pertama. Data tersebut berupa respons atau tanggapan dari pernyataan yang
diajukan peneliti dalam tiga skala penelitian yang digunakan yaitu Skala
Harga Diri, Skala Dukungan Sosial Keluarga, dan Skala Persepsi terhadap
Status Sosial Ekonomi.
2. Metode pengumpulan data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan dalam
penelitian ini adalah skala sikap dengan model skala Likert untuk
mengungkap harga diri, dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap
status sosial ekonomi. Skala-skala ini semuanya menggunakan skala model
Likert yang dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban yaitu pernyataan
favorable skornya 4 untuk Sangat Sesuai (SS), 3 untuk Sesuai (S), 2 untuk
Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor
pernyataan unfavorable adalah 1 untuk Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai
(S), 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS).
Pilihan jawaban dalam skala Likert ini menggunakan empat alternatif
jawaban, tidak menggunakan alternatif jawaban ragu-ragu, karena jawaban
tersebut merupakan jawaban yang mengambang atau tidak berpendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(netral merupakan kecenderungan subjek untuk memilihnya), sehingga hal ini
sedapat mungkin dihindari (Azwar, 2003)
a. Skala Harga Diri
Skala Harga Diri yang disusun merupakan skala yang disusun
sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek harga diri yang
dikemukakan oleh Coopersmith (1967), yaitu meliputi :
1) Self values
Merupakan pertimbangan seseorang tentang harga yang
dimilikinya dalam syarat nilai dan standar ideal dirinya yang relevan
dan berguna atau bermanfaat untuk dirinya. Nilai yang diyakini oleh
individu sesuai dengan dirinya.
2) Leadership-popularity
Leadership berhubungan dengan kemampuan memimpin
seseorang, seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi akan
cenderung mampu untuk menjadi pemimpin. Popularitas merupakan
indikator manifestasi dari sukses pada seseorang, karena tingkatan
sukses seseorang berhubungan dengan harga dirinya, semakin sukses
seseorang maka harga dirinya semakin tinggi. Popularitas
diasosiasikan dalam ekspresi percaya diri, persepsi diri, dan
persahabatan yang baik.
3) Family parents
Keluarga memiliki peran yang besar dalam pembentukan harga
diri anak, orang tua yang terdiri atas ayah dan ibu memiliki peran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang besar. Keluarga yang memberikan penilaian dan pengetahuan
pertama kali bagi individu.
4) Achievement
Prestasi yang dimiliki individu tercermin dalam kemampuan
yang dimilikinya, seseorang dengan harga diri yang tinggi memiliki
kepercayaan diri dengan kemampuannya untuk bergabung dalam
kegiatan.
Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 32 butir, yang terdiri atas 16
aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Harga
Diri dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1Blue Print Skala Harga Diri
No Aspek Indikator Perilaku No. Item JumlahF (%)F UF
1. Self values
a. Memiliki nilai dan standar ideal yang relevan.
b. Berguna atau bermanfaat untuk dirinya sendiri.
1,9,17,25
5,13,21,29 8 (25)
2. Leadership-popularity
a. Mampu untuk menjadi pemimpin bagi orang lain.
b. Memiliki perasaan sukses pada diri sendiri.
2,10,18,26
6,14,22,30 8 (25)
3. Family parentsa. Orang tua berperan dalam
pembentukan harga diri.3,11,19,27
7,15,23,31 8 (25)
4. Achievement
a. Memperoleh prestasi atas kemampuan yang dimiliki.
b. Mampu bergabung dalam suatu kegiatan.
4,12,20,28
8,1624,32 8 (25)
Jumlah 16 16 32(100)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Skala Dukungan Sosial Keluarga
Skala Dukungan Sosial Keluarga disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial keluarga oleh Smet (1994),
yaitu meliputi :
1) Dukungan emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap
orang yang bersangkutan (misalnya umpan-balik, penegasan).
Dukungan ini dapat dirasakan secara langsung oleh penerimanya
berupa perasaan yang nyaman. Keluarga sebagai tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi.
2) Dukungan penghargaan
Dapat diungkapkan dengan hormat (penghargaan) positif untuk
seseorang, dorongan maju, atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu dan perbandingan positif dengan orang lain.
3) Dukungan instrumental
Mencakup bantuan langsung, misalnya seperti memberi
pinjaman uang kepada orang yang sedang membutuhkan dan
memberikan pekerjaan pada waktu seseorang mengalami stres.
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.
4) Dukungan informatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mencakup memberi nasihat, petunjuk-petunjuk, saran-saran,
atau umpan balik. Dukungan ini akan bermanfaat dengan tepat
apabila terdapat kekurangan pengetahuan dan ketrampilan serta
dalam hal yang sangat tidak pasti bagi seseorang. Keluarga sebagai
sebuah kolektor dan disseminator/penyebar informasi tentang dunia.
Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 32 butir, terdiri atas 16 aitem
favorable dan 16 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Dukungan
Sosial Keluarga dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2Blue Print Skala Dukungan Sosial Keluarga
No Aspek Indikator Perilaku No. Item JumlahF (%)F UF
1. Dukungan emosional
a. Memperoleh dukungan empati dari keluarga
b. Dipedulikan oleh keluargac. Memperoleh perhatian dari
keluarga.
1,5,11,16
6,21,25,29 8 (25)
2. Dukungan penghargaan
a. Memperoleh penghargaan positif
b. Memperoleh dorongan maju dan persetujuan
c. Merasakan perasaan dan perbandingan positif dengan orang lain dari keluarga.
2,12,15,17
7,22,26, 30 8 (25)
3. Dukungan instrumental
Mendapat bantuan langsung, misalnya seperti uang, pakaian, dan waktu (dukungan berupa barang).
3,13,18,20
8,23,27, 31 8 (25)
4. Dukungan informatif
a. Mendapat nasihatb. Mendapat petunjuk-
petunjukc. Mendapat saran-
saran/umpan-balik dari keluarga.
4,10,14,19
9,24,28, 32 8 (25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah 16 16 32(100)
c. Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi yang disusun sendiri
oleh peneliti berdasarkan gabungan dari aspek-aspek persepsi dan aspek-
aspek status sosial ekonomi. Adapun aspek-aspek persepsi yang
dikemukan Walgito (2004), yaitu kognisi, emosi, dan konasi, sedangkan
aspek status sosial ekonomi dikemukakan yang oleh Wahyunadi (2003)
yaitu :
1) Pekerjaan orang tua
Pekerjaan merupakan suatu unit kegiatan yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang di suatu tempat untuk menghasilkan barang
atau jasa. Pekerjaan yang dimiliki orang tua akan mempengaruhi
sumber pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup
anggota keluarga setiap harinya.
2) Kondisi rumah
Kondisi sosial ekonomi yang tampak kasat mata dapat dilihat dari
kondisi bangunan rumah. Ada 3 kategori kondisi bangunan rumah,
yaitu :
d) Permanen
Adalah bangunan yang seluruh dindingnya terbuat dari bata,
diplester atau disemen, atapnya menggunakan genting atau asbes,
lantainya dari semen, tegel atau keramik dan bangunan rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbagi menjadi beberapa ruangan (minimal ruang tamu, kamar
tidur, dapur, dan kamar mandi serta kakus).
e) Semi permanen
Adalah bangunan yang setengah atau seperempat dindingnya
terbuat dari batu bata, sisanyanya terbuat dari anyaman bambu
(gedhek) atau tripleks, atapnya menggunakan genting atau asbes,
lantainya semen atau tanah yang dikeraskan, bangunan rumah
terbagi menjadi beberapa ruangan (minimal ruang tamu, kamar
tidur, dapur dan kamar mandi serta kakus sendiri). Ada juga yang
tidak mempunyai kamar mandi sendiri dan sebagai gantinya
menggunakan kamar mandi dan kakus umum.
f) Tidak permanen
Adalah bangunan yang seluruh dindingnya terbuat dari anyaman
bambu (gedhek) atau potongan-potongan tripleks, atau seluruh
dindingnya terbuat dari bata namun tidak disemen sehingga
kelihatan rapuh dan banyak semen perekat bangunan yang rontok,
atapnya terbuat dari genting atau plastik atau papan, hanya terdiri
satu ruangan yang berfungsi untuk ruang tamu dan kamar tidur,
dapur, kamar mandi, dan kakusnya biasanya berada di luar.
3) Peralatan rumah tangga yang dimiliki
Kondisi peralatan rumah tangga dikategorikan menjadi baik,
kurang baik, dan buruk. Kondisi peralatan yang dikatakan baik
apabila peralatan tersebut masih berfungsi dengan baik, bagian atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
komponen peralatan masih utuh, warna atau catnya masih tampak
jernih dan bentuknya masih utuh. Misalnya seperti almari, meja,
radio, TV, peralatan elektronik lainnya dan juga kendaraan yang
dimiliki.
4) Tampilan fisik setiap anggota keluarga
Kondisi fisik dilihat dari kondisi kulit, mata dan gigi yang
dikategorikan menjadi baik, kurang baik, dan tidak baik. Tampilan
fisik juga dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan.
Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 36 butir, yang terdiri atas 9
aitem untuk tiap aspeknya, yang dibagi dalam aitem favorable dan
unfavorable. Distribusi aitem Skala Persepsi terhadap Status Sosial
Ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3Blueprint Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
No Aspek Indikator Perilaku No Item JumlahF(%)Emosi Kognisi Konasi
F UF F UF F UF
1. Pekerjaan orang tua
Menilai dan membantu pekerjaan yang dilakukan orang tua
1, 2513
5, 2917
9, 3321 9 (16,67)
2. Kondisi rumah
Memperhatikan, merawat, dan menilai kondisi bangunan rumah.
2, 2614
6, 3018
10, 3422 9 (16,67)
3.Peralatan rumah tangga yang dimiliki
Memperhatikan dan merawat kondisi peralatan rumah tangga yang dimiliki.
3, 27 15
7, 3119
11, 35 23 9 (16,67)
4. Tampilan fisik setiap anggota keluarga
a. Memperhatikan dan merawat kondisi fisik (misal :kulit, mata dan gigi)
4, 28 16
8, 32,20
12, 3624
9 (16,67)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Memperhatikan pakaian yang dikenakan.
Jumlah 12 12 12 36 (100)
E. Metode Analisi Data
1. Uji Validitas
Untuk menguji validitas digunakan review professional judgment oleh
pembimbing. Skala dalam penelitian ini diuji daya beda itemnya dengan
menggunakan korelasi product moment, yaitu dengan cara mengkorelasikan
tiap-tiap skor aitem dengan skor total (Priyatno, 2009), dengan bantuan
komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver. 16.0.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung
koefisien Cronbach’s Alpha dari tiap-tiap instrumen suatu variabel, yaitu
dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian, sehingga setiap
belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak (Azwar, 2005).
Perhitungan uji reliabilitas skala dihitung dengan menggunakan bantuan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver. 16.0.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pertama penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda,
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas secara bersama-sama
dengan variabel tergantung (Hadi, 2004). Uji Hipotosis kedua dan ketiga
menggunakan analisis korelasi parsial untuk mengetahui hubungan satu
variabel bebas dengan variabel tergantung dengan mengontrol satu variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bebas yang lain. Untuk mempermudah perhitungan, digunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver. 16.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah PenelitianLembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat Surakarta adalah
sebuah LSM lokal yang didirikan pada tanggal 25 Juli 1984 di Surakarta
dengan Badan Hukum sebagai sebuah Yayasan. Perjalanan lembaga ini
mempunyai potensi untuk mengembangkan kegiatan berlingkup nasional
sesuai dengan perubahan global, regional, nasional, dan lokal yang terjadi
di Indonesia.
a. Visi LSK Bina Bakat
“Menjadi salah satu pusat pemikiran, pengkajian, dan
pengembangan kesejahteraaan masyarakat dan potensi keberbakatan
dalam arti luas untuk mewujudkan masyarakat yang adil-makmur,
bebas dari kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan”.
b. Misi LSK Bina Bakat
1) Mengupayakan kegiatan peningkatan kesejahteraan, pendapatan
kepada masyarakat (petani, nelayan, dan kelompok miskin
perkotaan) dengan perspektif lingkungan hidup, gender, dan
HAM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Mengembangkan potensi keberbakatan masyarakat dalam arti
luas, termasuk anak-anak.
3) Menyelenggarakan kegiatan studi sosial kemasyarakatan,
kebijakan publik dan menyebarluaskan informasi tentang
kesejahteraan sosial dan pengembangan bakat.
c. Tujuan
1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran kritis
masyarakat (petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan)
termasuk anak-anak sehingga mampu membuat keputusan yang
terbaik dalam kehidupannya.
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas untuk
mencapai masyarakat yang adil-makmur, bebas dari kemiskinan,
keterbelakangan, kebodohan, dan meningkatkan usaha-usaha
penelitian serta dokumentasi kegiatan pengembangan masyarakat.
3) Mempengaruhi kebijakan publik tentang kesejahteraan sosial dan
pengembangan potensi keberbakatan, terutama kepada petani,
nelayan, dan kelompok miskin perkotaan.
4) Menggali potensi dan mengembangkan sumberdaya masyarakat,
termasuk keberbakatan dalam arti luas.
d. Strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sebagaimana di atas
kami memilih strategi berupa rangkaian kegiatan :
1) Melaksanakan kegiatan-kegiatan studi dan pengkajian terhadap
masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
2) Mengembangkan kegiatan pendidikan dan latihan kepada
masyarakat dalam arti luas (petani, nelayan, dan kelompok miskin
perkotaan).
3) Mengadakan kegiatan advocacy dan pemberdayaan masyarakat.
4) Mengembangkan sistem dokumentasi dan informasi.
5) Mengambil peran aktif dalam mengembangkan jaringan strategis
dengan cara menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
6) Meningkatkan spesialisasi dan profesionalisme kerja staf.
7) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan
setiap program lembaga.
8) Mengembangkan ekonomi rakyat melalui usaha koperasi dan
usaha lainnya.
9) Mengembangkan program konsultansi untuk pengembangan
masyarakat petani, nelayan, dan komunitas miskin perkotaan.
e. Nilai-Nilai dan Prinsip Kerja
Dalam melakukan kegiatan kami menjunjung tinggi nilai-nilai
dan prinsip kerja :
1) Bertanggungjawab dan beretika dalam pergaulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Bersedia mendengar dan mampu menangkap aspirasi rakyat.
3) Dialogis dan professional.
4) Mempunyai spesialisasi kegiatan.
5) Independen dan objektif dalam mengambil keputusan.
f.Daya Gerak Utama
“Peminggiran terhadap hak-hak rakyat, keterbelakangan,
kemiskinan, dan kebodohan”.
g. Isu-Isu Strategis
1) Peningkatan kesejahteran dan pengembangan keberbakatan dalam
arti luas serta penguatan dan pembelaan terhadap hak-hak rakyat,
terutama petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan.
2) Pengembangan kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat.
3) Pengembangan sistem organisasi dan menejemen dengan
karakteristik mampu bekerja secara profesional, menciptakan
spesialisasi, mandiri, bertanggungjawab, dan mampu mengelola
konflik baik internal maupun eksternal.
h. Mitra Kerja/Stakeholders
Dalam melaksanakan program kerjanya LSK Bina Bakat menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak sebagai mitra kerja, diantaranya ;
1) Masyarakat, petani, nelayan, dan kelompok miskin perkotaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Lembaga dana baik dari dalam atau luar negeri.
3) Lembaga pemerintah, baik departemen maupun non-departemen.
4) Perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
5) Media masa.
6) Organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik.
7) Pemerintah Daerah.
8) Departemen dan Dinas Pemerintah.
9) DPR dan DPRD.
10) LSM mitra dan Jaringan LSM.
11) Lembaga keuangan bank dan non-bank.
12) Konsumen.
13) Relawan dan kader atau tokoh masyarakat lokal.
14) Perusahaan/konsultan proyek pengembangan masyarakat.
15) Kelompok-kelompok swadaya masyarakat.
i.Program Kerja Lembaga
1) Pertanian
a) Melakukan desiminasi program pertanian lestari di wilayah
DAS Hulu “Jratunseluna” (daerah aliran sungai Hulu;
Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juana) di Jawa Tengah.
b) Mengadakan pengkajian tentang pengembangan pertanian
terpadu melalui SLI/sekolah lapang integratif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Mengembangkan program keanekaragaman hayati berbasis
masyarakat.
d) Mengembangkan pusat pendidikan dan latihan pertanian
lestari.
e) Memfasilitasi pertemuan jaringan petani dengan DPR/D dan
pemerintah.
f) Melakukan pendampingan musyawarah pembangunan desa
dan kecamatan.
g) Meningkatkan mutu staf dalam bidang; bahasa Inggris,
advocacy, community organizing, dan gender.
h) Mengembangkan media belajar pertanian lestari lahan kering
(modul dan video SLI).
i) Menghubungkan akses pasar petani kepada mitra swasta
untuk produk hasil pertanian.
2) Komunitas Nelayan dan Sumber Daya Kelautan
a) Membuat perencanaan strategis bersama komunitas nelayan
Pantura, terutama di wilayah eks Karesidenan Pati dan Jawa
Tengah pada umumnya.
b) Menyelenggarakan pengkajian, penelitian, dan dialog
kebijakan di tingkat lokal dan nasional (tentang persiapan
dan implementasi otonomi daerah).
c) Mengorganisir terbentuknya “rukun” dan “sarekat” nelayan
Pantura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Mengadakan advocacy terhadap pelanggaran hak-hak
nelayan tradisional.
e) Memfasilitasi, memberi motivasi, dan mempromosikan
kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan pantai/pesisir
berbasis masyarakat.
f) Membuat percontohan lingkungan sehat berbasis komunitas.
g) Mendirikan dan mengembangkan kegiatan pusdiklat nelayan
Pantura.
h) Meningkatkan kualitas SDM kader lokal di bidang, teknik
advocacy, gender, KHA, participatory planning,
implementasi pendidikan alternatif, teknik pengorganisasian
masyarakat, dan sosialisasi konvensi ILO No. 182 dan 138.
i) Menjadi konsultan program pengembangan masyarakat
nelayan.
3) Kelompok Miskin Perkotaan
a) Mengadakan identifikasi masalah kelompok miskin
perkotaan di wilayah Surakarta, terutama sektor informal
(PKL/pedagang kaki lima).
b) Mengadakan pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan
melalui Rumah Singgah.
c) Mengadakan dialog kebijakan lokal dalam rangka
pemberdayaan usaha mikro perkotaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Memprakarsai terwujudnya program pemberdayaan usaha
mikro berbasis prakarsa masyarakat.
e) Membuat dokumentasi dan publikasi hasil studi dan
pemberdayaan usaha mikro perkotaan.
j.Struktur Organisasi Lembaga
Untuk mencapai tujuan program sebagaimana disebutkan diatas,
lembaga telah merekrut sejumlah personal dengan latar belakang
pendidikan bervariasi, diantaranya; pendidikan, ilmu sosial, hukum,
pertanian, pembangunan pedesaan, akutansi, dan peternakan. Pada
saat ini lembaga mempunyai 14 orang staf dan tujuh orang
sukarelawan, sebagian besar diantaranya tamat pendidikan sarjana dan
paska sarjana. Dewan Pengurus Yayasan dan Dewan Pelaksana
Harian dipilih setiap tiga tahun sekali, sedangkan staf proyek direkrut
berdasarkan kontrak kerja tahunan. Dewan pelaksana harian, sesuai
dengan tanggungjawabnya, wajib menyampaikan laporan
perkembangan kegiatan dan keuangan setiap tahun kepada Dewan
Pengurus Yayasan. Forum pengkajian untuk peningkatan mutu staf,
pengembangan program dan institusi, serta audit keuangan internal
dilakukan tiap tiga bulan. Audit keuangan lembaga oleh akuntan
publik dilakukan tiap tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2Bagan Struktur Organisai LSK Bina Bakat Surakarta
Keterangan :1. Dewan Pengurus Yayasan :
- Ketua Yayasan- Sekretaris- Bendahara- Anggota
::::
Drs. H. Mastur AlwathoniProf. DR. Ravik Karsidi, MS.Drs. Munawir Yusuf, M.Psi.Mahmudi, SH
2. Direktur : Drs. Agus Suseno3. Wakil Direktur : Ir. Suswadi, MSi4. Manager Program Pertanian : Ir. Suswadi, MSi5. Manager Program Pengembangan
Masyarakat Nelayan: Drs. Hesti BP
6. Manager Program Sektor Informal Perkotaan
: Muladiyanto, A.Md
7. Manager Program Administrasi & Keuangan
: Nuning Sri Wulandari, SE
k. Pengalaman Lembaga
Sejak didirikan sampai pada saat ini lembaga telah melakukan
beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan masyarakat, baik
dilakukan sendiri maupun bekerjasama dengan berbagai pihak dalam
D.PYAYASAN
DIREKTURWKL. DIREKTUR
MANAGER PROGRAMPERTANIA
N
MANAGER PROGRAM PENG. MASY.
NELAYAN
MANAGER PROGRAMSEKT. INFOR. PERKOTAAN
MANAGER ADM. & KEUANGAN
Proy
ek
Proy
ek Staf Adm
.& K
U
Proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bentuk kerjasama proyek. Sebagian pengalaman lembaga dapat
diinformasikan sebagai berikut :
1) Tahun 1984, Survei pemetaan masalah dan potensi daerah
segitiga kritis di Kabupaten Sragen, Karanganyar, dan Boyolali,
Swadaya.
2) Tahun 1984, Pendataan anak berbakat dan berprestasi di
Kotamadia Surakarta, Swadaya.
3) Tahun 1985, Survei Pemberdayaan Penderita Cacat Fisik dan
Mental di Kabupaten Sragen, Karanganyar, dan Boyolali,
Swadaya.
4) Tahun 1986, Proyek Peningkatan Pendapatan Perajin Kayu
Melalui Pemasaran Berkeliling dan Berkelompok (“Bayongan”)
di Desa Guli, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali,
Bekerjasama dengan OXFAM Inggris.
5) Tahun 1991, Proyek Rehabilitasi Penderta Cacat Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Boyolali dan Sragen, Bekerjasama
dengan PPRR Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6) Tahun 1998-2000, Proyek Pengembangan Usahatani Lestari di
wilayah DAS Hulu Jratunseluna, Bekerjasama dengan FADO
Belgia dan Misserior Jerman.
7) Tahun 1999-2000, Program Pemberdayaan Anak Jalanan di
Surakarta, Bekerjasama dengan Departemen Sosial RI melalui
Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Jawa Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8) Tahun 2002, Pendidikan dan Latihan Ketrampilan Bagi Anak
Jalanan Melalui Rumah Belajar Anak Jalanan di Surakarta,
Kerjasama Dengan Dinas Pendidikan Nasional Prop. Jawa
Tengah.
9) Tahun 2000-2003, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah
Singgah di Surakarta, Kerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi
Jawa Tengah.
10) Tahun 2002, Program Pemberdayaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air di Propinsi Jawa Tengah, Kerjasama dengan PSDA
Departemen Pertanian, Propinsi Jawa Tengah.
11) Tahun 2005, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah
Perlindungan Sosial Anak di Surakarta, Kerjasama dengan Dinas
Sosial Propinsi Jawa Tengah.
12) Tahun 2007, Pemberdayaan Anak Perempuan Jalanan Melalui
Rumah Perlindungan Sosial Anak di Surakarta, Kerjasama
dengan Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah.
13) Tahun 2008, Pemberdayaan Anak Perempuan Jalanan Melalui
Rumah Perlindungan Sosial Anak di Surakarta, Kerjasama
dengan Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah.
14) Tahun 2009, Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan dan
Advokasi (SACD dan Advocacy Objective), Kerjasama dengan
VECO-RI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15) Tahun 2009, Membangun Kesadaran Kritis Konsumen Pangan
sehat di Solo Raya, Kerjasama dengan VECO-RI.
Disamping juga menjadi pemrakarsa dan anggota jaringan LSM
nasional dan lokal, diantaranya : Jaringan NGO Pendamping petani,
Jaringan NGO Pendamping Pekerja Anak, Lembaga Perlindungan
Anak Jawa Tengah, JAKER PO, Asosiasi Petani Indonesia, KRKP
dan Forum NGO Pati.
l.Kondisi Keuangan Lembaga
Total Penerimaan dana lembaga selain diperoleh dari
sumbangan pengurus Yayasan juga datang dari beberapa sumber,
diantaranya ; bagi hasil pengelolaan pinjaman bergulir, dan jasa
konsultan proyek pengembangan masyarakat.
m. Kekayaan Lembaga
Sejak didirikan pada tahun 1984 sampai saat ini LSK Bina
Bakat Surakarta telah memiliki kekayaan lembaga baik diperoleh
melalui usaha sendiri atau hibah/bantuan dari lembaga dana.
Kekayaan lembaga selain berwujud uang juga berupa barang tetap,
dan barang-barang lainnya sebagai berikut :
1) Tanah wakaf seluas 2.300 m2
2) Kantor Pusat LSK Bina Bakat di Surakarta dan perlengkapannya
3) Tanah di Kabupaten Rembang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Sepeda motor 2 buah
5) Dayang (sepeda motor angkut) 1 buah
6) Perpustakaan
7) Handycam
8) Telephon
9) Komputer 6 unit
10) Laptop 5 unit
11) LCD 1 unit
12) Faksimile
13) Kamera Digital 2 unit
14) Meubeler, DLL.
n. Alamat Lembaga
Kantor Pusat LSK Bina Bakat :
Jl. Bromo II , Desa Clolo Rt 05 Rw. XIX, Kadipiro, Banjarsari,
Surakarta 57136 Jawa Tengah – Indonesia. Phone/Fax : (0271) 857
438, Email : [email protected], Web : lskbinabakat.com.
Salah satu misi LSK Bina Bakat adalah mengembangkan
keberbakatan masyarakat dalam arti luas, termasuk anak-anak, sehingga
dalam salah satu program kerja lembaga LSK Bina Bakat mengadakan
pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah.
Jumlah anak jalanan yang pernah dibina sejak awal berdiri sampai sekarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai berikut pada tahun 1999 ada 120 anak, tahun 2000 ada 150 anak,
tahun 2001 ada 200 anak, tahun 2002 ada 150 anak, tahun 2003 ada 150
anak, tahun 2004 ada 150 anak, tahun 2005 ada 120 anak, tahun 2006 ada
75 anak, tahun 2007 ada 30 anak, tahun 2008 ada 20 anak dan pada tahun
2009 ada 20 anak, pada tahun 2010 ada 36 anak.
Proses awal yang dilakukan adalah melakukan mapping ke tempat
aktivitas atau mangkal anak, melakukan perkenalan, dan menjalin
persahabatan, kemudian melakukan pendataan anak dan identifikasi data.
Setelah pendataan, mulai dilakukan proses pendampingan dan
pemberdayaan anak jalanan dalam tiga hal, yaitu :
a. Pendidikan
Pada bidang pendidikan memberikan beasiswa pendidikan,
peralatan dan perlengkapan, bimbingan belajar, belajar/sekolah jemput
bola, bimbingan wira usaha, seni dan olah raga.
b. Bimbingan mental dan rohani
Pada bidang bimbingan mental dan rohani dengan melakukan
bimbingan mental, out bond, rekreasi, pemeriksaan kesehatan, dan
mengadakan pondok pesantren kilat anak jalanan.
c. Life skill
Pada bidang pemberian life skill anak jalanan diberi ketrampilan
untuk membuat sabun mandi, susu, bengkel otomotif, kerajinan sapu
rayung, las knalpot, weekel, radiator, sablon, kerajinan sangkar burung,
tambal ban, sopir, menjahit, kerajinan shuttlecock, aplikasi handphone.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Persiapan Penelitian
a. Persiapan adminitrasi
Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan
perijinan yang diajukan pada pihak yang terkait dengan pelaksanaan
penelitian. Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang ditujukan kepada direktur LSK Bina Bakat Surakarta dengan
nomor 820/H27.1.17.3/TU/2010 agar dapat melaksanakan penelitian
di LSK Bina Bakat Surakarta. Setelah mendapatkan persetujuan dari
pihak LSK Bina Bakat Surakarta, peneliti baru bisa melakukan
penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
b. Persiapan alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
psikologi yang terdiri dari tiga skala, yaitu Skala Harga Diri, Skala
Dukungan Sosial Keluarga dan Skal Persepsi Terhadap Status Sosial
ekonomi. Skala pertama yang digunakan adalah Skala Harga Diri
berjumlah 32 aitem pernyataan terdiri atas 16 pernyataan favorable
dan 16 pernyataan unfavorable, dibuat sendiri oleh peneliti berdasar
pada aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967), yaitu
meliputi : self values, leadership-popularity, family parents, dan
achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Skala kedua yaitu Skala Dukungan Sosial Keluarga dibuat
sendiri oleh peneliti, berjumlah 32 aitem pernyataan terdiri atas 16
aitem pernyataan favorable dan 16 aitem unfavorable, mengacu pada
aspek yang dikemukakan oleh Smet (1994) yaitu meliputi: dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
dukungan informatif.
Skala ketiga yang digunakan adalah Skala Persepsi terhadap
Status Sosial Ekonomi yang dibuat sendiri oleh peneliti, berjumlah 36
terdiri atas sembilan aitem untuk tiap aspeknya, yang dibagi dalam
aitem favorable dan unfavorable, mengacu pada gabungan aspek-
aspek persepsi dan aspek-aspek status sosial ekonomi. Aspek-aspek
persepsi yang dikemukan oleh Walgito (2004) meliputi kognisi,
emosi, dan konasi, sedangkan aspek-aspek status sosial ekonomi
merupakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Wahyunadi (2003),
meliputi pekerjaan orang tua, kondisi rumah, peralatan rumah tangga
yang dimiliki, dan tampilan fisik setiap anggota keluarga.
3. Pelaksanaan uji-coba
Pada penelitian ini, uji coba skala psikologi dilakukan dengan metode
try out terpakai, yaitu skala hanya satu kali diujicobakan pada subjek yang
sama dengan subjek yang digunakan untuk penelitian karena jumlah sampel
penelitian yang terbatas, sehingga nantinya hanya aitem-aitem pernyataan
yang valid saja yang akan digunakan untuk analisis data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Uji coba dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 Desember 2010
pukul 14.30-16.00WIB. Pemberian skala dilakukan secara serentak pada
semua subjek penelitian, yaitu dengan mengumpulkan seluruh subjek
penelitian di LSK Bina Bakat Surakarta pada waktu yang sama. Peneliti
memberikan penjelasan tentang cara mengisi skala kepada subjek penelitian
sebelum subjek memulai mengisi skala dan melakukan pendampingan
ketika pengisian skala.
Pengambilan skala dilakukan pada saat itu juga setelah skala selesai
diisi oleh subjek. Skala yang dibagikan sebanyak 36 eksemplar. Semua
skala dapat kembali kepada peneliti dan memenuhi syarat untuk diskor serta
dianalisis.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Harga Diri
Uji validitas skala dilakukan dengan review personal judgement,
yaitu oleh pembimbing. Daya beda aitem skala diuji dengan
menggunakan korelasi bivariate Pearson atau sering disebut sebagai
korelasi product moment Pearson dengan menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Setelah
dilakukan perhitungan, dari 32 aitem pernyataan dalam Skala Harga
Diri terdapat 12 aitem yang gugur, yaitu aitem no. 1, 3, 6, 7, 9, 14, 16,
17, 20, 26, 28 dan 32, sehingga tersisa 20 aitem. Aitem skala yang
dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0,05 dengan nilai Pearson correlation berada di antara 0,336 sampai
dengan 0,729. Reliabilitas Skala Harga Diri diukur menggunakan
analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Harga Diri adalah
sebesar 0,848.
Tabel 4Distribusi Aitem Gugur dan Valid Skala Harga Diri
No. Aspek Indikator PerilakuNo. Aitem Jumlah
Aitem Valid
Favorable Unfavorable Valid Gugur Valid Gugur
1. Self values
c. Memiliki nilai dan standar ideal yang relevan.
d. Berguna atau bermanfaat untuk dirinya sendiri.
25 1,9,17
5,13,21,29 - 5
2. Leadership-popularity
c. Mampu untuk menjadi pemimpin bagi orang lain.
d. Memiliki perasaan sukses pada diri sendiri.
2,10,18 26 22,30 6,14 5
3. Family parents
b. Orang tua berperan dalam pembentukan harga diri.
11,19,27 3 15,23,
31 7 6
4. Achievement
c. Memperoleh prestasi atas kemampuan yang dimiliki.
d. Mampu bergabung dalam suatu kegiatan.
4,12 20,28 8,24 16,32 4
Jumlah aitem valid 9 11 20
b. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Uji validitas skala dilakukan dengan review personal judgement,
yaitu oleh pembimbing. Daya beda aitem skala diuji dengan
menggunakan korelasi bivariate Pearson atau sering disebut sebagai
korelasi product moment Pearson dengan menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Setelah
dilakukan perhitungan, dari 32 aitem pernyataan dalam Skala
Dukungan Sosial Keluarga terdapat 9 aitem yang gugur, yaitu aitem
no. 1, 2, 3, 6, 13, 18, 19, 21, dan 22, sehingga tersisa 23 aitem. Aitem
skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed)
di bawah 0,05 dengan nilai Pearson correlation berada di antara 0,349
sampai dengan 0,773.
Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Keluarga diukur
menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS
versi 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala
Dukungan Sosial Keluarga adalah sebesar 0,899.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 5
Distribusi Aitem Gugur dan Valid Skala Dukungan Sosial Keluarga
No. Aspek Indikator PerilakuNo. Aitem Jumlah
Aitem Valid
Favorable Unfavorable Valid Gugur Valid Gugur
1. Dukungan emosional
d. Memperoleh dukungan empati dari keluarga
e. Dipedulikan oleh keluarga
f. Memperoleh perhatian dari keluarga.
5,11,16 1 25,29 6,21 5
2. Dukungan penghargaan
d. Memperoleh penghargaan positif
e. Memperoleh dorongan maju dan persetujuan
f. Merasakan perasaan dan perbandingan positif dengan orang lain dari keluarga.
12,15,17 2 7,26
30 22 6
3. Dukungan instrumental
Mendapat bantuan langsung, misalnya seperti uang, pakaian, dan waktu (dukungan berupa barang).
20 3,13,18
8,23,27,31 - 5
4. Dukungan informatif
d. Mendapat nasihate. Mendapat petunjuk-
petunjukf. Mendapat saran-
saran/umpan-balik dari keluarga.
4,10,14 19 9,24,
28,32 - 7
Jumlah aitem valid 10 13 23
c. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Status Sosial
Ekonomi
Uji validitas skala dilakukan dengan review personal judgement,
yaitu oleh pembimbing. Daya beda aitem skala diuji dengan
menggunakan korelasi bivariate Pearson atau sering disebut sebagai
korelasi product moment Pearson dengan menggunakan program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Setelah
dilakukan perhitungan, dari 36 aitem pernyataan dalam Skala Persepsi
terhadap Status Sosial Ekonomi terdapat 8 aitem yang gugur, yaitu
aitem no. 4, 6, 7, 10, 13, 17, 18, 19, dan 19, sehingga tersisa 28 aitem.
Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2
tailed) di bawah 0,05 dengan nilai Pearson correlation berada di
antara 0,363 sampai dengan 0,734.
Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
diukur menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan
SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas
Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi adalah sebesar 0,879.
Tabel 6Distribusi Aitem Gugur dan Valid Skala Persepsi terhadap Status Sosial
Ekonomi
No. Aspek Indikator PerilakuNo. Aitem Jumlah
Aitem Valid
Favorable Unfavorable Valid Gugur Valid Gugur
1. Pekerjaan orang tua
Menilai dan membantu pekerjaan yang dilakukan orang tua
1,5,29,9,21 13,17 25,33 - 7
2. Kondisi rumahMemperhatikan, merawat, dan menilai kondisi bangunan rumah.
2,14,22 6,18,10
26,30,34 - 6
3.Peralatan rumah tangga yang dimiliki
Memperhatikan dan merawat kondisi peralatan rumah tangga yang dimiliki.
3,15,1123 7,19 27,31,
35 - 7
4.Tampilan fisik setiap anggota keluarga
c. Memperhatikan dan merawat kondisi fisik (misal :kulit, mata, dan gigi)
d. Memperhatikan pakaian yang dikenakan.
8,12,1624 4 28,20,
32,36 - 8
Jumlah aitem valid 16 12 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang dibina di LSK
Bina Bakat Surakarta. Jumlah populasi anak jalanan yang dibina di LSK
Bina Bakat Surakarta sebanyak 36 anak. Menurut pendapat Arikunto (2002)
apabila subjek penelitian jumlahnya kurang dari 100 orang lebih baik
diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Pada
penelitian ini digunakan seluruh populasi sebagai sampel, karena jumlah
anak jalanan yang dibina di LSK Bina Bakat Surakarta sedikit, sehingga
penelitian disebut sebagai penelitian populasi. Data mengenai subjek
penelitian diperoleh dari LSK Bina Bakat Surakarta.
Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai subjek
penelitian, sehingga dalam penelitian ini tidak menggunakan teknik
pengambilan sampel (sampling).
2. Pengumpulan Data Penelitian
Data yang didapatkan dari hasil uji coba skala, setelah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 16.0, maka akan diperoleh aitem-aitem
pernyataan skala yang dinyatakan valid dan gugur. Aitem-aitem pernyataan
yang valid itulah yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pelaksanaan Pemberian Skor
Skala yang telah terkumpul, kemudian diberikan skor sesuai dengan
kriteria penilaian yang telah ditentukan. Adapun cara pemberian skor pada
pernyataan favorable adalah 4 untuk Sangat Sesuai (SS), 3 untuk Sesuai
(S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS).
Sedangkan skor pada pernyataan unfavorable adalah 1 untuk Sangat Sesuai
(SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk Sangat
Tidak Sesuai (STS).
C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi
Penghitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi dasar, yang meliputi
uji normalitas dan uji linearitas, serta uji asumsi klasik, yang meliputi uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Penghitungan
analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
1. Uji asumsi dasar
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode
parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2009). Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05. Hasil
uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7Hasil Uji Normalitas
Tests of NormalityKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.HargaDiri .121 36 .200* .960 36 .216
DukunganSosialKeluarga .123 36 .184 .949 36 .095PersepsiTerhadapStatusSo
sialEkonomi .143 36 .060 .942 36 .057
a. Lilliefors Significance Correction*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat pada kolom Kolmogorov-
Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi harga diri sebesar
0,200 (p 0,05), nilai signifikansi dukungan sosial keluarga sebesar 0,184
(p 0,05), serta nilai signifikansi persepsi terhadap status sosial ekonomi
sebesar 0,060 (p 0,05). Karena nilai signifikansi untuk seluruh variabel
lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
penelitian telah terdistribusi secara normal.
b. Uji linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji
linearitas biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi
atau regresi linear. Pengujian pada program Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 16 menggunakan Test for Linearity dengan
taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang linear bila nilai signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno,
2009). Hasil uji linearitas penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 8Hasil Uji Linearitas antara Variabel Dukungan Sosial Keluarga dengan
Harga DiriANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Harga Diri * Dukungan Sosial Keluarga
Between Groups
(Combined) 2349.472 24 97.895 5.044 .004Linearity 967.282 1 967.282 49.837 .000Deviation from Linearity 1382.190 23 60.095 3.096 .028
Within Groups 213.500 11 19.409Total 2562.972 35
Tabel 9Hasil Uji Linearitas antara Variabel Persepsi terhadap Status Sosial
Ekonomi dengan Harga DiriANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Harga Diri * Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi
Between Groups
(Combined) 1148.472 18 63.804 .767 .709Linearity 416.669 1 416.669 5.008 .039Deviation
from Linearity
731.803 17 43.047 .517 .908
Within Groups 1414.500 17 83.206Total 2562.972 35
Tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel
dukungan sosial keluarga dengan harga diri menghasilkan nilai
signifikansi pada Linearity sebesar 0,000 (p<0,05), karena nilai
signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang linear. Pada variabel persepsi terhadap
status sosial ekonomi dengan harga diri menghasilkan nilai signifikansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada linearity sebesar 0,039 (p<0,05). Oleh karena nilai signifikansi yang
dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang linear.
2. Uji asumsi klasik
a. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya
hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
multikolinearitas. Pada pembahasan ini uji multikolinearias dilakukan
dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada
umumnya, apabila nilai VIF lebih besar dari 5, maka suatu variabel bebas
mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lain
(Priyatno, 2009). Hasil uji multikolinearias penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 10Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF(Constant) 25.158 8.900 2.827 .008
Dukungan Sosial Keluarga .441 .128 .564 3.434 .002 .692 1.445
Persepsi Terhadap Status Sosial
Ekonomi.066 .120 .090 .547 .588 .692 1.445
a. Dependent Variable: Harga Diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa
nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel bebas, yaitu
dukungan sosial keluarga dengan persepsi terhadap status sosial ekonomi
adalah 1,445. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar variabel
independen tidak terdapat persoalan multikolinearitas, karena nilai VIF
yang didapat kurang dari 5.
b. Uji heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dalam regresi berganda adalah uji
heteroskedastisitas. Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam
regresi di mana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus
dipenuhi adalah bahwa varians, dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk
heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians
tersebut (Santosa, 2005). Hasil uji heteroskedastisitas penelitian ini
sebagai berikut :
Gambar 3Grafik Scatterplot untuk Pengujian Heteroskedastisitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada grafik di atas terlihat titik-titik yang ada tersebar secara
merata, tidak terkumpul pada 1 tempat saja sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan yang lain pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi
dalam model regresi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan jika d lebih
kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka terdapat autokorelasi, jika
d terletak antara dU dan (4-Du) maka tidak ada autokorelasi, dan jika d
terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL) maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai dL dan dU dilihat di tabel
DW (Priyatno, 2009).
Tabel 11Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson1 .619a .383 .346 6.922 2.068
a. Predictors: (Constant), Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi, Dukungan Sosial Keluargab. Dependent Variable: Harga Diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,068.
Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi
dalam penelitian ini, dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah
data (n) 36, serta k=2 (jumlah variabel independen) diperoleh nilai DW
sebesar 2,068 berada di antara 1,587 (dU) dan 2,413 (4-Du), maka data
tidak mengalami autokorelasi.
3. Uji hipotesis
a. Uji analisa regresi berganda
Setelah dilakukan uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, langkah
selanjutnya adalah melakukan penghitungan untuk menguji hipotesis
yang diajukan dengan teknik analisis regresi linear berganda atau analisis
dua prediktor. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan F-test yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Hasil F-test
menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen jika nilai p-value (pada
kolom Sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, yaitu
taraf signifikansi 0,05 atau nilai F hitung (pada kolom F) lebih besar dari
nilai F tabel. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku
untuk populasi, atau dengan kata lain dapat digeneralisasikan. Hasil F-
test dari output program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 16 dapat dilihat pada Tabel 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 12Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.Regression 981.606 2 490.803 10.242 .000a
Residual 1581.366 33 47.920Total 2562.972 35
a. Predictors: (Constant), Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi, Dukungan Sosial Keluargab. Dependent Variable: Harga Diri
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapatkan nilai p-value
(pada kolom Sig.) sebesar 0,000 sedangkan nilai F hitung
sebesar 10,242 F table), F tabel sebesar 3,259. Hal ini berarti
bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dan
persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri.
Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada model summary digunakan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen terhadap
variabel dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa
besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1 dan X2)
secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R berkisar antara 0
sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan
yang terjadi semakin kuat, sebaliknya apabila nilai R semakin mendekati
0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2009). Pedoman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ganda, adalah sebagai
berikut:
Tabel 13.Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R)
No. Interval Nilai R Interpretasi1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah2. 0,200 – 0,399 Rendah3. 0,400 – 0,599 Sedang4. 0,600 – 0,799 Kuat5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Tabel 14Hasil Koefisien Korelasi Ganda (R)
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate1 .619a .383 .346 6.922
a. Predictors: (Constant), Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi, Dukungan Sosial Keluargab. Dependent Variable: Harga Diri
Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,619
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara dukungan sosial
keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri.
Nilai R2 (R Square) sebesar 0,383 atau 38%, yang berari bahwa
persentase sumbangan pengaruh variabel independen yakni dukungan
sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi terhadap
variabel dependen yakni harga diri sebesar 38%. Sisanya sebesar 62%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji secara empiris dalam
penelitian ini.
b. Uji korelasi parsial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penggunaan korelasi parsial untuk mengetahui hubungan antara
variabel tergantung yaitu harga diri dengan variabel bebas yaitu
dukungan sosial keluarga, sedangkan variabel bebas lainnya yaitu
persepsi terhadap status sosial ekonomi dikendalikan (sebagai variabel
kontrol) dan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan
persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan mengendalikan variabel
dukungan sosial keluarga. Uji hipotesis dengan menggunakan teknik
Statistic Parametric Multiple Regression dan dianalisis dengan
menggunakan program SPSS 16.0 sebagai berikut :
Tabel 15Hasil Uji Korelasi Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta(Constant) 25.158 8.900 2.827 .008Dukungan Sosial Keluarga .441 .128 .564 3.434 .002Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi .066 .120 .090 .547 .588
a. Dependent Variable: Harga Diri
Berdasarkan hasil di atas, dukungan sosial keluarga berhubungan
secara signifikan dengan harga diri, dengan nilai Sig. 0,002 (p<0,05) dan
didapatkan nilai t hitung 3,434 dengan t tabel 1,688, dengan demikian t
hitung lebih besar daripada t tabel dukungan sosial keluarga mempunyai
hubungan positif dengan harga diri yang terlihat dari nilai R sebesar
0,441, semakin tinggi dukungan sosial keluarga semakin tinggi harga
diri, dan sebaliknnya semakin rendah dukungan sosial keluarga semakin
rendah harga diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengujian terhadap variabel persepsi terhadap status sosial
ekonomi dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap status sosial
ekonomi tidak berhubungan secara signifikan dengan harga diri, terlihat
dari nilai R sebesar 0,066 dan nilai Sig. sebesar 0,588 berada jauh di atas
0,05 serta didapatkan nilai t hitung 0,547 lebih kecil dari t tabel 1,668.
4. Sumbangan efektif
Sumbangan efektif memberikan informasi tentang besarnya sumbangan
pengaruh dari tiap-tiap variabel independen atau prediktor terhadap variabel
dependen dalam model regresi. Hasil penghitungan secara manual
menunjukkan sumbangan efektif dukungan sosial keluarga terhadap harga
diri sebesar 34,68% dan sumbangan efektif persepsi terhadap status sosial
ekonomi terhadap harga diri sebesar 3,58%. Total sumbangan efektif
dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi
terhadap harga diri ditunjukkan oleh nilai (R2) sebesar 0,383 atau 38,3%.
5. Hasil analisis deskriptif
Dari skor kasar Skala Harga Diri, Skala Dukungan Sosial Keluarga, dan
Skala Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi diperoleh hasil statistik
deskriptif subjek penelitian. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk
memberikan gambaran umum mengenai kondisi dukungan sosial keluarga,
persepsi terhadap status sosial ekonomi, dan harga diri pada subjek yang
diteliti. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 16Hasil Analisa Deskriptif
Statistik Deskriptif
Skala Jml Sbj
DataHipotetik M SD
DataEmpirik M SDSkor
MinSkor Maks
Skor Min
Skor Mak
Harga Diri 36 20 80 50 10 43 75 60.97 8.557Dukungan Sosial
Keluarga 36 23 92 57,5 11,5 49 86 69.14 10.957
Persepsi terhadap Status Sosial
Ekonomi36 28 112 70 14 63 102 81.08 11.685
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas, kemudian dilakukan
kategorisasi subjek secara normatif guna memberi interpretasi terhadap skor
skala. Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang yang
berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah
menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara
berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar,
2008). Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah,
sedang, dan tinggi. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Χ < (μ −1,0σ ) : Rendah(μ −1,0σ) ≤ Χ < (μ +1,0σ ) : Sedang(μ + 1,0σ) ≤ Χ : Tinggi
Keterangan: Χ : raw score skala μ : mean atau nilai rata-rata σ : standar deviasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan norma kategorisasi di atas maka kategori skor skala
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 17Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian
VariableKategorisasi Komposisi
Kategori Skor Jumlah Persentase
Harga diri
Rendah X < 40 - 0
Sedang 40 ≤ X < 60 16 44,4%
Tinggi 60 ≤ X 20 55,6%
Dukungan sosial keluarga
Rendah X < 46 - 0
Sedang 46 ≤ X < 69 19 52,8%
Tinggi 69 ≤ X 17 47,2%
Persepsi terhadap status sosial ekonomi
Rendah X < 56 - 0
Sedang 56 ≤ X < 84 19 52,8%
Tinggi 84 ≤ X 17 47,2%
a. Harga Diri
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 36 sampel
penelitian, 20 orang memiliki tingkat harga diri yang tinggi, 16 orang
dengan tingkat harga diri sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat
harga diri yang rendah. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sampel penelitian, rata-rata memiliki tingkat harga
diri tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Dukungan Sosial Keluarga
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 36 sampel
penelitian, 17 orang memiliki tingkat dukungan sosial keluarga yang
tinggi, 19 orang dengan tingkat dukungan sosial keluarga sedang, dan
tidak ada memiliki tingkat dukungan sosial keluarga yang rendah.
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
sampel penelitian, rata-rata memiliki tingkat dukungan sosial keluarga
sedang.
c. Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 36 sampel
penelitian, 17 orang memiliki tingkat persepsi terhadap status sosial
ekonomi yang tinggi, 19 orang dengan tingkat persepsi terhadap status
sosial ekonomi sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat persepsi
terhadap status sosial ekonomi yang rendah. Berdasarkan data tersebut,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian rata-rata
memiliki tingkat persepsi terhadap status sosial ekonomi sedang.
D. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan antara antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status
sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menyatakan nilai koefisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
korelasi sebesar R=0,619, p= 0,000 sedangkan nilai F hitung sebesar
10,242 F table), F tabel sebesar 3,259. Anak binaan yang mendapat
dukungan sosial keluarga yang tinggi bersama-sama dengan persepsi terhadap
status sosial ekonomi yang positif akan menaikkan harga diri. Begitu juga
sebaliknya anak binaan yang kurang mendapat dukungan sosial dari keluarga dan
memiliki persepsi terhadap status sosial ekonomi yang negatif maka akan
berdampak pada harga diri yang rendah. Kenaikan tingkat antara dukungan sosial
keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi yang bersama-sama akan
mendukung harga diri, begitu juga dengan adanya penurunan tingkat antara
dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi secara
bersama-sama akan menurunkan tingkat harga diri.
Pada saat anak binaan mendapatkan dukungan sosial keluarga yang tinggi,
misalnya seperti mendapat ungkapan empati, kepedulian, perhatian, penghargaan
positif, dorongan maju, perbandingan positif dengan orang lain, mendapat
nasihat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, atau umpan balik dari keluarganya
didukung dengan persepsi yang positif terhadap kondisi pekerjaan orang tua,
kondisi rumah, peralatan rumah tangga yang dimiliki, dan tampilan fisik setiap
anggota keluarga maka akan meningkatkan harga diri pada anak binaan yang
bersangkutan.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Friedman. Keluarga memiliki banyak fungsi, salah satunya menurut Friedman
(1992) adalah fungsi afektif keluarga yang meliputi persepsi keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga, dengan fungsi ini maka keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama yaitu membentuk sifat-sifat
kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin hubungan secara akrab dan harga diri. Menurut Jacinta
(2001), level dan kestabilan harga diri pada anak ternyata memiliki korelasi yang
kuat dengan hasil persepsi mereka terhadap berbagai aspek yang terkait dalam
hubungan komunikasi orangtua dengan anak, anak-anak dengan harga diri rendah
melaporkan bahwa orangtuanya lebih banyak mengkritik, mengawasi dengan
ketat, dan kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan anaknya
dalam rentang waktu yang cukup lama dibandingkan dengan anak-anak yang
memiliki harga diri tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat harga diri yang tinggi pada anak
binaan di LSK Bina Bakat Surakarta, ditunjukkan dengan mean empirik sebesar
60,97. Dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi
mampu memberikan kontribusi terhadap harga diri 38% sisanya sebesar 62%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di luar dukungan sosial keluarga
dan persepsi terhadap status sosial ekonomi. Sumbangan efektif dukungan sosial
keluarga terhadap harga diri adalah sebesar 34,68% dan sumbangan efektif
persepsi terhadap status sosial ekonomi terhadap harga diri adalah sebesar 3,58%.
Selain dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi,
harga diri disebabkan oleh faktor-faktor lain. Menurut Bradshaw (1981) faktor
yang mempengaruhi harga diri adalah prestasi yang tampak, pengaruh kontrol
personal dan pengaruh situasi atau orang lain dalam kehidupan individu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengalaman berdasarkan penilaian dan perlakuan orang lain terhadap dirinya,
konsistensi berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Hasil pengujian secara parsial, dukungan sosial keluarga dengan harga diri
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial keluarga
dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta, yang
ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi R=0,441, p= 0,002 (p<0,05), dan nilai
t hitung 3,434 lebih besar dari t tabel 1,688. Anak binaan yang kurang mendapat
dukungan sosial keluarga akan mengakibatkan harga diri yang rendah, dan
sebaliknya apabila dukungan sosial keluarga yang diterima anak binaan tersebut
tinggi akan mengakibatkan meningkatnya harga diri. Kenaikan pada tingkat
dukungan sosial keluarga diikuti pula oleh meningkatnya harga diri, begitu pula
penurunan tingkat dukungan sosial keluarga menyebabkan penurunan pula pada
tingkat harga diri. Pada penelitian kali ini rata-rata subjek secara umum memiliki
tingkat dukungan sosial keluarga yang sedang, berdasarkan mean empirik sebesar
69,14.
Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Tambunan (2001), bahwa yang
mempengaruhi perkembangan harga diri adalah hubungannya dengan orang lain,
terutama significant others seperti orang tua, saudara kandung dan teman-teman
dekat. Menurut pendapat Effendy (1999) seseorang yang memperoleh dukungan
sosial yang tinggi mengalami hal yang positif dalam kehidupannya, mempunyai
harga diri yang lebih tinggi, dan mempunyai pandangan lebih optimis terhadap
kehidupannya dibandingkan dengan orang lain yang mendapat dukungan sosial
yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil pengujian secara parsial persepsi terhadap status sosial ekonomi
dengan harga diri menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi
terhadap status sosial ekonomi dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina
Bakat Surakarta, yang ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi R=0,066 dan
nilai p=0,588 (p>0,05) serta didapatkan nilai t hitung 0,547 lebih kecil dari t tabel
1,668. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya persepsi terhadap status sosial
ekonomi yang tinggi pada anak binaan tidak berhubungan secara signifikan
dengan harga diri. Kenaikan atau penurunan persepsi terhadap status sosial
ekonomi tidak diikuti dengan kenaikan atau penurunan tingkat harga diri secara
signifikan. Subjek dalam penelitian ini secara umum mempunyai tingkat persepsi
terhadap status sosial ekonomi sedang, berdasarkan mean empirik sebesar 81,08.
Friedman (1992) menyatakan bahwa status ekonomi adalah sebuah komponen
kelas sosial yang mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber
pendapatan. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan status sosial ekonomi
merupakan keadaan individu apa adanya, fakta yang berhubungan dengan tingkat
pendapatan dan sumber pendapatannya serta benar-benar terjadi pada individu
bersangkutan, misalnya seperti jumlah pendapatan, uang yang dimiliki, dan
kondisi rumah beserta isinya, bukan apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan individu. Sobur (2003) menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan
sifat penting yang mempengaruhi persepsi, beberapa telaah menunjukkan bahwa
individu yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap
sesuatu, daripada individu lain yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
Sesuai pendapat di atas bahwa individu yang menerima dengan ikhlas keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
status sosial ekonominya akan mempengaruhi individu tersebut dalam
memandang status sosial ekonominya. Individu yang secara materi kekurangan
belum tentu menganggap dirinya sendiri kekurangan, bisa jadi dia menganggap
hidupnya sudah lebih dari cukup, hal tersebut juga akan mempengaruhi harga diri
individu yang bersangkutan.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial
ekonomi dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta.
Penelitian ini memiliki kelemahan dan keterbatasan, antara lain hanya dapat
digeneralisasikan secara terbatas pada populasi penelitian saja, sedangkan
penerapan penelitian untuk populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang
berbeda, memerlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau
menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi
secara bersama-sama mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan
harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta. Hasil tersebut
menandakan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.
2. Ada hubungan positif yang signifikan antara antara dukungan sosial
keluarga dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta,
artinya semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang dimiliki, maka harga
diri yang dirasakan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah
dukungan sosial keluarga yang dimiliki, maka harga dirinya semakin
rendah. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis kedua diterima.
3. Tidak ada hubungan antara antara persepsi terhadap status sosial ekonomi
dengan harga diri pada anak binaan di LSK Bina Bakat Surakarta. Berdasar
pada hasil tersebut, maka hipotesis ketiga pada penelitian ini ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Saran
Berdasar pada hasil yang telah didapatkan dari penelitian ini, dapat
diberikan saran antara lain:
1. Bagi anak binaan yang dibina di rumah binaan
Anak binaan yang dibina di rumah binaan mampu mempertahankan
dan meningkatkan harga dirinya, misalnya dengan memanfaatkan dukungan
sosial keluarga yang telah diperoleh dengan sebaik-baiknya.
2. Bagi pengurus rumah binaan
Bagi pengurus rumah binaan untuk lebih memaksimalkan fungsi dari
keluarga anak binaan, misalnya peran keluarga untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga dan fungsi ekonomis
yaitu keluarga berfungsi untuk mengatur antara pendapatan dan pengeluaran
untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga anak binaan tidak
perlu lagi berkeliaran dan mencari nafkah di jalanan.
3. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penulisan
dengan tema yang sama, disarankan untuk meningkatkan kualitas penulisan
lebih lanjut, diharapkan lebih memperluas ruang lingkup. Misalnya dengan
memperluas populasi atau mencermati faktor-faktor lain yang diduga turut
berperan dan mempengaruhi harga diri pada anak binaan, misalanya seperti
prestasi yang tampak, pengaruh kontrol personal dan pengaruh situasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang lain, pengalaman berdasarkan penilaian dan perlakuan orang lain
terhadap dirinya, konsistensi berperilaku sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku.