Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
REGULASI EMOSI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR
PADA SISWA SMP DI SURAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar
Magister Sains dalam Ilmu Psikologi
Oleh :
FITRIA NUR CHALIMAH
S300160026
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
REGULASI EMOSI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR
PADA SISWA SMP DI SURAKARTA
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji model a) korelasi antara tanggung jawab
dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di Surakarta, b) korelasi antara
tanggung jawab dengan kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada
siswa SMP di Surakarta, c) korelasi antara dukungan sosial dengan kemandirian
belajar pada siswa SMP di Surakarta, d) korelasi antara dukungan sosial dengan
kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada siswa SMP di Surakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 dan 5
Surakara, dengan sampel siswa SMP Muhammadiyah 1 sebanyak 298 siswa dan
siswa SMP Muhammadiyah 5 sebanyak 240 siswa. Tehnik pengampilan sampel
dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Analisa data dalam
penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM). Berdasarkan hasil
analisis SEM diketahui ada kesesuaian model dengan nilai GFI 0,99 ≥0,90, P
0,059 ≥0,05, Chi Square 145,421. Hasil analisis diperoleh: a) korelasi antara
tanggung jawab dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di Surakarta, b)
korelasi antara tanggung jawab dengan kemandirian belajar dimediasi oleh
regulasi emosi pada siswa SMP di Surakarta, c) korelasi antara dukungan sosial
dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di Surakarta, d) korelasi antara
dukungan sosial dengan kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada
siswa SMP di Surakarta.
Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Tanggung Jawab, Dukungan Sosial,
Regulasi Emosi
Abstract
The aims of this study is to examine the model of a) the correlation between
responsibility and learning independency of junior high school students in
Surakarta, b) the correlation between responsibility and learning independency
mediated by emotional regulation of junior high school students in Surakarta, c)
the correlation between social support and learning independency of junior high
school students in Surakarta, d) the correlation between social support and
learning independency is mediated by emotional regulation of junior high school
students in Surakarta. The population of the study are students of SMP
Muhammadiyah 1 and 5 Surakara, 298 students as the sample fromSMP
Muhammadiyah 1 and 240 students from SMP Muhammdiyah 5. The sampling
technique used this research is cluster random sampling. Data analysis in this
research using Structural Equation Model (SEM). Based on the result of SEM
analysis known that there is suitability of model with GFI value 0,99 ≥ 0,90, P
0,059 ≥ 0,05, Chi Square 145,421. The results of the analysis were: a) correlation
2
between responsibility and learning independencyof junior high school students in
Surakarta, b) correlation between responsibility and learning independency
mediated by emotional regulation of junior high school students in Surakarta, c)
correlation between social support and learning independency of junior high
school students in Surakarta, d) the correlation between social support and
learning independency is mediated by emotional regulation of junior high school
students in Surakarta.
Keywords : Learning independency, Responsibility, Social Support,
Emotional regulation
1. PENDAHULUAN
Kemandirian belajar berperan dalam pencapaian prestasi belajar siswa
mengingat kemandirian menjadi pilar penting bagi pembentukan karakter
seorang siswa (Virnia, dkk., 2015). Jika seorang siswa telah memiliki karakter
kemandirian belajar, maka proses untuk mencapai suatu prestasi akan lebih
mudah. Siswa yang memiliki kemandirian cenderung belajar lebih baik,
mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif,
menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa
bergantung pada orang lain secara emosional. Siswa yang mempunyai
kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks,
mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan
berani mengemukakan gagasan.
Sutama, dkk., (2014) menyebutkan ciri-ciri kemandirian belajar antara
lain: (1) siswa merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri, (2) siswa
berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus, (3) siswa
dituntut bertanggung jawab dalam belajar, (4) siswa belajar secara kritis, logis,
dan penuh keterbukaan, dan (5) siswa belajar dengan penuh percaya diri. Siswa
yang mandiri dalam belajar akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif,
mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu
bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam
melakukan aktifitas, percaya diri, mampu menerima realitas serta dapat
3
memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, percaya
diri, terarah pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada siswa kelas VII di SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta pada hari Rabu tanggal 10 Mei 2017 semester
kedua dengan jumlah 212 siswa terdiri dari 116 laki-laki dan 96 perempuan
dan diketahui 60% (127 siswa) kurang mandiri dalam belajar. Demikian pula
pada siswa SMP Muhammadiyah 5 Surakarta pada 100 siswa, diketahui siswa
yang kurang mandiri dalam belajar 65% dan siswa 35% sudah mandiri dalam
belajar. Ketidakmandirian siswa dalam belajar diketahui siswa harus ditunjuk
dalam menjawab pertanyaan, mencontek pekerjaan orang lain, dan menyuruh
orang lain dalam membuat tugas rumah, sering mengeluh kalau diberikan tugas
tambahan oleh guru, kurang bertanggung jawab. Berdasarkan pada ciri-ciri
tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku tersebut menunjukan
siswa kurang mandiri belajar.
Alasan kemandirian belajar siswa rendah berdasarkan hasil observasi
yang dikaitkan dengan lima ciri kemandirian belajar pendapat Sutama, dkk.,
(2014) dapat diketahui bahwa kemandirian belajar siswa kelas VII SMP di
Surakarta memiliki karakteristik: (1) siswa belum merencanakan dalam
kegiatan belajar, karena saat diberi pertanyaan kurang siap, (2) siswa kurang
berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus, terbukti saat
pembelajaran siswa menjawab pertanyaan apabila ditunjuk guru, (3) siswa
kurang bertanggung jawab dalam belajar dapat diketahui masih banyak siswa
mencotek saat ulangan, dan (4) siswa dalam belajar kurang memiliki
kepercayaan diri, terlihat pada sikap siswa yang sering mengeluh kalau
diberikan tugas tambahan oleh guru dan kurang bertanggung jawab.
Hasil tersebut didukung dari hasil wawancara peneliti dengan guru mata
pelajaran dan guru Bimbingan Konseling (BK) pada tanggal 10 Mei 2017
diperoleh jawaban bahwa siswa tidak mempunyai kemandirian cenderung
melaksanakan tugas sekolah karena ada tekanan dari luar dirinya. Adanya
ketergantungan dan tidak adanya inisiatif sendiri membuat siswa kurang
mandiri dalam belajar. Siswa belajar jika ada yang menyuruh, menekan,
4
menunggu perintah belajar jika ada ujian. Jika bukan ujian siswa belajar tanpa
adanya kesungguhan. Bahkan orang tua banyak mengeluh, bahwa anak-
anaknya tidak mau belajar sendiri dengan kemauan dan kemandirian dalam
belajar membuat beban bertambah bagi orang tua, karena siswa harus selalu
diingatkan.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan wawancara pra penelitian
dapat diketahui bahwa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta ada permasalahan kemandirian belajar siswa
rendah merupakan permasalahan yang perlu segera diatasi, sebab permasalahan
kemandirian belajar rendah berdampak pada prestasi belajar siswa kurang
optimal.
Secara umum, kemandirian dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar siswa
(faktor ekstern). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi: (1) faktor
fisiologi misalnya mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak
sempurna, dan (2) faktor psikologis misalnya kepribadian (tanggung jawab),
intelegensi, emosi (regulasi emosi), motivasi, persepsi, dan sikap. Sedangkan
menurut Slameto (2010) faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti
kurikulum, kompetensi profesionalisme guru, fasilitas belajar, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan belajar, dan lingkungan teman
sebaya. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian di atas, dalam
penelitian ini difokuskan faktor internal yaitu tanggung jawab dan regulasi
emosi, serta faktor eksternal dari lingkungan keluarga pada dukungan sosial.
Faktor tanggung jawab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
diartikan sebagai keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatunya yang
dimiliki siswa dapat diketahui dengan sikap siswa saat menerima saran dan
kritik terhadap pekerjaannya, siswa mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak
menyontek saat ujian, dan memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
Susanti (2015) berpendapat bahwa individu yang memiliki kesadaran
bertanggung jawab terhadap dirinya ialah individu yang telah mulai mengerti
tentang perbedaan antara benar dan salah, yang boleh dan dilarang, yang
5
dianjurkan dan dicegah, yang baik dan buruk, dan individu sadar menjauhi
segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu
menggunakan hal-hal positif.
Faktor dukungan sosial menurut Taylor (dalam Kartika dan Sugiarti,
2015) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang yang
dicintai dan dipedulikan, dihormati dan dihargai, serta bagian dari hubungan
dan kewajiban bersama. Dukungan sosial yang diberikan orang-orang yang
terdekat, orang yang dicintai dan dihormati individu akan lebih bermanfaat
daripada dukungan dari orang asing atau yang memiliki hubungan jauh dengan
individu. Yusuf (2014) berpendapat bahwa dalam mencapai kemandirian
personal hygiene membutuhkan peran aktif orang tua, sehingga kemampuan
pemenuhan kebutuhan dasar anak dapat optimal. Pengertian peran adalah
serangkaian perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukannya dalam satu sistem, sedangkan peran orang tua
diantaranya modelling, monitoring, organizing, teaching. Oleh sebab itu, orang
tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing, mendukung, membantu
dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri.
Regulasi emosi sebagai faktor yang mempengaruhi kemandirian dalam
penelitian dengan alasan berdasarkan pendapat Santrock (2011) bahwa regulasi
emosi mempunyai peran penting dalam perilaku seorang individu. Individu
dengan regulasi emosi tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk
berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Regulasi emosi merupakan strategi
yang dilakukan secara sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau
mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi
dan perilaku.
Atas dasar penjelasan sebelumnya pentingnya kemandirian pada siswa
SMP dan ada tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor tanggung jawab,
dukungan sosial, dan regulasi emosi, maka penulis merumuskan judul
penelitian: “Hubungan Antara Tanggung Jawab, Dukungan Sosial, dan
Regulasi Emosi dengan Kemandirian dalam Belajar Pada Siswa SMP Di
Surakarta” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan: (1)
6
antara tanggung jawab dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di
Surakarta, (2) antara tanggung jawab dengan kemandirian belajar dimediasi
oleh regulasi emosi pada siswa SMP di Surakarta, (3) antara dukungan sosial
dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di Surakarta, dan (4) antara
dukungan sosial dengan kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi
pada siswa SMP di Surakarta.
2. METODE
Populasi dalam penelitian yaitu seluruh siswa di SMP Muhamadiyah 1
Surakarta berjumlah 498 siswa dan SMP Muhamadiyah 5 Surakarta berjumlah
420 siswa siswa. Jadi jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 918 siswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP
Muhammadiyah 1 dan SMP Muhammadiyah 5 dengan jumlah sampel dalam
penelitian ini 538 siswa. Jumlah tersebut diperoleh dari siswa di SMP
Muhamadiyah 1 Surakarta berjumlah 298 siswa dan SMP Muhamadiyah 5
Surakarta berjumlah 240 siswa siswa. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah cluster random sampling.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation
Model (SEM). Ada 4 skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala
tanggung jawab, dukungan sosial, regulasi emosi, dan skala kemandirian
belajar. Setalah dilakukan uji validitas dapat diperoleh aitem yang valid, yaitu
aitem kemandirian belajar valid ada 12 aitem, regulasi emosi yang valid 13
aitem, tanggung jawab yang valid 12 aitem, dan dukungan sosial ada 14 aitem
yang valid. Berikut ini disajikan kriteria Goodness of Fit Index pada tabel
berikut ini.
Tabel
Goodness of Fit Index
Goodness of Fit Measure Nilai Kritis (Cut of Value)
Chi Square (λ2) Diharapkan kecil
Significance Probability ≥ 0,05
GFI ≥ 0,90
CFI ≥ 0,94
RMSEA ≤ 0,08
Sumber: Ghozali (2011).
7
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SEM,
karena SEM memiliki kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar
variabel yang bersifat multiple relationship sesuai hipotesis yang diajukan.
Hasil pengolahan data analisis SEM terlihat pada gambar berikut ini.
Chi-Square: 145.421
Probability: .059
GFI: .992
CFI: .987
RMSEA: .079
Gambar Full Model SEM
Tabel
Hasil Perbandingan Nilai Kritis dengan Hasil Penelitian
Goodness of Fit
Measure
Nilai Kritis (Cut of
Value)
Hasil Uji Keterangan
Chi Square (λ2) Diharapkan kecil 145,421 Baik
Significance
Probability
≥ 0,05 0,059 Baik
GFI ≥ 0,90 0,992 Baik
CFI ≥ 0,94 0,981 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,079 Baik
8
Hasil uji goodness of fit full model SEM diperoleh hasil chi-square
sebesar 146.421 (sedang), significance probability 0,059 > 0,05 termasuk
baik; hasil GFI = 0,992 > 0,90 termasuk baik; hasil CFI 0,981 > 0,94
termasuk sedang karena hasil 0,922 mendekati 1, dan RMSEA = 0,075 <
0,08 termasuk kategori baik dan dapat digunakan untuk uji hipotesis.
Tabel
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
No Hipotesis
Nilai CR dan
Nilai P
Hasil
Uji
H1 Ada hubungan antara tanggung
jawab dengan kemandirian belajar
CR = 2,808; P =
0,02
Diterima
H2 Ada hubungan antara tanggung
jawab dengan kemandirian belajar
dimediasi kemandirian belajar
CR = 2,808: P =
0,002 dan
CR = 13,342
p = ***
Diterima
H3 Ada hubungan antara dukungan
sosial dengan kemandirian belajar CR = 12,369
p = ***
Diterima
H4 Ada hubungan antara dukungan
sosial dengan kemandirian belajar
dimediasi kemandirian belajar
CR = 12,369; p =
*** dan
CR = 13,342 p =
***
Diterima
Pengujian terhadap 4 (empat) hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini berhasil diterima. Pembahasan berikut ini bertujuan untuk
menjelaskan secara teoritis dan dukungan empiris terhadap hasil pengujian
hipotesis dan analisis hubungan langsung dan tidak langsung. Berikut ini
output AMOS 21 tentang direct effect dan indirect effect:
Total Effects (Group number 1 - Default model)
DS TJ RE
RE .665 .615 .000
KB .569 .325 .582
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DS TJ RE
RE .465 .415 .000
KB .299 .283 .582
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DS TJ RE
RE .000 .000 .000
KB .271 .241 .000
9
Dari hasil tersebut di atas dapat dijelaskan hubungan langsung dam
tidak langsung variable penelitian, sebgaai berikut:
3.1.1 Hubungan Tanggung Jawab terhadap Kemandirian Belajar Secara
Langsung
Berdasarkan data direct effect dan indirect effect untuk
mengetahui hubungan langsung tanggung jawab mempengaruhi
kemandirian belajar sebesar 0,283 + 0,241 = 0,524. Hasil
perhitungan 0,540 mempunyai arti semakin tinggi tanggung jawab
dapat meningkatkan kemandirian belajar yang tinggi pula.
3.1.2 Hubungan Tanggung Jawab terhadap Kemandirian Belajar Secara
Tidak Langsung
Berdasarkan data total effect untuk mengetahui hubungan
secara tidak langsung tanggung jawab dengan kemandirian belajar
yang dimediasi regulasi diperoleh hasil perkalian dari 0.615*0.582
= 0.358. Hasil perhitungan 0,358 mempunyai arti bahwa tanggung
jawab berhubungan dengan kemandirian belajar dimediasi oleh
regulasi emosi.
3.1.3 Hubungan Dukungan Sosial terhadap Kemandirian Belajar Secara
Langsung
Berdasarkan data direct effect dan indirect effect untuk
mengetahui hubungan langsung tanggung jawab mempengaruhi
kemandirian belajar sebesar 0,299 + 0,271 = 0,554. Hasil
perhitungan 0,554 mempunyai arti semakin tinggi dukungan sosial
dapat meningkatkan kemandirian belajar.
3.1.4 Hubungan Dukungan Sosial terhadap Kemandirian Belajar Secara
Tidak Langsung
Berdasarkan data total effect untuk mengetahui hubungan
secara tidak langsung tanggung jawab dengan kemandirian belajar
yang dimediasi regulasi diperoleh hasil perkalian dari 0.665*0.582
= 0.387. Hasil perhitungan 0,387 mempunyai arti bahwa dukungan
10
sosial berhubungan dengan kemandirian belajar dimediasi oleh
regulasi emosi.
3.2 Pembahasan
Hipotesis pertama ada korelasi antara tanggung jawab dengan
kemandirian belajar. Artinya semakin tinggi regulasi emosi dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa SMP. Keterkaitan antara regulasi
emosi dengan kemandirian dalam belajar dibuktikan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Bozpolat (2016) bahwa strategi pembelajaran mandiri
adalah rata-rata akademik umum. Studi ini menentukan bahwa strategi
pembelajaran mandiri dan rata-rata akademik umum menunjukkan
perubahan yang paralel. Konsep self-regulation dapat memprediksi
keberhasilan akademik, dan sebaliknya, kesuksesan akademis dapat
memprediksi konsep self-regulation.
Menurut Babari (2012) membagi ciri-ciri kemandirian yang dapat
dijadikan aspek dalam lima jenis, yaitu percaya diri, mampu bekerja
sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan
kerjanya, dan menghargai waktu. Kemandirian belajar bagi siswa dikaji
lebih mendalam dan sebagai salah satu nilai karakter yang penting untuk
ditanamkan pada siswa untuk membentuk suatu kepribadian positif dan
bermartabat adalah kesadaran akan tanggung jawab. Kesadaran akan
tanggung jawab dapat diartikan sebagai suatu kesiagaan seseorang
terhadap suatu peristiwa yang ada di sekitarnya mengenai kewajiban atau
beban yang harus dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan sendiri maupun
sebagai akibat perbuatan pihak lain.
Hipotesis kedua ada korelasi antara tanggung jawab dengan
kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada siswa SMP di
Surakarta. Artinya, semakin tinggi dukungan social mampu meningkatkan
regulasi emosi siswa dan mampu pula meningkatkan kemandirian belajar
siswa. Hubungan tersebut dapat diketahui melalui hasil muatan faktor pada
aspek tanggung jawab dengan regulasi emosi dan kemandirian belajar.
11
Keterkaitan aspek tanggung jawab dengan regulasi emosi terdapat
pada muatan faktor dengan indikator tanggung Jawab pada diri sendiri
sebesar 1,00 dan indicator kemampuan mengambil keputusan sebesar 0,88.
Menurut Pearson dan Trout (2017), tanggung jawab pada diri sendiri pada
diri individu menunjukkan individu tersebut mempunyai harga diri yang
bersumber pada hati nurani yang mampu membedakan mana yang baik
dan yang buruk. Dengan adanya rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri,
maka dapat mencegah dan menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat
merendahkan harga dirinya, sehingga individu mampu mengambil
keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari berbagai
masalah yang harus segera diselesaikan dengan baik dan seksama. Agar
dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka harus dapat menentukan
cara yang tepat. Setiap permasalahan memiliki berbagai cara alternatif atau
langkah-langkah dalam solusi pemecahannya yang paling tepat untuk
dirinya dan yang mampu dilaksanakan.
Kemampuan siswa yang menyadari akan tanggung jawabnya
sendiri sebagai siswa dan kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan
yang ditemui berhubungan dengan regulasi emosi siswa. Keterkaitan
tersebut pada aspek kemampuan siswa yang menyadari akan tanggung
jawabnya berhubungan dengan control emotional responses (impulse)
ialah kemampuan individu untuk dapat mengontrol emosi yang
dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis,
tingkah laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan
emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.
Kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan berhubungan dengan
aspek strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan
individu untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan
untuk menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negatif dan
dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi
yang berlebihan.
12
Sikap tanggung jawab dan kemandirian merupakan salah satu
keberhasilan dalam pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa variasi
tingkatan kemandirian siswa dihubungani oleh tanggung jawab. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nursa’ban (2013) membuktikan bahwa
sikap tanggung jawab mampu meningkatkan kemandirian siswa pada
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan pembelajaran
metode tutorial.
Hipotesis ketiga ada korelasi antara tanggung jawab dengan
kemandirian belajar. Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP),
memasuki tahap perkembangan remaja awal. Remaja awal adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan
menuju masa pembentukan tanggung jawab. Sekalipun remaja tersebut
terhubungan, namun hubungan itu tidak diterimanya begitu saja,
melainkan dipilih, diseleksi, hubungan manakah yang sekiranya
meningkatkan kemampuannya sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
Tanggung jawab memiliki arti suatu sikap seseorang yang secara
sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani
memikul segala resikonya. Keberanian untuk menerima segala resiko dari
perbuatan yang dilakukan bisa diajarkan kepada siswa melalui teknik
klarifikasi nilai. Tanggung jawab adalah perilaku yang menentukan
bagaimana siswa bereaksi terhadap situasi setiap hari, yang memerlukan
beberapa jenis keputusan yang bersifat moral. Teknik klarifikasi nilai
dianggap efektif untuk meningkatkan kesadaran tanggung jawab siswa
SMP karena klarifikasi nilai memiliki tujuan membantu siswa untuk
menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai tanggung jawab mereka sendiri
serta orang lain, membantu siswa agar mereka mampu berkomunikasi
secara terbuka dan jujur terhadap orang lain, berhubungan dengan nilai
tanggung jawab sendiri, membantu siswa agar mereka mampu
menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan
13
kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai taggung
jawab, dan pola tingkah laku mereka sendiri.
Menurut Morrison (2012) bahwa kemandirian adalah kemampuan
untuk mengerjakan tugas sendiri, menjaga diri sendiri, dan memulai
kegiatan tanpa harus selalu diberi tahu apa yang harus dilakukan. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Barnadib (dalam Fatimah, 2006)
mengungkapkan bahwa kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif
mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat
melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian belajar
peserta didik ditunjukkan dengan sikapnya yang mampu menghadapi
masalah dan tugasnya dengan mandiri, tanpa harus bergantung pada
pekerjaan teman atau orang lain. Seiring pertumbuhannya, peserta didik
yang mandiri akan mampu untuk menghadapi masalah yang timbul dalam
masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya dengan cara yang solutif,
mengembangkan kematangan sikap dan mental.
Hipotesis keempat ada korelasi antara dukungan sosial dengan
kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada siswa SMP di
Surakarta. Hasil tersebut sesuai hasil penelitian yang dilakukan Achdiyat
(2017) menjelaskan ada hubungan antara dukungan sosial dengan
kemandirian belajar, karena siswa berada atau dibesarkan pada lingkungan
yang mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif maka siswa
akan tumbuh menjadi siswa yang dapat belajar secara mandiri tanpa harus
mendapat instruksi atau suruhan lagi dari pihak-pihak di luar dirinya atau
bisa disebut dengan kemandirian belajar. Sebaliknya jika siswa yang
berada atau dibesarkan pada lingkungan kurang kondusif, dan tidak
mendukung bagi terciptanya proses belajar yang baik akhirnya anak
cenderung tidak mampu berperilaku positif dalam kegiatan belajar,
sehingga siswa belajar hanya jika mendapat istruksi atau suruhan dari
orang lain, kemudian memhubungani kebiasaan belajarnya dan akhirnya
juga pada prestasi belajar di sekolah. Teman sebaya merupakan faktor
14
eksterinsik yang memberikan kontribusi dalam memberikan dukungan
sosial kepada seseorang.
Dukungan sosial diungkap melalui 4 aspek yaitu emosional,
penghargaan, instrumental, dan informatif. Adanya hubungan antara
dukungan sosial dengan regulasi emosi ditunjukkan pada aspek dukungan
sosial dengan muatan faktor tertingi pada indikator emosional sebesar
1,00. Pada aspek dukungan sosial dengan indikator informatif sebesar
0,84, selanjutnya pada indikator penghargaan sebesar 0,80, dan pada
indikator instrumental sebesar 0,64.
Keempat aspek dukungan sosial tersebut mampu menumbuhkan
strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan individu
untuk dapat mengatasi suatu masalah. Menunjukkan engaging in goal
directed behavior (goals) ialah kemampuan individu untuk tidak
terhubungan oleh emosi negatif yang dirasakannya, sehingga siswa
mampu untuk control emotional responses (impulse) ialah kemampuan
individu untuk dapat mengontrol emosi dan mampu dalam acceptance of
emotional response (acceptance) ialah kemampuan individu untuk
menerima suatu peristiwa. Jadi dapat diketahui bahwa dukungan sosial
yang diberikan oleh orangtua ataupun teman mampu meningkatkan
regulasi emosi siswa.
Hasil regulasi emosi berhubungan dengan kemandirian belajar
ditunjukkan besarnya muatan faktor yang terdapat pada regulasi emosi
yaitu pada indikator acceptance of emotional response dengan muatan
faktor tertinggi sebesar 1,00. Pada control emotional responses (impulse)
dengan muatan faktor sebesar 0,88 dan strategies to emotion regulation
dengan muatan faktor sebesar 0,37. Seperti yang dijelaskan oleh Gross dan
Jazaieri (2014) bahwa Acceptance of emotional response (acceptance)
ialah kemampuan individu untuk menerima suatu peristiwa yang
menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu merasakan emosi
tersebut. Control emotional responses (impulse) ialah kemampuan
individu untuk dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon
15
emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku dan nada suara),
sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan
menunjukkan respon emosi yang tepat. Strategies to emotion regulation
(strategies) ialah keyakinan individu untuk dapat mengatasi suatu masalah,
memiliki kemampuan untuk menemukan suatu cara yang dapat
mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri
kembali setelah merasakan emosi yang berlebihan.
Santrock (2011) bahwa regulasi emosi mempunyai peran penting
dalam perilaku seorang individu. Individu dengan regulasi emosi tinggi
sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam
situasi yang bervariasi. Atas dasar pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa individu yang memiliki regulasi tinggi cenderung akan memiliki
kemandirian tinggi.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pembahasan, dalam penelitian ini dapat
diperoleh kesimpulan, yaitu:
4.1.1 Ada korelasi tanggung jawab terhadap kemandirian belajar secara
langsung.
4.1.2 Ada korelasi secara tidak langsung tanggung jawab dengan
kemandirian belajar yang dimediasi regulasi.
4.1.3 Ada korelasi dukungan sosial terhadap kemandirian belajar secara
langsung.
4.1.4 Ada korelasi secara tidak langsung tanggung jawab dengan
kemandirian belajar yang dimediasi regulasi emosi.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Siswa
Siswa hendaknya mampu menjalin hubungan dan komunikasi yang
baik dengan teman, sebab hubungan yang baik dengan teman
membuat siswa berusaha untuk tidak menyakiti orang lain yang
16
menunjukkan siswa mampu mengontrol emosinya. Siswa mampu
meningkatkan tanggung jawab kepada Tuhan dengan cara
menjalankan ibadah tepat waktu atau sering mengikuti kegiatan
keagamaan. Tanggung jawab siswa kepada Tuhan yang dilakukan
siswa secara rutin dan menjadi kebiasaan membuat siswa memiliki
tanggung jawab dalam kegiatan lainya. Siswa mengikuti nasehat
orangtua dan diharapkan menghargai pendapat teman sebagai
motivasi untuk belajar mandiri.
4.2.2 Bagi Sekolah
Pihak sekolah dapat membantu siswa dalam meningkatkan
kemandirian belajar.
1) Hendaknya Kepaka Sekolah memperhatikan tanggung jawab
siswa serta pergaulan teman sebaya ke arah yang positif agar
dapat meningkatkan kemandirian belajar. Cara yang dapat
dilakukan oleh Kepala Sekolah antara lain yaitu membuat
kebijakan untuk memberikan sanksi mengurangi nilai kepada
siswa yang ketahuan menyontek saat ulangan.
2) Bagi guru hendaknya dapat menentukan pendekatan yang tepat
dapat menstimulasi terhadap karakter siswa yang berbeda-beda,
sehingga meningkatkan kemandirian belajar.
4.2.3 Bagi penelitian selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya sesuai dengan kelemahan
penelitian, yaitu:
1) Peneliti selanjutnya dalam penentuan populasi hanya dua
sekolah yaitu SMP Muhammadiyah 1 dan 5 Surakarta,
sedangkan jumlah sekolah swasta di Surakarta ada 24 SMP,
maka penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah
lokasi penelitian di SMP atau SMA.
2) Kelemahan penelitian kedua yaitu dalam pembuatan aitem skala
penelitian setiap indikator antara 2-4 aitem, peneliti
selanjutnyajuga disarakan untuk membuat aitem skala lebih
17
banyak pada masing-masing indikator, sehingga dalam olah data
SEM hanya aitem yang benar-benar valid yang digunakan dan
hasil olah data lebih optimal
DAFTAR PUSTAKA
Achdiyat, M. (2017). Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ditinjau Dari
Kemandirian Belajar dan Perhatian Orang Tua. Prosiding Diskusi Panel
Pendidikan Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, 8 April 2017. Hal. 51
- 61.
Adawiyah, R. (2012). Pengembangan Model Konseling Behaviour dengan Teknik
Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMPN 4
Wanasari Brebes. Jurnal Bimbingan Konseling. 1 (1).
Al Fatihah, M. (2016). Hubungan Antara Kemandirian Belajar dengan Prestasi
Belajar Pai Siswa Kelas III SDN Panularan Surakarta. Jurnal Pendidikan.
Volume. 1, No. 2. Hal. 197-208.
Andarini, S.R. dan Fatma, A. (2013). Hubungan Antara Distress dan Dukungan
Sosial Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Dalam
Menyusun Skripsi. Talenta Psikologi. Vol. II, No. 2.
Anita, Y.N dan Setyowati, N. (2015). Tingkat Tanggung Jawab Siswa SMP
Negeri 1 Sidoarjo Setelah Penerapan Building Learning Power (BLP).
Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3, hal.
1228-1243.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.
Ariyanto dan Anam, C. (2011). Peran Dukungan Sosial dan Self Efficacy
Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Atlit Pencak Silat Pelajar Tingkat
SMA/K di Kota Yogyakarta. Jurnal Humanitas. Vol.IV No.2.
Babari, S. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bahremand, S.S. (2017). Relationships of Job And Family Involvement, Family
Social Support, and Work-Family Conflict With Job Life Satisfaction.
Journal of Applied Psychology. 81, 411-420.
Balapumi, R. dan Aitken, A. (2012). Concepts and Factors Influencing
Independent Learning in IS Higher Education. Independent Learning in
IS Higher Education. Hal. 1 – 10.
18
Bozpolat, E. (2016). Investigation of the Self-Regulated Learning Strategies of
Students from the Faculty of Education Using Ordinal Logistic
Regression Analysis. Educational Sciences: Theory & Practice. 16 (1),
301-318.
Buchan, J. (2016). Effective Strategies for Teaching and Learning Independence
in Literacy The Daily 5 Literacy Structure. International Journal of
Higher Education. Vol. 5, No. 3. pp. 1-21.
Cakici, D. (2017). An Investigation of Learner Autonomy in Turkish EFL
Context. International Journal of Higher Education. Vol. 6, No. 2. pp.
89-99.
Chang, C.H dan Li, S. (2017). Effects of children’s temperament on mothers’ and
caregivers’ supportive reactions related to socialization of emotion
regulation. Journal of Behavior. 2(1): 1-7
Cukurova, M. (2014). An Investigation of an Independent Learning Approach in
University Level Chemistry: The Effects on Students' Knowledge,
Understanding and Intellectual Attributes. University of York. Hal. 481-
486.
Fuster, D dan Scholar, M. (2016). The Relation between Executive Functioning
and Emotion Regulation in Young Children. Educational Sciences:
Theory & Practice. 17(3). 859-876.
Fatimah, M. (2009). Perkembangan Remaja. Jakarta: Obor Jaya.
Ferdinand, Augusty (2007), Marketing Strategy Making: Proses dan Agenda
Penelitian, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol.1 No, 1, p. 1-22.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginintasasi, R. (2011). Kontribusi Pola Pengasuhan Orang Tua Terhadap
Perkembangan Kemandirian dan Kreativitas Anak. Bahan Seminar.
Bandung: Universitas Padjajaran.
Gross, J.J dan Jazaieri, H. (2014). Emotion, Emotion Regulation, and
Psychopathology: An Affective Science Perspective. Clinical
Psychological Science. 2 (4), 387–401.
Hair, J.F. (2011), Multivariate Data Analysis: A Global Perspective, Prentice-
Hall, Englewood Cliffs, NJ.
19
Handono, O.T dan Bashori, K. (2013). Hubungan Antara Penyesuaian Diri dan
Dukungan Sosial Terhadap Stres Lingkungan Pada Santri Baru. Empathy
Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 1, No 2, Hal. 13-21.
Hendrianur. (2015). Hubungan Dukungan Sosial dan Regulasi Diri Dengan
Prokrastinasi Dalam Menyelesaikan Skripsi (Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda Tahun 2013
Angkatan 2007-2008). eJournal Psikologi. 3 (2): 528-542.
Jaeger, B.A.W., Nobles, R.H., Warren, L., dan Larimer, M.E. (2016). Emotion
Regulation, Social Support, and Alcohol-Related Problems among
Racially Diverse Adolescents.
Kartika, V. dan Sugiarti, L.R. (2015). Hubungan antara Dukungan Sosial
Keluarga dengan Kecerdasan Emosional Remaja di Panti Asuhan. Skripsi
(Tidak Diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Negeri
Semarang.
Kusumadewi, KM. Risma, Gd. Sedanayasa, Ni Ngh. Madri Antari. (2014).
Efektivitas Konseling Gestalt Dengan Teknik “Saya Bertanggung Jawab
Atas….” Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Akademik Siswa. Jurnal
Jurusan Bimbingan Konseling. Volume: Vol: 2 No: 1. Hal. 1-10.
Massah, O., Sohrabi, F., A’azami, Y., Doostian, Y., Farhoudian, A., dan
Daneshmand, R. (2016). Effectiveness of Gross Model-Based Emotion
Regulation Strategies Training on Anger Reduction in Drug-Dependent
Individuals and its Sustainability in Follow-up.
Naeeini, S.K. dan Mustapha, R. (2016). Independent learning of English literature
students: Learning from an Iranian experience. Malaysian Journal of
Society. Space 12 issue 3 (201 - 207).
Nursa’ban, M. (2013). Peningkatan Sikap Tanggung Jawab dan Kemandirian
Belajar Mahasiswa Melalui Metode Tutorial Di Jurusan Pendidikan
Geografi. Cakrawala Pendidikan, Th. XXXII, No. 3.
Onyekuru, B.U. (2015). Field Dependence-Field Independence Cognitive Style,
Gender, Career Choice and Academic Achievement of Secondary School
Students in Emohua Local Government Area of Rivers State. Journal of
Education and Practice. Vol.6, No.10, Hal. 13-33.
Panahi, S. (2014). Cognitive Emotional Regulation, Social Support, and Physical
Activity as Predictors of Psychological Well-Being Among Graduate
Student at a Malaysian Public University. Universitas Putra Malaysia.
Vol. 1, No 2, Hal 1-17.
20
Pearson, G dan Trout, P. (2017). Students Rights, Responsibilities & Behavioral
Consequences. Alaska: Fairbanks North Star Borough School District.
Ratnasari, S. dan Suleeman, J. 2017. Perbedaan Regulasi Emosi Perempuan dan
Laki-Laki di Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi Sosial. Vol. 15, No. 01,
35-46.
Reliani dan Lailatul, F. (2016). Pengaruh Aktivitas Bermain Peran Dengan Hand
Puppet Terhadap Kemandirian dalam Pemenuhan Activity Daily Living
(ADL) Pada Anak Retardasi Mental Ringan di SDLB Negeri
Juwetkenongo Porong Sidoarjo. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 1 No. 1,
Hal. 4 – 10.
Sabri, T. (2014). Memupuk Kemandirian Sebagai Strategi Pengembangan
Kepribadian Individu Siswa dalam Belajar. Jurnal Pendidikan Sosiologi
dan Humaniora. Vol. 1, No. 1.
Sancahya, A.A.G.A dan Susilawati, L.K.P.A. 2014. Hubungan Antara Dukungan
Sosial Keluarga Dengan Self Esteem Pada Remaja Akhir Di Kota
Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 3, 440-450 Program
Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: 2354
5607.
Santrock, J. W. (2011). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sekaran, U. (2012). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, edisi 4. Jakarta: Salemba
Empat.
Shehata, A.M.G.H. dan Ramadan, F.H. (2017). Relationship between Emotional
Regulation Strategies and Self-reported Ego Defense Styles Among
Nursing Interns at Alexandria, Main University Hospital. IOSR Journal
of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS). Volume 6, Issue 1 Ver. II,
PP 14-23.
Sheppes, S., Suri, G., dan Gross, JJ. (2015). Emotion Regulation and
Psychopathology. Department of Psychology, Stanford University,
Stanford, California. http://people.socsci.tau.ac.il/mu/
galsheppes/files/2014
10/Sheppes-Suri-Gross-2015-Annual-Review.pdf. Diunduh 23
November 2016. Pukul 3.50.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Smieja, M., Mrozowicz M., dan Kobylinska D. (2011). Emotional Intelligence
and Emotion Regulation Strategies. Studia Psychologiczne. 55–64.
Sobur. (2012). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Press.
21
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali.
Susanti, R.H. (2015). Meningkatkan Kesadaran Tanggung Jawab Siswa SMP
Melalui Penggunaan Teknik Klarifikasi Nilai. Jurnal Konseling
Indonesia. Vol. 1 No. 1, hlm. 47 – 57.
Sutama, G.A., Kadek S., dan Ketut D. (2014). Penerapan Teori Behavioral
Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar
Siswa Kelas AK C SMK Negeri 1 Singaraja. e-journal Undiksa Jurusan
Bimbingan Konseling. Volume: 2 No 1.
Umasugi, S.C. (2012). Hubungan Antara Regulasi Emosi dan Religiusitas dengan
Kecenderungan Perilaku Bullying pada Remaja. Jurnal Psikologi. 2 (5).
1-19.
Verzeletti, C., Vanda L.Z., Cristina G. dan Sergio A. (2016). Emotion Regulation
Strategies And Psychosocial Well-Being In Adolescence. Cogent
Psychology. Hal. 1-15.
Virnia, Y., Toto B.S. dan Dian K. (2015). Motivasi Guru Untuk Membentuk
Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 7 Bondowoso
Melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Lesson Study Pada Sub
Pokok Bahasan Luas Lingkaran. Artikel Ilmiah Mahasiswa. I (1): 1-4.
Wahyuni, S. (2013). Hubungan Efikasi Diri dan Regulasi Emosi dengan Motivasi
Berprestasi pada Siswa SMK Negri 1 Samarinda. E Journal Psikologi.
Vol. 1 No.1 : 88-95.
Wilastri, D. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial OrangTua Dengan Minat
Baca Pada Siswa SMP N 16 Yogyakarta. Jurnal Penabur. Yogyakarta:
Universitas Negeri Sunan Kalijaga.
Wirtz, P.H., Roland V.K., Changiz M., Luljeta E., Katharina R., Sara G, dan
Ulrike E. (2016). Low Social Support and Poor Emotional Regulation
Are Associated with Increased Stress Hormone Reactivity to Mental
Stress in Systemic Hypertension. Erschienen in: The Journal of clinical
endocrinology and metabolism : JCEM. 10. - S. 3857-3865.
Yusuf, G. (2014). Korelasi Antara Hubungan Kebiasaan Melihat Situs Porno
dengan Kematangan Emosi Pada Remaja. Jurnal Psikologi. Bandung:
Universitas Padjaajaran.