25
HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, DAN REGULASI EMOSI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR PADA SISWA SMP DI SURAKARTA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Ilmu Psikologi Oleh : FITRIA NUR CHALIMAH S300160026 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

i

HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, DAN

REGULASI EMOSI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR

PADA SISWA SMP DI SURAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar

Magister Sains dalam Ilmu Psikologi

Oleh :

FITRIA NUR CHALIMAH

S300160026

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

i

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

ii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

iii

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

1

HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, DAN

REGULASI EMOSI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR

PADA SISWA SMP DI SURAKARTA

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji model a) korelasi antara tanggung jawab

dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di Surakarta, b) korelasi antara

tanggung jawab dengan kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada

siswa SMP di Surakarta, c) korelasi antara dukungan sosial dengan kemandirian

belajar pada siswa SMP di Surakarta, d) korelasi antara dukungan sosial dengan

kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada siswa SMP di Surakarta.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 dan 5

Surakara, dengan sampel siswa SMP Muhammadiyah 1 sebanyak 298 siswa dan

siswa SMP Muhammadiyah 5 sebanyak 240 siswa. Tehnik pengampilan sampel

dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Analisa data dalam

penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM). Berdasarkan hasil

analisis SEM diketahui ada kesesuaian model dengan nilai GFI 0,99 ≥0,90, P

0,059 ≥0,05, Chi Square 145,421. Hasil analisis diperoleh: a) korelasi antara

tanggung jawab dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di Surakarta, b)

korelasi antara tanggung jawab dengan kemandirian belajar dimediasi oleh

regulasi emosi pada siswa SMP di Surakarta, c) korelasi antara dukungan sosial

dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di Surakarta, d) korelasi antara

dukungan sosial dengan kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada

siswa SMP di Surakarta.

Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Tanggung Jawab, Dukungan Sosial,

Regulasi Emosi

Abstract

The aims of this study is to examine the model of a) the correlation between

responsibility and learning independency of junior high school students in

Surakarta, b) the correlation between responsibility and learning independency

mediated by emotional regulation of junior high school students in Surakarta, c)

the correlation between social support and learning independency of junior high

school students in Surakarta, d) the correlation between social support and

learning independency is mediated by emotional regulation of junior high school

students in Surakarta. The population of the study are students of SMP

Muhammadiyah 1 and 5 Surakara, 298 students as the sample fromSMP

Muhammadiyah 1 and 240 students from SMP Muhammdiyah 5. The sampling

technique used this research is cluster random sampling. Data analysis in this

research using Structural Equation Model (SEM). Based on the result of SEM

analysis known that there is suitability of model with GFI value 0,99 ≥ 0,90, P

0,059 ≥ 0,05, Chi Square 145,421. The results of the analysis were: a) correlation

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

2

between responsibility and learning independencyof junior high school students in

Surakarta, b) correlation between responsibility and learning independency

mediated by emotional regulation of junior high school students in Surakarta, c)

correlation between social support and learning independency of junior high

school students in Surakarta, d) the correlation between social support and

learning independency is mediated by emotional regulation of junior high school

students in Surakarta.

Keywords : Learning independency, Responsibility, Social Support,

Emotional regulation

1. PENDAHULUAN

Kemandirian belajar berperan dalam pencapaian prestasi belajar siswa

mengingat kemandirian menjadi pilar penting bagi pembentukan karakter

seorang siswa (Virnia, dkk., 2015). Jika seorang siswa telah memiliki karakter

kemandirian belajar, maka proses untuk mencapai suatu prestasi akan lebih

mudah. Siswa yang memiliki kemandirian cenderung belajar lebih baik,

mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif,

menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan

mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa

bergantung pada orang lain secara emosional. Siswa yang mempunyai

kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks,

mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan

berani mengemukakan gagasan.

Sutama, dkk., (2014) menyebutkan ciri-ciri kemandirian belajar antara

lain: (1) siswa merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri, (2) siswa

berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus, (3) siswa

dituntut bertanggung jawab dalam belajar, (4) siswa belajar secara kritis, logis,

dan penuh keterbukaan, dan (5) siswa belajar dengan penuh percaya diri. Siswa

yang mandiri dalam belajar akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif,

mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu

bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam

melakukan aktifitas, percaya diri, mampu menerima realitas serta dapat

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

3

memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, percaya

diri, terarah pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada siswa kelas VII di SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta pada hari Rabu tanggal 10 Mei 2017 semester

kedua dengan jumlah 212 siswa terdiri dari 116 laki-laki dan 96 perempuan

dan diketahui 60% (127 siswa) kurang mandiri dalam belajar. Demikian pula

pada siswa SMP Muhammadiyah 5 Surakarta pada 100 siswa, diketahui siswa

yang kurang mandiri dalam belajar 65% dan siswa 35% sudah mandiri dalam

belajar. Ketidakmandirian siswa dalam belajar diketahui siswa harus ditunjuk

dalam menjawab pertanyaan, mencontek pekerjaan orang lain, dan menyuruh

orang lain dalam membuat tugas rumah, sering mengeluh kalau diberikan tugas

tambahan oleh guru, kurang bertanggung jawab. Berdasarkan pada ciri-ciri

tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku tersebut menunjukan

siswa kurang mandiri belajar.

Alasan kemandirian belajar siswa rendah berdasarkan hasil observasi

yang dikaitkan dengan lima ciri kemandirian belajar pendapat Sutama, dkk.,

(2014) dapat diketahui bahwa kemandirian belajar siswa kelas VII SMP di

Surakarta memiliki karakteristik: (1) siswa belum merencanakan dalam

kegiatan belajar, karena saat diberi pertanyaan kurang siap, (2) siswa kurang

berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus, terbukti saat

pembelajaran siswa menjawab pertanyaan apabila ditunjuk guru, (3) siswa

kurang bertanggung jawab dalam belajar dapat diketahui masih banyak siswa

mencotek saat ulangan, dan (4) siswa dalam belajar kurang memiliki

kepercayaan diri, terlihat pada sikap siswa yang sering mengeluh kalau

diberikan tugas tambahan oleh guru dan kurang bertanggung jawab.

Hasil tersebut didukung dari hasil wawancara peneliti dengan guru mata

pelajaran dan guru Bimbingan Konseling (BK) pada tanggal 10 Mei 2017

diperoleh jawaban bahwa siswa tidak mempunyai kemandirian cenderung

melaksanakan tugas sekolah karena ada tekanan dari luar dirinya. Adanya

ketergantungan dan tidak adanya inisiatif sendiri membuat siswa kurang

mandiri dalam belajar. Siswa belajar jika ada yang menyuruh, menekan,

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

4

menunggu perintah belajar jika ada ujian. Jika bukan ujian siswa belajar tanpa

adanya kesungguhan. Bahkan orang tua banyak mengeluh, bahwa anak-

anaknya tidak mau belajar sendiri dengan kemauan dan kemandirian dalam

belajar membuat beban bertambah bagi orang tua, karena siswa harus selalu

diingatkan.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan wawancara pra penelitian

dapat diketahui bahwa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta SMP

Muhammadiyah 5 Surakarta ada permasalahan kemandirian belajar siswa

rendah merupakan permasalahan yang perlu segera diatasi, sebab permasalahan

kemandirian belajar rendah berdampak pada prestasi belajar siswa kurang

optimal.

Secara umum, kemandirian dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar siswa

(faktor ekstern). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi: (1) faktor

fisiologi misalnya mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak

sempurna, dan (2) faktor psikologis misalnya kepribadian (tanggung jawab),

intelegensi, emosi (regulasi emosi), motivasi, persepsi, dan sikap. Sedangkan

menurut Slameto (2010) faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti

kurikulum, kompetensi profesionalisme guru, fasilitas belajar, lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan belajar, dan lingkungan teman

sebaya. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian di atas, dalam

penelitian ini difokuskan faktor internal yaitu tanggung jawab dan regulasi

emosi, serta faktor eksternal dari lingkungan keluarga pada dukungan sosial.

Faktor tanggung jawab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)

diartikan sebagai keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatunya yang

dimiliki siswa dapat diketahui dengan sikap siswa saat menerima saran dan

kritik terhadap pekerjaannya, siswa mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak

menyontek saat ujian, dan memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.

Susanti (2015) berpendapat bahwa individu yang memiliki kesadaran

bertanggung jawab terhadap dirinya ialah individu yang telah mulai mengerti

tentang perbedaan antara benar dan salah, yang boleh dan dilarang, yang

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

5

dianjurkan dan dicegah, yang baik dan buruk, dan individu sadar menjauhi

segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu

menggunakan hal-hal positif.

Faktor dukungan sosial menurut Taylor (dalam Kartika dan Sugiarti,

2015) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang yang

dicintai dan dipedulikan, dihormati dan dihargai, serta bagian dari hubungan

dan kewajiban bersama. Dukungan sosial yang diberikan orang-orang yang

terdekat, orang yang dicintai dan dihormati individu akan lebih bermanfaat

daripada dukungan dari orang asing atau yang memiliki hubungan jauh dengan

individu. Yusuf (2014) berpendapat bahwa dalam mencapai kemandirian

personal hygiene membutuhkan peran aktif orang tua, sehingga kemampuan

pemenuhan kebutuhan dasar anak dapat optimal. Pengertian peran adalah

serangkaian perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang

sesuai kedudukannya dalam satu sistem, sedangkan peran orang tua

diantaranya modelling, monitoring, organizing, teaching. Oleh sebab itu, orang

tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing, mendukung, membantu

dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri.

Regulasi emosi sebagai faktor yang mempengaruhi kemandirian dalam

penelitian dengan alasan berdasarkan pendapat Santrock (2011) bahwa regulasi

emosi mempunyai peran penting dalam perilaku seorang individu. Individu

dengan regulasi emosi tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk

berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Regulasi emosi merupakan strategi

yang dilakukan secara sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau

mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi

dan perilaku.

Atas dasar penjelasan sebelumnya pentingnya kemandirian pada siswa

SMP dan ada tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor tanggung jawab,

dukungan sosial, dan regulasi emosi, maka penulis merumuskan judul

penelitian: “Hubungan Antara Tanggung Jawab, Dukungan Sosial, dan

Regulasi Emosi dengan Kemandirian dalam Belajar Pada Siswa SMP Di

Surakarta” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan: (1)

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

6

antara tanggung jawab dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di

Surakarta, (2) antara tanggung jawab dengan kemandirian belajar dimediasi

oleh regulasi emosi pada siswa SMP di Surakarta, (3) antara dukungan sosial

dengan kemandirian belajar pada siswa SMP di Surakarta, dan (4) antara

dukungan sosial dengan kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi

pada siswa SMP di Surakarta.

2. METODE

Populasi dalam penelitian yaitu seluruh siswa di SMP Muhamadiyah 1

Surakarta berjumlah 498 siswa dan SMP Muhamadiyah 5 Surakarta berjumlah

420 siswa siswa. Jadi jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 918 siswa.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP

Muhammadiyah 1 dan SMP Muhammadiyah 5 dengan jumlah sampel dalam

penelitian ini 538 siswa. Jumlah tersebut diperoleh dari siswa di SMP

Muhamadiyah 1 Surakarta berjumlah 298 siswa dan SMP Muhamadiyah 5

Surakarta berjumlah 240 siswa siswa. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah cluster random sampling.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation

Model (SEM). Ada 4 skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala

tanggung jawab, dukungan sosial, regulasi emosi, dan skala kemandirian

belajar. Setalah dilakukan uji validitas dapat diperoleh aitem yang valid, yaitu

aitem kemandirian belajar valid ada 12 aitem, regulasi emosi yang valid 13

aitem, tanggung jawab yang valid 12 aitem, dan dukungan sosial ada 14 aitem

yang valid. Berikut ini disajikan kriteria Goodness of Fit Index pada tabel

berikut ini.

Tabel

Goodness of Fit Index

Goodness of Fit Measure Nilai Kritis (Cut of Value)

Chi Square (λ2) Diharapkan kecil

Significance Probability ≥ 0,05

GFI ≥ 0,90

CFI ≥ 0,94

RMSEA ≤ 0,08

Sumber: Ghozali (2011).

Page 11: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

7

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SEM,

karena SEM memiliki kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar

variabel yang bersifat multiple relationship sesuai hipotesis yang diajukan.

Hasil pengolahan data analisis SEM terlihat pada gambar berikut ini.

Chi-Square: 145.421

Probability: .059

GFI: .992

CFI: .987

RMSEA: .079

Gambar Full Model SEM

Tabel

Hasil Perbandingan Nilai Kritis dengan Hasil Penelitian

Goodness of Fit

Measure

Nilai Kritis (Cut of

Value)

Hasil Uji Keterangan

Chi Square (λ2) Diharapkan kecil 145,421 Baik

Significance

Probability

≥ 0,05 0,059 Baik

GFI ≥ 0,90 0,992 Baik

CFI ≥ 0,94 0,981 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,079 Baik

Page 12: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

8

Hasil uji goodness of fit full model SEM diperoleh hasil chi-square

sebesar 146.421 (sedang), significance probability 0,059 > 0,05 termasuk

baik; hasil GFI = 0,992 > 0,90 termasuk baik; hasil CFI 0,981 > 0,94

termasuk sedang karena hasil 0,922 mendekati 1, dan RMSEA = 0,075 <

0,08 termasuk kategori baik dan dapat digunakan untuk uji hipotesis.

Tabel

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

No Hipotesis

Nilai CR dan

Nilai P

Hasil

Uji

H1 Ada hubungan antara tanggung

jawab dengan kemandirian belajar

CR = 2,808; P =

0,02

Diterima

H2 Ada hubungan antara tanggung

jawab dengan kemandirian belajar

dimediasi kemandirian belajar

CR = 2,808: P =

0,002 dan

CR = 13,342

p = ***

Diterima

H3 Ada hubungan antara dukungan

sosial dengan kemandirian belajar CR = 12,369

p = ***

Diterima

H4 Ada hubungan antara dukungan

sosial dengan kemandirian belajar

dimediasi kemandirian belajar

CR = 12,369; p =

*** dan

CR = 13,342 p =

***

Diterima

Pengujian terhadap 4 (empat) hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini berhasil diterima. Pembahasan berikut ini bertujuan untuk

menjelaskan secara teoritis dan dukungan empiris terhadap hasil pengujian

hipotesis dan analisis hubungan langsung dan tidak langsung. Berikut ini

output AMOS 21 tentang direct effect dan indirect effect:

Total Effects (Group number 1 - Default model)

DS TJ RE

RE .665 .615 .000

KB .569 .325 .582

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

DS TJ RE

RE .465 .415 .000

KB .299 .283 .582

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

DS TJ RE

RE .000 .000 .000

KB .271 .241 .000

Page 13: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

9

Dari hasil tersebut di atas dapat dijelaskan hubungan langsung dam

tidak langsung variable penelitian, sebgaai berikut:

3.1.1 Hubungan Tanggung Jawab terhadap Kemandirian Belajar Secara

Langsung

Berdasarkan data direct effect dan indirect effect untuk

mengetahui hubungan langsung tanggung jawab mempengaruhi

kemandirian belajar sebesar 0,283 + 0,241 = 0,524. Hasil

perhitungan 0,540 mempunyai arti semakin tinggi tanggung jawab

dapat meningkatkan kemandirian belajar yang tinggi pula.

3.1.2 Hubungan Tanggung Jawab terhadap Kemandirian Belajar Secara

Tidak Langsung

Berdasarkan data total effect untuk mengetahui hubungan

secara tidak langsung tanggung jawab dengan kemandirian belajar

yang dimediasi regulasi diperoleh hasil perkalian dari 0.615*0.582

= 0.358. Hasil perhitungan 0,358 mempunyai arti bahwa tanggung

jawab berhubungan dengan kemandirian belajar dimediasi oleh

regulasi emosi.

3.1.3 Hubungan Dukungan Sosial terhadap Kemandirian Belajar Secara

Langsung

Berdasarkan data direct effect dan indirect effect untuk

mengetahui hubungan langsung tanggung jawab mempengaruhi

kemandirian belajar sebesar 0,299 + 0,271 = 0,554. Hasil

perhitungan 0,554 mempunyai arti semakin tinggi dukungan sosial

dapat meningkatkan kemandirian belajar.

3.1.4 Hubungan Dukungan Sosial terhadap Kemandirian Belajar Secara

Tidak Langsung

Berdasarkan data total effect untuk mengetahui hubungan

secara tidak langsung tanggung jawab dengan kemandirian belajar

yang dimediasi regulasi diperoleh hasil perkalian dari 0.665*0.582

= 0.387. Hasil perhitungan 0,387 mempunyai arti bahwa dukungan

Page 14: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

10

sosial berhubungan dengan kemandirian belajar dimediasi oleh

regulasi emosi.

3.2 Pembahasan

Hipotesis pertama ada korelasi antara tanggung jawab dengan

kemandirian belajar. Artinya semakin tinggi regulasi emosi dapat

meningkatkan kemandirian belajar siswa SMP. Keterkaitan antara regulasi

emosi dengan kemandirian dalam belajar dibuktikan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Bozpolat (2016) bahwa strategi pembelajaran mandiri

adalah rata-rata akademik umum. Studi ini menentukan bahwa strategi

pembelajaran mandiri dan rata-rata akademik umum menunjukkan

perubahan yang paralel. Konsep self-regulation dapat memprediksi

keberhasilan akademik, dan sebaliknya, kesuksesan akademis dapat

memprediksi konsep self-regulation.

Menurut Babari (2012) membagi ciri-ciri kemandirian yang dapat

dijadikan aspek dalam lima jenis, yaitu percaya diri, mampu bekerja

sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan

kerjanya, dan menghargai waktu. Kemandirian belajar bagi siswa dikaji

lebih mendalam dan sebagai salah satu nilai karakter yang penting untuk

ditanamkan pada siswa untuk membentuk suatu kepribadian positif dan

bermartabat adalah kesadaran akan tanggung jawab. Kesadaran akan

tanggung jawab dapat diartikan sebagai suatu kesiagaan seseorang

terhadap suatu peristiwa yang ada di sekitarnya mengenai kewajiban atau

beban yang harus dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan sendiri maupun

sebagai akibat perbuatan pihak lain.

Hipotesis kedua ada korelasi antara tanggung jawab dengan

kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada siswa SMP di

Surakarta. Artinya, semakin tinggi dukungan social mampu meningkatkan

regulasi emosi siswa dan mampu pula meningkatkan kemandirian belajar

siswa. Hubungan tersebut dapat diketahui melalui hasil muatan faktor pada

aspek tanggung jawab dengan regulasi emosi dan kemandirian belajar.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

11

Keterkaitan aspek tanggung jawab dengan regulasi emosi terdapat

pada muatan faktor dengan indikator tanggung Jawab pada diri sendiri

sebesar 1,00 dan indicator kemampuan mengambil keputusan sebesar 0,88.

Menurut Pearson dan Trout (2017), tanggung jawab pada diri sendiri pada

diri individu menunjukkan individu tersebut mempunyai harga diri yang

bersumber pada hati nurani yang mampu membedakan mana yang baik

dan yang buruk. Dengan adanya rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri,

maka dapat mencegah dan menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat

merendahkan harga dirinya, sehingga individu mampu mengambil

keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari berbagai

masalah yang harus segera diselesaikan dengan baik dan seksama. Agar

dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka harus dapat menentukan

cara yang tepat. Setiap permasalahan memiliki berbagai cara alternatif atau

langkah-langkah dalam solusi pemecahannya yang paling tepat untuk

dirinya dan yang mampu dilaksanakan.

Kemampuan siswa yang menyadari akan tanggung jawabnya

sendiri sebagai siswa dan kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan

yang ditemui berhubungan dengan regulasi emosi siswa. Keterkaitan

tersebut pada aspek kemampuan siswa yang menyadari akan tanggung

jawabnya berhubungan dengan control emotional responses (impulse)

ialah kemampuan individu untuk dapat mengontrol emosi yang

dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis,

tingkah laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan

emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.

Kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan berhubungan dengan

aspek strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan

individu untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan

untuk menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negatif dan

dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi

yang berlebihan.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

12

Sikap tanggung jawab dan kemandirian merupakan salah satu

keberhasilan dalam pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa variasi

tingkatan kemandirian siswa dihubungani oleh tanggung jawab. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Nursa’ban (2013) membuktikan bahwa

sikap tanggung jawab mampu meningkatkan kemandirian siswa pada

pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan pembelajaran

metode tutorial.

Hipotesis ketiga ada korelasi antara tanggung jawab dengan

kemandirian belajar. Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP),

memasuki tahap perkembangan remaja awal. Remaja awal adalah masa

peralihan dari masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan

menuju masa pembentukan tanggung jawab. Sekalipun remaja tersebut

terhubungan, namun hubungan itu tidak diterimanya begitu saja,

melainkan dipilih, diseleksi, hubungan manakah yang sekiranya

meningkatkan kemampuannya sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat.

Tanggung jawab memiliki arti suatu sikap seseorang yang secara

sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani

memikul segala resikonya. Keberanian untuk menerima segala resiko dari

perbuatan yang dilakukan bisa diajarkan kepada siswa melalui teknik

klarifikasi nilai. Tanggung jawab adalah perilaku yang menentukan

bagaimana siswa bereaksi terhadap situasi setiap hari, yang memerlukan

beberapa jenis keputusan yang bersifat moral. Teknik klarifikasi nilai

dianggap efektif untuk meningkatkan kesadaran tanggung jawab siswa

SMP karena klarifikasi nilai memiliki tujuan membantu siswa untuk

menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai tanggung jawab mereka sendiri

serta orang lain, membantu siswa agar mereka mampu berkomunikasi

secara terbuka dan jujur terhadap orang lain, berhubungan dengan nilai

tanggung jawab sendiri, membantu siswa agar mereka mampu

menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan

Page 17: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

13

kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai taggung

jawab, dan pola tingkah laku mereka sendiri.

Menurut Morrison (2012) bahwa kemandirian adalah kemampuan

untuk mengerjakan tugas sendiri, menjaga diri sendiri, dan memulai

kegiatan tanpa harus selalu diberi tahu apa yang harus dilakukan. Sejalan

dengan pendapat tersebut, Barnadib (dalam Fatimah, 2006)

mengungkapkan bahwa kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif

mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat

melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian belajar

peserta didik ditunjukkan dengan sikapnya yang mampu menghadapi

masalah dan tugasnya dengan mandiri, tanpa harus bergantung pada

pekerjaan teman atau orang lain. Seiring pertumbuhannya, peserta didik

yang mandiri akan mampu untuk menghadapi masalah yang timbul dalam

masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya dengan cara yang solutif,

mengembangkan kematangan sikap dan mental.

Hipotesis keempat ada korelasi antara dukungan sosial dengan

kemandirian belajar dimediasi oleh regulasi emosi pada siswa SMP di

Surakarta. Hasil tersebut sesuai hasil penelitian yang dilakukan Achdiyat

(2017) menjelaskan ada hubungan antara dukungan sosial dengan

kemandirian belajar, karena siswa berada atau dibesarkan pada lingkungan

yang mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif maka siswa

akan tumbuh menjadi siswa yang dapat belajar secara mandiri tanpa harus

mendapat instruksi atau suruhan lagi dari pihak-pihak di luar dirinya atau

bisa disebut dengan kemandirian belajar. Sebaliknya jika siswa yang

berada atau dibesarkan pada lingkungan kurang kondusif, dan tidak

mendukung bagi terciptanya proses belajar yang baik akhirnya anak

cenderung tidak mampu berperilaku positif dalam kegiatan belajar,

sehingga siswa belajar hanya jika mendapat istruksi atau suruhan dari

orang lain, kemudian memhubungani kebiasaan belajarnya dan akhirnya

juga pada prestasi belajar di sekolah. Teman sebaya merupakan faktor

Page 18: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

14

eksterinsik yang memberikan kontribusi dalam memberikan dukungan

sosial kepada seseorang.

Dukungan sosial diungkap melalui 4 aspek yaitu emosional,

penghargaan, instrumental, dan informatif. Adanya hubungan antara

dukungan sosial dengan regulasi emosi ditunjukkan pada aspek dukungan

sosial dengan muatan faktor tertingi pada indikator emosional sebesar

1,00. Pada aspek dukungan sosial dengan indikator informatif sebesar

0,84, selanjutnya pada indikator penghargaan sebesar 0,80, dan pada

indikator instrumental sebesar 0,64.

Keempat aspek dukungan sosial tersebut mampu menumbuhkan

strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan individu

untuk dapat mengatasi suatu masalah. Menunjukkan engaging in goal

directed behavior (goals) ialah kemampuan individu untuk tidak

terhubungan oleh emosi negatif yang dirasakannya, sehingga siswa

mampu untuk control emotional responses (impulse) ialah kemampuan

individu untuk dapat mengontrol emosi dan mampu dalam acceptance of

emotional response (acceptance) ialah kemampuan individu untuk

menerima suatu peristiwa. Jadi dapat diketahui bahwa dukungan sosial

yang diberikan oleh orangtua ataupun teman mampu meningkatkan

regulasi emosi siswa.

Hasil regulasi emosi berhubungan dengan kemandirian belajar

ditunjukkan besarnya muatan faktor yang terdapat pada regulasi emosi

yaitu pada indikator acceptance of emotional response dengan muatan

faktor tertinggi sebesar 1,00. Pada control emotional responses (impulse)

dengan muatan faktor sebesar 0,88 dan strategies to emotion regulation

dengan muatan faktor sebesar 0,37. Seperti yang dijelaskan oleh Gross dan

Jazaieri (2014) bahwa Acceptance of emotional response (acceptance)

ialah kemampuan individu untuk menerima suatu peristiwa yang

menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu merasakan emosi

tersebut. Control emotional responses (impulse) ialah kemampuan

individu untuk dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon

Page 19: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

15

emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku dan nada suara),

sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan

menunjukkan respon emosi yang tepat. Strategies to emotion regulation

(strategies) ialah keyakinan individu untuk dapat mengatasi suatu masalah,

memiliki kemampuan untuk menemukan suatu cara yang dapat

mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri

kembali setelah merasakan emosi yang berlebihan.

Santrock (2011) bahwa regulasi emosi mempunyai peran penting

dalam perilaku seorang individu. Individu dengan regulasi emosi tinggi

sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam

situasi yang bervariasi. Atas dasar pengertian tersebut dapat dipahami

bahwa individu yang memiliki regulasi tinggi cenderung akan memiliki

kemandirian tinggi.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan, dalam penelitian ini dapat

diperoleh kesimpulan, yaitu:

4.1.1 Ada korelasi tanggung jawab terhadap kemandirian belajar secara

langsung.

4.1.2 Ada korelasi secara tidak langsung tanggung jawab dengan

kemandirian belajar yang dimediasi regulasi.

4.1.3 Ada korelasi dukungan sosial terhadap kemandirian belajar secara

langsung.

4.1.4 Ada korelasi secara tidak langsung tanggung jawab dengan

kemandirian belajar yang dimediasi regulasi emosi.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Siswa

Siswa hendaknya mampu menjalin hubungan dan komunikasi yang

baik dengan teman, sebab hubungan yang baik dengan teman

membuat siswa berusaha untuk tidak menyakiti orang lain yang

Page 20: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

16

menunjukkan siswa mampu mengontrol emosinya. Siswa mampu

meningkatkan tanggung jawab kepada Tuhan dengan cara

menjalankan ibadah tepat waktu atau sering mengikuti kegiatan

keagamaan. Tanggung jawab siswa kepada Tuhan yang dilakukan

siswa secara rutin dan menjadi kebiasaan membuat siswa memiliki

tanggung jawab dalam kegiatan lainya. Siswa mengikuti nasehat

orangtua dan diharapkan menghargai pendapat teman sebagai

motivasi untuk belajar mandiri.

4.2.2 Bagi Sekolah

Pihak sekolah dapat membantu siswa dalam meningkatkan

kemandirian belajar.

1) Hendaknya Kepaka Sekolah memperhatikan tanggung jawab

siswa serta pergaulan teman sebaya ke arah yang positif agar

dapat meningkatkan kemandirian belajar. Cara yang dapat

dilakukan oleh Kepala Sekolah antara lain yaitu membuat

kebijakan untuk memberikan sanksi mengurangi nilai kepada

siswa yang ketahuan menyontek saat ulangan.

2) Bagi guru hendaknya dapat menentukan pendekatan yang tepat

dapat menstimulasi terhadap karakter siswa yang berbeda-beda,

sehingga meningkatkan kemandirian belajar.

4.2.3 Bagi penelitian selanjutnya

Disarankan bagi peneliti selanjutnya sesuai dengan kelemahan

penelitian, yaitu:

1) Peneliti selanjutnya dalam penentuan populasi hanya dua

sekolah yaitu SMP Muhammadiyah 1 dan 5 Surakarta,

sedangkan jumlah sekolah swasta di Surakarta ada 24 SMP,

maka penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah

lokasi penelitian di SMP atau SMA.

2) Kelemahan penelitian kedua yaitu dalam pembuatan aitem skala

penelitian setiap indikator antara 2-4 aitem, peneliti

selanjutnyajuga disarakan untuk membuat aitem skala lebih

Page 21: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

17

banyak pada masing-masing indikator, sehingga dalam olah data

SEM hanya aitem yang benar-benar valid yang digunakan dan

hasil olah data lebih optimal

DAFTAR PUSTAKA

Achdiyat, M. (2017). Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ditinjau Dari

Kemandirian Belajar dan Perhatian Orang Tua. Prosiding Diskusi Panel

Pendidikan Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, 8 April 2017. Hal. 51

- 61.

Adawiyah, R. (2012). Pengembangan Model Konseling Behaviour dengan Teknik

Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMPN 4

Wanasari Brebes. Jurnal Bimbingan Konseling. 1 (1).

Al Fatihah, M. (2016). Hubungan Antara Kemandirian Belajar dengan Prestasi

Belajar Pai Siswa Kelas III SDN Panularan Surakarta. Jurnal Pendidikan.

Volume. 1, No. 2. Hal. 197-208.

Andarini, S.R. dan Fatma, A. (2013). Hubungan Antara Distress dan Dukungan

Sosial Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Dalam

Menyusun Skripsi. Talenta Psikologi. Vol. II, No. 2.

Anita, Y.N dan Setyowati, N. (2015). Tingkat Tanggung Jawab Siswa SMP

Negeri 1 Sidoarjo Setelah Penerapan Building Learning Power (BLP).

Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 3 Nomor 3, hal.

1228-1243.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi

Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Ariyanto dan Anam, C. (2011). Peran Dukungan Sosial dan Self Efficacy

Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Atlit Pencak Silat Pelajar Tingkat

SMA/K di Kota Yogyakarta. Jurnal Humanitas. Vol.IV No.2.

Babari, S. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bahremand, S.S. (2017). Relationships of Job And Family Involvement, Family

Social Support, and Work-Family Conflict With Job Life Satisfaction.

Journal of Applied Psychology. 81, 411-420.

Balapumi, R. dan Aitken, A. (2012). Concepts and Factors Influencing

Independent Learning in IS Higher Education. Independent Learning in

IS Higher Education. Hal. 1 – 10.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

18

Bozpolat, E. (2016). Investigation of the Self-Regulated Learning Strategies of

Students from the Faculty of Education Using Ordinal Logistic

Regression Analysis. Educational Sciences: Theory & Practice. 16 (1),

301-318.

Buchan, J. (2016). Effective Strategies for Teaching and Learning Independence

in Literacy The Daily 5 Literacy Structure. International Journal of

Higher Education. Vol. 5, No. 3. pp. 1-21.

Cakici, D. (2017). An Investigation of Learner Autonomy in Turkish EFL

Context. International Journal of Higher Education. Vol. 6, No. 2. pp.

89-99.

Chang, C.H dan Li, S. (2017). Effects of children’s temperament on mothers’ and

caregivers’ supportive reactions related to socialization of emotion

regulation. Journal of Behavior. 2(1): 1-7

Cukurova, M. (2014). An Investigation of an Independent Learning Approach in

University Level Chemistry: The Effects on Students' Knowledge,

Understanding and Intellectual Attributes. University of York. Hal. 481-

486.

Fuster, D dan Scholar, M. (2016). The Relation between Executive Functioning

and Emotion Regulation in Young Children. Educational Sciences:

Theory & Practice. 17(3). 859-876.

Fatimah, M. (2009). Perkembangan Remaja. Jakarta: Obor Jaya.

Ferdinand, Augusty (2007), Marketing Strategy Making: Proses dan Agenda

Penelitian, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol.1 No, 1, p. 1-22.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ginintasasi, R. (2011). Kontribusi Pola Pengasuhan Orang Tua Terhadap

Perkembangan Kemandirian dan Kreativitas Anak. Bahan Seminar.

Bandung: Universitas Padjajaran.

Gross, J.J dan Jazaieri, H. (2014). Emotion, Emotion Regulation, and

Psychopathology: An Affective Science Perspective. Clinical

Psychological Science. 2 (4), 387–401.

Hair, J.F. (2011), Multivariate Data Analysis: A Global Perspective, Prentice-

Hall, Englewood Cliffs, NJ.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

19

Handono, O.T dan Bashori, K. (2013). Hubungan Antara Penyesuaian Diri dan

Dukungan Sosial Terhadap Stres Lingkungan Pada Santri Baru. Empathy

Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 1, No 2, Hal. 13-21.

Hendrianur. (2015). Hubungan Dukungan Sosial dan Regulasi Diri Dengan

Prokrastinasi Dalam Menyelesaikan Skripsi (Mahasiswa Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda Tahun 2013

Angkatan 2007-2008). eJournal Psikologi. 3 (2): 528-542.

Jaeger, B.A.W., Nobles, R.H., Warren, L., dan Larimer, M.E. (2016). Emotion

Regulation, Social Support, and Alcohol-Related Problems among

Racially Diverse Adolescents.

Kartika, V. dan Sugiarti, L.R. (2015). Hubungan antara Dukungan Sosial

Keluarga dengan Kecerdasan Emosional Remaja di Panti Asuhan. Skripsi

(Tidak Diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Negeri

Semarang.

Kusumadewi, KM. Risma, Gd. Sedanayasa, Ni Ngh. Madri Antari. (2014).

Efektivitas Konseling Gestalt Dengan Teknik “Saya Bertanggung Jawab

Atas….” Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Akademik Siswa. Jurnal

Jurusan Bimbingan Konseling. Volume: Vol: 2 No: 1. Hal. 1-10.

Massah, O., Sohrabi, F., A’azami, Y., Doostian, Y., Farhoudian, A., dan

Daneshmand, R. (2016). Effectiveness of Gross Model-Based Emotion

Regulation Strategies Training on Anger Reduction in Drug-Dependent

Individuals and its Sustainability in Follow-up.

Naeeini, S.K. dan Mustapha, R. (2016). Independent learning of English literature

students: Learning from an Iranian experience. Malaysian Journal of

Society. Space 12 issue 3 (201 - 207).

Nursa’ban, M. (2013). Peningkatan Sikap Tanggung Jawab dan Kemandirian

Belajar Mahasiswa Melalui Metode Tutorial Di Jurusan Pendidikan

Geografi. Cakrawala Pendidikan, Th. XXXII, No. 3.

Onyekuru, B.U. (2015). Field Dependence-Field Independence Cognitive Style,

Gender, Career Choice and Academic Achievement of Secondary School

Students in Emohua Local Government Area of Rivers State. Journal of

Education and Practice. Vol.6, No.10, Hal. 13-33.

Panahi, S. (2014). Cognitive Emotional Regulation, Social Support, and Physical

Activity as Predictors of Psychological Well-Being Among Graduate

Student at a Malaysian Public University. Universitas Putra Malaysia.

Vol. 1, No 2, Hal 1-17.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

20

Pearson, G dan Trout, P. (2017). Students Rights, Responsibilities & Behavioral

Consequences. Alaska: Fairbanks North Star Borough School District.

Ratnasari, S. dan Suleeman, J. 2017. Perbedaan Regulasi Emosi Perempuan dan

Laki-Laki di Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi Sosial. Vol. 15, No. 01,

35-46.

Reliani dan Lailatul, F. (2016). Pengaruh Aktivitas Bermain Peran Dengan Hand

Puppet Terhadap Kemandirian dalam Pemenuhan Activity Daily Living

(ADL) Pada Anak Retardasi Mental Ringan di SDLB Negeri

Juwetkenongo Porong Sidoarjo. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 1 No. 1,

Hal. 4 – 10.

Sabri, T. (2014). Memupuk Kemandirian Sebagai Strategi Pengembangan

Kepribadian Individu Siswa dalam Belajar. Jurnal Pendidikan Sosiologi

dan Humaniora. Vol. 1, No. 1.

Sancahya, A.A.G.A dan Susilawati, L.K.P.A. 2014. Hubungan Antara Dukungan

Sosial Keluarga Dengan Self Esteem Pada Remaja Akhir Di Kota

Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 3, 440-450 Program

Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: 2354

5607.

Santrock, J. W. (2011). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sekaran, U. (2012). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, edisi 4. Jakarta: Salemba

Empat.

Shehata, A.M.G.H. dan Ramadan, F.H. (2017). Relationship between Emotional

Regulation Strategies and Self-reported Ego Defense Styles Among

Nursing Interns at Alexandria, Main University Hospital. IOSR Journal

of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS). Volume 6, Issue 1 Ver. II,

PP 14-23.

Sheppes, S., Suri, G., dan Gross, JJ. (2015). Emotion Regulation and

Psychopathology. Department of Psychology, Stanford University,

Stanford, California. http://people.socsci.tau.ac.il/mu/

galsheppes/files/2014

10/Sheppes-Suri-Gross-2015-Annual-Review.pdf. Diunduh 23

November 2016. Pukul 3.50.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Smieja, M., Mrozowicz M., dan Kobylinska D. (2011). Emotional Intelligence

and Emotion Regulation Strategies. Studia Psychologiczne. 55–64.

Sobur. (2012). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Press.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA TANGGUNG JAWAB, DUKUNGAN SOSIAL, …

21

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali.

Susanti, R.H. (2015). Meningkatkan Kesadaran Tanggung Jawab Siswa SMP

Melalui Penggunaan Teknik Klarifikasi Nilai. Jurnal Konseling

Indonesia. Vol. 1 No. 1, hlm. 47 – 57.

Sutama, G.A., Kadek S., dan Ketut D. (2014). Penerapan Teori Behavioral

Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar

Siswa Kelas AK C SMK Negeri 1 Singaraja. e-journal Undiksa Jurusan

Bimbingan Konseling. Volume: 2 No 1.

Umasugi, S.C. (2012). Hubungan Antara Regulasi Emosi dan Religiusitas dengan

Kecenderungan Perilaku Bullying pada Remaja. Jurnal Psikologi. 2 (5).

1-19.

Verzeletti, C., Vanda L.Z., Cristina G. dan Sergio A. (2016). Emotion Regulation

Strategies And Psychosocial Well-Being In Adolescence. Cogent

Psychology. Hal. 1-15.

Virnia, Y., Toto B.S. dan Dian K. (2015). Motivasi Guru Untuk Membentuk

Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 7 Bondowoso

Melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Lesson Study Pada Sub

Pokok Bahasan Luas Lingkaran. Artikel Ilmiah Mahasiswa. I (1): 1-4.

Wahyuni, S. (2013). Hubungan Efikasi Diri dan Regulasi Emosi dengan Motivasi

Berprestasi pada Siswa SMK Negri 1 Samarinda. E Journal Psikologi.

Vol. 1 No.1 : 88-95.

Wilastri, D. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial OrangTua Dengan Minat

Baca Pada Siswa SMP N 16 Yogyakarta. Jurnal Penabur. Yogyakarta:

Universitas Negeri Sunan Kalijaga.

Wirtz, P.H., Roland V.K., Changiz M., Luljeta E., Katharina R., Sara G, dan

Ulrike E. (2016). Low Social Support and Poor Emotional Regulation

Are Associated with Increased Stress Hormone Reactivity to Mental

Stress in Systemic Hypertension. Erschienen in: The Journal of clinical

endocrinology and metabolism : JCEM. 10. - S. 3857-3865.

Yusuf, G. (2014). Korelasi Antara Hubungan Kebiasaan Melihat Situs Porno

dengan Kematangan Emosi Pada Remaja. Jurnal Psikologi. Bandung:

Universitas Padjaajaran.