8
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-61 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 EVALUASI KINERJA BUS TRANS JOGJA SEBAGAI SISTEM TRANSPORTASI PUBLIK Caroline Sutandi 1 dan Eko Paulus 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung Email: [email protected] 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung ABSTRAK Masalah transportasi adalah salah satu masalah kompleks yang terjadi di kota-kota besar di negara berkembang. Oleh karena itu sistem transportasi harus ditingkatkan untuk mengurangi kompleksitas yang terjadi. Pemerintah menyadari bahwa transportasi umum yang memberikan mobilitas perkotaan yang cepat, murah, dan nyaman kepada para pelanggan adalah salah satu jalan keluar untuk mengurangi masalah transportasi yang ada. Pada tahun 2008 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengoperasikan Bus Trans Jogja sebagai sistem transportasi publik di Kota Yogyakarta. Walaupun demikian, kinerja Bus Trans Jogja sebagai moda transportasi umum perlu dievaluasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Bus Trans Jogja sebagai moda transportasi umum bus rapid transit berdasarkan persepsi pengguna untuk memenuhi standar pelayanan minimal. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Bus Trans Jogja memenuhi dua puluh empat dari dua puluh tujuh indikator dari standar pelayanan minimal. Kata kunci: Evaluasi Kenerja, Trans Jogja, Bus Rapid Transit, Persepsi Pengguna. PENDAHULUAN 1. Masalah transportasi adalah salah satu masalah kompleks yang terjadi di kota-kota besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Pemerintah menyadari bahwa transportasi umum perkotaan yang memberikan mobilitas perkotaan yang cepat, murah, dan nyaman kepada para pengguna adalah salah satu jalan keluar untuk mengurangi masalah transportasi yang ada, seperti misalnya operasional moda transportasi bus dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT). Salah satu sistem BRT yang sudah diterapkan adalah Trans Jogja di Kota Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Trans Jogja merupakan sistem transportasi yang diawali oleh inisiatif pemerintah Kota Yogyakarta untuk mengatasi berbagai masalah transportasi pada Kota Yogyakarta yang diwarnai dengan kemacetan dan tingkat kenyamanan angkutan umum yang rendah. Trans Jogja direncanakan sebagai sistem transportasi bus cepat, murah, dan ber-AC di seputar Kota Yogyakarta yang merupakan salah satu bagian dari program penerapan Bus Rapid Transit (BRT) yang dicanangkan Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Trans Jogja mengoperasikan bus berukuran sedang dan menerapkan sistem tertutup dimana penumpang tidak dapat memasuki bus tanpa melewati shelter. Trans Jogja memiliki enam trayek yaitu Trayek 1A, Trayek 1B, Trayek 2A, Trayek 2B, Trayek 3A, dan Trayek 3B dengan rute perjalanan berbeda. Motto pelayanan Trans Jogja adalah "Aman, Nyaman, Andal, Terjangkau, dan Ramah Lingkungan". Sistem Transportasi Trans Jogja yang sudah dioperasikan pada bulan Maret 2008 diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan di kota Yogyakarta (Dinas Perhubungan DIY, 2008). Agar sistem transportasi Trans Jogja dapat dijadikan acuan moda transportasi bus untuk kota-kota besar lainnya di Indonesia dalam mengurangi berbagai permasalahan transportasi, maka kinerja Bus Trans Jogja perlu dievaluasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Bus Trans Jogja yang sudah dioperasikan selama dua tahun (2008-2010) berdasarkan persepsi pengguna Bus Trans Jogja. Lebih lanjut, untuk mengkaji hubungan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pengguna Bus Trans Jogja. Data primer adalah hasil kuisoner terhadap pengguna Bus Trans Jogja pada enam trayek yang sudah beroperasi dan data sekunder diperoleh dari Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. ANGKUTAN UMUM 2. Angkutan umum mempunyai pengertian sebagai angkutan atau kendaraan yang memiliki rute dan jadwal tetap, tersedia bagi semua orang dengan tarif tertentu. Angkutan umum perkotaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan digunakan sebagai dasar untuk mengatur angkutan umum di Indonesia. Pemerintah wajib mengatur dan memaksimalkan

EVALUASI KINERJA BUS TRANS JOGJA SEBAGAI SISTEM ...konteks.id/p/05-046.pdf · SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-61 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 EVALUASI

Embed Size (px)

Citation preview

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-61 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

EVALUASI KINERJA BUS TRANS JOGJA SEBAGAI SISTEM TRANSPORTASI PUBLIK

Caroline Sutandi1 dan Eko Paulus2

1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung Email: [email protected]

2 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung

ABSTRAK Masalah transportasi adalah salah satu masalah kompleks yang terjadi di kota-kota besar di negara berkembang. Oleh karena itu sistem transportasi harus ditingkatkan untuk mengurangi kompleksitas yang terjadi. Pemerintah menyadari bahwa transportasi umum yang memberikan mobilitas perkotaan yang cepat, murah, dan nyaman kepada para pelanggan adalah salah satu jalan keluar untuk mengurangi masalah transportasi yang ada. Pada tahun 2008 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengoperasikan Bus Trans Jogja sebagai sistem transportasi publik di Kota Yogyakarta. Walaupun demikian, kinerja Bus Trans Jogja sebagai moda transportasi umum perlu dievaluasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Bus Trans Jogja sebagai moda transportasi umum bus rapid transit berdasarkan persepsi pengguna untuk memenuhi standar pelayanan minimal. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Bus Trans Jogja memenuhi dua puluh empat dari dua puluh tujuh indikator dari standar pelayanan minimal.

Kata kunci: Evaluasi Kenerja, Trans Jogja, Bus Rapid Transit, Persepsi Pengguna.

PENDAHULUAN 1.Masalah transportasi adalah salah satu masalah kompleks yang terjadi di kota-kota besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Pemerintah menyadari bahwa transportasi umum perkotaan yang memberikan mobilitas perkotaan yang cepat, murah, dan nyaman kepada para pengguna adalah salah satu jalan keluar untuk mengurangi masalah transportasi yang ada, seperti misalnya operasional moda transportasi bus dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT).

Salah satu sistem BRT yang sudah diterapkan adalah Trans Jogja di Kota Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Trans Jogja merupakan sistem transportasi yang diawali oleh inisiatif pemerintah Kota Yogyakarta untuk mengatasi berbagai masalah transportasi pada Kota Yogyakarta yang diwarnai dengan kemacetan dan tingkat kenyamanan angkutan umum yang rendah. Trans Jogja direncanakan sebagai sistem transportasi bus cepat, murah, dan ber-AC di seputar Kota Yogyakarta yang merupakan salah satu bagian dari program penerapan Bus Rapid Transit (BRT) yang dicanangkan Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Trans Jogja mengoperasikan bus berukuran sedang dan menerapkan sistem tertutup dimana penumpang tidak dapat memasuki bus tanpa melewati shelter. Trans Jogja memiliki enam trayek yaitu Trayek 1A, Trayek 1B, Trayek 2A, Trayek 2B, Trayek 3A, dan Trayek 3B dengan rute perjalanan berbeda. Motto pelayanan Trans Jogja adalah "Aman, Nyaman, Andal, Terjangkau, dan Ramah Lingkungan". Sistem Transportasi Trans Jogja yang sudah dioperasikan pada bulan Maret 2008 diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan di kota Yogyakarta (Dinas Perhubungan DIY, 2008).

Agar sistem transportasi Trans Jogja dapat dijadikan acuan moda transportasi bus untuk kota-kota besar lainnya di Indonesia dalam mengurangi berbagai permasalahan transportasi, maka kinerja Bus Trans Jogja perlu dievaluasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Bus Trans Jogja yang sudah dioperasikan selama dua tahun (2008-2010) berdasarkan persepsi pengguna Bus Trans Jogja. Lebih lanjut, untuk mengkaji hubungan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pengguna Bus Trans Jogja. Data primer adalah hasil kuisoner terhadap pengguna Bus Trans Jogja pada enam trayek yang sudah beroperasi dan data sekunder diperoleh dari Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

ANGKUTAN UMUM 2.Angkutan umum mempunyai pengertian sebagai angkutan atau kendaraan yang memiliki rute dan jadwal tetap, tersedia bagi semua orang dengan tarif tertentu.

Angkutan umum perkotaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan digunakan sebagai dasar untuk mengatur angkutan umum di Indonesia. Pemerintah wajib mengatur dan memaksimalkan

Transport

T-62 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

kinerja angkutan umum agar dapat bekerja maksimal dalam memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat, khususnya masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

Angkutan umum perkotaan mempunyai pelayanan dengan jadwal dan rute yang tetap, dengan moda utamanya adalah bus dan kereta api (light rail transit) (Vuchic, 2007). Angkutan umum perkotaan diklasifikasikan menurut Ruang milik Jalan atau Right of Way (ROW), dimana ruang milik jalan adalah jalur perjalanan di tanah yang digunakan untuk pengoperasian kendaraan. Ruang milik jalan dibagi menjadi tiga klasifikasi berdasarkan pemisahannya dari lalu lintas lainnya (Vuchic, 2007), yaitu Ruang Milik Jalan kategori C, Ruang Milik Jalan kategori B, dan Ruang Milik Jalan kategori A.

Ruang milik Jalan kategori C adalah ruang milik jalan yang merepresentasi jalan dengan lalulintas yang bercampur. Ruang milik Jalan kategori B adalah ruang milik jalan yang dipisahkan secara fisik dalam arah longitudinal dari lalulintas lainnya, contohnya untuk kereta api (light rail transit). Ruang milik Jalan kategori A adalah ruang milik jalan yang dikendalikan secara penuh tanpa pemisah sebidang atau akses legal apapun untuk kendaraan atau orang dan dikenal sebagai grade separated, private or exclusive ROW. Pemisahan ini dapat berupa antara lain terowongan dan struktur yang berada di udara (aerial structure).

Angkutan umum bis Bus Rapid Transit (BRT) adalah angkutan yang berorientasi pada pelanggan dengan kualitas tinggi yang memberikan mobilitas perkotaan yang cepat, nyaman, dan murah (Wright, 2002).

Bus Rapid Transit diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia dengan tujuan untuk mengatasi berbagai masalah transportasi yang ada. Kota-kota yang sudah menerapkan Bus Rapid Transit (BRT) adalah Trans Jakarta di Kota Jakarta, Trans Metro Bandung di Kota Bandung, Trans Pakuan di Kota Bogor, Trans Jogja di Kota Yogyakarta, Trans Wakanua di Kota Manado, Trans Musi di Kota Palembang, Trans Metro Pekanbaru di Kota Pekanbaru, Trans Semarang di Kota Semarang dan Batik Solo Trans di Kota Solo.

Ciri-ciri minimal yang harus dimiliki oleh BRT adalah ruang milik jalan kategori B dan sedikit ruang milik jalan kategori C, perhentian yang jelas dengan jarak antara 300 meter sampai dengan 500 meter, bus biasa atau bus gandeng (articulated), tingkat kenyamanan yang tinggi, lantai yang rendah, pintu yang banyak, headway pelayanan tertentu dan beroperasi di sepanjang rute dengan reliabilitas yang tinggi (Vuchic, 2007).

Kinerja dan pelayanan angkutan umum Terdapat delapan kategori untuk mengukur kinerja dari angkutan umum (Transportation Research Board, 2003a, 2003b), yaitu ketersediaan (availability), pelayanan pengantaran (service delivery), komunitas (community), waktu perjalanan (travel time), keselamatan dan keamanan (safety and security), pemeliharaan dan pembangunan (maintenance and construction), kapasitas (capacity), dan kenyamanan (comfort).

Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal mengatur bahwa penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh Pemerintah Provinsi hendaknya sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.

Salah satu contoh BRT yang sudah mempunyai Standar Pelayanan Minimal adalah Trans Jakarta (Institute for Transportation and Development Policy Indonesia, 2010). Standar Pelayanan Minimal dari Trans Jakarta sebagai BRT terbesar di Indonesia, dapat dijadikan acuan bagi kinerja dan pelayanan sistem BRT di kota-kota lain. Terdapat empat substansi Standar Pelayanan Minimal yang ada pada Standar Pelayanan Minimal Trans Jakarta, yaitu kehandalan pelayanan, keamanan dan keselamatan, kemudahan, dan kenyamanan, yang dapat dijabarkan menjadi 27 indikator.

PENGUMPULAN DATA 3.Wilayah studi pengumpulan data adalah Bus Trans Jogja di Kota Yogyakarta yang direncanakan sebagai sistem transportasi bus cepat, murah dan ber-AC. Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner yang diberikan kepada pengguna Bus Trans Jogja pada enam trayek yang sudah beroperasi yaitu Trayek 1A, Trayek 1B, Trayek 2A, Trayek 2B, Trayek 3A, dan Trayek 3B. Sedangkan data sekunder merupakan data dari Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu data tentang jumlah penumpang, jumlah shelter, harga tiket, rute perjalanan, jumlah armada bus, dan data perencanaan awal segi teknis Trans Jogja.

Operasional bus trans jogja Pengelola dari Trans Jogja adalah PT Jogja Tugu Trans yang merupakan konsorsium 4 koperasi pengelola transportasi umum kota dan pedesaan di Yogyakarta (Koperasi Pemuda Sleman, KOPATA, Aspada, dan

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-63 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

PUSKOPKAR), dan Perum DAMRI. Jaringan Trayek Bus Trans Jogja pada 6 trayek yang sudah beroperasi disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Jaringan Trayek Bus Trans Jogja (Arie, 2009a, 2009b)

Tiga pihak yang berperan besar dalam pengoperasian Bus Trans Jogja adalah PT Jogja Tugu Trans yang merupakan wujud konsorsium dari empat koperasi angkutan kota di kota Yogyakarta, Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan bagian SMTS (Smart Mass Transit System).

Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai kewajiban untuk mengawasi, mengatur, merencanakan, dan mengembangkan sistem Trans Jogja. Jumlah shelter Trans Jogja yang dimiliki saat ini adalah 112 buah yang dibagi menjadi sepuluh area besar. Tiap satu area besar shelter Trans Jogja, terdapat tiga petugas dari Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai tugas untuk mengumpulkan pendapatan tiket, mengawasi operasional Bus Trans Jogja, menjual dan mengisi ulang kartu regular Bus Trans Jogja. Pengoperasian Bus Trans jogja menggunakan teknologi Smart Card di seluruh halte atau terminal Trans Jogja.

Trans Jogja menggunakan bus berukuran sedang dan menerapkan sistem tertutup dalam arti penumpang tidak dapat memasuki bus tanpa melewati shelter. Bus Trans Jogja menaikkan dan menurunkan penumpang pada halte atau terminal khusus yang sudah disediakan. Kelemahan dari Bus Trans Jogja adalah tidak memiliki jalur khusus yang terlindung seperti Trans Jakarta yang memiliki lajur busway sendiri.

Terdapat delapan Halte tempat penjualan tiket Bus Trans Jogja. Halte-halte yang memiliki tanda Point of Sale (POS) ini yaitu Halte Bandara Adisucipto, Halte Terimanl Jombor, Halte Laksda Adisucipto Ambarukmo Plaza, Halte Terminal Giwangan, Halte Senopati Taman Pintar, Halte Tentara Pelajar SAMSAT, Halte Jl Kaliurang Kopma UGM, dan Halte Sudirman Bethesda. Selain itu terdapat pula halte-halte lainnya seperti yang disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Halte Trans Jogja (transjogja, 2010)

Transport

T-64 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Pada tahap awal pengoperasian Bus Trans Jogja tanggal 18 Februari 2008 terdapat enam rute dengan jumlah armada bus sebanyak 54 unit. Pada tahun 2010 armada Bus Trans Jogja bertambah menjadi 74 buah bus dengan tambahan bus lama yang diperbaiki menjadi Bus AC.

Bus Trans Jogja beroperasi pada pukul 05.30-21.30 setiap hari. Penumpang yang menggunakan tiket Single Trip, memasukkan tiket ke mesin tiket dimana tiket akan masuk secara otomatis. Jika penumpang menggunakan tiket Reguler, tiket ditap atau ditempelkan pada mesin tiket dan pulsa akan berkurang otomatis sesuai tarif. Untuk proses isi ulang tiket reguler/kartu langganan, penumpang membawa tiket reguler yang akan diisi ulang ke loket halte bertanda POS/card center dimana petugas memeriksa tiket penumpang dan mengisikan pulsa sesuai nominal yang dibeli.

Karakteristik responden Data Dinas Perhubungan DIY, 2010 menunjukkan bahwa total penumpang sejak pengoperasian Bus Trans Jogja sampai 21 November 2010 adalah 11.603.344 jiwa. Karakteristik responden dalam studi ini dikelompokkan berdasarkan data pribadi dan data penggunaan Bus Trans Jogja. Persentase karakteristik responden disajikan dalam Tabel 1.

METODE DAN ANALISIS 4.Metode pengumpulan data primer dalam studi ini adalah dengan menggunakan kuesioner terhadap pengguna Bus Trans Jogja. Data sekunder dari Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah pengguna Bus Trans Jogja sejak dioperasikan tahun 2008 adalah 11.603.344 orang. Karena analisis berdasarkan responden populasi pengguna Bus Trans Jogja sangat sulit dilakukan karena membutuhkan jumlah surveyor, dana, waktu, dan tenaga yang sangat besar, maka dalam studi ini digunakan sampel responden pengguna Bus Trans Jogja.

Salah satu cara menentukan ukuran sampel pada metode sampel acak sederhana adalah dengan menggunakan persamaan 1. Persamaan ini telah ditabelkan untuk berbagai ukuran populasi dan dapat dilihat dalam Tabel 2. Dari Tabel 2 didapat bahwa untuk ukuran populasi lebih besar dari 100.000 dengan tingkat kesalahan 5 persen, maka ukuran sample adalah 400.

(1)

Dengan: n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi e = Tingkat Kesalahan (5%)

Dalam studi ini analisis dilakukan terhadap 430 orang responden. Karakteristik responden dapat dilihat dalam tabel 1.

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan quadrant analysis. Analisis deskriptif dilakukan untuk menguraikan atau memberikan keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Quadrant analysis digunakan untuk menunjukkan hubungan antara penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pengguna Bus Trans Jogja.

Analisis deskriptif Pada studi ini digunakan skala likert untuk menentukan rentang pilihan jawaban. Skala likert pada penelitian ini menggunakan rentang dengan nilai satu hingga lima. Pilihan jawaban pertanyaan digolong menjadi lima kategori Sangat Penting, Penting, Cukup Penting, Kurang Penting, dan Tidak Penting untuk tingkat kepentingan dan Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik, dan Tidak Baik untuk tingkat kepuasan. Nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pengguna Bus Trans Jogja disajikan dalam Tabel 3.

Dari 27 indikator ini terdapat tiga indikator yang memiliki nilai rata-rata tingkat kepuasan kurang baik dibandingkan indikator lainnya. Tiga indikator ini adalah kepadatan penumpang di dalam halte (2,883), kepadatan penumpang di dalam bus (2,993), dan waktu tunggu di halte (2,785).

Quadrant analysis Quadrant Analysis menunjukkan hubungan antara penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pengguna Bus Trans Jogja. Nilai rata-rata tingkat kepentingan dan nilai rata-rata tingkat kepuasan akan digunakan dalam analisis ini. Hasil Quadrant Analysis yang didapat berdasarkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dapat dilihat pada Gambar 3.

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-65 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Pada Gambar 3 terlihat pengguna Bus Trans Jogja menilai puas terhadap 24 indikator yang ada dan menilai tidak puas dengan kinerja Bus Trans Jogja terhadap 3 indikator. Tiga indikator ini yang berada dalam kuadran ke-empat adalah kepadatan penumpang di dalam halte, kepadatan penumpang di dalam bus, dan waktu tunggu di halte.

Tabel 1. Persentase karakteristik responden pengguna Bus Trans Jogja

Transport

T-66 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Tabel 1. Persentase karakteristik responden pengguna Bus Trans Jogja (lanjutan)

Tabel 2. Ukuran Sample Israel oleh Taro Yamane (Yamane, 1967, dalam Israel, 1992)

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-67 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Gambar 3. Grafik hasil Quadrant Analysis

Tabel 3. Nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pengguna Bus Trans Jogja

KESIMPULAN 5.Studi ini melakukan evaluasi terhadap kinerja Bus Trans Jogja yang telah beroperasi sejak tahun 2008 berdasarkan persepsi pengguna untuk memenuhi standar pelayanan minimal. Data primer berupa hasil kuesioner dari 430 responden pengguna Bus Trans Jogja pada 6 trayek yang ada, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan quadrant analysis. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Bus Trans Jogja memenuhi dua puluh empat dari dua puluh tujuh standar dari standar pelayanan minimal. Lebih lanjut, berdasarkan Quadrant Analysis terdapat 24 indikator yang mempunyai hubungan tingkat kepentingan tinggi dan tingkat kepuasan tinggi dan terdapat 3 indikator yang

Transport

T-68 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

mempunyai hubungan tingkat kepentingan tinggi dan tingkat kepuasan rendah. Analisis lanjutan untuk meningkatkan kinerja 3 indikator perlu dilakukan dalam studi lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA Pemerintah Republik Indonesia, (2009), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia, (2005), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Jakarta. Arie, (2009a), Urutan Halte Trans Jogja, (http://transjogja.net/content/informasiurutan-halte-trans-jogja, diakses 23

Agustus 2010). Arie, (2009b), Peta Rute Trans Jogja yang baru, (http://transjogja.net/content/petarute-trayek-trans-jogja-yang-baru,

diakses 24 Agustus 2010). Israel, G. D., (1992), Determining Sample Size, Program Evaluation and Organizational Development, IFAS,

University of Florida, Gainesville, FL. (http://edis.ifas.ufl.edu/pd006, diakses 27 Oktober 2010) Transportation Research Board, (2003a). TCRP Report 88: A Guidebook for Developing A Transit Performance-

Measurement System, The Federal Transit Administration, Washington D.C. Transportation Research Board, (2003b). TCRP Report 90: Bus Rapid Transit, The Federal Transit Administration.

Washington D.C. Paulus, Eko, 2010, Evaluasi Kinerja Bus Trans Jogja, skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia. Wright,L., (2002). Bus Rapid Transit : Modul Sustainable Transport :A Sourcebook for Policy-makers in

Developing Cities. Module 3b (revised January 2004), Division 44, Environmental and infrastructure, Deutsche Gesseschaft fϋr Technische Zusammenabeut (GTZ) GMBH, Eschborn.

Vuchic, Vukan R., (2007). Urban Transit : Systems and Technology, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey. Institute for Transportation and Development Policy Indonesia., (2010). Pedoman Standar Minimal Transjakarta,

Jakarta.